EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA...

82
EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA KERITING HIJAU DAN SELADA ROMAINE HIDROPONIK NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT XYZ PROVINSI JAWA BARAT (Studi Kasus) (Skripsi) Oleh DIAN EPRIANDA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Transcript of EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA...

Page 1: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

i

EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA

KERITING HIJAU DAN SELADA ROMAINE HIDROPONIK NFT

(NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT XYZ PROVINSI JAWA BARAT

(Studi Kasus)

(Skripsi)

Oleh

DIAN EPRIANDA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

ii

ABSTRACT

TECHNICAL EFFICIENCY AND RISK ANALYSIS OF GREEN AND

ROMAINE LETTUCE HYDROPONIC NUTRIENT FILM TECHNIQUE IN

PT XYZ, WEST JAVA PROVINCE

By

Dian Eprianda

This research aims to analyze difference of technical efficiency of green lettuce and

romaine lettuce hydroponic and difference of green and romaine lettuce’s risk

hydroponic Nutrient Film Technique in PT XYZ.The method used was a case study. The

data used in this research was monthly periodical data in the period January until July

2015as many as 155 harvest times.The first objective was analyzed using frontier

production function and the second objectivewas analyzed using the coefficient of

variation. The results showed that (1) both of lettuceswere not efficient, however green

lettuce has a lower efficiency rate than romaine lettuce, curly lettuce has efficiency level

of 42.42 percent and romaine lettuce has 68.79 percent (2) green lettuce has higher risk

of production than romaine lettuce because there were diseases (such as fusarium wilt

that infect green lettuce), that shown from the coefficient of variation. Coefficient of

variation of green lettuce was 0.589 and romaine lettuce has 0.186. The Prices of those

lettuces have a low risk level.Coefficient of variation’s price of green lettuce was 0.01

and romaine lettuce has 0.02.

Key words: green lettuce, hydroponic, risk, romaine lettuce,technical efficiency.

Page 3: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

iii

ABSTRAK

EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA

KERITING HIJAU DAN SELADA ROMAINE HIDROPONIK NFT

(NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT XYZ PROVINSI JAWA BARAT

Oleh

Dian Eprianda

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan efisiensi teknis selada

keriting hijau dan selada romaine hidroponik dan perbandingan risiko selada

keriting hijau dan selada romaine hidroponik Nutrient Film Technique di PT

XYZ. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data bulanan berkala pada periode Januari hingga Juli

2015 sebanyak 155 kali panen. Untuk menjawab tujuan pertama data dianalisis

menggunakan fungsi produksi frontier dan untuk menjawab tujuan kedua data

dianalisis menggunakan koefisien variasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

(1) kedua tanaman selada belum efisien secara produksi antara selada hijau dan

selada romaine hidroponik NFT, selada keriting hijau memiliki tingkat efisiensi

yang lebih rendah daripada selada romaine, tingkat efisiensi selada keriting

sebesar 42,42 persen dan selada romaine sebesar 68,79 persen (2) risiko produksi

selada hijau lebih tinggi dari selada romaine karena ada penyakit (seperti layu

fusarium yang menginfeksi tanaman selada hijau) yang ditunjukkan oleh nilai

koefisien variasi sebesar 0,589 untuk tanaman selada keriting dan 0,186 untuk

tanaman selada romaine. Risiko harga pada kedua selada memiliki tingkat yang

rendah. Selada keriting memiliki nilai koefisien variasi harga 0,01 dan selada

romaine memiliki nilai koefisien variasi harga 0,02

Kata kunci : Efisiensi teknis, hidroponik, produksi, selada keriting, selada

romaine, risiko

Page 4: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

iv

EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA

KERITING HIJAU DAN SELADA ROMAINE HIDROPONIK NFT

(NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT XYZ PROVINSI JAWA BARAT

(Studi Kasus)

Oleh

DIAN EPRIANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pertanian

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

v

Page 6: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

vi

Page 7: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambarawa, Kecamatan Ambarawa,

Kabupaten Pringsewu pada tangal 03 April 1994, sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara, dari bapak Dalimin dan

Ibu Sarijah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa pada tahun

2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Pringsewu pada tahun 2008,

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Pringsewu pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Lampung melalui jalur UML Tertulis. Selama masa

perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan kampus yaitu:

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) Universitas

Lampung periode 2012-2013 pada Bidang I Pengembangan Akademik dan

Profesi. Penulis juga aktif di organisasi Forum Studi Islam (FOSI) Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen di

beberapa mata kuliah seperti pengantar ilmu ekonomi, ekonomi produksi

pertanian, kewirausahaan, analisis usaha perkebunan, teknologi informasi dan

multimedia, aplikasi komputer, dan dasar-dasar penyuluhan dan komunikasi.

Penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terpadu Periode I tahun

Page 8: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

viii

2014 di Desa Kedaton II, Kecamatan Batanghari Nuban, Lampung Timur. Penulis

melakukan kegiatan Praktik Umum (PU) pada tahun 2014 di PT Momenta

Agrikultura, Kebun Cisaroni, Lembang, Jawa Barat. Pada tahun 2016 sampai saat

ini penulis sedang menjalankan salah satu bidang usaha di Kolom Bisnis dan

memulai wirausaha di WoW Farm sebagai CEO, serta sedang berjuang dalam

pembentukan Koperasi Serba Usaha, insyaallah. Semoga setiap jalan yang kita

tempuh selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah SWT. Amiin.

Page 9: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

ix

SANWACANA

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat

diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Efisiensi Teknis Dan Analisis Risiko Budidaya Selada

Keriting Hijau Dan Selada Romaine Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)

Di PT XYZ,Provinsi Jawa Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung. Banyak pihak yang telah

memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun

dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Pembimbing Utama dan

Ketua Jurusan Agribisnis, atas kesediannya untuk memberikan bimbingan,

kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ani Suryani, S.P., M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, atas kesediannya

untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

Page 10: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

x

3. Ir. Suryati Situmorang, M.Si., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi.

Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal dan

hasil penelitian terdahulu.

4. Prof. Dr. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan FP Unila.

5. Dr. Ir.Dwi Haryono, M.S., selaku Pembimbing akademik.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis.

7. Deddy Suharyanto, S.P. selaku Manajer Kebun Cisaroni.

8. Supervisor kebun: Bapak Setiadi, Tubagus, Jejen, Soemantri, Dipo, Ibu

Luvy serta mandor kebun kang Pepen, kang Adul, kang Asep, kang Amir,

kang Agus, dan pak Yaya serta seluruh karyawan Kebun Cisaroni, yang

telah membantu dalam penelitian skripsi ini.

9. Keluargaku tercinta, Bapak, Ibu dan Adik-adikku Oka Prasetyo dan M. Aji

Triwahyudi yang telah memberikan kasih sayang, do’a tak henti-hentinya,

motivasi, dana dan semangat selama ini, semoga ALLAH SWT selalu

memberikan perlindungan.

10. Sahabat-sahabatku Adyguna W.F. Simamora, Arif Setiawan, Fadloli

Akhmad, Maya, Bayu, Dian Ika, Faridatu, Trie , Elisa, Wulan, dan Veny.

11. Sahabat dan saudaraku AGB 11 (Habibie, Bobi, Deni, Nyoto, Winda,

Gustam, Syafe’i, Graha, Didit, Fadel, Fadlan, Faisal, Rizky, Yuda, Agun,

Yanuar, Aan, Radot, Elvany, Dita, Endah, Nani, Awi, Tiar, Evie, Pumai,

Novita, Sellyn, Lukyta, Sonya, Kausar, Ayu P, Frisca, Juliantika, May

Sari, Ayu V, Deti, Ari, Ni Wayan, Mariyana, Ana M, Tri Pujiana, Fachira,

Ziah, Niken, Mona, Desta, Wiji, Ade, dll). Terima kasih atas semangat,

kebersamaan, kecerian, bantuan yang telah diberikan selama ini.

Page 11: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xi

12. Rekan-rekan Jurusan Agribisnis 08, 09,10, 12, 13, dan 14 yang telah

memberikan saran, motivasi, dan bantuan kepada penulis.

13. Rekan-rekan di SHL, Pondok Pesantren Masyariqul Anwar Duren Payung,

teman-teman dari FOSI, dan Minna no Nihon Go.

14. Orang yang selalu memotivasi, baik dari masa lalu maupun seseorang

yang akan ada pada masa depan.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan, semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat

memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis

meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 10 Februari 2017

Penulis

Dian Eprianda

Page 12: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS ........................................................................................ 13

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 13

1. Tanaman Selada ....................................................................... 13

2. Hidroponik ............................................................................... 16

3. Teori Produksi .......................................................................... 22

4. Fungsi Cobb- Douglass Sebagai Fungsi Produksi Frontier ..... 25

5. Efisiensi Teknis ....................................................................... 27

6. Analisis Risiko Produksi .......................................................... 32

B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................. 35

C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 39

D. Hipotesis ........................................................................................ 41

III. METODE PENELITIAN ................................................................. 42

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................ 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 46

C. Jenis Data dan Sumber Data .......................................................... 46

D. Metode Analisis Data ..................................................................... 47

1. Efisiensi Teknis Selada Keriting dan Selada Romaine

Hidroponik NFT di PT XYZ .................................................... 48

2. Risiko Budidaya Selada Keriting dan Selada Romaine

Hidroponik NFT di PT XYZ .................................................... 50

IV. GAMBARAN UMUM ....................................................................... 52

A. Sejarah Perusahaan ....................................................................... 52

B. Sumberdaya Fisik ........................................................................... 53

C. Ketenagakerjaan ............................................................................. 54

Page 13: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xiii

D. Ruang Lingkup Usaha .................................................................... 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 59

A. Keragaan Usahatani Selada Keriting dan Selada Romaine

Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) ................................ 59

B. Efisiensi Teknis Selada Keriting dan Selada Romaine

Hidroponik NFT ............................................................................. 72

C. Risiko Produksi Selada Keriting dan Selada Romaine

Hidroponik NFT ............................................................................. 86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 99

A. Kesimpulan .................................................................................... 99

B. Saran .............................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 101

LAMPIRAN ............................................................................................... 105

Page 14: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi sayuran selama periode 2011-2013 di provinsi penghasil

sayuran terbesar di Indonesia (dalam ton) ........................................... 4

2. Perbedaan tanaman selada keriting dan selada romaine ...................... 15

3. Penelitian terdahulu .............................................................................. 36

4. Perbandingan tanaman selada keriting dan selada romaine antar plot

di PT XYZ ............................................................................................ 62

5. Penggunaan benih, nutrisi a, nutrisi b pada selada keriting dan selada

romaine di PT XYZ, 2015 ................................................................... 67

6. Penggunaan tenaga kerja secara keseluruhan pada budidaya selada

keriting dan selada romaine hidroponik NFT, 2015.. .......................... 69

7. Rata-rata produksi selada keriting dan selada romaine di PT

XYZ, 2015 ........................................................................................... . 70

8. Hasil pendugaan fungsi produksi frontier selada keriting dan selada

romaine hidroponik NFT, 2015 ........................................................... 73

9. Efisiensi teknis selada keriting dan selada romaine hidroponik NFT.. 79

10. Rata-rata efisiensi teknis gabungan produksi selada keriting dan

selada romaine hidroponik NFT .......................................................... 82

11. Rata-rata tingkat efisiensi selada keriting dan selada romaine

hidroponik NFT di PT XYZ, 2015 ....................................................... 84

12. Perbandingan risiko produksi selada keriting dan selada romaine

hidroponik NFT di PT XYZ,2015 ........................................................ 93

Page 15: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xv

13. Risiko harga selada keriting dan selada romaine hidroponik NFT

di PT XYZ,2015 ................................................................................... 95

14. Penggunaan input selada keriting hidroponik NFT plot A .................. 108

15. Penggunaan input selada keriting hidroponik NFT plot B................... 111

16. Penggunaan input selada keriting hidroponik NFT plot C................... 114

17. Penggunaan input selada keriting hidroponik NFT gabungan ............. 116

18. Penggunaan input selada romaine hidroponik NFT plot A ................. 120

19. Penggunaan input selada romaine hidroponik NFT plot B .................. 124

20. Penggunaan input selada romaine hidroponik NFT gabungan ............ 127

21. Harga input selada keriting dan selada romaine hidroponik NFT ....... 131

22. Harga produksi selada keriting dan selada romaine hidroponik NFT . 135

23. Analisis efisiensi teknis selada keriting hidroponik NFT plot A ......... 139

24. Analisis efisiensi teknis selada keriting hidroponik NFT plot B ......... 145

25. Analisis efisiensi teknis selada keriting hidroponik NFT plot C ......... 150

26. Analisis efisiensi teknis selada keriting hidroponik NFT gabungan .... 154

27. Analisis efisiensi teknis selada romaine hidroponik NFT plot A ........ 161

28. Analisis efisiensi teknis selada romaine hidroponik NFT plot B ........ 168

29. Analisis efisiensi teknis selada romaine hidroponik NFT gabungan ... 173

30. Risiko produksi selada keriting dan selada romaine hidroponik NFT. 180

31. Risiko harga input dan output selada keriting dan selada romaine

hidroponik NFT .................................................................................... 180

32. Uji t hitung pada tingkat efisiensi selada keriting ................................ 181

33. Uji t hitung pada tingkat efisiensi selada romaine ............................... 181

34. Uji beda tingkat efisiensi selada romaine dan selada keriting

hidroponik NFT .................................................................................... 181

Page 16: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xvi

35. Uji anova F hitung pada tingkat efisiensi selada keriting

hidroponik NFT .................................................................................... 182

36. Uji anova F hitung pada tingkat efisiensi selada keriting

hidroponik NFT .................................................................................... 182

Page 17: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik nilai ekspor komoditi sayuran Indonesia periode 2009 s.d 2013 .... 3

2. Perkembangan produksi tanaman hidroponik NFT bulan juli 2014 pada

PT XYZ ...................................................................................................... 7

3. Produktivitas selada keriting hijau dan selada romaine per 1.000m2 ....... 8

4. Fluktuasi harga produk hidroponik dengan grafik batang.......................... 10

5. Fungsi produksi Cobb-Douglass ............................................................. 24

6. Tiga komponen efisiensi dalam fungsi produksi frontier ........................... 26

7. Ukuran efisiensi menurut Farrell ........................................................... 28

8. Efisiensi teknis dan alokatif (orientasi output) ........................................... 30

9. Kerangka pemikiran efisiensi teknis dan risiko budidaya selada

keriting hijau dan selada romaine hidroponik NFT di PT XYZ , 2015 ..... 40

10. Siklus produksi selada keriting hidroponik NFT ....................................... 62

11. Siklus produksi selada romaine hidroponik NFT....................................... 63

12. Fluktuasi rata-rata produksi per bulan selada keriting hidroponik NFT

setiap plot (kg/1.000 m2), 2015.................................................................. 88

13. Fluktuasi rata-rata produksi per bulan selada romaine hidroponik NFT

setiap plot (kg/1.000 m2), 2015.................................................................. 89

14. Fluktuasi rata-rata produksi per bulan selada keriting dan selada

romaine hidroponik NFT setiap plot (kg/1.000 m2), 2015 ........................ 90

15. Fluktuasi harga per bulan selada keriting dan selada romaine

hidroponik NFT (Rp/kg), 2015 .................................................................. 91

Page 18: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

xviii

16. Fluktuasi harga input per bulan selada keriting dan selada romaine

hidroponik NFT (Rp/kg), 2015 ................................................................... 92

17. Selada keriting hijau dan selada romaine ................................................. 106

18. Benih selada romaine dan benih selada keriting ....................................... 106

19. Rockwool, nutrisi A dan nutrisi B .............................................................. 106

20. Denah kebun Cisaroni (cika-02) PT XYZ ................................................. 107

Page 19: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang fundamental dalam suatu negara, karena

tanpa adanya pertanian manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,

contohnya saja untuk memenuhi kebutuhan pangan, manusia membutuhkan

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sumber gizi tersebut tidak

akan didapatkan apabila tidak ada pertanian pangan dan hortikultura. Arti

penting lainnya dari pertanian adalah sebagai lapangan pekerjaan bagi warga

negara khususnya di Indonesia, karena Indonesia memiliki lahan yang subur

untuk pertumbuhan tanaman pangan dan hortikultura. Berdasarkan statistik

ketenagakerjaan (2013), tenaga kerja pertanian (dalam arti sempit) merupakan

tenaga kerja terbesar dengan jumlahnya mencapai 38,23 juta jiwa pada

Februari tahun 2012 atau 33,89 persen dari jumlah tenaga kerja Indonesia

seluruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian masih menjadi sektor

unggulan dalam memperoleh pendapatan di Indonesia.

Pertanian dibagi menjadi enam subsektor, yaitu: subsektor tanaman pangan,

subsektor perkebunan, subsektor hortikultura, subsektor perikanan, subsektor

peternakan, dan subsektor kehutanan.

Page 20: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

2

Salah satu subsektor yang berkontribusi cukup tinggi adalah subsektor

hortikultura. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013), jumlah rumah tangga

yang bekerja pada subsektor hortikultura mencapai 10,6 juta rumah tangga

atau sebesar 16,87 persen. Hal ini menunjukkan peranan subsektor

hortikultura dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Menurut Badan Pusat Statistik (2014a), hortikultura adalah kegiatan yang

berkaitan dengan proses perencanaan, pengembangan, perlindungan, usaha,

pemberdayaan dan pembiayaan yang berhubungan dengan tanaman buah-

buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Setiap tahunnya

rata-rata pertumbuhan buah-buahan sebesar 0,14 persen, sayuran sebesar 5,54

persen, tanaman hias sebesar 5,78 persen dan tanaman obat-obatan memiliki

rataan pertumbuhan sebesar 7,69 persen (Direktorat Jenderal Hortikultura,

2012).

Pertumbuhan dua jenis produk hortikultura, yaitu buah-buahan dan sayuran,

mendorong semangat petani untuk menjual produknya ke pasar internasional.

Data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2013) menunjukkan

bahwa buah-buahan dan sayuran merupakan dua jenis produk dari 24 produk

yang telah diekspor Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada periode 2009

sampai dengan 2013 komoditas sayuran mengalami fluktuasi nilai ekspor.

Nilai ekspor komoditi sayuran cenderung mengalami peningkatan pada tahun

2010 sampai dengan tahun 2013 (Gambar 1). (Kementrian Perdagangan RI,

2013).

Page 21: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

3

Grafik nilai ekspor dari komoditi sayuran periode 2009 sampai dengan tahun

2013 dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik nilai ekspor komoditi sayuran Indonesia periode 2009 s.d

2013 Sumber : BPS 2014

b

Pertumbuhan produk hortikultura yang baik akan meningkatkan ketahanan

pangan melalui pemenuhan kebutuhan gizi yang cukup bagi masyarakat di

Indonesia. Berdasarkan data dari dinas kesehatan (2014) konsumsi sayuran

dan buah-buahan pada kelompok usia di atas 10 tahun masih rendah, yaitu

masing-masing sebesar 36,7 persen dan 37,9 persen. Rendahnya tingkat

konsumsi terhadap sayuran ini mengakibatkan petani memiliki produksi yang

rendah karena konsumsi akan produk sayuran masih rendah, sehingga hanya

terdapat di beberapa daerah potensial yang banyak memproduksi sayuran.

Salah satu provinsi yang termasuk dalam pemasok sayuran di pasar

internasional adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi

yang memiliki potensi yang cukup besar pada sektor pertanian, karena

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2009 2010 2011 2012 2013

Nilai Ekspor Sayuran

(dalam juta US$)

tahun

Juta US $

Nil

ai e

ksp

or

Page 22: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

4

kondisi lahan yang subur dan luas. Provinsi ini menghasilkan berbagai

macam tanaman pangan dan palawija, seperti kubis, sawi, selada, paprika,

kacang-kacangan dan berbagai jenis sayuran lainnya dan merupakan provinsi

dengan produksi sayuran terbesar di Indonesia (Tabel 1). Jika diamati dari

iklimnya, Jawa Barat memiliki iklim tropis dengan rentang antara 9º C di

Puncak Gunung Pangrango dan 34º C di Pantai Utara. Hal ini sangat cocok

untuk dikembangkan pada subsektor hortikultura seperti sayuran (Samadi,

2014). Tabel berikut menyajikan beberapa provinsi penghasil sayuran

terbesar di Indonesia periode 2011-2013.

Tabel 1. Produksi sayuran selama periode 2011-2013 di provinsi penghasil

sayuran terbesar di Indonesia (dalam ton)

Provinsi Tahun

2011 2012 2013

Jawa Barat 2.662.720 2.657.233 2.820.645

Jawa Tengah 1.969.596 1.953.137 2.082.029

Jawa Timur 1.322.764 1.524.480 1.470.682

Sumatera Utara 1.030.565 1.106.949 987.512

Sumatera Barat 409.168 491.075 565.425

Bengkulu 441.169 415.090 450.433

Sulawesi Selatan 313.440 356.523 385.685

Sulawesi Utara 286.031 295.248 310.045

Sumber : data BPS 2014c

Potensi alam yang mendukung untuk membudidayakan berbagai jenis

tanaman membuat berbagai produsen sayuran memilih Provinsi Jawa Barat

sebagai lokasi pengembangan komoditas hortikultura. Salah satu sayuran

yang cukup potensial dikembangkan di Jawa Barat adalah tanaman selada.

Menurut Samadi (2014), selada atau tanaman lettuce memiliki lima jenis

tanaman, yaitu: selada keriting hijau atau biasa disebut selada keriting, selada

Page 23: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

5

keriting merah (lollorosa), selada romaine, selada batavia, dan selada

butterhead. Selada memiliki zat-zat gizi, seperti: protein, karbohidrat, serat,

lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin (A, B1, B2, B3, C) dan air. Selada juga

memiliki fungsi sebagai pencegah penyakit, seperti kolesterol tinggi, susah

tidur, sembelit, rabun ayam, hemofilia, asma, dan kencing manis. Kandungan

dan kegunaan selada menjadikan produk ini sangat diminati oleh orang-orang

yang mendambakan hidup sehat. Jika dilihat dari syarat tumbuhnya, tanaman

selada dapat tumbuh pada ketinggian 1.000-1.900 m di atas permukaan laut,

sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 15oC – 20

oC,

dan curah hujan 1.000-1.500 mm per tahun sangat sesuai untuk

membudidayakan jenis tanaman ini (Samadi, 2014).

Pada umumnya, selada dibudidayakan dalam dua skala usaha, yaitu: skala

usaha kecil dan skala usaha besar. Skala usaha kecil diusahakan oleh petani

yang memiliki lahan sempit (<1 ha), sedangkan skala usaha besar diusahakan

oleh perusahaan-perusahaan yang mampu membudidayakan komoditi selada

dengan lahan lebih dari satu hektar. Perusahaan-perusahaan ini biasanya

membudidayakan secara konvensional, organik, maupun hidroponik.

(Syarieva, Duryatmo, dan Angkasa, 2014).

Menurut Poerwanto dan Susila (2014), teknologi hidroponik dikemukakan

sejak tahun 1930-an oleh W.F. Gericke dari University of California.

Hidroponik didefinisikan sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa

menggunakan tanah sebagai media tanamnya, akan tetapi menggunakan

media pasir, gravel, peat, vermikulit, purnice, atau sawdust, yang diberikan

Page 24: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

6

larutan hara yang mengandung semua unsur yang dibutuhkan tanaman untuk

tumbuh dan berkembang. Hidroponik berdasarkan media atau substrat dapat

dikelompokkan menjadi substrate system dan bare root system. Contoh dari

substrate system adalah sand culture, gravel culture, rockwool, dan bag

culture, sedangkan pada bare root system menggunakan block rockwool

seperti Deep Flowing System (DFT), Teknologi Hidroponik Sistem Terapung

(THST), Aeroponics, Nutrient Film Technics (NFT), dan Mixed System.

(Poerwanto dan Susila, 2014).

Salah satu metode bare root system yang terkenal adalah aeroponik dan NFT.

Aeroponik adalah sistem hidroponik menggunakan media kabut larutan hara

yang kaya oksigen dan disemprotkan pada zona perakaran tanaman,

sedangkan NFT merupakan sistem hidroponik menggunakan aliran hara yang

didapatkan dari talang-talang yang memanjang tersusun pada meja tanam.

Persemaian pada kedua sistem ini menggunakan block rockwool untuk

menyemai benih tanaman (Poerwanto dan Susila, 2014).

PT XYZ merupakan perusahaan pertama yang mengenalkan produk

aeroponik, yaitu produk selada keriting aeroponik dan selada romaine

aeroponik pada tahun 1998. Perusahaan ini memiliki tiga divisi budidaya

sayuran, yaitu divisi hidroponik substrat, hidroponik Nurtient Film

Technique, dan budidaya organik. Divisi hidroponik substrat memproduksi

tomat beef, tomat cherry, dan timun midi. Divisi hidroponik NFT

memproduksi selada keriting hijau, selada lollorosa, selada romaine, selada

butterhead dan selada batavia. Selanjutnya, divisi sayuran organik

Page 25: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

7

memproduksi selada keriting hijau, chaisim, dan berbagai sayuran China

(horenzo, pakchoi, dan kailan), namun produksi tanaman organik sudah

ditiadakan sejak tahun 2015, karena perluasan budidaya hidroponik NFT.

Perusahaan ini telah banyak memproduksi sayuran dan dapat menembus

pasar, baik lokal, nasional maupun pasar internasional. Kontinuitas produksi

yang dilakukan perusahaan telah membawa perusahaan sampai ke pasar

Singapura dan Brunei Darussalam (Agung, 2008). Fluktuasi perkembangan

produksi tanaman hidroponik NFT pada bulan Juli 2014 di perusahaan PT

XYZ disajikan pada Gambar 2.

Berdasarkan data yang ditulis oleh Destiarasany (2014a), produksi selada

keriting hijau dan selada romaine hidroponik NFT lebih tinggi daripada

empat produk hidroponik NFT lainnya (Gambar 2). Oleh sebab itu, peneliti

ingin mengkaji tentang selada keriting hijau dan selada Romaine. Meskipun

terjadi penurunan hasil, namun produk selada keriting masih berada pada

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Selada

Keriting

Hijau

Selada

Lollorosa

Selada

Romaine

Butterhead Batavia

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

Produksi

Jenis tanaman

Gambar 2. Perkembangan produksi tanaman hidroponik NFT bulan juli

2014 PT XYZ Sumber : Destiarasany, 2014

a

Page 26: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

8

kisaran 120 -160 kg per minggunya dan 65-95 kg per minggunya pada

tanaman selada romaine. Data Destiarasany (2014a) juga menyebutkan, total

produksi selama satu siklus panen pada selada keriting hijau di PT XYZ

masih di bawah standar, yaitu ±1.110 kg per 1.000 m2 setiap bulannya,

sedangkan pada selada romaine hidroponik NFT masih berada pada ±1.160

kg per 1.000 m2

setiap bulannya. Menurut Syarieva, Duryatmo, dan Angkasa

(2014) produksi pada lahan 1.000 m2

dapat menghasilkan minimal 1.520 kg

tanaman selada keriting hijau atau 1.200 kg tanaman selada romaine.

Berdasarkan produksi tersebut, maka PT XYZ masih belum bisa mencapai

produksi yang sesuai dengan teori yang ada, atau bisa disebut masih terdapat

inefisiensi teknis. Tingkat produksi yang belum memenuhi tersebut

menggambarkan produksi belum efisien, sehingga perlu dikaji tingkat

efisiensi teknis dari produksi selada keriting hijau dan selada romaine.

Gambar 3 menyajikan, fluktuasi produktivitas tanaman hidroponik NFT pada

bulan Juli 2014 di perusahaan PT XYZ.

Gambar 3. Produktivitas selada keriting hijau dan selada romaine PT XYZ

per 1.000 m2

Sumber : Destiarasany, 2014a

0

50

100

150

200

250

300

350

Minggu ke

1

Minggu ke

2

Minggu ke

3

Minggu ke

4

Selada Keriting Hijau

Selada Romaine

Produksi

Page 27: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

9

Jika dilihat Gambar 3, hasil produktivitas selada keriting hijau dan selada

romaine hidroponik NFT befluktuasi. Hal ini sering terjadi karena pengaruh

hama dan penyakit pada tanaman. Budidaya menggunakan sistem hidroponik

tidak terlepas dari kemungkinan risiko produksi yang mengakibatkan gagal

panen atau penurunan dalam produksi. Kemungkinan dalam risiko produksi

biasanya dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang membawa penyakit pada

tanaman melalui udara yang lembab. Patogen (mikroorganisme parasit) yang

telah masuk kedalam sistem pertumbuhan tanaman akan mudah menyebar

jika kondisi iklim mikro pada greenhouse mendukung perkembangannya dan

aliran nutrisi juga dapat menjadi katalisator dalam mempercepat pertumbuhan

patogen. (Samadi, 2014)

Selada keriting hijau yang dibudidayakan secara hidroponik di perusahaan

umumnya menggunakan benih berasal dari produsen lokal. Daya kecambah

tanaman yang diperoleh berkisar antara 90-95 persen. Tanaman ini dapat

dipanen jika telah berumur 40-45 hari setelah tanam. Hasil setiap tanaman

yang dipanen dapat berkisar antara 270-300 gram. Umur panen dipengaruhi

juga oleh cuaca dan ketinggian tempat penanaman, dimana semakin tinggi

tempat penanaman, maka akan mengakibatkan semakin lamanya umur panen

(Agung, 2008).

Selada romaine yang dibudidayakan secara hidroponik menggunakan benih

yang berasal dari luar negeri (impor). Daya kecambah tanaman yang

diperoleh berkisar antara 95-98 persen, sehingga presentase keberhasilan

tanaman yang hidup lebih baik dari tanaman selada romaine pada umumnya.

Page 28: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

10

Tanaman ini dapat dipanen jika telah berumur 43-47 hari setelah tanam.

Hasil setiap panen dapat berkisar antara 220-260 gram. Hasil ini tidak dapat

dinaikkan karena bobot yg lebih besar hanya akan membuat tanaman menjadi

getir dan harga jual akan menurun (Agung, 2008).

PT XYZ menjual produk hidroponiknya dengan harga pada selada keriting

dan selada romaine pada kisaran harga Rp30.000,00 – Rp45.600,00 per kg-

nya. Harga yang tinggi diperoleh perusahaan karena perusahaan memiliki

kekuatan pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsumennya.

Perubahan harga terhadap komoditas pertanian ini membuat perusahaan dapat

mengalami kerugian atau dengan kata lain terdapat risiko harga. Fluktuasi

harga yang diperoleh perusahaan produsen tanaman hidroponik selada

keriting dan selada romaine di PT XYZ pada tahun 2009 s.d 2014.

Gambar 4. Fluktuasi harga produk hidroponik dengan grafik batang

Sumber : Destiarasany, 2014a

0

10000

20000

30000

40000

50000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Selada Keriting

Pakchoy

Selada Romaine

Kangkung

Harga

(Rp/kg)

tahun

Page 29: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

11

PT XYZ memiliki produksi selada keriting hijau dan selada romaine

hidroponik NFT yang unggul dibandingkan dengan produk hidroponik NFT

lainnya. Dua tanaman ini memiliki perbedaan baik dari segi produksi, harga,

maupun perbedaan benih yang digunakan hingga umur panen tanaman pun

berbeda antara selada keriting hijau dan selada romaine. Produksi yang

maksimal pada budidaya selada keriting hijau dan selada romaine diperoleh

dengan menggunakan kombinasi input yang sesuai serta efisien. Efisien

dalam penggunaan input dapat menekan biaya produksi yang berlebih atau

meningkatkan produksi dengan input yang sama, sehingga keuntungan yang

dihasilkan perusahaan dapat meningkat. Produksi pada kedua tanaman

memiliki fluktuasi, begitu juga dengan harga yang diterima. Perusahaan

mengalami fluktuasi pada produksi dan harga mengindikasikan bahwa

terdapat risiko dalam membudidayakan secara hidroponik NFT. Oleh karena

itu, perlu juga dikaji mengenai perbedaan risiko pada selada keriting dan

selada romaine hidroponik NFT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan

harus meninjau apakah selada keriting hijau dan selada romaine hidroponik

NFT ini telah efisien dan menjamin risiko yang kecil. Perumusan masalah

dari hal tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi teknis dari budidaya selada

keriting hijau dan selada romaine hidroponik NFT PT XYZ?

Page 30: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

12

(2) Apakah terdapat perbedaan tingkat risiko budidaya selada keriting hijau

dan selada romaine hidroponik NFT pada PT XYZ ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian bedasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya adalah:

(1) Menganalisis perbedaan efisiensi teknis budidaya selada keriting hijau

dan selada romaine hidroponik NFT pada PT XYZ, dan

(2) Menganalisis perbedaan risiko budidaya selada keriting hijau dan selada

romaine hidroponik NFT pada PT XYZ

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dengan adanya penelitian ini adalah:

(1) Sebagai masukan bagi perusahaan dalam pertimbangan mengambil

keputusan secara tepat pada saat menghadapi risiko dan sebagai bahan

acuan untuk mengefisiensikan penggunaan input.

(2) Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai referensi untuk memperluas

wawasan dan mengembangkan penelitian selanjutnya serta dapat

dijadikan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

Page 31: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Selada

Selada tergolong tanaman sayuran daun yang memiliki banyak kegunaan.

Selada memiliki fungsi ganda, yakni sebagai bahan pangan sayuran yang

sehat, dan memiliki kegunaan untuk pengobatan (terapi) beberapa macam

penyakit. Hasil kajian para peneliti menunjukkan bahwa selada dapat

meningkatkan kesehatan seseorang. Hal ini disebabkan oleh kandungan

gizi dalam seratus gram selada adalah 19 kalori, 1,3 gram protein, 0,4

gram lemak, karbohidrat 3,4 gram, serat 0,06 gram kalsium 97 mg, fosfor

34 mg, besi 3,4 mg, vitamin A 1.050 RE, vitamin B1 0,06 mg, vitamin

B2 0,11 mg, vitamin B3 0,5 mg, vitamin C 19 mg dan air 94,8 mg

(Samadi, 2014). Dilihat dari kandungan gizinya, selada sangat

bermanfaat bagi tubuh untuk metabolisme tubuh, pembentukan dan

pertumbuhan tulang dan gigi, pembentukan hemoglobin, dan

meningkatkan kesehatan tubuh.

Selada yang sering dibudidayakan di Indonesia ada tiga jenis, yaitu: jenis

selada keriting hijau dan selada keriting merah serta selada rapuh atau

Page 32: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

14

selada romaine. Perbedaan secara fisik tanaman selada keriting hijau dan

selada romaine, yaitu :

a. Selada Keriting Hijau

Selada keriting hijau atau yang dikenal sebagai selada keriting

termasuk dalam tipe kultivar selada daun. Jenis selada ini tidak

membentuk krop (Gambar 17). Selada jenis ini helaian daunnya

lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau.

Batangnya cukup panjang dan biasanya tampak di permukaan tanah.

Daun-daunnya saling berlepasan dengan tepi daun yang berombak.

Warna daunnya hijau muda dan hijau tua, tergantung dari varietas

tanaman yang dibudidayakan. Ukuran daunnya besar dan lebar

dengan tekstur yang halus dan renyah. Selada jenis ini banyak

diminati masyarakat karena rasa yang enak dan agak manis sebagai

lalapan atau disajikan dalam bentuk salad (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1999).

Menurut Syarieva, Duryatmo, dan Angkasa (2014), selada keriting

hijau dibudidayakan dalam suhu relatif rendah, sekitar 20oC, dengan

tingkat pH media yang diinginkan 5,0-6,8. Sejatinya, pertumbuhan

tanaman dewasa selada keriting mencapai 65-130 hari setelah tanam.

Namun, jika dipanen pada umur tersebut akan menimbulkan rasa

selada yang pahit dan tidak laku dijual. Itulah sebabnya pemanenan

dilakukan di usia 30-45 hari setelah tanam. Ciri-ciri selada keriting

siap panen adalah daun dewasa hijau cerah, lebar dan bergelombang.

Page 33: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

15

Perlakuan tanaman yang tumbuh hingga dewasa (>65 hari setelah

tanam) hanya dilakukan untuk tujuan mendapatkan benih.

b. Selada Romaine

Selada romaine (Lactuca sativa var. romana; L. sativa var longifolia)

termasuk dalam anggota kelompok kultivar cos lettuce atau selada

rapuh. Jenis selada ini memiliki krop lonjong dengan pertumbuhan

yang tumbuh oval memanjang dengan ujung atas (kepala) yang

semakin melebar cenderung mirip petsai (Gambar 17). Tinggi selada

romaine bisa mencapai 25,40 cm. Daunnya lebih tegak dibandingkan

daun selada yang umumnya menjuntai ke bawah. Daun terluarnya

berwarna hijau gelap dan lembut, dan daun bagian dalam atau krop

berwarna hijau keputihan. Jenis selada ini tergolong lambat

pertumbuhannya dibandingkan jenis selada lainnya dengan usia

panen pada usia 30-45 hari setelah tanam (Haryanto et al., 2003).

Perbedaan antara selada keriting dan selada romaine disajikan pada

tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan tanaman selada keriting dan selada romaine

Selada Keriting Selada Romaine

Membentuk krop yang lonjong

dan meninggi

Tidak membentuk krop

Daunnya besar dan lebar, halus,

dan tepi daun berombak

Daunnya halus, lurus, dan tepi

bergerigi

Batangnya cukup panjang Batangnya sangat pendek

Memiliki rasa yang enak dan

manis

Memiliki rasa yang enak dan

agak manis

Sumber : Samadi, 2014

Page 34: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

16

Pada dasarnya selada tidak dapat tumbuh dengan baik pada dataran

rendah, meskipun ada beberapa varietas yang dapat tumbuh di dataran

medium (300 mdpl) menghasilkan pertumbuhan yang kurang subur

dibandingkan di dataran tinggi. Selada menghendaki persyaratan tumbuh

yang sesuai, terutama kesesuaian tanah tempat tumbuh dan iklim yang

menunjang keasaman dan salinitas tanah. Selada dapat tumbuh dengan

baik di tanah dengan pH yang asam yakni antara 5,0-6,8 dan salinitas

tanah sebesar 1,7. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan tanaman

selada berkisar antara 15oC-20

oC sedangkan suhu tanah berkisar antara

10oC-30

oC (Samadi, 2014).

2. Hidroponik

Perkembangan teknologi saat ini membuat produksi tanaman di

Indonesia mulai menunjukkan perkembangan seperti tanaman

hortikultura. Contohnya saja yang sedang trend saat ini adalah budidaya

tanaman secara hidroponik. Hidroponik sendiri didefinisikan sebagai

beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah sebagai

tempat menanam tanaman (Lingga, 2000). Media tanam yang

dikembangkan untuk bercocok tanam menggunakan metode hidroponik

beragam, mulai dari pot yang diisi kerikil, pecahan genteng, pasir kali,

sampai ke gabus putih dan air untuk tempat tumbuh kembang tanaman.

Dalam sistem hidroponik pengelolaan air dan unsur hara tanaman dapat

dilakukan secara bersamaan. Manajemen pengelolaan air dan

pemupukan ini biasa disebut dengan istilah fertilisasi and irigasi

Page 35: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

17

(fertigasi). Pengelolaan fertigasi difokuskan dengan cara pemberian yang

optimal sesuai dengan kebutuhan tanaman, umur tanaman dan kondisi

lingkungan, sehingga tercapai hasil yang maksimum (Poerwanto dan

Susila, 2014).

Menurut Poerwanto dan Susila (2014) hidroponik berdasarkan sistem

irigasinya dibedakan menjadi dua, yaitu sistem terbuka dan tertutup.

Pada sistem terbuka, larutan hara yang dialirkan ke tanaman tidak

digunakan kembali sebagai nutrisi yang akan diberikan tanaman,

misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation

atau trickle irrigation. Pada sistem tertutup, larutan hara yang dialirkan

ke tanaman dimanfaatkan kembali sebagai nutrisi tanaman degan cara

resirkulasi. Sistem tertutup memungkinkan penggunaan pompa air nutrisi

yang selalu aktif setiap jamnya, karena nutrisi yang dialirkan apabila

tidak mengalir akan mengakibatkan penimbunan nutrisi sehingga

tanaman cepat layu.

Hidroponik yang berdasarkan media atau substrat dapat dikelompokkan

menjadi substrate system dan bare root system. Contoh dari substrate

system adalah sand culture, gravel culture, rockwool, dan bag culture,

sedangkan pada bare root system masih menggunakan block rockwool,

seperti Deep Flowing System (DFT), Teknologi Hidroponik Sistem

Terapung (THST), Aeroponics, Nutrient Film Technics (NFT), dan

Mixed System. DFT adalah media berupa kolam atau kontainer yang

panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. THST

Page 36: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

18

adalah hasil modifikasi dari DFT yang tidak menggunakan areator.

Teknologi THST dikembangkan dari sistem kultur air dimana akar

tanaman terendam dalam media cair yang merupakan sistem hara

tanaman, sedangkan bagian atasnya ditunjang dengan adanya lapisan

medium inert tipis seperti sterofoam yang memungkinkan tanaman dapat

tumbuh dengan tegak. Berbeda dengan THST, aeroponik menggunakan

sistem kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan ke bagian

perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan menggantung di

udara dalam kondisi gelap dan secara periodik disemprotkan larutan hara.

Pada teknologi ini sangat dibutuhkan listrik yang besar agar proses

pengabutan dapat berjalan setiap saat. Teknologi NFT adalah sistem

hidroponik yang menggunakan sirkulasi larutan hara yang mengalir di

talang-talang yang memanjang (gully) dengan persemaian dilakukan

diatas blok rockwool (Poerwanto dan Susila, 2014).

Pada teknologi NFT larutan nutrisi harus mengalir secara terus menerus

selama 24 jam. Ketika larutan mengalir, riak yang muncul membentuk

oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nutrisi dialirkan

dengan ketinggian 2-3 mm dari dasar saluran. Untuk membuat aliran,

gully diletakkan dengan kemiringan 1,5-5o. Nutrisi diberikan kepada

tanaman dengan melihat Electric Conductivity (EC) pada tanaman.

Nutrisi pada tahap pembibitan sebesar 1-1,5 mS/cm dan untuk

pertumbuhan vegetatif sebesar 2,7 mS/cm. Teknik NFT memungkinkan

konsumsi nutrisi dalam jumlah minim. Pembersihan gully dapat

dilakukan dengan mengalirkan air bersih atau mencopot rangka dan

Page 37: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

19

mencucinya. Kelemahan teknik ini, nutrisi yang disirkulasi ulang

menyebabkan kadar garam nutrisi makin meningkat secara bertahap,

sehingga harus dilakukan pemeriksaan EC setiap harinya dengan

mengguanaka alat EC meter (Syarieva, Duryatmo, dan Angkasa, 2014).

Kentungan menggunakan hidroponik dibandingkan dengan

menggunakan media bercocok tanam menggunakan tanah antara lain

(Lingga, 2000):

a. Produksi tanaman lebih tinggi daripada menggunakan media tanah.

b. Lebih terjamin kebebasan tanaman dari hama dan penyakit.

c. Tanaman tumbuh lebih cepat dan pupuk yang dipakai lebih hemat.

d. Bila terdapat tanaman yang mati dapat segera diganti dengan

tanaman baru.

e. Tanaman akan memberikan hasil yang berkelanjutan.

f. Metode kerja yang telah distandarisasi, lebih memudahkan pekerjaan

dan tidak membutuhkan tenaga kasar.

g. Kualitas daun dan bunga yang lebih sempurna dan bersih

h. Bisa ditanam diluar musimnya untuk beberapa jenis tanaman

sehingga harga yang ditawarkan bisa mahal dipasaran.

i. Tidak ada risiko kebanjiran, erosi, kekeringan ataupun

ketergantungan lainnya dengan kondisi iklim setempat.

j. Keterbatasan ruang dan tempat bukan sebagai halangan untuk

berhidroponik.

Page 38: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

20

Menurut Syarieva, Duryatmo, dan Angkasa (2014) produksi budidaya

secara hidroponik NFT dimulai dari perakitan meja tanam. Meja tanam

merupakan kumpulan dari beberapa gully yang disusun sejajar dengan

menggunakan tiang penyangga. Gully dilubangi dengan diameter 5 cm

dengan jarak antar lubang 15 cm dan bagian ujung penutup pipanya

dilubangi sebanyak dua lubang sesuai dengan selang kecil dengan

diameter lubang 3-5 mm untuk penyaluran nutrisi tanaman. Tangki

nutrisi berada dibawah tanah dengan tujuan untuk menghindari kondisi

cuaca yang buruk. Pemasangan pipa pembuangan dari setiap gully

disalurkan kembali ke tangki nutrisi.

Penanaman dilakukan dengan menyiapkan meja pembenihan, rockwool,

benih, tray, dan air. Meja pembenihan merupakan seng dengan luasan

2x4 m2

yang disusun menggunakan tiang sebagai penyangga untuk

penanaman awal setelah selada berumur 2 hari dalam ruang gelap.

Rockwool merupakan media tanam seperti busa yang terbuat dari batuan

alam. Tingkat penyerapan air pada rockwool sebesar 85 persen yang

memungkinkan nutrisi dapat terserap dengan baik oleh tanaman selada.

Rockwool disiapkan dengan ukuran luas permukaan 20 cm x 4 cm. Tray

adalah nampan yang memiliki lubang untuk memindahkan rockwool

yang telah diisi dengan bibit tanaman selada. Rockwool diletakkan ke

dalam tray kemudian direndam rockwool dengan air hingga jenuh.

Rockwool diangkat kemudian benih dibenamkan dengan menggunakan

pinset. Benih yang telah ditanam kemudian diletakkan di ruang gelap

selama dua sampai tiga hari agar tanaman cepat berkecambah. Setelah

Page 39: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

21

dua hari, benih dikeluarkan dari ruang gelap dan diletakkan di meja

pembenihan. Penyemaian dilakukan selama dua minggu setelah tanam

(peletakan benih pada rockwool).

Penanaman di meja tanam dilakukan setelah dua minggu setelah

pembenihan dengan meletakkan potongan rockwool yang ditumbuhi bibit

ke meja tanam remaja yang berjarak 10 cm x 10 cm. Kedalaman gully

sebesar 5cm dengan aliran air nutrisi yang selalu mengalir selama 24

jam. Setelah dua minggu setelah penanaman di meja remaja, bibit

dipindahkan ke meja tanam produksi dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm.

Setelah tanaman berusia 45 hari setelah tanam (untuk romaine) dan 40

hari setelah tanam (untuk selada keriting hijau), tanaman telah siap

dipanen. Luas panen tanaman diukur dari luas meja tanam saat panen.

Pasca panen dilakukan dengan membilas tanaman dengan air mengalir

secara perlahan. Tanaman dikemas dalam plastik kemasan dan dililitkan

plastik di bagian akar dengan selotip. Selada disusun dalam keranjang

untuk pemasaran, jika tidak selada disimpan dalam lemari pendingin agar

tidak layu. Perbedaan produksi selada keriting hijau dan selada romaine

hanya terletak pada penyemaian. Bibit selada romaine telah ditambah

tanah liat pada benihnya sedangkan pada selada keriting hijau tidak

terdapat tanah liat. Tanah liat yang ada pada benih selada romaine

memungkinkan tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan daya

kecambah yang tinggi (Destiarasany, 2014b). Lama panen pada selada

Page 40: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

22

romaine 47 hari setelah tanam, sedangkan pada selada keriting 45 hari

setelah tanam.

3. Teori Produksi

Produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang digunakan

dalam mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran

(output), baik berupa barang maupun jasa (Assauri, 2008). Produksi juga

dapat diartikan sebagai setiap perbuatan yang menjadikan barang

menjadi lebih sempurna untuk memenuhi kebutuhan manusia atau

dengan kata lain meningkatkan nilai tambah dari suatu barang (Iswara

dan Sumodiningrat, 1993). Proses produksi membutuhkan berbagai

macam faktor produksi. Faktor-faktor yang terdapat dalam produksi

meliputi faktor alam, tenaga kerja dan modal. Pada konteks yang

berbeda faktor produksi juga dibedakan atas faktor tetap dan faktor

variabel, dimana faktor variabel akan bertambah seiring bertambahnya

output yang dihasilkan sedangkan faktor tetap tidak harus selalu

ditambah walaupun output yang dihasilkan bertambah.

Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan secara produksi dari

masukan dan hasil dalam suatu proses produksi. Menurut Soekartawi

(1994), dalam memilih fungsi produksi yang baik dan sesuai haruslah

mempertimbangkan syarat berikut; (1) Fungsi produksi harus dapat

menggambarkan keadaan usahatani yang sebenarnya terjadi, (2) Fungsi

produksi dapat dengan mudah diartikan khususnya arti ekonomi dari

Page 41: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

23

parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut, dan (3) mudah

dianalisis serta mempunyai implikasi ekonomis.

Soekartawi (2003) menyatakan bahwa Fungsi Cobb-Douglas adalah

suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel,

dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependent (Y) dan

variabel lain yang menjelaskan disebut independent (X). Secara

matematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai:

Y = aX1b1

X2b2

X3b3

,…..,Xibi

,…..Xnbn

e ................................... (1)

Keterangan :

Y = produksi

Xi = jenis faktor produksi ke-i, dimana i= 1,2,3,....,n

a = intersep

bi = koefisien regresi penduga variabel ke-i

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural. E – 2,178

Persamaan diatas di transformasikan dalam bentuk linear menjadi :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + bn ln Xn + u…………….....…….(2)

Pada persamaan (2) terlihat bahwa nilai b1, b2, b3,…bn adalah tetap

walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1,

b2, b3,…bn pada fungsi Cobb-Douglass menunjukkan elastisitas X

terhadap Y, dan jumlah elastisitas merupakan return to scale.

Ada beberapa bentuk fungsi produksi yang sering digunakan oleh para

ekonom dalam penelitian mereka. Salah satu diantaranya adalah bentuk

fungsi produksi Cobb-Douglass. Bentuk umum dari fungsi produksi

Cobb-Douglass adalah:

Page 42: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

24

Dimana Y adalah variabel terikat yang merupakan output tunggal dari

suatu produksi, x adalah variabel bebas yang merupakan penggunaan

faktor-faktor produksi, adalah intersep fungsi produksi, dan j adalah

parameter dari setiap faktor produksi ke j yang digunakan. Notasi i dan j

masing masing menunjukkan produksi dan faktor produksi yang

digunakan (Soekartawi, 1994). Kurva fungsi Cobb-Douglass yang dibagi

kedalam tiga tahapan produksi disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Sumber : Soekartawi, 1994

Grafik pada fungsi produksi (Gambar 5) terbagi pada tiga tahapan

produksi yang lazim disebut Three Stages of Production. Tahap I pada

saat penggunaan input masih sedikit, bila dinaikan penggunaannya maka

marginal product (MP) akan menurun dengan ditingkatkannya produksi.

Tahap II sudah terjadi efisiensi produksi sudah maksimal. dimana berlaku

hukum kenaikan hasil yang berkurang. Dalam tahap ini terjadi

perpotongan antara kurva MP dengan kurva average product (AP) pada

Y

X

TP

AP

MP

Daerah I Daerah II

Daerah III

Ep>1 0<Ep<1

Ep <0

………………………………………………….(3)

Page 43: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

25

saat AP mencapai titik optimal. Pada tahap ini masih dapat meningkatkan

output, walaupun dengan presentase kenaikan yang sama atau lebih kecil

dari kenaikan jumlah faktor produksi yang digunakan. Tahap III meliputi

daerah dimana MP negatif. Tahap ini penggunaan input sudah terlalu

banyak, sehingga produksi total akan menurun jika input terus bertambah

(efisiensi sudah mengalami kondisi maksimal).

4. Fungsi Cobb- Douglass Sebagai Fungsi Produksi Frontier

Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk

mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap produksi

frontiernya. Karena fungsi produksi pada dasarnya adalah hubungan

faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah

hubungan fisik faktor produksi dengan produksi pada saat kondisi frontier,

yang posisinya terletak pada garis isokuan (Soekartawi, 1994).

Kelebihan pendekatan fungsi produksi frontier adalah dapat menduga

tingkat efisiensi pada masing-masing usahatani. Fungsi frontier diperoleh

dengan cara memasukkan penggunaan input-input ke dalam fungsi

produksi frontier. Fungsi frontier pada model ini diperoleh dengan

memasukkan input-input yang digunakan pada fungsi frontier (Soekartawi,

1994).

……………………………………………(4)

Page 44: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

26

Keterangan :

Yfi = log Yfi

xi = Log xi

Yi = Output usaha tani ke-i

αo = Konstanta

αi = Elastisitas untuk output ke-i

xij = Kuantitas penggunaan input ke-j untuk usahatani ke-i

ej = Kesalahan-kesalahan (error)

i = produksi ke- 1,2,3……,n dan j = faktor produksi 1,2,3,…….,m

Menurut Soekartawi (1994), keadaan yang paling efisien secara ekonomi

adalah keadaan keuntungan maksimum. Keadaan tersebut tergambar pada

tiga komponen efisiensi teknis frontier pada Gambar 6.

Gambar 6. Tiga komponen efisiensi dalam fungsi produksi frontier

Sumber : Soekartawi, 1994.

Keterangan :

Q’ = produksi frontier

Q” = produksi aktual tingkat petani

Q* = produksi pada efisiensi ekonomis

X = input usahatani

OQ”/OQ’ = efisiensi teknis

OQ;/OQ = efisiensi harga

OQ’/OQ* = efisiensi ekonomi

Keadaan keuntungan maksimum tercapai pada saat titik A, yaitu pada

penggunaan input sebesar OX1* dan produk yang dicapai sebesar OQ*.

Keadaan price inefficient terdapat saat penggunaan input sebesar OX1’,

B

C

A

*

*

* *

*

*

* *

*

*

* *

Q*

Q’

Q”

Produksi

Fungsi Produksi Frontier

O X1’ X1*

X1

Page 45: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

27

bila produksi yang dicapai OQ’ (titik B), sebab penggunaan input masih

dapat ditingkatkan agar efisiensi ekonomi tercapai, untuk itu perlu

dipertimbangkan rasio penggunaan input – output. Pada keadaan tersebut

usaha petani dalam keadaan efisien secara produksi, karena produksinya

yang dihasilkan tinggi, yaitu dapat mencapai fungsi produksi frontiernya.

Penggunaan input sebesar OX1’, produk yang dicapai sebesar OQ” (titik

C), maka usahatani dalam keadaan economic inefficient, yaitu terjadi

technical inefficient karena produksi rendah, dan terjadi price inefficient

karena sebenarnya penggunaan input terlalu sedikit.

5. Efisiensi teknis

Menurut Soekartawi (1994), efisiensi diartikan sebagai upaya pemakaian

input yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh produksi yang sebesar-

besarnya. Efisiensi dibagi menjadi tiga kategori yaitu efisiensi teknik,

efisiensi ekonomis, dan efisiensi harga. Efisiensi teknik adalah besaran

yang menunjukkan perbandingan antara produksi sebenarnya dengan

produksi maksimum. Efisiensi ekonomi adalah besaran yang

menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan

keuntungan maksimum, untuk menghitung tingkat efisiensi teknik

digunakan rumus :

ET =

Keterangan :

ET = Tingkat Efisiensi teknis

Yi = Besaran produksi (output) ke-i

Yfi = Besaran produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang diperoleh

melalui fungsi produksi frontier Cobb-Douglas.

……………………………………..(5)

Page 46: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

28

Mubyarto (1989) menjelaskan bahwa efisiensi teknis adalah banyaknya

hasil produksi fisik yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi.

Dalam melakukan usahatani, seorang petani akan berpikir bagaimana ia

mampu mengalokasikan sarana produksi (input) yang dimiliki seefisien

mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang maksimal. Dalam ilmu

ekonomi, cara berpikir demikian sering disebut dengan pendekatan

memaksimumkan keuntungan atau profit maximization. Grafik ukuran

efisiensi menurut Farell dalam Soekartawi (1994) disajikan pada Gambar

7.

Gambar 7. Ukuran efisiensi menurut Farrell

Sumber : Soekartawi, 1994

Keterangan :

P = Input

Q = Efisiensi teknis dan inefisiensi alokatif

Q’ = Efisiensi teknis dan efisiensi alokatif

AA’ = Kurva rasio harga input

SS’ = Isoquant fully efficient

Page 47: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

29

Farell dalam Soekartawi (1994) menjelaskan bahwa garis lengkung SS’

adalah garis isokuan dari berbagai kombinasi input X1 dan X2 untuk

mendapatkan sejumlah Y atau q tertentu yang optimal (Gambar 7).

Selanjutnya garis AA’ adalah garis biaya yang merupakan tempat

kedudukan kombinasi biaya yang dapat digunakan dalam memperoleh

suatu input X1 dan X2 sehingga biaya yang didapatkan optimal. Garis OP

menggambarkan jarak sampai berapa teknologi dari suatu usaha, apakah itu

usaha pertanian atau non pertanian. Teknologi di suatu usaha akan

menentukan besarnya tingkat produksi yang dapat dihasilkan suatu

perusahaan.

Usahatani di titik B adalah usahatani yang efisien secara produksi, tetapi

bukan merupakan usahatani yang efisien secara harga (Gambar 8).

Usahatani yang dilakukan di titik P merupakan usahatani yang tidak efisien

secara produksi, sebab berada di luar garis isokuan. Secara matematis,

pendekatan output rasio efisiensi teknis ditulis sebagai :

TE0 = 0A/0B

Notasi 0 digunakan untuk menunjukkan nilai efisiensi teknis dengan

pendekatan orientasi input. Dengan adanya informasi harga output yang

digambarkan oleh garis isorevenue DD’, maka efisiensi alokatif ditulis

sebagai :

AE0 = 0B/0C

Kondisi efisien secara ekonomis yaitu :

EE0 = TE0 x AE0 = (0A/0B) x (0B/0C) = 0A/0C

……………………………………..(6)

………………………….………………..(7)

………..(8)

Page 48: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

30

Rasio dari ketiga nilai efisiensi tersebut berkisar antara 0 dan 1.

Berikut ini merupakan kurva gabungan antara kurva kemungkinan produksi

dan kurva isorevenue yang disajikan pada gambar 8.

Gambar 8.Efisiensi teknis dan alokatif (Orientasi Output)

Sumber :Soekartawi (1994)

Keterangan :

ZZ’ = Kurva Kemungkinan Produksi

DD’ = Isorevenue

Fungsi frontier diklasifikasikan sebagai deterministic non parametric

frontier dimana nilai X mempunyai nilai tertentu dan tidak stokastik. Pada

konsep deterministic non parametric frontier berlaku anggapan bahwa

perbandingan faktor produksi dan produksi dapat diturunkan langsung

melalui teknik linier programing. Kelemahannya jika terdapat pengamatan

yang ekstrim, maka data akan mengganggu. Persamaan konsep non

deterministik parametrik frontier :

Yi = aiXibi

eu …………………………………… (9)

LnYi = Lnai + biLnXi + u ………………….(10)

Dimana u > 0

Page 49: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

31

Pada konsep berlaku anggapan bahwa Y pada persamaan adalah

diperlakukan lebih kecil dari f(X) sehingga

Yi < aiXibi

eu atau Y < f(X) ……………………(11)

Dengan demikian besaran a dan b dapat diduga dengan menggunakan linier

programing.

Soekartawi (1994) menyebutkan untuk menduga fungsi produksi frontier,

maka diasumsikan bahwa fungsi produksinya berbentuk :

atau dalam bentuk logaritma natural :

Keterangan :

Yi = 1n Yi

xi = 1n Xi

ei = 1n Ei

Yi = output usahatani ke-i

A = konstanta

ai = elastisitas untuk output ke j

Xij = kuantitas penggunaan input ke-j untuk usahatani ke i

Ej = kesalahan-kesalahan (error)

i = produksi ke- 1,2,3,…..,n dan j = faktor produksi 1,2,3,…..,m

Efisiensi teknis masing-masing dihitung dengan rumus (Soekartawi, 1994)

ETi =

x 100 persen

Keterangan :

ETi = tingkat efisiensi teknis (produksi) usahatani ke-i

Yi = produksi aktual usahatani ke-i

Yfi = produksi potensial/frontier usahatani ke-i

Formulasi hipotesis yang digunakan sebagai berikut :

……………………………………..(12)

……………………………………..(13)

……………………………………..(14)

Page 50: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

32

Ho : ET = 1 (rata-rata efisiensi teknis sama dengan satu) berarti usahatani

yang dilakukan sudah efisien secara produksi.

H1 : ET ≠ 1 (rata-rata efisiensi teknis tidak sama dengan satu) berarti

usahatani yang dilakukan belum efisien secara produksi.

6. Analisis Risiko Produksi

Risiko dan ketidakpastian dalam usaha pertanian atau agribisnis sering

datang secara bersama-sama, karena memang sulitnya kejadian dapat

dicari besarnya suatu kejadian atau mana yang tidak dapat dicari

(Soekartawi, 1993). Menurut Kountur (2006) terdapat tiga unsur penting

dari sesuatu yang dianggap risiko yaitu (1) merupakan suatu kejadian, (2)

kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, yang berarti bisa saja

terjadi atau bisa saja tidak terjadi, (3) jika sampai terjadi, ada akibat yang

ditimbulkan berupa kerugian. Harwood, et al (1999), menjelaskan

beberapa risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan

tingkat pendapatan petani yaitu:

(1) Risiko produksi

Hasil produksi yang senantiasa berubah-ubah dalam penelitian

disebabkan karena kejadian yang tidak terkontrol. Biasanya

disebabkan oleh kondisi alam yang ekstrim seperti curah hujan, iklim,

cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Produksi juga harus

memperhatikan teknologi tepat guna untuk memaksimumkan

keuntungan dari hasil produksi optimal.

Page 51: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

33

(2) Risiko harga atau pasar

Risiko harga dapat dipengaruhi oleh perubahan harga produksi atau

input yang digunakan. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah

berjalan. Hal ini lebih disebabkan oleh proses produksi dalam jangka

waktu lama pada pertanian, sehingga kebutuhan akan input setiap

periode memiliki harga yang berbeda. Kemudian adanya perbedaan

permintaan pada lini konsumen domestik maupun internasional.

(3) Risiko institusi

Institusi mempengaruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan

peraturan. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses

produksi, distribusi, dan harga input-output dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan produk petani. Fluktuasi harga input maupun

output pertanian dapat mempengaruhi biaya produksi.

(4) Risiko manusia atau orang

Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan

proses produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk

menghasilkan output optimal. Moral manusia dapat menimbulkan

kerugian seperti adanya kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran,

pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi.

(5) Risiko keuangan

Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh cara

petani dalam mengelola keuangannya. Modal yang dimiliki dapat

digunakan secara optimal untuk menghasilkan output. Peminjaman

Page 52: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

34

modal yang banyak dilakukan oleh petani memberikan manfaat

seimbang berupa laba antara pengelola dan pemilik modal.

Petani sering menghadapi situasi dimana hasil pertanian yang tidak pasti.

Faktor alam mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam risiko

pertanian. Contoh sederhana dari faktor alam seperti : musim, hama, dan

penyakit. Debertin (1986) mengemukakan bahwa Frank Knight

membedakan antara risiko dan ketidakpastian. Risiko dapat diketahui

hasil dan kemungkinan terjadinya. Ketidakpastian adalah kemungkinan

hasil dan terjadinya ketidakpastian tidak dapat diketahui.

Menurut Iswara dan Sumodiningrat (1993), di sektor pertanian, contoh

dari variabel random yang sering muncul adalah cuaca. Hasil produksi

yang tergantung pada cuaca adalah merupakan variabel random juga.

Misalnya hujan adalah input random suatu produksi, maka hasil produksi

pertanian dan penghasilan petani juga merupakan variabel random karena

tergantung pada curah hujan. Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan

bahwa petani menghadapi risiko. Menurut Pappas dan Hirschey (1995),

besarnya koefisien variasi (CV) adalah ukuran risiko relatif yang diperoleh

dari standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Secara

sistematis risiko produksi dan risiko harga dirumuskan sebagai :

CV =

dan CV =

……………………………………..(16)

……………………………………..(15)

Page 53: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

35

Keterangan :

CV = koefisien variasi

σ = standar deviasi

Č = produksi rata-rata (kg)

Q = harga rata-rata (Rp/kg)

Nilai CV yang lebih dari 0,5 berarti risiko yang dialami suatu usahatani

adalah tinggi, sedangkan nilai CV yang kurang dari 0,5 berarti risiko yang

dialami suatu usahatani adalah rendah.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu diperlukan untuk mempermudah proses

pengumpulan data dan membadingkan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya. Penelitian terdahulu juga diperlukan untuk mengetahui metode

analisis data yang sesuai digunakan dalam pengolahan data berkaitan dengan

penelitian ini. Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan efisiensi teknis

pada budidaya selada keriting hijau dan selada romaine hidroponik NFT dan

perbandingan risiko produksi dan risiko harga pada masing-masing tanaman

menggunakan koefisien variasi. Kajian penelitian-penelitian terdahulu dapat

dilihat pada Tabel 3.

Page 54: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

1

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Judul Metode Hasil Penelitian

1 Efisiensi Teknis dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Produksi

Kangkung di Kecamatan

Karangbahagia Kabupaten Bekasi :

Pendekatan Stochastic Production

Frontier (Sari,Harisudin, dan

Widaddie, 2015)

1) Analisis Fungsi Produksi Stochastic

Frontier

Secara keseluruhan usahatani kangkung

efisien secara teknis. Ratarata tingkat

efisiensi teknis penggunaan faktor produksi

sebesar 0,92 atau 92 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa petani responden

masih memiliki peluang meningkatkan

produksi sebesar 0,08 atau 8% untuk

mencapai full efficiency.

2 Efisiensi Teknis, Alokatif dan

Ekonomi Budidaya Padi (Setiawan

dan Bowo, 2015)

1) Analisis Fungsi Produksi Stochastic

Frontier

Usahatani padi masih belum efisien baik

secara teknis, harga dan ekonomi. Hal ini

ditunjukan dengan nilai efisiensi teknisnya

sebesar 0,8741 kemudian efisiensi harga

1,08 dan efisiensi ekonomi 0,94. Hal ini

disebabkan karepa penggunaan factor

produksi yang terlalu berlebihan.

3

Analisis Pendapatan dan Risiko

Usahatani Kubis (Brassica Oleracea)

pada Lahan Kering dan Lahan Sawah

Tadah Hujan di Kecamatan Gisting

Kabupaten Tanggamus (Aini, Prasmatiwi, dan Sayekti, 2014)

1) Analisis pendapatan dan R/C

2) Analisis koefisien variasi (CV) Terdapat perbedaan risiko usahatani

kubis pada kedua lahan, dimana risiko

usahatani kubis pada lahan kering lebih

besar dibandingkan dengan risiko

usahatani kubis pada lahan sawah tadah

hujan.

36

Page 55: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

2

4 Analisis Efisiensi Produksi Frontier

dan Pendapatan Usahatani Kedelai

Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT) di

Kabupaten Lampung Selatan

(Ambarita, Prasmatiwi, dan Nugraha,

2014)

1) Analisis Fungsi Produksi Stochastic

Frontier

2) Analisis Faktor-Faktor

Usahatani kedelai SL-PTT di Kabupaten

Lampung Selatan belum efisien secara

teknis. Efisiensi teknis usahatani di

Kabupaten Lampung Selatan yaitu sebesar

68,17% sehingga sebagian besar petani

berada pada kisaran efisiensi teknis 61-70%

5 Analisis Risiko Usahatani Bayam

dengan Sistem Tanam Hidroponik (Studi Kasus di PT Kebun Sayur

Segar - Parung Farm, Kampung Jati,

Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat) (Noormalahayati dan

Djuwendah, 2014)

1) Analisis metode FMEA (Failure Mode

and Effect Analysis), menghasilkan

risiko berdasarkan nilai RPN (Risk

Priority Number) dan RSV (Risk Score

Value)

Sumber risiko pemasaran yang termasuk ke

dalam risiko tertinggi adalah sifat produk

mudah rusak, munculnya pesaing produk

sejenis, dan terbatasnya pasar. Sedangkan

modal yang besar, fluktuasi harga input

produksi, kenaikan harga BBM dan

kenaikan tarif dasar listrik dari sumber

risiko keuangan.

6 Analisis Risiko pada Usahatani

Kedelai di Kabupaten Gobogan

(Rarasati, Sutrisno, dan Qonita, 2014)

1) Analisis Pendapatan

2) Analisis Koefisien Variasi (CV)

Koefisien variasi dari produksi kedelai

adalah 0,24. Nilai koefisien variasi harga

kedelai adalah 0,24.Hal tersebut

mengindikasikan dari sisi produksi dan

harga kedelai memiliki risiko yang rendah

karena nilai CV<0,5. Sedangkan nilai

koefisien variasi adalah 0,83. Hal tersebut

mengindikasikan dari sisi pendapatan,

kedelai memiliki risiko yang tinggi karena

nilai CV>0,5.

7 Efisiensi Produksi dan Pendapatan

Usahatani Tembakau di Kabupaten

Lampung Timur (Estariza,

Prasmatiwi, dan Santoso 2013)

1) Analisis Kemitraan

2) Fungsi Produksi Frontier

3) Analisis pendapatan dan R/C

Hasil yang didapatkan efisiensi teknis

usahatani tembakau di Kabupaten Lampung

Timur yaitu sebesar 73,85 persen dan

sebagian besar petani berada pada kisaran

efisiensi teknis 80-90 persen. Efisiensi

37

Page 56: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

3

teknis usahatani tembakau di Kabupaten

Lampung Timur ini dipengaruhi oleh

pengalaman berusahatani, lama pendidikan

formal, frekuensi penyuluhan dan jarak

tanam.

8

Analisis Keuntungan Dan Risiko

Usahatani Tomat Di Kecamatan

Sumberejo Kabupaten Tanggamus

(Heriani, Zakaria, dan Soelaiman,

2013)

1) Analisis Pendapatan dan R/C

2) Teori Bernoulli atau Teori Utilitas

Harapan

3) Analisis regresi binary logit (model

logit)

Peluang risiko keuntungan yang

ditunjukkan oleh nilai koefisien variasi

sebesar 0,86 dan petani cenderung

berperilaku berani terhadap risiko dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

petani terhadap risiko adalah jumlah

tanggungan keluarga dan tingkat

pendidikan.

9 Analisis Pendapatan Dan Efisiensi

Teknis Usahatani Horenso Kelompok

Tani Agro Segar Kecamatan Pacet

Kabupaten Cianjur Jawa Barat

(Ekaningtias, dan Daryanto, 2011)

1) Fungsi stochastic production frontier

Cobb-Douglas dengan menggunakan

parameter Maximum Likelihood

Estimated (MLE)

Hasil pendugaan model fungsi produksi

Cobb-Douglas StochasticFrontier Horenso

dengan metode MLE menunjukkan bahwa

nilai ratarata efisiensi teknis usahatani

Horenso adalah 0,876 atau 87,6 persen dari

produksi maksimum. Hal ini menunjukkan

bahwa usahatani Horenso pada Kelompok

Tani Agro Segar sudah efisien, tercermin

dari nilai rata-rata efisiensi teknis yang

lebih besar dari 0,7. Namun masih

terdapat peluang meningkatkan produksi

sebesar 12,4 persen untuk mencapai

produksi Horenzo yang maksimum.

38

Page 57: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

39

C. Kerangka Pemikiran

Pada umumnya perusahaan selalu menetapkan tujuan produksinya untuk

meminimalisir biaya dan/atau memaksimalkan keuntungan. Produksi selada

keriting hijau dan selada romaine hidroponik Nutrient Film Technique

dilakukan oleh PT XYZ supaya tercipta efisiensi dalam penggunaan nutrisi

dan kemudahan dalam mengontrol nutrisi. Perusahaan PT XYZ

menggunakan media rockwool dalam produksi seladanya pada budidaya

hidroponik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini

juga sangat membantu dalam proses budidaya tanaman selada. Penggunaan

sistem hidroponik sebagai inovasi dalam pemberian unsur makanan

tambahan diduga dapat membantu dalam mengefisiensikan penggunaan

input.

Ada beberapa faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam produksi

selada keriting hijau dan selada romaine antara lain luas panen, benih,

rockwool, tenaga kerja, nutrisi A, dan nutrisi B. Permasalahan mengenai

produktivitas terkait dengan efisiensi. Efisiensi dapat mempengaruhi

tingkat produksi dengan menunjukkan pada seberapa besar output

maksimum dapat dihasilkan dari tiap atau kombinasi input yang tersedia.

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan menghadapi risiko produksi.

Karena kondisi cuaca dan serangan hama penyakit. Apabila penyebab

risiko dapat ditelaah dengan baik maka perusahaan dapat meminimalisir

risiko produksi maupun risiko harga. Secara sederhana kerangka pemikiran

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 58: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

40

: Dianalisis

: Tidak Dianalisis

Gambar 9. Kerangka pemikiran efisiensi teknis dan risiko budidaya selada

keriting hijau dan selada romaine hidroponik NFT di PT XYZ , 2015

Budidaya Sayuran

Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)

Efisiensi teknis

Stochastic Frontier

Budidaya Selada Keriting

Hidroponik NFT

Budidaya Selada Romaine

Hidroponik NFT

Risiko

Produksi

Faktor Produksi :

1. Luas Panen

2. Benih Selada Keriting Hijau

dan/atau Selada Romaine

3. Rockwool

4. Tenaga Kerja

5. Nutrisi A

6. Nutrisi B

Produksi Proses

Produksi

Risiko

Harga

output

Harga

Output

Risiko

Harga

input

Harga Input :

1. Benih Selada Keriting Hijaudan/atau

Selada Romaine

2. Rockwool

3. Nutrisi A

4. Nutrisi B

Penerimaan Biaya

Keuntungan

Page 59: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

41

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini, yaitu

1. Diduga terdapat perbedaan efisiensi teknis selada keriting hijau dan

selada romaine hidroponik NFT di PT XYZ, dan

2. Diduga terdapat perbedaan risiko selada keriting hijau dan selada

romaine hidroponik NFT di PT XYZ.

Page 60: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

42

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus. Metode studi

kasus mirip dengan metode survei, akan tetapi pada metode studi kasus populasi

yang akan diteliti lebih terarah atau terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku

umum. Pada studi kasus, data yang digunakan dalam penelitian dikumpulkan dari

berbagai sumber pustaka dan kuliah kerja (Daniel, 2002).

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional memuat penjelasan yang dipakai untuk

memperoleh data dan melakukan analisis data berkaitan dengan tujuan

penelitian yang diharapkan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian

terhadap efisiensi teknis dan risiko usaha pada budidaya selada keriting hijau

dan selada romaine hidroponik NFT di PT XYZ. Batasan yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain adalah :

a. Siklus panen adalah suatu rangkaian proses produksi dari awal persemaian

sampai panen dengan rata-rata umur tanaman 45-47 hari.

b. Produksi selada keriting hijau hidroponik NFT adalah jumlah panen selada

hidroponik NFT setelah melalui tahap grading, yang diukur dalam

kilogram per siklus panen (kg/SP).

Page 61: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

43

c. Produksi selada romaine hidroponik NFT adalah jumlah panen selada

romaine hidroponik NFT setelah melalui tahap grading, yang diukur

dalam kilogram per musim tanam atau siklus panen (kg/SP).

d. Benih selada keriting hijau adalah jumlah benih pada selada keriting

hidroponik NFT yang ditanam dan diukur dalam satuan gram per siklus

panen (gr/SP) .

e. Benih selada romaine adalah jumlah benih pada selada romaine yang

berbentuk pil (benih dengan campuran tanah liat) dengan bobot 3,3gram

per pilnya yang ditanam dan diukur dalam satuan gram per siklus panen

(gr/SP).

f. Nutrisi A adalah jumlah nutrisi A yang digunakan dalam memenuhi

kebutuhan tanaman hidroponik NFT. Nutrisi A berbentuk granul yang

dilarutkan ke dalam air, sehingga terbentuk konsentrasi larutan. Nutrisi A

mengandung campuran kalsium nitrat, kalium nitrat dan pelengket Fe

(Syarieva, Duryatmo, dan Angkasa, 2014). Komposisi larutan nutrisi A

dalam 1 liter air mengandung 200 gram Nutrisi A (granul). Larutan Nutrisi

A diukur dalam satuan liter per siklus panen (l/SP)

g. Nutrisi B adalah jumlah nutrisi B yang digunakan dalam memenuhi

kebutuhan tanaman hidroponik NFT. Nutrisi B berbentuk granul yang

dilarutkan ke dalam air, sehingga membentuk konsentrasi larutan. Nutrisi

B mengandung campuran kalium di-hidro fosfat, ammonium sulfat,

kalium sulfat, kalium nitrat, magnesium sulfat, mangan sulfat, tembaga

sulfat, seng sulfat, serta beragam unsur mikro lainnya (Syarieva,

Duryatmo, dan Angkasa, 2014). Komposisi larutan nutrisi A dalam 1 liter

Page 62: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

44

air mengandung 200 gram Nutrisi B (granul). Larutan Nutrisi B diukur

dalam satuan liter per siklus panen (l/SP).

h. Luas panen hidroponik NFT adalah luas areal panen selada hidroponik

NFT yang diukur dari luas nursery dan produksi apabila tanaman siap

dipanen. Luas panen dalam satuan meter persegi per siklus panen

(m2/SP).

i. Luas nursery adalah luas lahan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan

tanaman setelah persemaian sampai dengan 15 hari setelah tanam. Luas

nursery diukur dalam satuan meter persegi per siklus panen (m2/SP).

j. Rockwool adalah media tanam berbentuk busa yang terbuat dari batu

apung yang dipanaskan kemudian dipintal dan digunakan dalam produksi

hidroponik NFT dan diukur dengan menggunakan satuan kilogram per

siklus panen (kg/SP)

k. Tenaga Kerja hidroponik NFT adalah jumlah tenaga kerja hidroponik NFT

yang digunakan dalam memproduksi selada hidroponik NFT, yang diukur

dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK) per siklus panen. Tenaga kerja

yang digunakan dalam proses produksi adalah tenaga kerja persemaian,

penanaman, pemeliharaan, panen dan packing, yang berasal dari pekerja

harian tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja dihitung dengan satuan Hari

Orang Kerja per siklus panen (HOK/SP).

l. Total produksi selada keriting adalah jumlah keseluruhan panen dari

budidaya selada keriting .

m. Total produksi selada romaine adalah jumlah keseluruhan panen dari

budidaya selada romaine.

Page 63: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

45

n. Efisiensi teknis adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara

produksi aktual/sebenarnya dengan produksi potensial.

o. Harga produksi selada keriting hidroponik adalah nilai tukar selada

keriting hidroponik di tingkat petani dan diukur dalam satuan rupiah per

kilogram (Rp/kg).

p. Harga produksi selada romaine hidroponik adalah nilai tukar selada

romaine hidroponik di tingkat petani dan diukur dalam satuan rupiah per

kilogram (Rp/kg).

q. Risiko adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi yang

probabilitasnya dapat diketahui terlebih dahulu, diukur dengan nilai

koefisien variasi (CV) dan simpangan baku (V) dari produksi dan harga

selada keriting hijau maupun selada romaine hidroponik NFT.

r. Risiko produksi adalah peluang terjadinya kemungkinan produksi merugi

yang probabilitasnya dapat diketahui terlebih dahulu, diukur dengan nilai

koefisien variasi (CV) dan simpangan baku (V) dari produksi selada

keriting hijau maupun selada romaine hidroponik NFT. Nilai CV yang

lebih dari 0,5 berarti risiko produksi yang dialami tinggi, sedangkan nilai

CV yang kurang dari 0,5 berarti risiko produksi yang dialami rendah.

s. Risiko harga output adalah peluang terjadinya kemungkinan harga output

merugi yang probabilitasnya dapat diketahui terlebih dahulu, diukur

dengan nilai koefisien variasi (CV) dan simpangan baku (V) dari harga

output selada keriting hijau maupun selada romaine hidroponik NFT. Nilai

CV yang lebih dari 0,5 berarti risiko harga output yang dialami tinggi,

Page 64: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

46

sedangkan nilai CV yang kurang dari 0,5 berarti risiko harga output yang

dialami rendah.

t. Risiko harga input adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi yang

probabilitasnya dapat diketahui terlebih dahulu, diukur dengan nilai

koefisien variasi (CV) dan simpangan baku (V) dari harga input selada

keriting hijau maupun selada romaine hidroponik NFT. Nilai CV yang

lebih dari 0,5 berarti risiko harga input yang dialami tinggi, sedangkan

nilai CV yang kurang dari 0,5 berarti risiko harga input yang dialami

rendah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada pada divisi budidaya hidroponik NFT PT XYZ

kebun cika-2, Cisaroni, Lembang, Bandung. Penentuan lokasi dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan alasan PT XYZ merupakan perusahaan

pertama yang mengenalkan produk aeroponik di Indonesia. PT XYZ pada

dasarnya merupakan perusahaan terbesar di daerah Lembang yang

membudidayakan tanaman selada secara hidroponik . Pengumpulan data

penelitian dilakukan dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, baik

data kualitatif maupun kuantitatif pada manajemen kebun Cika-02 di PT XYZ

tahun 2015. Data kualitatif adalah data berupa data non- numeric, seperti

penjelasan mengenai perkembangan usaha budidaya selada hidroponik NFT,

Page 65: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

47

kondisi usaha yang dihadapi, proses produksi budidaya selada hiroponik

NFT, keberhasilan yang diraih beberapa tahun terakhir, dan data lainnya

terkait dengan penelitian yang dilakukan. Data kuantitatif adalah data

numeric seperti jumlah produksi, banyaknya input yang dibutuhkan, harga

produk, dan keterangan lainnya yang berupa data numeric. Data sekunder

diperoleh dari lembaga atau instansi terkait, lembaga itu diantaranya adalah

Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Barat, Dinas Hortikultura Provinsi

Jawa Barat dan lembaga lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Data pada penelitian ini menggunakan data manajemen kebun Cika-02 pada

periode Januari sampai dengan Juni 2015 dengan jumlah data ±155 kali

produksi (n=155) dengan catatan produksi (panen) dilakukan setiap hari sejak

Senin sampai Sabtu sehingga setiap bulan rata-rata produksiya ±25 kali

panen. Data diambil dari tiga greenhouse produksi hidroponik NFT yang

membudidayakan selada keriting hijau dan dua greenhouse hidroponik NFT

produksi yang membudidayakan selada romaine. Data yang diambil

merupakan data yang telah dicacat oleh manajemen kebun Cikahuripan dan

beberapa data dari kuesioner yang diajukan kepada tenaga kerja.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan

untuk mengetahui sumber risiko. Analisis kuantitatif digunakan untuk

analisis efisiensi teknis dan perhitungan tingkat risiko selada keriting hijau

dan selada romaine pada budidaya hidroponik NFT.

Page 66: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

48

1. Efisiensi Teknis Selada Keriting dan Selada Romaine Hidroponik

NFT di PT XYZ

Untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui perbedaan tingkat

efisiensi teknis pada budidaya selada keriting hijau dan selada romaine

hidroponik NFT dilakukan dengan menggunakan persamaan yang

menggambarkan hubungan dari input dan output, yaitu fungsi frontier

(Soekartawi, 1994). Model ini menggambarkan suatu perkiraan efisiensi

relatif dari usahatani tertentu dimana akan didapatkan hubungan antara

produksi dan potensi produksi yang akan dicapai.

Menurut Soekartawi (1994), efisiensi teknis dalam analisis efisiensi adalah

menggunakan fungsi produksi Frontier dengan bantuan linier

programming. Persamaan fungsi pada penelitian ini adalah :

Diminimalkan :

Dengan syarat :

Keterangan :

Xi = Kuantitas penggunaan input ke-i

X1 = Luas lahan (m2)

X2 = Benih (gram)

X3 = Nutrisi A (liter)

X4 = Nutrisi B (liter)

X5 = Rockwool (kg)

X6 = Tenaga Kerja (HOK)

……………………………………..(17)

……………………………………..(18)

Page 67: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

49

Yi = Hasil produksi aktual produksi ke-i (i = 1,…,80)

βo dan βi adalah parameter yang diduga

Fungsi frontier diperoleh dengan cara memasukkan penggunaan input-

input ke dalam fungsi produksi frontier (Soekartawi, 1994):

Keterangan :

Yf = Log y frontier

xi = Log xi

Yi = Output usaha tani ke-i

Bo = Konstanta

Bi = Elastisitas untuk output ke-i

xij = Kuantitas penggunaan input ke-j untuk usahatani ke-i

Ei = Kesalahan-kesalahan (error)

i = produksi ke- 1,2,3,…..,n dan j = faktor produksi 1,2,3,……,n

Efisiensi teknis pada sayuran selada keriting dan selada romaine dihitung

dengan menggunakan rumus Soekartawi (1994) sebagai berikut :

ETi =

Dimana :

ETi = tingkat efisiensi teknis

Yi = besarnya produksi aktual

Yfi = besarnya produksi frontier

Tujuan penelitian yang pertama yaitu menganalisis perbedaan tingkat

efisiensi selada keriting dan selada romaine dibuktikan menggunakan uji

hipotesis. Hipotesis yang hendak diuji adalah :

Ho : ETh = ETr

Efisiensi teknis selada keriting hijau sama dengan efisiensi teknis selada

romaine hidroponik NFT.

Hi : ETh ≠ ETo

……………………………………..(19)

……………………………………..(20)

Page 68: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

50

Efisiensi teknis selada keriting hijau tidak sama dengan efisiensi teknis

selada romaine hidroponik NFT.

Jika probabilitas < α berarti tolak Ho, dan jika probabilitas > α berarti

terima Ho, dengan taraf kepercayaan 90%. Menurut Soekartawi (1994)

thitung dapat dirumuskan secara sistematis sebagai:

thitung =

Keterangan :

ETh = rata-rata efisiensi teknis selada keriting hijau hidroponik NFT.

ETo = rata-rata efisiensi teknis selada romaine hidroponik NFT

Sh = standar deviasi efisiensi teknis selada keriting hijau hidroponik NFT

So = standar deviasi efisiensi teknis selada romaine hidroponik NFT

2. Risiko Budidaya Selada Keriting dan Selada Romaine Hidroponik

NFT di PT XYZ

Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua yaitu mengetahui risiko

produksi pada budidaya selada keriting hijau dan selada romaine

hidroponik NFT dengan menggunakan koefisien variasi (CV) dan

hipotesis uji beda (t). Risiko usahatani dapat dihitung dengan melihat data

produksi dan harga pada musim tanam sebelumnya. Ada beberapa cara

dalam mengukur suatu risiko dalam usahatani. Tingkat risiko produksi

dan risiko harga ditentukan berdasarkan nilai koefisien variasi (Pappas dan

Hirschey, 1995):Risiko produksi dapat dirumuskan secara matematis

menggunakan koefisien variasi sebagai:

CV =

……………………………………..(21)

……………………………………..(22)

Page 69: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

51

Keterangan :

CV = koefisien variasi

= standar deviasi

= produksi rata-rata (kg)

Risiko harga output dapat dirumuskan secara matematis menggunakan

koefisien variasi sebagai:

CV =

Keterangan :

CV = koefisien variasi

= standar deviasi

Po = harga rata-rata output (Rp/kg)

Risiko harga input dapat dirumuskan secara matematis menggunakan

koefisien variasi sebagai:

CV =

Keterangan :

CV = koefisien variasi

= standar deviasi

Pi = harga rata-rata input (Rp/kg)

Nilai koefisien variasi (CV) jika lebih dari 0,5, maka yang terjadi pada

produksi maupun harga memiliki risiko yang tinggi, sedangkan jika kurang

dari 0,5, maka risiko yang terjadi pada produksi maupun harga memiliki

risiko yang rendah. Selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua dengan uji

beda antara risiko produksi pada budidaya selada keriting hijau dan selada

romaine hidroponik NFT dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu

dengan melihat perbedaan besarnya hasil risiko yang didapat pada

produksi, harga input dan harga output kedua jenis tanaman dengan

budidaya hidroponik NFT.

……………………………………..(23)

……………………………………..(24)

Page 70: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

52

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Perusahaan

PT XYZ didirikan pada tanggal 28 Agustus 1998. PT XYZ dikenal oleh

masyarakat sebagai perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis

khususnya budidaya sayuran hidroponik dan sayuran sehat. Awal

didirikannya perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan yang menangani

bidang finance atau pembiayaan, namun sejak adanya krisis moneter yang

terjadi pada tahun 1998 perusahaan ini mulai melakukan kegiatan budidaya

sayuran aeroponik agar perusahaan tersebut tetap bertahan.

D.K. Rusli membentuk perusahaan ini di tahun 1998 dengan bentuk

perusahaan Perseroan Terbatas (PT) dengan modal awal berkisar lima ratus

juta rupiah, semua modal disediakan oleh pemilik. Perusahaan melakukan

riset terlebih dahulu sebelum membudidayakan sayuran. Riset ini bertujuan

untuk menemukan jenis sayuran yang akan dibudidayakan dan formulasi

nutrisi yang tepat agar pertumbuhan sayuran baik dan berkualitas. Pada tahun

2000, perusahaan memfokuskan diri untuk membudidayakan sayuran dengan

sistem aeroponik. Aset awal yang dimiliki perusahaan adalah berupa tanah

seluas 2.5 ha, screen house, peralatan hidroponik dan aeroponik dan dua buah

mobil truk. Perusahaan terus mengembangkan perkebunannya agar dapat

Page 71: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

53

memenuhi kebutuhan permintaan yang terus meningkat. Saat ini PT XYZ

telah memiliki kebun di Cikahuripan 1, Cisaroni (Cikahuripan 2) dan Kayu

Ambon, ketiganya terletak di Lembang. Selain di Lembang, PT XYZ juga

memiliki kebun di Bogor yaitu di Sentul. PT XYZ juga membangun

kemitraan dengan beberapa kebun di Bogor dan Jakarta.

PT XYZ melaksanakan proyek percobaan pertama budidaya tanaman secara

organik pada bulan November 1998 di Lembang (Jawa Barat). Setelah satu

tahun percobaan pertama tersebut menghasilkan keuntungan yang besar,

sehingga perusahaan memiliki dua jenis produk pada tahun 2000 yaitu

sayuran aeroponik dan sayuran organik. Pada tahun 2005, PT XYZ mulai

mengekspor cabai paprika ke Singapura. Pada tahun 2007 PT XYZ

memperluas ekspor ke Brunei Darussalam dengan beberapa produk seperti

sayuran berdaun, tomat, strawberry, dan melon.

Kebun pertama PT XYZ berlokasi di Desa Cikahuripan. Tahun 2008

melakukan pengembangan kebun lagi seluas 7 Ha di Dusun Cisaroni, Desa

Cikahuripan dan 1,5 Ha di Desa Kayuambon. Perusahaan menjual sayuran

aeroponik sejenis lettuce dan sayuran China seperti chaisim, pakcoy,

romaine, dan lain-lain.

B. Sumberdaya Fisik

PT XYZ dalam melaksanakan produksinya memiliki sumberdaya fisik yang

cukup memadai dan terbilang modern. Sumberdaya fisik tersebut antara lain :

Page 72: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

54

a. Lahan

PT XYZ memiliki lahan seluas 7 ha, Lahan tersebut telah menjadi lahan

milik perusahaan sejak tahun 2014, dan mampu menghasilkan produksi

perbulan sebanyak 5.000 pack sayuran.

b. Bangunan

PT XYZ memiliki tiga bangunan yang terdiri dari : satu bangunan kantor

yang berfungsi untuk kegiatan operasional dan administrasi staf dan

karyawan. Satu bangunan yang digunakan sebagai tempat packing. Satu

gudang digunakan untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan yang

dibutuhkan untuk kegiatan produksi, panen dan pasca panen.

c. Green House (GH)

PT XYZ memiliki sembilan buah green house untuk membudidayakan

tanaman lettuce dan salanova menggunakan teknologi hidroponik NFT.

d. Kendaraan

PT XYZ memiliki lima kendaraan yang terdiri dari : dua unit mobil box

dan tiga unit truk.

e. Peralatan dan Perlengkapan lainnya

Untuk mendukung kegiatan, PT XYZ memiliki beberapa jenis peralatan

dan perlengkapan, diantaranya yaitu : komputer sebanyak dua unit mesin

fax, mesin printer, peralatan lainnya (lori, selang, tangki, pompa).

C. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan aset yang berharga bagi suatu perusahaan. Tenaga

kerja yang baik akan menghasilkan output yang baik pula, maka dalam suatu

perusahaan perekrutan tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan beberapa

Page 73: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

55

tahapan. Penentuan kriteria tenaga kerja baik pada bagian produksi,

distribusi, pemasaran maupun packaging dilihat dari pendidikan, pengalaman,

kemampuan (skill), dan sikap kerja masing-masing individu.

PT XYZ selalu melakukan seleksi yang cukup ketat untuk kriteria yang

dimiliki para calon pegawainya. Seleksi ini dilakukan agar menjaga

produktivitas perusahaan, brand yang telah dimiliki serta penempatan

pegawai yang sesuai pada bidangnya. Secara umum ada tiga golongan tenaga

kerja di dalam PT XYZ, yaitu:

a. Karyawan tetap : Karyawan tetap merupakan karyawan yang telah lama

bekerja di perusahaan dan mereka mendapat hak penuh yaitu sistem gaji

mereka per bulan.

b. Karyawan harian kontrak : Karyawan harian kontrak merupakan

karyawan yang masih masa training sebelum menjadi karyawan tetap.

c. Tenaga kerja harian lepas

Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan namun tidak terikat kontrak,

misalnya pekerja bangunan.

D. Ruang Lingkup Usaha

Ruang lingkup usaha pada perusahaan meliputi produksi sayuran hidroponik

substrat, sayuran hidroponik NFT, dan sayuran sehat serta pola kemitraan

yang mendukung perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan

kontinuitas produksi. Berikut ini adalah deskripsi mengenai ruang lingkup

usaha perusahaan :

Page 74: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

56

1. Produksi Sayuran Hidroponik

PT XYZ merupakan perusahaan pengembang sistem hidroponik pertama

di Indonesia. Sistem hidroponik yang diterapkan terdiri dari dua sistem,

yaitu hidroponik substrat dan NFT. Pola hidroponik substrat di PT XYZ

memanfaatkan arang sekam sebagai medianya. Budidaya dilakukan

dengan membagi tiap green house menjadi beberapa pola siklus tanam

yang tujuannya adalah untuk mempertahankan produksi setiap harinya.

Jenis tanaman yang dibudayakan adalah tanaman lettuce, tomat, timun,

dan beberapa tanaman endive. Tanaman lettuce dan endive dibudayakan

dengan menggunakan sistem Nutrient Film Technique (NFT), sedangkan

tanaman timun dan tomat menggunakan sistem irigasi tetes. Tanaman

lettuce yang dibudayakan meliputi selada keriting hijau, selada keriting

merah, selada romaine, selada butterhead, dan selada batavia.

Teknologi yang digunakan adalah sistem NFT yang merupakan teknologi

pertumbuhan tanaman tanpa substrat di dalam green house. Nutrisi dalam

memenuhi kebutuhan tanaman diberikan melalui aliran air nutrisi

dangkal tepat mengenai akar. Jumlah cairan nutrisi sebelumnya diukur

dengan alat electric conductivity sesuai dengan kebutuhan tanaman serta

suhu dalam ruangan harus terkontrol. Produksi dengan sistem NFT

dimulai dari persemaian menggunakan block rockwool yang telah

direndam sebelumnya kemudian ditanam berbagai macam tanaman

selada dengan menggunakan pinset. Setelah tanaman berusia 2-3 hari

tanaman dipindahkan ke meja peremajaan satu dimana block rockwool

Page 75: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

57

yang telah ditumbuhi tanaman selada ditata secara rapih dan diberikan

nutrisi dengan kadar yang minimum untuk mempercepat laju

pertumbuhan tanaman.

Peremajaan berikutnya dilakukan setelah tanaman berusia 17-19 hari

setelah tanam. Block rockwool dipotong per tanaman menggunakan

tangan kemudian dimasukkan kedalam pot-pot yang telah terpasang pada

talang yang telah dilubangi atau biasa disebut dengan gully. Tanaman

pada tahap ini telah mendapatkan aliran nutrisi selama 24 jam dengan

jarak tanam yang sempit sebesar 5-8 cm. Tanaman yang telah berusia

±30 hari kemudian dipindah ke gully-gully produksi dengan jarak tanam

15-20 cm dan akan dipanen setelah usia tanaman mencapai ±45 hari

setelah tanam. Produksi menggunakan sistem NFT dengan akar yang

menggantung, tumbuhan akan dengan mudah mengambil oksigen untuk

melakukan proses fotosintesis. Produksi sayuran menggunakan

teknologi ini bebas dari pestisida dan secara signifikan lebih segar, sehat,

berair dan lezat.

Produksi menggunakan sistem irigasi tetes biasanya dimulai dengan

menyemai benih pada tray yang memiliki lubang sebanyak 120 buah

dengan media arang sekam. Tanaman yang ditanam adalah timun dan

tomat dengan usia tanaman mulai dari penyemaian hingga panen akhir

membutuhkan waktu selama 3 bulan untuk sekali siklus. Tanaman yang

telah disemai kemudian di siram setiap harinya oleh tenaga kerja harian

lepas selama 15-18 hari. Tanaman yang telah cukup usianya kemudian

Page 76: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

58

dipindah kedalam polybag yang telah dipasang dengan alat irigasi tetes

berupa selang dan pipet irigasi di atas bedengan. Polybag tersebut dialiri

aliran nutrisi selama 1-1,5 jam yang dilakukan selama 2-3 kali sehari.

Pengontrolan setiap selang dilakukan saat pengaliran nutrisi berlangsung

oleh karyawan tetap (mandor) untuk menjamin bahwa setiap tanaman

mendapatkan aliran nutrisi.

Setiap minggunya tanaman yang selah panjang batangnya dililitkan

benang yang sebelumnya telah diikat pada usia 30 hari setelah tanam,

agar dapat memudahkan tenaga kerja harian untuk memanen timun dan

tomat. Tanaman yang berusia 45 hari setelah tanam biasanya sudah

memunculkan buah dan pada usia 50 hari dapat dipanen. Pemanenan

dilakukan menggunakan gunting untuk menjaga batang tanaman agar

tidak rusak. Setelah habis masa panen (3 bulan setelah tanam) tanaman

dibongkar dan polybag diisi kembali dengan arang sekam untuk proses

penanaman berikutnya.

2. Produksi Sayuran Organik

Tanaman yang ditanam menggunakan sistem ini seperti bayam, chaisim

dan kailan. Sistem penyemaiannya mengikuti pola persemaian sistem

irigasi tetes namun setelah usia 15 hari tanaman langsung dipindahkan ke

tanah. Penyiraman dilakukan menggunakan selang yang disiram oleh

tenaga kerja harian, pemupukan hanya dilakukan di awal pengolahan

lahan yaitu memberikan pupuk kandang. Pemanenan disesuaikan dengan

umur tanaman yang berkisar antara 55-70 hari setelah tanam.

Page 77: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

59

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Tingkat efisiensi teknis produksi selada keriting hidroponik NFT berbeda

secara nyata dengan produksi selada romaine hidroponik NFT. Tingkat

efisiensi pada selada keriting lebih rendah dibandingkan selada romaine,

hal ini diakibatkan oleh rendahnya produksi selada keriting pada bulan

April.

2. Ada perbedaan secara nyata pada risiko produksi dan risiko harga

selada keriting dan selada romaine hidroponik NFT di PT XYZ.

Tanaman selada keriting memiliki risiko produksi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan selada romaine. Risiko produksi yang lebih

tinggi diakibatkan karena adanya serangan penyakit yang

menimbulkan kematian pada beberapa tanaman selada keriting.

Risiko harga input dan risiko harga output pada budidaya kedua

tanaman selada menunjukkan risiko yang rendah, karena perusahaan

mampu menjadi price setter atau penentu harga dengan kualitas

produksi yang lebih baik dari budidaya konvensional.

Page 78: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

60

B. Saran

Berikut ini adalah saran yang diberikan oleh penulis kepada perusahaan :

1. Rendahnya tingkat efisiensi teknis pada tanaman selada keriting yang

dibudidayakan secara hidroponik NFT diharapkan mampu mengubah

pola penggunaan input nutrisi A, nutrisi B, dan tenaga kerja pada

tanaman selada keriting ditambah agar ideal dalam penggunaanya,

sedangkan input yang ditambah pada selada romaine seperti benih,

luas panen, rockwool dan tenaga kerja agar produksi yang diperoleh

perusahaan dapat efisien secara teknis.

2. Risiko terjadinya gagal panen pada selada keriting sebaiknya harus

ditangani secara dini yaitu dengan mengecek secara rutin pada setiap

greenhouse tanaman yang terkena penyakit atau tanda-tanda tanaman

yang terkena penyakit misalnya layu setelah dua hari dipindahkan ke

bagian pembesaran tanaman atau ke bagian produksi harus diantisipasi

dengan menyulam tanaman baru.

3. Terdapat keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, yaitu dalam

mengkaji berbagai sumber risiko pada budidaya secara hidroponik

NFT baik pada selada keriting maupun pada selada romaine hanya

dikaji secara umum. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat

mengkaji sumber-sumber risiko budidaya kedua tanaman tersebut

secara lebih terperinci, yakni sumber-sumber risiko mulai dari kegiatan

penanaman hingga pasca panen budidaya secara hidroponik NFT pada

selada keriting dan selada romaine.

100

Page 79: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

61

DAFTAR PUSTAKA

Aini, H.N., F.E. Prasmatiwi, dan W.D. Sayekti. 2014. Analisis Pendapatan dan

Risiko Usahatani Kubis (Brassica Oleracea) pada Lahan Kering dan Lahan

Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Jurnal

Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 3(1): 1-9. Universitas Lampung. Lampung.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/1011/916 [2

Agustus 2015]

Ambarita, M.M., F.E. Prasmatiwi, dan A. Nugraha. 2014. Analisis Efisiensi

Produksi Frontier dan Pendapatan Usahatani Kedelai Sekolah Lapangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Kabupaten Lampung Selatan.

Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 2(4): 348-355. Universitas Lampung.

Lampung. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/

989/895 [2 Agustus 2015]

Agung, L.S. 2008. Aeroponic Systems on Vegetables. http://amazingfarm.com.

[27 November 2014]

Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. LPFE-UI. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2013.

http://www.bps.go.id/brs_file/naker_06mei13.pdf. [21 April 2015].

Badan Pusat Statistik. 2014a. Statistik Perusahaan Hortikultura. Katalog BPS.

BPS. Jakarta.

. 2014b . Nilai Ekspor Komoditi Sayuran 2009-2013.

www.bps.go.id. [21 November 2014].

. 2014c. Produksi Sayuran 2012-2013. www.bps.go.id. [20

November 2014].

Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta

Page 80: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

62

Debertin, David L. 1986. Agriculture Production Economics. Macmillan

publisher,. Kentucky.

Destiarasany, L. 2014a. PO dan Riil Produksi Sayuran 2014. PT XYZ. Bandung.

. 2014b. SOP Produksi Hidroponik NFT. PT XYZ. Bandung.

. 2015. SOP Produksi Hidroponik NFT. PT XYZ. Bandung.

Dinas Kesehatan. 2014. Gizi Seimbang. http://gizi.depkes.go.id/download/

Pedoman% 20Gizi/PGS%20Ok.pdf [27 Februari 2017].

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2012. http://www.pertanian.go.id/

sakip/admin/data2/LAKIP%20DITJEN%20HORTIKULTURA%202012%2

0FINAL.pdf. [21 April 2015].

Ekaningtias, D dan H.K. Daryanto. 2011. Analisis Pendapatan dan Efisiensi

Teknis Usahatani Horenso Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet

Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Forum Agribisnis. Vol 3(1):87-110. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. http://journal.ipb.ac.id/index.php/fagb/article/view/

8879. [10 Oktober 2015]

Estariza, E., F.E. Prasmatiwi., dan H. Santoso. 2013. Efisiensi Produksi dan

Pendapatan Usahatani Tembakau di Kabupaten Lampung Timur. Jurnal

Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 1(3): 264-270. Universitas Lampung. Lampung.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/ article/download/582/544. [2

Agustus 2015]

Harwood J, et all. 1999. Managing Risk in Farming: Concept, Research, and

Analysis. U.S: Economic Research Service.

Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, H. Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada

(Edisi Revisi). Penerbit Swadaya. Jakarta.

Heriani, N., W.A. Zakaria, dan A. Soelaiman. 2014. Analisis Keuntungan dan

Risiko Usahatani Tomat Di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

E-journal. JIIA Vol 1(2):169-173. Universitas Lampung. Lampung.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/article/view/244/243. [2 Agustus

2015]

Iswara, L.A. dan G. Sumodiningrat. 1993. Ekonomi Produksi. Karunika Jakarta.

Jakarta.

102

Page 81: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

63

Kadarsan, H.W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan

Agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 2013. Ekspor Non-migas Utama.

http://www.kemendag.go.id. [27 November 2014].

Kountur R. 2006. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola

Risiko Operasional Perusahaan). PPM. Jakarta.

Lingga, P. 2000. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya.

Jakarta

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Noormalahayati, W dan E. Djuwendah. 2014. Analisis Risiko Usahatani Bayam

dengan Sistem Tanam Hidroponik (Studi Kasus di PT Kebun Sayur Segar -

Parung Farm, Kampung Jati, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat). Jurnal UNPAD. Universitas Padjadjaran. Bandung.

https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/7-Analisis-Risiko-

Usahatani-Bayam-dengan-Sistem-Tanam-Hidroponik.pdf. [5 September

2016]

Pappas J.L. dan Hirschey, M. 1995. Ekonomi Managerial Edisi Keenam Jilid II.

Binarupa Aksara. Jakarta.

Poerwanto, R dan A.D. Susila. 2013. Teknologi Hortikultura. IPB Press. Bogor.

Rarasati, C.I, J. Sutrisno, dan R.R.A. Qonita. 2014. Analisis Risiko Pada

Usahatani Kedelai Di Kabupaten Gobogan. Jurnal Agrista.Vol 3 (3).

Universitas Sebelas Maret. Surakarta. http://jurnal.fp.uns.ac.id/index.php/

agrista/article/view/464. [5 September 2016]

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. World Vegetables: Principles,

production, and nutritive values. Second Edition. Aspen Publishers, Inc.

Maryland.

Samadi, B. 2014. Rahasia Budidaya Selada. Pustaka Mina. Depok.

Sari, P.S, M. Harisudin, dan F. Widdadie. 2015. Efisiensi Teknis dan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kangkung di Kecamatan

Karangbahagia Kabupaten Bekasi : Pendekatan Stochastic Production

Frontier. Jurnal Agrista. Vol 3(3). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

103

Page 82: EFISIENSI TEKNIS DAN ANALISIS RISIKO BUDIDAYA SELADA ...digilib.unila.ac.id/26123/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Ambarawa

64

http://jurnal.fp.uns.ac.id/ index.php/agrista/article/view/388. [5 September

2016]

Setiawan, A.B. dan P.A. Bowo. 2015. Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi

Budidaya Padi. Journal of Economics and Policy. Jejak Vol 8(2) :151-162.

Universitas Negeri Semarang. Semarang. http://journal.unnes.ac.id/nju/

index.php/jejak/article/view/6167. [5 September 2016]

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Produksi Cobb-Douglas. PT Rajawali. Jakarta.

. 1995. Linear Programming : Teori dan Aplikasinya khususnya

dalam bidang pertanian. PT Rajawali. Jakarta.

. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Soekartawi, Rusmadi dan Effi Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam

Agribisnis. PT Rajawali. Jakarta.

Standar Operasional Produksi PT XYZ. 2011. Bandung.

Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syarieva E, S. Duryatmo, dan S. Angkasa. 2014. Potential Business : Hidroponik

Praktis. PT Trubus Swadaya. Jakarta.

104