ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

74
ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI SELATAN AWAL MUAWAN SAID 105961102416 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

Page 1: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI

DI SULAWESI SELATAN

AWAL MUAWAN SAID

105961102416

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

i

ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI ARABIKA

DI SULAWESI SELATAN

HALAMAN SAMPUL

AWAL MUAWAN SAID

105961102416

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

ii

Page 4: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

iii

Page 5: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Elastisitas Permintaan

Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan adalah benar merupakan hasil karya yang

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua

sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Januari 2020

Awal Muawan Said

105961102416

Page 6: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

v

ABSTRAK

AWAL MUAWAN SAID. 105961102416. Elastisitas Permintaan Komoditas

Kopi di Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan

ASRIYANTI SYARIF.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan permintaan

komoditas kopi di Sulawesi Selatan serta untuk mengetahui elastisitas permintaan

komoditas kopi di Sulawesi Selatan.

Jenis data yang digunakan yaitu berupa data sekunder (Time Series) yang

dirangkum dalam kurun waktu tahun 1999-2018 dengan menggunakan alat

analisis regresi linear berganda dengan bantuan program Microsoft Excel 2019.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas

kopi di Sulawesi Selatan. Secara umum variabel harga kopi, harga teh serta

variabel waktu berpengaruh pada permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan.

Secara parsial, variabel harga kopi, harga teh dan variabel waktu memiliki

pengaruh signifikan. Harga kopi memiliki nilai signifikan sebesar 0.003971, harga

teh memiliki nilai-nilai signifikan sebesar 0.002603, serta variabel waktu juga

memiliki nilai signifikan sebesar 0.000003. Berdasarkan hasil analisis dan dilihat

dari standar nilai tabel terminologi elastisitas, variabel harga kopi, harga teh dan

variabel waktu bersifat inelastis terhadap permintaan komoditas kopi di Sulawesi

Selatan dengan nilai elastisitas lebih kecil dari 1 (<1). Hal tersebut menjelaskan

bahwa perubahan harga tidak berpengaruh terhadap perubahan kuantitas barang

yang diminta karena jika suatu barang merupakan kebutuhan pokok yang

dikonsumsi sehari-hari, maka permintaannya akan bersifat inelastis.

Kata kunci : Komoditas Kopi, Elastisitas, Permintaan.

Page 7: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya-Nya. Shalawat dan

salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,

sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir uang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P., selaku pembimbing utama dan Asriyanti

Syarif, S.P., M.Si., selaku pembimbing pendamping yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi. M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan,

baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 8: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

vii

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah mengizinkan

penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga

kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Makassar, Januari 2021

Awal Muawan Said

Page 9: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............. Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ............ iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3

1.4. Kegunaan .................................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5

2.1. Komoditas Kopi........................................................................................ 5

2.2. Teori Permintaan ...................................................................................... 6

2.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan ...................................... 8

2.4. Elastisitas Harga Permintaan .................................................................. 12

2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 15

2.6. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 22

III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 24

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 24

3.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 24

3.3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 25

3.4. Teknik Analisis Data .............................................................................. 25

3.5. Definisi Operasional ............................................................................... 26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 27

4.1. Letak Geografis Sulawesi Selatan .......................................................... 27

Page 10: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

ix

4.2. Kondisi Demografis Sulawesi Selatan ................................................... 28

4.3. Status Pekerjaan Utama Penduduk Sulawesi Selatan ............................. 31

4.4. Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Sulawesi Selatan ......... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 35

5.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................... 35

5.2. Analisis Determinan Permintaan Kopi di Sulawesi Selatan................... 37

5.3. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan ................. 45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 48

6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 48

6.2. Saran ....................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50

LAMPIRAN .......................................................................................................... 52

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 61

Page 11: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kurva Permintaan dan Kurva Pendapatan……………………... 7

2. Kerangka Pemikiran Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di

Sulawesi Selatan……………………………………………….. 20

Page 12: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Terminologi Nilai Elastisitas……………………….…………... 14

2. Penelitian Terdahulu…………………….……………………… 16

3. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun

Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan Tahun

2018………………

29

4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin

di Sulawesi Selatan Tahun

2018……………………………..….

30

5. Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama

Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan

Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan,

2018...

31

6. Perkembangan Sarana dan Prasarana Pertanian di Sulawesi

Selatan tahun

2018………………………………………………

34

7. Data Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi Permintaan

Komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan……………………………

36

8. Hasil Estimasi Model Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan dengan Metode Least

Square……………………………

38

9. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan……

46

Page 13: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Ilustrasi Kopi Arabika dan Robusta……………………………... 53

2. Konsumsi Perkapita Komoditas Kopi di Seluruh Indonesia Tahun

2018………………………………………………………

54

3. Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi

Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan……………….

55

4. Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi

Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan yang Sudah di

Ln-kan menggunakan Program Microsoft Excel 2019…………. 56

5. Analisis Multipple Regression Permintaan Komoditas Kopi di

Sulawesi Selatan menggunakan Program Microsoft Excel

2019……………………………………………………………... 57

Page 14: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi di Indonesia merupakan salah satu komoditas andalan dalam sub

sektor perkebunan yang memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peran

penting. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber perolehan devisa,

penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber pendapatan bagi petani kopi

maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam pengolahan dan mata

rantai pemasaran.

Berdasarkan data Publikasi Direktorat Jendral Perkebunan, diketahui

bahwa selama periode 2013-2018, rata-rata luas areal kopi di Indonesia adalah

1.241.029 ha, dimana luas areal tersebut berfluktuasi dengan angka terendah

1.230.001 ha pada tahun 2015 dan tertinggi 1.253.789 ha yang dicapai pada tahun

2018. Selama kurun waktu tersebut, produksi kopi di Indonesia berfluktuasi

namun cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata 652.496 ton per tahun

(Ditjenbun, 2019).

Orientasi pemasaran komoditas kopi Indonesia sampai saat ini masih

mengarah ke pasar internasional. Hal ini antara lain adalah karena permintaan

kopi di pasar domestik masih sangat rendah hanya sekitar 120 ribu ton per tahun.

Kuantitas dan pertumbuhan konsumsi kopi per kapita di dalam negeri terkesan

masih sangat lamban. Suatu survei yang dilakukan LPEM UI, menemukan bahwa

tingkat konsumsi kopi di dalam negeri pada tahun 1989 adalah sebesar 0,5 kg per

kapita per tahun. Pada tahun 2010 konsumsi tersebut naik menjadi 0,8 kg per

Page 15: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

2

kapita per tahun, dan pada tahun 2013 konsumsi kopi domestik diperkirakan

hanya mampu mencapai 1,0 kg per kapita per tahun (Anonymous,

http://www.aeki-aice.org).

Tingkat konsumsi kopi di Indonesia termasuk rendah dibandingkan

dengan tingkat konsumsi kopi per kapita per tahun negara-negara produsen

lainnya, yaitu Brasil 2,93 kg, Colombia 4,00 kg, Costa Rica 5,0 kg, dan Ecuador

1,88 kg (AEKI, BPS, Ditjenbun, 2018). Namun konsumsi kopi di Indonesia

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan negara produsen seperti Vietnam, Pantai

Gading, dan Kenya yaitu kurang dari 0,2 kg per kapita per tahun. Dibandingkan

dengan negara-negara produsen, tingkat konsumsi kopi per kapita per tahun di

negara-negara konsumen termasuk tinggi, misalnya Jerman 7 kg, Austria 8 kg,

Belanda 9 kg, Belgia 6 kg, Italia 5 kg, Denmark 10 kg, Amerika dan Kanada

mencapai 4,4 kg, bahkan Swedia dan Finlandia mampu mengonsumsi 11 kg per

kapita per tahun (Anonymous, 2012).

Mengingat masih rendahnya kuantitas dan pertumbuhan konsumsi kopi

domestik sementara tingkat produksi walaupun fluktuatif namun cenderung

meningkat, maka selain upaya-upaya untuk meningkatkan ekspor pada pasar

internasional, juga diperlukan berbagai kebijakan untuk mendorong peningkatan

permintaan kopi di pasar domestik.

Provinsi Sulawesi Selatan diketahui selama periode 2013-2018, rata-rata

luas areal perkebunan kopi adalah 72.967 ha dengan rata-rata produksi sebesar

31.748 kg. Dari segi konsumsi, selama periode waktu tersebut konsumsi kopi

Page 16: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

3

mengalami sedikit fluktuasi dengan konsumsi terendah 11.358 ton pada tahun

2014 dan tertinggi 14.964 ton pada tahun 2018.

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di

Sulawesi Selatan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat

dikemukakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Apa saja determinan permintaan komoditas Kopi di Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana elastisitas permintaan komoditas Kopi di Sulawesi Selatan?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui determinan permintaan komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan.

2. Untuk mengetahui elastisitas permintaan komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan.

1.4. Kegunaan

Adapun kegunaan penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai referensi untuk peneliti,

terutama yang berkaitan terhadap sektor perkebunan komoditas Kopi.

Page 17: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

4

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan solusi dan pengetahuan tambahan

terhadap kegiatan perkebunan khususnya pada komoditas Kopi.

3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dijadikan acuan bagi

pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian khususnya

komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.

Page 18: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditas Kopi

Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama perpugenus coffea dari

famili rubiceae yang umumnya berasal dari benua Afrika. Di seluruh dunia kini

terdapat sekitar 4.500 jenis kopi yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar

yaitu :

1. Cofffe canefora, salah satu jenis varietasnya yang menghasilkan kopi

dagang robusta.

2. Coffea arabica, yang menghasilkan kopi dagang arabika.

3. Coffea exelca yang menghasilkan kopi dagang ekselsa.

4. Coffea liberica yang menghasilkan kopi dagang liberika.

Secara global, berdasarkan jenisnya, kopi yang dikonsumsi dan

diperdagangkan secara komersial dibedakan menjadi dua jenis, yaitu arabika dan

robusta. Konsumsi kopi dunia didominasi jenis arabika sekitar 70 persen dari total

konsumsi dunia sedangkan 30% sisanya adalah konsumsi robusta. Selera pasar ini

tercermin juga dari produksi kopi dunia. Total produksi arabika di tahun panen

1989/1990 yang mencapai 72,5% dari total produksi dunia sedangkan 27,5%

sisanya adalah jenis arabika. Namun demikian, proporsi ini menurun di tahun

2012/2013. Saat ini, produksi arabika diperkirakan mencapai 61,3% dari total

produksi dunia sedangkan sisanya adalah produksi robusta (ICO, 2015).

Di Indonesia, ada dua jenis kopi yang diproduksi dan diperdagangkan secara

komersial, yaitu robusta dan arabika. Walaupun produktivitas kopi arabika

Page 19: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

6

Indonesia lebih tinggi dari kopi robusta, produksi Indonesia saat ini didominasi

oleh robusta, yaitu sekitar 79-97% dari total produksi kopi di Indonesia selama

periode 1999-2010 (AEKI, 2014). Produksi robusta pada tahun 2010 mencapai

86,51% dari total produksi kopi. Besarnya produksi jenis robusta dan kurang

berkembangnya produksi arabika saat ini antara lain karena secara teknis

ketinggian lahan yang cocok untuk penanaman arabika masih berupa hutan.

Selain itu, pemeliharaan kopi rrobusta cenderung lebih mudah dan lebih kecil

risikonya untuk terpapar penyakit dan hama.

Menurut publikasi AEKI, saat ini kopi arabika yang diekspor Indonesia

adalah arabika mutu 1 berdasarkan sistem cacat kopi dengan SNI nomor 01-2907-

2008 yang mengikuti perkembangan pasar global, persyaratan internasional dan

resolusi ICO No. 407 tentang Coffee quality improvement program yang

diluncurkan sejak tahun 2002. Namun demikian, untuk kopi jenis robusta masih

didominasi mutu 4 (60%), mutu 5 dan mutu 6 (30%) dan hanya 10% dalam

bentuk mutu 1 atau mutu 2, dalam skala mutu tertinggi hingga terendah: 1 sampai

6. Dengan demikian, terdapat indikasi permasalahan pada kualitas biji kopi yang

dihasilkan yang berdampak negatif pada orientasi permintaan dari konsumen.

2.2. Teori Permintaan

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan (demand) mempunyai arti tertentu,

yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang

yang mau dibeli orang dan harga barang tersebut. Permintaan adalah jumlah dari

suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga,

selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris

Page 20: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

7

paribus). Para ahli ekonomi mempelajari teori permintaan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan, yang berguna dalam menstabilkan perekonomian

jangka pendek. Seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali

yang akan dilakukan adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang

dibutuhkan. Selain itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki. Jika harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa

yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sifat hubungan antara suatu

arang dengan harganya dalam hukum permintaan bersifat kebalikan atau negatif,

artinya jika suatu barang naik, permintaan terhadap barang tersebut akan

berkurang, dan sebaliknya jika harga suatu barang turun, permintaan barang

tersebut akan meningkat (Mankiw, 2012).

Sumber: Mankiw (2012)

Gambar 1. Kurva Permintaan dan Kurva Pendapatan

Page 21: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

8

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perubahan permintaan akibat perubahan

pendapatan. Jika pendapatan naik dari P1 ke P2 yang menggeser kurva as ke atas

dari AS1 ke AS2 dan titik keseimbangan E1 ke E2 menunjukkan bahwa ketika

pendapatan naik maka permintaan jumlah barang akan mengalami penurunan dari

Y1 ke Y2. (Mankiw, 2012).

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang meliputi: harga

barang yang bersangkutan, harga barang distribusi atau komplementernya, selera,

jumlah penduduk, tingkat pendapatan, elastisitas barang. Sedangkan faktor-faktor

yang mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang meliputi: harga,

harga barang lain, selera, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan selera.

(Rahardja, 2004).

Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi permintaan, faktor-

faktor tersebut adalah sebagai berikut (Mankiw, 2012):

1. Harga dari barang itu sendiri

Faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam menetukan

permintaan terhadap berbagai barang. Konsumen biasanya meninjau

pembelian dari harga dari barang yang ingin dibelinya. Jika harga barang

tersebut terlalu tinggi, maka konsumen akan menyesuaikan kuantitas ataupun

jenis barang yang akan dibeli, serta ada kemungkinan pembeli akan

mengalihkan pembelanjaannya kepada barang yang dapat mensubstitusi

barang yang akan dibelinya.

Page 22: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

9

2. Harga Barang-barang Terkait

Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang yang

akan dibeli (P), harga barang pengganti (price of subsitution product) maupun

harga pelengkap (price of complementary product). Konsumen akan

membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan apabila harga barang

terlalu tinggi, bahkan ada kemungkinan konsumen memindahkan konsumsi

dan pembeliannya kepada barang pengganti (barang substitusi) yang lebih

murah harganya. Harga barang pelengkap juga akan mempengaruhi keputusan

seorang konsumen untuk membeli atau tidak barang utamanya, bila

permintaan barang utama meningkat, maka permintaan akan barang

penggantinya akan menurun dan sebaliknya. Hubungan antara suatu barang

dengan berbagai jenis-jenis barang lainnya dapat dibedakan menjadi tiga

golongan:

a. Barang lain merupakan barang pengganti.

Suatu barang dinamakan sebagai barang pengganti kepada barang

lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga

barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat

digantikannya. Jika harga barang pengganti bertambah murah maka,

barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam

permintaannya. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan

barang yang dapat digantikannya.

b. Barang lain merupakan barang pelengkap

Page 23: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

10

Apabila suatu barang selalu digunakan bersama dengan barang

lainnya, maka barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang

lainnya tersebut. Kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang

pelengkap selalu berjalan dengan perubahan permintaan barang yang

digenapinya.

c. Barang lain merupakan barang lepas

Barang independen adalah barang yang tidak ada hubungan atau

pengaruh timbal balik satu sama lain. Apabila harga barang itu naik,

mungkin pendapatan riil berkurang dan hal ini secara tidak langsung dapat

berpengaruh terhadap jumlah barang atau jasa yang diminta.

3. Cita Rasa atau Selera Masyarakat

Yaitu perubahan selera masyarakat akan mempengaruhi permintaan

terhadap barang tersebut. Walaupun harganya murah belum tentu diminta oleh

pembeli karena barang dan jasa tersebut tidak sesuai dengan cita rasa/selera

masyarakat. Seseorang cenderung akan lebih memilih menyewa lapangan

futsal yang lebih tinggi karena fasilitas yang ada lebih lengkap dan terawat

sesuai dengan selera ketimbang lapangan yang harga sewanya lebih rendah

namun fasilitas yang didapat tidak sesuai dengan selera masyarakat itu sendiri.

4. Pendapatan

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan permintaan terhadap berbagai barang. Konsumen tidak akan

dapat melakukan pembelanjaan barang kebutuhan apabila pendapatan tidak

ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan pendapatan akan

Page 24: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

11

mendorong konsumen untuk mengubah permintaan yang berlaku apabila

pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi tiga golongan:

a. Barang inferior

Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang-

orang yang berpendapatan rendah. Jika pendapatan bertambah tinggi,

maka permintaan terhadap barang-barang yang tergolong barang inferior

akan berkurang masyarakat yang mengalami kenaikan pendapatan akan

mengurangi pengeluarannya terhadap barang-barang inferior dan

menggantikannya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya.

Seseorang yang biasanya makan daging ayam akan beralih ke daging sapi

yang kualitasnya lebih baik jika pendapatannya naik.

b. Barang normal

Barang normal adalah barang yang apabila terjadi kenaikan

pendapatan maka barang ini juga akan mengalami kenaikan. Kebanyakan

barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam golongan ini.

Seseorang yang biasanya membeli daging sapi 1 kali dalam seminggu,

tetapi ketika pendapatannya naik maka dia akan membeli daging sapi lebih

dari 1 kali seminggu.

c. Barang Giffen

Barang Giffen adalah barang apabila terjadi kenaikan harga Giffen,

maka jumlah barang ini juga akan mengalami kenaikan. Faktor yang

menyebabkan barang-barang ini permintaannya akan mengalami kenaikan

kalau pendapatan masyarakat bertambah, yaitu pertambahan pendapatan

Page 25: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

12

menambah kemampuan untuk membeli lebih banyak barang dan

pertambahan pendapatan memungkinkan masyarakat menukar konsumsi

mereka dari barang yang kurang baik mutunya menjadi barang-barang

yang lebih baik mutunya.

5. Ekspektasi

Ekspektasi terhadap masa depan akan mempengaruhi permintaan Anda

saat ini untuk suatu barang atau jasa. Sebagai contoh, jika Anda

mengekspektasikan harga sewa lapangan futsal akan turun, Anda mungkin

tidak akan mau menyewa lapangan futsal terlalu lama pada harga saat ini.

6. Jumlah Pembeli

Karena permintaan pasar diperoleh dari permintaan individu maka

permintaan pasar juga ditentukan oleh hal-hal yang mempengaruhi permintaan

individu, seperti pendapatan pembeli, selera, ekspektasi, harga barang lain

yang terkait, serta banyaknya pembeli.

2.4. Elastisitas Harga Permintaan

Elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand) atau sering

disebut dengan elastisitas harga, adalah persentase perubahan jumlah barang

diminta yang diakibatkan oleh persentase perubahan harga barang itu sendiri, atau

perubahan proporsional jumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan

proporsional dari harga. Selama jumlah yang diminta berhubungan terbalik

dengan harga maka koefisien elastisitas harga akan selalu bertanda negatif. Agar

nilai negatif dapat dihindarkan, maka tanda negatif sering kali dimasukkan ke

dalam rumus elastisitas. (Sardjono, 2017).

Page 26: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

13

Menurut teori Salvatore yang dikutip oleh Febrianto dan Putri Tamara

pada tahun 2017, apabila perubahan jumlah yang diminta diwakili oleh ΔQ, dan

perubahan harga diwakili oleh ΔP, sedangkan P dan Q adalah harga awal maka

rumus elastisitas dapat ditulis sebagai berikut :

ed = (ΔQ/Q) : (ΔP/P)

Atau

ed = (ΔQ/Δ : (P/Q)

Interpretasi dari nilai koefisien elastisitas adalah sebagai berikut, koefisien

elastisitas harga suatu jenis barang A adalah 5. Artinya penurunan/kenaikan harga

barang A sebanyak 1 persen akan menyebabkan jumlah barang yang diminta akan

meningkat/menurun sebesar 5 persen. Jadi perubahan harga akan mengakibatkan

perubahan yang lebih besar pada jumlah yang diminta. Contoh lain misalnya

koefisien elastisitas makanan adalah 0,2. Artinya apabila terjadi

penurunan/kenaikan harga makanan sebesar 1 persen maka permintaan akan

naik/turun sebesar 0,2 persen. Jadi persentase perubahan jumlah yang diminta

lebih kecil dari perubahan harga.

Untuk barang-barang industri lain yang tahan lama (misalnya mobil,

televisi, komputer, dan barang-barang elektronik lainnya) umumnya

permintaannya adalah elastis, sedangkan barang-barang yang tidak tahan lama

(umumnya komoditas pertanian) permintaannya adalah inelastis.

Page 27: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

14

Terminologi untuk nilai elastisitas adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Terminologi Nilai Elastisitas

Nilai Elastisitas Terminologi Nilai Elastisitas

e > 1 Elastis (elastic)

e < 1 Inelastis (inelastic)

e = 1 Uniti (utinary elasticity)

e = ∞ Inelastis sempurna (perfect inelastic)

e = 0 Elastis Sempurna (perfect elastic)

Sumber: Febrianto dan Putri Tamara 2017.

Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi elastisitas permintaan

komoditas kopi di Sulawesi Selatan adalah harga kopi, harga teh, dan pendapatan

per kapita. Berdasarkan hal tersebut, dapat di klasifikasikan menjadi barang

bermutu rendah, barang kebutuhan pokok dan barang mewah adalah relatif

sifatnya, tergantung pendapatan, lokasi dan sebagainya. Misalnya suatu jenis

barang mungkin menjadi barang mewah pada tingkat pendapatan rendah, menjadi

barang kebutuhan pokok pada tingkat pendapatan menengah, dan menjadi barang

bermutu rendah pada tingkat pendapatan tinggi. Contohnya adalah pesawat

televisi, bagi masyarakat perkotaan pesawat televisi merupakan barang kebutuhan

pokok, sedangkan bagi masyarakat pedesaan adalah termasuk barang mewah,

dimana belum tentu setiap orang memilikinya. Seperti telah disinggung di bagian

awal, dalam kasus yang sederhana, fungsi permintaan dapat ditulis dengan

Q=F(P.M) dimana Q adalah jumlah yang diminta, P adalah harga, dan M adalah

pendapatan. Dengan mengasumsikan P adalah Konstan, maka berdasarkan fungsi

permintaan tersebut jumlah yang diminta dipengaruhi secara langsung oleh

Page 28: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

15

pendapatan. Secara matematis elastisitas pendapatan dapat diformulasikan sebagai

berikut:

ey = (ΔQ/Q) : (ΔM/M)

Atau

ey = (ΔQ/Δ : (M/Q)

Berdasarkan besarnya nilai elastisitas pendapatan, komoditi dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu barang bermutu rendah (inferior goods)

dan apabila elastisitas pendapatannya negatif (ey<0) dan barang normal (normal

goods) apabila elastisitas pendapatannya positif (ey>0). Sedangkan untuk barang

normal itu sendiri terdiri dari barang kebutuhan pokok (necessities) apabila

elastisitas pendapatan antara nol dan satu (0<ey<1), dan barang luks (luxuries)

apabila elastisitas pendapatan lebih besar dari satu (ey>1). Apabila elastisitas

pendapatan antara nol dan satu, maka jumlah barang yang diminta tidak responsif

terhadap perubahan pendapatan, maka jenis barang ini termasuk barang kebutuhan

pokok. Sedangkan barang yang mempunyai elastisitas pendapatan lebih dari satu

digolongkan sebagai luks. (Febrianto & Putri Tamara, 2017).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan untuk penelitian ini yaitu

elastisitas permintaan yang terkait dengan komoditas kopi di Sulawesi Selatan,

penelitian terdahulu dikaji secara mendalam dan menjadi referensi yang relevan

dalam mendukung hasil penelitian.

Page 29: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

16

Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu terkait elastisitas

permintaan yang dapat digunakan sebagai pembanding dan pembeda dengan

penelitian ini.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1 Analisis

Permintaan Kopi

Arabika

Roasting Di

Kecamatan

Bandar

Kabupaten

Bener Meriah (R

Jannah dkk.,

2017)

Analisis

Linear

Berganda

Hasil estimasi identifikasi masalah I diperoleh nilai R-Squared (R2)

sebesar 0,960 artinya variasi yang

terjadi pada variabel permintaan

kopi arabika roasting (Y), secara

simultan dapat dijelaskan oleh

variabel-variabel harga kopi arabika

roasting specialty (X1a), harga

greanbean arabika specialty (X2a),

harga kopi robusta (X3), dan

promosi (X4), sebesar 96,0 % dan

secara parsial hanya dipengaruhi

oleh variabel harga greenbean

arabika specialty (X2a).

Hasil estimasi identifikasi masalah 2 diperoleh nilai R-Squared (R2)

sebesar 0,871 artinya variasi yang

terjadi pada variabel permintaan

kopi arabika roasting (Y), secara

simultan dapat dijelaskan oleh

variabel-variabel harga kopi arabika

roasting premium (X1b), harga

greanbean arabika premium (X2b),

harga kopi robusta (X3), dan

promosi (X4), sebesar 87,1 % dan

secara parsial hanya dipengaruhi

oleh variabel harga greanbean

arabika premium (X2b).

Kemudian hasil estimasi identifikasi

masalah 3 diperoleh nilai R-Squared

(R2) sebesar 0,954 artinya variasi

yang terjadi pada variabel

permintaan kopi arabika roasting

(Y), secara simultan dapat

Page 30: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

17

dijelaskan oleh variabel-variabel

harga kopi arabika roasting

longberry (X1c), harga greanbean

arabika longberry (X2c), harga kopi

robusta (X3), dan promosi (X4),

sebesar 95,4 % dan secara parsial

hanya dipengaruhi oleh variabel

harga greanbean arabika longberry

(X2c).

2 Analisis

Permintaan Dan

Strategi

Pengembangan

Agribisnis Kopi

Di Indonesia,

Santoso, H, dkk.

2013

Analisis

Linear

Berganda

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh secara tidak signifikan

terhadap permintaan kopi di

Indonesia adalah harga-harga teh di

pasar domestik (Pt), harga kopi di

pasar domestik (Pk), dan populasi

penduduk di Indonesia (Pop).

Sedangkan untuk variabel

pendapatan penduduk di Indonesia

(I) berpengaruh secara signifikan

terhadap permintaan kopi di

Indonesia.

3 Analisis Faktor-

Faktor Yang

Mempengaruhi

Permintaan

Komoditi Kopi

Di Sumatera

Utara, Ilham

dkk., 2012.

Ordinary

Least Square

(OLS)

Dari hasil estimasi Identifikasi Masalah 1 diperoleh nilai R-Squared

(R2) sebesar 0,977 artinya variasi

yang terjadi pada variabel

Permintaan komoditi kopi di

Sumatera Utara (Y), secara simultan

dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel harga kopi arabika (X1),

harga kopi robusta (X2), harga teh

(X3), harga gula (X4), dan

pendapatan per kapita (X5), sebesar

97,7% dan secara parsial hanya

dipengaruhi oleh variabel harga gula

(X4) dan pendapatan per kapita

(X5).

Dari hasil estimasi Identifikasi Masalah 2 diperoleh nilai R-Squared

(R2) sebesar 0,976 artinya variasi

yang terjadi pada variabel

Permintaan komoditi kopi di

Sumatera Utara (Y), secara simultan

dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel harga kopi arabika (X1),

harga teh (X2), harga gula (X3), dan

Page 31: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

18

pendapatan per kapita (X4), sebesar

97,6% dan secara parsial hanya

dipengaruhi oleh variabel harga gula

(X3) dan pendapatan per kapita

(X4).

Dari hasil estimasi Identifikasi

Masalah 3 diperoleh nilai R-Squared

(R2) sebesar 0,976 artinya variasi

yang terjadi pada variabel

Permintaan komoditi kopi di

Sumatera Utara (Y), secara simultan

dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel harga kopi robusta (X1),

harga teh (X2), harga gula (X3), dan

pendapatan per kapita (X4), sebesar

97,6% dan secara parsial hanya

dipengaruhi oleh variabel harga gula

(X3) dan pendapatan per kapita

(X4).

4 Analisis

Determinan

Permintaan

Ekspor Kopi

Indonesia di

Pasar Jerman,

Fadilia Putri K.

2017

ECM (Error

Correction

Model)

GDP Jerman dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan

terhadap volume ekspor kopi

Indonesia. Dalam jangka pendek,

GDP Jerman berpengaruh positif

dan signifikan terhadap volume

ekspor kopi Indonesia. Berdasarkan

efek elastisitas pendapatan, kopi di

Jerman merupakan barang normal.

Kurs rupiah terhadap Euro dalam

jangka panjang tidak berpengaruh

signifikan terhadap volume ekspor

kopi Indonesia. Dalam jangka

pendek, kurs rupiah terhadap Euro

tidak berpengaruh signifikan

terhadap volume ekspor kopi

Indonesia.

Harga kopi dunia dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap volume ekspor

kopi Indonesia. Dalam jangka

pendek, harga kopi dunia tidak

berpengaruh signifikan terhadap

volume ekspor kopi Indonesia.

Berdasarkan koefisien elastisitas

pada harga kopi dunia menunjukkan

kopi bersifat elastis.

Page 32: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

19

5 Permintaan Kopi

di Pasar

Domestik,

Sihotang J, 2014

Analisis

Linear

Berganda dan

Analisis

Elastisitas

Permintaan

Sesuai dengan harapan teoretis,

ternyata permintaan kopi Indonesia

di pasar domestik berhubungan

positif dengan harga teh di pasar

domestik dan PDB riil per kapita

Indonesia, dan berhubungan negatif

dengan harga kopi di pasar

domestik, harga gula di pasar

domestik dan volume ekspor kopi

Indonesia di pasar internasional.

Meskipun variabel harga kopi Indonesia, harga teh dan harga gula

pasir di pasar domestik, PDB riil per

kapita Indonesia, dan volume ekspor

kopi Indonesia dapat dengan baik

dan secara simultan signifikan

dalam menjelaskan keragaman

permintaan kopi Indonesia di pasar

domestik, namun secara individual

hanya PDB riil per kapita Indonesia

dan volume ekspor kopi Indonesia

di pasar internasional yang

berpengaruh secara signifikan

terhadap permintaan kopi Indonesia

di pasar domestik.

Permintaan kopi Indonesia di pasar domestik bersifat elastis terhadap

PDB riil per kapita Indonesia,

namun bersifat inelastis terhadap

harga kopi Indonesia, harga teh, dan

harga gula pasir di pasar domestik,

dan ekspor kopi Indonesia.

6 Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Ekspor

Komoditas Teh

di Indonesia,

Supriani S,

2017.

Analisis

Regresi

Linear

Berganda

Cobb-

Douglas

Variabel nilai tukar, pendapatan nasional negara pengimpor, danh

arga kopi sebagai barang substitusi

teh berpengaruh positif dan

siginifikan terhadap jumlah ekspor

teh Indonesia ke-5 negara

pengimpor teh terbesar (Rusia,

Pakistan, Malaysia, Jerman dan AS)

Variabel harga ekspor teh Indonesia berpengeruh negatif dan signifikan

terhadap jumlah ekspor teh

Indonesia Ke-5 negara pengimpor

the terbesar (Rusia, Pakistan,

Malaysia, Jerman dan AS).

Page 33: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

20

Nilai koefisien regresi maksimum

terjadi pada variabel pendapatan

nasional negara pengimpor (PDB)

yaitu sebesar 0.566553. Yang

artinya jika dibandingkan dengan

tiga variabel bebas lainnya, variabel

PDB memberi pengaruh yang paling

besar.

Nilai koefisien regresi minimum terjadi pada variabel harga kopi

sebagai barang substitusi teh (PC)

yaitu sebesar 0.133667. Yang

artinya jika dibandingkan dengan

tiga variabel bebas lainnya, variabel

PC memberi pengaruh yang paling

kecil.

7 Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Permintaan Beras di

Kabupaten Aceh

Barat, Afrizal

Annizami, 2014.

Analisis

Determinan

Permintaan

(Regresi Linear

Berganda)

Jumlah rata-rata permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun

waktu 2003-2012 sebesar 23.955,80

kilo gram, untuk rata- rata produksi

beras dalan kurun waktu 10

(sepuluh) tahun adalah sebesar

40.567,70 kilo gram, harga beras

dalam kurun waktu yang sama

adalah sebesar Rp 7.460,00, dan

rata-rata jumlah penduduk adalah

sebesar 164.765 jiwa.

Hasil yang diperoleh untuk variabel produksi beras (X1) nilai thitung

sebesar 0,440 lebih kecil dari t-tabel

sebesar 2,447 dengan nilai

probalitasnya (0,675 > 0,05) maka

secara individual produksi beras

tidak mempunyai pengaruh yang

nyata terhadap permintaan beras di

Kabupaten Aceh Barat. Harga beras

(X2) dengan t-hitung sebesar 2,749

lebih besar dari t-tabel sebesar 2,447

dengan nilai probalitasnya (0,033 <

0,05) maka secara individual harga

beras berpengaruh nyata terhadap

permintaan beras di Kabupaten

Aceh Barat. Jumlah penduduk (X3)

nilai t hitung sebesar 11,350 lebih

besar dari t-tabel sebesar 2,447

dengan nilai probabilitas (0,000 <

Page 34: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

21

0,05) maka secara individual

variabel jumlah penduduk

mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap permintaan beras di

Kabupaten Aceh Barat.

Dari hasil penelitian hipotesis ini

maka diperoleh nilai Fhitung sebesar

227,982 lebih besar dari F-tabel

sebesar 3,28876 dengan nilai

probabilitasnya (0,000 < 0,05) maka

H0 ditolak H1 diterima, sehingga

variabel produksi beras, harga beras,

dan jumlah penduduk secara

bersama-sama (simultan)

mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap permintaan beras di

Kabupaten Aceh Barat.

8 Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Permintaan dan

Penawaran Jeruk

Manis di Pasar

Tradisional Kota

Medan Provinsi

Sumatera Utara,

Asmidah, 2013.

Anlisis

Regresi

Linear

Berganda

Penawaran jeruk manis secara

serempak dipengaruhi oleh harga

beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan. Hal ini dapat dilihat

dari uji F, dimana F hitung (50,629)

> F-Tabel (2,975) pada ∝ = 5%.

Secara parsial, variabel harga beli

pedagang tidak berpengaruh secara

nyata terhadap jumlah penawaran

jeruk manis yaitu pada taraf

kepercayaan 95%. Dimana dapat t-

hitung (-0,887) < t-tabel (2,048).

Secara parsial, variabel biaya

penjualan berpengaruh secara nyata

terhadap jumlah penawaran jeruk

manis yaitu pada taraf kepercayaan

95%. Dimana dapat dilihat bahwa t-

hitung (2,182) > t-tabel (2,048).

Secara parsial, variabel keuntungan

berpengaruh secara nyata terhadap

jumlah penawaran jeruk manis yaitu

pada taraf kepercayaan 95%.

Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung

(3,782) > t-tabel (2,048).

Permintaan jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga

beli konsumen, pendapatan rata-rata,

dan jumlah tanggungan. Hal ini

dapat dilihat dari uji F, dimana F-

Page 35: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

22

Hitung (35,388) > F-Tabel (2,975)

pada ∝ = 5%. Secara parsial,

variabel harga berpengaruh secara

nyata terhadap jumlah permintaan

jeruk manis yaitu pada taraf

kepercayaan 95%. Dimana t-hitung

(4,584) > t-tabel (2,048). Secara

parsial, variabel pendapatan

berpengaruh secara nyata terhadap

jumlah permintaan jeruk manis yaitu

pada taraf kepercayaan 95%.

Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung

(7,558) > t-tabel (2,048). Secara

parsial, variabel jumlah tanggungan

tidak berpengaruh secara nyata

terhadap jumlah permintaan jeruk

manis yaitu pada taraf kepercayaan

95%. Dimana dapat dilihat bahwa t-

hitung (1,143) < t-tabel (2,048).

2.6. Kerangka Pemikiran

Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang bayak dikonsumsi

oleh penduduk Sulawesi selatan, mengingat Sulawesi selatan adalah salah satu

sentra penghasil kopi yang ada di Indonesia. Di samping itu tingkat permintaan

kopi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga kopi itu sendiri,

harga barang substitusi atau pengganti dalam hal ini teh, dan pendapatan per

kapita penduduk Sulawesi selatan. Dari pengujian faktor-faktor tersebut, maka

dapat diketahui bagaimana tingkat elastisitas permintaan kopi di Sulawesi Selatan.

Page 36: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

23

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di

Sulawesi Selatan.

Page 37: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

24

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Oktober

sampai Desember 2020. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja,

dengan pertimbangan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu

provinsi dengan konsumsi kopi diatas rata-rata yaitu sebesar 9,75kg perkapita per

tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif.

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat di ukur atau dihitung secara

langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

(time series) dalam kurun waktu 1999-2018. Sumber data diperoleh dari instansi-

instansi yang memiliki berkas-berkas terkait dengan penelitian ini seperti BPS

Sulawesi Selatan (Data jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk,

pendapatan per kapita dan data pekerjaan penduduk 1999-2018), Direktorat

Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (Data Prasarana dan Sarana Pertanian

Sulawesi Selatan). Direktorat Jendral Perkebunan Sulawesi Selatan (Data

konsumsi Kopi 2001-2018), dan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) (Data

konsumsi Kopi 1999-2000).

Page 38: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

25

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencatatan yaitu teknik

ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan pencatatan data yang ada

pada instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas kopi di

Sulawesi Selatan diolah dengan Analisis Linear Berganda menggunakan

persamaan regresi model cobb-douglass.

Y = f(X1, X2, X3)

Secara sistematis dari fungsi ini dapat diturunkan model persamaan sebagai

berikut:

Log Q = α + β1 log P1 + β2 log P2 + β3 T + et

Q = α + β1 P1 + β2 P2 + β3 T + єt

Q = Jumlah Permintaan Kopi di Sulawesi Selatan (kg/tahun)

P1 = Harga Kopi Sulawesi Selatan (Rp/kg)

P2 = Harga Teh Sulawesi Selatan (Rp/kg)

T = Waktu (Cita rasa, selera, tren dan variasi produk)

β1, β2, β3 = Koefisien regresi (Elastisitas)

єt = Error term

α = Intercept

Page 39: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

26

3.5. Definisi Operasional

Konsep operasional mencakup pengertian-pengertian atau batasan-batasan

yang digunakan untuk memperjelas lingkup penelitian dan memudahkan dalam

menganalisis data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan. Adapun

konsep operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional sebuah variabel

dengan perubahan variabel lainnya dari komoditas kopi.

2. Permintaan kopi adalah berbagai jumlah kopi yang diminta oleh konsumen

pada variasi tingkat harga pada periode tertentu.

3. Kopi merupakan komoditas yang bijinya diolah untuk menghasilkan

produk yang dapat dikonsumsi seperti minuman, makanan, dan lainnya.

Page 40: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

27

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis Sulawesi Selatan

Secara astronomis, Sulawesi Selatan terletak antara 0° 12’ Lintang Utara

dan 8° Lintang Selatan dan antara 116° 48’ − 122° 36’ Bujur Timur dan dilalui

oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00.

Berdasarkan posisi geografisnya, provinsi Sulawesi Selatan memiliki batas-batas

sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sulawesi Barat

- Sebelah selatan dengan berbatas Laut Flores

- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi

Senggara.

Berdasarkan letak geografisnya, Sulawesi Selatan mempunyai dua

kabupaten kepulauan, yaitu Kepulauan Selayar serta Pangkajene dan Kepulauan

(Pangkep). Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten/kota, antara lain Kepulauan

Selayar, Pangkajene dan Kepulauan, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar,

Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang,

Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Tanah Toraja, Toraja Utara, Kota

Makassar, Kota Pare-Pare, dan Kota Palopo.

Page 41: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

28

4.2. Kondisi Demografis Sulawesi Selatan

Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan suatu

wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

pengembangan suatu wilayah dengan mempertimbangkan pertumbuhan

penduduk, komposisi struktur kependudukan, adat istiadat dan kebiasaan

penduduk.

Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang

dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah dilaksanakan

sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka, yaitu, 1961, 1971, 1980, 1990, 2000

dan 2010. Untuk tahun yang tidak dilaksanakan sensus penduduk, data

kependudukan diperoleh dari hasil proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk

merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari

komponen-komponen perubahan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan

migrasi.

Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragan dan bertambah dengan

laju pertumbuhan yang sangat beragam. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan

salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak. Di Sulawesi Selatan,

jumlah penduduk mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2015 jumlah

penduduk Sulawesi Selatan 8.520.304 jiwa, lalu tahun 2018 meningkat dengan

laju pertumbuhan 0,94% menjadi 8.771.970 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk

tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan ialah kota Makassar dengan jumlah

1.508.154 jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di Kepulauan Selayar

dengan jumlah penduduk 134.280 jiwa. (Sulawesi Selatan dalam Angka, 2019).

Page 42: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

29

Tabel 3. Tabel Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun

Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan Tahun 2018.

Kabupaten/Kota Penduduk

Laju Pertumbuhan

Penduduk Per Tahun

(%)

(1) (2) (3)

Kabupaten

1. Kepulauan Selayar

2. Bulukumba

3. Bantaeng

4. Jeneponto

5. Takalar

6. Gowa

7. Sinjai

8. Maros

9. Pangkep

10. Barru

11. Bone

12. Soppeng

13. Wajo

14. Sidrap

15. Pinrang

16. Enrekang

17. Luwu

18. Tana Toraja

19. Luwu Utara

20. Luwu Timur

21. Toraja Utara

Kota

1. Makassar

2. Pare-Pare

3. Palopo

134.280

418.326

186.612

361.793

295.892

760.607

242.672

349.822

332.674

173.623

754.894

226.770

396.810

299.123

374.583

294.827

359.209

232.821

310.470

293.822

229.798

1508.154

143.710

180.678

0.96

0.63

0.56

0.56

0.99

1.66

0.61

0.99

0.87

0.50

0.52

0.13

0.31

1.01

0.63

0.74

0.82

0.56

0.80

2.07

0.61

1.29

1.14

2.13

Sulawesi Selatan 8.771.970 0.94

Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.

Page 43: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

30

Tabel 4. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis

Kelamin di Sulawesi Selatan Tahun 2018.

Kelompok

Usia

Jenis Kelamin Jumlah Total

Laki-Laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

0-4 422.347 405 717 828.064

5-9 421.514 405.304 826.818

10-14 409.270 390.643 799.913

15-19 409.353 391.815 801.168

20-24 393.037 386.995 780.032

25-29 340.224 353.802 694.026

30-34 303.965 329.411 633.376

35-39 289.658 322.319 611.977

40-44 283.019 308.161 591.180

45-49 262.499 285.594 548.093

50-54 219.237 244.860 464.097

55-50 171.958 197.884 369.842

60-64 132.463 152.887 285.350

65-69 96.114 116.450 212.564

70-74 65.167 88.450 153.617

75+ 67.068 104.785 171.853

Jumlah 4.286.893 4.485.077 8.771.970

Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.

Dapat dilihat pada tabel 4, terlihat bahwa kelompok usia yang memiliki

jumlah paling banyak adalah kelompok usia 0-4 tahun dengan jumlah penduduk

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 422.347 orang dan perempuan sebanyak

405.717 orang. Sedangkan kelompok usia yang memiliki jumlah paling sedikit

adalah di atas 75 tahun dimana jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki

sebanya 67.068 orang dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanya

104.785 orang. (Sulawesi Selatan dalam Angka, 2019).

Page 44: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

31

4.3. Status Pekerjaan Utama Penduduk Sulawesi Selatan

Ada berbagai macam pekerjaan utama yang dilakoni oleh penduduk

Sulawesi selatan, berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik melalui publikasi

Sulawesi Selatan dalam Angka 2019. Ada 17 lapangan pekerjaan utama yaitu

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri

Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Konstruksi, Perdagangan

Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Akomodasi dan Makan Minum,

Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa

Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial, Jasa Lainnya.

Tabel 5. Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama

Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan

Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan, 2018. Status

Pekerjaan

Utama

Lapangan Pekerjaan Utama

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Berusaha Sendiri

292272 29777 67425 575 992 7337 243410 84748 33756

Berusaha dibantu buruh

tidak tetap

498625 1196 47456 0 105 5231 152005 1690 26132

Berusaha

dibatu buruh

tetap

27592 2298 28687 9 141 22078 28448 1416 6451

Buruh/

Karyawan/

Pegawai

72772 24654 136370 8645 7250 126239 181615 56238 48216

Pekerja bebas

di pertanian 119383 0 0 0 0 0 0 0 0

Pekerja bebas

di non pertanian

0 1810 17164 0 665 92383 7151 10848 579

Pekerja

Keluarga/ tak

dibayar

413858 1437 44614 0 433 1470 107723 1079 18992

Jumlah Total 1426501 24283 341716 9217 9586 254738 720352 156019 134126

Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.

Page 45: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

32

Lanjutan Tabel 5. Status

Pekerjaan

Utama

Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah

Total 10 11 12 13 14 15 16 17

Berusaha

Sendiri 3243 822 1773 5333 0 935 1545 30186 3243

Berusaha

dibantu buruh

tidak tetap

2178 0 106 920 0 1115 565 5022 2178

Berusaha

dibatu buruh tetap

955 0 1108 4818 0 1188 741 8336 955

Buruh/ Karyawan/

Pegawai

11921 47031 5067 22824 207003 204194 65375 47777 11921

Pekerja bebas

di pertanian 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pekerja bebas

di non

pertanian

0 0 540 450 0 0 0 6196 0

Pekerja

Keluarga/ tak

dibayar

1772 0 0 678 0 481 404 5784 1772

Jumlah Total 20069 47853 8594 35023 207003 207913 68630 103301 20069

Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.

Keterangan :

1 = Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

2 = Pertambangan dan Penggalian

3 = Industri Pengolahan

4 = Pengadaan Listrik dan Gas

5 = Pengadaan Air

6 = Konstruksi

7 = Perdagangan Besar dan Eceran

8 = Transportasi dan Pergudangan

9 = Akomodasi dan Makan Minum

10 = Informasi dan Komunikasi

11 = Jasa Keuangan dan Asuransi

12 = Real Estate

Page 46: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

33

13 = Jasa Perusahaan

14 = Administrasi Pemerintahan

15 = Jasa Pendidikan

16 = Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

17 = Jasa Lainnya

Dapat dilihat dari tabel 5, bahwa ada 17 lapangan pekerjaan utama di

Provinsi Sulawesi Selatan, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

didominasi oleh status usaha berusaha sendiri dengan jumlah tenaga kerja

sebanyak 295.272 orang, dan berusaha dibantu buruh tidak tetap 498.625 orang

serta pekerja keluarga 413.858 orang. Industri pengolahan didominasi dengan

status usaha Berusaha dibantu buruh tetap yang memiliki jumlah tenaga kerja

sebanya 28.267 orang dan pekerja bebas 17.164 orang. Sementara lapangan usaha

administrasi pemerintahan didominasi dengan status usaha sebagai buruh atau

karyawan yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 207.003 orang.

4.4. Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Sulawesi Selatan

Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian di Provinsi Sulawesi

Selatan mengalami peningkatan dari segi kualitas dan kuantitas. Berdasarkan

publikasi lembaga pemerintahan terkait ada 4 klasifikasi umum prasarana dan

sarana pertanian antara lain Luas Lahan Produksi, Pupuk Bersubsidi, Alat dan

Mesin Pertanian Produksi, serta Alat dan Mesin Pasca Panen.

Page 47: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

34

Tabel 6. Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Sulawesi Selatan

tahun 2018.

No. Nama Prasarana dan

Sarana

Jenis Prasarana

dan Sarana Jumlah

Jumlah

Total dan

Satuan

1 Luas Lahan

Padi 1,152,702

7,574,364

(Ha)

Jagung & Kedelai 2,239,862

Kacang Kacangan 29,198

Umbi 96,350

Hortikultura 3,916,635

Perkebunan 139,617

2 Pupuk Bersubsidi

Urea 279,572

556,625

(Ton)

Organik 23,490

NPK 135,150

ZA 69,610

SP-36 48,803

3

Bantuan Alat dan

Mesin Pertanian

Produksi

Traktor 2 Roda 2,878

6,714

(Unit)

Traktor 4 Roda 305

Pompa Air 3,225

Mesin Tanam 306

4

Bantuan Alat dan

Mesin Pertanian Pasca

Panen

Mesin Perontok Padi 214

801

(Unit)

Mesin Pengering 87

Mesin Panen

Kombinasi 244

Penggilingan 11

Pempil Jagung 205

Pengering Tegak 3

Mesin Kombi Jagung 37

Sumber : Direktorat Jendral PSP dan Kementan 2019.

Dapat dilihat pada tabel 6, perkembangan luas lahan dari beberapa jenis

komoditas memiliki luas total 7,574364 Ha dimana luas lahan komoditas

hortikultura mendominasi dengan luas total 3,916,635 Ha. Bantuan pupuk

bersubsidi dari berbagai jenis memiliki jumlah total sebanyak 556,625 Ton.

Bantuan Alsintan Produksi memiliki jumlah total sebanyak 6,714 Unit dan

Bantuan Alsintan Pasca Panen memiliki jumlah total sebanyak 801 Unit.

Page 48: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data time series selama

20 tahun, yaitu data sejak tahun 1999-2018. Untuk menganalisis data tersebut

sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka

digunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Multipple Regression

yang dibantu dengan program Microsoft Excel 2019.

Dalam penelitian yang berjudul Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di

Sulawesi Selatan ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap permintaan

Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan yaitu Harga Kopi, Harga Teh dan Waktu.

6.1.1. Permintaan/Konsumsi Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan

Permintaan Kopi di Sulawesi selatan dapat dibilang cukup besar, hal ini

dikarenakan Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra penghasil kopi di

Indonesia yang menjadikan masyarakatnya gemar mengonsumsi berbagai macam

permintaan Kopi di Sulawesi Selatan secara umum meningkat setiap tahunnya.

Konsumsi terendah berada pada tahun 1999 sebesar 4.41 juta kg dan mencapai

titik tertinggi 14.96 juta kg pada tahun 2018.

Page 49: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

36

Tabel 7. Data permintaan dan variabel yang mempengaruhi permintaan

Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.

Tahun

Konsumsi Kopi

(Juta kg) Harga Kopi (Rp/kg) Harga Teh (Rp/kg)

Q P1 P2

1999 4.41 8,398 20,394

2000 7.55 7,705 30,626

2001 7.95 8,170 39,184

2002 10.33 7,258 45,624

2003 9.46 9,099 54,192

2004 8.97 3,348 18,033

2005 9.62 4,267 21,579

2006 8.75 5,644 24,745

2007 9.85 8,017 28,755

2008 9.69 7,811 30,581

2009 9.36 8,596 35,562

2010 10.35 8,893 38,038

2011 11.09 10,751 43,286

2012 8.71 11,942 48,089

2013 11.44 12,423 52,667

2014 11.36 10,301 35,784

2015 14.76 11,354 40,195

2016 14.65 13,072 43,577

2017 14.63 17,035 49,948

2018 14.96 18,061 56,455

Sumber: Direktorat Jendral Pertanian, Badan Pusat Statistik, AEKI 2019.

6.1.2. Harga Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan

Harga Kopi atau harga barang itu sendiri merupakan salah satu faktor yang

menentukan tinggi rendahnya permintaan Kopi di Sulawesi Selatan, dalam hal ini

terjadi teori permintaan yaitu jika harga naik maka permintaan turun dan begitu

sebaliknya, jika harga turun maka permintaan komoditas kopi naik. Pada Tabel 7

di atas, dapat kita lihat bahwa harga kopi pernah mencapai titik terendahnya pada

yaitu 3,348 Rp/kg di tahun 2004, serta harga tertinggi yaitu 18,061 Rp/kg berada

pada tahun 2018.

Page 50: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

37

6.1.3. Harga Teh di Sulawesi Selatan

Harga Teh atau harga barang substitusi juga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi permintaan komoditas Kopi di Sulawesi Selatan, berdasarkan

Tabel 7, dapat dilihat bahwa harga Teh meningkat secara cukup stabil dari tahun

ke tahun meningkat dengan harga terendah yaitu 18,033 Rp/kg berada pada tahun

2004, serta harga tertinggi yaitu 56,455 Rp/kg berada pada tahun 2018.

5.2. Analisis Determinan Permintaan Kopi di Sulawesi Selatan

Untuk menganalisis determinan permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan digunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Least Square

menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2019.

Tabel 8. Hasil Estimasi Model Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan dengan Metode Multipple Regression

Variabel Empiris Coefficient

Standard

Error t-Stat Prob.

Nama Teori

Konstanta C Intecept 0.663069 1.0316 0.642739 0.529497ns

Harga

Kopi di

Sulawesi

Selatan

(Rp/kg)

LnP1 Hk -0.475583 0.1415 -

3.361359 0.003971

**

Harga

Teh di

Sulawesi

Selatan

(Rp/kg)

LnP2 Ht 0.522301 0.1467

3.561365 0.002603

**

Waktu T Wt 0.046577 0.0067 6.918931 0.000003**

F = 27.969618

Prob. F = 0.000001***

R2

= 0.839854

Sumber: Data sekunder setelah diolah dari lampiran 3.

Page 51: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

38

Keterangan

*** = signifikan pada α = 0.01 (99%)

** = signifikan pada α = 0.05 (95%)

ns = non signifikan

Berdasarkan tabel 8 di atas, maka persamaan model regresi dari hasil

analisis dapat dijabarkan sebagai berikut :

5.2.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) adalah suatu ukuran kesesuaian model (model

fit) atau sering juga disebut Goodness of Fit. Koefisien determinan (R2)

mencerminkan besarnya pengaruh variabel bebas (independen variabel) dalam

menjelaskan perubahan-perubahan pada variabel terikat (dependen variabel)

secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan

hubungan antara variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien

determinan adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati

1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

Untuk menjelaskan secara mendalam kekuatan hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terkait, maka dilakukan dengan melihat angka dari hasil

perhitungan, selanjutnya digunakan kriteria sebagai berikut (Asriyanti S dan

Khaeriyah D, 2018) :

1. Jika nilai koefisien menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak

mempunyai hubungan.

Ln Q = 27.969618 + -0.475583 Ln Hk + 0.522301 Ln Ht + 0.046577 Wt

Page 52: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

39

2. Jika nilai koefisien mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai

hubungan semakin kuat.

3. Jika nilai koefisien mendekati 0, maka kedia variabel mempunyai

hubungan semakin lemah.

4. Jika nilai koefisien sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai

hubungan linier sempurna positif.

5. Jika nilai koefisien sama dengna -1, maka kedua variabel mempunyai

hubungan linier sempurna negatif.

Koefisien determinasi (R2) dari tabel menunjukkan hasil 0.839845 yang

berarti 83,9 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan

komoditas kopi di Sulawesi Selatan dapat dijelaskan oleh faktor harga kopi, harga

teh dan variabel waktu, sedangkan 16,1 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar

model atau dapat dikatakan di luar penelitian. Dengan melihat kriteria yang

dijelaskan sebelumnya, nilai koefisien determinasi (R2) mendekati 1 dimana hal

tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas dan variabel terkait memiliki

hubungan yang semakin kuat.

Secara garis besar, koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini

menunjukkan kecocokan secara teoritis dengan penelitian-penelitian terdahulu

dimana nilai dari koefisien determinasi menunjukkan angka 0,839845 yang berarti

secara bersama-sama variabel bebas (independen) dapat menjelaskan 83,9 persen

variabel terkait (dependen) yang diteliti. Seperti pada penelitian yang dilakukan

oleh R Jannah dkk. pada tahun 2017, koefisien determinasi (R2) bernilai 0,960739

dengan kata lain variabel bebas dari penelitian tersebut dapat menjelaskan 96

Page 53: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

40

persen dari variabel terkait yang diteliti. Selanjutnya pada penelitian yang

dilakukan oleh Ilham dkk. pada tahun 2012, koefisien determinasi bernilai

koefisien determinasi (R2) menunjukkan 0,977412 (97%). Serta pada penelitian

yang dilakukan oleh Sihotang J pada tahun 2014, koefisien determinasi (R2)

menunjukkan nilai 0,787324 (78%).

Pada penelitian komoditas lain, seperti penelitian yang dilakukan Supriani

S, pada tahun 2017, tentang ekspor komoditas teh di Indonesia, koefisien

determinasinya menunjukkan nilai 0.863570 yang berarti 86% yang berarti secara

bersama-sama variabel bebas (independen) dapat menjelaskan 86,3 persen

variabel terkait (dependen) yang diteliti. Selanjutnya, pada penelitian yang

dilakukan Afrizal A, pada tahun 2014 tentang permintaan beras, koefisien

determinasinya menunjukkan nilai 0.987321. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Asmidah pada tahun 2013 tentang permintaan dan penawaran

jeruk manis di kota medan, nilai dari koefisien determinasinya menunjukkan nilai

0.803878.

5.2.2. Uji F-statistik (Simultan)

Uji F yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

(Independen) teradap variabel terikat (Dependen) secara bersama-sama

(Simultan). Pada penelitian ini, uji F-Statistik dilakukan dengan menggunakan

program Microsoft Excel 2019. Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 9 dapat

dilihat bawa nilai F Statistik sebesar 27,969618 dan nilai Probabilitas (F-Statistik)

sebesar 0.000001. Maka dapat dijelaskan bahwa variabel independen (Harga Kopi

di Sulawesi Selatan, Harga Teh di Sulawesi Selatan dan Variabel Waktu) secara

Page 54: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

41

bersama-sama mempengaruhi permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan

secara signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 99% (α = 0,01).

Jika dilihat dari beberapa penelitian terdahulu, uji simultan pada penelitian

ini secara teoritis memiliki kecocokan. Seperti pada penelitian yang dilakukan

oleh R Jannah dkk. pada tahun 2017, Hasil uji F statistik, probabilitasnya juga

bernilai 0,00001 pada tingkat kepercayaan sebesar 99 persen (α = 0,01) yang

berarti variabel-variabel independen pada penelitian tersebut secara simultan

mempengaruhi variabel dependen. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan

oleh Santoso H. dkk., pada tahun 2013, hasil uji F statistik, probabilitasnya

bernilai 0.07 pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen (α = 0,05) yang berarti

variabel-variabel independen pada penelitian tersebut juga mempengaruhi variabel

dependen secara simultan. Hal tersebut juga berlaku pada penelitian yang

dilakukan oleh Ilham dkk. pada tahun 2012, Hasil uji F statistik pada penelitian

tersebut juga memiliki nilai probabilitas 0.00001 pada taraf kepercayaan 99

persen.

Pada penelitian komoditas lain, seperti penelitian yang dilakukan Supriani

S, pada tahun 2017 tentang ekspor komoditas teh di Indonesia, nilai F-statistiknya

menunjukkan nilai 40.35237 dengan nilai probabilitas 0.000000 pada taraf

kepercayaan 95% yang berarti yang berarti variabel-variabel independen pada

penelitian tersebut secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Selanjutnya

pada penelitian yang dilakukan oleh Afrizal A, pada tahun 2014 tentang

permintaan beras di kabupaten Aceh Barat, nilai F-statistiknya menunjukkan nilai

sebesar 227.928 dengna nilai pobabilitasnya 0.000001 pada taraf kepercayaan

Page 55: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

42

95%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Asmidah pada tahun 2013

tentang permintaan komoditas jeruk manis, nilai dari F-statistinya menunjukkan

nilai 35.388568 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000001 pada taraf

kepercayaan 95%.

5.2.3. Uji t-Statistik

Uji t (Uji Parsial) atau dikenal juga dengan istilah pengujian variabel

individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan

masing-masing variabel independen (Harga Kopi di Sulawesi Selatan, Harga Teh

di Sulawesi Selatan dan Variabel Waktu) terhadap variabel dependen (Permintaan

Komoditas Kopi). Dengan melihat tabel 8 di atas, maka uji parsial yang dilakukan

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel Harga Kopi

Harga kopi merupakan nilai yang harus dibayarkan untuk

mendapatkan komoditas kopi yang diminta. Hasil uji t pada Harga kopi

memiliki nilai koefisien sebesar -0.475583 dan menunjukkan pengaruh

signifikan sebesar 0.003971 pada taraf kepercayaan 95 persen (α=0.05).

Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga kopi maka

akan menurunkan permintaan komoditas kopi sebesar 0.475583 persen.

Hasil tersebut dapat dikatakan sesuai dengan teori permintaan dimana jika

harga dari barang itu sendiri mengalami kenaikan, maka jumlah

permintaan dari barang tersebut akan menurun.

Dalam beberapa penelitian terdahulu, jika dikaitkan dengan teori

permintaan, variabel harga kopi selalu menjadi variabel pertama yang di

Page 56: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

43

uji, karena variabel harga kopi (harga barang itu sendiri) merupakan faktor

pertama yang mempengaruhi permintaan komoditas kopi. Pada penelitian

yang dilakukan R Jannah dkk. pada tahun 2017, hasil uji t pada variabel

harga kopi memiliki nilai koefisien 0.69 dan nilai probabilitas -0.04 pada

taraf kepercayaan 95 persen, hal ini menunjukkan variabel harga kopi pada

penelitian tersebut memiliki pengaruh nyata terhadap permintaan

komoditas kopi. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Ilham

dkk. pada tahun 2012, hasil uji t variabel harga kopi memiliki nilai

koefisien 6.12 nilai probabilitas 0.02 pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Santoso, H dkk. pada

tahun 2013, nilai probabilitas pada variabel harga kopi memiliki nilai 0.92

pada taraf kepercayaan 95 persen yang berarti variabel harga kopi pada

penelitian tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan

komoditas kopi.

2. Variabel Harga Teh

Harga teh merupakan nilai yang harus dibayarkan untuk

mendapatkan barang substitusi dari komoditas kopi. Hasil uji t pada Harga

teh memiliki nilai koefisien sebesar 0.522301 dan menunjukkan pengaruh

signifikan sebesar 0.002603 pada taraf kepercayaan 95 persen (α=0.05).

Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga teh maka akan

menaikkan permintaan komoditas kopi sebesar 0.522301 persen. Hasil

tersebut dapat dikatakan sesuai dengan teori permintaan dimana jika harga

dari barang substitusi mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan dari

Page 57: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

44

barang tersebut (dalam hal ini komoditas kopi) juga akan mengalami

kenaikan.

Pada beberapa penelitian terdahulu, jika dikaitkan dengan teori

permintaan harga teh memiliki peran sebagai harga barang substitusi atau

pengganti, dimana variabel tersebut juga merupakan salah satu faktor

penting dalam permintaan komoditas kopi. Pada penelitian yang dilakukan

Santoso. H dkk. pada tahun 2013, variabel harga teh memiliki nilai

probabilitas 0.41 pada tingkat kepercayaan 95 persen yang berarti pada

penelitian tersebut, harga teh tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

permintaan komoditas kopi. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan

oleh Ilham dkk. pada tahun 2012, variabel harga teh memiliki nilai

koefisien 15,2 dan nilai probabilitas -0.025 pada tingkat kepercayaan 95

persen yang berarti variabel harga teh memiliki pengaruh signifikan

terhadap permintaan komoditas kopi pada penelitian tersebut

3. Variabel Waktu

Variabel waktu merupakan variabel-variabel yang terkait dengan

perubahan waktu, seperti tren cita rasa, minat konsumen, varian racikan

baru dan sebagainya. Hasil uji t pada variabel waktu memiliki nilai

koefisien sebesar 0.046577 dan menunjukkan pengaruh signifikan

0.000003 pada taraf kepercayaan 95 persen (α=0.05). Hal ini menunjukkan

bahwa setiap kenaikan 1 persen nilai dari variabel terkait waktu akan

meningkatkan permintaan komoditas kopi sebesar 0.046577 persen. Serta

dari model regresi di atas, variabel yang terkait waktu memiliki standard

Page 58: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

45

error terkecil, standard error terkecil menunjukkan bahwa estimasinya

tinggi sehingga variabel tersebut merupakan variabel penting yang tidak

dapat diabaikan pengaruhnya dalam permintaan komoditas kopi di

Sulawesi selatan.

Pada penelitian terdahulu, variabel waktu jarang dianggap sebagai

variabel yang berpengaruh nyata sehingga jarang dimasukkan ke dalam

kategori variabel-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan

komoditas kopi, namun pada penelitian ini. Dengan standard error

terkecil, dengan nilai koefisien 0.046577 dan nilai probabilitas 0.000003

pada sehingga pada penelitian ini, secara teoritis dapat dikatakan bahwa

permintaan komoditas kopi di Sulawesi selatan paling dipengaruhi oleh

variabel waktu.

5.3. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan

Elastisitas Permintaan adalah perbandingan antara persentase perubahan

jumlah barang yang diminta terhadap persentase perubahan harga, dengan

anggapan bahwa harga merupakan satu-satunya yang menjadi faktor penyebab

dan faktor lain dianggap tetap. Selain harga, dalam penelitian ini juga ingin

diketahui pengaruh elastisitas permintaan terhadap variabel yang

mempengaruhinya secara signifikan.

Dari hasil analisis determinan permintaan komoditas kopi di Sulawesi

Selatan pada poin sebelumnya, semua variabel yang dimasukkan merupakan

variabel yang berpengaruh signifikan, variabel tersebut antara lain harga kopi,

Page 59: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

46

harga teh dan variabel waktu. Nilai elastisitas variabel-variabel tersebut dapat

dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 9. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.

Variabel Elastisitas

Harga Kopi -0.47

Harga Teh 0.52

Waktu 0.04

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2021

Berdasarkan tabel di atas, elastisitas dari variabel-variabel yang

mempengaruhi permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan secara garis besar

memiliki sifat inelastis dimana masing-masing variabel yang dianalisis memiliki

nilai di bawah 1.

Variabel harga kopi berpengaruh signifikan memiliki nilai elastisitas

sebesar -0.47, berdasarkan tabel terminologi elastisitas dapat kita ketahui bahwa

permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan terhadap harga kopi bersifat

inelastis (<1). Variabel harga teh berpengaruh signifikan dan memiliki nilai

elastisitas sebesar 0.52, berdasarkan tabel terminologi elastisitas dapat kita ketahui

bahwa permintaan kopi di Sulawesi Selatan terdapat pendapatan per kapita

bersifat inelastis dengan hasil analisis menunjukkan nilai 0.52 (<1). Variabel-

variabel yang terkait waktu juga berpengaruh signifikan dan memiliki nilai

elastisitas sebesar 0.04, berdasarkan tabel terminologi elastisitas dapat kita ketahui

bahwa permintaan kopi di Sulawesi Selatan terdapat pendapatan per kapita

bersifat inelastis dengan hasil analisis menunjukkan nilai 0.04 (<1).

Page 60: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

47

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu seperti penelitian yang

dilakukan oleh Sihotang J pada tahun 2015, hasil analisis elastisitas yang

dilakukan memiliki kecocokan dimana sebagian besar komoditas pertanian

memiliki nilai elastisitas di bawah 1 (<1) yang berarti komoditas tersebut bersifat

inelastis, hal ini menjelaskan bahwa perubahan harga tidak terlalu berpengaruh

terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta karena produk-produk

pertanian biasanya akan bersifat inelastis karena tidak tahan lama jika

dibandingkan produk-produk lainnya seperti mesin, elektronik, pakaian dan

sebagainya. Kemudian juga jika suatu barang merupakan kebutuhan pokok yang

dikonsumsi sehari-hari, maka permintaannya akan bersifat inelastis karena akan

tetap dikonsumsi walaupun terjadi perubahan harga dari barang tersebut.

Page 61: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

48

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada periode 1999-2018, konsumsi kopi di Sulawesi Selatan secara umum

meningkat setiap tahunnya. Konsumsi terendah berada pada tahun 1999

sebesar 4,41 juta kg dan mencapai titik tertinggi 14,96 juta kg pada tahun

2018. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

komoditas kopi di Sulawesi Selatan. Secara umum variabel harga kopi,

harga teh serta variabel waktu berpengaruh pada permintaan komoditas

kopi di Sulawesi Selatan. Secara parsial, variabel harga kopi, harga teh

serta variabel waktu memiliki pengaruh signifikan. Harga kopi memiliki

nilai signifikan sebesar 0.003971, harga teh memiliki nilai-nilai signifikan

sebesar 0.002603, dan variabel waktu juga memiliki nilai signifikan

sebesar 0.000003.

2. Berdasarkan hasil analisis dan dilihat dari standar nilai tabel terminologi

elastisitas, variabel harga kopi, harga teh dan variabel waktu bersifat

inelastis terhadap permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan dengan

nilai elastisitas lebih kecil dari 1 (<1). Hal menjelaskan bahwa perubahan

harga tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan kuantitas barang yang

diminta karena jika suatu barang merupakan kebutuhan pokok yang

dikonsumsi sehari-hari, maka permintaannya akan bersifat inelastis.

Page 62: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

49

6.2. Saran

1. Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dari Sulawesi

selatan, maka dari itu kuantitas dan kualitas dari produk komoditas kopi

yang dihasilkan perlu ditingkatkan secara intensif.

2. Adanya pengawasan yang ketat dalam distribusi produk, karena adanya

margin harga yang cukup tinggi antara hulu dan hilir atau produsen dan

konsumen sehingga peningkatan kesejahteraan ekonomi dapat terlaksana

secara merata.

3. Salah satu masalah terbesar komoditas kopi di Sulawesi selatan adalah

tidak meratanya pengetahuan dalam kegiatan pasca panen sehingga

menurunkan kualitas dari total produksi yang dihasilkan. Maka dari perlu

dilakukan edukasi lebih mendetail tentang komoditas kopi ini baik oleh

pemerintah, produsen dan konsumen itu sendiri sehingga terjadi

transparansi dalam kegiatan budidaya hingga pemasaran nantinya

Page 63: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

50

DAFTAR PUSTAKA

AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia). 2015. Statistik Kopi. Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia. Jakarta.

AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia). 2018. Statistik Kopi. Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia. Jakarta.

BPS Sulawesi Selatan, 2019. Sulawesi Selatan dalam Angka.

Ditjenbun 2019. Statistik Kopi Indonesia. Diolah.

Ditjen PSP Pertanian 2019. Laporan Tahunan Prasarana dan Sarana Pertanian.

Diolah

Frank, Robert H. and Ben S. Bernanke. 2009. Principles of Micro Economics

Fourth Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Febrianto dan Putri Tamara 2017, Proyeksi Elastisitas Permintaan Telur Ayam

Ras di Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.

ICO 2015. World Coffee Trade (1963-2015): A review of the markets, challenges

and opportunities facing the sector. International Coffee Organization.

Presented in International Coffee Council 112th session. London, UK

Ilham, dkk., 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Komoditi Kopi Di Sumatera Utara, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Jannah, R. 2017. Analisis Permintaan Kopi Arabika Roasting Di Kecamatan

Bandar Kabupaten Bener Meriah, Fakultas Pertanian Unisyiah. Banda

Aceh.

Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik, AEKI. 1999-2018 Permintaan dan

Determinan Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan. Diolah.

Kementerian Pertanian, 2019. Statistik Prasarana dan Sarana Pertanian. Diolah.

Mankiw, G. N. 2012. Teori Mikro Ekonomi Edisi Keenan. Erlangga: Jakarta.

Page 64: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

51

Rahardja, Prathama, dan Manurung, Mandala, 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi

Mikroekonomi & Makroekonomi, Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Salvatore, Dominick, 1997: Theory and Problems of Microeconomics Theory:

Edition International , Schaum’s Oulines Edition.

Santoso H, dkk., 2013. Analisis Permintaan Dan Strategi Pengembangan

Agribisnis Kopi Di Indonesia, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Malang.

Sardjono Sigit, 2017. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI.

Sihotang J, 2014. Permintaan Kopi di Pasar Domestik. Fakultas Ekonomi

Universitas HKBP Nommensen. Medan

Sugiarto, et.al, 2002. Ekonomi Mikro sebuah kajian komprehensif. PT Gramedia

Pustaka Utama, Alfa Beta. Bandung.

Spillane, James J, 1995. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Cetakan

Delapan. Kanasius, Yogyakarta.

Page 65: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

52

LAMPIRAN

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 66: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

53

Lampiran 1 : Ilustrasi Kopi Arabika dan Robusta

Page 67: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

54

Lampiran 2: Konsumsi Perkapita Komoditas Kopi Seluruh Indonesia Tahun

2018.

No Provinsi Konsumsi Perkapita

(kg/tahun)

1 Aceh 7.56

2 Sumatera Utara 10.84

3 Sumatera Barat 8.12

4 Riau 9.45

5 Jambi 9.34

6 Sumatera Selatan 9.12

7 Bengkulu 7.94

8 Lampung 7.97

9 Bangka Belitung 4.29

10 Kepulauan Riau 2.76

11 DKI Jakarta 10.75

12 Jawa Barat 8.44

13 Jawa Tengah 6.99

14 DI Yogyakarta 4.95

15 Jawa Timur 7.93

16 Banten 5.19

17 Bali 5.38

18 Nusa Tenggara Barat 6.05

19 Nusa Tenggara Timur 5.30

20 Kalimantan Barat 5.29

21 Kalimantan Tengah 6.09

22 Kalimantan Selatan 6.34

23 Kalimantan Timur 2.44

24 Kalimantan Utara 2.63

25 Sulawesi Utara 6.91

26 Sulawesi Tengah 7.04

27 Sulawesi Selatan 9.75

28 Sulawesi Tenggara 4.09

29 Gorontalo 2.10

30 Sulawesi Barat 6.66

31 Maluku 6.11

32 Maluku Utara 1.35

33 Papua Barat 2.00

34 Papua 6.19

Rata-Rata 6.28

Page 68: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

55

Lampiran 3: Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi

Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.

Tahun

Konsumsi Kopi

(Juta kg) Harga Kopi (Rp/kg) Harga Teh (Rp/kg)

Q P1 P2

1999 4.41 8,398 20,394

2000 7.55 7,705 30,626

2001 7.95 8,170 39,184

2002 10.33 7,258 45,624

2003 9.46 9,099 54,192

2004 8.97 3,348 18,033

2005 9.62 4,267 21,579

2006 8.75 5,644 24,745

2007 9.85 8,017 28,755

2008 9.69 7,811 30,581

2009 9.36 8,596 35,562

2010 10.35 8,893 38,038

2011 11.09 10,751 43,286

2012 8.71 11,942 48,089

2013 11.44 12,423 52,667

2014 11.36 10,301 35,784

2015 14.76 11,354 40,195

2016 14.65 13,072 43,577

2017 14.63 17,035 49,948

2018 14.96 18,061 56,455

Page 69: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

56

Lampiran 4: Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi

Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan yang Telah

di Ln-kan menggunakan Program Microsoft Excel 2019.

Tahun Waktu

Konsumsi

Komoditas Kopi

di Sulawesi

Selatan

Harga Kopi di

Sulawesi Selatan

Harga Teh di

Sulawesi Selatan

t LnQ LnP1 LnP2

1999 1 1.48 9.04 9.92

2000 2 2.02 8.95 10.33

2001 3 2.07 9.01 10.58

2002 4 2.34 8.89 10.73

2003 5 2.25 9.12 10.90

2004 6 2.19 8.12 9.80

2005 7 2.26 8.36 9.98

2006 8 2.17 8.64 10.12

2007 9 2.29 8.99 10.27

2008 10 2.27 8.96 10.33

2009 11 2.24 9.06 10.48

2010 12 2.34 9.09 10.55

2011 13 2.41 9.28 10.68

2012 14 2.16 9.39 10.78

2013 15 2.44 9.43 10.87

2014 16 2.43 9.24 10.49

2015 17 2.69 9.34 10.60

2016 18 2.68 9.48 10.68

2017 19 2.68 9.74 10.82

2018 20 2.71 9.80 10.94

Page 70: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

57

Lampiran 5: Analisis Determinan Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi

Selatan menggunakan Program Microsoft Excel 2019

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0.916436

R Square 0.839854 Adjusted R

Square 0.809827 Standard Error 0.122996 Observations 20.000000

ANOVA

df SS MS F Significance

F

Regression 3 1.269369 0.423123 27.969618 0.000001

Residual 16 0.242047 0.015128 Total 19 1.511416

Coefficients Elastisitas

Standard Error t Stat P-value

Intercept 0.663069 1.031630 0.642739 0.529497

LnP1 -0.475583 0.141485 -3.361359 0.003971

LnP2 0.522301 0.146657 3.561365 0.002603

t 0.046577 0.006732 6.918931 0.000003

Page 71: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

58

Page 72: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

59

Page 73: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

60

Page 74: ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …

61

RIWAYAT HIDUP

Awal Muawan Said adalah penulis skripsi ini. Lahir pada

tanggal 11 Agustus 1998, di Bulo Lohe, Kecamatan Rilau

Ale, Kabupaten Bulukumba Penulis merupakan anak pertama

sekaligus anak tunggal dari pasangan Ayahanda M. Said S.

dan Ibunda St. Nurbaya.

Pendidikan formal yang dilalui penulis berawal di SDN No. 60 Katabung

dan lulus pada tahun 2010, lalu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1

Tompobulu dan lulus pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan tingkat

akhir di SMK Negeri 1 Bantaeng dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang

sama, penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi pada Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tugas akhir dalam Pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

dengan judul “Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan”