Eksistensi Pondok Pesantren dalam Perspektif Pendidikan...

2
40 MPA 304 / Januari 2012 Pondok Pesantren; Lembaga yang berperadaban Eksistensi Pondok Pesantren sebagai pencetak santri tafaqquh fi al-din, sangat diharapkan keberada- anya. Keberadaanya semakin bera- gam dalam bentuk, peranan dan fung- sinya. Fenomena seperti ini merupa- kan bagian dalam pengembangan pondok pesantren masa depan. Fungsi pondok pesantren di masya- rakat bukan saja sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, secara empi- rik pesantren mampu melahirkan perubahan dalam masyarakat. Seba- gai lembaga pendidikan Islam, pon- dok pesantren menjadi bagian dari sosok lembaga sosial yang mampu melahirkan lingkungan masyarakat dalam tatanan kehidupan masyarakat yang lebih maju dengan karakter islami. Argumentasi yang memperkuat bahwa pondok pesantren sebagai lembaga yang berperadaban, dapat diamati melalui beberapa indikasi bahwa Pondok Pesantren mampu mencetak alumni yang mampu men- jadi pionir di Tanah Air. Sebuah fakta sosial yang dapat ditunjukkan kepa- da publik, bahwa dibalik segala kese- derhanaan dan keterbatasannya, pondok pesantren mempunyai po- tensi besar untuk melakukan trans- formasi peradaban islam yang lebih komprehensif dan integral. Pondok pesantren yang sebelumnya diang- gap sebagai lembaga yang “termar- ginalkan’, mampu menghadirkan ka- der-kadernya dalam jumlah besar. Para alumninya hadir di semua lini kehidupan dalam nuansa yang ber- beda dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Islam. Dimensi fungsional Pondok Pe- santren tidak terlepas dari hakekat dasarnya untuk mengembangkan masyarakat islam yang mengarah ke- pada nilai-nilai normatif, edukatif dan progresif. Nilai-nilai normatif pada dasarnya meliputi kemampuan ma- syarakat dalam memahami ajaran- ajaran agama dalam artian ibadah mahdah. Banyak masyarakat yang cenderung baru memiliki agama “having religion” tetapi belum menghayati agama “being religion”. Nilai-nilai edukatif meliputi tingkat pengetahuan dan pemahaman ma- syarakat dalam masalah agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai- nilai progresif dapat ditunjukkan me- lalui kemampuan masyarakat dalam memahami perubahan masyarakat seiring dengan perkembangan za- man. Adanya fenomena sosial seperti ini, menjadikan pondok pesantren sebagai lembaga yang seiring de- ngan perubahan masyarakat yang se- makin kompleks. Pendekatan Historisis Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan keagamaan Islam tertua di Indonesia. Secara his- toris, ada dua versi pendapat tentang akar berdirinya pondok pesantren. Pertama, pendapat yang menyebut- kan bahwa pondok pesantren ber- akar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi tarekat. Pendapat pertama meyakini bahwa pondok pesantren memang mempunyi kaitan yang erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berda- sarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih ba- nyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Sedangkan Pendapat Kedua, beranggapan bahwa pondok pesan- tren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil-alih- an dari sistem pondok pesantren yang diadakan orang-orang Hindu di Nusantara. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia, lembaga pondok pesantren sudah ada di negeri ini. Pondok Pesantren lahir sebagai perwujudan dua keinginan yang ber- temu. Keinginan menimba ilmu (san- tri) dan keikhlasan seseorang untuk mengajarkan ilmu dan pengalaman- nya (kyai). Adapun tempatnya dapat berupa langgar, mushalla atau masjid, yang akhirnya berkembang berdasar- kan bertambahnya santri yang me- nuntut ilmu. Awal mulanya para santri merupakan santri kalong (tanpa me- nginap). Karena pertambahnnya se- makin meningkat dan mereka tidak saja berasal dari satu daerah, kemu- dian para santri ditempatkan di bebe- rapa bagian masjid. Lalu secara ber- gotong royong mereka membuat ru- mah-rumah bilik di dekat rumah Kyai yang selanjutnya disebut pondok (bahasa Arab : funduq, yang berarti menginap). Kata santri berasal dari kata “chantrik” yang berarti orang yang sedang belajar. Adapun kata pesantren merupakan bentukan dari kata santri yang mendapat affiks “pe- an”, menjadi “pesantrian”. Pada tahun-tahun perjuangan kemerdekaan peran pondok pesan- tren sangat besar. Mobilisasi umat dilakukan oleh kyai untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Pada masa penjajahan inilah, pondok pe- santren mengalami tekanan yang amat berat. Tapi pondok pesantren saat itu tetap memberikan pengajaran tentang cinta tanah air dan menanam- kan sikap patriotik pada para santri- nya disamping memberikan pembina- an mental dan spiritual para santri- nya. Depag RI (2002), Perkembangan lain mengenai pondok pesantren ada- lah pada saat tumbuhnya berbagai organisasi keagamaan yang berbasis- kan pada masyarakat luas. Hal ini amat berarti pada perkembangan pon- dok pesantren selanjutnya dikarena- kan penyebaran organisasi tersebut yang mendukung eksistensi pondok pesantrennya. Bahkan dapat dikata- kan, bahwa penyebaran organisasi tersebut sukses dengan memberikan kepercayaan yang penuh pada pon- dok pesantren untuk mempelopori penyebaran faham-nya. Namun, tidak Eksistensi Pondok Pesantren dalam Perspektif Pendidikan Islam Oleh Rahmat Arofah H.C, S.Pd, M.Pd.I

Transcript of Eksistensi Pondok Pesantren dalam Perspektif Pendidikan...

Page 1: Eksistensi Pondok Pesantren dalam Perspektif Pendidikan Islamjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/xawd1328597093.pdf · yang lebih maju dengan karakter islami. Argumentasi yang

40 MPA 304 / Januari 2012

Pondok Pesantren; Lembagayang berperadaban

Eksistensi Pondok Pesantrensebagai pencetak santri tafaqquh fial-din, sangat diharapkan keberada-anya. Keberadaanya semakin bera-gam dalam bentuk, peranan dan fung-sinya. Fenomena seperti ini merupa-kan bagian dalam pengembanganpondok pesantren masa depan.Fungsi pondok pesantren di masya-rakat bukan saja sebagai lembagapendidikan dan dakwah, secara empi-rik pesantren mampu melahirkanperubahan dalam masyarakat. Seba-gai lembaga pendidikan Islam, pon-dok pesantren menjadi bagian darisosok lembaga sosial yang mampumelahirkan lingkungan masyarakatdalam tatanan kehidupan masyarakatyang lebih maju dengan karakterislami.

Argumentasi yang memperkuatbahwa pondok pesantren sebagailembaga yang berperadaban, dapatdiamati melalui beberapa indikasibahwa Pondok Pesantren mampumencetak alumni yang mampu men-jadi pionir di Tanah Air. Sebuah faktasosial yang dapat ditunjukkan kepa-da publik, bahwa dibalik segala kese-derhanaan dan keterbatasannya,pondok pesantren mempunyai po-tensi besar untuk melakukan trans-formasi peradaban islam yang lebihkomprehensif dan integral. Pondokpesantren yang sebelumnya diang-gap sebagai lembaga yang “termar-ginalkan’, mampu menghadirkan ka-der-kadernya dalam jumlah besar.Para alumninya hadir di semua linikehidupan dalam nuansa yang ber-beda dengan tetap mempertahankannilai-nilai Islam.

Dimensi fungsional Pondok Pe-santren tidak terlepas dari hakekatdasarnya untuk mengembangkanmasyarakat islam yang mengarah ke-pada nilai-nilai normatif, edukatif danprogresif. Nilai-nilai normatif padadasarnya meliputi kemampuan ma-

syarakat dalam memahami ajaran-ajaran agama dalam artian ibadahmahdah. Banyak masyarakat yangcenderung baru memiliki agama“having religion” tetapi belummenghayati agama “being religion”.Nilai-nilai edukatif meliputi tingkatpengetahuan dan pemahaman ma-syarakat dalam masalah agama, ilmupengetahuan dan teknologi. Nilai-nilai progresif dapat ditunjukkan me-lalui kemampuan masyarakat dalammemahami perubahan masyarakatseiring dengan perkembangan za-man. Adanya fenomena sosial sepertiini, menjadikan pondok pesantrensebagai lembaga yang seiring de-ngan perubahan masyarakat yang se-makin kompleks.

Pendekatan HistorisisPondok Pesantren merupakan

lembaga pendidikan dan keagamaanIslam tertua di Indonesia. Secara his-toris, ada dua versi pendapat tentangakar berdirinya pondok pesantren.Pertama, pendapat yang menyebut-kan bahwa pondok pesantren ber-akar pada tradisi Islam sendiri, yaitutradisi tarekat. Pendapat pertamameyakini bahwa pondok pesantrenmemang mempunyi kaitan yang eratdengan tempat pendidikan yang khasbagi kaum sufi. Pendapat ini berda-sarkan fakta bahwa penyiaran Islamdi Indonesia pada awalnya lebih ba-nyak dikenal dalam bentuk kegiatantarekat. Sedangkan Pendapat Kedua,beranggapan bahwa pondok pesan-tren yang kita kenal sekarang ini padamulanya merupakan pengambil-alih-an dari sistem pondok pesantrenyang diadakan orang-orang Hindu diNusantara. Hal ini didasarkan padafakta bahwa jauh sebelum datangnyaIslam ke Indonesia, lembaga pondokpesantren sudah ada di negeri ini.

Pondok Pesantren lahir sebagaiperwujudan dua keinginan yang ber-temu. Keinginan menimba ilmu (san-tri) dan keikhlasan seseorang untuk

mengajarkan ilmu dan pengalaman-nya (kyai). Adapun tempatnya dapatberupa langgar, mushalla atau masjid,yang akhirnya berkembang berdasar-kan bertambahnya santri yang me-nuntut ilmu. Awal mulanya para santrimerupakan santri kalong (tanpa me-nginap). Karena pertambahnnya se-makin meningkat dan mereka tidaksaja berasal dari satu daerah, kemu-dian para santri ditempatkan di bebe-rapa bagian masjid. Lalu secara ber-gotong royong mereka membuat ru-mah-rumah bilik di dekat rumah Kyaiyang selanjutnya disebut pondok(bahasa Arab : funduq, yang berartimenginap). Kata santri berasal darikata “chantrik” yang berarti orangyang sedang belajar. Adapun katapesantren merupakan bentukan darikata santri yang mendapat affiks “pe-an”, menjadi “pesantrian”.

Pada tahun-tahun perjuangankemerdekaan peran pondok pesan-tren sangat besar. Mobilisasi umatdilakukan oleh kyai untuk melakukanperlawanan terhadap penjajah. Padamasa penjajahan inilah, pondok pe-santren mengalami tekanan yangamat berat. Tapi pondok pesantrensaat itu tetap memberikan pengajarantentang cinta tanah air dan menanam-kan sikap patriotik pada para santri-nya disamping memberikan pembina-an mental dan spiritual para santri-nya.

Depag RI (2002), Perkembanganlain mengenai pondok pesantren ada-lah pada saat tumbuhnya berbagaiorganisasi keagamaan yang berbasis-kan pada masyarakat luas. Hal iniamat berarti pada perkembangan pon-dok pesantren selanjutnya dikarena-kan penyebaran organisasi tersebutyang mendukung eksistensi pondokpesantrennya. Bahkan dapat dikata-kan, bahwa penyebaran organisasitersebut sukses dengan memberikankepercayaan yang penuh pada pon-dok pesantren untuk mempeloporipenyebaran faham-nya. Namun, tidak

Eksistensi Pondok Pesantrendalam Perspektif Pendidikan Islam

Oleh Rahmat Arofah H.C, S.Pd, M.Pd.I

Page 2: Eksistensi Pondok Pesantren dalam Perspektif Pendidikan Islamjatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar305/xawd1328597093.pdf · yang lebih maju dengan karakter islami. Argumentasi yang

41MPA 304 / Januari 2012

semua pondok pesantren bernaungdibawah panji-panji suatu organisasikeagamaan tertentu. Bahkan lebihbanyak pondok pesantren yang ber-sifat independen dalam arti afiliasi,bukan dalam pengelolaan.

Paradigma BaruKhursid Ahmad (dalam Muhai-

min, 2004) pernah menyatakan bahwa:“Of all the problem that confront themuslim world today the educationalproblem is the most challenging. Thefuture of the muslim world will de-pend upon the way it responds tothis challenge” (Dari sekian banyakpermasalahan yang merupakan tan-tangan terhadap dunia Islam dewasaini, maka masalah pendidikanmerupakan masalah yang pal-ing menantang. Masa depandunia Islam tergantungkepada cara bagaimana duniaIslam menjawab dan meme-cahkan tantangan ini).

Menurut Marno dan Tri-yo (2008) Jika dilihat dari ke-cenderungan atau gejala so-sial baru yang terjadi di ma-syarakat akhir-akhir ini yangberimplikasi pada tuntutandan harapan tentang modelpendidikan yang mereka ha-rapkan, maka sebenarnyalembaga pendidikan Islam me-miliki potensi dan peluangbesar untuk alternatif pendi-dikan masa depan. Kecende-rungan tersebut antara lain sebagaiberikut: Pertama, terjadinya mobilitassosial, yakni munculnya masyarakatmenengah baru terutama kaum in-telektual yang akhir-akhir ini meng-alami perkembangan pesat. Kedua,munculnya kesadaran baru dalamberagama (santrinisasi), terutamapada masyarakat perkotaan. Ketiga,arus globalisasi dan modernisasiyang demikian cepat perlu disikapisecara arif. Modernisasi denganberbagai macam dampaknya perludisiapkan manusia-manusia yangmemiliki dua kompetensi sekaligus;Ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK) dan nilai-nilai spiritualkeagamaan (IMTAQ).

Perspektif pendidikan Islam diera reformasi menumbuhkan Paradig-ma baru di dunia pendidikan. Lemba-ga pendidikan Islam harus mampu

menjawab kebutuhan zaman baik darisisi kualitas dan kuantitas. Out putyang dihasilkan oleh lembaga pendi-dikan Islam tidak hanya cerdas darisisi spiritual dan emosional, Namunjuga harus cerdas secara intelektualdan kinestetik. Beberapa instrumendan indikator mulai dikembangkandengan melakukan evaluasi pembe-lajaran dari sisi koginitif psikomtorikdan afektif.

Pondok pesantren sebagai lem-baga pendidikan Islam dengan bebe-rapa potensinya mempunyai penga-ruh yang besar terhadap kemajuandunia pendidikan dalam skala nasio-nal. Beberapa pola pengembangansudah dilakukan oleh pondok pesan-

tren baik melalui pengembangan edu-kasi, ekonomi, sosial, budaya danpertanian. Ini bisa kita amati dari be-berapa program-program unggulanyang dikembangkan di pondok pe-santren besar akhir-akhir ini. Duniapesantren dalam konteks yang seka-rang jauh lebih demokratis dalammenghargai pluralisme dan menjun-jung tinggi perbedaan pendapat de-ngan tetap memfungsikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai fundamentalyang tekandung dalam al-Qur’an danal-sunnah.

Pengembangan pondok pesan-tren secara lebih luas tidak akan ter-lepas dari misi pendidikan Islam.Abuddin Nata (2008), Melalui lem-baga pendidikan pesantren yang ter-sebar hingga ke seluruh pelosok pe-desaan di Indonesia, pendidikan Is-lam telah mengemban pendidikan

seumur hidup (uthlub-ilm min al-mahdi ila al-lahdi, long life educa-tion). Para ulama di masa lalu tidakpernah berhenti belajar. Mereka me-milih tradisi rihlah ilmiah (perjalananmenuntut ilmu) hingga ke mancane-gara, khususnya negara-negara di ti-mur tengah. Mereka telah berkontri-busi melahirkan masyarakat belajarsebagaimana yang digagas oleh Tor-stein Husain dalam bukunya Learn-ing Society (Masyarakat Belajar).Selain itu, pendidikan Islam juga telahberperan memasyarakatkan konsepwajib belajar, pendidikan yang gratis,pendidikan yang berbasis kerakyatan,pendidikan yang mengacu kepadabelajar tuntas (mastery learning),

pendidikan yang menghasilkan o-rang-orang yang memiliki kesalehanindividual dan kesalehan sosial.

Melihat beberapa kecenderu-ngan dan beberapa pontensi yangada, maka pondok pesantren sebagailembaga pendidikan Islam memilikipeluang yang cukup besar untukmenjadi alternatif lembaga pendidik-an pilihan masyarakat luas untukmenjawab tuntutan tujuan pendidikannasional yang semakin kompleks.Tetapi, persoalannya kembali kepadapimpinan dan pengelola pondok pe-santren sebagai lembaga pendidikanIslam, apakah mampu merespon be-berapa kecenderungan tersebut dansecara internal mengembangkan sis-tem pengelolaan pendidikan yanglebih profesional agar sesuai denganharapan dan kebutuhan masyarakatluas.