EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN...

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009 Oleh : M. SAMSUL BAHRI F. K 7403229 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN...

Page 1: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN

PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009

Oleh :

M. SAMSUL BAHRI F.

K 7403229

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN

PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009

OLEH :

M. SAMSUL BAHRI F.

K 7403229

Ditulis dan diajukan sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata

Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Sudarno, S.Pd, M.Pd M. Sabandi, S.E, M.Si

NIP. 1968 11 25 1994 03.1.002 NIP. 1972 09 13 2005

01.1.001

Page 4: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

………………………...

Tanggal :

………………………...

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : ……………..

Sekretaris : ……………..

Anggota I : ……………..

Anggota II : ……………..

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

1960 0727 1987 02.1.002

Page 5: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

ABSTRAK

M. Samsul Bahri F. K 7403229. EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS

PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009.

Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Maret 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui kontribusi Pendapatan

Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009. (2)

Mengetahui kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta tahun 2004-2009. (3) Mengetahui tingkat efeisiensi pemungutan Pajak

Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009. (4) Mengetahui tingkat efektifitas

pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data yang

digunaan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang meliputi data-data

perencanaan dan realisasi anggaran daerah. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan metode dokumentasi dan kepustakaan. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis rasio atau CCER (Cost of Collection Eficiensy

Ratio), yaitu dengan membandingkan input atau biaya yang dikeluarkan dan

realisasi penerimaan Pajak Daerah, jika diperoleh nilai (x < 100%) berarti efisien,

(x = 100%) berarti efisiensi berimbang, (x > 100%) berarti tidak efisien. Tingkat

efektifitas dihitung dengan membandingkan antara target dan realisasi

pemungutan Pajak Daerah, jika diperoleh nilai (x < 100 %) berarti tidak efektif, (x

= 100 %) berarti efektifitas berimbang, (x >100%) berarti efektif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan

analisis rasio menunjukkan bahwa kondisi pemungutan Pajak Daerah Kota

Surakarta tahun 2004-2009 sudah efektif dan efisien. Rata-rata tingkat efisiensi

6,5%, tingkat efisiensi tertinggi pada tahun 2009 sebesar 2,6%, tingkat efisiensi

terendah pada tahun 2004 dengan tingkat efisiensi 11,2%. Tingkat efektifitas

tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar 104,9% dan terendah pada tahun 2009

yaitu sebesar 101.7%, rata-rata tingkat efektifitas tahun anggaran 2004-2009

adalah adalah 102,9%. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta

berhasil menggunakan bagian dari hasil pajak untuk digunakan menutup biaya

pemungutan atas pajak yang bersangkutan dan mampu mencapai target

pemungutan Pajak Daerah yang ditetapkan.

Saran yang bisa diambil berdasarkan hasil penelitian di atas, Pemerintah

Kota Surakarta dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan

mengoptimalkan penggalian Pajak Daerah. Optimalisasi penggalian Pajak Daerah

bisa dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pajak Daerah,

dengan melakukan kajian atau penghitungan potensi Pajak Daerah dan melakukan

evaluasi terhadap Peraturan Daerah yang dijadikan payung hukum pemungutan

Pajak Daerah. Pengawasan yang ketat terhadap petugas yang memungut perlu

ditingkatkan untuk mengurangi kebocoran dana pemungutan Pajak Daerah.

Transparansi penggunaan anggaran perlu ditingkatkan, sehingga masyarakat

mampu mengawasi pelaksanaan anggaran.

Page 6: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

MOTTO

Ngelmu iku kalakone kanti laku.

Sopo Temen Bakal Tinemu.

Sopo Salah, Seleh.

Ojo rumongso biso, nanging, biso’o rumongso.

Semakin padi berisi, semakin merunduk.

Awal kekerdilan seseorang adalah ketika ia menganggap dirinya telah besar, dan

tidak mau belajar dari orang lain.

Sejarah tidak akan pernah mencatat orang dengan perjalanan hidup yang biasa-

biasa saja. Sejarah hanya mencatat orang-orang besar dengan karya besar.

Sebaik-baik diantara kamu adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.

Bergerak Menebar Manfaat.

Ikhtiar, Tawakal, Sabar, Syukur.

Beribadah, Berkarya, Meraih Surga.

Page 7: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Orang tuakau tercinta,

Saudara-saudara yang telah

memberikan doa terbaik untukku,

Guru-guru kami yang telah

memberikan pelajaran bagi kami

Sahabat-sahabat seperjuangan yang

selalu memberikan motivasi

Dan semua orang yang telah berjasa

bagai ku….

Page 8: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

melimpahkan segala Ramat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penulisan ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, petunjuk

bantuan serta saran-saran yang bermanfaat bagi berbagai pihak, yang semuanya

itu memberikan kemudahan dan menunjang dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segenap rasa syukur,

hormat dan bajía mengucapkan rasa tarima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan P.IPS FKIP UNS yang telah memberikan ijin dalam penulisan

skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNS yang telah memberikan

ijin dalam penulisan skripsi ini.

4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin

dalam penulisan skripsi ini.

5. Sudarno, S.Pd, M.Pd. selaku pembimbing pertama yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan pengarahan serta petunjuk sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. M. Sabandi, SE, M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

7. Leny Noviani, S.Pd. M.Si. selaku pembimbing akademik yang sudah dengan

sabar membimbing proses studi penulis selama tujuh tahun dan memberikan

kuliah privat kepada penulis, semoga ilmu yang disampaikan menjadi ilmu

yang bermanfaat yang menjadi amal jariyah.

Page 9: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

8. Dosen-dosen FKIP UNS khususnya Program Studi Ekonomi bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Tata Niaga jurusan Pendidikan Ilmu Sosial yang telah

membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis sehingga bisa

menyelesaikan penelitian ini.

9. Ir. H. Joko Widodo, Walikota Surakarta yang sudah banyak memberikan

akses dan kemudahan dalam mengakses data-data dalam penelitian ini.

10. YF. Soekasno, Ketua DPRD Surakarta yang telah melibatkan penulis dalam

pembahasan penyusunan anggaran daerah Surakarta sehingga semakin

memahamkan materi dalam penyusunan skripsi ini.

11. Budi Yulianto, Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemerintah Kota Surakarta yang telah memberikan data-data dalam penelitian

ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

Page 10: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORI 7

A. Otonomi Daerah 7

B. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah 10

C. Pajak Daerah 12

D. Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah 17

E. Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah 19

F. Penelitian Terdahulu 19

G. Kerangka Pemikiran 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian 24

B. Populasi dan Sampel 24

C. Teknik Pengumpulan Data 24

D. Rancangan Penelitian 26

Page 11: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

E. Teknik Analisis Data 26

BAB IV HASIL PENELITIAN 30

A. Diskripsi Lokasi Penelitian 30

B. Deskrpsi Permasalahan Penelitian 37

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 39

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 52

A. Simpulan 52

B. Implikasi 53

C. Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN 57

Page 12: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR TEBEL

Halaman

Tabel 1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan

Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2008 3

Tabel 2. Kontribusi Dana Perimbangan terhadap Pendapatan Daerah

Kota Surakarta Tahun 2004-2008 4

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin 32

Tabel 4. Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan

Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008 33

Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1995-2008 34

Tabel 6. Penduduk Usia 5 thun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi

yang ditamatkan di Kota Surakarta tahun 2008 35

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(Usia 10 tahun ke atas) di Kota Surakarta Tahun 2007-2008 36

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 37

Tabel 9. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan Daerah

Kota Surakarta Tahun 2004-2009 40

Tabel 10. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kota Surakarta Tahun 2004-2009 43

Tabel 11. Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

tahun 2004-2008 46

Tabel 12. Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun Anggaran 2004-2009 49

Page 13: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan

Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009 40

Grafik 2. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009 41

Grafik 3. Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009 42

Grafik 4. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kota Surakarta Tahun 2004-2009 44

Grafik 5. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009 44

Grafik 6.Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009 46

Grafik 7. Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009 50

Grafik 8. Target Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009 51

Page 14: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Perkembangan Pendapatan Pajak Daerah Kota Surakarta

Lampiran 2. Nota Keuangan APBD Kota Surakarta Tahun 2009

Lampiran 3. Nota Keuangan APBD Kota Surakarta Tahun 2008

Lampiran 4. Nota Keuangan APBD Kota Surakarta Tahun 2007

Lampiran 5. Target dan Realisasi PAD Kota Surakarta Tahun 2002-2006

Page 15: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang

kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, merupakan era baru dalam penyelenggaraan pemerintahan

di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengalami perubahan sistem

pemerintahan dari sistem sentralisasi manjadi sistem desentralisasi dan

dekonsentrasi. Hal ini sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya

yaitu bahwa penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui asas

desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Berdasarkan asas desentralisasi dan

dekonsentrasi lahirlah daerah otonom dan wilayah adminisratif yang

mencerminkan pembagian tugas dan wewenang atau fungsi pemerintahan.

Tujuan dari otonomi daerah adalah daerah mampu mengurusi persoalan

daerahnya secara lebih otonom, termasuk dalam perencanaan dan pelaksanaan

anggaran daerah, karena yang lebih mengetahui persoalan daerah adalah daerah

itu sendiri. Harapannya Pemerintah Daerah mampu secara lebih otonom menggali

dan mengelola kekayaan daerahnya untuk membiayai pembangunan daerahnya.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharapkan mampu

menggali potensi sumber-sumber pendapatan daerahnya, sehingga kemandirian

keuangan daerah juga meningkat, yang pada akhirnya dapat dioptimalkan untuk

pembangunan daerah.

Sumber pendapatan daerah dalam arti luas adalah pendapatan yang

meliputi pendapatan yang berasal dari pemerintah daerah sendiri dan pendapatan

dari pemerintah pusat. Sedangkan pendaptan daerah dalam arti sempit adalah

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber-sumber pendapatan daerah menurut

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

Page 16: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

1. Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari:

a. Hasil pajak daerah;

b. Hasil retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Khusus (DAK)

c. Dana Alokasi Umum (DAU)

3. Lain-lain pendaptan daerah yang sah.

Sumber-sumber Pendapatan Daerah yang sudah ditetapkan dalam Undang-

undang memberikan keleluasaan bagi Pemerintah Daerah untuk menggali dan

mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah sebagai komponen utama Pendapatan

Daerah. Tujuan otonomi daerah mewujudkan kemandirian keuangan daerah dapat

terwujud jika Pemerintah Daerah mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

sehingga mampu membiayai pembangunan daerah, maka kesejahteraan

masyarakat yang merata di Indonesia akan terwujud.

Sistem otonomi daerah diterepkan dengan harapan mampu mewujudkan

kesejahteraan masyrakat yang merata ternyata belum sesuai dengan kenyataan

yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya kemandirian keuangan daerah di

berbagai daerah di Indonesia. Selama ini sumbangan dan bantuan dari pemerintah

pusat masih menjadi sumber terbesar dari pendapatan daerah. Hal ini

menunjukkan bahwa ketergantungan pemerintah daerah masih cukup besar.

Persoalan rendahnya kemandirian keuangan daerah juga menjadi

persoalan pada Pemerintah Kota Surakarta. Potensi Pendapatan Asli Daerah

belum tergali secara optimal, sehingga kemandirian keuangan daerah Kota

Surakarta masih rendah. Realisasi penggalian Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta belum mampu mengimbangi kebutuhan belanja daerah yang cukup

besar. Sehingga ketergantungan Pendapatan Daerah Surakarta masih sangat tinggi

pada dana perimbangan dari pusat. Hal ini dapat kita lihat dalam tabel 1.1 tentang

Page 17: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kontribusi dan daya tumbuh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah

Surakarta tahun 2004-2009 sebagai berikut:

Tabel 1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap

Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2008

Tahun

Anggaran PAD Pendapatan

Daerah

Kontribusi Pertumbuhan

Kontribusi

1 2 3 4 5

2004 59.101.372.207 369.147.584.321 16,01% -

2005 66.134.871.255 373.595.789.346 17,70% 110,57%

2006 78.637.865.549 510.880.033.618 15,39% 86,95%

2007 89.430.977.982 601.429.870.735 14,87% 84,00%

2008 102.989.919.369 751.267.161.957 14,6% 89,06%

Rata-rata 79.259.001.272 521.264.087.995 15,54% 74,12%

Sumber : DPPKAD Kota Surakarta

Dari 1.1 dapat disimpulkan bahwa kontribusi Pendapatan Asli Daerah

terhadap Pendapatan Daerah Kota Surakarta masih sangat rendah. Rata-rata

kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota Surakarta

tahun 2004-2008 sebesar 521,264,087,995 atau 15,54% dari keseluruhan

Pendapatan Daerah. Bahkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta

menurun dari tahun ke tahun, tahun 2005 kontribusinya mencapai 17,7% dan pada

tahun 2008 menurun hingga 14,6%. Pertumbuhan kontribusi Pendapatan Asli

Daerah Koa Surakarta juga menurun, pada tahun 2005 sebesar 110,57% dan pada

tahun 2008 sebesar 89,06%. Artinya kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta tidak sebanding dengan banyaknya dana perimbangan dari pemerintah

pusat dan naiknya kebutuhan anggaran daerah.

Page 18: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Tabel 2. Kontribusi Dana Perimbangan terhadap

Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2008

Tahun

Anggaran Dana

Perimbangan

Pendapatan

Daerah

Kontribu

si

Pertumbuha

n Kontribusi

1 2 3 4 5

2004 272.175.050.845 369.147.584.321 16,01% -

2005 270.158.691.362 373.595.789.346 17,70% 98,08%

2006 431.666.955.420 510.880.033.618 15,39% 116,87%

2007 451.279.770.315 601.429.870.735 14,87% 88,78%

2008 596.707.189.804 751.267.161.957 14,6% 105,85%

Rata-rata 404.397.531.549 521.241.519.846 77,00% 81,92%

Sumber : DPPKAD Kota Surakarta

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Pendaptan Daerah masih di dominasi oleh

Dana Perimbangan dari pemerintah pusat. Dari rata-rata Pendapatan Daerah Kota

Surakara tahun 2004-2008 sebesar Rp 521.264.087.995,00 kontribusi Dana

Perimbangan mencapai Rp 404.397.531.549,00 atau 77% dari total Pendapatan

Daerah. Hal ini menujukkan adanya persoalan rendahnya rasio kemandirian

keuangan daerah yang serius di Kota Surakarta dan tingginya angka

ketergantungan keuangan daerah kepada dana perimbangan dari pemerintah pusat.

Persoalan rendahnya rasio kemandirian keuangan daerah di Kota

Surakarta harus diatasi dengan meningkatkan dan menggali kembali potensi

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta juga harus

melakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian Pendapatan Asli

Daerah Kota Surakarta, sehingga dapat meningkatkan Penndapatan Asli Daerah

Kota Surakarta dan meningkatkan rasio kemandirian keuangan daerah Kota

Surakarta.

Pajak daerah merupakan komponen utama dari sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Untuk meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah Kota Surakarta maka diperlukan evaluasi dan analisis realisasi Pajak

Daerah dari penggalian yang sudah dilakukan. Analisis tersebut dapat mencakup

Page 19: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta,

efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kota Surakarta. Dengan analisis efisiensi dan efektifitas pemungutan

pajak daerah dapat dijadikan bahan evalusi penggalian Pendapatan Asli Daerah

Kota Surakarta, yang pada akhirnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk

menentukan rekomendasi-rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Akhirnya kemandirian keuangan daerah

Kota Surakarta dapat meningkat dan mampu mencukupi kebutuhan belanja daerah

yang tinggi, sehingga kesejahteraan masyarakat Kota Surakarta dapat meningkat.

B. Perumusan Masalah

1. Seberapa besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta terhadap

Pendapatan Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009?

2. Seberapa besar kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kota Surakarta tahun 2004-2009?

3. Berapa tingkat efisiensi pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun

2004-2009?

4. Berapa tingkat efektifitas pendapatan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun

2004-2009?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah

Kota Surakarta tahun 2004-2009?

2. Mengetahui kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta tahun 2004-2009?

3. Mengetahui tingkat efeisiensi pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

tahun 2004-2009?

4. Mengetahui tingkat efektifitas pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

tahun 2004-2009?

Page 20: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya penerapan teori

Perpajakan dan Manajemen Keuangan Negara.

2. Untuk mendukung teori-teori yang ada hubungannya dengan Perpajakan dan

Manajemen Keuangan Negara.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Pemerintah Kota Surakarta penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat

evaluasi dalam pengambilan kebijakan penetapan target pemungutan Pajak

Daerah dan penggalian sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa

Program Tata Niaga dalam pengayaan mata kuliah Manajemen Keuangan

Negara dan Perpajakan.

Page 21: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Otonomi Daerah

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang

kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, merupakan era baru dalam penyelenggaraan pemerintahan

di Indonesia. Telah terjadi perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari

sistem sentralisasi manjadi sistem desentralisasi dan dekonsentrasi. Hal ini sesuai

dengan pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya yaitu bahwa penyelenggaraan

pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui asas desentralisasi dan asas

dekonsentrasi. Berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi lahirlah daerah

otonom dan wilayah adminisratif yang mencerminkan pembagian tugas dan

wewenang atau fungsi pemerintahan.

Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu mengefektifkan kinerja

pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang sentralistik dipandang tidak

efisien dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat sebagai

mana yang dinyatakan oleh Nurlan Darise sebagai berikut:

Penyelenggaraan otonomi daerah, disamping merupakan amanat

konstitusi, juga merupakan kebutuhan objektif dalam penyelenggaraan

pemerintah saat ini. Pola penyelenggaraan pemerintah yang sentralistik

dimasa lalu tidak sesuai lagi, karena disamping tidak efisien, juga tidak

sesuai dengan perkembangan kehidupan msyarakat yang membaik dan

lebih maju karena faktor internal maupun faktor eksternal. (Nurlan Darise,

2007:13)

Sehingga negara Indonesia yang luas dan terdiri dari beberapa pulau yang

tersebar diseluruh pelosok nusantara, tidak bisa di urus secara sentralistik, karena

yang lebih mengetahui kebutuhan daerah adalah pemerintah daerah masing-

masing. Dengan pelaksanaan otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah

mamapu mengambil kebijakan secara otonom sesuai kebutuhan daerah masing-

masing, sehingga daerah bisa semakin berkembang dan akhirnya yang diharapkan

adalah kesejahteraan masyarakat meningkat.

Page 22: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1. Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian otonomi daerah secara etimologi berasal dari bahasa Yunani,

yaitu autos yang berarti sendiri, dan nomos yang berarti aturan. Dari aspek

etimologi, otonomi daerah berarti zelfwergwing atau perundingan sendiri.

Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Syarat teknis yang memungkinkan

terselenggaranya otonomi daerah meliputi faktor yang menjadi dasar

pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah,

sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan,

dan faktor lainnya.

Otonomi daerah dilihat dari fungsinya merupakan kebijakan yang bagus,

karena kebijakan otonomi daerah tersebut mengandung sejumlah nilai positif

setidaknya dalam hal seperti: mendekatkan pengambilan keputusan dengan

masyarakat, memungkinkan partisipasi warga atau citizen participation,

memungkinkan adanya perbedaan kemampuan politik daerah empowerment local

politics, kebijakan lebih sesuai dengan kebutuhan lokal, memungkinkan

kompetensi yang sehat antar daerah, menghindarkan monopolitik kebijakan, dan

pertumbuhan ekonomi akan lebih besar.

Nurlan Darise (2007:14) menyatakan bahwa ―Pemberian otonomi daerah

diarahan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat‖. Melihat

konsepsi tentang otonomi daerah diatas, sepintas tidaklah terlalu sulit bagi

Indonesia untuk mulai menerapkan kebijakan tersebut, sebab sejauh yang

diketahui publik atau masyarakat senantiasa merespon secara positif tentang

kebijakan otonomi daerah, memberikan peluang pendidikan politik termasuk

praktik berdemokrasi, mengefisienkan pelayanan publik, disamping mempercepat

pembangunan di daerah itu sendiri.

Page 23: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

2. Landasan Otonomi Daerah

Otonomi daerah sebagai perwujudan sistem penyelenggaraan

pemerintahan yang berdasarkan atas asas desentralisasi yang diwujudkan dengan

otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab dilaksanakan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang telah diatur kerangka landasannya dalam

Undang-Undang Dasar 1945 antara lain: (i) pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: ―Negara

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.‖ (ii) pasal 18 yang

menyatakan : ―Pembagian daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan

bentuk dan susunan pemerintahnnya ditetapkan dengan undang-undang dengan

memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan

negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah bersifat istimewa.‖

3. Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan pemberian otonomi daerah kepada daerah adalah memungkinkan

daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah

dalam memberikan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik,

pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta

pemeliharaan hubungan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta

pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah

dalam rangka menjaga keutuhan Negara Keasatuan Republik Indonesia.

Otonomi daerah dengan menggunakan asas desentralisasi ysng

diwujudkan dalam otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab lebih

tepat diterapkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena dengan

adanya desentralisasi akan memberikan berbagai keuntungan antara lain:

a. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan dipusat pemerintahan.

b. Dalam menghadapi masalah mendesak yang membutuhkan tindakan

yang lebih cepat, daerah tidak perlu menunggu lagi instruksi dari

pusat.

c. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk, karena setiap

keputusan dapat segera diselesaikan.

d. Dalam sistem desentralisasi, dapat diadakan perbedaan dan

pengkhususan bagi kepentingan tertentu.

e. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari pemerintah

pusat. (Josef Riwu Kaho, 2001:12)

Page 24: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

B. Sumber-Sumber Pendapan Daerah

Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tenteng Pemerintahan

Daerah bahwa Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Secara lebih rinci sumber-sumber pendaptan daerah terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 BAB VIII tentang Keuangan

Daerah pasal 157, PAD terdiri dari

a. Hasil Pajak Daerah

Pajak daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya di

daerah diatur lebih lanjut dengan Perda.

b. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi daerah juga ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanannya

di daerah diatur lebih lanjut dengan Perda. Pemerintahan daerah dilarang

melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah ditetapkan

undang-undang.

c. Hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ditetapkan dengan Perda

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

d. Lain-lain PAD yang sah

Lain-lain PAD yang sah ditetapkan dengan Perda berpedoman pada peraturan

perundang-undangan.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan terdiri atas:

a. Dana bagi hasil

Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumberdaya alam. Dana bagi hasil

yang bersumber dari pajak terdiri dari:

Page 25: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan,

pertambangan serta kehutanan;

2) Bea perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTP) sektor pedesaan,

perkotaan, perkebunan, pertambangan serta kehutanan;

3) Pajak Penghasilan (PPh) dan wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam terdiri dari:

1) Penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran hak pengusaha hutan

(IHPH), provinsi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi yang

dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan;

2) Penerimaan pertambangan umum yang berasal dari penerimaan iuran tetap

(landrent) dan penerimaan iuran eksplorasi (royalty) yang dihasilkan dari

wilayah daerah yang bersangkutan;

3) Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang dihasilkan dari

penerimaan pungutan pengusahaan perikanan dan penerimaan pungutan

hasil perikanan;

4) Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah daerah

yang bersangkutan;

5) Penerimaan pertambangan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah

yang bersangkutan;

6) Penerimaan pertambangan panas bumi yang berasal dari penerimaan

setoran bagian pemerintah, iuran tetap dan iuran produksi yang dihasilkan

dari wilayah daerah yang berangkutan.

b. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan berdasarkan persentase

tertentu dari pendataan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU

suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menetapkan pada

aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang formula dan perhitungan DAU-nya ditetapkan sesuai

dengan undang-undang.

Page 26: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c. Dana Alokasi Khusus

DAK dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu dalam rangka

pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk:

1) Mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah atas dasar

prioritas nasional;

2) Mendanai kegiatan khusus yang diusukan daerah tertentu.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendaptan daerah yang sah merupakan seluruh pendaptan daerah

selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat dan lain-

lain pendaptan daerah yang ditetapkan pemerintah.

C. Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani yang dikutip oleh

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2002:4), ‖Pajak adalah iuran kepada negara (yang

dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi—kembali, yang langsung

dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan

pemerintahan‖.

Sedangkan Prof. Dr. Mardiasmo (2003), ―pajak daerah adalah pajak yang

dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

daerah‖. Menurut Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2001

tentang Pajak Daerah, yang dinaksud pajak daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung

yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah.

Lebih jauh lagi Davey mengemukakan tentang pajak daerah yang diartikan

sebagai berikut:

Page 27: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

a. Pajak yang dipingut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari

daerah sendiri.

b. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional dimana bentuk

penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.

c. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah.

d. Pajak yang dipungut dan diadakan oleh Pusat tetapi hasil

penguntukannya diberikan kepada dan dibagikan hasinya dengan, atau

dibebani pungutan oleh pemerintah daerah. (Davey, 1989:39-40)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang

dipungut oleh pemerintah daerah tanpa ada imbalan langsung dan digunakan

untuk pembiayaan rumah tangga daerah. Pajak daerah diatur dalam undang-

undang dan hasilnya akan dimasukkan ke dalam APBD.

2. Timbulnya Pajak Daerah

Pajak Daerah timbul karena adanya pelaksanaan desentralisasi yang

menimbulkan daerah-daerah otonom yang memberikan kemungkinan bagi

pelaksanaan asas tugas perbantuan. Dan dengan keberadaan otonomi tersebut

maka tiap daerah diberikan hak dan kewenagan utnuk mengurus rumah tangganya

sendiri termasuk salah satunya adalah mengurus tentang pajak daerah.

Ada ciri-ciri yang membedakan pajak daerah degan pajak negara, adapun

ciri-ciri pajak daerah

a. Pajak daerah adalah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada

daerah sebagai pajak daerah.

b. Penyerahan dilakukan dengan undnag-undang

c. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan Undang-

undang dan atau peraturan hukum lainnya.

d. Hasil pungutan pajak daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran

daerah sebagai badan hukum publik. (Kano, 1990:130)

3. Ketentuan Umum Pajak Daerah

a. Dasar Hukum Pengenaan Pajak

Pemerintah Daerah dalam melakukan ektifitas memungut,

mengadministrasi dan menetapkan tarif pajak daerah harus sesuai dengan

peruangangan yang berlaku. Dasar hukum dalam penetapan pungutan pajak

daerah antara lain:

Page 28: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

1) Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 tentnag Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang nomor 34

tahun 2000 tentnag Perubahan atas Undang-undang nomor 18 tahun 1997.

2) Peraturan Peerintah nonor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

3) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 9 tahun 2002 tenteng Pajak Hotel.

4) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 10 tentng Pajak Restoran.

5) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 3 tahun 1998 tentnag Pajak

Hiburan.

6) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 5 tahun 1999 tentang Pajak

Reklame.

7) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 7 tahun 2003 tentang Pajak

Penerangan Jalan.

8) Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 11 tahun 2002 tentang Pajak

Parkir.

9) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dengan tegas menetapkan dasar

pengenaan pengenaan pajak untuk setiap jenis pajak daerah. Dasar

pengenaan pajak kota atau kabupaten adalah sebagai berikut:

a) Pajak Hotel dikenakan atas jumlah pembayaran yang dilakukan

terhadap hotel.

b) Pajak Restoran dikenakan atas jumlah pembayaran yang dilakukan

kepada restoran.

c) Pajak Hiburan dikenakan atas jumlah pembayaran atau yang

seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan.

d) Pajak Reklame dikenakan atas nilai sewa reklame yang didasarkan atas

nilai jual objek Pajak Reklame dan nilai strategis pemasangan reklame

e) Pajak Penerangan Jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang

dipakai.

f) Pajak pengambilan bahan galian golongan C dikenakan atas nilai jual

hasil pengambilan bahan galian golongan C.

Page 29: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

g) Pajak Parkir dikenakan atas penerimaan penyelenggaraan parkir yang

berasal dari pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakai

tempat parkir kendaraan bermotor

b. Jenis Pajak Daerah Kota Surakarta

Daerah kota atau kabupaten berhak untuk menentukan jenis pajak yang

dipungut oleh daerah. Peerintah Kota Surakarta melakkan pemungutan pajak

yang dipungut oleh daerah. Pemerintah Kota Surakarta melakukan pungutan Pajak

Daerah atas Hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan

jalan dan pajak parkir. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing pajak

tersebut:

1) Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas semua pelayanan hotel. Sedangakan yang

disebut hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan

dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan

dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran

(Perda Kota Surakarta no. 9 tahun 2002).

2) Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas semua pelayanan penjualan makanan dan

minuman di restauran. Dan yang disebut dengan Restoran adalah tempat

menyantap makanan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran,

tidak termasuk usaha jsa boga dan katering (Perda Kota Surakarta No. 10

Tahun 2002)

3) Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak atau pungutan setiap penyelenggaraan hibuaran.

Yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permaianan,

keramaian dan atau bidang jasa lain atau dinikmati oleh setiap orang dengan

dipungut bayaran, tidak termasuk dalam fasilitas untuk olahraga (perda Kota

Surakarta No. 3 tahun 1998)

Page 30: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

4) Pajak Reklame

Pajak relame adalah iuran wajib yang dilakukan kepada pribadi atau badan

kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang atas penyelenggaraan

reklame. Sedangkan pengertian reklame itu sendiri adalah benda, alat,

perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya

untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan

dan memujikan suatu barang, jasa atau orang, atau untuk menarik perhatian

umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat

dilihat, dibaca, dan atau didengar dari satu tempat oleh umum kecuali yang

dilakukan oleh pemerintah (Perda Kota Surakarta No. 5 tahun 1999).

5) Pajak Penerangan Jalan

Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga

listrik (Perda Kota Surakarta No. 7 Tahun 2003)

6) Pajak Parkir

Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir

diluar badan jalan oleh orang atau pribadi atau badan, baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotot, tidak bermotor

dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Dan yang dimaksud

fasilitas parkir diluar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang dibuat

khusus yang dapat berupa badan taman parkir atau gedung parkir. Sedangkan

faslitas parkir untuk umum adalah faslitas parkir diluar badan jalan berupa

taman parkir atau gedung parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang

berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir. (Perda Kota

Surakarta no 11 tahun 2002)

c. Tarif Pajak Daerah

Penentuan besarnya tarif pajak yang diberlakukan pada setiap jenis pajak

daerah memegang peranan penting. Tarif Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh

Pemerintah Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang

Page 31: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

ditetapkan dengan pembatasan tarif paling tinggi, yang berbeda untuk setiap jenis

pajak daerah antara lain:

1) Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10%

2) Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%

3) Tarif Pajak Hiburan ditertapkan paling tinggi sebesar 35%

4) Tarif Pajak Reklame ditetaapkan paling tinggi sebesar 25%

5) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

6) Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ditetapkan paling tinggi

sebesar 20%

7) Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 20%

Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling tinggi, terdapat

pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak daerah kota atau

kabupaten. Penetapan tarif pajak daerah ditetapkan dengan peraturan daerah.

Dengan memperhatikan kondisi masing-masing daerah kota atau kabupaten, tarif

pajak kota atau kabupaten ditetapkan tidak seragam. Hal ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa tarif yang berbeda untuk jenis-jenis pajak kota atau

kabupaten tidak akan mempengaruhi pilihan wajib pajak untuk melakukan

kegiatan yang dikenai pajak.

Penetapan tarif yang paling tinggi tesebut bertujuan utnuk memberikan

perlindungan kepada masyarakat dari penetapan tarif yang terlalu membebani

sedangkan tarif paling rendah tidak ditetapkan untuk emberi peluang kepada

pemerintah daerah untuk mengatur sendiri besarnya tarif pajak yang sesuai

dengan kondisi masyarkat di daerahnya.Termasuk membebaskan pajak bagi

masyarakat yang tidak mampu. Dan dalam penetapan tarif pajak juga dapat

diadakan klasifikasi atau penggoongan tarif berdasarkan kemampuan wajib pajak

atau berdasarkan jenis objek pajak

D. Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah

1. Efisiensi

Efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat

dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan

Page 32: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang

digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasioanal dapat dikatakan efisien

apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan

sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (Spending well).

Tolok ukur hasil kebijakan anggaran pajak yaitu:

a. Hasil guna (effectivness)

Hasil guna pajak adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan

suatu pajak dan potensi pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak

membayar pajak masing-masing dan membayar seluruh pajak

terhutang masing-masing.

b. Daya Guna (efficiency)

Daya guna adalah bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk

menutup biaya pemungutan atas pajak yang bersangkutan.

c. Upaya Pajak

Upaya pajak merupakan pengukuran hasil sistem suatu pajak

dibandingkan dengan kemampuan membayar pajak daerah yang

bersangkutan. (Devas, 1989:43)

2. Pengukuran Efisiensi

Mengukur tingkat input dari organisasi sektor publik terhadap tingkat

outputnya sektor publik. Pengukuran tingkat efisiensi memerlukan data-data

realisasi biaya utuk memperoleh pendapatan dan data realisasi pendapatan.

Berukut formula untuk mengukur tingkat efisiensi:

Kriteria Efisiensi adalah :

Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti efisien.

Jika diperoleh nilai sama dengan 100% ( x = 100%) berarti efisiensi

berimbang.

Jika diperoleh nilai lebih dari 100% ( x > 100%) berarti tidak efisien.

Realisasi Biaya untuk Meraih Pendapatan

Efisiensi = x 100%

Realisasi Pendapatan

Page 33: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

E. Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah

1. Efektivitas

Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan

atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya

berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan

operasioanal efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran

akhir kebijakan (spending wisely)

2. Pengukuran Efektivitas

Mengukur tingkat output dari organisasi sektor publik terhadap target-target

pendapatan sektor publik. Pegukuran tingat efektivitas memerlukan data-data

realisasi pendapatan dan anggaran atau taregt pendapatan. Berikut formula untuk

mengukur tingkat efisiensi:

Kriteria Efektivitas:

Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti tidak efektif.

Jika diperoleh nilai sama dengan 100% ( x = 100%) berarti efektivitas

berimbang.

Jika diperoleh nilai lebih dari 100% ( x > 100%) berarti efektif.

F. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Mohammad Ridunsyah dengan, bahwa Penerimaan

Pendapatan Daerah merupakan sumber penerimaan yang signifikan bagi

pembiayaan rutin dan pembangunaan di suatu daerah otonom. Jumlah

penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh

banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang ditetapkan serta

disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan

kedua komponen tersebut. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi

Realisasi Pendapatan Efektivitas = x 100%

Target Penerimaan

Page 34: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

daerah terhadap perolehan PAD Pemerintah Kota Bogor dalam kurun waktu

tahun anggaran 1993/1994 – 2000 cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi

sebesar 27,78% per tahun. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi

daerah terhadap total penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya,

dikaitkan dengan kemempuannya untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat

cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 1993/1994 – 2000

rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang

berasal dari retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan

kontribusi rata-rata per tahunnya sebesar 15,61% dengan rata-rata pertumbuhan

per tahunnya sebesar 5,08% per tahun. Untuk meningkatkan kontribusi

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total penerimaan PAD

dan sekaligus memperbesar kontribusinya terhadap APBD Pemda Kota Bogor

perlu dilakukan beberapa langkah diantranya perlu dilakukan peningkatan

intensifikasi pemungutan jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah, kemudian

dilakukan ekstensifikasi dengan jalan memberlakukan jenis pajak dan retribusi

daerah baru sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Heru Priyo Digdo, yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi retribusi daerah terhadap PAD, seberapa

besar tingkat kecenderungan efektivitas retribusi daerah, seberapa besar tingkat

elastisitas retribusi terhadap perubahan PAD dan bagaimana prospek realisasi

penerimaan retribusi daerah pada tahun yang akan datang dengan menggunakan

trend. Penelitian dilakukan dilakukan di Kabupaten Bantul dengan data yaitu

realisasi penerimaan retribusi daerah dan penerimaan PAD dari tahun anggaran

1994/1995-2003.

Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan kontribusi retribusi daerah

Kabupaten Bantul terhadap PAD pada periode tahun anggaran 1994-1995-2003

mengalami penurunan dari 67,6% pada tahun 1994/1995 menjadi 56,2% pada

tahun 2003. Efektivitas pengelolaan retribusi terhadap PAD dari tahun anggaran

1994/1995 – 2003 bisa dikatakan cenderung efektif karena target yang ditetapkan

dapat tercapai dan efektivitasnya diatas 100% dengan nilai total rata-rata

Page 35: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

efektivitasnya adalah sebesar 102,2%. Elastisitas retribusi terhadap PAD di

Kabupaten Bantul selama tahun anggaran 1995/1996-2003 menujukan nilai

koefisien elastisitasnya rata-rata 1,04%, hal ini berarti retribusi daerah bersifat

elastis karena retribusi daerah relatif peka terhadap PAD. Analisis trend retribusi

terhadap PAD untuk masa yang akan dating yaitu tahun anggaran 2004-2005

cenderung mengalami peningkatan. Terbukti dari hasil perhitungan dan analisis

trns retribusi pada dua tahun ke depannya diprediksikan meningat.

Page 36: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

G. Kerangka Pemikiran

Rendahnya rasio kemandirian keuangan daerah di Kota Surakarta menjadi

persoalan yang penting untuk dikaji lebih lanjut. Rendanya kemandirian

keuangan daerah bisa ditinggatkan dengan meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah. Pajak Daerah merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah

yang paling besar nilainya. Sehingga dalam penelitian ini akan dihitung tingkat

efisiensi dan efektivitas pungutan Pajak Daerah. Penelitian ini menggunakan data

tahun anggaran 2004 sampai dengan tahun 2009, dihitung pada tingkat efisiensi

pemungutan Pajak Daerah sudah efisien ataukah belum efisien. Sedangakan

dalam tingkat efektivitasnya, apakah selama lima tahun terakhir pemungutan

Pajak Daerah berada pada tingkat efektif (sesuai target) atau belum efektif (tidak

sesuai target).

Rendahnya Rasio

Kemandirian Keuangan

Daerah

Tingkat Efisiensi Tingkat Efektivitas

Belum Efisien Sudah Efisien Sesuai Target Tidak Sesuai

Kebijakan Kebijakan

Pendapatan Asli Daerah

Optimal

Pajak Daerah Sebagai

Komponen Utama PAD

Pemungutan Pajak Daerah

Page 37: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dengan mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas pemungutan Pajak

Daerah, dapat membantu Pemerintah Kota Surakarta dalam menentukan

kebijakan yang ditempuh guna meningkatkan penerimaan pajak daerah sehingga

dapat mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah.

Page 38: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah Pemerintah Kota

Surakarta yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman No. 2 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai

dengan bulan Nopember 2010.

B. Populasi dan Sampel

Murti Sumarni (2005:69) mengatakan bahwa, ―populasi merupakan

keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang

terbatas (finite) maupun tidak terbatas (infinite). Populasi dapat berupa subyek

yang mempunyai kualitas.‖ Ia juga menyatakan, ―sampel adalah bagian populasi

yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.‖ (Murti Sumarni,

2005:70)

Populasi dalam penelitian ini adalah kualitas subyek penelitian, yaitu

kinerja pemungutan Pajak Daerah Pemerintah Kota Surakarta yang meliputi

target, realisasi, dan biaya pemungutan Pajak daerah Surakarta. Dalam penelitian

ini tidak mengambil sampel dari seluruh populasi. Obyek dalam penelitian ini

adalah seluruh kinerja pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2002 s.d.

2009.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari subyeknya

Page 39: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

maupun berdasarkan informasi dari pihak lain yang dianggap relevan, yaitu

sumber tertulis yang berupa sumber tidak tertulis.

Dokumen yang diguakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersal dari beberapa instansi terkait atau Kantor Dinas yang berkaitan langsung

dengan penggalian Pendapatan Asli Daerah. Sumber meliputi:

1. Realisasi Pendapatan Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009.

2. Realisasi penerimaan Pandapatan Asli Daerah Kota Surakarta tahun 2004-

2009.

3. Target pendapatan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009

4. Realisasi pendapatan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009.

5. Biaya pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode dokumentasi dan kepustakaan.

1. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1999:148) mengatakan bahwa ―dokumentasi

adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasati, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.‖ Jadi metode dokumentasi merupakan suatu laporan tertulis dari suatu

peristiwa dan sengaja disimpan sebagai dokumen atau sumber data.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen rencana

anggaran penggalian Pendapatan Asli Daerah dan realisasi Pendapatan Asli

Daerah Kota Surakarta yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Aset Daerah Pemerintah Kota Surakarta.

2. Metode Kepustakaan

Merupakan metode pengumpulan data dengan jalan menggunakan

pedoman dari buku-buku literatur yang ada hubungnnya dengan penelitian.

Page 40: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

D. Rancangan Penelitian

Murti Sumarni (2005:47) mengatakan bahwa, ―desain penelitian merupakan

perencanaan, struktur, dan strategi penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan

dan mengendalikan penyimpangan yang mungkin terjadi.‖

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa kontribusi dan tingkat

efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta. Bentuk

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan

analisis rasio. Mudrajad Kuncoro (2003) mengatakan bahwa, ―analisis kuantitatif

merupakan analisis yang menggunakan data yang dikutip dalam suatu skala

numerik atau angka.‖ Analisis deskriptis menurut Murti Sumarni (2006:101)

mengatakan bahwa, ―analisis deskriptif berguna untuk menunjukkan pengukuran

kondisi atau posisi suatu subyek pada waktu tertentu‖.

Proses penelitian ini diawali dengan pengambilan data-data yang terkait

dengan kierja pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta, yang meliputi data

realisasi Pendapatan Asli Daerah, terget pemungutan Pajak Daerah, realisasi

pemungutan Pajak Daerah, dan biaya pemungutan Pajak Daerah. Data yang sudah

terkumpul dilakukan proses berikutnya yaitu penghitungan secara kuantitatif

kontribusi, efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah dengan

menggunakan metode analisis rasio, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Hasil analisis kemudian di diskripsikan untuk menjelaskan kontribusi dan tingkat

efisiensi dan efektifitas pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta beserta faktor-

faktor yang mempengaruhi.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses urut-urutan data dengan mengorganisir data

dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan mengunakan metode analisis rasio atau Cost of

Collection Efficiensy Ratio (CCER), yaitu dengan membandingkan input atau

biaya yang dikeluarkan dalam pemungutan Pajak Daerah dan realissasi

penerimaan Pajak Daerah. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan

Page 41: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Pajak Daerah dilakukan dengan membandingkan antara target penerimaan Pajak

Daerah dengan Realisasi penerimaan Pajak Daerah.

1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah

Terhadap Pendapatan Daerah

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah adalah indikator yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar sumbangan Pendapatan Asli Daerah terhadap total

Pendapatan A Daerah. Untuk menghitung kontribusi Pendapatan Asli Daerah

terhadap Pandapatan Daerah menggunakan rumus sebagai berikut:

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah menunjukkan tingkat rasio

kemandirian keuangan daerah. Semakin tinggi kontribusi Pendapatan Asli Daerah,

berarti semakin tinggi rasio kemandirian keuangan daerah. Artinya semakin

tinggai rasio kemandirian keuangan daerah Pemerintah Kota Surakarta sudah

mampu mengoptimalkan penggalian potensi Pendapatan Asli Daerah dan

ketergantungan keuangan daerah terhadap Dana Perimbangan dari Pemerintah

Pusat semakin rendah. Dengan demikian Pendapatan Daerah tinggi dan bisa

digunakan sebesar-besarnya untuk pembangaunan daerah.

2. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kontribusi Pajak Daerah adalah indikator yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar sumbangan Pajak Daerah terhadap total Pendapatan

Asli Daerah. Untuk menghitung kontribusi Pajak Daerah terhadap Pandapatan

Asli Daerah menggunakan rumus sebagai berikut:

Penerimaan Pajak Daerah tahun ke-n

Kontribusi Pajak Daerah = x 100%

Penerimaan PAD tahun ke-n

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahun ke-n

Kontribusi PAD = x 100%

Pendapatan Daerah tahun ke-n

Page 42: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Semakin besar penerimaan Pajak Daerah berarti semakin besar pula

tingkat kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dimana bila

kontribusi Retribusi Daerah semakin tinggi maka Pendapatan Asli Daerah akan

meningkat. Apabila terjadi hal sebaliknya dimana kontribusi Pajak Daerah turun

maka perlu usaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui

pemungutan Pajak Daerah.

3. Tingkat Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah

Efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat degan

konsep produktivitas. Menurut Mohammad Mahsun (2006: 187) menyatakan

bahwa ―Pengukuran efisiensi dilakukan dengan mengguakan perbandingan antara

output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost output)”. Sehingga

untuk mengukur tingkat efisiensi pemungutan Pajak Daerah adalah dengan

membandingkan biaya untuk memperoleh Pajak Daerah dengan hasil perolehan

Pajak Daerah.

Untuk menghitung efisiensi pemungutan Pajak Daerah menggunakan

rumus sebagai berikut:

Kriteria Efisiensi adalah :

Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti efisien.

Jika diperoleh nilai sama dengan 100% ( x = 100%) berarti efisiensi

berimbang.

Jika diperoleh nilai lebih dari 100% ( x > 100%) berarti tidak efisien.

4. Tingkat Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah

Efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan

tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektifitas pada dasarnya

berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan

operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan

Biaya Pemungutan Pajak Daerah tahun ke-n

Efisiensi Pajak Daerah = x 100%

Penerimaan Pajak Daerah tahun ke-n

Page 43: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dan sasaran akhir. Untuk menghitung efektivitas pemungutan Pajak Daerah

dilakukan dengan membandingkan antara realisasi pendapatan Pajak Daerah

dengan target pendapatan Pajak Daerah. Menurut Mohammad Mahsun (2006:187)

menyatakan bahwa ―Pengukuran tingkat efektivitas memerlukan data-data

realisasi pendapatan dan anggaran atau target pendapatan.‖

Untuk menghitung efektivitas pemungutan Pajak Daerah bisa dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria Efektivitas:

Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.

Jika diperoleh nilai sama dengan 100% ( x = 100%) berarti efektivitas

berimbang.

Jika diperoleh nilai lebih dari 100% ( x >100%) berarti efektif.

Realisasi Pendapatan Pajak Daerah tahun ke-n

Efektivitas Pajak Daerah = x 100%

Target Penerimaan Pajak Daerah tahun ke-n

Page 44: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Kota

Surakarta dikenal sebagai kota perdagangan dan jasa. Kota Surakarta saat ini telah

mengalami pertumbuhan yang pesat, karena letaknya yang strategis, karena diapit

oleh Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Selain itu

Kota Surakarta juga berada di tengah-tengah di antara wilayah DIY dan

Semarang, hal ini sangat menguntungkan karena dapat meningkatan pendapatan

daerah yaitu yang berasal dari sektor pariwisata dan perdagangan.

Tumbuhnya sektor perdagangan dan jasa di Kota Surakarta memicu

tumbuhnya potensi pendapatan Pajak Daerah Kota Surakarta, yang merupakan

salah satu penopang pendaptan Asli Daerah Kota Surakarta, sehingga menarik

untuk melakukan penelitian tentang Pajak Daerah di Kota Surakarta. Berikut di

sampaikan deskripsi Kota Surakarta yang meliputi kondisi geografis, kondisi

sosial dan sumber daya manusia, dan kondisi ekonomi regional.

1. Kondisi Geografis dan Sumberdaya Alam

Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan

sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan

pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter diatas permukaan air laut.

Dengan luas sekitar 44km2, Kota Surakarta terletak di antara 110 45’ 15‖ – 110

45’ 35‖ Bujur Timur dan 70’ 36‖ – 70’ 56‖ Lintang Selatan. Kota Surakarta

dibelah dan dialiri oleh tiga sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes,

dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada zaman dahulu sangat terkenal dengan

keelokan panorama serta lalu lintas perdagangan.

Batas wilayah kota Surakarta sebelah utara adalah Kabupaten Karanganyar

dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah timur adalah Kabupaten

Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Batas wilayah sebelah barat adalah

Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedang batas wilayah sebelah

Page 45: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah

kecamatan yang terdiri dari 51 kelurahan yang mencangkup 592 RW dan 2644

RT.

Suhu udara maksimum Kota Surakarta adalah 32,5o Celcius, sedang suhu

udara minimum adalah 21,9o Celcius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS

dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240o.

Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang

6 bulan tiap tahunnya.

Kota Surakarta merupakan salah satu Kota Budaya di Indonesia, hal ini

dapat dilihat dengan adanya peninggalan sejarah yaitu berupa bangunan Keraton

Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran, bangunan oleh kolonialisme Belanda

Benteng Verstenburg dan Bangunan Pasar Gedhe Hardjonegoro yang dahulu kala

merupakan pusat perekonomian di Kota Surakarta.

Kota Surakarta merupakan urban area, sehingga potensi sumber daya alam

yang terkandung di dalamnya relatif terbatas. Sebagaimana karakteristik daerah

perkotaan lainnya, sektor pertanian di Kota Surakarta memiliki peranan dan

kontribusi yang semakin menurun dalam pembentukan produksi daerah, bahkan

untuk kepentingan penyediaan hasil bumi, Kota Surakarta mengandalkan dari

daerah sekitar, baik produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan,

maupun peternakan. Lahan pertanian yang ada di wilayah Kota Surakarta sudah

banyak beralih fungsi menjadi areal pemukimam dan industri.

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia

Kondisi sosial politik sejak tahun 2004 lalu dapat dikatakan relatif tenang

dan stabil. Modal dasar ini nampaknya tidak disia-siakan oleh para pelaku

ekonomi. Pulihnya Pasar Gedhe juga member andil bergeraknya pembangunan

ekonomi di Kota Surakarta. Keadaan di atas tentu merupakan hasil upaya terpadu

baik dari pemerintah maupun masyarakat. Tahun 2004 merupakan tahun dengan

situasi sosial politik yang paling kondusif sejak terjadinya krisis multidimensi

beberapa waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi tumbuh

kembali secara sehat.

Page 46: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Jumlah penduduk yang besar di suatu wilayah merupakan unsur penting

bagi pembagunan. Penduduk yang besar jika dibina dan dikembangkan dengan

baik akan menjadi potensi dan Sumber Daya Manusia yang tangguh dalam

mendukung pembangunan. Jumlah penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun

terus bertambah. Penduduk merupakan sumber daya manusia yang secara

potensial dan dinamis mampu mengelola Sumber Daya Alam dan Sumber daya

Buatan yang ada yang ada untuk mecapai tingkat produktivitas yang optimal

sehingga dapat meningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas. Meningkatnya

jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

di karenakan untuk di Jawa Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota yang

cukup maju dan berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di jawa tengah.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Total Rasio Jenis

Kelamin

1 2 3 4 5

2003 242,591 254,643 254,643 95,27

2004 249,278 261,433 261,433 95,35

2005 250,868 283,672 283,672 88,44

2006 254,259 258,639 258,639 98,31

2007 246,132 269,240 515,372 91,42

2008 247,245 275,690 522,935 89,68

Sumber: BPS Kota Surakarta

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522,935 jiwa

terdiri dari 247,245 laki-laki dan 275,690 perempuan. Jumlah penduduk tahun

2008 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk lima tahun sebelumnya pada

tahun 2003 hasil sensus sebesar 254,643 jiwa, berarti dalam lima tahun terakhir

Kota Surakarta mengalami kenaikan sebanyak 21,047 jiwa. Meningkatnya jumlah

penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.

Page 47: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 4. Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi

dan Jumlah Penduduk Kota Surakarta tahun 2008

Kecamatan Luas

Wilayah

(km2)

Jumlah

Penduduk

Kelurahan Kepadatan

Penduduk

1 2 3 4 5

Serengan 3,19 63,558 7 19,899

Laweyan 8,63 109,930 11 12,723

Jebres 12,58 142,292 11 11,311

Pasar Kliwon 4,82 87,980 9 18,272

Banjarsari 14,81 162,093 13 10,945

Jumlah 44,04 565,853 51 12,849

Sumber : BPS Kota Surakarta

Apabila jumlah penduduk pada Tahun 2008 tersebut dibandingkan dengan

luas wilayah yang sebesar 4.404 km2, kepadatan penduduknya adalah 12.849

jiwa/km2 yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, 51 kelurahan yang mencakup 529

RW dan 2645 RT. Sebagaian besar penduduk bekerja di sektor perdagangan dan

juga sektor industri dan jasa. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah

kecamatan Banjarsari. Sedangan yang paling sempit wilayahnya adalah Serengan.

Dan wilayah serengan merupakan kecamatan yang terpadat penduduknya, dengan

luas wilayah yang kecil yaitu 3,19 km2

kepadatan pendudunya mencapai 19.899

jiwa/km2.

Page 48: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta

Tahun 1995-2008

Tahun Jumlah

Penduduk

Pertumbuhan Jiwa dari

Kurun Waktu Sebelumnya

Pertumbuhan

Penduduk (%)

1 2 3 4

2003 497234 7020 0.48

2004 510711 13477 2.71

2005 534540 23829 4.66

2006 512898 -21642 -4.05

2007 515372 2.474 0,48

2008 522.935 7.563 1,47

Sumber : BPS Kota Surakarta

Berdasarkan tabel pertumbuhan penduduk diatas, penduduk di wilayah

Kota Surakarta selalu mengalami tingkat pertumbuhan yang positif, kecuali pada

2006. Pada tahun 2006, pertumbuhan penduduk di angka -4,05% hal ini terjadi

karena adanya factor mortalitas atau kematian dan berpindahnya tempat tinggal

seseorang.

3. Kondisi Sosial Ekonomi

a. Kemampuan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk

menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang ditempuh, dalam hal ini

pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Surakarta,

komposisi penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:

Page 49: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 6. Penduduk Usia 5 tahun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang

ditamatkan di Kota Surakarta tahun 2008

Pendidikan Tertinggi Laki-laki Perempuan Jumlah Total

1 2 3 4

Tdk Punya Ijasah SD 36.745 41.008 77.752

SD 36.268 49.779 86.047

SMP Umum / Kejuruan 41.246 43.139 84.384

Madrasah Tsanawiyah 474 474 948

SMU 1423 1897 3.319

Madrasah Aliyah 54.995 53.341 108.337

SMK 237 474 711

D I / II 12.566 14.220 26.786

D III/Sarmud 1.658 3.319 4.977

DIV /S1 9.244 10.902 20.146

S2/S3 28.448 24.656 53.103

JUMLAH 1.897 24.656 53.103

Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2006 (diolah)

Pendidian yang paling tinggi yang ditamatkan di wilayah Kota Surakarta

yang jumlahnya paling besar adalah tamatan Madrasah Aliyah. Sedangan untuk

urutan yang ke dua, adalah penduduk dengan lulusan SD. Kemudian penduduk

tamatan SMP berada di urutan ke tiga. Sedangan untuk tamatan dari sebuah PT

atau seorang sarjana sebesar 20.146jiwa. Pendidikan terakhir seseorang

penduduk dapat menentukan tingkat mata pencaharian di wilayah Kota

Surakarta.

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah penduduk yang

bekerja (usia 10 tahun ke atas) menurut pekerjaan yang dijalaninya. Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistik Surakarta, pada tahun 2008 jenis lapangan

Page 50: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

pekerjaan yang ditekuni penduduk Kota Surakarta ada berbagai macam. Pada

table dibawah akan memperlihatkan banyaknya penduduk menurut mata

pencahariannya.

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(Usia 10 tahun ke atas) di Kota Surakarta Tahun 2007-2008

Mata Pencaharian 2007 2008

1 2 4

Petani Sendiri 450 456

Buruh Tani 438 429

Pengusaha 8.752 8.254

Buruh Industri 74.655 70.034

Buruh Bangunan 63.114 62.759

Pedagang 32.710 32.374

Angkutan 15.347 15.776

PNS/TNI/POLRI 26.445 26.424

Pensiunan 16.974 22.683

Lain-lain 162.526 162.290

JUMLAH 401.411 401.179

Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2006 (diolah)

Mata pencaharian yang paling banyak berdasarkan tabel diatas adalah

sebagai buruh industri sebesar 70.034. banyak penduduk Sedangan dari mata

pencaharian yang lain menunjukan angka pertumbuhan yang negatif, ini berarti

banyak penduduk yang alih profesi.

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu

daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga konstan berarti dalam

perhitungan telah dihilangkan pengaruh-pengaruh terhadap merosotnya nilai

mata uang.

Page 51: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2007-2008 berdasarkan harga

konstan 2000 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2005-2006

(Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2007 2008

1 2 4

Pertanian 4.259,39 4.726,23

Penggalian 2.525,78 2.945,24

Industri Pengolahan 1.681.790,35 1.838.499,20

Listrik, Gas, dan Air bersih 186.120,5 203.337,92

Bangunan 924.664,68 1.140.846,43

Perdagangan, Hotel, dan

Restoran

1.711.789,42 1.984.698,20

Angkutan dan Komunikasi 802.106,24 884.951,75

Keuangan, Sewa, dan Jasa

Perusahaan

763.887,99 863.921,29

Jasa-jasa 831.953,32 977.959,30

PDRB 6.909.094,57 7.901.886,06

Sumber : Kota Surakarta Dalam Angka 2006 (diolah)

Berdasarkan table 4.6 di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007-2008

sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran memberikan kontribusi paling besar

pada PDRB Kota Surakarta. Dan yang memberikan kontribusi paling kecil

adalah sektor penggalian yaitu sebesar 2.945,24. Sektor pertanian merupakan

sektor yang konstan. Dan untuk sektor-sektor lainnya (industri pengolahan;

bangunan; perdagangan; angutan dan kominikasi; keuangan, sewa dan jasa

perusahaan dan jasa-jasa) mengalami kenaikan.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta

Komponen Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan dari Pusat, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Pendapatan

Page 52: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Asli Daerah merupakan salah satu dari komponen Pendapatan Daerah yang

harapannya mampu digali dan dioptimalkan oleh Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan Pendapatan Daerah. Salah satu dari tujuan diberlakuannya otonomi

daerah adalah Pemerintah Daerah mampu mengelola dan mengoptimalkan potensi

daerahnya sehingga mampu mendorong meningkatnya Pendapatan Daerah.

Mengetahui seberapa besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap

Pendapatan Daerah Kota Surakarta menjadi penting diteliti, untuk mengetahui

seberapa besar potensi daerah Kota Surakarta yang sudah dioptimalakan oleh

Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya meningkatkan Pendapatan Daerah Kota

Surakarta.Tinggi rendahnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta

menentukan tingkat kemandirian keuangan daerah dan salah satu tolok ukur

tingkat keberhasilan pembangunan daerah

2. Kontribusi Pajak Daerah Kota Surakarta

Pajak Daerah merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah,

sehingga menjadi penting untuk meneliti lebih lanjut tentang kontribusi Pajak

Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Kontribusi Pajak

Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah indikator yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar sumbangan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli

Daerah, sekaligus bisa digunakan untuk membandingkan Sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah yang lain. Semakin besar hasil pemungutan Pajak Daerah

Kota Surakarta, harapannya mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta.

3. Tingkat Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Efisiensi merupakan hubungan atau perbandingan antara input yang

digunakan dengan output yang dihasilkan.Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah

merupakan hubungan antara biaya yang digunakan untuk memungut Pajak Daerah

dengan hasil pemungutan Pajak Daerah. Mengetahui tingkat efesiensi

pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta menjadi penting untuk mengetahui

bagaimana proses pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta, dan sejauh mana

Page 53: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

potensi Pajak Daerah bisa di optimalkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah. Pemungutan dikatakan efisien jika hasil pemungutan Pajak Daerah bisa

dilakukan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Harapannya semakin efesien

pemungutan Pajak Daerah, mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta.

4. Tingkat Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Efektifitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan

tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Efektifitas pemungutan Pajak Daerah

merupakan hubungan antara hasil pemungutan Pajak Daerah dengan target

pemungutan Pajak Daerah yang sudah ditetapkan. Tingkat efektifitas pemungutan

Pajak Daerah Kota Surakarta penting untuk diketahui untuk melihat seberapa

besar tingkat capaian hasil penggalian Pajak Daerah Kota Surakarta terhadap

terget yang sudah ditetapkan. Pemungutan Pajak Daerah dikatakan efisien jika

target pemungutan setiap tahunnya terpenuhi. Semakin tinggi tingkat efesiensi

pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta, harapannya semakin mendorong

peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan Daerah

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah dihitung

dengan menghitung persentase Pendapatan Asli Daerah yang merupakan bagian

dari Pendapatan Daerah. Tinggi rendahnya Pendapatan Asli Daerah menentukan

tingkat kemandirian keuangan daerah dan optimalisasi penggalian potensi

pendapatan daerah. Tinggi rendahnya kemandirian keuangan daerah menjadi

tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah, karena salah satu tujuan dari

otonomi daerah adalah kemampuan daerah dalam membiayai pembanguan daerah

dengan mengoptimalkan penggalian Pendapatan Asli Daerah. Berikut kita sajikan

tabel kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah pada tahun

2004-2009 :

Page 54: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 9. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap

Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009

Tahun

Anggaran

Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Pendapatan Daerah Kontribusi

1 2 3 4

2004 59.101.372.207 369.147.584.321 16,01%

2005 66.134.871.255 373.595.789.346 17,70%

2006 78.637.865.549 510.880.033.618 15,39%

2007 89.430.977.982 601.429.870.735 14,87%

2008 102.989.919.369 751.267.161.957 13,71%

2009 101.972.318.682 728.938.187.952 13,99%

Rata-Rata Tingkat Kontribusi 15,28%

Sumber : DKRPP Pemkot Surakarta (data diolah)

Grafik 4.1. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota

Surakarta Tahun 2004-2009

Dari tabel 4.7 bisa diketahui bahwa kontribusi Pendapatan Asli Daerah

terhadap Pendapatan Daerah Kota Solo tahun 2004-2009 masih rendah. Dengan

demikian tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Solo masih rendah. Rata-rata

tingkat kontribusi Pendapatan Asli Daerah hanya mencapai 15,28% dari seluruh

total Pendapatan Daerah Kota Surakarta. Dalam artian, Pendapatan Daerah Kota

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kontribusi PAD

Page 55: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Surakarta masih didominasi oleh Dana Perimbnagan dari Pemerintah Pusat baik

Dana Alokasi Umum (DAU) ataupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Bahkan pada

tahun 2009 kontribusi Pendapatan Asli Daerah hanya mencapai 13,99%,

walaupun realisai Pendapatan Asli Daerah dari tahun ke tahun meningkat, namun

tingkat kontribusi Pendapatan Asli Daerah masih rendah. Dengan demikian

diperlukan penghitungan potensi Pendapatan Asli Daerah, untuk menentukan

terget penggalian Pendapatan Asli Daerah yang akhirnya seluruh potensi

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta bisa dioptimalkan untuk digali. Dengan

demikian kemandirian keuangan daerah Kota Surakarta semakin meningkat, dan

bisa digunakan seoptimal mungkin untuk pembangunan daerah.

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009

Grafik 4.1 menunjukkan bahwa kontribusi Pendapatan Asli Daerah secara

umum kecenderungannya menurun, tertinggi pada tahun 2005 yaitu sebesar

17,7% dan terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 13,71%. Namun realisasi

Pendapatan Asli Daerah memiliki kecenderungan naik dari tahun ke tahun. Pada

grafik 4.2 bisa diketahui realiasasi Pendapatan Asli Daerah terendah pada tahun

2004 sebesar Rp 59,101,372,207,00 dan terus naik tertinggi pada tahun 2008

sebesar Rp 102,989,919,369,00. Dari sini bisa dilihat bahwa kontribusi

0

20,000,000,000

40,000,000,000

60,000,000,000

80,000,000,000

100,000,000,000

120,000,000,000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Realisasi PAD

Page 56: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Pendapatan Asli Daerah cenderung mengalami penurunan pada saat realisasi

Pendapatan Asli Daerah cenderung mengalami kenaikan, hal ini karena

Pendapatan Daerah Kota Surakarta mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya,

terendah pada tahun 2005 sebesar Rp 369,147,584,321,00 dan tertinggi pada

tahun 2008 sebesar Rp 728,938,187,952,00. Hal ini menunjukkan bahwa Dana

Perimbangan dari Pemerintah Pusat masih mendominasi anggaran daerah Kota

Surakarta dan terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun..

Grafik 4.3 Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009

Dari grafik 4.2 dan grafik 4.3 bisa diketahui bahwa Pendapatan Daerah

dan Pendapatan Asli Daerah tertinggi pada tahun 2008, hal ini karena pada tahun

2008 Pemerintah Kota Surakarta mamapu melebihi target Pendapatan Daerah dan

Pendapatan Asli Daerah yang sudah di tetepkan. Anggaran Pendapatan Daerah

tahun 2008 setelah perubahan ditergetkan sebesar Rp 732.622.437.640, mampu

direalisasikan sebesar Rp 751.267.161.957,00 atau melebihi terget anggaran

sebesar Rp18.644.724.317,00 artinya realisasi anggaran melebihi terget anggaran

Pendapatan Daerah sebesar 102,54%. Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2008

ditergetkan sebesar Rp 96.199.901.000,00 mampu direalisasikan sebesar Rp

102.989.919.369,00 melebihi target sebesar Rp 6.790.018.369,00 atau melebihi

target sebesar 107.06%.

2. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

0

200,000,000,000

400,000,000,000

600,000,000,000

800,000,000,000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pendapatan Daerah

Page 57: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah

indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan Pajak

Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah, sekaligus bisa digunakan untuk

membandingkan dengan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang lain.

Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dihitung dengan

membandingkan antara realisasi pendapatan Pajak Daerah dengan total realisasi

Pendapatan Asli Daerah.

Tabel 10. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009

Tahun

Anggaran Pajak Daerah

Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kontribusi

1 2 3 4

2004 27.395.764.287 59.101.372.207 46,35%

2005 29.089.219.883 66.134.871.255 43,98%

2006 29.089.219.883 78.637.865.549 36,99%

2007 41.404.082.034 89.430.977.982 46,30%

2008 46.855.622.021 102.989.919.369 45,50%

2009 52.163.818.689 101.972.318.682 51,15%

Rata-Rata Tingkat Kontribusi 45.05%

Sumber : DKRPP Pemkot Surakarta (data diolah)

Dari tabel 4.8 bisa kita ketahui bahwa kontribusi Pajak Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta termasuk tinggi. Rata-rata tingkat

kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta

mencapai 45.05%, bahkan pada tahun 2009 kontribusi Pajak Daerah mencapai

51,15%. Dalam artian kontribusi Pajak Daerah mendominasi pemasukan

Pendapatan Asli Daerah jika dibandingkan dengan sumber-sumber Pendapatan

Asli Daerah yang lain, misalnya Retribusi Daerah atau Hasil Pengelolaan Daerah

Yang Dipisahkan, dan Lain-lian Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Bahkan

kontribusi Pajak Daerah setiap tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2004

Page 58: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kontribusi Pajak Daerah Rp 27,395,764,287,00, dengan tingkat kontribusi

mencapai 46,35% pada tahun 2009 meningkat mencapai Rp 52,163,818,689,00

dengan tingkat kontribusi 51,15%. Tingginya sumbangan Pajak Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah harapannya mampu meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah yang bisa digunakan untuk peningkatan Pendapatan Daerah yang akhirnya

bisa dioptimalkan untuk pembangunan daerah.

Grafik 4.4 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta Tahun 2004-2009

Grafik 4.5. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009

0

10

20

30

40

50

60

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kontribusi Pajak Daerah

0

10,000,000,000

20,000,000,000

30,000,000,000

40,000,000,000

50,000,000,000

60,000,000,000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Realisasi Pajak Daerah

Page 59: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Dari grafik 4.4 bisa diketahui kontribusi Pajak Daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar

36,99% dan tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 51,15%. Hal ini sejalan

dengan realisasi Pajak Daerah yang ditunjukkan dalam grafik 4.5 pemungutan

Pajak Daerah tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 52,163,818,689,00

melebihi Rp 700.818.689,00 dari target pemungutan Pajak Daerah tahun 2009

yaitu sebesar Rp 51.463.000.000,00 atau 101,36% dari target pemungutan Pajak

Daerah.

3. Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah

Tingkat efisiensi pemungutan Pajak Daerah dihitung dengan dengan

membandingkan biaya untuk memperoleh Pajak Daerah dengan hasil perolehan

Pajak Daerah. Pemungutan Pajak Daerah dikatan efisien jika perbandingan biaya

pemungutan untuk memperoleh Pajak Daerah kurang dari 100% (x < 100%) dari

realisasi penerimaan Pajak Daerah. Jika biaya pemungutan pajak daerah sama

dengan realisasi pemungutan Pajak Daerah (x = 100%) maka pemungutan Pajak

Daerah dikatakan efisien berimbang. Dan jika biaya pemungutan Pajak Daerah

melebihi realisasi pemungutan Pajak Daerah (x < 100%), maka pemungutan Pajak

Daerah tidak efisien.

Menurut Fauzi dalam Putu Mahardika (1997), nilai efisiensi sebaiknya

kecil, karena semakin kecil akan menunjukkan tingkat yang semakin baik,

dikatakan efisien jika nilai efisiensinya lebih kecil dari 20% atau 0,2. Sehingga

dapat dikatakan bahwa kinerja Pemerintah Kota Surakarta adalah baik. Dengan

adanya kondisi pemungutan pajak daerah yang efisien dapat menambah

pendapatan daerah dan menunjukkan tingkat kemandirian Pemerintah Kota

Surakarta. Berikut adalah tabel tingkat efisiensi pemungutan Pajak Daerah Kota

Surakarta tahun 2004-2009, yang dihitung dari perbandingan antara biaya

pemungutan Pajak Daerah dan realisasi pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

tahun 2004-2009 :

Page 60: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 1. Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009

Tahun

Anggaran Biaya Pemungutan

Penerimaan Pajak

Daerah Efisiensi

1 2 3 4

2004 3.071.761.743 27.395.764.287 11,2%

2005 2.409.615.110 29.089.219.883 8,3%

2006 1.317.000.000 35.589.765.500 3,7%

2007 3.519.953.000 41.404.082.034 8,5%

2008 2.333.377.890 46.855.622.021 5,0%

2009 1.348.440.637 52.163.818.689 2,6%

Rata-Rata Tingkat Efisiensi 6.5%

Sumber : DKRPP Pemkot Surakarta (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan bahwa pemungutan Pajak Daerah mampu digali

dengan biaya pemungutan yang kecil dan tingkat efisiensi kurang dari 20%,

dengan demikian pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2004-2009 bisa

dikatakan sudah efisien, dengan rata-rata tingkat efisiensi 6,5%, bahkan pada

tahun 2009 tingkat efisiensinya mencapai 2,6%. Semakin kecil persentase biaya

pemungutan Pajak Daerah maka pemungutan Pajak Daerah semakin efisien.

0

2

4

6

8

10

12

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Efisiensi

Page 61: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Grafik 4.6 Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta Tahun 2004-2009

Dari grafik 4.6 bisa diketahui bahwa tingkat efisiensi yang tertinggi pada

tahun 2009 yaitu sebesar 2,6% dan efisiensi terendah pada tahun 2004 dengan

tingkat efisiensi 11,2%. Hal ini sejalan dengan tingkat realisasi Pajak Daerah,

dimana realisasi Pajak Daerah tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar

Rp52,163,818,689,00 realisasi Pajak Daerah terendah pada tahun 2004 yaitu

sebesar Rp 27,395,764,287,00. Dengan demikian semakin tinggi efisiensi

pemungutan Pajak Daerah maka akan semakin besar realisasi pendapatan Pajak

Daerah.

Tingkat efisiensi tertinggi pada tahun 2009, hal ini dikarenakan biaya

pemungutan Pajak Daerah yang rendah yaitu sebesar Rp 1.348.440.637,00

dengan tingkat realisasi yang tinggi yaitu sebesar Rp51.313.000.000,00. Hal ini

menyebabkan rasio biaya pemungutan terhadap realisasi Pajak Daerah rendah,

sehingga efisiensi pemungutan Pajak Daerah tinggi.

Kenaikan realisasi Pajak Daerah pada tahun 2009 dipengaruhi oleh hal-

hal sebagai berikut :

a. Pajak Hotel dianggarkan sebesar Rp 6.700.000.000,00 dapat direalisasikan

sebesar Rp 7.251.331.746,00 atau 108,23% melebihi anggaran sebesar Rp

44.588.060,00.

b. Pajak Restoran dianggarkan sebesar Rp 9.000.000.000,00 dapat

direalisasikan sebesar Rp 9.044.588.060,00 atau 100,50% melebihi

anggaran sebesar Rp 44.588.060,00.

c. Pajak Hiburan dianggarkan sebesar Rp 4.780.000.000,00 dapat

direalisasikan sebesar Rp 5.107.465.262,00 atau 106,85% melebihi

anggaran sebesar Rp Rp 327.465.262,00.

d. Pajak Reklame dianggarkan sebesar Rp 4.500.000.000,00 dapat

direalisasikan sebesar Rp 3.850.377.341,00 atau 85,56% kurang dari

anggaran sebesar Rp 649.622.659,00.

Page 62: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

e. Pajak Penerangan Jalan dianggarkan sebesar Rp 25.538.000.000,00 dapat

direalisasikan sebesar Rp 25.937.479.080,00 atau 102,92% melebihi

anggaran sebesar Rp 399.479.080,00.

f. Pajak Parkir dianggarkan sebesar Rp 945.000.000,00 dapat direalisasikan

sebesar Rp 972.577.200 atau 102,92% melebihi anggaran sebesar Rp

27.577.200,00.

Sedangkan tingkat efisiensi terrendah pada tahun 2004, hal ini karena

tingginya biaya pemungutan Pajak Daerah pada tahun 2004 yaitu sebesar

Rp3.071.761.743,00 dan rendahnya realisasi Pajak Daerah pada tahun 2004 yaitu

sebesar Rp 27.395.764.287,00. Hal ini menyebabkan tingginya rasio biaya

pemungutan terhadap realisasi Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2004, sehingga

efisiensi rendah. Rendahnya realisasi pemungutan Pajak Daerah pada tahun 2004

disebabkan oleh target pemungutan Pajak Daerah yang rendah yaitu sebesar Rp

26.800.000.000,00.

Rendahnya realisasi pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun 2004

dipengaruhi olah hal-hal sebagai berikut:

a. Pajak Hotel ditargetkan sebesar Rp 3.500.000.000,00 dapat direalisasikan

sebesar Rp 3.508.030634,00 melebihi anggaran sebesar Rp 8,030,634,00.

b. Pajak Restoran ditargetkan sebesar Rp 4.250.000.000,00 dapat direalisasikan

sebesar Rp 4.334.169.371,00 melebihi anggaran sebesar

Rp 3,909,169,371,00.

c. Pajak Hiburan ditargetkan sebesar Rp 2.100.000.000,00 dapat direalisasikan

sebesar Rp 2.104.804.295,00 melebihi anggaran sebesar Rp 4,804,295,00.

d. Pajak Reklame ditargetkan sebesar Rp 2.000.000.000,00 dapat direalisasikan

sebesar Rp2.015.892.093,00 melebihi anggaran sebesar Rp15,892,093,00.

e. Pajak Penerangan Jalan ditargetkan sebesar Rp 14.875.000.000,00 dapat

direalisasikan sebesar Rp 15.357.687.894,00 melebihi anggaran sebesar

Rp 482,687,894,00.

f. Pajak Parkir ditargetkan sebesar Rp 75.000.000,00 dapat direalisasikan

sebesar Rp 75.180.000,00 melebihi anggaran sebesar Rp 180,000,00.

Page 63: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

4. Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah

Perhitungan tingkat efektifitas ini digunakan untuk mengukur hubungan

antara realisasi penerimaan pajak daerah dengan terget pemungutan pajak daerah.

Melalui analisis efektifitas dapat diketahui seberapa besar realisasi penerimaan

pajak daerah berhasil mencapai target yang seharusnya dicapai pada satu periode

tertentu, disamping itu analisis efektifitas dapat digunakan sebagai pedoman bagi

Pemerintah Daerah untuk menentukan besarnya target penerimaan Pajak Daerah

yang harus dicapai pada periode yang akan datang. Penentuan target realisasi

Pajak Daerah dimaksudkan untuk mendorong kinerja Pemerintah Daerah dalam

memungut Pajak Daerah.

Pemungutan Pajak Daerah dikatakan efektif jika realisasi pemungutan

Pajak Daerah lebih dari target pemungutan pajak daerah (x > 100%). Pemungutan

Pajak Daerah dikategorikan efektifitas berimbang jika penerimaan realisasi

pemungutan Pajak Daerah sama dengan target pemungutan Pajak Daerah (x =

100%). Jika pemungutan Pajak Daerah tidak sesuai dengan target yang ditentukan

atau kurang dari 100% (x < 100%) maka pemungutan Pajak Daerah tidak efektif.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai efektifitas pemungutan pajak

daerah Kota Surakarta tahun anggaran 2004-2009 dapat diketahui sebagai berikut.

Tabel 12. Tingkat Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun Aanggaran 2004-2009

Tahun

Anggaran

Penerimaan Pajak

Daerah Target Efektifitas

1 2 3 4

2004 27.395.764.287 26.800.000.000 102.2%

2005 29.089.219.883 28.264.398.621 102.9%

2006 35.589.765.500 34.490.000.000 103.2%

2007 41.404.082.034 39.465.953.000 104.9%

Page 64: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2008 46.855.622.021 45.781.000.000 102.3%

2009 52.163.818.689 51.313.000.000 101.7%

Rata-Rata Tingkat Efektifitas 102.9%

Dari tabel di atas dapat diperoleh informasi, bahwa tingkat efektifitas

pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta tahun anggaran 2004-2009

menunjukkan hasil yang efektif. Bahkan dengan peningkatan terget pemungutan

Pajak Daerah setiap tahunnya, Pemerintah Kota Surakarta tetap mampu mencapai

target pemungutan yang sudah ditetepkan. Pada tahun 2004 target pemungutan

Pajak Daerah ditetepkan sebesar Rp 26,800,000,000,00 dengan tingkat efisiensi

102,2%, terget ini meningkat setiap tahunnya sampai pada tahun 2009 di

targetkan Rp 51,313,000,000,00, dengan tingkat efisiensi 101,7% dan setiap tahun

Pemerintah Kota Surakarta mampu memenuhi target pemungutan Pajak Daerah

yang sudah ditentukan. Selanjutnya diketahui pula, tingkat efektifitas rata-rata

pertahun adalah 102,9%. Hal ini menggambarkan bahwa secara rata-rata, tingkat

efektifitas pemungutan pajak daerah di Kota Surkarta efektif, hal ini merupakan

keberhasilan Pemerintah Kota Surakarta dalam melakukan pemungutan Pajak

Daerah.

Grafik 4.7 Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009

Dari grafik 4.7 bisa diketahui bahwa efektifitas pemungutan Pajak Daerah

Kota Surakarta tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar 104.9% dan terendah

pada tahun 2009 yaitu sebesar 101.7%. Pemungutan Pajak Daerah tertinggi pada

100

100.5

101

101.5

102

102.5

103

103.5

104

104.5

105

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Efektifitas

Page 65: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

tahun 2007, hal ini karena Pemeritah Kota Surakarta mampu melampaui terget

pemungutan Pajak Daerah yang tinggi, dari terget pemungutan Pajak Daerah

sebesar Rp 39,465,953,000,00 mampu direalisasikan sebesar

Rp41,404,082,034,00 melebihi target sebesar Rp 1,938,129,034,00 atau 104,9%

dari target yang sudah ditetapkan.

Tingkat efektifitas pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta terendah

pada tahun 2009, yaitu sebesar 101.7%, namun demikian realisasi pemungutan

Pajak Daerah tertinggi pada tahun 2009. Hal ini karena Pemerintah Kota

Surakarta menetapkan terget pemungutan yang tinggi pada tahun 2009 yaitu

sebesar Rp 51.313.000.000,00 mampu direalisasikan sebesar Rp

52.163.818.689,00. Namun demikian Pemerintah Kota Surakarta mampu melebihi

target pemungutan Pajak Daerah pada semua tahun anggaran, dengan demikian

pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta sudah efektif pada semua tahun

anggaran.

Grafik 4.8 Efektifitas Pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun 2004-2009

Pada grafik 4.8 bisa diketahui bahwa target pemungutan Pajak Daerah

senantiasa meningkat dari tahun ke tahun berikutnya, tertinggi pada tahun 2009

sebesar Rp 51,313,000,000,00 dan terendah pada tahun 2004 sebesar

Rp26,800,000,000,00. Meningkatnya target pemungutan Pajak Daerah setiap

tahunnya, menunjukkan komitmen Pemerintah Kota Surakarta untuk senantiasa

meningkatkan penerimaan Pajak Daerah, dengan demikian harapannya

0

10,000,000,000

20,000,000,000

30,000,000,000

40,000,000,000

50,000,000,000

60,000,000,000

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Target Pemungutan Pajak Daerah

Page 66: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Pendapatan Asli Daerah meningkat dan mampu meningkatkan Pendapatan

Daerah yang bisa digunakan sebesar-besarnya untuk mendorong terciptanya

kesejahteraan hidup masyarakat Kota Surakarta.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis ratio dalam pemungutan

Psajak Daerah Kota Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai

berikut:

A. Simpulan

1. Berdasarkan analisis rasio menunjukkan bahwa kondisi pemungutan Pajak

Daerah Kota Surakarta sudah efisien. Rata-rata tingkat efisiensi 6,5%, tingkat

efisiensi tertinggi pada tahun 2009 sebesar 2,6% dan efisiensi terendah pada

tahun 2004 dengan tingkat efisiensi 11,2%. Tingkat efisiensi terendah adalah

11,2% sehingga pada tahun anggaran 2002-2009 masih di bawah 20%,

dengan demikian pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta sudah efektif. Hal

ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta berhasil menggunakan

bagian dari hasil pajak untuk digunakan menutup biaya pemungutan atas pajak

yang bersangkutan. Pemerintah Kota Surakarta mempunyai produktivitas yang

baik dalam mengelola pajak daerah karena dapat mencapai suatu target kinerja

dengan pengggunaan sumberdaya dan biaya yang serendah-rendahnya.

2. Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Kota Surakarta menunjukkan

kondisi pada tingkat yang sudah efektif. Tingkat efektifitas tertinggi pada

tahun 2007 yaitu sebesar 104.9% dan terendah pada tahun 2009 yaitu sebesar

101.7%, rata-rata tingkat efektifitas tahun anggaran 2004-2009 adalah adalah

102,9%. Dengan demikian pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta sudah

fisien karena surealisasi pemungutan Pajak Daerah sudah mampu melebihi

target pwmungutan yang sudah ditetapkan. Bahkan Pemerintah Kota

Page 67: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Surakarta menaikkan target pemungutan Pajak Daerah setiap tahun. Hal ini

membuktikan adanya komitmen dari Pemerintah Kota Surakarta dalam

meningkatkan pendapatan Pajak Daerah yang harapnnya mampu

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta.

B. Implikasi

1. Berdasarkan hasil simpulan diatas, pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

sudah dilakukan secara efektif dan efisien, maka diperlukan kajian lebih lanjut

mengenai pemungutan Pos-Pos Pendapatan Asli Daerah yang lain sehingga

bisa dijadikan dasar yang komprehensif dalam pengembilan kebijakan dalam

upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta.

2. Pajak Daerah Kota Surakarta yang sudah dipungut secara efektif dan efisien

perlu dipertahankan. Untuk mengoptimalkan pemungutan Pajak Daerah, perlu

dilakuakan kajian tentang ekstensifikasi pemungutan Pajak Daerah Kota

Surakarta.

C. Saran

1. Berdasarkan penelitian di atas, pemungutan Pajak Daerah Kota Surakarta

adalah efisien. Untuk meningkatkan efisiensi, Pemerintah Kota Surakarta

harus meningkatkan kinerja. Dengan merekrut pegawai yang benar-benar

disiplin dan jujur dalam melaksanakan pemungutan pajak, sehingga dapat

mengurangi biaya pemungutannya.

2. Pemerintah Kota Surakarta harus melakukan evaluasi terhadap Peraturan

Daerah yang dijadikan payung hukum pemungutan Pendapatan Asli Daerah,

sehingga Pemerintah Kota Surakarta mampu dengan leluasa melakukan

intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pendapatan Asli Daerah.

3. Melakukan kajian penghitungan potensi Pendapatan Asli Daerah dan di

publikasikan ke masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas

berapa potensi, target, dan realisasi pemungutan Pendapatan Asli Daerah.

Page 68: EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK · PDF fileEFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

4. Melakukan pengawasan ketat terhadap semua petugas atau pegawai yang di

tugaskan memungut Pendapatan Asli Daerah, sehingga mengurangi adanya

kebocoran dana pemungutan Pendapatan Asli Daerah.

5. Pendapatan Asli Daerah merupakan dana yang dipungut secara langsung dari

masyarakat, maka Pemerintah Kota Surakarta harus melakukan transparansi

anggaran, sehingga masyarakat mampu mengawasi pelaksanaan anggaran

daerah.