elektrokoagulasi
-
Upload
chasan-bisri -
Category
Documents
-
view
374 -
download
29
description
Transcript of elektrokoagulasi
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
ELEKTROKOAGULATOR
1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu memahami koagulasi beserta factor-faktor yang
mempengaruhi pada pengolahan limbah (logam) dengan metode elektrolisa
2. Alat dan bahan
Alat :
Beaker glass 1 liter (2 liter) 2 buah
Plat aluminiun, karbon, dan atau platina (5 x 15 cm) minimal 2 buah
Seperangkat alat listik (jepitan, kabel, dll)
Power supply 1 buah
Corong gelas kecil 1 buah
Kertas saring
Gelas sample 10 buah
Pipet ukur 25 ml
Bahan :
Limbah logam (elektroplating)
Limbah elektroplating buatan yaitu 4,5 gr NiSO4.6H2O per liter, 1 gr
NiCl per liter dan 0,7 asam borat per liter
3. Teori
Limbah cair beberapa limbah industri sangat berpotensi menjadi sumber
pencemaran logam berat. Logam Cd, Ni, Cu, Pb dan Cn merupakan
kelompok logam berat yang bersifat larut yang dapat terakumulasi secara
biologis dan berbahaya bagi makhluk hidup dan organisme dalam jumlah
kecil. Industri electroplating salah satu limbahnya adalah air bilasan yang
dibuang dan larutan pembersih maupun larutan plating yang telah kotor.
48
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
Limbah dapat diubah dalam bentuk yang sesuai dan mengikuti peraturan
yang ada. Logam dalam bentuk hidroksida sulit mengendap maka perlu
dibentuk flok kemudian diendapkan dan disaring dan dibuang dengan baik.
Dalam hal ini dicoba untuk mengolah air limbah (logam) dengan system
elektrokoagulator sehingga ion-ion logam dapat terurai menjadi logam
hidrokdsida yang berupa gelatin yang diikuti flokulasi kemudian
pengendapan dan selanjutnya penyaringan sehingga diperoleh air hasil
pengolahan yang dapat dipakai kembali dalam proses produksi serta air yang
memenuhi baku mutu air limbah.
Para peniliti telah memperoleh metode pengolahan limbah (penjernihan
air ) dengan metode elektrolisa dengan memanfaatkan listrik. Alat ini
disebut elektroflokulator atau eletrokoagulator. Desain alat ini terus
disempurnakan dan cukup menjanjikan akan lebih efektif dibanding secara
kimiawi. Dibanding metode kimiawi dan metode konvensional lainnya, alat
ini memiliki beberapa keunggulan antara lain membutuhkan waktu yang
singkat, tanpa unit koagulasi, prosesnya tidak tergantung pH, cepat
membentuk flok (gumpalan), floknya bersifat padat. (Abdullah hasan, 1988)
Proses ini sebenarnya merupakan salah satu penerapan prinsip proses
elektrolisa. Elektrolisa adalah peristiwa yang terjadi bila aliran listrik searah
dijalankan melalui suatu larutan elektrolit atau melalui suatu elektrolit dalam
keaadaan cair. Selama reaksi sel berlangsung dalam rangkaian luar terjadi
perpindahan electron dari anoda ke katoda yaitu menunjukkan bahwa anoda
dan kaotoda ada selisih potensial listrik yang disebut potensial sel E0 sel
yang berkaitan dengan perbedaan antara kemampuan oksidasi dan reduksi
pada anoda dan katoda. Berlangsung dan tidaknya proses elektreolisa
tergantung dari GGL (gaya gerak listrik) sel standar (E0 sel). Bila GGL
berharga positif (+) maka reaksi berlangsung spontan dan jika GGL
berlangsung negative (-) reksi tidak spontan. Cara lain mengetahui spontan
dan tidaknya proses elektrolisa dipakai persamaan energi bebas Gibbs
standart, yaitu
49
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
∆Gº = - n FE0 E0 sel …. ………………………(1)
dengan ∆Gº = energi bebas Gibbs standart, J/gr mol
n = valensi kation
F = Tetapan Farady
E0 sel = GGL sel standart, volt
Dari persamaan (1), jika E0 positif nilai ∆Gº negative maka reksi
spontan, dan untuk E0 negatif nilai ∆Gº positif maka reaksi tidak spontan.
Pada proses elektrolisa yang berlangsung tidak spontan agar proses dapat
berjalan harus diberi sumber daya dari luar. Proses dengan pelat elektroda
yang sama (misalnya Al) yaitu E0 sel = 0 (kemampuan oksidasi pada anoda
sama dengan reduksi pada katoda sehingga tidak menghasilkan reaksi) maka
dengan pemberian beda potensial luar yang kecil sudah cukupuntuk
mengawali aliran arus litrik (Hartomo dkk, 1995).
Proses elektrolis dapat digambarkan sebagai berikut
+ - + -
2a 2b
A+ 4
B-
H+ H-
3
1
Gambar 1. Proses elektrolisa (Reaktor Elektrokoagulator)
1. Reactor elektrokoagulator
2. a. Elektroda Aluminium (anoda)
b. Elektroda Aluminium (katoda)
3. Larutan limbah logan (elektroplating)
4. Power supply.
50
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
Dalam elektrolisa digunakan elektroda yang terbuat dari logam atau
karbon. Ada elektroda positif (anoda) dan elektroda negative (katoda).
Sebagai sumber tenaga diambil arus listrik searah. Dalam elektrolisa
molekul-molekul dari elektrolit akan akan terurai menjadi ion-ion positif
(kation) dan ion-ion negative (anion). Ion-ion positif akan bergerak ke anoda
dan ion-ion negative akan bergerak ke anoda. Pada anoda akan terjadi
oksidasi, pada katoda berlangsung reduksi. Dengan peristiwa ini maka arus
lisrik bias berjalan. Bila listrik mengalir antar jenis konduktor umumnya
disertai reaksi kimia sehingga pada batas antara elektroda dan elektrolit
terjadi reaksi kimia. Jumlah muatan listrik yang melawati sel adalah sama
dengan jumlah muatan dari kation yang tereduksi di katoda, karena proses
reduksi ini adalah proses perpindahan muatan negative dari elektroda ke
badan larutan untuk dilanjutkan secara elektrolistrik ke anoda. Pada
elektrolisa larutan elektrolit dalam air ion-ion H+ dan ion-ion logam bergerak
ke katoda dan ion-ion OH- dan sisa asam bergerak menuju anoda. Larutan
lektrolit AB akan terionisasi menjadi AB == A+ + B-. Jika larutan ini
dielektrolisa ion masing-masing akan mengendap pada katoda menurut
aturan tertentu. Misalnya, pada katoda belum tentu dinetralkan ion-ion A+
maupun ion H+, mungkin A+ atau hanya H+. reaksi penguraian air pada
katoda (reaksi reduksi),
2H2O + 2e 2OH- + H+
dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi hidroksida pada air,
2H2O 4H+ + O2 + 4 e
Pengolahan Limbah Logam Berat
Pengolahan air limbah yang menggunakan prinsip elektrolisa ini tidak
untuk menghancurkan limbah, melainkan mengubah limbah tersebut ke
dalam bentuk yang sesuai. Misalnya dalam bentuk ionic cair menjadi
endapan padat yang kemudian dapat disaring selanjutnya dibuang secara
baik. Mengatasi limbah logam berat biasanya dengan pengendapan
hidroksidanya. Hiddroksida logam biasanya berupa sel, sulit mkengendap
51
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
dan sukar disaring (bentuk seperti gelatin) maka perlu dilakukan perlakuan
untuk menanggulangi dengan proses yang memadai. Misalnya limbah
larutan nikel yang berasal dari limbah industri electroplating nilai nikelnya
dapat diubah dalam bentuk nikel hidroksida pada umumnya pengolahan air
limbah dari pabrik menghasilkan barang-barang dari limbah logam tidak
banyak berbeda dengan pengolahan air limbah dari industri lain yaitu
pengendapan dan penggumpalan selain menghilangkan sifat racun yang
merupakan problem utama, sedang pengolahan BOD kurang menjadi
perhatian.
Proses Penjernihan Air (Pengolahan Limbah) dengan Elektrolisa.
Proses elektrolisa digunakan untuk mengolah air limbah ini akan
dihasilkan flokulasi sesuai dengan proses sebagai berikut, pertama medan
listrik yang diciptakan antara elektroda meningkatkan tumbukan antar
muatan – muatan yang ada, kedua membebaskan dengan mengorbankan
anoda yang melarut, membentuk hidroksida yang berbentuk flok (gumpalan)
padat.
Proses yang terjadi di atas pada elekrtokoagualtor dibagi dalam tiga
tahap:
Terbentuk oksigen karena terjadinya proses elektrolisa air.
Oksigen ini sangat reaktif dan pengoksidasi kuat, sehingga ion-ion
akan terurai menjadi logam hidroksida.
Pada elektroda yang berfungsi sebagai elektroda terbentuk
hidrogen, yang berbentuk gelembung kecil-kecil yang
mengakibatkan terbentuknya buih dipermukaan air.
Elektroda yang berfungsi sebagai anoda (Al) melepaskan ion-
ion Al3+ ion-ion ini membentuk hidroksida dengan adanya oksigen.
Tahapan-tahapan ini menyebabakan terjadinya koagulasi, flokulasi
dan pengendapan sehingga terjadi pengendapan logam terlarut dan
tersuspensi.
52
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
Abdullah Hasan(1988) telah melakukan penelitian penjernihan air
limbah dengan proses elektrolisis. Percobaan dilakukan dengan memakai
alat yang terdiri dari tiga bagian. Pertama, tempat elektroda untuk
melakukan proses elektrokoagulator. Kedua, berupa tangki penampung
endapan dan bagian ketiga tangki penyaring pasir.
Proses penjernihan air limbah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Proses penggumpalan bahan pencemar yang terkandung dalam air limbah
dilakukan dengan mengalirkan arus listrik searah (DC) dari katoda ke anoda.
Pada anoda terbentuk oksigen, pH asam (H+) dan ion Al. dan pada katoda
terbentuk gas hydrogen, pH basa (OH-) dan endapan logam pencemar
(dalam bentuk lendir atau gelatin). Kedua elektroda akan menarik bahan
pencemar menjadi flok (gumpalan) yaitu Al(OH)3 yang terbentuk bertindak
sebagai penggumpal kotoran pencemar sehingga air limbah menjadi jernih.
Besar arus listrik searah yang dipakai tergantung pada pekat atau tidaknya
bahan pencemar. Reaksi yang terjadi pada tahapan dalam persamaan reksi
sebagai berikut :
Reksi pada anoda :
2 H2O 4 H+ + O2 + 4 e
Al + O2 + H2O Al(OH)3 + H+ + e
Reksi pada katoda :
2 H2O + 2 e 2 OH- + H2
Reaksi dalam sel :
Al + 2 H2O Al3+ + H2 + 2 OH-
Reaksi dalam elektrolit :
A2+ + SO42- + Al3+ + 5 H2O Al(OH)2 + Al(OH)3 + H2SO4 + 4 H4
Gambar 2. Proses Pembentukan Flok.
Koagulasi (Penggumpalan)
Koagulasi adalah proses penambahan (dalam hal ini adalah
pembentukan) bahan kimia untuk menstabilisasi partikel koloid dan
53
Al(OH)3 Al(OH)3
A(OH)2Al(OH)3
Al(OH)3 A(OH)2
Al(OH)3
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
selanjutnya menggumpalkan dan membentuk flog (gumpalan) dengan
partikel tersuspensi lain untuk membentuk partikel besar yang mudah
mengendap.
Koagulasi digunakan untuk mengambil kotoran dalam bentuk suspensi
atau koloid. Koloid adalah partikel dengan ukuran 1 nm (10 -7cm) sampai 0,1
nm (10-8). Partikel ini tidak dapat mengendap pada keadaan diam dan tidak
dapat diambil dengan proses pengolahan fisik konvensional. Dengan ini
maka koagulasi dapat digunakan untuk menjernihkan limbah indusrti yang
mengandung koloid. Koagulasi umumnya dilakukan dengan penambahan
bahan penggumpal misalnya alum, Al2(SO4)3 jika dipakai elektroda
aluminium. Aluminium hidroksid ini terbentuk flog yang lebih berat dari air
dan mengendap secara grafitasi. Koloid (kotoran) ini terperangkap menjadi
flok-flok selama pembentukannya dan selanjutnya mengendap bersama.
Parameter elektrolisa
Potensi elektroda
Bahan dan sruktur elektroda
Konsentrasi spesis elektroaktif (elektrolit)
Medium elektrolisis
Suhu dan tekanan
Regim dan perpindahan massa.
Design sel
4. Prosedur Percobaan.
a. Persiapkan peralatan, sambungkan instalasi listrik dan kemudian
masukkan air limbah sebanyak 2/3 volume beaker glass. Atur jarak antara
elektroda (anoda dan katoda) kurang lebih 3 cm. lempengan elektroda
90% tercelup.
b. Sebelumnya air limbah dianalisa padatan tersuspensi, pH,
kekeruhan dan kadar logam. Jika kadar logam air limbah terlalu tinggi,
encerkan terlebih dahulu sampai kadar dibawah 10.000 ppm.
54
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
c. Lepaskan sambungan listrik ke elektroda set power supply pada
arus tertentu (dengan avometer) selanjutnya sambungkan kembali aliran
listrik ke elektroda.
d. Amati perubahan yang terjadi jika timbul gelembung atau endapan
(flok) yang terapung atau menempel pada elektroda gunakan batang gelas
untuk mengaduk sehingga gelembung hilang dan flok menepi atau
mengendap.
e. Sampel diambil tiap-tiap 10 menit sampai 1 jam (60 menit)
masing-masing sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam botol sample
dan ditutup. Selanjutnya untuk dianalisa. Air sampel sebelum dimasukkan
kedalam botol sampel (sebelum dianalisa) harus disaring terlebih dahulu.
f. Setelah selesai, aliran listrik dimatikan, lepas kabel dari elektroda
dan elektroda untuk dibersihkan kembali.
g. Ulangi percobaan dengan perbedaan arus (amper).
Data pengamatan
Waktu (menit)
Arus ( I ) (ampere)
10 20 30 40 50 60
1
3
7
LAPORAN RESMI
55
Petunjuk Praktikum Pengolahan “Air Buangan/Limbah”
56