ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …
Transcript of ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI DI SULAWESI …
ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI
DI SULAWESI SELATAN
AWAL MUAWAN SAID
105961102416
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ELASTISITAS PERMINTAAN KOMODITAS KOPI ARABIKA
DI SULAWESI SELATAN
HALAMAN SAMPUL
AWAL MUAWAN SAID
105961102416
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Elastisitas Permintaan
Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan adalah benar merupakan hasil karya yang
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua
sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Januari 2020
Awal Muawan Said
105961102416
v
ABSTRAK
AWAL MUAWAN SAID. 105961102416. Elastisitas Permintaan Komoditas
Kopi di Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan
ASRIYANTI SYARIF.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan permintaan
komoditas kopi di Sulawesi Selatan serta untuk mengetahui elastisitas permintaan
komoditas kopi di Sulawesi Selatan.
Jenis data yang digunakan yaitu berupa data sekunder (Time Series) yang
dirangkum dalam kurun waktu tahun 1999-2018 dengan menggunakan alat
analisis regresi linear berganda dengan bantuan program Microsoft Excel 2019.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas
kopi di Sulawesi Selatan. Secara umum variabel harga kopi, harga teh serta
variabel waktu berpengaruh pada permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan.
Secara parsial, variabel harga kopi, harga teh dan variabel waktu memiliki
pengaruh signifikan. Harga kopi memiliki nilai signifikan sebesar 0.003971, harga
teh memiliki nilai-nilai signifikan sebesar 0.002603, serta variabel waktu juga
memiliki nilai signifikan sebesar 0.000003. Berdasarkan hasil analisis dan dilihat
dari standar nilai tabel terminologi elastisitas, variabel harga kopi, harga teh dan
variabel waktu bersifat inelastis terhadap permintaan komoditas kopi di Sulawesi
Selatan dengan nilai elastisitas lebih kecil dari 1 (<1). Hal tersebut menjelaskan
bahwa perubahan harga tidak berpengaruh terhadap perubahan kuantitas barang
yang diminta karena jika suatu barang merupakan kebutuhan pokok yang
dikonsumsi sehari-hari, maka permintaannya akan bersifat inelastis.
Kata kunci : Komoditas Kopi, Elastisitas, Permintaan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir uang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P., selaku pembimbing utama dan Asriyanti
Syarif, S.P., M.Si., selaku pembimbing pendamping yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi dapat diselesaikan.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi. M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan,
baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vii
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga
kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, Januari 2021
Awal Muawan Said
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ............ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1.4. Kegunaan .................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
2.1. Komoditas Kopi........................................................................................ 5
2.2. Teori Permintaan ...................................................................................... 6
2.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan ...................................... 8
2.4. Elastisitas Harga Permintaan .................................................................. 12
2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 15
2.6. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 24
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 24
3.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 24
3.3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 25
3.4. Teknik Analisis Data .............................................................................. 25
3.5. Definisi Operasional ............................................................................... 26
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 27
4.1. Letak Geografis Sulawesi Selatan .......................................................... 27
ix
4.2. Kondisi Demografis Sulawesi Selatan ................................................... 28
4.3. Status Pekerjaan Utama Penduduk Sulawesi Selatan ............................. 31
4.4. Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Sulawesi Selatan ......... 33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 35
5.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................... 35
5.2. Analisis Determinan Permintaan Kopi di Sulawesi Selatan................... 37
5.3. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan ................. 45
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 48
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 48
6.2. Saran ....................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
LAMPIRAN .......................................................................................................... 52
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 61
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kurva Permintaan dan Kurva Pendapatan……………………... 7
2. Kerangka Pemikiran Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di
Sulawesi Selatan……………………………………………….. 20
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Terminologi Nilai Elastisitas……………………….…………... 14
2. Penelitian Terdahulu…………………….……………………… 16
3. Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan Tahun
2018………………
29
4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin
di Sulawesi Selatan Tahun
2018……………………………..….
30
5. Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama
Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan
Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan,
2018...
31
6. Perkembangan Sarana dan Prasarana Pertanian di Sulawesi
Selatan tahun
2018………………………………………………
34
7. Data Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi Permintaan
Komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan……………………………
36
8. Hasil Estimasi Model Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan dengan Metode Least
Square……………………………
38
9. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan……
46
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Ilustrasi Kopi Arabika dan Robusta……………………………... 53
2. Konsumsi Perkapita Komoditas Kopi di Seluruh Indonesia Tahun
2018………………………………………………………
54
3. Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi
Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan……………….
55
4. Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi
Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan yang Sudah di
Ln-kan menggunakan Program Microsoft Excel 2019…………. 56
5. Analisis Multipple Regression Permintaan Komoditas Kopi di
Sulawesi Selatan menggunakan Program Microsoft Excel
2019……………………………………………………………... 57
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kopi di Indonesia merupakan salah satu komoditas andalan dalam sub
sektor perkebunan yang memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peran
penting. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber perolehan devisa,
penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber pendapatan bagi petani kopi
maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam pengolahan dan mata
rantai pemasaran.
Berdasarkan data Publikasi Direktorat Jendral Perkebunan, diketahui
bahwa selama periode 2013-2018, rata-rata luas areal kopi di Indonesia adalah
1.241.029 ha, dimana luas areal tersebut berfluktuasi dengan angka terendah
1.230.001 ha pada tahun 2015 dan tertinggi 1.253.789 ha yang dicapai pada tahun
2018. Selama kurun waktu tersebut, produksi kopi di Indonesia berfluktuasi
namun cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata 652.496 ton per tahun
(Ditjenbun, 2019).
Orientasi pemasaran komoditas kopi Indonesia sampai saat ini masih
mengarah ke pasar internasional. Hal ini antara lain adalah karena permintaan
kopi di pasar domestik masih sangat rendah hanya sekitar 120 ribu ton per tahun.
Kuantitas dan pertumbuhan konsumsi kopi per kapita di dalam negeri terkesan
masih sangat lamban. Suatu survei yang dilakukan LPEM UI, menemukan bahwa
tingkat konsumsi kopi di dalam negeri pada tahun 1989 adalah sebesar 0,5 kg per
kapita per tahun. Pada tahun 2010 konsumsi tersebut naik menjadi 0,8 kg per
2
kapita per tahun, dan pada tahun 2013 konsumsi kopi domestik diperkirakan
hanya mampu mencapai 1,0 kg per kapita per tahun (Anonymous,
http://www.aeki-aice.org).
Tingkat konsumsi kopi di Indonesia termasuk rendah dibandingkan
dengan tingkat konsumsi kopi per kapita per tahun negara-negara produsen
lainnya, yaitu Brasil 2,93 kg, Colombia 4,00 kg, Costa Rica 5,0 kg, dan Ecuador
1,88 kg (AEKI, BPS, Ditjenbun, 2018). Namun konsumsi kopi di Indonesia
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan negara produsen seperti Vietnam, Pantai
Gading, dan Kenya yaitu kurang dari 0,2 kg per kapita per tahun. Dibandingkan
dengan negara-negara produsen, tingkat konsumsi kopi per kapita per tahun di
negara-negara konsumen termasuk tinggi, misalnya Jerman 7 kg, Austria 8 kg,
Belanda 9 kg, Belgia 6 kg, Italia 5 kg, Denmark 10 kg, Amerika dan Kanada
mencapai 4,4 kg, bahkan Swedia dan Finlandia mampu mengonsumsi 11 kg per
kapita per tahun (Anonymous, 2012).
Mengingat masih rendahnya kuantitas dan pertumbuhan konsumsi kopi
domestik sementara tingkat produksi walaupun fluktuatif namun cenderung
meningkat, maka selain upaya-upaya untuk meningkatkan ekspor pada pasar
internasional, juga diperlukan berbagai kebijakan untuk mendorong peningkatan
permintaan kopi di pasar domestik.
Provinsi Sulawesi Selatan diketahui selama periode 2013-2018, rata-rata
luas areal perkebunan kopi adalah 72.967 ha dengan rata-rata produksi sebesar
31.748 kg. Dari segi konsumsi, selama periode waktu tersebut konsumsi kopi
3
mengalami sedikit fluktuasi dengan konsumsi terendah 11.358 ton pada tahun
2014 dan tertinggi 14.964 ton pada tahun 2018.
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di
Sulawesi Selatan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Apa saja determinan permintaan komoditas Kopi di Sulawesi Selatan?
2. Bagaimana elastisitas permintaan komoditas Kopi di Sulawesi Selatan?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui determinan permintaan komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan.
2. Untuk mengetahui elastisitas permintaan komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan.
1.4. Kegunaan
Adapun kegunaan penelitian pada penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai referensi untuk peneliti,
terutama yang berkaitan terhadap sektor perkebunan komoditas Kopi.
4
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan solusi dan pengetahuan tambahan
terhadap kegiatan perkebunan khususnya pada komoditas Kopi.
3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dijadikan acuan bagi
pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian khususnya
komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komoditas Kopi
Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama perpugenus coffea dari
famili rubiceae yang umumnya berasal dari benua Afrika. Di seluruh dunia kini
terdapat sekitar 4.500 jenis kopi yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar
yaitu :
1. Cofffe canefora, salah satu jenis varietasnya yang menghasilkan kopi
dagang robusta.
2. Coffea arabica, yang menghasilkan kopi dagang arabika.
3. Coffea exelca yang menghasilkan kopi dagang ekselsa.
4. Coffea liberica yang menghasilkan kopi dagang liberika.
Secara global, berdasarkan jenisnya, kopi yang dikonsumsi dan
diperdagangkan secara komersial dibedakan menjadi dua jenis, yaitu arabika dan
robusta. Konsumsi kopi dunia didominasi jenis arabika sekitar 70 persen dari total
konsumsi dunia sedangkan 30% sisanya adalah konsumsi robusta. Selera pasar ini
tercermin juga dari produksi kopi dunia. Total produksi arabika di tahun panen
1989/1990 yang mencapai 72,5% dari total produksi dunia sedangkan 27,5%
sisanya adalah jenis arabika. Namun demikian, proporsi ini menurun di tahun
2012/2013. Saat ini, produksi arabika diperkirakan mencapai 61,3% dari total
produksi dunia sedangkan sisanya adalah produksi robusta (ICO, 2015).
Di Indonesia, ada dua jenis kopi yang diproduksi dan diperdagangkan secara
komersial, yaitu robusta dan arabika. Walaupun produktivitas kopi arabika
6
Indonesia lebih tinggi dari kopi robusta, produksi Indonesia saat ini didominasi
oleh robusta, yaitu sekitar 79-97% dari total produksi kopi di Indonesia selama
periode 1999-2010 (AEKI, 2014). Produksi robusta pada tahun 2010 mencapai
86,51% dari total produksi kopi. Besarnya produksi jenis robusta dan kurang
berkembangnya produksi arabika saat ini antara lain karena secara teknis
ketinggian lahan yang cocok untuk penanaman arabika masih berupa hutan.
Selain itu, pemeliharaan kopi rrobusta cenderung lebih mudah dan lebih kecil
risikonya untuk terpapar penyakit dan hama.
Menurut publikasi AEKI, saat ini kopi arabika yang diekspor Indonesia
adalah arabika mutu 1 berdasarkan sistem cacat kopi dengan SNI nomor 01-2907-
2008 yang mengikuti perkembangan pasar global, persyaratan internasional dan
resolusi ICO No. 407 tentang Coffee quality improvement program yang
diluncurkan sejak tahun 2002. Namun demikian, untuk kopi jenis robusta masih
didominasi mutu 4 (60%), mutu 5 dan mutu 6 (30%) dan hanya 10% dalam
bentuk mutu 1 atau mutu 2, dalam skala mutu tertinggi hingga terendah: 1 sampai
6. Dengan demikian, terdapat indikasi permasalahan pada kualitas biji kopi yang
dihasilkan yang berdampak negatif pada orientasi permintaan dari konsumen.
2.2. Teori Permintaan
Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan (demand) mempunyai arti tertentu,
yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang
yang mau dibeli orang dan harga barang tersebut. Permintaan adalah jumlah dari
suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga,
selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris
7
paribus). Para ahli ekonomi mempelajari teori permintaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan, yang berguna dalam menstabilkan perekonomian
jangka pendek. Seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali
yang akan dilakukan adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang
dibutuhkan. Selain itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Jika harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa
yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sifat hubungan antara suatu
arang dengan harganya dalam hukum permintaan bersifat kebalikan atau negatif,
artinya jika suatu barang naik, permintaan terhadap barang tersebut akan
berkurang, dan sebaliknya jika harga suatu barang turun, permintaan barang
tersebut akan meningkat (Mankiw, 2012).
Sumber: Mankiw (2012)
Gambar 1. Kurva Permintaan dan Kurva Pendapatan
8
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perubahan permintaan akibat perubahan
pendapatan. Jika pendapatan naik dari P1 ke P2 yang menggeser kurva as ke atas
dari AS1 ke AS2 dan titik keseimbangan E1 ke E2 menunjukkan bahwa ketika
pendapatan naik maka permintaan jumlah barang akan mengalami penurunan dari
Y1 ke Y2. (Mankiw, 2012).
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang meliputi: harga
barang yang bersangkutan, harga barang distribusi atau komplementernya, selera,
jumlah penduduk, tingkat pendapatan, elastisitas barang. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang meliputi: harga,
harga barang lain, selera, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan selera.
(Rahardja, 2004).
Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi permintaan, faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut (Mankiw, 2012):
1. Harga dari barang itu sendiri
Faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam menetukan
permintaan terhadap berbagai barang. Konsumen biasanya meninjau
pembelian dari harga dari barang yang ingin dibelinya. Jika harga barang
tersebut terlalu tinggi, maka konsumen akan menyesuaikan kuantitas ataupun
jenis barang yang akan dibeli, serta ada kemungkinan pembeli akan
mengalihkan pembelanjaannya kepada barang yang dapat mensubstitusi
barang yang akan dibelinya.
9
2. Harga Barang-barang Terkait
Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang yang
akan dibeli (P), harga barang pengganti (price of subsitution product) maupun
harga pelengkap (price of complementary product). Konsumen akan
membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan apabila harga barang
terlalu tinggi, bahkan ada kemungkinan konsumen memindahkan konsumsi
dan pembeliannya kepada barang pengganti (barang substitusi) yang lebih
murah harganya. Harga barang pelengkap juga akan mempengaruhi keputusan
seorang konsumen untuk membeli atau tidak barang utamanya, bila
permintaan barang utama meningkat, maka permintaan akan barang
penggantinya akan menurun dan sebaliknya. Hubungan antara suatu barang
dengan berbagai jenis-jenis barang lainnya dapat dibedakan menjadi tiga
golongan:
a. Barang lain merupakan barang pengganti.
Suatu barang dinamakan sebagai barang pengganti kepada barang
lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga
barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat
digantikannya. Jika harga barang pengganti bertambah murah maka,
barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam
permintaannya. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan
barang yang dapat digantikannya.
b. Barang lain merupakan barang pelengkap
10
Apabila suatu barang selalu digunakan bersama dengan barang
lainnya, maka barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang
lainnya tersebut. Kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang
pelengkap selalu berjalan dengan perubahan permintaan barang yang
digenapinya.
c. Barang lain merupakan barang lepas
Barang independen adalah barang yang tidak ada hubungan atau
pengaruh timbal balik satu sama lain. Apabila harga barang itu naik,
mungkin pendapatan riil berkurang dan hal ini secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap jumlah barang atau jasa yang diminta.
3. Cita Rasa atau Selera Masyarakat
Yaitu perubahan selera masyarakat akan mempengaruhi permintaan
terhadap barang tersebut. Walaupun harganya murah belum tentu diminta oleh
pembeli karena barang dan jasa tersebut tidak sesuai dengan cita rasa/selera
masyarakat. Seseorang cenderung akan lebih memilih menyewa lapangan
futsal yang lebih tinggi karena fasilitas yang ada lebih lengkap dan terawat
sesuai dengan selera ketimbang lapangan yang harga sewanya lebih rendah
namun fasilitas yang didapat tidak sesuai dengan selera masyarakat itu sendiri.
4. Pendapatan
Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan permintaan terhadap berbagai barang. Konsumen tidak akan
dapat melakukan pembelanjaan barang kebutuhan apabila pendapatan tidak
ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan pendapatan akan
11
mendorong konsumen untuk mengubah permintaan yang berlaku apabila
pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi tiga golongan:
a. Barang inferior
Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang-
orang yang berpendapatan rendah. Jika pendapatan bertambah tinggi,
maka permintaan terhadap barang-barang yang tergolong barang inferior
akan berkurang masyarakat yang mengalami kenaikan pendapatan akan
mengurangi pengeluarannya terhadap barang-barang inferior dan
menggantikannya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya.
Seseorang yang biasanya makan daging ayam akan beralih ke daging sapi
yang kualitasnya lebih baik jika pendapatannya naik.
b. Barang normal
Barang normal adalah barang yang apabila terjadi kenaikan
pendapatan maka barang ini juga akan mengalami kenaikan. Kebanyakan
barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam golongan ini.
Seseorang yang biasanya membeli daging sapi 1 kali dalam seminggu,
tetapi ketika pendapatannya naik maka dia akan membeli daging sapi lebih
dari 1 kali seminggu.
c. Barang Giffen
Barang Giffen adalah barang apabila terjadi kenaikan harga Giffen,
maka jumlah barang ini juga akan mengalami kenaikan. Faktor yang
menyebabkan barang-barang ini permintaannya akan mengalami kenaikan
kalau pendapatan masyarakat bertambah, yaitu pertambahan pendapatan
12
menambah kemampuan untuk membeli lebih banyak barang dan
pertambahan pendapatan memungkinkan masyarakat menukar konsumsi
mereka dari barang yang kurang baik mutunya menjadi barang-barang
yang lebih baik mutunya.
5. Ekspektasi
Ekspektasi terhadap masa depan akan mempengaruhi permintaan Anda
saat ini untuk suatu barang atau jasa. Sebagai contoh, jika Anda
mengekspektasikan harga sewa lapangan futsal akan turun, Anda mungkin
tidak akan mau menyewa lapangan futsal terlalu lama pada harga saat ini.
6. Jumlah Pembeli
Karena permintaan pasar diperoleh dari permintaan individu maka
permintaan pasar juga ditentukan oleh hal-hal yang mempengaruhi permintaan
individu, seperti pendapatan pembeli, selera, ekspektasi, harga barang lain
yang terkait, serta banyaknya pembeli.
2.4. Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand) atau sering
disebut dengan elastisitas harga, adalah persentase perubahan jumlah barang
diminta yang diakibatkan oleh persentase perubahan harga barang itu sendiri, atau
perubahan proporsional jumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan
proporsional dari harga. Selama jumlah yang diminta berhubungan terbalik
dengan harga maka koefisien elastisitas harga akan selalu bertanda negatif. Agar
nilai negatif dapat dihindarkan, maka tanda negatif sering kali dimasukkan ke
dalam rumus elastisitas. (Sardjono, 2017).
13
Menurut teori Salvatore yang dikutip oleh Febrianto dan Putri Tamara
pada tahun 2017, apabila perubahan jumlah yang diminta diwakili oleh ΔQ, dan
perubahan harga diwakili oleh ΔP, sedangkan P dan Q adalah harga awal maka
rumus elastisitas dapat ditulis sebagai berikut :
ed = (ΔQ/Q) : (ΔP/P)
Atau
ed = (ΔQ/Δ : (P/Q)
Interpretasi dari nilai koefisien elastisitas adalah sebagai berikut, koefisien
elastisitas harga suatu jenis barang A adalah 5. Artinya penurunan/kenaikan harga
barang A sebanyak 1 persen akan menyebabkan jumlah barang yang diminta akan
meningkat/menurun sebesar 5 persen. Jadi perubahan harga akan mengakibatkan
perubahan yang lebih besar pada jumlah yang diminta. Contoh lain misalnya
koefisien elastisitas makanan adalah 0,2. Artinya apabila terjadi
penurunan/kenaikan harga makanan sebesar 1 persen maka permintaan akan
naik/turun sebesar 0,2 persen. Jadi persentase perubahan jumlah yang diminta
lebih kecil dari perubahan harga.
Untuk barang-barang industri lain yang tahan lama (misalnya mobil,
televisi, komputer, dan barang-barang elektronik lainnya) umumnya
permintaannya adalah elastis, sedangkan barang-barang yang tidak tahan lama
(umumnya komoditas pertanian) permintaannya adalah inelastis.
14
Terminologi untuk nilai elastisitas adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Terminologi Nilai Elastisitas
Nilai Elastisitas Terminologi Nilai Elastisitas
e > 1 Elastis (elastic)
e < 1 Inelastis (inelastic)
e = 1 Uniti (utinary elasticity)
e = ∞ Inelastis sempurna (perfect inelastic)
e = 0 Elastis Sempurna (perfect elastic)
Sumber: Febrianto dan Putri Tamara 2017.
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi elastisitas permintaan
komoditas kopi di Sulawesi Selatan adalah harga kopi, harga teh, dan pendapatan
per kapita. Berdasarkan hal tersebut, dapat di klasifikasikan menjadi barang
bermutu rendah, barang kebutuhan pokok dan barang mewah adalah relatif
sifatnya, tergantung pendapatan, lokasi dan sebagainya. Misalnya suatu jenis
barang mungkin menjadi barang mewah pada tingkat pendapatan rendah, menjadi
barang kebutuhan pokok pada tingkat pendapatan menengah, dan menjadi barang
bermutu rendah pada tingkat pendapatan tinggi. Contohnya adalah pesawat
televisi, bagi masyarakat perkotaan pesawat televisi merupakan barang kebutuhan
pokok, sedangkan bagi masyarakat pedesaan adalah termasuk barang mewah,
dimana belum tentu setiap orang memilikinya. Seperti telah disinggung di bagian
awal, dalam kasus yang sederhana, fungsi permintaan dapat ditulis dengan
Q=F(P.M) dimana Q adalah jumlah yang diminta, P adalah harga, dan M adalah
pendapatan. Dengan mengasumsikan P adalah Konstan, maka berdasarkan fungsi
permintaan tersebut jumlah yang diminta dipengaruhi secara langsung oleh
15
pendapatan. Secara matematis elastisitas pendapatan dapat diformulasikan sebagai
berikut:
ey = (ΔQ/Q) : (ΔM/M)
Atau
ey = (ΔQ/Δ : (M/Q)
Berdasarkan besarnya nilai elastisitas pendapatan, komoditi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu barang bermutu rendah (inferior goods)
dan apabila elastisitas pendapatannya negatif (ey<0) dan barang normal (normal
goods) apabila elastisitas pendapatannya positif (ey>0). Sedangkan untuk barang
normal itu sendiri terdiri dari barang kebutuhan pokok (necessities) apabila
elastisitas pendapatan antara nol dan satu (0<ey<1), dan barang luks (luxuries)
apabila elastisitas pendapatan lebih besar dari satu (ey>1). Apabila elastisitas
pendapatan antara nol dan satu, maka jumlah barang yang diminta tidak responsif
terhadap perubahan pendapatan, maka jenis barang ini termasuk barang kebutuhan
pokok. Sedangkan barang yang mempunyai elastisitas pendapatan lebih dari satu
digolongkan sebagai luks. (Febrianto & Putri Tamara, 2017).
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan untuk penelitian ini yaitu
elastisitas permintaan yang terkait dengan komoditas kopi di Sulawesi Selatan,
penelitian terdahulu dikaji secara mendalam dan menjadi referensi yang relevan
dalam mendukung hasil penelitian.
16
Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu terkait elastisitas
permintaan yang dapat digunakan sebagai pembanding dan pembeda dengan
penelitian ini.
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Analisis
Permintaan Kopi
Arabika
Roasting Di
Kecamatan
Bandar
Kabupaten
Bener Meriah (R
Jannah dkk.,
2017)
Analisis
Linear
Berganda
Hasil estimasi identifikasi masalah I diperoleh nilai R-Squared (R2)
sebesar 0,960 artinya variasi yang
terjadi pada variabel permintaan
kopi arabika roasting (Y), secara
simultan dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel harga kopi arabika
roasting specialty (X1a), harga
greanbean arabika specialty (X2a),
harga kopi robusta (X3), dan
promosi (X4), sebesar 96,0 % dan
secara parsial hanya dipengaruhi
oleh variabel harga greenbean
arabika specialty (X2a).
Hasil estimasi identifikasi masalah 2 diperoleh nilai R-Squared (R2)
sebesar 0,871 artinya variasi yang
terjadi pada variabel permintaan
kopi arabika roasting (Y), secara
simultan dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel harga kopi arabika
roasting premium (X1b), harga
greanbean arabika premium (X2b),
harga kopi robusta (X3), dan
promosi (X4), sebesar 87,1 % dan
secara parsial hanya dipengaruhi
oleh variabel harga greanbean
arabika premium (X2b).
Kemudian hasil estimasi identifikasi
masalah 3 diperoleh nilai R-Squared
(R2) sebesar 0,954 artinya variasi
yang terjadi pada variabel
permintaan kopi arabika roasting
(Y), secara simultan dapat
17
dijelaskan oleh variabel-variabel
harga kopi arabika roasting
longberry (X1c), harga greanbean
arabika longberry (X2c), harga kopi
robusta (X3), dan promosi (X4),
sebesar 95,4 % dan secara parsial
hanya dipengaruhi oleh variabel
harga greanbean arabika longberry
(X2c).
2 Analisis
Permintaan Dan
Strategi
Pengembangan
Agribisnis Kopi
Di Indonesia,
Santoso, H, dkk.
2013
Analisis
Linear
Berganda
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh secara tidak signifikan
terhadap permintaan kopi di
Indonesia adalah harga-harga teh di
pasar domestik (Pt), harga kopi di
pasar domestik (Pk), dan populasi
penduduk di Indonesia (Pop).
Sedangkan untuk variabel
pendapatan penduduk di Indonesia
(I) berpengaruh secara signifikan
terhadap permintaan kopi di
Indonesia.
3 Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Permintaan
Komoditi Kopi
Di Sumatera
Utara, Ilham
dkk., 2012.
Ordinary
Least Square
(OLS)
Dari hasil estimasi Identifikasi Masalah 1 diperoleh nilai R-Squared
(R2) sebesar 0,977 artinya variasi
yang terjadi pada variabel
Permintaan komoditi kopi di
Sumatera Utara (Y), secara simultan
dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel harga kopi arabika (X1),
harga kopi robusta (X2), harga teh
(X3), harga gula (X4), dan
pendapatan per kapita (X5), sebesar
97,7% dan secara parsial hanya
dipengaruhi oleh variabel harga gula
(X4) dan pendapatan per kapita
(X5).
Dari hasil estimasi Identifikasi Masalah 2 diperoleh nilai R-Squared
(R2) sebesar 0,976 artinya variasi
yang terjadi pada variabel
Permintaan komoditi kopi di
Sumatera Utara (Y), secara simultan
dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel harga kopi arabika (X1),
harga teh (X2), harga gula (X3), dan
18
pendapatan per kapita (X4), sebesar
97,6% dan secara parsial hanya
dipengaruhi oleh variabel harga gula
(X3) dan pendapatan per kapita
(X4).
Dari hasil estimasi Identifikasi
Masalah 3 diperoleh nilai R-Squared
(R2) sebesar 0,976 artinya variasi
yang terjadi pada variabel
Permintaan komoditi kopi di
Sumatera Utara (Y), secara simultan
dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel harga kopi robusta (X1),
harga teh (X2), harga gula (X3), dan
pendapatan per kapita (X4), sebesar
97,6% dan secara parsial hanya
dipengaruhi oleh variabel harga gula
(X3) dan pendapatan per kapita
(X4).
4 Analisis
Determinan
Permintaan
Ekspor Kopi
Indonesia di
Pasar Jerman,
Fadilia Putri K.
2017
ECM (Error
Correction
Model)
GDP Jerman dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume ekspor kopi
Indonesia. Dalam jangka pendek,
GDP Jerman berpengaruh positif
dan signifikan terhadap volume
ekspor kopi Indonesia. Berdasarkan
efek elastisitas pendapatan, kopi di
Jerman merupakan barang normal.
Kurs rupiah terhadap Euro dalam
jangka panjang tidak berpengaruh
signifikan terhadap volume ekspor
kopi Indonesia. Dalam jangka
pendek, kurs rupiah terhadap Euro
tidak berpengaruh signifikan
terhadap volume ekspor kopi
Indonesia.
Harga kopi dunia dalam jangka panjang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap volume ekspor
kopi Indonesia. Dalam jangka
pendek, harga kopi dunia tidak
berpengaruh signifikan terhadap
volume ekspor kopi Indonesia.
Berdasarkan koefisien elastisitas
pada harga kopi dunia menunjukkan
kopi bersifat elastis.
19
5 Permintaan Kopi
di Pasar
Domestik,
Sihotang J, 2014
Analisis
Linear
Berganda dan
Analisis
Elastisitas
Permintaan
Sesuai dengan harapan teoretis,
ternyata permintaan kopi Indonesia
di pasar domestik berhubungan
positif dengan harga teh di pasar
domestik dan PDB riil per kapita
Indonesia, dan berhubungan negatif
dengan harga kopi di pasar
domestik, harga gula di pasar
domestik dan volume ekspor kopi
Indonesia di pasar internasional.
Meskipun variabel harga kopi Indonesia, harga teh dan harga gula
pasir di pasar domestik, PDB riil per
kapita Indonesia, dan volume ekspor
kopi Indonesia dapat dengan baik
dan secara simultan signifikan
dalam menjelaskan keragaman
permintaan kopi Indonesia di pasar
domestik, namun secara individual
hanya PDB riil per kapita Indonesia
dan volume ekspor kopi Indonesia
di pasar internasional yang
berpengaruh secara signifikan
terhadap permintaan kopi Indonesia
di pasar domestik.
Permintaan kopi Indonesia di pasar domestik bersifat elastis terhadap
PDB riil per kapita Indonesia,
namun bersifat inelastis terhadap
harga kopi Indonesia, harga teh, dan
harga gula pasir di pasar domestik,
dan ekspor kopi Indonesia.
6 Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Ekspor
Komoditas Teh
di Indonesia,
Supriani S,
2017.
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Cobb-
Douglas
Variabel nilai tukar, pendapatan nasional negara pengimpor, danh
arga kopi sebagai barang substitusi
teh berpengaruh positif dan
siginifikan terhadap jumlah ekspor
teh Indonesia ke-5 negara
pengimpor teh terbesar (Rusia,
Pakistan, Malaysia, Jerman dan AS)
Variabel harga ekspor teh Indonesia berpengeruh negatif dan signifikan
terhadap jumlah ekspor teh
Indonesia Ke-5 negara pengimpor
the terbesar (Rusia, Pakistan,
Malaysia, Jerman dan AS).
20
Nilai koefisien regresi maksimum
terjadi pada variabel pendapatan
nasional negara pengimpor (PDB)
yaitu sebesar 0.566553. Yang
artinya jika dibandingkan dengan
tiga variabel bebas lainnya, variabel
PDB memberi pengaruh yang paling
besar.
Nilai koefisien regresi minimum terjadi pada variabel harga kopi
sebagai barang substitusi teh (PC)
yaitu sebesar 0.133667. Yang
artinya jika dibandingkan dengan
tiga variabel bebas lainnya, variabel
PC memberi pengaruh yang paling
kecil.
7 Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Permintaan Beras di
Kabupaten Aceh
Barat, Afrizal
Annizami, 2014.
Analisis
Determinan
Permintaan
(Regresi Linear
Berganda)
Jumlah rata-rata permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun
waktu 2003-2012 sebesar 23.955,80
kilo gram, untuk rata- rata produksi
beras dalan kurun waktu 10
(sepuluh) tahun adalah sebesar
40.567,70 kilo gram, harga beras
dalam kurun waktu yang sama
adalah sebesar Rp 7.460,00, dan
rata-rata jumlah penduduk adalah
sebesar 164.765 jiwa.
Hasil yang diperoleh untuk variabel produksi beras (X1) nilai thitung
sebesar 0,440 lebih kecil dari t-tabel
sebesar 2,447 dengan nilai
probalitasnya (0,675 > 0,05) maka
secara individual produksi beras
tidak mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap permintaan beras di
Kabupaten Aceh Barat. Harga beras
(X2) dengan t-hitung sebesar 2,749
lebih besar dari t-tabel sebesar 2,447
dengan nilai probalitasnya (0,033 <
0,05) maka secara individual harga
beras berpengaruh nyata terhadap
permintaan beras di Kabupaten
Aceh Barat. Jumlah penduduk (X3)
nilai t hitung sebesar 11,350 lebih
besar dari t-tabel sebesar 2,447
dengan nilai probabilitas (0,000 <
21
0,05) maka secara individual
variabel jumlah penduduk
mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap permintaan beras di
Kabupaten Aceh Barat.
Dari hasil penelitian hipotesis ini
maka diperoleh nilai Fhitung sebesar
227,982 lebih besar dari F-tabel
sebesar 3,28876 dengan nilai
probabilitasnya (0,000 < 0,05) maka
H0 ditolak H1 diterima, sehingga
variabel produksi beras, harga beras,
dan jumlah penduduk secara
bersama-sama (simultan)
mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap permintaan beras di
Kabupaten Aceh Barat.
8 Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Permintaan dan
Penawaran Jeruk
Manis di Pasar
Tradisional Kota
Medan Provinsi
Sumatera Utara,
Asmidah, 2013.
Anlisis
Regresi
Linear
Berganda
Penawaran jeruk manis secara
serempak dipengaruhi oleh harga
beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan. Hal ini dapat dilihat
dari uji F, dimana F hitung (50,629)
> F-Tabel (2,975) pada ∝ = 5%.
Secara parsial, variabel harga beli
pedagang tidak berpengaruh secara
nyata terhadap jumlah penawaran
jeruk manis yaitu pada taraf
kepercayaan 95%. Dimana dapat t-
hitung (-0,887) < t-tabel (2,048).
Secara parsial, variabel biaya
penjualan berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah penawaran jeruk
manis yaitu pada taraf kepercayaan
95%. Dimana dapat dilihat bahwa t-
hitung (2,182) > t-tabel (2,048).
Secara parsial, variabel keuntungan
berpengaruh secara nyata terhadap
jumlah penawaran jeruk manis yaitu
pada taraf kepercayaan 95%.
Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung
(3,782) > t-tabel (2,048).
Permintaan jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga
beli konsumen, pendapatan rata-rata,
dan jumlah tanggungan. Hal ini
dapat dilihat dari uji F, dimana F-
22
Hitung (35,388) > F-Tabel (2,975)
pada ∝ = 5%. Secara parsial,
variabel harga berpengaruh secara
nyata terhadap jumlah permintaan
jeruk manis yaitu pada taraf
kepercayaan 95%. Dimana t-hitung
(4,584) > t-tabel (2,048). Secara
parsial, variabel pendapatan
berpengaruh secara nyata terhadap
jumlah permintaan jeruk manis yaitu
pada taraf kepercayaan 95%.
Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung
(7,558) > t-tabel (2,048). Secara
parsial, variabel jumlah tanggungan
tidak berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah permintaan jeruk
manis yaitu pada taraf kepercayaan
95%. Dimana dapat dilihat bahwa t-
hitung (1,143) < t-tabel (2,048).
2.6. Kerangka Pemikiran
Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang bayak dikonsumsi
oleh penduduk Sulawesi selatan, mengingat Sulawesi selatan adalah salah satu
sentra penghasil kopi yang ada di Indonesia. Di samping itu tingkat permintaan
kopi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga kopi itu sendiri,
harga barang substitusi atau pengganti dalam hal ini teh, dan pendapatan per
kapita penduduk Sulawesi selatan. Dari pengujian faktor-faktor tersebut, maka
dapat diketahui bagaimana tingkat elastisitas permintaan kopi di Sulawesi Selatan.
23
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di
Sulawesi Selatan.
24
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Oktober
sampai Desember 2020. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja,
dengan pertimbangan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu
provinsi dengan konsumsi kopi diatas rata-rata yaitu sebesar 9,75kg perkapita per
tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat di ukur atau dihitung secara
langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan
bilangan atau berbentuk angka.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
(time series) dalam kurun waktu 1999-2018. Sumber data diperoleh dari instansi-
instansi yang memiliki berkas-berkas terkait dengan penelitian ini seperti BPS
Sulawesi Selatan (Data jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk,
pendapatan per kapita dan data pekerjaan penduduk 1999-2018), Direktorat
Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (Data Prasarana dan Sarana Pertanian
Sulawesi Selatan). Direktorat Jendral Perkebunan Sulawesi Selatan (Data
konsumsi Kopi 2001-2018), dan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) (Data
konsumsi Kopi 1999-2000).
25
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencatatan yaitu teknik
ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan pencatatan data yang ada
pada instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas kopi di
Sulawesi Selatan diolah dengan Analisis Linear Berganda menggunakan
persamaan regresi model cobb-douglass.
Y = f(X1, X2, X3)
Secara sistematis dari fungsi ini dapat diturunkan model persamaan sebagai
berikut:
Log Q = α + β1 log P1 + β2 log P2 + β3 T + et
Q = α + β1 P1 + β2 P2 + β3 T + єt
Q = Jumlah Permintaan Kopi di Sulawesi Selatan (kg/tahun)
P1 = Harga Kopi Sulawesi Selatan (Rp/kg)
P2 = Harga Teh Sulawesi Selatan (Rp/kg)
T = Waktu (Cita rasa, selera, tren dan variasi produk)
β1, β2, β3 = Koefisien regresi (Elastisitas)
єt = Error term
α = Intercept
26
3.5. Definisi Operasional
Konsep operasional mencakup pengertian-pengertian atau batasan-batasan
yang digunakan untuk memperjelas lingkup penelitian dan memudahkan dalam
menganalisis data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan. Adapun
konsep operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional sebuah variabel
dengan perubahan variabel lainnya dari komoditas kopi.
2. Permintaan kopi adalah berbagai jumlah kopi yang diminta oleh konsumen
pada variasi tingkat harga pada periode tertentu.
3. Kopi merupakan komoditas yang bijinya diolah untuk menghasilkan
produk yang dapat dikonsumsi seperti minuman, makanan, dan lainnya.
27
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis Sulawesi Selatan
Secara astronomis, Sulawesi Selatan terletak antara 0° 12’ Lintang Utara
dan 8° Lintang Selatan dan antara 116° 48’ − 122° 36’ Bujur Timur dan dilalui
oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00.
Berdasarkan posisi geografisnya, provinsi Sulawesi Selatan memiliki batas-batas
sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sulawesi Barat
- Sebelah selatan dengan berbatas Laut Flores
- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi
Senggara.
Berdasarkan letak geografisnya, Sulawesi Selatan mempunyai dua
kabupaten kepulauan, yaitu Kepulauan Selayar serta Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep). Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten/kota, antara lain Kepulauan
Selayar, Pangkajene dan Kepulauan, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar,
Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang,
Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Tanah Toraja, Toraja Utara, Kota
Makassar, Kota Pare-Pare, dan Kota Palopo.
28
4.2. Kondisi Demografis Sulawesi Selatan
Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan suatu
wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan suatu wilayah dengan mempertimbangkan pertumbuhan
penduduk, komposisi struktur kependudukan, adat istiadat dan kebiasaan
penduduk.
Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang
dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah dilaksanakan
sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka, yaitu, 1961, 1971, 1980, 1990, 2000
dan 2010. Untuk tahun yang tidak dilaksanakan sensus penduduk, data
kependudukan diperoleh dari hasil proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk
merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari
komponen-komponen perubahan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan
migrasi.
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragan dan bertambah dengan
laju pertumbuhan yang sangat beragam. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak. Di Sulawesi Selatan,
jumlah penduduk mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk Sulawesi Selatan 8.520.304 jiwa, lalu tahun 2018 meningkat dengan
laju pertumbuhan 0,94% menjadi 8.771.970 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk
tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan ialah kota Makassar dengan jumlah
1.508.154 jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di Kepulauan Selayar
dengan jumlah penduduk 134.280 jiwa. (Sulawesi Selatan dalam Angka, 2019).
29
Tabel 3. Tabel Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan Tahun 2018.
Kabupaten/Kota Penduduk
Laju Pertumbuhan
Penduduk Per Tahun
(%)
(1) (2) (3)
Kabupaten
1. Kepulauan Selayar
2. Bulukumba
3. Bantaeng
4. Jeneponto
5. Takalar
6. Gowa
7. Sinjai
8. Maros
9. Pangkep
10. Barru
11. Bone
12. Soppeng
13. Wajo
14. Sidrap
15. Pinrang
16. Enrekang
17. Luwu
18. Tana Toraja
19. Luwu Utara
20. Luwu Timur
21. Toraja Utara
Kota
1. Makassar
2. Pare-Pare
3. Palopo
134.280
418.326
186.612
361.793
295.892
760.607
242.672
349.822
332.674
173.623
754.894
226.770
396.810
299.123
374.583
294.827
359.209
232.821
310.470
293.822
229.798
1508.154
143.710
180.678
0.96
0.63
0.56
0.56
0.99
1.66
0.61
0.99
0.87
0.50
0.52
0.13
0.31
1.01
0.63
0.74
0.82
0.56
0.80
2.07
0.61
1.29
1.14
2.13
Sulawesi Selatan 8.771.970 0.94
Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.
30
Tabel 4. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis
Kelamin di Sulawesi Selatan Tahun 2018.
Kelompok
Usia
Jenis Kelamin Jumlah Total
Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
0-4 422.347 405 717 828.064
5-9 421.514 405.304 826.818
10-14 409.270 390.643 799.913
15-19 409.353 391.815 801.168
20-24 393.037 386.995 780.032
25-29 340.224 353.802 694.026
30-34 303.965 329.411 633.376
35-39 289.658 322.319 611.977
40-44 283.019 308.161 591.180
45-49 262.499 285.594 548.093
50-54 219.237 244.860 464.097
55-50 171.958 197.884 369.842
60-64 132.463 152.887 285.350
65-69 96.114 116.450 212.564
70-74 65.167 88.450 153.617
75+ 67.068 104.785 171.853
Jumlah 4.286.893 4.485.077 8.771.970
Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.
Dapat dilihat pada tabel 4, terlihat bahwa kelompok usia yang memiliki
jumlah paling banyak adalah kelompok usia 0-4 tahun dengan jumlah penduduk
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 422.347 orang dan perempuan sebanyak
405.717 orang. Sedangkan kelompok usia yang memiliki jumlah paling sedikit
adalah di atas 75 tahun dimana jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki
sebanya 67.068 orang dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanya
104.785 orang. (Sulawesi Selatan dalam Angka, 2019).
31
4.3. Status Pekerjaan Utama Penduduk Sulawesi Selatan
Ada berbagai macam pekerjaan utama yang dilakoni oleh penduduk
Sulawesi selatan, berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik melalui publikasi
Sulawesi Selatan dalam Angka 2019. Ada 17 lapangan pekerjaan utama yaitu
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri
Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Konstruksi, Perdagangan
Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Akomodasi dan Makan Minum,
Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa
Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial, Jasa Lainnya.
Tabel 5. Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama
Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan
Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Sulawesi Selatan, 2018. Status
Pekerjaan
Utama
Lapangan Pekerjaan Utama
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berusaha Sendiri
292272 29777 67425 575 992 7337 243410 84748 33756
Berusaha dibantu buruh
tidak tetap
498625 1196 47456 0 105 5231 152005 1690 26132
Berusaha
dibatu buruh
tetap
27592 2298 28687 9 141 22078 28448 1416 6451
Buruh/
Karyawan/
Pegawai
72772 24654 136370 8645 7250 126239 181615 56238 48216
Pekerja bebas
di pertanian 119383 0 0 0 0 0 0 0 0
Pekerja bebas
di non pertanian
0 1810 17164 0 665 92383 7151 10848 579
Pekerja
Keluarga/ tak
dibayar
413858 1437 44614 0 433 1470 107723 1079 18992
Jumlah Total 1426501 24283 341716 9217 9586 254738 720352 156019 134126
Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.
32
Lanjutan Tabel 5. Status
Pekerjaan
Utama
Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah
Total 10 11 12 13 14 15 16 17
Berusaha
Sendiri 3243 822 1773 5333 0 935 1545 30186 3243
Berusaha
dibantu buruh
tidak tetap
2178 0 106 920 0 1115 565 5022 2178
Berusaha
dibatu buruh tetap
955 0 1108 4818 0 1188 741 8336 955
Buruh/ Karyawan/
Pegawai
11921 47031 5067 22824 207003 204194 65375 47777 11921
Pekerja bebas
di pertanian 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pekerja bebas
di non
pertanian
0 0 540 450 0 0 0 6196 0
Pekerja
Keluarga/ tak
dibayar
1772 0 0 678 0 481 404 5784 1772
Jumlah Total 20069 47853 8594 35023 207003 207913 68630 103301 20069
Sumber: BPS, Sulawesi Selatan dalam Angka 2019.
Keterangan :
1 = Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
2 = Pertambangan dan Penggalian
3 = Industri Pengolahan
4 = Pengadaan Listrik dan Gas
5 = Pengadaan Air
6 = Konstruksi
7 = Perdagangan Besar dan Eceran
8 = Transportasi dan Pergudangan
9 = Akomodasi dan Makan Minum
10 = Informasi dan Komunikasi
11 = Jasa Keuangan dan Asuransi
12 = Real Estate
33
13 = Jasa Perusahaan
14 = Administrasi Pemerintahan
15 = Jasa Pendidikan
16 = Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
17 = Jasa Lainnya
Dapat dilihat dari tabel 5, bahwa ada 17 lapangan pekerjaan utama di
Provinsi Sulawesi Selatan, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
didominasi oleh status usaha berusaha sendiri dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 295.272 orang, dan berusaha dibantu buruh tidak tetap 498.625 orang
serta pekerja keluarga 413.858 orang. Industri pengolahan didominasi dengan
status usaha Berusaha dibantu buruh tetap yang memiliki jumlah tenaga kerja
sebanya 28.267 orang dan pekerja bebas 17.164 orang. Sementara lapangan usaha
administrasi pemerintahan didominasi dengan status usaha sebagai buruh atau
karyawan yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 207.003 orang.
4.4. Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Sulawesi Selatan
Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian di Provinsi Sulawesi
Selatan mengalami peningkatan dari segi kualitas dan kuantitas. Berdasarkan
publikasi lembaga pemerintahan terkait ada 4 klasifikasi umum prasarana dan
sarana pertanian antara lain Luas Lahan Produksi, Pupuk Bersubsidi, Alat dan
Mesin Pertanian Produksi, serta Alat dan Mesin Pasca Panen.
34
Tabel 6. Perkembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Sulawesi Selatan
tahun 2018.
No. Nama Prasarana dan
Sarana
Jenis Prasarana
dan Sarana Jumlah
Jumlah
Total dan
Satuan
1 Luas Lahan
Padi 1,152,702
7,574,364
(Ha)
Jagung & Kedelai 2,239,862
Kacang Kacangan 29,198
Umbi 96,350
Hortikultura 3,916,635
Perkebunan 139,617
2 Pupuk Bersubsidi
Urea 279,572
556,625
(Ton)
Organik 23,490
NPK 135,150
ZA 69,610
SP-36 48,803
3
Bantuan Alat dan
Mesin Pertanian
Produksi
Traktor 2 Roda 2,878
6,714
(Unit)
Traktor 4 Roda 305
Pompa Air 3,225
Mesin Tanam 306
4
Bantuan Alat dan
Mesin Pertanian Pasca
Panen
Mesin Perontok Padi 214
801
(Unit)
Mesin Pengering 87
Mesin Panen
Kombinasi 244
Penggilingan 11
Pempil Jagung 205
Pengering Tegak 3
Mesin Kombi Jagung 37
Sumber : Direktorat Jendral PSP dan Kementan 2019.
Dapat dilihat pada tabel 6, perkembangan luas lahan dari beberapa jenis
komoditas memiliki luas total 7,574364 Ha dimana luas lahan komoditas
hortikultura mendominasi dengan luas total 3,916,635 Ha. Bantuan pupuk
bersubsidi dari berbagai jenis memiliki jumlah total sebanyak 556,625 Ton.
Bantuan Alsintan Produksi memiliki jumlah total sebanyak 6,714 Unit dan
Bantuan Alsintan Pasca Panen memiliki jumlah total sebanyak 801 Unit.
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data time series selama
20 tahun, yaitu data sejak tahun 1999-2018. Untuk menganalisis data tersebut
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka
digunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Multipple Regression
yang dibantu dengan program Microsoft Excel 2019.
Dalam penelitian yang berjudul Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di
Sulawesi Selatan ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap permintaan
Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan yaitu Harga Kopi, Harga Teh dan Waktu.
6.1.1. Permintaan/Konsumsi Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan
Permintaan Kopi di Sulawesi selatan dapat dibilang cukup besar, hal ini
dikarenakan Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra penghasil kopi di
Indonesia yang menjadikan masyarakatnya gemar mengonsumsi berbagai macam
permintaan Kopi di Sulawesi Selatan secara umum meningkat setiap tahunnya.
Konsumsi terendah berada pada tahun 1999 sebesar 4.41 juta kg dan mencapai
titik tertinggi 14.96 juta kg pada tahun 2018.
36
Tabel 7. Data permintaan dan variabel yang mempengaruhi permintaan
Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.
Tahun
Konsumsi Kopi
(Juta kg) Harga Kopi (Rp/kg) Harga Teh (Rp/kg)
Q P1 P2
1999 4.41 8,398 20,394
2000 7.55 7,705 30,626
2001 7.95 8,170 39,184
2002 10.33 7,258 45,624
2003 9.46 9,099 54,192
2004 8.97 3,348 18,033
2005 9.62 4,267 21,579
2006 8.75 5,644 24,745
2007 9.85 8,017 28,755
2008 9.69 7,811 30,581
2009 9.36 8,596 35,562
2010 10.35 8,893 38,038
2011 11.09 10,751 43,286
2012 8.71 11,942 48,089
2013 11.44 12,423 52,667
2014 11.36 10,301 35,784
2015 14.76 11,354 40,195
2016 14.65 13,072 43,577
2017 14.63 17,035 49,948
2018 14.96 18,061 56,455
Sumber: Direktorat Jendral Pertanian, Badan Pusat Statistik, AEKI 2019.
6.1.2. Harga Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan
Harga Kopi atau harga barang itu sendiri merupakan salah satu faktor yang
menentukan tinggi rendahnya permintaan Kopi di Sulawesi Selatan, dalam hal ini
terjadi teori permintaan yaitu jika harga naik maka permintaan turun dan begitu
sebaliknya, jika harga turun maka permintaan komoditas kopi naik. Pada Tabel 7
di atas, dapat kita lihat bahwa harga kopi pernah mencapai titik terendahnya pada
yaitu 3,348 Rp/kg di tahun 2004, serta harga tertinggi yaitu 18,061 Rp/kg berada
pada tahun 2018.
37
6.1.3. Harga Teh di Sulawesi Selatan
Harga Teh atau harga barang substitusi juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi permintaan komoditas Kopi di Sulawesi Selatan, berdasarkan
Tabel 7, dapat dilihat bahwa harga Teh meningkat secara cukup stabil dari tahun
ke tahun meningkat dengan harga terendah yaitu 18,033 Rp/kg berada pada tahun
2004, serta harga tertinggi yaitu 56,455 Rp/kg berada pada tahun 2018.
5.2. Analisis Determinan Permintaan Kopi di Sulawesi Selatan
Untuk menganalisis determinan permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan digunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Least Square
menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2019.
Tabel 8. Hasil Estimasi Model Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan dengan Metode Multipple Regression
Variabel Empiris Coefficient
Standard
Error t-Stat Prob.
Nama Teori
Konstanta C Intecept 0.663069 1.0316 0.642739 0.529497ns
Harga
Kopi di
Sulawesi
Selatan
(Rp/kg)
LnP1 Hk -0.475583 0.1415 -
3.361359 0.003971
**
Harga
Teh di
Sulawesi
Selatan
(Rp/kg)
LnP2 Ht 0.522301 0.1467
3.561365 0.002603
**
Waktu T Wt 0.046577 0.0067 6.918931 0.000003**
F = 27.969618
Prob. F = 0.000001***
R2
= 0.839854
Sumber: Data sekunder setelah diolah dari lampiran 3.
38
Keterangan
*** = signifikan pada α = 0.01 (99%)
** = signifikan pada α = 0.05 (95%)
ns = non signifikan
Berdasarkan tabel 8 di atas, maka persamaan model regresi dari hasil
analisis dapat dijabarkan sebagai berikut :
5.2.1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) adalah suatu ukuran kesesuaian model (model
fit) atau sering juga disebut Goodness of Fit. Koefisien determinan (R2)
mencerminkan besarnya pengaruh variabel bebas (independen variabel) dalam
menjelaskan perubahan-perubahan pada variabel terikat (dependen variabel)
secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan
hubungan antara variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien
determinan adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati
1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
Untuk menjelaskan secara mendalam kekuatan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terkait, maka dilakukan dengan melihat angka dari hasil
perhitungan, selanjutnya digunakan kriteria sebagai berikut (Asriyanti S dan
Khaeriyah D, 2018) :
1. Jika nilai koefisien menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak
mempunyai hubungan.
Ln Q = 27.969618 + -0.475583 Ln Hk + 0.522301 Ln Ht + 0.046577 Wt
39
2. Jika nilai koefisien mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai
hubungan semakin kuat.
3. Jika nilai koefisien mendekati 0, maka kedia variabel mempunyai
hubungan semakin lemah.
4. Jika nilai koefisien sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna positif.
5. Jika nilai koefisien sama dengna -1, maka kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna negatif.
Koefisien determinasi (R2) dari tabel menunjukkan hasil 0.839845 yang
berarti 83,9 persen faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan
komoditas kopi di Sulawesi Selatan dapat dijelaskan oleh faktor harga kopi, harga
teh dan variabel waktu, sedangkan 16,1 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar
model atau dapat dikatakan di luar penelitian. Dengan melihat kriteria yang
dijelaskan sebelumnya, nilai koefisien determinasi (R2) mendekati 1 dimana hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas dan variabel terkait memiliki
hubungan yang semakin kuat.
Secara garis besar, koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini
menunjukkan kecocokan secara teoritis dengan penelitian-penelitian terdahulu
dimana nilai dari koefisien determinasi menunjukkan angka 0,839845 yang berarti
secara bersama-sama variabel bebas (independen) dapat menjelaskan 83,9 persen
variabel terkait (dependen) yang diteliti. Seperti pada penelitian yang dilakukan
oleh R Jannah dkk. pada tahun 2017, koefisien determinasi (R2) bernilai 0,960739
dengan kata lain variabel bebas dari penelitian tersebut dapat menjelaskan 96
40
persen dari variabel terkait yang diteliti. Selanjutnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Ilham dkk. pada tahun 2012, koefisien determinasi bernilai
koefisien determinasi (R2) menunjukkan 0,977412 (97%). Serta pada penelitian
yang dilakukan oleh Sihotang J pada tahun 2014, koefisien determinasi (R2)
menunjukkan nilai 0,787324 (78%).
Pada penelitian komoditas lain, seperti penelitian yang dilakukan Supriani
S, pada tahun 2017, tentang ekspor komoditas teh di Indonesia, koefisien
determinasinya menunjukkan nilai 0.863570 yang berarti 86% yang berarti secara
bersama-sama variabel bebas (independen) dapat menjelaskan 86,3 persen
variabel terkait (dependen) yang diteliti. Selanjutnya, pada penelitian yang
dilakukan Afrizal A, pada tahun 2014 tentang permintaan beras, koefisien
determinasinya menunjukkan nilai 0.987321. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Asmidah pada tahun 2013 tentang permintaan dan penawaran
jeruk manis di kota medan, nilai dari koefisien determinasinya menunjukkan nilai
0.803878.
5.2.2. Uji F-statistik (Simultan)
Uji F yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
(Independen) teradap variabel terikat (Dependen) secara bersama-sama
(Simultan). Pada penelitian ini, uji F-Statistik dilakukan dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2019. Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 9 dapat
dilihat bawa nilai F Statistik sebesar 27,969618 dan nilai Probabilitas (F-Statistik)
sebesar 0.000001. Maka dapat dijelaskan bahwa variabel independen (Harga Kopi
di Sulawesi Selatan, Harga Teh di Sulawesi Selatan dan Variabel Waktu) secara
41
bersama-sama mempengaruhi permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan
secara signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 99% (α = 0,01).
Jika dilihat dari beberapa penelitian terdahulu, uji simultan pada penelitian
ini secara teoritis memiliki kecocokan. Seperti pada penelitian yang dilakukan
oleh R Jannah dkk. pada tahun 2017, Hasil uji F statistik, probabilitasnya juga
bernilai 0,00001 pada tingkat kepercayaan sebesar 99 persen (α = 0,01) yang
berarti variabel-variabel independen pada penelitian tersebut secara simultan
mempengaruhi variabel dependen. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan
oleh Santoso H. dkk., pada tahun 2013, hasil uji F statistik, probabilitasnya
bernilai 0.07 pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen (α = 0,05) yang berarti
variabel-variabel independen pada penelitian tersebut juga mempengaruhi variabel
dependen secara simultan. Hal tersebut juga berlaku pada penelitian yang
dilakukan oleh Ilham dkk. pada tahun 2012, Hasil uji F statistik pada penelitian
tersebut juga memiliki nilai probabilitas 0.00001 pada taraf kepercayaan 99
persen.
Pada penelitian komoditas lain, seperti penelitian yang dilakukan Supriani
S, pada tahun 2017 tentang ekspor komoditas teh di Indonesia, nilai F-statistiknya
menunjukkan nilai 40.35237 dengan nilai probabilitas 0.000000 pada taraf
kepercayaan 95% yang berarti yang berarti variabel-variabel independen pada
penelitian tersebut secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Selanjutnya
pada penelitian yang dilakukan oleh Afrizal A, pada tahun 2014 tentang
permintaan beras di kabupaten Aceh Barat, nilai F-statistiknya menunjukkan nilai
sebesar 227.928 dengna nilai pobabilitasnya 0.000001 pada taraf kepercayaan
42
95%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Asmidah pada tahun 2013
tentang permintaan komoditas jeruk manis, nilai dari F-statistinya menunjukkan
nilai 35.388568 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000001 pada taraf
kepercayaan 95%.
5.2.3. Uji t-Statistik
Uji t (Uji Parsial) atau dikenal juga dengan istilah pengujian variabel
individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan
masing-masing variabel independen (Harga Kopi di Sulawesi Selatan, Harga Teh
di Sulawesi Selatan dan Variabel Waktu) terhadap variabel dependen (Permintaan
Komoditas Kopi). Dengan melihat tabel 8 di atas, maka uji parsial yang dilakukan
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Variabel Harga Kopi
Harga kopi merupakan nilai yang harus dibayarkan untuk
mendapatkan komoditas kopi yang diminta. Hasil uji t pada Harga kopi
memiliki nilai koefisien sebesar -0.475583 dan menunjukkan pengaruh
signifikan sebesar 0.003971 pada taraf kepercayaan 95 persen (α=0.05).
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga kopi maka
akan menurunkan permintaan komoditas kopi sebesar 0.475583 persen.
Hasil tersebut dapat dikatakan sesuai dengan teori permintaan dimana jika
harga dari barang itu sendiri mengalami kenaikan, maka jumlah
permintaan dari barang tersebut akan menurun.
Dalam beberapa penelitian terdahulu, jika dikaitkan dengan teori
permintaan, variabel harga kopi selalu menjadi variabel pertama yang di
43
uji, karena variabel harga kopi (harga barang itu sendiri) merupakan faktor
pertama yang mempengaruhi permintaan komoditas kopi. Pada penelitian
yang dilakukan R Jannah dkk. pada tahun 2017, hasil uji t pada variabel
harga kopi memiliki nilai koefisien 0.69 dan nilai probabilitas -0.04 pada
taraf kepercayaan 95 persen, hal ini menunjukkan variabel harga kopi pada
penelitian tersebut memiliki pengaruh nyata terhadap permintaan
komoditas kopi. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Ilham
dkk. pada tahun 2012, hasil uji t variabel harga kopi memiliki nilai
koefisien 6.12 nilai probabilitas 0.02 pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Santoso, H dkk. pada
tahun 2013, nilai probabilitas pada variabel harga kopi memiliki nilai 0.92
pada taraf kepercayaan 95 persen yang berarti variabel harga kopi pada
penelitian tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan
komoditas kopi.
2. Variabel Harga Teh
Harga teh merupakan nilai yang harus dibayarkan untuk
mendapatkan barang substitusi dari komoditas kopi. Hasil uji t pada Harga
teh memiliki nilai koefisien sebesar 0.522301 dan menunjukkan pengaruh
signifikan sebesar 0.002603 pada taraf kepercayaan 95 persen (α=0.05).
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga teh maka akan
menaikkan permintaan komoditas kopi sebesar 0.522301 persen. Hasil
tersebut dapat dikatakan sesuai dengan teori permintaan dimana jika harga
dari barang substitusi mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan dari
44
barang tersebut (dalam hal ini komoditas kopi) juga akan mengalami
kenaikan.
Pada beberapa penelitian terdahulu, jika dikaitkan dengan teori
permintaan harga teh memiliki peran sebagai harga barang substitusi atau
pengganti, dimana variabel tersebut juga merupakan salah satu faktor
penting dalam permintaan komoditas kopi. Pada penelitian yang dilakukan
Santoso. H dkk. pada tahun 2013, variabel harga teh memiliki nilai
probabilitas 0.41 pada tingkat kepercayaan 95 persen yang berarti pada
penelitian tersebut, harga teh tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
permintaan komoditas kopi. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan
oleh Ilham dkk. pada tahun 2012, variabel harga teh memiliki nilai
koefisien 15,2 dan nilai probabilitas -0.025 pada tingkat kepercayaan 95
persen yang berarti variabel harga teh memiliki pengaruh signifikan
terhadap permintaan komoditas kopi pada penelitian tersebut
3. Variabel Waktu
Variabel waktu merupakan variabel-variabel yang terkait dengan
perubahan waktu, seperti tren cita rasa, minat konsumen, varian racikan
baru dan sebagainya. Hasil uji t pada variabel waktu memiliki nilai
koefisien sebesar 0.046577 dan menunjukkan pengaruh signifikan
0.000003 pada taraf kepercayaan 95 persen (α=0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa setiap kenaikan 1 persen nilai dari variabel terkait waktu akan
meningkatkan permintaan komoditas kopi sebesar 0.046577 persen. Serta
dari model regresi di atas, variabel yang terkait waktu memiliki standard
45
error terkecil, standard error terkecil menunjukkan bahwa estimasinya
tinggi sehingga variabel tersebut merupakan variabel penting yang tidak
dapat diabaikan pengaruhnya dalam permintaan komoditas kopi di
Sulawesi selatan.
Pada penelitian terdahulu, variabel waktu jarang dianggap sebagai
variabel yang berpengaruh nyata sehingga jarang dimasukkan ke dalam
kategori variabel-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan
komoditas kopi, namun pada penelitian ini. Dengan standard error
terkecil, dengan nilai koefisien 0.046577 dan nilai probabilitas 0.000003
pada sehingga pada penelitian ini, secara teoritis dapat dikatakan bahwa
permintaan komoditas kopi di Sulawesi selatan paling dipengaruhi oleh
variabel waktu.
5.3. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan
Elastisitas Permintaan adalah perbandingan antara persentase perubahan
jumlah barang yang diminta terhadap persentase perubahan harga, dengan
anggapan bahwa harga merupakan satu-satunya yang menjadi faktor penyebab
dan faktor lain dianggap tetap. Selain harga, dalam penelitian ini juga ingin
diketahui pengaruh elastisitas permintaan terhadap variabel yang
mempengaruhinya secara signifikan.
Dari hasil analisis determinan permintaan komoditas kopi di Sulawesi
Selatan pada poin sebelumnya, semua variabel yang dimasukkan merupakan
variabel yang berpengaruh signifikan, variabel tersebut antara lain harga kopi,
46
harga teh dan variabel waktu. Nilai elastisitas variabel-variabel tersebut dapat
dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel 9. Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.
Variabel Elastisitas
Harga Kopi -0.47
Harga Teh 0.52
Waktu 0.04
Sumber: Analisis Data Sekunder, 2021
Berdasarkan tabel di atas, elastisitas dari variabel-variabel yang
mempengaruhi permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan secara garis besar
memiliki sifat inelastis dimana masing-masing variabel yang dianalisis memiliki
nilai di bawah 1.
Variabel harga kopi berpengaruh signifikan memiliki nilai elastisitas
sebesar -0.47, berdasarkan tabel terminologi elastisitas dapat kita ketahui bahwa
permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan terhadap harga kopi bersifat
inelastis (<1). Variabel harga teh berpengaruh signifikan dan memiliki nilai
elastisitas sebesar 0.52, berdasarkan tabel terminologi elastisitas dapat kita ketahui
bahwa permintaan kopi di Sulawesi Selatan terdapat pendapatan per kapita
bersifat inelastis dengan hasil analisis menunjukkan nilai 0.52 (<1). Variabel-
variabel yang terkait waktu juga berpengaruh signifikan dan memiliki nilai
elastisitas sebesar 0.04, berdasarkan tabel terminologi elastisitas dapat kita ketahui
bahwa permintaan kopi di Sulawesi Selatan terdapat pendapatan per kapita
bersifat inelastis dengan hasil analisis menunjukkan nilai 0.04 (<1).
47
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu seperti penelitian yang
dilakukan oleh Sihotang J pada tahun 2015, hasil analisis elastisitas yang
dilakukan memiliki kecocokan dimana sebagian besar komoditas pertanian
memiliki nilai elastisitas di bawah 1 (<1) yang berarti komoditas tersebut bersifat
inelastis, hal ini menjelaskan bahwa perubahan harga tidak terlalu berpengaruh
terhadap perubahan kuantitas barang yang diminta karena produk-produk
pertanian biasanya akan bersifat inelastis karena tidak tahan lama jika
dibandingkan produk-produk lainnya seperti mesin, elektronik, pakaian dan
sebagainya. Kemudian juga jika suatu barang merupakan kebutuhan pokok yang
dikonsumsi sehari-hari, maka permintaannya akan bersifat inelastis karena akan
tetap dikonsumsi walaupun terjadi perubahan harga dari barang tersebut.
48
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pada periode 1999-2018, konsumsi kopi di Sulawesi Selatan secara umum
meningkat setiap tahunnya. Konsumsi terendah berada pada tahun 1999
sebesar 4,41 juta kg dan mencapai titik tertinggi 14,96 juta kg pada tahun
2018. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
komoditas kopi di Sulawesi Selatan. Secara umum variabel harga kopi,
harga teh serta variabel waktu berpengaruh pada permintaan komoditas
kopi di Sulawesi Selatan. Secara parsial, variabel harga kopi, harga teh
serta variabel waktu memiliki pengaruh signifikan. Harga kopi memiliki
nilai signifikan sebesar 0.003971, harga teh memiliki nilai-nilai signifikan
sebesar 0.002603, dan variabel waktu juga memiliki nilai signifikan
sebesar 0.000003.
2. Berdasarkan hasil analisis dan dilihat dari standar nilai tabel terminologi
elastisitas, variabel harga kopi, harga teh dan variabel waktu bersifat
inelastis terhadap permintaan komoditas kopi di Sulawesi Selatan dengan
nilai elastisitas lebih kecil dari 1 (<1). Hal menjelaskan bahwa perubahan
harga tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan kuantitas barang yang
diminta karena jika suatu barang merupakan kebutuhan pokok yang
dikonsumsi sehari-hari, maka permintaannya akan bersifat inelastis.
49
6.2. Saran
1. Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dari Sulawesi
selatan, maka dari itu kuantitas dan kualitas dari produk komoditas kopi
yang dihasilkan perlu ditingkatkan secara intensif.
2. Adanya pengawasan yang ketat dalam distribusi produk, karena adanya
margin harga yang cukup tinggi antara hulu dan hilir atau produsen dan
konsumen sehingga peningkatan kesejahteraan ekonomi dapat terlaksana
secara merata.
3. Salah satu masalah terbesar komoditas kopi di Sulawesi selatan adalah
tidak meratanya pengetahuan dalam kegiatan pasca panen sehingga
menurunkan kualitas dari total produksi yang dihasilkan. Maka dari perlu
dilakukan edukasi lebih mendetail tentang komoditas kopi ini baik oleh
pemerintah, produsen dan konsumen itu sendiri sehingga terjadi
transparansi dalam kegiatan budidaya hingga pemasaran nantinya
50
DAFTAR PUSTAKA
AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia). 2015. Statistik Kopi. Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia. Jakarta.
AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia). 2018. Statistik Kopi. Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia. Jakarta.
BPS Sulawesi Selatan, 2019. Sulawesi Selatan dalam Angka.
Ditjenbun 2019. Statistik Kopi Indonesia. Diolah.
Ditjen PSP Pertanian 2019. Laporan Tahunan Prasarana dan Sarana Pertanian.
Diolah
Frank, Robert H. and Ben S. Bernanke. 2009. Principles of Micro Economics
Fourth Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Febrianto dan Putri Tamara 2017, Proyeksi Elastisitas Permintaan Telur Ayam
Ras di Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.
ICO 2015. World Coffee Trade (1963-2015): A review of the markets, challenges
and opportunities facing the sector. International Coffee Organization.
Presented in International Coffee Council 112th session. London, UK
Ilham, dkk., 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Komoditi Kopi Di Sumatera Utara, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Jannah, R. 2017. Analisis Permintaan Kopi Arabika Roasting Di Kecamatan
Bandar Kabupaten Bener Meriah, Fakultas Pertanian Unisyiah. Banda
Aceh.
Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik, AEKI. 1999-2018 Permintaan dan
Determinan Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan. Diolah.
Kementerian Pertanian, 2019. Statistik Prasarana dan Sarana Pertanian. Diolah.
Mankiw, G. N. 2012. Teori Mikro Ekonomi Edisi Keenan. Erlangga: Jakarta.
51
Rahardja, Prathama, dan Manurung, Mandala, 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi
Mikroekonomi & Makroekonomi, Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Salvatore, Dominick, 1997: Theory and Problems of Microeconomics Theory:
Edition International , Schaum’s Oulines Edition.
Santoso H, dkk., 2013. Analisis Permintaan Dan Strategi Pengembangan
Agribisnis Kopi Di Indonesia, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.
Sardjono Sigit, 2017. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI.
Sihotang J, 2014. Permintaan Kopi di Pasar Domestik. Fakultas Ekonomi
Universitas HKBP Nommensen. Medan
Sugiarto, et.al, 2002. Ekonomi Mikro sebuah kajian komprehensif. PT Gramedia
Pustaka Utama, Alfa Beta. Bandung.
Spillane, James J, 1995. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Cetakan
Delapan. Kanasius, Yogyakarta.
52
LAMPIRAN
L
A
M
P
I
R
A
N
53
Lampiran 1 : Ilustrasi Kopi Arabika dan Robusta
54
Lampiran 2: Konsumsi Perkapita Komoditas Kopi Seluruh Indonesia Tahun
2018.
No Provinsi Konsumsi Perkapita
(kg/tahun)
1 Aceh 7.56
2 Sumatera Utara 10.84
3 Sumatera Barat 8.12
4 Riau 9.45
5 Jambi 9.34
6 Sumatera Selatan 9.12
7 Bengkulu 7.94
8 Lampung 7.97
9 Bangka Belitung 4.29
10 Kepulauan Riau 2.76
11 DKI Jakarta 10.75
12 Jawa Barat 8.44
13 Jawa Tengah 6.99
14 DI Yogyakarta 4.95
15 Jawa Timur 7.93
16 Banten 5.19
17 Bali 5.38
18 Nusa Tenggara Barat 6.05
19 Nusa Tenggara Timur 5.30
20 Kalimantan Barat 5.29
21 Kalimantan Tengah 6.09
22 Kalimantan Selatan 6.34
23 Kalimantan Timur 2.44
24 Kalimantan Utara 2.63
25 Sulawesi Utara 6.91
26 Sulawesi Tengah 7.04
27 Sulawesi Selatan 9.75
28 Sulawesi Tenggara 4.09
29 Gorontalo 2.10
30 Sulawesi Barat 6.66
31 Maluku 6.11
32 Maluku Utara 1.35
33 Papua Barat 2.00
34 Papua 6.19
Rata-Rata 6.28
55
Lampiran 3: Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi
Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan.
Tahun
Konsumsi Kopi
(Juta kg) Harga Kopi (Rp/kg) Harga Teh (Rp/kg)
Q P1 P2
1999 4.41 8,398 20,394
2000 7.55 7,705 30,626
2001 7.95 8,170 39,184
2002 10.33 7,258 45,624
2003 9.46 9,099 54,192
2004 8.97 3,348 18,033
2005 9.62 4,267 21,579
2006 8.75 5,644 24,745
2007 9.85 8,017 28,755
2008 9.69 7,811 30,581
2009 9.36 8,596 35,562
2010 10.35 8,893 38,038
2011 11.09 10,751 43,286
2012 8.71 11,942 48,089
2013 11.44 12,423 52,667
2014 11.36 10,301 35,784
2015 14.76 11,354 40,195
2016 14.65 13,072 43,577
2017 14.63 17,035 49,948
2018 14.96 18,061 56,455
56
Lampiran 4: Tabel Nilai Permintaan dan Variabel yang Mempengaruhi
Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan yang Telah
di Ln-kan menggunakan Program Microsoft Excel 2019.
Tahun Waktu
Konsumsi
Komoditas Kopi
di Sulawesi
Selatan
Harga Kopi di
Sulawesi Selatan
Harga Teh di
Sulawesi Selatan
t LnQ LnP1 LnP2
1999 1 1.48 9.04 9.92
2000 2 2.02 8.95 10.33
2001 3 2.07 9.01 10.58
2002 4 2.34 8.89 10.73
2003 5 2.25 9.12 10.90
2004 6 2.19 8.12 9.80
2005 7 2.26 8.36 9.98
2006 8 2.17 8.64 10.12
2007 9 2.29 8.99 10.27
2008 10 2.27 8.96 10.33
2009 11 2.24 9.06 10.48
2010 12 2.34 9.09 10.55
2011 13 2.41 9.28 10.68
2012 14 2.16 9.39 10.78
2013 15 2.44 9.43 10.87
2014 16 2.43 9.24 10.49
2015 17 2.69 9.34 10.60
2016 18 2.68 9.48 10.68
2017 19 2.68 9.74 10.82
2018 20 2.71 9.80 10.94
57
Lampiran 5: Analisis Determinan Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi
Selatan menggunakan Program Microsoft Excel 2019
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R 0.916436
R Square 0.839854 Adjusted R
Square 0.809827 Standard Error 0.122996 Observations 20.000000
ANOVA
df SS MS F Significance
F
Regression 3 1.269369 0.423123 27.969618 0.000001
Residual 16 0.242047 0.015128 Total 19 1.511416
Coefficients Elastisitas
Standard Error t Stat P-value
Intercept 0.663069 1.031630 0.642739 0.529497
LnP1 -0.475583 0.141485 -3.361359 0.003971
LnP2 0.522301 0.146657 3.561365 0.002603
t 0.046577 0.006732 6.918931 0.000003
58
59
60
61
RIWAYAT HIDUP
Awal Muawan Said adalah penulis skripsi ini. Lahir pada
tanggal 11 Agustus 1998, di Bulo Lohe, Kecamatan Rilau
Ale, Kabupaten Bulukumba Penulis merupakan anak pertama
sekaligus anak tunggal dari pasangan Ayahanda M. Said S.
dan Ibunda St. Nurbaya.
Pendidikan formal yang dilalui penulis berawal di SDN No. 60 Katabung
dan lulus pada tahun 2010, lalu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Tompobulu dan lulus pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan tingkat
akhir di SMK Negeri 1 Bantaeng dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang
sama, penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tugas akhir dalam Pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
dengan judul “Elastisitas Permintaan Komoditas Kopi di Sulawesi Selatan”