Eksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

8
MAKALAH PENGENDALIAN BIOLOGIS KELOMPOK 7: Hanifah Masaroh (120342400175) Pramesti Dwi R. (120342422488) Virginia Zapta D. (120342422494) METODOLOGI Eksplorasi Asing dan Pengimport Musuh Alami Perencanaan dan Persiapan Program Sebelum melakukan program pengeksporan ataupun pengimporan terhadap organisme-organisme yang dijadikan sebagai agen pengendali dilakukan upaya eksplorasi asing. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk menentukan, memilih dan mengekspor musuh-musuh alamiah yang diharapkan menjadi organisme pengendali biologis dan untuk memberikan informasi yang mempermudah pengadaan organisme-organisme tersebut di negara yang diintroduksikan (Huffaker, 1989). Contohnya introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissima dari pulau Jawa ke Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di indonesia. Pengumpulan dan Evaluasi Informasi yang Tersedia Tahap pengumpulan informasi mengenai spesies hama terlebih dahulu harus diketahui sebelum mencari musuh alaminya. Menurut Huffaker (1989) Hal-hal yang harus diketahui terlebih dahulu sebagai berikut. 1. Posisi taksonomi, yang meliputi latar belakang kehidupan dan arti penting dilihat dari segi ekonomi di negara asalnya. 2. Distribusi atau penyebaran geografis asli 3. Penyebaran total sekarang 4. Penyebaran tanaman hospes 5. Catatan mengenai musuh alamiahnya dan mortalitasnya Penting mendapatkan informasi ini untuk permulaan, identifikasi oleh para ahli terhadap spesies hama. Identifikasi yang tidak benar akan dapat mengganggu kemajuan dalam pengendalian biologi. Informasi-informasi yang diperoleh harus mendetail karena itu informasi ini dapat di peroleh dari spesialis di bidangnya, koleksi di museum, lembaga riset,

description

ksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

Transcript of Eksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

Page 1: Eksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

MAKALAH PENGENDALIAN BIOLOGISKELOMPOK 7: Hanifah Masaroh (120342400175) Pramesti Dwi R. (120342422488) Virginia Zapta D. (120342422494)

METODOLOGIEksplorasi Asing dan Pengimport Musuh Alami

Perencanaan dan Persiapan ProgramSebelum melakukan program pengeksporan ataupun pengimporan terhadap

organisme-organisme yang dijadikan sebagai agen pengendali dilakukan upaya eksplorasi asing. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk menentukan, memilih dan mengekspor musuh-musuh alamiah yang diharapkan menjadi organisme pengendali biologis dan untuk memberikan informasi yang mempermudah pengadaan organisme-organisme tersebut di negara yang diintroduksikan (Huffaker, 1989). Contohnya introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissima dari  pulau Jawa ke Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di indonesia.

Pengumpulan dan Evaluasi Informasi yang TersediaTahap pengumpulan informasi mengenai spesies hama terlebih dahulu harus diketahui

sebelum mencari musuh alaminya. Menurut Huffaker (1989) Hal-hal yang harus diketahui terlebih dahulu sebagai berikut.1. Posisi taksonomi, yang meliputi latar belakang kehidupan dan arti penting dilihat dari segi

ekonomi di negara asalnya. 2. Distribusi atau penyebaran geografis asli3. Penyebaran total sekarang4. Penyebaran tanaman hospes5. Catatan mengenai musuh alamiahnya dan mortalitasnya

Penting mendapatkan informasi ini untuk permulaan, identifikasi oleh para ahli terhadap spesies hama. Identifikasi yang tidak benar akan dapat mengganggu kemajuan dalam pengendalian biologi. Informasi-informasi yang diperoleh harus mendetail karena itu informasi ini dapat di peroleh dari spesialis di bidangnya, koleksi di museum, lembaga riset, instansi dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam pengendalian biologis. A. Pemilihan Organisme Sasaran dan Daerah Eksplorasi

1. Aspek LogistikDalam tahap eksplorasi, terdapat masalah-masalah logistik yang dihadapi

antara lain :- Daerah pencarian tidak dapat dimasuki karena pertimbangan politik nasional atau

internasional- Ketidaktersediaan transportasi-transportasi atau cuaca buruk- Kurangnya fasilitas laboratorium dalam daerah pencarian- Prosedur beacukai yang menghambat dalam pemasukan peralatan khusus ke daerah

eksplorasi2. Organisme Sasaran

Sebagian eksplorasi asing berkaitan dengan pencarian musuh-musuh alami dari spesies sasaran. Namun bila tak ditemukan musuh alami sebagai pengendali maka spesies yang berhubungan erat dengan organisme sasaran dapat dipergunakan sebagai musuh alamiahnya.

Page 2: Eksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

3. Daerah EksplorasiMenurut Huffaker (1989) Pemilihan daerah eksplorasi juga memiliki kriteria-

kriteria tertentu antara lain :a. Pencarian awalnya dilakukan pada daerah yang merupakan habitat dari spesies

sasaran atau spesies hama. Hal ini dilakukan karena akan memiliki kesempatan menemukan musuh alami yang kaya dan beranekaragam. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa organisme sasaran yang cocok berada di luar daerah asli hospenya karena ekosistem baru telah mengadopsi hospes sasaran.

b. Kondisi iklim dan kondisi lingkungan harus mirip dengan yang terdapat di daerah-daerah yang akan melakukan pengintroduksian. Hal ini dimaksudkan agar memperbesar kesempatan penetapan yang berhasil dan adaptasi yang cepat oleh musuh alami di lingkungan baru.

c. Satu bagian daerah pencarian harus dekat dengan pusat asal dari spesies sasaran. d. Fauna, flora, vegetasi dan struktur habitat harus menunjukkan keragaman tinggi di

daerah yang dipilih untuk eksplorasi.e. Daerah-daerah eksplorasi harus seluas dan seluas macamnya untuk

mengoptimalkan kemungkinan menemukan musuh-musuh alamiah yang banyak jumlahnya serta ekologis berbeda-beda.

Eksplorasi Asing Dan Pengimpor Musuh-Musuh Alamiah

A. Perencanaan Dan Persiapan Program

B. Riset Inventori dan Pencarian Spesies-spesies Terpilih1) Riset Inventori

Tujuan-tujuan riset inventori adalah sebagai berikut :a) Survei musuh-musuh alamiah yang tersediab) Kriteria untuk pemilihan sarana-sarana pengendalian yang cocok

Riset inventori ini biasanya dilakukan pada tempat-tempat yang mempunyai kepadatan hospes yang tinggi, karena pengumpuulan-pengumpulan hospes lebih mudah dan lebih banyak musuh alamiah yang ditemukan. Akan tetapi, riset pada kepadatan hospes yang rendah juga perlu dilakukan, karena apabila hospes yang rendah itu disebabkan oleh musuh-musuh alamiahnya, maka akan diketemukan musuh-musuh alamiah yang mempunyai-mempunyai kekuatan yang baik (Huffaker, 1989).

Kerja riset inventori ini rumit, karena melibatkan pengambilan-pengambilan sampel reguler didaerah-daerah terpilih, pengembilan sampling meliputi daerah-daerah yang secara ekologis dalam hal ini iklim yang berbeda, observasi-observasi lapangan, pembesaran-pembesaran di laboratorium, pembedahan bahan hospes, persiapan, dan identifikasi spesies. Sementara peralatan yang dibutuhkan untuk riset ini tergantung dari sifat dari organisme ssasaran dan berbagai macam pertimbangan logistik. Riset inventori ini juga memberikan informasi mengenai status organisme sasaran di bagian-bagian daerah eksplorasi yang berbeda (misalnya, kepadatan-kepadatan populasi, bahaya ekonomis, dan berbagai macam faktor yang mempengaruhi populasi) (Huffaker, 1989).

2) Analisis Komparatif atas faktor-faktor Pengendalian AlamiahAnalisis komparatif mengenai data yang dikumpulkan mempunyai peranan pokok dalam setiap program eksplorasi asing (Lihat gambar 1), dan membuahkan hasil

Page 3: Eksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

dalam spesies untuk studi yang mendetail sebagai calon sarana pengendalian biologis (Huffaker, 1989).Hal ini dapat memberikan data tambahan dan umpan-balik pada pemulihan daerah eksplorasi, yang menyarankan agar pencarian dilakukan dalam daerah baru.a) Efek Musuh Alam

Metode konvensional mencoba memperkirakan parameter untuk parasit dan predator sebagai berikut :

1. Rentang Jarak Hospes, maksutnya yaitu rentang-jarak yang diterima spesies hospes yang dapat diterima, diperkirakan oleh jumlah kategori sistematis yang supra spesifik (misalnya, general, famili) yang diserang.

2. Preferensi Hospes, menunjukkan penerimaan hospes sasaran yang relatif terhadap spesies hospes lain yang diterima.

3. Kekonstanan, menampilkan presentase adanya musuh alamiah dalam semua sampel yang diambil dalam daerah eksplorasi. Hal ini menunjukan ukuran frekuensi asosiasi antara musuh dengan hospes.

4. Kapasitas kompetitif intrinsik, menunjukkan jumlah dari hasil kompetisi intrinsik (kompetisi langsung didalam atau pada suatu individu hospes) dengan musuh alami lain.

b) Interaksi Musuh AlamMekanisme penstabilisasi yang memungkinkan pemanfaatan sepenuhnya

secara bersama atas populasi hospes tertentu dengan beberapa spesies musuh, adalah tipe interaksi di mana musuh yang menyesuaikan diri dengan baik disertai kemapuan pencarian yang baik ada bersama dengan spesies unggul secara intrinsik tapi kurang terspesialisasi, dan sering kali justru spesies yang mampu berfungsi sebagai parasit primer serta sebagai parasit sekunder (Huffaker, 1989).

c) Hyperparasit dan Musuh Sekunder lainAnalisis komparatif atas suatu kompleks musuh harus memperhitungkan

sifat dan sampai sejauh mana musuh sekunder mampu berasosiasi dengan musuh primer. Penentuan apakah musuh sekunder ini mempunyai kekhususan ekologis dan biologis yang tinggi, misalnya hiperparasit yang masuk genus ichneumonid mesochorus, atau yang agak tidak khusus seperti semut, ini sama pentingnya (Huffaker, 1989).

Deteksi musuh sekunder yang sangat khusus dari musuh primer di suatu daerah eksplorasi memberikan kesan bahwa musuh primer mungkin mempunyai potensi pengendalian yang lebih tinggi apabila dipindahkan ke ekosistem yang baru (Huffaker, 1989).

d) Menstabilkan Pola Tingkah LakuPenelitian terbaru menghasilkan bukti yang semakin bertambahnya pola

tingkah laku dapat membantu menstabilkan populasi serangga. Contohnya yaitu pengendalian biologis dengan rerumputan adalah perilaku teritorial dari spesies tephritida tertentu yang dewasa, yang mengurangi kemungkinan pemanfaatan diluar batas atas kepala bunga.

Penyebaran kelompok Altica carduorum dewasa yang sangat berbentuk gumpalan, pada Cirsium dengan kepadatan kumbang yang tinggi, menimbulkan kompetisi intraspesifik antara larva instar pertama dan dewasa, sehingga membuatnya terlebih dahulu menderita kerusakan pada tanaman hospes masing-masing, tetapi mayoritas hospes tidak terserang (Huffaker, 1989).

e) Faktor lain, selain musuh Alam yang Mempengaruhi Organisme Sasaran

Page 4: Eksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

Analisis komparatif dapat menunjukkan bahwa faktor lain disampingmusuh lebih penting dalam pengendalian alamiah atas organisme sasaran di daerah eksplorasi. Misalnya, persaingan antara vegetasi yang mengelilingi dapat menjadi faktor penentu yang memastikan kepadatan rerumputan. Keadaan fisiologis tanaman bahan makanan atau pemilihan waktu dan pola budidayanya dapat memberikan pengaruh merugikan kepada serangga hamanya (Huffaker, 1989).

3) Studi-studi mendetail tenteng Spesies-spesies yang TerpilihPenelitian eksplorasi tidak dapat meramalkan apakah suatu spesies musuh

alamiah akan menjadi mantab keberadaanya atau efektif dalam lingkungan baru, akan tetapi penelitian itu dapat menemukan ketidakcocokan yang jelas dari suatu sasaran untuk daerah khusus dan memberikan kriteria untuk pemilihan calon spesies yang diprioritaskan (Huffaker, 1989).a) Kapasitas Reprodukasi dan Dampaknya terhadap Hospes

Tingkat efektifnya reproduksi dan jumlah hospes yang terbunuh mungkin jauh lebih sedikit daripada kapasitas oviposisi suatu parasit karena parasitisme ganda atau parasitisme super atau pengkapsulan hospes atas telur parasit. Di pihak lain, kelumpuhan hospes tanpa oviposisi maknanya parasit dewasa yang dilakukannya, terdiri atas hospes, atau gangguan antara parasit dewasa dan hospes dapat mengakibatkan tambah menghilangnya hospes yang cukup besar jumlahnya (Huffaker, 1989).

b) Adaptasi Pada Iklim yang BerbedaStudi prapengintroduksian harus menjelaskan persyaratan bagi musuh alamiah (Huffaker, 1989).

c) Kemampuan mencari-cariPenilai kemampuan mencari dan tingkah laku mencari yang dimiliki oleh musuh alamiah sudah dibicakan pada bab sebelumnya(Huffaker, 1989).

d) Pemilihan HospesApabila hendak menggunakan musuh alami untuk melawan organisme sasaran yang berbeda dari hospes asli, maka pemahaman mengenai proses pemilihan hospes sangatlah peka. Apabila musuh alamiah itu tidak spesifik, maka perlu bahwa spesies musuh mempunyai atau mampu mengembangkan preferensi terhadap organisme sasaran dalam ekosistem baru (Huffaker, 1989).

e) SinkronisasiSinkronisasi musuh alamiah dengan hospes mereka seringkali merupakan proses yang kompleks dan melibatkan banyak sekali faktor abiotok, seperti temperatur, cahaya, kelembaban, dan faktor biotik seperti tingkah laku, dll (Huffaker, 1989).

f) GenetikaStudi genetis dapat menemukan aplikasi dalam pemecahan masalah taksonomi seperti yang sudah dibahan pada bab sebelumnya. Penelitian prapengintroduksian tentang variabilitas genetis dapat membantu dalam pemilihan keturunan musauh yang cocok untuk daerah sasaran (Huffaker, 1989).

Pengimporan Musuh-Musuh Alamiah

A. Pemilihan sarana-sarana untuk pengintroduksianMenurut Huffaker (1989), kriteria pemilihan musuh alami untuk diintroduksikan ke lahan pertanian meliputi beberapa hal sebagai berikut:

Page 5: Eksplrasi Asing Dan Pengimport Musuh Alami

1. Spesies yang dipilih tidak boleh memberikan efek-efek yang berbahaya untuk wilayah pertanian tempat pengintroduksiannya.

2. Spesies yang dipilih harus memiliki kemampuan beroperasi yang efektif.3. Spesies yang dipilih harus memiliki kemampuan adaptasi yang cepat terhadap

kondisi-kondisi iklim, habitat hospes, dan faktor ekologis lainnya di daerah yang di introduksi.

4. Daur hidup spesies yang dipilih harus harus sinkron dengan baik dengan hospesnya.5. Kapasitas reproduksinya harus tinggi terutama yang dikombinasikan dengan waktu

generasi yang pendek dan taraf oviposisi efektif yang tinggi.

B. Persiapan bahanPerkembangbiakan di laboratorium

Apabila ditemukan adanya organisme yang berpotensi untuk dijadikan musuh alami di daerah eksplorasi, maka dapat dilakukan pengembangbiakan untuk membuat stok guna bisa dikirimkan ke daerah atau lokasi pertanian yang sesuai dan sedang membutuhkan (Huffaker, 1989).

Penentuan Waktu PengirimanFenologi hama dimungkinkan akan berbeda di daerah asal organisme musuh alami

dengan daerah tujuannya, hal ini mengharuskan adanya manipulasi untuk menjamin ketersediaan sarana pengendali, ini dilakukan untuk menghindari tingginya mortalitas musuh alami yang diintroduksikan ke lahan budi daya akibat adanya ketidakcocokan lingkungan (Huffaker, 1989).

Penyaringan untuk parasit-parasit dan penyakit-penyakitDiperlukan kehati-hatian saat mengirim ataupun saat pelepasan musuh alami, hhal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya hyperparasitisme atau parasit predator ikut masuk ke daerah sasaran introduksi, karena hal ini dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas musuh alami. oleh karena itu, maka musuh alami yang dikembangkan di laboratorium lebih aman digunakan (diintroduksikan) dibandingkan organisme musuh alami yang langsung dikumpulkan dari alam. Biasanya organisme yang dikirim adalah organisme yang berada pada fase dewasa, hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko ikut terbawanya hiperparasit selama pengiriman meskipun tindakan pencegahan semacam ini saja masih tidak cukup, karena itu diperlukan adanya penggunaan teknik aseptik (sterilisasi) untuk menjamin tidak ada organisme lain penyebab hiperparasit dan juga patogen yang dapat menyebabkan kerusakan ikut terbawa pada saat proses pengiriman(Huffaker, 1989).

C. Metode-metode pengirimanPengangkutan musuh alamiah sangat dipermudah oleh fasilitas-fasilitas pengangkutan

udara,akan tetapi ini masih membutuhkan perencanaan yang lebih banyak lagi. Kondisi lingkungan juga harus disesuaikan, mulai dari kelembaban dfan temperature optimal bervariasi menurut jenis musuh alaminya. Oleh karena itu harus dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan metode pengiriman yang terbaik untuk jenis spesies yang berbeda.

Kotak pengiriman harus ringan, terisolasi, dan mudah penanganannya. Kotak bisa terbuat dari kayu plasitik, atau logam ringan. Kebanyakan musuh alami memerkukan tingkat kelembaban relatif sekitar 50% atau lebih. Kotak pengepakan harus diberi catatan-catatan peringatan yang terkait untuk kepentingan keberlangsungan pengamanan musuh alami (Huffaker, 1989).