Elmi-Draft Publikasi Penelitian Prodi 2012

35
DRAFT PUBLIKASI HASIL PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT Caulerpa racemosa SEBAGAI BIOKONTROL PENYAKIT INFEKSI PADA ORGANISME BUDIDAYA Dr.rer.nat. Elmi Nurhaidah Zainuddin, DES (19610618 198803 2 001) Prof. Dr. Ir. Rajuddin Syamsuddin, M.Sc (19531209 198103 1 003) Dr. Ir. Hamzah Sunusi, M.Sc (19481117 197110 1 001) Ir. Abustang, M.Si (19620115 198702 1 001)

description

penelitian

Transcript of Elmi-Draft Publikasi Penelitian Prodi 2012

DRAFT PUBLIKASIHASIL PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI

PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT Caulerpa racemosa SEBAGAI BIOKONTROL PENYAKIT INFEKSI PADA ORGANISME BUDIDAYA

Dr.rer.nat. Elmi Nurhaidah Zainuddin, DES (19610618 198803 2 001)Prof. Dr. Ir. Rajuddin Syamsuddin, M.Sc (19531209 198103 1 003)Dr. Ir. Hamzah Sunusi, M.Sc (19481117 197110 1 001)Ir. Abustang, M.Si (19620115 198702 1 001)Asmi Citra Malina, S.Pi, M.Agr., Ph.D (19721228 200604 2 001)Andi Aliah Hidayani, S.Si, M.Si (19800502 200501 2 002)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDINDESEMBER 2012PEMANFAATAN EKSTRAK RUMPUT LAUT Caulerpa racemosa SEBAGAI BIOKONTROL PENYAKIT INFEKSI PADA ORGANISME BUDIDAYA

Elmi Nurhaidah Zainuddin1,2), Rajuddin Syamsuddin1), Hamzah Sunusi1), Huyyirnah1)Abustang1), Asmi Citra Malina1), Andi Aliah Hidayani1)

1) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin2)Email : [email protected]

ABSTRAK

Semakin banyak permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan antibiotik sintetik membuat perlu penelitian tentang potensi rumput laut Caulerpa racemosa sebagai biokontrol (antibiotik alami) dalam pengendalian penyakit infeksi pada organisme budidaya. Metode yang digunakan terdiri dari: 1. Ekstraksi C. racemosa secara berkesinambungan dengan pelarut n-heksana, etil asetat, metanol, dan metanol/H2O menggunakan stirer; 2. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak C. racemosa terhadap 7 strain bakteri patogen dengan metode difusi agar; 3. Pengujian sitotoksisitas ekstrak C. racemosa dengan brine shrimp lethality test (BSLT); 4. Penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak aktif C. racemosa dengan metode difusi agar; 5. Deteksi senyawa antibakteri ekstrak aktif C. racemosa dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)-bioautografi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hanya ekstrak n-heksana, ekstrak metanol dan ekstrak metanol/H2O yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Aktivitas tertinggi diperlihatkan oleh ekstrak metanol/H2O terhadap strain Vibrio harveyi BPPBAP ( zona hambat 20,7 mm) disusul ekstrak metanol/H2O dan ekstrak metanol terhadap strain Vibrio harveyi FIKP dengan diameter zona hambat masing-masing 20,0 mm. Hasil uji sitotoksisitas memperlihatkan hanya ekstrak n-heksana yang bersifat toksik, namun dalam tingkatan yang rendah, dengan LC50 = 874,3 ppm, sementara ke-3 ekstrak lainnya tidak bersifat toksik (LC50 >1000 ppm). Nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak n-heksana terhadap Vibrio harveyi BPPBAP (15,625 ppm) lebih tinggi dari nilai KHM ekstrak metanol (20 mm : aktivitas sangat tinggi >6 10 mm : aktivitas rendah>15 20 mm : aktivitas tinggi = 6 mm -: tidak aktif>10 15 mm : aktivitas sedang

Gambar 1. Aktivitas antibakteri dari ekstrak Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Vibrio harveyi FIKP [n= 2; 2 mg/disk; zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm); kloramfenikol 30 ppm]

Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari ke-4 ekstrak rumput laut hijau Caulerpa racemosa terhadap bakteri patogen Vibrio harveyi FIKP memperlihatkan aktivitas yang tertinggi terdapat pada ekstrak metanol/H2O dengan diameter zona hambat 20,0 mm. Diikuti oleh ekstrak n-heksana yang memiliki aktivitas tinggi dengan diameter zona hambat 17,0 mm. Besarnya diameter zona hambat ekstrak metanol sama dengan diameter zona hambat kloramfenikol (30 ppm) yaitu 15.0 mm. Ekstrak etil asetat tidak memperlihatkan aktivitas terhadap patogen ini (Gambar 1).Pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak rumput laut hjau Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Vibrio harveyi BPPBAP memperlihatkan hasil diameter zona hambat tertinggi (20,7 mm) pada ekstrak metanol/H2O dengan kategori tingkat aktivitas sangat tinggi. Disusul oleh ekstrak metanol dengan diameter zona hambat 20,0 mm dengan tingkat aktivitas tinggi. Aktivitas ekstrak n-heksana ( zona hambat 14,5) tidak jauh berbeda dengan aktivitas kontrol kloramfenikol (30 ppm) ( zona hambat 15,3 mm). Ekstrak etil asetat tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen Vibrio harveyi BPPBAP (Gambar 2).

Gambar 2. Aktivitas antibakteri dari ekstrak Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Vibrio harveyi BPPBAP [n= 2; 2 mg/disk; zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm); kloramfenikol 30 ppm]

Terhadap bakteri patogen Vibrio alginoliticus BPPBAP, hanya ekstrak n-heksana yang memperlihatkan aktivitas tinggi dengan diameter zona hambat 16,0 mm. Aktivitas ini lebih rendah dari aktivitas kontrol antibiotik dengan diameter zona hambat 22,5 mm. Hanya aktivitas rendah yang diperlihatkan oleh ekstrak metanol Caulerpa racemosa terhadap bakteri patogen ini ( zona hambat 8,5 mm). Tidak ada aktivitas yang diperlihatkan oleh ekstrak etil asetat dan metanol/H2O terhadap strain bakteri patogen ini (Gambar 3).

Gambar 3. Aktivitas antibakteri dari ekstrak Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Vibrio alginoliticus BPPBAP [n= 2; 2 mg/disk; zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm); kloramfenikol 30 ppm]

Gambar 4. Aktivitas antibakteri dari ekstrak Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Vibrio parahaemoliticus BPPBAP [n= 2; 2 mg/disk; zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm); kloramfenikol 30 ppm]

Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen uji Vibrio parahaemoliticus BPPBAP memperlihatkan hanya aktivitas rendah yang diperlihatkan oleh ekstrak metanol/H2O ( zona hambat 10,0 mm) dan aktivitas tinggi pada kontrol antibiotik (kloramfenikol) (Gambar 4). Hasil pengujian aktivitas antibakteri Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Aeromonas hydrophila FIKP memperlihatkan diameter zona hambat tertinggi pada ekstrak metanol (11,0 mm) dengan kategori aktivitas sedang. Sementara oleh ekstrak n-heksana hanya aktivitas rendah yang diperlihatkan dengan diameter zona hambat 10,0 mm. Kedua ekstrak ini memiliki diameter zona hambat di bawah diameter zona hambat antibiotik kontrol kloramfenikol (19,0 mm). Tidak ada aktivitas yang diperlihatkan oleh ekstrak etil asetat maupun metanol/H2O terhadap bakteri patogen uji Aeromonas hydrophila FIKP (Gambar 5).

Gambar 5. Aktivitas antibakteri dari ekstrak Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Aeromonas hydrophila FIKP [n= 2; 2 mg/disk; zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm); kloramfenikol 30 ppm]

Terhadap strain bakteri Aeromonas hydrophila BKI, hanya ekstrak metanol yang memperlihatkan aktivitas dengan tingkatan yang rendah. Sementara ketiga ekstrak lainnya tidak memperlihatkan aktivitas. Kontrol antibiotik memperlihatkan aktivitas sangat tinggi dengan diameter zona hambat 28,0 mm (Gambar 6).

Gambar 6. Aktivitas antibakteri dari ekstrak Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Aeromonas hydrophila BKI [n= 2; 2 mg/disk; zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm); kloramfenikol 30 ppm]

Tidak ada satupun ekstrak yang memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen Edwarsiella tarda BKI. Meskipun bersifat resisten terhadap ekstrak C. racemosa, bakteri Edwarsiella tarda tidak bersifat resisten terhadap kontrol antibiotik kloramfenikol ( zona hambat = 23,7 mm) (Gambar 7).

Gambar 7. Aktivitas antibakteri dari ekstrak Caulerpa racemosa terhadap strain bakteri patogen Edwarsiella tarda BKI [n= 2; 2 mg/disk; zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm); kloramfenikol 10 ppm]

4. Aktivitas Sitotoksik dari Ekstrak Caulerpa racemosaHasil pengujian sitotoksik ke-4 esktrak Caulerpa racemosa memperlihatkan hanya ekstrak n-heksana yang mempunyai efek toksik dalam tingkatan yang rendah (LC50 = 874,3 ppm) terhadap nauplius A. Salina (Gambar 8). Sementara ketiga ekstrak lainnya bersifat non-toksik terhadap nauplius uji (LC50 >1000 ppm) (Tabel 4). Tabel 4. Sitotoksisitas ekstrak rumput laut Caulerpa racemosa terhadap nauplius Artemia salina dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT).

No.EkstrakNilai LC50 (ppm))Tingkat Sitotoksisitas

1n-Heksana874,3Rendah

2Etil Asetat>1000Non-Toksik

3Metanol>1000Non-Toksik

4Metanol/H2O>1000Non-Toksik

Gambar 8. Grafik analisa probit persentase kematian nauplius Artemia salina setelah diekspos selama 24 jam pada berbagai konsentrasi ekstrak n-heksana dari rumput laut Caulerpa racemosa (tanda* adalah letak LC50)

5. Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Aktif Caulerpa racemosaDua ekstrak aktif dari Caulerpa racemosa, yaitu ekstrak n-heksana dan ekstrak metanol digunakan dalam penentuan nilai KHM. Penentuan nilai KHM dilakukan dengan metode difusi agar terhadap strain bakteri patogen Vibrio harveyi BPPBAP dengan menggunakan kisaran konsentrasi ekstrak berkelipatan 0,5 dimulai dari 2000 ppm sampai 15,625 ppm yang dibuat secara duplo.

Gambar 9. Konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak n-heksana Caulerpa racemosa terhadap pertumbuhan bakteri patogen Vibrio harveyi BPPBAP [Metode Difusi Agar; n= 2; 2000-15,625 ppm, zona hambat (mm) termasuk disk (6 mm)]

Pada konsentrasi 31,25 ppm dari ekstrak n-heksana, terdapat diameter zona hambat sebesar 7,0 mm, sementara pada konsentrasi 15,625 ppm, tidak ada lagi zona hambat yang terlihat (Gambar 9). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi minimum ekstrak n-heksana untuk menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi BPPBAP adalah 31,25 ppm, karena pada konsentrasi lebih rendah yaitu 15,625 ppm tidak ada daya hambat yang terdeteksi. Dengan ekstrak metanol, masih ada aktivitas yang terlihat pada konsentrasi uji terendah 15,625 ppm yaitu sebesar 7,33 mm. Hal ini menyimpulkan bahwa nilai KHM dari ekstrak ini adalah