Eksplorasi Dan Eksploitasi Pasir Gunung Galunggung
-
Upload
rasyid-verdianto -
Category
Documents
-
view
233 -
download
5
Transcript of Eksplorasi Dan Eksploitasi Pasir Gunung Galunggung
EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI PASIR GUNUNG GALUNGGUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati, yang keterjadiannya
disebabkan oleh proses-proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan sifatnya bahan galian dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu mineral logam, mineral industri, serta batubara dan
gambut.
Karakteristik ketiga bahan galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang
dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode untuk mengetahui
keterpadatan, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya (Rachimoellah, 2002).
Analisis terhadap mutu dari bahan galian tentu manjadi pilihan utama agar para pengusaha
dapat memilah dapat dijadikan apa sekiranya bahan galian tersebut sesuai dengan kualitas yang
dimilki oleh bahan galian tersebut. Oleh karena itu diperlukan analisis terlebih dahulu sebelum
bahan galian tersebut digunakan atau diproses. Sampai sekarang ini telah banyak berdiri
penyedia layanan untuk analisis bahan galian baik itu milik pemerintah maupun swasta.
Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang dihasilkan pada saat gunung
api meletus. Komposisi mineralogi pasir gunung api tidak jauh berbeda dengan komposisi batuan
atau magma asal
Berkaitan dengan kualitas pasir gunung, sangat ditentukan oleh pola aliran dan
pengangkutan sedimen. Tempat-tempat dimana terjadi turbulensi, pencucian pasir akan terjadi
sehingga ditempat tersebut kualitas pasir dianggap baik. Demikian juga ukuran butiran pasir,
sangat ditentukan oleh kecepatan aliran, walaupun demikian sesuai dngan konsep transportasi
sedimen makin jauh dari sumber sedimen ukuran butir makin halus atau seragam.
Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk memahami teknik eksplorasi dan eksploitasi suatu
bahan galian serta bagaimana dampaknya terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul
Eksplorasi dan Eksploitasi Pasir Gunung Galunggung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana Sejarah Gunung Galunggung?
2. Bagaimana teknik penambangan pasir di gunung galunggung?
3. Bagaimana dampak dari eksploitasi pasir gunung galunggung?
1.3 Batasan Masalah
Dalam hal ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas mengenai Eksplorasi dan
Eksploitasi Pasir Gunung Galunggung.
1. Sejarah Gunung Galunggung
2. Teknik Penambangan
3. Dampak eksploitasi Pasir gunung galunggung.
1.4 Tujuan Makalah
Setelah mengemukakan perumusan masalah yang berkaitan dengan judul Eksplorasi dan
Eksploitasi Pasir Gunung Galunggung maka tujuan penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Membuka wawasan mahasiswa agar lebih mengenal pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
2. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh
diperkuliahan.
1.5 Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis maupun
praktis. Secara tertulis makalah ini berguna sebagai pengetahuan mengenai Eksploitasi dan
Eksploitasi suatu bahan galian itu harus berwawasan terhadap lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Gunung Galunggung.
Galunggung adalah gunung api aktif strato tipe-A yang terletak di Kabupaten
Tasikmalaya dan Garut, Jawa Barat dengan koordinat geografis sekitar 7° 15′ LS dan 108°03′
BT. Galunggung mempunyai ketinggian 2168 m di atas muka laut dan 1820 m diatas dataran
Tasikmalaya. Gunung Galunggung menempati daerah seluas ±275 km2 dengan diameter 27 km
(barat laut-tenggara) dan 13 km (timur laut-barat daya). Di bagian barat berbatasan dengan G.
Karasak, dibagian utara dengan G. Talagabodas, di bagian timur dengan G. Sawal dan di bagian
selatan berbatasan dengan batuan tersier Pegunungan Selatan. Secara umum, G. Galunggung
dibagi dalam tiga satuan morfologi, yaitu: Kerucut Gunung Api, Kaldera, dan Perbukitan
Sepuluh Ribu.
Kerucut gunung api, menempati bagian barat dan selatan, dengan ketinggian 2168 m
diatas permukaan laut, dan mempunyai sebuah kawah tidak aktif bernama Kawah Guntur yang
berbentuk melingkar berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100 – 150 meter. Kerucut ini
merupakan kerucut gunungapi Galunggung tua sebelum terbentuknya Kaldera, mempunyai
kemiringan lereng hingga 30° di daerah puncak dan menurun hingga 5° di bagian kaki. Kaldera
Galunggung berbentuk sepatu kuda yang terbuka ke arah tenggara dengan panjang sekitar 9 km
dan lebar antara 2-7 km. Dinding Kaldera mempunyai ketinggian maksimum sekitar 1000 meter
di bagian barat-barat laut dan menurun hingga 10 m di bagian timur-tenggara.
Di dalam kaldera terdapat kawah aktif berbentuk melingkar dengan diameter 1000 meter
dan kedalaman 150 meter. Di dalam kawah ini terdapat kerucut silinder dengan ketinggian 30
meter dari dasar kawah dan kaki kerucut berukuran 250 x 165 meter yang terbentuk selama
periode letusan 1982-1983. Pada Desember 1986, kerucut silinder ini tertutup oleh air danau
kawah; dan pada 1997, setelah volume air danau kawah dikurangi melalui terowongan
pengendali air danau, kerucut silinder ini muncul kembali di permukaan air danau. Perbukitan
Sepuluh Ribu atau disebut juga perbukitan “Hillock”, terletak di lereng kaki bagian timur-
tenggara dan berhadapan langsung dengan bukaan kaldera. Perbukitan ini menempati dataran
Tasikmalaya dengan luas sekitar 170 km2, dengan jarak sebaran terjauh 23 km dari kawah pusat
dan terdekat 6,5 km. Lebar sebaran nya sekitar 8 km dengan sebaran terpusat pada jarak 10 – 15
km. Jumlah bukit nya sekitar 3.600 buah dengan tinggi bukit bervariasi antara 5 sampai 50 meter
di atas dataran Tasikmalaya dengan diameter kaki bukit antara 50 – 300 meter serta kemiringan
lereng antara 15o – 45o. Perbukitan ini terbentuk sebagai akibat dari letusan besar yang
menghasilkan kaldera tapal kuda dan melongsorkan kerucut bagian timur-tenggara, yang terjadi
sekitar 4200 tahun yang lalu.
Kelompok batuan Gunung Galunggung terbagi dalam 3 (tiga) formasi, yaitu:
• Formasi Galunggung Tua, yang merupakan periode pembentukan gunung api strato Galunggung
tua. Formasi ini merupakan hasil kegiatan dengan pusat erupsi di Kawah Guntur (Galunggung
Tua), yang terdiri atas perselingan aliran lava, piroklastika dan lahar, serta dike yang membentuk
kawah Galunggung Tua. Analisis umur dengan metoda 14C pada lapisan strato menghasilkan
umur 20.000-25.000 tahun, dengan demikian umur seluruh kegiatan Galunggung Tua
diperkirakan antara 50.000-10.000 tahun yang lalu. Volume batuan mencapai 56,5 km3, dan
kegiatan gunung api ini diakhiri dengan intrusi cryptodome di bawah kawah Guntur.
• Formasi Tasikmalaya, yang merupakan periode pembentukan kaldera tapal kudaserta endapan
perbukitan Sepuluh Ribu (Ten Thousand Hills). Formasi ini merupakan endapan batuan
Perbukitan Sepuluh Ribu yang terbentuk sebagai akibat letusan besar pada 4200 150 tahun yang
lalu, yang menyebabkan terbentuknya kaldera tapal kuda pada bagian timur-tenggara kawah
Gunung Api Galunggung. Selain endapan longsoran Perbukitan Sepuluh Ribu batuan hasil
letusan lainnya adalah awan panas dan lahar.
• Formasi Cibanjaran, yang merupakan periode post caldera formation sampai dengan letusan
1982-1983. formasi ini merupakan hasil kegiatan letusan yang tercatat dalam sejarah, yaitu 1822,
1894, 1918 dan 1982-1983.
Sebuah konsep yang menarik yang dikemukakan adalah bahwa diameter Bumi
bergantung kepada jumlah panas yang dikandungnya. Panas ini secara tetap menghilang ke
ruang angkasa dengan makin mendinginnya Bumi. Letusan volkanik pun menghilangkan panas
Bumi. Maka, Bumi secara konstan semakin menciut ukurannya. Penghilangan panas dan
penciutan ini semakin cepat menuju pusat Bumi, karenanya semakin ke pusat Bumi semakin tak
ada kerak batuan yang keras. Penciutan Bumi juga menjadi penyebab mengapa kerak Bumi
mengerut terdeformasi menjadi punggungan, kontinen, dan samudera. Perbedaan penciutan
antara inti Bumi dan kulitnya menjadi penyebab deformasi ini.
Deposit sedimen di dasar laut mengandung 5-25 % air terperangkap di antara butir-butir
batuannya. Suatu ketika lapisan sedimen ini terpendam sangat dalam sekitar 20.000 kaki atau
lebih sehingga terpapar kepada panas interior Bumi.
Air yang terperangkap di dalamnya akan meningkat temperaturnya melebihi titik
didihnya. Panas ini datang bukan dengan cara konduksi tetapi juga melalui intrusi magma seperti
dike. Air mendidih ini ingin selalu berubah menjadi keadaan gas, bila menemukan garis lemah di
sekitarnya maka tekanan uap ini akan membukanya kemudian energinya akan meletus
membentuk gunungapi. Bila letusannya begitu besar, maka air panas bertekanan tinggi ini akan
meleburkan batuan di sekitarnya kemudian akan menjadi produk letusan gunungapi sebagai lava.
Perkiraan kerugian yang disebabkan oleh letusan Gunung Galunggung sekitar Rp 1
milyar dan 22 desa ditinggal tanpa penghuni. Letusan pada periode ini juga telah menyebabkan
berubahnya peta wilayah pada radius sekitar 20 km dari kawah Galunggung, yaitu mencakup
Kecamatan Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Perubahan peta wilayah
tersebut lebih banyak disebabkan oleh terputusnya jaringan jalan dan aliran sungai serta areal
perkampungan akibat melimpahnya aliran lava dingin berupa material batuan-kerikil-pasir. Pada
periode pasca letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990) merupakan masa rehabilitasi kawasan
bencana, yaitu dengan menata kembali jaringan jalan yang terputus, pengerukan lumpur/pasir
pada beberapa aliran sungai dan saluran irigasi (khususnya Cikunten I), kemudian dibangunnya
check dam (kantong lahar dingin) di daerah Sinagar sebagai 'benteng' pengaman melimpahnya
banjir lahar dingin ke kawasan Kota Tasikmalaya.
Dampak yang disebabkan oleh meletusnya gunung Galunggung adalah munculnya mata
pencaharian baru di wilayah bencana. Mata pencaharian tersebut adalah penambangan pasir yang
diakibatkan semburan gunung Galunggung. Dilakukanlah eksploitasi pemanfaatan pasir
galunggung yang dianggap berkualitas untuk bahan material bangunan maupun konstruksi jalan
raya. Pada tahun-tahun kemudian hingga saat ini usaha pengerukan pasir galunggung tersebut
semakin berkembang, bahkan pada awal perkembangannya (sekitar 1984-1985) dibangun
jaringan jalan Kereta Api dari dekat Station KA Indihiang (Kp. Cibungkul-Parakanhonje) ke
check dam sinagar sebagai jalur khusus untuk mengangkut pasir dari galungung ke Jakarta.
Akan tetapi, mayoritas penambangan pasir tersebut dilakukan oleh masyarakat bukan
petani. Bagi petani keinginanannya yang utama adalah tetap bertani. Meskipun lahan
pertaniannya telah tertutup pasir, para petani tersebut tetap tidak mengusahakan penambangan
pasir. Mereka bahkan membiarkan penambang melakukan penambangan pasir di lahan miliknya.
Hal itu disebabkan mereka merasa terbantu oleh penambangan tersebut yang mereka anggap
telah membersihkan lahan-lahan pertanian mereka. Sehingga ketika pasir sudah habis, dalam
waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, para petani baru bisa menggarap sawahnya
kembali.
Dengan demikian budaya pertanian di daerah bencana alam gunung Galunggung tidak
hilang. Di sini dikatakan budaya pertanian, hal itu disebabkan sistem mata pencaharian
merupakan salah satu unsur dari tujuh unsur pokok kebudayaan. Mata pencaharian lebih dilihat
sebagai unsur budaya daripada unsur ekonomi.
2.2. Teknik Penambangan
Teknik penambangan pasir gunung api disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang
didinginkan dan rencana pemanfaatannya. Pasir gunung api galunggung termasuk jenis endapan
gunung api kuarter atau resen, pada jenis endapan ini, tanah penutup belum terbentuk. Endapan
ini didapatkan sepanjang alur sungai. Keadaan endapan yang masih lepas, teknik penambangan
permukaan dengan alat sederhana antara lain dengan sekop dengan pemilihan endapan secara
selektif.
Hasil yang diperoleh diangkut dengan truck untuk diipasarkan. Dengan penambangan
seperti ini jumjlah produksi sangat terbatas. Apabila diinginkan jumlah produksi dalam jumlah
yang banyak, penggalian dengan showel dan backhoe dapat dilakukan. Pemilahan besar butir
(untuk memisahkan ukuran pasir dan kerikil dapat dilakukan secara semi mekanis dengan
memakai saringan pasir).
Hasil yang dipisahkan kemudian dinaikan ke truck ungkit dengan showel, untuk
selanjutnya dikirim ke tempat penimbunan diluar alur sungai. Ditempat ini truck pengangkut siap
untuk mengirim ke konsumen.
Pemanfaatan utama pasir gunung api untuk bahan kontruksi bangunan. Persaratan utama
apabila akan dimanfaatkan sebagai kontruksi, pasir tersebut harus bersih , bebas dari lempung
dan zat organik yang dianggap sebagai pengotor.
2.3. Dampak Eksploitasi Pasir Gunung Galunggung.
Tanggul dan kantung lahar dingin di kawasan Galunggung hilang, realita tersebut terjadi
lantaran aktivitas galian C yang sporadis oleh warga dan lima pengusaha di kaki gunung tersebut
.
Bahkan jalur lahar dan sungai telah mengalami pendangkalan yang cukup parah akibat
aktivitas galian karena membuang limbah galian sembarangan. Jika Gunung Galunggung
meletus dipastikan seluruh kawasan di lereng yang meliputi Kecamatan Sukaratu, Padakembang,
Leuwisari, dan sebagainya terancam banjir lahar dingin yang tidak tertampung kantung lahar dan
jalur lahar yang rusak.
Padahal, aktivitas gempa vulkanik Gunung Galunggung sendiri kian meningkat yang dari
bulan September hanya empat kali, sedangkan pada bulan Oktober mencapai 34 kali.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tasikmalaya Nana Sumarna
mengatakan, keberadaan kantung lahar dingin dan jalur lahar memang sangat penting di Kaki
Gunung Galunggung.
“Memang saya akui jika salah satu faktor kerusakan tanggul serta fasilitas lainnya di
kawasan itu karena aktivitas galian C. Sehingga pada saat tertentu arus sungai sering meluap dan
menggenangi wilayah itu,” kata Nana.
Nana menyebutkan, akan memberi peringatan terhadap aktivitas penambangan pasir di
kaki Gunung Galunggung. Badan Pengelola Sumber Daya Alam (BPSDA) Provinsi Jawa Barat
juga diharapkan membuat penyangga tanggul dengan bronjong sebagai antisipasi luapan arus
sungai.
“Saya pun berharap jika pengusaha penambang pasir di sana untuk membuat kantung
lahar dan memperbaiki jalur lahar dingin,” ujarnya.
Hal senada dikemukakan Ketua Pos Pengamatan Gunung Galunggung Heri Supartono.
Dia menjelaskan kantung lahar serta tanggul dan jalur lahar dingin yang sebelumnya dibuat pada
1982 kini sudah hilang akibat aktivitas galian C.
Padahal keberadaannya sangat berguna untuk menampung lahar jika sewaktu-waktu
gunung tersebut meletus. “Jika kondisinya seperti ini lahar dingin dipastikan akan langsung
merusak pemukiman warga. Soalnya tidak tersedianya penampungan lahar dingin sebagai
antisipasi bila gunung tersebut meletus. Meskipun memang saat ini aktivitasnya masih normal,
tetapi antisipasi bencana perlu dipersiapkan sejak dini sehingga meminimalisir timbulnya korban
jiwa,” jelas Heri.
Sedikitnya 4.000 kepala keluarga yang berada di Kecamatan Padakembang dan Sukaratu
terancam jika Gunung Galunggung meletus. Sedangkan kantung lahar dan jalur lahar dingin
sudah tidak ada. Warga di sekitar kaki Gunung Galunggung berharap agar Pemkab Tasikmalaya
segera membanguan tanggul permanen di wilayah itu, termasuk keberadaan kantung lahar dan
perbaikan jalur lahar.
Kegiatan penambangan pasir Galunggung yang dilakukan sejumlah pengusaha di wilayah
kantong lahar, tepatnya di kaki Gunung Galunggung, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten
Tasikmalaya, akhir-akhir ini meresahkan warga dari beberapa kampung/ desa yang dilewati
aliran sungai Cikunir, sungai Cimampang dan sungai Ciloseh. Warga mengkhawatirkan terjadi
longsor di sekitar galian yang mengancam pemukiman, saluran air banyak tertutup timbunan
bekas galian pasir, sampai kebutuhan air bersih terganggu oleh limbah galian pasir yang kotor.
Kecemasan tersebut terungkap dalam seminar/ dialog lingkungan hidup di daerah kaki
Gunung Galunggung yang diselenggarakan oleh Karang Taruna, Kecamatan Sukaratu,
Kabupaten Tasikmalaya, di gedung Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Surakatu, Selasa
(20/10/2009) kemarin.
Ketua Karang Taruna Sukaratu Asep Dedi Sumedi mengatakan, kondisi yang sekarang
terjadi, karena galian pasir tidak terkendali, sehingga mencesmaskan lingkungan. Kecemasan itu,
mulai dari ancaman longsor, saluran air banyak yang hilang, sampai masalah limbah dari galian
pasir.
"Selama ini, ada kecemasan yang dirasakan oleh masyarakat Sukaratu atas galian pasir
Galunggung yang dilakukan para pengusaha," ujarnya.
Hal senada diungkapkan SS. Mustofa, aktivis lingkungan hidup yang menyebutkan,
akibat penambangan pasir yang sembarangan tersebut, kini air sungai menjadi keruh dan
tercemar, sehingga kolam milik warga tidak bisa ditanami ikan.
“Sebab kegiatan penambangan pasir di kawasan kaki Gunung Galunggung tersebut
menimbulkan dampak negatif, misalnya pencemaran atau pelumpuran aliran sungai, adanya
bongkahan batu dan berangkal sisa penambangan. Bahkan, beberapa tahun ke depan
dikhawatirkan akan terjadi longsor hebat yang terjadi di kawasan kaki Gunung Galunggung,”
jelas SS. Mustofa.
Karena itu, warga berharap kepada Pemkab Tasikmalaya agar pro aktif terhadap upaya
penanggulangan pencemaran air sungai akibat penambangan pasir di kawasan Gunung
Galunggung yang selama ini dilakukan para pengusaha penambangan.
“Setidaknya, pemerintah membuat peraturan agar para pengusaha melakukan
penambangan pasir kering, sehingga tidak menimbulkan pencemaran air sungai,” kilah SS Mustofa.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang dihasilkan pada saat
gunung api meletus. Pasir gunung api merupakan bahan galian c. Komposisi mineralogi pasir
gunung api tidak jauh berbeda dengan komposisi batuan atau magma asal. Galunggung adalah
gunung api aktif strato tipe-A yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut, Jawa Barat.
Gunung galunggung telah mengalami beberapa kali letusan, letusan terakhir menyebabkan
kerugian yang cukup menghawatirkan bagi warga sekitar dan pemerintah. Namun dibalik
bencana itu memunculkan suatu mata pencaharian baru yaitu penambangan pasir. Penambangan
pasir galungung merupakan jenis endapan gunung api kuarter atau resen.
Eksploitasi pasir gunung galunggung yang dilakukan para pengusaha dan warga
yang berlebih dan sembarangan kini membuat jalur lahar dingin rusak. Hal tersebut pun
membuat khawatir bila terjadi letusan sewaktu waktu. Eksploitasi tersebut pun membuat
khawatir terjadi longsor di sekitar galian yang mengancam pemukiman, saluran air banyak
tertutup timbunan bekas galian pasir, sampai kebutuhan air bersih terganggu oleh limbah galian
pasir yang kotor.
3.2. Saran
Dengan mengetahui eksplorasi dan eksploitasi pasir digalunggung serta dampaknya
terhadap lingkungan. Kita harus menjadi sadar dan prihatin terhadap lingkungan disekitar.
Dengan cara lebih memelihara lingkungan sekitar bumi yang kita tempati terasa lebih nyaman
untuk kita dan anak cucu kita, serta harus lebih memahami suatu pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun dan penulis mengharapkan agar pembaca tidak puas sehingga dapat menggali lagi
atau menambah wawasan dengan membaca buku lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sukandarrumindi. (1998).Bahan Galian Industri.Yogyakarta: Gadjah Mada University press.
[online].tersedia:http://desta9e-bencanaalam.blogspot.com/
[online].tersedia:http: luckymulyadisejarah.wordpress.com/2008/06/11/sejarah-bencana-alam
[online].tersedia:http putra-galunggung.blogspot.com/2008/01/penelusuran-awal-letusan-gunung.html [online].tersedia: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/