EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR ...repository.uinjambi.ac.id/3098/1/Nur Indra...
Transcript of EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR ...repository.uinjambi.ac.id/3098/1/Nur Indra...
EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 2 TAHUN
2016 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
(STUDI DI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA JAMBI)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh :
NUR INDRA FAUZAN
NIM: SIP 162413
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
i
ii
iii
iv
MOTTO
وا ل ك ا و م م م ك ق ز ر ل الل ل ا ح ب ي وا ط ق ات و م الذي الل ت ن ه أ ب ون ن م ؤ م
Artinya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepadan-Nya. (Qs.Al-Maidah: 88)
v
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Efektifitas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun
2016 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Jambi). Skripsi ini bertujuan ingin mengetahui upaya dan
hambatan dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen dari produk industri
rumahan atau produk usaha mikro kecil menengah yang tidak memiliki label halal,
ingin mengetahui bagaimana efektivitas peraturan daerah kota Jambi nomor 2 tahun
2016 tentang perlindungan konsumen. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian ini
deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Setelah di terapkannya Peraturan Daerah Kota Jambi
Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen telah berdampak baik dalam
meningkatkan kenyamanan dan keamanan konsumen dalam mengkonsumsi atau
menggunakan suatu produk makanan. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai
perlindungan konsumen, perlindungan konsumen perlu di tingkatkan terkait
perlindungan konsumen dari produk makanan yang halal. Mengingat sebagian besar
makanan yang beredar bukan lagi berbentuk atau berwujud asli yang relatif lebih
mudah dikenali halal haramnya, tetapi sudah menjadi makanan olahan maka hal ini
sering menimbulkan keragu-raguan tentang kehalalan makanan tersebut. Oleh karna
itu diperlukan upaya-upaya untuk melindungi konsumen muslim yang merupakan
konsumen terbesar di kota jambi dari makanan haram.
Kata Kunci : Efektivitas, Perlindungan Konsumen, Produk Halal
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi
ini yang berjudul : “Efektivitas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun
2016 Tentang Perlindungan Konsumen ( Studi Di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Jambi)”
Kemudia tidak lupa pula penulis haturkan sholawat beriringi salam kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan kita petunjuk dari alam
kebodohan menuju menuju alam yng terang benerang yakni “Minadzulumati ilan
Nur” Seperti kita rasakan pada saat sekarang ini, terang bukan lampu yang menyinari
dan bukan pula karena bulan dan matahari akan tetapi terangnya karena ilmu
pengetahuan serta keimanannya.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
Ilmu Pemerintahan dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Dalam Penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan
semaksimal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan
ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kejanggalan dan
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar yang selalu memberi
dukungan, semangat, serta doa yang telah diberikan kepada :
vii
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA,Ph.D Rektor UIN Shulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag.,M.H Dekan Fakultas Syari’ah UIN Shulthan
Thaha Saifudin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, S.Th.i.,MA.,M.IR Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak
Dr. Ruslan Abdul Gani, SH Wakil Dekan bidang Administrasi Umum,
Keuangan dan Perencanaan, Bapak Dr. H. Ishaq, SH.,M.Hum Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan kerjasama di Fakultas Syari’ah UIN Shulthan
Thaha Saifudin Jambi.
4. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP.,M.Si Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan UIN
Shulthan Thaha Saifudin Jambi dan Ibu Tri Endah Karya Lestiani, S.IP., M.IP
Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan UIN Shulthan Thaha Saifudin Jambi.
5. Bapak Rasito,SH.,M.Hum Selaku Pembimbing 1, dan Bapak Elvi Alfian
A,SH.,MH Selaku Pembimbing II, yang tidak pernah bosan memberikan
arahan, pengetahuan dan bimbing penulis dalam bimbingan skripsi.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen beserta karyawan dilingkungan Fakultas
Syariah yang memberikan pelayanan dan bantuan serta bimbingannya
sepanjang perkuliahan.
7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
yang telah sudi membantu dan meminjami referensi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
viii
8. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi yang sudah
mengizinkan saya untuk melakukan penelitian dalam Pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi teknis penulisan analisis maupun dalam
mengagungkan adanya tanggapan dan masukan berupa kritik dan saran dari semua
pihak demi kebaikan skripsi ini. Semoga apa yang diberikan tercatat sebagai amal
jariah disisi Allah SWT, dan mendapat pahala atau ganjaran yang sepantasnya.
Jambi, Februari 2020
Penulis
Nur Indra Fauzan
NIM : SIP162413
ix
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT,
karya tulis ini merupakan wujud dari upaya kecil untuk mengharapkan
rahmat dan ridho-Nya. Kulangkahkan kaki saya menuju kesuksesan, benturan
demi benturan terus saya lalui untuk meraih cita-cita yang saya dambakan.
Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tua saya untuk
Ayahanda Adi Suparmin dan Ibunda tercinta Poniati yang telah membesarkan,
mendidik, mengasihi saya dengan penuh kasih saying tanpa pernah merasa letih, serta
telah bekorban seluruh jiwa dan raga demi membuat saya menjadi sorang anak yang
lebih berarti.
dengan penuh rasa cinta dan do’a restu yang telah membesarkanku dan mendidikku
selama ini serta memberi motivasi dan dukungan
secara moril maupun material.
Buat Adik saya tercinta Sinta Indri Yani, Rafa Riski Akbar, Innaya Putri Azahra
beserta teman-teman yang selalu memotivasi dan menemani dalam pembuatan skripsi
dan keluarga besar saya yang selalu mendukung dan memberikan do’a nya dalam
menyelesaikan skripsi ini. Buat teman-teman seperjuangan khususnya Ilmu
pemerintahan angkatan 2016, yang selalu berjasa untuk saya selama masa perjuangan
di bangku kuliah sampai saya menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan diberikan
kemudahan dalam segala hal.
Aamiinn…
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
LEMBARAN PERNYATAAN …………………………………………..….i
NOTA DINAS............................…………………………………………..…ii
LEMBARAN PENGESAHAN……………......................................…....…iii
MOTO……………………………………………………………………......iv
ABSTRAK……………………………………………………………….……v
KATA PENGANTAR……………………………………………………......vi
KATA PERSEMBAHAN………………………………………………........ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………….…x
Daftar Tabel………………………………………………………………….xi
Daftar Singkatan……………………………………………………………xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………………….…1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………8
C. Batasan Masalah……………………………………………….….8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………….9
E. Kerangka Teori…………………………………………….……..10
F. Tinjauan Pustaka……………………………………………….…22
BAB II METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian…………………………………………………...25
xi
B. Jenis dan Sumber Data…………………………………………..25
C. Instrumen Pengumpulan Data…………………………………...27
D. Tehnik Analisis Data…………………………………………….29
E. Sistematika Penulisan……………………………………………31
F. Jadwal Penelitian…………………………………………….......32
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kota Jambi………………………………………………33
B. Geografis………………………………………………………....38
C. Demografis………………………………………………………39
D. Sejarah Dinas…………………………………………………….41
E. Visi dan Misi……………………………………………………..43
F. Struktur Dinas……………………………………………………43
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Upaya Perlindungan Terhadap Konsumen …………………..….46
B. Hambatan Dalam Perlindungan konsumen……………………...57
C. Efektifitas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 tahun 2016
Terhadap Perlindungan Konsumen………………………………59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………66
B. Rekomendasi………………………………………………….....67
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTA TABEL
Tabel 2.1 Jadwal Penelitian............................................................................... 29
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk…………………………………………………..40
Tabel 3.2 Persentase Penganut Agama……………………………………….41
xiii
DAFTAR SINGKATA
1. SD : Sekolah Dasar
2. SMP : Sekolah Menengah Pertama
3. SMA : Sekolah Menengah Atas
4. Disperindag : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
5. UMKM : Usaha Mikro Kecil Menengah
6. MUI : Majelis Ulama Indonesia
7. UU : Undang Undang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Perekonomian pada era globalisasi harus dapat mendukung
tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang dan atau
jasa yang memiliki kandungan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat banyak dan sekaligus mendapat kepastian atas barang dan atau jasa yang
diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian pada pihak konsumen.
Bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha
yang bertanggung jawab. Kota Jambi sebagai pusat perputaran barang dan jasa, maka
perlu ada jaminan perlindungan hukum terhadap kebutuhan akan barang dan jasa.
Maka dibentuklah Peraturan daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
perlindungan Konsumen, untuk keteraturan dan ketertiban sehingca tercipta rasa
aman dan nyaman kepada para konsumen. 1
Pembangunan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Industri rumahan
tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah masalah kemiskinan atau
penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu, pembangunan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) atau Industri Rumahan diharapkan mampu memperluas basis
1 Peaturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen
2
ekonomi dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan
perekonomian kota jambi. Berdasarkan data 2018, jumlah UMKM di Kota Jambi
yang aktif dalam melakukan produksi makanan yang bergerak dibidang industri
makanan olahan sebanyak 830.2 Dari semua itu yang telah melakukan sertifikasi
dan perpanjangan sertifikasi halal sebanyak 163 pelaku usaha3.
Perlindungan konsumen mendapat cukup perhatian karena tumbuh dan
berkembangnya UMKM yang semakin banyak serta aturan-aturan guna
mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku konsumen saja yang
mendapat perlindungan, namun pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk
mendapat perlindungan. Perlindungan konsumen merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat
terdapat keseimbangan perlindungan antara konsumen dan pelaku usaha, Masing-
masing ada hak dan kewajiban, pemerintah berperan mengatur, mengawasi, dan
mengontrol, sehingga tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan
yang lain dengan demikian tujuan mensejahterakan masyarakat secara luas dapat
tercapai. 4
Pengertian konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
2 Dokumentasi Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Jambi
3 Dokumentasi Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jambi 4 Andi Sri Riski Wulandari dan Nurdiana Tadjuddin, Hukum perlindungan konsumen,
(Jakarta:Mitra Wacana Media,2018), Hal. 1.
3
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Sedangkan Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan5
Sesuai Peraturan Daerah kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 menjelaskan pada
Bab IV perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, yang di dalam pasal 8 ayat 1 h
menjelaskan bahwa tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana
pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label. 6
Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap konsumen,
terutama konsumen muslim. Baik itu produk berupa makanan, obat-obatan maupun
barang-barang konsumsi lainnya. Seiring banyaknya jumlah penduduk kota Jambi
yang mencapai 610.854, yang mayoritas beragama muslim yang mencapai 514.286
jiwa, dengan ini menjadikan Jambi pasar konsumen muslim yang sangat besar.7 Oleh
karena itu, jaminan akan produk halal menjadi suatu hal yang penting untuk
mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945) bahwa Negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
5 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1
6 Peaturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal
8 ayat (1)h 7 https://Jambi.bps.go.id
4
kehidupan bangsa, ikut serta dalam usaha perdamaian dunia berdasarkan, perdamaian
abadi dan keadilan social. 8
Kenyamanan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk makanan menjadi
perhatian tersendiri bagi para konsumen pada khususnya dan produsen pada
umumnya. Banyak pertimbangan yang dilakukan konsumen dalam mengkonsumsi
suatu produk kususnya produk makanan agar konsumen mendapatkan kenyamanan
maupun keamanan. Pertimbangan tersebut antara lain bahan apa yang terkandung
dalam produk makanan, kandungan gizi dalam produk makanan, pengolahan bahan
makanan saat proses produksi, penyimpanan, pengemasan, kekhalalan, serta masa
kadaluwarsa suatu produk makanan.9 Banyaknya produk makanan yang beredar di
masyarakat tanpa mengindahkan ketentuan tentang pencantuman label Halal dinilai
sudah meresahkan konsumen.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di lapangan, di Kota
Jambi ada 830 UMKM yang melakukan industri makanan olahan kemasan , namun
masih banyak dari produk UMKM yang bergerak dibidang makanan pangan olahan
kemasan yang tidak mencantumkan lebel halal atau belum memiliki label halal.
Produk ini tidak hanya di pasar tradisional tapi juga di supermarket..
Dalam industri pangan saat ini, bahan pangan diolah melalui berbagai teknik
dan metode pengolahan baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan
8 May Lim Charity, “Jaminan Produk Halal Di Indonesia,”Journal Legislasi Indonesia, Vol.
14 No.01 Maret 2017, Hlm. 99, 9 Hamsyah, Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Makanan Kadarluarsa di
Kota makasar”, Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar,2017, Hlm .3
5
dan teknologi, sehingga menjadi produk yang siap dilempar untuk dikonsumsi
masyarakat. Hal ini menimbulkan kekhawtiran bahwa dalam menghadapi
perdagangan bebas tingkat regional, internasional, dan global, Jambi sedang dibanjiri
produk pangan dan produk lainnya yang mengandung atau terkontaminasi unsur
haram. Dalam teknik pemrosesan, penyimpanan, penanganan, dan pengepakan
acapkali digunakan bahan pengawet yang membahayakan kesehatan atau bahan
tambahan yang mengandung unsur haram yang dilarang dalam agama Islam.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan) yang
merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
menyebutkan dalam konsiderannya bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang dijamin di dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945) sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, negara berkewajiban mewujudkan
ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman,
bermutu, dan bergizi seimbang.
Secara eksplisit dalam Undang-Undang Pangan bahkan menyatakan bahwa
penyediaan pangan yang tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, menjadi
tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Daerah. Keamanan pangan dimaksudkan untuk
menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Selain itu, keamanan pangan
dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
6
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Terkait
dengan jaminan penyediaan dan keamanan pangan yang terkait dengan kehalalan
pangan disebutkan bahwa hal tersebut menjadi tanggungjawab pemerintah pusat dan
daerah untuk melakukan pengawasan terhadap penerapan sistem Jaminan Produk
Halal (JPH) yang dipersyaratkan.10
Adapun mengenai pelabelan halal, pelaku usaha pangan wajib mencantumkan
label halal di dalam dan/atau pada kemasan pangan. Hal ini berlaku baik untuk
produsen domestik maupun produsen pangan impor yang memasuki Indonesia.
Pencantuman label ini di dalam dan/ atau pada kemasan pangan ditampilkan dengan
Bahasa Indonesia secara tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh
masyarakat.11
Mengenai promosi/iklan label halal terhadap produk pangan maka
produsen/pelaku usaha harus mempertanggungjawabkan sekali kehalalan atas produk
tersebut. Demikian pula terkait dengan iklan Pangan yang menyebutkan kehalalan
produk pangan setiap orang wajib bertanggung jawab atas kebenarannya
Pengertian Perlindungan Konsumen termaktub dalam pasal 1 angka 1
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang
menegaskan “segala upaya yang menjamin adanya keastian hukum untuk
memberikan perlindungan kepada konsumen”
10
Undnag-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan 11
Ibid pasal 97
7
Kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen itu
antara lain adalah dengan meninngkatkan harkat dan martabat konsumen serta
membuka akses informasi tentang barang dan/atau jasa baginya, dan
menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab.
Tujuan yang ingin dicapai perlindungan konsumen umumnya dapat dibagi
dalam tiga bagian utama, yaitu:
a. Memberdayakan konsumen dalam memilih, menentukan barang dan/atau jasa
kebutuhannya, dan menuntut hak-haknya.
b. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur-unsur kepastian
hukum, keterbukaan informasi, dan akses untuk mendapatkan informasi.
c. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab.
Dari apa yang dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
sangat penting untuk dapat melindungi konsumen dari berbagai hal yang dapat
mendatangkan kerugian bagi mereka. Konsumen perlu dilindungi, karena konsumen
dianggap memiliki suatu “kedudukan” yang tidak seimbang dengan para pelaku
usaha. Ketidak seimbangan ini menyangkut bidang pendidikan dan posisi tawar yang
8
dimiliki oleh konsumen. Sering kali konsumen tidak berdaya menghadapi posisi yang
lebih kuat dari para pelaku usaha. 12
Walupun demikian, suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan adalah
banyaknya konsumen yang kurang peduli akan hak-haknya. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari, di mana banyak konsumen yang walaupun telah
dirugikan oleh pelaku usaha, tetapi tidak memiliki niat sedikitpun untuk melakukan
klaim ataupun melakukan gugatan kepada pelaku usaha.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain malasnya atau
enggannya mereka berperkara di pengadilan, ketidakberdayaan mereka menghadapi
pelaku usaha yang besar, atau mereka tidak mengetahui bahwa hak-hak tersebut
dilindungi oleh undang-undang. Oleh karena itulah penulis merasa tertarik
mengangkat permasalahan ini kedalam sebuah karya tulis skripsi sebagai tugas akhir.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik mengkaji dengan
menyangkut judul : EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI
NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi
Di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
12
Adrian Sutedi, Tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen, (Bogor :
Ghalia Indonesia,2008), hlm 8-9
9
1. Bagaimana upaya dalam meberikan perlindungan terhadap konsumen dari
produk yang tidak memiliki lebel halal?
2. Apa hambatan dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen?
3. Bagaimana Efektivitas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016
Tentang Perlindungan Konsumen?
C. Batasan masalah
Agar Penelitian ini tidak melenceng dari cangkupan penelitian ini jelas sesuai
dan lebih mendalam maka penulis akan memberikan batasan-batasan penelitian.
Adapun dalam penelitian ini adalah mengenai Perlindungan konsumen dari produk
UMKM yang bergerak dibidang industri makanan olahan yang tidak memiliki atau
mencantumkan label halal.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :
a. Ingin mengetahui upaya dalam meberikan perlindungan terhadap
konsumen dari produk yang tidak memiliki lebel halal
b. Ingin mengetahui hambatan dalam melakukan Penerapan Peraturan daerah
c. Ingin mengetahui bagaimana Efektivitas Peraturan Daerah Kota Jambi
Nomor 2 Tahun 2016 Tantang Perlindungan Konsumen
2. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis : bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan
perkembangan bidang Perlindungan Konsumen, penelitian ini diharapkan
memberi sumbangan untuk memperbanyak referensi di bidang hukum.
10
2. Manfaat praktis:
a. Bagi mahasiswa bisa bermanfaat untuk pengetahuan baru mengenai
Perlindungan Konsumen dan di pakai menjadi bahan pemebelajaran.
b. Bagi penulis penulisan skripsi ini sebagai syarat kelulusan dan menambah
wawasan.
c. Bagi masyrakat bisa berperan aktif dengan mengawasi dan melaporkan
kepada pihak yang berwenang apabila melihat atau menjumpai Produk
makanan yang tidak memiliki label halal.
d. Bagi masyrakat peneliti ini sebagai pengetahuan dan menambah wawasan
mengenai perlindungan konsumen
e. Manfaat teoritis dalam hasil penulisan skripsi ini di harapkan dapat
menjadi pedoman untuk penelitian selanjutnya.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan uraian ringkasan tentang teori yang di gunakan dan
cara mengunakan teori dalam menjawab pertanyaan penelitian13
.
1. Efektivitas
Kata efektivitas berasal dari kata efektif dalam Bahasa Indonesia diartikan
sebagai hasil guna , setiap instansi pasti menginginkan agar kegiatan instansinya
sukses dalam mencapai suatu tujuan. Pengertian efektifitas tidak sama dengan efisien.
Yang secara etimologis, efisiensi berasal dari Bahasa latin “effice”, artinya
13
Sayuti Una (Editor), Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi, Revsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah
Iainsts Jambi dan Syariah Press, 2014). Hlm. 23
11
menghasilkan, mengadakan atau menjadikan , dalam arti luas efisiensi berarti
memaksimalkan rasio hasil bersih yang positif, mencapai hasil yang sebenar-
benarnya dengan biaya usaha tertentu.
Sehingga efisien/efisiensi diartikan sebagai daya guna karena dalam efisien
harus dipertimbangkan juga pengorbanan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sedangkan efektif yang ditekankan adalah segi keberhasilan. Walupun dalam
berbagai penggunaan kata efisiensi dekat dengan kata efektivitas, efisiensi
mengandung pengertian pembanding antara biaya dan hasil, sedangkan efektifitas
secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan.14
Sedangkan Soejono Soekanto menggunakan tolak ukur efektivitas dalam
penegakan hukum pada lima hal yakni:
1. Faktor Hukum
Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan.dalam
praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian Hukum
sifatnya konkret berwujud nyata. Sedangkan keadilan bersifat abstrak
sehingga ketika seseorang hakim memutuskan suatu perkara secara
penerapan undang-undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak
tercapai. Maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum
14
Muslimah, “Efektifitas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012, ”,Journal Jom Fisip
Vol.4:1 Februari 2017, Hlm. 6,
12
setidaknya keadilan menjadi prioritas utama. Karna hukum tidaklah
semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja.
2. Faktor Penegakan Hukum
Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak
hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi
kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Selama ini ada kecenderungan
yang kuat dalam masyarakat untuk mengartikan hukum sebagai petugas
atau penegak hukum, artinya hukum diindentikan dengan tingkah laku
nyata petugas atau penegak hukum. Sayangnya dalam melaksanakan
wewenangnya sering timbul persoalan karena sikap atau perlakuan yang
dipandang melampaui wewenang atau perbuatan lainnya yang dianggap
melunturkan citra dan wibawa penegak hukum. Hal ini disebabkan oleh
kualitas yang rendah dari apparat penegak hukum tersebut.
3. Factor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan
perangkat keras, Menurut Soejono Soekanto bahwa para penegak hukum
tidak dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilegkapi dengan kendaraan
dan alat-alat komunikasi yang proporsional. Oleh karna itu sarana atau
fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan
hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin
penengak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan
yang actual.
13
4. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok
sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum. Persoalan yang timbul
adalah taraf kepatuhan hukum, Adanya derajat kepatuhan hukum
masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya
hukum yang bersangkutan.
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum
yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi-konsepsi yang
abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang
dianggap buruk (sehingga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia
merupakan dasar atau mendasari hukum adat yang berlaku. Disamping itu
berlaku pula hukum tertulis (perundang-undangan), yang dibentuk oleh
golongan tertentu dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan
wewenang untuk itu. 15
2. Kebijakan
Kebijakan dapat didefinisikan sebagai serangkaian rencana program, aktivitas,
aksi, keputusan sikap, untuk bertindak maupun tidak bertindak yang dilakukan oleh
15
Soejono Soekanto.2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta.
PT. Raja Grafindo Persada. Hal 5
14
para pihak sebagai tahapan untuk penyesalan masalah yang dihadapi. Penetapan
kebijakan merupakan suatu faktor penting bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.
Lebih lanjut, kebijakan memiliki dua aspek, yakni:
a. Kebijakan merupakan praktika social, kebijakan event yang tunggal atau
terisolir. Dengan demikian, kebijakan merupakan sesuatu yang dihasilkan
pemerintah di rumuskan berdasarkan dari segala kejadian yang terjadi di
masyarakat. kajian tersebuat ini tumbuh dalam praktika kehidupan
kemasyarakatan, dan bukan merupakan peristiwa yang berdiri sendiri,
terisolasi, dana sing bagi masyarakat.
b. Kebijakan adalah suatu respon atas peristiwa yang terjadi, baik untuk
menciptakan harmoni dari pihak-pihak yang berkonflik, maupun menciptakan
insentif atas tindakan bersama bagi para pihak yang mendapatkan perlakuan
yang tidak rasional atas usaha bersama tersebut.
Dengan demikian, kebijakan dapat dinyatakan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu, sekaligus sebagai upaya pemecahan masalah dengan
menggunakan sarana-sarana tertentu, dan dalam tahapan waktu tertentu. Kebijakan
umumnya bersifat mendasar, karena kebijakan hanya menggariskan pedoman umum
sebagai landasan bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
15
3. Peraturan Daerah
Dalam suatu Negara yang terdiri dari berbagai elemen dan lapisan masyarakat
akan sangat mudah munculnya konflik internal, masalah-masalah sosial yang muncul
akan memunculkan gesekan negatif di masyarakat maupun bagi jalannya roda
pemerintahan. Untuk menciptakan keteraturan di masyarakat maka perlu dibuat
sebuah Peraturan atau Undang-undang yang sifatnya mengikat kepada seluruh elemen
masyarakat maupun kepada kelompok-kelompok sasaran tertentu yang dianggap
mampu memunculkan permasalahan sosial.
Sebuah peraturan maupun Undang-undang hanya bisa di keluarkan oleh para
pemangku kebijakan. Dimana kebijakan-kebijakan tersebut bisanya di keluarkan
karena adanya permasalahan tertentu. Misal, ketika Negara mengalami sebuah
masalah ekonomi maka pemerintah akan mengeluarkan sejumlah paket Perundang-
undangan bagi unit-unit kerja yang ada dibawahnya sebagai pedoman untuk
perbaikan kondisi perekonomian nasional.
Dalam ilmu politik, peraturan atau Undang-undang ini lebih dikenal dengan
istilah kebijakan public. Setiap kebijakan public yang dibuat oleh pemerintah telah
memperhatikan pokok permasalahan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai melalui
kebijakan ini. Pada skala nasional, kebijakan ini dibuat oleh pemerintah untuk
diajukan kepada DPR untuk dibahas dan disahakan menjadi sebuah Undang-undang
(UU).
Pada dasarnya, kebijakan maupun peraturan daerah adalah sebuah keputusan
dalam arti luas yang ditetapkan oleh penguasa yang berwenang untuk menetapkan
16
sebagai perwujudan atas kehendak penguasa tersebut untuk mengambil suatu
tindakan. Disini jelas dikatakan bahwa peraturan adalah perwujudan dari penguasa
untuk mengambil tindakan atas masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat. 16
Peraturan juga merupakan suatu bentuk dari hokum yang sifatnya mengikat
secara umum dan berlaku namun bersifat abstrak dan mum sehingga dalam
pelaksanaannya akan diikuti oleh berbagai ketetapan-ketetapan tata cara
pelaksanaannya pada unit kerja sehingga lebih bersifat kongkrit dan nyata. 17
Berdasarkan gambaran diatas, bila ditarik dalam konteks daerah maka akan
muncul yang disebut dengan Peraturan Daerah. Berbicara tentang daerah berarti kita
berbicara tentang Otonomi Daerah. Hal ini penting untuk dilakukan karena perubahan
pasca jatuhnya rezim orde baru telah melahirkan sistem pemerintahan di daerah yang
baru. Daerah-daerah otonom memiliki kewenangan untuk mengatur pemerintahannya
sendriri dalam koridor Undang-Undang Republik Indonesia.
Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dengan persetujuan bersama Kepala
Daerah baik Bupati maupun Walikota. Peraturan Daerah terdiri atas peraturan daerah
provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota. Di beberapa daerah istilah perda
disebut secara berbeda seperti di aceh disebut dengan qamun, sementara di daerah
Papua disebut dengan Peraturan Daerah Khusus.
16
Tjokromidjojo, Bintoro, Pengantar Administrasi, (Jakarta, LP3ES.1991) hlm 95 17
Ibid, hlm 96
17
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan
Peraturan Perundang-undangan pasal 14 disebutkan bahwa materi Peraturan Daerah
Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi Dearah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi
khusus daerah atau penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Secara umum, materi muatan peraturan daerah dikelompokan menjadi :
a) Ketentuan Umum
b) Materi pokok yang diatur
c) Ketentuan pidana
d) Ketentuan peralihan
e) Ketentuan penutup
Jadi dapat disimpukan Perda adalah peraturan yang yang dikeluarkan oleh
pemerintah provinsi atau kabupaten/kota. Perda dibuat berdasarkan kebutuhan atau
karena adanya peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Perda juga bersifat
umum dan mengikat dalam hukum. Perda merupakan manifrestasi kekuasaan daerah
dalam menciptakan keteraturan dan ketertiban masyarakat di daerah.
4. Produk Halal
Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman,
obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta
barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.
18
Sedangkan Produk Halal adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai
dengan syariat islam.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kehalalan
produk makanan dan minuman antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan, dan Keputusan Mentri Pertanian No.
745/KPTS/TN.240/12/1992 tentang Persyaratan dan Pemasukan daging dari luar
negeri dan KEPMENAG No.518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan
Pangan dan izin dari BPOM, Keputusan Menteri Agama Nomor 519 Tahun 2001 dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
Pasal 4 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, konsumen berhak atas
kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa.
Keputusan Mentri Agama Nomor 519 tahun 2001, Pasal 1 menyatakan bahwa
Majelis Ulama Indonsia sebagai lembaga pelaksana pemeriksaan pangan yang
dinyatakan halal yang dikemas dan diperdagangkan di Indonesia.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 745/KPTS/TN.240/12/1992 tentang
Persyaratam dan Pengawasan Pemasukan daging dar luar Negeri yng diakomodasi
dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, pasal 97 menyatakan, setiap orang
yang memproduksi pangan didalam negeri untuk diperdagangkan wajib
19
mencantumkan label pada kemasan termasuk label halal atu tanda halal bagi yang
dipersyaratkan. Pemasukan daging untuk konsumsi umum harus berdasarkan ternak
yang pemotongannya dilakukan menurut syariat Islam dan dinyatakan dalam
sertifikat halal.18
Tujuan pencantuman logo halal pada produk makanan dan minuman adalah
untuk melindungi konsumen hak-hak konsumen muslimin terhadap produk yang
tidak halal. Memberikan kepastian hukum kepada konsumen muslim bahwa produk
makanan dan minuman tersebut benar-benar halal sesuai yang disyariatkan oleh
Hukum Islam. Konsumen muslim tidak akan ragu-ragu membeli produk makanan
dan minuman, karena pada kemasan produk makanan dan minuman tercantum logo
halal dan mencegah konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal.
Jika produk makanan dan minuman tidak halal sesuai Undang-Undang
Produk Jaminan Halal, pelaku usaha berkewajiban untuk memberikan tanda pada
produk makanan dan minuman tersebut tidak halal. Tanda dapat dalam bentuk
gambar, seperti kalau di Bali di tempat makanan dan minuman yang mengandung
unsur babi terdapat gambar babi. Ini berarti pelaku usahanya jujur, karenan dalam
undang-undang perlindungan konsumen pelaku usaha berkewajiban untuk
memberikan informasi mengenai komposisi pada produk makanan dan minuman.
Selayaknya pelaku usaha di Indonesia yang memperdagangkan produk makanan dan
minuman memberikan informasi yang jelas, jujur mengenai komposisi, kehalalan
18
Syafrida, “Sertifikat Halal Pada Produk Makanan Dan Minuman Memberi Perlindungan
Dan Kepastian Hukum Hak-Hak Konsumen Muslim,” Adil, Jurnal Hukum, Vol 7:1, Hlm. 170,
20
produk makanan dan minuman yang diperdagangkan untuk melindungi hak-hak
konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal.
Namun masih banyak ditemukan produk makanan dan minuman yang beredar
dimasyarakat belum mencantumkan logo halal atau logo halal masih diragukan
kebenarannya. Produk yang tidak ada logo halalnya belum tentu haram, begitu juga
produk yang ada logo halalnya belum tentu juga halal, karena tidak tertutup
kemungkinan produknya tidak halal. Dalam Hukum Islam yang dikatakan halal tidak
hanya zatnya, tapi juga mulai dari proses produksi dari hulu sampai hilir harus
terbebas dari zat zat yang diharamkan oleh syariat Islam. Penyimpanan produk yang
halal tidak boleh berdekatan dengan produk yang tidak halal, artinya tempat
penyimpanan produk halal harus terpisah dengan produk yang tidak halal. Begitu
juga alat yang dipakai untuk memproses produk halal tidak boleh dipakai bersama
dengan produk yang tidak halal.
5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Pelaksanaan usaha yang termasuk dalam Usaha Makro, Kecil dan Menengah
telah diatur dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) ada beberapa pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah. UMKM memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Usaha Mikro, yaitu
usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik perorangan. (2)
Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
21
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. (3) Usaha Menengah,
yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Selain itu, berdasarkan penjelasan
kriteria UMKM pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2008, dapat disimpulkan
bahwa kriteria yang diklasifikasikan dalam kategori usaha mikro, kecil dan menengah
didasarkan pada kekayaan bersih kecuali tanah dan bangunan tempat usaha serta hasil
penjualan selama setahun.
6. Perlindungan Konsumen
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1999, perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dana
tau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.19
Pada dasarnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen di buat dengan
tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
19
Aulia Muthiah, Hukum Perlindungan Konsumen,(Yogyakart :Pt pustaka baru, 2018)hlm.51
22
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dana tau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dana tau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.20
Asas-asas yang dianut dalam hukum perlindungan konsumen adalah:
a. Asas manfaat; mengamatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan,
b. Asas keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal
dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil,
20
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 3
23
c. Asas keseimbangan; memberi keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen; memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian
dan pemanfaatan barang dana tau jasa yang dikonsumsi atau digunakan,
e. Asa kepastian hukum; baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum
dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen,
serta negara menjamin kepastian hukum.
Oleh sebab itu konsumen berhak mendapatkan perlindungan dari produk-
produk makanan yang beredar yang tidak mempunyai labelisasi halal untuk di
konsumsi oleh penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam ini.]
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-
penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek focus/tema yang diteliti.
Penulis menemukan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan masalah yang
akan diteliti sebagai baerikut:
Pertama, Hamsyah, Mahasiswa Program S1, Fakultas Hukum, Universitas
Hasanuddin Makasar, pada penelitian ini membahas tentang “Perlindungan
Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Makanan Kadarluwarsa Di Kota
Makassar”. Pada penelitian ini membahas mengenai, Perlindungan hukum
24
terhadap konsumen terkait peredaran makanan kadarluwarsa yang ada di makasar,
serta upaya yang dilakukan untuk menanggulangi peredaran makan kadaluwarsa
yang ada di Masyarakat.
Kedua, Umdah Aulia Rohmah, Mahasiswa Program S1, Prodi Ilmu Hukum,
Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, pada penelitian ini membahas tentang “Perlindungan Terhadap
Konsumen Produk Makanan Yang Tidak Berlebel Halal Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2015”. Pada penelitian ini membahas mengenai upaya
perlindungan hukum terhadap konsumen oleh lembaga pemerintahan Yogyakarta
dalam menanggulangi produk makanan yang berlabel halal, serta kendala yang
dihadapi oleh produsen makanan dalam mencantumkan label halal.
Ketiga, Nurfajryanti Ramadhani, Mahasiswa Program S1, Prodi Ilmu Hukum,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, pada
penelitian ini membahas tentang “Perlindungan Konsumen Terhadap Wanprestasi
Pelaku Usaha”. Pada penelitian ini membahas mengenai bagaimana penyelesaian
sengketa konsumen, dan lebih menekankan mengenai tanggung jawab pelaku
usaha terhadap konsumen.
Sejauh penelusuran pustaka yang peneliti temukan dari beberapa karya ilmiah
yang diatas ada kesamaan judul, namun akan tetapi penelitian yang penulis
lakukan sudah pasti berbeda. Dari karya ilmiah diatas ada yg membahas
25
mengenai hukum dari perlindungan konsumen dan disini saya akan lebih
membahas mengenai kebijakan dan upaya pemerintah dalam memberikan
perlindungan terhadap konsemen Dan juga dari segi pembahasan penulis
mendalami tentang Efektivitas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun
2016 Tentang Perlindungan Konsumen. Yang memberikan batasan-batasan
penelitian. Adapun dalam penelitian ini adalah mengenai Perlindungan konsumen
terhadap produk makanan yang tidak memiliki atau mencantumkan label halal.
Terutama produk makanan dari usaha mikro kecil menengah yang saat ini
semakin banyak dan berkembang.
26
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun tujuan lain
dari penelitian kualitatif adalah menggambarkan secara sistematis, akurat sesuai
fakta dan karakteristik mengenai masalah dan populasi aspek tertentu.21
Penelitian ini bersifat analisis deskriptif (deskriptif analysis). Dengan
bertujuan memberikan gambaran mengenai situasi yang terjadi dengan
menggunakan analisis deskriptif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
metode deskriptif adalah suatu bentuk menerangkan hasil penelitian yang bersifat
memaparkan sejelas-jelasnya tentang apa yang diperoleh dilapangan, dengan cara
peneliti melukiskan, memaparkan dan menyusun sesuai keadaan secara sistematis
sesuai teori yang ada untuk menarik kesimpulan dalam upaya pemecahan masalah.22
B. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan masalah dengan
21
Lexy j. Moelong, Metode penelitian, (Jakarta: PT.Grasindo,2011). Hlm. 4. 22
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998). Hlm. 13.
35
menggabungkan antara pendekatan yuridis normatif dengan adanya penambahan
berbagai unsur empiris. Metode penelitian yuridis empiris mengenai implementasi
ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa
hukun tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.23
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Adapun jenis dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian yaitu data
primer dan data sekunder .
a. Data primer
Adalah data pokok yang di perlukan dalam penelitian di peroleh secara
langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitianya, atau keseluruahan
data hasil penelitian yang di peroleh di lapangan24
. Yaitu sumber data yang di peroleh
secara langsung dari sumber aslinya.
Data primer dalam penelitian ini di peroleh melalui wawancara dengan para
informan, yaitu:
23
Dwi Shofia, Strategi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Jambi
Pada Sistem Berbasis E-Planning, (Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah UIN STS
JAMBI 2019),hlm15 24
Sayuti Una (Editor), Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi, Revsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah
Iain
sts Jambi dan Syariah Press, 2014). Hlm. 34
36
1. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Perlindungan Konsumen
2. Dinas Perdagangan Dan Perindustrian
3. Majelis Ulama Indonesia Kota Jambi
4. Kementrian Agama Kota Jambi
5. Masyrakat Selaku Konsumen
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang di peroleh secara
tidak langsung atau melalui sumber perantara. data ini di peroleh secara tidak
langsung atau melalui sumber perentara. data ini di peroleh dengan cara mengutip
dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authebtic, karena sudah di peroleh dari
tangan kedua, ketiga dan seterusnya25
. Data sekunder adalah data atau sejumlah
keterangan yang di peroleh secara tidak langsung dan data di peroleh dengan cara
mengutip dari sumber lain seperti :
1. Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan
Konsumen
2. Undang-Undang
3. Buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi
4. Internet
25
Sayuti Una , (Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi ),Cet Ke 2 (Jambi : Syariah Press
Dan Fakultas Syarih UIN STS Jambi ,2014)hlm 34
37
2. Sumber data
Sumber data adalah dimana data tersebut di peroleh26
. Sumber /subjek data
dalam penelitian ini meliputi :
1. Kantor Dinas Perdagangan Dan Perindustrian
2. Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jambi
3. Kementrian Agama Kota Jambi
4. Pelaku Usaha
5. Masyrakat Selaku Konsumen
Diperoleh atau di kumpulkan melalui Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang di gunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. 27
Instrumen pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam melakukan penelitian, karena tujuan utama dari
penelitaian adalah mendapatkan data. Adapun pengumpulan data yang di gunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
26
Amiril Hadi Haryonoo,Metodologi Penelitian Pendidikan,(Bandung ,Pustaka
Setia,1998),hlm 122 27
Sugiono, Memahami Penelitian kualitatif,(Bandung: Alfabeta 2009), Hlm 59
38
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan,
peninjauan, dan penyelidikan riset28
. Observasi atau pengamatan merupakan
aktivitas pencatatan fenomena yang di lakukan secara sistematis.
b. Wawancara
Wawancara merupakan tekhnik pengumpulan data kulitatif dengan
mengunakan instrumen yaitu pedoman wawancara. Untuk memperoleh data
yang memadai sebagai cross ceks, seorang peneliti dapat mengunakan teknik
wawancara yang sesuai dengan situasi dan kondisi subjek yang dalam
interaksi sosial yang diangap memiliki pengetahuan. mendalami situasi dan
mengetahui informasi untuk mewakili informasi atau data yang di butuhkan
untuk menjawab fokus penelitian29
. untuk mendapatkan data yang akurat
maka penelitian ini melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang
berada di kantor Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, dan
Masyarakat Selaku Konsumen.
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Guba dan Lincoln (1981-228). mendefinisikan
pengertian dokumentasi yaitu setiap bahan yang tertulis ataupun film. dan
28
W Gulo,Metode Penelitian ,cet. Ke-7,(Jakarta : PT Grasindo ,2007)hlm 116 29
Iskandar,Metodologi Penelitian Kualitattif, Cet Ke-1 (Jakarta ,Gaung Persada : 2009 ) hlm
129
39
pengumpulan data di lakukan dengan meneliti catatan-catatan tertulis, seperti
dokumen, buku, dan catatan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen.
Data yang ada di kantor Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi.
Baik berita dalam media cetak maupun media sosial. Cara ini di lakukan
terutama pada studi awal penelitian yang memperjelas masalah yang akan di
teliti. Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang
berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian, dokumen pribadi,
dokumen resmi, foto-foto, rekaman kaset.
E. Analisis Data
Analisis yang di gunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data
sehingga dapat di kembangkan dan di implementasikan. Berdasarkan hal di atas dapat
di kemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami
oleh diri sendiri maupun orang lain30
. Di dalam analisis data penelitian ini yang di
laksanakan menggunakan beberapa teknik yaitu:
30
Sugiyono ,Metode kualitatif dan RNB (Bandung :Alfabeta,2013)hlm ,244
40
1. Reduksi Data
Mereduksi data ialah aktifitas peneliti dalam memilih dan memilah data
yang di anggap relevan untuk di sajikan.31
Mereduksi data yang di peroleh
dari hasil wawancara, data wawancara ini yang telah di rekam kemudian di
transkipkan dengan tujuan memudahkan peneliti memilih data-data yang
sesuai untuk di analisis. Mereduksi data yaitu data yang di ambil merupakan
data penting tentang perlindungan konsumen di Kota Jambi sesuai dengan
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016.
2. Penyajian Data
Data yang di sajikan secara sistematis agar lebih mudah dan memahami
tentang karya ilmiah tentang perlindungan konsumen di Kota Jambi.
3. Penarik Kesimpulan
Langkah terakhir yaitu membuat kesimpulan dari data-data yang
terkumpul, sehingga dapat di ambil langkah-langkah awal untuk penelitian
lanjutan dan mengecek kembali data-data asli yang di peroleh32
. kesimpulan
ini merupakan data yang mengenai dengan data yang bersangkutan ketentuan
perlindungan konsumen di Kota Jambi.
F. Sistematika Penulisan
31
Sayuti Una (Editor), Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi, Revsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah
Iain sts Jambi dan Syariah Press, 2012). hlm.235-236. 32
Sayuti Una ,Pedoman Penulisan Skripsi edisi revisi,(Jambi:Syariah press ,2014)hlm 53
41
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtun, pemahaman dalam penulisan
skripsi ini akan sistematisasi sebagai berikut33
.
Bab I. Pendahuluan, dalam bab ini di uraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, batas masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
teori, dan tinjauan pustaka. Bab ini merupakan permasalahan yang
merupakan berfikir bagi bab-bab selanjutnya.
Bab II. Metode penelitian, dalam bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian
,jenis dan sumber data, pengumpulan, serta analisis data, sistematika
penulisan dan jadwal penelitian.
Bab III. Membahas tentang Gambaran umum lokasi penelitian
Bab IV. Pembahasan, Dalam bab ini membahas tentang “Upaya Dinas Perdagangan
Dan Perindustrian Kota Jambi Dalam dalam memberikan perlindungan
terhadap konsumen berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2
Tahun 2016.
Bab V . Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan hasil penelitian serta saran-
saran terkait dengan Efektivitas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2
Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen, kata penutup serta dilengkapi
dengan daftar pustaka.
33
Tim Penyusun ,Pedoman Penulisan Skripsi edisi revisi ,cet ke-2 (Jambi :Syariah
press,2014),hlm 54
42
F. Jadwal Penelitian
NO KEGIATAN Tahun 2019 – 2020
Januari-
Februari
April-Juni Agustus-
September
Oktober-
November
Januari –
Februari
Maret–
April
1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
x
2 Pembuatan
Proposal
x
3 Perbaikan
Proposal dan
seminar
x
4 Surat izin
Riset
X
5 Pengumpulan
Data
X
6 Pengolahan
data dan
analisis data
X
7 Pembuatan
Laporan
X
8 Bimbingan
dan
Perbaikan
X x X x
9 Agenda dan
Ujian Skripsi
X
10 Perbaikan
dan
Penjilidan
x
X
x
43
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kota Jambi
Jambi sebagai daerah pemukiman atau pemusatan penduduk bahkan sebagai
pusat kedudukan pemerintahan telah berjalan dari masa ke masa. Sejarah Dinasti
Sung menguraikan bahwa Maharaja San-fo-tsi (Swarnabhumi) bersemayam di Chan-
pi. Utusan dari Chan-pi datang untuk pertama kalinya di istana Kaisar China pada
tahun 853M. Utusan ke dua kalinya datang pula pada tahun 871M. Informasi ini
menorehkan bahwa Chan-pi (yang diidentifikasikan Prof. Selamat Mulyana sebagai
Jambi) sudah muncul diberita China pada tahun – tahun tersebut. Dengan demikian
Chan-pi atau Jambi sudah ada dan dikenal pada abad ke 9M. Berita China Ling Pio
Lui (890-905M) juga menyebut Chan-pi (Jambi) mengirim misi dagang ke China.
Silsilah Raja-raja Jambi tulisan Ngebih Suto Dilago Priayi Rajo Sari pembesar
dari kerajaan Jambi yang berbangsa 12, menulis Putri Selaro Pinang Masak anak rajo
turun dari Pagaruyung di rajakan di Jambi. Dari sebutan Pinang dalam bahasa Jawa
(Sunda) dilapas sebagai Jambe sehingga ditenggarai banyak orang sebagai asal kata
Jambi. Jadi ada perubahan bunyi dan huruf dari Jambe ke Jambi. Identifikasi ini
menginformasikan kata Jambe-Jambi terbuhul pada abad ke 15 yaitu di masa Puteri
Selaro Pinang Masak memerintah dikerajaan Jambi Tahun 1460-1480.
36
Raden Syarif (yang kemudian diungkapkan kembali oleh Datuk Sulaiman
Hasan) dari “Riwayat Tanjung Jabung Negeri Lamo” mencatat bahwa Puteri Selaro
Pinang Masak mengilir dari Mangun Jayo ke Tanjung Jabung di pandu oleh sepasang
itik besar (Angso Duo) yang mupur ditanah pilih pada tanggal 28 Mei 1401. Legenda
Tanah Pilih ini berbeda versi dengan Ngebi Suto Dilago. Silsilah Raja-raja Jambi
menyebut Orang Kayo Hitam (salah seorang putera dari pasangan puteri Selaro
Pinang Masak dengan Ahmad Barus II/Paduko Berhalo) yang mengilir mengikuti
sepasang itik besak (Angso Duo) atas saran petuah mertuanya Temenggung Merah
Mato Raja Air Hitam Pauh.
Profesor Moh. Yamin mengidentifikasi Jambi berada disekitar Kantor
Gubernur Jambi di Telanaipura sekarang. Indikasi ini atas dasar mulai dari kawasan
Mesjid Agung Al-falah sampai ke Pematang pinggiran Danau Sipin terdapat deretan
struktur batuan bata candi yang diantaranya menunjukan sebagai komplek percandian
yang cukup besar dikawasan kampung Legok.
Tidak tertutup kemungkinan penemuan tanah pilih oleh sepasang Angso yang
mupur tersebut adalah pembukaan kembali Kota Chan-pi yang ditinggal karena
kerajaan SwarnaBhumi (San-fo-tsi) diserang oleh Singosari dalam peristiwa
Pamalayu tahun 1275M dan pindah ke pedalaman Batang Hari yang kemudian
dikenal sebagai Darmasraya (Sumatera Barat). Dua Puteri Melayu/Darmasraya yaitu
Dara Petak dan Dara Jingga diboyong oleh Mahisa Anabrang ke Singosari pada tahun
1292. Ternyata di saat itu Singosari telah runtuh oleh pemberontak dan kemudian
37
mendapat serbuan tentara Khu Bilaikhan. Singosari berganti menjadi Majapahit
dengan Rajanya Raden Wijaya. Salah seorang keturunan Puteri melayu itu yaitu dari
pasangan Dara Jingga yaitu Adityawarman kembali ke Darmasraya kemudian
mendirikan dan menjadi Raja di Pagaruyung. Anaknya yang bernama
Ananggawarman meneruskan teratah kerajaan Pagaruyung. Keturunan
Ananggawarman salah satunya adalah Puteri Selaro Pinang Masak yang dirajakan di
Jambi.
Setelah Orang Kayo Hitam dirajakan pusat kerajaan dipindahkan dari Ujung
Jabung ke Tanah Pilih Jambi disekitar awal abad ke 16. Jadilah Jambi kembali
sebagai tempat kedudukan Pemerintahan.
Pangeran Depati Anom yang naik tahta dikerajaan Jambi bergelar Sultan
Agung Abdul Jalil pernah memberikan surat izin untuk mendirikan pasar tempat
berjual beli di Muaro Sungai Asam pada seorang Belanda bernama Beschseven. Izin
Sultan tersebut tertanggal 24 Juni 1657 dimana lokasi yang diizinkan itu kemudian
berpindah dari Muaro Sungai Asam ke sekitar Muaro Sungai di bawah area WTC
Batang Hari sekarang.
Jambi sebagai pusat pemukiman dan tempat kedudukan raja terus
berlangsung. Istana yang dibangun di Bukit Tanah Pilih disebut sebagai istana tanah
pilih yang terakhir sebagai tempat Sultan Thaha Saifuddin dilahirkan dan dilantik
sebagai sultan tahun 1855. Istana Tanah Pilih ini kemudian di bumi hanguskan
38
sendiri oleh Sultan Thaha tahun 1858 menyusul serangan balik tentara Belanda
karena Sultan dan Panglimanya Raden Mattaher menyerang dan berhasil
menenggelamkan 1 kapal perang Belanda Van Hauten di perairan Muaro Sungai
Kumpeh.
Setelah Sultan Thaha Saifuddin gugur tangga 27 April 1904 Belanda secara
utuh menempatkan wilayah kerajaan Jambi sebagai bagian wilayah kekuasaan
Kolonial Hindia Belanda. Jambi kemudian berstatus Under Afdeling di bawah
Afdeling Palembang. Pada Tahun 1906 Under Afdeling Jambi ditingkatkan sebagai
Afdeling Jambi kemudian di tahun 1908 Afdeling Jambi menjadi Kerisidenan Jambi
dengan residennya O.L. Helfrich berkedudukan di Jambi. Sampai masa Kemerdekaan
pejabat Residen dari Keresidenan Jambi berkedudukan di Jambi. Setelah Republik
Indonesia di Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, berdasarkan berita RI
Tahun II No. 07 hal 18 tercatat untuk sementara waktu daerah Negara Indonesia di
bagi dalam 8 Provinsi yang masing – masing dikepalai oleh seorang Gubernur
diantaranya Provinsi Sumatera. Provinsi Sumatera ini kemudian pada tahun 1946
dibagi lagi dalam 3 sub Provinsi yaitu Sub Provinsi Sumatera Utara, Sub Provinsi
Sumatera Tengah dan Sub Provinsi Sumatera Selatan. Keresidenan Jambi dengan
hasil voting dimasikan ke dalam wilayah Sub Provinsi Sumatera Tengah.
Residen Jambi yang pertama di masa Republik adalah Dr. Asyagap
sebagaimana tercantum dalam pengumuman Pemerintah tentang pengangkatan
39
residen, Walikota di Sumatera dengan berdasarkan pada surat ketetapan Gubernur
Sumatera tertanggal 03 Oktober 1945 No. 1-X.
Pada tahun 1945 tersebut sesuai Undang-undang no.1 tahun 1945 wilayah
Indonesia terdiri dari Provinsi, Karesidenan, Kewedanaan dan Kota. Tempat
kedudukan Residen yang telah memenuhi syarat, disebut Kota tanpa terbentuk
struktur Pemerintahan Kota. Dengan demikian Kota Jambi sebagai tempat kedudukan
Residen Keresidenan Jambi belum berstatus dan memiliki pemerintahan sendiri. Kota
Jambi baru diakui berbentuk pemerintahan ditetapkan dengan ketetapan Gubernur
Sumatera No. 103 tahun 1946 tertanggal 17 Mei 1946 dengan sebutan Kota Besar dan
Walikota pertamanya adalah Makalam.
Mengacu pada Undang-undang No. 10 tahun 1948 Kota Besar menjadi Kota
Praja. Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1965 menjadi Kota
Madya dan berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1999 Kota Madya berubah
menjadi Pemerintah Kota Jambi sampai sekarang.
Dengan Undang-undang No. 19 Tahun 1958 Keresidenan Jambi sebagai
bagian dari Provinsi Sumatera Tengah dikukuhkan sebagai Provinsi Jambi yang
berkedudukan di Jambi. Kota Jambi sendiri pada saat berdirinya Provinsi Jambi telah
berstatus Kota Praja dengan Walikotanya R. Soedarsono.
Tanggal penetapan Kota Jambi sebagai Kota Praja yang mempunyai
Pemerintahan sendiri sebagai Pemerintah Kota dengan ketetapan Gubernur Sumatera
40
No. 103 Tahun 1946 tertanggal 17 Mei 1946 dipilih dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kota Jambi No. 16 Tahun 1985 dan disahkan dengan Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Jambi No. 156 Tahun 1986, tanggal 17 Mei 1946 itu sebagai
Hari Jadi Pemerintah Kota Jambi34
B. Geografis
Berdasarkan Undang-undang nomor 6 tahun 1986, luas wilayah administratif
pemerintah kota Jambi adalah ± 205.38 km², secara geomorfologis kota ini terletak di
bagian barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut sub-cekungan Jambi,
yang merupakan dataran rendah di Sumatera bagian timur.
Dari topografinya, kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0–60 m di atas
permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan
daerah rawa terdapat di sekitar aliran batanghari yang merupakan sungai terpanjang ,
di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km (11 km yang
berada di wilayah kota Jambi dengan lebar sungai ± 500 m), bermuara di pesisir timur
Sumatera pada kawasan selat Berhala.
Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu rata–rata minimum berkisar antara
22,1-23,3 °C dan suhu maksimum antara 30,8-32,6 °C, dengan kelembaban udara
berkisar antara 82-87%. Sementara curah hujan terjadi sepanjang tahun sebesar
2.296,1 mm/tahun (rata-rata 191,34 mm/bulan) dengan musim penghujan terjadi
34
http://Jambikota.go.id Diakses Pada Tanggal, 23 Oktober 2019
41
antara Oktober-Maret dengan rata-rata 20 hari hujan/bulan, sedangkan musim
kemarau terjadi antara April-September dengan rata-rata 16 hari hujan/bulan35
C. Demografi
Kota Jambi merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di
provinsi jambi, sekitar 17% dari keseluruhan populasi penduduk provinsi jambi.
Jumlah penduduk Kota Jambi Tahun 2018 tercatat 610.854 jiwa.
Jumlah peningkatan penduduk Kota Jambi dari tahun 2013 sampai 2018
dapat dilihat pada table di bawah ini.36
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Kota Jambi
Dari Tahun 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2018
No Tahun Jumlah penduduk
1 2013 539.242
2 2014 559.571
3 2015 602.796
4 2016 607.062
5 2017 609.062
6 2018 610.854
35
https://id.m.wikipedia.org Diakses Pada Tanggal, 23 Oktober 2019 36
Dokumentasi Data Rpjmd kota Jambi, Pada Tanggal 25 OKtober 2019
42
Tabel 3.2
Jumlah Persentase penganut agama dari data jumlah penduduk 201837
No Agama Jumlah
1 Islam 87.17 %
2 Kristen Protestan 4.06 %
3 Katolik 3.42%
4 Budha 3.31%
5 Hindu 1.22%
6 Konghucu 0.82%
D. Sejarah Singkat Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang menganut prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab, maka untuk melaksanakan urusan pemerintahan di Kota Jambi,
Pemerintah Kota Jambi membentuk perangkat-perangkat daerah sebagai pelaksana
kewenangan dibidang tertentu, salah satunya membentuk Dinas Perdagangan dan
Perindustrian. Dalam usaha mencapai visi dan misi Kota Jambi.
37
https://id.m.wikipedia.org Diakses Pada Tanggal 27 Oktober 2019
43
Dinas Perdagangan dan Perindustrian adalah unsur pelaksana otonomi daerah
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota
Jambi merupakan Instansi Pemerintah Daerah yang mengurusi atau mengelola
industri, perdagangan dan perlindungan konsumen.
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Perindustrian
dan perdagangan memiliki fungsi yaitu:
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang perindustrian dan perdagangan
2. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan Umum dibidang
Perindustrian dan Perdagangan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Perindustrian dan Perdagangan
4. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian dibidang Perindustrian dan
perdagangan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai tugas dan fungsi.38
Instansi : Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Kota/Kabupaten : Kota Jambi
Provinsi : Jambi
Alamat : Jl. H. Agus Salim No.07, Paal Lima, Kec. Kota Baru, Kota
Jambi,
No Telp : 0741-40871
Email : @Disperindag.Kotajambi.go.id39
38
http;//jambikota go.id Diakses pada tanggal 27 Oktober 2019
44
E. Visi dan Misi
Visi : Menjadikan Kota Jambi Sebagai Pusat perdagangan dan Jasa Berbasis
Masyarakat Yang Berakhlak dan Berbudaya Dengan Mengedepankan
Pelayanan Prima
Misi : 1. Penguatan Birokrasi dan peningkatan pelayanan masyarakat berbasis
teknologi informasi
2. Penguatan penegakan hukum,trantibmas dan kenyamanan masyarakat
3. Penguatan pengelolaan infrastruktur dan utilitas perkotaan serta penataan
lingkungan
4. Penguatan kapasistas ekonomi perkotaan
5. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat perkotaan.40
F. Struktur Kepengurusan Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Berikut adalah nama pejabat structural di lingkungan Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Kota Jambi :
1. Kepala Disperindag : KOMARI,SH.MH
2. Sekretaris : DONI UMATRIADI, SSTP, M
3. Ka Sub Bag Program : CHARLES H. SAING, SH, MH
39 Dokumentasi Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi, Pada 15 Oktober
2019 40
Dokumentasi Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi, Pada 15 Oktober
2019
45
4. Ka Sub Bag Keuangan : YURMIDAWATI, S.Kom
5. Ka Sub Bag Umum dan Kepegawaian : SUKARMAN, ST
6. Kepala Bidang Perdagangan : ANNA AGUSTINA, SE
7. Kepala Bidang Perindustrian : RITA ERLINA, SE
8. Kepala Bidang Pengelolaan Pasar : BUDY SISWANTO, SP
9. Kepala Bidang Pengendalian dan Pengawasan : ADE CAHNDRA, SH
10. Seksi Sarana dan Prasarana : M. NURUZZAMAN, S.Pt
11. Seksi Bina Usaha : Hj. ATIKAH, S.Pdi
12. Seksi Penggunaan dan Pemasaran Produk : ABDUL MAJID, SH
13. Seksi Industri Tekstil dan aneka kerajinan : NOVIARNI, S.Kom
14. Seksi Industri Kimia, Argo dan Hasil hutan : SUSILAWATI, SE
15. Seksi Industri Logam dan Elektronika : RETNO SUARTI, SP
16. Seksi Keamanan, Ketertiban, Kebersihan : ABDUL THALIB, SE
17. Seksi Pendataan dan Pendapatan : NURASIAH HASIBUAN, SH
18. Seksi Penagihan dan Penerimaan : DIAN ANGGRAINI, SE
19. Seksi Distribusi Barang dan Jasa : SITI ARAFAH SIREGAR, SH
20. Seksi Evaluasi dan Pelaporan : EMIRUN
21. Seksi Penyuluhan dan Pemberdayaan Konsumen : SUPRIONO, SE41
41
Dokumentasi Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi, Pada 15 oktober 2019
46
Struktur Organisasi
KEPALA
SEKRETARIS
SUBBAG
KEUANGAN
SUBBAG
PROGRAM
SUBBAG
UMUM
BIDANG
PENGELOLAAN
PASAR
SEKSI KEAMANAN,
KETERTIBAN,
KEBERSIHAN
BIDANG
PENGENDALIAN
DAN PENGAWASAN
SEKSI DISTRIBUSI
BARANG DAN JASA
SEKSI
PENDATAAN
DAN
PENDAPATAN
SEKSI
PENAGIHAN DAN
PENERIMAAN
SEKSI
PENYULUHAN DAN
PEMBERDAYAAN
KONSUMEN
SEKSI EVALUASI
DAN PELAPORAN
BIDANG
PERDAGANGAN
BIDANG
PERINDUSTRIAN
SEKSI SARANA
DAN
PRASARANA
SEKSI BINA
USAHA
SEKSI INDUSTRI
TEKSTIL ANEKA
KERAJINAN
SEKSI INDUSTRI
KIMIA, ARGO
DAN HASIL
HUTAN
SEKSI
INDUSTRI
LOGAM,
ELEKTORIKA
SEKSI
PENGGUNAAN
DAN
PEMASARAN
PRODUK
JABATAN FUNGSIONAL
47
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Upaya dalam meberikan perlindungan terhadap konsumen dari produk yang
tidak memiliki lebel halal
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat di Indonesia terutama
di Kota Jambi. Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu,
bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.
Bagi konsumen muslim, pangan tidaklah cukup memenuhi kriteria aman,
bermutu, dan bergizi saja, tetapi makanan juga harus memenuhi kriteria halal.
Makanan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuat-an makanan dan minuman.42
Produk makanan halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai
dengan syariat islam, antara lain:
42
Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tent
ang pangan Pasal 1 angka 1
48
1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan yang
berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran.
3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata
cara syariat Islam.
4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan, tempat
pengelolaan dan transportasi tidak boleh digunakan untuk babi dan atau
barang tidak halal lainnya. Jika pernah digunakan untuk babi dan/atau barang
tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara syariat
Islam.
5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.43
Makanan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang
haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat islam, baik yang menyangkut bahan baku
pangan, bahan tambahan pangan, bahan bantu, dan bahan penolong lainnya termasuk
bahan pangan yang pengelolaan dilakukan sesuai dengan ketentuan dengan ketentuan
hukum agama Islam. 44
Hal ini juga disampaikan oleh bapak ferdi, sekalu Sekretariat MUI yang
menyatakan bahwa:
43
Dharu Triasih, Kajian Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk
makanan Bersertifikat Halal, Dalam Jurnal. Hlm 216 44
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label, Pasal 1 angka 5
49
“Suatu makanan itu halal itu tidak hanya di lihat dari bahan-bahan apa saja
yang digunakan akan tetapi dilihat juga dari proses pembuatanya, alat yang
digunakan untuk produksi, dan cara pengemasannya”.
Dalam pandangan islam persoalan memilih untuk untuk mengkonsumsi yang
halal haram merupakan persoalan yang sangat penting, bahkan dianggaap sebagai inti
keberagamaan, karena setiap orang yang akan menggunakan atau melakukan,
mengonsumsi sangat dituntut oleh agama untuk memastikan terlebih dahulu
kehalalan dan keharamannya. Jika halal, ia boleh melakukan, menggunakan atau
mengonsumsinya. Namun jika jelas keharamannya maka harus dijauhkan dari
seorang muslim. Hal tersebut secala jelas dinyatakan dalam Q.s. Al-Baqarah [2]: 168
ه ي أ ا ن ي ا ط يأ ش ل ا ت وا ط خ وا ع ب ت ت ول ا با ي ط لا ل ح ض رأ لأ ا ف ما وا ل س ك نا ل ا و ا د ع مأ ك ل نه إين ب م
Artinya; “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Q.s. Al-Baqarah:
168)45
Kandungan ayat tersebut memerintahkan seluruh umat manusia agar
mengkonsumsi makanan yang halal. Apalagi bagi orang-orang yang beriman, tentu
lebih utama dan wajib untuk mengamalkan tuntunan qurani serta mematuhi tuntutan
Allah tersebut.
45
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Surat Al-Baqarah:168)
50
Al-Qur’an dan sunah sebagai sumber utama hukum islam dengan jelas
mengatakan bahwa tuntunan memakan makanan halal adalah bentuk perintah yang
wajib ditaati dan larangan mengkonsumsi makanan haram adalah larangan yang
wajib ditinggalkan oleh setiap muslim.
Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti memperoleh data produk industri
makanan yang terdaftar di dinas Perindustrian dan perdagangan dari tahun 2015
sampai dengan 2018 sebanyak 830 usaha industri makanan.
Berkaitan dengan itu, dalam realitasnya banyak produk yang beredar di
masyarakat belum semua terjamin kehalallannya. Hal ini berdasarkan data yang di
peroleh dari MUI Provinsi jambi. Berdasarkan dada di Provinsi Jambi sendiri saat ini
yang telah melakukan sertifikasi dan perpanjangan sertifikasi halal pada tahun 2017
dan 2018 sebanyak 226 yang terdisi dari semua jenis usaha yang berasal dari seluruh
kabupaten di Provinsi Jambi. Hal ini memperlihatkan bahwa, sangat banyak industri
makanan yang belum melakukan sertifikasi halal.46
Industri makanan dan minuman menempati peranan yang sangat penting, dan
sebagian besar adalah industri kecil dan rumah tangga. Mengingat sebagian besar
makanan yang beredar bukan lagi berbentuk atau berwujud asli yang relatif lebih
mudah dikenali halal haramnya, tetapi sudah menjadi makanan olahan maka hal ini
sering menimbulkan keragu-raguan tentang kehalalan makanan tersebut. Oleh karna
46 Data Produk Daerah, Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jambi
51
itu diperlukan upaya-upaya untuk melindungi konsumen muslim yang merupakan
konsumen terbesar di kota jambi dari makanan haram.47
Penyampaian dari bapak Supriono, bagian pengawasan di dinas perdagangan
dan perindustrian:
“Didalam pembahasan perlindungan konsumen apabila ada masyarakat yang
merasa dirugikan seperti merasa khawatir antara halal dan haram dapat
dilaporkan untuk dilakukan penyelidikan dan pengujian mutu sehingga masuk
dalam rana perlindungan konsumen”.48
Perlunya adanya perlindungan konsumen karena makin lajunya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi prokduktivitas dan
efisiensi produsen atas barang dan jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut., akhirnya
baik langsung atau tidak langsung, upaya-upaya untuk memberikan perlindungan
yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting
dan mendesak untuk segera dicari solusinya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam memberikan perlindungan
terhadap
konsumen yaitu:
1. Sosialisasi mengenai pentingnya sertifikasi halal
Adapun upaya yang dilakukan untuk memberikan perlindungan terhadap
konsumen, terutama perlindungan dari produk tidak halal yaitu dengan melakukan
47
Observasi Penulis Terhadap Peredaran Produk Makanan , Jambi, Pada Tanggal 9
November 2019 48
Wawancara Dengan Bapak Supriono,(Seksi Penyuluhan dan Pemberdayaan Konsumen)
Kota Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019. Pukul 09:19
52
sosialisasi mengenai halal haram suatu produk makanan itu sendiri, baik terhadap
masyarakat maupun pengusaha, melakukan sosialisasi terhadap industri agar dapat
melakukan sertifikasi halal, dan melakukan pengawasan terhadap produk makanan
yang beredar.
Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
sejumlah sosiolog menyebut sosioalisasi sebagai teori mengenai peranan. Karena
dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. 49
Berikut ini pernyataan dari bapak Supriono, Selaku bagian pengawasan
menyatakan bahwa:
“Untuk Sosialisasi dan pengawasan peredaran makanan halal itu kita lakukan
Bersama dengan intansi-terkait terkait seperti, BPOM, DINKES,
DISPERINDAG, KEMENAG, MUI serta masyarakat itu sendiri. Kita lakukan
sosisalisasi terhadap konsumen dan pelaku usaha mengenai pentingnya sertifikat
halal. Masyarakat juga harus lebih jeli dan teliti dalam memilih produk
makanan”.50
Selanjutnya bagian Bidang industri memberikan pernyataan terkait sosisialisasi
sertifikasi halal:
“Pada saat para industri mengurus izin industri, kami juga melakukan sosialisasi
dan menganjurkan kepada para industri agar dapat melakukan sertifikasi halal.
Namun disini kami tidak mewajibkannya karena belum adanya aturan yang
49
Gayatri Atmadi, Strategi Pemilihan Media Komunikasi LPPOM MUI Dalam Sosialisasi
dan Promosi Produk Halal di Indonesia, Dalam Jurnal, Tahun 2013, hlm 90 50
Wawancara bersama Bapak Supriono ( Selaku bagian Penyuluhan dan Pemberdayaan
Konsumen), Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019. Pukul 09:19
53
mewajibkanya. Selain itu kita juga melakukan pelatihan-pelatihan kepada pelaku
usaha bagai mana cara produksi yang baik”.51
Adapun pernyataan bapak Muhammad Yusuf bagian penyelenggaraan Syariah
kementrian agama kota jambi yang disampaikan dalam wawancacara yang dilakukan,
bahwa:
“upaya yang dilakukan Kementrian Agama Kota Jambi yaitu melakukan sosialisasi
terhadap pengusaha atau para industri rumahan agar dapat melakukan sertifikasi halal
terhadap produknya”.52
Selanjutnya Pernyataan Bapak ferdi, Selaku Sekretariat MUI memberikan
pernyataan yang sama:
“Untuk sosialisasi yang kita lakukan kepada masyarakat itu salah satunya dengan
cara memasukkannya kedalam kotbah jumat yg rutin dilakukan. Yang disitu
disampaikan mengenai pentingnya halal dan haram mengenai umat islam,
hukumnya mengkonsumsi makanan haram, dan hal-hal yang berkaitan lainnya.
Sedangkan sosialisasi kepada prodesen itu kita lakukan dengan cara kita datangi
ketempat usahanya atau dengan cara seperti seminar yang nantinya kita undang
para industri itu untuk dapat hadir”.53
51
Wawancara bersama Bidang Industri, Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019, Pukul 10:15 52
Wawancara Bersama Bapak Muhammad Yusuf (Penyelenggaraan Syariah Kementrian
Agama Kota Jambi), Pada Tanggal 29 Oktober 2019, Pukul 10:22 53
Wawancara Bersama Bapak Ferdi (Sekretariat Majelis Ulama Indonesia), Jambii:25
oktober 2019, Pukul 9:36
54
2. Pengawasan Terhadap Labelisasi Halal di Kota Jambi
Selain melakukan sosialisasi pemerintah juga melakukan pengawasan terdadap
produk-produk makanan yang ada. Pengawasan secara umum diartikan suatu
kegiatan yang ditujukan untuk mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang akan
atau telah dilakukan. Pengawasan terhadap peredaran makanan sangat penting
dilakukan itu semua agar dapat menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat
dalam mengkonsumsi suatu makanan.
Islam sebagai agama yang senantiasa terikat pada ketentuan syaria’ah, memiliki
pengaturan yang jelas terkait pelaksanaan syariat dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk dalam aspek pangan. Salah satu wujud perlindungan dalam aspek pangan
tersebut adalah dalam bentuk pencantuman label halal dalam bentuk produk pangan
kemasan yang di jual di pasaran, sehingga dengan demikian maka pihak konsumen
dapat mengetahui secara pasti perihal kondisi dari produk pangan yang akan
dikonsumsinya tersebut.
Perkembangan pengaturan Jaminan Produk Halal pada dasarnya akan senantiasa
sejalan dengan perkembangan pengaturan labelisasi pada produk pangan, karena
melalui aspek labelisasi tersebutlah konsumen dapat mengetahui kondisi halal
tidaknya suatu produk yang akan dibeli dan dikonsumsinya54
. Berikut ini pernyataan
dari bapak Supriono, Selaku bagian pengawasan menyatakan bahwa:
54
Hijrah Lahaling, Hakikat Labelisasi Halal Terhadap Perlinungan KOnsumen di Indonesia,
Dalam Jurnal,2015, hal 208
55
“untuk peengawasan yang kita lakukan itu dengan menerima laporan dari
masyarakat, serta kita adakan Observasi ketempat-tempat industri yang ada dan
merasa dicurigai”55
Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan, Bapak ferdi, selaku sekretariat
MUI menyatakan bahwa:
“Disini kami melakukan pengawasan, dari kegiatan pengawasan itu banyak
ditemukan Industri yang telah melakukan sertifikasi halal dan telah memiliki label
namun tidak melakukan perpanjangan. Dan ada juga yang belum melakukan
sertifikasi halal tetapi udah mencantumkan label halal. Utuk itu pula, terget
pengawasan terhadap produk makanan tidak hanya ditujukan pada produk
makanan yang telah terdaftar, namun lebih jauh lagi pengawasan dilakukan
kepada produk makanan yang belum terdaftar kehalalannya”.56
Produsen memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan produk yang
halal, tanggung jawab harus berproduksi dengan menggunakan bahan-bahan yang
halal disertai pemasangan label pada kemasan produknya.57
Perihal apa yang semestinya dicantumkan dalam label pangan, ketentuan UU
pangan No. 18 Tahun 2012 Pasal 97 ayat (3), mengatur bahwa label sekurang-
kurangnya memuat:
55
Wawancara bersama Bapak Supriono ( Selaku bagian Penyuluhan dan Pemberdayaan
Konsumen), Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019. Pukul 09:19 56
Wawancara Bersama Bapak Ferdi (Sekertariat Majelis Ulama Indonesia), Jambii:25
oktober 2019, Pukul 9:36
56
1. Nama produk
2. Daftar bahan yang digunakan
3. Berat bersih atau isi bersih
4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi
5. Halal bagi yang dipersyaratkan
6. Tanggal dan kode produksi
7. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
8. Nomor izin edar bagi pangan olahan, dan
9. Asal usul bahan pangan tertentu58
Pasal 97 ayat (3) UU Pangan di atas mengatur ketentuan tentang dimuatnya
“keterangan tentang halal” dalam label setiap produk yang dijual di wilayah
Indonesia terutama dikota jambi. Ini menunjukkan bahwa keterangan halal untuk
suatu produk pangan sangat penting bagi masyarakat kota jambi yang mayoritas
memeluk agama Islam.
3. Tindakan yang dilakukan
Kesadaran produsen untuk mencantumkan label halal pada produknya adalah
keharusan, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk kota jambi adalah umat Islam.
Agar masyarakat merasa aman dalam mengkonsumsi suatu produk makanan. Dan
juga dengan adanya label halal dapat meningkatkan daya beli masyarakat terhadap
suatu produk.
58
UU pangan No. 18 Tahun 2012 Pasal 97 ayat 3
57
Apabila hasil pengawasan yang dilakukan ternyata ditemukan perbutan yang
menyimpang dari Peraturan Daerah atau undang-undang dan membahayakan
konsumen, maka terhadap pelaku usaha akan dikenakan sanksi administrasif atau
diambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. penghentian tetap kegiatan;
e. pencabutan sementara izin;
f. pencabutan tetap izin; dan
g. denda administratif. 59
Hal ini juga senada dengan pendapat bapak supriono,, selaku bagian
pengwasan di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota jambi menyatakan bahwa:
“Tindakan yang kita lakukan pertama-tama itu memberikan peringatan secara
lisan, apabila tidak ada perbaikan dari pihak industri akan kita kirim surat, apa
bila tidak juga melakukan perbaikan kita hentikan sementara proses
produksinya”.60
Selanjutnya pernyataan yang sama disampaikan oleh Bapak Ferdi, selaku
Sekretariat MUI menyatakan bahwa:
“untuk tindakan yang kita lakukan untuk industri yang tidak mencantumkan
label atau belum memiliki label. Yaitu deengan kita berikan teguran lisan agar
59
Perda 2 tahun 2016 tentang perlindungan konsumen 60
Wawancara bersama Bapak Supriono ( Selaku bagian Penyuluhan dan Pemberdayaan
Konsumen), Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019. Pukul 09:19
58
dapat melakukan sertifikasi halal dan mencantumkan label halal. Apabila ada
industri yang telah melakukan sertifikasi halal dan dalam produksinya terbukti
mengandung bahan-bahan haram itu kita cabut sertifikasi halalnya”.61
B. Hambatan yang dihadapi dalam memberikan perlindungan konsumen
Dalam upaya untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen tentu tidak
berjalan secara mulus yang mana masih terdapat hambatan-hambatan yang ada.
Penerapan sertifikasi halal pada industri makanan salah satunya yang mana sebagian
pelaku usaha belum memperdulikan mengenai sertifikasi halal, dan ada juga pelaku
usaha yang ingin melakukan sertifikasi halal namun terkendala oleh biaya. Hal ini
juga disampaikan oleh bagian penyelenggaraan industri menyampaikan bahwa:
“Salah satu penyebab banyaknya UMKM yang belum melakukan sertifikasi
halal itu karena mereka terkendala dengan biaya sertifikasi halal yang cukup
besar yang tidak sebanding dengan pendapatan penjualan mereka”.
Adapun Peryataan Bapak Supriono, bagian pengawasan di dinas perdagangan
dan perindustrian memberikan pernyataan yang sama:
“Saat ini banyak Industri kecil yang belum memiliki sertifikasi halal yang di
karnakan menurut mereka ribet dan berbelit-belit serta mahal, dan belum lagi
setiap 2 tahun harus melakukan perpanjangan dengan proses dan biaya yang
sama lagi. Dan sebagian lagi masih belum memperdulikan mengenai
pentingnya sertifikasi halal. Kami disini akan terus berupaya untuk
61
Wawancara Bersama Bapak Ferdi (Sekretariat Majelis Ulama Indonesia), Jambii:25
oktober 2019, Pukul 9:36
59
mendorong para UMKM mempunyai sertifikat halal bagi setiap produk yang
dijualnya”.62
Selanjutnya peryataan Bapak Miskun, Selaku salah satu pelaku usaha
memberikan pernyataan yaitu:
“saya sebagai produsen sadar akan pentingnya sertifikasi halal, selain menjadi
produsen saya juga kan menjadi konsumen. Menurut saya sertifikasi halal itu
sangat penting, itu supaya kita tidak ragu-ragu dalam mengkonsumsi suatu
makanan dan terhindar dari makanan yang haram. sebenarnya saya ingin
mengurus sertifikasi halal, namun saya terkendala mengenai biaya sertifikasi
halal yang cukup besar, yang mana biaya sertifikasi tidak sebanding dengan
pendapatan saya. Belum lagi nantinya akan ada biaya untuk perpanjangan
sertifikasi yang dilakukan setiap 2 tahun sekali. Hal ini lah yang membuat
produk saya belum sertifikasi halal”. 63
Dari beberapa hasil wawancara diatas yang menjadi hambatan dalam
perlindungan konsumen yaitu penerapan sertifikasi halal itu sendiri yang mana biaya
sertifikasi halal yang dirasa para industri terlalu besar, dan menurut mereka dalam
proses sertifikasi halal itu melalui proses yang Panjang dan ribet. Terkait perihal ini
bagian idustri memberikan pernyataan bahwa:
“Disini kami pihak industri menganjurkan kepada para industri agar dapat
mengurus sertifikasi halal, apabila kerkendala dengan biaya itu nanti akan kita
bantu dengan memberikan bantuan biaya namun tidak seluruh biaya kita
tanggung”.64
62
Wawancara bersama Bapak Supriono ( Selaku bagian Penyuluhan dan Pemberdayaan
Konsumen), Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019. Pukul 09:19 63
Wawancara bersama Ibu Siti Haryati, (Pelaku Usaha), Jambi: 15 Oktober 2019, Pukul
10:50 64
Wawancara bersama Bidang Industri, Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019, Pukul 10:15
60
Saat ini label halal sangat diperlukan, yang mana konsumen dalam
mengkonsumsi makanan sangat memperhatikan kandungan yang ada di dalam suatu
produk makanan. Kenyamanan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk
makanan menjadi perhatian tersendiri bagi para konsumen. Banyak pertimbangan
yang dilakukan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk kususnya produk
makanan agar konsumen mendapatkan kenyamanan maupun keamanan.
Pertimbangan tersebut antara lain bahan apa yang terkandung dalam produk
makanan, kandungan gizi dalam produk makanan, pengolahan bahan makanan saat
proses produksi, penyimpanan, pengemasan, kekhalalan, serta masa kadaluwarsa
suatu produk makanan.65
Adapun pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Supriono, bagian
pengawasan menyatakan bahwa:
“Dengan adanya label halal pada suatu produk makanan itu dapat
meningkatkan daya tarik konsumen untuk membeli suatu produk. Sehingga
masyarakat merasa aman, dan nyaman dalam mengkonsumsi suatu makanan,
sehingga itu juga dapat meningkatkan penjualan produk industri itu sendiri”. 66
65
Hamsyah, Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Makanan Kadarluarsa di
Kota makasar”, Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar,2017, Hlm .3
66
Wawancara bersama Bapak Supriono ( Selaku bagian Penyuluhan dan Pemberdayaan
Konsumen), Jambi: Pada Tanggal 15 Oktober 2019. Pukul 09:19
61
C. Efektivitas Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 terhadap
Perlindungan konsumen
Masalah perlindungan konsumen adalah masalah yang penting dan harus
menjadi perhatian bersama. Terlebih ketika disekitar kita masih sering terjadi
adannya konsumen yang dirugikan akibat membeli atau mengkonsumsi produk
barang tertentu. Entah itu akibat kelalayan pelaku usaha atau kesengajaan pelaku
usaha.
Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, Indonesia melalui pemerintahan
daerahnya harus dapat memberikan perlindungan terhadap masyarakatnya. Ini sesuai
amanah yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 alinea ke 4.
Oleh karena itu perlindungan akan harkat dan martabat manusia atas dasar
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, serta keadilan social.
Nilai-nilai tersebut melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam
wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk social dalam wadah negara
kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai
kesejahtraan bersama.67
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan
Konsumen memiliki azas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, dan kepastian hukum. Hak-hak atas konsumen terdapat pada
pasal 4 yakni:
67 Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke 4 (empat)
62
a. .Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
b. .Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang danatau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa
yangdigunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
Sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila
barangdan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimanamestinya;
63
i. i.Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.68
Perlindungan Konsumen bertujuan memberikan kepastian dan keseimbangan
antara produsen dan konsumen sehingga terwujud perekonomian yang sehat dan
dinamis sehingga terjadi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan
perlindungan konsumen telah diatur dalam Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Jambi
Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu sebagai berikut:
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungidiri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari eksesnegatif pemakaian barang dan atau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntuthak-haknya sebagai konsumen;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam
berusaha;
68
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen
64
f. meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan
keselamatan konsumen.69
Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen adalah
menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup. Setelah di
terapkannya Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Perlindungan Konsumen telah berdampak baik dalam meningkatkan kenyamanan dan
keamanan konsumen dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk
makanan. Dengan adanya perlindungan konsumen yang mengatur mengenai hak dan
kewajiban konsumen dari hal-hal apa saja yang dapat merugikan dirinya sendiri
dalam mengkonsumsi sebuah produk yang beredar di masyarakat. Dengan adanya
perlindungan konsumen, konsumen akan merasa terlindungi jiwa nya dan merasa
terjamin kepastian atas informasi suatu produk berkaitan dengan kandungan
komposisi dalam produk berkaitan dengan kehalalannya.
Adapun pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Supriono, bagian
pengawasan menyatakan bahwa:
“Dengan diterapkannya Perda ini berdampak baik dalam memberikan
perlindungan terhadap hak konsumen dan kenyamanan kepada konsumen
dalam mengkonsumsi suatu makanan. Namun ada yang perlu di kembangkan
kembali mengenai label halal. Sangat sulit untuk membuat seluruh produk
69
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen,
pasal 3
65
UMKM untuk memiliki label halal. Yang mana mereka terkendala terhadap
biaya sertifikasi halal itu sendiri.”
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perlindungan konsumen,
perlindungan konsumen perlu di tingkatkan terkait perlindungan konsumen dari
produk makanan yang halal. Saat ini masih banyak ditemukan produk makanan dan
minuman yang beredar dimasyarakat belum mencantumkan logo halal atau logo
halal masih diragukan kebenarannya. Produk yang tidak ada logo halalnya belum
tentu haram, begitu juga produk yang ada logo halalnya belum tentu juga halal,
karena tidak tertutup kemungkinan produknya tidak halal. Penyimpanan produk yang
halal tidak boleh berdekatan dengan produk yang tidak halal, artinya tempat
penyimpanan produk halal harus terpisah dengan produk yang tidak halal. Begitu
juga alat yang dipakai untuk memproses produk halal tidak boleh dipakai bersama
dengan produk yang tidak halal.
Mengingat sebagian besar makanan yang beredar bukan lagi berbentuk atau
berwujud asli yang relatif lebih mudah dikenali halal haramnya, tetapi sudah menjadi
makanan olahan maka hal ini sering menimbulkan keragu-raguan tentang kehalalan
makanan tersebut. Oleh karna itu diperlukan upaya-upaya untuk melindungi
konsumen muslim yang merupakan konsumen terbesar di kota jambi dari makanan
haram.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari Perlindungan Konsumen adalah menciptakan rasa aman bagi
konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup. Setelah di terapkannya Peraturan
Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Konsumen telah
berdampak baik dalam meningkatkan kenyamanan dan keamanan konsumen
dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk makanan. Dengan adanya
perlindungan konsumen yang mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen
dari hal-hal apa saja yang dapat merugikan dirinya sendiri dalam mengkonsumsi
sebuah produk yang beredar di masyarakat. Dengan adanya perlindungan
konsumen, konsumen akan merasa terlindungi jiwa nya dan merasa terjamin
kepastian atas informasi suatu produk berkaitan dengan kandungan komposisi
dalam produk berkaitan dengan kehalalannya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perlindungan konsumen. Saat
ini masih banyak ditemukan produk makanan olahan yang beredar dimasyarakat
belum mencantumkan logo halal atau logo halal masih diragukan kebenarannya.
Produk yang tidak ada logo halalnya belum tentu haram, begitu juga produk yang
ada logo halalnya belum tentu juga halal, karena tidak tertutup kemungkinan
produknya tidak halal. Saat ini Perlindungan Konsumen belum berjalanan secara
efektif, dari 830 produk baru 163 produk yang telah memiliki sertifikasi halal. Hal
67
ini memperlihatkan perlu di tingkatkan terkait perlindungan konsumen dari
produk makanan yang tidak halal. Supaya dapat tercipta kenyamanan dan
keamanan dalam mengkonsumsi suatu produk makanan dan juga dengan adanya
label halal dapat meningkatkan daya beli dari masyarakat.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penulis, maka penulis merekomendasikan berupa
saran sebagai berikut:
1. Untuk Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi agar lebih
meningkatkan pelayanan dalam menjalankan program kerja dalam memberikan
perlindungan terhadap konsumen serta dalam pengawasan terhadap peredaran
produk dan jasa yang ada di Kota Jambi
2. Untuk para pelaku usaha agar dapat berproduksi dengan baik sesuai aturan yang
ada, dan agar dapat mengurus sertifikat halal. Karena dengan adanya sertifikasi
halal dapat meningkatkan daya beli masyarakat terhadap suatu produk
3. Untuk konsumen agar selalu waspada dan teliti dalam membeli dan
mengkonsumsi suatu produk. Apabila konsumen menemukan atau merasa
curiga pada suatu produk agar dapat melaporkannya, supaya masyarakat dapat
terhindar dari produk berbahaya atau haram.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur’an dan Terjemahan
Riski, Andi Sri. Nurdiana Tadjuddin. 2018. Hukum perlindungan konsumen.
Jakarta:Mitra Wacana Media.
Sutedi, Adrian. 2008. Tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan
konsumen. Bogor : Ghalia Indonesia.
Bintoro, Tjokromidjojo. 1991. Pengantar Administrasi. Jakarta, LP3ES.
Mutiah, Aulia. 2018. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakart :Pt pustaka
baru.
Kementrian Agama RI, AlQuran dan Terjemahan, Jakarta: Duta Surya 2011.
Una, Sayuti. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi, Jambi : Syaria’ah
Press IAIN STS.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung :
Alfabeta.
Haryono, Amiril Hadi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung
,Pustaka Setia.
W Gulo. 2007. Metode Penelitian ,cet. Ke-7. Jakarta : PT Grasindo.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitattif, Cet Ke-1. Jakarta : Gaung
Persada.
Soekanto, Soejono. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
B. Undang-undang
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Perlindungan
Konsumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
PP Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 519 Tahun 2001 tentang Lembaga
Pelaksana Pemeriksa Pangan Halal
C. Internet
https://id.m.wikipedia.org.
http://Jambi.antaranews.com.
https://Jambi.bps.go.id.
Hamsyah, Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Makanan
Kadarluarsa di Kota makasar, Skripsi, Universitas Hasanuddin
Makassar,2017
May Lim Charity, “Jaminan Produk Halal Di Indonesia,”Journal Legislasi
Indonesia, Vol. 14 No.01 Maret 2017),
Muslimah, “Efektifitas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012, ”,Journal Jom
Fisip Vol.4:1 Februari 2017,
Syafrida. “Sertifikat Halal Pada Produk Makanan Dan Minuman Memberi
Perlindungan Dan Kepastian Hak-Hak Konsumen Muslim,” Adil, Jurnal
Hukum, Vol 7:1,
Dharu Triasih, B.Rini Heryanti. 2016. Tentang Perlindungan Hukum Bagi
Konsumen Terhadap Produk makanan Bersertifikat Halal, Dalam Jurnal
Sosial Budaya, Vol. 18, No. 2.
Hijrah Lahaling. 2015. Hakikat Labelisasi Halal Terhadap Perlinungan
Konsumen di Indonesia, Dalam Jurnal, Vol.1 Issue 2.
Gayatri Atmadi. 2013. Strategi Pemilihan Media Komunikasi LPPOM MUI
Dalam Sosialisasi dan Promosi Produk Halal di Indonesia, Jurnal Al Azhar
Indonesia, Vol.2, No. 2,
Ulya Fuhaidah Ramlah. 2018. implementasi jaminan produk pangan halal di
jambi, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol.18.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA INFORMAN JABATAN PEKERJAAN
1 Supriono, S.E Seksi Penyuluhan dan Pemberdayaan Konsumen
2 Rita Erlina, SE Kepala Bidang Perindustrian
3 Ferdi Sekretariat MUI
4 Muhammad Yusuf Penyelenggaraan Syariah Kemenag Kota Jambi
5 Miskun Industri Rumahan
Lampiran II
Daftar Pertanyaan
4. Bagaimana Sejarah Dinas Perindustrian dan Perdagangan?
5. Apa Visi dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota jambi?
6. Bagaimana Keadaan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan?
7. Apakah ukm dan usaha indusri kreatif dan rumahan, lingkupnya masuk
kedalam ranah perlindungan konsumen juga pak?
8. Di dalam Perda Ini ada disebutkan mengenai hal yang dilarang, tidak
mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halal
yang dicantumkan dalam label. Menurut Tanggapan Bapak ini bagaimana?
9. Bagaimana upaya Dinas Perdagangan Dan Perindustrian dalam meberikan
perlindungan terhadap konsumen dari produk usaha mikro kecil menengah
yang tidak memiliki lebel halal?
10. Hambatan apa saja dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen
11. Tindakan apa yang dilakukan terhadap Industri yang tidak berproduksi dengan
baik?
12. Apakah Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Perlindungan Konsumen telah diterapkan dengan baik?
Lampiran III
Dokumentasi Wawancara
Wawancara Bersama Bapak Supriono, Selaku Seksi Penyuluhan dan
Pemberdayaan Konsumen
Wawancara bersama Bagian Perindustrian
Wawancara Bersama Bapak Ferdi selaku Sekertariat MUI
Wawancara Bersama Bapak Muhammad Yusuf selaku Bagian Pelaksanaan Syariah
Di Kementrian Agama Kota Jambi
Foto Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Jambi
Foto produk makanan yang belum memiliki label atau belum mencantumkan label
Foto wawancara bersama Bapak Miskun selaku Pelaku Usaha
CURRICULUM VITAE
A. Biodata Pribadi
Nama : Nur Indra Fauzan
NIM : SIP.162413
Tempat/Tanggal Lahir : Muba, 20 Desember 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Fakultas/Prodi/Semester : Syariah/Ilmiu Pemerintahan/VII
Universitas : Universitas Islam Negeri STS Jambi
Alamat Universitas : Jln. Jambi – Ma. Bulian, KM 16 Simp. Sei
Duren, Muaro Jambi, Indonesia
Agama : Islam
Tinggi/Barat Badan : 171/65
Golongan Darah : A
Status Perkawinan : Belum Kawin
Kewarganegaraan : WNI
Alamat Kosan : Jln. Jambi-Palembang, Desa Senawar Jaya, RT
06
E-mail : [email protected]
No. Tlp/Wa :081259521723
B. Riwayat Pendidikan
SMAN 8 Kota Jambi :2013-2019
SMPN 8 Batang Hari :2010-2013
SDN 1 Senawar Jaya :2004-2010
C. Pengalaman Organisasi
Ikatan Mahasiswa Bayung Lincir :2016-Sekarang
Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya :2017-Sekarang
HMJ Ilmu Pemerintahan ( Anggota BPH ) :2017-2018