Efusi Pleura

30
BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura (adanya cairan di ruang pleura) yang muncul lebih sedikit pada anak-anak dibandingkan orang dewasa dapat disebabkan oleh beragam infeksi dan penyakit bukan infeksi. Kebanyakan informasi yang ada tentang efusi pleura berasal dari penelitian orang dewasa. Penyebab dari efusi pleura pada anak-anak berbeda secara nyata dibandingkan orang dewasa tersebut. Pada orang dewasa, kebanyakan penyebab efusi pleura adalah gagal jantung kongestif (transudat), dan bakteri pneumonia serta keganasan adalah penyebab utama dan sering untuk eksudat. Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu penyakit, sebab itu hendaknya dicari penyebabnya. Dengan sarana yang ada, sangat sulit untuk menegakkan diagnosis efusi pleura tuberkulosis sehingga sering timbul anggapan bahwa penderita tuberkulosis paru yang disertai dengan efusi pleura, efusi pleuranya dianggap 1

Transcript of Efusi Pleura

Page 1: Efusi Pleura

BAB I

PENDAHULUAN

Efusi pleura (adanya cairan di ruang pleura) yang muncul lebih sedikit

pada anak-anak dibandingkan orang dewasa dapat disebabkan oleh beragam

infeksi dan penyakit bukan infeksi. Kebanyakan informasi yang ada tentang efusi

pleura berasal dari penelitian orang dewasa. Penyebab dari efusi pleura pada anak-

anak berbeda secara nyata dibandingkan orang dewasa tersebut. Pada orang

dewasa, kebanyakan penyebab efusi pleura adalah gagal jantung kongestif

(transudat), dan bakteri pneumonia serta keganasan adalah penyebab utama dan

sering untuk eksudat.

Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu penyakit, sebab itu

hendaknya dicari penyebabnya. Dengan sarana yang ada, sangat sulit untuk

menegakkan diagnosis efusi pleura tuberkulosis sehingga sering timbul anggapan

bahwa penderita tuberkulosis paru yang disertai dengan efusi pleura, efusi

pleuranya dianggap efusi pleura tuberkulosis, sebaliknya penderita bukan

tuberkulosis paru yang menderita efusi pleura, efusi pleuranya dianggap bukan

disebabkan tuberkulosis. Hal ini tidak selalu benar, karena tuberkulosis paru dapat

disertai efusi pleura yang bukan karena tuberkulosis dan sebaliknya non

tuberkulosis paru dapat disertai efusi pleura karena tuberkulosis. Gambaran klinik

dan radiologik antara transudat dan eksudat bahkan antara efusi pleura

tuberkulosis dan non tuberkulosis hampir tidak dapat dibedakan, sebab itu

pemeriksaan laboratorium menjadi sangat penting

1

Page 2: Efusi Pleura

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan

dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat

berupa cairan transudat atau cairan eksudat .,dimana kondisi ini jika dibiarkan

akan membahayakan jiwa penderitanya. Penyebab efusi pleura bisa bermacam-

macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan

akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark

paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. 5

Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi

transudat, eksudat dan hemoragis

1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung

kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena

cava superior, tumor, sindroma meig.

2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, ifark

paru, radiasi, penyakit kolagen.

3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,

tuberkulosis.

4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral

dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik

dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan

pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma

nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan

tuberkulosis.

2

Page 3: Efusi Pleura

2.2. Anatomi dan fisiologi Pleura

Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru.

Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler

limfa dan kapiler darah serta serat saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel

(terutama fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini juga dilapisi oleh selapis

mesotel. Pleura merupakan membran tipis, halus, dan licin yang membungkus

dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini

mengandung kolagen dan jaringan elastis.5

Gambar 1a. Anatomi Rongga Pleura Gambar 1b. Anatomi Rongga Pleura

(Mikro)

Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura

parietalis melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi

paru-paru. Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat

perbedaan antara kedua pleura ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya

terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 µm).

3

Page 4: Efusi Pleura

Diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel

mesotelia ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya

dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat-serat

elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan intertitial subpleura yang sangat

banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari A. Pulmonalis dan A.

Brankialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini

menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.5

Pleura parietalis mempunyai lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri dari

sel-sel mesotelial juga dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat-serat elastik).

Dalam jaringan ikat, terdapat pembuluh kapiler dari A. Interkostalis dan A.

Mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor saraf-saraf

sensorik yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem

persarafan ini berasal dari nervus intercostalis dinding dada. Keseluruhan jaringan

pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari

dinding dada di atasnya.

Di antara pleura terdapat ruangan yang disebut spasium pleura, yang

mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan

memungkinkan keduanya bergeser secara bebas pada saat ventilasi. Cairan

tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan ini terletak antara paru dan thoraks.

Tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dengan

pleura viseralis sehingga apa yang disebut sebagai rongga pleura atau kavitas

pleura hanyalah suatu ruangan potensial. Tekanan dalam rongga pleura lebih

4

Page 5: Efusi Pleura

rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru. Jumlah normal

cairan pleura adalah 10-20 cc.5

Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura

parietalis dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah

pemisahan toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek

yang akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran

satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura dalam

keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang

pleura kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan

karena perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung

mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang cenderung

menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura

melalui pleura viseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan

cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada

pleura parietalis sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter

cairan di dalam rongga pleura.5

2.3 Etiologi

Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan

seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma

meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.4

Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis,

pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga

5

Page 6: Efusi Pleura

pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di

Indonesia 80% karena tuberculosis.4

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit

neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh

sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :4

Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

Penurunan tekanan osmotic koloid darah

Peningkatan tekanan negative intrapleural

Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Penyebab lain dari efusi pleura adalah:

Gagal Jantung

Kadar protein yang rendah

Sirosis

Pneumonia

Blastomikosis

Koksidioidomikosis

Tuberkulosis

Histoplasmosis

Kriptokokosis

Abses dibawah diafragma

Artritis rematoid

Pankreatitis

Emboli paru

Tumor

Lupus eritematosus sistemik

Pembedahan jantung

Cedera di dada

Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,

nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)

6

Page 7: Efusi Pleura

Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

2.4.Patofisiologi

Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga

tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka

pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara

penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi

sebelumnya.

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang

ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan

keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering

lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah

maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan

bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. 7

Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa

muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah

bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar

getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat

menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa

mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri

dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi

dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa

membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari

pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang mengalami

7

Page 8: Efusi Pleura

konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga

dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional,

sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan

yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh

limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer

paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah

bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang

mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan

menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada

daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan

menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain

paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan

dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen

bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan

perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijauan dapat mengental sehingga tidak

dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan

bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan

ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi

hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.7

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga

pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis

pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila

8

Page 9: Efusi Pleura

tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan

bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,

bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif

intra pleura apabila terjadi atelektasis paru

Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas

dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan

drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan

kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan

transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya

tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi cairan yang

berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan

pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan

memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara

cepat

9

Page 10: Efusi Pleura

10

Page 11: Efusi Pleura

2.5 Manifestasi Klinis

Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,

setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan

sesak napas. Pada anak masalah pernapasan adalah hal yang paling sering

dikeluhkan. Apabila dihubungkan dengan penyebabnya berupa pneumonia maka

gejala yang muncul adalah batuk, demam, sesak nafas, menggigil. Apabila

penyebabnya bukan pneumonia, maka gejala pada anak mungkin tidak ditemukan

sampai efusi yang timbul telah mencukupi untuk menimbulkan gejala sesak nafas

atau kesulitan bernafas.4,5

Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan

nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),

banyak keringat, batuk, banyak riak. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit

dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.4

Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak

dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati

daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis

melengkung (garis Ellis Damoiseu).5

Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani

dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak

karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini

didapati vesikuler melemah dengan ronki.4

11

Page 12: Efusi Pleura

2.6 Diagnosis

Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati

menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan

dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum. 4

Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna,

biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris

anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa

(serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila

cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil

radang).4

Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil

tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi

(glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk

sel-sel malignan, dan pH.4

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya

penurunan suara pernafasan. Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan

pemeriksaan berikut:

Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan

untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

12

Page 13: Efusi Pleura

Gambar 2. Gambaran radiologis efusi pleura daerah hemitoraks kanan

CT-Scan dada : CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan

bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.

Gambar 3. CT-Scan menunjukkan adanya akumulasi cairan sebelah kanan

(dikutip dari kepustakaan 1)

USG dada : USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan

yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

Gambar 4. USG Efusi pleura dengan celah yang multiple Torakosentesis

13

Page 14: Efusi Pleura

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui

torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan

diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).7

Pada orang dewasa, torakosentesis sebaiknya dilakukan pada setiap

pasien dengan efusi pleura yang sedang-berat, namun pada anak-anak tidak

semuanya memerlukan torakosentesis sebagai prosedur yang sama. Efusi

parapneumonik yang dihubungkan dengan sudut costoprenicus yang tumpul

minimal tidak seharusnya mendapat prosedur torakosentesis.6

Torakosentesis atau penyaluran saluran dada (chest tube drainage)

dianjurkan pada pasien anak-anak yang memiliki demam menetap, toksisitas,

organism tertentu (misalnya S.aereus atau pneumococcus), nyeri pleura,

kesulitan dalam bernafas, pergeseran mediastinum, gangguan pernafasan yang

membahayakan. Chest tube drainage semestinya segera dilakukan apabila dari

hasil analisa cairan pleura menunjukkan pH kurang dari 7,2 kadar glukosa <

40mg/dl dan kadar LDH lebih dari 1000 U/mL.6

Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka

dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk

dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan

menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.6

Pada anak dilakukan apabila peradangan efusi pleura tidak bisa

dijelaskan. Teknik ini memiliki peran yang terbatas pada anak-anak namun

14

Page 15: Efusi Pleura

memiliki kepentingan yang besar dalam membedakan TB atau keganasan.

Yang menjadi komplikasi utama adalah pneumotoraks dan perdarahan.7

Analisa cairan pleura

Tabel 2. Perbedaan Transudat dan Eksudat

Bronkoskopi : Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan

sumber cairan yang terkumpul.

Pemeriksaan laboratorium

(1) Darah : Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putih yang meningkatkan

serta laju endap darah meningkat terjadi pada proses aktif.

(2) Sputum : Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang

terdapat pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi

hari.

(3) Test Tuberkulosis : Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang

dites telah mengalami infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan

yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein Derivative

(PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26,

dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan

dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap

bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap

meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 – 72 jam

tuberkulosis disuntikkan.

15

Page 16: Efusi Pleura

Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :

a. Pemeriksaan Biokimia

Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang

perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga

cairan pleura :

- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit

infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis

adenocarcinona

b. Analisa cairan pleura

- Transudat : jernih, kekuningan

- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

- Hilothorax : putih seperti susu

- Empiema : kental dan keruh

- Empiema anaerob : berbau busuk

- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

16

Page 17: Efusi Pleura

c. Bakteriologis

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo

cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB

kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang

positif sampai 20 %.

2.7. Penatalaksanaan Efusi Pleura

Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa

intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau

bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat

dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan

secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila

tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat

dilakukan pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis.

Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.

1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).

3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.

4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),

menghilangkan dispnea.

17

Page 18: Efusi Pleura

5. Water seal drainage (WSD) Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi

menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi

sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya

edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan

berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

6. Antibiotika jika terdapat empiema.

7. Operatif.

TORAKOSENTESIS Pada Efusi Pleura

18

Page 19: Efusi Pleura

2.8. Komplikasi

1. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase

yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan

pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks

meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-

jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi)

perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.

2. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang

disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

3. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat

paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan

jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan

peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat

menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan

fibrosis.

4. Kolaps Paru

19

Page 20: Efusi Pleura

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan

ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar

dan mengakibatkan kolaps paru.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru.

Airlangga University Press. Surabaya.

2. Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.

Airlangga University Press. Surabaya.

3. Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta :

Media Aesculapius FKUI.

4. Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

5. Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,

Jakarta, EGC, 1997.

6. Elisna Syahruddin, Ahmad Hudoyo, Nirwan Arief, Efusi Pleura Ganas

Pada Kanker Paru, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran

Respirasi.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia– RS Persahabatan,

Jakarta

7. Dr Samsul Harun A, Efusi Pleura Tuberkulosis, Laboratorium/UPF

Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr

Soetomo, Surabaya. Sumber : cerminkedokteran no.62.tahun1990

20