Efusi Pleura
-
Upload
ilhammulyana -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of Efusi Pleura
BAB I
PENDAHULUAN
Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan
pleura parietalis. Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan
yang berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas.
Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang
diproduksi oleh pleura parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan
pembuluh darah mikropleura viseral atau sebaliknya yaitu apabila produksi cairan
melebihi kemampuan penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau
organ luar paru. Hal pathogenesis seperti inilah yang disebut dengan efusi pleura, yang
bisa berupa hidrothoraks, pleuritis eksudativa, kilothoraks, piothoraks atau empiema1.
Efusi pleura berupa eksudat atau transudat. Transudat terjadi pada peningkatan
tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif. Transudasi juga dapat
terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal atu penekanan tumor
pada vena kava.Sedangkan eksudat terjadi sekunder dari peradangan atau keganasan
pleura dan peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening2.
Menurut WHO pada tahun 2008, efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit
yang dapat mengancam jiwa. Secara geografis penyakit ini terdapat terdapat di seluruh
dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi
pleura per 100.000 orang.3
Menurut Depkes RI pada tahun 2006, kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran nafas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan
keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan angka kematian
akibat efusi pleura masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya efusi pleura karena
lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang tidak baik.4 Di Indonesia, tuberculosis paru
adalah penyebab utama efusi pleura, disusul dengan keganasan. Distribusi berdasarkan
jenis kelamin, efusi pleura didapatkan lebih banyak pada wanita daripada pria.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan suatu kondisi dimana adanya akumulasi cairan pleura yang
berlebihan didalam rongga pleura yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.8 Rongga pleura dalam keadaan normal
berisi cairan 10 ml sampai 20 ml yang berfungsi dalam proses pernapasan. Akumulasi
cairan yang melebihi normal, akan menimbulkan gangguan dengan memberikan gejala
klinis dan terdeteksi pada pemeriksaan klinis dan radiologis. Efusi pleura dapat berupa
eksudat dan transudat.9
1.2. Epidemiologi
Di Amerika serikat, dilaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi
pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Sementara di negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tuberculosis
disusul dengan keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin,efusi pleura didapatkan
lebih banyak pada wanita daripada pria. Efusi pleura yang disebabkan karena
tuberkulosis paru lebih banyak dijumpai pada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura
karena tuberculosis adalah 21-30 tahun(rerata 30,26%).5
1.3. Etiologi
Akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat peningkatan permeabilitas
pembuluh darah karena reaksi inflamasi oleh infiltrasi sel kanker pada pleura parietal dan
visceral. Mekanisme yang lain adalah invasi langsung sel tumor yang berdekatan dengan
pleura, obstruksi kelenjar limfe dan gangguan absorbsi oleh pembuluh limfe pleura
parietal. Dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah kenaikan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulsi kapiler, penurunan tekanan
kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga
pleura.6
Hambatan reasorbsi cairan dari rongga pleura terjadi pada dekompensasi kordis,
penykit ginjl, tumor mediastinum. Produksi cairan berlebihan misalnya karena radang
2
(tuberculosis, pneumonia), bronkiektasis, abses amuba. Ini disebabkan oleh empat
mekanisme yaitu peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik, penurunan
tekanan osmotik koloid darah, peningkatan tekanan negatif intrapleura dan adanya
inflamasi atau neoplastik pleura.6
1.4. Patofisiologi
Pleura adalah membran serous yang menutupi permukaan parenkim paru,
mediastinum, diafragma, dan rongga toraks. Struktur tersebut terbagi atas pleura viseralis
dan pleura parietalis. Pleura viseralis melindungi permukaan parenkim paru terhadap
dinding toraks, diafragma, mediastinum dan fisura interlobaris. Pleura parietalis melapisi
permukaan rongga toraks, yang terbagi atas pleura parietalis kostalis, mediastinalis, dan
diafragmatik. Kedua pleura membran tersebut bertemu di akar hilus paru. Diantara
keduanya terdapat rongga ataupun rongga potensial yang disebut sebagai rongga pleura.1
Pleura terdiri dari lima bagian utama, yaitu: sirkulasi sistemik parietal
(percabangan arteri interkostalis dan arteri mamaria interna), ruang interstisial parietal,
rongga pleura yang sisi-sisinya dibatasi oleh sel mesotelial, interstisial paru, dan sirkulasi
viseral (arteri bronkial dan arteri pulmonalis). Pada keadaan normal, rongga pleura berisi
sekitar 10-20 ml cairan yang bermanfaat sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan
leluasa saat bernapas. Produksinya sekitar 0,01 mg/kgBB/jam hampir sama dengan
kecepatan penyerapan. Dari sirkulasi sistemik, cairan normal dan protein memasuki
rongga pleura. Cairan pleura tersebut mengandung kadar protein rendah (<1,5 g/dl) yang
dibentuk oleh pleura viseral dan parietal.7
Cairan pleura difiltrasi di kompartemen pleura parietalis dari kapiler sistemik
menuju rongga pleura karena terdapat sedikit perbedaan tekanan diantarakeduanya.
Rongga pleura bertekanan sub-atmosfer dan mendukung inflasi paru. Cairan yang
diproduksi oleh pleura parietal dan viseral selanjutnya akan diserap oleh pembuluh limfe
dan pembuluh darah mikro pleura viseral. Mekanisme ini mengikuti hukum Starling yaitu
jumlah pembentukan dan pengeluaran seimbang sehingga volume dalam rongga pleura
tetap. Jika produksi cairan melebihi kemampuan penyerapan dan sebaliknya maka akan
terjadi akumulasi cairan melebihi volume normal, dimana hal tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa kelainan antara lain infeksi dan kasus keganasan di paruatau organ luar
3
paru. Terjadinya penumpukan cairan pleura dalam rongga pleura dapat disebabkan hal-
hal sebagai berikut: 6
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sirkulasi mikrovaskuler.
2. Menurunnya tekanan onkotik dalam sirkulasi mikrovaskuler.
3. Bertambahnya permeabilitas dinding pembuluh darah pleura.
4. Terganggunya penyerapan kembali cairan pleura ke pembuluh getah bening.
5. Perembesan cairan dari rongga peritoneum ke dalam rongga pleura.
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Efusi Pluera
1.5. Klasifikasi
Berdasarkan jenis cairan yang dibentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis. Transudat dapat disebabkan oleh gagal jantung
kongestif,sindroma nefrotik, asites, dan tumor. Sedangkan untuk eksudat dapat terjadi
pada infeksi, tumor, infark paru dan radiasi. Hemoragis dapat terjadi pada tumor dan
trauma5.
4
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk,efusi pleura dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi bilateral biasaya dijumpai pada gagal jantung, asites, sindroma
nefrotik, tumor, SLE dan tuberkulosis.
Berdasarkan analisa cairan, macam cairan pleura antara lain:
-Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : Kuning, kuning kehijauan
- Kilothoraks : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
Berdasarkan perhitungan sel dan sitologi, yaitu jika leukosit 25.000/mm3 maka
itu adalah empiema. Jika banyak netrofil, yaitu pada kasus pneumonia,infark paru, tb
paru dini. Sedangkan jik banyak limfosit terjadi pada keganasan dan limfoma.
Tabel 1. Perbedaan antara eksudat dan transudat
Jenis Pemeriksaan Transudat Eksudat
Rivalta -/+ -
Berat Jenis <1,016 >1,016
Protein <3gr/100cc >3gr/100cc
Ratio protein pleura dan
protein serum
<0,5 >0,5
LDH <200IU >200IU
Leukosit <1000/mm3 >1000/mm3
1.6. Manifestasi Klinis
Efusi pleura bisa saja tanpa gejala klinis, tergantung pada banyaknya cairan dan
juga bergantung pada penyakit dasar. Pasien terkadang mengeluhkan demam, kemudian
ada nyeri dada dan rasa tidak enak di dada. Bisa juga disertai batuk dan sesak nafas.
Posisi tidur lebih nyaman ke sisi yan sakit. Pada pemeriksaan fisis baru terlihat jka cairan
lebih dari 500 cc. Pada inpeksi saat statis dada yang terkena tampak lebih cembung, saat
dinamis terdapat gerakan tertinggal pada dada yang sakit. Pada saat palpasi,stem fremitus
menurunn di sisi yang sakit. Pada perkusi ditemukan suara redup sampai pekak.
Sementara pada auskultasi terdengar suara vesikuler melemah.1,2
5
1.7. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisis
yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melaui punksi percobaaan, biopsi dan analisa
cairan pleura.Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan foto thoraks. Permukaan
cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva,
dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial.Perlu pemeriksaan
foto lateral untuk menbedakan antara bayangan cairan bebasdalam pleura dengan adhesi
karena radang1.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi dapat menentukan adanya cairan di pleura
sekaligus dapat menuntun saat aspirasi cairan.Pemeriksaan CT scan juga dapat
membantu.Aspirasi cairan (torakosintesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostic dan
teurapetik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior
dengan menggunakan jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan tidak dapat
sekaligus dilakukan, harus berulang untuk mencegah pleura shock.4
Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan sitologi cairan pleura untuk menentukan
diagnostic penyakit pleura. Misalnya banyaknya sel neutrofil pada infeksi akut, adanya
limfosit pada infeksi kronik, adanya sel mesotel pada infark paru. Dapat jugag dilakukan
biopsi pleura.4
1.8. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada efusi pleura terfokus pada penyakit dasar dan pengosongan
cairan. Pengosongan cairan dapat dilakukan menggunakan pipa intubasi melaui sela
iga(torakosintesis). Indikasinya adalah untuk mengurangi sesak pada pasien, bila terapi
spesifik pada penyakit primer tidak efektif dan bila terjadi reakumulasi cairan.Sedangkan
kerugian dari tindakan ini adalah dapat menghilangkan protein pada cairan pleura, dapat
menimbulkan infeksi pada pleura dan dapat terjadi pneumothoraks5.
LAPORAN KASUS
6
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. ZA
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Status : Belum menikah
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Lr. Bak Panah Lambaro Skep Kuta Alam
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk : 26 November 2013
Tanggal Pemeriksaan : 04 Desember 2013
II. ANAMNESIS PENYAKIT
1. Keluhan utama :
Sesak napas
Keluhan tambahan :
Batuk kering, muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas, sesak dirasakan sudah sejak
± 2 bulan SMRS namun memberat dalam ± 2 minggu ini. Pasien mengaku sesak
.memberat ketika ia beraktivitas dan tidak dipengaruhi oleh cuaca namun sesak
memberat pada malam hari. Riwayat penggunanan obat inhaler di sangkal. Pasien
juga mengeluhkan batuk, batuk dirasakan sudah sejak ± 1 bulan yang lalu. Batuk
tidak mengeluarkan dahak. Riwayat batuk darah disangkal. Riwayat minum obat
enam bulan disangkal. Namun riwayat kontak dengan penderita batuk kronis (+).
Pasien juga mengeluhkan muntah sejak ± 2bulan yang lalu, muntah sebanyak 10
cc tiap kali muntah, muntah di rasakan tiga kali setiap hari dan mengeluarkan
cairan asam berwarna kuning. Pasien mengakui tidak ada riwayat penurunan berat
badan, keringat pada malam hari di sangkal dan demam disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Disangkal
7
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Kakek mengidap batuk yang lama
5. Riwayat Pemakaian Obat :
Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat sebelumnya
6. Riwayat Kebiasaan Sosial :
Merokok (+) sejak usia 17 tahun, 1 hari 1 bungkus
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36,7 oC di axilla
Berat Badan : 50 Kg
1. Kulit
Warna
Turgor
Sianosis
Ikterus
Edema
Anemia
:
:
:
:
:
:
Sawo matang
Cepat kembali (normal)
(-)
(-)
(-)
(-)
2. Kepala
Rambut : Hitam, distribusi normal, sukar dicabut
8
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
:
:
:
:
:
:
:
:
simetris, edema (-)
Conj. palp. inf. pucat (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Refleks cahaya langsung (+/+)
Refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Pupil isokor 3 mm/3 mm
Sekret (-), perdarahan (-), tanda radang (-)
Sekret (-), perdarahan (-), nafas cuping hidung (-)
Bibir pucat (-), sianosis (-)
Beslag (-), tremor (-), papil lidah atropi (-)
T1-T1, hiperemis (-)
Hiperemis (-)
3. Leher
− Pembesaran KGB
− Kelenjar thyroid
− Trakhea
− JVP
:
:
:
:
(-)
Pembesaran (-)
Letak medial
R – 2 cmH2O
4. Axilla : Pembesaran KGB (-)
5. Thorax Anterior
● Inspeksi
Simetris, pernafasan abdominothoracal, retraksi intercostal (-)
● Palpasi
Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas N N
Lap. Paru Tengah N ↓
Lap. Paru Bawah N ↓
9
● Perkusi
Paru Kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas Sonor Sonor
Lap. Paru Tengah Sonor Redup
Lap. Paru Bawah Sonor Redup
● Auskultasi :
Paru Kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas Ves (+), Rh (-), Wh (-) Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru Tengah Ves (+), Rh (-), Wh (-) Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Lep. Paru Bawah Ves (+), Rh (-), Wh (-) Ves (↓), Rh (+), Wh (-)
6. Thorax Posterior
● Inspeksi
Simetris, retraksi intercostal (-)
● Palpasi
Stem Fremitus Paru Kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas N N
Lap. Paru Tengah N ↓
Lap. Paru Bawah N ↓
● Perkusi
Paru Kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas Sonor Sonor
Lap. Paru Tengah Sonor Redup
Lap. Paru Bawah Sonor Redup
● Auskultasi :
10
Paru Kanan Paru Kiri
Lap. Paru Atas Ves (+), Rh (-), Wh (-) Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru Tengah Ves (+), Rh (-), Wh (-) Ves (+), Rh (-), Wh (-)
Lep. Paru Bawah Ves (+), Rh (-), Wh (-) Ves (↓), Rh (+), Wh (-)
7. Jantung
● Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
● Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V LMCS
● Perkusi : batas-batas jantung
Atas : ICS II
Kanan: Linea Parasternal Dextra
Kiri : Linea midclavicularis sinistra
● Auskultasi :
BJ I > BJ II , reguler (+), bising (-)
8. Abdomen
● Inspeksi : soepel, distensi (-)
● Palpasi : Nyeri tekan (-),
Hepar dan Lien tidak teraba, ballottement ginjal (-/-)
● Perkusi : Tympani (+)
● Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal.
9. Ekstremitas : Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Edema - - - -
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium ( 26 November 2013)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
11
Hemoglobin 17,2 13-17 gr/dl
Leukosit 7,5 4.1-10.5 x 103/ul
Trombosit 217 150-400 x 103/ul
Hematokrit 42 40.0-55.0 %
MCV 85 60-100 fi
MCH 32 27-32 mg/dl
MCHC 37 32-36 g/dl
Hit. jenis 4/0/3/5/30/12
Bil. Total 1,49 mg/dl 0-1 mg/dl
Bil. Direct 0,55 0-0,25 mg/dl
SGOT 85 0-31 U/I
SGPT 76 0-37 U/I
Alk. Pospatase 84 100-290 U/L
Protein total 7,4 6,3-8,3 U/l
Albumin 3,6 3,2-5,2 g/dl
Globulin 3,8 1,3-3,2 g/dl
Kreatinin darah 2,0 0,6-1,1 mg/dl
Ureum darah 56 20-45 mg/dl
As. Urat darah 8,0 Lk: 3-7 mg/dl
Pr: 1,5-6 mg/dl
Total kolesterol 149 <200 mg/dl
HDL - kolesterol 25 >45 mg/dl
LDL – kolesterol 106 <150 mg/dl
Trigliserida 70 30-200 mg/dl
Gula darah puasa 85 60-110 mg/dl
Gula darah 2 jam PP 109 <200 mg/dl
Laboratorium (27 November 2013)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
12
Hemoglobin 14,2 13-17 gr/dl
Leukosit 7,2 4.1-10.5 x 103/ul
Trombosit 243 150-400 x 103/ul
Hematokrit 42 40.0-55.0 %
Masa Perdarahan 7
Masa Pembekuan 2 0,6-1,1 mg/dl
2. Foto Thorax PA ( November 2013)
KV : Cukup
Soft Tissue : Tidak Ada Massa, Kesan Normal
Tulang-Tulang : Intak, Tidak Ada Yang Fraktur
Klavikula : Letak Simetris
Sela Iga : ICS tidak melebar
Trakea : Letak Medial
Jantung : Tidak membesar
Diafragma : Dalam Batas Normal
Sinus Kostofrenikus : Kanan : tajam, Kiri tertutup perselubungan
Hilus Paru : Dalam Batas Normal (paru kiri)
Paru :Perselubungan opaque yang difus pada paru kiri.
Kesan : Efusi Pleura sinistra.
13
2. Analisa Cairan Pleura
- Warna : kuning
- Kejernihan : Keruh
- Bekuan : Negatif
- Protein : 2,7
- Glukosa : 95 mg/dl
- Hitung sel : 2.500
-PMN : 10%
- MN : 95%
3. BTA cairan Pleura
BTA negatif (-)
IV. DIAGNOSIS BANDING
Efusi pleura sinistra ec dd/ 1. TB Paru
2. Keganasan
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
Efusi pleura sinistra ec. dd/ 1. TB Paru
2. Keganasan
VI. PENATALAKSANAAN
Bed rest
IVFD RL 20 gtt/menit
Torakosintesis (WSD)
Rimstar tab 3 x 1
Pronalges Supp / 8 jam
Codein tab 3 x 1
Ciprofloxacin 2x 500mg
Metil prednisolon 4 mg
3x2 (5 hari pertama) mulai tanggal 3 desember 2013
3x1 (5 hari kedua)
2x1 (5 hari ketiga)
14
1x1 (5 hari keempat)
Ranitidin tab 2 x 1
Vit B6 tab 1x1
Planning diagnostik
Pemeriksaan Lab rutin
Sputum BTA
Planning Evaluasi
Pemeriksaan Lab rutin ulang
Foto thorak ulang
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
FOLLOW UP HARIAN
Tgl/Hari Rawatan
S O A P
27-11-2013(H1)
Sesak (+), batuk (+) muntah (+)
Vital Sign :Kes : CMTD : 110/80 mmHgN : 72 x/mntRR : 20 x/mntT : 36,6 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut, Leher : dbnToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan > SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/↓), Rh (+/+), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Codein tab 3 x 1
Planing: Pemasangan WSD Lab cyto
28/11/2013H-2
Sesak (+) berkurang, batuk (+) muntah (-)
Vital Sign :Kes : CMTD : 100/80 mmHgN : 72 x/mntRR : 18 x/mntT : 36,6 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut,
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Pronages Supp / 8
jam Ceftriaxone 2gr/24
jam
15
Leher : dbnToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan > SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/↓), Rh (+/+), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
Rimstar tab 1x3
Planing: Analisa cairan pleura Cek produksi cairan pleura 1000 cc / 24 jam
29/11/2013H-3
Nyeri post pemasangan WSD
Vital Sign :Kes : CMTD : 90/80 mmHgN : 77 x/mntRR : 21 x/mntT : 36,8 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut, Leher : dbnToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan > SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/↓), Rh (+/+), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Pronages Supp / 8
jam Ceftriaxone 2gr/24
jam Rimstar tab 1x3
Planing: Foto thorax ulang Edukasi
30/11/2013H-4
Sesak (-) Vital Sign :Kes : CMTD : 120/80 mmHgN : 87 x/mntRR : 21 x/mntT : 36,6 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut, Leher : dbnToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan = SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Pronages Supp / 8
jam Ceftriaxone 2gr/24
jam Rimstar tab 1x3
01/12/2013H-5
- Vital Sign :Kes : CMTD : 120/80 mmHgN : 88 x/mntRR : 21 x/mntT : 36,8 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut, Leher : dbn
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Pronages Supp / 8
jam Ceftriaxone 2gr/24
jam Rimstar tab 1x3
16
ToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan = SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
02/12/2013H-6
- Vital Sign :Kes : CMTD : 120/80 mmHgN : 86 x/mntRR : 20 x/mntT : 36,7 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut, Leher : dbnToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan = SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Pronages Supp / 8
jam Ceftriaxone 2gr/24
jam Rimstar tab 1x3
Cairan pleura 500 ccTotal = 3000 cc
03/12/2013H-7
- Vital Sign :Kes : CMTD : 120/70 mmHgN : 78 x/mntRR : 22 x/mntT : 36,4 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut, Leher : dbnToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan = SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Pronages Supp / 8
jam Ceftriaxone 2gr/24
jam Rimstar tab 1x3 Codein tab 3x1 Ciprofloxacin
500mg 2x1 Furosemide 1 amp
(ekstra) Metil prednisolon 4 mg
3x2 (5 hari pertama) mulai
tanggal 3 desember 2013
3x1 (5 hari kedua)
2x1 (5 hari ketiga)
1x1 (5 hari keempat)
Ranitidin tab 2 x 1
Cairan pleura (WSD) =
17
1000 cc
Total cairan keluar =
4000cc
04/12/2013H-8
Nyeri pada perut, sesak napas berkurang, batuk berkurang
Vital Sign :Kes : CMTD : 120/80 mmHgN : 82 x/mntRR : 21 x/mntT : 36,7 ‘C
PF :Kepala, Telinga, Mulut, Leher : dbnToraksI : Simetris (-), Retraksi (-)P: SF Kanan = SF kiriP: Sonor / RedupA:Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen : dbnExtremitas : dbn
Efusi pleura sinistra e.c. dd. 1. TB paru 2. Pneumonia
Therapi :
Bed rest IVFD RL 15
gtt/menit Pronages Supp / 8
jam Ceftriaxone 2gr/24
jam Rimstar tab 1x3 Codein tab 3x1 Ciprofloxacin
500mg 2x1 Furosemide 1 amp
(ekstra) Metil prednisolon 4 mg
3x2 (5 hari pertama) mulai
tanggal 3 desember 2013
3x1 (5 hari kedua)
2x1 (5 hari ketiga)
1x1 (5 hari keempat)
Ranitidin tab 2 x 1
Vit B6 tab 3 x 1
Cairan pleura (WSD) =
1000 cc
Total cairan keluar =
5000cc
18
BAB III
KESIMPULAN
1. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. Timbulnya efusi pleura didahului oleh keradangan pleura atau pleuritis.
Dimana pleuritis terdiri dari pleuritis sicca(tanpa cairan), pleuritis eksudativa,
pleuritis fibrinosa, pleuritis deformans, dan pleuritis adhesiva.
2. Di Indonesia, tuberculosis paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul dengan
keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura didapatkan lebih
banyak pada wanitap daripada pria.
3. Efusi pleura bisa saja tanpa gejala klinis, tergantung pada banyaknya cairan dan
juga bergantung pada penyakit dasar. Pasien terkadang mengeluhkan demam,
kemudian ada nyeri dada dan rasa tidak enak di dada. Bisa juga disertai batuk dan
sesak nafas. Posisi tidur lebih nyaman ke sisi yan sakit.
4. Diagnosis efusi pleura dibuat berdasarkan pada temuan klinis, penunjang
radiologis, serta pemeriksaan cairan pleura, baik analisis maupun sitologi.
5. Tatalaksana pada efusi pleura terfokus pada penyakit dasar dan pengosongan
cairan. Pengosongan cairan dapat dilakukan menggunakan pipa intubasi melaui sela
iga(torakosintesis). Indikasinya adalah untuk mengurangi sesak pada pasien
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Halim, Hadi. Penyakit-penyakit Pleura dalam Buku Ajar Ilmu penyakit dalam.
EGC. Jakarta. 2009.
2. Syahruddin E. Efusi Pleura Ganas dan Stadiun TNM untuk Staging Kanker Paru
Jenis Karsinoma bukan Sel Kecil (KPKBSK) Versi 7, UUIC 2009. J Respir Indo.
2010.
3. Tobing EM, Widirahardjo. Karakteristik Penderita Efusi Pleura di RS.Adam Malik
Medan tahun 2011. E-Jurnal FK USU. 2013.
4. Amin Z., dan Masna I. A. K., 2007. Indikasi dan Prosedur
Pleurodesis. Majalah Kedokteran Indononesia. Volume: 57.Nomor: 4.pp 129-133
5. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press.edisi 2. Surabaya: 2002.
6. Diaz-Guzman E, Budev MM. Accuracy of the physical examination in evaluating
pleural effusion. Cleveland Clinic Journal 2008;75:297-303.
7. Willson, Lorraine M. Penyakit pernapasan Retriktif dalam patofisiologi proses-
proses Penyakit. EGC. Jakarta. 2006.
8. Hanley M, Welsh C. Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine.Mc Graw
Hill 2003 41: 424-425.
9. Kumar, Ramzi. Basic Pathology.EGC.Jakarta. 2006.
20