Ekstra Kurikuler Karawitan Di Sekolah

12
Ekstra Kurikuler Karawitan Di Sekolah *) Masih Harapan Oleh: Suwarmin Be sure, not to sell the inheritance our us, A treasure lies concealed therein (sungguh jangan jual warisan nenek moyang kita, Harta karun tersimpan di dalamnya) (Jacques Dealors: 1999) I. Dasar Pemikiran Kondisi kehidupan masyarakat saat sekarang sangat bertolak belakang dengan apa yang kita harapkan bersama suasana kehidupan yang aman, temtram dan damai, seperti yang dicita-citakan kemerdekaan yang tetuang dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Dasar Negara Pancasila serta Binneka Tunggal Ika. Bila masyarakat memiliki kesadaran dan konsisten dengan dasar-dasar tersebut dalam hidup berbangsa dan bernegara niscaya akan tercipta kehidupan yang temtram, damai dan berkeadilan. Kondisi yang kita rasakan bersama jauh dari harapan, tentu ada sendi-sendi kehidupan yang salah (distruktif), seperti hilangnya tanggang rasa dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Dapat diakui bersama bahwa pembangunan dan perkembangan secara pisik di Indonesia dapat dikatakan sudah berhasil pada masyarakat modern. Di sisi lain suasana hati yang terjadi adalah kekecewaan, kesedihan dan penderitaan. Pembangunan yang tidak merata menimbulkan ketimpangan-ketimpang dan ketegangan-ketegangan baru dalam masyarakat. Semakin menganga lebar jurang kesenjangan antara yang kaya dan miskin, *) Disajikan pada Seminar dengan tema ”Optimalisasi Pendidikan Ekstra Kurikuler di Sekolah Sebagai Upaya Melestarikan Kesenian Tradisional di Indonesia” Tgl. 22 Mei 2014 di Gedung Fakustas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya yang diselenggarakan LAPESTDA kerjasama dengan Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik Kementrian Dalam Negeri R.I. 1

description

Ekstra Kurikuler Karawitan Di SekolahOleh : Suwarmin, M.Sn

Transcript of Ekstra Kurikuler Karawitan Di Sekolah

  • Ekstra Kurikuler Karawitan Di Sekolah *) Masih Harapan

    Oleh: Suwarmin

    Be sure, not to sell the inheritance our us, A treasure lies concealed therein

    (sungguh jangan jual warisan nenek moyang kita, Harta karun tersimpan di dalamnya)

    (Jacques Dealors: 1999)

    I. Dasar Pemikiran

    Kondisi kehidupan masyarakat saat sekarang sangat bertolak belakang dengan apa

    yang kita harapkan bersama suasana kehidupan yang aman, temtram dan damai, seperti

    yang dicita-citakan kemerdekaan yang tetuang dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar

    Tahun 1945, Dasar Negara Pancasila serta Binneka Tunggal Ika. Bila masyarakat memiliki

    kesadaran dan konsisten dengan dasar-dasar tersebut dalam hidup berbangsa dan bernegara

    niscaya akan tercipta kehidupan yang temtram, damai dan berkeadilan. Kondisi yang kita

    rasakan bersama jauh dari harapan, tentu ada sendi-sendi kehidupan yang salah (distruktif),

    seperti hilangnya tanggang rasa dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.

    Dapat diakui bersama bahwa pembangunan dan perkembangan secara pisik di

    Indonesia dapat dikatakan sudah berhasil pada masyarakat modern. Di sisi lain suasana hati

    yang terjadi adalah kekecewaan, kesedihan dan penderitaan. Pembangunan yang tidak

    merata menimbulkan ketimpangan-ketimpang dan ketegangan-ketegangan baru dalam

    masyarakat. Semakin menganga lebar jurang kesenjangan antara yang kaya dan miskin,

    *) Disajikan pada Seminar dengan tema Optimalisasi Pendidikan Ekstra Kurikuler di Sekolah Sebagai Upaya Melestarikan Kesenian Tradisional di Indonesia Tgl. 22 Mei 2014 di Gedung

    Fakustas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya yang diselenggarakan LAPESTDA kerjasama dengan Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik Kementrian Dalam Negeri R.I.

    1

  • yang kaya semakin kaya, yang miskin makin lemah, terhimpit, sulit untuk mendaspatkan

    pendidikan, kesehaatan yang layak. Perkembangan tehnologi informatika sekarang

    menimbulkan pengaruh social yang luar biasa, terjadi perang kebudayaan diberbagai

    belahan dunia. Generasi muda tertimpa gelombang informasi yang dasyat dan sulit

    dibendung serta metinggalkan nilai-nilai luhur tradisi sebagai kearifan local jati diri dan

    kepribadian bangsanya.

    Kutipan di atas dirunut dari cerita La Fontain tentang pesan seorang Penenggala

    (petani) kepada anaknya menegaskan bahwa pastikan tidak akan menjual warisan

    peninggalan nenek moyangnya, karena di dalamnya tersimpan harta karun yang tak ternilai

    harganya. Ceritan tersebut berjudul The Ploughman and his children dikutip oleh

    Jacques Dealors Ketua Komisi Pendidikan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa,

    sebagai penutup sambutannya pada laporan ke UNESCO. Cerita tersebut dikutip karena

    mengandung pesan sekaligus mengingatkan masyarakat dunia dimasa sekarang dan yang

    akan datang, yang cenderung mengabaikan nilai-nilai yang terkandung dalam adat tradisi

    mereka dengan alasan modenisasi. Yang terjadi adalah semakin tidak dikenalnya (missing

    link) nilai-nilai tradisi sehingga terjadi ketegangan-ketegang yang melanda masyarakat

    dunia.

    Dia mengingatkan bahwa modernisasi yang meninggalkan tradisi bagaikan maju

    tanpa arah dan cenderung menimbulkan berbagai ketimpangan, ketegangan, pertentang

    anatar persona, komunitas, etnik, bangsa, hingga masyarakat dunia. Menajamnya

    perbedaan, mengamga lebar gab antar warga masyarakat menimbulakan konflik social

    yang berlarut-larut tanpa ujung. Untuk itu yang diperlukan sekarang adalah system

    2

  • pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan budipekerti dan hidup

    bersama dalam dunia yang majemuk dan kompleks.

    Menurut Dealors pendidikan untuk Abad XXI sekarang ini perlu mengacu empat

    unsure yang disebut sebagai empat pilar pendidikan yaitu 1) belajar mengetahui (sience), 2)

    belajar berbuat (skill). 3) belajar hidup bersama (toleransi dan kerjasama) dan 4) belajar

    menjadi seseorang (kepribadian). Empat pilar pendidikan ini merupakan satu kesatuan

    yang tidak bias dipisah-pisahkan satu sama lain saling melengkapi. Dengan empat pilar

    pendidikan tersebut akan membentuk manusia yang berkepribadian yaitu berilmu, memiliki

    ketrampilan, bias hidup bersama dengan orang dan bangsa lain. Pada dasarnya pemikiran

    Dealors bukan hal baru bagi budaya Indonesia, tetapi generasi muda Indonesiapun juga

    sudah kena erosi budaya.

    Tema Seminar kali ini cukup relevan dengan kondisi sekarang yaitu Optimalisasi

    Pendidikan Ekstra Kurikuler di Sekolah Sebagai Upaya Melestarikan Kesenian Tradisional

    di Indonesia. Tema tersebut mengandung pengertian bahwa ekstrakurikuler kesenian di

    Sekolah kurang optimal dan perlu dioptimalkan, sebagai wahana pelestarian kesenian

    tradisi di Indonesia. Mengapa kesenian tradisi perlu dilestarikan? Kesenian tradisional

    sebagai warisan budaya bangsa Indonesia di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur

    (kearifan local) bangsa Indonesia. Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dan suku

    bangsa kaya akan kesenian tradisi masing-masing. Kehidupan kesenian tradisi melekat

    pada adat istiadat masyarakat pemiliknya tumbuh dan berkembang mengikuti

    perkembangan jaman. Namun sayangnya dengan adanya perkembangan tehnologi

    informasi yang melanda dunia, kehidupan kesenian tradisi semakin ditinggalkan.

    3

  • Pemerintah melalui Dinas Pendidikan mulai menggalakkan program

    Ekstrakurikuler Kesenian (EksKulKes) di sekolah, merupakan tanggapan kritis terhadap

    kondisi kehidupan kesenian tradisi di Indonesia. Sekolah merupakan tempat sekaligus

    wadah generasi muda untuk mengenal diri sendiri beserta lingkungan termasuk kesenian

    tradisi. Tulisan ini berjudul Ekstra Kurikuler Karawitan di Sekolah Masih Harapan

    membahas tentang apa itu Karawitan dan apa konstribusi terhadap perkembangan anak

    didik meskipun masih harapan.

    II. Pendidikan dan Ekstrakurikuler.

    Pendidikan Nasional memiliki tugas seperti yang amanatkan dalam Undang-

    Undang Dasar Tahun 1945 yaitu Mencerdaskan Kehidupan Bangsa membangun serta

    Membanagun Manusia Indonesia Seutuhnya. Dengan kata lain Pendidikan Indonesia

    membentuk Manusia Indonesia yang cerdas. Istilah Manusia Indonesia berarti bukan

    manusia non-Indonesia dalam pengertian manusia yang memiliki Kepribadian

    Indonesia sebagai cir yang khas yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Kepribadian

    Indonesia dibentuk dari nilai-nilai budaya tradisi yang sudah teruji oleh sejarah yang

    panjang. Jadi membangun kepribadian bangsa Indonesia ke depan tidak mungkin

    meninggalkan nilai budaya tradisi Indonesia.

    Seperti pesan yang telah dicamkan dalam syair lagu Kebangsaan Indonesia

    Raya yang berbunyi bangunlah jiwanya bangunlah badanya untuk Indonesia

    Raya, serta syair lagu Garuda Pancasila yang berbunyi Pribadi bangsaku ayo

    maju maju, ayo maju maju, ayo maju maju . Untuk membangun Indonesia yang

    besar (Indonesia Raya) harus memajukan kepribadian, serta membangun jiwa dan

    raga. Negara Kesatuan Republik Indonesia akan kuat bila bangsanya cerdas yaitu

    4

  • pribadi-pribadi yang yang memiliki kebanggaan serta menguasai budaya tradisinya dan

    mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat global. Bukan sebaliknya, karena tidak

    paham budaya (kesenian) tradisinya hanya mengagumi dan menjadi konsumen budaya

    luar.

    Dalam dunia pendidikan di Indonesia issue modernisasi dan globaisasi belum

    dipahamisecara kritis, bahkan cenderung dibuat komuditas. Beramai-ramai membangun

    sekolah denga lebel standart internasional dengan ukuran menggunakan sarana ruang

    kelas ber-AC, menggunakan IT, laboratorium bahasa Inggris, dengan memungut dana

    pendidikan yang tinggi. Semua sarana tersebut sangat diperlukan dalan proses

    pembelajaran yang baik, bahasa Inggris sangat perlu untuk komunikasi global, yang

    lebih penting adalah apa yang akan dikomunikasikan kepada bangsa lain kalau bukan

    budaya (kesenian) tradisi. Pribadi yang unggul tetap menjadi warga local yang cerdas,

    sebagai warga Negara yang kuat, mampu bersaing di dunia global.

    Figure: posisi pribadi yang unggul

    Tampak dalam figure posisi pribadi yang unggul tetap menjadi warga local

    cerdas menguasai nilai-nilai etniknya, menjadi warga Negara yang kuat memegang

    warga dunia berdaya

    saing

    warga negara yang

    kuat

    warga lokal yang cerdas

    pribadi yang

    unggul

    5

  • kepribadian bangsa, dan menjadi warga dunia yang memiliki daya saing tinggi dalam

    pergaulan masyarakat global. Dengan demikian Negara akan kuat, suatu bangsa yang

    tidak memiliki ketahanan budaya akan rapuh hanya menjadi penonton, konsumen, dan

    agen-agen budaya asing, mudah dimasuki idiologi asing yang memecah belah bangsa

    yang akhirnya dikuasai bangsa lain.

    Dalam kehidupan dimasa global saat ini yang utama perlu (harus) dimiliki oleh

    suatu bangsa adalah kecerdasan kehidupan berbudaya meliputi: kecerdasan logika

    penalaran, kecerdasan pisik/ketrampilan, kecerdasan emosional, kecerdasan religious,

    kecerdasan etika, kecerdasan estetika, kecerdasan budi tenggang rasa dalam menyikapi

    kehidupan bersama. Sikap adaptif, toleransi tenggang rasa saling kerjasama dengan

    berbagai pihak. Budaya selalu tumbuh dan berkembang mengikuti jamannya secara

    kritis.

    Kurikulum tahun 2013 merupakan kurikulum berbasis kopetensi merupakan

    upaya pemerintah untuk mengevaluasi kurikulum sebelumnya dimana pendidikan

    cenderung mengedapankan uniformitas, hafalan dan kecerdasan kognitif daripada

    kebebasan berekpresi, pemahaman masalah, dan kecerdasan emosional-spiritual.

    Kurikulum berbasis kompetensi terdapat penekanan pembentukan kepribadian dan

    budipekerti sesuai dengan talenta anak didik. Mekipun kurikulun sudah dirancang

    sedimikian dengan materi (curriculum content) tertentu, tentu masih terdapat celah-

    celah untuk diberikan materi tambahan (pelengkap) yaitu muatan local (mulok)

    termasuk kesenian tradisi local yang dapat diberikan sebagai materi ko-kurikuler atau

    ektrakurikuler.

    6

  • Ektrakurikuler merupakan bagian integral dari system pendidikan yeng

    memiliki ruang waktu yang lebih flesibel. Materi yang bersifat local seperti kesenian

    lebih baik diberikan pada ekstrakulikuler. Sebagai landasan yang mendasar pendidikan

    anak-anak diawali membangun kesadaran tentang diri dan lingkungannya. Bagaimana

    anak menyadari bahwa dirinya hidup dalam masyarakat yang majemuk saling

    membutuhkan, salaing membantu secara harmonis. Di sinilah perlunya ektrakurikuler

    berbasis lingkungan atau budaya etnik termasuk kesenian tradisional.

    Sudah ada sekolah yang memasukkan kesenian dalam materi intra kurikuler,

    seperti tari dan karawitan. Namun sebagian besar untuk memasukkan ke dalam

    ekstrakurikuler saja masih kesulitan dengan berbagai alasan. Beberapa alasan mengapa

    kesenian tari dan karawitan lebih baik diberikan dalam ekstrakurikuler (1)

    ektrakurikuler memiliki ruang dan waktu yang fleksibel sehingga capaian lebih

    optimal, (2) menggunakan pendekatan individualistic sehingga potensi masing-masing

    anak yang memiliki kompetensi berbeda-beda dapat diperhatikan dan dilayani, (3)

    sarana ruang dan peralatan menyesuaikan lingkungan sekolah.

    III. Ekstrakurikuler Karawitan

    1. Apa dan mengapa Karawitan ? istilah Karawitan sudah menjadi kosa kata dunia

    sebagai music tradisi Indonesia, namun dalam wacana di sini dapat dipahami

    dengan berbagai pengertian, berikut:

    a. Karawitan dipahami sebagai music tradisi Indonsia. Dalam kajian

    etnomusikologi Karawitan merupakan music yang memiliki system tangga

    nada yang khas yaitu pentatonic Slendro dan Pelog serta menggunakan

    peralatan gamelan. Dapat dikatakan semua suku di wilayah Indonesia pasti

    7

  • memiliki musiknya sendiri baik yang bersifat sedarhana maupun yang lebih

    sistematik. Demikian juga music vokalnya semua suku memiliki berbagai jenis

    music vocal. Jadi tidak ada alasan suatu sekolah tidak bias melaksanakan

    ekstrakurikuler Karawitan dengan alasan tidak ada music tradisi. Justru yang

    menarik adanya keragaman budaya music di Indonesia.

    b. Kawitan dipahami sebagai warisan budaya; Karawitan memiliki beberapa

    unsure; music vocal, sastra (syair), alat atau instrument, permainan,

    pertunjukan, ritual, berbagai fungsi dan nilai di dalamnya. Sebagai warisan

    budaya sudah barang tentu sudah terjadi proses sejarah yang panjang sehingga

    menghasilkan nilai-nilai yang tinggi. Budaya Karawitan mencerminkan

    budaya yang tinggi mengandung nilai historis, nilai social, nilai moral, nilai

    estetik, nilai religious, dan nilai filosofis. Nilai-nilai tersebut merupakan

    kearifan local khasanah budaya masyarakat Indonesia

    2. Kontribusi terhadap anak didik

    Ektrakurikuler Karawitan atau kesenian tradisi bila dilaksanakan dengan

    sungguh-sungguh akan meberi konstribusi terhadap perkambangan anak baik

    secara pisik maupun non-pisik secara seimbang, sehingga terbangunnya

    kepribadian sesuai dengan kompetensi yang dimiliki anak. Pada saat anak

    memainkan gamelan bersama-sama disitu terjadi aktifitas bersama dengan

    sendirinya akan melatih sikat teleransi kebersamaan dan kerja bersama saling

    pengertian, saling menjaga kekompakan selaras seirama.

    8

  • KEPRIBADIAN

    KECERDASAN LOGIKA

    KECERDASAN ETIKA

    KECERDASAN RASA/ESTETIKA

    KECERDASAN PISIK

    KECERDASAN EMOSI

    KECERDASAN DAYA

    KREATIFITAS

    Figure: terbentuknya kepribadian dalam bermain gamelan

    Tampak dalam figure di atas bagaimana konstribusi bermain gamelan terhadap

    terbentuknya kepribadian anak, terbangunnya kecerdasan semua unsure baik ragawi

    maupun emosinya meliputi: 1) dalam memainkan gamelan dengan menggunaka tehnik

    tertentu akan melatih kecerdasan pisik, pikiran dan perasaan, 2) dengan menatur seberapa

    keras dan lembutnya tabuhan melatih emosi, rasa estetika, 3) bagaimana sikap menabuh

    yang baik melatih kecerdasan emosi etika. Semua unsure terorganisir dengan baik dan

    seimbang.

    3. Kondisi Potensial

    Yang dimaksud kondisi potensial di sini hal-hal yang sudah ada dan tersedia

    namun belum dimanfaatkan dengan baik untuk melaksanakan ektrakurikuler

    karawitan maupun kesenian yang lain. Ektrakurikuler Karawitan bukanlah sesuatu

    yang sulit karena secara potensial sarana, sumber daya sudah tersedia cukup di

    9

  • hamper semua wilayah di Indonesia khususnya Jawa. Kondisi potensial yang ada

    sebagai berikut:

    a). Secara politis kebudayaan pembelajaran Karawitan bagi anak-anak memiliki

    fungsi yang strategis dalam membanagun ketahan budaya yang bermuara pada

    ketahanan Bangsa dan Negara. Ketahanan budaya merupakan kemampuan

    bangsa untuk menerima, mengadaptasi serta menolak budaya luar mana sesuai

    dan mana yang tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia.

    b). Kekayaan materi untuk ekstrakurikuler Karawitan di Indonesia cukup

    melimpah. Setiap daerah memiliki bentuk Karawitan yang khas dengan

    karakter masing-masing.

    c). Sumber daya manusia sebagai pengajar atau pelatih Karawitan dapat dibilang

    cukup. Pengajar tidak harus orang yang memiliki pendidikan formal, banyak

    seniman yang mampu mengajar.

    d). Pembelajaran Karawitan sebagai materi muatan local (mulok) di Sekolah yang

    sudah diacanangkan oleh Pemerintah.

    4. Problematika

    Pelaksanaan ekstrakurikuler Karawitan meskipun secara potensial dapat

    dinyatakan mencukupi, namaun masih banyak kendala-kendala yang melingkupi;

    a). Masih banyak anggapan orang tua murid tentang Karawitan atau belajar

    Karawitan kurang menguntungkan.

    b). bagi siswa masih banyak yang menganggap Karawitan itu kuno, tidak modern,

    kurang gaul.

    c). masih banyak Sekolah yang belum memiliki alat gamelan sendiri.

    10

  • d). belum tersefdianya guru pengajar Karawitan.

    5. Tugas Pemerintah.

    Pendidikan anak bukanlah semata-mata tugas Pemerintah, pernyataan itu benar

    tetapi Pemerintah mempunyai tugas sesuai yang diamanatkan Undang-Undang. Hal

    tersebut tentu perlu dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Karena ekstra

    kurikuler Karawitan merupakan hal relative baru maka Pemerintah perlu:

    a). melakukan kajian tentang poten di setiap daerah yang kondisinya idak sama.

    b). Menyiapkan sarana prasarana yang diperlukan.

    c). Melakukan langkah-langkah operasional secara bertahap berkesinambungan.

    d). Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait.

    IV. Penutup

    Perilaku dan kondisi generasi muda saat ini tidak lepas dari kondisi masyarakat secara

    umum serta perkembangan yang ada. Namun demikian juga tidak semestinya begitu

    saja menyerah pada kondisi. Perlu adanya usaha-usaha untuk menghindari hal-hal

    yang tidak diinginkan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Bagaimana hidup

    bermasyarakat yang pluralistic secara kebersamaan.

    Generasi muda perlu diperkenalkan kesenian tradisi mereka baik memlalui pendidikan

    formal maupun non-formal. Di sana terdapat nilai-nilai kearifan local sebagai cirri

    budaya bangsa. Dengan rasa kebanggan terhadap budayanya sebagai modal untuk

    bersaing denga bangsa lain dan tidak hanya sebagai penonton, konsumen dan agen

    budaya luar.

    11

  • 12

    Pemerintah bersama masyarakat perlu mensosialisasikan kesenian tradisi kepada

    generasi melalui Sekolah dan berbagai kegiatan. Pada akhirnya semua tergantung

    kepada pemerintah yang memiliki kebijakan, kewenangan, fasilitas, serta dukungan

    masyarakat. Kerja keras, kesungguan, komitmen, konsisten merupakan jawaban agar

    ekstrakurikuler Karawitan tidak sekedar menjadi harapan, harapan dan harapan.

    Kepustakaan:

    Delors, Jacques 1999 BELAJAR: Harta Karun Di Dalamnya (penerjemah, Prof. Dr. Napitupulu).

    Penerbit: Depdikbud. Kerjaam UNESCO Paris. Dieter Mack

    1996 PENDIDIKAN MUSIK Anatara Harapan dan Realitas. Penerbit: University Press IKIP Bnadung.

    Lindsay, Jennifer

    1991 KLASIK KITCH KONTEMPORER Sebuah Studi Tentang Seni Petunjukan Jawa (Penerjemah: Nin Bakdi Sumanto). Penerbit: Gadjah Mada University Press.

    Palgunadi, Bram 2002 Serat Kandha KARAWITAN JAWI. Penerbit: ITB Bandung Saryono, Djoko,Prof. Dr., M.Pd

    2011 Sosok Nilai Budaya Jawa; Rekontruksi Normatif Idealistik. Penertbit: bersama Pemprov. Jatim dan Aditya Media.

    Sumarsam 2003 GAMELAN Interaksi dan Perkembangan Musikal di Jawa. Penerbit: Pustaka

    Pelajar Yogyakarta.

    Suka Hardjana (Editor) 1976 ENAM TAHUN PEKAN KOMPONIS MUDA Sebuah Alternatif. Penerbit: Dewan

    Kesenian Jakarta ----- ,,---------

    1983 ESTETIKA MUSIK. Penerbit: Departerman Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dadar dan Menengah Direktorat Pendidian Menegah Kejuruan Jakarta

    Suwarmin

    2009 Kreatifitas dan Pembelajara Karawotan (Majalah:BENDE Wahana Pendidikan dan Pengembangan Kesenian TBJT, Edisi No. 73 Nop. Th. 2009.