EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf ·...

56
EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH FAWARDINUR NIM : 07C20101013 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

Transcript of EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf ·...

Page 1: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSIPAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH

DAN BANGUNAN (BPHTB) DI KABUPATENACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

FAWARDINUR

NIM : 07C20101013

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT

2013

Page 2: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah berwenang dalam mengatur kehidupan bernegara, menjalankan

fungsinya dalam penyelenggaran Negara sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku dalam suatu Negara. Pemerintah sudah semestinya bertanggung

jawab pada kehidupan rakyatnya. Peranan pemerintah sangat besar dalam

menjalankan kehidupan masyarakatnya.

Salah satu fungsi Negara adalah melindungi Negara dan rakyat. Dalam

menjalankan roda pemerintahan dan melaksanakan fungsinya tersebut, pemerintah

atau penguasa setempat memerlukan modal yang besar. Untuk memperoleh dana

yang besar, pemerintah menyediakan pos penerimaan yaitu Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN). Salah satu penerimaan Negara yang masuk dalam

APBN adalah penerimaan Pajak.

Pajak Merupakan salah satu jenis penerimaan yang bersumber dari dalam

negeri, sering dikemukakan bahwa pemungutan pajak masih perlu ditingkatkan

yang tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada, sehingga menuntut adanya

penyempurnaan Undang-Undang perpajakan. diharapkan penerimaan Negara

yang bersumber dari sektor pajak dapat lebih maksimal.

Besarnya peran yang diberikan oleh pajak sebagai sumber dana dalam

pembangunan nasional, maka tentunya perlu lebih digali lagi potensi pajak yang

ada dalam masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian serta

perkembangan bangsa ini.

Menurut Suandy (2008, h.48) Pajak adalah prestasi kepada pemerintah

yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa

Page 3: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

2

ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individu

maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

pusat saja. Melainkan juga menjadi perhatian Pemerintah Daerah

(Pemda).Terutama sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang pemerintah daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi

yang luas, nyata dan bertangung jawab pembiayaan pemerintah dan pembangunan

daerah yang berasal dari PAD. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber

pembiayaan yang paling penting dimana komponen utamanya adalah penerimaan

yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah.

Tabel 1Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh Barat

Tahun 2006-2012

No TahunPendapatanAsli Daerah

(PAD)

PendapatanAsli Daerah (PAD)

RealisasiPenerimaan

(Rp)

Persentase(%)

1. 2006 17.141.428.849

1. Hasil Pajak Daerah 2.677.764.737 81,642. Hasil Retribusi Daerah 5.175.526.175 98,743. Hasil pengelolaan

Kekayaan Daerahyang Dipisahkan

1.071.298.467 81,42

4. Lain-Lain PendapatanAset daerah

8.216.839.470 110,16

2. 2007 21.710.256.581

1. Hasil Pajak Daerah 3.267.762.844 77,712. Hasil Retribusi Daerah 5.828.349.170 83,423. Hasil pengelolaan

Kekayaan DaerahyangDipisahkan

1.560.293.789 90,45

4. Lain-Lain PendapatanAset daerah

11.053.850.778 133,25

3. 2008 40.423.494.271

1. Hasil Pajak Daerah 4.187.599.822 104,192. Hasil Retribusi Daerah 6.286.372.001 91,233. Hasil pengelolaan

Kekayaan Daerahyang Dipisahkan

1.606.020.789 77,40

4. Lain-Lain PendapatanAset daerah 28.343.501.658 189,44

Page 4: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

3

4. 2009 27.874.493.673

1. Hasil Pajak Daerah 4.276.502.262 94,232. Hasil Retribusi Daerah 5.990.145.924 75,913. Hasil pengelolaan

Kekayaan DaerahyangDipisahkan

1.658.387.037 71,02

4. Lain-Lain PendapatanAset daerah

11.584.981.880 128,09

5. 2010 24.272.574.383

1. Hasil Pajak Daerah 4.870.897.008 105,772. Hasil Retribusi Daerah 5.977.950.136 72,773. Hasil pengelolaan

Kekayaan DaerahyangDipisahkan

2.993.230.076 100,00

4. Lain-Lain PendapatanAset daerah

5.040.878.010 66,42

6. 2011 21.042.866.954

1. Hasil Pajak Daerah 5.860.183.148 51,002. Hasil Retribusi Daerah 5.364.089.688 71,823. Hasil pengelolaan

Kekayaan DaerahyangDipisahkan

2.216.828.812 70,87

4. Lain-Lain PendapatanAset daerah

2.186.838.368 49,36

7. 2012 24.727.256.869

1. Hasil Pajak Daerah 6.087.693.450 87,542. Hasil Retribusi Daerah 7.243.203.111 38,063. Hasil pengelolaan

Kekayaan DaerahyangDipisahkan

2.522.369.293 100,00

4. Lain-Lain PendapatanAset daerah

1.988.340.235 88,15

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) AcehBarat (September 2013)

Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomur 28 Tahun 2009 adalah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi daerah atau retribusi berdasarkan

Undang-Undang Nomur 28 Tahun 2009 adalah pemungutan daerah sebagai

pembayaran atau jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Page 5: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

4

Disisi lain masyarakat sebagai pihak yang diberi perlindungan memiliki

kewajiban untuk ikut serta dalam menjalankan fungsinya yang bias ditujukan

melalui keikut sertaanya dalam pembiayaan Negara.

Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah

dan pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu

sumber potensi pajak yang patut digali sesuai dengan situasi dan kondisi

perekonomian serta perkembangan pembangunan bangsa sekarang ini adalah

Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB).

Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari

pajak pusat menjadi pajak daerah merupakan langkah strategis dalam pelaksanaan

desentralisasi fiskal di Indonesia. Disamping memiliki justifikasi teknis,

pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah akan dapat meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas belanja

daerah (local spending quality). Peningkatan kualitas belanja daerah akan

memperbaiki kualitas pelayanan publik yang merupakan tujuan dari kebijakan

otonomi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, salah satu jenis pajak pusat yang dialihkan menjadi pajak

daerah adalah BPHTB. Kebijakan pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah

dilakukan melalui suatu proses pembahasan rancangan Undang-Undang yang

cukup panjang antara pemerintah dan dewan perwakilan rakyat. Dengan

mempertimbangkan berbagai faktor strategis serta kondisi daerah yang berbeda-

beda, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya menyepakati

Page 6: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

5

pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah dengan beberapa kondisi, antara lain (1)

pemungutan BPHTB dapat dilakukan oleh daerah secara optimal, dan (2)

pelayanan kepada masyarakat tidak mengalami penurunan. Masa transisi

pengalihan BPHTB ditetapkan selama 1 (satu) tahun sejak berlakunya UU Nomor

28 Tahun 2009 dan mulai efektif menjadi pajak daerah pada tanggal 1 Januari

2011. Selama masa transisi, Pemerintah melakukan berbagai kegiatan untuk

mempersiapkan daerah menerima pengalihan BPHTB dari pemerintah pusat. .

Tujuan Pembentukan Undang-Undang Tentang BPHTB adalah perlu

adanya pemungutan pajak atas Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah

pengeluaran pemerintah sebagai upaya kemandirian bangsa untuk memenuhi

pengeluaran pemerintah berkaitan dengan tugasnya dalam menyelenggarakan

pemerintahan umum dan pembangunan.

Menurut data Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah

(DPKKD) Aceh Barat, hanya sebesar 24 persen yang disetor melalui DPKKD

Aceh Barat, sedangkan 10 persen lainnya disetor langsung oleh wajib pajak itu

sendiri sehingga jumlah setoran pajak seluruhnya mencapai 34 persen. Realisasi

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kabupaten Aceh Barat sangat minim.

Tabel 2Realisasi Penerimaan Pajak BPHTB Aceh Barat

Tahun 2006-2010

No TahunRealisasi Penerimaan BPHTB Aceh Barat

(Rp)1. 2006 1.551.703.8452. 2007 3.835.279.3033. 2008 3.005.795.7944. 2009 2.798.207.9975. 2010 3.128.512.140

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) AcehBarat (September 2013)

Page 7: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

6

Tabel 3Realisasi Penerimaan Pajak BPHTB Aceh Barat

Tahun 2011-2012

No TahunRealisasi Penerimaan BPHTB Aceh Barat

(Rp)1. 2011 1.326.388.2462. 2012 418.335.195

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) AcehBarat (September 2013)

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam

bentuk skripsi dengan judul Efektivitas Pengumpulan Dan Kontribusi Pajak

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten

Aceh Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Seberapa Besar Kontribusi

BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui seberapa besar

Kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis berguna bagi pengembangan ilmu ekonomi yang berkaitan

dengan pemahaman tentang pajak khususnya Pajak Bea Perolehan Hak

Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

b. Secara praktis berguna sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah untuk

berperan aktif dalam meningkatkan Pendapatan Daerah yang bersumber

Page 8: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

7

dari pajak khususnya Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) dan sebagai bahan rujukan bagi peneliti atau pihak-pihak yang

ingin mengkaji tentang pajak khususnya Pajak Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB).

1.5 Sistematika Penelitian

Bagian Pertama Pendahuluan, dalam bab ini menjelaskan tentang Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

Bagian Kedua Tinjauan Pustaka, dalam bab ini akan memaparkan

mengenai Pengertian Pajak, Tinjauan Pajak berbagai Aspek, Pembagian Pajak

Menurut Golongan, Sifat, dan Pungutannya, jenis pajak,Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Fungsi Pajak, Pemungutan

Pajak, Tinjauan Umum tentang BPHTB, dan Pendapatan Asli Daerah

Bagian Ketiga Metode Penelitian, dalam bab ini menjelaskan tentang

Ruang lingkup Penelitian, Data Penelitian, Metode Analisis Data, Definisi

Operasional Variabel.

Bagian Keempat Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini

Menjelaskan tentang Statistik Deskriptif Variabel Penelitian, Hasil Penelitian dan

pembahasan.

Bagian Keenam Penutup, dalam bab ini penulis hanya mengemukakan

simpulan dan saran.

Page 9: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Pajak

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-

menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah

satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa/ negara dalam

pembiayaan pembangunan dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam

berupa pajak.

Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu

masyarakat adil dan makmur, material, dan spiritual berdasarkan Pancasila, di

dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan

bersatu, dalam suasana perikehidupan bangsa yang damai, tentram, tertib, dan

dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan hidup dunia yang merdeka,

bersahabat, tertib, dan damai. Sementara, yang menjadi hakikat pembangunan

nasional Indonesia ialah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan

kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan, yaitu

dengan cara menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak.

Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat

(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan

Page 10: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

9

tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Pajak digunakan untuk

pembiayaan pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

Menurut Adriani (2003, h.147) Pajak adalah iuran kepada negara yang

dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut

peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk secara

langsung.

Menurut Rachmat Sumitro (2005, h.46) Pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah berdasarkan

Undang-Undang) dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen

prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum.

Menurut Smeets (2004, h.61) Pajak adalah Prestasi pemerintah yang

terutang melalui norma-norma sumum, dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontra

prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, maksudnya adalah

membiayai pengeluaran pengeluaran pemerintah.

Unsur- unsur pokok dalam defenisi pajak adalah:

a. Iuran / pungutan

b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang

c. Pajak dapat dipaksakan

d. Tidak menerima kontra prestasi

e. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah.

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-

ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu:

a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta pelaksanaannya.

Page 11: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

10

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi

individual pemerintah

c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai.

e. Pajak nasib rakyat banyak. Oleh karena itu menurut pasal 23 ayat (2)

Undang-Undang dasar 1945 Segala pajak untuk keperluan negara

berdasarkan Undang-undang.

Menurut Rachmat (2005, h.341) Undang-Undang pajak adalah produk

hukum dan oleh karena itu harus tunduk pada norma-norma hukum, baik

mengenai pembuatnya, pelaksanaanya, maupun mengenai materinya.

1.1.1 Prinsip-Prinsip Perpajakan

Ada dua prinsip yang lazim digunakan dalam prinsip perpajakan di

Indonesia khususnya yaitu:

a. Prinsip keuntungan, yaitu menyatakan bahwa individu harus dibebani

pajak dengan proporsi untuk keuntungan yang mereka dapatkan dari

program-program pemerintah. Sama seperti orang membayar uang secara

pribadi dalam proporsi untuk konsumsi mereka atau roti pribadi, pajak

seseorang harus berkaitan dengan pemakaian mereka atau barang-barang

kolektif.

b. Prinsip kemampuan untuk membayar, yang menyatakan bahwa jumlah

pajak yang harus dibayar oleh seseorang harus berkaitan dengan

Page 12: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

11

pendapatan atau kesehatan, semakin tinggi pula pajaknya. Biasanya sistem

pajak yang diatur dengan prinsip kemampuan membayar juga bersifat

redistributive yang berarti bahwa mereka mendapatkan dana dari orang-

orang dengan pendapatan yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan dan

konsumsi kelompok-kelompok yang lebih miskin (Samuel Nordhaus

2003, h,392)

1.2 Tinjauan Pajak Berbagai Aspek

Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya dengan menyerahkan

sebagian penghasilan kepada negara, tetapi harus ditinjau dari berbagai aspek :

a. Aspek Ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi pajak merupakan penerimaan Negara yang

digunakan untuk mengarahjkan kehidupan masyarakat menuju sejahtera. Dalam

kehidupan ekonomi, sebagian besar kegiatan ekonomi dilakukan melalui

mekanisme pasar bebas, mekanisme ini tidak akan berjalan lancar apabila tidak

didukung oleh pemerintah dalam menunjang sarana dan prasarana, untuk itu

pemerintah memerlukan pajak dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan

pemerintah merupakan suatu kepentingan umum untuk kepuasan bersama,

sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat nantinya akan kembali ke

masyarakat pula. Hal ini erat kaitannya dengan kebijakan ekonomi yang mengarah

pada dukungan pemenuhan kenaikan pendapatan masyarakat melalui distribusi

pendapatan.

Hubungan antara aspek ekonomi dengan pajak adalah dengan adanya

pajak maka pemerintah dapat membangun prasarana ekonomi yang nantinya erat

kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi,

Page 13: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

12

negara tidak dapat meningkatkan kesejahteraan warganya. Demikian pula, tanpa

adanya kesadaran membayar pajak oleh warga maka pemerintah tidak mampu

untuk meningkatkan prasarana ekonomi.

b. Aspek Hukum

Dasar yang digunakan pemerintah dalam memngatur masalah keuangan

negara adalah Pasal 23A Amandemen UUD 1945 termasuk didalamnya pajak dan

pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan negara yang diatur

dalam Undang-Undang.

c. Aspek Keuangan

Pajak dipandang penting sebagai penerimaan negara, sehingga kondisi

keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan berupa minyak dan gas

akan tetapi menjadikan pajak sebagai salah satu dari penerimaan utama negara.

Alat ukur yang digunakan sebagai indikator efektif dan produktifnya pemungutan

pajak yaitu dalam fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak.

Kecendrungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara, akan

semakin tinggi tax ratio. Tax ratio adalah perbandingan antara penerimaan pajak

dan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB).

d. Aspek Sosiologi

Pajak pada aspek sosiologis ditinjau dari segi masyarakat yaitu

menyangkut akibat-dampak terhadap masyarakat atas pungutan hasil yang

diserahkan kepada negara. Jelaslah bahwa pajak sebagai sumber penerimaan

negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan

ekonomi, sehingga nantinya akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat secara merata.

Page 14: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

13

Dari beberapa pengertian pajak, tersimpul ciri-ciri yang melekat pada

pengertian pajak yaitu :

a. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan

pelaksanaannya.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi

individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah).

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran Pemerintah, yang bila dari

pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai

public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur

(Waluyo 2007, h.8)

1.3 Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat dan pungutannya

2.3.1 Menurut Golongan

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang dikenakan secara periodik atau berulang-

ulang yang mempunyai daftar dan pembayarannya tidak dapat

dilimpahkan pada orang lain. Contohnya pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dikenakan secara insidental yaitu

pada saat terpenuhinya keadaan, perbuatan dan peristiwa yang ditentukan

dalam Undang-Undang pajak, tidak mempunyai daftar dan jumlahnya

dapat dilimpahkan pada orang lain. Contoh Bea materai, Bea Lelang,

Pajak Pertambangan Nilai, Bea Balik Nama, dan sebagainya.

Page 15: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

14

2.3.2 Menurut sifat

a. Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkat atau berdasarkan pada

subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh

:Pajak penghasilan

b. Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkat pada obyeknya tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh Pajak Pertambangan

Nilai

3.3.3 Menurut Lembaga Pemungutan

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut Oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh pajak

penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai.

b. Pajak daerah, Yaitu Pajak yang di pungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, yang terdiri dari Pajak

Propinsi, contoh Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor dan Pajak Kabupaten/kota, contoh Pajak Hotel dan

Restoran ( pengganti pajak Pembangunan), Pajak Hiburan, Pajak Reklame,

Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan

Pengertian Pajak menurut Feldmann dalam buku De Over heidsmiddelen

Van Indonesia (terjemahan) Pajak adalah presentasi yang dipaksakan sepihak oleh

dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara

umum) tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.

Page 16: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

15

Pengertian pajak menurut Soeparman dari disertasinya yang berjudul Pajak

Bardasarkan Azas Gotong Royong, menyatakan Pajak adalah iuran wajib berupa

uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma

hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam

mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi diatas tidak tampak isilah

“dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang

berhubungan kontraprestasi menekan pada mewujudkan kontraprestasi itu

diperlukan pajak.

Pengertian pajak menurut Smeets dalam buku De Economische betekenis

belastingen (terjemahan) Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang

melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya.tanpa adanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, dimaksudkan

untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

2.4 Jenis-Jenis Pajak

2.4.1. Menurut Administratif Yuridis

Penggolongan pajak dari sisi administratif yuridis menghasilkan apa yang

sering dikenal sebagai pajak langsung dan pajak tidak langsung. Suatu jenis pajak

dikatakan sebagai pajak langsung apabila dipungut secara periodik. Jadi berulang-

ulang, tidak hanya satu kali pungut, dengan menggunakan penetapan sebagai

dasar dan kohir. Misalnya, Pajak Penghasilan (PPh). Adapun pajak tidak langsung

dipungut secara insidental (tidak berulang-ulang). Jadi pajak tidak langsung hanya

dipungut sesekali ketika terpenuhi seperti yang dikehendaki oleh ketentuan

Undang-Undang. Misalnya Bea Materai atau Pajak Pertambahan Nilai.

Page 17: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

16

2.4.2 Berdasarkan Titik Tolak Pungutannya

Pembedaan pajak dengan menggunakan dasar titik tolak pungutan akan

menghasilkan dua jenis pajak, yakni pajak subjektif dan pajak objektif.

a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada diri

orang/badan yang dikenai pajak (wajib pajak).

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya berpangkal pada objek

yang dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus dicari

subjeknya (Adriani, 2003, h.86)

2.4.3 Berdasarkan Sifatnya

Pembagian pajak berdasarkan sifatnya akan memunculkan apa yang

disebut pajak bersifat pribadi dan pajak kebendaan:

a. Pajak yang bersifat pribadi atau juga yang bisa disebut sebagai bersifat

perorangan, adalah pajak yang dalam penetapannya memperhatikan

keadaan diri serta keluarga wajib pajak.

b. Pajak yang bersifat kebendaan adalah pajak yang dipungut tanpa

memperhatikan diri dan keadaan si wajib pajak. Pajak yang bersifat

kebendaan ini umumnya merupakan pajak tidak langsung

(Adriani,2003 h.90)

2.4.4 Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya

Dengan mendasarkan pada kewenangan pemungutannya, pajak dapat

digolongkan menjadi dua, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

(pajak pusat) dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (pajak daerah).

a. Pajak Pusat, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

pemerintah pusat. Tergolong jenis pajak ini antara lain Pajak Penghasilan

Page 18: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

17

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPn.BM), Bea Materai dan Cukai.

b. Pajak daerah, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

pemerintah daerah, baik pada pemerintah propinsi maupun pemerintah

kabupaten/kota. (Adriani, 2003, h,120)

2.5 Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi

Daerah

Menurut pengaturan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pada bab II tentang pajak dan jenis pajak,

pasal 2 adalah sebagai berikut:

2.5.1 Jenis Pajak Provinsi

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, jenis

pajak terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau

penguasaan kendaraan bermotor, semua kendaraan beroda beserta gandengannya

yang digunakan di semua jenis jalan darat dan gerakkan oleh peralatan teknik

berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu

sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda

dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang

dioperasikan di air.

Page 19: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

18

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Pajak atas penyerahan hak

milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian kedua pihak atau perbuatan

sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan,

atau pemasukan ke dalam badan usaha.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penmgunaan

bahan bakar kendaraan bermotor. Bahn bakar kendaran bermotor adalah semua

jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaran bermotor.

d. Pajak Air Permukaan

Pajak Air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan

air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan

tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada dilaut maupun didarat.

e. Pajak Rokok.

Pajak pokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

pemerintah.

2.5.2 Jenis Pajak Kabupaten/Kota

a. Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dihotel. Hotel

adalah fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait

lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk

pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,

serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Page 20: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

19

b. Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan minuman dengan dipungut

bayaran, yang juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya

termasuk jasa boga/catering.

c. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan semua

jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan keramaian yang dinikmati dengan

dipungut bayaran.

d. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame

adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau utuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang,

atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, atau dinikmati oleh

umum.

e. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik

yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalh pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam

atau permukaan bumi untuk dimamfaatkan.

Page 21: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

20

g. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah Pajak atas penyelenggaran tempat parkir diluar badan

jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk tempat penitipan kendaraan bermotor.

h. Pajak Air Tanah

Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemamfatan air tanah.

Air tanah adalah air yang tedapat kualitas dalam lapisan tanh atau batuan di bawah

permukaan tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan

pengusahaan sarang burung walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak perolehan

hak atas tanah dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau dimamfaatkan oleh

orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan, perhutanan, dan Pertambangan.

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan

hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah

perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah

dan bangunan oleh orang pribadi atau Badan (Sapto, 2010,h.19).

2.6 Fungsi pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

Page 22: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

21

merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua pengeluaran

termasuk pengeluaran pembangunan.

Pajak yang dipungut oleh pemerintah mempunyai fungsi sebagai :

a. Fungsi Budgetaire (Anggaran)

Pajak merupakan suatu alat (sumber) untuk memasukan uang ke kas

negara sebanyak-banyaknya yang nantinya akan dipergunakan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran rutin negara.

Contoh Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negara.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak adalah suatu alat untusk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya

mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya yang

sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pajak

sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam

bidang sosial dan ekonomi dalam menyelenggarakan politiknya dalam segala

bidang. Bahkan pada negara modern fungsi mengatur justru menjadi tujuan politik

dari pajak

Contoh Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif (Adriani, 2003, h,187)

2.7 Pemungutan Pajak

2.7.1. Dasar Hukum

Pemungutan pajak di Indonesia diatur dalam Pasal 23 A Undang-undang

Dasar yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

keperluan negara diatur dengan Undang-Undang. Berdasarkan ketentuan tersebut

maka pemungutan terhadap segala jenis pajak harus didasarkan pada Undang-

Page 23: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

22

Undang. Yang berhak memungut pajak adalah pemerintah sebagai Fiskus

(pemungut pajak). Pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat ke

pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara dengan tidak mendapatkan

kontrak prestasi yang langsung tetapi bukan berarti pemerintah yang menentukan

tarif secara sembarangan karena menurut Undang-Undang Dasar 1945.

Pembuatan Undang-undang Dasar 1945, Pembuatan Undang-Undang dilakukan

oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) secara bersama-sama.

Sedangkan Pengaturan pajak berdasarkan Undang-Undang berarti mengenai

masalah tarif besarnya Pajak sudah merupakan kesepakatan antara presiden

( pemerintah) dan DPR.

2.7.2 Azas Pemungutan pajak

Salah satu, aspek yang penting dalam hukum perpajakan adalah wewenang

fiskus (petugas pemungut pajak) dalam memungut pajaknya dari masyarakat.

yang diutamakan dalam pemungutan pajak adalah unsur keadilan sebab apabila

keadaan tidak tercapai dalam pemungutan pajak, maka dapat menimbulkan

pengaruh yang sangat negatif dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat juga

disebut sebagai asas-asas pajak atau asas dalam pengenaan pajak. Menurut

(Santoso,2002,h,671) Dalam pemungutan pajak haruslah diperhatikan azas-

azasnya, yaitu;

a. Falsafah Hukum

Meninjau Pemungutan Pajak dari sudut falsafahnya, sehingga pajak itu

menjadi adil

Page 24: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

23

b. Yuridis

Pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan atau Undang-Undang yang

berdasarkan kepastian hukum.

c. Ekonomis

Pemungutan pajak jangan sampai menunggu kehidupan ekonomis dari

Wajib Pajak. Jadi jangan sampai akibat adanya pemungutan pajak terhadap

seseorang maka orang tersebut melarat, yang dikenakan pajak adalah pendapatan

bukan modal.

d. Finansial

Finansial adalah Pemungutan pajak disesuaikan dengan fungsinya, yaitu

fungsi untuk obligasi kas negara.

2.8 Tinjauan Umum Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB)

2.8.1 Pengertian dan Dasar Hukumnya

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang

dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak

atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang

mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan

oleh orang perseorangan pribadi atau badan. Objek pajak BPHTB adalah

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek BPHTB adalah orang pribadi

atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. BPHTB

merupakan pajak yang harus dibayar akibat perolehan hak atas tanah dan

bangunan meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak

milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.

Page 25: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

24

Undang-Undang BPHTB. Tahun 2000, UU BPHTB mengalami perubahan

oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2000. Kedua Undang-Undang ini

memberikan kewenangan kepada DJP untuk memungut BPHTB dari rakyat

Indonesia. Dasar hukum terbaru Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 yang

berlaku mulai 1 Januari 2001.

Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), adalah

sebagai berikut:

a. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang

dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.

b. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau

peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas dan atau

bangunan oleh orang pribadi atau badan;

c. Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, beserta

bangunan diatasnya sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Santoso, 2002, h,432)

Prinsip-prinsip dasar yang dianut UU BPHTB adalah sebagai berikut:

a. Pemenuhan kewajiban BPHTB berdasarkan sistem self assessment, yaitu

Wajib Pajak menghitung dan menyetorkan pajak terhutang dan

melaporkannya ke Kantor Pelayanan PBB;

b. Besarnya tarif ditetapkan sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak

(NPOP) atau NJOP PBB jika NPOP < NJOP PBB.

Page 26: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

25

c. Dikenakan sanksi kepada Wajib Pajak maupun kepada pejabat-pejabat

umum yang melakukan pelanggaran ketentuan atau tidak melaksanakan

kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang ini.

d. Hasil dari penerimaan BPHTB sebagian besar diserahkan kepada Daerah

dengan komposisi 80% untuk Daerah dan 20% untuk Pusat.

e. Tidak diperkenankan ada pungutan lain atas pihak yang memperoleh hak

atas tanah dan bangunan sejak Undang-Undang BPHTB berlaku

(Santoso,2002, h,402)

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak terhutang

dan harus dibayar oleh pihak yang memperoleh suatu hak atas tanah dan

bangunan agar akta peralihan hak seperti jual beli, hibah, tukar-menukar, atau

risalah lelang, atau surat keputusan pemberian hak atas tanah dapat dibuat dan

ditanda tangani oleh Pejabat yang berwenang.

2.8.2 Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Menurut Mardiasmo (2002, h,27) Objek BPHTB adalah perolehan hak

atas tanah dan atau bangunan yang meliputi:

a. Pemindahan hak, yang meliputi jual beli, tukar-menukar, hibah, hibah

wasiat, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan

hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang;

pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap

dan hadiah.

b. Pemberian hak baru, yang meliputi kelanjutan pelepasan hak, dan di luar

pelepasan hak.

Page 27: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

26

Sedangkan hak atas tanah meliputi, hak milik, hak guna usaha, hak guna

bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 mengenal pengecualian objektif,

yaitu pajak yang dikecualikan yang tidak dikenakan BPHTB. Objek yang tidak

dikenakan BPHTB adalah objek yang diperoleh:

a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan atas perlakuan timbal balik

b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum;

c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh

Menteri;

d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hukum

dengan tidak adanya perubahan nama;

e. Karena wakaf;

f. Karena warisan;

g. Untuk digunakan kepentingan ibadah (Mardiasmo,2002,h,37)

Sedangkan objek yang pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan

Daerah adalah objek pajak yang diperoleh karena hibah wasiat dan hak

pengelolaan. Saat terutang Pajak BPHTB untuk :

a. Jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

b. Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda tanganinya akta;

c. Hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda tanganinya akta;

d. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan

haknya ke Kantor Pertanahan;

Page 28: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

27

e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak

tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

f. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat

dan ditandatanganinya akta;

g. Lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang;

h. Putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum yang tatap;

i. Hibah wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan

peralihan haknya ke Kantor Pertanahan;

j. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak

adalah sejak tanggal ditandatanganinya dan diterbitkannya surat keputusan

pemberian hak;

k. Pemberian hak baru diluar pelepasan hak adalah sejak tanggal

ditandatanganinya dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;

l. Penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya

akta;

m. Peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

n. Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

o. Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta

(Mardiasmo,2002,h,46)

Tempat pajak terutang adalah di wilayah kabupaten, kota, atau propinsi

yang meliputi letak tanah dan bangunan. Cara pembayaran pajak adalah wajib

pajak membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya

Page 29: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

28

surat ketetapan pajak ke kas Negara melalui Kantor Pos/Bank BUMN/BUMD

dengan Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

2.8.3 Tarif, Dasar Pengenaan, NPOPTKP, dan Cara Perhitungan BPHTB

Tarif Bea Perolehan Haka atas Tanah dan Bangunan setelah menjadi Pajak

Daerah ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen) dengan Peraturan

Daerah. Yang menjadi dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (NPOP). NPOP ini didasarkan pada :

a. Harga transaksi yaitu harga yang terjadi dan telah disepakati oleh pihak

pihak yang berkepentingan. Harga transaksi ini digunakan terhadap

perolehan hak yang terjadi dan telah disepakati oleh pihak pihak

berkepentingan. Harga transaksi ini digunakan terhadap perolehan hak

yang terjadi karena jual beli, dan penunjukan pembeli dalam dagang.

b. Nilai pasar adalah harga rata rata dari transaksi jual-beli secara wajar yang

terjadin bangunan. Nilai pasar ini digunakan terhadap perolehan hak yang

terjadi karena Tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris, pemasukan

dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang

mengakibatkan peralihan, pelaksaan putusan hakim yang mempunyai

kekuatan hukum tetap, hadiah, penggabungan usaha, peleburan usaha,

pemekaran usaha, pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari

pelepasan hak, pemberian hak baru diluar pelepasan hak

c. Nilai Jual Objek Pajak yang di pakai sebagai dasar pengenaan BPHTB

adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang digunakan sebagai dasar

penggunaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terutang Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Page 30: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

29

NJOP PBB ini digunakan terhadap semua perolehan hak atas tanah dan

bangunan apabila nilai transaksi tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB

maka yang digunakan NJOP PBB, tetapi apabila nilai transaksi atau nilai pasar

lebih tinggi dari NJOP PBB maka yang digunakan sebagai dasar pengenaan

BPHTB adalah nilai transaksi atau nilai pasar. Apabila NJOP PBB belum

ditetapkan oleh mentri keuangan.

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP). NPOPTKP

diberikan untuk setiap perolehan hak sebagai pengurang penghitungan BPHTB

terutang. Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan menyatakan bahwa Nilai Perolehan Objek Pajak

Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan secara regional paling banyak Rp

60.000,000- (enam puluh juta rupiah). Dalam hal perolehan hak karena waris, atau

hibah wasiat yang diterima oleh orang pribadi dalam hubungan keluarga sedarah

dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan

pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, NPOPTKP regional paling banyak Rp

300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). Besarnya NPOPTKP ditetapkan oleh

Kepala Kanwil DJP atas nama Menteri Keuangan untuk setiap kabupaten/kota

dengan mempertimbangkan pendapat Pemda setempat. Ketentuan besarnya

NPOPTKP diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 113 Tahun 2000. NPOPTKP

regional adalah penetapan NPOPTKP untuk masing-masing wilayah

Kota/Kabupaten. Penetapan NPOPTKP ini lebih lanjut ditetapkan oleh Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

Page 31: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

30

Dalam perhitungan BPHTB yang harus diperhatikan adalah Objek

BPHTB, dasar pengenaan (NPOP), Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena

Pajak (NPOPTKP) dan Tarif BPHTB. Besarnya BPHTB Terutang di hitung

dengan tarif pajak BPHTB dengan Nilai Perolehan Objek Kena Pajak

(NPOPKP). NPOPKP didapatkan dari NPOP dikurangi dengan NPOPKP.

Perhitungan tersebut dapat diilustrasikan dengan rumus sebagai berikut:

BPHTB terutang = Tarif x (NPOP – NPOPTKP)

= Tarif x NPOPKP

2.9 Pendapatan Asli Derah (PAD)

2.9.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan bahwa

sumber pendapatan terdiri dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan

pajak.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari

sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah.

Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32

Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari

Page 32: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

31

penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu

sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.

Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan

bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi,

dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004).

Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun

2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang

bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah.

Menurut Nurcholis (2007,h,182), pendapatan asli daerah adalah

pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah,

laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

Menurut Santoso (2002,h,23) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

salah satu komponen sumber pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur

dalam pasal 79 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan

daerah, berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 disimpulkan bahwa sesuatu yang

diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan

(otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi

daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari:

Page 33: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

32

a. Hasil Pajak Daerah diperoleh dari Hasil Retribusi Daerah yaitu Hasil

Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

b. Dana Perimbangan

c. Pinjaman Daerah

d. Lain-lan pendapatan daerah yang sah

Dalam pasal 79 mengisyaratkan bahwa dalam penyelenggaraan fungsi-

fungsi pemerintahan daerah, kepala daerah Kabupaten/Kota. Dengan kata lain,

diharapkan kepada kepala daerah Kabupaten/Kota didalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah tidak terus menerus selalu

menggantungkan dana (anggaran) dari pusat melalui pembangian dana

perimbangan. Dalam administrasi keuangan daerah PAD adalah pendapatan

daerah yang diurus dan diusahakan sendiri oleh daerah yang dimaksud sebagai

sumber PAD guna pembangunan. Berdasarkan ketentuan maka PAD dapat

disimpulkan sebagai:

a. PAD merupakan sumber pendapatans daerah dengan mengelola dan

memanfaatkan potensial daerahnya.

b. Di dalam mengelola, mengolah dan memanfaatkan potensi daerah, PAD

dapat berupa pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan daerah

yang sah.

2.9.2. Pendapatan Daerah Asli

Pendapatan daerah asli terdiri dari :

a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

Page 34: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

33

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah

lainnya yang dipisahkan

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Ahmad Yani, 2002, h.39)

Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terbaru berdasarkan

Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari Hasil Pajak Daerah, Hasil retribusi daerah,

Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya

yang dipisahkan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Jenis pajak daerah

dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan Undang-

Undang tentang pajak daerah dan retribusi daearh. Jenis hasil pengelolaan

kekayaaan daerah yang dipisahkan dan dirinci oleh menurut obyek pendapatan

yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah,

bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah atau BUMN,

dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

Jenis-jenis Pendapatan Asli daerah yang sah disediakan untuk

menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah,

retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan

daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas

tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, atau pun bentuk

lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan jasa oleh

daerah, penerimaan keuntungan dari selisih tukar rupiah terhadap mata uang

asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan

denda pajak, pendapatan denda retribusi. Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan,

Page 35: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

34

pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari

angsuran atau cicilan penjualan (Gregory, 2009, h.12)

Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan

kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk

membiayai pengeluaran rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah

sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam

memamfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya sehingga dapat

mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daearh

(Rusyadi 2005, h.52)

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula

sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut

Devas bahwa kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II

mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan

bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta

penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber

penerimaan daerah sangat bergantung pada potensi daerah itu sendiri.

a. Otonomi Daerah

Daerah hukum pelaksanaan otonomi daerah Indonesia adalah pasal 18

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut pembagian daerah Indonesia atas

daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan

dengan Undang-Undang dengan memandang dan mengingat dasar

pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak urus daerah yang

bersifat istimewa. Dalam penjelasan pasal tersebut dirumuskan Daerah Indonesia

akan dibagi dalam daerah propinsi dan propinsi akan dibagi pula dalam daerah

Page 36: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

35

yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah

administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan

Undang-Undang. Secara etimologis kata otonomi berasal dari bahasa Latin,

“Autos” yang berarti “sendiri” dan “Nomos” aturan. Amran Muslimin mengatakan

otonomi itu termasuk salah satu sari azas-azas pemerintahan negara, dimana

pemerintah suatu negara dalam pelaksanaan kepentingan umum untuk mencapai

tujuan.

Otonomi mempunyai makna kebebasan atas kemandirian tetapi bukan

kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian itu adalah wujud

pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Kewenangan otonomi

luas adalah keleluasaan daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan yang

mencakup kewenangan semua bidang luar negeri, pertahanan, keamanan,

peradilan moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang akan

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Selain itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan

bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, penggerakan dan

evaluasi. Otonomi nyata merupakan keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan

kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang hidup dan berkembang

didaerah. Sedang otonomi yang bertanggungjawab maksudnya ialah: berupa

perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekwensi pemberian hak dan

kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul

oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, adalah berupa

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,

pengembangan kehidupan demokrasi keadilan dan pemerataan, serta

Page 37: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

36

pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan keutuhan negara kesatuan

Republik Indonesia

Jadi otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas meliputi

kewenangan lintas kabupaaten dan kota, dan kewenangan dibidang pemerintahan

lainnya.

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan

aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan

bertanggungjawab

3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah

kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan

otonomi yang terbatas.

4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara

sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah,

serta antar daerah.

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah otonomi da karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota

tidak ada lagi wilayah administratif.

6. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh

pemerintah atau pihak lain, seperti badan otoritass, kawasan industri,

kawasan perumahan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan,

Page 38: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

37

kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku

ketentuan daerah otonomi.

7. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan

maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

8. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

kewenangan sebagai wilayah administrasi.

Administrasi untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan

kepada gubernur sebagai wakil pemerintah. Pelaksanaan asas tugas pembantuan

dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari

pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan

prasarana, serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan

dan pertanggungjawaban kepada yang menugaskan.

Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu

memperhatikan sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi

pemerintah daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor kemimpinan.

Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi pengembangan otonomi daerah

menurut Yosef (2004, h.75) sebagai berikut :

a. Faktor manusia pelaksana yang baik

b. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik

c. Faktor peralatan yang cukup dan baik

Page 39: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

38

b. Pelaksanaan Otonomi Daerah

Sebagaimana diketahui, selama ini khususnya daerah kabupaten banyak

bergantung pada pemerintah pusat, karena terbatasnya jumlah dana yang berkaitan

dengan sumber dana yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Dengan

ketergantungan pemerintah daerah dalam hal dana bagi penyelenggaraan urusan,

akan sulit untuk mencapai tujuan otonomi daerah terutama bagi daerah yang

kurang berkembang.

Menurut Pamudji (2006, h.138) Pemerintahan daerah dapat melaksanakan

fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan

pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah merupakan salah satu dasar kriteria

untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah

tangganya sendiri.

Salah satu faktor penting dalam pelaksanaan otonomi daerah menyangkut

atau keuangan daerah. Dengan kemampuan ekonomi maksudnya adalah adanya

kemampuan daerah secara ekonomis artinya dapat menjadikan daerah berdiri

sendiri tanpa ketergantungan dengan pusat. Dengan demikian jelas sumber-

sumber penerimaan daerah meliputi dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah

adalah pendapatan asli daerah yang meliputi hasil pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah serta lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

2.9.3 Sumber Pendapatan Asli Daerah

Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI

No.32 Tahun 2004 pasal 157 tentang pemerintah daerah Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang terdiri dari:

Page 40: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

39

a. Hasil Pajak Daerah

Hasil Pajak yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh

daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak

daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya

digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan

sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.

b. Hasil Retribusi Daerah

Hasil Retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi

pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa

atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah

bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya

bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-

persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar,

merupakan pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal

tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari

keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan

bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan

daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka

sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah

Page 41: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

40

pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan

memperkembangkan perekonomian daerah.

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak

termasuk dalam jenis-jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah, pendapatan dinas-

dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi

pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa

materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau

memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.

e. Dana perimbangan

Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari

penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan,

pertambangan sumber daya alam dan serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum,

dan dana alokasi khusus. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan

daerah dari sumber lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

2.9.4 Pengaruh Kontribusi Pemungutan BPHTB Terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD)

Menurut Andriani (2003, h,231) Kontribusi berasal dari bahasa inggris

yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan,

melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa

materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu

memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Dalam

Page 42: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

41

penelitian ini, konteks kontribusi merupakan seberapa besar sumbangan

penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam pos

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Barat. Diharapkan dengan semakin

tinggi kontribusi penerimaan BPHTB maka akan semakin besar pula PAD Aceh

Barat.

Page 43: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian adalah Efektivitas Pengumpulan dan Kontribusi

Pajak di Kabupaten Aceh Barat khususnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB). Mengingat luasnya Aspek penelitian penulis membatasi

penelitian ini selama 7 Tahun (2006-2012).

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang

telah diolah, baik dalam bentuk angka ataupun dalam bentuk uraian. Dalam

penelitian ini data sekunder yang diambil literature yang relevan dengan judul

penelitian seperti buku-buku, majalah, artikel, waktu/periode petunjuk teknis dan

lain–lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder yang diambil dari Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan

Daerah (DPKKD)

3.2.2 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan Untuk mendapatkan informasi dan data-data

sekunder, dilakukan melalui tinjauan dan kajian literatur, peraturan-peraturan,

dokumen serta berbagai materi rujukan lain yang relevan dengan penelitian.

Page 44: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

43

2. Observasi Langsung

Pengumpulan data dengan Observasi langsung dilakukan dengan

mengadakan pengamatan langsung ke obyek penelitian yang mana telah

direncanakan secara sistematik dan berkaitan dengan tujuan penelitian serta

mengadakan interaksi sosial dengan pihak- pihak yang dianggap dapat

memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan selama berlangsungnya

aktifitas penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuantitatif dengan mendatangi

instansi yang terkait yaitu kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan kekayaan

Daerah (DPPKD), perpustakaan untuk memperoleh data yang akan dibahas dalam

penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif

deskriptif untuk menginterprestasikan hasil data perhitungan tersebut serta

menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kualitatif

untuk memecahkan masalah yang diteliti yang akhirnya akan menarik kesimpulan

dari pengolahan data tersebut. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya

adalah sebagai berikut:

3.3.1 Analisis Efektifitas

Analisis Efektifitas merupakan hubungan antara realisasi penerimaan

pajak BPHTB terhadap target penerimaan pajak BPHTB yang memungkinkan

apakah besarnya pajak BPHTB sesuai dengan target yang ada.

Menurut Ruslan (2006,h,189) Besarnya efektifitas dapat dihitung dengan

langkah sebagai berikut:

Page 45: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

44

1. Membuat tabel penerimaan BPHTB tahun 2006-2012, dan realisasi

penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Aceh Barat tahun 2006-2012

2. Menyusun tabel analisis efektivitas BPHTB yaitu perbandingan antara

penerimaan dan potensi BPHTB pada tahun 2006-2012, Rumus yang

digunakan dalam menghitung tingkat efektivitas BPHTB adalah:

Efektivitas BPHTB = %100Re

xBPHTBPotensi

BPTHBPenerimaanalisasi

Tabel 4Interpretasi Nilai Efektifitas

Persentase Kriteria>100% Sangat Efektif

90-100% Efektif80-90% Cukup Efektif60-80% Kurang Efektif<60% Tidak Efektif

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327dalam Yulia Anggara Sari, 2010

3.3.2 Analisis laju Pertumbuhan

Menyusun tabel laju pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Aceh

Barat dari tahun 2006-2012, sehingga dapat diketahui tingkat perkembangan

penerimaan pendapatan daerah di Aceh Barat.

Menurut Abdul, (2004, h,163) dalam Yulia, (2010,h.75) Adapun untuk

menghitung laju pertumbuhan dari penerimaan pendapatan daerah digunakan

rumus sebagai berikut:

Gx = %100)1(

)1(x

tx

txXt

Page 46: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

45

Keterangan:

Gx = Laju pertumbuhan penerimaan BPHTB Aceh Barat pertahun

Xt = Realisasi penerimaan Aceh Barat tertentu

X(t-1) = Realisasi penerimaan Pajak BPHTB pada tahun sebelumnya.

3.3.3 Analisis Kontribusi

Menyusun tabel analisis kontribusi realisasi BPHTB terhadap Pendapatan

Daerah. Demi mengetahui bagaimana dan seberapa besar kontribusi BPHTB

maka untuk mengklasifikasikan kriteria kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan

Daerah Menurut Halim (2004,h.342) digunakan rumus sebagai berikut :

Kontribusi BPHTB = %100Re

Rex

erimaanPADalisasiPen

BPTHBPenerimaanalisasi

Tabel 5Kriteria Kontribusi

Persentase Kriteria0,00-10% Sangat Kurang

10,10%-20% Kurang20,10%-30% Sedang30,10%-40% Cukup Baik40,10%-50% BaikDiatas 50% Sangat Baik

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327dalam Yulia Anggara Sari, 2010

Berdasarkan teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang

digunakan, maka teknik analisis dalam penelitian ini adalah dengan cara

menganalisis data secara kuantitatif dan akan disajikan secara deskriptif evaluatif.

Teknik ini di pergunakan untuk menggambarkan masalah yang ada berdasarkan

jawaban yang sesuai dengan kenyataan di lapangan, selanjutnya dianalisa

kemudian ditarik suatu kesimpulan dan saran. Jadi penulis berupaya untuk

meneliti dan menemukan fakta atau informasi seluas mungkin untuk mendapatkan

gambaran dari permasalahan yang selanjutnya akan dianalisa guna mencari solusi

Page 47: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

46

dan alternatif terhadap Analisis pajak khususnya Pajak BPHTB sebagai sumber

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel- variabel

utama pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel

sebagai berikut

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (variabel x) adalah pajak

yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan yang

mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan

oleh orang perseorangan pribadi atau badan.

Pajak Asli Derah (variabel y) adalah pungutan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

yang ditetapkan melalui peraturan daerah dan dikenakan pada semua objek pajak

seperti orang atau badan, bergerak atau tidak bergerak di Kabupaten Aceh Barat

pada kurun waktu 2006-2012.

Page 48: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis Statistik Deskriptif adalah variable terikat, variabel bebas dan

variabel kontrol, penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi

BPHTB dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Aceh

Barat sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai kebijakan yang

harus diambil dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi daerah.

Wajib pajak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

perkembangan daerah secara keseluruhan maupun dalam ruang lingkup pedesaan

karena wajib pajak merupakan obyek pajak yang merupakan pengerak

pembangunan bangsa dan Negara. Oleh sebab itu berbagai hali diupayakan oleh

pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dalam bidang perpajakan.

4.1.1 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) juga diatur

melalui Peraturan daerah tentang Qanun Aceh Barat Bahwa berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan jenis Pajak Daerah yang

pungutannya menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten atau kota, dalam

Peraturan Daerah yang menjadi obyek pajak adalah pengguna hak tanah dan

bangunan.

Page 49: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

48

Tabel 6Penerimaan BPHTB Tahun 2006-2012, dan Realisasi Penerimaan Pendapatan

Daerah Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2012

No TahunRealisasi Penerimaan BPHTB Aceh

Barat(Rp)

1. 2006 1.551.703.8452. 2007 3.835.279.3033. 2008 3.005.795.7944. 2009 2.798.207.9975. 2010 3.128.512.1406. 2011 1.326.388.2467. 2012 418.335.195

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) AcehBarat (September 2013)

4.1.2 Pajak Daerah

Pajak daerah di kabupaten Aceh Barat merupakan pajak yang dipungut

oleh pemerintah pada wajib pajak. Penarikan pajak dilakukan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Aceh Barat di berbagai subsektor dalam meningkatkan Pajak

daerah yang pembayarannya disatukan ke dalam rekening dan disetorkan ke

DPKKD.

Potensi Pajak daerah di kabupaten Aceh Barat sangat potensial untuk

digali. Dari sisi penerimaan pajak daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) yang memiliki penerimaan terbesar dari penerimaan pos-pos

Pajak Daerah Kabupaten Aceh Barat. Dengan semakin meningkatnya penerimaan

pajak daerah berbagai subsektor diharapkan semakin meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah (PAD).

Page 50: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

49

4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.2.1 Efektifitas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Setelah menjabarkan hal-hal yang melatar belakangi penelitian, teori-teori

yang telah mengukuhkan penelitian, maupun metode penelitian yang digunakan,

maka pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil dari penelitian.

Tingkat efektifitas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

di Kabupaten Aceh Barat dihitung dengan membandingkan antara realisasi

penerimaan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dengan

target Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Tabel 7Analisis efektivitas BPHTB Tahun 2006-2012

No TahunTarget Potensi

BPTHB((Rp)

RealisasiBPHTB(Rp)

EfektivitasBPTHB

(%)Keterangan

1. 2006 1.500.000.000 1.551.703.845 103,44 Sangat efektif2. 2007 2.700.000.000 3.835.279.303 142,04 Sangat Efektif

3. 2008 2.470.137.193 3.005.795.794 121,68 Sangat Efektif

4. 2009 3.489.792.531 2.798.207.997 80,18 Cukup Efektif5. 2010 3.438.456.444 3.128.512.140 90,98 Efektif6. 2011 4.229.983.444 1.326.388.246 31,35 Tidak Efektif7. 2012 500.000,000 418.335.195 83,66 Cukup Efektif

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) AcehBarat (September 2013)

Berdasarkan tabel penerimaan efektivitas BPHTB diatas, dapat diketahui

tingkat efektivitas penerimaan BPHTB dari Tahun 2006 - 2012 untuk selanjutnya

dapat dikategorikan pada tingkat tertentu, yaitu tidak efektif, kurang efektif,

cukup efektif, efektif, atau bahkan sangat efektif. Tingkat efektivitas mulai tahun

2006 sampai dengan Tahun 2008 secara berturut-turut yaitu sebesar 103.44 %,

142.04 %, 121,68 % hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat efektivitas

penerimaan BPHTB dari Tahun 2006 sampai dengan 2008 termasuk pada kategori

Page 51: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

50

sangat Efektif, karena realisasi penerimaan BPHTB dari Tahun 2006 sampai 2008

melebihi target potensi BPHTB di lihat berdasarkan interpretasi nilai efektifitas.

Dan pada tahun 2009 diperoleh efektivitas penerimaan BPHTB sebesar 80.18 %,

termasuk dalam kategori cukup efektif, karena realisasi penerimaan BPHTB

menurun 19.82 % dari target potensi BPHTB di lihat berdasarkan interpretasi

nilai efektifitas. Pada tahun 2010 diperoleh efektivitas penerimaan BPHTB

sebesar 90.98 % termasuk dalam kategori efektif, karena realisasi penerimaan

BPHTB menurun 0,02 % dari target potensi BPHTB di lihat berdasarkan

interpretasi nilai efektifitas. Kemudian dengan diberlakukannya UU No. 28

Tahun 2009 maka pemungutan BPHTB dipungut oleh Pemerintah Daerah Aceh

Barat yang dimulai per tanggal 1 Januari 2011 diperoleh efektivitas penerimaan

BPHTB sebesar 31,35% yang termasuk dalam kategori Tidak efektif, karena

realisasi penerimaan BPHTB sangat menurun dari target potensi BPHTB yang

telah ditetapkan, tidak mencapai angka 50 persen dalam realisasi penerimaan

BPHTB di ukur berdasarkan interpretasi nilai efektifitas yang telah ditetapkan,

sebab target yang di tentukan oleh kewenangan pemerintah daerah terlalu tinggi

dari target pada tahun sebelumnya. Dan pada Tahun 2012 diperoleh efektivitas

penerimaan BPHTB sebesar 83.66 % termasuk dalam katagori Cukup efektif,

karena realisasi penerimaan BPHTB menurun 16.34 % dari target potensi

BPHTB di lihat berdasarkan interpretasi nilai efektifitas.

4.2.2 Laju Pertumbuhan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB)

Dengan menggunakan analisis Laju pertumbuhan kita dapat mengetahui

seberapa besar pertumbuhan penerimaan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Page 52: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

51

Bangunan (BPHTB) selama tahun pengamatan, berikut ini adalah tabel

pertumbuhan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) selama

kurun waktu 7 tahun dari Tahun 2006-2012 dapat kita lihat sebagai berikut:

Tabel 8Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2006-2012

No TahunRealisasi BPHTB

(Rp)

Persentase LajuPertumbuhan

(%)1. 2006 1.551.703.845 -2. 2007 3.835.279.303 1,47

3. 2008 3.005.795.794 -21,63

4. 2009 2.798.207.997 -6,905. 2010 3.128.512.140 11,806. 2011 1.326.388.246 -57,607. 2012 418.335.193 -68,45

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) AcehBarat (September 2013)

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan BPHTB

mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Pada Tahun 2007 dan 2010 laju

pertumbuhan penerimaan BPHTB mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu

menjadi sebesar 1,47% dan 11,80% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan

diberlakukannya UU No. 28 Tahun 2009, BPHTB dikategorikan sebagai

Penerimaan Pajak Daerah. Penerimaan pajak BPHTB per tanggal 1 Januari 2011

dialihkan dari yang semula dipungut oleh pemerintah Pusat dan beralih dipungut

oleh Pemerintah Daerah. Laju pertumbuhan BPHTB mengalami penurunan

menjadi -57,60 % pada Tahun 2011 dan -68,45 % pada Tahun 2012.

4.2.3 Kontribusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Kontribusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam

peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Aceh Barat dihitung dengan

membandingkan jumlah Penerimaan pajak BPHTB dengan jumlah penerimaan

Page 53: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

52

Pajak Daerah. Besarnya Kontribusi BPHTB terhadap Pajak Daerah dalam

meningkatkan PAD di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9Analisis Kontribusi Realisasi BPHTB Terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Tahun 2006-2012

No TahunRealisasiBPHTB(Rp)

PendapatanAsli Daerah

(Rp)

Kontribusi(%)

Keterangan

1. 2006 1.551.703.845 17.141.428.849 9,05 Sangat kurang2. 2007 3.835.279.303 21.710.256.581 17,66 Kurang

3. 2008 3.005.795.794 40.423.494.271 7,43 Sangat kurang

4. 2009 2.798.207.997 27.874.493.673 10,03 Kurang5. 2010 3.128.512.140 24.272.574.383 12,88 Kurang6. 2011 1.326.388.246 21.042.866.954 6,30 Sangat kurang7. 2012 418.335.193 24.727.256.869 1,69 Sangat kurang

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) AcehBarat (September 2013)

Berdasarkan data diatas, realisasi penerimaan dari Pemerintah Pusat

sebagai pembanding terhadap pendapatan daerah karena pada Tahun 2006-2010

pemungutan pajak masih dilakukan oleh Pemerintah Pusat . Kemudian diberikan

kepemerintah daerah sebagai dana perimbangan pajak bagi hasil dari BPHTB

yang diterima oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan pemungutan BPHTB per

Tahun 2011 sudah dilakukan oleh Pemerintah daerah Aceh Barat. Berdasarkan

analisis rincian data di atas, kontribusi penerimaan BPHTB terhadap PAD Tahun

2006 dan 2008 sebesar 9.05 % dan 7.43 % dapat dikategorikan sebagai sangat

kurang. Pada Tahun 2007, 2009, dan 2010 kontribusi penerimaan BPHTB

meningkat menjadi 17.66%, 10.03%, dan 12.88 % yang dapat dikategorikan

kurang. semenjak diberikan kepemerintah daerah sebagai dana perimbangan

pajak bagi hasil dari BPHTB yang diterima oleh Pemerintah Daerah semakin

terjadi Penurunan kontribusi pada Tahun 2011 menjadi 6.30% dapat dikatagorikan

Page 54: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

53

sebagai sangat kurang. Dan terjadi lagi penurunan pada Tahun 2012 menjadi

1.69%, dapat dikatagorikan sebagai sangat kurang.

Rendahnya kontribusi BPHTB Berdasarkan keterangan data tabel diatas

karena kontribusi BPHTB dihitung berdasarkan hitungan realisasi penerimaan

BPHTB atas pembagian dengan realisasi penerimaan PAD dan di lihat melalui

kriteria kontribusi dalam persentase.

Page 55: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

mengenai tingkat efektivitas pemungutan dan kontribusi BPHTB terhadap

Pendapatan Asli Daerah dapat disimpulkan bahwa:

a. Tingkat efektivitas pemungutan BPHTB yang dilakukan pada Tahun 2006-

2012 didapatkan nilai teringgi pada Tahun 2006,2007,2008 dengan

kriteria sangat efektif. Efektivitas terendah terjadi pada Tahun 2011

dengan kriteria tidak efektif.

b. Laju pertumbuhan penerimaan BPHTB terendah terjadi pada Tahun 2012

sebesar -68,45% dan laju pertumbuhan penerimaan BPHTB tertinggi

terjadi pada Tahun 2010 sebesar 11,80 %

c. Kontribusi BPHTB terhadap Pendapatan Asli Daerah terendah pada Tahun

2006 sebesar 9.05 % dan pada tahun 2012 sebesar 1.69 % termasuk dalam

kategori sangat kurang atau rendah. Dengan demikian sumbangan atau

manfaat yang diberikan oleh penerimaan BPHTB terhadap Pendapatan

Asli Daerah pada Tahun 2006-2012 masih rendah. Rendahnya kontribusi

BPHTB karena kontribusi BPHTB dihitung berdasarkan hitungan realisasi

penerimaan BPHTB atas pembagian dengan realisasi penerimaan PAD dan

di lihat melalui kriteria kontribusi dalam persentase, Akan tetapi

Pendapatan Asli Daerah tidak hanya dipengaruhi oleh penerimaan BPHTB

saja, karena masih terdapat penerimaan pendapatan lainnya yang dapat

mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Page 56: EFEKTIVITAS PENGUMPULAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BEA …repository.utu.ac.id/173/1/BAB I_V.pdf · efektivitas pengumpulan dan kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

55

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis

maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Perolehan pendapatan BPHTB secara nominal memang sangat kurang,

dengan demikian perlu diadakan upaya untuk melakukan peningkatan

penerimaan BPHTB dengan mengadakan program sosialisai kepada

masyarakat serta peningkatan kesadaran masyarakat atas kewajiban wajib

pajak yang diharapkan dapat meningkatkan penerimaan BPHTB terhadap

perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Aceh Barat.

b. Pemerintah daerah Aceh Barat hendaknya meningkatkan kinerjanya,

dengan cara memberikan pelayanan yang ramah kepada masyarakat atau

wajib pajak agar wajib pajak nyaman dalam melakukan transaksi

pembayaran pajak BPHTB yang dapat meningkatkan perolehan

pendapatan daerah.

c. Pemerintah menurunkan nilai objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan supaya penerimaan pajak BPHTB menjadi meningkat.

d. Bagi badan dan wajib pajak agar selalu membayar pajak tepat pada

waktunya agar Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Barat menjadi

meningkat.

e. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang

lebih spesifik tentang data-data yang akan diperoleh dan lingkup yang

lebih luas seperti lingkup Kabupaten Aceh Barat.