Ekstra Kurikuler Karawitan Di Sekolah
-
Upload
sandy-rosandy -
Category
Documents
-
view
106 -
download
6
description
Transcript of Ekstra Kurikuler Karawitan Di Sekolah
-
Ekstra Kurikuler Karawitan Di Sekolah *) Masih Harapan
Oleh: Suwarmin
Be sure, not to sell the inheritance our us, A treasure lies concealed therein
(sungguh jangan jual warisan nenek moyang kita, Harta karun tersimpan di dalamnya)
(Jacques Dealors: 1999)
I. Dasar Pemikiran
Kondisi kehidupan masyarakat saat sekarang sangat bertolak belakang dengan apa
yang kita harapkan bersama suasana kehidupan yang aman, temtram dan damai, seperti
yang dicita-citakan kemerdekaan yang tetuang dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, Dasar Negara Pancasila serta Binneka Tunggal Ika. Bila masyarakat memiliki
kesadaran dan konsisten dengan dasar-dasar tersebut dalam hidup berbangsa dan bernegara
niscaya akan tercipta kehidupan yang temtram, damai dan berkeadilan. Kondisi yang kita
rasakan bersama jauh dari harapan, tentu ada sendi-sendi kehidupan yang salah (distruktif),
seperti hilangnya tanggang rasa dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
Dapat diakui bersama bahwa pembangunan dan perkembangan secara pisik di
Indonesia dapat dikatakan sudah berhasil pada masyarakat modern. Di sisi lain suasana hati
yang terjadi adalah kekecewaan, kesedihan dan penderitaan. Pembangunan yang tidak
merata menimbulkan ketimpangan-ketimpang dan ketegangan-ketegangan baru dalam
masyarakat. Semakin menganga lebar jurang kesenjangan antara yang kaya dan miskin,
*) Disajikan pada Seminar dengan tema Optimalisasi Pendidikan Ekstra Kurikuler di Sekolah Sebagai Upaya Melestarikan Kesenian Tradisional di Indonesia Tgl. 22 Mei 2014 di Gedung
Fakustas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya yang diselenggarakan LAPESTDA kerjasama dengan Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik Kementrian Dalam Negeri R.I.
1
-
yang kaya semakin kaya, yang miskin makin lemah, terhimpit, sulit untuk mendaspatkan
pendidikan, kesehaatan yang layak. Perkembangan tehnologi informatika sekarang
menimbulkan pengaruh social yang luar biasa, terjadi perang kebudayaan diberbagai
belahan dunia. Generasi muda tertimpa gelombang informasi yang dasyat dan sulit
dibendung serta metinggalkan nilai-nilai luhur tradisi sebagai kearifan local jati diri dan
kepribadian bangsanya.
Kutipan di atas dirunut dari cerita La Fontain tentang pesan seorang Penenggala
(petani) kepada anaknya menegaskan bahwa pastikan tidak akan menjual warisan
peninggalan nenek moyangnya, karena di dalamnya tersimpan harta karun yang tak ternilai
harganya. Ceritan tersebut berjudul The Ploughman and his children dikutip oleh
Jacques Dealors Ketua Komisi Pendidikan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa,
sebagai penutup sambutannya pada laporan ke UNESCO. Cerita tersebut dikutip karena
mengandung pesan sekaligus mengingatkan masyarakat dunia dimasa sekarang dan yang
akan datang, yang cenderung mengabaikan nilai-nilai yang terkandung dalam adat tradisi
mereka dengan alasan modenisasi. Yang terjadi adalah semakin tidak dikenalnya (missing
link) nilai-nilai tradisi sehingga terjadi ketegangan-ketegang yang melanda masyarakat
dunia.
Dia mengingatkan bahwa modernisasi yang meninggalkan tradisi bagaikan maju
tanpa arah dan cenderung menimbulkan berbagai ketimpangan, ketegangan, pertentang
anatar persona, komunitas, etnik, bangsa, hingga masyarakat dunia. Menajamnya
perbedaan, mengamga lebar gab antar warga masyarakat menimbulakan konflik social
yang berlarut-larut tanpa ujung. Untuk itu yang diperlukan sekarang adalah system
2
-
pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan budipekerti dan hidup
bersama dalam dunia yang majemuk dan kompleks.
Menurut Dealors pendidikan untuk Abad XXI sekarang ini perlu mengacu empat
unsure yang disebut sebagai empat pilar pendidikan yaitu 1) belajar mengetahui (sience), 2)
belajar berbuat (skill). 3) belajar hidup bersama (toleransi dan kerjasama) dan 4) belajar
menjadi seseorang (kepribadian). Empat pilar pendidikan ini merupakan satu kesatuan
yang tidak bias dipisah-pisahkan satu sama lain saling melengkapi. Dengan empat pilar
pendidikan tersebut akan membentuk manusia yang berkepribadian yaitu berilmu, memiliki
ketrampilan, bias hidup bersama dengan orang dan bangsa lain. Pada dasarnya pemikiran
Dealors bukan hal baru bagi budaya Indonesia, tetapi generasi muda Indonesiapun juga
sudah kena erosi budaya.
Tema Seminar kali ini cukup relevan dengan kondisi sekarang yaitu Optimalisasi
Pendidikan Ekstra Kurikuler di Sekolah Sebagai Upaya Melestarikan Kesenian Tradisional
di Indonesia. Tema tersebut mengandung pengertian bahwa ekstrakurikuler kesenian di
Sekolah kurang optimal dan perlu dioptimalkan, sebagai wahana pelestarian kesenian
tradisi di Indonesia. Mengapa kesenian tradisi perlu dilestarikan? Kesenian tradisional
sebagai warisan budaya bangsa Indonesia di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur
(kearifan local) bangsa Indonesia. Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dan suku
bangsa kaya akan kesenian tradisi masing-masing. Kehidupan kesenian tradisi melekat
pada adat istiadat masyarakat pemiliknya tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan jaman. Namun sayangnya dengan adanya perkembangan tehnologi
informasi yang melanda dunia, kehidupan kesenian tradisi semakin ditinggalkan.
3
-
Pemerintah melalui Dinas Pendidikan mulai menggalakkan program
Ekstrakurikuler Kesenian (EksKulKes) di sekolah, merupakan tanggapan kritis terhadap
kondisi kehidupan kesenian tradisi di Indonesia. Sekolah merupakan tempat sekaligus
wadah generasi muda untuk mengenal diri sendiri beserta lingkungan termasuk kesenian
tradisi. Tulisan ini berjudul Ekstra Kurikuler Karawitan di Sekolah Masih Harapan
membahas tentang apa itu Karawitan dan apa konstribusi terhadap perkembangan anak
didik meskipun masih harapan.
II. Pendidikan dan Ekstrakurikuler.
Pendidikan Nasional memiliki tugas seperti yang amanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 yaitu Mencerdaskan Kehidupan Bangsa membangun serta
Membanagun Manusia Indonesia Seutuhnya. Dengan kata lain Pendidikan Indonesia
membentuk Manusia Indonesia yang cerdas. Istilah Manusia Indonesia berarti bukan
manusia non-Indonesia dalam pengertian manusia yang memiliki Kepribadian
Indonesia sebagai cir yang khas yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Kepribadian
Indonesia dibentuk dari nilai-nilai budaya tradisi yang sudah teruji oleh sejarah yang
panjang. Jadi membangun kepribadian bangsa Indonesia ke depan tidak mungkin
meninggalkan nilai budaya tradisi Indonesia.
Seperti pesan yang telah dicamkan dalam syair lagu Kebangsaan Indonesia
Raya yang berbunyi bangunlah jiwanya bangunlah badanya untuk Indonesia
Raya, serta syair lagu Garuda Pancasila yang berbunyi Pribadi bangsaku ayo
maju maju, ayo maju maju, ayo maju maju . Untuk membangun Indonesia yang
besar (Indonesia Raya) harus memajukan kepribadian, serta membangun jiwa dan
raga. Negara Kesatuan Republik Indonesia akan kuat bila bangsanya cerdas yaitu
4
-
pribadi-pribadi yang yang memiliki kebanggaan serta menguasai budaya tradisinya dan
mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat global. Bukan sebaliknya, karena tidak
paham budaya (kesenian) tradisinya hanya mengagumi dan menjadi konsumen budaya
luar.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia issue modernisasi dan globaisasi belum
dipahamisecara kritis, bahkan cenderung dibuat komuditas. Beramai-ramai membangun
sekolah denga lebel standart internasional dengan ukuran menggunakan sarana ruang
kelas ber-AC, menggunakan IT, laboratorium bahasa Inggris, dengan memungut dana
pendidikan yang tinggi. Semua sarana tersebut sangat diperlukan dalan proses
pembelajaran yang baik, bahasa Inggris sangat perlu untuk komunikasi global, yang
lebih penting adalah apa yang akan dikomunikasikan kepada bangsa lain kalau bukan
budaya (kesenian) tradisi. Pribadi yang unggul tetap menjadi warga local yang cerdas,
sebagai warga Negara yang kuat, mampu bersaing di dunia global.
Figure: posisi pribadi yang unggul
Tampak dalam figure posisi pribadi yang unggul tetap menjadi warga local
cerdas menguasai nilai-nilai etniknya, menjadi warga Negara yang kuat memegang
warga dunia berdaya
saing
warga negara yang
kuat
warga lokal yang cerdas
pribadi yang
unggul
5
-
kepribadian bangsa, dan menjadi warga dunia yang memiliki daya saing tinggi dalam
pergaulan masyarakat global. Dengan demikian Negara akan kuat, suatu bangsa yang
tidak memiliki ketahanan budaya akan rapuh hanya menjadi penonton, konsumen, dan
agen-agen budaya asing, mudah dimasuki idiologi asing yang memecah belah bangsa
yang akhirnya dikuasai bangsa lain.
Dalam kehidupan dimasa global saat ini yang utama perlu (harus) dimiliki oleh
suatu bangsa adalah kecerdasan kehidupan berbudaya meliputi: kecerdasan logika
penalaran, kecerdasan pisik/ketrampilan, kecerdasan emosional, kecerdasan religious,
kecerdasan etika, kecerdasan estetika, kecerdasan budi tenggang rasa dalam menyikapi
kehidupan bersama. Sikap adaptif, toleransi tenggang rasa saling kerjasama dengan
berbagai pihak. Budaya selalu tumbuh dan berkembang mengikuti jamannya secara
kritis.
Kurikulum tahun 2013 merupakan kurikulum berbasis kopetensi merupakan
upaya pemerintah untuk mengevaluasi kurikulum sebelumnya dimana pendidikan
cenderung mengedapankan uniformitas, hafalan dan kecerdasan kognitif daripada
kebebasan berekpresi, pemahaman masalah, dan kecerdasan emosional-spiritual.
Kurikulum berbasis kompetensi terdapat penekanan pembentukan kepribadian dan
budipekerti sesuai dengan talenta anak didik. Mekipun kurikulun sudah dirancang
sedimikian dengan materi (curriculum content) tertentu, tentu masih terdapat celah-
celah untuk diberikan materi tambahan (pelengkap) yaitu muatan local (mulok)
termasuk kesenian tradisi local yang dapat diberikan sebagai materi ko-kurikuler atau
ektrakurikuler.
6
-
Ektrakurikuler merupakan bagian integral dari system pendidikan yeng
memiliki ruang waktu yang lebih flesibel. Materi yang bersifat local seperti kesenian
lebih baik diberikan pada ekstrakulikuler. Sebagai landasan yang mendasar pendidikan
anak-anak diawali membangun kesadaran tentang diri dan lingkungannya. Bagaimana
anak menyadari bahwa dirinya hidup dalam masyarakat yang majemuk saling
membutuhkan, salaing membantu secara harmonis. Di sinilah perlunya ektrakurikuler
berbasis lingkungan atau budaya etnik termasuk kesenian tradisional.
Sudah ada sekolah yang memasukkan kesenian dalam materi intra kurikuler,
seperti tari dan karawitan. Namun sebagian besar untuk memasukkan ke dalam
ekstrakurikuler saja masih kesulitan dengan berbagai alasan. Beberapa alasan mengapa
kesenian tari dan karawitan lebih baik diberikan dalam ekstrakurikuler (1)
ektrakurikuler memiliki ruang dan waktu yang fleksibel sehingga capaian lebih
optimal, (2) menggunakan pendekatan individualistic sehingga potensi masing-masing
anak yang memiliki kompetensi berbeda-beda dapat diperhatikan dan dilayani, (3)
sarana ruang dan peralatan menyesuaikan lingkungan sekolah.
III. Ekstrakurikuler Karawitan
1. Apa dan mengapa Karawitan ? istilah Karawitan sudah menjadi kosa kata dunia
sebagai music tradisi Indonesia, namun dalam wacana di sini dapat dipahami
dengan berbagai pengertian, berikut:
a. Karawitan dipahami sebagai music tradisi Indonsia. Dalam kajian
etnomusikologi Karawitan merupakan music yang memiliki system tangga
nada yang khas yaitu pentatonic Slendro dan Pelog serta menggunakan
peralatan gamelan. Dapat dikatakan semua suku di wilayah Indonesia pasti
7
-
memiliki musiknya sendiri baik yang bersifat sedarhana maupun yang lebih
sistematik. Demikian juga music vokalnya semua suku memiliki berbagai jenis
music vocal. Jadi tidak ada alasan suatu sekolah tidak bias melaksanakan
ekstrakurikuler Karawitan dengan alasan tidak ada music tradisi. Justru yang
menarik adanya keragaman budaya music di Indonesia.
b. Kawitan dipahami sebagai warisan budaya; Karawitan memiliki beberapa
unsure; music vocal, sastra (syair), alat atau instrument, permainan,
pertunjukan, ritual, berbagai fungsi dan nilai di dalamnya. Sebagai warisan
budaya sudah barang tentu sudah terjadi proses sejarah yang panjang sehingga
menghasilkan nilai-nilai yang tinggi. Budaya Karawitan mencerminkan
budaya yang tinggi mengandung nilai historis, nilai social, nilai moral, nilai
estetik, nilai religious, dan nilai filosofis. Nilai-nilai tersebut merupakan
kearifan local khasanah budaya masyarakat Indonesia
2. Kontribusi terhadap anak didik
Ektrakurikuler Karawitan atau kesenian tradisi bila dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh akan meberi konstribusi terhadap perkambangan anak baik
secara pisik maupun non-pisik secara seimbang, sehingga terbangunnya
kepribadian sesuai dengan kompetensi yang dimiliki anak. Pada saat anak
memainkan gamelan bersama-sama disitu terjadi aktifitas bersama dengan
sendirinya akan melatih sikat teleransi kebersamaan dan kerja bersama saling
pengertian, saling menjaga kekompakan selaras seirama.
8
-
KEPRIBADIAN
KECERDASAN LOGIKA
KECERDASAN ETIKA
KECERDASAN RASA/ESTETIKA
KECERDASAN PISIK
KECERDASAN EMOSI
KECERDASAN DAYA
KREATIFITAS
Figure: terbentuknya kepribadian dalam bermain gamelan
Tampak dalam figure di atas bagaimana konstribusi bermain gamelan terhadap
terbentuknya kepribadian anak, terbangunnya kecerdasan semua unsure baik ragawi
maupun emosinya meliputi: 1) dalam memainkan gamelan dengan menggunaka tehnik
tertentu akan melatih kecerdasan pisik, pikiran dan perasaan, 2) dengan menatur seberapa
keras dan lembutnya tabuhan melatih emosi, rasa estetika, 3) bagaimana sikap menabuh
yang baik melatih kecerdasan emosi etika. Semua unsure terorganisir dengan baik dan
seimbang.
3. Kondisi Potensial
Yang dimaksud kondisi potensial di sini hal-hal yang sudah ada dan tersedia
namun belum dimanfaatkan dengan baik untuk melaksanakan ektrakurikuler
karawitan maupun kesenian yang lain. Ektrakurikuler Karawitan bukanlah sesuatu
yang sulit karena secara potensial sarana, sumber daya sudah tersedia cukup di
9
-
hamper semua wilayah di Indonesia khususnya Jawa. Kondisi potensial yang ada
sebagai berikut:
a). Secara politis kebudayaan pembelajaran Karawitan bagi anak-anak memiliki
fungsi yang strategis dalam membanagun ketahan budaya yang bermuara pada
ketahanan Bangsa dan Negara. Ketahanan budaya merupakan kemampuan
bangsa untuk menerima, mengadaptasi serta menolak budaya luar mana sesuai
dan mana yang tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia.
b). Kekayaan materi untuk ekstrakurikuler Karawitan di Indonesia cukup
melimpah. Setiap daerah memiliki bentuk Karawitan yang khas dengan
karakter masing-masing.
c). Sumber daya manusia sebagai pengajar atau pelatih Karawitan dapat dibilang
cukup. Pengajar tidak harus orang yang memiliki pendidikan formal, banyak
seniman yang mampu mengajar.
d). Pembelajaran Karawitan sebagai materi muatan local (mulok) di Sekolah yang
sudah diacanangkan oleh Pemerintah.
4. Problematika
Pelaksanaan ekstrakurikuler Karawitan meskipun secara potensial dapat
dinyatakan mencukupi, namaun masih banyak kendala-kendala yang melingkupi;
a). Masih banyak anggapan orang tua murid tentang Karawitan atau belajar
Karawitan kurang menguntungkan.
b). bagi siswa masih banyak yang menganggap Karawitan itu kuno, tidak modern,
kurang gaul.
c). masih banyak Sekolah yang belum memiliki alat gamelan sendiri.
10
-
d). belum tersefdianya guru pengajar Karawitan.
5. Tugas Pemerintah.
Pendidikan anak bukanlah semata-mata tugas Pemerintah, pernyataan itu benar
tetapi Pemerintah mempunyai tugas sesuai yang diamanatkan Undang-Undang. Hal
tersebut tentu perlu dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Karena ekstra
kurikuler Karawitan merupakan hal relative baru maka Pemerintah perlu:
a). melakukan kajian tentang poten di setiap daerah yang kondisinya idak sama.
b). Menyiapkan sarana prasarana yang diperlukan.
c). Melakukan langkah-langkah operasional secara bertahap berkesinambungan.
d). Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait.
IV. Penutup
Perilaku dan kondisi generasi muda saat ini tidak lepas dari kondisi masyarakat secara
umum serta perkembangan yang ada. Namun demikian juga tidak semestinya begitu
saja menyerah pada kondisi. Perlu adanya usaha-usaha untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Bagaimana hidup
bermasyarakat yang pluralistic secara kebersamaan.
Generasi muda perlu diperkenalkan kesenian tradisi mereka baik memlalui pendidikan
formal maupun non-formal. Di sana terdapat nilai-nilai kearifan local sebagai cirri
budaya bangsa. Dengan rasa kebanggan terhadap budayanya sebagai modal untuk
bersaing denga bangsa lain dan tidak hanya sebagai penonton, konsumen dan agen
budaya luar.
11
-
12
Pemerintah bersama masyarakat perlu mensosialisasikan kesenian tradisi kepada
generasi melalui Sekolah dan berbagai kegiatan. Pada akhirnya semua tergantung
kepada pemerintah yang memiliki kebijakan, kewenangan, fasilitas, serta dukungan
masyarakat. Kerja keras, kesungguan, komitmen, konsisten merupakan jawaban agar
ekstrakurikuler Karawitan tidak sekedar menjadi harapan, harapan dan harapan.
Kepustakaan:
Delors, Jacques 1999 BELAJAR: Harta Karun Di Dalamnya (penerjemah, Prof. Dr. Napitupulu).
Penerbit: Depdikbud. Kerjaam UNESCO Paris. Dieter Mack
1996 PENDIDIKAN MUSIK Anatara Harapan dan Realitas. Penerbit: University Press IKIP Bnadung.
Lindsay, Jennifer
1991 KLASIK KITCH KONTEMPORER Sebuah Studi Tentang Seni Petunjukan Jawa (Penerjemah: Nin Bakdi Sumanto). Penerbit: Gadjah Mada University Press.
Palgunadi, Bram 2002 Serat Kandha KARAWITAN JAWI. Penerbit: ITB Bandung Saryono, Djoko,Prof. Dr., M.Pd
2011 Sosok Nilai Budaya Jawa; Rekontruksi Normatif Idealistik. Penertbit: bersama Pemprov. Jatim dan Aditya Media.
Sumarsam 2003 GAMELAN Interaksi dan Perkembangan Musikal di Jawa. Penerbit: Pustaka
Pelajar Yogyakarta.
Suka Hardjana (Editor) 1976 ENAM TAHUN PEKAN KOMPONIS MUDA Sebuah Alternatif. Penerbit: Dewan
Kesenian Jakarta ----- ,,---------
1983 ESTETIKA MUSIK. Penerbit: Departerman Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dadar dan Menengah Direktorat Pendidian Menegah Kejuruan Jakarta
Suwarmin
2009 Kreatifitas dan Pembelajara Karawotan (Majalah:BENDE Wahana Pendidikan dan Pengembangan Kesenian TBJT, Edisi No. 73 Nop. Th. 2009.