EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di...

57
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR DALAM MENINGKATKAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugus-tugas dan Memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi OLEH RACHMAD AFFRIANSYAH NIM : 10C20101021 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2016

Transcript of EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di...

Page 1: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR

DALAM MENINGKATKAN RETRIBUSI DAERAH

DI KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugus-tugas dan

Memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi

OLEH

RACHMAD AFFRIANSYAH

NIM : 10C20101021

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2016

Page 2: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

ii

Page 3: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

iii

Page 4: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rachmad Affriansyah

Nim : 10C20101021

Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa didalam skripsi adalah hasil karya

saya dan tidak teradapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari skripsi, tesis,

desertasi, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari orang lain tanpa saya

sebutkan sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan.

Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah

karya asli saya sendiri. Apabila ternyata dalam skripsi saya terdapat bagian-bagian

yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan kesediaan untuk

dibatal dibahagian atau seluruh hak gelar kesarjanaan saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Meulaboh, 22 Juli 2016

Saya yang membuat pernyataan

Rachmad Affriansyah

NIM: 10C20101021

Materai 6.000

Materai 6.000

Page 5: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

v

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:

Nama : Rachmad Affriansyah

NIM : 10C20101021

Tempat Tanggal Lahir: Gampong Teungoh, 18 April 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Gampong Teungoh Kec. Samatiga Kab. Aceh Barat

Status Perkawinan : Belum Menikah

E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal:

1. SD Negeri Kuala Lulus Tahun 2004

2. SMP Negeri 1 Samatiga Lulus Tahun 2007

3. SMA Negeri 1 Samatiga Lulus Tahun 2010

Nama Orang Tua:

1. Ayah : Zufri M Din

2. Ibu : Rosnaini

Page 6: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

vi

Page 7: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT atas

karunia yang telah diberikan kepada penulis serta selawat dan salam penulis

sanjungkan kepada Nabi Muhammad Rasullullah SAW, yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis berhasil menyusun skripsi ini

yang berjudul “Efektivitas Pengelolaan Retribusi Pasar Dalam Meningkatkan

Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat”. Skripsi ini digunakan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Pada

Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.

Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin

penulis dapat menyelesaikan ini, maka dari itu saya mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dengan penuh cinta penulis

persembahkan untuk Ayahnda Zufri M Din dan Ibunda tercinta Rosnaini yang

telah memberikan pengorbanan, nasihat, kasih kasayang tiada batas dan do’a

tulusnya demi keberhasilan penulis.

2. Bapak Syahril SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama, yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Saiful Badli, SE.M.Si selaku Dosen Pembimbing Anggota yang turut

membantu memberikan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Ishak Hasan M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Teuku Umar.

Page 8: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

viii

5. Bapak Yasrizal, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf akademik Fakultas Ekonomi Universitas Teuku

Umar yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan

dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh keluarga penulis yang turut memberikan semangat dan dukungannya

baik dukungan moril maupun materil kepada penulis.

8. Kawan-kawan seperjuangan khsusnya angkatan 2010 yang selalu memberikan

motivasinya kepada penulis.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurang oleh karena itu kritik dan saran yang sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan ini.

Alue Peunyareng, Juli 2016

Rachmad Affriansyah

Page 9: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas pengelolaan

retribusi pasar dalam meningkatkan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat

dalam kurun waktu 2006-2014. Data yang digunakan adalah data skunder yang

diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten

Aceh Barat.

Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa perkembangan

retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat selama periode 2006-2014 mengalami

fluktuasi dan cenderung menurun hingga tahun 2014 penurunan ini disebabkan

oleh penurunan target yang di tetapkan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Barat,

namun jika dilihat dari tingkat efektifitas retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat

masuk dalam kategori efektif dengan rata-rata tingkat efektifitas yaitu 96,11

persen per tahun. Penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Aceh selama periode

2006-2014 secara keseluruhan tergolong menurun, hal ini mengindikasikan bahwa

tingkat efektifitas retribusi pasar belum mampu meningkatkan retribusi daerah di

Kabupaten Aceh Barat.

Kata Kunci : Retribusi Pasar, Retribusi Daerah dan Efektifitas.

Page 10: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii

LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN ......................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3.Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

1.4.Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

1.4.1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 5

1.4.2. Manfaat Praktis............................................................................... 5

1.5.Sistematika Pembahasan ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

2.1. Keuangan Daerah................................................................................... 7

2.2.1. Pengertian Keuangan Daerah ..................................................... 7

2.2.2. Pengelolaan Keuangan Daerah ................................................... 7

2.2.3. Pendekatan Hubungan Keuangan ............................................. 8

2.1.3 Tugas dan Fungsi Keuangan Daerah .......................................... 9

2.1.4 Prinsip Keuangan Daerah ............................................................ 9

2.1.5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ............................... 10

2.2. Pendapatan Asli Daerah ........................................................................ 12

2.3. Efektivitas .............................................................................................. 15

2.3.1. Pengertian Efektivitas ................................................................. 15

2.3.2. Ukuran Efektivitas ...................................................................... 16

2.4. Retribusi Daerah .................................................................................... 18

2.4.1. Pengertian Retribusi Daerah ............................................... 18

2.4.2. Objek Retribusi Daerah ....................................................... 21

2.4.3. Subjek Retribusi Daerah ...................................................... 22

2.4.4. Faktor-faktor Penentu Tinggi Rendahnya

Penerimaan Retribusi Daerah ............................................. 22

2.4.5. Alasan Pengenaan Retribusi Daerah................................... 24

2.5. Retribusi Pasar ....................................................................................... 24

2.5.1. Pengertian Retribusi Pasar .......................................................... 24

2.5.2. Klasifikasi Retribusi Pasar......................................................... 26

Page 11: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

xi

2.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar .................. 27

2.6. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 28

2.7. Perumusan Hipotesis ............................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31

3.1. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 31

3.2. Data Penelitian ................................................................................... 31

3.2.1. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 31

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31

3.3. Metode Analisa Data........................................................................... 32

3.3.1. Analisis Efektifitas .................................................................. 32

3.3.2. Analisis Laju Pertumbuhan .................................................... 32

3.4. Devinisi Operasional Variabel .......................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 34

4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ................................................ 34

4.1.1. Perkembangan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat........ 35

4.1.2. Perkembangan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat..... 38

4.2. Pembahasan Hasil .................................................................................. 39

4.2.1. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar

di Kabupaten Aceh Barat ............................................................ 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 41

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 41

5.2. Saran.......................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43

Page 12: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2006-2014............................................................................................. 2

2. Realisasi retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014 ........ 4

3. Kriteria Pengukuran Tingkat Efektivitas ....................................................... 32

4. Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2006-2014............................................................................................. 34

5. Target dan Realisasi Retribusi Pasar Menurut Jenis Pasar di Kabupaten

Aceh Barat Tahun 2014 .................................................................................. 35

6. Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2006-2014............................................................................................. 38

7. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2006-2014............................................................................................. 39

Page 13: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Input Penelitian .................................................................................... 46

2. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 47

3. Surat Keterangan Studi Pustaka .................................................................. 48

Page 14: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah pusat

terhadap pemerintah daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah

memberikan konsekuensi pemerintah daerah dapat menyelenggarakan

pemerintahannya sendiri. Proses desentralisasi tersebut didukung dengan

pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Tidak hanya dimaksudkan untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan

efisien dengan menciptakan pola hubungan yang harmonis antara pemerintah

daerah, tetapi juga untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang trasparan

dan akuntabel (Mardiasmo, 2009, h.34)

Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan

otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuan keuangan

suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan

penerapannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah. Sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Undang- undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan

prinsip perundangan otonomi daerah pemerintahan daerah, maupun keuangan

daerah terutama demi terciptanya efektivitas dan efisiensi di daerah (Panggulu,

2013, h. 3).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah

yang berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah yaitu pajak daerah, retribusi

Page 15: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

2

daerah dan perusahaan daerah termasuk didalamnya pendapatan lain diluar pajak

daerah dan retribusi daerah. Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah yang

dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Kota, maka Pemerintah Daerah

Kabupaten Aceh Barat berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan

dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang

pembangunan daerah sekaligus untuk peningkatan mutu pelayanan kepada

masyarakat termasuk penyediaan sarana dan prasarana perpasaran khususnya

pasar tradisional. Sejak tahun 2006-2014 realisasi retribusi daerah Kabupaten

Aceh Barat cenderung fluktuasi, hal ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1

Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014

No Tahun Target

(Rp)

Realisasi

(Rp)

1 2006 1.423.080.000 1.567.900.000

2 2007 1.558.902.080 1.192.956.868

3 2008 1.140.415.000 1.025.081.000

4 2009 2.044.375.000 1.143.234.343

5 2010 1.712.675.000 1.163.503.000

6 2011 1.746.925.000 1.077.281.000

7 2012 1.121.875.000 1.140.137.500

8 2013 1.090.240.000 1.292.747.000

9 2014 1.245.900.000 1.367.820.000 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa tahun 2006 realisasi penerimaan

retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini

turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868. Namun pada tahun 2008 sedikit

mengalami peningkatan menjadi Rp1.025.081.000, dan pada tahun 2009 sebesar

Rp1.143.234.343. Peningkatan ini terjadi hingga tahun 2010 yaitu sebesar

Rp1.163.503.000, kemudian turun di tahun 2011 menjadi Rp1.077.281.000 dan

meningkat kembali ditahun 2014, dimana realisasi retribusi daerah di Kabupaten

Page 16: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

3

Aceh Barat tercatat sebesar Rp 1.367.820.000. Penurunan retribusi daerah di

Kabupaten Aceh Barat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya

kurang efektifnya pemungutan retribusi oleh pemerintah Kabupaten Aceh Barat

kurangnya kesedaran objek retribusi dalam mengeluarkan retribusinya dan

berbagai faktor lainya.

Retribusi daerah sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah

merupakan bentuk pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten

Aceh Barat kepada masyarakat yang memanfaatkan berbagai jasa pelayanan yang

diberikan. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2004 tentang pelimpahan

sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan

urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional, dinyatakan

bahwa retribusi daerah dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yakni retribusi jasa

usaha, retribusi jasa umum dan retribusi perizinan. Untuk retribusi jasa umum

diantaranya adalah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi

pelayanan pasar, retribusi pelataran parkir dan sebagainya.

Sejalan dengan itu, Kabupaten Aceh Barat sebagai salah satu daerah

Provinis Aceh perlu melakukan pengelolaan keuangan daerahnya secara efektif,

misalnya dengan mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

salah satu berasal dari retribusi pasar. Hal ini juga didasarkan semakin banyaknya

masyarakat yang melakukan peluang tersendiri bagi daerah dalam rangka

memperoleh pendapatan dalam jumlah yang lebih besar di masa yang akan datang

untuk membiayai pembangunan daerah, artinya semakin besar dana yang

dipungut dari hasil retribusi pasar, maka akan semakin besar pula Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Untuk memaksimalkan penerimaan retribusi pasar ini, maka

Page 17: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

4

pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat perlu memanfaatkan potensi yang ada

di pasar agar bisa dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan sehingga

retribusipun meningkat. Perkembangan realisasi retribusi pasar di Kabupaten

Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2

Realisasi retribusi pasar

di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014

No Tahun Target

(Rp) %

Realiasasi

(Rp) %

1 2006 522.281.000 - 500.094.000 -

2 2007 561.444.000 7,5 418.744.000 -16,3

3 2008 747.240.000 35,6 639.356.000 52,7

4 2009 800.200.000 10,1 731.756.866 14,5

5 2010 749.000.000 -9,8 628.953.000 -14

6 2011 236.525.000 -98,1 174.001.000 -72,3

7 2012 179.125.000 -11 196.071.000 12,7

8 2013 268.300.000 17,1 298.252.000 52,1

9 2014 320.000.000 9,9 341.080.000 14,4 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Aceh

Barat menetapkan target retribusi pasar tahun 2006 sebesar Rp 522.281.000 dan

realisasinya sebesar Rp 500.094.000. Realiasasi retribusi pasar di Kabupaten Aceh

Barat di setiap tahunnya tidak mencapai target hal ini mengindikasikan bahwa

kurang efektifnya pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam menggali retribusi

pasar.

Realita yang terjadi usaha pengembangan penerimaan retribusi pasar pada

tiap tahunnya mengalami kendala dan hambatan seperti misalnya kurangnya

pengetahuan para pedagang tentang kebijakan retribusi daerah ataupun

minimnya tingkat pendapatan sehingga memicu kurangnya kesadaran bagi wajib

retribusi dalam membayar retribusi pasar. Peningkatan penerimaan retribusi pasar

harus didukung melalui upaya perbaikan struktur dan sistem yang baik guna

Page 18: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

5

peningkatan efektivitas pemungutan. Jika realisasi penerimaan retribusi pasar

semakin besar dan mencapai target yang ditetapkan, maka hal tersebut

menunjukkan efektivitasnya makin besar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik

melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Efektivitas Pengelolaan

Retribusi Pasar dalam Meningkatkan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh

Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

bagaimana tingkat efektivitas pengelolaan retribusi pasar dalam meningkatkan

retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat?.

1.3. Tujuan Penelelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat

efektifitas pengelolaan retribusi pasar dalam meningkatkan retribusi daerah di

Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharpakan dapat digunakan sebagai media utuk

megembangkan wawasan dan pengetahuan penulis.

1.4.2. Manfaat Praktis

Page 19: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

6

a. Sebagai bahan masukan bagai pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat dalam

upaya meningkatkan efektifitas pengelolaan retribusi pasar dalam

meningkatkan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat.

b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang berminat meneliti lebih

lanjut mengenai efektifitas pengelolaan retribusi pasar dalam meningkatkan

retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat.

c. Sebagai informasi bagi masyarakat Kabupaten Aceh Barat khususnya para

pedagang akan pentingya retribusi pasar.

1.5. Sistematika Penulisan

Bagian pertama pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

Bagian kedua tinjauan pustaka yang berisikan tentang landasan teori,

yang digunakan dalam penelitian ini.

Bagian ketiga metode penelitian terdiri dari ruang lingkup penelitian, data

penelitian yaitu jenis dan sumber data, metode pengumpulan data model analisis

data dan devinisi operasional variabel.

Bagian keempat hasil dan pembahasan yang berisi tentang statistik

deskriptif variabel penelitian perkembangan retribusi pasar di Kabupaten Aceh

Barat Perkembangan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat dan pembahasan

hasil penelitian.

Bagian kelima simpulan dan saran yang berisi tentang simpulan mengenai

hasil penelitian dan saran-saran yang penulis ajukan.

Page 20: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keuangan Daerah

2.2.1 Pengertian Keuangan Daerah

Menurut Widjaja (2007 h. 147) keuangan Daerah adalah semua hak dan

kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat

dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan lain yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD.

Menurut Bratakusumah (2004 h. 22) Keuangan daerah adalah

penyelenggaraan tugas pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas

beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penyelengaraan tugas

Pemerintah di Daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan Belanja

Negara.

2.1.2. Pengelolaan Keuangan Daerah

1. pejabat pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah adalah pemegang

keukuasaan umum pengelolaan keuangan daerah, kekuasaan umum

pengelolaan Keuangan daerah itu meliputi antara lain fungsi perencanaan

umum, fungsi penyusunan anggaran, fungsi pemungutan pendapatan, fungsi

perbedaharaan umum daerah, fungsi penggunaan anggaran, serta fungsi

pengawasan dan pertanggung jawaban.

2. Asas Umum pengelolaan keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah

dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku, efesien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan asas keadilan dan peraturan.

Page 21: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

8

3. Pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yang mengatur tentang kerangka

dari garis besar prosedur penyusunan APBD, kewenangan keuangan kepala

daerah dan DPRD, prinsip-prinsip pengelolaan kas, prinsip-prinsip

pengelolaan pengeluaran daerah yang telah diangkat, tata cara pengadaan

barang dan jasa, prosedur melakukan pinjaman daerah, prosedur pertanggung

jawaban keuangan, dan hal-hal lain yang menyangkut pengelolaan keuangan

daerah (Bratakusumah 2004 h. 208)

2.1.3. Pendekatan Hubungan Keuangan

Menurut Bahar (2009 h. 99) hubungan pendekatan adalah saling

keterkaitan, saling ketergantungan, dan saling menentukan dalam hal pengelolaan

keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah.

1. Pendekatan permodalan. Dalam pendekatan pemodalan ini kepada Pemda ini

diberi modal permulaan yang dapat diinvestasikan, kemudian berkembang dan

kemudian berhasil.

2. Pendekatan pendapatan. Dalam pendekatan pendapatan kepada daerah

diberikan wewenang untuk mengelola sejumlah urusan yang dijadikan sumber-

sumber yang potensial diserahkan kepada daerah.

3. Pendekatan pengeluaran. Dengan pendekatan ini pusat memberikan sejumlah

dana pinjaman, bantuan atau bagi hasil kepada daerah untuk menutup

pengeluarannya.

4. Pendekatan konprehensif. Pendekatan ini berusaha menggabungkan sasaran

pengeluaran dengan sumber dananya.

2.1.4. Tugas dan Fungsi Keuangan Daerah

Page 22: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

9

Menurut Adisasmita (2011 h. 147) tugas dan fungsi keuangan daerah

dapat ditentukan oleh beberapa hal yaitu:

a. Perangkat lunak

Peraturan, tata cara, dan petunjuk pelaksanaan harus sederhana, mudah

dimengerti dan efektif dalam pelaksanaannya, tidak bertentangan dengan

kepentingan umum, tidak memberi dampak ekonomi yang negatif,

memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, serta menjaga

kelestarian lingkungan hidup.

b. Perangkat keras diantaranya personil, peralatan, dan sarana/prasaran yang

diperlukan yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

c. Wajib pajak diperlukan adanya kesadaran, kepatuhan, kejujuran dan

kedisiplinan pajak.

d. Kondisi masyarakat dibidang sosial, ekonomi, dan politik. Pembangunan harus

dapat meningkatkan kualitas kondisi masyarakat di bidang sosial, ekonomi,

dan politik secara berkesinambungan.

2.1.5. Prinsip Keuangan Daerah

Menurut Mardiasmo (2004 h. 29) prinsip keuangan daerah yang

diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi:

1. Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambilan keputusan berperilaku sesuai

dengan mandat yang diterimanya.

2. Value for money merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah daerah

mencapai good governence. Value for money tersebut harus dioperasionalkan

dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.

Page 23: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

10

3. Kejujuran dalam pengelolaan keuangan publik (probity). Pengelolaan

keuangan daerah harus dipercayakan kepda staf yang memiliki integritas

kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.

4. Tranparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-

kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD

dan masyarakat.

5. Pengendalian Penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus sering

dimonitor, yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan daerah yang dicapai.

2.1.6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Menurut Abdullah (2007 h. 152) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran,

terhitung mulai1 januari sampai dengan 31 Desember.

Menurut Sumarsono (2010 h. 115) Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan

Rakyat (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan suatu alat perencanaan

mengenai pengeluaran dan penerimaan atau pendapatan dimasa yang akan datang,

umumnya disusun untuk satu tahun.

Anggaran Pendapatan Daerah memiliki prinsip sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat, bahwa pengambilan keputusan dalam proses

penyusunanan dan penetapan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat

sehingga masyarakat dapat mengetahui hak dan kewajibannya dalam

pelaksanaan APBD.

Page 24: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

11

2. Transparansi dan Akuntabilitas, Anggaran APBD harus dapat menyajikan

informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi

tujuan,sasaran,sumber pendanaan pada jenis atau objek belanja serta korelasi

besarnya Anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu

kegiatan yang dianggarkan.

3. Disiplin Anggaran

a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan terukur secara rasional

yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja

dianggarkan merupakan batasan tertinggi pengeluaran belanja.

b. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian

tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan

melaksanakan kegiatan yang tidak tersedia atau mencukupi kredit anggaran

dalam APBD atau APBD perubahan.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam tahun yang bersangkutan harus

dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah.

4. Keadilan Anggaran yaitu Pajak daerah, restribusi daerah dan pungutan daerah

lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan

kemampuan.

5. Efesiensi dan efektifitas anggaran, dana yang tersedia harus dimanfaatkan

dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan

kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu

dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan penetapan secara jelas tujuan

dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai,

Page 25: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

12

penetapan prioritas kegiatan dan perhitungan beban kerja, serta penetapan

harga satuan yang rasional.

6. Taat Asas, APBD sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan

daerah di dalam penyusunannya harus tidak boleh bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan

peraturan daerah lainnya (Sumarsono 2010, h. 116).

2.2. Pendapatan Asli Daerah

Menurut Darise ( 2009, h.33) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Saragih (2003, h.123) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Didalam Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari

pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak.

Berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah bahwa prinsip kesatuan pemerintah daerah merupakan yang tidak

terpisahkan dari pemerintah pusat, atas dasar tersebut maka kemandirian daerah

dalam rumah tangganya tidak ditafsirkan bahwa setiap pemerintah daerah harus

dapat membiayai seluruh pengeluaran dari pendapatan asli daerah (PAD). Sebagai

tindak lanjut dari pemberian otonomi kepada daerah agar dapat mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna

Page 26: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

13

dalam pelaksanaan pemerintah di daerah maka untuk meningkatkan pendapatan

asli daerah (PAD) adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi pelaksanaan

otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang

berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli

Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang

menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan

serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan

hasil yang maksimal. Proporsi pendapatan asli daerah yang rendah, di lain pihak

menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam

mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun

pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum.

Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah

menggali dari Pendapatan Asli Daerah (Elita 2007, h. 22).

Menurut Bratakusumah dan Solihin (2004, h. 90) yang dimaksud dengan

pendapatan asli daerah adalah Pendapatan daerah adalah semua hak Pemerintah

Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dalam arti luas

pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas

dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah

Daerah. Menurut Barata dijelaskan bahwa pendapatan daerah adalah semua

penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun

anggaran bersangkutan.

Page 27: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

14

Menurut Darise ( 2009, h.33) sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

1. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan Pemda dan pembangunan daerah.

2. Restribusi daerah adalah pemasukan yang berasal dari usaha Pemda untuk

menyediakan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk memenuhi

kepentingan warga masyarakat baik individu maupun badan atau koorporasi

dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai pemasukan ke

kas daerah.

3. Dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan kemampuan daerah dan antar

daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal dari daerah lainnya dalam

pembangunan mencapai tujuan bangsa.

Jenis-jenis dana perimbangan antara lain sebagai berikut:

a. Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBD yang

dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

b. Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBD

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

pusat dan daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

Page 28: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

15

c. Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBD

yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana

dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang mencapai standar tertentu

untuk mendorong percepatan pembangunan masyarakat.

3. Lain-lain pendapatan yang sah

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan,

pengadaan barang dan jasa oleh daerah

2.3. Efektivitas

2.3.1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas menurut Halim (2004, h.129) menyatakan efektivitas

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan retribusi

yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan

potensi riil daerah.

Menurut Ulum (2008, h. 199) mengemukakan bahwa pengertian

efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target

kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan

Page 29: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

16

tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif

apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

Sedangkan menurut Mardiasmo (2009, h. 232) menjelaskan bahwa

efektivitas menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome (hasil)

dengan output (target).

Berdasarkan teori tersebut penulis menyimpulkan bahwa efektivitas

merupakan penilaian terhadap hubungan target yang direncanakan dengan

realisasi yang dicapai.

2.3.2. Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan

tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang

dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman

bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat

efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah

ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau

hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan

tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak

efektif.

Menurut Darise (2006, h. 49) untuk kriteria efektivitas adalah sebagai

berikut :

1. Sangat Rendah 0% - 39%

2. Tidak Efektif 40% - 59%

Page 30: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

17

3. Cukup Efektif 60% - 89%

4. Efektif 90% - 99%

5. Sangat Efektif 100% keatas

Menurut Devas (2007, h. 143) tolak ukur hasil kebijaksanaan anggaran

pajak yaitu :

1. Hasil Guna (Effectiveness).

Hasilnya pajak adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak

dan potensi pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak membayar pajak

masing-masing dan membayar seluruh pajak terhutang masing-masing.

2. Daya Guna (Efficiency)

Daya guna adalah bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya

pemungutan atas pajak bersangkutan.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau

tidak, sebagaimana yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya karyawan

dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi

dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah

pada jalan yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan

yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus

Page 31: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

18

mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan

operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa

yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila

tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program

apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut

tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi

semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat

manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

2.4. Retribusi Daerah

2.4.1. Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Mahmudi (2010, h. 25) mengatakan bahwa retribusi daerah

merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi

atas pemanfaatan suatu jasa yang tertentu yang disediakan pemerintah.

Menurut Suandy (2011, h. 3) retribusi adalah pungutan yang dilakukan

oleh pemerintah atas jasa-jasa yang disediakan oleh pemerintah dan terdapat

Page 32: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

19

kontraprestasi langsung dari pemerintah. Orang-orang yang tidak menggunakan

jasa yang telah disediakan tidak diwajibkan membayar retribusi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan

retribusi daerah, menyebutkankan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan. Berbeda dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak

Pertambahan Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak. Retribusi juga

dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai

akibat adanya kontra-prestasi yang diberikan oleh Pemda atau pembayaran yang

didasarkan atas prestasi/pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung

dinikmati secara perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya

didasarkan atas peraturan yang berlaku (Halim, 2004, h. 43).

Lebih lanjut menurut Sutedi (2008, h. 74) menyatakan bahwa retribusi

daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang

menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang

berkepentingan, atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung

maupun tidak langsung. Melalui pungutan retribusi yang dijalankan secara tertib

dan teratur, dapat menunjang bagi pembangunan daerah yang lancar dan

berkelanjutan. Jika pembangunan daerah berjalan dengan baik, maka masyarakat

pada daerah tersebut akan merasakan dampak yang positif, misal kesejahteraan

meningkat. Pelaksanaan strategi optimalisasi retribusi daerah yang berjalan baik

dan tertib, maka kontribusi yang akan diberikan oleh retribusi daerah yang

Page 33: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

20

dalam penelitian ini adalah terkait dengan retribusi pasar terhadap penerimaan

retribusi daerah akan lebihbesar. Semakin besar kontribusi yang diberikan oleh

retribusi pasar, semakin besar pula penerimaan retribusi daerah, secara otomatis

akan meningkatkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Hal tersebu

tentunya akan dapat menunjang pembangunan daerah yang lancar dan

berkelanjutan yang juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah

(Sutedi 2008, h. 74).

Ada beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ni dipungut

di Indonesia adalah sebagai berikut ( Siahaan, 2006, h. 7 ) :

1. Retribusi merupakan puntutan yang dipungut berdasrkan undang-undang dan

perturan daerah yang berlaku

2. Hasil penerimaan retibusi masuk ke kas pemerintah daerah

3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa) secara

langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya

4. Retribusi tertuang apabila ada jasa yang di selenggarakan oleh pemerintah

daerah yang dinikmati oleh orang atau badan

5. Sangsi yang dikenakan pada retribusi daerah adalah sangsi secara ekonomi

yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah

Retribusi daeah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan

pemerintah dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Daeah kabupaten/kota

diberi kewenangan dalam menggali potensi sumber-sumber keuntungannya

dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah di tetapkan, sepanjang

Page 34: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

21

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat

( Siahaan 2006, h. 7 ) :

2.4.2. Objek Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan

retribusi daerah, retribusi digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

a) Retribusi Jasa Umum

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau

diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Subjek Retribusi

Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati

pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

b) Retribusi Jasa Usaha

Objek Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi pelayanan

dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan

secara optimal, dan/atau pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum

disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

c) Retribusi Perizinan Tertentu

Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh

Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk

pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan

sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Menurut ( Siahaan, 2006, 8 ) objek retribusi daerah terdiri dari :

Page 35: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

22

a. Jasa umum yaitu berupa pelayanan yang di sediakan atau di berikan pemerintah

daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau badan

b. Jasa usaha yaitu berupa pelayanan yang di sediakan oleh pemerintah daeah

dengan menganut prinsip komersial

c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemerintah daerah dalam rangka pemberian

izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan

pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

pengguna sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasiitas tertentu

guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

2.4.3. Subjek Retribusi Daerah

Menurut ( Siahaan, 2006, 9 ) subjek retribusi daerah adalah sebagai

berikut :

a. retribusi daerah jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/ menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

b. jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikmati

pelayanan jasa usaha yang bersangutan

c. retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh

izin tertentu dari pemerintah daerah.

Page 36: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

23

2.4.4. Faktor-faktor Penentu Tinggi Rendahnya Penerimaan Retribusi

Daerah

Menurut Soedargo dalam (Raga 2011, h. 32-33) faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya penerimaan retribusi daerah adalah

sebagai berikut :

a) Faktor jumlah subjek retribusi daerah

Sesuai dengan sifatnya maka retribusi daerah hanya dikenakan kepada

mereka yang telah memanfaatkan jasa pelayanan Pemerintah Daerah. Karena

semakin banyak orang yang memanfaatkan jasa pelayanan Pemerintah Daerah,

maka Penerimaan Daerah dari retribusi juga semakin meningkat. Hal ini dapat

dilihat dari perkembangan ekonomi daerah tersebut.

b) Faktor jenis dan jumlah retribusi daerah

Dengan perkembangan ekonomi yang semakin baik dari suatu daerah akan

meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah untuk menyediakan jasa pelayanan

kepada warganya. Semakin banyak jasa pelayanan yang ditawarkan kepada

masyarakat akan semakin besar pula pungutan yang ditarik dari warga

masyarakat.

c) Faktor tarif retribusi daerah

Besarnya tarif retribusi daerah yang diterapkan sangat

berpengaruh terhadap penerimaan retribusi daerah. Jika tarif retribusi daerah yang

dikenakan kepada masyarakat tinggi, maka penerimaan retribusi akan semakin

meningkat.

d) Faktor efektivitas pungutan retribusi daerah

Page 37: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

24

Dalam melaksanakan pungutan retribusi daerah, tidak dapat

dipisahkan dari kemampuan aparat pelaksana pungutan. Semakin tinggi

kemampuan pelaksana pungutan sumber daya manusia (SDM) maka semakin

tinggi pula tingkat efektivitas pungutan yang pada akhirnya akan menaikkan

jumlah penerimaan daerah.

2.4.5. Alasan Pengenaan Retribusi Daerah

Pungutan retribusi langsung atas konsumen dikenakan karena satu

atau lebih pertimbangan-pertimbangan antara lain sebagai berikut, Davey

dalam (Raga 2011, h. 33)

a. Apakah pelayanan tersebut merupakan barang-barang umum atau pribadi,

mungkin pelayanan tersebut dapat disediakan kepada setiap orang dan oleh

karena itu tidak wajar untuk membebankan biaya-biaya tersebut kepada

pembayar-pembayar pajak yang tidak mendapatkan jasa atau barang tersebut.

b. Suatu jasa dapat melibatkan suatu sumber yang langka atau mahal dan

perlunya disiplin konsumsi masyarakat.

c. Mungkin ada bermacam-macam variasi didalam konsumsi individu, yang

berkaitan setidakny-tidaknya untuk memilih daripada memerlukan.

d. Jasa-jasa dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan mencari keuntungan

disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhanindividu dalam negeri.

e. Retribusi dapat menguji arah dan skala dari permintaan masyarakat akan jasa,

dimana kebutuhan pokok atau bentuk-bentuk dan standar-standar dari

penyediaan tidak dapat dengan tegas ditentukan.

2.5. Retribusi Pasar

Page 38: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

25

2.5.1. Pengertian Retribusi Pasar

Sebelum melangkah jauh membahas tentang retribusi pasar, terlebih

dahulu penulis memberikan defenisi pasar. Pasar adalah tempat bertemunya

penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang yang diperdagangkan.

Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk atau barang atau jasa

dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua

belah pihak yang bertransaksi. Pasar tradisional merupakan salah satu tempat

perputaran uang yang penting sebagai tempat usaha para pedagang kecil dalam

mencari akses pemasaran dan memiliki banyak nilai-nilai strategis baik dari segi

ekonomi maupun sosial budaya. Peranan dan fungsi pasar yang sangat penting,

membuat keberadaan pasar tradisional tampaknya tidak akan mudah menghilang

dari persaingan pasar-pasar modern. Melihat pentingnya pasar bagi masyarakat,

membuat pemerintah harus terus meningkatkan jasa pelayanan pasar agar

masyarakat semakin nyaman untuk menggunakan fasilitas di pasar tradisional.

Hal tersebut dapat dilakukan melalui optimalisasi penerimaan retribusi pasar.

Retribusi pasar merupakan salah satu jenis retribusi daerah yang termasuk dalam

golongan retribusi jasa umum.

Retribusi pasar atau Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan kedalam

Retribusi Jasa Umum, Dalam pelaksanaannya retribusi jasa umum harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau

retribusi perizinan tertentu.

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

Page 39: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

26

c. Jasa tersebut memberikan mamfaat khusus bsgi orang pribadi atau badan yang

diharuskan untuk membayar retribusi disamping untuk melayani kepentingan

dan kemamfaatan umum.

d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional tentang

pelaksanaannya.

f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu

sumber pendapatan daerah yang potensial.

g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat

dan kualitas layanan yang baik.

Dengan demikian retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan

bagian dari retribusi daerah dan merupakan salah satu sektor pendapatan asli

daerah. Wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang

membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)

setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan

ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) (Bambang

2005, h.20).

2.5.2. Klasifikasi Retribusi Pasar

Klasifikasi retribusi pasar adalah sebagai berikut:

a. Menurut sifat prestasi Negara

Retribusi pasar adalah retribusi untuk penggunaan berbagai bangunan.

Pedagang sebagai pembayaran retribusi pasar menerima prestasi dari

pemerintah daerah berupa penggunaan bangunan pasar maupun fasilitas lain

yang disediakan oleh pemerintah.

Page 40: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

27

b. Menurut cara menentukan jumlah pungutan

Retribusi pasar, variabel jumlah pungutan tersebut tergantung dari kelas pasar,

luas kios, golongan dagang serta tempat berdagang.

c. Menurut cara pembayaran

Retribusi pasar termasuk retribusi kontan. Pemakai jasa bukan kios

menggunakan sistem pembayaran harian atau mingguan.

2.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar

Faktor-faktor yang mempengaruhi retribusi pasar menurut

Soejamto dalam (Raga 2006, h. 36 ) adalah sebagai berikut :

a. Subyek dan obyek retribusi

Subyek dan obyek retribusi akan menentukan besarnya dasar pengenaan

pajak“tax base” yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan besar

kecilnya beban retribusi yang harus dibayar oleh subyek retribusi. Subyek

retribusi di sini adalah para pedagang yang berjualan di dalam pasar dan berada

di sekitar pasar. Obyek retribusi yang dimaksud adalah lokasi pasar, lokasi

kios, los, dan dasaran.

b. Tarif retribusi

Dalam penentuan tarif retribusi harus bersifat progresif. Dalam retribusi pasar

progresifitas berdasarkan pada lokasi atau tempat untuk berdagang. Pemakaian

tempat berdagang, lokasi berdagang dalam kategori strategi dan

nonstartegi yang ditentukan oleh letak tempat, yang berada di bangunan

utama, los terbuka atau dasaran terbuka serta luas tempat yang digunakan oleh

pedagang.

c. Sistem pemungutan retribusi

Page 41: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

28

Pemungutan retribusi yang baik tidak terlepas dari prinsip-prinsip pemungutan.

Prinsip-prinsip pemungutan pajak atau retribusi yang digunakan oleh

Adam Smith yaitu :

a. Prinsip keadilan (equity)

Yaitu adanya kesamaan manfaat, kesamaan rill yang diterima dan

keadilan dalam kemampuan membayar retribusi.

b. Prinsip kepastian (certainty)

Yaitu persyaratan administrasi atau prinsip kepastian hukum, artinya

pungutan hendaknya bersifat tegas, jelas dan pasti bagi pemakai jasa yang

meliputi besarnya tarif, waktu pemungutan, petugas pemungut, tempat

pembayaran dan lain-lain. Hal ini akan mempermudah pembayar,

petugas dan pemerintah dalam membuat laporan.

c. Prinsip kelayakan (convenience)

Yaitu pungutan yang dilakukan hendaknya pada waktu yang tepat dan

menyenangkan, dan tarif yang ditetapkan hendaknya jangan terlalu menekan

subjek penderita.

d. Prinsip ekonomi (economy)

Yaitu perlu diperhatikan tentang efisiensi dan efektivitas dalam

penarikan retribusi.

2.6. Penelitian Terdahulu

Panjaitan (2009) Melakukan Penelitian Dengan Judul “Analisis Efektivitas

Pemungutan Retribusi Pasar Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli

Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pasar, Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten

Toba Samosir)” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas

Page 42: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

29

retribusi pasar 2001-2007, realisasi PAD dan kontribusi retribusi pasar terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini juga bertujuan

untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang sebaiknya ditempuh Pemerintah

Daerah Kabupaten Toba Samosir untuk meningkatkan penerimaan dari retribusi

pasar. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data yang

diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung, wawancara, dan studi

dokumenter. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

dan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini digunakan alat analisis

kuantitatif yaitu analisis efektivitas retribusi pasar dan analisis kontribusi retribusi

pasar terhadap PAD.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerimaan

retribusi pasar di Kabupaten Toba Samosir yaitu rata-rata sebesar 77,87% selama

periode tahun 2001-2007. Mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri No.

690.900.327 tentang Penilaian Kinerja dan Keuangan, tingkat efektivitas retribusi

pasar adalah tergolong cukup efektif dan realisasi PAD selama periode tahun

2001-2007, menunjukkan rata-rata mencapai 95,46% Selanjutnya selama tahun

anggaran 2001-2007, kontribusi penerimaan retribusi pasar terhadap PAD dinilai

sangat kurang yaitu rata-rata sebesar 1,88%. Dalam upaya mengoptimalkan

penerimaan retribusi pasar, maka dalam penetapan target retribusi pasar

hendaknya berdasarkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan perhitungan

potensi retribusi pasar.

Nuzula (2014) Melakukan Penelitian Dengan Judul “Analisis Efektivitas

Penerimaan Dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

(Studi Pada Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kota Blitar)”. Penelitian ini

Page 43: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

30

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas penerimaan dan

kontribusi berbagai jenis retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah, serta

upaya yang dilakukan pemerintah daerah khususnya Kota Blitar dalam

meningkatkan retribusi daerah melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi.

Pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, dan dokumentasi. Metode

yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

kasus untuk menyajikan fakta mengenai efektivitas dan kontribusi penerimaan

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah, serta peningkatan penerimaan

retribusi daerah melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerimaan retribusi daerah

berdasarkan jenis-jenisnya selama periode 2008-2012 secara keseluruhan sudah

efektif. Tetapi kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah selama

periode tersebut masih kurang, serta program intensifikasi dan ekstensifikasi yang

dilakukan pemerintah belum optimal. Faktor penyebab hal tersebut adalah

kurangnya kesadaran masyarakat dan kepatuhan wajib retribusi dalam memenuhi

kewajiban retribusi serta kurangnya kinerja pemerintah daerah dalam

meningkatkan retribusi daerah.

2.7. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka penulis merumuskan

hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga pengelolaan retribusi pasar dalam

menyelenggarakan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sudah efektif.

Page 44: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Raung Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berpendoman pada data

yang tetah disediakan pada kantor terkait. Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam

penelitian ini meliputi jumlah penerimaan retribusi daerah dan jumlah penerimaan

retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2006-2014.

3.2. Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk time sieris dalam kurun waktu 2006-2014 yang diperoleh dari kantor Dinas

Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD Kabupaten Aceh Barat.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah study

pustaka sebagai pendukung data juga diperoleh dari jurnal, serta browsing internet

yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Untuk keperluan analisis penulis

mengumpulkan data dengan cara mendatangi langsung ke kantor-kantor terkait dan

memberikan surat izin penelitian dari Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar

untuk memperoleh data yang akurat.

Page 45: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

32

3.3. Model Analisis Data

3.3.1. Analisis Efektivitas

Model analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis

efektivitas analisis ini digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan

pemerintah daerah menggali potensi retribusi pasar. Untuk mengetahui efektivitas

pengelolaan retribusi pasar terhadap retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat

dianalisis dengan rasio efektivitas dengan rumus sebagai berikut ( Halim 2004, h.

129).

Efektivitas =

Adapun kriteria untuk mengukur tingkat efektivitas adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Kriteria Pengukuran Tingkat Efektivitas

Interval Tingkat efektivitas

0% - 39% Sangat Rendah

40% - 59% Tidak Efektif

60% - 89% Cukup Efektif

90% - 99% Efektif

100% keatas Sangat Efektif

Sumber : Darise (2006, h. 49)

2.3.2. Analisis Laju Pertumbuhan

Untuk menghitung laju pertumbuhan dari retribusi dihitung dengan

menggunakan rumus yaitu sebagai berikut Halim (2004, h. 163):

Gx Xt X

(t – 1)

X (t –1)

X 100 %

Page 46: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

33

Keteterangan :

Gx : laju pertumbuhan retribusi daerah per tahun

Xt : realisasi penerimaan retribusi daerah pada tahun tertentu

X(t-1) : Realisasi penerimaan retribusi daerah pada tahun sebelumnya

3.4. Definisi Operasional Variabel

a. Retribusi daerah adalah jumlah penerimaan retribusi daerah Kabupaten Aceh Barat

dalam kurun waktu 2006-2014 yang di ukur dalam satuan rupaiah (Rp)

b. Retribusi pasar adalah retribusi yang dipungut dari pasar di Kabupaten Aceh Barat

dalam kurun waktu 2006-2014 yang diukur dalam satuan rupiah (Rp)

Page 47: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

4.1.1. Perkembangan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat

Retribusi pasar adalah retribusi yang dipungut dari pedagang

atas penggunaan fasilitas pasar dan pemberian izin penempatan oleh Pemerintah

Kabupaten Aceh Barat Jadi retribusi pasar terdiri dari retribusi izin

penempatan, retribusi kios, retribusi los, retribusi dasaran, dan retribusi tempat

parkir. Perkembangan retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2006-

2014, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3

Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Pasar

di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014

No Tahun Realiasasi

(Rp)

Pertumbuhan

(%)

1 2006 676.094.000 -

2 2007 418.744.000 -38,06

3 2008 639.356.000 52,68

4 2009 731.756.866 14,45

5 2010 628.953.000 -14,05

6 2011 174.001.000 -72,33

7 2012 196.071.000 12,68

8 2013 298.252.000 52,11

9 2014 336.687.000 12,89 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)

Brdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa realisasi tetbusi pasar di

Kabupaten Aceh Barat mengalami kecenderungan penurnan yang signifikkan.

Tahun 2006 realisasi retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat sebesar

Rp 676.094.000. Jumlah ini turun drastis di tahun 2007 menjadi

Rp 418.744.000, dan di tahun 2008-2009 naik masing-masing Rp 639.356.000

dan Rp 731.756.866. Kemudian jumlah terus menurun hingga tahun 2014 dimana

Page 48: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

35

realisasi retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat tercatat sebesar Rp 336.687.000.

Penurunan ini disebabkan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di

Kabupaten Aceh Barat sering mengalami hambatan seperti kurangnya kesadaran

para pedagang membayar retribusi. Oleh karena itu peningkatan penerimaan

retribusi pasar harus didukung melalui upaya perbaikan struktur dan sistem yang

baik guna peningkatan efektivitas pemungutan. Jika realisasi penerimaan

retribusi pasar semakin besar dan mencapai target yang ditetapkan, maka hal

tersebut menunjukkan efektivitasnya makin besar.

Menurut DPKKD Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2014, objek retribusi

pasar di Kabupaten Aceh Barat meliputi 16 tempat yaitu sebagai berikut :

Tabel 4

Target dan Realisasi Retribusi Pasar

Menurut Jenis Pasar di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

No Objek Retribusi pasar Target

(Rp)

Realisasi

(Rp)

1 Pasar Daging Pasar Bina Usaha Meulaboh 33.240.000 34.987.000

2 Meja Daging Hri Megang 24.340.000 30.400.000

3 Pasar Lost Keude Tanjong 1.500.000 -

4 Pasar Lost Keude Meutulang 2.100.000 1.700.000

5 Pasar Lost Pante Cereumen 1.500.000 1.600.000

6 Pasar Lost Blang Beurndang 1.200.000 -

7 Pasar Lost Woyla Barat 1.000.000 -

8 Pasar Lost Kuala Bhee 9.000.000 12.000.000

9 Pasar Lost Keude Ujong Tanoh Darat 1.200.000 -

10 Pengutipan Retribusi Harian Pasar 150.000.000 168.000.000

11 Sewa Areal Parkir Pasar Bina Usaha 22.000.000 24.500.000

12 Sewa MCK Samping UPTD Pasar 20.000.000 24.000.000

13 Sewa MCK Samping Mal Komp UPTD Pasar 18.000.000 10.000.000

14 Ret Pasar Ikan Psar Bina Usaha 30.000.000 26.500.000

15 Ret Pasar Ikang Gampong Teungoh Sama

Tiga 1.500.000 1.500.000

16 Pasar Lost Suak Awee 1.500.000 1.500.000

Total 316.580.000 336.687.000 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)

Page 49: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

36

Berdasarkan Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa objek retibusi pasar di

Kabupaten Aceh Barat berada di 16 tempat. Secara keseluruhan objek pengutipan

pengutipan retribusi harian pasar yang memberikan kontribusi terbesar terhadap

retibusi daerah di Kabupaten Aceh Barat yaitu sebesar Rp 168.000.000, posisi

kedua ditempati oleh pasar danging pasar bina usaha Meulaboh yaitu sebesar

Rp 34.987.000. dan terdapat di empat objek yang realisasinya tidak ada sama

sekali.

4.1.2. Perkembangan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat.

Pemberian otonomi daerah pada dasarnya adalah dalam rangka membantu

penyelenggaraan pemerintah pusat terutama dalam penyediaan pelayanan

kepada masyarakat dan pelaksanaan program-program pembangunan, pemerintah

daerah dipandang sebagai mitra kerja oleh pemerintah pusat dalam

penyelenggaraan tugas tersebut di atas, atau prinsip pemberian otonomi daerah

adalah pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada masing-masing daerah

dalam menyelenggarakan pemerintahannya di daerahnya sendiri, termasuk

didalamnya penyediaan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan, dan juga sebagai pembina kestabilan sosial, politik, ekonomi,

dan kesatuan bangsa. Sehubungan dengan hal tersebut, daerah dituntut untuk lebih

aktif dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya, menggali serta

mengembangkan potensi sumber-sumber ekonomi dalam rangka mempercepat

pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Pada saat ini titik berat pemeberian otonomi

daerah diberikan kepada pemerintah daerah propinsi, pemerintah daerah

kabupaten dan kota. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi utama pemerintah

daerah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan

Page 50: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

37

pembangunan di samping sebagai pemerintah yang paling dekat dengan

masyarakat, sehingga mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya dari

masyarakat di daerahnya.

Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah, maka sumber

pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peran Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

disebutkan sumber- sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-

lain PAD yang sah. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat

harus dapat mengupayakan pengelolaan sumber- sumber penerimaan PAD

secara optimal, sehingga akan tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan

untuk berbagai kegiatan pembangunan. Dengan ini akan semakin memperbesar

keleluasaan daerah untuk mengarahkan penggunaan keuangan daerah sesuai

dengan rencana, skala prioritas dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Upaya meningkatkan kemandirian pembiayaan di Kabupaten Aceh Barat

perlu dilakukan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, antara lain dengan

optimalisasi penggalian dana dari sumber-sumber pendapatan daerah. Retribusi

daerah sebagai salah satu bagian dalam pembentukan PAD merupakan komponen

yang berpotensi untuk dioptimalkan.

Retribusi daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sekarang ini lebih memungkinkan dan berpeluang besar untuk ditingkatkan

dan dikembangkan, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih besar

kepada PAD terutama di Daerah Kabupaten / Kota yang mempunyai otonomi

Page 51: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

38

yang luas dan utuh sekaligus untuk meningkatkan kualitas pelayanan daerah.

Upaya dalam peningkatan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat belum

mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan. Hal ini dikarena realisasi retribusi

daerah di Kabupaten Aceh Barat masih mengalami fluktuasi di setiap tahunnya

yang selanjutnya diperlihatkan pada Tabel 5 berkut :

Tabel 5

Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Daerah

di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014

No Tahun Realisasi

(Rp)

Pertumbuhan

(%)

1 2006 1.567.900.000 -

2 2007 1.192.956.868 -23,91

3 2008 1.025.081.000 -14,07

4 2009 1.143.234.343 11,53

5 2010 1.163.503.000 1,77

6 2011 1.077.281.000 -7,41

7 2012 1.140.137.500 5,83

8 2013 1.292.747.000 13,39

9 2014 1.367.820.000 5,81 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa tahun sejak tahun 2006-2014 realisasi

penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi hampir

di setaip tahunnya dimana pada tahun 2006 realiasi penerimaan retribusi pasar di

Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.423.080.000 jumlah ini turun drastis di tahun

2007 menjadi Rp 1.192.956.868 atau turun sebesar 23,91 persen dari tahun 2006.

Kemudian tahun 2008 turun kembali menjadi Rp1.025.081.000. Jumlah ini

meningkat di tahun 2009 menjadi Rp1.143.234.343. Peningkatan ini terjadi

hingga tahun 2010 yaitu sebesar Rp1.163.503.000, kemudian turun di tahun 2011

turun menjadi Rp1.077.281.000 dan meningkat kembali ditahun 2014, dimana

Page 52: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

39

realisasi retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat tercatat sebesar

Rp 1.245.900.000, atau tumbuh 5,81 persen dari tahun sebelumnya.

4.2. Pembahasan Hasil

4.2.1. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat

Tingkat efektifitas retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat dihitung dengan

membandingkan antara realisasi penerimaan realisasi penerimaan retribusi pasar

dengan target retribusi pasar. Apabila perhitungan efektifitas retribusi pasar

menghasilkan persentase mendekati 100 persen maka sudah efektif atau jika

melebihi 100 persen, maka retibusi pasar semakin efektif atau dengan kata lain

kinerja pemungutan retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat semakin baik.

Tingkat efektivitas retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada

Tabel 6 berikut.

Tabel 6

Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar

di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014

No Tahun Target

(Rp)

Realiasasi

(Rp)

Efektifitas

(%)

1 2006 522.281.000 676.094.000 129

2 2007 561.444.000 418.744.000 75

3 2008 747.240.000 639.356.000 86

4 2009 800.200.000 731.756.866 91

5 2010 749.000.000 628.953.000 84

6 2011 236.525.000 174.001.000 74

7 2012 179.125.000 196.071.000 109

8 2013 268.300.000 298.252.000 111

9 2014 316.580.000 336.687.000 106 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)

Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa tingkat efektifitas

retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat sangat efektif dimana pada tahun 2006

tingkat efektifitas mencapai 129 persen, tingkat efektifitas ini turun drastis di

Page 53: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

40

tahun 2007 menjadi 75 persen penurunan ini disebabakan oleh peningkatan target

yang semula Rp 522.281.000 meningkat menjadi Rp 561.444.000.

Efektifitas ini dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Efektivitas =

Berdasarkan kriteria efektifitas yang digunakan, menunjukkan bahwa

realisasi retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat tergolong sudah efektif. Namun

belum mampu memberikan pengaruh yang signifikkan terhadap retibusi daerah di

Kabupaten Aceh Barat, hal ini dikarena jumlah target dan realiasi retibusi pasar

yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Aceh mengalami penurun di setiap

tahunnya. Penurunan target tersegut sangat berdampak pada realiasi, pada

akhirnya kontribusi terhadap retribusi daerah dari retribusi pasar sangat kecil.

Page 54: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Perkembangan retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat selama periode 2006-

2014 mengalami fluktuasi dan cenderung menurun hingga tahun 2014

penurunan ini disebabkan oleh penurunan target yang di tetapkan oleh

pemerintah Kabupaten Aceh Barat, namun jika dilihat dari tingkat efektifitas

retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat masuk dalam kategori efektif dengan

rata-rata tingkat efektifitas yaitu 96,11 persen per tahun.

b. Penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Aceh selama periode 2006-2014

secara keseluruhan tergolong menurun, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat

efektifitas retribusi pasar belum mampu meningkatkan retribusi daerah di

Kabupaten Aceh Barat.

5.2. Saran

Berdasarkan pada hasil analisa dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka

dapat diberikan saran sebagai berikut :

a. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat perlu meningkatkan pengawasan,

pembinaan, dan evaluasi terhadap pemungutan retribusi pasar di Kabupaten

Aceh Barat untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah sehingga dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Page 55: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

42

b. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat perlu aktif memberikan penyuluhan

tentang pentingnya membayar retribusi pasar dengan memberikan sangsi bagi

bagi wajib retribusi yang tidak mau membayar retribusi.

c. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat juga perlu penyediaan infrastruktur pasar

seperti bangunan pasar, dan semua fasilitas yang menunjang kebijakan retribusi

pelayanan pasar demi meningkatkan retribusi daerah.

d. Para wajib retribusi diharpakan memiliki kesadaran terhadap retribusi pasar

demi meningkatkan keuangan daerah dengan meningkatkan keuangan daerah

pemerintah dapat memberikan fasilitas pasar yang lebih baik.

Page 56: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

43

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Keuangan Daerah. edisi pertama

Graha ilmu. Yokyakarta:

Abdullah, Rozali. 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala

Daerahsecara langsung. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.

Bahar, Ujang. 2009. Otonomi Daerah terhadap Pinjaman Luar

Negeri.kembangan Jakarta Barat.

Bratakusumah, Supriadi.Deddy&Solihin,Dadan. 2004. Otonomi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah. PT.gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Bambang, Prakoso Kesit. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press.

Yogjakarta.

Darise Nurlan. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. PT. Indeks IKAPI.

Bandung

-----------------------2009. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dan BLU.Edisi Kedua. PT. Macana Jaya Cemerlang. Jakarta.

DPKKD Kabupaten Aceh Barat. 2014. Laporan Realisasi Penerimaan

Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Barat Tahun Anggaran 2014.

DPKKD. Meulaboh.

Devas, Nick, et al. 2007, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta : UI

Press. Elita. 2007. Penerimaan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Rajawali. Jakarta.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.

Salemba Empat. Jakarta.

---------------.2004.Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi.

Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

----------------.2004. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi.:UPP AMP

YKPN. Yogyakarta

Mahmudi. 2010 Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Erlangga. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2009. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi Offset.

Yogyakarta.

Page 57: EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868.

44

Panggulu, Yosua T. 2013. Efektivitas Kebijakan Retribusi Pada Dinas

Pengelolaan Pasar Kebersihan Dan Pertamanan Di Kabupaten

Kepulauan Talaud. Journal Volume Ii. No. 4. Tahun 2013.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah

Raga, Arjanggi Wisnu. 2011. Analisis Kinerja Penerimaan Retribusi Pasar Di

Kabupaten Demak Tahun 2006-2009. Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro. Semarang

Sumarsono, Sonny. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan,edisi pertama-

Yokyakarta:graha ilmu.

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam

Otonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Siswadi, Edi, Dr., 2012, Birokrasi Masa Depan Menuju Tata Kelola Pemerintah

Yang Efektif dan Prima. Mutiara Press. Bandung.

Sutedi, Adrian. 2008. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah. Ghalia Indonesia.

Bogor Selatan.

Suandy, Erly. 2011. Perpajakan. Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta

Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

--------------2006. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi 1-2 PT. Grafindo

Persada. Jakarta

Ulum, Ihyaul. 2008. Akuntansi sektor publik. UMM Press. Malang.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2004