Eksplorasi Panasbumi (Tugas Akhir)
-
Upload
arief-purnanda -
Category
Documents
-
view
245 -
download
5
description
Transcript of Eksplorasi Panasbumi (Tugas Akhir)
PENENTUAN KARAKTERISTIK SUMUR PANASBUMI
DI SUMUR “X” LOKASI A
1. PENDAHULUAN
Penentuan karakteristik suatu sumur panasbumi merupakan suatu penelitian tentang ciri –
ciri dari suatu sumur agar dapat dikatakan layak untuk dimanfaatkan dan mampu memberikan
energi panas pada suatu perusahaan panasbumi untuk digunakan dalam pengembangan energi
listrik yang akan di konsumsi oleh industri maupun rumah tangga yang setidaknya berada di
sekitaran sumber energi panasbumi ini diambil.
2. PEMBAHASAN
Dalam penentuan karakteristik suatu sumur panasbumi, banyak data yang bisa digunakan
untuk mendapatkan ciri – ciri dari suatu sumur. Data yang digunakan biasanya adalah data
dari hasil survey geologi, geokimia dan geofisika. Dalam pembahasan ini, saya akan
menjelaskan karakteristik dari sumur “X” di lokasi “A” berdasarkan data Inklusi Fluida,
Temperatur sumur dan data mineral alterasi, berikut adalah data yang sebagian telah diolah
untuk mengetahui karakteristik sumur berdasarkan data yang telah disebutkan di atas.
A. Inklusi Fluida
Inklusi fluida adalah inklusi yang terperangkap sebagai zat cair yang sebagian besar masih
dalam bentuk cairan pada suhu permukaan. Inklusi (terutama primer)terbentuk bersamaan
dengan mineral yang memperangkapnya, sehingga karakterisrik fisika atau kimia dari larutan
pembawa mineral tersebut akan memiliki kemiripan dengan larutan yang terperangkap
sebagai inklusi fluida.
Gambar 1. Diagram Frekuensi vs Temperatur (Th)
Dari gambar diatas menunjukan kenaikan temperatur seiring bertambahnya kedalaman.
Lihat diagram batang yang berwarna cokelat, diketahui kedalamannya ialah 1525 m dan
temperaturnya berada pada range 270˚ - 280˚C. Lihat pada diagram batang yang berwarna
biru yang berada pada kedalamn 1624 m dan temperaturnya berada pada range 320˚ - 330˚C.
Hal ini membuktikan tentang kebenaran dari teori gradient temperature.
Gambar 2. Profil Temperatur vs Kedalaman
Gambar di atas menunjukan adanya peningkatan temperatur seiring bertambahnya
kedalaman, namun pada kedalamn 1400 – 1500 m menunjukan adanya penurunan
temperatur. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh ada struktur yang merupakan jalur
masuknya air dari permukaan dan batuan yang seharusnya panas itu mengalami kontaminasi
dengan air dari permukaan hingga menyebabkan terjadinya penurunan.
Tabel 1. Salinitas vs Kedalaman
Tabel di atas merupakan tabel salinitas yang didapakan dari hasil perhitungan dari rumus :
Contoh : Tm : -3,6
Wt Nacl = 1,76958 (-(-3,6)) - 0,042384 x (-3,6)2 + 0,0052778 x (-(-3,6)3.
= 6,370488 - 0,54929664 + 0,02462410368
= 5,7
Pentingnya mengetahui salinitas ini ialah untuk mengetahui rekristralisasi mineral bijih
dan untuk menentukan cairang yang terperangkap di dalam suatu mineral yang terubah.
B. Temperatur Sumur
Tujuan dari studi temperatur sumur (SFTT) adalh untuk memperkirakan temperatur
formasi sebenarnya pada kedalaman yang sedang atau telah ditembus oleh pengeboran sumur
tersebut. Pengukuran temeratur sumur ini dilakukan secara berkala dan jangka waktu yang
cukup lama yakni dimulai dari tanggal 20 – 09 – 1995 hingga 21 – 05 – 1996. Hal ini
dilakukan agar kita bisa memprediksi temperatur sumur yang stabil terjadi pada saat
pengukuran yang keberapa.
Tabel 2. Data pengukuran temperatur sumur
Gambar 3. Profil Temperatur vs Kedalaman dari 18 kali pengukuran
Gambar 4. Profil temperatur pengukuran ke 15
Profil temperatur yang menunjukan kestabilan ialah pada pengukuran yang ke 15, seperti
yang diketahui seiring bertambahnya kedalaman, maka temperatur juga meningkat. Pada
kedalaman 600 – 750 m terjadi penurunan temperatur, hal ini diperkirakan karena telah
terjadi kontaminasi antara batuan yang mengandung temperatur dengan masuknya air dari
permukaan.
C. Mineral Alterasi
Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogi batuan (dalam keadaan padat) karena
adanya pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia
menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses alterasi merupakan
peristiwa sekunder, berbeda dengan metamorfisme yang merupakan peristiwa primer.
Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada struktur
tertentu yang memungkinkan masuknya air meteorik (meteoric water) untuk dapat mengubah
komposisi mineralogi batuan.
Alterasi Hidrotermal merupakan interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang
dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi
mineral ubahan (mineral alterasi), maupun fluida itu sendiri (Pirajno, 1992, dalam Sutarto,
2004).
0 50 100 150 200 250 300
-2500
-2000
-1500
-1000
-500
0
Tabel 3. Distribusi mineral alterasi
Dari tabel distribusi mineral alterasi diatas, kita dapat mengindikasikan keterdapatan
geothermal system, seperti zona reservoar panas bumi dan zona batuan penutupnya. Pada
tabel di atas bisa diprediksikan bahwa zona reservoar panasbumi terdapat pada kedaman 1300
– 2000 m. Hal ini bisa diperkirakan karna mengacu pada litologi sumur serta kehadiran
mineral alterasi yang menunjukan zona reservoar yakni adalah mineral epidot, karena epidot
merupakan mineral alterasi yang terbentuk dari temperatur yang tinggi. Sehingga mineral
epidot merupakan penciri dari lapisan reservoar pada suatu lapangan panasbumi.
3. KESIMPULAN
Zona reservoar terdapat pada kedalaman 1300 – 2000 m berdasarkan data mineral
alterasi yang menunjukan adanya batupasir terubah, seperti yang diketahui batupasir
adalah batuan yang porous dan mampu menyimpan panas. Berdasarkan data temperatur
sumur dibuktikan juga bahwa pada kedalaman tersebut temperatur meningkat seiring
bertambahnya kedalaman. Temperatur pada zona reservoar berkisar antara 200˚ -
263˚C.
Zona cap rock terdapat pada kedalaman 100 – 1300 m, hal ini dibuktikan dari data
distribusi mineral alterasi. Mineral alterasiyang terdapat pada kedalaman tersebut
adalah monmorilonite dan iilite yang merupakan mineral berukuran lempung, mineral
lempung memiliki sifat impermeabelity, hal ini menyebabkan panas dari reservoar tidak
akan habis dalam waktu singkat. Pernyataan zona cap rock ini didukung oleh data
temperatur sumur, bahwasannya pada kedalaman tersebut temperaturnya berkisar
antara 14˚ - 150˚C.
Fase fluida pada sumur ini diperkirakan adalah bifase. Mengacu pada data inklusi fluida
yang mengindikasikan bahwasannya sumur x ini pernah mengalami boiling
(pendidihan) yang terjadi pada kedalaman 1300 – 1600 m dengan range temperatur
270˚ - 330˚C. Pernyataan ini juga didukung dari distribusi mineral alterasi
bahwasannya pada kedalaman tersebut terdapat mineral karbonat yang mungkin adalah
mineral kalsit berupa platy atau traventin.
Jenis fluida diperkirakan adalah bikarbonat yang mengacu pada data distrubusi mineral
alterasi atas keterdapatan mineral karbonat pada kedalaman 1200 -1600 m. Mineral
karbonat ini merupakan penciri bahwa ia terbentuk pada temperatur yang tinggi.
Sumur ini sudah pernah mengalami pendidihan, hal ini diperkirakan mengingat data
dari inklusi fluida dan temperatur sumur. Inklusi fluida terjadi tidak pada saat kita
melakukan pengeboran. Inklusi fluida yang terjadi pada sumur ini saya perkirakan
terjadi jauh sebelum dilakukannya pengeboran. Pendidihan terjadi pada kedalaman
1500 – 1600 m dengan temperatur 270˚ - 330˚C. Berdasarkan data temperatur sumur,
pada kedalaman tersebut temperaturnya hanya berkisar antara 210˚ - 230˚C.