Ekologi Laut

21
Makalah Ekologi Tumbuhan EKOSISTEM LAUT Oleh : Kelompok 11 Kusfebriani (3415081962) Noor Andryan Ilsan (3415081977) Yunita Kurniasih (3415083252) Pendidikan Biologi Reguler 2008 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011

Transcript of Ekologi Laut

Makalah Ekologi Tumbuhan

EKOSISTEM LAUT

Oleh :

Kelompok 11

Kusfebriani (3415081962)

Noor Andryan Ilsan (3415081977)

Yunita Kurniasih (3415083252)

Pendidikan Biologi Reguler 2008

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2011

1

BAB I

PENDAHULUAN

Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai

komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan

satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional.

Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen

tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan), maka akan

menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan

kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat

mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur

fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi

ekosistem dapat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai

komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Oleh sebab itu, untuk menjamin

sumberdaya hayatinya, maka hubungan-hubungan ekologis yang berlangsung

di antara komponen-komponen sumberdaya hayati yang menyusun suatu

sistem, perlu diperhatikan.

Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ). Ciri-

cirinya ; memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%),

namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah

tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin); Ekosistem air laut tidak

dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan

ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka

pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir

itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai. Tumbahan pada

hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut bergerombol membentuk

unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit vegetasi yang terbentuk

karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi nama sesuai dengan

spesies tumbuhan yang paling dominan. Misalnya, formasi pres-caprae,

2

tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae; dan formasi

Baringtonia, vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun).

Banyak hal yang perlu dikaji dari ekosistem laut. Terutama untuk

komponen biotik yang merupakan satu unit kehidupan yang alami dan saling

berinteraksi dalam suatu komunitas tertentu. Dalam makalah ini akan dijelaskan

mengenai daerah ekosistem laut dengan komponen ekosistemnya, ekosistem

sekitar laut yaitu ekosistem pantai, mangrove dan ekosistem terumbu karang,

serta hal yang berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan laut yaitu

berbagai rantai makanan yang melibatkan ekosistem laut.

3

BAB II

ISI

A. PEMBAGIAN ZONASI LAUT

Ekologi laut dibagi menjadi beberapa zona terutama di dasarkan atas

penembusan cahaya matahari. Secara sistematik lautan dibagi menjadi dua

zona utama yaitu zona neritik dan zona oseanik.

a. Zona Neritik

Zona neritik atau zona dekat pantai, biasanya terletak di sepanjang pantai

dan dangkal. Lebar zona neritik kira-kira 16-240km. Zona litoral merupakan

zona di antara batas pasang dan surut. Sedangkan zona sublitoral kira-kira

sampai kedalaman 200 meter mulai batas surut.

b. Zona Oseanik

Merupakan bagian laut terbuka. Zona oseanik dibagi menjadi batial, abisal,

dan hadal. Zona batial terletak pada kedalaman 200-4000 meter. Abisal

dan hadal merupakan bagian yang lebih dalam sampai dasar lautan.

Berdasarkan penembusan cahaya terdapat dua zona yang berbeda, yaitu:

1. Zona fotik atau zona eufotik

Zona ini mulai dari permukaan laut sampai kedalaman kira-kira 150

meter. Pada zona ini cahaya matahari masih bisa menembus sehingga

menunjukkan adanya aktivitas fotosintesis

2. Zona afotik

Merupakan bagian yang tidak mendapatkan cahaya matahari,

meliputi batial, abisal dan hadal.

Menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa

zona sebagai berikut :

a. Zona litoral atau jalur pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak di

antara pasang naik dan pasang surut atau daerah yang berbatasan

dengan darat.

4

b. Zona epineritik, yaitu bagian cekungan lautan di antara garis-garis surut

dan tempat paling dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar

matahari

c. Zona neritik, yaitu bagian cekungan lautan /daerah yang masih dapat

ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter

sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik

hewan maupun tumbuhan-tumbuhan, contoh Laut Jawa, Laut Natuna, Selat

Malaka dan laut-laut disekitar kepulauan Riau.

d. Zona batial ( wilayah laut dalam ), yaitu bagian cekungan lautan yang

dalamnya antara 200-2.000. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar

matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang

terdapat di zona neritik.

e. Zona abisal ( wilayah laut sangat dalam ), yaitu bagian cekungan lautan

yang dalamnya lebih dalam dari 2.000 m. Di wilayah ini suhu sangat dingin,

tidak ada tumbuhan, dan jenis hewan yang berada pada lingkungan ini

sangat terbatas

5

Menurut wilayah permukaannya secara horizontal (zona oseanik),

berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai

berikut :

a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman

air sekitar 200 m.

b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan

kedalaman 200 1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.

c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman

200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.

d. Abisal pelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai

4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar

matahari tidak mampu menembus daerah ini.

e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman

lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan

Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat

ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

KOMPOSISI KOMUNITAS DAERAH DASAR BENUA

a. Plankton

Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik

yang terhanyut di laut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani “planet”

6

yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk

organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun

1889, yang dikenal dengan “Plankton Expedition” yang khusus dibiayai untuk

menentukan dan membuat sitematika organisme laut (Charton dan Tietjin,

1989).

Plankton terdiri dari dua kelompok besar organisme akuatik yang berbeda

yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme non fotosintetik

atau zooplankton.

Fitoplankton

Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk

filamen atau berbentuk rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona

fotik) laut terbuka dan lingkungan pantai. Nama fitoplankton diambil dari istilah

Yunani, phyton atau "tanaman" dan “planktos” berarti "pengembara" atau

"penghanyut”. Walaupun bentuk uniseluler/bersel tunggal meliputi hampir

sebagian besar fitoplankton, beberapa alga hijau dan alga biru-hijau ada yang

berbentuk filamen (yaitu sel-sel yang berkembang seperti benang).

7

Koloni diatom dan dan alga biru-hijau juga memproduksi rangkaian sel yang

saling berhubungan. Tidak seluruh organisme fotosintetik pelagis bersifat

mikroskopi, sebagai contohnya adalah alga multiseluler makroskopoik

Sargassum spp, yang merupakan hasil biomasa utama di Laut Sargasso di

Atlantik Utara.

Selain digolongkan berdasarkan taksonominya, fitoplankton bisa

digolongkan berdasarkan ukurannya. Berdasarkan ukurannya ada beberapa

golongan fitoplankton.

8

Lebih dari separuh fitoplankton termasuk dalam ultraplankton dan

nanoplankton. Untuk keperluan praktis para ahli sering membedakan alga-alga

mikroskopik ke dalam net plankton dan nanoplankton ditentukan oleh ukuran

mata jaring plankton net yang digunakan dilapangan. Pada perairan pantai

sampel net plankton yang dapat tertahan pada plankton net dengan ukuran

mata 64 μm lebih didominasi oleh jenis diatom dan Dinoflagellata.

Nanoplankton yang lolos dari plankton net meliputi sejumlah besar

coccolithipohore dan spesies kecil dari diatom.

Secara taksonomi ada beberapa kelas dari fitoplankton. Empat kelas

diantara 13 kelas yang ada tersebut merupakan kelompok penting dalam

ekosistem laut yaitu Bacillariophyceae, Dinophyceae,Haptophyceae dan

Chlorophyceae.

9

Zooplankton

Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif

karena terbatasnya kempuan bergerak. Beberapa contoh jenis zooplankton

dapat dilihat pada Gambar 7. Berbeda dengan fitoplankton , zooplankton

hampir meliputi seluruh filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal)

sampai filum Chordata (hewan bertulang belakang). Para ahli kelautan juga

mengklasifikasikan zooplankton sesuai ukuran dan lamanya hidup sebagai

plankton.

10

Ada tiga katagori ukuran zoopalnkton yang dikenal dengan

mikrozooplankton, mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton

meliputi zooplankton yang dapat melewati plankton net dengan mata 202 μm

dan mesozooplankton adalah yang tersangkut sedangkan makrozooplankton

dapat ditangkap dengan plankton net dengan lebar mata 505μm.

Berdasarkan sikulus hidupnya zooplankton ada yang selamanya sebagai

plankton (holoplankton) dan ada yang sebagian hidupnya (pada awal hidupnya)

saja sebagai plankton (meroplankton). Organisme meroplankton terutama

terdiri dari larva planktonik dan bentik invertebrata, bentik chordata dan nekton

(ichtyoplankton). Kelompok holoplankton yang dominan antara lain copepoda,

cladosera dan rotifera. Beberapa genera dari copepoda menempati perairan

pantai seperti Acartia, Eurytemora, Pseudodiaptomus dan Tortanus. Spesies

copepoda umumnya mendominasi fauna holoplanktonik. Copepoda calanoid

11

melebihi jumlah cyclopoid dan harpacticoid pada ekosistem estuaria. Cyclopoid

umumnya litoral dan bentik tetapi beberapa merupakan spesies planktonik.

b. Bentos

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut, tidak aktif, memiliki jumlah

sesile yang sangat banyak. Bentos dibagi menjadi dua berdasarkan cara

hidupnya, yaitu epifauna dan infauna. Epifauna adalah organisme yang hidup di

permukaan, baik melekat ataupun bergerak bebas di permukaan. Sedangkan

infauna adalah organisme yang menggali dan membentuk terowongan atau

liang pada dasar laut. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi,

bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Tubuh bentos banyak

mengandung mineral kapur.

c. Nekton dan Neuton

Organisme nektonik (nekton) adalah organisme yang memiliki pergerakan

yang kuat dan mampu mempertahankan posisinya dari pengaruh arus.

Kemampuan pergerakan ini merupakan ciri khas organisme jenis ini sehingga

organisme ini dapat memperoleh makanannya dengan memangsa,

menghindari pemangsaan, serta menghindari kondisi lingkungan yang tidak

cocok bagi kehidupannya.

12

Organisme nektonik sebagian besar terdiri dari ikan, reptil, dan invertebrate

cepalopoda. Sedangkan organisme bentik adalah organisme dengan

pergerakan yang sangat terbatas dan oleh karena itu organisme ini banyak

terdapat pada daerah bentik (dasar perairan). Organisme bentik umumnya dari

jenis organisme yang hidup menancap, membuat lubang (burrowing) atau

merayap didasar perairan. Beberapa contoh organisme menancap misalnya

lamun, karang, teritip, tiram dan remis. Contoh organisme pembuat lubang

antara lain cacing, kima, kerang, dan keong. Beberapa jenis crustacean seperti

udang dan kepiting merupakan organisme yang hidup merayap.

Neuton adalah hewan yang berada di permukaan air laut. Hewan tersebut

hidup atau hanya sekedar mencari makan saja. Misalnya, bakteri dan alga

uniseluler, serangga atau burung pemakan ikan.

EKOSISTEM LINGKUNGAN LAUT

Ekosistem Hutan Pantai

1. Formasi Pres-Caprae

Pada formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae,

tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin),

Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan),

Crinum asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan).

2. Formasi Baringtonia

Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya

adalah Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia,

Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang).

Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang

selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut

air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah

daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan

kelerengan kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso,

2000).

13

Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang

digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak

yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat

berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri,

terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan

didominasi oleh spesies pohon atau semak yang

khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).

Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme yang

hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang

cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme–organisme

yang dominan hidup disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai

kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur.

Berkaitan dengan terumbu karang diatas dibedakan antara binatang karang

atau karang (reef coral ) sebagai individu organism atau komponen dari

masyarakat dan terumbu karang (coral reef ) sebagai suatu ekosistem.

Terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan

penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan

dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk

sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh

seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh

tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan

berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni.

Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang

ahermatipik. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk

bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya

hanya ditemukan didaerah tropis. Karang ahermatipik tidak menghasilkan

terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.

14

Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya

simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu

sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium

microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan

melaksanakan fotosistesis.

Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang

struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk

menentukan jenis atau spesies binatang karang. Karang hermatipik mempunyai

sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga

arah pertumbuhannya selalu bersifat fototeopik positif. Umumnya jenis karang

ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya

matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut Disamping itu untuk hidup

binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32oC

(Nybakken, 1982).

Menurut Veron (1995) terumbu karang merupakan endapan massif

(deposit) padat kalsium (CaCO3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit

tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) dan organisme -organisme

lain yang mensekresikan kalsium karbonat (CaCO3). Dalam proses

pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleractina ) merupakan

penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu (reef -

building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota

Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Kelas Anthozoa

tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan

Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, morfologi dan

fisiologi.

Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme

laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien

(oligotrofik). Menurut Sumich (1992) dan Burke et al. (2002) sebagian besar

spesies karang melakukan simbiosis dengan alga simbiotik yaitu zooxanthellae

yang hidup di dalam jaringannya. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan

oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh

15

karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat,

fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae.

Selanjutnya adanya proses fotosintesa oleh alga menyebabkan

bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon

dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut:

Ca (HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2

Fotosintesa oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk

terumbu menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat,

kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu

(ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae. Veron (1995) dan

Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem terumbumkarang adalah unik

karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitive terhadap

perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi,

eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya

dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda

perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral

bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%.

Selanjutnya Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang menjadi

tiga tipe umum yaitu :

a.Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef )

b.Terumbu karang penghalang (Barrier reef)

c.Terumbu karang cincin (atoll)

Diantara tiga struktur tersebut, terumbu karang yang paling umum dijumpai di

perairan Indonesia adalah terumbu karang tepi. Penjelasan ketiga tipe terumbu

karang sebagai berikut :

1) Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang pantai dan

mencapai kedalaman tidak lebih dari 40m. Terumbu karang ini tumbuh ke atas

atau kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup

arus. Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung

mempunyai pertumbuhaan yang kurang baik bahkan banyak mati karena sering

mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.

16

2) Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai jarak

kejauhan dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang

terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang

menyusuri pantai dan biasanya berputar-putar seakan – akan merupakan

penghalang bagi pendatang yang datang dari luar. Contohnya adalah The

Greaat Barier reef yang berderet disebelah timur laut Australia dengan panjang

1.350 mil.

3) Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon).

Kedalaman goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu

karang penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di

Sulawesi Selatan.

RANTAI MAKANAN PADA KAWASAN SAMUDERA

Proses saling memangsa antar satu dengan yang lainnya disebut rantai

makanan (food chain) sedangkan rangkaian rantai makanan disebut jarring

makanan (food web). Pada rantai makanan maupun pada jaring makanan

fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser primer. Rantai

makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai produser dan

zooplankton sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi kematian baik

fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi mata rantai pertama

dalam rantai makan detritus (detritus food chain). Kedua rantai makanan

tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di laut .

Secara garis besar tingkat trofik dalam jejaring makanan dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu kelompok produsen yang bersifat autotrof karena dapat

memanfaatkan energi matahari untuk mengubah bahan-bahan anorganik

menjadi karbohidrat dan oksigen yang diperlukan seluruh makhluk hidup, dan

kelompok konsumen yang tidak dapat mengasimilasi bahan makanan dan

oksigen secara mandiri (heterotrof).

17

Nybakken (1992) mengelompokkan produsen yang terdapat pada jarring

makanan karang adalah alga koralin, alga hijau alga coklat dan zooxanthella.

Dari gambar diatas dapat diamati bahwa produser dikonsumsi oleh sejumlah

organisme avertebrata seperti bintang laut raksasa ( Acanthaster planci ) dan

invertebrata seperti ikan kepe-kepe (Chaetodontidae). Terdapat juga organisme

yang memakan alga yang banyak terdapat di ekosistem karang seperti ikan

famili Acanthuridae. Tipe pemangsaan yang ada adalah 50-70 % karnivora.

Goldman dan Talbot 1976 dalam Nybakken (1992) menyatakan bahwa banyak

dari ikan karnivora di ekosistem terumbu karang adalah opurtunistik. Mengambil

apa saja yang berguna bagi mereka. Mereka juga memakan mangsa yang

berbeda pada tingkatan yang berbeda dalam siklus kehidupan mereka.

Ada dua kelompok rantai makanan yang ada di ekosistem laut yaitu

rantai makanan grazing (grazing food chain) dan rantai makanan detrital

(detritus food chain). Kedua jenis rantai makanan tersebut saling melengkapi

dan membentuk sebuah siklus yang kontinus. Rantai makanan grazing dimulai

dari proses transfer makanan pertama kali oleh organisme herbivora melalui

proses grazing. Makanan pertama itu berupa fitoplankton dan herbivor yang

memanfatkan fitoplankton adalah zooplankton. Mata rantai pertama pada rantai

makanan ini adalah fitoplankton yang merupakan sumber pertama bagi seluruh

18

kehidupan di laut. Ujung dari rantai makanan ini adalah konsumer tingkat tinggi

(seperti ikan dan konsumer lainnya) yang apabila mengalami kematian akan

menjadi detritus pada ekosistem laut.

19

BAB III

KESIMPULAN

Secara sistematik lautan dibagi menjadi dua zona utama yaitu zona neritik dan

zona oseanik. Zona oseanik terbagi atas daerah fotik dan afotik. Menurut zona

atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa zona yaitu;

zona litoral atau jalur pasang, zona epineritik, zona neritik, zona batial, zona

abisal. Komponen ekosistem laut ada plankton, bentos, nekton dan neuton.

Beberapa ekosistem lingkungan laut ada ekosistem hutan pantai, ekosistem

mangrove dan ekosistem terumbu karang. Rantai makanan pada ekosistem

laut yaitu rantai makanan grazing (grazing food chain) dan rantai makanan

detrital (detritus food chain).

20

DAFTAR PUSTAKA

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, N., H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di

Indonesia. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove

(LPP Mangrove).