elektrolit.docx

47
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cairan Tubuh Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler, termasuk plasma darah dan cairan transeluler (Anonim, 2010). Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L

description

elektrolit

Transcript of elektrolit.docx

Page 1: elektrolit.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cairan Tubuh

Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium)

adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.

Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler, termasuk

plasma darah dan cairan transeluler (Anonim, 2010).

Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh

manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga

diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara

rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L

cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar

dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama

dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1

gelas =240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan

cairan 1 gelas per harinya (Irawan, 2007).

2.1.1. Fungsi Cairan Tubuh

Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2

fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan

Page 2: elektrolit.docx

mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O

2

) ke dalam sel-sel

tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk

6

Universitas Sumatera Utara

samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO

2

) dan juga senyawa nitrat

(Irawan, 2007).

Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh

juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-

jaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh,

katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan

membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar

fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan

berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada

kondisi ideal yaitu ±37°C (Irawan, 2007).

2.1.2. Komposisi Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat

terlarut).

Page 3: elektrolit.docx

1. Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H

2

O: satu molekul air

tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.

Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu

pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273.15 K (0°C). Zat kimia ini

merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan

banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan

banyak macam molekul organik (Anonim, 2010).

Air (H

2

0) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di

dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.

Universitas Sumatera Utara

Namun bergantung kepadakandungan lemak dan otot yangterdapat di dalam tubuh,

nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang

dewasa. Oleh karenaitu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti

tubuh seorang atlet biasanyaakan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan

tubuh non atlet (Irawan, 2007).

Menurut Horne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam tubuh

Page 4: elektrolit.docx

meliputi:

a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan

peningkatan lemak tubuh.

b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.

c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional,

karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.

Tabel 2.1. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia

Usia Kilogram Berat Badan (%)

Bayi prematur 80

3 bulan 70

6 bulan 60

1-2 tahun 59

11-16 tahun 58

Dewasa 58-60

Dewasa gemuk 40-50

Dewasa kurus 70-75

(Sumber: Horne, 2001).

Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata

memerlukan 2.5 L air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan tubuh

baik berupa keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Irianto,

2007).

Page 5: elektrolit.docx

Universitas Sumatera Utara

Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang terkandung

dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi dari karbohidrat,

protein, dan lemak. (Eastwood, 2003 ; Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Menurut Eastwood (2003) 1 gram

karbohidrat, protein, dan lemak masing-masing memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram,

dan 1.07 gram air.

Air yang diminum atau air dalam makanan diserap di usus, masuk ke

pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang

interstisium, selanjutnya masuk ke dalam sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam

sel keluar kembali. Dari darah difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai

urin, ke saluran cerna dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap

kembali), ke kulit dan saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air (Unit

Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Keringat dihasilkan kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit.

Bila suhu tubuh meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air

keringat mirip dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah

(hipotonis). Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai

pengatur cairan tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan FKUI, 2007).

Page 6: elektrolit.docx

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL)

Kehilangan cairan

tubuh melalui :

Jumlah Pengeluaran Cairan Tubuh (mL)

Pada suhu normal Pada suhu panas Saat bekerja berat

Insensibel kulit 350 350 350

Saluran napas 350 250 650

Urin 1400 1200 500

Keringat 100 1400 5000

Feses 100 100 100

Total 2300 3300 6600

(Sumber: Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

FKUI, 2007).

Kebutuhan air sangat dipengaruhi aktivitas fisik, suhu lingkungan serta suhu

tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

FKUI, 2007; Eastwood, 2003). Bila udara panas, keringat lebih banyak dihasilkan.

Saat berolahraga atau kerja berat, dimana suhu tubuh meningkat, dihasilkan pula

keringat yang lebih banyak. Air berasal dari minuman, makanan dan hasil

Page 7: elektrolit.docx

metabolisme (karbohidrat, protein dan lemak) (Unit Pendidikan Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Namun menurut Eastwood

(2003) selain dipengaruhi oleh suhu udara, kebutuhan air dapat pula dipengaruhi oleh

aktivitas, diet, dan kesehatan.

2. Solut (terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)

yaitu elektrolit dan non elektrolit.

Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus listrik. Elektrolit

berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasannya untuk

saling berikatan satu sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion (Horne, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation

ekstraseluler utama adalah natrium (Na

+

), sedangkan kation intraseluler utama adalah

kalium (K

+

). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke

luar dan kalium ke dalam (Horne, 2001).

Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam

larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl

Page 8: elektrolit.docx

-

), sedangkan anion

intraselulernya utama adalah ion fosfat (PO

4

3-

) (Horne, 2001).

Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-elektrolit. Non-

elektrolit merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisoaiasi dalam

larutan dan diukur berdasarkan berat (mg/100ml atau mg/dl). Non-elektrolit lainnya

yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin (Horne, 2001).

2.1.3. Pergerakan dan Keseimbangan Cairan Tubuh

Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke

pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air

mengalami filtrasi ke ruang interstisium, selanjutnya masuk dalam sel melalui proses

difusi, sebaliknya air dalam sel keluar ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh

darah (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

FKUI, 2007).

Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk mempertahankan

keseimbangan nilai cairan. Pergerakan cairan tubuh ditentukan oleh beberapa proses

transpor yaitu difusi, transpor aktif, filtrasi, dan osmosis (Horne, 2001).

Difusi adalah proses pergerakan partikel dalam dari konsentrasi tinggi ke

Page 9: elektrolit.docx

konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan (Horne, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.

Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel meliputi

natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino. (Horne, 2001).

Filtrasi adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput permeable. Arah

perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke daerah dengan

tekanan yang lebih rendah (Horne, 2001).

Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeable dari area

dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih

tinggi. Osmosis dapat terjadi melewati semua membran bila konsentrasi zat terlarut

pada kedua area berubah (Horne, 2001).

2.2. Elektrolit

Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang

diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari

kation dan anion. Kation utama dalam cairan tubuh adalah natrium (Na

+

) dan kalium

(K

+

), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl

Page 10: elektrolit.docx

-

) (Primana, 2009).

1) Natrium

Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada

dalam bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium

berada dalam bentuk ion sebagai Na

+

. Diperkirakan hampir 100 gram dari ion

natrium (Na

+

) terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam

yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang

dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap

Universitas Sumatera Utara

kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan

keringat (Irawan, 2007).

Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di

dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na

+

) merupakan kation utama

pada cairan ekstraselular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L.

Page 11: elektrolit.docx

Ion natrium juga berada pada cairan intraseluler (ICF) namun dengan konsentrasi

lebih kecil yaitu ±3 mmol/L (Irawan, 2007).

Sebagai kation utama dalam cairan ekstraselular, natrium akan berfungsi

untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf, kontraksi

otot dan juga berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium

(Na

+

) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl

-

) akan memberikan kontribusi

lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstraseluler (Irawan,

2007).

2) Kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat pada cairan intraseluler

dengan konsentrasi ±150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh berada dalam

kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke ruangan

vascular yang terdapat pada cairan ekstraseluler dengan konsentrasi 3.5-5.0 mmol /L.

Konsentrasi total kalium dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 g/kg berat badan.

Namun jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur dan massa

otot. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari (Irawan, 2007).

Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga

Page 12: elektrolit.docx

keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama

Universitas Sumatera Utara

dengan kalsium (Ca

+

) dan natrium (Na

+

), kalium akan berperan dalam transmisi saraf,

pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga

merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan

kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat

(Irawan, 2007).

3) Klorida

Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraseluler (ECF) adalah

elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl

-

). Jumlah ion klorida (Cl

-

) yang terdapat

di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/kg berat badan dengan

konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada

cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga

Page 13: elektrolit.docx

pankreas (Irawan, 2007).

Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, ion klorida juga akan

berperan dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit. Selain itu, ion klorida juga

mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman

lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama

dengan ion natrium (Na

+

), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi

terbesar yang keluar melalui keringat (Irawan, 2007).

2.3. Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit

Ganggguan keseimbangan elektrolit umumnya berhubungan dengan

ketidakseimbangan natrium dan kalium. Ketidakseimbangan elektrolit umumnya

disebabkan oleh pemasukan dan pengeluaran natrium yang tidak seimbang.

Sedangkan ketidakseimbangan kalium jarang terjadi, namun jauh lebih berbahaya

Universitas Sumatera Utara

dibanding dengan ketidakseimbangan natrium (Unit Pendidikan Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

2.3.1. Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.

Perubahan yang terjadi pada volume dan komposisi cairan tubuh serta

osmolalitas akan menimbulkan 4 (empat) gangguan dasar di dalam tubuh yang secara

klinis dikenal Hipovolemia, Edema, Hiponatremia, dan Hipernatremia (Unit

Page 14: elektrolit.docx

Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

a. Hipovolemia

Hipovolemia adalah suatu keadaan dengan volume cairan tubuh berkurang;

hal ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia dapat terjadi pada dua

keadaan, yaitu deplesi volume dan dehidrasi (Unit Pendidikan Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Gejala- gejala klinis yang terjadi pada hipovolemia yaitu pusing, kelemahan,

keletihan, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi dan oliguria,

HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering, mukosa mulut

kering, mata cekung (Horne, 2001).

1) Deplesi Volume

Deplesi volume adalah keadaan dimana cairan ekstrasel berkurang;

kekurangan air dan natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding. Misalnya hilangnya

air dan natrium melalui saluran cerna seperti muntah dan diare, perdarahan atau

melalui pipa naso-gastrik. Hilangnya air dan natrium juga dapat melalui ginjal

(misalnya penggunaan diuretik, diuresis osmotik, salt-wasting, nephropathy,

hipoaldosteronisme), melalui kulit dan saluran napas (misalnya insesible water

Universitas Sumatera Utara

losses, keringat, luka bakar), atau melalui sekuestrasi cairan (misalnya pada obstruksi

usus, trauma, fraktur, pankreatitis akut) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Page 15: elektrolit.docx

2) Dehidrasi

Dehidrasi ialah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai

”output” yang melebihi ”intake” sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Dehidrasi

dapat terjadi karena kemiskinan air (water depletion), kemiskinan natrium (sodium

depletion), dan water and sodium depletion bersama-sama (Staf Pengajar Bagian

Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).

Water depletion atau dehidrasi primer dapat terjadi pada orang yang

mengeluarkan keringat yang sangat banyak, tanpa mendapat penggantian air (Staf

Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

2006). Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer ialah haus, air liur sedikit sekali

sehingga mulut kering, oliguria, sangat lemah, timbulnya gangguan mental seperti

halusinasi dan delirium. Kematian akan terjadi bila orang kehilangan air ±15% atau

22% total body water (Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2006).

Sodium depletion atau dehidrasi sekunder terjadi karena tubuh kehilangan

cairan tubuh yang mengandung elektrolit. Sodium depletion sering terjadi akibat

keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare

yang keras. Gejala-gejala yang terjadi pada sodium depletion yaitu nausea, muntah-

muntah, kekejangan, sakit kepala, perasaan lesu dan lelah (Staf Pengajar Bagian

Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: elektrolit.docx

b. Edema

Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan

ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan

rongga serosa. Edema dapat bersifat setempat atau umum (Staf Pengajar Bagian

Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006).

Edema biasanya lebih nyata pada jaringan lunak atau jaringan ikat yang

renggang, misalnya jaringan subcutis dan paru-paru. Edema pada jaringan subcutis

menimbulkan pembengkakan dan tampak paling nyata pada jaringan lunak yang

tekanan jaringannya rendah, seperti sekitar mata dan alat kelamin luar (genitalia

sexterna). Kulit di atasnya biasanya menjadi renggang (Unit Pendidikan Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

c. Hiponatremia

Hiponatremia dapat terjadi karena penambahan air atau penurunan cairan kaya

natrium yang digantikan oleh air. Gejala neurologis biasanya tidak terjadi sampai

kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L (Horne, 2001).

Menurut waktu terjadinya, hiponetremia dapat dibagi dalam 2 jenis (Unit

Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007):

1) Hiponatremia akut

Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremi yang berlangsung cepat yaitu

kurang dari 48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti

penurunan kesadaran dan kejang.

Page 17: elektrolit.docx

Universitas Sumatera Utara

2) Hiponatremia kronik

Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat yaitu

lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti

penurunan kesadaran dan kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya

ringan seperti lemas atau mengantuk.

d. Hipernatremia

Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif.

Hipernatremia jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan

larutan NaCl 0.9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia

juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran

terganggu atau gangguan mental) (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

e. Isonatremia

Isonatremia adalah suatu keadaan patologis yang tidak menyebabkan

gangguan pada kadar natrium di dalam plasma (osmolalitas plasma tetap berada

dalam keadaan normal). Menurut Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI ( 2007) keadaan seperti ini dapat dijumpai pada :

1) Turunnya kadar Na tubuh total diikuti oleh berkurangnya air tubuh total dalam

Page 18: elektrolit.docx

jumlah seimbang. Terjadi karena pemberian diuretik jangka panjang atau pada

beberapa kondisi seperti muntah, diare, perdarahan dan thrid space sequestration.

2) Kondisi normal (steady state).

3) Peningkatan Na tubuh total diimbangi oleh peningkatan air tubuh total. Terjadi

pada pemberian natrium isotonik berlebihan (hipervolemia).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Gangguan Keseimbangan Air dan Kalium

Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3.5-5 mEq/L. Bila kadar

kalium kurang dari 3.5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih

dari 5 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan

kelainan fatal listrik jantung yang disebut sebagai aritmia, kelebihan ion kalium darah

akan menyebabkan gangguan berupa menurunnya potensial trans-membran sel.

Kekurangan ion kalium ini menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat (Unit

Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

a. Hipokalemia

Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai. Penyebab

hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut (Unit Pendidikan Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007) :

1) Asupan Kalium Kurang

Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari. Hipokalemia akibat

asupan kalium kurang biasanya disertai oleh masalah lain misalnya pada

Page 19: elektrolit.docx

pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan

berat badan (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan FKUI, 2007).

2) Pengeluaran Kalium Berlebihan

Pengeluaran kalium berlebihan terjadi melalui saluran cerna, ginjal atau keringat.

Pada saluran cerna bawah (diare, pemakaian pencahar), kalium keluar bersama

bikarbonat (asidosis metabolik). Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui

ginjal dapat terjadi pada pemakaian diuretik. Pengeluaran kalium berlebihan

Universitas Sumatera Utara

melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang

panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L (Unit Pendidikan Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

3) Kalium Masuk ke Dalam Sel

Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian

insulin, peningkatan aktivitas beta-andrenergik, paralisis periodik hipokalemik,

hipotermia. Defisit ion kalium tergantung pada lamanya kontak dengan penyebab

dan konsentrasi ion kalium serum (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Tanda-tanda dan gejala yang terjadi pada hipokalemia yaitu keletihan,

kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau kendur, mual, muntah, ileus, parestesia,

peningkatan efek digitalis, penurunan konsentrasi urin (mis; poliuria) (Horne, 2001).

Page 20: elektrolit.docx

b. Hiperkalemia

Istilah hiperkalemia digunakan bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5

mEq/L. Dalam keadaan normal jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya

mekanisme adaptasi oleh tubuh. Hiperkalemia dapat disebabkan oleh keluarnya

kalium dari intrasel ke ekstrasel dan berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal

(Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI,

2007).

2.4. Minuman Isotonik

Minuman isotonik adalah minuman yang mempunyai tekanan osmotik sama

dengan tekanan darah manusia. Dengan demikian, minuman ini dapat secara cepat

diserap tubuh setelah diminum. Dalam beberapa tahun terakhir ini, minuman unuk

Universitas Sumatera Utara

olahragawan atau isotonik berkembang dengan pesat sejalan dengan kebutuhan

kegiatan olahraga yang semakin ramai. Pada prinsipnya minuman isotonik ini

dirancang untuk mencegah dehidrasi serta untuk memberikan energi yang dapat

digunakan dengan cepat (Winarti, 2006).

Ide pertama munculnya minuman ini berasal dari para dokter yang sering

melakukan operasi. Pada saat mereka susah mengambil makanan dan minuman untuk

konsumsinya, para dokter dan paramedis ini sering menggunakan cairan infus sebagai

minumannya. Dengan minum cairan tersebut, stamina dan kebugarannya bisa pulih

kembali. Lalu mengapa tidak diproduksi saja cairan infus untuk dikonsumsi secara

Page 21: elektrolit.docx

luas. Dari situlah akhirnya muncul ide untuk menghasilkan minuman yang

komposisinya sama dengan cairan infus. Namun, karena cairan infus itu tidak enak,

akhirnya minuman isotonik tersebut dimodifikasi dengan berbagai bahan perasa yang

membuatnya enak dan disukai konsumen (Werdyaningsih, 2009).

Sebuah minuman dikatakan isotonik jika dia mempunyai osmolaritasnya

sekitar 250 mOsm/L-340 mOsm/L. Kandungan dalam minuman isotonik adalah

elektrolit (Na

+

, K

+

, Ca

2+

, Mg

2+

, Cl

-

), sedangkan kandungan gula cukup rendah hanya

6%-7% per 100 mL nya (rata-rata =kurang lebih 26 kkal/100 mL, kebutuhan orang

dewasa = kurang lebih 2.100 kkal/hari). Gula dalam hal ini dibutuhkan untuk

membantu mempercepat penyerapan elektrolit, dan sudah tentu kandungan yang

terbanyak adalah air (Anonim, 2008).

Page 22: elektrolit.docx

Pertimbangan yang penting dalam membuat formulasi minuman isotonik ini

harus mempunyai sifat-sifat mengosongkan perut dengan cepat dan penyerapan yang

tinggi dalam usus. Kedua sifat ini dapat mempengaruhi fungsi jantung serta mengatur

Universitas Sumatera Utara

suhu tubuh, sehingga dengan demikian meningkatkan kinerja olahraganya. Kedua

sifat ini ditentukan oleh jumlah dan jenis karbohidrat yang terkandung dalam

minuman isotonik serta faktor-faktor lainnya. Karena karbohidrat pada kadar kurang

dari 5 % tidak cukup memberikan kalori untuk meningkatkan efisiensi olahraga dan

lebih dari 10 % mencegah pengosongan perut, maka minuman isotonik sebaiknya

mengandung 6 % sampai 8 % karbohidrat. Glukosa, maltodekstrin, dan sukrosa yang

dapat menstimulasi penyerapan cairan umumnya adalah pemanis yang digunakan

dalam minuman isotonik. Sedangkan fruktosa tidak digunakan dalam formulasi

karena lambat penyerapannya (Fardiaz, 1996).

2.5. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensenceyang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja

sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak

tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon

(dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat

transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi

Page 23: elektrolit.docx

memiliki status anak (Arya, 2010). Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa

remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami

perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun

sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Universitas Sumatera Utara

Batas Usia Remaja Menurut Kartono (2005), dibagi tiga yaitu :

1. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan

perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar

sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun

sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini

remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa

remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan

badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan

perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh

keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan

pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada

Page 24: elektrolit.docx

dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain

itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

4. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal

dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan

keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya.

Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang

baru ditemukannya.

Universitas Sumatera Utara

2.6. Perilaku

Pengertian perilaku menurut Notoatmodjo (1993) dapat dibatasi sebagai

keadaan jiwa (pendapat, berfikir, bersikap dsb) untuk memberikan respon terhadap

situasi di luar subjek tersebut, dimana respon tersebut dapat bersifat pasif (tanpa

tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan).

Perilaku menurut Mantra (1994) adalah merupakan respon (tanggapan)

individu terhadap stimulasi (rangsangan) baik yang berasal dari luar maupun dari

dalam dirinya dan dibedakan atas tiga jenis, yaitu :

1. Perilaku ideal

Merupakan perilaku yang dapat diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan

oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan

Page 25: elektrolit.docx

masalah.

2. Perilaku pada saat ini

Merupakan perilaku yang dilaksanakan saat ini yang diidentifikasi melalui

observasi dan wawancara dilapangan, kemudian dianalisis, dan dikaitkan dengan

perilaku ideal serta dicari jawaban mengapa mereka berperilaku seperti itu pada

saat ini.

3. Perilaku yang diharapkan

Merupakan perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran atu sering

disebut sebagai behavior yang akan dituju dalam pelaksanaan suatu program.

2.6.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Universitas Sumatera Utara

panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

2.6.2. Sikap

Page 26: elektrolit.docx

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam

menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.

Menurut Mar’at (1981), ciri-ciri sikap adalah:

a. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam

hubungan dengan objek tertentu.

b. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap

suatu kelompok.

c. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat pula juga berupa kumpulan dari

hal-hal tersebut.

d. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar

rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra

terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan,

mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari

(Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak

lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan

dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).

Pada umumnya sikap seseorang akan positif apabila pengetahuan tentang

Page 27: elektrolit.docx

sesuatu hal positif pula, begitu pula sebaliknya. Namun selain pengetahuan, sikap

juga dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, pengalaman masa lalu, keadaan

sosial budaya termasuk norma atau nilai di lingkungan keluarga maupun masyarakat

(Notoatmodjo, 2003).

2.6.3. Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya

suatu tindakan (perbuatan yang nyata) dibutuhkan pendukung atau kondisi yang

memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak. Adanya

hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang

menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo,

2003).

Siswa SMA yang secara usia tergolong periode remaja (13 sampai dengan

18 tahun) memiliki ciri-ciri perilaku yang menonjol terutama terlihat pada perilaku

sosialnya. Dalam masa tersebut teman sebaya memiliki arti yang sangat penting. Pada

periode remaja pandangan orang-orang sekitarnya serat pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa (Irwanto, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep

Menurut Rogers (1974) sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di

Page 28: elektrolit.docx

dalam diri orang tersebut terjadi 6 proses berurutan: awareness, interest, evaluation,

trial, dan adoption. Pada proses awareness orang tersebut sudah mengetahui terlebih

dahulu objek. Kemudian dilanjutkan dengan proses interest dan evaluation dimana

sikap sudah mulai timbul dan berkembang. Pada proses trial dan adoption subjek

telah mencoba bertindak dan berperilaku baru.

Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi

tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Sebagai contoh seorang siswa telah mendengarkan informasi mengenai minuman

isotonik. Pengetahuan ini akan membuat siswa tersebut berpikir bagaimana apabila

dia mengkonsumsi minuman isotonik tersebut. Kemudian siswa tersebut berniat akan

mengkonsumsi minuman isotonik tersebut. Niat siswa tersebut dapat dikatakan

sebagai sikap. Selanjutnya niat siswa tersebut diputuskannya secara nyata melalui

tindakannya dengan mengkonsumsi atau tidak minuman isotonik tersebut.

Pengetahuan dan sikap siswa sangat mempengaruhi tindakannya terhadap

minuman isotonik berelektrolit. Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan

dalam kaitannya dengan suatu kegiatan tidak dapat dipisahkan. Adanya pengetahuan

tentang suatu hal akan menyebabkan orang tersebut memiliki sikap yang positif,

kemudian akan mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam suatu tindakan.

Adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (bertahan lama).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: elektrolit.docx

Berdasarkan uraian di atas, maka secara singkat kerangka konsep dalam

penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

.

Sikap siswa SMA

terhadap minuman

isotonik berelektrolit

Pengetahuan siswa SMA

tentang minuman isotonik

berelektrolit

Tindakan siswa SMA dalam

mengkonsumsi minuman

Page 30: elektrolit.docx

isotonik berelektrolit

Universitas Sumatera Utara