Efisiensi Pemasaran Jeruk Di Pulau Kalimantan

40
EFISIENSI PEMASARAN JERUK DI PULAU KALIMANTAN SELATAN Oleh Nama : Triyanto Pamungkas NIM : A1C112039 Prodi : Agribisnis Mata Kuliah : PIP KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of Efisiensi Pemasaran Jeruk Di Pulau Kalimantan

EFISIENSI PEMASARAN JERUK DI PULAUKALIMANTAN SELATAN

Oleh Nama: Triyanto PamungkasNIM: A1C112039Prodi: AgribisnisMata Kuliah: PIP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2012KATA PENGANTARSyukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiaran Allah, yang telah memberikankesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaiakan makalah yg berjudul EFISIENSI PEMASARAN JERUK DI PULAU KALIMANTAN SELATAN.Salawat dan salam kita sanjung kan kepada junjungan Nabi Besar MuhammadSAW,yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmupengetahuan.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik isimau pun tata bahasanya, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkansaran dan masukan yang bersifat membangun demi kelancaran dan kesempurnaan makalahini.Ucapan terima kasih, akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

PENDAHULUAN

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam memajukan perekonomian masyarakat, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan krisis ekonomi. Dalam kondisi krisis ekonomi, sektor pertanian yang memiliki local content relatif tinggi dibandingkan dengan komoditi manufaktur non pertanian, dapat dijadikan sebagai katup penyelamat ekonomi masyarakat. Di Indonesia jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting ke tiga setelah pisang dan mangga, dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun. Menurut Biro Pusat Statistik, produksi jeruk Indonesia pada tahun 1991 sebesar 353.011 ton. Dengan jumlah penduduk 180 juta jiwa, maka untuk mencapai sasaran tingkat konsumsi sebesar 3,26 kg per kapita per tahun diperlukan buah jeruk sebanyak 745.676 ton, dengan asumsi 30 persen buah rusak selama pasca panen (Soelarso, 1996). Dengan demikian produksi jeruk di Indonesia belum mencukupi kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri. Hal ini merupakan tantangan dan peluang bagi petani, pengusaha jeruk dan pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi jeruk.Perkembangan produk hortikultura di Kabupaten Barito Kuala Propinsi Kalimantan Selatan, menunjukkan bahwa jeruk mengalami peningkatan produksi dari 84.235,20 kwintal pada tahun 2000 menjadi 120.829 kwintal pada tahun 2001 (Anonymous, 2002). Tanaman jeruk dikembangkan mengingat iklim yang sesuai untuk komoditi tersebut. Besarnya jumlah produksi dan konsumsi belum mencerminkan sistem pemasaran yang efisien. Sehubungan dengan hal tersebut dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan petani, perlu diimbangi dengan sistem pemasaran yang menguntungkan petani.Salah satu aspek pemasaran yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan arus barang dari produsen ke konsumen adalah efisiensi pemasaran, karena melalui efisiensi pemasaran selain terlihat perbedaan harga yang diterima petani sampai barang tersebut dibayar oleh konsumen akhir, juga kelayakan pendapatan yang diterima petani maupun lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian tentang efisiensi pemasaran jeruk perlu untuk dilakukan.Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengetahui struktur pasar dari pemasaran jeruk di daerah penelitian, (2) mengetahui terintegrasi atau tidak-nya pemasaran jeruk di daerah penelitian, dan (3) mengetahui marjin pemasaran, share harga, share biaya dan keuntungan antara lembaga pe-masaran.

METODE PENELITIANLokasi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala yang dipilih secara sengaja (purposive) karena merupakan salah satu desa yang sangat potensial dalam usaha pengembangan.Teknik Pengambilan SampelPenentuan petani responden dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) karena petani di daerah penelitian masing-masing memiliki lahan yang ditanami jeruk seluas 1 hektar dan memiliki tanaman jeruk masing-masing 200 pohon. Dari populasi petani jeruk yang ada di Desa Karang Dukuh sebanyak 130 orang diambil sebanyak 50 persen yaitu sejumlah 65 petani sampel. Sedangkan penentuan responden lembaga pemasaran yang terlibat dilakukan dengan cara snowballs sampling yaitu berdasarkan informasi dari petani kepada siapa komoditas tersebut dijual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Jumlah responden petani dan pedagang (orang) dalam pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang.NoRespondenPopulasiSampel

1.2.3.4.5.6.PetaniPedagang pengumpul kecamatanPedagang pengumpul kabupatenPedagang pengumpul propinsiPedagang pengecer lokalPedagang pengecer luar daerah130-----655631210

101

Teknik Pengumpulan Data1.Observasi yaitu teknik pengum-pulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian.2.Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan pene-laahan pustaka dan laporan-laporan yang berasal dari instansi yang terkait dengan penelitian.3.Wawancara yaitu teknik pengum-pulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada res-ponden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.Analisis DataStruktur Pasar (Market Structure)Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui struktur pasar yang ada adalah dengan melihat:(1).jumlah penjual dan pembeli dalam pasar(2).ada atau tidaknya diferensiasi produk(3).besarnya hambatan untuk masuk pasar.Di samping itu analisis struktur pasar juga dilakukan dengan meng-gunakan:Konsentrasi Ratio (Kr)Konsentrasi ratio adalah ratio antara jumlah komoditi yang dibeli dengan jumlah yang diperdagangkan, yang dinyatakan dalam persen. Secara matematis Hay dan Morris (1991) dalam Prasodjo (1997), mem-formulasikan sebagai berikut: Volume yang dibeliKr = x 100 % Volume yang diperdagangkanKetentuannya adalah sebagai berikut:Bila terdapat 1 (satu) pedagang yang memiliki Kr minimal 95 % , maka pasar tersebut mengarah pada pasar monopsoni.Bila terdapat 4 (empat) pedagang memiliki Kr minimal 80 %, maka pasar tersebut cenderung mengarah pada oligopsoni dengan konsentrasi tinggi.Bila terdapat 8 (delapan) pedagang memiliki Kr minimal 80 %, maka pasar tersebut dikatakan berstruktur oligop-soni dengan konsentrasi sedang. Elastisitas Transmisi HargaMenurut Masyrofie (1994), untuk melihat hubungan elastisitas harga di tingkat petani dengan elastisitas harga di tingkat pengecer, dilihat elastisitas transmisi harganya. Model yang digunakan adalah: Pf = Pr Kemudian model tersebut dirubah menjadi bentuk linear sebagai berikut:Ln Pf = Ln + Ln Pr Keterangan: Pf = harga di tingkat produsen (Rp / kg); Pr = harga di tingkat pengecer (Rp / kg); = intersep; = koefisien.Pengujian parameter dilakukan dengan uji t, dengan hipotesis sebagai berikut:H0: = 1H1: 1Pengujian hipotesis: - 1thitung = SE ()Kaidah penerimaan atau penolakan hipotesis:Jika t hitung t tabel, maka hipotetis yang menyatakan bahwa pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh tidak efisien ditolak (tolak H1 dan terima H0). Jika t hitung t tabel, maka hipotetis yang menyatakan bahwa pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh tidak efisien diterima (terima H1 dan tolak H0).Perilaku Pasar (Market Conduct)Dalam penelitian ini, untuk melihat perilaku pasar digunakan analisis kualitatif yaitu dengan melihat:(1).Ada tidaknya praktek-praktek penentuan harga(2).Ada tidaknya kerjasama antar pedagangDi samping analisis kualitatif juga digunakan analisis kuantitatif yaitu dengan pendekatan integrasi pasar.Integrasi PasarModel yang digunakan adalah sebagai berikut:Pf i (t) = b0 + b1 i Pr j (t) + et Keterangan: Pf i (t)=harga rata-rata di tingkat produsen ke i, pada bulan ke t (Rp / kg); Pr j (t)= harga rata-rata di tingkat pengecer (konsumen) ke j, pada bulan ke t (Rp / kg); b1i = parameter; b0 = intersep; I = tingkatan produsen; j = tingkatan pembeli; e = error term.Kaidah penerimaan atau penolakan hipotesis:Jika t hitung t tabel, berarti harga pada petani dan konsumen berintegrasi.Jika t hitung t tabel, berarti harga pada petani dan konsumen tidak berintegrasi.Penampilan Pasar (Market Performance)Untuk menganalisis penampilan pasar dapat dilihat dari:Analisis Marjin PemasaranMP = Pr Pf Atau: n nMP = Bpi + Kpi i = 1 i = 1 n Bpi = bij i = 1 n Kpi = PijPbi - bij i = 1 Keterangan: MP = marjin pemasaran (Rp/kg); Pr = harga konsumen (Rp/kg); Pf = harga produsen (Rp/kg); Bpi = biaya lembaga pemasaran ke i(Rp/ kg); Kpi = keuntungan pemasaran ke i (Rp/ kg); Pij = harga jual lembaga pemasaran ke i (Rp/kg); Pbi = harga beli lembaga pemasaran ke i (Rp/kg); Bij = biaya pemasaran lembaga pemasaran ke i dari berbagai jenis biaya dari biaya ke j = 1 sampai ke n.Share Harga Yang diterima Petani PfSPf = x 100 % PrKeterangan: SPf = share harga di tingkat petani; Pf = harga di tingkat petani; Pr = harga di tingkat konsumen.Share Biaya Pemasaran dan Share KeuntunganMenurut Alhusniduki (1991), share biaya pemasaran dan share keuntungan dapat pula digunakan untuk meng-analisis efisiensi pemasaran dengan formulasi sebagai berikut:SKi= (Ki) / (Pr Pf) x 100 % Sbi= (Bi) / (Pr Pf) x 100 % keterangan: Ski = share keuntungan lembaga pemasaran ke i; Sbi = share biaya pemasaran ke i.Dengan kriteria sebagai berikut:Apabila perbandingan share keun-tungan dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran merata, maka sistem pemasarannya dikatakan efisien.Apabila perbandingan share keuntungan dengan biaya pemasaran masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran merata dan cukup logis, maka sistem pemasarannya dikatakan efisien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem PemasaranSistem pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang ini ada yang dilakukan dengan sistem satuan rupiah per biji (Rp/biji) dan ada yang dengan sistem satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Untuk memudahkan proses perhitungan dalam penelitian ini, maka sistem satuan berat yang ditetapkan adalah Rp/kg. Dari seluruh petani responden dalam penelitian ini, semuanya meng-gunakan jasa lembaga pemasaran untuk menyalurkan jeruk hingga sampai ke tangan konsumen. Adanya beberapa saluran pemasaran ini akan menye-babkan tingkat marjin, biaya pemasaran dan keuntungan yang berbeda, pembagian keuntungan yang adil di antara pelaku dalam pemasaran sangat ditentukan oleh efisiensi pemasaran. Saluran PemasaranAda beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jeruk dari produsen atau petani di Desa Karang Dukuh hingga ke tangan konsumen. Pada umumnya para peda-gang pengumpul ini sudah mempunyai petani langganan. Mereka datang ke kebun petani secara berkala dan memetik sendiri jeruk dari pohonnya. Petani sudah melakukan grading ter-hadap jeruk yang dihasilkannya ber-dasarkan ukuran besar kecilnya buah jeruk yang dilakukan hanya dengan menggunakan perkiraan dan peng-alaman.

Petani

PP propPP kabPP kec

I II III IV V

PP propPP kab

PPC LD

PPC lokal

Konsumen LD

Konsumen lokal

Gambar 1. Saluran pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan BelawangKeterangan : PP kec = pedagang pengumpul kecamatan PP kab = pedagang pengumpul kabupaten; PP prop = pedagang pengumpul propinsi PPC lokal = pedagang pengecer lokal; PPC LD = pedagang pengecer luar daerah Konsumen LD = konsumen luar daerah.Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang ini mempunyai 5 (lima) saluran pemasaran yaitu sebagai berikut:1. Saluran I: Petani pedagang pengumpul kecamatan pedagang pengecer lokal konsumen lokal.2. Saluran II: Petani pedagang pengumpul kecamatan pedagang pengumpul kabupaten pedagang pengecer lokal konsumen lokal.3. Saluran III: Petani pedagang pengumpul kabupaten pedagang pengecer lokal konsumen lokal.4. Saluran IV: Petani pedagang pengumpul kabupaten pedagang pengumpul propinsi pengecer luar daerah konsumen luar daerah.Saluran V: Petani pedagang pengumpul propinsi pedagang pengecer luar daerah konsumen luar daerahDari total produksi jeruk yang dihasilkan petani hanya sebanyak 7.869 kg (26,16 persen) yang dijual kepada konsumen lokal, sedangkan sisanya sebanyak 22.212,5 kg (73,84 persen) dijual kepada konsumen luar daerah. Jeruk dari Desa Karang Dukuh ini ternyata lebih banyak dijual kepada konsumen luar daerah. Analisis struktur pasarAnalisis struktur pasar dapat dianalisa secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan analisa kualitatif dapat dilihat dari jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk dan hambatan keluar masuk pasar. Sedangkan analisa kuantitatif menggu-nakan analisa konsentrasi ratio dan elastisitas transmisi harga.Pasar yang bersaing sempurna ditandai oleh banyaknya jumlah penjual dan pembeli, sehingga masing-masing penjual dan pembeli tidak dapat menentukan harga, harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran (mekanisme pasar). Jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar dan struktur pasar dalam pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar dan struktur pasar dalam pemasaran jeruk.Tingkat pasarJumlah penjualJumlah pembeliDiferensiasi produkHambatan keluar masuk pasarStruktur pasar

Petani6511*Tidak adaAdaOligopsoni

Pasar lokalPP kecPP kab536**8Tidak adaTidak adaAdaAdaOligopsoniOligopsoni

Pasar luar daerahPP kabPP prop33110Tidak adaTidak adaAdaAdaMonopsoniOligopsoni

Keterangan: *) terdiri dari 5 orang PP kec, 4 orang PP kab dan 2 orang PP prop.**) terdiri dari 4 orang PPC lokal dan 2 orang PP kab.Melihat jumlah penjual dan pembeli yang tidak sebanding, maka pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang adalah tidak efisien, karena beberapa tingkat pasar ini hampir semuanya mengarah pada pasar oligopsoni, hanya satu tingkat pasar pada pasar luar daerah yang struktur pasarnya mengarah pada pasar monopsoni.Diferensiasi ProdukTidak ada perubahan bentuk yang dapat menciptakan nilai tambah dari jeruk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang. Jeruk yang dihasilkan petani seluruhnya dijual dalam bentuk buah segar baik kepada konsumen lokal maupun konsumen luar daerah.

Hambatan Keluar Masuk PasarPada umumnya hambatan yang dihadapi oleh sebagian besar petani adalah kurangnya modal dalam berusahatani sehingga berpengaruh terhadap pendapatan dan produktivitas petani. Selain itu informasi harga yang diterima oleh petani juga kurang. Petani hanya menerima informasi harga dari sesama petani dan pedagang pengumpul yang langsung datang membeli jeruk kepada petani. Kondisi kekurangan modal ini juga dihadapi oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jeruk.Analisis Konsentrasi Ratio (Kr)Dari hasil perhitungan menghasilkan persentase Kr kumulatif pada 4 (empat) pedagang pengumpul kecamatan adalah 89,51 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi tinggi. Persentase Kr kumulatif pada 4 (empat) pedagang pengumpul kabupaten adalah 87,47 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi tinggi. Persentase Kr kumulatif pada 2 (dua) pedagang pengumpul propinsi adalah 84,47 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi tinggi. Persentase Kr kumulatif pada 8 (delapan) pedagang pengecer lokal adalah 87,18 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi sedang. Persentase Kr kumulatif pada 8 (delapan) pedagang pengecer luar daerah adalah 93,98 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi sedang. Analisis Transmisi HargaAnalisis transmisi harga dilakukan untuk mengetahui respon harga jeruk di tingkat petani produsen karena perubahan harga di tingkat konsumen.Untuk mengetahui respon harga jeruk di tingkat petani produsen karena perubahan harga di tingkat konsumen lokal dapat dilihat dari hasil regresi linear sederhana pada Tabel 3.Persamaan regresi linear sederhana dapat ditulis sebagai berikut:Ln Pf = + Ln PrLn Pf = 1788,907 + 0,276 Ln PrDari persamaan di atas, maka elastisitas transmisi harga antara petani dengan konsumen lokal adalah sebesar koefisien regresi yaitu = 0,276 < 1 (in elastis).Tabel 3. Hasil regresi antara harga di tingkat produsen (petani) dengan harga di tingkat konsumen lokal.VariabelSEtR2

(constant)1788,907424,8674,211

Ln Pr0,276*0,0783,5640,284

Keterangan: * signifikan pada = 5 % ; t tabel 0,05 = 2,042Hasil perhitungan menunjukkan t hitung = 3,564 lebih dari t / 2 (Dajan, 1986) ( = 0,05) = 2,042. Dengan demikian H0 : = 1 di tolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh tidak efisien diterima. Hasil analisis menunjukkan elastisitas transmisi harga tidak sama dengan satu. Bila terjadi perubahan harga jeruk di tingkat konsumen lokal sebesar 1 persen, maka harga jeruk di tingkat petani hanya berubah sebesar 0,276 persen.Dilihat dari koefisien determinasi (R2), respon harga jeruk di tingkat petani produsen karena perubahan harga di tingkat konsumen lokal adalah sebesar 0,284, berarti 28,4 persen variasi harga di tingkat petani produsen dipengaruhi oleh variasi harga di tingkat konsumen lokal, sedangkan 71,6 persen dipengaruhi oleh faktor lain selain harga di tingkat konsumen lokal seperti pendapatan konsumen lokal, selera, harga buah substitusi lain dan jumlah penduduk.Untuk mengetahui respon harga jeruk di tingkat petani produsen karena perubahan harga di tingkat konsumen luar daerah dapat dilihat dari hasil regresi linear sederhana pada Tabel 4.Tabel 4. Hasil regresi antara harga di tingkat produsen (petani) dengan harga di tingkat konsumen luar daerah.VariabelSEtR2

(constant)- 494,5151078,499- 0,459

Ln Pr0,571*0,1593,5850,307

Keterangan : * signifikan pada = 5 % ; t tabel 0,05 = 2,045Persamaan regresi linear sederhana dapat ditulis sebagai berikut :Ln Pf = + Ln PrLn Pf = - 494,515 + 0,571 Ln PrDari persamaan di atas, maka elastisitas transmisi harga antara petani dengan konsumen luar daerah adalah sebesar koefisien regresi yaitu = 0,571 < 1 (in elastis).Hasil perhitungan menunjukkan t hitung = 3,585 lebih dari t / 2 ( = 0,05) = 2,045. Dengan demikian H0 : = 1 di tolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh tidak efisien diterima. Hasil analisis menunjukkan elastisitas transmisi harga tidak sama dengan satu. Bila terjadi perubahan harga jeruk di tingkat konsumen luar daerah sebesar 1 persen, maka harga jeruk di tingkat petani hanya berubah sebesar 0,571 persen.Dilihat dari koefisien determinasi (R2), respon harga jeruk di tingkat petani produsen karena perubahan harga di tingkat konsumen luar daerah adalah sebesar 0,307, berarti 30,7 persen variasi harga di tingkat petani produsen dipengaruhi oleh variasi harga di tingkat konsumen luar daerah, sedangkan 69,3 persen dipengaruhi oleh faktor lain selain harga di tingkat konsumen luar daerah seperti pendapatan konsumen luar daerah, selera, harga buah substitusi lain, biaya transportasi dan jarak antara produsen dan konsumen. Untuk hasil-hasil pertanian umumnya < 1 artinya apabila terjadi perubahan harga 1 persen di tingkat konsumen, maka akan mengakibatkan perubahan harga yang kurang dari 1 persen di tingkat produsen. Pada < 1 berarti pasar berjalan tidak efisien (tidak bersaing sempurna). Analisis Perilaku PasarUntuk menganalisis perilaku pasar dapat digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Untuk pendekatan kualitatif dapat dilihat dari penentuan harga dan kerjasama antar pedagang. Sedangkan pendekatan kuantitatif dilihat dari integrasi pasar.Penentuan HargaDalam penentuan harga jeruk, harga ditentukan oleh pedagang pengumpul yang terdiri dari pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kabupaten dan pedagang pengumpul propinsi, di mana harga jeruk di Desa Karang Dukuh berkisar antara Rp 3.000,- sampai dengan Rp 3.500,- per kilogram.Analisis Integrasi PasarIntegrasi pasar vertikal dilakukan untuk menganalisis keterkaitan harga suatu pasar dengan harga pasar di bawahnya. Untuk menganalisis integrasi pasar ini digunakan regresi linear sederhana. Keterkaitan harga pada berbagai tingkat pasar dalam penelitian ini dapat ditunjukkan melalui estimasi koefisien regresi linear sederhana seperti terlihat pada Tabel 5.Tabel 5. Hasil regresi integrasi pasar pada berbagai saluran pemasaran. Tingkat pasarKoefisientR2R

Ptn - PP kec- 0,178- 1,2980,061-0,247

Ptn - PP kab0,1831,8970,1530,391

Ptn - PP prop1,0917,0650,7930,891

PP kec - PPC lokal0,5453,0000,8180,905

PP kec - PP kab 0,5001,7320,7500,866

PP kab - PPC lokal0,6785,8610,8510,923

PP kab - PP prop0,6632,5020,8620,929

PP prop - PPC LD0,2860,8710,0870,294

Integrasi harga antara petani dengan pedagang pengumpul kecamatan dapat ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = - 0,178 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengumpul kecamatan sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada petani sebesar Rp 0,178. Berdasarkan perhitungan, nilai t hitung = - 1,298 > t tabel = -2,056. Maka terima H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara petani dengan pedagang pengumpul kecamatan terintegrasi.Integrasi harga antara petani dengan pedagang pengumpul kabupaten dapat ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = 0,183 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengumpul kabupaten sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada petani sebesar Rp 0,183. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 9, nilai t hitung = 1,897 < t tabel = 2,086. Maka terima H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara petani dengan pedagang pengumpul kabupaten terintegrasi.Integrasi harga antara petani dengan pedagang pengumpul propinsi ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = 1,091 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengumpul propinsi sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada petani sebesar Rp 1,091. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 10, nilai t hitung = 7,065 > t tabel = 2,160. Maka tolak H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara petani dengan pedagang pengumpul propinsi tidak terintegrasi.Integrasi harga antara pedagang pengumpul kecamatan dengan pedagang pengecer lokal ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = 0,545 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengecer lokal sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada pedagang pengumpul kecamatan sebesar Rp 0,545. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 11, nilai t hitung = 3,000 < t tabel = 4,303. Maka terima H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara pedagang pengumpul kecamatan dengan pedagang pengecer lokal terintegrasi.Integrasi harga antara pedagang pengumpul kecamatan dengan pedagang pengumpul kabupaten ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = 0,500 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengumpul kabupaten sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada pedagang pengumpul kecamatan sebesar Rp 0,500. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 12, nilai t hitung = 1,732 < t tabel = 12,706. Maka terima H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara pedagang pengumpul kecamatan dengan pedagang pengumpul kabupaten terintegrasi.Integrasi harga antara pedagang pengumpul kabupaten dengan pedagang pengecer lokal ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = 0,678 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengecer lokal sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada pedagang pengumpul kabupaten sebesar Rp 0,678. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 13, nilai t hitung = 5,861 > t tabel = 2,447. Maka tolak H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara pedagang pengumpul kabupaten dengan pedagang pengecer lokal tidak terintegrasi.Integrasi harga antara pedagang pengumpul kabupaten dengan pedagang pengumpul propinsi ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = 0,663 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengumpul propinsi sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada pedagang pengumpul kabupaten sebesar Rp 0,663. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 14, nilai t hitung = 2,502 < t tabel = 12,706. Maka terima H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara pedagang pengumpul kabupaten dengan pedagang pengumpul propinsi terintegrasi.Integrasi harga antara pedagang pengumpul propinsi dengan pedagang pengecer luar daerah ditunjukkan oleh koefisien regresi b1 = 0,286 1. Berarti apabila terjadi perubahan harga pada pedagang pengecer luar daerah sebanyak Rp 1,- ditransmisikan kepada pedagang pengumpul propinsi sebesar Rp 0,286. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 15, nilai t hitung = 0,871 < t tabel = 2,306. Maka terima H0 : b1 i = 1 berarti harga jeruk antara pedagang pengumpul propinsi dengan pedagang pengecer luar daerah terintegrasi.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesa 2 tidak semuanya terbukti karena integrasi pasar secara vertikal pada berbagai saluran pemasaran terintegrasi (pasar berjalan efisien), kecuali antara petani dengan pedagang pengumpul propinsi, dan antara pedagang pengumpul kabupaten dengan pedagang pengecer lokal, tidak terintegrasi (pasar berjalan tidak efisien). Hal ini mengindikasikan bahwa pasarnya mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Analisis Penampilan PasarPenampilan pasar adalah rangkaian analisa terakhir dari analisa S-C-P (Structure Conduct Performance). Dalam penelitian ini untuk mengetahui penampilan pasar dalam pemasaran jeruk digunakan analisis marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga yang diterima petani, serta ratio keuntungan dan biaya. Analisis Marjin PemasaranMarjin pemasaran sering digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran.Pada tabel berikut ini dapat dilihat hasil analisis marjin, distribusi marjin, share harga yang diterima petani serta ratio keuntungan dan biaya dalam pemasaran jeruk.Tabel 6. Marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga yang diterima petani serta ratio keuntungan dan biaya dalam pemasaran jeruk.SaluranLembaga pemasaranBiaya dan Harga (Rp/kg)Distribusi marjin (%)Share harga (%)Ratio (K/B)

IPetaniBiaya usahataniHarga jualKeuntungan

PP kecBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

PPC lokalBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

812 3.412 2.600

94 3.412 4.454 948

89 4.454 5.433 890

4,65

46,91

4,40

44,04

62,80

3,20

10,08

10,00

Marjin 2.021 100

IIPetaniBiaya usahataniHarga jualKeuntungan

PP kecBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

PP kabBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

PPC lokalBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

812 3.412 2.600

83 3.412 4.185 690

50 4.185 4.768 533

83 4.768 5.651 800

3,71

30,82

2,23

23,80

3,71

35,73 60,38 3,20

8,31

10,66

9,64

Marjin 2.239 100

Tabel 6. Marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga yang diterima petani serta ratio keuntungan dan biaya dalam pemasaran jeruk (lanjutan).IIIPetaniBiaya usahataniHarga jualKeuntungan

PP kabBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

PPC lokalBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

812 3.412 2.600

96 3.412 4.673 1.165

82 4.673 5.560 805

4,47

54,23

3,82

37,48 61,37 3,20

12,14

9,82

Marjin 2.148 100

IVPetaniBiaya usahataniHarga jualKeuntungan

PP kabBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

PP propBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

PPC LDBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

812 3.412 2.600

113 3.412 5.023 1.498

50 5.023 5.670 597

55 5.670 6.769 1.044

3,37

44,62

1,49

17,78

1,64

31,10 50,41

3,20

13,26

11,94

18,98

Marjin 3.357 100

Tabel 6. Marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga yang diterima petani serta ratio keuntungan dan biaya dalam pemasaran jeruk (lanjutan).VPetaniBiaya usahataniHarga jualKeuntungan

PP propBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

PPC LDBiaya pemasaranHarga beli Harga jualKeuntungan

812 3.412 2.600

141 3.412 5.871 2.318

40 5.871 6.687 776

4,31

70,78

1,22

23,69

51,02 3,20

16,44

19,40

Marjin 3.275 100

Distribusi Marjin PemasaranKeuntungan yang paling besar diterima oleh pedagang pengumpul propinsi pada saluran kelima (70,78 persen) karena mereka membeli jeruk langsung dari petani. Kemudian pada urutan kedua, keuntungan pedagang pengumpul kabupaten pada saluran ketiga (54,23 persen) yang juga membeli jeruk langsung dari petani. Sedangkan pada urutan ketiga ditempati oleh keuntungan pedagang pengumpul kecamatan pada saluran pertama (46,91 persen), hal ini juga disebabkan karena mereka membeli jeruk langsung dari petani.Untuk pasar lokal, marjin pemasaran yang paling besar adalah pada saluran kedua. Hal ini karena lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran pemasaran jeruk ini lebih banyak dibandingkan dengan saluran pertama dan ketiga. Sedangkan untuk pasar luar daerah, marjin pemasaran yang paling besar adalah pada saluran keempat. Dengan demikian dapat disimpulkan, semakin panjang saluran pemasaran, semakin besar marjinnya. Oleh karena itu harga di tingkat konsumen akan lebih mahal jika saluran pemasarannya semakin panjang.Share Harga yang Diterima PetaniDari tabel 6 di atas dapat dilihat, untuk pasar lokal, share harga yang diterima petani yang paling besar ada pada saluran pertama yaitu sebesar 62,80 persen. Kemudian diikuti oleh saluran ketiga yaitu sebesar 61,37 persen. Sedangkan pada saluran kedua, share harga yang diterima petani lebih kecil dibandingkan dengan saluran pertama dan ketiga. Sedangkan untuk pasar luar daerah, share harga yang diterima petani yang paling besar ada pada saluran kelima yaitu sebesar 51,02 persen. Melihat kondisi seperti ini dapat dikatakan bahwa share harga yang diterima petani masih relatif kecil. Ratio Keuntungan dan BiayaUntuk mengetahui besarnya ratio keuntungan dan biaya pemasaran pada masing-masing tingkat pasar di berbagai saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Ratio keuntungan dan biaya pada masing-masing tingkat pasar di berbagai saluran pemasaran jeruk.Saluran pemasaranTingkat pasar

PetaniPP kecPP kabPP propPPC lokalPPC LD

IIIIIIIVV3,203,203,203,203,2010,088,31----10,6612,1413,26----11,9416,4410,009,649,82-----18,9819,40

Dari semua saluran tersebut, yang paling tinggi ratio keuntungan dan biayanya ada pada tingkat pasar pedagang pengecer luar daerah pada saluran kelima, kemudian diikuti oleh pedagang pengecer luar daerah pada saluran keempat. Sedangkan ratio keuntungan dan biaya terendah ada pada tingkat petani pada semua saluran pemasaran yaitu sebesar 3,20 karena meskipun keuntungan yang didapat banyak tetapi biaya usahataninya juga lebih banyak dibandingkan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh para pedagang. Dari analisis penampilan pasar secara keseluruhan ternyata pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Belawang, belum berjalan efisien. Hal ini bisa dilihat dari distribusi marjin yang belum merata, share harga yang diterima petani juga masih relatif rendah, serta ratio keuntungan dan biaya pada petani juga masih rendah. Rendahnya share harga yang diterima petani ini disebabkan karena harga ditentukan oleh pedagang pengumpul, petani hanya sebagai penerima harga (price taker).

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1.Berdasarkan analisis struktur pasar, pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Barito Kuala tidak efisien karena struktur pasarnya mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Dengan pendekatan konsentrasi ratio, struktur pasarnya mengarah pada pasar oligopsoni. Dengan pendekatan transmisi harga menghasilkan < 1 (in elastis).2.Berdasarkan analisis perilaku pasar, pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Barito Kuala belum efisien. Yang paling dominan dalam menentukan harga adalah pedagang pengumpul yang langsung membeli jeruk dari petani. Kerjasama antar pedagang terbatas pada informasi pasar tentang harga yang kurang terbuka. Dari analisis integrasi pasar masih ada tingkat pasar yang belum terintegrasi.3.Berdasarkan analisis penampilan pasar, pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Barito Kuala tidak efisien. Hal ini dilihat dari marjin pemasaran pada semua saluran pemasaran besar, distribusi marjinnya belum merata, share harga yang diterima petani masih rendah, ratio keuntungan dan biaya bervariasi.Saran-saran1.Petani perlu melakukan diferensiasi produk seperti pembuatan sirup jeruk yang dapat memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.2.Petani perlu mencari informasi harga di tingkat konsumen agar posisi petani dalam tawar-menawar lebih kuat.3.Untuk meningkatkan share harga yang diterima petani, perlu diupayakan saluran pemasaran yang lebih pendek.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2002. Profil Kabupaten Barito Kuala. Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Barito Kuala.Arshad, F.M. 1980. The Integration of Falm Oil Market in Peninsular Malaysia, Indian Journal of Agriculture Economic, Vol.45 No 1.Azzaino, Zulkifli. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian, Depar-temen Pertanian Ilmu-ilmu Sisial Ekonomi Pertanian, IPB Bogor.Brorsen, B. Wade. 1985. Marketing Margins and Price Uncertainty: The Case of the U.S. Wheat Market, American Journal of Agriculture Economics. Vol. 67 No 3 p. 521 528.Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES, Jakarta.Downey, W dan Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis (terjemahan Ir. Rochidayat Ganda S dan Alfonsus Sirait), Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.Hamin, Alhusniduki. 1991. Tataniaga Pertanian. Kumpulan Makalah Penataran Dosen dalam Rangka Peningkatan Mutu Bidang Pertanian Program Kajian Agribisnis, Dirjen Dikti Jakarta..Harris, B. 1979. There is Method in My Madness or Is It Vice Versa ? Measuring Agricultural Market Performance, Food Research Institute Studies, Vol. XVII No 2 p. 197 218.Kohls, Richard L dan Joseph N. Uhl. 1980. Marketing of Agriculture Product, Edisi ke 5. Collier International Editions.Macmillan Publishing Kohls, Richard L dan David Downey. 1972. Marketing of Agricultural Product, Macmillan Publishing Co., Inc. New York.Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perenca-naan, Implementasi dan Kontrol (terjemahan Hendra Teguh SE, Ak dan Ronny A Rusli SE, AK), Prenhallindo, Jakarta.Kristanto et al. 1986. Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Yayasan Obor Jakarta.Martin, Stephen. 1989. Industrial Economics : Economic Ana-lysis and Public Policy, Macmillan Publishing Company, New York.Masyrofie. 1994. Diktat Pemasaran Hasil Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.Prasodjo, Adi. 1997. Struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar Cabai Rawit di Kecamatan Sukowono Jember, Tesis Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang.Purcell, Wayne D. 1979. Agricultural Marketing : System, Coordination, Cash and Future Prices, Reston Publishing Company, Inc. A Prentice Hall Company. Reston Virginia.Rashid, A dan M.A Chaudhry. 1973. Marketing Efficiency In Theory and Practice, Lowa University Press, Ames.Ravallion, M. 1986. Testing Market Integration, American Journal of Agricultural Economics, Vol. 68 No 1. p. 102 109.Soekartawi. 1993. Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian: Teori dan Aplikasinya, PT Raja Grapindo Persada Jakarta.Stifel, L.D. 1975. Imperfect Competition in Vertical Market Network: The Case of Rubber in Thailand, American Journal of Agricultural Economics, Vol. 57 No 4, p. 631 640.Tomek, W.G dan Robinson, K.L. 1997. Agricultural Product Prices. Comell University Press, London.