Efusi Pleura

51
BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura Page 1

Transcript of Efusi Pleura

Page 1: Efusi Pleura

BAB I

PENDAHULUAN

Efusi pleura Page 1

Page 2: Efusi Pleura

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih

menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan

mortalitas. Efusi pleura adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem

pernapasan Efusi pleura sendiri sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu

penyakit melainkan hanya lebih merupakan symptom atau komplikasi dari

suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan

berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan

membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995, Waspadji

Sarwono (1999, 786)

Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung,

adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor

yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma,

pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf

H, Amin M Saleh, 1998, 68)

Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan,

kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika efusi

luas, expansi paru akan terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri

dada, batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan

terjadilah gagal nafas. Kondisi-kondisi tersebut diatas tidak jarang

menyebabkan kematian pada penderita efusi pleura.

Berdasarkan data dari medical record di UPF ilmu penyakit paru

RSUD Dr. Soetomo tahun 1998, didapatkan data bahwa effusi pleura

menduduki peringkat kedua setelah TB paru dengan jumlah kasus yang

datang sebanyak 364 orang dan angka mortalitasnya mencapai 26 orang.

Sedangkan tahun 1999 menduduki peringkat ke lima dengan angka

mortalitasnya mencapai 31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus efusi

pleura yang ada, sementara tahun 2000 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi

pleura dan menduduki peringkat kedua setelah TB paru atau angka

mortalitasnya mencapai 38 orang, (medical record RSUD Dr Soetomo tahun

2000).

Efusi pleura Page 2

Page 3: Efusi Pleura

Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual

maupun potensial akibat adanya efusi pleura antara lain adalah ketidak

efektifan pola nafas, gangguan rasa nyaman, gangguan pemenuhan kebutuhan

tidur dan istirahat, kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, gangguan

pemenuha kebutuhan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan

pasien serta masih banyak lagi permasalahan lain yang mungkin timbul.

Efusi pleura Page 3

Page 4: Efusi Pleura

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan

dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis

dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis

danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

a. Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru

berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam

tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda

ke dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).

Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau

kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru

atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura

(Syaifudin B.AC , 1992, 104).

Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi

paru dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan

permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari

dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru.

Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.

b. Fisiologi

Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang

berarti “bernafas lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan

oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh.

Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang

vital bagi kehidupan.

Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

Efusi pleura Page 4

Page 5: Efusi Pleura

1) Ventilasi

Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses

ini terdiri atas 2 tahap :

Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi

terjadi dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis

eksterna yang menyebabkan volume thorax membesar sehingga

tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk ke dalam paru.

Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang

terjadi bila otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax

mengecil yang secara otomatis menekan intra pleura dan volume

paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara

keluar dari paru.

2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.

3) Transport gas

Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke

paru dengan bantuan darah (aliran darah).

4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme

penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga

disebut pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995,

15).

Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah

bergerak satu ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam

keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua

pleura karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang

merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur

(Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan dalam rongga

pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura,

maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik

(yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam

Efusi pleura Page 5

Page 6: Efusi Pleura

mediastinum. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan

lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara

produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis .

Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena

ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang

fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).

c. Etiologi

Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi

transudat, eksudat dan hemoragis

1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif

(gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis

kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.

2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya,

tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.

3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma,

infark paru, tuberkulosis.

4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi

unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai

kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi

effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah

ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark

paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

d. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam

rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya

tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi

cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun

misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya

permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,

bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan

Efusi pleura Page 6

Page 7: Efusi Pleura

tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf

H, Mukti A, 1995, 145).

Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas

dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1)

penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung

yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi

sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang

berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan

osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan

yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun

pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan

membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan

cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997,

623-624).

3. TANDA DAN GEJALA

a. Dispnea/sesak nafas

b. Batuk non produktif

c. Rasa sakit/nyeri pada paru

d. Bila efusinya besar maka ruang intercostals tampak

menonjol

e. Pergerakan dada berkurang

f. Perkusi didengar pekak

g. Suara nafas lemah

h. Kelelahan

i. Palpasi fremitus lemah

j. Kadang – kadang demam subfebris

a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,

setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,

penderita akan sesak napas.

Efusi pleura Page 7

Page 8: Efusi Pleura

b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan

nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril

(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.

c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi

penumpukan cairan pleural yang signifikan.

4. Water Seal Drainase (WSD)

1. Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk

mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.

2. Indikasi

a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan,

pasca bedah toraks

c. Torakotomi

d. Efusi pleura

e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3. Tujuan Pemasangan

a. Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

b. Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

c. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap

sebagian

d. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4. Tempat pemasangan

a. Apikal

Letak selang pada interkosta III mid klavikula

Dimasukkan secara antero lateral

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Basal

Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX

mid aksiller

Efusi pleura Page 8

Page 9: Efusi Pleura

Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

5. Jenis WSD

• Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada

pasien dengan simple pneumotoraks

• Sistem dua botol

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan

botol kedua adalah botol water seal.

• System tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system

dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur

jumlah penghisapan.

6. Penatalaksanaan Medis

1 Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjek, nyeri,

dipsnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter dikeluarkan segera

untuk mencegah meningkatkan edema. Jumlah cairan efusi lebih

banyak maka pengeluaran cairan berikut dilakukan 1 jam kemudian.

2 Antibiotik jika terdapat emprema.

3 Pleurodesis yaitu melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis

untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada

efusi pleura maligna).

4 Opreatif, bila cairan pus kental sehingga sulit keluar atau

empiemanya multilokulara.

5 Tirah baring.

6 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk

mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan

ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada

penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).

7 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan

specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

Efusi pleura Page 9

Page 10: Efusi Pleura

8 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam

beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan

nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks.

Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada

dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal

atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan

paru.

9 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan

kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan

mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

10 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi

dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

Pengobatan Efusi Pleura

Orang yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa

intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila

empiemanya multilokular, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat di

bantu dengan irigasi cairan garam fisiologi atau larutan antiseptik (betadine).

Pengobatan secara sistematik hendaknya segera diberikan, tetapi ini tidak berarti

bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura (pada efusi pleura maligna)

dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura viseralis dan pleura

parientalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai) bleumisin,

korinebacterium parvum, Tio-tepa, Flourorasil.

Komplikasi

1. Pneumonia

2. Fibrosis paru

3. Pneumotorak

4. Emfisema

5. Arelektasis

6. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)

Efusi pleura Page 10

Page 11: Efusi Pleura

7. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam,

menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)

8. Laserasi pleura viseralis

2. Dampak Masalah

a. Dampak masalah terhadap individu

Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura

akan mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual

yang akan selalu menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses

penyakit atau pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Px dengan

effusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun adanya nyeri

pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang lebih

khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat

adnya akumulasi cairan di kavum pleura.

b. Dampak masalah terhadap keluarga

Pada umumnya keluarga pasien akan merasa dituntut untuk selalu

menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien. Apabila ada salah satu

anggota keluarga yang sakit sehingga keluarga pasien akan memberi

perhatian yang lebih pada pasien. Keluarga menjadi cemas dengan

keadaan pasien karena mungkin sebagai orang awam keluarga pasien

kurang mengerti dengan kondisi pasien dan tentang bagaimana

perawatannya. Lamanya perawatan pasien banyaknya biaya

pengobatan merupakan masalah bagi pasien dan keluarganya terlebih

untuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah.

Secara langsung peran pasien sesuai statusnya pun akan mengalami

perubahan bahkan gangguan selama pasien dirawat di rumah sakit.

Efusi pleura Page 11

Page 12: Efusi Pleura

7. Pathway

Efusi pleura Page 12

Page 13: Efusi Pleura

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses

terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai

untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara

sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat

komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian,

perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai

(Budianna Keliat, 1994,2).

1. Pengkajian

Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis

kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa

yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien

mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada

pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,

rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat

tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta

batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya

tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada

dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan

Efusi pleura Page 13

Page 14: Efusi Pleura

mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan

untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti

TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.

Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor

predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura

seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan

yang dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi

kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap

pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan

merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa

menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan

kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien

dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan

akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

Efusi pleura Page 14

Page 15: Efusi Pleura

Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.

3) Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan

mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan sesudah MRS.

Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih

banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain

akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan

penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

4) Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang

terpenuhi dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas

minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi

aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi

kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh

perawat dan keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu

tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur

dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari

lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,

dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain

sebagainya.

6) Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan

mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah

tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai

seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.

Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami

perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal

pasien.

Efusi pleura Page 15

Page 16: Efusi Pleura

7) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang

tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.

Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa

penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam

hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif

terhadap dirinya.

8) Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,

demikian juga dengan proses berpikirnya.

9) Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks

intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien

berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

10) Pola penanggulangan stress

Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya

akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya

pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang

mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan

dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini

adalah suatu cobaan dari Tuhan.

h. Pemeriksaan fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana

penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama

dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,

bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan

dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi

badan berat badan pasien.

Efusi pleura Page 16

Page 17: Efusi Pleura

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah

hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan

ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah

cairannya > 250 cc. Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan

yang disertai penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan

pergerakan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada

tertinggal pada sisi yang sakit). Iga melebar, rongga dada

asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengkajian batuk yang

produktif dengan sputum purulen. Disamping itu pada palpasi

juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada

dada yang sakit.

Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya.

Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan

terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung

lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini

disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian

depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi

duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada

kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di

sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e

artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka

akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H,

Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)

Efusi pleura Page 17

Page 18: Efusi Pleura

3) Sistem Cardiovasculer

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1

cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung

(health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur

tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu

getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung

dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk

menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau

gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala

payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya

peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen

membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus

menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya

benjolan-benjolan atau massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga

diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor,

feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien,

apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen

normal tympanik, adanya massa padat atau cairan akan

menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

5) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping

juga diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau

Efusi pleura Page 18

Page 19: Efusi Pleura

somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan

refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu

dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan

pengecapan.

6) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial,

palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi

perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan

inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot

kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

7) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada

tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan

tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.

Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin,

hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta

turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

i. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

1. Pemeriksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari

300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya

berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi pleura sub

pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis

tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk

memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang

sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang

memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-

787). pemeriksaan radiologi foto thorak yang diperlukan sebagai

monitor atas intervensi yang telah diberikan dimana keadaan

Efusi pleura Page 19

Page 20: Efusi Pleura

keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan dengan

penunjang pemeriksaaan foto thorak.

2. Biopsi Pleura

Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura

dengan melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan

untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman

penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)

(Soeparman, 1990, 788).

3. Pengukuran fungsi paru (sprimetri)

Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke

total kapasitas paru dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronis

tahap lanjut.

j. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa

cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis

cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab

dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosintesis

secara makroskopiis biasanya dapat berupa cairan hemoragi, eksudat

dan transudat.

haemorrhagic pleural efusion, biasanya terjadi pada klien dengan

adanya keganasan paru atau akibat infark paru terutama

disebabkan oleh tuberkolosis.

yellow exsudat pleural efusion, terutama terjadi pada keadaan

gagal jantung kongestif, syndrom nefrotik, hipoalbunemia, dan

perikarditis konstruktif.

klear eksudat pleural efusion, sering terjadi pada klien dengan

keganasan extrapulmoner.

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan

antara lain :

a. Pemeriksaan Biokimia

Efusi pleura Page 20

Page 21: Efusi Pleura

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat

yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Transudat Eksudat

Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3

Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5

Kadar protein dalam serum

Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200

Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6

Kadar LDH dalam serum

Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016

Rivalta Negatif

Positif

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia

diperiksakan juga cairan pleura :

- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-

penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan

metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

b. Analisa cairan pleura

- Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

- Hilothorax : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : berbau busuk

- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

c. Perhitungan sel dan sitologi

Leukosit 25.000 (mm3):empiema

Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB

paru

Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.

Efusi pleura Page 21

Page 22: Efusi Pleura

Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan

jamur

Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3

cairan tampak kemorogis, sering dijumpai

pada pankreatitis atau pneumoni. Bila

erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan

infark paru, trauma dada dan keganasan.

Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa

disingkirkan.

Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan

dapat ditemukan sel ganas. Sisanya kurang

lebih terdeteksi karena akumulasi cairan

pleura lewat mekanisme obstruksi,

preamonitas atau atelektasis (Alsagaff

Hood, 1995 : 147,148)

d. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura

adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas,

enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman

tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 %

(Soeparman, 1998: 788).

Analisa Data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan

dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada

penderita effusi pleura. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam

diagnosa keperawatan.

Efusi pleura Page 22

Page 23: Efusi Pleura

2. Diagnosa Keperawatan

Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data

sari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di

kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan.

(Budianna Keliat, 1994,1)

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

dengan effusi pleura antara lain :

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga

pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh. Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh,

pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap

penekanan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).

3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang

menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara

Engram).

5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan

keletihan (keadaan fisik yang lemah) (Susan Martin Tucleer, dkk,

1998).

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

sehubungan dengan kurang terpajang informasi (Barbara Engram,

1993)

Efusi pleura Page 23

Page 24: Efusi Pleura

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan

untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.

(Budianna Keliat, 1994, 16)

1. Diagnosa Keperawatan I

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga

pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam

batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya

akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.

Rencana tindakan :

a. Identifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat

menentukan jenis effusi pleura sehingga dapat mengambil

tindakan yang tepat.

b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan

setiap perubahan yang terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman

pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan

kondisi pasien.

c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk,

dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada

sehingga ekspansi paru bisa maksimal.

d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan

respon pasien).

Efusi pleura Page 24

Page 25: Efusi Pleura

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi

adanya penurunan fungsi paru.

e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas

pada bagian paru-paru.

f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang

efektif.

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas

dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk

lebih efektif.

g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-

obatan serta foto thorax.

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban

pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.

Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya

cairan dan kembalinya daya kembang paru.

2. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu

makan akibat sesak nafas.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan

normal dan hasil laboratorium dalam batas normal.

Rencana tindakan :

a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh

kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan

pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

b. Auskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat

menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.

Efusi pleura Page 25

Page 26: Efusi Pleura

c. Lakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu

makan.

d. Sajikan makanan semenarik mungkin.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat

meningkatkan nafsu makan.

e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan

energi, banyak selingan memudahkan reflek.

f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP

Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme

dan pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan

kalori dan semua asam amino esensial.

g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan

pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan

suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika

intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.

Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat

menambah asam lemak dalam tubuh.

3. Diagnosa Keperawatan III

Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian

yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya

sehingga tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu

beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal

klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur

dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali

permenit.

Rencana tindakan :

Efusi pleura Page 26

Page 27: Efusi Pleura

a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan

semi fowler.

Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.

Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti

sehingga dapat diajak kerjasama dalam perawatan.

a. Ajarkan teknik relaksasi

Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara

konstruktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stress.

c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

Rasional : Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik

d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi

masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam

mengurangi kecemasan.

e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila

sudah teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu

dapat diketahui.

4. Diagnosa Keperawatan IV

Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang

menetap dan nyeri pleuritik.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan

istirahat terpenuhi.

Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan

nyaman tanpa mengalami gangguan, pasien dapat

tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan

pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per

hari.

Rencana tindakan :

Efusi pleura Page 27

Page 28: Efusi Pleura

a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.

Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan

akan memperlancar peredaran O2 dan CO2.

b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan

kebiasaan pasien sebelum dirawat.

Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan

sebelum tidur akan mengganggu proses tidur.

c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.

Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

d. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.

Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan

terhadap kondisi pasien.

5. Diagnosa Keperawatan V

Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan

dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah).

Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal

mungkin.

Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien

kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene

pasien cukup.

Rencana tindakan :

a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat

aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital.

Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam

melakukan aktivitas.

Bantu Px memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan

mandiri.

b. Awasi Px saat melakukan aktivitas.

Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam

perawatan selanjutnya.

Efusi pleura Page 28

Page 29: Efusi Pleura

c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas

secara penuh.

d. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara

aktivitas dan istirahat.

Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan

metabolisme.

e. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara

bertahap.

Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu

mengembalikan pasien pada kondisi normal.

6. Diagnosa Keperawatan VI

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan

sehubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan

pengobatan.

Kriteria hasil :

a. Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.

b. PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang

memerlukan evaluasi medik.

c. Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan

menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah

terulangnya masalah.

Rencana tindakan :

a. Kaji patologi masalah individu.

Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan.

Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi

dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.

b. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka

panjang.

Efusi pleura Page 29

Page 30: Efusi Pleura

Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit

paru infeksi dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.

c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik

cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).

Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi

medik untuk mencegah, menurunkan potensial komplikasi.

d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik,

istirahat, latihan).

Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan

penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.

4. Pelaksanaan

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan setelah dilakukan

validasi, keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan

dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan

psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon

pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari

rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan

dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,

dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan

pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

Efusi pleura Page 30

Page 31: Efusi Pleura

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :

a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk

mengembalikan aktivitas seperti biasanya.

e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan

seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke

dokter atau perawat yang merawatnya.

f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang

berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan

yang tidak menguntungkan bagi kesehatan seperti merokok, minum

minuman beralkohol dan pasien juga menunjukkan pengetahuan

tentang kondisi penyakitnya.

Efusi pleura Page 31

Page 32: Efusi Pleura

DAFTAR PUSTAKA

Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga

University Press, Surabaya ; 1995

B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat, EGC; 1992

Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik

Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995

Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2,

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995

Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I,

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999

Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998

Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ;

1995

Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan, Arcan Jakarta ; 1991

Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, Dasar – Dasar Diagnostik Fisik

Paru, Surabaya; 1994

Lismidar,proses keperawatan H,dkk, Proses keperawatan, AUP, 1990

Efusi pleura Page 32

Page 33: Efusi Pleura

Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3

Jakarta EGC ; 1999

/.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi

Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press; 1994

Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990

Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998

Soedarsono, Guidelines of Pulmonology, Surabaya ; 2000

Efusi pleura Page 33