Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

15
EKONOMI ISLAM MENURUT PANDANGAN BARAT ATAU KONVENSIONAL Begitu banyak sistem perekonomian yang ada di dunia. Semua sistem itu diciptkan untuk mengatur sirkulasi keuangan di dunia. Tetapi tentu saja sistem yang notabene merupakan ciptaan manusia tersebut adalah hal yang tidak sempurna. Selalu ada kekurangan yang menyebabkan banyaknya masalah yang belum terpecahkan dalam perekonomian dunia. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut. Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan. Terkait sistem ekonomi tersebut, banyak negara yang memilih menerapkan sistem yang berasal dari barat seperti komunisme, liberalisme, kapitalisme dan sosialisme. Sistem tersebut mereka anggap adalah sistem - sistem yang paling tepat agar sirkulasi perekonomian berjalan seimbang dan stabil. Namun ternyata anggapan itu salah. Tanpa disangka, sistem barat yang telah diterapkan oleh banyak negara tersebut menuai kegagalan. Krisis ekonomi di dunia saat ini menunjukkan kegagalan sistem ekonomi kapitalis. Dia

Transcript of Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

Page 1: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

EKONOMI ISLAM MENURUT PANDANGAN BARAT ATAU KONVENSIONAL

Begitu banyak sistem perekonomian yang ada di dunia. Semua sistem itu diciptkan untuk

mengatur sirkulasi keuangan di dunia. Tetapi tentu saja sistem yang notabene merupakan ciptaan

manusia tersebut adalah hal yang tidak sempurna. Selalu ada kekurangan yang menyebabkan

banyaknya masalah yang belum terpecahkan dalam perekonomian dunia. Perbedaan mendasar

antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu

mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor

produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah.

Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut. Selain faktor

produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan

alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah

untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian

pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan

jasa melalui penawaran dan permintaan.

Terkait sistem ekonomi tersebut, banyak negara yang memilih menerapkan sistem yang

berasal dari barat seperti komunisme, liberalisme, kapitalisme dan sosialisme. Sistem tersebut

mereka anggap adalah sistem - sistem yang paling tepat agar sirkulasi perekonomian berjalan

seimbang dan stabil. Namun ternyata anggapan itu salah. Tanpa disangka, sistem barat yang telah

diterapkan oleh banyak negara tersebut menuai kegagalan. Krisis ekonomi di dunia saat ini

menunjukkan kegagalan sistem ekonomi kapitalis. Dia terbukti hanya meninggalkan kegamangan

berupa ekonomi-ekonomi balon yang dari hari ke hari semakin menggelembung, lalu pecah dan

timbullah krisis. Krisis ekonomi global dewasa ini, yang diawali dengan krisis sub-prime mortgage di

Amerika Serikat menjadi bukti, bahwa kapitalisme merupakan sistem yang terbukti rapuh dan pada

akhirnya gagal menjadi solusi bagi problematika ekonomi dunia yang lebih stabil. Indikasi kegagalan

sistem ekonomi kapitalis sebenarnya memang sudah dapat diramalkan sejak awal. Menurut data

mengenai kronologi krisis ekonomi (Roy & Glyn Davies, 1996), sejak pasca perang dunia I sampai

sebelum tahun 2000 saja, sudah terjadi 21 krisis besar yang menghantam berbagai negara di dunia.

Mulai dari negara besar seperti Jepang, USA, UK, sampai pada negara-negara dunia ketiga, termasuk

Indonesia. Krisis yang terjadi tersebut juga belum termasuk krisis-krisis keuangan kecil yang melanda

berbagai belahan dunia. Krisis itu datang berulang dan terus menerus bahkan dengan frekuensi yang

Page 2: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

semakin sering terjadi mendekati millennium ketiga. Dari semua masalah yang timbul karena

ketidakstabilan dari sistem ekonomi konvensional, muncullah beberapa seruan yang mengajukan

sistem ekonomi Islam sebagai pemecahan dari segala masalah yang terjadi. Ekonomi Islam dianggap

lebih stabil dan penuh keteraturan karena sistem ekonomi ini adalah sistem ekonomi yang berasal

dari Tuhan pencipta kita, Allah SWT. Sebagian besar praktisi dan pembuat kebijakan ekonomi masih

meragukan adanya sistem keuangan alternatif dari sistem yang telah dipraktikkan oleh negara-

negara maju. Walau lembaga-lembaga keuangan Islami sudah menunjukkan eksistensi dan daya

tahannya, mereka masih sangsi jika konsep keuangan Islam telah cukup lengkap dan teruji untuk

menggantikan sistem yang berlaku.

Dari serangkaian peristiwa tersebut,di sini saya akan mencoba menjelaskan terkait dengan

sistem ekonomi konvensional dan system ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam sangat menjunjung

etika dalam berbisnis. Namun hal itu tidak membuat negara – negara barat tertarik untuk

menerapkan sistem ekonomi Islam pada negara – negara mereka. Dalam essai ini saya akan

mencoba memaparkan tentang ekonomi Islam dalam pandangan barat atau konvensional.

Sistem perkonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan

sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Banyak

sistem ekonomi yang telah dirumuskan oleh para ahli. Di antaranya adalah Kapitalisme yang

membangun imperiumnya di atas prinsip usaha privat yang tak terbatas, motif mencari untung dan

mekanisme pasar. Sosialisme membangun rumahnya lewat motivasi sosial dan perekonomian

perencanaan pusat (central planning) yang diusahakan langsung oleh negara. Meskipun terdapat

prestasi-prestasi yang mencolok dalam bidang-bidang tertentu, ideologi-ideologi utama dunia ini

telah gagal memecahkan problem-problem utama ekonomi umat manusia. Di bawah dominasi

kapitalisme, kerusakan ekonomi terjadi di mana-mana. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

perekonomian dunia tengah memasuki suatu fase yang sangat tidak stabil dan masa depan yang

sama sekali tidak menentu. Setelah mengalami masa sulit karena tingginya tingkat inflasi, ekonomi

dunia kembali mengalami resesi yang mendalam, tingkat pengangguran yang parah, ditambah

tingginya tingkat suku bunga riil serta fluktuasi nilai tukar yang tidak sehat. Banyak negara

mengalami keterpurukan ekonomi dan krisis yang hebat. Negara-negara ASEAN misalnya,

mengalami musibah goncangan ekonomi negara, menyusul ulah raksasa spekulan valuta asing,

George Soros, yang telah menyebabkan anjloknya nilai tukar mata uang negara-negara tersebut

terhadap Dollar Amerika. Hegemoni sistem moneter kapitalisme yang menggunakan fait money

semakin meluluh-lantakkan ekonomi banyak negara. Mata uang Indonesia misalnya terjungkal ke

tingkat yang paling rendah mencapai 500 persen dari semula yang berakibat fatal bagi perekomian

Page 3: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

Indonesia. Krisis ekonomi juga melanda Thailand, Malaysia dan sejumlah negara di Asia. Dampaknya

tentu saja kehancuran sendi-sendi perekonomian negara-negara bersangkutan. Puluhan proyek-

proyek raksasa terpaksa mengalami penjadwalan ulang, ratusan pengusaha gulung tikar, harga-

harga barang dan jasa termasuk barang-barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan tak

terkendali. Pasar modal mengalami keterpurukan yang belum pernah terjadi dalam sejarah.

Perlu diketahui, Ekonomi kapitalis saat ini lebih konsern pada masalah dan rasio-rasio makro

ekonomi, sedangkan masalah mikro tidak tersentuh langsung (hanya menjadi dampak makro

ekonomi), inilah yang disebut Tricle Down Effect Mechanism. Sedangkan ekonomi sosialis sendiri

sepertinya berjalan di tempat, terbukti di Indonesia dengan makin tereduksinya Pasal 33 UUD 1945.

Keinginan Pasal 33 UUD 1945 untuk menjadi jalan tengah kapitalisme dan sosialisme, yaitu Ekonomi

Kerakyatan serta lebih dari itu ingin mewujudkan negara ber-Ketuhanan. Tetapi kenyataannya,

bagaimana Ekonomi kita sekarang, menjadi Ekonomi Kerakyatan “semu” atau menjadi subordinat

Neoliberalisme? Bangunan ekonomi yang dibangun Rasulullah berawal dari penguatan ekonomi

rakyat, ekonomi para sahabat yang lebih didominasi fuqara’ wal masakin. Rasulullah berdasarkan Al-

Qur’an melakukan “Back To Nature Economics” sebagai pilar utamanya. Ekonomi Natural diawali

dengan menekankan pentingnya distribusi, keadilan, nilai tambah untuk semua, serta pengelolaan

“keikhlasan” dalam berekonomi. Ekonomi Natural juga tidak dapat dilepaskan dari relasi sosial,

lingkungan dan bahkan tanggung jawab utama kepada Allah. Ekonomi Natural dijalankan dengan

cara mereduksi pola pikir kapitalistik Mekkah yang lebih menekankan mekanisme perdagangan

(intermediasi), dan menganaktirikan produksi (seperti bertani, pertambangan, berkebun, kerajinan,

dan lainnya) serta retail (berdagang eceran). Ekonomi Natural dengan demikian merupakan ekonomi

produktif, intermediasi, sekaligus pertukaran untuk keseimbangan individu, masyarakat, alam dan

akuntabilitas kepada Allah SWT. Tugas kita semua menjaga Ekonomi Islam agar tidak terjebak pada

Tricle Down Effect Mechanism. Ekonomi Islam harus menyeimbangkan kedudukan makro dan mikro

ekonomi. Ekonomi syari’ah tidak mengenal dominasi Makro ekonomi atas Mikro Ekonomi.

Kajian bidang ekonomi pada prinsipnya membicarakan tingkah laku manusia sebagai

konsumen, distributor dan produsen. Sementara obyek pembicaraan utama dalam bidang ekonomi

ialah tingkah laku manusia, maka untuk memahami tingkah laku manusia langkah yang harus

dilakukan adalah menelusuri melalui filsafat dan sikap hidup yang dianut oleh manusia. Perjalanan

panjang ekonomi konvensional ternyata hanya mengantarkan manusia pada keadaan yang sangat

resah bukan pada keadaan yang dapat mengantarkan manusia mencapai keadilan dan kemakmuran

di dunia maupun di akhirat. Keadaan itu diakibatkan oleh karena system ekonomi barat mengabdi

kepada kepentingan peribadi, bukan mengabdi kepada Allah SWT.

Page 4: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

Keresahan akibat ketidakadilan tersebut mendorong manusia hidup dalam keadaan konflik

dan cenderung bersaing untuk memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Sementara, ekonomi yang di

dasarkan oleh ajaran Islam menganjurkan manusia mengabdi kepada Allah SWT. (QS. 18:29) dengan

memakai landasan iman dan takwa, sehingga menjadikan manusia tenang dan harmonis. Dari sini

kemudian target pembangunan ekonomi Islam adalah an-nafs al-muthmainnah atau calmness

terhadap akhlak (QS. 89:27-30).

Barat menganggap bahwa sistem ekonomi Islam adalah system ekonomi yang tidak

menguntungkan karena yang dipentingkan dalam ekonomi Islam adalah etika dan moralitas. Dalam

Islam, segala kegiatan yang merugikan orang lain tidak akan dilegalkan. Sedangkan sistem ekonomi

barat / konevensional yang menekankan pada keuntungan sebesar – besarnya dengan tidak

mempedulikan bagaimana keadaan yang dihasilkan untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Barat

menganggap bahwa sistem yang terlalu mementingkan etika dan moralitas tidak akan dapat

memberikan keuntungan besar. Barat berorientasi pada kepemilikan, keuntungan dan jumlah yang

dapat diraih. Dalam hal ini, sistem ekonomi barat cenderung acuh dengan cara meraih orientasi

tersebut.

Berikut ini akan kita lihat bingkai pemikiran ekonomi Tjokroaminoto yang dikemas dalam

Dua Prinsip Utama mengenai Konsep Ilmu Sosial Islam. Prinsip Pertama yaitu Kedermawanan Islami.

Menurut beliau kedermawanan bukanlah melakukan sedekah sebagai kebajikan semata, tetapi

sedekah adalah kewajiban untuk meraih cinta Allah. Dampaknya, pertama, menempatkan

kepentingan umum di atas kepentingan pribadi untuk mencapai Keridhaan Allah. Kedua, zakat

sebagai dasar bagi distribusi dan pemerataan kekayaan untuk seluruh masyarakat. Ketiga,

kemiskinan dunia bukanlah kehinaan, tetapi kejahatan dunia adalah kehinaan. Prinsip kedua yaitu

Persaudaraan Islam. Persaudaran Islam menurut beliau harus dibangun bukan berdasarkan pada

suku, warna kulit, ras, kekayaan atau lainnya, tetapi berdasar pada ketakwaan. Dua Prinsip Utama di

atas hanya dapat dijalankan, seperti dijelaskan dalam buku beliau, dengan cara sinergi antara

realitas sosial ekonomi masyarakat merujuk pada sirah dan jejak Muhammad saw.

Umat manusia di bawah kepemimpinan Barat, telah mengalami dua ideologi ekonomi utama

dalam kurun dua ratus tahun terakhir, yaitu kapitalisme dan sosialisme. Kedua ideologi tersebut

didasarkan secara fundamental pada premis Barat bahwa agama dan moralitas tidak relevan untuk

mengatasi problem-problem ekonomi umat manusia, sehingga urusan-urusan ekonomi lebih tepat

Page 5: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

kalau dipecahkan dengan menggunakan hukum-hukum perilaku ekonomi dan bukan ajaran agama

atau moral tertentu.

Pandangan dunia dalam definisi ekonomi konvensional menempatkan Tuhan pada wilayah

yang berbeda sama sekali dan tidak dapat disentuh oleh domain yang lain yang terkait dengan

masalah kemanusiaan dan alam semesta, katakanlah misalnya ekonomi. Dia tidak ada campur

tangan apapun dalam urusan manusia, terutama menyangkut persoalan materi. Oleh karenanya

pengejaran materi merupakan standar rasionalitas dalam definisi ilmu ekonomi sekular, yang oleh

Adam Smith dan diikuti pula oleh Alfred Marshall diformulasikan sebagai the wealth atau well-

being yaitu kesejahteraan; dan oleh Lionel Robbins sebagai the means, sarana dan sekaligus, dengan

nilai yang mungkin lebih tinggi, sebagai the ends atau tujuan.

Rasionalitas sebagai konsekuensinya menuntut pemaksimalan keinginan (wants) akan

kepuasan material sebagai “nilai” yang harus dicapai. Dengan inilah seperangkat asumsi dalam ilmu

ekonomi dibangun. Ilmu ekonomi sebagaimana Robbins definisikan, the science which studies

human behaviour as a relationship between ends and scarce means which have alternative uses,

menggambarkan “keserakahan” manusia terhadap kepuasan material dalam jumlah besar (multiple

ends dengan alternative uses) yang ingin dicapai dalam situasi sumberdaya yang amat terbatas.

Keterbatasan ini digambarkan dengan sarkastik oleh Robbins, mewakili seluruh pikiran sekular,

sebagai “kekikiran alam”, nature is niggardly.

Pernyataan ini dalam dunia yang (semestinya) tidak sekular, misal bagi dunia Muslim,

berimplikasi bahwa Tuhan bersifat kikir dan bakhil terhadap manusia. Disinilah konsistensi

sekularisme untuk tetap menempatkan Tuhan pada “domain”-Nya, dan disinilah persoalan menjadi

amat serius karena umat Islam secara doktrinal tidak meyakini adanya pemisahan tersebut.

Kekikiran alam ini dalam perspektif sekular, masih mengikuti Robbins, membangun asumsi-

asumsi yang disebut teori penilaian subjektif yang dengannya setiap keinginan individual dengan

berbagai kepentingannya diatur dalam urutan tertentu, dan diturunkan secara teoretik kedalam,

misalnya, fungsi produksi sehingga dapat dideskripsikanlah sebuah hukum yaitu the Law of

Diminishing Returns. Dalam hal ini dinyatakan bahwa secara inisial tanah sebagai faktor produksi

adalah bersifat tetap, karena pemakaian yang terus-menerus, lama-kelamaan “kekikiran alam” ini

makin bertambah.

Islam dengan tegas menyangkal anggapan bahwa alam memiliki sifat kikir seperti itu. Allah

SWT yang Maha Pemurah telah menganugerahkan kepada manusia apa saja yang mereka perlukan

melalui ketersediaan berbagai sumberdaya di alam semesta ini. “Dialah Allah yang menjadikan

Page 6: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

segala apa yang ada di langit dan di bumi untuk kamu semua” (al-Baqarah: 29). Keterbatasan

perspektif manusialah yang menimbulkan adanya kelangkaan sumberdaya, perspektif ini

dipengaruhi oleh dua hal: pertama, kurangnya pengetahuan, informasi, dan kedua kurangnya

kemampuan untuk melakukan eksplorasi sumberdaya yang tersedia, atau bahkan kombinasi dari

keduanya. Dalam arti luas, sumberdaya natural ini tidak akan pernah habis kecuali Allah

menentukannya di Hari Kiamat. Habisnya satu bentuk sumberdaya melahirkan bentuk yang lain yang

bisa baru sama sekali, baik secara natural ataupun melalui invensi pengetahuan dan teknologi yang

berkembang. Jadi kelangkaan ini lebih merupakan persoalan ilmu (pengetahuan) sebagai fungsi

“waktu”. Karenanya Islam amat menegaskan perlunya penguasaan ilmu pengetahuan (al-Mujadilah:

11) dan pengelolaan waktu (al-‘Asr: 1-4). Tambahan lagi bahwa pemberian sumberdaya secara

bertahap ini juga memberi pelajaran manusia agar tidak arogan dan agar manusia menyadari

posisinya sebagai pengemban amanah Allah sebagai Khalifah fil-ardh.

Rasionalitas dalam Islam bukannya kemudian membatasi peluang untuk melakukan

pemaksimalan kepentingan atau kebutuhan secara mutlak. Term “maksimisasi” bisa saja tetap

digunakan, hanya ia dibatasi oleh kendala etika dan moral Islam. Maka istilah “kepuasan” pun

mengalami transformasi pengertian dari “kepuasan tak terbatas” menjadi falah, dalam arti yang luas,

dunia dan akhirat.

Falah di akhirat adalah menjadi tujuan akhir dari proses di dunia secara terus-menerus.

Dalam relasi means-ends, bila diperbandingkan dengan pandangan sekular, material sebagai

representasi falah di dunia adalah berfungsi sebagai the means, dalam rangka mencapai the ultimate

ends, the real falah, di akhirat kelak (lihat surat al-Qashash /28, ayat 77). Dengan demikian

pengejaran sarana material di dunia dapat dimaksimalkan guna memaksimalkan pelaksanaan ibadah

kepada Allah dengan lebih sempurna. The ethical Islamic constraint dalam hal ini misalnya

terealisasikan dalam institusi zakat, infaq dan sadaqah, yang dalam konsep Islam mampu

memberikan peluang pada golongan yang lemah untuk berusaha, karena mereka memiliki hak yang

inherently melekat dalam harta benda si-kaya.

Di zaman klasik bahkan juga di era modern, masalah etika bisnis dalam dunia ekonomi tidak

begitu mendapat tempat. Maka tidak aneh bila masih banyak ekonom kontemporer yang

menggemakan cara pandang ekonom klasik Adam Smith. Mereka berkeyakinan bahwa sebuah bisnis

tidak mempunyai tanggung jawab sosial dan bisnis terlepas dari “etika”. Dalam ungkapan Theodore

Levitt, tanggung jawab perusahaan hanyalah mencari keuntungan ekonomis belaka.

Page 7: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

Di dunia bisnis dewasa ini, paham klasik tersebut sempat berkembang secara subur

sehingga mengakibatkan terpuruknya ekonomi dunia ke dalam jurang kehancuran. Kolusi, korupsi,

monopoli, penipuan, penimbunan barang, pengrusakan lingkungan, penindasan tenaga kerja,

perampokan bank oleh para konglomerat, adalah persoalan-persoalan yang begitu telanjang

didepan mata kita baik yang terlihat dalam media massa maupun media elektronik.

Sekarang ini, pengabaian etika bisnis sudah banyak terjadi khususunya oleh para

konglomerat. Para pengusaha dan ekonom yang kental kapitalisnya, mempertanyakan apakah tepat

mempersoalkan etika dalam wacana ilmu ekonomi. Munculnya penolakan terhadap etika bisnis,

dilatari oleh sebuah paradigma klasik, bahwa ilmu ekonomi harus bebas nilai (value free).

Memasukkan nilai etis sosial dalam ilmu ekonomi, menurut kalangan ekonom seperti di atas, akan

mengakibatkan ilmu ekonomi menjadi tidak ilmiah, karena hal ini mengganggu obyektivitasnya.

Mereka masih bersikukuh memegang jargon “mitos bisnis a moral” Di sisi lain, etika bisnis hanyalah

mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis. Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka,

adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Sistem ekonomi Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sedangkan sistem ekonomi

lain, seperti kapitalisme dan sosialisme, cendrung mengabaikan etika sehingga aspek nilai tidak

begitu tampak dalam bangunan kedua sistem ekonomi tersebut. Keringnya kedua sistem itu dari

wacana moralitas, karena keduanya memang tidak berangkat dari etika, tetapi dari kepentingan

(interest). Kapitalisme berangkat dari kepentingan individu sedangkan sosialisme berangkat dari

kepentingan kolektif. Namun, kini mulai muncul era baru etika bisnis di pusat-pusat kapitalisme.

Suatu perkembangan baru yang menggembirakan.

Al-Qur’an sangat banyak mendorong manusia untuk melakukan bisnis. (Qs. 62:10,). Al-

Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak

ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan bebas dari kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan

membuat administrasi transaksi kredit (QS. 2: 282).

Rasulullah sendiri adalah seorang pedagang bereputasi international yang mendasarkan

bangunan bisnisnya kepada nilai-nilai ilahi (transenden). Dengan dasar itu Nabi membangun sistem

ekonomi Islam yang tercerahkan. Prinsip-prinsip bisnis yang ideal ternyata pernah dilakukan oleh

Nabi dan para sahabatnya. Realitas ini menjadi bukti bagi banyak orang, bahwa tata ekonomi yang

berkeadilan, sebenarnya pernah terjadi, meski dalam lingkup nasional, negara Madinah. Nilai, spirit

dan ajaran yang dibawa Nabi itu, berguna untuk membangun tata ekonomi baru, yang akhirnya

terwujud dalam tata ekonomi dunia yang berkeadilan.

Page 8: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

Syed Nawab Haidar Naqvi, dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sistesis Islami”,

memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan,

tanggung jawab.

Tauhid, merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia, termasuk

kegiatan bisnis. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah, sosok makhluk yang

bertuhan. Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dan

dalam rangka melaksanakan titah Tuhan. (QS. 62:10)

Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil.

Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi (QS.7:31).

Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan.

Dalam Islam, harta mempunyai fungsi sosial yang kental (QS. 51:19)

Kebebasan, berarti, bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas, punya kebebasan

penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan

kaedah-kaedah Islam. Karena masalah ekonomi, termasuk kepada aspek mu’amalah, bukan ibadah,

maka berlaku padanya kaedah umum, “Semua boleh kecuali yang dilarang”. Yang tidak boleh dalam

Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini kebebasan manusia sesungguhnya tidak

mutlak, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan berkeadilan.

Pertanggungjawaban, berarti, bahwa manusia sebagai pelaku bisnis, mempunyai tanggung

jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnis. Harta sebagai komoditi bisnis dalam Islam, adalah

amanah Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Jadi kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh manusia tidak hanya untuk mencari keuntungan, tapi juga mencari ridho Allah SWT.

Setelah pembuktian dan pengujian segala bentuk sistem ekonomi yang berasal tidak dari

Islam, dapat kita simpulkan bahwa semua sistem tersebut mengalami kegagalan dalam

menyejahterakan kehidupan umat manusia. Banyak penyimpangan yang justru terjadi karena

pengabaian aspek etika dan moral dalam berbagai proses pelaksanaan kegiatan ekonomi. Segala

kegagalan itu hendaknya membuat kita berpikir ulang dan mulai melaksanakan apa yang diajarkan

dalam sistem ekonomi Islam. Dengan memperhatikan etika dan moral dalam kegiatan

perekonomian, niscaya Allah akan memperlancar apa yang kita kerjakan. Selain itu, dengan sistem

ekonomi Islam, kita tetap bisa mendapatkan keuntungan dari segala kegiatan ekonomi yang kita

lakukan tanpa menindas orang lain. Rasulullah telah membuktikan bahwa sistem ekonomi Islam

dapat menciptakan kehidupan yang baik dalam ridho Allah SWT. Jadi tidak ada salahnya bukan, jika

sistem ekonomi Islam kita jadikan sebagai sistem baru demi kemaslahatan semua umat manusia ?

Page 9: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

DAFTAR PUSTAKA

http://champa.ngeblogs.com/2009/12/31/macam-macam-sistem-perekonomian-di-

dunia/

http://mitaspeaksoftly.multiply.com/reviews/item/1

http://ms.wikipedia.org/wiki/Sistem_ekonomi_Islam

http://www.islamic-center.or.id/-slamiclearnings-mainmenu-29/syariah-mainmenu-

44/27-syariah/424-sistem-ekonomi-islam

http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.ppi-india/2005-01/msg00784.html

http://trimudilah.wordpress.com/2006/12/14/sistem-ekonomi-islam/

http://www.facebook.com/note.php?note_id=122205178384

http://sofyan.syafri.com/2010/03/03/sistem-kapitalis-dan-konvensional-gagal-

tumbuhkan-ekonomi-yang-makmur-dan-merata/

http://fe.umj.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=158:workshop&catid=42:fe-

articles&Itemid=94

http://one.indoskripsi.com/node/1856

http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/perbedaan-mendasar-ekonomi-islam-dan-ekonomi-

konvensional/

http://telagaalkautsar.multiply.com/journal/item/102

Page 10: Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat Atau Konvensional

“TUGAS EKONOMI ISLAM”

Ekonomi Islam Menurut Pandangan Barat /

Konvensional

Disusun Oleh :

Ennovia Lintang Kinasih

08312407

Universitas Islam Indonesia

2010