ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

96
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Melalui pertumbuhan ekonomi, standar hidup membaik. Pertumbuhan ekonomi membawa perubahan. Barang-barang baru diproduksi, sementara yang lain menjadi ketinggalan mode. Ada yang yang percaya pertumbuhan merupakan tujuan dasar masyarakat, karena pertumbuhan mengangkat orang keluar dari kemiskinan dan meningkatkan kualitas kehidupan mereka.Yang lain mengatakan pertumbuhan ekonomi mengikis nilai-nilai tradisional dan menyebabkan eksploitasi, kerusakan lingkungan, dan korupsi. Krisis nilai tukar telah menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai tukar rupiah yang merosot tajam sejak bulan Juli 1997 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam triwulan ketiga dan triwulan keempat menurun menjadi 2,45 persen dan 1,37 persen. Pada triwulan pertama dan triwulan kedua tahun 1997 tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8,46 persen dan 6,77 persen. Pada triwulan I tahun 1998 tercatat pertumbuhan negatif sebesar -6,21 persen. Merosotnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari masalah kondisi usaha sektor swasta yang makin melambat kinerjanya. Kelambatan ini terjadi antara lain karena sulitnya memperoleh bahan baku impor yang terkait dengan tidak diterimanya LC Indonesia dan beban pembayaran 1

Transcript of ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Page 1: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Melalui pertumbuhan ekonomi, standar hidup membaik. Pertumbuhan ekonomi

membawa perubahan. Barang-barang baru diproduksi, sementara yang lain menjadi

ketinggalan mode. Ada yang yang percaya pertumbuhan merupakan tujuan dasar

masyarakat, karena pertumbuhan mengangkat orang keluar dari kemiskinan dan

meningkatkan kualitas kehidupan mereka.Yang lain mengatakan pertumbuhan ekonomi

mengikis nilai-nilai tradisional dan menyebabkan eksploitasi, kerusakan lingkungan,

dan korupsi. Krisis nilai tukar telah menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Nilai tukar rupiah yang merosot tajam sejak bulan Juli 1997 menyebabkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam triwulan ketiga dan triwulan keempat menurun

menjadi 2,45 persen dan 1,37 persen. Pada triwulan pertama dan triwulan kedua tahun

1997 tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8,46 persen dan 6,77 persen.

Pada triwulan I tahun 1998 tercatat pertumbuhan negatif sebesar -6,21 persen.

Merosotnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari masalah kondisi

usaha sektor swasta yang makin melambat kinerjanya. Kelambatan ini terjadi antara

lain karena sulitnya memperoleh bahan baku impor yang terkait dengan tidak

diterimanya LC Indonesia dan beban pembayaran hutang luar negeri yang semakin

membengkak sejalan dengan melemahnya rupiah serta semakin tingginya tingkat bunga

bank. Kerusuhan yang melanda beberapa kota dalam bulan Mei 1998 diperkirakan akan

semakin melambatkan kinerja swasta yang pada giliran selanjutnya menurunkan lebih

lanjut pertumbuhan ekonomi, khususnya pada triwulan kedua tahun 1998.

Sementara itu perkembangan ekspor pada bulan Maret 1998 menunjukkan

pertumbuhan ekspor nonmigas yang menggembirakan yaitu sekitar 16 persen. Laju

pertumbuhan ini dicapai berkat harga komoditi ekspor yang makin kompetitif dengan

merosotnya nilai rupiah. Peningkatan ini turut menyebabkan surplus perdagangan

melonjak menjadi 1,97 miliar dollar AS dibandingkan dengan 206,1 juta dollar AS

pada bulan Maret tahun 1997. Impor yang menurun tajam merupakan faktor lain

1

Page 2: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

terciptanya surplus tersebut. Impor pada bulan Maret 1998 turun sebesar 38 persen

sejalan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi. Dan kemudian berbeda lagi yang

terjadi pasca krisis asia di tahun 1998-1999, Indonesia mengalami guncangan yang kuat

berikut terlihat pada table dibawah ini:

TABEL 1

INDONESIA SELECTED MACROECONOMIC INDICATORS

2

Page 3: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Dari table atas terlihat kondisi perekonomian Indonesia antara tahun 2001-2007

mengalami fluktuasi yang cukup besar dan sering hal ini sering kali membuat Indonesia

kewalahan dan terguncang seperti kita lihat exchange rate Dollar USA atas Rupiah

mengalami fluktuatif yang amat tajam pada awal tahun yang membuat harga nilai tukar

dallor sangat tinggi dan kemudian di tahun 2003 dan 2008 Indonesia bisa menurunkan

rate hingga pada posisi 8.941 akan tetapi kembali melonjak pada kisaran 9.000 hingga

sekarang. Sesungguhnya hal ini kurang sehat bagi perekonomian Indonesia karena

dengan semakin tinggi nilai dollar USA yang mana sebagai alat pembayaran

perdagangan internasional membuat Indonesia semakin dipersulit untuk meraih angka

pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan.

3

Page 4: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

1.2 Permasalahan

Berkaitan dengan permasalahan distribusi dan pemertaan pembangunan yang telah

di jelaskan sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang diajukan sebagai perumusan

masalah dengan tujuan agar pembahasan dapat terfokus pada masalah yang telah di

jabarkan diatas. Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut :

Agar masalah yang dibahas tidak melebar maka penulis membatasi masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Gambaran Pertumbuhan Ekonomi itu sendiri

2. Bagaimana Gambaran Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

3. Bagaimana Gambaran Distribusi Pendapatan itu sendiri

4. Bagaimana Gambaran Distribusi Pendapatan di Indonesia

4

Page 5: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

2.1.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan

ekonomi harus dibedakan

dengan pembangunan ekonomi,

pertumbuhan ekonomi hanyalah

merupakan salah satu aspek saja

dari pembangunan ekonomi

yang lebih menekankan pada

peningkatan output agregat

khususnya output agregat per kapita. Menurut Boediono : Pertumbuhan ekonomi

adalah proses kenaikan output per kapita yang terus-menerus dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil

atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang

bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah

bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan

ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

Pertumbuhan ekonomi dalam bahasa inggris diistilahkan dengan economic growth

mengandung pengertian proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang atau

perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi Dari tahun ke tahun.

5

Page 6: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

GAMBARTRIANGLE PEMBANGUNAN

Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa awal orde baru

diprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mengatrol kondisi

ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. Cara yang paling cepat adalah dengan cara

konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi dan pembangunan dengan padat

modal. Sedangkan prioritas kedua adalah pada stabilisasi, karena tanpa adanya

stabilisasi maka pembangunan tidak akan berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya

mengapa pemerintah Indonesia pada masa itu menetapkan stabilisasi sebagai salah

prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan pemerataan

pembangunan dan hasil – hasilnya justru menjadi prioritas ketiga. Pola pembangunan

seperti ini mulai menuai kritik, sehingga pada awal tahun 1990 pemerintah mulai

mengembangkan pola pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya. Salah satunya

dengan mengembangkan Inpres desa tertinggal dan pola pengembangan Katimin (Kawasan

Timur Indonesia ).

2.1.1.1 Kontrovesi Pertumbuhan

Dekade 1970-an merupakan periode yang menjadi saksi utama berlangsungnya

perubahan-perubahan drastis atas presepsi pemerintah dan lembaga-lembaga swasta

tentang hakekat kegiatan ekonomi. Banyak pihak di negara-negara kaya maupun

negara-negara miskin yang tidak lagi menyakini pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan

pembangunan nomor satu yang harus selaludikejar-kejar dan diutamakan. Negara-

negara maju tampaknya kini mulai lebih menekankan pada “kualitas hidup”, dan hal itu

antara lain dinyatakan dalm bentuk kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup,

selama ini, pertumbuhan undustri memang banyak menimbulkan dampak-dampak

6

Pemerataan Pendapatan

Stabilisasi

Pertumbuhan Ekonomi

Page 7: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

negative terhadap lingkungan hidup, seperti pencemaran udara dan air, terkurasnya

sumber daya alam, serta lenyapnya keindahan alam. Sebuah buku yang amat

berpengaruh, yakni The limits to growth, yang terbit pada tahun 1972 di bawah

naungan Club of Rome menguraikan secara rinci peringatan-peringatan penting yang

dikemukakan oleh ilmuwan abad kesembilan belas David Ricardo, dan terutama

Pendeta Thomas Malthus, bahwasanya daya dukung bumi yang terbatas ini pada

akhirnya tidak akan mampu menyangga tingkat pertumbuhan yang tinggi secara terus-

menerus tanpa menimbulkan malapetaka ekonomi dan social. Isi buku tersebut

merupakan cerminan perasaan yang ada pada saat ini, sehingga meskipun buku tersebut

kurang baik menurut ukuran logika, dan asumsi-asumsinya pun kurang jelas, sambutan

terhadapnya sangat semarak.

Dinegara-negara miskin, perhatian utama terfokus pada dilemma kompleks

antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting,

namun hamper selalu sangat sulit diwujudkan secara bersamaan. Pengutamaan yang

satu akan menuntut dikorbankannya yang lain. Pembanguan ekonomi mensyaratkan

GNP yang lebih tinggi, dan untuk itu tingkat pertumbuhan lebih tinggi merupakan

pilihan yang harus diambil. Namun menjadi masalah bukan hanya soal bagaiman

caranya memacu pertumbuhan, tetapi juga siap melakukan dan berhak menikmati

caranya memacu pertumbuhan, tetapi juga siap melakukan dan berhak menikmati hasil-

hasilnya, kalangan elit kaya raya yang minoritas, ataukah mayoritas rakyat yang

miskin. Seandainya yang diserahi wewenang itu adalah kelas elit yang kaya, maka

meraka akan mampu memacu pertumbuhan dengan baik; hanya saja ketimpangan

pendapatan dan kemiskinan absolute akan semakin parah. Tetapi jika yang dipilih

adalah mayoritas miskin, segenap hasilnya harus dipilih secara merata, dan hal ini

kurang memungkinkanterpacunya GNP secara agregat atau nasional. Terlepas dari soal

itu, sekarang banyak negara-negara dunia ketiga yang cukup berhasil mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi relative tinggi mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang

relative tinggi mulai menyadari bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut

ternyata belum membuahkan manfaat yang berarti bagi para anggota masyarakatnya

yang paling miskin dan paling membutuhkan perbaikan taraf hidup. Standard hidup

ratusan penduduk di Afrika, Asia dan Amerika latin memang belum mengalami

perbaikan secara berarti, dan bahkan dibanyak tempat, jika dihitung secara riil, standard

7

Page 8: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

hidup mereka justru mengalami kemerosotan yang cukup tajam. Tingkat penganguran

dan Semi pengangguran diberbagi daerah pedesaan dan perkotaan meningkat, dan ini

bahkan terjadi di daerah-daerah yang tingkat pertumbuhan ekonominya cukup

mengesankan. Dalam kenyataannya ternyata distribusi pendapatan semakin terabaikan

selama tahun-tahun belakang ini. Banyak orang yang mulai merasa bahwa

pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah gagal memberantas, atau bahkan sekedar

mengurangi kemiskinan absolute yang dalam prakteknya cenderung semakin parah.

Kini di negar-negara maju maupun negara-negara berkembang mulai muncul

himbauan dan tuntutan dari masyarakat luas yang semakin lama semakin kuat bagi

dilakukannya peninjauan kembali atas tradisi “pengutamaan GNP” sebagai sasaran

kegiatan ekonomi yang utama. Kecenderungan ini mulai berlangsung sejak decade

1970-an. Upaya pengentasan kemiskinan dan pemerataan pun mulai dikedepankan

sebagai focus utama pembangunan. Meskipun kebangkitan kembali ilmu ekonomi

neoklasik dan munculnya teori-teori pertumbuhan yang baru pada decade 1980-an dan

decade 1990-an sempat mengembalikan kedudukan pertumbuhan sebagai prioritas

utama, namun itu tidak berarti bahwa masalah kemiskinan dan pemerataan pendapatan

mulai dapat diatasi. Justru sebaliknya, di banyak negara, terutama sekali dikawasan

Amerika Latin dan kawasan Afrika-Sub Sahara, masalah-masalah itu bahkan

bertambah parah. Kesulitan yang dihadapi ooleh negara-negara berkembang

dikawasan-kawasan tersebut ditambah lagi dengan himpitan utang luar negeri,

kelaparan yang merajalela, dan gagalnya program-program “pengencangan ikat

pinggang” oleh pemerintah (program tersebut justru menimpakan beben terberat bagi

orang-orang yang paling miskin). Pda bulan September 1994, program aksi pada

konferensi Intenasional tentang kependudukan dan pembangunan telah berlangsung

selama beberapa dasawarsa, kesenjangan antara negara-negara kaya dan negara-negara

miskin, serta ketimpangan pendapatan di kalangan pendudukan di berbagai negara

justru terus melebar….kemiskinan di mana-mana masih merupakan tantangan utama

bagi usaha-usaha pembangunan”, Pandangan ini dikumandangan lagi pada KTT Dunia

tentang Pembangunan Sosial yang disponsori PBB di Kompenhagen pada bulan Maret

1995 yang diikuti oleh 134 kepala negara.

Karena penanggualngan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan kini

merupakan masalah pokok dalam pembangunan dan sasaran utama kebijakan

8

Page 9: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

pembanguanan di banyak negara, maka kita awali Bagian kedua sadi buku ini dengan

memusatkan perhatian kepada hakekat kemiskinan serta ketimpangan pendapatan di

berbagai negara-negara dunia ketiga. Meskipun focus utamanya adalah ketimpangan

distribusi ekonomis atas pendapatan dan asset, namun perlu siiingat bahwa keduannya

hanya merupakan atas pendapatan danaset, namun perlu diingat bahwa keduanya hanya

merupakan bagian kecil daris eluruh masalah ketimpangan di negara-negara

berkembang. Selain ketimpangan ekonomis tersebut, masih ada ketimpangan di negara-

negara berkembangan. Selain ketimpangan ekonomis tersebut, masih ada ketimpangan

kekuasaan, prestise, status, jenis kelamin, kepuasan kerja, kondisi kerja, tingkat

partisipasi, kebebasan memilih atau ketimpangan hak politik, dan sebagainya, yang

kesemuannya erat kaitannya dengan komponen fundamentalyang kedua dan ketiga dari

hakekatnya konsep pembangunan, yakni upaya untuk menegakkan harga diri dan upaya

untuk memilih. Meskipun demikian, dalam kenyataannya kita sulit membedakan

ketimpangan ekonomis dari ketimpangan-ketimpangan nonekonomis tersebut. Masing-

masing saling berkaitan dalam suatu proses yang sangat kompleks, yang acapkali

menjelma sebagai suatu hubungan sebab akibat yang rumit.

Pendekatan yang kita gunakan untuk mempelajari masalah pokok dan

pemecahannya, perlu diuraikan terlebih dahulu. Pertama-tama, kita kan

mengungkapkan dahulu hakekat dari masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi

pendapatan serta menelaah arti pentingnya secara kuantitatif di berbagai negara-negara

Dunia ketiga. Selanjutnya, kita akan menyoroti sejumlah tujuan dan sasaran yang

mungkin/ bisa dicapai, serta mempelajari jauh mana dan hal apa saja analisis ekonomi

yang dapat membantu masalah-masah tersebut. Yang terakhir, kita akan mencoba

merumuskan alternative-alternatif kebijakan yang kiranya cukup berpotensi untuk

menanggulangi kemiskinan dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan di

negara-negara duni ketiga telah sedemikian parah. Dengan berbekal pemahaman

mendalam atas kedua manifestasi ekonomi dari keterbelakangan tersebut, maka kita

akan lebih mudah melakukan analisis atas berbagai macam masalah.

Indeks Pembangunan Manusia yang termasuk dalam Laporan Pembangunan

Manusia Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis pada

tanggal 5 Oktober 2009. Indeks ini didasarkan pada data-data tahun 2007. Ia

merangkumi 180 anggota PBB (dari 192 negara) bersama dengan: Hongkong dan

9

Page 10: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Wilayah Palestina. Dua belas negara PBB tidak dimasukkan karena data-data yang

tidak mencukupi. Rata-rata IPM seluruh bagian Dunia dan kelompok-kelompok negara

juga dimasukkan sebagai perbandingan.

2.1.1.2 Proses Pertumbuhan

Rostow mengemukakan tahap-tahap pertumbuhan yang dilalui negara modern,

hingga mencapai keadaan yang sekarang, yaitu:

1. Masyarakat Tradisional

2. Prakondisi tinggal landas

3. Tinggal landas (take off)

4. Masa menjelang kedewasaan

5. Abad konsumsi massa yang tinggi

Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di

suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan

penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang

berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang

dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di

mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua

hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka

kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga

dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:

Tahap 1: Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian

tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;

Tahap 2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang

lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah

penduduk naik.

Tahap 3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita,

urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah

tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran.

Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai

menurun;

Tahap 4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga

melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah.

10

Page 11: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto

penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol.

1. Dari Pertanian ke Industri

Cara termudah untuk memahami proses pertumbuhan dan mengidentifikasi

sebab-sebabnya adalah dengan berpikir tentang perekonomian yang sederhana. Pada

bab ini, kita mendefinisikan batas kemungkinan produktif (ppf=Production

Possibilities Frontier) yang dihadapi oleh masyarakat, yang menunjukkan semua

kombinasi yang mungkin dari keluaran yang dapat diproduksi dengan teknologi yang

ada sekarang ini dan jika semua sumber daya yang tersedia sudah dimanfaatkan secara

penuh dan efisien.

2. Dari Pertanian ke Industri: Revolusi Industri

Sebelum Revolusi Industri di Inggris, setiap masyarakat di dunia adalah petani.

Berawal dari Inggris sekitar tahun 1750, perubahan teknik dan akumulasi modal

meningkatkan produktivitas secara besar-besaran dalam dua industri penting,yaitu

pertanian dan tekstil. Metode pertanian yang baru dan lebih efisien dikembangkan,

penemuan-penemuan baru dan mesin baru dalam pemintalan, tenun, dan produksi baja

berarti bahwa lebih banyak yang dapat diproduksi dengan lebih sedikit sumber daya.

3. Pertumbuhan dalam Masyarakat Industri

Selama lima belas tahun terakhir, pertumbuhan teknologi penghitun yang telah

mengubah cara kita hidup dan melakukan bisnis. Akses ke World Wibe Web menjadi

lebih murah dan mudah. Perubahan teknologi, inovasi, dan produksi modal telah

meningkatkan produktivitas.

2.1.1.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi terjadi bila:

1. Masyarakat mendapatkan lebih banyak sumber daya, atau

2. Masyarakat menemukan cara penggunaan sumber daya yang tersedia secara lebih

efisien

11

Page 12: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Agar pertumbuhan ekonomi menaikkan standar hidup, tingkat petumbuhan harus

melebihi tingkat kenaikan penduduk. Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan

sebagai kenaikan GDP riil per kapita.

Fungsi produksi perusahaan individual merupakan gambaran matematis tentang

hubungan antara masukan perusahaan dan keluarannya. Keluaran bagi fungsi produksi

agregat adalah keluaran nasional, atau produksi domestik bruto (Y) yang tergantung

pada jumlah tenaga kerja(L) dan jumlah modal (K) yang tersedia di dalam

perekonomian dengan asumsi jumah tanahnya tetap sehinggan kenaikan GDP dapat

muncul melalui:

1. kenaikan penawaran tenaga kerja

2. kenaikan modal fisik atau SDM, atau

3. kenaikan produktivitas (jumlah barang yang diproduksi oleh masing-masing

unit modal atau tenaga kerja)

Ciri-Ciri Terjadinya Pertumbuhan Ekonomi

1. Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih

banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung

akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama. Penurunan produktivitas itu

disebut hasil (per unit masukan) yang menurun (diminshing returns). Hasil (per unit

masukan) yang berkurang dapat terjadi jika stok modal suatu bangsa bertumbuh lebih

lamban dari angkatan kerjanya.

2. Kenaikan modal fisik

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh

kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja

maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Adalah mudah untuk melihat

bagaimana modal menyediakan jasa secara langsung.

3. Kenaikan modal sdm

Perusahaan dapat melakukan investasi dalam modal SDM melalui pelatihan d tempat

kerja (on the job training). Pemerintah melakukan investasi dalam modal SDM dengan

melakukan program-program untuk menyediakan kesehatan dan memberikan pelatihan

kerja dan pendidikan sekolah.

12

Page 13: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

4. Kenaikan produktivitas

Pertumbuhan yang tidak dapat dijelaskan oleh kenaikan kuantitas masukan dapat

dijelaskan hanya dengan kenaikan produktivitas masukan tersebut – setiap unit

masukan tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor temasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan

lain, dan ekonomisnya skala produksi.

2.1.2 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi 2 :

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

a. Frederich list (1789 - 1846)

Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich listber adalah tingkat-tingkat

yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga).

Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi dibagi 4 sebagai berikut :

1) Masa berburu dan mengembara

Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan

diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.

2) Masa berternak dan bertanam

Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka

bermata pencaharian bertanam.

3) Masa Bertani dan kerajinan

Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka

tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan.

4) Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan.

Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan

untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industry kerajinan menjadi

industri besar.

b. Karu Bucher (1847 - 1930)

Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4:

1) Rumah tangga tertutup

2) Rumah tangga kota

3) Rumah tangga bangsa

13

Page 14: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

4) Rumah tangga dunia

c. Werner sombart (1863 - 1947)

1) Prakapitalisme (Varkapitalisme)

2) Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)

3) Zaman kapitalai Raya (Hachkapitalismus)

4) Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)

d. Walt Whitmen Rosfow (1916 - 1979)

1) Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)

2) Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)

3) Lepas landas cake off)

4) Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)

5) Masa ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik

a. Teori pertumbuhan menurut Adam Smith

An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation, teorinya yang dibuat

dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib) Pertumbuhan ekonomi

ditandai oleh dua fakto yang saling berkaitan :

1) Pertumbuhan penduduk

2) Pertumbuhan output total

o Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.

1) sumber-sumber alam

2) tenaga kerja (pertumbuhan penduduk

3) jumlah persediaan

b. David Ricardo dan T.R Malthus

Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga

menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja

melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas

RobertMalthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut

deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut

deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat

perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.

14

Page 15: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik

c. Robert Sollow

Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang

dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya

pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama.

Yaitu modal dan tenaga kerja.

d. Harrod dan Domar

RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dan

domar akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan

produktivitas tenaga kerja.

e. Joseph Schumpeter

Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanya

proses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang

dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan

ekonomi.

2.1.3 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Apakah yang menjadi alat yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya pertumbuhan

ekonomi suatu negara? Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada beberapa

macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Produk Domestik Bruto

PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga pasar.

Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan

tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.

2. PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita

PDB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karean telah memperhitungkan

jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat diketahui dengan membagi

PDB dengan jumlah penduduk.

3. Pendapatan Per jam Kerja

Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila mempunyai

tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam

kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.

15

Page 16: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

2.1.4 Model – Model Pertumbuhan Ekonomi

Harrord Domar

Keadaan “ Steady – State Growth

Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar adalah model pertumbuhan yang

mengacu pada pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, model itu merupakan

perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang merupakan teori jangka

pendek yang menjadi teori jangka panjang. Pada model Harrod-Domar investasi

diberikan peranan yang sangat penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai

pengaruh kembar. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain

investasi mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambah stok modal

yang tersedia. Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh

dengan kapasitas produksi penuh (kesempatan kerja penuh) yang disebutnya sebagai “

Pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady-state growth) “ efek permintaan yang

ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek penawarannya

tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh pengusaha yang mempunyai

pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan

ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula apabila

pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya hal itu sangat kecil,

seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson (golden age).

Di samping itu Harrod mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu

terganggu, maka gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke arah

depresi atau inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan keseimbangan ekonomi

tersebut sebagai keseimbangan mata pisau, mudah sekali tergelincir dan sekali

tergelincir semuanya akan menjadi hancur (jadi keseimbangan yang tidak stabil).

Model pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan model Harrod walaupun ada

beberapa perbedaan yang esensial pula antara kedua model itu. Perbedaan itu

khususnya menyangkut mengenai tiadanya fungsi investasi pada model Domar,

sehingga investasi yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam modelnya. Karena itu

kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap bagi Harrod,

disebabkan oleh sulitnya kesamaan v dan vr atau laju pertumbuhan yang disyaratkan

dengan laju pertumbuhan natural, sedang bagi Domar kesulitan itu timbul karena

16

Page 17: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

adanya kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi yang relatif terlalu

rendah (underinvestment). Model Neo-Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Solow

(juga Swan) mencoba memperbaiki kelemahan model Harrod-Domar dengan mengolah

asumsi yang mengenai fungsi produksi yang digunakan, dari fungsi produksi dengan

proporsi tetap, menjadi fungsi produksi dengan proporsi yang variabel. Berbeda dengan

visi Harrod-Domar yang suram dan menakutkan visi teori Neo-Klasik adalah visi yang

menggembirakan dan serasi dengan proses ekonomi yang otomatik dan mekanistik.

Kelemahan pokok teori Neo-Klasik adalah dihilangkannya peranan pengharapan para

pengusaha yang dalam teori Keynes menduduki peranan sentral

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan

ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan

pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan

bahan baku meningkatkan stock modal (capital stock) fisik suatu negara (yakni, total

nilai riil “neto” atas seluruh barangmodal produktif secara fisik) dan hal itu jelas

memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa-masa mendatang. Investasi

produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi

penunjang yang disebut investasi “infrastuktur” ekonomi dan social. Di samping

investasi yang bersifat langsung banyak cara yang bersifat tidak langsung untuk

menginvestasikan dana dalam berbagai jenis sumber daya. Di samping itu ada juga

Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal

manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak posiyif yang sama terhadap

manusia. Segenap kegiatan yang dijelaskan di atas merupakan bentuk-bentuk investasi

yang menjurus ke akumulasi modal.

2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun

kemudian setelah pertumbuhan pendududuk) secara tradisional dianggap sebagai salah

satu factor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih

besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan

penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domesticnya. Meskipun

17

Page 18: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan

penawaran angkatan kerja di Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara

mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja) benarbenar akan memberikan dampak

positif, atau justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya. Sebenarnya, hal

tersebut (positif atau negativenya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan

ekonomi) sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonimian yang

bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga

kerja tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat

jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor_faktor penunjang, seperti

kecakapan manajerial dan administrasi.

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi (technological progress) bagi kebanyakan ekonom merupakan

sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Dalam pengertiannya yang paling

sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan

atas cara-cara lamadalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan

menanam jagung, membuat pakaian, atau membangun rumah. Kita mengenal tiga

klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral

technological progress), kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (laborsaving

technological progress), dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capitalsaving

technological progress). Kemajuan teknologi yang netral (neutral technolohical

progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat

produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input

yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja (semacam

spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi

masyarakat adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung

sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya,

penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih

tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama). Penggunaan komputer,

mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak

tanah, dan banyak lagi jenios mesin serta peralatan modern lainnya, dapat

diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving

technological progress). Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-

18

Page 19: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

saving technological progress) merupakan fenomena yang langka. Hal ini dikarenakan

hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di

Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan menghemat

modal. Di Negara-negara dunia ketiga yang berlimpah tenaga kerja tetapi langka

modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu yang paling diperlukan.

Kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan modal atau tenaga kerja. Kemajaun

teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological progress)

terjadi apabila penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau

ketrampilan angkatan kerja secara umum. Misalnya, dengan menggunakan videotape,

televise, dan media komunikasi elektronik lainnya di dalam kelas, proses belajar bias

lebih lancar sehingga tingkat penyerapan bahan pelajaran juga menjadi lebih baik.

Demikian pula halnya dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal

(capital-augmenting technological progress). jenis kemajuan ini terjadi jika

penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang

ada secara lebih produktif. Misalnya, penggunaan bajak kayu dengan bajak baja dalam

produksi pertanian.

Selain itu juga faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi

kemiskinan Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti

tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang

efisien.Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen

pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang

memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sumber-sumber Alam

Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan lain-

lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber

alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup

serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan

kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.

2. Sumber-sumber Tenaga Kerja

19

Page 20: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang

berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk,

pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat

rendah.

3. Kualitas Tenaga Kerja

Kualitas tenaga kerja yang rendah negara-negara sedang berkembang tak mampu

mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas sumber daya

manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk

pendidikan dan latihan kerja.

4. Akumulasi Kapital

Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan

konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang, tingkat

pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan

tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja,

plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur yang

merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran

produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai

elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong

laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital.

Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami

kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi,

bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan

kualitas barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan tersedianya tanah

yang bisa ditanami.

2.1.6 Hal-Hal Yang Dapat Merangsang Pertumbuhan Ekonomi

Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi

1. Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidakstabilan sosial, politik,

dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi.

Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan

dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat

20

Page 21: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor

pertumbuhan ekonomi.

2. Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi

entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan

mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori

proses pertumbuhan.

3. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang

dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas

perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh

adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program

pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan

jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan,

dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.

4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau

faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan

ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan

karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju

olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.

5. Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah

penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program

pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan

penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan

program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa

mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke

kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.

6. Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong

pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan

pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi

masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi

juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat

direalisasikan.

21

Page 22: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

2.1.7 Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

GRAFIK 1

THE LARGE PART OF REAL INCOME DIFFERENCES COME FROM

LABOUR PRODUCTIVITY GAPS

Grafik diatas menunjukkan respon positif Indonesia yang akan mencapai

pertumbuhan ekonomi yang cukup memuaskan grafik ini dikeluarkan oleh (OECD -

Organisation for Economic Co-operation and Development) yang menanggapi bahwa

Indonesia akan mengalami kenaikan baik income perkapita, labour productivity dalam

masa krisis saat ini.

Menurut (OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development)

Kinerja petumbuhan Indonesia membaik. PDB Indonesia tumbuh lebih dari 5,5% per

tahun sejak tahun 2005, yang merupakan tingkat tertinggi sejak krisis Asia terjadi. Hal

ini merupakan pencapaian yang besar. Namun, layaknya yang sering kami dapati pada

Negara-negara Anggota kami, Indonesia malah dapat memiliki kinerja yang lebih baik.

Laporan kami memperlihatkan bahwa tantangan kebijakan utama negara adalah untuk

meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi dan untuk membuatnya tetap berlangsung

dalam jangka panjang, yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan (saat ini mencapai

16%) dan pengangguran (di atas 10%) secara cepat. Untuk memenuhi tantangan ini,

upaya-upaya kebijakan dibutuhkan di beberapa domain. Laporan ini fokus pada dua

22

Page 23: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

dari upaya-upaya tersebut yaitu: lingkungan usaha dan pasar tenaga kerja. Berikut ini

adalah Gross Domestic Product Indonesia pada tahun 1985-2007:

GRAFIK 2GDP GROWTH AND CONTRIBUTIONS, 1985-2007

Dari grafik diatas terlihat sekali GDP Indonesia yang sering kali berfluktuatif

pada masa awal keemasan Indonesia ditahun 1990-an mengalami pertumbuhan yang

positif yaitu melaju ke atas dan mengalami kejatuhan di era akhir tahun 1990-an

tepatnya saat krisis asia melanda yang terjatuh begitu tajam seiring dengan itu

pertumbuhan ekonomi pun ikut turun hingga menembus angka minus. Pasca krisis

1998 Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat rendah dan pada tahun-tahun

berikutnya mengalami kemajuan sedikit demi sedikit tetapi angka konsumsi Indonesia

cukup tinggi dengan tidak diimbangi dengan Net Ekspor yang yang tinggi, hal ini

sesungguhnya menjadi tambahan kendala bagi Indonesia untuk mencapai target

pertumbuhan ekonomi yang di inginkan. Dan grafik dibawah ini adalah menunjukan

supply Indonesia selama kurun waktu 1986 hingga 2007.

23

Page 24: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

GRAFIK 3

STRUCTUR OF SUPPLY, 1985-2007

Supply Indonesia sangat tinggi pada sector services (jasa-jasa) dengan

menyentuh angka 40 ini menjadi kekuatan Indonesia dalam meningkatkan GDP dan

Pendapatan Perkapita pada sektor ini kemudian disusul industry manucafturing yang

berjalan dibawah industry jasa kemudian 2 industri lainnya yaitu agriculture dan non-

manufacturing yang berada diangaka kisaran 20, Sebetulnya hal ini sangat rendah jika

dibandingakan dengan sumber daya alam Indonesia yang sangat banyak khususnya

dalam agriculture akan tetapi sangat rendah untuk negara bersumber daya alam tinggi

seperti Indonesia.

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Diantara para pengeritik pola

pembangunan ekonomi yang telah ditempuh oleh kebanyakan negara berkembang,

termasuk Indonesia, terdapat banyak orang yang beranggapan bahwa pertumbuhan

ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketimpangan pembagian

pendapatan atau ketimpangan relatif. Dengan perkataan lain, para pengeritik ini,

termasuk banyak ekonom, beranggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang

pesat dan pembagian pendapatan terdapat suatu Trade-Off, yang membawa implikasi

bahwa pemerataan dalam pembagian pendapatan hanya dapat dicapai jika laju

pertumbuhan ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang semakin

24

Page 25: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

tinggi selalu akan disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan atau kenaikan

dalam ketimpangan relatif. Sebenarnya Kondisi ini semakin diperparah dengan angka

populasi yang tinggi yang tidak dibarengi dengan distribusi pendapatan yang

menyeluruh, hal ini terjadi karena pembangunan di Indonesia tidak merata sehingga

lapangan pekerjaan yang seharusnya ada untuk memenuhi jumlah penduduk

Indonesia tidak seimbang. Berikut ini adalah negara dengan populasi tertinggi didunia

menurut (OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development).

GAMBAR 1

NEGARA-NEGARA BERPOPULASI TINGGI DI DUNIA

25

OECD total 1 183 167China 1 328 630India 1 169 016Indonesia 231 627Brazil 189 335Russian Federation 142 499South Africa 48 577Other countries 2 378 376

Page 26: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Total Population

Tahun2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Brazil171280 173822 176391 178985 181586 184184 186771 189335 191870 194370

India1046235 1046235 1046235 1046235 1046235 1046235 1046235 1046235 1046235 1046235

Indonesia211693 211693 211693 211693 211693 211693 211693 211693 211693 211693

TABEL 1

NEGARA-NEGARA BERKEMBANG YANG BERPOPULASI TINGGI

Disamping ketimpangan dalam pembagian pendapatan (ketimpangan relatif),

perlu juga diperhatikan masalah lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu sampai

seberapa jauh pertumbuhan ekonomi dapat berhasil dalam menghilangkan, sedikit-

dikitnya mengurangi kemiskinan absolut.

Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Morris (1973) mengungkapkan

bahwa negara-negara berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan dalam

ketimpangan relatif, tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan absolut.

Dalam hubungan ini kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana

tingkat pendapatan absolut dari suatu orang tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya, seperti pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan

pendidikan. Besarnya kemiskinan absolut tercermin dari jumlah penduduk yang

tingkat pendapatan atau tingkat konsumsinya berada di bawah “tingkat minimum”

yang telah ditetapkan di atas.

Ciri-Ciri Negara Sedang Berkembang

1. Tingkat pendapatan rendah,sekitar US$300 perkapita per tahun.

2. Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya.

3. Tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi.

4. Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak

produktif,sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor

26

Page 27: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

industri.Produktifitas kerjanya rendah. 5. Kuantitas sumber-sumber alamnya sedikit

serta kualitasnya rendah.Kalau mempunyai sumber-sumber alam yang memadai

namun belum diolah atau belum dimanfaatkan.

6. Mesin-mesin produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan

hanya kecil atau sedikit jumlahnya.

Negara-negara berkembang ini dapat dibagi dalam tiga sub-kelompok, yaitu:

1. Negara-negara berkembang yang berpendapatan rendah dengan Gnp per kapita di

bawah US$ 350 (hargaUS$ tahun 1970) pada tahun 1975.;

2. Negara-negara berkembang yang berpendapatan menengah dengan GNP per

kapita anatara US$350-US$750 (harga US$ tahun 1970).

3. Negara-negara berkembang yang berpendapatan tinggi yang pada tahun 1975

sudah mempunyai tingkat GNP per Kapita di atas US$750 (harga US$ tahun

1970).

Jika negara-negara berkembang dibedakan lebih lanjut menurut ketiga sub-

kelompok ini, ternyata bahwa secara relative ketiga sub-kelompok ini

memperlihatkan penurunan dan persentase golongan penduduk yang miskin selama

kurun waktu 1960-1975, yaitu untuk sub-kelompok negara-negara berkembang yang

berpendapatan rendah dari 61,7 persen sampai 50,7 persen; untuk sub-kelompok

negara yang berpendapatan menengah dari 49,2 persen sampai 31 persen; dan sub-

kelompok negara yang berpendapatan tinggi dari 24,9 persen sampai 12,6 persen.

Dengan demikian angka-angka di atas memperlihatkan bahwa masalah

kemiskinan absolut justru paling parah di negara-negara berkembang yang paling

miskin. Hal ini memang tidak begitu mengherankan, karena besarnya masalah

kemiskinan absolut di sesuatu negara tergantung pada dua faktor, yaitu tingkat

pendapatan rata-rata (per kapita) dan tingkat ketimpangan dalam pembagian

pendapatan nasional tersebut. Dengan demikian masalah kemiskinan absolut di

negara-negara berkembang hanya dapat ditanggulangi secara tuntas melelui suatu

27

Page 28: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

kombinasi kebijaksanaan, yang meliputi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi,

usaha pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan, dan penurunan

dalam laju pertumbuhan penduduk.

Negara-negara terbagi dalam empat kategori berdasarkan IPM-nya: sangat tinggi

(kategori baru yang ditambahkan pada laporan untuk tahun 2007), tinggi, menengah

dan rendah. Mulai dari laporan untuk tahun 2007, kategori pembanguan manusia

yang sangat tinggi dirujuk sebagai negara maju, sedangkan sisanya dikelompokkan

sebagai negara berkembang.

Keterangan:

= Naik. = Tetap. = Menurun.

1. Negara yang bernilai IPM sama tidak menandakan bahwa keduanya berperingkat sama karena peringkat IPM ditentukan menggunakan nilai enam angka di belakang koma..

2. Indeks ini dirilis pada tanggal 5 Oktober 2009 dan mencakupi periode tahun 2007

3. Angka dalam kurung mewakili seberapa besar naik turunnya peringkat suatu negara dibandingkan dengan perkiraaan revisi nilai IPM untuk tahun 2006 yang diterbitkan pada tanggal 5 Oktober 2009.

1. Pembangunan manusia Tinggi ( negara berkembang)Peringkat Negara IPMData 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

Data 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

39 (1) Bahrain 0.895 0.00140 Estonia 0.883 0.00541 (1) Poland 0.880 0.00442 (2) Slovakia 0.880 0.00743 (2) Hungary 0.879 0.00144 (1) Chile 0.878 0.00445 Croatia 0.871 0.00446 Lithuania 0.870 0.00547 (1) Antigua and

Barbuda0.868 0.008

28

Page 29: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

48 (2) Latvia 0.866 0.00749 (2) Argentina 0.866 0.00550 (1) Uruguay 0.865 0.00551 Cuba 0.863 0.00752 Bahamas 0.856 0.00253 (1) Mexico 0.854 0.00554 (1) Costa Rica 0.854 0.00555 (1) Libya 0.847 0.00556 (1) Oman 0.846 0.00357 Seychelles 0.845 0.00458 (4) Venezuela 0.844 0.01159 (1) Saudi Arabia 0.843 0.00360 (1) Panama 0.840 0.00761 (2) Bulgaria 0.840 0.005Peringkat Negara IPMData 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

Data 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

62 (2) Saint Kitts and Nevis

0.838 0.003

63 (1) Romania 0.837 0.00564 (1) Trinidad and

Tobago0.837 0.005

65 Montenegro 0.834 0.00666 Malaysia 0.829 0.00467 Serbia 0.826 0.00568 (1) Belarus 0.826 0.00769 (1) Saint Lucia 0.82170 Albania 0.818 0.00471 (2) Russia 0.817 0.01172 Macedonia 0.817 0.00473 (2) Dominica 0.81474 Grenada 0.813 0.00375 Brazil 0.813 0.00576 Bosnia and

Herzegovina0.812 0.005

77 (5) Colombia 0.807 0.00778 (5) Peru 0.806 0.00779 (1) Turkey 0.806 0.00480 (3) Ecuador 0.806 0.00181 (2) Mauritius 0.804 0.00382 (1) Kazakhstan 0.804 0.003

29

Page 30: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

83 (3) Lebanon 0.803 0.0032. Pembangunan manusia menengah ( negara berkembang)

Peringkat Negara IPMData 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

Data 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

84 (1) Armenia 0.798 0.01185 (1) Ukraine 0.796 0.00786 (2) Azerbaijan 0.787 0.01487 (1) Thailand 0.783 0.00388 (1) Iran 0.782 0.00589 (2) Georgia 0.778 0.01090 (1) Dominican

Republic0.777 0.006

91 (2) Saint Vincent and the Grenadines

0.772 0.005

92 (7) China[nb 2] 0.772 0.00993 (3) Belize 0.772 0.00294 (2) Samoa 0.771 0.00595 (2) Maldives 0.771 0.00696 (1) Jordan 0.770 0.00397 (1) Suriname 0.769 0.00498 (2) Tunisia 0.769 0.00699 (5) Tonga 0.768 0.001100 (8) Jamaica 0.766 0.002101 Paraguay 0.761 0.004102 Sri Lanka 0.759 0.004103 Gabon 0.755 0.005104 Algeria 0.754 0.005105 Philippines 0.751 0.004106 El Salvador 0.747 0.001107 (2) Syria 0.742 0.004108 (1) Fiji 0.741 0.003109 (1) Turkmenistan 0.739110 Palestine 0.737111 Indonesia 0.734 0.005112 Honduras 0.732 0.019113 Bolivia 0.729 0.003114 Guyana 0.729 0.008115 (1) Mongolia 0.727 0.007116 (1) Vietnam 0.725 0.005117 Moldova 0.720 0.002

30

Page 31: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

118 Equatorial Guinea 0.719 0.007119 Uzbekistan 0.710 0.004120 Kyrgyzstan 0.710 0.005121 Cape Verde 0.708 0.004Peringkat Negara IPMData 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

Data 2007

Perubahan dibandingkan dengan data 2006

122 (1) Guatemala 0.704 0.008123 (1) Egypt 0.703 0.003124 Nicaragua 0.699 0.003125 (1) Botswana 0.694 0.011126 (1) Vanuatu 0.693 0.005127 Tajikistan 0.688 0.005128 (1) Namibia 0.686 0.008129 (1) South Africa 0.683 0.003130 Morocco 0.654 0.006131 São Tomé and

Príncipe0.651 0.006

132 (1) Bhutan 0.619 0.011133 (1) Laos 0.619 0.006134 India 0.612 0.008135 Solomon

Islands0.610 0.006

136 Republic of the Congo

0.601 0.002

137 Cambodia 0.593 0.009138 Myanmar 0.586 0.002139 Comoros 0.576 0.003140 (1) Yemen 0.575 0.007141 (1) Pakistan 0.572 0.004142 (2) Swaziland 0.572 0.003143 Angola 0.564 0.012144 Nepal 0.553 0.006145 Madagascar 0.543 0.006146 (2) Bangladesh 0.543 0.008147 Kenya 0.541 0.006148 (2) Papua New

Guinea0.541 0.005

149 Haiti 0.532 0.006150 Sudan 0.531 0.005151 Tanzania 0.530 0.011

31

Page 32: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

152 (2) Ghana 0.526 0.008153 (1) Cameroon 0.523 0.004154 (1) Mauritania 0.520 0.001155 Djibouti 0.520 0.003156 Lesotho 0.514 0.003157 (1) Uganda 0.514 0.009158 (1) Nigeria 0.511 0.002.2 DISTRIBUSI PENDAPATAN

2.2.1 Definisis Distribusi Pendapatan

Konsep Dasar Distribusi Pendapatan

Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan

dalam penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua, kurva

Lorenz. Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi

satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin

besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin

berimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan.

Sedangkan untuk koefisien gini, semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang

lebih merata. Demikian juga sebaliknya.

1. Distribusi Ukuran

2. Kurva Lorenz

3. Koefisien Gini

Studi empiris menunjukkan bahwa bentuk kurva Lorenz untuk kasus negara

berkembang pada umumnya semakin menjauhi dibandingkan dengan negara maju.

Apabila dilihat koefisien gini, negara maju mempunyai nilai yang lebih kecil

dibandingkan dengan negara berkembang.

Konsep Pendapatan (Income) Pendapatan adalah total penerimaan (uang atau bukan

uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Ada tiga sumber

penerimaan rumah tangga, yaitu:

1. Pendapatan dari gaji dan upah

32

Page 33: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Gaji dan upah adalah balas jasa atas kesediaan seseorang menghasilkan barang/ jasa.

2.Pendapatan dari aset produktif

Aset produktif adalah aset yang meberikan pemasukan atas balas jasa

penggunaannya. Ada dua asset produktif. Pertama, aset finansial, seperti tabungan/

depositoyang menghasilkan pendapatan bunga; saham yang menghasilkan deviden

dan keuntungan atas modal bila diperjualbelikan. Kedua, asset bukan finansial,

seperti rumah/ tanah yang memberikan sewa.

3. Pendapatan dari pemerintah (transferpayment)

Pendapatan dari pemerintah adalah pendapatan yang diterima bukan karena balas jasa

atas input yang diberikan, misalnya dalam bentuk tunjangan social bagi para

penganggur, jaminan social bagi orang – orang miskin dan berpendapatan rendah.

Trend dalam distribusi pendapatan:

1. Kesenjangan Kota dan Desa

2. Kesenjangan Regional

3. Kesenjangan Interpersonal

4. Kesenjangan Antara Kelompok social

Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju berpendapat

bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung

memburuk, namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian

inilah yang kemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik.

Sementara itu menurut Oshima (1992) bahwa negara-negara Asia nampaknya

mengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan pendapatan. Ardani (1992)

mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar daerah merupakan

konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam

pembangunan itu sendiri.

2.2.2 Distribusi Ukuran

Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterima masing-

masing orang.

33

Page 34: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

o Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income) atau

distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan

indikator yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara

langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu

atau rumah tangga.

o Yang diperhatikan di sini adalah seberapa banyak pendapatan yang diterima

seseorang, tidak peduli dari mana sumbernya, entah itu bunga simpanan atau

tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun warisan.

o Lokasi sumber penghasilan (desa atau kota) maupun sektor atau bidang

kegiatan yang menjadi sumber penghasilan (pertanian, industri, perdagangan,

dan jasa) juga diabaikan.

o Bila si X dan si Y masing-masing menerima pendapatan yang sama per

tahunnya, maka kedua orang tersebut langsung dimasukkan ke dalam satu

kelompok atau satu kategori penghasilan yang sama, tanpa mempersoalkan

bahwa si X memperoleh uangnya dari membanting tulang selama 15 jam

sehari, sedangkan si Y hanya ongkang-ongkang kaki.

o Berdasarkan pendapatan tersebut, lalu dikelompokkan menjadi lima kelompok,

biasa disebut kuintil (quintiles) atau sepuluh kelompok yang disebut desil (decile)

sesuai dengan tingkat pendapatan mereka, kemudian menetapkan proporsi yang

diterima oleh masing-masing kelompok.

o Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan nasional yang diterima oleh

masing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan ini mereka langsung

memperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan distribusi

pendapatan di masyarakat atau negara yang bersangkutan.

34

Page 35: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

TABEL 1

(TYPICAL SIZE DISTRIBUTION OF PERSONAL INCOME IN A

DEVELOPING COUNTRY BY INCOME SHARES-QUINTALES AND

DICILES)

35

Page 36: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

o Indikator yang memperlihatkan tingkat ketimpangan atau pemerataan distribusi

pendapatan diperoleh dari kolom 3, yaitu perbandingan antara pendapatan yang

diterima oleh 40 persen anggota kelompok bawah (mewakili lapisan penduduk

termiskin) dan 20 persen anggota kelompok atas (lapisan penduduk terkaya).

o Rasio inilah yang sering dipakai sebagai ukuran tingkat ketidakmerataan antara

dua kelompok ekstrem, yaitu kelompok yang sangat miskin dan kelompok yang

sangat kaya di dalam suatu negara. Rasio ketidakmerataan dalam contoh di atas

adalah 14 dibagi dengan 51, atau sekitar 1 berbanding 3,7 atau 0,28.

o Peta pendapatan jika total populasi dibagi menjadi sepuluh kelompok (desil)

yang masing-masing menguasai pangsa 10 persen pada kolom

o 10 persen populasi terbawah (dua individu atau rumah tangga yang paling

miskin) hanya menerima 1,8 persen dari total pendapatan, sedangkan 10

persen kelompok teratas (dua individu atau rumah tangga terkaya) menerima

28,5 persen dari pendapatan nasional.

o Bila ingin diketahui berapa yang diterima oleh 5 persen kelompok teratas,

maka jumlah penduduknya harus dibagi menjadi 20 kelompok yang masing-

masing anggotanya sama (masing-masing kelompok terdiri dari satu individu)

dan kemudian dihitung persentase total pendapatan yang diterima oleh lima

kelompok teratas dari pendapatan nasional atau total pendapatan yang

diterima oleh kedua puluh kelompok tersebut.

o Dari Tabel 5-1, kita bisa mengetahui bahwa pendapatan 5 persen penduduk

terkaya (20 individu) menerima 15 persen dari pendapatan, lebih tinggi

dibandingkan dengan total pendapatan dari 40 persen kelompok terendah (40

persen rumah tangga yang paling miskin).

2.2.3 Kurva Lorenz

o Sumbu horisontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase

kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi atau kelompok

36

Page 37: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

terendah (penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi 20 persen dari

jumlah total penduduk.

o Pada titik 60 terdapat 60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai

pada sumbu yang paling ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi

atau jumlah penduduk.

o Sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh

masing-masing persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut.

o Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100 persen, sehingga kedua sumbu

(vertikal dan horisontal) sama panjangnya.

GAMBAR 1

KURVA LORENZ

o Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal melambangkan persentase

jumlah penerimanya (persentase penduduk yang menerima pendapatan itu

terdapat total

o penduduk atau populasi). Sebagai contoh, titik tengah garis diagonal

melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat didistribusikan untuk 50

persen dari jumlah penduduk.

37

Page 38: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

o Titik yang terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal melambangkan 75

persen pendapatan nasional yang didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah

penduduk.

o Garis diagonal merupakan garis "pemerataan sempurna" (perfect equality)

dalam distribusi ukuran pendapatan.

o Persentase pendapatan yang ditunjukkan oleh titik-titik di sepanjang garis

diagonal tersebut persis sama dengan persentase penduduk penerimanya

terhadap total penduduk.

o Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara persentase

jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan

persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total pendapatan

selama, misalnya, satu tahun.

o Sumbu horisontal dan sumbu vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama;

sumbu vertikal mewakili kelompok atau kategori (jumlah-jumlah) pendapatan,

sedangkan sumbu yang horisontal melambangkan kelompok-kelompok penduduk

atau rumah tangga yang menerima masing-masing dari kesepuluh kelompok

pendapatan tersebut.

o Titik A menunjukkan bahwa 10 persen kelompok terbawah (termiskin) dari total

penduduk hanya menerima 1,8 persen total pendapatan (pendapatan nasional).

o Titik B menunjukkan bahwa 20 persen kelompok terbawah yang hanya menerima

5 persen dari total pendapatan, demikian seterusnya bagi masing-masing 8

kelompok lainnya. Perhatikanlah bahwa titik tengah, menunjukkan 50 persen

penduduk hanya menerima 19,8 persen dari total pendapatan.

38

Page 39: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

GAMBAR 2

THE GREATER THE CURVATURE OF THE LORENZ LINE, THE

GREATER THE RELATIVE DEGREE OF INEQUALITY

3.2.4 Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat

39

Figur 5-2b:Distribusi pendapatan yang

relatif tidak merata(ketimpangannya parah).

Figur 5-2a: Distribusi pendapatan yang

relatif merata (ketimpangannya tidak parah).

Page 40: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Koefisien gini adalah ukuran statistik pertebaran paling menonjol digunakan sebagai

ukurab ketidaserataan distribusi pendapatan atau ketidakmerataan distribusi

kekayaan. Hal ini ditetapkan sebagai rasio dengan nilai antara 0 dan 1, koefisien Gini

yang rendah menunjukkan lebih sama distribusi pendapatan atau kekayaan,

sedangkan koefisien Gini yang tinggi menunjukkan ketidakmerataan distribusi. 0

berkaitan dengan kesetaraan sempurna (setiap orang memiliki pendapatan yang sama

persis) dan 1 berkaitan dengan ketidaksetaraan sempurna (di mana satu orang

memiliki semua pendapatan, sementara orang lain memiliki pendapatan nol).

Keuntungan dengan menggunakan indeks gini sebagai ukuran ketidakmerataan

adalah :

• Koefisien Gini menunjukkan ukuran ketidaksetaraan melalui sebuah alat

analisis rasio, daripada variabel tidak representatif dari sebagian besar

masyarakat, seperti pendapatan per kapita atau produk domestik bruto.

• Dapat digunakan untuk membandingkan distribusi pendapatan penduduk di

berbagai sektor maupun negara, misalnya koefisien Gini untuk daerah

perkotaan yang berbeda dari daerah pedesaan di banyak negara (walaupun di

negara Amerika Serikat nilai koefisien gini di wilayah perkotaan dan

pedesaan hampir sama).

• Indeks gini dapat membandingkan lintas daerah atau lintas negara dan

mudah diinterpretasikan. PDB statistik sering dikritik karena tidak mewakili

perubahan bagi seluruh penduduk. Indeks gina akan menunjukkan seberapa

besar pendapatan perkapita ternyata mengalami ketimpangan. Jadi meskipun

pendapatan perkapita naik, namun apabila indeks gini masih tinggi artinya

kemiskinan bisa jadi masih ada dalam masyarakat

• Koefisien Gini yang dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana

distribusi pendapatan telah berubah dalam suatu negara selama periode waktu

tertentu, sehingga sangat mungkin untuk melihat apakah ketidakmerataan

meningkat atau menurun.

40

Page 41: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

o Pengukuran tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan yang

relatif sangat sederhana pada suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung

rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi

dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu berada.

o Pada Figur 5-6, rasio yang dimaksud adalah rasio atau perbandingan bidang A

terhadap total segitiga BCD. Rasio inilah yang dikenal sebagai rasio

konsentrasi Gini (Gini concentration ratio) yang seringkali disingkat dengan

istilah koefisien Gini (Gini coefficient).

o Istilah tersebut diambil dari nama seorang ahli statistic Italia yang pertama

kali merumuskannya pada tahun 1912.

41

n KG= 1 – å fii (Yi + Yi + t) i=1

KG = Angka Koefisien Gini X = Proporsi jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas i fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas IYi = Proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif kelas I

Page 42: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

GAMBAR 3

ESTIMATING THE GINI COEFOCIENT CURVE

o Koefisien Gini adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan (pendapatan/

kesejahteraan) agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol

(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna).

o Angka ketimpangan untuk negara-negara yang ketimpangan pendapatan di

kalangan penduduknya dikenal tajam berkisar antara 0,50 hingga 0,70.

o Untuk negara-negara yang distribusi pendapatannya dikenal relatif paling baik

(paling merata), berkisar antara 0,20 sampai 0,35.

42

Page 43: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

3.2.5 Hipotesis Kuznets

Data data ekonomi periode 1970 – 1980, terutama mengenai pertumbuhan

ekonomi dan distribusi pendapatan terutama di LDS (Less Developing Countries),

terutama di negara negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang

cukup pesat, seperti Indonesia, menunjukan seakan akan korelasi positif antara laju

pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi

pertumbuhan produk domestik bruto, atau semakin tinggi tingkat pendapatan per

kapita, maka semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya. Bahkan

studi yang dilakukan di negara negara Eropa Barat, menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak atau justru membuat ketimpangan antara kaum miskin

dan kaum kaya semakin melebar. Jantti (1997) dalam Tulus Tambunan (2003)

mengemukakan bahwa fenomea tersebut timbul karena adanya perubahan suplly of

labor (masuknya buruh murah dari Turki, atau negara Eropa Timur kedalam pasar

buruh di Eropa Barat). Berdasarkan fakta tersebut, muncul pertanyaan:

mengapa terjadi trade-off antara pertumbuhan dan kesenjangan ekonomi dan untuk

berapa lama?  Kerangka pemikiran ini yang melandasi Hipotesis Kuznets. Yaitu,

dalam jangka pendek ada korelasi positip antara pertumbuhan pendapatan perkapita

dengan kesenjangan pendapatan. Namun dalam jangka panjang hubungan keduanya

menjadi korelasi yang negatif. Artinya, dalam jangka pendek meningkatnya

pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya kesenjangan pendapatan, namun

dalam jangka panjang peningkatan pendapatan akan diikuti dengan penurunan

kesenjangan pendapatan. Fenomena ini dikenal dengan nama “Kurva U terbalik dari

Hipotesis Kuznets”.

Namun,  hipotesis Kuznets ini mulai dipertanyakan. Beberapa studi yang

mengambil data time series membuktikan bahwa dalam beberapa negara yang masih

bertumpu pada sektor pertanian (rural economy) menunjukan hubungan negatif. Ini

berarti bertolak belakang dari hipotesis Kuznets.

43

Page 44: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Pemahaman atas variabel variable tersebut akan membuktikan bahwa negara

pertanian tidak identik dengan kemiskinan atau mungkin lebih tepatnya adalah

kesejahteraan pun bisa meningkat di negara-negara yang berbasis pertanian.

Procovitch pernah menyampaikan beberapa dugaannya tentang sebab-sebab

terjadinya kepincangan pembagian pendapatan yakni pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhan penduduk, perkembangan kota desa, dan sistem pemerintahan yang

bersifat plutokratis. Beberapa aspek yang telah diduga oleh Procovits pada tahun

1955 dikembangkan oleh Kuznets, yang sampai dewasa ini masih dikenal dengan

hipotesa Kuznets, yang menimbulkan kontroversi di kalangan peneliti distribusi

pendapatan di berbagai negara. Hipotesa ini menyatakan bahwa hubungan tingkat

pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepincangan pembagian pendapatan pada

tahap ini menjadi negatif. Jadi, tahap pertama pembangunan ekonomi akan

mengalami tingkat kepincangan pembagian pendapatan yang semakin memburuk,

stabil dan akhirnya menurun. Pola perkembangan ini menurut Kuznets tidak terlepas

dari kondisi sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Penyebabnya adalah terjadinya

konsentrasi kekayaan pada kelompok atas, kurang efektifnya pajak yang progresif,

dan terjadinya akumulasi pemilikan modal.

Chiswick menyatakan bahwa dengan meningkatnya pembangunan ekonomi,

kesenjangan pembagian penghasilan masyarakat juga meningkat, karena semakin

cepat ekonomi berkembang, maka orang mengharapkan hasil yang semakin tinggi

dari pendidikannya ; sementara, kesempatan pendidikan sangat terbatas. Tingkat

partisipasi penduduk dalam lapangan pekerjaan berkaitan dengan jumlah penduduk

muda yang sedang sekolah atau sedang bekerja. Pekerja-pekerja muda yang tingkat

pendidikan dan keterampilannya relatif rendah akan memperoleh upah yang rendah

pula, dan hal ini akan membuat pembagian pendapatan semakin senjang. Sebaliknya,

jika penduduk muda ini masih tetap menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan

kemampuan dan keterampilannya, berakibat berkurangnya kelompok penduduk yang

44

Page 45: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

berpendapatan rendah sehingga akibat selanjutnya adalah tingkat kesenjangan

distribusi pendapatan pun akan menurun.

2.2.6 Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia

Masalah ketimpangan dalam distribusi pendapatan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :

1. Distribusi pendapatan antar golongan pendapatan (size distribution of income) atau

ketimpangan relatif.

2. Distribusi pendapatan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan (urban-rural

income disparities).

3. Distribusi pendapatan antar daerah (regional income disparities).

1. Distribusi Pendapatan Antar Golongan

Pendapatan Jika dilihat dari hasil penelitian SUSENAS dengan menggunakan

koefisien Gini, maka akan terlihat bahwa distribusi pendapatan di daerah perkotaan di

Jawa lebih buruk daripada daerah di luar Jawa, begitu pula dengan daerah

pedesaannya daerah Jawa memiliki tingkat kesenjangan distribusi pendapatan yang

rendah bila dibandingkan dengan daerah di luar Jawa.

2. Distribusi Pendapatan Antara Daerah Perkotaan dan Pedesaan

Menurut Gupta dari World Bank, pola pembangunan Indonesia memperlihatkan

suatu urban bias, yaitu pembangunan yang berorientasi ke daerah perkotaan, dengan

tekanan yang berat pada sektor industri yang terorganisir, yang merupakan sebab

terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih parah lagi di kemudian hari.

Menurut Micahel Lipton, seorang ekonom Inggris, urban bias seringkali terjadi di

negara-negara berkembang seperti Indonesia di mana alokasi sumber-sumber daya

lebih banyak diprioritaskan di daerah perkotaan daripada pertimbangan pemerataan

45

Page 46: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

atau efisiensi. Kembali kita perhatikan penjelasan teori ekonomi yang dualistik

tentang terjadi kesenjangan pembagian pendapatan di negara-negara sedang

berkembang, maka pertama-tama relavansinya terlihat dalam pola kesenjangan yang

berbeda antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Oshima menjelaskan keadaan ini

(kesenjangan di desa lebih tinggi dari pada di kota), sebagai hal yang unik. Dia

meramalkan kesenjangan tersebut akan lebih lebar jika proses pembangunan

pedesaan masih akan berlanjut.

3. Distribusi Pendapatan Antar Daerah

Ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antar berbagai daerah di Indonesia

serta penyebaran sumber daya alam yang tidak merata menjadi penyebab tidak

meratanya distribusi pendapatan antar daerah di Indonesia khususnya.

Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan atau kesenjangan

ekonomi dan tingkat kemiskinan merupakan dua masalah besar di banyak negara

berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Berawal dari distribusi pendapatan yang

tidak merata yang kemudian memicu terjadinya ketimpangan pendapatan sebagai

dampak dari kemiskinan. Hal ini akan menjadi sangat serius apabila kedua masalah

tersebut berlarut-larut dan dibiarkan semakin parah, pada akhirnya akan

menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang dampaknya cukup negatif.

Negara Indonesia secara geografis dan klimatalogis merupakan negara yang

mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi. Dengan garis pantai yang terluas di

dunia, iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjang tahun, hutan

dan kandungan bumi Indonesia yang sangat kaya, merupakan bahan (ingredient)

yang utama untuk membuat negara menjadi negara yang kaya. Suatu perencanaan

yang bagus yang mampu memanfaatkan semua bahan baku tersebut secara optimal,

akan mampu mengantarkan negara Indonesia menjadi negara yang makmur. Ini

terlihat pada hasil hasil Pelita III sampai dengan Pelita V yang dengan pertumbuhan

46

Page 47: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

ekonomi rata rata 7% - 8% membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan penduduk yang tinggi. Dan Indonesia menjadi

salah satu negara yang mendapat julukan “Macan Asia”.

Namun ternyata semua pertumbuhan ekonomi dan pendapatan tersebut

ternyata tidak memberikan dampak yang cukup berarti pada usaha pengentasan

kemiskinan. Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur

dan kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong

miskin. Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia

mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002

angka tersebut sudah turun menjadi 18%, dan pada menjadi 14% pada tahun 2004.

Situasi terbaik terjadi antara tahun 1987-1996 ketika angka rata-rata kemiskinan

berada di bawah 20%, dan yang paling baik adalah pada tahun 1996 ketika angka

kemiskinan hanya mencapai 11,3%. 

Di Indonesia pada awal orde baru para pembuat kebijaksanaan dan perencana

pembangunan di Jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi

yang pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, Khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan

hanya di sector-sektor tertentu saja, pada akhirnya akan menghasilkan “Trickle Down

Effects”. Didasarkan pada pemikiran tersebut, pada awal orde baru hingga akhir

tahun 1970-an, strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan Orde

Baru lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa

memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pusat pembangunan ekonomi nasional

di mulai di Pulau Jawa dengan alasan bahwa semua fasilitas-fasilitas yang

dibutuhkan, seperti transportasi, telekomunikasi, dan infrastruktur lainnya lebih

tersedia di pulau jawa, khususnya Jakarta, dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Indonesia. Pembangunan saat itu juga hanya terpusatkan pada sektor-sektor tertentu

saja yang secara potensial memiliki kemampuan besar untuk menyumbang nilai

pendapatan nasional yang tinggi. Pemerintah saat itu percaya bahwa nantinya hasil

dari pembangunan itu akan menetes ke sektor-sektor dan wilayah Indonesia lainnya.

47

Page 48: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Ada berbagai cara untuk mengetahui prestasi pembangunan suatu negara yaitu

dengan pendekatan ekonomi dan pendekatan non-ekonomi. Dalam pendekatan

ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun aspek non

pendapatan. Dalam aspek pendapatan digunakan konsep pendapatan perkapita,

namun hal tersebut belum cukup untuk menilai prestasi pembangunan karena tidak

mencerminkan bagaimana pendapatan nasional sebuah negara terbagi di kalangan

penduduknya, sehingga tidak memantau unsur keadilan atau kemerataan. Untuk itu

diperlukan data mengenai kemerataan distribusi pendapatan dimana perhatiannya

bukan hanya pada distribusi pendapatan nasional tapi juga distribusi proses atau

pelaksanaan pembangunan itu sendiri.

Krisis yang terjadi secara mendadak dan diluar perkiraan pada akhir dekade

1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Bagi

kebanyakan orang, dampak dari krisis yang terparah dan langsung dirasakan,

diakibatkan oleh inflasi. Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi meningkat dari 6%

menjadi 78%, sementara upah riil turun menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai

sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. Antara tahun 1996 dan 1999

proporsi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah dari 18% menjadi

24% dari jumlah penduduk. Pada saat yang sama, kondisi kemiskinan menjadi

semakin parah, karena pendapatan kaum miskin secara keseluruhan menurun jauh di

bawah garis kemiskinan.

Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan distribusi

pendapatan adalah rasio gini dan criteria Bank Dunia (BPS, 1994). Nilai rasio gini

48

Page 49: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

(gini ratio) berkisar antara nol dan satu. Bila rasio gini sama dengan nol berarti

distribusi pendapatan amat merata sekali karena setiap golongan penduduk menerima

bagian pendapatan yang sama. Secara grafis, ini ditunjukkan oleh berimpitnya kurva

lorens dengan garis kemerataan sempurna. Namun, bila rasio gini sama dengan satu

menunjukan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang sempurna karena

seluruh pendapatan hanya dinikmati oleh satu orang saja. Singkatnya, semakin tinggi

nilai rasio gini maka semakin timpang distribusi pendapatan suatu negara.

Sebaliknya, semakin rendah nilai rasio gini berarti semakin merata distribusi

pendapatan. Berikut ini adalah Relative Income Trends, 1975-2007 yang dikeluarkan

OECD.

GRAFIK 1

RELATIVE INCOME TRENDS, 1975-2007

Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas

pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah. Kesenjangan

distribusi pendapatan dikategorikan:

1. Tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari

12% bagian pendapatan.

2. Sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12 hingga

17% bagian pendapatan

3. Rendah, bila 40%, penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari

17% bagian pendapatan.

Ketimpangan distribusi pendapatan diukur dengan menghitung persentase

jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan rendah 40%

terendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh penduduk. Persentase

pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing kelompok masyarakat yang

tinggal di 15 negara berkembang , memperlihatkan kadar parahnya masalah

49

Page 50: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di negara-negara Dunia Ketiga.

Pembagian pendapatan untuk masing-masing kelompok masyarakat di 15 negara

tersebut masih relatif sangat timpang. Porsi pendapatan yang diterima oleh 20%

penduduk yang paling miskin hanya berkisar 5,2 % dari total pendapatan, sedangkan

10% serta 20% kelompok penduduk yang paling kaya masing-masing menerima

36,0% dan 51,8% dari pendapatan nasional. Bandingkanlah dengan negara-negara

industri maju. Jepang, 20% penduduknya yang paling miskin menerima 8,7% dari

keseluruhan pendapatan nasional, sedangkan 10% dan 20% penduduk terkaya hanya

menerima 22,4% dan 37,5% dari pendapatan nasional. Di berbagai negara

berkembang tidak terdapat hubungan yang jelas dan baku antara tingkat pendapatan

per kapita dengan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan.

Sebagai contoh, pendapatan per kapita Sri Lanka hanya 1/6 pendapatan per

kapita Brasil, akan tetapi ketimpangan pendapatan di Brasil (berdasarkan ketiga cara

tersebut di atas) ternyata lebih buruk atau lebih parah daripada yang ada di Sri Lanka.

Angka koefisien ini Sri Lanka adalah 0,30 sedangkan Brasil sebesar 0,60 yang

menunjukkan ketimpangan pendapatan yang sangat besar jika diukur dari koefisien

Gini normal. Paraguay dengan pendapatan 70 kali pendapatan Bangladesh memiliki

ketidakmerataan yang lebih besar. Sebaliknya, Malaysia dengan pendapatan per

kapita tahun 1996 sebesar 65% lebih tinggi dari pendapatan per kapita Kosta Rika,

memiliki ketimpangan pendapatan yang tidak begitu besar. Akan tetapi, tingkat

ketimpangan distribusi pendapatan di ketiga negara tersebut kurang lebih sama.

Antara 1960 dan 1980 tingkat ketimpangan pendapatan melonjak, dan hal ini ternyata

terjadi di semua negara-negara Dunia Ketiga nonkomunis. Koefisien Gini meningkat

dari 0,544 menjadi 0,602 (kecenderungan ini adalah kecenderungan keseluruhan,

artinya penjumlahan seluruh koefisien Gini dari setiap negara-negara berkembang

tersebut).

50

Page 51: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Meskipun demikian, peningkatan pemerataan pendapatan terjadi di sejumlah

negara berkembang berpenghasilan menengah yang bukan merupakan

pengekspor minyak.

Sedangkan distribusi pendapatan di negara berkembang berpenghasilan

rendah dan kelompok pengekspor minyak semakin timpang.

Memburuknya (peningkatan angka) koefisien Gini pada dua kelompok negara

ini mencerminkan telah memburuknya distribusi pendapatan antara satu negara

dibandingkan dengan negara-negara lain dan, tentu saja, memburuknya distribusi

pendapatan di masing-masing negara berkembang itu sendiri. Mengingat besar atau

kecilnya porsi atau bagian pendapatan yang diterima oleh kelompok-kelompok

penduduk yang paling miskin tidak sama untuk masing-masing negara, maka

mungkin saja suatu negara dengan GNP atau pendapatan per kapita yang tinggi justru

mempunyai persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan

internasional yang lebih besar dibandingkan dengan suatu negara yang pendapatan

per kapitanya lebih rendah. Masalah-masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi

pendapatan tersebut sesungguhnya tidak semata-mata disebabkan oleh proses-proses

pertumbuhan ekonomi yang alamiah. Ada faktor-faktor lain yang bermain serta turut

mempengaruhinya, yakni seperti jenis pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di

negara yang bersangkutan, berbagai pengaturan politik dan kelembagaan yang dalam

prakteknya ikut menentukan pola-pola distribusi pendapatan nasional, yang harus

sengaja diciptakan sedemikian rupa dalam rangka lebih menyebarluaskan kue atau

buah hasil pertumbuhan ekonomi kepada.

Terdapat dua pendekatan : kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif

1. Kemiskinan absolut ( melihat jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan).

2. Kemiskinan relatif (hubungan populasi terhadap distribusi pendapatan).

51

Page 52: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Beban Kemiskinan Global Terjadi pada negara yang memiliki populasi yang besar

pada kelompok-kelompok tertentu (kaum wanita), Anak –anak (sisi pendidikan dan

kesehatan). Beban tersebut dapat dilihat dari extreme poverty line dan poverty line.

Perbedaan Kemiskinan dengan Ketimpangan Pendapatan.

- Kemiskinan berkaitan dengan standar hidup yang absolut.

- Sedangkan Ketimpangan pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat.

Kategori ketimpangan ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut:

ketimpangan pendapatan tinggi

ketimpangan pendapatan sedang

ketimpangan pendapatan rendah

Sesuai pernyataan yang kami utarakan pada bab satu di pendahuluan,

bahwasanya masalah ketimpangan sudah terjadi dan dialami oleh bangsa ini

semenjak jaman penjajahan. Seiring berjalannya waktu, ketimpangan distribusi

pendapatan seperti sudah menjadi tradisi dalam kehidupan bangsa ini. Hal tersebut

dilanjutkan mulai dari pemerintahan pertama yaitu orde lama sampai sekarang, dan

yang paling parah adalah saat orde baru. Pemerintahan orde baru memang

mewariskan pembangunan fisik yang bernilai positif bagi bangsa, namun pada saat

rezim Soeharto tersebut juga mewariskan kelemahan mentalitas bangsa, seperti tradisi

korup serta hidup mewah di kalangan elite. Untuk bisa hidup mewah, elite penguasa

mempraktekkan KKN dengan penguasa besar, melupakan kepentingan rakyat yang

berakibat melebarnya jurang antara kaya dengan rakyat jelata yang semakin hari kian

bertambah miskin. Selama 32 tahun berkuasa, Soeharto memprioritaskan

pertumbuhan ekonomi nasional, economic growth, yang mengacu pada percepatan

kenaikan GNP. Soeharto menelantarkan perkembangan ekonomi nasional, economic

development, yang mengembangkan potensi ekonomi masyarakat dalam rangka

pemerataan pendapatan nasional.

52

Page 53: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto sebelum krisis moneter, para

konglomerat Indonesia membanggakan diri sebagai motor pembangunan ekonomi

nasional, tetapi ternyata pondasi ekonomi itu ternyata keropos.

Data ekonomi makro Indonesia akhir 1995 menunjukkan bahwa walaupun GNP

Indonesia masih lebih baik dari Cina dan Vietnam, tetapi potensi konflik sudah

terakumulasi karena kesenjangan ekonomi di berbagai komponen bangsa teramat

besar, justru karena pemerintah menganakemaskan konglomerat dan tidak

memberdayakan ekonomi rakyat. Kesenjangan itu terjadi antara pelaku ekonomi

nasional dengan pelaku ekonomi asing. Antara golongan kaya dengan golongan

miskin, teristimewa antara pribumi dengan nonpribumi. Walaupun hasil produksi

domestik kita (GDP, gross domestic product) rata-rata mencapai 3.500 dolar per

orang setahunnya, tetapi yang bisa dihitung sebagai pendapatan nasional (GNP, gross

national product) cuma 960 dolar per orang setahunnya. Ini berarti 2.540 dolar

dinikmati investor dan kreditor asing (bandingkan Jepang yang GDP-nya 'hanya'

14.000 dolar tetapi GNP-nya mencapai 20.000 dolar berkat hasil investasinya di luar

negeri).

Pendapatan nasional yang cuma 960 dolar itu ternyata tidak terbagi secara

harmonis di antara kelompok warga negara. Karena 80 persen nilai aktivitas ekonomi

nasional dilakukan 300 grup konglomerat saja, sedangkan selebihnya hampir dua

ratus juta rakyat cuma kebagian 20 persen porsi ekonomi nasional. Dari 300 grup

bisnis konglomerat itu, yang dimiliki nonpribumi ada 224 grup, sedangkan pribumi

cuma diwakili 76 grup bisnis yang asetnya tidak sampai 10 persen aset konglomerat

nonpribumi.

Ketimpangan makro-ekonomi ini berdampak pada hampir seluruh sektor ekonomi

nasional yang melahirkan kemiskinan struktural rakyat pribumi, akibat terbatasnya

akses di sektor ekonomi dan keuangan. Andaikan pendapatan nasional terbagi merata

dan berkeadilan, seorang pejabat setidaknya bisa memperoleh gaji (penghasilan sah)

yang mencukupi, sehingga bisa menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu melayani

53

Page 54: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

dan melindungi masyarakat. Tapi sayang sekali, sebagian besar pendapatan nasional

(GNP) masuk ke kantong konglomerat, sedangkan negara hanya mendapat porsi kecil

GNP, sehingga negara tidak mampu menggaji pegawainya secara pantas, sehingga

pada kenyataannya penghasilan resmi Lurah kita jauh di bawah rata-rata GNP.

Akibat ketimbangan distribusi pendapatan nasional, maka pada umumnya pejabat

negara berpenghasilan di bawah rata-rata pendapatan nasional.

2.2.7 Ketimpangan Menyebabkan Ketertinggalan

Di negara yang tingkat GNP dan pendapatan perkapitanya rendah, semakin timpang

distribusi pendapatan maka permintaan agregat akan semakin dipenharuhi oleh

perilaku konsumsi orang – orang kaya. Secara umum yang menyebabkan

ketidakmerataan distribusi pendapatan di NSB menurut Irma Adelman dan Cynthia

Taft Morris dalam Arsyad 1999, mengemukakan 8 sebab yaitu :

1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya

pendapatan per kapita.

2. Inflasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara

proporsional dengan pertambahan produksi barang – barang.

3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah

4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek – proyek yang padat modal (kapital

intensif), sehingga persentasi pendapatan modal dari harta tambahan besar

dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja sehingga

pengangguran bertambahn

5. Rendahnya mobilitas sosial.

6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri substituti impor yang mengakibatkan

kenaikan harga – harga barang hasil industri untuk melindungi usaha – usaha

golongan kapitalis.

54

Page 55: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

7. Memburuknya nilai tukar ( term of trade ) bagi NSB dalam perdagangan

dengan negara – negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan

negara – negara terhadap barang – barang ekspor NSB.

8. Hancurnya industri – industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri

rumah tangga, dan lain – lain.

Seperti yang dikemukakan diatas tergambar pada data Poverty

Gaps berikut ini:

Peraga distribusi pendapatan fungsional didalam sebuah perekonomian pasar.

Indonesia memiliki satu kementerian negara yang memiliki tugas untuk mempercepat

pembangunan daerah tertinggal yakni Kementerian Negara Percepatan Daerah

Tertiggal (PDT). Tugas kementerian ini memiliki peran yang strategis dalam

mengentaskan daerah-daerah di Indonesia baik di kawasan barat maupun timur dan

kawasan terluar yang masih banyak tertinggal dibanding daerah lain. Meskipun sudah

ada Kementerian PDT, masalah ketimpangan yang pada gilirannya membawa kepada

ketertinggalan dalam hal pembangunan, semakin nyata terjadi di depan mata kita.

Sejatinya, masalah ini adalah masalah besar bangsa kita yang sedang kita hadapi. Ini

bukan hanya masalah parsial dan hanya menjadi tugas Kementerian PDT. Berbicara

mengenai masalah ketertinggalan, negara ini sesungguhnya sedang mengalami proses

ketertinggalan yang pelan tapi pasti. Hal ini antara lain disebabkan oleh maraknya

55

Page 56: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

ketimpangan, baik itu ketimpangan pendapatan, pendidikan, maupun ketimpangan

kualitas institusi birokrasi di negara ini.

Salah satu hasil studi William Easterly (2006) mengungkapkan bahwa tingkat

ketimpangan (inequality) yang tinggi merupakan penghambat kemakmuran,

tumbuhnya institusi yang berkualitas, dan berkembangnya pendidikan yang bermutu

tinggi. Laporan Bank Dunia (2005) bertajuk World Development Report

menyebutkan dalam pengantarnya bahwa keadilan (equity) adalah salah satu aspek

fundamental dalam mencapai kemakmuran jangka panjang bagi masyarakat secara

keseluruhan. Meskipun ada klaim ini, perdebatan mengenai pengaruh ketimpangan

terhadap pembangunan ekonomi masih berlanjut dengan serius. Perlu ditegaskan di

sini, ketimpangan berkaitan dengan distribusi hasil (outcomes) seperti pendapatan,

kemakmuran, konsumsi, dan dimensi-dimensi lain dari apa yang disebut sebagai

kesejahteraan (well being). Sedangkan ketidakadilan (inequality) merujuk pada

distribusi kesempatan

(opportunities) yang mencakup aspek-aspek ekonomi, politik, dan sosial. Gelombang

pertama (first wave) literatur mengenai pembangunan berargumentasi bahwa tingkat

ketimpangan yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan dengan mengarahkan

pendapatan lebih banyak lagi kepada para pemodal bertabungan tinggi (high saving

capitalists) (Lewis, 1954, Kaldor, 1956, 1961). Argumen ini berangkat dari standar

hipotesis di mana tingkat tabungan individu akan meningkat seiring dengan

meningkatnya pendapatan.

Ketika redistribusi sumberdaya dari kaum kaya ke kaum miskin cenderung

menurunkan tingkat tabungan agregat dalam suatu perekonomian, akumulasi kapital

akan menurun seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya

ketidaksamaan cenderung meningkatkan investasi dan Sementara itu, literaturliteratur

baru mengenai pertumbuhan membalikkan prediksi tersebut. Dengan

seperangkat model teoritik dan studi-studi empiris mereka berargumentasi bahwa

ketimpangan berdampak buruk terhadap pertumbuhan melalui saluran-saluran

56

Page 57: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

ekonomi politik atau kendala akumulasi modal insani (human capital accumulation)

(Galor and Zeira, 1993; Banerjee and Newman, 1993; Alesina and Rodrik, 1994;

Persson and Tabellini, 1994). Hal yang sangat dekat dengan kemiskinan adalah

ketimpangan (inequality) atau gap antara si miskin dan si kaya. Ketimpangan

berkaitan dengan distribusi hasil seperti pendapatan, kemakmuran, konsumsi, dan

dimensi-dimensi lain dari apa yang disebut sebagai kesejahteraan. Konsep inequality

tersebut harus dibedakan dengan konsep equity yang merujuk pada distribusi

kesempatan (opportunities) yang mencakup aspek-aspek ekonomi, politik, dan sosial.

Dalam World Development Report 2006, World Bank (2006) berargumentasi bahwa

ketimpangan dalam kesempatan dan akses ekonomi berpengaruh terhadap

pembangunan ekonomi.

57

Page 58: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan

ekonomi, pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja

dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output

agregat. Melalui pertumbuhan ekonomi, standar hidup membaik.

Pertumbuhan ekonomi membawa perubahan. Barang-barang baru diproduksi,

sementara yang lain menjadi ketinggalan mode. Ada yang yang percaya

pertumbuhan merupakan tujuan dasar masyarakat, karena pertumbuhan

mengangkat orang keluar dari kemiskinan dan meningkatkan kualitas

kehidupan mereka.Yang lain mengatakan pertumbuhan ekonomi mengikis

nilai-nilai tradisional dan menyebabkan eksploitasi, kerusakan lingkungan,

dan korupsi. Krisis nilai tukar telah menurunkan pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

2. Krisis nilai tukar telah menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai

tukar rupiah yang merosot tajam sejak bulan Juli 1997 menyebabkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun tajam. Namun, layaknya yang

terjadi dan di dapati pada Negara-negara lain, Indonesia salah satu negara

yang dapat memiliki kinerja yang lebih baik pada masa sekarang yaitu pasca

krisis 1997 dan krisis global. kebijakan utama negara adalah untuk

meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi dan untuk membuatnya tetap

berlangsung dalam jangka panjang, yang bertujuan untuk mengurangi

kemiskinan (saat ini mencapai 16%) dan pengangguran (di atas 10%) secara

cepat akan tetapi disamping itu masih banyak hal yang dapat dilakukan

Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai

58

Page 59: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

sector-sektor dan regulasi yang memprotec perekonomian Indonesia agar

tidak gampang terfluktuatif oleh pengaruh ekonomi luar.

3. Negara-negara maju pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi

pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu

akan membaik. Begitu juga yang terjadi di negara-negara berkembang

sehingga untuk melaksanakan pemerataan distribusi pendapatan secara

optimal dan terhindar dari penyimpangan dapat di lakukan dengan konsep

sebagai berikut Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua,

kurva Lorenz. Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut

mempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis

diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu

juga sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal,

semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini,

semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata.

4. Tidak diragukan lagi bahwa perekonomian makro yang stabil adalah penting

bagi pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi

yang terbilang lamban dan sangat mudah terfluktuatif dan dengan kebijakan-

kebijakan pemerintah dalam sector perekonomian dan sector-sektor lainnya

yang kurang berjalan dengan optimal sangat membekap Indonesia pada

kondisi yang tak sehat. Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan

atau kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan merupakan dua masalah

besar di banyak negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Berawal dari

distribusi pendapatan yang tidak merata yang kemudian memicu terjadinya

ketimpangan pendapatan sebagai dampak dari kemiskinan. Hal ini akan

menjadi sangat serius apabila kedua masalah tersebut berlarut-larut dan

dibiarkan semakin parah, pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi

politik dan sosial yang dampaknya cukup negatif.

59

Page 60: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

3.2 Rekomendasi

Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi

1. Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik,

dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi.

Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan

dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat

diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor

pertumbuhan ekonomi.

2. Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi

entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan

mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori

proses pertumbuhan.

3. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang

dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas

perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh

adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program

pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan

jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan,

dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.

4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau

faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan

ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan

karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju

olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.

5. Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah

penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat.

Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju

pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan

melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan

60

Page 61: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan

menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis,

dan ekonomi.

6. Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian

pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan

faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu

sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor

permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat

direalisasikan

61

Page 62: ekonomi pembangunan pertumbuhan dan distribusi pendapatan

KEPUSTAKAAN

Mark Skousen.2006. Teori-Teori Ekonomi Modern. Jakarta: Prenada Media

Sadono Sukirno.2006.Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sadono Sukirno.2006.Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

www.aw.com/todaro

www.imf.com

www.wapedia.com

www.worldbank.com

62