EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni...

111
EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI GRAHA AUTIS MATARAM Oleh KUNI AFIFA NIM. 15.3.13.4.117 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2017

Transcript of EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni...

Page 1: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

ii

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI GRAHA AUTIS MATARAM

Oleh KUNI AFIFA

NIM. 15.3.13.4.117

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2017

Page 2: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

iii

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI GRAHA AUTIS MATARAM

Skripsi diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

KUNI AFIFA NIM. 15.3.13.4.117

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2017

Page 3: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: KUNI AFIFA, NIM: 15.3.13.4.117 dengan judul ” Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis Di Graha Autis Mataram” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk dimunaqasyahkan.

Disetujui pada tanggal 19 Juni 2017.

KEMENTRIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Jln. Pendidikan No. 35 Telp. (0370) 623819-621298 Fax.623819 Mataram NTB

Page 4: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

ii

Mataram, 19 Juni 2017 Hal: Ujian Skripsi Yang Terhormat

Rektor UIN Mataram

di Mataram

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan,

arahan, dan koreksi kepada pembimbing dan penulisan sesuai dengan

pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa :KUNI AFIFA NIM :15.3.13.4.117 Jurusan/Prodi :Bimbingan Konseling Islam Judul :Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi

Sosial Anak Autis di Graha Autis Mataram telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami

berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.

Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

KEMENTRIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM Jl.Pendidikan No.35 Mataram telp. (0370) 62078-620784 Fax.620784

Page 5: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : KUNI AFIFA

NIM : 15.3.12.4.032

Program Studi : Bimbingan Dan Konseling Islam

Fakultas : Fakultas Dakwah Dan Komunikasi

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi dengan judul

“Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis di Graha

Autis Mataram” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya

sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Apabila dikemudian

hari ternyata dan terbukti Skripsi ini tidak asli atau merupakan plagiat, maka saya

bersedia dikenakan sanksi, baik sanksi akademisi berupa pencabutan atas

pemakaian gelar kelulusan maupun sanksi lain yang telah ditentukan oleh

lembaga.

KEMENTRIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Jln. Pendidikan No. 35 Telp. (0370) 623819-621298 Fax.623819 Mataram NTB

Page 6: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

KEMENTRIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Jln. Pendidikan No. 35 Telp. (0370) 623819-621298 Fax.623819 Mataram NTB

iv

PENGESAHAN

Skripsi oleh: Kuni Afifa, NIM: 15.3.13.4.117 dengan judul ”Efektivitas Terapi

Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis di Graha Autis Mataram” telah

dipertahankan di depan dewan penguji Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram pada tanggal 24 Juli 2017

Page 7: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

v

Motto :

هم للن اس"اس إلى هللا أنف "أحب الن ع

“Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang

lain”1

1Abi Alqosim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Atthobrany, Al-Mu’jam As-shogir

Litthobrany, jilid 2 (Baerut : Darul Kutubil Ilmiah 1983), h. 106.

Page 8: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada :

1. Kedua Orang tuaku yang tiada henti memberikan cinta kasih, merawatku, memberi motivasi,

do’a, maupun materi dalam keadaan susah maupun senang. Yang terkasih Aby Mustahap

Hasbullah, Lc dan yang tersayang Ummy Rusniah Ruslan. Terimakasih tetap menjadi pelita

dalam hidupku

2. Kakak dan adik-adik tercinta Inayatul Bary, Arinil Huda, Najahittuqo, Wa’yul Haqqi, dan Robbi

zidni Rodhia. Semangat serta senyum ceria kalian membuatku tetap melangkah untuk

mengusahakan yang terbaik. Terimakasih selalu memberi hidup yang indah untukku.

3. Buat sahabat-sahabatku yang senantiasa menyemagati dan menemani perjuangan ini. Wiwin

Apriyanditra, Ely Ernawati, Siti Nur Isnaini, Yulfarida Rokhmawati, Baiq Yuliani Ayani, Yuliati,

Fitriani Rahayu, Neni Noviana, Nurhasanah, Erna Yuliani dan sahabat-sahabat lainnya yang tak

cukup bila kutuliskan di kertas ini. Terimakasih tetap mendukung saat tawa ataupun sedih,

kisah kita akan tetap abadi.

4. Kepada para Relawan/I KSR-PMI Unit 02 UIN Mataram yang telah ku angap seperti keluarga

sendiri, terimakasih tetap memberi semangat dan do’a. Walau kita berbeda tapi kita tetap

bersaudara, cerita kita tak akan pernah usai.

5. Teruntuk yang telah membangkitkan semangatku kembali. Kanda Lalu Setiaji, S.Sos yang selalu

memberi motivasi dan do’a hingga skripsi ini bisa terselesaikan. Terimakasih selalu mewarnai

dan menjadi yang berarti dalam hidupku

6. Keluarga besar Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam angkatan 2013 khususnya BKI D.

terimakasih canda tawa kalian akan kurindukan selalu.

7. Almamater kebanggaan Universitas Islam Negeri Mataram yang telah menjadi saksi bisu dalam

proses dan pengalaman yang telah kutempuh selama ini.

Page 9: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah

memberikan berbagai macam nikmat, baik nikmat umur, rizki, dan terlebih lagi

nikmat iman dan ihsan bagi kita semua. Sholawat dan salam semoga tetap

tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Nabi yang senantiasa

menjadi figur dan menjadi contoh suri tauladan yang baik bagi seluruh umat Islam

dan semoga kelak nanti kita mendapatkan syafa’atnya. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, dorongan, dan motivasi dari semua pihak. Oleh karena itu

penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada:

1. Dr. H. Fahrurrozi, MA selaku dosen pembimbing I dan Rendra Khaldun,

M.Ag selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan koreksi

mendetail tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam proses penyusunan

skripsi ini hingga skripsi ini selesai.

2. Dr. Muhammad Thohri, M.Pd sebagai penguji I dan H. Masruri, Lc., M.A

sebagai penguji II yang telah memberikan saran konstruktif bagi

penyempurnaan skripsi ini.

3. Rendra Khaldun, M.Ag dan H. Masruri, Lc, MA selaku Ketua dan

sekertaris Jurusan bimbingan dan konseling islam

Page 10: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

viii

4. Dr. Faizah, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Mataram

5. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Mataram.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan selama penulis

melaksanakan studi di UIN Mataram.

7. Segenap pegawai dan pengasuh serta anak-anak penyandang autis di

Graha Autis Mataram yang telah memberikan banyak pelajaran berharga

bagi peneliti. Peneliti mengucapkan terimakasih banyak atas ilmu,

kesempatan dan kesediaan yang diberikan selama proses penelitian

sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia kepada pihak

yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik, karena kemampuan penulis yang

terbatas. Oleh karenanya, saran dan kritikan yang sifatnya membangun,

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kalam,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Mataram 19 Juni 2017

Penulis,

KUNI AFIFA

Page 11: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN SAMPUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... i

NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. iii

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

ABSTRAK ............................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian ....................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 4

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ......................................................... 5

E. Telaah Pustaka ............................................................................................. 7

F. Kerangka Teori............................................................................................. 9

G. Metodologi Penelitian ................................................................................ 26

Page 12: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

x

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 34

B. Pola Interaksi Sosial Anak Autis di Graha Autis Mataram........................ 54

C. Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis di

Graha Autis Mataram ................................................................................. 59

D. Kendala yang Terjadi dalam Proses Terapi Anak Autis ............................ 69

BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Pola Interaksi Sosial Anak Autis di Graha Autis ......................... 73

B. Analisis Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak

Autis di Graha Autis Mataram ................................................................... 77

C. Analisis kendala yang Terjadi dalam Proses Terapi Anak Autis di

Graha Autis Mataram ................................................................................. 82

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................................ 86

B. Saran .......................................................................................................... 87

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 13: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

xi

EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI

SOSIAL ANAK AUTIS DI GRAHA AUTIS MATARAM

Oleh:

KUNI AFIFA NIM: 15.3.13.4.117

ABSTRAK

Anak autis merupakan anak yang ingin berinteraksi dengan anak normal lain.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pola interaksi sosial anak autis, untuk mengetahui efektivitas serta kendala terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data diawali dengan pengumpulan data, penyederhanaan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sementara kredibilitas data melalui triangulasi.

Berdasarkan analisis data dan temuan yang dipaparkan sehingga bisa menjawab fokus penelitian, penelitian ini menyimpulkan bahwa efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis dilaksanakan dengan program kepatuhan yang berlangsung optimal dengan metode kontak mata, instruksi, prompt, dan imbalan. Pola interaksi anak autis meliputi pola interaksi satu arah, interaksi dengan teman sebaya, dan pengasuh. Sementara kendala yang terjadi dalam proses terapi adalah faktor makanan dan kurang kerjasama antara orang tua dan pengasuh. Kata Kunci: Efektivitas, Terapi Perilaku, Interaksi Sosial, Anak Autis.

Page 14: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Anak merupakan anugrah terindah sekaligus titipan yang diberikan Allah

SWT kepada orang tua bagaimanapun situasi dan kondisinya tidak terkecuali pada

anak yang terlahir dengan kondisi autis. Ketika mereka tumbuh dalam kondisi

yang berbeda dan bertingkah laku yang tidak lazim, bahkan tak jarang mereka di

anggap gila oleh orang-orang di sekitar dikarenakan mereka tak sama seperti anak

normal lainnya yang menikmati masa kecil yang indah dan menyenangkan. Anak

autis kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, mereka umumnya

lebih suka menyendiri.1

Dalam interaksi sosial autis percakapan timbal-balik seringkali terhambat.

Bahkan, bagi seorang yang mempunyai ahli verbal, gestur, kontak mata dan

bahasa tubuh masih tetap merupakan tantangan yang besar. Apalagi bagi individu

autis yang sering kali kurang mampu untuk menyimpulkan, memahami dan

menindaklanjuti emosi orang lain dan kondisi internalnya sendiri2.

Setiap orang tua yang mempunyai anak penyandang autis pasti

menginginkan kesembuhan bagi anaknya agar bisa berinteraksi dengan teman-

teman dan lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan penanganan-penanganan

untuk anak autis melalui metode ataupun terapi tertentu. Dalam hal ini, selain

orang tua tentu diperlukan dukungan dan bantuan dari pengasuh, dokter, maupun

1 Andriana S Ginanjar, Menjadi Orang Tua Istimewa (Jakarta : PT. Dian Rakyat 2008), h.

24. 2Anjali Sastry dan Blaise Aguirre, MD, Parenting Anak dengan Autisme, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h.37.

1

Page 15: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

2

seorang terapis untuk membantu menangani anak autis tersebut. Pada dasarnya,

ada cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan beberapa keganjalan yang

sering dilakukan oleh penderita autis, yaitu dengan menggunakan empat macam

terapi. Saat ini, sudah terdapat beberapa terapi bagi penderita autis, baik itu terapi

perilaku, ABA (applied behavior analysis), terapi sensori integrasi, terapi

okupasi, terapi wicara, maupun terapi tambahan seperti terapi musik, dolphin

assited therapy3.

Tidak semua metode terapi yang dilakukan para terapis berjalan sesuai

keinginan karena seringkali terapi yang dilakukan kurang mendapatkan dukungan

dari orangtua, kerabat anak, dan lain sebagainya. Hal ini sama seperti apa yang

peneliti temukan di Graha Autis (Lembaga Pendidikan Autisme dan Anak

Berkebutuhan Khusus). Pada hari Jum‟at, tanggal 27 November 2015 peneliti

sudah melakukan observasi dan menemukan beberapa permasalahan yang terjadi

di Graha Autis (Lembaga Pendidikan Autisme dan Anak Berkebutuhan Khusus)

diantaranya adalah kurang berjalannya proses terapi dan juga kurang kerja sama

antara para pengasuh, orang tua dalam menjaga hal-hal yang bisa menghambat

perkembangan proses terapi dan lain sebagainya.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu

manusia. Dalam interaksi tersebut kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya4.

Tentu saja hal ini berbeda dengan anak penyandang autis karena autisme disebut

juga dengan ASD (autistic spectrum disorder) yang merupakan suatu gangguan 3Sri Mulyati, Penanganan Terhadap Anak Autis, (Semarang: PT. Sindur Press, 2010), h. 28. 4W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, Juli 2004), h. 62.

Page 16: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

3

perkembangan fungsi otak yang kompleks dan sangat bervariasi (spektrum).

Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi

sosial dan kemampuan berimajinasi5.

Seringkali anak-anak autis tersebut di tolak oleh anak-anak ataupun

orangtua anak normal lainnya sehingga membuat stres orang tua yang memiliki

anak autis. Sementara ia juga tentu ingin melihat anaknya diterima oleh

masyarakat sekitar. Pada dasarnya, menangani anak autis merupakan suatu bentuk

perjuangan jangka panjang6.

Oleh karena itulah sangat diperlukan penanganan melalui terapi terbaik

bagi anak-anak penyandang autis. Mereka juga merupakan anak-anak penerus

bangsa yang ingin diakui di masyarakat sekitar dan juga ingin menjadi lebih baik

di dalam lingkungan sosialnya

Menurut salah satu pengasuh anak autis di Graha Autis (Lembaga

Pendidikan Autisme dan Anak Berkebutuhan Khusus) yakni Ibu Maria yang

peneliti wawancarai saat observasi beberapa waktu lalu mengatakan bahwa “Kami

tahu kemungkinan kesembuhan bagi anak-anak di sini mungkin sangat kecil tetapi

sesungguhnya tujuan kami merawat mereka di sini adalah agar mereka bisa lebih

baik dari sebelumnya”7. Karena dengan memberikan penanganan terbaik melalui

terapi dan pengajaran tersebut para anak penyandang autis bisa lebih manis dari

sebelumnya.

Dari konteks penelitian di atas peneliti tertarik untuk meneliti persoalan

dimaksud dengan judul “Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial 5Sri Mulyati, Penanganan..., h. 08-09. 6Ibid, h. 03. 7 Maria, Wawancara, Graha Autis, 28 Maret 2016.

Page 17: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

4

Anak Autis di Graha Autis (Lembaga Pendidikan Autisme dan Anak Berkebutuhan

Khusus) Mataram”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka penulis merumuskan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pola interaksi sosial anak autis di Graha Autis Mataram?

2. Bagaimanakah efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis di

Graha Autis Mataram?

3. Apa sajakah kendala dalam proses terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak

autis di Graha Autis Mataram?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang

diharapkan oleh penulis adalah :

a. Untuk mengetahui pola interaksi sosial anak autis di Graha Autis

Mataram.

b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi

sosial anak autis di Graha Autis Mataram.

c. Untuk mengetahui kendala yang terjadi di dalam proses terapi perilaku

terhadap interaksi sosial anak autis di Graha Autis Mataram.

Page 18: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

5

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk

menjembatani atau mengintegrasikan antara konsep teoritis dengan praktis

dari keilmuan-keilmuan yang dipelajari mahasiswa di Jurusan Bimbingan

Konseling Islam khususnya di bidang Mata Kuliah Psikologi Sosial dan

Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Juga sebagai bahan pelajaran dan

refrensi bagi mahasiswa selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penilitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi

Jurusan Bimbingan Konseling Islam. Bermanfaat bagi lembaga-lembaga

yang terkait seperti Dinas sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

khususnya bagi Graha Autis (lembaga pendidikan autisme dan anak

berkebutuhan khusus). Adapun yang dirasakan oleh peneliti, peneliti dapat

melihat, dan mengalami secara lebih jelas tentang situasi dan permasalahan-

permasalahan yang kerap terjadi, sehingga peneliti menjadi lebih peka untuk

menghadapi atau mengatasinya.

D. Ruang Lingkup dan Setting

Graha Autis ini pada awal terbentuknya bernama Yard Therapy and

Learning – Anak Lombok Mataram pada 18 Agustus 2002 berkedudukan di Jalan

Barito IV/28 Perumnas Tanjung Karang Ampenan – Mataram, pada tahap ini

belum memiliki tempat terapi, tenaga terapis yang mengunjungi rumah anak

Page 19: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

6

pendertia autis dan berkebutuhan khusus. Pada tahun 2003 s/d 2009 YTAL –

Anak Lombok Mataram meminjam ruang kelas TK Aisiyah 3 sebagai tempat

terapi, dan pada Oktober 2009 sampai Juli 2010 terapi kembali dilakukan di

rumah Jl. Barito IV/28 Perumnas. Pada periode ini, belum YTAL – Anak Lombok

Mataram belum memiliki badan hukum dan pengelolaannya masih sederhana

berdasarkan kepercayaan orang tua siswa dan bedasarkan kekeluargaan.

Pada 28 Juni 2010 YTAL – Anak Lombok Mataram dinyatakan berdiri

sebagai badan hukum dan mulai berkegiatan sebagai Lembaga Swadaya

Masyarakat berdasarkan Akta Notaris Eka Nugraha, SH., M.Kn. Pada tahun 2010

lembaga ini juga mendapatkan dukungan pembangunan ruang kelas dari PT.

Newmont Nusa Tenggara di atas tanah hibah murni seluas 12 acre di Jl. Gili Air I,

Blok A2, No. 18, Kelurahan Taman Sari, Ampenan Selatan. Dan akhirnya

merubah nama lembaga ini menjadi Graha Autis (Lembaga pendidikan autisme

dan anak berkebutuhan khusus) oleh pendiri dan para pegiat lembaga ini dengan

harapan semakin berkembangnya berbagai macam pelayanan untuk anak autis dan

anak berkebutuhan khusus.

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu lembaga swadaya masyarakat

yakni Graha Autis (lembaga pendidikan autisme dan anak berkebutuhan khusus)

Mataram yang beralamat di Jl. Gili Air I, Blok A2, No. 18, Kelurahan Taman

Sari, Ampenan Selatan. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat

penelitian, karena Graha Autis sebagai lembaga pendidikan autisme dan anak

berkebutuhan khusus merupakan tempat pelayanan, pengasuhan dan pendidikan

anak-anak penyandang autisme dan anak-anak berkebutuhan khusus sebagai

Page 20: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

7

wadah solusi kepada para orang tua untuk mengantarkan putra putri mereka ke

jenjang pendidikan lanjutan formal melalui sekolah umum.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah upaya untuk memadukan penelitian yang telah

dilakukan dengan penelitian terdahulu yang terkait untuk menghindari duplikasi,

plagiasi, repetisi, serta menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang

dilaksanakan peneliti untuk mendapatkan atau menemukan beberapa pendapat.

Hasil yang relevan dengan tema penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah :

1. Penelitian yang ditulis oleh Lilik Kusumawati pada tahun 2015 dengan judul

skripsi : Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Kemampuan

Komunikasi Verbal Anak Autis di SDLB Dharma Wanita Mataram Tahun

Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

kolerasional dengan pendekatan kuantitatif dengan instrument tes hasil belajar

dan lembar observasi, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik uji t-

tes. Adapun populasi penelitian ini adalah siswa autis yang berada SDLB

Dharma Wanita Provinsi Mataram yang berjumlah 12 orang anak. Hasil

penelitian ini adalah ada pengaruh media gambar dalam meningkatkan

komunikasi verbal anak autis di SDLB Dharma Wanita Mataram tahun

pelajaran 2015/20168.

Terdapat persamaan di dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya

yakni sama-sama meneliti tentang anak autis. Namun, perbedaannya adalah

penelitian sebelumnya terfokus pada pengaruh media gambar terhadap

8 Lilik Kusumawati, Pengaruh Media Gambar Terhadap Komunikasi Verbal Anak Autis di SDLB Dharma Wanita Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016, (Skripsi, IAIN Mataram :Mataram, 2015)

Page 21: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

8

komunikasi verbal anak autis dan menggunakan pendekatan penelitian

kuantitatif.

2. Penelitian yang ditulis oleh Siti Nur Khotimah pada tahun 2013 dengan judul

skripsi :Upaya Penanganan Interaksi Sosial Pada Anak Autis di Yayasan

Autistik Fajar Nugraha Yogyakarta9. Penelitian ini merupakan penelitian

lapangan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan mengambil subjek

guru (terapis), pengurus dan atau Ketua Autism Centre Yayasan Autistik Fajar

Nugraha Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara,

observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan

problem interaksi sosial anak autis di Fajar Nugraha Yogyakarta dilakukan

dengan penanganan dini yaitu dengan melatih pemberian salam, berjalan-jalan

di sekeliling lingkungan luar sekolah, senam, makan, bermain bersama,

kegiatan berenang, terapi musik, dan kegiatan lain yang lebih komplek dan

penanganan terpadu meliputi terapi okupasi, terapi wicara, metode lovaas,

metode driil, metode sunrise serta metode one by one.

Terdapat persamaan di dalam penelitian ini yakni sama-sama

membahas tentang interaksi sosial anak autis. Namun, perbedaan penelitian ini

terdapat di dalam subjek penelitiannya yang terfokus pada guru atau terapi

anak penyandang autis

9http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3359. di akses tanggal 03 Mei 2016 pukul 09.30 WITA.

Page 22: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

9

3. Penelitian yang ditulis oleh Sri Rachmayanti pada tahun 2009 dengan judul

skripsi “Penerimaan Diri Orangtua Anak Autisme dan Peranannya Dalam

Terapi Autisme”10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan

ketiga subjek dapat menerima sepenuhnya kondisi anak mereka yang

didiagnosis menyandang autisme. Adanya penerimaan dipengaruhi faktor

dukungan dari keluarga besar, kemampuan keuangan keluarga, latar belakang

agama, tingkat pendidikan, status perkawinan, usia serta dukungan para ahli

dan masyarakat umum. Ketiga subjek cukup berperan serta dalam penanganan

anak mereka mulai dari memastikan diagnosis dokter, membina komunikasi

dengan dokter, mencari dokter lain apabila dokter yang bersangkutan dinilai

kurang kooperatif, berkata jujur saat melakukan konsultasi mengenai

perkembangan anaknya, memperkaya pengetahuan, dan mendampingi anak

saat melakukan terapi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif.

Perbedaan penelitian ini terdapat pada fokus penelitian yang

membahas tentang penerimaan diri orang tua dari anak-anak penyandang autis.

F. Kerangka Teori

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah akibat atau hasil dari sebuah kegiatan atau

rutinitas yang telah dilaksanakan. Efektivitas adalah sebuah tolok ukur atas

keberhasilan suatu lembaga atas pembinaan terhadap pelaksanaan program

yang sudah maupun yang sedang berjalan. Efektivitas pembinaan dalam

10 Sri Rachmayanti,Penerimaan Diri Orangtua Anak Autisme dan Peranannya dalam Terapi Autisme (Skripsi, Universitas Gunadarma, Bali: 2009)

Page 23: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

10

sebuah lembaga atau panti merupakan faktor yang sangat menentukan pada

berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang

berkaitan erat dengan program-program suatu lembaga.

Efektivitas berarti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki

dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien tentu juga berarti

efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan, atau akibat yang dikehendaki

dari perbuatan itu telah dicapai secara maksimal (mutu atau jumlahnya ).

Sebaliknya dilihat dari segi usaha efek yang diharapkan juga telah tercapai

dan bahkan dengan penggunaan unsur usaha secara maksimal11.

2. Terapi Perilaku

a. Pengertian Terapi Perilaku

Terapi perilaku ABA (applied behavior analysis) merupakan terapi

gentak untuk memperbaiki perilaku anak autis yang sering menyimpang.

Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah bersuara keras saat memberikan

perintah pada anak yang autis12. Terapi perilaku ini bertujuan agar anak

autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar dan menggantinya dengan

perilaku yang di terima di masyarakat13.

Terapi ini dikembangkan oleh Ivar Lovaas, seorang psikolog anak

dari Amerika Serikat. Penerapan ABA awalnya digunakan untuk menangani

tingkah laku menyakiti diri sendiri pada anak-anak dengan gangguan

perkembangan yang berat. Ternyata teknik ini berhasil mengatasi tingkah

11Ahmad Muharrar, Efektivitas Rehabilitasi Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual di LPA NTB (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram 2015) h. 10-11. 12Sri Mulyati, Penanganan…, h. 28. 13Bonny Danuatmaja,Terapi Anak Autis di Rumah (Jakarta: Puspa Swara, 2003), h. 08.

Page 24: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

11

laku yang merugikan tersebut. Selanjutnya Lovaas mengembangkan

kurikulum standar bagi penanganan anak berkebutuhan khusus. Penggunaan

terapi perilaku dapat dianggap sebagai program kesiapan belajar karena

tingkah laku target yang diajarkan pada awal program merupakan

keterampilan awal, seperti pemahaman terhadap sebab-akibat,

memperhatikan, mematuhi intruksi dan meniru14. Melalui metode ini, anak

dilatih melakukan berbagai macam keterampilan yang berguna bagi hidup

bermasyarakat, misalnya berkomunikasi, berinteraksi, berbicara, berbahasa.

Namun, yang perlu diterapkan pertama adalah latihan kepatuhan. Hal ini

sangat penting agar mereka dapat mengubah perilaku seenaknya sendiri

menjadi perilaku yang lazim dan diterima masyarakat. Bila latihan ini tidak

dijalankan secara konsisten, maka perilaku itu akan sulit diubah15.

b. Perilaku Autistik

Perilaku autistik berbeda dari perilaku normal. Autistik memiliki

perilaku yang berlebihan (excessive) atau perilaku yang berkekurangan

(deficient), sampai ke tingkat tidak ada perilaku. Perilaku yang berlebihan,

misalnya mengamuk dan perilaku stimulasi diri. Perilaku ini bisa

mengganggu orang lain baik di rumah maupun di tempat umum karena

frekuensi dan intensitasnya berlebihan.

Perilaku yang berkekurangan adalah gangguan bicara. Ada anak

autis yang berbicara nonverbal, sedikit suara, sedikit kata-kata, dan ada

pula yang ekolalia (mem-beo). Perilaku yang berkekurangan lainnya adalah 14 Andriana S Ginanjar, Menjadi Orang Tua.., h. 32-33. 15 E. Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus (Bandung: Yrama Widya, 2012), h. 54.

Page 25: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

12

perilaku sosial yang tidak tepat. Mereka kerap mengganggap orang lain

benda. Anak juga sering menunjukkan emosi yang tidak stabil. Terkadang

ada yang menjerit atau tertawa sangat sedikit, ada yang hampir tidak

menunjukkan perilaku emosional, misalnya anak yang hanya menatap

kosong saat digelitik. Dengan mengetahui ciri perilaku anak autism maka

terapi perilaku dapat dilakukan untuk memperbaiki16.

c. Teknik Terapi Perilaku

1) Kontak Mata

Pintu masuk ke terapi perilaku adalah kontak mata karena anak

tidak mungkin belajar jika tidak memandang atau memberi perhatian. Untuk

menimbulkan dan meningkatkan kontak mata dapat diupayakan cara berikut

:

a) Membangkitkan kontak mata anak dengan memberi perintah “lihat”

bersamaan dengan menempatkan benda-benda yang menarik

perhatiannya setinggi mata terapis.

b) Mendudukkan anak di bangku berhadapan dan sama tinggi dengan

terapis, kemudian kedua sisi kepala/pipi anak dipegang oleh kedua

tangan terapis secara erat (kepala terfiksasi).

c) Fiksasikan kepala anak (tetap pada posisinya), kemudian wajah terapis

bergerak kesana-kemari sesuai dengan arah pandang anak, sambil

berkata “lihat” sehingga menghalangi pandangan mata anak dengan

16 Bonny Danuatmaja, Terapi…, h. 25-26.

Page 26: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

13

tujuan terjadi kontak mata secara terus-menerus antara anak dengan

terapis.

d) Ucapan intruksi “lihat” setiap 5-10 detik. Berikan hadiah kepada anak,

seperti makanan, minuman, dan pujian jika anak memandang terapis

paling tidak selama satu detik dan memandang dua detik setelah intruksi

diberikan.

e) Halangi pandangan anak dengan wajah terapis agar terjadi kontak mata,

sambil mengatakan “lihat”, dilakukan ketika anak duduk atau

berbaringan. Kemungkinan besar anak akan memalingkan wajah, karena

itu wajah terapis bergerak ke sana ke mari untuk terus menghalangi

pandangan mata anak dan mengadakan kontak mata terus-menerus17.

2) Instruksi

Instruski yang diberikan sangat singkat, jelas dan konsisten, dan

hanya diberikan sekali, jangan di ulang-ulang. Jadi, hanya ucapkan satu

kata kuncinya saja dari apa yang terapis intruksikan. Berikan dengan

suara netral, cukup keras, dan tegas, tetapi tidak membentak-bentak. Saat

belajar, anak mungkin akan meloncat-loncat di sekitar kursinya, menarik

rambut terapis, dan menjerit. Tidak ada gunanya memberikan instruksi

jika anak tidak perhatian. Semua perilaku ketidak perhatian dan lepas

tugas harus dihilangkan sebelum instruksi target diberikan18.

17 Bonny Danuatmaja, Terapi Anak Autis di Rumah (Jakarta: Puspa swara, 2003), h. 33-36. 18 Ibid., h. 37.

Page 27: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

14

3) Respon

Dalam merespon intruksi terapis, anak mungkin melakukannya

dengan benar, setengah benar, salah atau tidak merespon sama sekali,

yang juga dinilai salah. Respon yang benar segera beri imbalan. Respon

yang setengah benar segera lakukan prompt, lalu beri imbalan. Setelah

memberikan imbalan tersebut (pada respon benar atau setenga benar +

promt), hitungan kembali ke intruksi pertama, tidak melanjutkan ke

hitungan berikutnya. Akhirnya, anak akan berespon segera setelah

intruksi yang pertama dengan instruksi cukup satu kali19.

4) Prompt (bantuan, dorongan, dan arahan)

Prompt adalah setiap bantuan yang diberikan pada anak untuk

menghasilkan respon yang benar. Prompt merupakan tambahan, jadi

tidak selalu digunakan jika memang tidak diperlukan, bahkan saat

pertama latihan pun. Prompt dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu prompt

lisan, prompt contoh, prompt fisik, prompt dengan menunjuk, prompt

visual, prompt posisi, dan prompt dengan ukuran benda20.

5) Imbalan

Terapis harus memiliki pengetahuan yang cukup dari perilaku

dengan imbalan bagi anak autis. Pengetahuan ini terutama penting karena

bentuk umum dari “hadiah dan hukuman” yang efektif bagi anak-anak

lain mungkin tidak efektif bagi anak autis. Imbalan mempunyai aspek

tergantung jenis dan bagaimana cara memberikannya. Ciri umum

19 Bonny Danuatmaja, Terapi…, h. 38. 20 Ibid., h. 41.

Page 28: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

15

imbalan adalah benda atau aktivitas positif, missal makanan, pelukan,

ciuman, dan pujian. Imbalan mempunyai aspek terpenting, yaitu : a) jenis

imbalan, b) pemadaman, c) hukuman, d) time out, e) cara memberikan

imbalan21.

6) Selang waktu uji coba

Selang waktu uji coba berarti waktu antara imbalan satu uji coba

dan mulainya suatu intruksi untuk uji-coba berikutnya. Anak yang

memperlihatkan banyak perilaku lepas tugas (off-task) memerlukan

selang waktu uji-coba yang pendek agar dapat mengurangi kesempatan

untuk terjadinya perilaku tersebut. Umumnya, selang waktu uji coba

berkisar antara 3-5 detik. Hal ini akan membantu anak mengetahui bahwa

anda telah mengakhiri suatu uji coba dan akan memberikan uji coba yang

baru lagi. Gunakan tenggang waktu untuk mencatat respon anak terhadap

uji coba terakhir pada lembar penialian, persiapkan intruksi dan bahan

yang diperlukan untuk tugas berikutnya22.

d. Pelaksanaan Terapi Perilaku

Terapi perilaku mempelajari cara seorang individu bereaksi terhadap

suatu rangsangan, Terapi perilaku merupakan suatu metode untuk

membangun kemampuan yang secara sosial bermanfaat dan mengurangi

atau menghilangkan hal-hal kebalikannya yang merupakan masalah. Metode

ini dapat melatih setiap keterampilan yang tidak dimiliki anak, mulai dari

respon sederhana, misalnya memandang orang lain atau kontak mata,

21 Bonny Danuatmaja, Terapi …, h. 46. 22 Ibid., h. 50.

Page 29: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

16

sampai keterampilan kompleks misalnya komunikasi spontan dan interaksi

sosial. Metode ini diajarkan secara sistematik, terstruktur dan terukur.

Dimulai system one on one (satu guru satu murid), dengan memberikan

intruksi spesifik yang singkat, jelas, dan konsisten. Biasanya diperlukan

suatu prompt (bimbingan, model, bantuan, dan arahan) di awal terapi.

Respon yang benar, dengan atau tanpa prompt, akan diberikan imbalan23.

Latihan dilakukan berulang-ulang sampai anak berespon sendiri

tanpa prompt. Respon anak dicatat dan dievaluasi sesuai kriteria yang sudah

dibuat. Selanjutnya, dilakukan perluasan dan generalisasi terhadap

kemampuan dan keterampilan yang sudah dikuasai pada situasi yang kurang

terstruktur, misalnya kesempatan yang alamiah. Secara bertahap, dialihkan

dari intruksi satu guru-satu murid ke kelompok kecil, kemudian kelompok

besar. Terapi perilaku juga bertujuan untuk mengajarkan anak bagaimana

belajar dari lingkungan normal, bagaimana berespon terhadap lingkungan

dan mengajarkan perilaku yang sesuai agar anak dapat membedakan

berbagai hal tertentu dari berbagai macam rangsangan. Jadi, yang terpenting

adalah mengajarkan anak belajar untuk belajar.24

Adapun program yang biasanya diberikan dalam terapi ini adalah

kepatuhan (kontak mata dan dapat duduk saat belajar), bahasa reseptif,

bahasa ekspresif, preakademik, dan bantu diri. Program ini disesuaikan

dengan keadaan anak. Untuk itu, anak yang akan mengikuti terapi harus

diobservasi terlebih dahulu dan dari hasil observasi itu akan ditentukan

23Bonny Danuatmaja, Terapi…, h. 28-29. 24Ibid,, h. 29.

Page 30: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

17

program untuk anak tersebut. Dalam metode terapi ini disarankan waktu

terapi adalah 40 jam per minggu. Keberhasilan terapi ini dipengaruhi

beberapa faktor, yaitu berat atau ringannya derajat autisme, usia anak saat

pertama kali ditangani, intensitas terapi, metode terapi, IQ anak,

kemampuan berbahasa, masalah perilaku, dan peran serta orangtua dan

lingkungan25.

3. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk

memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap

dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain26. Menurut Theodore M.

Newcomb dalam bukunya Slamet Santoso “Teori-teori Psikologi sosial”

interaksi sosial adalah peristiwa yang kompleks, termasuk tingkah laku yang

berupa rangsangan dan reaksi keduanya, dan mungkin mempunyai satu arti

sebagai rangsangan dan yang lain sebagai reaksi.27

Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya

suatu ineraksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi.

Terjadinya kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan,

tetapi juga tergantung kepada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut.

25 Tati Nurhayati, “Terapi Perilaku Anak Autis”, dalam www.Kompas.com.htm/artikel, diambil tanggal 05 Mei 2017, pukul 11.34 WITA. 26Slamet Santoso, Teori-teori Psikologi Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h. 157. 27Ibid., h. 163.

Page 31: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

18

Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang

memberikan tafsiran pada sesuatu atau kelakuan orang lain.28

b. Dasar-dasar Interaksi Sosial

1) Faktor Imitasi

Imitasi merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang

menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam

pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak. Dengan cara imitasi,

pandangan dan tingkah laku sesorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide,

dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat. Dengan

demikian seseorang dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungannya

dengan orang lain29.

2) Faktor Sugesti

Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi

sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam suatu imitasi itu orang

yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya. Sedangkan pada sugesti,

seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu

diterima oleh orang lain di luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat

kita rumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima

suatu cara pengelihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang

lain tanpa kritik terlebih dahulu.30

28J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Prenada Media Grup, 2004), h.16. 29 W.A. Gerungan, Psikologi …, h. 64. 30 Ibid., h. 65.

Page 32: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

19

3) Faktor Identifikasi

Identifikasi merupakan proses yang dilakukan oleh individu tanpa

adanya kesadaran dari individu tersebut. Tujuan dari proses identifikasi

yang dilakukan oleh individu adalah individu tersebut ingin mempelajari

tingkah laku individu lain walaupun mungkin secara rasional ia kurang

mampu dan kurang disadari.31

4) Faktor Simpati

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang

terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi

berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi32.

4. Anak Autis

a. Pengertian Anak Autisme

Autisme sebetulnya berasal dari kata auto yang berarti sendiri.

Untuk itulah mengapa penyandang autisme seakan akan hidup di dunianya

sendiri. Beberapa ahli mengartikan autisme berbeda beda, diantaranya :

Menurut Kartono dalam bukunya Sri Mulyati “Penanganan

Terhadap Anak Autis” autisme diartikan sebagai gejala menutup diri sendiri

secara total dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar karena

keasyikannya yang ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri. Autisme

merupakan gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang

berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama.

31 Slamet Santoso, Teori-teori…, h. 176. 32W.A. Gerungan, Psikologi…, h. 74.

Page 33: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

20

Ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak

penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain33.

Sedangkan Yuniar dalam bukunya Sri Mulyati “Penanganan

Terhadap Anak Autis”menambahkan bahwa autisme adalah gangguan

perkembangan yang kompleks, dan memengaruhi perilaku, yang akibatnya

membuat penderita menjadi kekurangan kemampuan berkomunikasi,

hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk

mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota

masyarakat34.

Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa autisme

adalah gejala menutup diri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi

dengan dunia luar, serta merupakan gangguan perkembangan yang

kompleks, memengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan

komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain.35

b. Ciri-ciri Gangguan Autistme

Definisi gangguan autistik dalam DSM-IV (diagnostic statistical

manual, edisi ke-4).

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan oleh paling

sedikit dua diantaranya :

a) Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku

nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, gesture, dan gerak

isyarat untuk melakukan interaksi sosial 33 Sri Mulyati, Penanganan…, h. 09. 34 Sri Mulyati, Penanganan…, h. 10 35 Ibid., h. 11.

Page 34: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

21

b) Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya

yang sesuai dengan tingkat perkembangannya

c) Ketidakmampuan merasakan kegembiraan orang lain

d) Kekurangmapuan dalam berhubungan emosional secara timbal balik

dengan orang lain

2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling

sedikit salah satu dari yang berikut ini :

a) Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa

lisan

b) Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau

melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam

percakapan sederhana.

c) Penggunaan bahasa yang repetitive (diulang-ulang) atau stereotip

(meniru-niru) atau bersifat idiosinkratik (aneh)

d) Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau

meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya

e) Pola minat perilaku yang terbatas, repetitive, dan stereotip seperti

yang ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang berikut ini:

f) Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas

atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun

fokus.

Page 35: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

22

g) Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik

(kebiasaan tertentu) yang nonfungsional (tidak berhubungan dengan

fungsi)

h) Perilaku gerakan repetitife dan stereotip (seperti terus-menerus

membuka-tutup genggaman, memuntir jari atau tangan atau

menggerakkan tubuh dengan cara yang kompleks)

i) Keasikan yang terus-menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah

benda36.

Tidak seperti kondisi medis yang lain, autisme tidak bisa

dideteksi lewat tes darah atau pemindaian otak. Para spesialis pun

mencari perilaku spesifik di tiga aspek tersebut untuk menemukan

apakah seseorang memiliki autisme atau tidak, Anak autis dalam

berinteraksi sosial menggunakan kontak mata, ekspresi wajah dan gestur

untuk menunjukkan minat mereka, dan berusaha terlibat dalam

pembicaraan. Anak autis tidak memiliki kemampuan untuk menghayati

lingkungan dan membentuk pemahaman yang kompleks mengenai

lingkungan37.

Autisme merupakan cacat yang terjadi selama perkembangan anak

yang ditandai dengan lemahnya kemampuan berkomunikasi, berinteraksi

sosial, dan berperilaku secara normal dan umumnya tampak sebelum anak

berumur dua atau tiga tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deteksi

36 Theo Peeters, Panduan Autisme Terlengkap, ter. Oscar. H Simbolon (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2009) , h. 01-02. 37 Ibid., h. 125.

Page 36: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

23

dan adanya campur tangan dini adalah hal paling penting untuk

mempersempit dampak autisme yang melumpuhkan38.

Menurut Leo Kanner, gejala-gejala autisme yang utama adalah :

1. Ketidakmampuan anak untuk berhubungan secara normal dengan

orang lain dan situasi sejak lahir.

2. Perkembangan niat dan perilaku repetitif yang rumit

3. Keinginan yang kompulsif (memaksa) untuk mempertahankan

kesamaan.

Anak-anak yang dikelompokkan sebagai anak-anak penyendiri

memiliki masalah perilaku yang menunjukkan sedikit kesadaran. Masalah

mereka meliputi perilaku buruk seperti mengamuk, secara tidak terduga

menggigit, memukul atau mencakar, melukai diri-sendiri, berkeliaran

tanpa tujuan jelas, berteriak, meludah atau mencoret-coret. Perilaku

stereotip itu biasanya sederhana dan diatur sendiri, seperti melihat gerakan

jari, melambai-lambaikan tangan atau mengayunkan badan kedepan dan

belakang. Anak-anak yang “pasif” biasanya berperilaku paling baik selama

mereka dapat mengikuti rutinitas harian yang dapat dipercaya. Permainan

imajinatif mereka biasanya tidak ada atau hanya terdiri dari perilaku

meniru aktivitas anak-anak lain, sebagai contoh memberi makan atau

memandikan boneka39.

38Tara Delaney, 101 Permainan dan Aktivitas untuk Anak-anak Penderita Autisme, Asperger, dan Gangguan Pemrosesan Sensorik (ANDI: Yogyakarta, 2000), h. 254. 39 Tara Delaney, 101 Permainan…, h. 121.

Page 37: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

24

c. Interaksi Sosial Anak Autis

Salah satu kelemahan utama anak autis adalah dalam kemampuan

menjalin interaksi dua arah dengan orang lain. Mereka umumnya tampak

lebih suka berkutat dengan dunianya sendiri daripada ikut serta dalam

interaksi dengan teman sebaya. Keengganan ini seringkali diinterpretasikan

sebagai tidak adanya keinginan, padahal dalam kenyataannya bukan karena

mereka tak ingin, melainkan karena banyaknya hambatan yang mereka

miliki40.

Bahasa tidak bisa dipisahkan dari interaksi sosial, dan individu autis

biasanya bermasalah dengan bahasa. Putra-putri anda mungkin lulus saat

membaca kata-kata (dekoding) namun berjuang keras untuk bisa

menafsirkan bahkan cerita yang paling sederhana. Beberapa individu autis

adalah pengeja yang sempurna beberapa dari mereka bahkan bisa belajar

bahasa asing dengan mudah. Sedangkan yang lain terus menghadapi

tantangan untuk bisa menghasilkan ujaran atau ungkapan yang benar

gramatikanya, atau memahami materi yang diucapkan dan ditulis41.

Gangguan-gangguan dalam berkomunikasi, interaksi sosial dan

imajinasi sering saling berkaitan sehingga semuanya dapat digambarkan

sebagai tiga serangkai. Anak-anak yang menderita tiga serangkai ini

mungkin mendapati keseluruhan pola minat mereka didominasi oleh

40 Andriana S Ginanjar, Menjadi…, h. 110. 41 Anjali Sastry dan Blaise Aguirre MD, Parenting…, h. 36.

Page 38: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

25

aktivitas-aktivitas stereotip yang repetitif, yang dapat bertahan selama

berbulan-bulan atau bertahun-tahun42.

Adapun tahapan perkembangan interaksi sosial anak autis sebagai

berikut:

1) Interaksi satu arah dengan objek

Interaksi awal anak-anak autistik lebih banyak pada objek karena

tidak menyebabkan sensasi yang berlebihan. Objek memiliki tingkat

intimidasi yang sangat rendah karena objek biasanya tidak bergerak,

tidak mengeluarkan suara, dan berada pada tempat tertentu. Fokus utama

mereka selalu pada benda-benda sekeliling, bukan orang lain.

2) Kedekatan emosional dengan binatang peliharaan

Anak autis juga amat menikmati dengan binatang peliharaan

karena lebih mudah dimengerti dan tidak banyak menuntut. Untuk

menjalin hubungan dengan binatang peliharaan, misalnya kucing, mereka

akan meniru tingkah laku si kucing dan dapat bermain bersama selam

berjam-jam.

3) Ibu sebagai tokoh sentral

Keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi sebagian besar

anak autis. Di dalam keluarga mereka belajar menjalin hubungan antar

pribadi yang dilandasi oleh keintiman emosional. Hubungan terdekat

biasanya terjalin dengan ibu atau pengasuh karena dengan merekalah

42 Theo Peeters, Panduan…, h. 120.

Page 39: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

26

paling banyak anak menghabiskan waktu seperti makan, minum, mandi,

tidur, belajar, bermain, sampai dengan bertengkar dan menangis bersama.

4) Interaksi dengan teman sebaya

Interaksi dengan teman sebaya di sekolah merupakan salah satu

sumber stress dan pengalaman traumatik. Banyak orang tua yang

menceritakan bahwa anak-anak mereka menjadi korban bullying dari

teman-teman di sekolahnya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan mereka

juga memperoleh pengalaman positif dari teman dekat yang bisa menjadi

pendamping setia saat mereka mempunyai problem yang berat43.

G. Metodologi Penelitian

Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap

berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab

data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek

penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah44.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode kualitatif

deskriptif untuk mengumpulkan dan memaparkan data mengenai tingkat 43 Andriana S Ginanjar, Menjadi…, h. 114-116. 44 Lexy J. Moelong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 6.

Page 40: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

27

efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis di Graha Autis

(Lembaga Pendidikan Autisme dan Anak Berkebutuhan Khusus) Mataram.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai human instrumen, yaitu

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data dan membuat kesimpulan.45 Sedangkan instrument pengumpulan data

yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa

dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan

hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena

itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolok ukur

keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan

peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data

lainnya di sini mutlak diperlukan.

Peneliti sebagai instrument tunggal (human instrument) dengan cara

terjun langsung ke lapangan atau observasi partisipasif. Adapun unsur

informan terdiri dari kepala lembaga, para pengasuh, para orang tua anak

penyandang autisme, dan anak-anak penyandang autisme.

3. Sumber Data Penelitian

a. Data Primer

Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini

harus dicari melalui narasumber yaitu orang yang kita jadikan objek

45 Ibid…, h. 168.

Page 41: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

28

penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan

informasi ataupun data.46 Adapun yang menjadi sumber data primer dari

penelitian ini adalah ibu Rita Susanti, S.Pd. selaku Kepala Lembaga Graha

Autis sekaligus menjadi pengasuh anak-anak penyandang autis. Dan data

lain juga peneliti dapatkan dari pengasuh lain dan orang tua anak

penyandang autisme.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder adalah

data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber

lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat

perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi

pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi

dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti

kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories,

dan sebagainya47.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam penelitian,

bahkan merupakan keharusan bagi seorang peneliti dalam penelitian. Adapun

dalam memperoleh data yang di perlukan dalam penelitian ini di antaranya:

46 Umi Narimawati, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 98. 47 Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2008), h. 402.

Page 42: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

29

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik

pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan

dan dicatat secara sistematis, dan dapat dikontrol realibilitas dan

validitasnya. Dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting adalah

mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.48

Macam-macam Observasi adalah sebagai berikut :

a) Observasi Partisipan

Merupakan observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan

sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat topik

penelitian. Biasanya peneliti tinggal atau hidup bersama anggota

masyarakat dan ikut terlibat dalam semua aktivitas dan perasaan mereka.

Selanjutnya peneliti memainkan dua peran, yaitu pertama berperan

sebagai peserta dalam kehidupan masyarakat, dan kedua sebagai peneliti

yang mengumpulkan data tentang perilaku masyarakat dan perilaku

individunya49.

b) Observasi Non-partisipan

Adalah observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau

penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian.

48 Husaini Usman dan Purnomo Seiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. l 54.

Page 43: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

30

Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan pada

situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya.50

2. Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan informasi atau data dari responden dengan cara bertanya

langsung secara bertatap muka (face to face). Kualitas hasil wawancara

banyak dipengaruhi oleh kemampuan pewawancara dalam membangun dan

mengembangakan interaksinya dengan responden.

Selain faktor pewawancara dan responden, kualitas data hasil

wawancara juga dipengaruhi oleh situasi wawancara dan topik penelitian

yang biasanya tertuang dalam bentuk kuesioner (daftar pertanyaan). Dari

keempat faktor ini, posisi pewawancara sangatlah menentukan. Artinya,

pewawancara dituntut mampu mengadakan pendekatan kepada responden,

menjelaskan topik penelitian dengan baik kepada responden sehingga dapat

membangun dan menciptakan situasi yang kondusif terhadap kelancaran

wawancara.51

a) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur dilakukan oleh peneliti bila dia

mengetahui secara jelas dan terperinci apa informasi yang dibutuhkan

dan memiliki satu daftar pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya

yang akan disampaikan kepada responden.

50Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 39-40. 51Bagong Suyatno dan Sutinah, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 69-70.

Page 44: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

31

b) Wawancara Tak Terstruktur

Disebut wawancara tak terstruktur sebab pewawancara tidak

memiliki setting wawancara dengan sekuensi pertanyaan yang

direncanakan yang akan ditanyakan kepada responden. Dengan kata

lain, pewawancara dalam wawancara tak terstruktur secara khas hanya

mempunyai satu daftar tentang topik atau isu, sering dinamakan

sebagai suatu interview guide, yang secara khas dicakup.52

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi

partisipan maupun non-partisipan dan juga teknik wawancara tak

terstruktur sebagai bahan untuk mengumpulkan data-data karena

teknik inilah yang cocok dan sesuai dengan masalah yang diteliti oleh

peneliti juga mempermudah peneliti dalam proses penelitiannya.

5. Teknik Analisa Data

a. Pengertian Analisis Data

Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di

temukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di

sarankan oleh data. Dari data-data seperti catatan lapangan dan tanggapan

peneliti, gambar, foto, dokumentasi berupa laporan, biografi, artikel, dan

sebagainya. Pekerjaan analisis dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkatagorisasikannya.

52Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h. 313.

Page 45: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

32

Pengorganisasian dan pengelolahan data tersebut bertujuan menemukan

tema dan hipotesis kerja yang akhirnya di angkat menjadi teori substansif53.

Analisis data mempunyai dua tujuan, yakni meringkas dan

menggambarkan data dan membuat inferensi dari data untuk populasi dari

mana sampel ditarik. Analisis berarti kategorisasi, penataan, manipulasi, dan

peringkatan data untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian.

Kegunaan analisis ialah mereduksikan data menjadi perwujudan yang dapat

dipahami dan ditafsir dengan cara tertentu hingga relasi masalah penelitian

dapat ditelaah serta diuji54.

b. Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang

diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan

bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori

atau unsur klasifikasi. Data mungkin telah dikumpulkan dalam aneka

macam cara seperti observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman,

dan biasanya diproses sebelum siap digunakan melalui pencatatan,

pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis. Tetapi analisis kualitatif tetap

menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang

diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika

sebagai alat bantu analisis55.

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan teknik analisis

kualitatif dalam penelitiannya untuk menganalisis data. Karena peneliti 53Lexy J. Moelong, Metodelogi Penelitian…, h. 190-191. 54 Ulber Silalahi, Metode…, h. 332. 55 Ibid., h. 339.

Page 46: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

33

menggunakan pendekatan penelitain kualitatif dan mengumpulkan data

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

kemudian akan ditulis, dikelompokkan, dan di analisis sesuai dengan data

yang diperoleh dilapangan.

c. Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang valid peneliti menggunakan beberapa

teknik antara lain :

1) Memperpanjang kehadiran peneliti

Untuk mendapatkan data yang valid, maka salah satu cara yang

digunakan yaitu memperpanjang kehadiran peneliti di lapangan dengan

cara mencari data yang memiliki kredibilitas tinggi dari orang-orang

yang dianggap mempunyai nilai informasi paling akurat, dalam hal ini

adalah orang yang terlibat secara langsung dengan objek peneliti.

2) Pemeriksaan dengan teman sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspose sementara hasil

akhir yang diperoleh dalam diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

Teknik ini mengandung beberapa maksud yaitu: Untuk membuat agar

peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran.

3) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, dalam hal ini bertujuan

untuk mengecek kebenaran hasil penelitian dengan membandingkan serta

Page 47: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

34

memanfaatkan sesuatu yang lebih atau kunci informasi dalam

pengecekan ini dapat dilakukan dengan :

a) Membandingkan hasil wawancara dengan pengamatan.

b) Membandingkan pernyataan yang dilakukan di tempat umum dengan

yang digunakan secara pribadi.

c) Membandingkan sesuatu yang diungkapkan di dalam situasi penelitian

dengan situasi lain.56

56Lexy. J. Moelong, Metodologi…, h. 30.

Page 48: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

35

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Graha Autis

Lembaga ini pada awal terbentuknya bernama Yard Therapy and

Learning – Anak Lombok Mataram pada 18 Agustus 2002 berkedudukan di

Jalan Barito IV/28 Perumnas Tanjung Karang Ampenan – Mataram, pada

tahap ini belum memiliki tempat terapi, tenaga terapis yang mengunjungi

rumah anak pendertia autis dan berkebutuhan khusus. Pada tahun 2003 s/d

2009 YTAL – Anak Lombok Mataram meminjam ruang kelas TK Aisiyah 3

sebagai tempat terapi, dan pada Oktober 2009 sampai Juli 2010 terapi kembali

dilakukan di rumah Jl. Barito IV/28 Perumnas. Pada periode ini, belum YTAL

– Anak Lombok Mataram belum memiliki badan hukum dan pengelolaannya

masih sederhana berdasarkan kepercayaan orang tua siswa dan bedasarkan

kekeluargaan57.

Seiring perjalanan waktu, jumlah orang tua anak autis dan

berkebutuhan khusus yang mempercayakan anaknya untuk terapi di YTAL –

Anak Lombok Mataram pun semakin bertambah, kondisi tersebut mendorong

lembaga ini untuk mengembangkan diri, maka pada 28 Juni 2010 YTAL –

Anak Lombok Mataram dinyatakan berdiri sebagai badan hukum dan mulai

berkegiatan sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat berdasarkan Akta Notaris

Eka Nugraha, SH., M.Kn. Pada tahun 2010 lembaga ini juga mendapatkan

dukungan pembangunan ruang kelas dari PT. Newmont Nusa Tenggara di atas

57 Dokumentasi, Graha Autis, 23 Maret 2017.

35

Page 49: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

36

tanah hibah murni seluas 12 are di Jl. Gili Air I, Blok A2, No. 18, Kelurahan

Taman Sari, Ampenan Selatan. Mulai dari tanggal 30 Juli 2010 aktivitas terapi

telah dilakukan dibangunan yang baru tersebut, program asrama secara

sederhana pun dijalankan serta proses bimbingan belajar maupun klinik

kesehatan sebatas tentang konsultasi anak autis telah dilaksanakan. Harapan

dan cita-cita dari pendiri dan pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat YTAL –

Anak Lombok Mataram untuk melayani berbagai macam keperluan anak autis

dan berkebutuhan khusus semakin berkembang58.

Program kerja dan kegiatan-kegiatan semakin beragam dan bertambah

luas jangkuan sasarannya. Hal tersebut merupakan dasar pemikiran pendiri dan

para pegiat di YTAL – Anak Lombok Mataram untuk merubah nama lembaga

menjadi “GRAHA AUTIS”, diharapkan mampu menjadi pusat dunia autis dan

anak berkebutuhan khusus di Pulau Lombok pada khususnya dan di Indonesia

pada umumnya. Program kerja pun semakin luas sasarannya, bukan hanya

melibatkan anak-anak penderita saja, namun orang tua dan masyarakat luas.

Pelayanan terhadap anak-anak pun diharapkan mampu menjadi semakin baik.

Graha Autis berdiri bukan hanya karena kehebatan dari para pengelolanya

namun dukungan dari masyarakat dan instansi terkait. Graha Autis akan selalu

terbuka dengan berbagai pihak selama tidak mengikat untuk menjalain kerja

sama dan kemitraan. Semoga Graha Autis dapat selalu memberikan yang

58 Dokumentasi, Graha Autis, 23 Maret 2017.

Page 50: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

37

terbaik bagi anak-anak, dunia autis dan anak berkebutuhan khusus, serta

melakukan yang terbaik bagi nusa dan bangsa59.

2. Letak Geografis Graha Autis

Letak geografis Graha Autis yang terletak di tengah-tengah pemukiman

masyarakat dan batas wilayah lembaga adalah :

Sebelah utara berbatas dengan : Perumahan masyarakat kelurahan

Ampenan selatan

Sebelah selatan berbatas dengan : Tanah kosong milik Graha Autis

Sebelah timur berbatas dengan : Jln. Gili Air 1. Taman sari,

Kelurahan Ampenan selatan

Sebelah barat berbatas dengan : Perumahan masyarakat kelurahan

Ampenan

Melihat letak geografis Lembaga Graha Autis yang berada di tengah-

tengah masyarakat sehingga mempermudah akses dan kegiatan-kegiatan yang

ada di dalam lembaga, baik itu kegiatan pendidikan, terapi, keagamaan dan

kegiatan lainnya. Menurut persepsi peneliti sekalipun graha autis merupakan

tempat yang nyaman serta aman bagi anak-anak autisme dan anak

berkebutuhan khusus yang bisa dirasakan seperti berada di rumah sendiri

bersama keluarga sendiri karena di graham autis memang diterapkan sistem

pengasuhan yang berdasarkan dengan cinta dan kasih sayang layaknya

keluarga sendiri60.

3. Identitas Lembaga

59 Dokumentasi, Graha Autis, 23 Maret 2017. 60 Observasi, Graha Autis, 15 Desember 2016

Page 51: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

38

Pada umumnya setiap lembaga mempunyai identitas dan akta notaris.

Begitupula dengan lembaga swadaya masyarakat Graha Autis (Lembaga

pendidikan anak autis dan anak berkebutuhan khusus) Mataram yang didirikan

berdasarkan akta notaris dan identitas sebagai berikut :

Nama Lembaga : Graha Autis

Alamat : Jln. Gili Air 1. Blok A2 No. 18, Taman Sari, Kelurahan

Ampenan Selatan

Telp/Faks : 081999555731

e-mail : [email protected]

4. Sarana dan Prasarana

Graha Autis beralamat di Jl. Gili Air I, Blok A2, No. 18, Taman Sari,

Ampenan Selatan, Mataram Nusa Tenggara Barat memiliki luas areal sebanyak

±12 are yakni ±10 are lahan tanah masih kosong dan ±2 are lahan tanah aktif

dengan rincian sebagai berikut :

a. 6 Lokal ruang kelas

b. 1 Lokal perpustakaan

c. 4 Lokal kamar asrama

d. 1 Unit Aula

e. 1 Unit Dapur

f. 2 Unit Kamar mandi

g. 3 Buah TV

h. Taman bermain anak62

61 Observasi, Graha Autis, 15 Desember 2016

Page 52: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

39

Selain itu Graha Autis telah mengikuti standar sarana dan prasarana

yang diwajibkan di setiap sekolah untuk memiliki sarana yang mencakup

perabotan, peralatan pendidikan seperti meja dan kursi, media pendidikan,

buku dan sumber belajar lainnya, alat administrasi, belajar-mengajar dan

penelitian serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan63.

5. Visi dan Misi Graha Autis

a. Visi

Mendidik anak autisme dan anak berkebutuhan khusus lainnya untuk

dapat berkarya dan berguna bagi lingkungan dengan kemandirian penuh.

b. Misi

1) Mengembangkan dan mengoptimalkan bakat dan minat anak autisme dan

anak kebutuhan lainnya.

2) Dapat berkarya untuk masa depanya.

3) Memberikan kesempatan anak autisme untuk dapat dididik secara formal.

4) Memberikan kesempatan pada semua pihak untuk mensosialisasikan

autisme.

5) Menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan instansi-instansi terkait64.

6. Tenaga Pengajar Graha Autis

1. Maria, S.Pd.

2. Febriana Hariyanti, S.Pd.

3. Muliana Amanatun Aini, S.Pd.

62 Observasi, Graha Autis, 23 Maret 2017 63 Dokumentasi, Graha Autis, 17 Maret 2017 64 Ibid., 17 Maret 2017

Page 53: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

40

4. Rahayu Hikmayanti, A.Md.

5. Rita Susanti, S.Pd (Owner LSM)

6. Nia Kurnianti, A.Md.Tw. (Terapis Wicara).

7. Tara Vergianto (Brain Gym)

8. Irawan Mathuriadi (Seni Rupa).

9. Bambang Ibnu Sina, S.Pd (Seni Musik).

10. Fathoni Nurkholis, SE. (Komputer & Desain Grafis)65.

7. Maksud dan Tujuan Graha Autis

a. Maksud

Graha Autis hadir ditengah masyarakat dengan maksud

memberikan pelayanan terbaik kepada berbagai pihak yang terkait dengan

dunia autis dan anak berkebutuhan khusus. Graha autis tidak hanya

melibatkan anak-anak penderita autisme dan anak berkebutuhan khusus,

namun melibatkan pula orang tua, masyarakat, lembaga / instansi lainnya

yang memiliki kepedulian terhadap dunia autisme dan anak berkebutuhan

khusus. Graha autis pun berharap dapat meringankan beban orang tua

penderita autis dan orang tua anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu

(secara ekonomi) untuk melaksanakan terapi dan latihan menjalani

kemandirian hidup bagi anak-anak mereka, serta Graha Autis sebagai

solusi bagi orang tua dalam memecahkan masalah dan mencari solusi bagi

mereka yang ingin mengantarkan putra-putrinya ke jenjang pendidikan

lanjutan formal melalui sekolah umum66.

65 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 66 Ibid., 23 Maret 2017

Page 54: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

41

b. Tujuan

1) Graha Autis sebagai pusat kegiatan dunia autisme dan anak

berkebutuhan khusus. Melibatkan anak-anak autis, anak-anak

berkebetuhan khusus, orang tua, masyarakat dan lembaga / instansi

terkait lainnya.

2) Membantu orang tua mencari alternatif-alternatif efektifitas

pembelajaran anak autis dan anak berkebutuhan khusus dalam

mempersiapkan memasuki sekolah formal.

3) Mewujudkan anak autis dan anak berkebutuhan khusus agar

mendapatkan pendidikan yang layak. Mempersiapkan mereka untuk

mengikuti sekolah formal dengan melibatkan shadow teacher atau guru

pendamping serta melakukan pendekatan inquiry kepada sekolah-

sekolah umum dan masyarakat agar mereka memahami dunia anak

autis dan anak berkebutuhan khusus dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan mereka.

4) Memberikan harapan anak autis dan anak berkebutuhan khusus masa

depan yang layak. Graha autis berusaha mempersiapkan anak autis dan

anak berkebutuhan khusus untuk mampu menghadapi masa depan

secara mandiri.

5) Mempersiapkan masa depan anak autis dan berkebutuhan khusus untuk

mampu ikut berkarya dan berkreasi sebagai mata pencaharian mereka.

Selain itu melibatkan orang tua anak autis dan anak berkebutuhan

Page 55: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

42

khusus yang tidak mampu (secara ekonomi) agar mampu hidup secara

layak.

6) Mewujudkan komunitas peduli autisme dan anak berkebutuhan khusus,

sebagai wadah kepedulian masyarakat terhadap dunia autis dan anak

berkebutuhan khusus dengan membentuk satu perkumpulan masyarakat

peduli anak autis dan anak berkebutuhan khusus.

7) Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk melaksakan program

kerja sebagai solusi terbaik bagi dunia autisme dan anak berkebutuhan

khusus67.

8. Program Kerja LSM-Graha Autis

a) Therapy

Secara umum anak autis memiliki ciri-ciri autis dominan yaitu

kurangnya inisiatif untuk berkomunikasi, mengalami kesulitan verbalisme,

selalu berbicara tidak jelas, mengulang-mengulang kata yang didengarnya

atau sama sekali tidak berkomunikasi, adanya perilaku yang tidak terarah

dan tidak wajar yang cenderung agresif. Disamping itu gangguan motorik

kerap menyertai anak autis. Graha Autis melayani terapai bertujuan untuk

lebih fokus melayani pada gangguan autis atau kelainan yang telah di

diagnosis seperti gangguan komunikasi, gangguan perilaku, gangguan

motorik, gangguan sosialisasi atau interaksi social, dan gangguan

intelegensi.68

b) Klinik kesehatan

67 Ibid., 23 Maret 2017 68 Dokumentasi, Graha Autis, 23 Maret 2017

Page 56: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

43

Graha Autis bermaksud akan membuka klinik kesehatan bertujuan

untuk melayani masalah kesehatan pada penderita autis secara khusus, dan

masyarakat pada umumnya. Selain itu, klinik ini memberikan pelayanan

konsultasi menjaga kesehatan anak autis termasuk pola makan yang tepat.

Klinik Kesehatan ini juga berharap dapat membantu masalah kesehatan bagi

masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi69.

c) Pengobatan Herbal (Apotek)

Graha Autis bermaksud untuk memberikan pelayanan pengobatan

secara herbal bagi anak penderita autis. Pengobatan herbal yang diolah

secara alami dinilai lebih ekonomis bagi orang tua pendertia anak autis

karena bahan-bahannya mudah didapatkan dilingkungan sekitar, terutama di

Pulau Lombok lokasi Graha Autis70.

d) PAUD Inklusi

Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat,

namun keberadaan sekolah inklusi atau sekolah yang memberi perlakuan

sama pada anak normal dan berkebutuhan khusus masih sedikit, apalagi

pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD). Meskipun anak

berkebutuhan khusus belum bisa menerima materi seperti anak lain, tetapi

mengikuti PAUD bisa menjadi ajang sosialisasi dengan teman sebayanya.

Anak autis dan anak berkebutuhan khusus selayaknya diberi perhatian

penuh untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya baik melalui

program inklusi maupun program taman kanak-kanak luar biasa. Hal ini

69 Dokumentasi, Graha Autis, 23 Maret 2017 70 Ibid., 23 Maret 2017

Page 57: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

44

sangat penting untuk menghindari diskriminasi pendidikan. Oleh sebab

itulah, Graha Autis akan mendirikan PAUD Inklusi untuk autis dan anak

berkebutuhan khusus, namun karena keterbatasan sarana dan prasarana

menunjang PAUD Inklusi ini belum bisa dilaksanakan sesuai rencana71.

e) Bimbingan Belajar

Persiapan belajar materi akademik bagi anak-anak autis dan anak

berkebutuhan khusus yang sudah mampu berkomunikasi secara verbalisasi

dan mampu bersosialisasi agar mereka bisa menempuh sekolah formal

sesuai usianya72.

f) Asrama Autisme dan Anak Berkebutuhan Khusus

Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks

pada anak. Penanganan yang tepat anak dengan autisme untuk dapat

mencapai kemajuan dan mengatasi ketertinggalan, dibutuhkan diagnosis

akurat, pendidikan yang tepat, dan dukungan yang kuat agar anak dengan

autisme tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berhasil. Anak dengan

autis membutuhkan layanan pendidikan yang khusus, dan memerlukan jenis

terapi yang khusus. Untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal anak autis

dan anak berkebutuhan khusus sebaiknya diasramakan, karena akan

membantu dalam pelayanan selama 24 jam, agar dapat memantau

kebutuhan anak tersebut dan memberikan perlakuan, pelayanan serta terapi

yang layak bagi anak autis dan anak berkebutuhan khusus. Untuk itulah,

Graha Autis berharap bantuan untuk membangun asrama bagi anak autis

71 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 72 Ibid., 23 Maret 2017

Page 58: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

45

dan anak berkebutuhan khusus. Saat ini Graha Autis, telah menjalankan

program asrama untuk beberapa orang anak penderita autisme dengan

sarana dan prasaranaya seadanya73.

g) Tempat Penitipan Anak

Graha Autis bermaksud untuk meringankan beban orang tua anak

pada umumnya dan termasuk orang tua anak penderita autis. Anak-anak

membutuhkan perhatian yang pelayanan yang layak, bila orang tua

mengalami permasalahan mengasuh anak ketika ada keperluan atau tidak

memiliki kesempatan, maka Graha Autis adalah orang tua kedua bagi anak-

anak normol, anak autis dan anak berkebutuhan khusus. Graha Autis

bertujuan untuk melayani Tempat Penitipan Anak Autis, baik dalam jangka

waktu beberapa jam maupun dalam beberapa hari74.

h) Kejar Paket A, B, C

Anak-anak autis dan anak berkebutuhan khusus tetap berhak

mendapatkan pendidikan, mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk

mengejar ketertinggalan dibandingkan anak normal. Bagi anak autis dan

anak berkebutuhan khusus yang telah “pulih” untuk mengejar ketertinggalan

di dunia akademi formal, Graha Autis memfasilitasi untuk meraih dunia

pendidikan (SD, SLTP, SLTA) melalui Kejar Paket A, B dan C, bertujuan

agar masa depan mereka lebih baik dan dapat merasakan seperti apa

dirasakan oleh manusia normal lainnya75.

73 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 74 Ibid., 23 Maret 2017 75 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017

Page 59: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

46

i) Taman Bacaan/Perpustakaan Graha Autis

Graha Autis berharap dalam melayani kebutuhan pengetahuan dan

edukasi (pendidikan) masyarakat secara umum dan anak-anak pada

khususnya. Pelayanan ini dalam bentuk menyediakan buku-buku tentang

autis dan anak berkebutuhan khusus, perkembangan mental anak-anak

maupun jurnal-jurnal tentang anak-anak. Selain itu, buku-buku tentang

keilmuan dan pendidikan untuk orang tua dan masyarakat umum juga

disediakan untuk mengisi perpustakaan76.

j) Laboratorium Bahasa Graha Autis

Anak autis umumnya mengalami gangguan komunikasi (berbahasa)

untuk itulah Graha Autis berharap dapat memfasilitasi anak autis untuk

dapat berkomunikasi dengan baik dan benar. pilihan laboratorium bahasa

bagi anak autis yaitu laboratorium bahasa multimedia berupa perangkat

elektronik audio maupun video yang terdiri dari instructor console sebagai

mesin utama. Selain itu juga dilengkapi dengan perangkat multimedia

lainnya seperti tape recorder, VCD/ DVD Player, monitor atau ada juga

repeater language learning machine. Selain itu ada pula komponen

komputer multimedia sebagai komponen tambahan yang dapat

dikombinasikan dengan kesemuanya itu. Artinya, peralatan lab bahasa itu

mencakup berbagai jenis media dengan fungsi masing-masing yang

bervariasi. Dengan laboratorium bahasa multimedia, terapis kreatif dapat

memanfaatkan aneka jenis program pelajaran bahasa baik yang dikemas

76 Ibid., 23 Maret 2017

Page 60: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

47

dalam bentuk kaset audio, video, maupun CD interaktif. Bahkan, dengan

alat lab bahasa dan software lab bahasa ini terapis juga dapat memanfaatkan

kemampuan dirinya dalam memfasilitasi anak autis agar terlibat dalam

proses komunikasi secara aktif melalui headset dan microphone yang

tersedia pada masing-masing meja77.

k) Taman Seni Graha Autis

Graha Autis berusaha memberikan kesempatan bagi anak autis dan

anak berkebutuhan khusus untuk bisa berkarya. Seni merupakan media yang

tepat sebagai sarana terapi dan melatih perkembangan mental anak autis dan

anak berkebutuhan khusus. Oleh sebab itulah, Graha Autis berhadap dapat

mewujudkan wadah berkarya melalui seni anak autis dan berkebutuhan

khusus maupun anak-anak normal lainnya dalam wadah bernama Taman

Seni Graha Autis78.

l) Penyelenggaraan Kegiatan (Event Organizer)

Upaya untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat

khususnya terkait dengan dunia autis, Graha Autis bermaksud

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di luar dari program kerja, yaitu

berupa mengadakan kegiatan seminar, jambore anak autis, pameran karya

anak autis dan berkebutuhan khusus, musyawarah anak autis, dan kegiatan

lain-lain yang mendukung perkembangan dunia autis dan anak

berkebutuhan khusus. Kegiatan-kegiatan ini tentu butuh dukungan dari

77 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 78 Ibid., 23 Maret 2017

Page 61: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

48

berbagai pihak, Graha Autis membutuhkan mitra agar dapat menjalankan

kegaitan dengan lancar79.

m) Pusat Pelatihan Volunteer Autism

Graha Autis akan tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi anak

autis dan anak berkebuthan khusus. Untuk mewujudkan hal tersebut

diperlukan pula para terapis yang memiliki keahlian kemampuan memadai.

Graha Autis ikut berperan aktif dalam upaya menciptakan terapis yang

handal, oleh sebab itulah, peluang dibuka selebar mungkin bagi masyarakat

awam untuk menjadi volunteer terapis dan memberikan pembinaan di Pusat

Pelatihan Volunteer Autism yang diselenggarakan oleh Graha Autis.

Semakin banyak banyak masyarakat yang bersedia menjadi volunteer

autism, semakin banyak yang peduli terhadap dunia autis dan anak

berkebutuhan khusus, diharapkan anak-anak autis dan berkebutuhan khusus

semakin banyak mendapatkan perhatian dan pelayanan yang layak di tengah

masyarakat umum80.

n) Pusat Penelitian Autis

Dunia autisme dan anak berkebutuhan khusus sangat kompleks dan

rumit. Graha Autis merasakan sangat perlu ada pengembangan metode

ilmiah untuk percepatan penanganan penderita autisme dan anak

berkebutuhan khusus. Karena alasan inilah, Graha Autis berusaha untuk

menghimbau agar berbagai pihak yang peduli terhadap anak-anak pada

umumnya dan anak autis dan berkebutuhan khusus untuk terus mengadakan

79 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 80 Ibid., 23 Maret 2017

Page 62: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

49

penelitian demi memberikan yang terbaik bagi anak-anak penderita autis

dan berkebutuhan khusus, sehingga Graha Autis berharap dapat

mewujudkan pusat penelitan autism, tentunya membutuhkan dukungan

materil dan moral dari berbagai pihak81.

o) Life Skill (Wirausaha)

Salah satu bagian terpenting dari kehidupan adalah memiliki masa

depan yang cerah. Anak autis dan berkebutuhan khusus juga berhak

mendapatakan masa depan cerah. Setelah mereka pulih, tentu kita perlu ikut

memikirkan bagaimana mereka dapat merail masa depan cerah. Untuk

itulah, Graha Autis berusaha memberikan kemampuan life skill atau

kecakapan hidup dalam bentuk wirausaha bagi anak-anak yang telah pulih

dari derita autisme dan berkebutuhan khusus, minimal mereka bisa hidup

mandiri dan mampu ikut berperan aktif mensejahterakan kehidupan

masyarakat di lingkungan mereka, terutama keluarga dan kerabat dekat

lainnya82.

p) Workshop Graha Autis

Anak autis dan berkebutuhan khusus membutuhkan tempat untuk

melatih kemampuan kecakapan hidup (life skill) terutama di bidang

wirausaha. Graha Autis menyadari hal ini, untuk itulah berusaha

menyediakan bengkel kerja bagi anak autis dan berkebutuhan khusus untuk

81 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 82 Ibid., 23 Maret 2017

Page 63: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

50

mengembangkan kemampuan di bidang wirausahan dengan membuka

Workshop Graha Autis83.

q) Koprasi Graha Autis

Anak-anak selepas dari derita autis dan berkebutuhan khusus, akan

beranjak dewasa dan mengalami kehidupan yang normal, mereka harus

memiliki penghasilan untuk mempertahankan hidup di era kekinian. Atas

dasar tersebut, Graha Autis menyediakan Koperasi Graha Autis bagi mereka

yang telah memiliki kemampuan life skill dan berhasil dalam program

workshop84.

r) Penerbitan Jurnal Autisme (Media Cetak)

Aktivitas dunia autis dan anak berkebutuhan khusus membutuhkan

dukungan positif dan masyarakat umum. Namun kenyataan berkata lain,

karena keterbatasan pengetahuan masyarakat awam tentang anak autis dan

berkebutuhan khusus mengakibatkan anak autis dan berkebutuhan khusus

kerap mendapatkan perlakukan yang tidak semestinya. Graha Autis

berusaha mengajak masyarakat secara luas ikut serta memperhatikan dan

memberikan perlakuan yang selayaknya, oleh sebab itulah Penerbitan Jurnal

(media cetak) seputar dunia autis dan anak berkebutuhan khusus dirasakan

penting kehadirannya di kehidupan sehari-hari masyarakat luas. Penerbitan

Jurnal ini diharapakan sebagai media publikasi hasil-hasil penelitian tentang

anak-anak pada umumnya dan dunia autisme dan anak berkebutuhan khusus

pada umumnya. Selain itu, Jurnal Autisme juga menyiarkan berita-berita

83 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 84 Ibid., 23 Maret 2017

Page 64: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

51

dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pelaku di dunia autisme dan

anak berkebutuhan khusus85.

s) Media Informasi

Perkembangan teknologi informasi di era kekinian, menarik

perhatian Graha Autis untuk ikut serta membangun silaturahmi kepada

masyarakat luas untuk memberikan informasi-informasi seputar aktivitas

dunia autisme dan anak berkebutuhan khusus. Setidaknya sebagai wadah

komunikasi secara luas dunia autisme dan anak berkebutuhan khusus dan

diharapkan ada imbal balik sebagai alat untuk pendataan anak autis dan

berkebutuhan khusus86.

t) Komunitas Peduli Autis

Graha Autis berharap setelah terjalin komunikasi yang baik dengan

masyrakat luas melalui jaringan Penerbitan Jurnal Autisme dan situs media

informasi jaringan internet, akan mewujudkan Komunitas Peduli Autis.

Komunitas ini bersifat terbuka dan kumpulan orang-orang yang peduli

terhadap dunia autisme dan anak berkebutuhan khusus untuk mendukung

agar anak-anak tersebut mendapatkan perlakukan yang layak di masyarakat

umum. Semakin banyak orang yang peduli terhadap dunia autisme dan anak

berkebutuhan khusus, diharapkan semakin cepat pula prose pemulihan

menjadi manusia yang normal.

85 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 86 Ibid., 23 Maret 2017

Page 65: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

52

u) Advokasi Graha Autis

Perlindungan terhadap anak perlu makin ditegakkan, termasuk pula

pelindungan bagi anak autis dan berkebutuhan khusus. Tindakan pelecahan

akan memperburuk kondisi anak penderita autis dan berkebutuhan khusus.

Graha Autis bermaksud untuk ikut berperan aktif dalam pembelaan hak

anak-anak maupun anak autis dan berkebutuhan khusus. Tentunya Graha

Autis membutuhkan dukungan praktisi hukum, kepolisian dan pihak lainnya

untuk proses Advokasi87.

v) Travel Graha Autis

Graha Autis berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi berbagai

pihak, termasuk orang tua yang anaknya menderta autis dan berkebutuhan

khusus. Untuk itulah, Travel Graha Autis akan diwujudkan, melayani antar-

jemput anak-anak penderita autisme dan berkebutuhan khusus88.

9. Potensi LSM Graha Autis

a) Graha Autis didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki yang

berkualifikasi akademik S1 dan berlatar belakang pendidikan khusus. Graha

Autis bekerja sama dengan tenaga terapis sebanyak 10 orang. Graha autis

pun memiliki sumber daya manusia untuk mengelola administrasi lembaga

sebanyak 3 orang untuk mendukung kelancaran jalannya

lembaga/organisasi.

87 Dokumentasi, Graha Autis 23 Maret 2017 88 Ibid., 23 Maret 2017.

Page 66: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

53

b) Kepercayaan orang tua menyerahkan anaknya untuk dididik dan diterapi di

Graha Autis telah mencapai 60 orang anak mulai ketika nama lembaga

masih YTAL - Anak Lombok Mataram.

c) Memiliki sarana dan prasarana untuk menyelenggarakan pendidikan khusus.

Graha Autis memliki ruang kelas dan alat-alat yang digunakan untuk

administrasi, kegiatan belajar mengajar, penelitian dan sebagainya. Graha

Autis telah mengikuti standar sarana dan prasarana yang diwajibkan setiap

sekolah untuk memiliki sarana yang mencakup perabotan, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sarana dan prasarana

tersebut masih sederhana membutuhkan dukungan materil dan moril dari

berbagai pihak untuk menjalin kerja sama agar sarana dan prasarana

tersebut menjadi lebih ideal dan optimal.

d) Graha Autis memiliki lahan kosong yang akan digunakan untuk

pembangunan sarana dan prasana memperlancar jalannya program kerja.

Dukungan dari donatur tidak mengikat sangat dibutuhkan untuk

pembangunan aula, asrama dan area bermain agar program kerja dapat

segera dilaksanakan dengan sebagaimana yang telah diharapkan.

e) Graha Autis dipercayakan untuk mengelola dana dari donatur tidak

mengikat dan partisipasi masyarakat terutama orang tua anak penderita

autisme dan anak berkebutuhan khusus sebagai sumber finansial

menjalankan operasional lembaga. Graha Autis telah diberikan kepercayaan

Page 67: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

54

dari donatur tidak mengikat berupa bantuan pembangunan ruang kelas oleh

PT. Newmont Nusa Tenggara.

f) Kemitraan yang telah dibangun oleh Graha Autis dengan lembaga-lembaga

lain baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Graha Autis

membuka lebar peluang kerja sama dengan pihak lainnya selama bersifat

tidak mengikat untuk kepentingan pelayanan terhadap dunia autime dan

anak berkebutuhan khusus.

g) Program kerja Graha Autis dari 22 program kerja telah melaksanakan 4

program kerja yaitu, 1) Terapi anak autisme dan berkebutuhan khusus, 2)

Bimbingan Belajar Anak Autisme, 3) Asrama bagi anak autisme dan

berkebutuhan khusus, 4) Klinik Autime berupa kolsultasi orang tua tentang

perkembangan anak autisme dan berkebutuhan khusus. Graha Autis

membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk dapat melaksanakan 18

program kerja yang belum berjalan secara ideal dan optimal89.

10. Keadaan Anak Program Terapi Graha Autis

Sejauh ini kepercayaan orang tua menitipkan anaknya untuk dididik

dan diterapi di Graha Autis telah mencapai 60 orang sejak nama lembaga ini

YTAL Anak Lombok Mataram baik yang sudah masuk sekolah formal dan

yang masih menjalankan proses terapi dan pendidikan sampai sekarang, baik

itu yang menjalan terapi bolak-balik dari rumah dan juga anak yang

89 Dokumentasi, Graha Autis, 23 Maret 2017

Page 68: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

55

mengikuti program asrama. Adapun daftar nama anak yang masih menjalan

terapi saat ini adalah sebagai berikut90.

Tabel No. 1.1

Daftar nama anak peserta terapi

90 Dokumentasi, Graha Autis, 17 Maret 2017

NO

Nama Anak Tempat dan Tanggal Lahir

Jenis kelamin

Mulai Terapi

1 Theolifus Yudha Goid So‟e

22 Juli 2002 L 08 Juli 2010

2 Ananda Rafiq Mataram, 12 Juni 2004 L 08 Juli 2010 3 Happy Adinda Putri Narmada, 19 Juni 2015 P 10 Juni 2009 4 Andhika Pratama Sweta, 01 November

2005 L 08 Juli 2010

5 A‟an Mataram, 30 Agustus 2003

L 08 Juli 2010

6 Rofi Mataram, 02 Desember 2005

L 08 Juli 2010

7 Safitri Amalia Tristanto Midang, 08 April 2002 P 12 September 2009

8 Tristan Mataram, 01 Maret 2008 L 09 April 2011 9 Latifa Mataram, 10 Agustus

2008 P 25 Maret 2011

10 Tara Sabda Nugraha Sumbawa, 24 Mei 2007 L 12 Mei 2012 11 Desi Aulia Utari Mataram, 01 Mei 2003 P 06 Februari

2011 12 I Gusti Agung Ayu

Liana P. Mataram, 18 Mei 2009 P 19 Juni 2012

13 Mussafaqqul Fikri Mataram, 13 Mei 2008 L 21 September 2012

14 Abdul Malik Mataram, 19 Mei 1997 L 22 Desember 2003

15 Mutia Padini Mataram, 18 Agustus 2002

P 30 Agustus 2007

16 Rian Wira Setia Bakti Mataram, 20 Oktober 1999

L 11 Desember 2006

17 Ahmad Bagus Rizaldi Mataram, 01 November 2000

L 04 Desember 2006

18 Regina Aprilianna Mataram, 17 April 2000 P 09 September 2004

19 Nafira Mutmainnah Mataram, 13 Oktober P 11 September

Page 69: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

56

Tabel No. 1.2

Daftar nama anak yang mengikuti program Asrama91.

NO NAMA Umur Jenis Kelamin

Tahun Masuk

1 Alya Najwa 10 Tahun P 08 Juli 2010 2 Muhammad

Rahman 12 Tahun L 05 Januari 2013

3 Adinda Putri 11 Tahun P 19 Oktober 2013

4 Lalu Adrian 10 Tahun L 04 Maret 2013 5 Kezia 11 Tahun P 05 Januari 2013 6 Kalia Yuliandani 09 Tahun P 22 Maret 2013 7 Ribat 7 Tahun L 7 Februari 2015 8 Arya 7 Tahun L 30 Agustus

2015 9 Kadek 8 Tahun L 21 Juli 2015

B. Pola Interaksi Sosial Anak Autis di Graha Autis Mataram

1. Pola interaksi satu arah

Salah satu pola interaksi anak autis yang sering terjadi adalah

melakukan interaksi satu arah, terutama pada anak autis yang belum

melakukan terapi atau anak yang tingkat autisnya tinggi. Contohnya

echolalia yakni pengulangan dari apa yang dikatakan orang lain. Anak

dengan ekolalia akan meniru perkataan yang mereka dengar dari orang

lain dalam kehidupan sehari-hari atau mengulang-ulang kalimat yang

91 Dokumentasi, Graha Autis, 17 Maret 2017

1993 2003 20 Taufiq Rahman

Hasyim Mataram, 05 Februari 2000

L 22 Januari 2007

21 I Gede Martadinata Mataram, 11 Maret 1999 L 18 September 2007

22 I Gusti Devi Ayuning P.

Pemenang, 08 Agustus 2002

P 30 Agustus 2010

Page 70: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

57

di dengar dari sebuah film kartun, dan lain sebagainya tanpa mereka

mengerti atau menggunakannya dengan tepat.

Seperti ungkapan Ibu Febriana Hariyanti salah satu pengasuh di

Graha Autis sebagai berikut :

“Mengajarkan anak autis itu membutuhkan kesabaran yang full bahkan sabar yang jika ada tingkatan kesabaran maka itu akan berada pada titik kesabaran yang paling tinggi. Contohnya saat kita ingin memberitahukan sesuatu kepada mereka dan mereka tidak mengerti sama sekali justru mengulang kata atau perintah yang kita berikan berulang kali hingga anak lelah dan kita harus mengulang untuk membertitahukannya berkali-kali hingga akhirnya menuntunnya untuk melakukan sesuatu dengan gerakan fisik. Anak juga lebih tertarik pada objek atau benda-benda tertentu, seperti si kezia yang selalu tertarik dengan tali, arya yang selalu dengan buku dan alat tulisnya92”

Hal ini juga dipaparkan oleh Bapak Irawan Mathuriadi

salah satu pengajar bidang seni di Graha Autis, Ia mengatakan :

“Anak-anak disini mempunyai ciri khasnya masing-masing, dalam interaksi dan komunikasi juga seperti itu mereka memilih berinteraksi dengan mainan kesukaan atau binatang peliharaan. Ada anak yang bahkan sampai sekarang tidak ada perubahan sedikitpun dalam interaksi sosial dan yang dia kerjakan hanya bengong sendiri, tertawa tanpa kita tahu sebabnya sampai-sampai kita yang setiap hari bersama itu penasaran apa sih yang ada di fikiran mereka. Contohnya si Rahman. Rahman itu sudah bertahun-tahun terapi disini tapi yaa sampai sekarang interaksinya masih kurang, dari segi mandiri dia memang sudah terbilang sangat mandiri. Kalau waktunya makan, dia makan sendiri, taruh piring dan gelasnya sendiri, mandi, ganti baju sendiri, dan sebagainya. Tapi ya itu setelah kegiatannya selesai dia duduk senyum atau ketawa sendiri hingga dia bosan baru mengerjakan hal yang lain93”

Jadi pola interaksi satu arah yang dilakukan anak autis

berbagai macam yakni dengan ekolalia atau mengulang-ulang kata

92Febriana Hariyanti, Wawancara, Graha Autis, 23 Maret 2017.

93 Irawan Mathuriadi, Wawancara , Graha Autis, 18 maret 2017.

Page 71: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

58

yang di dengar atau diperintahkan kepadanya, tersenyum atau tertawa

sendiri, melakukan gerakan yang berulang-ulang, berinteraksi dengan

objek tertentu dan lain-lain.

2. Interaksi dengan teman sebaya

Pola interaksi sosial anak autis dengan teman sebaya mampu

mengembangkan pertemanan sebaya yang sesuai dengan tingkat

perkembangan. Dapat berinteraksi sosial dengan mengucapkan

terimakasih ketika diberikan kue, dapat merespon dengan baik ketika

di sapa oleh seseorang dengan catatan seseorang itu harus menyapa

dengan suara yang jelas dan besar, merespon dengan senyuman dan

dapat melakukan kontak mata yang baik walaupun hanya sebentar.

Anak-anak autis juga berinteraski dengan cara bercanda dan terkadang

usil dengan temannya walaupun feedback dari teman yang lain hanya

tertawa bila dia senang atau akan menghindar jika dia kesal dengan

tingkah anak yang lainnya. Anak autis dengan teman sebaya juga dapat

saling melempar bola ataupun mainan lainnya, bisa dikatakan anak

autis mampu dalam berhubungan emosional secara timbal balik

dengan teman sebaya baik itu dengan teman sesama autis maupun anak

normal lainnya 94.

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Bapak Irawan Mathuriadi

selaku pengasuh anak autis di Graha Autis

“Beberapa dari anak-anak disini terutama yang sudah masuk sekolah di sekolah-sekolah inklusi maupun

94 Obsevasi, Graha Autis, 25 Maret 2017.

Page 72: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

59

sekolah formal lainnya melakukan intraksi sosial dengan teman sebayanya baik itu anak normal ataupun dengan sesama penyandang autis, mereka ikut bermain, saling tegur sapa, tersenyum dan melakukan kontak mata yang baik dengan lawan bicaranya. Namun, tentu saja tetap dalam pengawasan kami sebagai guru pendamping anak yang bertujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang memungkinkan terjadi pada anak95”

3. Interaksi dengan Guru atau Pengasuh

Pengasuh adalah orang yang paling sering berkomunikasi dan

berinteraksi dengan anak, karena memang keseharian waktu mereka

bersama pengasuh terutama bagi anak-anak yang tinggal di asrama

dari bangun tidur hingga tidur lagi seperti keluarga sendiri. Anak dapat

melakukan kontak mata dengan tepat dan cepat memberikan respon

balik ketika diajak bicara terutama pada saat mood anak sedang baik.

Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Rita susanti salah satu pengasuh

anak di Graha Autis sebagai berikut :

“Jangan kira anak-anak autis tidak bisa melakukan interaksi dengan orang lain, terutama pada pengasuhnya sendiri ketika di ajak berbicara anak akan merespon dan melakukan kontak mata dengan baik, terutama saat emosi atau mood anak sedang baik, hal itu akan sangat membantu proses terapi mereka terutama ketika kegiatan belajar sedang berlangsung96”

Interaksi antara anak dengan pengasuh ini juga berlangsung ketika

kegiatan belajar-mengajar, sebelum mulai belajar anak akan menjabat

tangan guru dan mendengarkan intruksi guru dengan baik. Walupun

kontak mata dan konsentrasi berserta mood anak akan cepat sekali

buyar apalagi jika ada hal lain yang membuat anak tertarik sehingga

95 Irawan Mathuriadi, Wawancara, Graha Autis, 18 Maret 2017.

96 Rita Susanti, Wawancara, Graha Autis 15 Maret 2017.

Page 73: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

60

memerlukan kesabaran bagi seorang guru untuk mengulangi dan

memberikan intruksi yang berulang kali kepada anak97.

Ibu Mulyana Amanatun Aini juga memberikan ungkapan sebagai

berikut :

”Anak-anak biasanya patuh jika disuruh oleh pengasuh, misalkan ketika gurunya minta tolong untuk mengambilkan tas temannya ia akan langsung mengambilkan, ketika diminta duduk dengan sopan ia akan menurut. Tetapi anak-anak akan salah tingkah jika bertemu dengan orang-orang baru karena mereka sangat mengenal secara detail siapa guru atau pengasuh mereka bahkan sampai suara motor mereka hafal itu siapa yang datang dan pada waktu itu dia akan belajar dengan guru yang mana, dan lain sebagainya. Ketika bertemu dengan orang baru biasanya anak akan lebih susah diberitahu kecuali oleh salah satu guru yang paling ia takuti, contohnya ini si Gede dia akan langsung patuh jika saya datang, anak lain pun seperti itu98”.

Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan anak autis juga

melakukan interaksi yang baik dengan guru dan pengasuhnya contohnya

ketika diperintahkan untuk mengambilkan benda, bertingkahlaku sopan di

depan tamu, dan tertarik untuk berinteraksi dengan guru ataupun orang

lain yang datang mengunjunginya.

C. Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis di

Graha Autis Mataram

Terapi perilaku merupakan dasar bagi anak-anak autis yang belum

patuh sepeti melakukan kontak mata dan duduk sendiri, karena program

dasar dari terapi perilaku adalah melatih kepatuhan. Metode ini dapat

melatih keterampilan diri yang tidak dimiliki anak, mulai dari respon

97 Observasi, Graha Autis 23 Maret 2017. 98 Mulyana Amanatun Aini, Wawancara, Graha Autis, 23 Maret 2017.

Page 74: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

61

sederhana misalnya melakukan kontak mata, komunikasi yang spontan

dan interaksi sosial.

Anak autis mempunyai masalah perilaku seperti tantrum atau

mengamuk, bergerak kesana kemari, melukai diri sendiri, melakukan

sesuatu secara berulang-ulang,dan lain sebagainya. Jika perilaku-perilaku

ini belum bisa di atasi maka proses terapi yang lain terutama proses

bimbingan dalam belajar-mengajar belum bisa terlaksana dengan baik.

Hal ini diungkapkan oleh Pak Irawan Mathuriadi salah satu

pengasuh di Graha Autis sebagai berikut :

“Anak-anak autis memiliki gangguan perilaku yang sangat sulit di atasi seperti mengamuk, bergerak kesana-kemari, berputar-putar di dalam ruangan, bahkan sampai melukai diri sendiri. Jika sudah seperti ini kita sampai menghukum anak dengan mengikat tangannya agar dia berhenti, karena jika anak-anak masih mengamuk, dan melakukan gangguan perilaku lainnya maka kegiatan yang lainnya tidak bisa berlangsung terutama bimbingan belajar yang akan membimbing mereka untuk keamandirian mereka, intelenjensi, dan lain sebagainya99”

Ketika anak masih mengalami gangguan perilaku yang tidak wajar

dan sulit diterima oleh masyarakat normal di sekitarnya, maka disanalah

mereka memerlukan intervensi autisme seperti terapi perilaku, terapi

wicara, dan terapi-terapi lainnya. Terapi perilaku merupakan terapi

sederhana yang diberikan kepada anak agar dapat mengurangi gangguan

perilaku anak dan juga membantu anak melakukan perilaku yang lebih

baik dan bisa diterima oleh masyarakat.

99 Irawan Mathuriadi, Wawancara, Graha Autis, 18 Maret 2017.

Page 75: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

62

Hal ini diungkapkan oleh Ibu Rita Susanti selaku pengasuh anak di

Graha Autis sebagai berikut :

”Terapi, bimbingan belajar, dan pendidikan khusus yang kami berikan kepada anak autis ini bertujuan supaya mereka dapat mengurangi perilaku yang tidak wajar dan menggantinya dengan perilaku yang lebih baik dan bisa diterima di masyarakat. Terapi perilaku merupakan terapi sederhana yang diberikan kepada anak setidaknya untuk memberikan reaksi supaya anak memberikan respon sederhana ketika di ajak berbicara oleh orang lain, misalkan kontak mata, komunikasi spontan dan interaksi sosial100”

Terapi perilaku ini melatih keterampilan yang tidak dimiliki anak

untuk bekal anak menghadapi masyarakat laiinnya. Mulai dari respon

sederhana seperti memandang orang lain ketika bicara atau kontak mata,

hingga keterampilan yang kompleks seperti komunikasi spontan dan

interaksi sosial. Metode terapi perilaku membutuhkan banyak waktu,

tenaga, usaha, dan biaya. Oleh karena itu dibutuhkan kesabaran ekstra

tetapi kesabaran itu tentu membuahkan hasil yang baik.

Hal ini diungkapkan oleh Pak Irawan Mathuriadi salah satu

pengasuh di Graha Autis.

“Waktu untuk melatih anak-anak sangat banyak bahkan membutuhkan waktu sampai bertahun-tahun, tidak hanya waktu tapi juga tenaga dan biaya yang tidak sedikit dan tentunya dengan kesabaran yang ekstra, namun setiap kesabaran dan usaha itu tidak pernah berkhianant dan memberikan hasil yang kami inginkan101”

Untuk mencapai hasil yang diinginkan diperlukan waktu, tenaga,

dan biaya yang banyak. Selain itu tentu dibutuhkan proses dan cara terapi

yang tepat yang diberikan kepada anak-anak. Pada pelaksanaan terapi

100 Rita Susanti, Wawancara, Graha Autis, 15 Maret 2017.

101 Irawan Mathuriadi, Wawancara, Graha Autis, 14 maret 2017.

Page 76: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

63

perilaku terdapat berbagai hal yang bisa saja terjadi pada anak terutama

pada saat awal terapi dilakukan seperti melawan dengan menangis,

tantrum, melukai, bahkan sampai meninggalkan ruangan dan

menunjukkan agresivitas.

Untuk mencegah dan meminimalisir kejadian-kejadian tersebut

dapat dilakukan dengan memilih ruangan yang sunyi, memberikan anak

imbalan yang paling disukai, mengatur letak peralatan dengan baik agar

anak tidak mudah keluar, menggunakan waktu belajar yang singkat dan

jadwal yang tetap, dan bimbing anak agar tetap meningkatkan kepatuhan

dengan memberikan imbalan positif102.

Adapun pelaksanaan terapi perilaku sebagai berikut :

1. Kontak Mata

Kontak mata merupakan perilaku awal yang harus dilakukan ketika

akan menjalani terapi, karena anak tidak mungkin belajar jika tidak

memandang atau memberi perhatian. Oleh karena itu perlu dilakukan

beberapa upaya agar menimbulkan dan meningkatkan kontak mata.

Bapak Irawan Mathuriadi salah satu guru di Graha Autis mengatakan :

“Hal pertama yang perlu dilakukan adalah berusaha meningkatkan kontak mata anak karena anak autis memang mempunyai kontak mata yang sedikit, mereka beranggapan bahwa kontak mata itu menakutkan dan tidak menyenangkan. Kita melatih kontak mata atas perintah dengan kata “lihat” sambil mengarahkan anak supaya anak dapat melakukan kontak mata dengan terapis, kemudian segera memberikan anak benda yang sudah kita persiapkan sebelumnya. Ketika melatih juga perlu bantuan dengan memegang dagu anak dengan kuat karena biasanya anak

102 Observasi, Graha Autis, 17 Maret 2017.

Page 77: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

64

hanya dapat melakukan kontak mata dalam waktu beberapa detik saja. Dan itu kami lakukan berulang-ulang tentunya103”

Beberapa cara untuk meningkatkan kontak mata yakni dengan

melatih kontak mata atas perintah seperti kata “lihat” bukan kontak

mata spontan, membantu memfokuskan anak dengan memegang

dagunya, menghalangi pandangan anak dengan tubuh terapis sesuai

dengan pandangan anak, kemudian berikan anak suatu benda sebagai

hadiah, bisa juga disesuaikan dengan bahan ajar pada saat itu.

2. Instruksi

Terapis memberi suatu stimulus berupa instruksi kepada anak,

instruksi yang diberikan singkat, jelas, konsisten, dan hanya diberikan

sekali, jangan diulang-ulang. Instruksi ini juga hanya diberikan dengan

satu kata dan tidak menggunakan kalimat panjang atau berbunga-

bunga. Karena jika menggunakan kalimat yang panjang anak hanya

akan menangkap sebagian dari kalimat tersebut, kalimat yang jelas ini

agar anak mengerti instruksi dari seorang terapis, instruksi yang jelas

ini juga diikuti dengan mimik muka yang jelas serta suara hentakan

yang keras.

Ibu Febriana Hariyanti mengungkapkan penjelasannya sebagai

berikut :

“Instruksi yang diberikan harus dengan suara yang jelas dan keras, keras disini bukan berarti kita membentak anak, melainkan memang seperti itulah tekniknya supaya anak mengerti dan mendengar instruksi dari seseorang, mimik juga berpengaruh dalam hal ini, jadi dari kata per

103 Irawan Mathuriadi, Wawancara, Graha Autis, 24 Maret 2017.

Page 78: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

65

kata itu juga harus diikuti dengan mimik atau gesture mulut yang jelas104”

3. Respon

Seorang anak penyandang autis bisa saja merespon, sedikit

merespon, atau bahkan tidak merespon sama sekali instruksi dari

terapis. Jika anak salah merespon berikan umpan balik lisan ringan

“tidak” untuk memberitahukan anak jika itu respon yang salah,

kemudian berikan instruksi sekali lagi. Jika masih salah atau tidak

merespon barulah terapis harus mengulang instruksinya lagi dengan

melakukan promt kepada anak agar bisa melanjutkan teknik

berikutnya. Namun teknik uji coba respon ini harus diulang-ulang

terlebih dahulu hingga respon benar, jika anak merespon dengan benar

barulah diberikan imbalan105.

4. Prompt

Prompt merupakan bantuan atau arahan yang diberikan terapis

kepada anak untuk mendapatkan respon yang benar. Terdapat berbagai

macam jenis prompt yang dapat diberikan kepada anak. Diantaranya

prompt fisik, prompt lisan, prompt visual, prompt dengan ukuran

benda, dan lain sebagainya. Ketika anak merespon hanya sedikit atau

kurang benar maka disinilah prompt digunakan. Terapis akan

mengarahkan anak agar melakukan instruksi yang ditunjukkan.

Hal ini diungkapakan oleh salah satu Pengasuh di Graha Autis

yakni Ibu Rahayu Hikmayanti :

104 Febriana Hariyanti, Wawancara, Graha Autis, 23 Maret 2017. 105 Observasi, Graha Autis, 23 Maret 2017.

Page 79: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

66

“Ketika diinstruksikan anak juga perlu diberikan arahan agar perintah atau instruksi yang diberikan dapat dilakukan dengan benar, misalkan ketika kita menginstruksikan agar anak menunjukkan suatu gambar binatang yang disebutkan terapis, maka terapis bisa mengarahkan tangan anak menuju letak gambar tersebut. Namun terapis harus mengurangi secara perlahan bantuan ataupun imbalan yang diberikan agar anak terbiasa melakukannya tanpa bantuan dan imbalan106”

Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa prompt adalah

teknik dari terapi perilaku yang bisa memudahkan anak untuk

melakukan instruksi yang diberikan terapis. Namun, prompt harus

dikurangi secara perlahan hingga anak dapat melakukan instruksi

secara mandiri dengan tidak diberikan bantuan dan imbalan.

5. Imbalan

Imbalan yang diberikan pada anak autis tergantung respon anak

terhadap instruksi terapis, jika anak benar maka berikan imbalan sesuai

dengan kesukaan anak. Jenis imbalan yang paling alamiah dan

menyenangkan adalah berupa pujian, biasanya terapis lebih memilih

memberikan imbalan sesuai dengan hal yang ingin diajarkan kepada

anak seperti gambar binatang. Namun, apabila anak salah terhadap

instruksi maka anak akan diberikan hukuman, hukuman disini agar

anak tidak mengulangi hal tersebut. Terapis akan memberitahu anak

dengan mengatakan “tidak” kepada anak jika anak melakukan

kesalahan atau instruksi yang diberikan tidak dilakukan dengan

benar107.

106 Rahayu Hikmayanti, Wawancara, Graha Autis, 22 Maret 2017. 107 Observasi, Graha Autis, 23 Maret 2017.

Page 80: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

67

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di Graha

Autis terapi perilaku ini lebih efektif jika dilakukan dengan metode

one by one atau metode satu guru satu anak yang akan mempermudah

jalannya terapi, hal ini juga akan mempermudah terapis untuk menilai

dan melihat perkembangan yang dilakukan anak setiap harinya. Waktu

terapi anak juga harus ditentukan terlebih dahulu, di Graha Autis

waktu belajar efektif anak di mulai dari jam 08 pagi hingga jam 03

siang. Di dalam waktu belajar ini diterapkan terapi perilaku, dan juga

terapi-terapi lainnya seperti terapi wicara dan metode demonstrasi.

Tingkat efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak

autis di Graha Autis Mataram sudah terlihat dari beberapa anak yang

bisa melakukan interaksi sosial dan bisa melanjutkan pendidikan ke

sekolah formal walaupun tetap masih ada yang pergi dengan guru

pendamping. Namun efektifnya terapi ini tentu harus diiringi dengan

terapi-terapi yang lain yang dapat meningkatkan perkembangan anak

autis menjadi lebih baik dari sebelumnya. Anak autis sebenarnya tidak

bisa sembuh total seperti anak normal lainnya, jadi tujuan dari semua

terapi yang diberikan di lembaga ini adalah supaya dapat membimbing

anak menjadi lebih baik dan dapat diterima oleh masyarakat sosial di

sekitarnya.

Hal ini diungkapkan oleh Ibu Maria salah satu pengasuh di

Graha Autis :

“Kami tahu kesembuhan bagi anak autis itu tidak mungkin, tetapi setidaknya dengan terapi dan pendidikan

Page 81: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

68

serta bimbingan yang kami berikan kepada mereka dapat menjadikan mereka lebih baik dari sebelumnya dan dapat diterima di masyarakat108”

Tingkat perkembangan dan keberhasilan suatu penanganan terapi

tidak tergantung dari seberapa lama anak menjalani pendidikan dan

tidak seberapa banyak waktu dan usaha yang telah dicapainya.

Perkembangan anak autis tergantung pada tingkat ringan atau berat

tingkat gangguan autisnya, tingkat intelegenji seorang anak, dan juga

usia anak memulai terapinya. Perbedaan perkembangan anak ini juga

terlihat dari keunggulan yang berbeda-beda dari setiap anak, ada anak

yang hanya unggul pada sisi kemandirian saja namun tidak pada sisi

akademik dan sosialnya, begitupula sebaliknya. Jadi setiap anak

memiliki keunggulan masing-masing pada setiap sisi, yakni akademik,

kemandirian, dan interaksi sosial.

Hal ini diungkapkan oleh Ibu kepala lembaga Graha Autis yakni

Ibu Rita Susanti berikut ini :

“Perkembangan anak autis tergantung pada tingkat gangguan autisme seorang anak, seberapa berat atau ringan tingkat autisnya menurut diagnosa dokter, tingkat intelegensi anak, dan juga pada usia berapa anak mulai melakukan terapi. Semakin dini anak menjalankan proses terapi akan lebih baik. Hal ini tidak tergantung dari seberapa lama anak menjalani terapi ataupun usaha anak lebih banyak dan sebagainya, masing-masing anak mempunyai keunggulan yang berbeda pada sisi kemandirian, akademik dan juga interaksi sosialnya109”

108 Maria, Wawancara, Graha Autis, 27 Maret 2017. 109 Rita Susanti, Wawancara, Graha Autis, 23 Maret 2017.

Page 82: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

69

D. Kendala yang Terjadi dalam Proses Terapi Anak Autis

Adapun kendala yang sering terjadi di dalam proses terapi anak

autis di Graha Autis Mataram dari hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan peneliti antara lain :

1. Faktor Makanan

Makanan juga merupakan salah satu kendala dalam proses terapi

anak autis, karena beberapa asupan makanan tidak boleh di konsumsi

oleh anak autis karena bisa berpengaruh kepada tingkah laku anak dan

menyebabkan tidak teraturnya waktu buang air kecil maupun buang air

besar karena kebanyakan makan ataupun karena mengkonsumsi

makanan yang tidak diperbolehkan. Contoh makanan yang tidak

diperbolehakan antara lain yaitu, coklat, snack, tepung terigu, dll.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rahayu Hikmayanti salah satu

pengasuh di Graha Autis:

“Seringkali anak-anak ini dimanjakan oleh orang tua mereka dengan memberikan mereka makanan dan minuman sepuasnya. Entah itu coklat, biskuit dan makanan yang mengandung banyak gluten juga minuman-minuman yang terkadang mengandung alkohol, soda, dan sebagainya. Apalagi saat sang anak dikunjungi biasanya mereka akan mengajak anak jalan-jalan seharian keliling entah itu ke mall atau tempat wisata lainnya dan memberikan anak makanan sepuasnya. Hal itulah yang membuat mereka kembali ke awal seperti tidak bisa berdiam diri di satu tempat, sebaliknya akan kesana-kemari, buang air besar dan kecil di sembarang tempat, dan lain sebagainya110”

Makanan-makanan yang mengandung casein dan gluten tidak bisa

diterima oleh tubuh anak autis karena tubuh anak autis tidak bisa

110 Rahayu Hikmayanti, Wawancara tanggal 15 Maret 2017.

Page 83: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

70

mencerna kasein dan gluten secara sempurna. uraian senyawa yang

tidak sempurna tersebut masuk ke pembuluh darah sampai ke otak

sebagai morfin. Keberadaan morfin jelas mempengaruhi kerja otak dan

pusat-pusat saraf, sehingga anak autis berperilaku aneh dan sulit

berinteraksi dengan lingkungannya111.

Hal ini juga diperjelas oleh Ibu Maria sebagai berikut :

“Ketika anak-anak mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten dan kasein seperti kue, tepung terigu, keju, sereal gandum, dan lainnya maka ketika anak kembali ke lembaga sudah pasti perilaku anak akan kembali seperti semula, yang saya maksudkan disini adalah anak akan berperilaku aneh, tantrum, dan sulit berinteraksi. Itu tentu akan sangat menghambat terapi dan pendidikan yang akan anak jalankan selanjutnya112”

Seringkali anak akan dimanjakan oleh orangtua dengan memberikan

anak cemilan atau snack yang dilarang. Karena orangtua berfikir hal

itu tidak akan berpengaruh kepada anak mereka karena mereka

memberikannya hanya sesekali saja.

Hal ini diungkapkan oleh salah satu orang tua anak auis sebagai

berikut :

“saya kira dengan memanjakan anak saya dengan memberikan cemilan donat, atau makanan lainnya akan memberinya kesenangan dan dia sangat menikmatinya, orangtua mana saja pasti suka melihat anaknya makan dengan baik, itu yang membuat saya berfikir untuk memberinya kesenangan sesekali113”

Karena anak-anak tentunya juga ingin memakan makanan ringan

maka para pengasuh di lembaga berinisiatif untuk sering membuatkan

111 Modul pelatihan tenaga pendidik dan petugas PAUD regional IV, 2008. 112 Maria, Wawancara, Graha Autis, 27 Maret 2017 113 Ibu Yuliawan (salah satu orang tua anak penyandang autisme), Wawancara, Graha Autis, 27 Maret 2017.

Page 84: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

71

sendiri anak-anak cemilan bebas gluten dan kasein. Walaupun menurut

kita akan terasa agak hambar namun ini demi kelancaran proses terapi

dan tingkat perkembangan anak autis menuju masa depan yang lebih

baik. Para pengasuh kebetulan lebih banyak yang perempuan oleh karena

itu anak-anak sering mendapatkan cemilan buatan pengasuhnya sendiri

seperti makanan-makan tradisional yang terbuat dari tepung beras,

maizena, dan juga tepung jagung114.

2. Kurang kerjasama antara Orang Tua dan Pengasuh

Kerjasama antara orang tua dan pengasuh anak autis di dalam

proses pelaksanaan terapi sangat diperlukan, hal ini berkaitan dengan

pengaruh lingkungan yang sangat besar terhadap perkembangan

perilaku, akademik dan kemandirian anak. Rumah merupakan tempat

belajar anak untuk pertama kali, begitu pula halnya anak auits. Namun,

kurang kerjasama antara orang tua dan pengasuh ini kerap kali terjadi

dan menjadi penghambat perkembangan anak autis yang sedang terapi.

Orang tua seringkali tidak menjalankan arahan pengasuh tentang

bagaimana seharusnya anak-anak diperlakukan dirumah.

Dalam hal ini Ibu Rita Susanti mengatakan :

“Ketika anak menjalani terapi dan kebetulan diizinkan untuk pulang dalam waktu tertentu tak jarang orangtua tidak mendengarkan arahan para pengasuh. Mereka menganggap remeh hal-hal sepele yang padahal bisa menganggu proses terapi pada anak. Contohnya seperti memberikan anak bermain playstation dalam jangka waktu yang lama dan tidak membatasi anak dalam menonton tayangan-tayangan yang kurang baik bagi anak. Karena anak autis mempunyai batasan

114 Observasi, Graha Autis, 18 Maret 2017

Page 85: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

72

dan aturan tertentu, beberapa anak bahkan akan sangat cepat merekam dan meniru hal yang ditontonya115”

Oleh karena itulah seorang anak autis juga sangat memerlukan

perhatian yang lebih dari orang-orang yang ada di sekelilingnya,

terutama orang tua, pengasuh, dan kerabat terdekat anak penyandang

autisme.

Seperti ungkapan salah satu pengasuh anak autis di Graha Autis

yakni Pak Irawan Mathuriadi selaku pengasuh dan guru pada bidang

pengembangan seni ini mengatakan :

“Hal yang sangat dibutuhkan oleh anak autis adalah perhatian, terutama perhatian dari orang tua dan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Contoh perhatian tersebut antara lain di ajak berbicara, bermain, dan interaksi sosial lainnya, Namun banyak diantara mereka yang hanya sibuk dengan diri sendiri, pekerjaan, dan lain sebagainya bahkan menganggap anak autis justru menjadi parasit dalam hidup mereka sehingga tidak terlalu menghiraukan keadaan anak dan hanya menitipkan anak kepada baby siter atau sekolah autis seperti Graha Autis ini sehingga mereka tinggal mentransfer biaya perawatan anak mereka dan mempercayakan anak pada para pengasuh”116

Dari hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa kurangnya

kerjasama serta kurangnya perhatian orangtua ataupun pengasuh dapat

menjadi kendala dalam proses terapi yang dijalankan oleh anak autis.

Banyak orang tua yang memilih sibuk dengan pekerjaan mereka

sendiri dan hanya menitipkan anak mereka kepada baby siter atau

pengasuh dan asrama seperti Graha Autis. Anak autis juga seringkali

dianggap sebagai pengganggu di dalam rumah mereka sendiri, karena

perilaku mereka yang aneh dan sering mengamuk. Untuk membuat

115 Rita Susanti, Wawancara, Graha Autis, 14 Maret 2017.

116Irawan Mathuriadi, Wawancara, Graha Autis, 18 Maret 2017.

Page 86: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

73

anak berhenti menangis terkadang cukup dengan memberikan hal yang

mereka inginkan atau cukup dengan mengonci dan mengisolasi anak di

dalam kamar. Karena hal itulah banyak orangtua yang lebih baik

mengirim anaknya ke dalam lembaga-lembaga pendidikan khusus dan

orangtua tinggal mentransfer biaya perawatan anak.

Page 87: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

74

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Pola Interaksi Sosial Anak Autis di Graha Autis Mataram

Interaksi sosial anak autis tidak semudah interaksi sosial yang

dilakukan anak-anak normal. Mereka umumnya tampak lebih suka

berkutat dengan dunia mereka sendiri daripada ikut serta dalam interaksi

sosial dengan yang lainnya. Karena anak autisme memang memilki

hambatan dalam interaksi sosial, mereka tidak memiliki insting sosial,

kesulitan dalam berkomunikasi verbal, memiliki kontak mata yang

terbatas, kesulitan membaca ekspresi wajah, dan mengikuti aturan secara

kaku. Perkembangan interaksi pada individu autis berbeda dengan tahapan

yang dilalui oleh anak-anak lain pada umumnya.

Adapun pola-pola interaksi sosial yang terdapat pada anak-anak

autis di Graha Autis dari hasil analisis peneliti adalah sebagai berikut :

1. Pola interaksi satu arah.

Setiap anak mempunyai ciri khas masing-masing dan memiliki

objek kesayangan yang berbeda dengan selera kebanyakan anak lain.

Mereka bahkan hanya berinteraksi dengan diri mereka sendiri, seperti

mereka hidup dalam dunia yang mereka ciptakan sendiri dan tidak

suka jika dunia mereka di ganggu oleh orang lain kecuali jika mereka

menginginkan sesuatu dan berinteraksi menggunakan tangisan. Anak-

anak autis lebih sering berinteraksi satu arah dengan melakukan

ekolalia yakni mengulang-ulang kata atau kalimat yang sama hingga ia

lelah atau diberikan instruksi larangan oleh pengasuh atau orang lain.

74

Page 88: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

75

Interaksi satu arah anak autis juga sering terjadi dengan objek.

Uniknya setiap anak mempunya objek kesayangan yang berbeda. Ada

anak yang amat tertarik pada tali, botol, dedaunan, batu, mainan,

kemasan oli, dan lain sebagainya. Mereka biasanya membawa kemana-

mana benda tersebut untuk memberi rasa aman. Bahkan salah satu

anak di Graha Autis ada yang sangat terobsesi pada garam, sehingga ia

akan terus mencari garam sampai dapat, jika tidak maka ia akan

menangis.

Objek biasanya jauh lebih menarik daripada manusia sehingga

kemanapun mereka pergi, fokus utama mereka selalu pada benda-

benda di sekeliling, bukan pada orang lain. Hal ini karena objek

memiliki tingkat intimidasi yang sangat rendah karena objek biasanya

tidak bergerak, tidak mengeluarkan suara, dan berada pada tempat

tertentu117. Sedangkan manusia menurut anak autis memilki banyak

perubahan pada setiap tingkah laku yang sulit dimengerti oleh mereka.

2. Interaksi dengan teman sebaya

Interaksi sosial anak autis dengan teman sebaya seringkali menjadi

keluhan orangtua yang menceritakan anak mereka menjadi korban

bullying dari teman-teman sebaya di sekolahnya. Seperti diejek dan

tidak diikutsertakan dalam kegiatan kelompok. Walaupun interaksi

dengan teman sebaya sering menimbulkan perasaan tidak

menyenangkan, tetapi tidak menutup kemungkinan mereka juga

117 Andriana S Ginanjar, Menjadi…, h. 114.

Page 89: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

76

memperoleh pengalaman positif dari teman-teman dekat. Teman dekat

merupakan pendamping yang setia saat mereka memiliki problem yang

berat118.

Di Graha Autis beberapa anak sudah bisa berinteraksi dengan

teman sebayanya sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan formal seperti TK atau SD inklusi yang terletak tidak jauh

dari lembaga. Namun anak-anak tersebut tentunya tetap didampingi

oleh guru pendamping yang tidak lain adalah pengasuh anak di dalam

lembaga Graha Autis. Bisa dikatakan anak autis telah mampu dalam

membangun hubungan emosional secara timbal balik dengan teman

sebayanya baik itu dengan sesame autis ataupun dengan anak normal.

Anak autis dapat melakukan interaksi berbentuk ikut campur dalam

permainan di dalam kelas, saling lempar bola dengan teman, walaupun

hal itu dilakukannya hanya sebentar saja.

Interaksi anak autis dengan temannya juga dilakukan dengan

interaksi sederhana seperti saling menanyakan kabar, memberikan

perhatian apakah temannya sudah makan atau belum, bahkan sampai

mengulang-ulang kata „kadek sakit‟ sepanjang jalan sebagai ungkapan

rasa khawatir anak terhadap temannya. Anak autis yang telah lancar

dalam interaksinya juga bisa berkomunikasi dengan tamu yang

berkunjung ke lembaga hal ini ditunjukkan dengan memberikan respon

cepat ketika diajak berbicara diiringi dengan kontak mata yang benar.

118 Andriana S Ginanjar, Menjadi…, h. 116.

Page 90: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

77

3. Interaksi dengan Guru atau Pengasuh

Di Graha Autis anak dan pengasuh sudah layaknya anak dengan

orang tua, para pengasuh menerapkan azas kekeluargaan di dalam

asrama, mereka sudah menganggap anak autis adalah anak titipan dari

Allah sebagai anak istimewa yang sudah mereka anggap seperti anak

sendiri. Begitupula yang terjadi dengan anak-anak, banyak dari mereka

bahkan memanggil salah satu pengasuh dengan panggilan „mama‟ dan

melakukan interaksi selayaknya dengan orang tua sendiri. Karena

dengan pengasuh mereka menghabiskan kegiatan sehari-hari dari

bangun hingga tidur lagi, namun tentu saja anak-anak sangat mengenal

dan bisa membedakan orang tua kandung mereka secara detail.

Anak autis melakukan interaksi dengan guru ketika kegiatan

belajar-mengajar seperti menjabat tangan guru sebelum dan sesudah

belajar, melakukan kontak mata yang cepat dan tepat ketika diberikan

intruksi, memberikan respon komunikasi spontan ketika diberikan

imbalan, seperti langsung mengucapkan terimakasih ketika diberikan

sepotong kue, patuh ketika guru minta tolong untuk mengambilkan tas

temannya, dan melakukan interaksi lainnya pada saat anak menginkan

sesuatu dan ketika waktu makan telah datang.

Guru atau pengasuh merupakan orang yang memberikan

pendidikan dan bimbingan khusus kepada anak salah satunya sebagai

pendamping anak dari melakukan interaksi satu arah hingga bisa

berinteraksi dengan teman sebaya dalam bimbingan. Oleh karena itu

Page 91: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

78

sebelum bisa berinteraksi dengan teman atau orang lain bahkan orang

tua, dengan guru dan pengasuhlah seorang anak autis melakukan

interaksi terlebih dahulu.

Namun tentu saja anak autis tidak bisa berinteraksi sosial dengan

cepat, karena anak perlu melewati tahap-tahap di dalam terapi dan

pendidikan khusus yang diberikan dalam waktu yang tidak sedikit. Hal

ini juga tergantung pada perkembangan setiap anak yang memiliki

tingkat autisme dan intelegensi yang berbeda-beda. Segala kegiatan

termasuk interaksi sosial juga tergantung pada mood dan minat anak.

Jika mood anak sedang baik, maka semuanya akan berjalan dengan

lebih baik. Akan tetapi, jika mood anak sedang tidak baik maka yang

terjadi justru sebaliknya. Disinilah kesabaran dari para pengasuh harus

ditingkatkan.

B. Analisis Efektivitas Terapi Perilaku Terhadap Interaksi Sosial Anak

Autis di Graha Autis Mataram

Terapi perilaku merupakan suatu metode untuk membangun

kemampuan yang secara sosial bermanfaat dan mengurangi atau

menghilangkan hal-hal kebalikannya yang merupakan masalah. Metode ini

dapat melatih setiap keterampilan yang tidak dimiliki anak, mulai dari

respon sederhana, misalnya memandang orang lain atau kontak mata,

sampai keterampilan kompleks misalnya komunikasi spontan dan interaksi

sosial.119

119 Bonny Danuatmaja,Terapi…, h. 28.

Page 92: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

79

Terapi perilaku merupakan terapi sederhana yang diberikan kepada

anak agar dapat mengurangi gangguan perilaku anak dan juga membantu

anak melakukan perilaku yang lebih baik dan bisa diterima oleh

masyarakat. Anak-anak autis memiliki gangguan perilaku seperti tantrum,

melakukan kegiatan motorik yang berulanga-ulang, hingga melukai diri

sendiri. Gangguan perilaku ini harus diminimalisir atau bahkan harus

dihilangkan terlebih dahulu agar anak bisa melanjutkan ke terapi dan

pendidikan selanjutnya.

Dalam hal ini analisis yang peneliti lakukan mengenai teknik

pelaksanaan terapi perilaku beserta efektivitas terapi perilaku terhadap

interaksi sosial anak di Graha Autis Mataram. Di Graha Autis, terapi

perilaku ini merupakan terapi yang pertama diterapkan agar membentuk

kepatuhan yang akan membantu para pengasuh untuk melakukan kegiatan

terapi maupun pendidikan selanjutnya. Terapi sederhana ini dapat melatih

anak melakukan perilaku yang lebih baik dan melatih anak agar bisa

memberikan respon sederhana yang bisa mempermudah komunikasi dan

interaksi sosialnya.

Terapi ini memerlukan waktu dan usaha yang tidak mudah, perlu

kesabaran yang tinggi untuk melatih anak hingga memberikan respon yang

diinginkan. terapi perilaku membutuhkan kegiatan yang konsisten dan

dianjurkan dalam waktu 4 sampai 8 jam sehari. Terapi ini juga dilakukan

dengan metode satu guru satu murid di dalam tempat yang sunyi dan tidak

banyak perabotan. Terapis bisa memilih ruangan yang sempit dan

Page 93: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

80

memerlukan satu meja dan satu kursi serta beberapa peralatan belajar

lainnya. Adapun pelaksanaan terapi perilaku untuk mengoptimalkan

program kepatuhan adalah sebagai berikut :

1. Kontak Mata

Kontak mata merupakan pintu masuk dan perilaku awal untuk

berkomuniasi dan melakukan interaksi sosial oleh karea itu perlakuan

awal yang diberikan kepada anak adalah menimbulkan dan

meningkatkan kontak mata. Beberapa cara untuk meningkatkan kontak

mata yakni dengan melatih kontak mata atas perintah seperti kata

“lihat” bukan kontak mata spontan, membantu memfokuskan anak

dengan memegang dagunya, menghalangi pandangan anak dengan

tubuh terapis sesuai dengan pandangan anak agar anak melakukan

kontak mata dengan terapis.

Karena itu wajah terapis harus bergerak kesana-kemari

untuk menghalangi pandangan mata anak dan mengadakan kontak

mata terus-menerus. Pada saat itu, terapis juga terus-menerus

menghadiahkan anak wajah dan suara yang menyenangkan pada

anak120. Latihan kontak mata ini perlu dilakukan berulang-ulang agar

anak terbiasa dan bisa melanjutkan ke teknik terapi selanjutnya.

2. Instruksi

Instruksi merupakan kata-kata perintah yang diberikan

kepada anak dengan satu atau dua kata yang jelas, tegas dan 120 Bonny Danuatmaja, Terapi…, h. 36.

Page 94: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

81

menggunakan nada suara yang keras, menyarakan instruksi dengan

hentakan dan tidak menggunakan kata yang panjang atau kata-kata

yang berbunga-bunga, nada suara disesuaikan dengan respon anak.

Instruksi diberikan ketika anak sudah memusatkan perhatian atau

kontak mata kepada terapis, karena tidak mungkin melakukan instruksi

ketika anak sedang melakukan stimulasi diri.

3. Respon, Prompt, dan imbalan

Ketika anak sudah mendengar dan melihat instruksi dari

terapis. Anak akan memberikan respon. Ketika anak tidak merespon

maka instruksi yang diberikan selanjutnya dengan menggunakan

bantuan atau arahan dari terapis atau biasa di sebut prompt. Ketika

anak merespn dengan benar maka anak akan diberikan imbalan.

Imbalan alamiah yang biasa diberikan yakni berupa pujian. namun jika

respon dari anak tidak sesuai dengan hukuman terapis akan mencoba

memperbaikinya dengan arahan atau memberikan hukuman.

Ada saatnya terapis menghilangkan imbalan yang diberikan

kepada anak agar anak bisa merespon tanpa prompt maupun imbalan.

Karena proses program ini merupakan proses yang membentuk

kepatuhan anak sebagai bekal terapi selanjutnya. Metode kepatuhan ini

juga tetap digunakan pengasuh dalam proses belajar dan bimbingan

lainnya dengan kata yang lebih panjang atau intruksi yang sudah dapat

berupa kalimat. Hal ini dilakukan pada anak yang sudah bisa

Page 95: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

82

meningkatkan ontak mata dengan baik, dengan tetap dalam

pengawasan pengasuh.

Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi mendalam

efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis di Graha

Autis dapat dilihat dari beberapa anak autis yang kini sudah banyak

melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya, orang tua, ataupun

pengasuhnya sendiri. Banyak anak-anak yang sedang terapi juga sudah

melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan formal di sekitar

lembaga dengan tetap di dampingi oleh pengasuh. Akan tetapi, tidak

semua anak memperlihatkan perkembangan seperti itu. Ada anak yang

hanya unggul di bidang akademik tetapi tidak pada bidang sosial, ada

juga anak yang unggul dalam berinteraksi namun lemah pada

kemandiriannya, begitupula sebaliknya.

Pada dasarnya anak autis tidak bisa sembuh total seperti anak

normal lainnya melainkan sembuh dalam artian mengalami

perkembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat diterima

oleh masyarakat disekitarnya. Pernyataan “sembuh dari autisme” atau

“menyembuhkan autisme” sebenarnya tidak tepat. Secara medis,

masalah pada otak tidak bisa disembuhkan tetapi hanya dapat

diminimalkan efeknya dengan berbagai pelatihan dan obat-obatan. Jadi

penanganan autisme ditujukan untuk mengurangi gejalanya sehingga

anak mampu beradaptasi lebih baik dengan lingkungannya dan

Page 96: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

83

mengembangkan cara-cara sebagai kompensasi lebih baik dengan

lingkungannya121.

Perkembangan anak autis dan tingkat efektifnya suatu terapi

termasuk terapi perilaku tergantung dari seberapa tinggi tingkat

gangguan autisme seorang anak, tingkat kecerdasan atau IQ seorang

anak, usia anak memulai terapi. Semakin dini anak mengikuti program

terapi dan pendidikan khusus semakin cepat anak akan mengalami

perkembangan yang lebih baik, intensitas penanganan dan juga

penangan yang benar dan tepat sesuai hasil tes dan observasi tingkat

gangguan autisme anak.

C. Analisis Kendala yang Terjadi dalam Proses Terapi Anak Autis di

Graha Autis Mataram

1. Faktor Makanan

Makanan merupakan salah satu kendala yang sering terjadi di

dalam proses terapi yang sedang dijalankan oleh anak autis. Karena

tidak semua makanan bisa dikonsumsi oleh anak autis. Ada beberapa

jenis makanan dan obat-obatan yang harus diperhatikan oleh pengasuh

ataupun orangtua sebelum memberikannya kepada anak penyandang

autisme, karena tidak sembarang makanan yang bisa diterima di dalam

tubuh anak. bahkan dianjurkan juga agar anak autis melakukan terapi

yang dilakukan dari dalam tubuh, seperti terapi biomedis dan terapi

121 Andriana S Ginanjar, Menjadi.., h. 32.

Page 97: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

84

medikamentosa atau intervensi diet untuk mengoptimalkan

perkembangan anak autis.

Beberapa makanan yang tidak diperbolehkan bagi anak autis

diantaranya adalah makanan-makanan yang mengandung casein dan

gluten, karena tubuh anak autis tidak bisa mencerna kasein dan gluten

secara sempurna. Uraian senyawa yang tidak sempurna tersebut masuk

ke pembuluh darah sampai ke otak sebagai morfin. Keberadaan morfin

jelas mempengaruhi kerja otak dan pusat-pusat saraf, sehingga anak

autis berperilaku aneh dan sulit berinteraksi dengan lingkungannya.

Makanan yang termasuk kasein adalah protein dari susu yang brasal

dari olahan hewan seperti keju, mentega, dan lain-lain. Sedangkan

gluten adalah protein dari tepung terigu dan hasilnya seperti kue, roti,

sereal gandum, kue kering dan lain sebagainya122.

Beberapa anak di Graha Autis ketika berada dirumah atau saat

kunjungan orangtua mereka akan dimanjakan dengan makanan-

makanan yang banyak mengandung gluten dan kasein seperti coklat,

roti, keju, sereal gandum dan lain sebagainya, baik itu diberikan pada

saat anak diajak jalan-jalan ataupun di dalam lembaga. Padahal itu

akan mempengaruhi perilaku dan interaksi anak sehingga menghambat

proses terapi yang akan dijalankan selanjutnya. Di Graha Autis para

pengasuh sering membuatkan anak cemilan pengganti dengan

menggunakan bahan-bahan yang diperbolehkan dan bisa dikonsumsi

122 E. Kosasih, Cara Bijak…, h. 59.

Page 98: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

85

oleh anak autis seperti makanan tradisional yang terbuat dari bahan

tepung beras, maizena, tepung jagung dan lain sebagainya.

2. Kurang kerjasama antara Orang Tua dan Pengasuh

Kerjasama antara orang tua dan pengasuh seringkali tidak sesuai

dengan keinginan, padahal hal ini sangat mendukung efektifnya proses

terapi dan perkembangan anak autis. Para orang tua tidak jarang

mengabaikan arahan dari pengasuh ketika anak berada dirumah

ataupun ketika anak diajak pergi ke suatu tempat tanpa didampingi

oleh pengasuh. Orangtua cenderung memanjakan anak dalam setiap

hal. Contohnya memberikan anak memakan makanan sepuasnya tanpa

memperdulikan pantangan, membiarkan anak bermain playstation

dalam waktu yang lama. Orangtua seringkali mengabaikan hal-hal

sepele seperti itu dan lupa bahwa anak autis mempunyai batasan dan

aturan-aturan tertentu.

Anak autis juga sangat mudah mengalami kecemasan berlebih dan

memberikan efek yang besar yang disebabkan oleh trauma akibat

perubahan. Jika sudah mengalami tingkat kecemasan berlebih maka

akan lebih sulit untuk menunggu mood baik seorang anak autis. Anak

autis sangat hafal secara detail setiap benda yang ada di dalam

kamarnya ataupun benda-benda kesukaannya. Dan akan mengamuk

jika mendapati semuanya berbeda dari biasanya, hal ini karena mereka

sangat benci dengan perubahan. Orang tua dan pengasuh juga

seringkali lengah di dalam mengatur kamar dan letak benda-benda di

Page 99: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

86

dalam kamar sehingga memberikan efek traumatik pada anak. Hal ini

merupakan salah satu contoh kurangnya perhatian terhadap anak.

Anak-anak autis banyak mengalami hal-hal traumatik sepanjang

kehidupannya, terutama dalam usaha mereka untuk memahami dan

beradaptasi dalam lingkungan.untuk mengurangi kecemasan, mereka

perlu diberi penjelasan bila akan terjadi perubahan di lingkungan

rumah dan sekolah atau akan mengunjungi teman atau tempat baru123.

Anak autis juga membutuhkan perhatian yang lebih dari orang-

orang yang berada di sekitar mereka. Baik itu orang tua, saudara

kandung, pengasuh ataupun kerabat lainnya. Karena seperti halnya

anak-anak normal lainnya anak autis juga membutuhkan kasih sayang

dan penerimaan tanpa syarat. Kurangnya perhatian dan kasih sayang

orangtua akan mengurangi tingkat keberhasilan di dalam

perkembangan kepribadian anak, pembentukan konsep diri, dan

perkembangan interaksi sosial yang lebih luas.

123 Andriana S Ginanjar, Menjadi…, h. 107.

Page 100: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

87

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan dari pembahasan tentang efektivitas terapi

perilaku terhadap interaksi sosial anak autis di Graha Autis Mataram yang

telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pola interaksi sosial anak autis di Graha Autis Mataram, yaitu : pola

interaksi satu arah, interaksi dengan teman sebaya, dan interaksi

dengan guru atau pengasuh.

2. Efektivitas terapi perilaku terhadap interaksi sosial anak autis di Graha

Autis Mataram terbilang efektif karena sebagian besar anak autis yang

terapi sudah bisa melakukan interaksi sosial dengan orang lain dan

juga sebagian anak sudah bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah

formal dengan tetap didampingi oleh pengasuh

3. Kendala yang terjadi di dalam proses terapi yang dilaksanakan di

Graha Autis Mataram yakni kurang kerjasama antara orang tua dan

pengasuh.

B. Saran

1. Pemerintah

Bagi pemerintah diharapkan lebih peduli dengan anak autis dan

mengembangkan ilmu terkait dengan penyebab dan intervensi bagi

penyandang autisme dan anak berkebutuhan khusus. Karena anak autis

juga merupakan anak anugrah dari Tuhan anak penerus bangsa yang

87

Page 101: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

88

ingin hidup normal seperti anak-anak lainnya yang melakukan

komunikasi dan ineraksi dengan pelaku sosial dalam masyarakat.

2. LSM Graha Autis Mataram

Bagi para pengasuh anak-anak di Graha Autis Mataram agar terus

berjuang dan meningkatkan kesabaran atas rasa kepedulian untuk

penyembuhan anak penyandang autisme dan anak berkebutuhan

khusus. Dan juga membangun kerjasama dengan pihak-pihak yang

terkait agar program-program yang telah direncanakan dapat terlaksana

demi kebaikan anak-anak dan masyarakat.

3. Masyarakat dan Orang Tua

Untuk para orang tua dan masyarakat diharapkan berperan secara

aktif dalam membantu proses terapi untuk kesembuhan anak autis di

Graha Autis Mataram dan lembaga-lembaga lainnya di Indonesia pada

umumnya dan di Nusa Tenggara Barat pada khususnya. Diharapkan

juga bagi para orangtua agar tidak mudah putus asa dan tetap berjuang

memberikan yang terbaik untuk anak autis dan berkebutuhan khusus

agar siap bersosialisasi di lingkungan masyarakat.

Page 102: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap

LAMPIRAN

Page 103: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 104: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 105: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 106: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 107: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 108: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 109: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 110: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap
Page 111: EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU TERHADAP INTERAKSI SOSIAL …etheses.uinmataram.ac.id/71/1/Kuni Afifa153134117.pdf · 2018-03-20 · Penelitian tentang efektivitas terapi perilaku terhadap