Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

20

description

Buletin EKSPOSE Politeknik Negeri Semarang created by LPM Dimensi

Transcript of Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

Page 1: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013
Page 2: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

Lain Kali, Gunakan Hak Pilih Anda

Iklan Layanan Masyarakat ini Dipersembahkan oleh LPM DIMENSI

Page 3: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

Dari Dapur

Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. Redaksi berhak memilah karya yang masuk dan me-nyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi.Karya dapat langsung dikirim melalui surat elektronik di [email protected] atau dikirim ke alamat kantor redaksi di:Gedung PKM Lama Kavling II (Belakang Bank Jateng) Kampus Politeknik Negeri SemarangJl. Prof. Soedharto Tembalang

Selamat berkarya!

Salurkan Idemu!

PelindungDr. Totok Prasetyo, B.Eng, M.T.

PenasihatGarup Lambang Goro, S.T., M.T.

PembinaDrs. Khairul Saleh, M.S.I.

Pemimpin UmumDian Adi PratamaSekretaris Umum

Syaiful AnamBendahara UmumAde Ulfa Arsiyana

Pemimpin RedaksiBela Jannahti

Sekretaris RedaksiRatih Widyaningrum Redaktur Pelaksana

Ika Safitriana, Reza Annas Ma’rufRedaktur Bahasa

Vitri Dwi A., Yuniar Cahyani,Editor

Inadinna Fadhliyah, Rifka Shofia A.Reporter

Arum Ambarwati, Dwiki Ilham R., Dyah Palupi (non aktif ), Eka Widyaningrum (non aktif ), Irma Novita,

Ninda Prastika (non aktif ), Nofia Andreana (non aktif ), Nur Ainingsih (non aktif ),

Putri Kristianingrum (non aktif ), Septina Budi (non aktif ), Tiara Dian M. (non aktif )

Redaktur FotoIdo Ridwan Fidyanto

FotograferDwiki Lutvi (non aktif ), M. Iftor Hilal (non aktif ),

M. Yanuar Nur Adi, Nurul Rizqia S., Riska Putri S. (non aktif )

Redaktur ArtistikGalih Alfandi

LayouterAnnisa Ayu Lestari, Annissa Permanasari,

Hilda Heramita (non aktif ), Imam Agus Yunata (non aktif ), M. Nur Chafidhin, Sofiyan Arif K.

CyberAdita Pratiwi, Ahmad Gozali

IlustratorEka Kurnia SaputraPemimpin Litbang

Muhammad RukiyatKepala Divisi PSDM

Vinda Ayu JanuarisqikaStaf PSDM

Anak Agung Maya S., Bagus Barawonda (non aktif ), Siti Nurfaidah (non aktif )

Kepala Divisi HumasHardani Winata (non aktif )

Staf HumasFieryanti Kamaril Kusumawardhani,

Intan PranitaKepala Divisi Riset

Dyah AriniStaf Riset

Badra Nuraga, Ika Putri Raswati, Upik Kusuma

Pemimpin PerusahaanIrfan Bagus Prasetyo

Sekretaris PerusahaanMiftahul Jannah P. P.

Bendahara PerusahaanMaulida Arta S.

Kepala Divisi PeriklananHaidar Erdi

Kepala Divisi Usaha Non ProdukDhanie Setiarini (non aktif )

Staf Periklanan dan Usaha Non ProdukAliza Rahmawati (non aktif ), Ash Sulcha (non aktif ),

Ira Sari Natasya (non aktif ), Miqdar Nafisi, Shella Widayanti (non aktif ), Tiwik Nur H. (non aktif )

Kepala Divisi Desain IklanSiswoyo

Staf Desain IklanEko Prabowo Mukti, Meida Noor S. (non aktif )

Kepala Divisi Produksi dan DistribusiGassela Dita P. (non aktif )

Staf Produksi dan DistribusiAgus Wijayanto, Anwar Hamid

Kita sedang menghadapi satu kue besar yang (seharusnya) dapat kita bagi rata untuk dinikmati bersama, manisnya, legitnya. Na-mun, lagi-lagi ekspektasi tak sepaham dengan realitas. Potongan-potongan kue mungkin saja tak sama besar satu dengan lainnya. Bila pun ukurannya sama, soal rasa bisa saja berbeda.

Kita sedang menikmati satu sistem yang kita namakan demokrasi. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, katanya. Keberadaan kita sebagai mahasiswa tak luput dari pesta demokrasi ini.

Pemira, atau pemilihan umum raya, yang diselenggarakan secara teratur setiap satu tahun sekali, menjadi ajang bagi kita untuk ikut andil dalam pesta demokrasi yang telah didengung-dengungkan sejak 1998. Meski hanya dalam satu kali mencoblos (baca: meng-klik), ternyata hal kecil yang kita lakukan itu dapat berpengaruh terhadap kehidupan kampus setahun kedepan.

Akan tetapi optimisme tak selamanya menang. Tingginya angka golput bisa menandakan dua hal: sistem pemilihan yang payah atau keapatisan mahasiswa untuk bersuara. Ternyata tak semua orang menyukai kue yang manis itu.

Namun, golput juga pilihan,bukan?

Kue Itu Kita SebutDemokrasi

Lembaga Pers Mahasiswa

DIMENSI

Page 4: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

Pemira, Aktualisasi Demokrasi dan Ajang Politik Kampus

INDEX 05Kenaikan Anggaran vs Kualitas PEMIRA 201308Sistem Baru Tak Munculkan Penghematan09

Krisis Kepemimpinan10

StudentHidjo12

Lincoln13

Sistem ‘Klik’ di Mata Pemilih14

PWT : MetamorfosisMega Event UKM PP16

Kesibukkan Ajang Politik Kampus18

LAPORAN UTAMA

OPINI

RESENSI BUKU

RESENSI FILM

SPEAK UP

KAMPUSIANA

GALERI FOTO

Pemira yang Tak Raya06INFOGRAFIS

COVER :Foto : M. H. Haqqi Zuhri

Olah Digital : Galih Alfandi

Page 5: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 5

LAPORAN UTAMA

Mahasiswa sebagai generasi

muda yang aktif dan berwawasan luas sangat

berpotensi uantuk menyum-bangkan aspirasinya, terlebih

dalam dunia demokrasi. Sema-ngat mereka layak untuk disalur-kan pada wadah yang baik dan benar. Pemilihan Umum Raya, suatu bentuk pesta demokrasi

di lingkungan perguruan tinggi, wadah dimana aspirasi mahasiswa da-

pat tersalurkan.

Pemira, Aktualisasi Demokrasi dan Ajang Politik KampusOleh : Dewi Ristiana Palupi

PEMILIHAN Umum Raya (PEMIRA) adalah suatu agenda wajib tahunan di Politeknik Negeri Semarang untuk melahirkan para

pemimpin baru. Dalam kegiatan ini, presiden dan wakil presiden mahasiswa, serta anggota Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dipilih secara langsung oleh mahasiswa secara merata di semua jurusan. Anggota BPM masing-masing berasal dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan yang bukan berasal dari keduanya (independen).

Dalam kongres mahasiswa setiap tahunnya, BPM beserta organisasi mahasiswa (ormawa) menetapkan serangkaian peraturan menge-nai teknis maupun non teknis pelaksanaan PEMIRA yang tertuang dalam Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pemilihan Umum Raya. Hal tersebut menyebabkan tata cara pelaksanaan PEMIRA tidak sama untuk tiap tahun.

Penanggung jawab dalam pesta demokrasi ini adalah Komisi Pemilihan Raya (KPR) yang juga di-seleksi dan dibentuk setiap tahun oleh BPM. Dalam tugasnya KPR dibantu oleh Panitia Pelaksana PEMIRA (P3), keseluruhan ang-gota berasal dari proses seleksi bagi mahasiswa secara umum yang mendaftarkan diri.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam persiapan dan pelaksanaan PEMIRA meliputi sosialisasi kepada seluruh mahasiswa mengenai teknis pelaksanaan PEMIRA serta menyediakan wadah bagi calon presiden dan wakil presiden ma-hasiswa untuk berkampanye secara terbuka. Selain itu merancang agenda debat bagi calon anggota BPM, mengurus berbagai macam perizinan baik ke dalam maupun luar kampus, juga pembahasan petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis PEMIRA.

Hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan PEMIRA adalah mengenai sumber dana. Ang-garan berasal dari iuran ormawa yang dibeban-kan pada setiap mahasiswa Politeknik Negeri Semarang. Institusi mengalokasikan nominal dana kepada BPM dan diteruskan ke pihak KPR untuk kemudian dipergunakan sebaik mungkin demi terlaksananya PEMIRA.

Pada tahun 2013 ini, pemungutan suara dilakukan secara online atau sering kita kenal dengan sistem “klik”. Prosedur dan mekanisme baru menghasilkan pengalokasian dana yang

berbeda. Muhammad Nurul Adha selaku Ketua KPR menuturkan harapan

mengenai diterapkannya sistem klik ini, “Kalau PEMIRA tahun lalu

kan pakai kertas, sedangkan ‘klik’ tidak. Lebih murah pasti, tapi nominalnya berapa saya belum tahu pasti.” Namun pada kenyataannya, PEMIRA 2013 justru membutuhkan dana yang relatif sama bahkan

lebih tinggi dibandingkan ta-hun kemarin. Kertas dan kotak-

kotak suara memang sudah tidak diperlukan lagi, tetapi sistem baru

yang asing bagi mahasiswa membuat KPR harus menyediakan anggaran ekstra

dalam hal sosialisasi.

Dalam PEMIRA kali ini, selain sosialisasi lewat media cetak, KPR juga harus beberapa kali me-ngumpulkan perwakilan mahasiswa dari semua program studi untuk diberikan informasi secara lebih detail. Media cetak untuk sarana publikasi dan sosialisasi juga dibuat lebih banyak dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan tahun ke-marin. Hal tersebut mendasari keputusan untuk menaikkan dana PEMIRA di tahun ini. “Kemarin dalam kongres mahasiswa disepakati kenaikan dana sebesar lima juta karena publikasi ingin diperbesar,” ucap Bian Anggi Permadi selaku Ketua BPM.

Page 6: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

infografis

6 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

PEMILU Raya (PEMIRA) merupakan ajang pemilihan Presiden Mahasiswa, Wakil Presiden Maha-siswa, dan anggota BPM baik jalur independen maupun jalur perwakilan jurusan. Kegiatan ini digelar setiap tahun oleh Panitia Pelaksana Pemira (P3) dengan pengawasan Komisi Pemilihan Raya (KPR).

Tahun 2013 ini P3 bekerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Polytechnic Computer Club (UKM PCC) mengusung sistem baru yang disebut sistem “klik”. Sistem ini sudah di sosialisasikan sejak jauh–jauh hari sebelum pemilihan. Namun apakah perubahan sistem ini menambah minat mahasiswa untuk memilih? Apakah hal ini juga mempengaruhi hasil pemilihan suara? Untuk mengetahui hal tersebut tim riset LPM Dimensi mencoba membandingkan hasil perolehan suara tahun lalu (2012) dengan tahun ini (2013) dengan cara mengumpulkan data–data dan menuang-kannya ke dalam grafik agar mudah dipahami.

Pemira yang Tak Raya

Page 7: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 7

Infografis

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa hasil perolehan suara total tahun 2012 dan 2013 tidak ter-paut jauh. Di sisi lain, ternyata jumlah pemilih dari semua jurusan pada tahun 2013 masih di bawah jumlah tahun 2012. Menurut ketua Komisi Pemilihan Raya (KPR), M. Nurul Adha, hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama menurut hasil keputusan Kongers Mahasiswa (KM) 2012, PEMIRA 2013 diadakan pada bulan Maret. Pada bulan tersebut banyak mahasiswa tingkat akhir sedang melaksanakan magang. Penyebab kedua dikarenakan hanya ada dua pasang calon yang terpilih. Ketiga, karena sosialisasi oleh masing masing calon dinilai kurang.

Grafik diatas menunjukkan adanya suatu penurunan. Penurunan tertinggi dialami oleh Jurusan Teknik Elektro yaitu sebanyak 28,60%. Di posisi kedua yaitu Jurusan Akuntansi sebesar 15,80%. Dilanjutkan Jurusan Teknik Mesin sebanyak 13%, Jurusan Teknik Sipil 12,12%, dan terakhir Jurusan Administrasi Niaga sebanyak 8,70%. Faktanya, batas waktu pemilihan tahun lalu hanya sampai sore hari, sehingga mahasiswa teknik yang mengikuti kuliah kelas malam tidak sempat memilih. Sedangkan tahun ini pemilihan dibuka hingga malam, dengan harapan suara yang diperoleh tahun ini akan lebih tinggi.

Menurut salah seorang mahasiswi tingkat I Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang dengan adanya sistem klik tersebut cukup menambah minat mereka untuk memilih. “Lebih minat sih, soalnya pakai komputer, jadi enak,” ungkapnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem klik cukup menambah minat mahasiswa untuk me-milih, namun dengan banyak faktor yang mengakibatkan turunnya jumlah suara.

Page 8: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

laporan utama

8 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

PEMILIHAN Umum Raya (PEMIRA) 2013 telah berlalu. Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa (Presma dan Wapresma) telah terpilih. Ada beberapa hal yang cukup me-narik selama penyelenggaraan pesta demokrasi ini. Mulai dari penggunaan sistem terkom-puterisasi dalam pemungutan dan penghitungan suara, per-saingan sengit kandidat pres-ma dan wapresma, gencarnya sosialisasi Komisi Pemilihan Raya (KPR), hingga fenomena presentase golongan putih (golput) yang ternyata cukup tinggi. Selain itu satu hal lain yang perlu menjadi sorotan adalah naiknya alokasi dana PEMIRA tahun ini. Apakah kenaikan dana ini juga diim-bangi dengan peningkatan kualitas PEMIRA?

Terdapat kenaikan anggaran untuk alokasi dana PEMIRA 2013. Tahun 2012 yang lalu, alokasi dana untuk PEMIRA adalah empat juta rupiah. Se-dangkan untuk tahun ini naik menjadi lima juta rupiah. Bian Anggi Permadi selaku Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) mengatakan bahwa kenailkan tersebut dilakukan dengan alasan untuk me-ningkatkan publikasi dalam PEMIRA tahun ini.

Menurut Muhammad Nurul Adha selaku ketua Komisi Pemilihan Raya (KPR) 2013, dana sebesar lima juta rupiah tersebut dialokasikan untuk menyewa program sistem klik kepada Unit Kegiatan Maha-siswa Polytechnic Computer Club (UKM PCC) sosialisasi dan publikasi, debat calon, perizinan, serta pembahasan petunjuk pelaksanaan (juklak) serta petunjuk teknis (juknis) PEMIRA.

“Alokasi terbesar adalah untuk sosialisasi kepada mahasiswa tentang PEMIRA dan sistem-nya,” tambah Adha.

Sejalan dengan hal tersebut, KPR bersama Panitia Pelaksana PEMIRA (P3) telah melakukan publikasi dan sosialisasi besar-besaran sejak bulan Februari. Diawali dengan sosialisasi sistem klik pada setiap ketua kelas dan ormawa pada Senin (25/2) di Ruang Serba Guna (RSG). Selain itu panitia juga memasang spanduk dan pam-phlet tentang alur pemungu-tan suara di beberapa titik-titik keramaian mahasiswa. Serta terus menyosialisasikan PEMIRA melalui media jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.

Namun nampaknya publikasi dan sosialisasi tersebut masih kurang maksimal. Kanuri Ang-gota BPM terpilih dari Jurusan Teknik Elektro mengungkap-kan bahwa sosialisasi dari P3 dan KPR juga dirasa kurang begitu tepat. Pasalnya saat sosialisasi awal di RSG, hanya ketua saja yang diundang.

Di sisi lain, PEMIRA 2013 sebe-narnya memiliki potensi yang cukup besar untuk menghe-mat dana. Sebab tahun ini KPR tidak perlu mencetak surat suara karena telah memakai sistem yang terkomputerisasi. Akibatnya, kemungkinan pada tahun ini akan terdapat sisa dana.

“Nantinya jika sisa dana tersebut lumayan besar, maka kami mungkin akan meng-gunakan sisa dana tersebut untuk mengadakan acara pengucapan selamat kecil-ke-cilan bagi presiden mahasiswa yang terpilih. Namun saat ini kami belum bisa memastikan apakah acara tersebut jadi

diadakan atau tidak, karena Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) KPR masih dalam tahap penyusunan. Jadi kami belum mengetahui secara pasti be-rapa dana yang tersisa,” jelas Adha.

Sementara itu dilihat dari sistem pemungutan suara, PEMIRA tahun ini dapat dika-takan lebih baik dari tahun lalu. Dengan menggunakan sistem yang terkomputerisasi, terbukti pemungutan suara lebih cepat, mudah, dan prak-tis. Selain itu hasil pemungu-tan suara pun dapat segera diketahui melalui ruang pan-tau publik yang diletakkan di Hall Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) lama dan di depan RSG. Tak selang begitu lama usai penutupan Tempat Pemungu-tan Suara (TPS), hasil PEMIRA juga segera dapat diketahui dan diumumkan.

Namun hal yang perlu di-sayangkan adalah kurangnya partisipasi dan antusiasme dari mahasiswa sendiri. Terbukti dari 4.280 orang mahasiswa Polines, hanya 2.108 orang yang mengguna-kan hak pilihnya. Menanggapi hal itu Adha mengungkap-kan bahwa tingginya angka golput disebabkan banyaknya mahasiswa Polines yang se-dang melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) sehingga mereka berhalangan untuk menggunakan hak pilihnya saat PEMIRA.

“Sebenarnya kami sudah memberi kesempatan bagi mahasiswa PKL untuk meng-gunakan hak pilihnya. Yaitu dengan membuka TPS hingga pukul 21.00. Tapi nampaknya hanya beberapa mahasiswa yang menggunakan hak terse-but,” ungkap Adha.

Kenaikan Anggaran vs Kualitas PEMIRA 2013Oleh : Arum Ambarwati dan Nailis Soraya (Kru Magang)

Page 9: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 9

laporan utama

PEMIRA Polines 2013 diwarnai dengan munculnya sistem e-vote dengan nama sistem “klik” hasil kerja sama Komisi Pemilihan

Raya (KPR) dengan UKM PCC. Acuan KPR dalam menggunakan e-vote ialah moderenisasi dan efisiensi dana yang dikeluarkan untuk PEMIRA. Benar saja, bila menggunakan sistem “jadul” (nyontreng-red) KPR memerlukan dana lebih untuk kertas, spidol, dan lain-lain. Seperti dikatakan Eci selaku bendahara KPR tahun 2013, “Menurut saya efisiensi dana yang dikeluarkan KPR sudah signifikan dengan menggunakan sistem klik, kalau pakai kertas jumlah mahasiswa di Polines kira-kira 5000 dengan harga kertas Rp 200, 00 per lembar kertasnya jadi Rp 1.000.000, 00. Kemarin sistem klik cuma Rp 400.000, 00”.

Sistem yang tidak konvensional ini memang membawa dampak cukup signifikan pada pesta demokrasi di Polines, namun dalam hal efisiensi dana masih perlu dipertanyakan. Bila

menelisik lebih dalam KPR mengeluarkan dana lebih untuk konsumsi, dikarenakan ada tambahan personil pada saat Pemira berlangsung, yaitu anggota PCC yang ditugaskan untuk menjaga sistem klik agar pemilihan dapat berjalan lancar. Eci mengatakan, “Anggota PCC kayaknya tiga atau empat orang di tiap TPS dan ruang server”. Dengan jumlah personil di setiap TPS bertambah, secara otomatis dana yang dikeluarkan ikut bertambah.

Dana lebih untuk konsumsi dialokasikan bukan hanya saat PEMIRA berlangsung, namun juga saat sosialisasi capresma, cawapresma dan anggota BPM, untuk hal tersebut Eci mengatakan “Tahun ini dana konsumsi di semua TPS untuk 2 kali makan besar Rp 700.000,00, snack Rp 200.000,00. Dan ada tambahan saat bahas juklak juknis, dialog terbuka, dialog khusus, dan lain-lain, yang pasti membutuhkan konsumsi. Tidak hanya waktu PEMIRA saja, jadi butuh dana banyak untuk konsumsi”.

Singkat kata PEMIRA tahun ini

berhasil mengefisienkan dana pada sektor sistem “baru” namun tidak untuk sektor konsumsi. Berkaca pada tahun sebelumnya, KPR mengeluarkan dana dalam PEMIRA lebih banyak di sektor media pemilih, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor. Ditemui di ruang BPM, Nana selaku bendahara KPR tahun 2012 mengatakan, “Biaya konsumsi tahun lalu lebih rendah dari tahun ini, ya mungkin dikarenakan tahun ini kita sudah menggunakan sistem klik dan harga makanan sekarang lebih mahal dibanding dengan tahun lalu.”

Memang usaha KPR dalam mengefisienkan dana sudah cukup signifikan namun ke depan nampaknya KPR perlu transparan dalam hal dana PEMIRA agar di tahun-tahun berikutnya dana untuk PEMIRA dapat lebih efisien. Seperti yang dikatakan Eci, “Tahun ke tahun, biasanya dana membengkak dikonsumsi dan kertas suara, namun tahun ini kita bisa lebih efisien dengan menggunakan sistem yang baru.”

Sistem Baru Tak Munculkan Penghematan

Oleh : Dwiki Ilham Ramadan dan Putri Maya (Kru Magang)

Page 10: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

opini

10 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

PEMIMPIN adalah seseorang yang mau dan mampu memberikan pe-ngaruh terhadap orang–orang yang dipimpinnya.

Jiwa kepemimpinan lahir dari dalam dirinya dan merupakan keputusannya sendiri yang ingin menjadi pemimpin, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk sebuah komunitas ter-tentu. Ketika kepemimpinan telah tertanam dalam dirinya, maka dia menyadari bahwa pemimpin adalah pengem-ban amanat yang diberikan “rakyat”, bukan pencari jabatan untuk mewujudkan keinginan pribadi secara individual.

Bulan Maret-April dapat dikatakan sebagai “bulan demokrasi” bagi keluarga besar Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang karena masa tersebut adalah waktu untuk regenerasi kepengurusan dan penentuan seorang pemimpin dari mulai Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Presiden

Mahasiswa, dan Wakil Pre-siden Mahasiswa melalui Pe-milihan Raya (PEMIRA) hingga pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiat-an Mahasiswa (UKM) yang diadakan oleh masing-masing organisasi. Motivasi mereka yang men-calonkan diri sebagai pe-mimpin sangat bervariasi, ada yang karena dorongan rekan-nya dan terpaksa karena tidak ada yang berkenan (keinginan orang lain), pertimbangan se-belum memasuki dunia kerja ( motif pribadi) dan pengab-dian (murni keinginan dalam diri). Jawaban terakhir inilah yang jarang kita temukan pada sosok pemimpin jaman sekarang.

Kepemimpinan adalah tang-gung jawab yang dimulai dari dalam diri, bergerak ke-luar sebagai bentuk pertang-gungjawaban kepada yang dipimpin. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati, penciptaan integritas hingga perubahan

karakter. Jika dalam diri saja tidak ada tanggungjawab sebagai seorang pemimpin, bagaimana bisa mereka memikirkan tanggungjawab kepada komunitas yang telah memilihnya? Apa yang terjadi ketika misi pribadinya tidak di-dapat? Masihkah mereka ber-pikir tentang tanggungjawab jika tidak ada lagi golongan yang mendukungnya seperti dulu? Para pemimpin tidak jarang ikut menjadi “objek seleksi alam” dalam komuni-tas tersebut. Padahal dalam sebuah hadis jelas di-sebutkan “Sesungguhnya kalian semua adalah pemimpin, dan se-orang pemimpin akan diminta pertanggungjawaban oleh-NYA atas kepemimpinannya”.

Sampai kapan krisis kepe-mimpinan berakhir dan men-jadikan para pemimpin “melek tanggungjawab?” Sebuah pertanyaan untuk kita semua, mari kita renungkan, pikirkan, dan benahi.

Krisis KepemimpinanOleh: Diyana SetyaningrumMahasiswa Semester VI Jurusan Akuntansi

Page 11: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 11

SKETS

NGEDIMSMahasiswa AN mendapat pelatihan untuk kerjasama Alfamart.“Selamat datang, silahkan belanja...”

Beasiswa bidik misi langsung cair dari Dirjen DIKTI ke rekening masing-masing mahasiswa terkait.Semoga bebas “potongan” atau yang sejenisnya.

Ketua-ketua ormawa telah berganti generasi. “Satu satu daun berguguran, satu satu tunas muda bersemi..”

Wifi salah satu operator nasional menyebar di seluruh kampus.Berkah tak terkira...

Kompetisi Memperebutkan Posisi

Ilustrasi : M. Rukiyat

Page 12: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

resensi buku

12 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

belajar, membaca buku, dan sesekali berplesiran dengan Biroe. Namun di Belanda, dimana ia diperlakukan de-ngan sangat ramah oleh orang Belanda, Hidjo hampir tak bisa mengendalikan diri untuk tak mencoba hal-hal baru yang sebelumnya diang-gapnya tak pantas. Bahkan ia juga juga berpacaran dengan Betje, gadis Belanda yang merupakan anak dari induk semangnya.

Pada akhirnya, Hidjo memu-tuskan untuk pulang ke Jawa sebelum studinya selesai. Namun alih-alih menikah dengan Biroe, Hidjo dinikah-kan dengan perempuan lain yang merupakan sahabat karib Biroe. Perjodohan memang merupakan salah satu budaya yang masih sangat kental dalam kalangan borjuis pribumi pada saat itu. Mas Marco Kartodikromo menggambarkan itu dengan baik, juga tentang kebiasaan-kebiasaan kalangan borjuis pribumi lainnya.

Mas Marco Kartodikromo

HIDJO, cobalah kemari!” kata Raden Nganten Potronojo waktu anaknya baru pulang dari me-lan-

cong. “Kamu hendak disuruh sekolah ingenieur di Negeri Belanda oleh ayahmu, apakah kamu mau? Tapi saya sangat susah..,” Raden Nganten tak bisa meneruskan kata-katan-ya, ia tak bisa menahan air matanya yang mengalir dan membikin gelap pikirannya.

Hidjo tak kuasa menolak keinginan sang ayah, meski ibunya bersikeras tak ingin Hidjo pergi. Hidjo dengan berat hati pun meninggalkan Hindia Belanda, berpisah de-ngan keluarga dan kekasihnya, Raden Ajeng Biroe.

Meski hidup tanpa kekurangan karena segala kebutuhan-nya tercukupi, bukan berarti Hidjo tak kesulitan disana. Tan-tangan terbesar justru datang dari dirinya sendiri.

Hidjo selama hidup di Hindia Belanda tak pernah berbuat macam-macam. Ia hanya

pertama kali menulis kisah ini pada tahun 1918 sebagai cerita bersambung untuk Harian Sinar Hindia. Setahun kemu-dian baru diterbitkan sebagai buku. Pada tahun 2000, buku ini diterbitkan kembali oleh Aksara Indonesia dan Ben-tang. Pada 2010 lalu, Penerbit NARASI dari menerbitkannya kembali dalam bentuk buku setebal 140 halaman.

Novel yang menceritakan ten-tang kisah hidup Hidjo dan ke-luarga besarnya, keluarga yang termasuk dalam golongan pri-yayi, ini sejatinya mengisahkan tentang kontrasnya perlakuan yang diterima pribumi di Belanda dan di Hindia Belanda. Pantas bila karya ini disebut sebagai “sastra perlawanan”, se-buah istilah dalam kronik sastra Indonesia sebelum perang.

Penerbit buku Indonesia Boekoe (I: Boekoe) mentas-bihkan karya ini sebagai salah satu dari “Seratus Buku Sastra Indonesia yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan”.

STUDENTHIDJOOleh : Bela Jannahti

Page 13: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 13

resensi film

LINCOLN merupakan sebuah film karya sutra-dara Steven Spielberg. Film ini masuk dalam nominasi Golden Globe

Award dan Academy Award. Daniel Day-Lewis sebagai pe-meran utama, berhasil meng-hidupkan karakter presiden Abraham Lincoln lewat penji-waan yang sangat memukau. Ia memerankan figur pemimpin dengan karisma yang tinggi di balik tubuh tinggi tegapnya.

Lincoln adalah sosok yang mampu tetap tenang saat menghadapi masalah yang dihadapi. Di samping itu, Sally Field sebagai Mary Todd Lincoln, istri Abraham Lincoln dan Tommy Lee Jones sebagai Thaddeus Stevens, pemimpin Partai Demokrat juga tampil hebat.

Kisah film ini diangkat dari buku Team of Rivals: The Politi-cal Genius of Abraham Lincoln

karya sejarawan Doris Kearns Goodwin. Film ini menceritakan empat bulan terakhir dari hidup seorang Abraham Lincoln. Dalam film ini digambarkan kisah Lincoln saat berusaha me-masukkan amandemen ke-13 yang berisi penghapusan dan larangan terhadap perbudakan di Amerika Serikat. Digambar-kan juga perjuangannya untuk mengakhiri perang sipil antara pihak Federasi dan Konfe-derasi yang sudah berlangsung selama empat tahun. Dicerita-kan pula upaya Lincoln untuk melo-loskan amandemen itu dengan dukungan suara yang didapat dari Partai Demokrat dan Republik. Lincoln adalah presiden Amerika Serikat yang berhasil menetaskan amande-men UU perbudakan untuk pertama kalinya dan memberi-kan kemerdekaan bagi para budak.

Film ini beralur lambat dan banyak dialog dengan tempo

penceritaan yang pelan. Durasi 150 menit membuat film Lin-coln menjadi tontonan ‘berat’ yang tidak akan mudah diikuti oleh sebagian orang. Penonton akan merasa bosan di awal hingga akhirnya mulai terbiasa dengan ritme penceritaan yang ada. Namun adegan perde-batan antara pro dan kontra amandemen ke-13 selalu menarik untuk diikuti. Kemu-dian klimaksnya adalah di saat pemungutan suara yang begitu menegangkan dan berhasil diakhiri dengan mengharukan.

Secara keseluruhan film ini memuaskan dan sanggup memberikan edukasi bagi mereka yang masih kurang mengetahui secara mendalam sosok Abraham Lincoln. Segala aspek teknis bagus, para ak-tornya bermain dengan total, khususnya Daniel Day-Lewis yang kemungkinan besar akan meraih Best Actor.

LINCOLNOleh : Siswoyo

Page 14: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

speak up

Sistem ‘Klik’ di Mata PemilihSEPERTI biasa, setiap tahun pada semester genap, Komisi Pemilihan Raya Politeknik Negeri Sema-rang menyelenggarakan Pemilihan Raya (PEMIRA). Ada perbedaan cara pemilihan presiden maha-

siswa dan wakil presiden mahasiswa (presma dan wapresma) pada tahun ini. Sistem pencontrengan yang biasanya digunakan untuk memperoleh hasil PEMIRA, kini telah beralih ke sistem ‘klik’. Maha-

siswa sebagai pemilih pun memberikan pendapatnya.

14 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

“Pemira tahun ini kurang sosialisasi, banyak kelas yang tidak tahu tentang kegiatan pencontrengan yang sekarang dengan cara ‘klik’. Lagipula banyak ma-hasiswa tingkat akhir yang sedang magang kerja/PKL tidak mendapat kesem-patan untuk mengklik salah satu calon presiden mahasiswa Polines.”

Mayang Rindrianasari Hambali Mahasiswi Semester 6 Jurusan Akuntansi

“Aku ngeliat pelaksanaan PEMIRA kemarin sih nampaknya tidak berjalan dengan baik, khususnya pada hari pemilihannya. Saya liat dari sudut pandang jurusan teknik khususe teknik mesin. PEMIRA tahun kemarin panitianya bahkan sampai masuk ke kelas-kelas untuk menjemput suara pemilih. Tapi tahun ni cuma disediain stand-stand TPS yang sedikit sekali dan tidak melakukan penjeputan suara. Memang sih udah pada dewasa semua. Tapi gimana juga kan, alangkah baiknya dimasukin ke kelas-kelas. Banyak anak teknik mesin yang tidak memilih khususnya kelas tiga, mungkin karena jadwal mereka yang berangkat siang pulang malam. Atau bahkan mereka yang sedang praktek di bengkel, jadi mereka enggan mendatangi TPS untuk memilih. Sebenere masih banyak lagi.”

Bagus BarawondaMahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Mesin

“PEMIRA kemarin, terlalu cepat, karena dari total mahasiswa tidak semua memilih, karena banyak yang PKL atau magang, sosialisasinya kurang greget, karena hampir semua mahasiswa tidak tahu PEMIRA itu. Penyeleksian calon belum maksimal, masih banyak golput, sistemnya harus dikaji ulang lah, buat ke depan harus lebih baik untuk semua sistem seleksi calon, sistem sosialisasi, orasi, pemilihan dan lain-lain didalam pemira. Dan sampai selesai ini kinerja pemira sudah cukup bagus, tahun depan harus lebih baik, selamat dan sukses buat panitia P3, Pemira 2013 Polines. Kami tunggu hasilnya karena kami butuh kinerja bukan janji palsu untuk penerus ormawa Polines yang berkualitas dan berintergritas serta loyalitas yang baik.”

Tegar Widya S. Mahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Sipil

“Ada kelebihan dan kurang pasti. Tapi aku cukup apresiasi adek-adek KPR dan P3 tahun ini sudah bikin inovasi saat pemilihan dengan cara ngeklik. Beda sama tahun-tahun sebelumnya. Juga kayaknya lebih kompak dengan adanya seragam segala.”

Anjar Wijalul BektiMahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Mesin

Page 15: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 15

SPEAK UP

“Menurutku pelaksanaan pemira dengan cara di “klik”, menurut aku udah bagus, bisa hemat dana, karena tidak perlu pengadaan kertas suara, cuma butuh satu unit komputer untuk satu tempat pemungutan suara (TPS,) tapi menurut aku kurang efektif, kalo di jurusan aku ya, banyak suara yang hilang, karena tau kan anak mesin yang cuek, nggak mau tau, malas datang ke TPS,untuk menghindari hal itu lebih baik didatangi per kelas, biar setiap mahasiswa mau memberikan suaranya.”

Putut Wahyu Tri WibowoMahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Mesin

“Publikasi yang kurang maksimal membuat pemilih (khususnya mahasiswa Teknik Elektro) tidak mengetahui siapa saja kandidat presma/wapresma. Sehingga tidak ada antusiasme untuk menyalurkan suara, dan pada akhirnya kebanyakan dari mereka memilih abstain.”

Tyas Atus HapsariMahasiswi Semester 6 Jurusan Teknik Elektro

“PEMIRA kemarin lebih efektif dan fleksibel kalo pake cara online. Dibanding tahun kemaren yang masih pake kertas terus dicoblos dan semoga aja yang terpilih bisa jalanin amanatnya dengan lebih baik lagi.”

Nana Apriliana Mahasiswi Semester 6 Jurusan Akutansi

“Saya pribadi mengapresiasi sekali PEMIRA tahun ini, yang menggunakan sistem baru dalam pemilihan, yaitu sistem klik. Berbeda dengan tahun-tahun yang lalu, untuk persiapannya pun pasti lebih ribet. Butuh laptop dan modem dengan jumlah yang nggak sedikit. Tata cara memilih dengan klik juga diinfor-masikan dengan baik, selain dipasang dipapan pengumuman dan di online, pamfletnya juga disebar ke kelas-kelas kurang lebih ada 175 kelas.Namun yang saya sayangkan, jadwal pemilihannya bertepatan dengan jadwal magang anak akuntansi, sehingga banyak suara yang hilang dari akuntansi. Entah ini memang sudah terencana atau hanya kebetulan, saya kurang tau. Harusnya hal semacam ini sudah diantisipasi dari awal. Sebelum menentu-kan jadwal pemira, cari tahu hari dan tanggal yang tepat agar pihak lain tidak merasa dirugikan.Ada positif negatifnya dengan sistem quick count. Positifnya bisa lebih mem-permudah dan mempercepat perhitungan. Tapi negatifnya menghilangkan persaudaraan antar ormawa. Dimana tradisi biasanya malam setelah pemilihan itu perhitungan suara dengan mengundang perwakilan ormawa. Nah disitulah yang menurut saya seru, waktu perhitungan bersama-sama.Ya semoga saja KPR & P3 tahun ini bisa membimbing panitia pemira tahun depan, agar menjadi lebih baik dari tahun ini. Minimal tidak mengulangi kesa-lahan yang sama. Golput karena benturan jadwal magang.PEMIRA bisa dikatakan sukses, bila mampu meminimalisir sekecil-kecilnya golput.Siapapun yang terpilih, berarti itulah yang terbaik. Mari kita dukung, untuk kepentingan bersama, semoga mampu menjalankan dengan baik.”

Eka Rudi SaputraMahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Sipil

Page 16: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

kampusiana

UNIT Kegiatan Maha-siswa Pengembangan Pengetahuan (UKM PP) telah berhasil

menyelenggarakan mega event terbarunya yaitu Polines Weekend Technology (PWT). Acara ini digelar di gedung Ruang Serba Guna (RSG) dan Kantin Tata Niaga Polines pada 22-24 Maret 2013 kemarin. Kegiatan yang digelar selama tiga hari ini merupakan ga-bungan dari tiga proker (pro-gram kerja) berskala nasional yang pertama digelar secara bersamaan oleh UKM PP. Tiga acara tersebut meliputi lomba karya ilmiah PITC (Polines In-novation Technology Contest), Seminar Nasional dan kontes robot PRC (Polines Roboline Contest).

Dalam penyelenggaraannya, lomba karya ilmiah mahasiswa PITC memunculkan tiga juara. Juara pertama diraih oleh Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul karya ilmiah “Peltier Cooler: Pendingin Ruangan Tanpa Freon Sebagai

PWT: Metamorfosis Mega Event UKM PP

Solusi Mengurangi Global Warming”, juara ke-2 UNNES dengan judul “Silver (Simple Fruit Saver): Kulkas dengan Media Penyimpan Dingin Menggunakan Toples dan Pa-sir” dan juara ke-3 diraih oleh UKM PP Polines dengan judul “Air Freshner Toilet Otomatis dengan Sensor PIR Sebagai Pendeteksi Keberadaan Ma-nusia”.

Untuk acara Seminar Na-sional UKM PP mengangkat tema Robo Mobile Control-ing dengan menghadirkan beberapa pembicara ahli dalam bidang robotika seperti Bambang Supriyo (Dosen Uni-versiti Teknologi Malaysia & Politeknik Negeri Semarang), Adiatmo Rahardi (Ketua Grup Robot Indonesia) dan Imam Pujaya (CEO Fornext Technolo-gies Sekolah Robotika).

Sedangkan untuk lomba robot line follower PRC me-munculkan beberapa nama. Juara pertama berhasil diraih oleh Muh. Hadi Kurnia siswa

SMP negeri 2 Semarang, juara ke-2 Muh. Ridwan dari SMA 3 Sidoarjo, sedangkan untuk juara ke-3 di raih oleh Novandy Ananta siswa SMP Muhamadi-yah Depok Yogyakarta.

Event besar yang menuai kesuksesan ini merupakan metamorfosis dari proker UKM PP tahun lalu yang sebelum-nya merupakan proker dada-kan dari UKM PP. Bermula dari kejadian unik saat tahun lalu proker PRC UKM PP diam-bil alih oleh institusi untuk mengisi acara Dies Natalies Polines, akhirnya terjadi kele-bihan dana di UKM PP. Dana itulah yang digunakan untuk menggelar lomba karya ilmiah PITC. PITC sendiri merupakan acara gabungan dari UKM PP yang berkerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Juusan Teknik Elektro (HME).

Seperti kata Choiril selaku ketua UKM PP yang ditemui di sela-sela kesibukannya. Choirul mengungkapkan dana lebih yang seharusnya digunakan

16 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

Oleh : Miftahuddin (Kru Magang)

Page 17: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 17

KAMPUSIANA

untuk pembiayaan acara PRC tahun lalu-lah yang menjadi latar belakang diadakannya lomba karya ilmiah PITC.

“Lha kan tahun lalu pas Dies Natalis Polines, PRC diambil alih oleh institusi. Akhirnya dana yang belum terpakai ini dari pada tidak digunakan kita sepakat membuat acara lagi yaitu PITC,” tutur Choiril.

Tahun ini PWT menjadi gebra-kan baru dari UKM PP. Dengan menggabungkan rangkaian dua event nasioanal yang telah diadakan tahun lalu ditambah satu event Seminar Nasional yang baru diadakan pada tahun ini, UKM PP mem-buat PWT.

“Kalau PRC dan PITC sebe-narnya adalah event tahun lalu. Tapi untuk tahun ini ada tiga serangkaian acara yaitu PITC, Seminar Nasional dan PRC. Rangkaian tiga acara itu kita gabung menjadi PWT,” tambah Choirul.

Walaupun secara keseluru-han mega event ini berjalan dengan sukses, tapi tetap saja acara ini tidak bisa luput dari kekurangan. Seperti ketika berlangsungnya Seminar Na-sional, peragaan mengontrol robot dengan smartphone melalui internet terhambat karena koneksi hotspot kam-pus tidak stabil. “Tadinya saya mau nggubungin androidnya ke internet. Tapi karena jaringannya down jadinya gagal. Akhirnya hanya bisa pake bluetooth yang terbatas cuma 10 meter,” terang Imam Pujaya dari Fornext Technol-ogy selaku pembicara Seminar Nasional.

Imam Pujaya juga menyoroti adanya kekurangan dalam lomba kontes robot PRC. Pembagian kategorinya belum jelas karena tidak ada perbedaan tingkatan. Ka-tegori tingkat SD,SMP dan SMA disamakan jadi terkesan kurang adil. Selain itu Pujaya menilai kontes robot dengan peserta tingkat SD sampai SMA ini sebenarnya bukan kontes robot sesungguhnya. Karena kebanyaakan robot yang mereka lombakan bukan karya asli anak tersebut. Melainkan mereka hanya menjadi joki.

“Jadi kesannya bukan lomba bikin robot tapi lomba meng-operasikan robot, yang bertaruh bukan pelajarnya tapi si pembuat robot di belakan-gnya,” ungkap Pujaya.

Doc

. Dim

ensi

Salah satu peserta dari Universitas Negeri Semarang yang memperkenalkan sepeda motor tenaga gas elpiji.

Page 18: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

Kesibukan Ajang

Politik Kampus

BULAN Maret menjadi bu-lan penting dalam sejarah Keluarga Besar Politeknik

Negeri Semarang. Di bulan ini aktualisasi demokrasi

dan ajang politik kampus digelar. Presiden dan wakil presiden mahasiswa, serta anggota Badan Perwakilan

Mahasiswa (BPM) dipilih secara langsung. Terlepas

dari perubahan sistem PEMIRA yang bertransfor-

masi tahun ini, yang me-narik untuk dilihat adalah

kesibukan para panitia, antrian para pemilih, sam-

pai kesiagaan pengamanan PEMIRA.

Dipandu petugas

Kesibukkan TPS keliling

Doc

. Yan

uar

Panitia mempersiapkan diri

Memilih calon

GALERI FOTO

Page 19: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

Merapikan dokumen

Menilik bilik Menanti giliran

Doc

. Yan

uar

Doc

. Yan

uar

Doc

. Yan

uar D

oc. H

aqqi

Doc

. Tom

oD

oc. T

omo

Panitia mempersiapkan diri

Page 20: Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013