Eklampsia Pada Ibu Hamil

19
Eklampsia Pada Ibu Hamil Roni AJ Simanjuntak 102010199 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat ============================================================== ==== Pendahuluan Eklampsia dan pre-eklampsia dulunya dikenal dengan istilah toksemia gravidarum, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah. Namun istilah ini sudah tidak dipakai lagi karena mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi berbeda-beda. Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia perlu dilaksanakan untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak. A. Anamnesis Hal-hal yang ditanyakan pada pasien dengan anamnesis ataupun alloanamnesis, yaitu : Nama/Kelamin/Umur ? Alamat ? Keluhan utama ? Keluhan penyerta ? 1

description

PBL Blok 25

Transcript of Eklampsia Pada Ibu Hamil

Page 1: Eklampsia Pada Ibu Hamil

Eklampsia Pada Ibu Hamil

Roni AJ Simanjuntak

102010199

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat

==================================================================

Pendahuluan

Eklampsia dan pre-eklampsia dulunya dikenal dengan istilah toksemia gravidarum,

karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah. Namun istilah ini sudah tidak dipakai

lagi karena mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi

berbeda-beda. Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan

perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia perlu dilaksanakan untuk

menurunkan angka mortalitas ibu dan anak.

A. Anamnesis

Hal-hal yang ditanyakan pada pasien dengan anamnesis ataupun alloanamnesis, yaitu :

Nama/Kelamin/Umur ?

Alamat ?

Keluhan utama ?

Keluhan penyerta ?

Sudah menikah atau belum ? bila sudah ini untuk pertama kali atau tidak ?

Nama Suami/keluarga terdekat ?

Pekerjaan/pendidikan terakhir ?

Hamil untuk pertama atau lebih ?

Apakah ada komplikasi pada kehamilan terdahulu ?

Pernah terjadi keguguran atau tidak, bila pernah berapa kali dan pada umur berapa

ketika terjadi ?

Bila sudah persalinan, ini persalinan ke berapa ?

Cara persalinan terdahulu (jika Sectio Caesarea apakah alasannya)

1

Page 2: Eklampsia Pada Ibu Hamil

Hal-hal yang harus ditanyakan menjurus kepada keadaan preeklamsia:

Apakah ada gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat, seperti sakit kepala berat yang

menetap, penglihatan kabur.

Apakah sebelum hamil pasien memiliki riwayat hipertensi

Apakah pasien memiliki riwayat epilepsi

Apakah pasien pernah mengalami trauma kepala

Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit serebrovaskular

Apakah pasien memiliki riwayat tumor serebri atau meningitis maupun ensefalitis

o Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

Jumlah Saudara

Status Ekonomi Keluarga

Kondisi Rumah.1

B. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum

1. Ibu

Kesadaran : Tidak sadarkan diri (Koma)

Tekanan Darah : 180/20 mmHg

Nadi : 72x Menit

2. Anak

Denyut Jantung anak : 132/m , teratur.

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

a. Wajah : Tampak edema

b. Tangan : Tampak edema

2

Page 3: Eklampsia Pada Ibu Hamil

c. Perut : Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran, pergerakan pernapasan,

kondisi kulit (tebal, kriput dan striae), jaringan parut operasi.

d. Kaki : Tampak Edema

Palpasi

Sebelum dilakukan, kandung kemih dikosongkan terlebih dahulu, pasien berbaring

dengan bahu dan kepala lebih tinggi. Dinding perut harus lemas dan bila kontraksi harus

ditunggu dulu. Lalu suhu tangan pemeriksa disesuaikan dengan pasien supaya tidak kontraksi

(gosokkan kedua tangan sebelum palpasi).

Beritahu pasien bahwa perutnya akan diperiksa sehingga perut pasien tidak menegang

dan bernapas biasa, kedua tungkai ditekuk sedikit dan pasien disuruh bernapas dalam.

Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian ;

a. Leopold I

o Menentukan tinggi fundus uteri sehingga usia

kehamilan bisa diketahui.

o Menentukan bagian janin mana yang ada di uteri

b. Leopold II

o Menentukan batas samping uterus dan letak

punggung janin pada letak memanjang

o Pada letak lintang ditentukan letak kepala

c. Leopold III

o Menentukan bagian janin yang terletak disebelah bawah

3

Page 4: Eklampsia Pada Ibu Hamil

d. Leopold IV

o Menentukan berapa bagian dari kepala yang masuk pintu atas panggul (PAP)

o Bila kepala belum masuk PAP maka akan teraba balotement kepala

Leopold 4 tidak dilakukan kalau kepala masih tinggi.

Sebelum bulan ke tiga fundus uteri dapat diraba dari luar ;

Akhir bulan ke-3 (12 mg) F.U 1-2 Jari diatas symphisis

Pertengahan antara sympisis dengan pusat = 16 mg

3 jari dibawah pusat = 20 minggu

½ pusat – procesus xympoideus = 32 Minggu

Sampai arcus costa atau 3 jari dibawah proc.

Xympoideus = 36 minggu

½ pusat – procesus xympoideus = 40 Minggu

Auskultasi

Dilakukan dengan menggunakan stetoskop fetal heart detector (Doppler). Pada

auskultasi bunyi jantung anak dengan Doppler dapat didengar sejak umur kehamilan 12

minggu sedang dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan 26 minggu. Frekuensi

bunyi jantung anak antara 120 - 140 per menit. Frekuensi jantung orang dewasa antara 60-80

per menit. 2

c. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

4

Page 5: Eklampsia Pada Ibu Hamil

No Test Diagnostik Penjelasan

1. Hemoglobin dan

hematokrit

Peningkatan Hb dan Ht berarti :

1. Adanya hemokonsentrasi yang mendukung

diagnosis PE

2. Menggambarkan beratnya hipovolemia

3. Nilai ini akan menurun bila terjadi

hemolisis

2. Trombosit Trombositopenia menggambarkan Preeklampsia

berat

3. Kreatinin serum Asam

Urat serum Nitrogen

Urea Darah (BUN)

Peningkatan menggambarkan :

Beratnya hipovolemia

Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal

Tanda Pre eklampsia berat

4. Lactic Acid

Dehidrogenase (LDH)

Menggambarkan adanya hemolisis

5.Albumin serum dan

faktor koagulasi Menggambarkan kebocoran endotel dan

kemungkinan koagulopati

b. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan transabdominal USG ;

Untuk memperkirakan umur kehamilan

Melihat keadaan umum janin

Melihat pertumbuhan janin, normal atau adakah kelainan, terutama

plasenta abruption yang dapat mempersulit eklampsia, oligohidramnion,

atau pertumbuhan janin terhambat (PJT).

Pemeriksaan CT scan kepala dapat juga dilakukan untuk menyingkirkan

penyebab lain dari kejang pada pasien, misal menilai pendarahan intrakranial,

perdarahan subarachnoid, atau kecelakaan serebrovaskular.2

5

Page 6: Eklampsia Pada Ibu Hamil

C. Diagnosis

Diagnosis Kerja

Eclampsia

Kejang pada wanita hamil yang disebabkan oleh hipertensi dan biasanya disertai dengan

proteinuria. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin

sering menjelang anterpartum.3

Diagnosis Banding

Hipertensi Gravidarum

Hipertensi yang muncul sebelum kehamilan atau didiagnosis < 20 minggu ditambah

adanya gejala proteinuria ≥ 300 mg/24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami

hipertensi sebelumnya.

Adapun gambaran klinisnya adalah :

o Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik > 140/90 mmHg pada

2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.

o Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:

Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali

sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan atau dalam 48

jam post partum.

Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan atau

sebelum kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria.4

Penyakit Eclampsia Chronic

Hypertension

Epilepsy

Riwayat Hipertensi - + -

6

Page 7: Eklampsia Pada Ibu Hamil

Hipertensi + + -

Kejang + - +

Nyeri kepala + + +/-

Takikardia + + +/-

Udema + +/- -

Proteinuria + - -

D. Etiologi

Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di

atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori

tersebut antara lain:

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh. Pembuluh-

pembuluh darah menjadi menciut, terutama pembuluh darah kecil, akibatnya tekanan darah

meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa

terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut menyumbat pembuluh darah pada jaringan-

jaringan vital.

2. Peran Faktor Immunologis

Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada

kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama

pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin

sempurna pada kehamilan berikutnya.

3. Peran Faktor Genetik/Familial

7

Page 8: Eklampsia Pada Ibu Hamil

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetic pada kejadian PE-E antara

lain:

Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak-anak dari ibu

yang menmderita PE-E.

Kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan

riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.3

E. Epidemiologi

Kejadian eklampsia dilaporkan berkisar dari 1 dari 2.000 kehamilan di dunia Barat.

Nilai ini meningkat pada populasi sosial ekonomi rendah, pada wanita lebih muda dari 20

tahun, kehamilan multifetal, dan pada mereka tanpa antenatal care. Diperkirakan, eklamsia

terjadi 10% dari kehamilan yang dipengaruhi oleh hipertensi di seluruh dunia. Kira-kira

setengah dari semua gangguan kehamilan hipertensi disebabkan preeklamsi.3

F. Patofisiologi

Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis pre-eklampsia. Vasokonstriksi

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya

vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi

kerusakan endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel, serta menyebabkan bocornya

konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen yang kemudian mengendap di

subendotel. Perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia lokal jaringan di sekitarnya,

mungkin menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan berbagai gangguan dan organ lainnya yang

dapat dijumpai pada preeklamsia berat.4

G. Faktor Resiko

1. Kehamilan pertama

2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia

8

Page 9: Eklampsia Pada Ibu Hamil

3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan

tekanan darah tinggi)

6. Kehamilan kembar.4

H. Manifestasi Klinis

Eklampsia dapat terjadi saat antepartum, intrapartum atau postpartum (48 jam

postpartum). Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin

sering mendekati aterm. Terdapat 4 fase eklampsia:

1. Tingkat awal atau aura (Tingkat Invasi). Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.

Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula

tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.

2. Tingkat kejangan tonik (Tingkat Kontraksi) yang berlangsung kurang lebih 30 detik.

Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan

menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai

menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.

3. Tingkat kejangan klonik (Tingkat Konvulsi) yang berlangsung antara 1 – 2 menit.

Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo

yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata

menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan

sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya,

sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti

dan penderita menarik napas secara mendengkur.

4. Tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan

penderita menjadi sadar lagi, Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat sama

sekali apa yang telah terjadi, lamanya coma dari beberapa menit sampai berjam-jam,

akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang

berulang, sehingga ia tetap dalam koma.3

I. Penatalaksanaan

9

Page 10: Eklampsia Pada Ibu Hamil

Tujuan pengobatan eklampsia:

Untuk menghentikan dan mencegah kejang

Pengelolaan airway, breathing, circulation

Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi

Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin

Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat

Medikamentosa

Secara umum dapat disimpulkan penangan pasus eklamsia adalah sebagai berikut:

Hindari dari trauma saat kejang.

Monitor kebutuhan oksigen ibu dan janin.

beri oksigen 8-10 L/menit.

monitor oksigenasi dan status metabolik dengan transcutaneous pulse oximetry atau

dengan pemeriksaan gas darah arteri.

Minimalisasi aspirasi.

- Posisi lateral decubitus sinistra

- Hisap bahan lambung dan sekret oral

- Lakukan pemeriksaan x-ray dada setelah kejang untuk melihat apakah terjadi

aspirasi atau tidak.

Pemberian MgSO4 untuk mencegah kejang berulang.

Kontrol hipertensi dengan obat antihipertensi jika tekanan diastolik >110 mmHg

Jika terjadi intoksikasi diberikan antidotum kalsium glukonat 1 gr dalam larutan 10%

secara perlahan.

Segera lakukan persalinan.

Anti Kovulsi

Magnesium sulfat, MgSO4 (obat pilihan)

− Mekanismenya kejang berulang adalah kontroversial tetapi efektif dan mempertahankan

aliran darah rahim dan janin dengan menghambat pelepasan asetilkolin dan mempunyai

efek langsung pada otot rangka berdasarkan efek kompetitif antagonis dengan kalsium.

− Diberikan baik IV dan IM. Rute intravena lebih disukai daripada rute IM karena

administrasi lebih mudah dikontrol dan waktu untuk tingkat terapeutik yang lebih pendek.

Intramuskular magnesium sulfat cenderung lebih menyakitkan dan kurang nyaman.

Diberikan IV 2 gr secara perlahan dilanjutkan (1-2 gr)/jam/infus.

10

Page 11: Eklampsia Pada Ibu Hamil

− Lanjutkan pemberian hingga 24 pascapersalinan.

− Baringkan pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi isi lambung.

− Semua pemberian dengan syarat frekuensi nafas minimal 16/menit. Refleks patella +, urin

minimal 30 ml/jam. Tidak terpenuhi – dihentikan.

Diazepam

Jika MgSO tidak tersedia

Resiko depresi nafas janin karena dapat bebas melintasi plasenta dan berakumulasi

dalam sirkulasi janin.

Dosis awal 10 mg IV secara perlahan selama 2 menit, jika kejang berulang ulangi

dosis awal.

Dosis konservatif diberikan 40 mg dalam 500 ml Ringer Laktat per infus.

Depresi nafas ibu boleh terjadi jika dosis >30 mg/jam. Jangan berikan 100 mg/24 jam.

Jika IV tidak memungkinkan per rektal boleh diberi dengan dosis 20 mg dalam

semprit tanpa jarum,

Jika masih tidak dapat diatasi ± 10 menit beri tambahan 10 mg/jam (bergantung pada

berat badan pasien & respon klinik)

Anti Hipertensi

Metildopa (obat pilihan)

− menurunkan resistensi vascular tanpa banyak mempenaruhi frekuensi & curah

jantung.

− Obat ini masih merupakan pilihan utama pada hipertensi dalam kehamilan karena

terbukti aman untuk janin.

− Dosis maksimal yaitu 3 g per hari.

− Efek samping yang paling sering adalah sedasi,hipotensi, pusing, mulut kering dan

sakit kepala, jarang terjadi anemia hemolitik, trombositopenia.

− Penghentian mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound berupa peningkatan

tekanan darah mendadak.

− Pemberian besi bisa mengurangi absorbs.5

J. Pencegahan

11

Page 12: Eklampsia Pada Ibu Hamil

Pemeriksaan prenatal, antenatal dan postnatal yang teratur dan bermutu serta teliti,

mengenali tanda-tanda sedini mungkin.

Ubah gaya hidup yang sehat.

Nutrisi yang adekuat dan diet yang seimbang pada prenatal dan antenatal.

Suplemen.6

K. Komplikasi

Pada Ibu

Solusio plasenta.

Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada

pre-eklampsia

Hipofibrinogenemia.

Hemolisis.

Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik

hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini

merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal

hati yang sering ditemukan pada penderita autopsi penderita eklampsia dapat

menerangkan ikterus tersebut.

Perdarahan otak.

Kelainan mata.

Kehilangan penglihatan untuk sementara bisa terjadi selama seminggu. Perdarahan

kadang-kadang terjadi pada retina akan terjadinya apopleksia serebri.

Edema paru-paru.

Nekrosis hati.

Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat vasopasmus

arteriol umum.

Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

Kematian Ibu atau janin

Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin.

Pada Anak

Prematuritas

12

Page 13: Eklampsia Pada Ibu Hamil

Gawat janin

IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)

Kematian janin dalam rahim.6

L. Prognosis

Prognosis baik dengan penanganan yang cepat dan betul. Namun dapat terjadi pada

kehamilan akan datang.6

Kesimpulan

Eklampsia merupakan penyakit preeklampsia berat yang disertai dengan kejang.

Gejala yang paling menonjol untuk eklampsia adalah hipertensi yang tinggi, proteinuria,

edema seluruh tubuh dan juga kejang. Kejadian eklampsia ini disebabkan oleh banyak faktor

termasuklah faktor genetik. Eklampsia berbahaya tidak hanya pada ibu hamil tapi juga

kepada janin yang sedang dikandungnya. Pengobatan utama yang penting pada eklampsia

adalah mengatasi kejang dan obat unggulan yang digunakan hingga saat ini adalah

magnesium sulfat. Melahirkan bayi merupakan cara yang paling efektif untuk menghilangkan

gejala eklampsia. Pencegahan dan deteksi dini tanda-tanda dari preeklampsia adalah sangat

penting sebelum terjadinya preeklampsia berat dan akhirnya eklampsia. Antenatal care yang

teratur adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk menurunkan angka kejadian

preeklampsia dan eklampsia.

Daftar Pustaka

1. Jonatahan Gleadle, At a glance Aanamnesis Dan Pemeriksan fisik. Penerbit Erlangga

Agustus 2005

13

Page 14: Eklampsia Pada Ibu Hamil

2. Bickley LS, Szilagyi PG. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates.

8th ed. Penerbit Buku Kedokteran (EGC) cetakan pertama 2009: p 417-435

3. Abidin T. Preeklampsia dan eklampsia, dalam buku acuan pelatihan pelayanan

obstetri neonatal emergensi dasar, 2009 : Hal 1-11

4. Wim TP. Komplikasi Akut pada Pre-eklampsia . Bagian Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang. 2002

5. Wiknjosastro H. Preeklampsia dan eklampsia. Dalam : Ilmu kebidanan. Edisi

keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2008.

p.530-553.

6. Angsar M.D, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Hipertensi Dalam Kehamilan,

ed.4 . Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Praworihardjo,2009;542-44.

14