elista 37 - ftp.unpad.ac.id · Beberapa titik bekas api unggun masih ada di sana. ... jam dengan...

1
Rute perjalanan 37 KAMIS, 15 DESEMBER 2011 elista SATWA: Rusa, monyet ekor panjang dan banteng bebas berkeliaran di kawasan Pulau Peucang dan Padang Penggembalaan Cidaon, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten. PETUALANGAN di alam Ujung Kulon belum be- rakhir. Kali ini, Pulau Badul yang dituju, terletak di Teluk Selamat Datang. Luasnya hanya berkisar ukuran dua lapangan basket. Pantainya penuh karang dan tidak ada pohon besar di sana, hanya rerumputan di tengah pulau pasir. Kapal motor besar--memuat hingga 15 orang--tidak dapat menepi terlalu dekat di Pulau Badul, sehingga pelancong harus berenang sekitar 20 meter dari kapal untuk mencapainya. Sore itu, arus cukup kencang sehingga tali harus dibentangkan dari kapal ke pulau--satu orang menahan tali di pantai--untuk dijadikan pegangan bagi yang ingin menyeberang ke pulau. Beberapa titik bekas api unggun masih ada di sana. Kata Anang, pemandu perjalanan yang warga setempat, para nelayan sering beristirahat di Pulau Badul dan membuat api di tengah-tengah perjalanan mereka mencari ikan. Pelancong pun bisa singgah di sana, dari sekadar duduk-duduk menikmati pulau kecil, mengumpulkan kulit kerang dan karang yang beragam, hingga mendirikan tenda dan bermalam. Matahari sedang terbenam perlahan saat Pulau Badul hendak ditinggalkan. Seperti saat datang, saya harus berenang dengan berpegangan tali, menembus arus pasang petang itu. Sebelum giliran saya tiba untuk menyeberang ke kapal, rasa sakit seperti setrum terasa di sekujur kaki yang terendam di laut dangkal, sebatas pinggang. Waktu ditanya apa penyebabnya, Anang lagi-lagi terlihat gugup seakan enggan menjawab. “Enggak apa-apa itu, enggak usah dirasakan,” kata dia tanpa kontak mata. Karena semakin penasaran, saya bertanya lagi. Barulah ia menjawab pelan, “Itu ubur-ubur.” Bukan cuma tabu menyebut ubur-ubur, penduduk lokal juga enggan menyebut buaya yang saya lihat jejaknya di rimbunan bakau. (Wey/M-2) Tabu Sebut Ubur-Ubur • Menggunakan mobil dari Jakarta: Jakarta-Serang lewat Tol Serang- Pandeglang-Labuan, atau dari Jakarta-Cilegon lewat Tol Cilegon- Labuan. • Dari Bogor: Bogor-Rangkasbitung- Pandeglang-Labuan. • Setiba di Labuan, perjalanan berlanjut ke Sumur. • Dari Sumur bisa langsung menggunakan kapal motor menuju Pulau Peucang, atau langsung dari Labuan-Pulau Peucang. • Akses lain ialah Taman Jaya, desa paling barat di ujung Jawa yang bersebelahan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon. Jaraknya sekitar 20 km dari Sumur dengan kondisi jalan rusak, berlubang, dan berbatu, sehingga butuh waktu sekitar 2 jam dengan mobil. (M-2) • Pengunjung dengan tujuan wisata Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) perlu mendaftar dulu di balai informasi taman nasional yang ada di Labuan, Sumur, Taman Jaya, atau Pulau Handeleum. • Tarif masuk TNUK sebesar Rp2.500/ orang untuk warga negara Indonesia, ditambah Rp3.000/orang untuk karcis asuransi kecelakaan. • Perihal tenaga pemandu baik petugas taman nasional maupun warga setempat bisa ditanyakan di balai informasi. • Resor di Pulau Peucang menyediakan kamar dalam kisaran harga Rp150.000 hingga Rp500.000. Beberapa kamar dilengkapi pendingin udara. Dapur beserta kompor disewakan dengan biaya Rp50.000/hari, tanpa gas. Listrik dari genset hanya dinyalakan antara pukul 18.00-07.00 WIB. • Sewa kapal dari Taman Jaya menuju Peucang dan pulau-pulau sekitar mulai Rp2 juta, sesuai kesepakatan. Informasi penyewaan juga bisa didapatkan di balai informasi. • Kano disewakan seharga Rp50.000/ orang. • Balai TNUK Labuan, Jl Perintis Kemerdekaan Nomor 51, Labuan, Pandeglang, 42264, telepon (0253) 801731, faks (0253) 804651. • Informasi laman: www.ujungkulon.org, www.dephut.go.id. (M-2) FOTO-FOTO: MI/PANCA SYURKANI Menuju Lokasi Perlu Diketahui

Transcript of elista 37 - ftp.unpad.ac.id · Beberapa titik bekas api unggun masih ada di sana. ... jam dengan...

Rute perjalanan

37K AMIS, 15 DESEMBER 2011 ◆elista

SATWA: Rusa, monyet ekor panjang dan banteng bebas berkeliaran di kawasan Pulau Peucang dan Padang Penggembalaan Cidaon, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten.

PETUALANGAN di alam Ujung Kulon belum be-rakhir. Kali ini, Pulau Badul yang dituju, terletak di Teluk Selamat Datang.

Luasnya hanya berkisar ukuran dua lapangan basket. Pantainya penuh karang dan tidak ada pohon besar di sana, hanya rerumputan di tengah pulau pasir. Kapal motor besar--memuat hingga 15 orang--tidak dapat menepi terlalu dekat di Pulau Badul, sehingga pelancong harus berenang sekitar 20 meter dari kapal untuk mencapainya.

Sore itu, arus cukup kencang sehingga tali harus dibentangkan dari kapal ke pulau--satu orang menahan tali di pantai--untuk dijadikan pegangan

bagi yang ingin menyeberang ke pulau.Beberapa titik bekas api unggun masih ada

di sana. Kata Anang, pemandu perjalanan yang warga setempat, para nelayan sering beristirahat di Pulau Badul dan membuat api di tengah-tengah perjalanan mereka mencari ikan.

Pelancong pun bisa singgah di sana, dari sekadar duduk-duduk menikmati pulau kecil, mengumpulkan kulit kerang dan karang yang beragam, hingga mendirikan tenda dan bermalam.

Matahari sedang terbenam perlahan saat Pulau Badul hendak ditinggalkan. Seperti saat datang, saya harus berenang dengan berpegangan tali,

menembus arus pasang petang itu. Sebelum giliran saya tiba untuk menyeberang ke kapal, rasa sakit seperti setrum terasa di sekujur kaki yang terendam di laut dangkal, sebatas pinggang.

Waktu ditanya apa penyebabnya, Anang lagi-lagi terlihat gugup seakan enggan menjawab. “Enggak apa-apa itu, enggak usah dirasakan,” kata dia tanpa kontak mata. Karena semakin penasaran, saya bertanya lagi. Barulah ia menjawab pelan, “Itu ubur-ubur.”

Bukan cuma tabu menyebut ubur-ubur, penduduk lokal juga enggan menyebut buaya yang saya lihat jejaknya di rimbunan bakau. (Wey/M-2)

Tabu Sebut Ubur-Ubur

• Menggunakan mobil dari Jakarta: Jakarta-Serang lewat Tol Serang-

Pandeglang-Labuan, atau dari Jakarta-Cilegon lewat Tol Cilegon-

Labuan.

• Dari Bogor: Bogor-Rangkasbitung-Pandeglang-Labuan.

• Setiba di Labuan, perjalanan berlanjut ke Sumur.

• Dari Sumur bisa langsung menggunakan kapal motor menuju Pulau Peucang, atau langsung dari Labuan-Pulau Peucang.

• Akses lain ialah Taman Jaya, desa paling barat di ujung Jawa yang bersebelahan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon. Jaraknya sekitar 20 km dari Sumur dengan kondisi jalan rusak, berlubang, dan berbatu, sehingga butuh waktu sekitar 2 jam dengan mobil. (M-2)

• Pengunjung dengan tujuan wisata Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) perlu mendaftar dulu di balai informasi taman nasional yang ada di Labuan, Sumur, Taman Jaya, atau Pulau Handeleum.

• Tarif masuk TNUK sebesar Rp2.500/orang untuk warga negara Indonesia, ditambah Rp3.000/orang untuk karcis asuransi kecelakaan.

• Perihal tenaga pemandu baik petugas taman nasional maupun warga setempat bisa ditanyakan di balai informasi.

• Resor di Pulau Peucang menyediakan kamar dalam kisaran harga Rp150.000 hingga Rp500.000. Beberapa kamar dilengkapi pendingin udara. Dapur beserta kompor disewakan dengan biaya Rp50.000/hari, tanpa gas. Listrik dari genset hanya dinyalakan antara pukul 18.00-07.00 WIB.

• Sewa kapal dari Taman Jaya menuju Peucang dan pulau-pulau sekitar mulai Rp2 juta, sesuai kesepakatan. Informasi penyewaan juga bisa didapatkan di balai informasi.

• Kano disewakan seharga Rp50.000/orang.

• Balai TNUK Labuan, Jl Perintis Kemerdekaan Nomor 51, Labuan, Pandeglang, 42264, telepon (0253) 801731, faks (0253) 804651.

• Informasi laman: www.ujungkulon.org, www.dephut.go.id. (M-2)

FOTO-FOTO: MI/PANCA SYURKANI

Menuju Lokasi

Perlu Diketahui