Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri...

11
1 EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) SEBAGAI ANTIMIKROBA ALAMI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus PADA SAPI PERAH DI DAERAH NGANTANG, MALANG Iwan Kasogi 1 ), Sarwiyono 2 ) dan Puguh Surjowardojo 2 ) 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,* ) 2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya * ) E-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak metanol daun kersen dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis pada sapi perah. Materi penelitian adalah bakteri Staphylococcus aureus yang berasal dari susu mastitis subklinis di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang dan daun kersen yang diperoleh dari daerah Joyogrand Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang kemudian data di analisis menggunakan Anova, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ialah ekstrak metanol daun kersen konsentrasi 10% (P1), 20% (P2), 30% (P3), 40% (P4), Iodip 10% (P5) dan dekok daun kersen 20% (P6). Variabel yang diamati ialah diameter zona hambat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kersen konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Kemampuan daya hambat teringgi dihasilkan oleh ekstrak metanol daun kersen konsentrasi 40%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak metanol daun kersen dengan konsentrasi 10% sampai 40% dapat digunakan sebagai antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus, dan kemampuan daya hambat tertinggi pada konsentrasi 40%. Saran dalam penelitian ini yaitu untuk menggunakan ekstrak metanol daun kersen konsentrasi 10% sebagai bahan teat dipping pada sapi perah di kecamatan Ngantang dan adanya uji pengaruh lama simpan terhadap daya hambat yang dihasilkan. Kata lunci : mastitis, ekstrak metanol daun kersen, antimikroba dan Staphylococcus aureus METHANOL EXTRACT of CHERRY LEAF (Muntingia calabura L.) as NATURAL ANTIMICROBIAL for Staphylococcus aureus BACTERIAL on DAIRY COWS in the NGANTANG, MALANG Iwan Kasogi 1 ), Sarwiyono 2 ) and Puguh Surjowardojo 2 ) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, * ) 2) Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University * ) E-mail : [email protected] ABSTRACT The purpose of this research was to find out the effect of cherry leaf methanol extract in inhibiting growth of Staphylococcus aureus bacterial that cause subclinical matitis in dairy cows. The research material is Staphylococcus aureus bacterial from subclinical mastitis milk in Ngantang subdistrict Malang Regency, and cherry leaf from area of Joyogrand, Malang. This research is using experiment method with a completely randomized design (CRD) and

description

daun kersen

Transcript of Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri...

Page 1: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

1

EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) SEBAGAI

ANTIMIKROBA ALAMI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

PADA SAPI PERAH DI DAERAH NGANTANG, MALANG

Iwan Kasogi1), Sarwiyono

2)

dan Puguh Surjowardojo

2)

1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,*) 2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

*)E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak metanol

daun kersen dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus penyebab

mastitis subklinis pada sapi perah. Materi penelitian adalah bakteri Staphylococcus aureus

yang berasal dari susu mastitis subklinis di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang dan

daun kersen yang diperoleh dari daerah Joyogrand Kota Malang. Penelitian ini menggunakan

metode percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang kemudian data di analisis

menggunakan Anova, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji

Duncan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ialah ekstrak metanol daun kersen

konsentrasi 10% (P1), 20% (P2), 30% (P3), 40% (P4), Iodip 10% (P5) dan dekok daun

kersen 20% (P6). Variabel yang diamati ialah diameter zona hambat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kersen konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%

mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Kemampuan daya hambat teringgi dihasilkan oleh ekstrak metanol daun kersen konsentrasi

40%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak metanol daun kersen dengan konsentrasi

10% sampai 40% dapat digunakan sebagai antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus

aureus, dan kemampuan daya hambat tertinggi pada konsentrasi 40%. Saran dalam penelitian

ini yaitu untuk menggunakan ekstrak metanol daun kersen konsentrasi 10% sebagai bahan

teat dipping pada sapi perah di kecamatan Ngantang dan adanya uji pengaruh lama simpan

terhadap daya hambat yang dihasilkan.

Kata lunci : mastitis, ekstrak metanol daun kersen, antimikroba dan Staphylococcus aureus

METHANOL EXTRACT of CHERRY LEAF (Muntingia calabura L.) as

NATURAL ANTIMICROBIAL for Staphylococcus aureus BACTERIAL

on DAIRY COWS in the NGANTANG, MALANG

Iwan Kasogi1), Sarwiyono

2)

and Puguh Surjowardojo

2)

1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, *) 2) Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University

*) E-mail : [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research was to find out the effect of cherry leaf methanol extract

in inhibiting growth of Staphylococcus aureus bacterial that cause subclinical matitis in dairy

cows. The research material is Staphylococcus aureus bacterial from subclinical mastitis milk

in Ngantang subdistrict Malang Regency, and cherry leaf from area of Joyogrand, Malang.

This research is using experiment method with a completely randomized design (CRD) and

Page 2: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

2

the result of research analyzed using Anova, if there is a real difference then followed by

Duncan’s test. Treatment used in this research is cherry leaf methanol extract 10% (P1), 20%

(P2), 30% (P3), 40% (P4), iodip 10% (P5) and cherry leaf water extract 20% (P6) as a

control. The variables measured was diameter of inhibition zone. The results of this study

indicates that are cherry leaf methanol extract with concentration 10%, 20%, 30% and 40%

have an influence on inhibitory growth of Staphylococcus aureus bacteria. The highest

potential inhibition produced by cherry leaf methanol extract with concentration 40%. The

conclusion of this study is that the cherry leaf methanol extract with concentration 10% until

40% can be used as an antimicrobial for Staphylococcus aureus bacteria, the highest

inhibition produced by cherry leaf methanol extract with concentrations 40%. Suggestion in

this research is using cherry leaf methanol extract with concentration 10% as teat dipping in

Ngantang subdistrict and need a stoage range test of cherry leaf methanol extract.

Key word : mastitis, cherry leaf methanol extract, antimicrobial and Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN

Kebutuhan masyarakat akan protein

hewani semakin bertambah seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk dan tingkat

kesadaran masyarakat akan pentingnya

gizi. Salah satu sumber protein hewani

yang memiliki peranan besar yaitu susu.

Peternakan sapi perah merupakan aspek

utama dalam menghasilkan susu segar

untuk memenuhi kebutuhan susu di dalam

negeri. Berdasarkan data dari Direktorat

Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hail

Pertanian tahun 2014, presentase susu

segar untuk memasok kebutuhan nasional

pada tahun 2013 mengalami penurunan

sebesar 10 sampai 15% dibandingkan

tahun sebelumnya.

Penurunan produksi susu disebabkan

oleh beberapa hal, salah satunya yaitu

kejadian mastitis pada peternakan sapi

perah. Sudarwanto (1999) dalam Wahyuni

dan Budiarso (2010) melaporkan bahwa

masalah utama dalam peternakan sapi

perah adalah mastitis yang merupakan

peradangan pada ambing. Mastitis yang

bersifat klinis dan mastitis subklinis

merupakan 2 bentuk kejadian mastitis

yang dikenal. Tanda-tanda mastitis klinis

senantiasa diikuti oleh tanda-tanda klinis,

sedangkan yang tidak menampakkan

perubahan yang nyata pada ambing dan

susu yang dihasilkan disebut dengan

mastitis subklinis. Sebesar 97-99%

merupakan mastitis subklinis dan 2-3%

mastitis klinis yang terdeteksi, hal tersebut

merupakan kejadian mastitis yang ada di

lapangan.

Beberapa kerugian yang diakibatkan

oleh mastitis menurut Leitner, Silanikove

dan Merin (2008), antara lain penurunan

produksi susu sekitar 10-25%, kematian

anak karena tidak mendapatkan kolostrum,

peningkatan biaya pengobatan yang cukup

mahal, meningkatnya jumlah hewan yang

harus dikeluarkan, dan susu yang ditolak

di pasaran dikarenakan jumlah sel somatik

(JSS) yang tinggi. Contreras, Sierra,

Corrales, Marco, Paape dan Gonzalo

(2007) melaporkan bahwa infeksi bakteri

merupakan penyebab mastitis yang paling

sering dijumpai. Staphylococcus sp.

merupakan bakteri yang paling banyak

diisolasi dari kasus mastitis klinis maupun

subklinis. Menurut Wahyuni dan Budiarso

(2010), Staphylococcus aureus,

Streptococcus agalactiae dan Coliform

merupakan tiga bakteri utama yang sering

menyebabkan mastitis subklinis.

Page 3: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

3

Tumbuhan kersen atau Muntingia

calabura merupakan tumbuhan yang

sangat melimpah jumlahnya di Indonesia

karena mudah tumbuh di berbagai tempat.

Tumbuhan ini seringkali dijumpai di

pinggir-pinggir jalan, pekarangan rumah,

kebun dan tempat-tempat di sekitar kita.

Zakaria, Fatimah, Mat, Zaiton, Henie dan

Sulaiman (2006) menyatakan bahwa daun

kersen dipercaya memiliki efek antipiretik

dan antiinflamasi. Diketahui bahwa

ekstrak aqueous daun kersen atau

Muntingia calabura memiliki aktivitas

antinociceptive, anti-inflamasi dan

antipiretik yang diduga disebabkan oleh

efek sinergis dari flavonoid, saponin,

tannin dan steroid yang berada

didalamnya. Menurut Juliantina, Citra,

Nirwanti, Nurmasitoh dan Bowo (2009),

kandungan senyawa tannin dalam daun

kersen mampu menghambat pertumbuhan

bakteri dengan mengkoagulasi

protoplasma dari bakteri. Tannin

mempunyai peranan sebagai antibakteri

dikarenakan dapat mengikat protein

sehingga pembentukan dinding sel akan

terhambat.

Berdasarkan uraian-uraian diatas

maka kemungkinan daun kersen atau

Muntingia calabura dapat digunakan

sebagai antibakteri terhadap penyakit

mastitis subklinis pada sapi perah.

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai

tanggal 13 Januari sampai 13 Februari

2014 di Laboratorium Bakteriologi

Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

untuk penanaman, pembiakan dan

pengujian daya hambat bakteri.

Pengeringan daun kersen segar dan

penggilingan dilakukan di Laboratorium

Nutrisi dan Makanan ternak Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya.

Ekstraksi daun kersen dilakukan di

Laboratorium Kimia Organik Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Malang.

Materi

Materi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah

1. Daun dari tumbuhan kersen

(Muntingia calabura) yang diperoleh

dari daerah Joyogrand, Malang. Daun

kersen diekstrak dengan pelarut

metanol dan juga dibuat dekok.

2. Bakteri Staphylococcus aureus yang

ditumbuhkan dari susu mastitis pada

peternakan sapi perah di Desa

Waturejo Kecamatan Ngantang

Kabupaten Malang dengan skor CMT

2.

3. Iodip yang biasa digunakan di

Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung,

adapun komposisi yang tertera di label

kemasan antara lain Iodophores,

Emollient, White mineral oil,

Orthophosphoric acid, Acid lactid dan

Detergen

4. Alat dan bahan yang digunakan pada

penelitian ini meliputi alat dan bahan

untuk pengeringan dan grinding daun

kersen, ekstraksi daun kersen,

pemeriksaan mastitis dengan skor

CMT 2, pembiakan bakteri,

pewarnaan gram dan uji daya hambat

bakteri.

Metode

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan enam level perlakuan

dengan empat ulangan. Rancangan

percobaan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu rancangan acak

Page 4: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

4

lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4

ulangan. Apabila berbeda nyata maka

dilanjutkan dengan Multiple Range Test

Duncan.

Prosedur Penelitian

Pengeringan daun kersen segar dan

grinding daun kersen kering

Daun kersen diambil dari daerah

Joyogrand Kota Malang, daun yang sudah

diambil kemudian dikeringkan dengan

cara di oven pada suhu 60oC selama 24

jam dan dilanjutkan dengan proses

penghalusan daun dengan cara digrinding

dengan hammer meal hingga berbentuk

halus (mash) dengan ukuran partikel 0,75

mm.

Ekstraksi daun kersen

Metode ekstraksi yang dilakukan

dalam penelitian ini ialah metode ekstraksi

cara dingin yang tepatnya dengan metode

maserasi. Dalam metode ini, daun kersen

yang sudah halus dicampur dengan pelarut

metanol dengan imbangan 1:4, yang

artinya dari 150 g serbuk daun kersen yang

digunakan dilarutkan dengan 600 ml

pelarut metanol. Larutan dicampur pada

erlenmeyer 500 ml dan dihomogenkan

dengan menggunakan incubator shaker

selama 60 menit, maka selanjutnya larutan

disaring menggunakan kertas saring

whatman dan vacuum pump agar terpisah

cairan dan ampas daun kersen tersebut.

Cairan hasil penyaringan tersebut

berwarna hitam dan pekat, kemudian di

destilasi pada alat rotary evaporator

dengan tujuan memisahkan pelarut

metanol dengan senyawa dalam daun

kersen tersebut dengan cara menguapkan

pelarut metanol pada suhu didihnya

sehingga yag tersisa ialah ekstrak

pekatnya. Ampas daun kersen dari hasil

penyaringan tersebut kemudian dicampur

lagi dengan menggunakan pelarut metanol

dengan jumlah yang sama dan dilakukan

proses yang sama secara berulang-ulang

hingga cairan hasil penyaringan berwarna

bening yang menandakan bahwa senyawa

dalam daun kersen telah habis

(Rostinawati, 2009)

Prosedur Pembuatan Dekok Daun

Kersen

Dekok daun kersen yang digunakan

yaitu dengan kadar 20%, prosedur

pembuatannya adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 200 g daun kersen segar

dicuci dengan air bersih kemudian

ditiriskan

2. Daun kersen yang sudah bersih

kemudian dipotong kecil-kecil atau

dicincang

3. Direbus dengan air mendidih

sebanyak 800 ml selama 15 menit

4. Ditunggu sampai dingin

5. Siap untuk digunakan sebagai

antibakteri

(Kurniawan, dkk. 2013)

Pemeriksaan mastitis skor CMT 2

Bakteri Staphylococcus aureus

penyebab mastitis dalam penelitian ini

ditumbuhkan dari susu mastitis yang

diambil dari sapi perah pada peternakan

sapi perah di Desa Waturejo Kecamatan

Ngantang Kabupaten Malang. Susu

mastitis yang digunakan ialah susu mastitis

dengan skor CMT 2, untuk prosedur yang

dilakukan seperti dibawah ini :

1. Dipersiapkan alat dan bahan yang

dibutuhkan antara lain cawan paddle,

pipet 10 ml, reagen CMT dan alkohol

70%

2. Diambil susu (kira-kira 1-2 ml) dari

sapi yang diduga terkena mastitis,

susu diambil dari 4 puting dan

kemudian diletakkan di cawan paddle

sesuai urutan posisi pengambilan

Page 5: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

5

3. Ditambahkan dengan reagen CMT

yang jumlahnya sama dengan volume

susu, kemudian digoyang dengan

posisi angka 8 agar homogen selama

15 detik

4. Diamati perubahan yang terjadi dan

dinilai

5. Diambil susu dari puting yang diduga

terkena mastitis skor CMT 2 tersebut.

(Kurniawan, dkk. 2013)

Pembuatan Media Mannitol Salt Agar

( MSA)

Komposisi MSA sendiri terdiri dari

10 g pepton, 10 g mannitol, 15 g agar, 75 g

sodium klorida, 0.25 phenol red. Cara

pembuatannya ialah sebagai berikut :

1. Ditambahkan 500 ml aquadest pada

media dan dipanaskan hingga

mendidih

2. Ditambahkan lagi aquadest hingga

volume mencapai 1000 ml kemudian

dimasukkan ke dalam tabung atau

botol steril

3. Disterilisasi dengan autoklaf pada

suhu 121oC dengan tekanan 2 atm

selama 1 jam

4. Dituang pada cawan petri ± 20 ml dan

ditunggu sampai membentuk gel.

(Rahmawati, 2013)

Pembiakan bakteri Staphylococcus

aureus di media MSA

(Beishir, 1991; Fox, 2000; Cappucino and

Sherman, 2005)

Susu mastitis dengan skor CMT 2

yang sudah diambil dari sapi perah di

peternakan sapi perah tersebut kemudian

dibawa ke Laboratorium untuk dibiakkan.

Prosedur yang dilakukan yaitu seperti

dibawah ini :

1. Sterilisasi alat yang digunakan dengan

autoklaf pada suhu 121oC, tekanan 15

lbs selama 15 menit.

2. Sterilisasi tangan dengan alkohol

70%, dan pembiakan dilakukan pada

ruang laminar yang terdapat bunsen

didalamnya

3. Penuangan media selektif MSA

(Manitol Salt Agar) sebanyak 20 ml

pada tiap cawan petri.

4. Cawan petri ditutup dan dilapisi

dengan plastik wrap dan ditunggu

sampai media agar menjadi keras.

5. Cawan petri dibuka kembali dan susu

mastitis skor CMT 2 diambil sebanyak

100 µl dan disuspensikan ke media

agar

6. Diratakan dengan menggunakan gelas

L.

7. Cawan petri ditutup kembali dan

dilapisi dengan plastik wrap

8. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24

jam, jika terdapat koloni bakteri

menandakan bahwa bakteri tumbuh

dan dilakuan pewarnaan gram untuk

mengidentifikasi bakteri tersebut.

Pewarnaan gram

Prosedur yang dilakukan

menurut Maria dan Surya (2012),

ialah sebagai berikut :

1. Sterilisasi tangan dengan

menggunakan alkohol 70%

2. Kawat ose dibakar pada api bunsen

sampai berwarna merah, kemudian

dibiarkan sebentar agar tidak terlalu

panas

3. Diambil koloni bakteri dengan

menggunakan kawat ose dan

kemudian di strike tipis pada object

glass

4. Ditetesi dengan methylene blue 1-2

tetes dan ditunggu selama 1 menit

5. Dibasuh dengan aquadest steril secara

mengalir dan dikeringkan

6. Ditetesi dengan iodine 1-2 tetes dan

ditunggu selama 1 menit

Page 6: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

6

7. Dibasuh lagi dengan aquadest steril

secara mengalir dan dikeringkan

8. Ditetesi dengan etanol 1-2 tetes dan

ditunggu selama 30 detik

9. Dibasuh lagi dengan aquadest steril

secara mengalir dan dikeringkan

10. Ditetesi dengan safranin 1-2 tetes dan

ditunggu selama 2 menit kemudian

difiksasi

11. Diamati dan diidentifikasi dibawah

mikroskop dengan perbesaran 1000

kali

12. Di dokumentasi

Uji daya hambat

Uji daya hambat dilakukan untuk

mengetahui besar hambatan ekstrak daun

kersen dengan meggunakan pelarut

metanol terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus. Prosedur daya

hambat adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan larutan

1. Rumus :

Konsentrasi Ekstrak :

e

X 100%

e + a

keterangan :

e : volume ekstrak yang diambil dari

hasil ekstraksi (ml)/ volume of piper

betle extract

a : volume aquades yang ditambahkan

(ml)/ volume of destilated water

e + a : volume total antara ditambah

aquadest, dengan total 10 ml

(Ahmad dan Suryana, 2009)

Konsentrasi ekstrak ialah 10 sampai 40%,

konsentrasi 10% (1 g ekstrak pekat dengan

9 ml aquadet steril), 20% (2 g ekstrak

pekat dengan 8 ml aquadest steril),

konsentrasi 30% (3 g ekstrak pekat dengan

7 ml aquadest steril), konsentrasi 40% (4 g

ekstrak pekat dengan 6 ml aquadest steril),

konsentrasi iodip 10% (1 ml iodip murni

dengan 9 ml aquadest steril), dan dekok

daun kersen 20%. Larutan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi 10 ml.

b. Pembuatan media

1. Media MSA (Mannitol Salt Agar)

yang sudah dalam bentuk cair

dituangkan ke dalam cawan petri steril

sebanyak 20 ml dan ditutup kembali

serta dilapisi plastik wrap.

2. Ditunggu sampai media menjadi

keras.

c. Pembuatan suspensi bakteri

(pemanenan bakteri)

1. Koloni bakteri yang sudah

diidentifikasi dengan pewarnaan gram

kemudian di panen, koloni bakteri

dalam cawan petri disuspensikan

aquadest steril sebanyak 5 ml.

2. Diratakan dengan gelas L sampai

rata kemudian dituang kedalam wadah

steril.

d. Uji Aktivitas Antibakteri

1. Media MSA (Mannitol Salt Agar)

yang sudah keras kemudian

ditambahkan suspensi bakteri

sebanyak 100 µl setiap cawan petri

kemudian diratakan dengan gelas L.

2. Dibuat lubang sumuran dengan

melubangi media MSA menggunakan

cork borer sebanyak 4 lubang

sumuran tiap cawan. Diameter lubang

sumuran sebesar 6 mm dengan tinggi

sumuran 0.5 cm.

3. Tiap sumuran disuspensikan larutan

ekstrak daun kersen, larutan iodip, dan

dekok daun kersen sebanyak 50 µl

sesuai dengan konsentrasi yang telah

ditentukan sebagai perlakuan.

4. Cawan petri ditutup kembali dan

dilapisi dengan plastik wrap dan

Page 7: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

7

diikubasi pada suhu 37oC selama 24

jam

5. Dihitung diameter zona hambatnya

dengan menggunakan jangka sorong

(Simorangkir, dkk.2013).

e. Pengukuran diameter zona hambat

1. Diukur diamater zona hambat yang

maksimum

2. Diukur diameter zona hambat yang

minimum

3. Masing-masing hasil pengukuran

dikurangi diameter lubang sumuran

sebesar 6 mm

4. Hasil dari pengurangan dengan

diameter lubang sumuran kemudian

dirata-rata

Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis

menggunakan Analisis Ragam dalam

Rancangan Acak Lengkap, apabila di

antara perlakuan menunjukkan perbedaan

pengaruh yang nyata atau sangat nyata

maka dilanjutkan dengan Multiple Range

Test Duncan. Dalam penelitian ini terdapat

enam perlakuan dengan ulangan sebanyak

empat.

Tabel 1. Rataan diameter zona hambat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis ragam

menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun

kersen dengan berbagai konsentrasi dapat

menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus penyebab mastitis

subklinis pada sapi perah. Rataan diameter

zona hambat diperlihatkan pada Tabel 1.

Perlakuan Ulangan Rata-rata

U1 U2 U3 U4

P1 5,12 6,12 6,45 7,74 6,358 ± 1,081ab

P2 6,44 6,84 6,17 6,84 6,573 ± 0,329b

P3 7,35 6,57 6,81 6,65 6,845 ± 0,351b

P4 8,18 7,14 6,93 6,57 7,205 ± 0,691b

P5 6,64 5,90 5,53 5,15 5,805 ± 0,636ab

P6 4,87 4,75 4,17 5,93 4,930 ± 0,733a

Secara berurutan rataan diameter

daya hambat dari yang terkecil yaitu dekok

daun kersen (4,930 mm), iodip (5,805

mm), ekstrak daun kersen konsentrasi 10%

(6,358 mm), ekstrak daun kersen

konsentrasi 20% (6,573 mm), ekstrak daun

kersen konsentrasi 30% (6,845 mm) dan

untuk konsentrasi 40% (7,205 mm).

Nilai diameter zona hambat yang

semakin besar menunjukkan bahwa

kemampuan suatu bahan dalam

menghambat pertumbuhan bakteri semakin

baik. Pada tabel 3 juga menunjukkan

bahwa diameter zona hambat yang

dihasilkan ekstrak daun kersen dengan

menggunakan pelarut metanol tersebut

semakin tinggi seiring dengan konsentrasi

yang juga semakin tinggi, diameter zona

hambat tertinggi dicapai oleh ekstrak daun

kersen konsentrasi 40%.

Page 8: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

8

Kemampuan ekstrak metanol daun

kersen dengan konsentrasi 10% - 40%

dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus setara

kemampuannya dengan larutan iodip 10%,

bahkan secara deskriptif dengan

konsentrasi ekstrak daun kersen terendah

(10%) sudah mampu menghasilkan

diameter zona hambat yang lebih tinggi

daripada iodip dan dekok daun kersen.

Kemampuan ekstrak metanol daun kersen

konsentrasi 20%, 30% dan 40%

memberikan pengaruh yang sangat nyata

atau lebih tinggi daripada dekok 20%. Hal

ini menunjukkan bahwa konsentrasi

ekstrak metanol daun kersen mulai

konsentrasi 20% sampai 40% memiliki

kemampuan yang lebih tinggi dalam

menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dibanding dengan

dekok 20%, akan tetapi dengan

konsentrasi ekstrak metanol daun kersen

10% masih memiliki kemampuan yang

setara dengan dekok daun kersen 20%

dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

Semakin besarnya nilai hambatan

yang dihasilkan seiring dengan konsentrasi

ekstrak yang juga semakin besar

kemungkinan disebabkan olah kandungan

senyawa antimikroba dalam daun kersen

seperti flavonoid, tanin dan saponin yang

di ekstrak juga semakin besar sehingga

daya hambat yang dihasilkan juga semakin

besar. Menurut Santoso dkk., (2009),

bahwa dalam beberapa penelitian

menyebutkan daun kersen dapat digunakan

sebagai obat karena diduga didalam daun

kersen mengandung senyawa flavonoid,

polifenol dan tannin. Ditambahkan oleh

Priharyanti (2007) dalam Zakaria (2007)

bahwa kelompok senyawa atau lignan

yang terkandung dalam daun talok

(Muntingia calabura) yang menunjukkan

aktivitas antioksidatif antara lain

flavonoid, tannin, triterpene, saponin dan

polifenol. Zakaria (2007) melaporkan

bahwa flavonoid merupakan senyawa yang

secara kualitatif paling dominan pada daun

talok (Muntingia calabura).

Bakteri Staphylococcus aureus yang

merupakan bakteri gram positif

mempunyai dinding sel yang sederhana,

hal ini yang menyebabkan bakteri akan

sensitif terhadap antibakteri yang

mempunyai target penghambatan dinding

sel. Keberadaan senyawa tanin sebagai

antibakteri akan mengganggu sintesa

peptidoglikan sehingga pembentukan

dinding sel menjadi kurang sempurna.

Keadaan yang seperti itu akan

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis

dikarenakan tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri menjadi mati (Kane

dan Kandeli, 1986; Safera, 2005). Suatu

bahan uji dapat membunuh suatu

mikroorganisme apabila bahan uji tersebut

dapat masuk kedalam sel dengan melalui

dinding sel. Kelompok bakteri dari gram

positif seperti Staphylococcus aureus

memiliki struktur dinding sel yang sedikit

lipid, sedangkan E. Coli yang merupakan

kelompok gram negatif mengandung lipid

yang relatif lebih banyak (Pelczar et al,

1998; Rosyidah dkk., 2010).

Saponin yang juga merupakan

senyawa yang terkandung dalam daun

kersen mempunyai sifat antibakteri,

Karlina, dkk (2013), melaporkan bahwa

tegangan permukaan dinding sel dapat

menurun dikarenakan adanya senyawa

saponin, apabila berinteraksi dengan

dinding bakteri maka dapat menyebabkan

dinding tersebut akan pecah atau lisis

sehingga dapat menekan pertumbuhan

bakteri. Senyawa saponin juga dapat

mengganggu tegangan permukaan dinding

sel, dan apabila tegangan permukaan

Page 9: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

9

terganggu zak antibakteri akan masuk

dengan mudah kedalam sel dan akan

menyebabkan terganggunya metabolisme

sehingga pada akhirnya akan terjadi

kematian bakteri.

Hasil zona hambat yang dihasilkan

oleh dekok daun kersen dalam penelitian

ini adalah yang paling kecil apabila

dibandingkan dengan ekstrak daun kersen

dan larutan iodip. Pembuatan dekok daun

kersen juga merupakan metode ekstraksi,

akan tetapi jenis ekstraksi yang digunakan

adalah metode ekstraksi dengan cara panas

yang menggunakan prinsip dekokta.

Ekstraksi dengan prinsip ini yaitu

mengambil senyawa dalam suatu bahan

dengan melarutkan dalam air mendidih,

hal ini juga yang menjadi kekurangan

ekstraksi cara panas yaitu kemungkinan

adanya kerusakan senyawa-senyawa akibat

proses pemanasan itu sendiri. Pada metode

ekstraksi dengan prinsip maserasi yang

dijadikan poin utama dalam peneltian ini,

yang mana proses penguapan metanol

tidak terlalu panas (60oC) sehingga

kemungkinan akan mengurangi resiko

kerusakan senyawa-senyawa yang

terkandung dalam daun kersen. Hasil zona

hambat yang dihasilkan larutan iodip 10%

dengan ekstrak daun kersen 10% juga

tidak terlalu jauh dan hasil notasi analisis

ragam menunjukkan hasil yang setara,

sehingga tidak dapat dikatakan bahwa

penggunaan iodip lebih jelek daripada

ekstrak daun kersen begitupun sebaliknya.

Dari segi daya hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus, secara deskriptif

memang ekstrak metanol daun kersen

konsentrasi 10% lebih tinggi daripada

larutan iodip 10%.

KESIMPULAN

1. Ekstrak metanol daun kersen

(Muntingia calabura L.) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus penyebab

mastitis subklinis dan dapat digunakan

sebagai bahan alternatif untuk teat

dipping pada sapi perah di Kecamatan

Ngantang Kabupaten Malang

2. Ekstrak metanol daun kersen

(Muntingia calabura L.) dengan

konsentrasi 10%-40% mempunyai

kemampuan yang setara dengan iodip

10%, akan tetapi pada konsentrasi 20%,

30% dan 40%, kemampuan ekstrak

metanol daun kersen lebih tinggi

daripada dekok daun kersen 20% dalam

menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan ini, maka disarankan untuk

menggunakan ekstrak metanol daun kersen

dengan konsentrasi 10% sebagai bahan

untuk teat dipping pada sapi perah di

Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang,

dan adanya uji pengaruh lama simpan dari

ekstrak metanol daun kersen terhadap daya

hambat yang dihasilkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Ir. Sarwiyono.

M.Agr.St., Bapak Dr. Ir. Puguh

Surjowardojo, MS dan Bapak Aswah

Ridhowi, S.Pt., M.Sc atas bimbingannya

dari awal penelitian hingga selesai.

Teman-teman kelompok penelitian “Tim

Page 10: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

10

Kersen”, Happy Aprilia Mahardika,

Imroatul Khasanah dan Eny Sholikhatin.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dan I. Suryana. 2009. Pengujian

Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper

betle Linn.) Terhadap Rhizoctonia

sp. Secara In Vitro. Bul. Littro. Vol.

20 No. 1, 2009, 92 – 98

Cappucino, J.G. and N. Sherman. 2005.

Microbiology: A Laboratory

Manual. 7th ed. Pearson Education

Inc. USA. 101 - 102, 117, 164, 166,

189, 204, 409 - 416, 509 - 512

Contreras, A., D. Sierra, A. Sanchez, J.C.

Corrales, J.C. Marco, M.J. Paape

and C. Gonzalo. 2007. Mastitis in

small ruminants. Small Rumin Res.

68:145-153.

Juliantina, R.F., M.D.A. Citra, B. Nirwani,

T. Nurmasitoh dan E.T. Bowo. 2009.

Manfaat sirih merah (piper

crocatum) sebagai agen anti bacterial

terhadap bakteri gram positif dan

gram negative. Jurnal kedokteran

dan kesehatan Indonesia

Karlina, C.Y., M. Ibrahim dan G.

Trimulyono. 2013. Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Herba Krokot

(Portulaca oleracea L.) terhadap

Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli. E journal UNESA

LenteraBio. 2 (1) :87–93

Kurniawan, I., Sarwiyono dan

Surjowardojo, P. Pengaruh Teat

Dipping Menggunakan Dekok Daun

Kersen (Muntingia calabura L)

Terhadap Tingkat Kejadian

Mastitis. Program Studi Peternakan.

Fakultas Peternakan. Universitas

Brawijaya.

Leitner, G., N. Silanikove and U. Merin.

2008. Estimate of milk and curd

yield loss of sheep and goats with

intramammary infection and its

relation to somatic cell count. Small

Rumin Res. 74:221-225.

Maria, Y.E.P dan Surya R.P. 2012. Isolasi

dan Identifikasi Bakteri Termofilik

Dari Sumber Mata Air Panas Di

Songgoriti Setelah Dua Hari

Inkubasi. Jurnal Teknik POMITS

vol. 1, No. 1

Rahmawati, DN. 2013. Media-bakteri.

Jurusan Analis Kesehatan. Poltekkes

Kemenkes. Surabaya

Rostinawati, T. 2009. Aktivitas

Antibakteri Ekstrak etanol Bunga

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Terhadap Escherichia coli,

Salmonella typhi dan staphylococcus

aureus Dengan Metode Difusi Agar.

Fakultas Farmasi. Universitas

Padjadjaran. Jatinagor

Rosyidah, K., S. Nurmuhaimina, N.

Komari dan D. Astuti. 2010.

Aktivitas Antibakteri Fraksi Saponin

Dari Kilit Batang Tumbuhan Kasturi

(Mangifera casturi).

BIOSCIENTIAEVolume 7, Nomor

2, Juli 2010, Halaman 25-31

Safera, W. 2005. Optimasi Waktu

Ekstraksi Terhadap Kandungan

Tanin Pada Bubuk Ekstrak Daun

Jambu Biji (psidittolium) Serta

Analisis Finansialnya. Malang:

jurusan teknologi industri pertanian

FTP Unibraw

Santoso S., Soemardini dan N.L.

Rusmayanti. 2009. Ekstrak Etanol

Daun Kersen (Muntingia calabura)

Sebagai Antimikroba Terhadap

Bakteri Salmonella typhi Secara In

VItro. Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

Page 11: Ekstrak Metanol Daun Kersen Mutingia Calabura L Sebagai Antimikroba Alamai Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang

11

Simorangkir, M.. M. Sitepu dan P.

Simanjuntak. 2013. Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Daun Ranti

Hitam (Solanum blumei Nees ex

Blume) Terhadap Salmonella

typhimurium. Prosiding SNYube

2013

Wahyuni, A.E.T.H., dan T.Y. Budiarso.

2010. Peluang Pembuatan Anti

Adesi Escherichia coli dan

Enterobacter sakazakii Isolat

Indonesia Sebagai Pencegahan

Mastitis Subklinis Pada Sapi Perah.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta

Zakaria, ZA. 2007. Free radical

scavenging activity of some plants

available in malaysia. IJPT. 6: 87-91

Zakaria, Z.A., A.M. Mat, M. Mastura, S.H.

Mat, A.M. Mohamed, N.S. Moch

Jamil, M.S. Rofiee dan M.R.

Sulaiman. 2007. In vitro

Antistaphylococcal Activity of the

Extract of Several Neglected Plants

in Malaysia. International Journal of

Pharmacology, 3 (5): 428-431.

Zakaria, Z.A., C.A. Fatimah, A.M. Mat, H.

Zaiton, E.F.P. Henie, M.R.

Sulaiman, M.N. Somchit, M.

Thenamutha dan D. Kasthuri D.

2006. The In vitro Antibacterial

Activity of Muntingia calabura

Extract. International Journal of

Pharmacology, 2 (4): 439-442.