Efusi Pleura

32
EFUSI PLEURA DIRUANG RINDU A3 RSUP H ADAM MALIK MEDAN ˮ BAB I PENDAHULUAN 1. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sanga menentukan kwalitas sumber daya manusia, disamping merupakan karunia tuhan yang disyukuri, karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditinggalkan serta dilindun ancaman yang merugikan (Srisukmawati, 2011) fusi pleura cukup banyak di!umpai. "i #S$" "r. Soetomo Surabaya pada tahun 1%&' pleura menduduki peringkat ke dari 10 penyakit terbanyak . di indonesia, tube adalah penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. "istribusi berdasark kelamin, efusi pleura didapatkan lebih banyak pada wanita dari pada pria. Efusi didapatkan oleh tuberkulosis paru lebih banyak di!umpai pada pria dari pada wani terbanyak untuk efusi pleura karena tuberkulosis adalah 21 0 tahun (rerata 0 elihat dari karakteristik penyakit ini, peran perawat bukan hanya dibutuhkan t merupakan dasar untuk mengatasi insiden lan!ut akibat dari efusi pleura.(-lsagaf "ari data yang diperoleh dari rumah sakit setiap tahunnya pasien yang menderita efusi pleura "i #S$/. . -dam alik edan yaitu tahun 2011 sampai 2012 sebanya orang yang menderita penyakit efusi pleura. aki laki sebanyak *0 orang dan w sebanyak 21 orang yang menderita penyakit efusi pleura. "ari uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat kasus ini sebagai karya tuli dengan !udul -suhan Keperawatan y. 3 "engan 4angguan Sistem /ernafasan Efus Pleura "i #uang #indu - #umah Sakit $mum /usat a!i -dam alik edan 5ahun 20126. 1. B. Tujuan Penulian 1. 5u!uan $mum untuk memperoleh gambaran yang !elas dan nyata mengenai penerapan -suhan Keperaw pada pasien "engan 4angguan Sistem /ernapasan Efusi Pleura "i #uang #indu - #S . -dam alik edan 5ahun 2012. 1. 5u!uan Khusus 1. mampu melakukan pengka!ian secara lansung pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura . 2. mampu merumuskan diagnose keperawatan dengan ganguan sistem pernapasan efusi pleura.

description

iiiyy

Transcript of Efusi Pleura

EFUSI PLEURA DIRUANG RINDU A3 RSUP H ADAM MALIK MEDANBAB IPENDAHULUAN1. A. Latar BelakangKesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kwalitas sumber daya manusia, disamping merupakan karunia tuhan yang perlu disyukuri, karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditinggalkan serta dilindungi dari ancaman yang merugikan (Srisukmawati, 2011)Efusi pleura cukup banyak dijumpai. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1984 efusi pleura menduduki peringkat ke 3 dari 10 penyakit terbanyak . di indonesia, tuberkulosis paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura didapatkan lebih banyak pada wanita dari pada pria. Efusi pleura didapatkan oleh tuberkulosis paru lebih banyak dijumpai pada pria dari pada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura karena tuberkulosis adalah 21 30 tahun (rerata 30,26%). Melihat dari karakteristik penyakit ini, peran perawat bukan hanya dibutuhkan tetapi merupakan dasar untuk mengatasi insiden lanjut akibat dari efusi pleura.(Alsagaff, H, 2010)Dari data yang diperoleh dari rumah sakit setiap tahunnya pasien yang menderita penyakit efusi pleura Di RSUP. H. Adam Malik Medan yaitu tahun 2011 sampai 2012 sebanyak 81 orang yang menderita penyakit efusi pleura. Laki laki sebanyak 60 orang dan wanita sebanyak 21 orang yang menderita penyakit efusi pleura.Dari uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat kasus ini sebagai karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Ny. I Dengan Gangguan Sistem Pernafasan Efusi Pleura Di Ruang Rindu A3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.1. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umumuntuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata mengenai penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Efusi Pleura Di Ruang Rindu A3 RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012.1. Tujuan Khusus 1. mampu melakukan pengkajian secara lansung pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura .2. mampu merumuskan diagnose keperawatan dengan ganguan sistem pernapasan efusi pleura.3. mampu melakukan perencanaan keperawatan sesuai diagnose keperawatan yang telah ditetapkan berdasarkan prioritas masalah pada pasien gangguan sistem pernafasan efusi pleura.4. mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan pada pasien gangguan sistem pernafasan efusi pleura.5. Mampu menggambarkan evaluasi masalah keperawatan pada pasien gangguan sistem pernafasan efusi pleura.6. C. Metode Penulisan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, dengan menggunakan studi kasus yang dilakukan pada pasien dengan ganguan sistem pernafasan efusi pleura di RA3 RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :1. WawancaraYaitu teknik untuk memperoleh data dengan cara wawancara langsung pada pasien dan keluarga atau orang lain yang berhubungan dengan masalah pasien untuk mendapatkan data subjektif.1. ObservasiYaitu metode dasar dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung objek yang diselidiki dengan menggunakan indra penglihatan. Pada pemeriksaan fisik teknik ini dilakukan dalam bentuk pemeriksaan (inspeksi), periksa raba (palpasi), periksa ketuk (perkusi), dan periksa dengar (auskultasi).1. Studi dokumentasiYaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari catatan medis atau perawatan untuk memperoleh data tertier.1. Studi kepustakaanYaitu dilakukan dengan mempelajari dari berbagai buku dan sumber media lain untuk melengkapi penyusunan dan mendapatkan dasar teknik, ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.1. D. Sistematika Penulisan Penulis karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :BAB I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, ruang lingkup,tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.BAB II : Landasan teoritis yang meliputi1. Konsep dasar yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda dan gejala, anatomi dan fisiologi, manifestasi klinis patofisiologi,pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan.2. Asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan / intervensi dan evaluasi.BAB III : laporan kasus yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pendokumentasian.BAB IV : pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.BAB V : kesimpulan dan saranBAB IILANDASAN TEORITIS1. A. Konsep Dasar 1. 1. PengertianEfusi pleura suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga pleura ( Irman Somantri, 2008 ) Efusi pleura pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan pariental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain ( Brunner dan Suddarth, 2001 ). Efusi pleura adalah akumulasi cairan didalam rongga pleura, timbulnya efusi pleura didahului oleh peradangan pleura atau pleuritis (Alsagaff, H, 2010 )1. 2. EtiologiKelinan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan skunder. Kelainan primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu :1. Infeksi kuman primer intrapleura2. Tumor primer pleura( Irman Somatri, 2009 )1. 3. Tanda Dan GejalaTimbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi kondisi seperti adanya ganguan dalam reabsorbsi cairan pleura (misal karena adanya tumor), peningkatan produksi cairan pleura (missal karena adanya infeksi pada pleura), sedangkan sedangkan secara patologis, efusi pleura terjadi dikarenakan keadaan keadaan seperti : Meningkatnya tekanan tekanan hidrostatik ( missal akibat gagal jantung ) Menurunya tekanan osmotic koloid plasma Meningkatnya permeabilitas kapiler ( adanya infeksi bakteri )Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah sebagai berikut : Transudat Eksudat( Alsagaff, H, 2010 )1. 4. Anantomi Dan FisiologiSaluran pernapasan atas dan bawah dimulai dari hidung dan terakhir pada permukaan alveolar. Saluran bagian atas terdiri dari hidung, faring, dan bagian atas trachea guna membantu penyaringan, penghangatan dan pelembaban udara sebelum mencapai alveoli ( unit pertukaran gas ) diparu paru.Fisiologi pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yaitu pleura visceralis dan pleura parentalis, kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu :1. Pleura VisceralisBagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis ( tebalnya tidak lebih dari 30 mm ), diantara celah celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosid dan histiosit. Dibawah endopleural terdapat jaringan kolagen dan serat serat elistik yang dinamakan lapisan tengah. Lapisan adalah jaringan intertensial subpleural yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler ( arteri pulmonalis dan arteri brankhialis ) dan kelenjar getah bening, keseluruhan jaringan pleural visceralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru paru.1. Pleura ParientalisLapisan jaringan pada pleura parentalis terdiri atas sel sel mesotelial dan jaringan ikat ( jaringan kolagen dan serat serat elastic ). Namun lebih dari pleura visceralis. Dalam jaringan ikat tersebut terdapat pembuluh kapiler ( arteri interkostalis dan arteri mammaria interna ), kelenjar getah bening, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa nyeri dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan ini berasal dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parientalis ini menempel tetapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada diatasnya.( Syaifuddin, 2006 )1. 5. Manifestasi KlinisKebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul disnea dan batuk. Efusi pleura yang membesar akan mengakibatkan nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi yang terkena. (Yohanes, 2011)1. 6. Patofisiologi Pada orang normal, cairan dirongga pleura sebanyak 1 20 ml. cairan di dirongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parientalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9 cm HO dan tekanan koloid osmotis pleura viseralis 10 cm HO.Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila :1. Tekanan osmotic koloid menrun dalam darah, misal pada hipoalbuminemi2. Terjadi peningkatan :- Permeabilitas kapiler ( peradangan, neoplasma )- Tekanan hidrostatik dipembuluh darah kejantung / v. pulmonalis ( kegagalan jantung kiri )- Tekanan negatif intra pleura ( etelektasis )( Corwin, 2009)1. 7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan fisikSuara nafas berkurang pada daerah efusi fremitus tidak ada.1. Pemeriksaan radiologisTampak cairan > 300 ml putih komptet pada area yang sakit obstruksi diafragma sebagian.1. Biopsi pleuraJaringan pleura dapat menunjukkan 50 75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosa dan tumor pleura.1. Pewarnaan gramUntuk mengetahui terdapat bakteri. (Alsagaff, H, 2010)Penatalaksanaan1. Lakukan aspirasi cairan pleura Tentukan lokasi pipa yang akan dipasang Dinding depan pada kanan iga II digaris mid klavikula Pada hemitoraks kanan disela iga VI VII garis aksilaposterior dan hemitoraks kiri di sela iga ke VII VIII Berikan anastesi lokal Dengan klem dibuat pemotongan di atas tepi iga sampai menembus pleura dan demikian udara dan cairan akan meyemprot keluar Masukkan pipa berukuran 36 40 dan untuk mengeluarkan darah dan nanah Hubungkan pipa dengan botol yang sudah diberi penyekat air Luka dijahit dan pipa difiksasi ke kulit1. Berikan antibiotikBerikan amoxillin 500 mg 3 x 11. Penatalaksanaan cairan / pemberian IVF D: RL / Dex2. Berikan diet TKTPMis: daging, telur, tempe, Hindari pemberian makanan yang mengandung garam berlebih1. Tirah baringPosisi miring semi fowler untuk memungkinakn ekspansi paru1. Pemberian O2( wuryantoro, 2011 )1. B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. 1. PENGKAJIANPengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Dalam tahap pengkajian ada 3 (tiga) hal yang dilakukan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan diagnose keperawatan.v Biodata yang meliputi identitas pasien dan identitas penanggung jawab.v Riwayat kesehatan.- Riwayat kesehatan sekarang.Sesak nafas, kesulitan pernafasan, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena, nyeri dada setempat, peningkatan vena jugularis, peningkatan suhu tubuh, keletihan serta batuk.- Riwayat kesehatan masa lalu.Pernah mengalami tuberculosis, pancreatitis, cerosis hepatis yang menyebabkan efusi pleura.- Riwayat kesehatan keluarga.Terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.v Kebiasaan sehari-hari.- Nutrisi/minumanPemasukan makanan dan makanan tidak adekuat.- Tidur.Adanya kesulitan atau gangguan pola tidur dapat terjadi karena adanya sesak nafas, batuk dan adanya pemasangan WSD.- ElimnasiDapat terjadinya konstipasi atau gangguan BAK karena imubilisasi, bed rest, pamasukan nutrisi yang tidak adekuat.- Aktivitas perawatan diri.Dalam personal hygine, mandi, makan/minum, ganti pakaian dibantu oleh orang lain atau perawat.- PsikologiPasien mengalami kegelisahan karena proses penyakitnya, sesak nafas dan pemasangan WSD.v Pemeriksan fisik- Tanda-tanda vital.Pernafasan meningkat dari normal (20 x/menit), suhu tubuh meningkat karena adanya bakteri/mikroorganisme, tekanan darah meningkat, pols cepat dan lemah.- Head to TooKelopak mata sembab, mata kelihatan sayu, berbicara seperti kecapekan, lambat dan perlahan-lahan, sesak nafas, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena, nyeri pada daerah dada seperti ditusuk-tusuk benda tajam, ekspansi dada asimetris dan adanya batuk.1. 2. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah yang nyata atau pun potensial, dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.Pada pasien dengan kasus efusi pleura diagnose keperawatan yang mungkin timbul adalah:1. Ketidak efektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.2. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.3. Nyeri akut yang berhubungan dengan Terangsangnya saraf intra toraks sekunder terhadap iritasi pleura Inflamasi prenkim paru.1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kemampuan recoil paru, gangguan tranfortasi oksigen.( Irman Soemantri, 2009)1. 1. PERENCANAANPerencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.Adapun rencana keperawatan pada pasien efusi pleura dibawah ini:v Diagnosa keperawatan 1Ketidak efektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspasi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura atau gangguan pertukaran gas.Tujuan:Pola nafas efektif.Kriteria hasil:Frekwensi pernafasan 20 x/menit, irama vesikuler dan kedalaman pernafasan normal, dispnoe tidak ada.Rencana tindakan- Kaji frekwensi, kedalaman dan kualitas pernafasan.- Auskultasi dada setiap 2 sampai 4 jam.- Pertahankan tirah baring, bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman.- Pantau TD, S, N, dan P setiap 4 jam.- Berikan obat-obatan sesuai terapi.- Bantu dan ajarkan pasien untuk berbalik batuk dan nafas dalam setiap 2 sampai 4 jam.- Berikan spirometer intensif.- Bebat dada ketika batuk.- Lakukan latihan rentang gerak aktif pada semua ekstremitas setiap 2 sampai 4 jam.- Tingkatkan aktivitas pasien.v Diagnose keperawatan 2Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakitnya.Tujuan:Pasien mengerti tentang proses penyakitnya.Kriteria hasil:Pasien dapat mengerti, tanda-tanda, gejala dari penyakitnya an prinsip perawatannya.Rencana tindakan- Kaji tingtkat pengertian mengenai proses penyakit.- Diskusikan gejala yang harus dilaporkan pada dokter seperti kesulitan bernafas, peningkatan suhu tubuh, batuk tetap.- Jelaskan pentingnya untuk melakukan latihan sesuai toleransi, rencanakan waktu istirahat, hindari keletihan.- Instruksikan pasien dan berikan dorongan pada pasien untuk batuk, nafas dalam untuk mempertahankan pengudaraan paru-paru.- Jelaskan pentingnya perawatan rawat jalan yang berkelanjutan.- Jelaskan pentingnya untuk menghindari orang yang mengalami infeksi terutama ISPA.- Diskusikan gejala demam atau flu untuk dilaporkan pada dokter.- Jelaskan pentingnya untuk melakukan vaksinasi influenza sesuai pesanan.- Diskusikan obat-obatan, nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping.v Diagnosa keperawatan 3Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pernafasan yang tidak adekuat.Tujuan:Aktivitas pasien terpenuhi.Kriteria hasil:Aktivitas dibatasi untuk menghindari kelelahan dan kebutuhan ADL dapat dipenuhi.Rencana tindakan:- Batasi aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan.- Kolaborasi dengan dokter untuk pengurangan toleransi aktivitas untuk mengurangi dyspnoe.- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (ADL), makan, minum, mandi, berpakaian, BAB, dan BAK.( Irman Soemantri, 2009)1. 2. EVALUASIDiagnosa I : Pola nafas pasien efektif/normal (20 x/menit).Diagnosa II : Pasien dapat menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dari penyakitnya.Diagnosa III : Aktivitas pasien terpenuhi. ( Irman Soemantri, 2009)BAB IIITINJAUAN KASUS1. A. Pengkajian2. 1. Identitas PasienNama : Ny IUmur : 29 tahunJenis kelamin : perempuanStatus : kawinAgama : protestanSuku : batakBahasa yang digunakan : batak / IndonesiaPendidikan : SMPPekerjaan : petaniAlamat : Desa Tongging Kec, Merek Kab, karoTgl masuk RS : 10 mei 2012No. Register : 00. 52. 20. 68Ruangan : Rindu A3 (Pulmo)Diagnosa medis : Efusi PleuraTgl pengkajian : 17 mei 2012Penanggung jawab pasienNama : Tn RUmur : 32 tahunPendidikan/pekerjaan : petaniAlamat : Desa Tongging Kec, Merek Kab, KaroHubungan dengan pasien : suami1. 2. Keluhan UtamaPasien merasa sesak, nyeri pada daerah dada dan pasien ada batuk1. 3. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarangAdanya penempukan cairan dirongga pleura dengan jumlah 100 cc dengan warna putih kekuningan, biasanya pasien mengeluh sesak nafas jika banyak melakukan aktifitas dan batuk khususnya pada malam hari, frekuensi pernafasan 26 x/menit.1. Riwayat KesehatanPasien pernah dirawat di rumah sakit bina kasih medan dengan kasus sesak nafas1. Riwayat Kesehatan KeluargaDiantara keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien1. 4. Pola Kebiasaan Sehari Hari 1. Biologis2. Nutrisi / minum : sebelum masuk rumah sakit pola makan pasien 3 x sehari dengan diet tinggi kalori tinggi protein. Pasien tidak selera makan karena jika pasien makan terasa sesak. Diet yang disajikan hanya setengah porsi. Kebiasaan minum dirumah lebih kurang 8 10 gelas setiap hari dengan jenis minum air putih, saat dirumah sakit lebih kurang 4 6 gelas setiap hari dengan jenis minuman air putih.3. Istirahat : sebelum masuk rumah sakit kebiasaan pasien tidak pernah tidur siang dan tidur malam 8 jam perhari, saat dirumah sakit pasien tidak pernah tidur siang dan tidur malam hanya 4 6 jam / hari karena pasien merasa sesak dan adanya pemasangan Water Seal Drainase (WSD).4. Eliminasi BAB/BAK : sebelum masuk rumah sakit frekuensi eliminasi BAK lebih kurang 4 5 kali/hari dan BAB 1 2 kali/hari dan tidak ada keluhan. Saat dirumh sakit eliminasi BAK lebih kurang 3 4 kali/hari dan sudah 5 hari ini belum BAB sehingga pasien mengeluh ini kepada perawat dan saat dipalpasi dinding abdomen bagian bawah terasa keras5. Aktifitas : dalam melakukan aktifitas pasien dibantu oleh keluarga / perawat untuk mandi, BAB / BAK, makan / minum, ganti pakaian, menyisir rambut, menyediakan pispot untuk BAB dan BAK.6. PsikologisPasien mengatakan tidak cemas, hal ini terlihat dari wajah yang tampak tenang karena pasien sudah pernah dirawat dirumah sakit dan keadaan pasien sudah ada perubahan karena sudah perawatan dan pengobatan lebih kurang 10 hari sebelum penulis kaji.1. SosialHubungan pasien dengan keluarga baik dan dengan orang lain juga baik. Pasien ramah dan merespon lawan bicara saat wawancara.1. SpiritualPasien tidak dapat lagi kegereja namun pasien percaya bahwa tuhan akan menyembuhkanya.1. 5. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda tanda vital pasien saat dikajiKesadaran : Compos MetisSuhu : 36,5 CTekanan darah : 90/70 mmHgNadi : 76 x/menitPernafasa : 26 x/menit1. Pemeriksaan Head To Too2. Kepala : bentuk kepala bulat simetris, rambut lurus sudah mulai ada uban, kulit kepala bersih, wajah berbentuk lonjong.3. Mata : mata agak sembab, pupil isokor kanan dan kiri, konjungtiva sedikit pucat, kelopak mata cekung dan agak kehitaman.4. Hidung : tidak dijumpai kelainan struktur, tidak ada peradangan atau pun pendarahan.5. Telinga : tidak ada pendarahan dan peradangan, serumen dalam batas normal dan pasien dapat mendengar dengan jelas dalam percakapan biasa.6. Mulut : tidak ada peradangan pada faring, tidak teraba pasien pembengkakan pada tonsil, fungsi menelan baik, dalam berkomunikasi dapat dimengerti namun terlihat kelelahan dan sesak nafas.7. Leher : tidak ada pemmbesaran kelenjar tiroid, adanya peningkatan vena jugularis.8. Torax : bentuk asimetris, pernapasan dangkal dan cepat dengan frekuensi 26 x/menit disertai batuk.9. Jantung : denyut nadi 76 x/menit dan tekanan darah 90/70 mmHg10. Abdomen : turgor kulit abdomen baik, pristaltik usus kurang dimana pasien mengalami konstipasi ( 5 hari tidak BAB ) dan jika dipalpasi daerah abdomen bagian bawah terasa keras, tidak ada pembesaran hepar.10. Genetalia : tidak ada peradangan dan pendarahan dan kebersihan cukup baik, BAK dan BAB dibantu dengan memakai pispot.11. Extremitas : pada kedua tangan tidak ada odema dan dapat digerakkan dengan baik, extremitas pada kaki sebelah kiri tidak dapat digerakkan dengan bebas karena adanya pemasangan infus.PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan LaboratoriumHb : 10,70 g% normal : 11,7 15,5Eritrosit : 3,80 mm normal : 4,20 4,87Lekosit : 11,86 mm normal : 4,5 11,0PLT : 292 mm normal : 150 450Hematokri : 29,80% normal : 38 44AGDA ( analisa gas darah)PH : 7,414 mmHg normal : 7,35 7,45PCO : 51,,7 mmHg normal : 31 50PO : 101,7 mmhg normal : 75 90Analisa cairan pleuraWarna : merahLDH : 433 U/L normal : < 3 g/dlPH : 9 normal : 7 81. Therapy medik- Infus : RL selang seling Dextrose 5%, 20 tt/menit- Tramal 3 x1- Codein 2 x1- Amoxicillin 500 mg 31- O2 : 3 4 L/menit- IVFD Nacl 0,9%- Inj cefotaxim 1gr / 12 jam- Inj ranitidin 1 amp/ 8 jamANALISA DATADdd NO DATAINTERPRESTASI MASALAH

123456DS :- Pasien mengeluh sesak nafas, nyeri didaerah dada.DO :- Pasien terasa sesak dengan RR : 26 X/menit.- Terpasang WSD dengan cairan putih kekuningan 100 cc.DS :- Pasien mengatakan tidak selera makan.DO :- Sesak nafas- Makanan yang dihabiskan setengan porsi.- K.U lemahDS :- Pasien mengeluh 5 hari tidak BAB.DO :- Bed Rest- Dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras- WSD terpasangDS :- Pasien mengatakan susah tidurDO :- Tidur malam 2 6 jam/hari- Sesak nafas, frekwensi pernafasan 26 x/menit.- Terpasang WSDDO :- BAB/BAK, makan, mandi, sisir rambut dibantu oleh perawat dan keluarga.DO- Cairan lebih kurang 100 cc dengan warna putih kekuningan- Pemasangan WSD- Bentuk dada asimetrisAdanya penumpukan cairan pada rongga pleuraPeningkatan frekuensi nafas karena cairan pada pleuraKurangnya makanan berserat atau imobilisasiSesak, terlihat peningkatan frekuensi nafas karena penumpukan pada paruAktifitas fisik tergangguAdanya luka bekas pemasangan WSDTidak efektifnya jalan nafasGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisiGanguan pola eliminasi BABPemenuhan istirahat tidur tergangguGanguan pemenuhan aktifitas sehari-hariResiko tinggi terjadinya infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN Dari hasil analisa data diatas, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura ditanndai dengan pasien mengluh sesak nafas, nyeri dada2. Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien mengatakan tidak selera makan, sesak, makanan yang dihabiskan setengah porsi, KU : lemah3. Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan kkurangnya makanan berserat dan dimobilisasi ditandai dengan pasien mengeluh tidak BAB, bet rest, dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras.4. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur terganggu sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien mengatakan susah tidur, tidur malam 5 -6 jam, frekuensi pernafasan 26 x/menit, terpasang WSD5. Gangguan pemenuhan aktifitas sehari hari (ADL) sehubungan dengan aktifitas fisik terganggu ditandai dengan BAB/BAK, makan, mandi, menyisir rambut dibantu oleh keluarga dan perawat.6. Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka bekas pemasangan WSD ditandai dengan cairan lebih kurang 100 cc bewarna putih kekuningan, WSD terpasang, bentuk dada asimetris.PRIORITAS MASALAH Dari diagnosa kkeperawatan diatas maka dapat diprioritaskan menurut teori kebutuhan Abraham Maslow yaitu :1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas jika beraktifitas, nyeri dada, terpasang WSD dengan cairan bewarna putih kekuningan 100 cc.2. Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan kurangnya makanan berserat, imobilisasi ditandai dengan pasien mengeluh 5 hari tidak BAB, bed rest, dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras.3. Ganguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien tidak selera makan, sesak, makanan yang dihabiskan setengah porsi, KU : lemah\4. Ganguan pemenuhan aktifitas sehari hari sehubungan dengan akktifitas fisik terganggu ditandai dengan BAB/BAK, makan, minum, mandi, menyisir rambut dibantu oleh perawat dan keluarganya.5. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur terganggu sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien mengeluh susah tidur, tidur malam 5 6 jam/hari, sesak nafas, frekuensi pernafasan 26 x/menit, terpasanng WSD.6. Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka bekas pemasangan WSD ditandai dengan cairan 100 cc bewarna putih kekuningan, pemasangan WSD, bentuk dada asimetris.ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan keperawatan yang dilakukansesuai dengan prioritas masalah :Diagnosa 1Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura ditandai dengan pasien mengeeluh sesak nafas, nyeri dada, pasien terlihat sesak napas dengan pernapasan 26 x/menit, terpasang WSD dengan cairan bewarna putih kekuningan 100cc.Tujuan :Jalan nafas efektifKriteria hasil :Pasien tidak sesak, pernapasan 20 x/menitIntervensi :1. Kaji frekwensi, pendalaman dan kwalitas pernapasan2. Auskultasi dada setiap 2 sampai 4 jam3. Pertahankan tirah baring, bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman4. Pantau tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan setiap 4 jam5. Beri obat obatan sesuai terapy6. Bantu dan anjurkkan pasien untuk berbalik batuk dan nafas dalam setiap 2 sampai 4 jam.7. Lakukan latihan rentang gerak aktif pada semua extremitas setiap 2 sampai 4 jam.8. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransiRasionalisasi :1. Untuk menghitung frekwensi pernafasan pasien dalam satu menit.2. (2,4) untuk mengetahui adanya kelainan.3. (3,5,7,8,) untuk mengurangi rasa sesak saat ekspirasi paru.4. (6,7,8) untuk mengetahui sebatas mana kemampuan pasien beraktivitasImplementasi :Jam 08.00 wibMengkaji keadaan umum pasienJam 09.00 wibMengatur posisi pasien dengan posisi semi powlerJam 10.00 wibMengkaji cairan yang keluar dari cavum pleura 100cc dengan warna cairan putih kekuningan.Jam 12.00 wibMembantu dan menganjurkan pasien untuk berbalik batuk dan nafas dalam.13.00 wibMengukur vital sign dengan tekanan darah 90/70 mmHg, pols 76 x/menit, pernafasan 26 x/menit, temp 36,6 CEvaluasi :S : pasien mengatakan masih nyerii pada daerah dada.O : pasien terlihat sesak saat bernafasA : adanya penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan pasien sesakP : beri posisi semi powler.Intervensi no 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan.Diagnosa 2Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan kurangnya makanan berserat atau imobilisasi ditandai dengan pasien mengeluh sudah 5 hari tidak BAB, bed-rest, dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras.Tujuan :Pasien BAB secara teraturKriteria Hasil :Konsitennsi BAB lembek dan frekwensi 1 x sehariIntervensi : 1. Kaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya2. Anjurkan pasien minum banyak dan mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi3. Bantu pasien untuk melakukan mobilisasi miring kekanan dan kekiri.4. Bantu pasien jika mau BAB dan beri posisi yang nyaman.5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapyRasionalisasi1. Untuk mengetahui kebiasaan BAB sebelumnya dan mengetahui pemasukan nutrisi / minum sehingga dapat mengetahui penyebab konstipasi.2. Untuk memperlancar BAB.3. Untuk merangsang pristaltik usus4. Pasien belum mampu melakukan perawatan diri dan pasien merasa nyaman5. Untuk mengetahui bagaimana konsistensi feaces pasien setelah BABImplementasi :Jam 08.00 wibMengkaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya dimana porsi makan yang disajikan habis dan kebiasaan BAB 1 xsehari.Jam 08.30 wibMenganjurkan pasien untuk minum 8 gelas sehari dan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat seperti buah buahanJam 09.00 wibMembantu pasien mobilisasi dengan cara miring kekiri dan kekanan ditempat tidurJam 09.30 wibMelakukan kolaborasi dengan dokter dengan pemberian flagil sup.Jam 10.00 wibMasukkan flagil sup melalui anusJam 13.00 wibMembantu pasien BAB ditempat tidur.Jam 13.30 wibMengamati konsistensi feaces dengan hasil feaces lembekEvaluasi :S : pasien mengatakan mau BABO : pasien BAB ditempat tidur, konsistensi feaces lembek dan dinding abdomen tidak keras lagiA : kebutuhan eliminasi tercapaiP : intervensi dilanjutkanDiagnosa 3 Ganguan pemeliharaan nutrisi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien mengatakan tidak selera makan, sesak, makanan yang dihabiskan setenga porsi, KU : lemahTujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil :Nafsu makan pasien bertambah dan diet yang disajikan dihabiskan pasien.Intervensi :1. Berikan makanan pasien sedikit sedikit tapi sering dan hangat2. Berikan makanan tambahan dari rumah sesuai dengan diet pasien.3. Beri penjelasan tentang pentingnya diet pasien untuk kesembuhan penyakitnya4. Berikan buah buahan yang mempercepat proses penyembuhan pasien.5. Hindari makanan yang merangsang batukRasionalisasi :1. Untuk mengetahui apakah kebutuhan pasien terppenuhi2. Agar pasien termotivasi unntuk menghabiskan diet yang disajikan3. Unntuk mengetahui proses penyembuhan pasien.4. Untuk menghindari batuk.Implmentasi :Jam 14.00 wibMemberi diet pasien dengan makanan biasa tinggi kalori tinggi protein 1600 kalori / hariJam 14.30 wibMemberikan penjelasan kepada pasien tentang pentingnya diet untuk kesembuhan penyakitnya.Evaluasi :S : nafsu makan mulai meningkat dengan porsi makanan dihabiskan.O : diet yang disajikan habisA : kebutuhan nutrisi terpenuhi.P : intervensi dilanjutkanDiagnosa 4Ganguan aktivitas sehari hari sehubungan dengan aktifitas fisik terganggu ditandai dengan pasien BAB /BAK, mandi, makan, menyisir rambut dibantu oleh perawat dan keluarga.Tujuan :Aktivitas pasien terpenuhiKriteria Hasil :- Aktivitas dibatasi untuk menghindari kelelahan.- Kebutuhan aktivitas sehari hari terpenuhiIntervensi :1. Batasi aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan2. Anjurkan pada pasien makan dengan porsi sedikit tapi sering.3. Kolaborasi dengan dokter untuk pengurangan toleransi aktivitas untuk mengurangi dyspnea.4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari hariRasionalisasi :1,4 untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktifita1,3 untuk mencegah sesak berrtambah beratImplementasi :Jam 9.30 wibMemotivasi pasien untuk ikut ambil bagian dalam perawatan diri misalnya menyisir rambut sendiri.Jam 09.45 wibMembantu pasien dalam kebersihan diri dengan melab pasienJam 11.00 wibMengkaji kemampuan fisik pasien dengan cara minum pasien masih butuh bantuanJam 12.00 wibMembantu pasien BAK dengan memberikan pispotEvaluasi :S : -O : BAB / BAK, makan, minum, mandi, menyisir rambut dibantu oleh perawat dan keluargaA : pemenuhan aktifitas belum terpenuhiP : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkanDiagnosa 5 Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur terganggu sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien mengatakan susah tidur, tidur malam 5 6 jam / hari, sesak nafas, frekuensi pernafasan 26 kali/menit, terpasang WSD.Tujuan Kebutuhan istirahat tidur terpenuhiKriteria HasilPasien dapat tidur dengan waktu tidur 7 8 jam/hariIntervensi : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman serta suasana yang tenang2. Bantu pasien dalam mengatur pergerakan / posisi yang nyaman bagi pasien3. Anjurkan kepada pasien agar mendekatkan diri kepada tuhan dengan berdoa sebelum tidur.4. Adakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.Rasionalisasi :1. Agar pasien tidur dengan tenang2. Agar pasien merasa nyaman3. Untuk menentramkan pikiran pasien.4. Agar batuk pasien dapat berhenti dan pasien dapat tidurImplementasi :Jam 14.00 wibMenciptakan lingkungan yang nyaman dengan merapikan tempat tidur pasien, membersihkan ruangan dan mengatur penerangan.Jam 14.30 wibMengadakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy yaitu : tramal 31 codein 21Jam 15.30 wibMengatur posisi pasien yang nyaman untuk tidur.Jam 17.30 wibMenganjurkan kepada pasien untuk mendekatkan diri kepada tuhan dengan berdoa sebelum tidur.Evaluasi :S : pasien mengatakan sudah mulai bisa tidurO : tidur siang 1 jamA : kebutuhan istirahat tidur mulai terpenuhiP : intervensi no 1 dan 4 dilanjutkanDiagnosa 6Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luku bekas pemasangan WSD ditandai dengan cairan lebih kurang 100 cc bewarna putih kekuningan, pemasangan WSD, bentuk dada asimetris.Tujuan :Infeksi tidak terjadi.Kriteria Hasil :Tidak ada tanda tanda infeksiIntervensi : 1. Ganti balutan dan bersihkan luka bekas operasi dengan teknik steril.2. Perhatikan tanda tanda infeksi pada bekas pemasangan infus dan WSD.3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotikRasionalisasi : 1. Agar luka bekas operasi pemasangan WSD dan infus tidak infeksi2. Agar tidak ada tanda tanda infeksi.3. Agar tidak terjadi infeksiImplementasi :Jam 15.00 wibMenganti balutan dan merawat luka bekas operasi secara steril dengan larutan NaCl 0,9 % dan mengolesi betadine.Jam 17.00 wibKolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik. Amoxicillin 500 mg 3 x1Evaluasi :S : -O : cairan 100cc bewarna putih kekuningan dan WSD terpasang.A : infeksi tidak terjadiP : intervensi dilanjutkanBAB IVPEMBAHASAN Setelah penulis menguraikan landasan teoritis kemudian menerapkan langsung dalam asuhan keperawatan Ny I. Dengan Gangguan sistem Penafasan Efusi Pleura Di Ruang Rindu A3 (Pulmo) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, maka dalam hal ini penulis akan membahas beberapa hal yang baik mendukung maupun yang menghambat kelancaran proses keperawatan dan mencari alternatif pemecahan masalah agar tindakan keperawatan lebih terarah dan mencapai tujuan semaksimal mungkin.Didalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem penafasan efusi pleura, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara landasan teoritis dan laporan kasus, dimana akan dibahas sesuai dengan proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.1. A. Pengkajian pada saat dilakukan wawancara, penulis memperoleh respon yang baik dari pasien dan keluarga. Pengkajian dalam tahap pengumpulan data yang dilakukan penulis. Penulis menemukan keluhan utama pasien merasa sesak, nyeri pada daerah dada dan pasien batuk. Dipola kebiasaan sehari hari eliminasi BAB ditemukan konstipasi ( sudah 5 hari tidak BAB ), kebiasaan minum berkurang dari 8 10 gelas menjadi 4 6 gelas setiap hari, dalam melaksanakan aktivitas pasien dibantu oleh perawat/keluarga, begitu juga dengan personal hygine seperti mandi, BAK, BAB, berpakaian dan menysir rambut. Dalam pemeriksaan fisik terdapat peningkatan tekanan vena jugularis karena sesak nafas, dipalpasi pada abdomem terasa keras karena konstipasi (5 hari belum BAB).Jika dalam teori dikatakan sesak nafas, kesulitan pernafasan, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena, nyari dada setempat dan batuk penulis menemukan demikian, tetapi sewaktu penulis kaji tidak menemukan peningkatan suhu tubuh,hal ini karena pasien sudah di rawat lebih kurang dari 10 hari sejak tanggal 14 Agustus 2001.1. B. DIAGNOSA KEPERAWATANPada kasus Ny. I dengan gangguan sistem pernafasan efusi peura, diagnose keperawatan yang muncul berdasarkan teori ada 2(dua) yaitu :1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan adanya penumpukan cairan.2. Gangguan pemenuhan aktifitas sehari-hari sehubungan dengan aktifitas fisik terganggu.Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien tetapi tidak ditemukan pada teori ada 4 (empat) yaitu :1. Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan proses penyakitnya.2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura.3. Gangguan pola istirahat tidur sehubungan dengan sehubungan dengan penyempitan jalan nafas dengan adanya cairan pleura.4. Resiko tinggi terjadinya infeksi dengan sehubungan dengan luka adanya bekas pemasangan WSD.Sedangkan diagnosa kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakitnya tidak di temui karena pasien sudah pernah dirawat dengan keluhan ashma (sesak nafas) yang gejalanya sama separti dirasakan sekarang ini.1. C. PERENCANAAN. Ada tiga tahap dalam fase perencanaan yaitu: menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan merencanakan tujuan keperawatan.DIAGNOSA 1Rencana tindakan: kaji frekwensi, kedalaman dan kualitas pernafasan, auskultasi dada setiap 2 4 jam, pertahankan tirang baring; bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman, pantau TD, S, N, dan P setiap 4 jam, berikan obat-obatan sesuai bengan terapi, bantu dan ajarkan pasien untuk berbalik jika batuk dan nafas dalam setiap 2 4 jam, berikan spirometer intensif, bebet ketika batuk, lakukan latihan rentang gerak aktif pada semua ekstermitas setiap 2 4 jam, tingkatkan aktifitas sesuai toleransi.Diagnosa 2 Rencana tindakan: kaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya, anjurkan pasien minum banyak dan mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, bantu pasien untuk melakukan mobilisasi, bantu pasien jika mau BAB, amati konsistensi feaces, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.Diagnosa 3Rencana tindakan: berikan makanan porsi sedikit tetapi sering dan hangat, beri penjelasan tentang pentingnya diet pasien untuk kesembuhan penyakitnya, beri makan buah-buahan, beri makanan yang dari rumah sesuai dengan diet.Diagnosa 4Rencana tindakan: kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas, motivasi pasien untuk ikut serta dalam merawat dirinya, bantu pasien dalam perawatan diri; personal hygine, eliminasi.Diagnosa 5Rencana tindakan: ciptakan lingkungan yang nyaman serta suasana yang tenang, bantu pasien dalam mengatur pergerakan/posisi yang nyaman, anjurkan kepada pasien agar mendekatkan diri kepada tuhan dengan berdoe sebelum tidur, adakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.Diagnosa 6Rencana tindakan: ganti balutan dan bersihkan luka bekas pemasangan WSD dengan teknik steril, perhatikan tanda-tanda infeksi pada bekas pemasangan infuse/WSD, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.1. D. PELAKSANAAN Pada tahap pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana tindakan berdasarkan prioritas masalah agar kebutuhan pasien terpenuhi.Diagnosa 1 Implementasi: mengkaji frekuensi pernafasan pasien dengan hasil 26 x /menit, vital sign TD : 90/70 mmHg, pols 76 x /menit, pernafasan 26 x /menit, temperatur 36,5C pada pagi, siang dan malam hari, member obat sesuai dengan therapy dokter, codein 21,membantu pasien napas dalam cara batuk sedangkan sfiroeter intensif, bebat dada ketika batuk tidak dilakukan.mengatur posisi semi fowler, mengkaji cairan yang keluar dari cavum pleura 100 cc dengan warna putih kekuningan, mengukurDiagnosa 2Implementasi: mengkaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya dimana porsi makan habis dan kebiasaan BAB 1 x sehari, menganjurkan pasien untuk minum 8 gelas sehari dan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat seperti buah-buahan (pepaya), membantu pasien mobilisasi dengan cara miring ke kiri dan ke kanan di tempat tidur, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian flagil sup dan memasukkan flagel sup melalui anus,membantu pasien bab di tempat tidur dengan konsistensi feaces lembek.Diagnosa 3Implementasi: memberi diet pasien dengan MBTKTP 1600 kalori/hari, memberikan penjelasan kepada pasien tentang pentingnya diet untuk kesembuhan penyakitnya dan memberi buah-buahan yang mengandung vitamin C (seperti jeruk).Diagnosa 4Implementasi: mengobservasi pasien untuk ikut bagian dalam perawatan dirinya misalnya menyisir rambutnya, membantu pasien dalam personal hygine, membantu pasien BAK/BAB, membantu makan dan minum.Diagnosa 5Implementasi: menciptakan lingkungan yang nyaman dengan merapikan tempat tidur pasien, membersihkan ruangan dan mengatur penerangan, mengatur posisi pasien yang nyaman untuk tidur, menganjurkan pada pasien untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa sebelum tidur, mengadakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi: Tramal 3 x 1, Codein 2 x 1.Diagnosa 6Implementasi: mengganti balutan dan merawat luka secara steril dengan larutan NaCl 0,9% dan mengolesi betadine, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti biotic. Amoxilin 500 mg 3 x 1.1. E. EVALUASITahap evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang.Dalam memberikan asuhan keperawatan penulis terus-menerus mengumpulkan data baru dari pasien yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi selanjutnya.Adapun hasil yang diperoleh dari evaluasi yang berdasarkan setiap diagnosa sebagai berikut:Diagnosa 1Dari rencana dan implementasi selama 3 hari pasien masih sesak, cairan pleura masih keluar, pernapasan 26x/menit,evaluasi belum teratasi.Diagnosa 2Evaluasi: masalah teratasi dimana pasien sudah bab tanggal 24 Agustus dibantu dengan memberikan pispot, kunsistensi lembek, frekuensi 3x sehari.Diagnosa 3Evaluasi: masalah teratasi terlihat dari pasien memakan makanan yang disajikan dengan perlahan untik menghindari terdesak dan diet yang disajikan habis.Diagnosa 4Dari rencana dan implementasi selama 3 (tiga) hari pasien belum mampu sepenuhnya untuk melakukan perawatan diri seperti mandi, BAB, BAK, mengganti pakaian. Pasien masih perlu dibantu oleh keluarga/perawat,evaluasi: masalah teratasi sebagian.Diagnosa 5Evaluasi: masalah teratasi pasien dapat tidur/istirahat kurang lebih 6-7 jam/hari.Diagnosa 6Evaluasi: masalah teratasi dan tidak kelihatan tanda-tanda infeksiBAB Vkesimpulan dan saran Setelah penulis menerapkan Asuhan keparawatan Ny. I dengan gangguan sistem pernafasan :Efusi Pleura di ruang Rindu A3 (Pulmo) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan maka diperoleh kesimpualn dan saran.1. A. KESIMPULAN 1. Pada pengkajian semua data dapat dikaji, pasien dan keluarga kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.2. Dari hasil pengkajian dan analisa data ditemukan 6 (enam) diagnosa keperawatan: tidak efektifnya jalan nafas,gangguan pola eleminasi BAB, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari (ADL), pemenuhan istirahat tidur terganggu, resiko ttinggi terjadi infeksi.3. Prioritas masalah berdasarkan diagnose yang ada, perencanaan dibuat sesuai diagnosa yang telah ditentukan.4. Pelaksanaan berdasarkan intervensi yang dibuat dapat dilakukan pasien/keluarga mau diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah direncanakan.SARANPada laporan asuhan keperawatan pada Ny. I dengan Efusi pleura di RA3 RSUP. H. Adam Malik Medan, penulis memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien sebagai berikut :1. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan keluarga pasien.2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan agar memperoleh tindakan keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.DAFTAR PUSTAKAAlsagaff,H.(2010).DasarDasarIlmuPenyakitParu.Surabaya, Airlangga.Corwin, J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.Yohanes, O. (2011). Askep Efusi Pleura. Askep Ilmu Kesehatan (online),(http// odasunrinurse.com, arsip 2011)Rofiq,A.2008. Water Seal Drainage. Jurnal Ilmu Kesehatan (online), (www.rofiqahmad.wordpress.com, Arsip januari 2008)Irman, S. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta, Selemba Medika.Suddarth & Brunner. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume I. EGC. Jakarta.Srisukmawati,(2011).KumpulanAsuhanKeperawatan.(http//srisukmawati.wordpress.com)Syaifuddin, (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.Wuryantoro. (2011). Manual Pemasangan WSD. cetakan FKUI, jakarta.