EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di...
Transcript of EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR ...repository.utu.ac.id/683/1/I-V.pdfretribusi daerah di...
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR
DALAM MENINGKATKAN RETRIBUSI DAERAH
DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugus-tugas dan
Memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
OLEH
RACHMAD AFFRIANSYAH
NIM : 10C20101021
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2016
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rachmad Affriansyah
Nim : 10C20101021
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa didalam skripsi adalah hasil karya
saya dan tidak teradapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari skripsi, tesis,
desertasi, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari orang lain tanpa saya
sebutkan sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan.
Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah
karya asli saya sendiri. Apabila ternyata dalam skripsi saya terdapat bagian-bagian
yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan kesediaan untuk
dibatal dibahagian atau seluruh hak gelar kesarjanaan saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Meulaboh, 22 Juli 2016
Saya yang membuat pernyataan
Rachmad Affriansyah
NIM: 10C20101021
Materai 6.000
Materai 6.000
v
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Rachmad Affriansyah
NIM : 10C20101021
Tempat Tanggal Lahir: Gampong Teungoh, 18 April 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Gampong Teungoh Kec. Samatiga Kab. Aceh Barat
Status Perkawinan : Belum Menikah
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal:
1. SD Negeri Kuala Lulus Tahun 2004
2. SMP Negeri 1 Samatiga Lulus Tahun 2007
3. SMA Negeri 1 Samatiga Lulus Tahun 2010
Nama Orang Tua:
1. Ayah : Zufri M Din
2. Ibu : Rosnaini
vi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji beserta syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT atas
karunia yang telah diberikan kepada penulis serta selawat dan salam penulis
sanjungkan kepada Nabi Muhammad Rasullullah SAW, yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis berhasil menyusun skripsi ini
yang berjudul “Efektivitas Pengelolaan Retribusi Pasar Dalam Meningkatkan
Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat”. Skripsi ini digunakan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Pada
Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin
penulis dapat menyelesaikan ini, maka dari itu saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi dengan penuh cinta penulis
persembahkan untuk Ayahnda Zufri M Din dan Ibunda tercinta Rosnaini yang
telah memberikan pengorbanan, nasihat, kasih kasayang tiada batas dan do’a
tulusnya demi keberhasilan penulis.
2. Bapak Syahril SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama, yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Saiful Badli, SE.M.Si selaku Dosen Pembimbing Anggota yang turut
membantu memberikan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Ishak Hasan M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar.
viii
5. Bapak Yasrizal, M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf akademik Fakultas Ekonomi Universitas Teuku
Umar yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan
dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh keluarga penulis yang turut memberikan semangat dan dukungannya
baik dukungan moril maupun materil kepada penulis.
8. Kawan-kawan seperjuangan khsusnya angkatan 2010 yang selalu memberikan
motivasinya kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurang oleh karena itu kritik dan saran yang sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan ini.
Alue Peunyareng, Juli 2016
Rachmad Affriansyah
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas pengelolaan
retribusi pasar dalam meningkatkan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat
dalam kurun waktu 2006-2014. Data yang digunakan adalah data skunder yang
diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten
Aceh Barat.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa perkembangan
retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat selama periode 2006-2014 mengalami
fluktuasi dan cenderung menurun hingga tahun 2014 penurunan ini disebabkan
oleh penurunan target yang di tetapkan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Barat,
namun jika dilihat dari tingkat efektifitas retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat
masuk dalam kategori efektif dengan rata-rata tingkat efektifitas yaitu 96,11
persen per tahun. Penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Aceh selama periode
2006-2014 secara keseluruhan tergolong menurun, hal ini mengindikasikan bahwa
tingkat efektifitas retribusi pasar belum mampu meningkatkan retribusi daerah di
Kabupaten Aceh Barat.
Kata Kunci : Retribusi Pasar, Retribusi Daerah dan Efektifitas.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN ......................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3.Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4.Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.4.1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 5
1.4.2. Manfaat Praktis............................................................................... 5
1.5.Sistematika Pembahasan ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
2.1. Keuangan Daerah................................................................................... 7
2.2.1. Pengertian Keuangan Daerah ..................................................... 7
2.2.2. Pengelolaan Keuangan Daerah ................................................... 7
2.2.3. Pendekatan Hubungan Keuangan ............................................. 8
2.1.3 Tugas dan Fungsi Keuangan Daerah .......................................... 9
2.1.4 Prinsip Keuangan Daerah ............................................................ 9
2.1.5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ............................... 10
2.2. Pendapatan Asli Daerah ........................................................................ 12
2.3. Efektivitas .............................................................................................. 15
2.3.1. Pengertian Efektivitas ................................................................. 15
2.3.2. Ukuran Efektivitas ...................................................................... 16
2.4. Retribusi Daerah .................................................................................... 18
2.4.1. Pengertian Retribusi Daerah ............................................... 18
2.4.2. Objek Retribusi Daerah ....................................................... 21
2.4.3. Subjek Retribusi Daerah ...................................................... 22
2.4.4. Faktor-faktor Penentu Tinggi Rendahnya
Penerimaan Retribusi Daerah ............................................. 22
2.4.5. Alasan Pengenaan Retribusi Daerah................................... 24
2.5. Retribusi Pasar ....................................................................................... 24
2.5.1. Pengertian Retribusi Pasar .......................................................... 24
2.5.2. Klasifikasi Retribusi Pasar......................................................... 26
xi
2.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar .................. 27
2.6. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 28
2.7. Perumusan Hipotesis ............................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31
3.1. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 31
3.2. Data Penelitian ................................................................................... 31
3.2.1. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 31
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31
3.3. Metode Analisa Data........................................................................... 32
3.3.1. Analisis Efektifitas .................................................................. 32
3.3.2. Analisis Laju Pertumbuhan .................................................... 32
3.4. Devinisi Operasional Variabel .......................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 34
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ................................................ 34
4.1.1. Perkembangan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat........ 35
4.1.2. Perkembangan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat..... 38
4.2. Pembahasan Hasil .................................................................................. 39
4.2.1. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar
di Kabupaten Aceh Barat ............................................................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 41
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 41
5.2. Saran.......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2006-2014............................................................................................. 2
2. Realisasi retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014 ........ 4
3. Kriteria Pengukuran Tingkat Efektivitas ....................................................... 32
4. Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2006-2014............................................................................................. 34
5. Target dan Realisasi Retribusi Pasar Menurut Jenis Pasar di Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2014 .................................................................................. 35
6. Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2006-2014............................................................................................. 38
7. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2006-2014............................................................................................. 39
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Input Penelitian .................................................................................... 46
2. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 47
3. Surat Keterangan Studi Pustaka .................................................................. 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
terhadap pemerintah daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah
memberikan konsekuensi pemerintah daerah dapat menyelenggarakan
pemerintahannya sendiri. Proses desentralisasi tersebut didukung dengan
pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Tidak hanya dimaksudkan untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan
efisien dengan menciptakan pola hubungan yang harmonis antara pemerintah
daerah, tetapi juga untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang trasparan
dan akuntabel (Mardiasmo, 2009, h.34)
Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan
otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuan keuangan
suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan
penerapannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah. Sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Undang- undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan
prinsip perundangan otonomi daerah pemerintahan daerah, maupun keuangan
daerah terutama demi terciptanya efektivitas dan efisiensi di daerah (Panggulu,
2013, h. 3).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah
yang berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah yaitu pajak daerah, retribusi
2
daerah dan perusahaan daerah termasuk didalamnya pendapatan lain diluar pajak
daerah dan retribusi daerah. Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah yang
dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Kota, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh Barat berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan
dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang
pembangunan daerah sekaligus untuk peningkatan mutu pelayanan kepada
masyarakat termasuk penyediaan sarana dan prasarana perpasaran khususnya
pasar tradisional. Sejak tahun 2006-2014 realisasi retribusi daerah Kabupaten
Aceh Barat cenderung fluktuasi, hal ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1
Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014
No Tahun Target
(Rp)
Realisasi
(Rp)
1 2006 1.423.080.000 1.567.900.000
2 2007 1.558.902.080 1.192.956.868
3 2008 1.140.415.000 1.025.081.000
4 2009 2.044.375.000 1.143.234.343
5 2010 1.712.675.000 1.163.503.000
6 2011 1.746.925.000 1.077.281.000
7 2012 1.121.875.000 1.140.137.500
8 2013 1.090.240.000 1.292.747.000
9 2014 1.245.900.000 1.367.820.000 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa tahun 2006 realisasi penerimaan
retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.567.900.000, jumlah ini
turun pada tahun 2007 Rp1.192.956.868. Namun pada tahun 2008 sedikit
mengalami peningkatan menjadi Rp1.025.081.000, dan pada tahun 2009 sebesar
Rp1.143.234.343. Peningkatan ini terjadi hingga tahun 2010 yaitu sebesar
Rp1.163.503.000, kemudian turun di tahun 2011 menjadi Rp1.077.281.000 dan
meningkat kembali ditahun 2014, dimana realisasi retribusi daerah di Kabupaten
3
Aceh Barat tercatat sebesar Rp 1.367.820.000. Penurunan retribusi daerah di
Kabupaten Aceh Barat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya
kurang efektifnya pemungutan retribusi oleh pemerintah Kabupaten Aceh Barat
kurangnya kesedaran objek retribusi dalam mengeluarkan retribusinya dan
berbagai faktor lainya.
Retribusi daerah sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah
merupakan bentuk pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten
Aceh Barat kepada masyarakat yang memanfaatkan berbagai jasa pelayanan yang
diberikan. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2004 tentang pelimpahan
sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan
urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional, dinyatakan
bahwa retribusi daerah dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yakni retribusi jasa
usaha, retribusi jasa umum dan retribusi perizinan. Untuk retribusi jasa umum
diantaranya adalah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi
pelayanan pasar, retribusi pelataran parkir dan sebagainya.
Sejalan dengan itu, Kabupaten Aceh Barat sebagai salah satu daerah
Provinis Aceh perlu melakukan pengelolaan keuangan daerahnya secara efektif,
misalnya dengan mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
salah satu berasal dari retribusi pasar. Hal ini juga didasarkan semakin banyaknya
masyarakat yang melakukan peluang tersendiri bagi daerah dalam rangka
memperoleh pendapatan dalam jumlah yang lebih besar di masa yang akan datang
untuk membiayai pembangunan daerah, artinya semakin besar dana yang
dipungut dari hasil retribusi pasar, maka akan semakin besar pula Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Untuk memaksimalkan penerimaan retribusi pasar ini, maka
4
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat perlu memanfaatkan potensi yang ada
di pasar agar bisa dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan sehingga
retribusipun meningkat. Perkembangan realisasi retribusi pasar di Kabupaten
Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2
Realisasi retribusi pasar
di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014
No Tahun Target
(Rp) %
Realiasasi
(Rp) %
1 2006 522.281.000 - 500.094.000 -
2 2007 561.444.000 7,5 418.744.000 -16,3
3 2008 747.240.000 35,6 639.356.000 52,7
4 2009 800.200.000 10,1 731.756.866 14,5
5 2010 749.000.000 -9,8 628.953.000 -14
6 2011 236.525.000 -98,1 174.001.000 -72,3
7 2012 179.125.000 -11 196.071.000 12,7
8 2013 268.300.000 17,1 298.252.000 52,1
9 2014 320.000.000 9,9 341.080.000 14,4 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Aceh
Barat menetapkan target retribusi pasar tahun 2006 sebesar Rp 522.281.000 dan
realisasinya sebesar Rp 500.094.000. Realiasasi retribusi pasar di Kabupaten Aceh
Barat di setiap tahunnya tidak mencapai target hal ini mengindikasikan bahwa
kurang efektifnya pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam menggali retribusi
pasar.
Realita yang terjadi usaha pengembangan penerimaan retribusi pasar pada
tiap tahunnya mengalami kendala dan hambatan seperti misalnya kurangnya
pengetahuan para pedagang tentang kebijakan retribusi daerah ataupun
minimnya tingkat pendapatan sehingga memicu kurangnya kesadaran bagi wajib
retribusi dalam membayar retribusi pasar. Peningkatan penerimaan retribusi pasar
harus didukung melalui upaya perbaikan struktur dan sistem yang baik guna
5
peningkatan efektivitas pemungutan. Jika realisasi penerimaan retribusi pasar
semakin besar dan mencapai target yang ditetapkan, maka hal tersebut
menunjukkan efektivitasnya makin besar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik
melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Efektivitas Pengelolaan
Retribusi Pasar dalam Meningkatkan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh
Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
bagaimana tingkat efektivitas pengelolaan retribusi pasar dalam meningkatkan
retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat?.
1.3. Tujuan Penelelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat
efektifitas pengelolaan retribusi pasar dalam meningkatkan retribusi daerah di
Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharpakan dapat digunakan sebagai media utuk
megembangkan wawasan dan pengetahuan penulis.
1.4.2. Manfaat Praktis
6
a. Sebagai bahan masukan bagai pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat dalam
upaya meningkatkan efektifitas pengelolaan retribusi pasar dalam
meningkatkan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat.
b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang berminat meneliti lebih
lanjut mengenai efektifitas pengelolaan retribusi pasar dalam meningkatkan
retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat.
c. Sebagai informasi bagi masyarakat Kabupaten Aceh Barat khususnya para
pedagang akan pentingya retribusi pasar.
1.5. Sistematika Penulisan
Bagian pertama pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
Bagian kedua tinjauan pustaka yang berisikan tentang landasan teori,
yang digunakan dalam penelitian ini.
Bagian ketiga metode penelitian terdiri dari ruang lingkup penelitian, data
penelitian yaitu jenis dan sumber data, metode pengumpulan data model analisis
data dan devinisi operasional variabel.
Bagian keempat hasil dan pembahasan yang berisi tentang statistik
deskriptif variabel penelitian perkembangan retribusi pasar di Kabupaten Aceh
Barat Perkembangan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat dan pembahasan
hasil penelitian.
Bagian kelima simpulan dan saran yang berisi tentang simpulan mengenai
hasil penelitian dan saran-saran yang penulis ajukan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keuangan Daerah
2.2.1 Pengertian Keuangan Daerah
Menurut Widjaja (2007 h. 147) keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan lain yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD.
Menurut Bratakusumah (2004 h. 22) Keuangan daerah adalah
penyelenggaraan tugas pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penyelengaraan tugas
Pemerintah di Daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan Belanja
Negara.
2.1.2. Pengelolaan Keuangan Daerah
1. pejabat pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah adalah pemegang
keukuasaan umum pengelolaan keuangan daerah, kekuasaan umum
pengelolaan Keuangan daerah itu meliputi antara lain fungsi perencanaan
umum, fungsi penyusunan anggaran, fungsi pemungutan pendapatan, fungsi
perbedaharaan umum daerah, fungsi penggunaan anggaran, serta fungsi
pengawasan dan pertanggung jawaban.
2. Asas Umum pengelolaan keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah
dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, efesien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan dan peraturan.
8
3. Pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yang mengatur tentang kerangka
dari garis besar prosedur penyusunan APBD, kewenangan keuangan kepala
daerah dan DPRD, prinsip-prinsip pengelolaan kas, prinsip-prinsip
pengelolaan pengeluaran daerah yang telah diangkat, tata cara pengadaan
barang dan jasa, prosedur melakukan pinjaman daerah, prosedur pertanggung
jawaban keuangan, dan hal-hal lain yang menyangkut pengelolaan keuangan
daerah (Bratakusumah 2004 h. 208)
2.1.3. Pendekatan Hubungan Keuangan
Menurut Bahar (2009 h. 99) hubungan pendekatan adalah saling
keterkaitan, saling ketergantungan, dan saling menentukan dalam hal pengelolaan
keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah.
1. Pendekatan permodalan. Dalam pendekatan pemodalan ini kepada Pemda ini
diberi modal permulaan yang dapat diinvestasikan, kemudian berkembang dan
kemudian berhasil.
2. Pendekatan pendapatan. Dalam pendekatan pendapatan kepada daerah
diberikan wewenang untuk mengelola sejumlah urusan yang dijadikan sumber-
sumber yang potensial diserahkan kepada daerah.
3. Pendekatan pengeluaran. Dengan pendekatan ini pusat memberikan sejumlah
dana pinjaman, bantuan atau bagi hasil kepada daerah untuk menutup
pengeluarannya.
4. Pendekatan konprehensif. Pendekatan ini berusaha menggabungkan sasaran
pengeluaran dengan sumber dananya.
2.1.4. Tugas dan Fungsi Keuangan Daerah
9
Menurut Adisasmita (2011 h. 147) tugas dan fungsi keuangan daerah
dapat ditentukan oleh beberapa hal yaitu:
a. Perangkat lunak
Peraturan, tata cara, dan petunjuk pelaksanaan harus sederhana, mudah
dimengerti dan efektif dalam pelaksanaannya, tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, tidak memberi dampak ekonomi yang negatif,
memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, serta menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
b. Perangkat keras diantaranya personil, peralatan, dan sarana/prasaran yang
diperlukan yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
c. Wajib pajak diperlukan adanya kesadaran, kepatuhan, kejujuran dan
kedisiplinan pajak.
d. Kondisi masyarakat dibidang sosial, ekonomi, dan politik. Pembangunan harus
dapat meningkatkan kualitas kondisi masyarakat di bidang sosial, ekonomi,
dan politik secara berkesinambungan.
2.1.5. Prinsip Keuangan Daerah
Menurut Mardiasmo (2004 h. 29) prinsip keuangan daerah yang
diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi:
1. Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambilan keputusan berperilaku sesuai
dengan mandat yang diterimanya.
2. Value for money merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah daerah
mencapai good governence. Value for money tersebut harus dioperasionalkan
dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.
10
3. Kejujuran dalam pengelolaan keuangan publik (probity). Pengelolaan
keuangan daerah harus dipercayakan kepda staf yang memiliki integritas
kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.
4. Tranparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-
kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD
dan masyarakat.
5. Pengendalian Penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus sering
dimonitor, yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan daerah yang dicapai.
2.1.6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Menurut Abdullah (2007 h. 152) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran,
terhitung mulai1 januari sampai dengan 31 Desember.
Menurut Sumarsono (2010 h. 115) Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan suatu alat perencanaan
mengenai pengeluaran dan penerimaan atau pendapatan dimasa yang akan datang,
umumnya disusun untuk satu tahun.
Anggaran Pendapatan Daerah memiliki prinsip sebagai berikut :
1. Partisipasi masyarakat, bahwa pengambilan keputusan dalam proses
penyusunanan dan penetapan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat
sehingga masyarakat dapat mengetahui hak dan kewajibannya dalam
pelaksanaan APBD.
11
2. Transparansi dan Akuntabilitas, Anggaran APBD harus dapat menyajikan
informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi
tujuan,sasaran,sumber pendanaan pada jenis atau objek belanja serta korelasi
besarnya Anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu
kegiatan yang dianggarkan.
3. Disiplin Anggaran
a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan terukur secara rasional
yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja
dianggarkan merupakan batasan tertinggi pengeluaran belanja.
b. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan kegiatan yang tidak tersedia atau mencukupi kredit anggaran
dalam APBD atau APBD perubahan.
c. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam tahun yang bersangkutan harus
dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah.
4. Keadilan Anggaran yaitu Pajak daerah, restribusi daerah dan pungutan daerah
lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan
kemampuan.
5. Efesiensi dan efektifitas anggaran, dana yang tersedia harus dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu
dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan penetapan secara jelas tujuan
dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai,
12
penetapan prioritas kegiatan dan perhitungan beban kerja, serta penetapan
harga satuan yang rasional.
6. Taat Asas, APBD sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah di dalam penyusunannya harus tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan
peraturan daerah lainnya (Sumarsono 2010, h. 116).
2.2. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Darise ( 2009, h.33) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Saragih (2003, h.123) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Didalam Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak.
Berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah bahwa prinsip kesatuan pemerintah daerah merupakan yang tidak
terpisahkan dari pemerintah pusat, atas dasar tersebut maka kemandirian daerah
dalam rumah tangganya tidak ditafsirkan bahwa setiap pemerintah daerah harus
dapat membiayai seluruh pengeluaran dari pendapatan asli daerah (PAD). Sebagai
tindak lanjut dari pemberian otonomi kepada daerah agar dapat mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna
13
dalam pelaksanaan pemerintah di daerah maka untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah (PAD) adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi pelaksanaan
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli
Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang
menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan
serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan
hasil yang maksimal. Proporsi pendapatan asli daerah yang rendah, di lain pihak
menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam
mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun
pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum.
Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah
menggali dari Pendapatan Asli Daerah (Elita 2007, h. 22).
Menurut Bratakusumah dan Solihin (2004, h. 90) yang dimaksud dengan
pendapatan asli daerah adalah Pendapatan daerah adalah semua hak Pemerintah
Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dalam arti luas
pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah
Daerah. Menurut Barata dijelaskan bahwa pendapatan daerah adalah semua
penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun
anggaran bersangkutan.
14
Menurut Darise ( 2009, h.33) sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
1. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan Pemda dan pembangunan daerah.
2. Restribusi daerah adalah pemasukan yang berasal dari usaha Pemda untuk
menyediakan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk memenuhi
kepentingan warga masyarakat baik individu maupun badan atau koorporasi
dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai pemasukan ke
kas daerah.
3. Dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan kemampuan daerah dan antar
daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal dari daerah lainnya dalam
pembangunan mencapai tujuan bangsa.
Jenis-jenis dana perimbangan antara lain sebagai berikut:
a. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBD yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
b. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBD
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
pusat dan daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
15
c. Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBD
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana
dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang mencapai standar tertentu
untuk mendorong percepatan pembangunan masyarakat.
3. Lain-lain pendapatan yang sah
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan,
pengadaan barang dan jasa oleh daerah
2.3. Efektivitas
2.3.1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Halim (2004, h.129) menyatakan efektivitas
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan retribusi
yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil daerah.
Menurut Ulum (2008, h. 199) mengemukakan bahwa pengertian
efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan
16
tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif
apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009, h. 232) menjelaskan bahwa
efektivitas menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome (hasil)
dengan output (target).
Berdasarkan teori tersebut penulis menyimpulkan bahwa efektivitas
merupakan penilaian terhadap hubungan target yang direncanakan dengan
realisasi yang dicapai.
2.3.2. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang
dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman
bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat
efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah
ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau
hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan
tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak
efektif.
Menurut Darise (2006, h. 49) untuk kriteria efektivitas adalah sebagai
berikut :
1. Sangat Rendah 0% - 39%
2. Tidak Efektif 40% - 59%
17
3. Cukup Efektif 60% - 89%
4. Efektif 90% - 99%
5. Sangat Efektif 100% keatas
Menurut Devas (2007, h. 143) tolak ukur hasil kebijaksanaan anggaran
pajak yaitu :
1. Hasil Guna (Effectiveness).
Hasilnya pajak adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak
dan potensi pajak itu, dengan anggapan semua wajib pajak membayar pajak
masing-masing dan membayar seluruh pajak terhutang masing-masing.
2. Daya Guna (Efficiency)
Daya guna adalah bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya
pemungutan atas pajak bersangkutan.
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau
tidak, sebagaimana yaitu:
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya karyawan
dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi
dapat tercapai.
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah
pada jalan yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai
sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam
pencapaian tujuan organisasi.
3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus
18
mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan
operasional.
4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa
yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.
6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas
organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program
apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut
tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi
semakin didekatkan pada tujuannya.
8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat
manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut
terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.
2.4. Retribusi Daerah
2.4.1. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut Mahmudi (2010, h. 25) mengatakan bahwa retribusi daerah
merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi
atas pemanfaatan suatu jasa yang tertentu yang disediakan pemerintah.
Menurut Suandy (2011, h. 3) retribusi adalah pungutan yang dilakukan
oleh pemerintah atas jasa-jasa yang disediakan oleh pemerintah dan terdapat
19
kontraprestasi langsung dari pemerintah. Orang-orang yang tidak menggunakan
jasa yang telah disediakan tidak diwajibkan membayar retribusi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan
retribusi daerah, menyebutkankan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Berbeda dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak. Retribusi juga
dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai
akibat adanya kontra-prestasi yang diberikan oleh Pemda atau pembayaran yang
didasarkan atas prestasi/pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung
dinikmati secara perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya
didasarkan atas peraturan yang berlaku (Halim, 2004, h. 43).
Lebih lanjut menurut Sutedi (2008, h. 74) menyatakan bahwa retribusi
daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang
menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang
berkepentingan, atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Melalui pungutan retribusi yang dijalankan secara tertib
dan teratur, dapat menunjang bagi pembangunan daerah yang lancar dan
berkelanjutan. Jika pembangunan daerah berjalan dengan baik, maka masyarakat
pada daerah tersebut akan merasakan dampak yang positif, misal kesejahteraan
meningkat. Pelaksanaan strategi optimalisasi retribusi daerah yang berjalan baik
dan tertib, maka kontribusi yang akan diberikan oleh retribusi daerah yang
20
dalam penelitian ini adalah terkait dengan retribusi pasar terhadap penerimaan
retribusi daerah akan lebihbesar. Semakin besar kontribusi yang diberikan oleh
retribusi pasar, semakin besar pula penerimaan retribusi daerah, secara otomatis
akan meningkatkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Hal tersebu
tentunya akan dapat menunjang pembangunan daerah yang lancar dan
berkelanjutan yang juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah
(Sutedi 2008, h. 74).
Ada beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ni dipungut
di Indonesia adalah sebagai berikut ( Siahaan, 2006, h. 7 ) :
1. Retribusi merupakan puntutan yang dipungut berdasrkan undang-undang dan
perturan daerah yang berlaku
2. Hasil penerimaan retibusi masuk ke kas pemerintah daerah
3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa) secara
langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya
4. Retribusi tertuang apabila ada jasa yang di selenggarakan oleh pemerintah
daerah yang dinikmati oleh orang atau badan
5. Sangsi yang dikenakan pada retribusi daerah adalah sangsi secara ekonomi
yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah
Retribusi daeah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintah dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Daeah kabupaten/kota
diberi kewenangan dalam menggali potensi sumber-sumber keuntungannya
dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah di tetapkan, sepanjang
21
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat
( Siahaan 2006, h. 7 ) :
2.4.2. Objek Retribusi Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan
retribusi daerah, retribusi digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a) Retribusi Jasa Umum
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Subjek Retribusi
Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
b) Retribusi Jasa Usaha
Objek Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi pelayanan
dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan
secara optimal, dan/atau pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum
disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
c) Retribusi Perizinan Tertentu
Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh
Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Menurut ( Siahaan, 2006, 8 ) objek retribusi daerah terdiri dari :
22
a. Jasa umum yaitu berupa pelayanan yang di sediakan atau di berikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan
b. Jasa usaha yaitu berupa pelayanan yang di sediakan oleh pemerintah daeah
dengan menganut prinsip komersial
c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan pemerintah daerah dalam rangka pemberian
izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
pengguna sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasiitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
2.4.3. Subjek Retribusi Daerah
Menurut ( Siahaan, 2006, 9 ) subjek retribusi daerah adalah sebagai
berikut :
a. retribusi daerah jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/ menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
b. jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikmati
pelayanan jasa usaha yang bersangutan
c. retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
izin tertentu dari pemerintah daerah.
23
2.4.4. Faktor-faktor Penentu Tinggi Rendahnya Penerimaan Retribusi
Daerah
Menurut Soedargo dalam (Raga 2011, h. 32-33) faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya penerimaan retribusi daerah adalah
sebagai berikut :
a) Faktor jumlah subjek retribusi daerah
Sesuai dengan sifatnya maka retribusi daerah hanya dikenakan kepada
mereka yang telah memanfaatkan jasa pelayanan Pemerintah Daerah. Karena
semakin banyak orang yang memanfaatkan jasa pelayanan Pemerintah Daerah,
maka Penerimaan Daerah dari retribusi juga semakin meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan ekonomi daerah tersebut.
b) Faktor jenis dan jumlah retribusi daerah
Dengan perkembangan ekonomi yang semakin baik dari suatu daerah akan
meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah untuk menyediakan jasa pelayanan
kepada warganya. Semakin banyak jasa pelayanan yang ditawarkan kepada
masyarakat akan semakin besar pula pungutan yang ditarik dari warga
masyarakat.
c) Faktor tarif retribusi daerah
Besarnya tarif retribusi daerah yang diterapkan sangat
berpengaruh terhadap penerimaan retribusi daerah. Jika tarif retribusi daerah yang
dikenakan kepada masyarakat tinggi, maka penerimaan retribusi akan semakin
meningkat.
d) Faktor efektivitas pungutan retribusi daerah
24
Dalam melaksanakan pungutan retribusi daerah, tidak dapat
dipisahkan dari kemampuan aparat pelaksana pungutan. Semakin tinggi
kemampuan pelaksana pungutan sumber daya manusia (SDM) maka semakin
tinggi pula tingkat efektivitas pungutan yang pada akhirnya akan menaikkan
jumlah penerimaan daerah.
2.4.5. Alasan Pengenaan Retribusi Daerah
Pungutan retribusi langsung atas konsumen dikenakan karena satu
atau lebih pertimbangan-pertimbangan antara lain sebagai berikut, Davey
dalam (Raga 2011, h. 33)
a. Apakah pelayanan tersebut merupakan barang-barang umum atau pribadi,
mungkin pelayanan tersebut dapat disediakan kepada setiap orang dan oleh
karena itu tidak wajar untuk membebankan biaya-biaya tersebut kepada
pembayar-pembayar pajak yang tidak mendapatkan jasa atau barang tersebut.
b. Suatu jasa dapat melibatkan suatu sumber yang langka atau mahal dan
perlunya disiplin konsumsi masyarakat.
c. Mungkin ada bermacam-macam variasi didalam konsumsi individu, yang
berkaitan setidakny-tidaknya untuk memilih daripada memerlukan.
d. Jasa-jasa dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan mencari keuntungan
disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhanindividu dalam negeri.
e. Retribusi dapat menguji arah dan skala dari permintaan masyarakat akan jasa,
dimana kebutuhan pokok atau bentuk-bentuk dan standar-standar dari
penyediaan tidak dapat dengan tegas ditentukan.
2.5. Retribusi Pasar
25
2.5.1. Pengertian Retribusi Pasar
Sebelum melangkah jauh membahas tentang retribusi pasar, terlebih
dahulu penulis memberikan defenisi pasar. Pasar adalah tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang yang diperdagangkan.
Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk atau barang atau jasa
dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua
belah pihak yang bertransaksi. Pasar tradisional merupakan salah satu tempat
perputaran uang yang penting sebagai tempat usaha para pedagang kecil dalam
mencari akses pemasaran dan memiliki banyak nilai-nilai strategis baik dari segi
ekonomi maupun sosial budaya. Peranan dan fungsi pasar yang sangat penting,
membuat keberadaan pasar tradisional tampaknya tidak akan mudah menghilang
dari persaingan pasar-pasar modern. Melihat pentingnya pasar bagi masyarakat,
membuat pemerintah harus terus meningkatkan jasa pelayanan pasar agar
masyarakat semakin nyaman untuk menggunakan fasilitas di pasar tradisional.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui optimalisasi penerimaan retribusi pasar.
Retribusi pasar merupakan salah satu jenis retribusi daerah yang termasuk dalam
golongan retribusi jasa umum.
Retribusi pasar atau Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan kedalam
Retribusi Jasa Umum, Dalam pelaksanaannya retribusi jasa umum harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau
retribusi perizinan tertentu.
b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
26
c. Jasa tersebut memberikan mamfaat khusus bsgi orang pribadi atau badan yang
diharuskan untuk membayar retribusi disamping untuk melayani kepentingan
dan kemamfaatan umum.
d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.
e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional tentang
pelaksanaannya.
f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan daerah yang potensial.
g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat
dan kualitas layanan yang baik.
Dengan demikian retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan
bagian dari retribusi daerah dan merupakan salah satu sektor pendapatan asli
daerah. Wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) (Bambang
2005, h.20).
2.5.2. Klasifikasi Retribusi Pasar
Klasifikasi retribusi pasar adalah sebagai berikut:
a. Menurut sifat prestasi Negara
Retribusi pasar adalah retribusi untuk penggunaan berbagai bangunan.
Pedagang sebagai pembayaran retribusi pasar menerima prestasi dari
pemerintah daerah berupa penggunaan bangunan pasar maupun fasilitas lain
yang disediakan oleh pemerintah.
27
b. Menurut cara menentukan jumlah pungutan
Retribusi pasar, variabel jumlah pungutan tersebut tergantung dari kelas pasar,
luas kios, golongan dagang serta tempat berdagang.
c. Menurut cara pembayaran
Retribusi pasar termasuk retribusi kontan. Pemakai jasa bukan kios
menggunakan sistem pembayaran harian atau mingguan.
2.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi retribusi pasar menurut
Soejamto dalam (Raga 2006, h. 36 ) adalah sebagai berikut :
a. Subyek dan obyek retribusi
Subyek dan obyek retribusi akan menentukan besarnya dasar pengenaan
pajak“tax base” yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan besar
kecilnya beban retribusi yang harus dibayar oleh subyek retribusi. Subyek
retribusi di sini adalah para pedagang yang berjualan di dalam pasar dan berada
di sekitar pasar. Obyek retribusi yang dimaksud adalah lokasi pasar, lokasi
kios, los, dan dasaran.
b. Tarif retribusi
Dalam penentuan tarif retribusi harus bersifat progresif. Dalam retribusi pasar
progresifitas berdasarkan pada lokasi atau tempat untuk berdagang. Pemakaian
tempat berdagang, lokasi berdagang dalam kategori strategi dan
nonstartegi yang ditentukan oleh letak tempat, yang berada di bangunan
utama, los terbuka atau dasaran terbuka serta luas tempat yang digunakan oleh
pedagang.
c. Sistem pemungutan retribusi
28
Pemungutan retribusi yang baik tidak terlepas dari prinsip-prinsip pemungutan.
Prinsip-prinsip pemungutan pajak atau retribusi yang digunakan oleh
Adam Smith yaitu :
a. Prinsip keadilan (equity)
Yaitu adanya kesamaan manfaat, kesamaan rill yang diterima dan
keadilan dalam kemampuan membayar retribusi.
b. Prinsip kepastian (certainty)
Yaitu persyaratan administrasi atau prinsip kepastian hukum, artinya
pungutan hendaknya bersifat tegas, jelas dan pasti bagi pemakai jasa yang
meliputi besarnya tarif, waktu pemungutan, petugas pemungut, tempat
pembayaran dan lain-lain. Hal ini akan mempermudah pembayar,
petugas dan pemerintah dalam membuat laporan.
c. Prinsip kelayakan (convenience)
Yaitu pungutan yang dilakukan hendaknya pada waktu yang tepat dan
menyenangkan, dan tarif yang ditetapkan hendaknya jangan terlalu menekan
subjek penderita.
d. Prinsip ekonomi (economy)
Yaitu perlu diperhatikan tentang efisiensi dan efektivitas dalam
penarikan retribusi.
2.6. Penelitian Terdahulu
Panjaitan (2009) Melakukan Penelitian Dengan Judul “Analisis Efektivitas
Pemungutan Retribusi Pasar Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pasar, Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten
Toba Samosir)” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas
29
retribusi pasar 2001-2007, realisasi PAD dan kontribusi retribusi pasar terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang sebaiknya ditempuh Pemerintah
Daerah Kabupaten Toba Samosir untuk meningkatkan penerimaan dari retribusi
pasar. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data yang
diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung, wawancara, dan studi
dokumenter. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik
dan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini digunakan alat analisis
kuantitatif yaitu analisis efektivitas retribusi pasar dan analisis kontribusi retribusi
pasar terhadap PAD.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerimaan
retribusi pasar di Kabupaten Toba Samosir yaitu rata-rata sebesar 77,87% selama
periode tahun 2001-2007. Mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
690.900.327 tentang Penilaian Kinerja dan Keuangan, tingkat efektivitas retribusi
pasar adalah tergolong cukup efektif dan realisasi PAD selama periode tahun
2001-2007, menunjukkan rata-rata mencapai 95,46% Selanjutnya selama tahun
anggaran 2001-2007, kontribusi penerimaan retribusi pasar terhadap PAD dinilai
sangat kurang yaitu rata-rata sebesar 1,88%. Dalam upaya mengoptimalkan
penerimaan retribusi pasar, maka dalam penetapan target retribusi pasar
hendaknya berdasarkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan perhitungan
potensi retribusi pasar.
Nuzula (2014) Melakukan Penelitian Dengan Judul “Analisis Efektivitas
Penerimaan Dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Studi Pada Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kota Blitar)”. Penelitian ini
30
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas penerimaan dan
kontribusi berbagai jenis retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah, serta
upaya yang dilakukan pemerintah daerah khususnya Kota Blitar dalam
meningkatkan retribusi daerah melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi.
Pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, dan dokumentasi. Metode
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
kasus untuk menyajikan fakta mengenai efektivitas dan kontribusi penerimaan
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah, serta peningkatan penerimaan
retribusi daerah melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerimaan retribusi daerah
berdasarkan jenis-jenisnya selama periode 2008-2012 secara keseluruhan sudah
efektif. Tetapi kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah selama
periode tersebut masih kurang, serta program intensifikasi dan ekstensifikasi yang
dilakukan pemerintah belum optimal. Faktor penyebab hal tersebut adalah
kurangnya kesadaran masyarakat dan kepatuhan wajib retribusi dalam memenuhi
kewajiban retribusi serta kurangnya kinerja pemerintah daerah dalam
meningkatkan retribusi daerah.
2.7. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka penulis merumuskan
hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga pengelolaan retribusi pasar dalam
menyelenggarakan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat sudah efektif.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Raung Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berpendoman pada data
yang tetah disediakan pada kantor terkait. Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam
penelitian ini meliputi jumlah penerimaan retribusi daerah dan jumlah penerimaan
retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2006-2014.
3.2. Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time sieris dalam kurun waktu 2006-2014 yang diperoleh dari kantor Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah study
pustaka sebagai pendukung data juga diperoleh dari jurnal, serta browsing internet
yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Untuk keperluan analisis penulis
mengumpulkan data dengan cara mendatangi langsung ke kantor-kantor terkait dan
memberikan surat izin penelitian dari Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
untuk memperoleh data yang akurat.
32
3.3. Model Analisis Data
3.3.1. Analisis Efektivitas
Model analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis
efektivitas analisis ini digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan
pemerintah daerah menggali potensi retribusi pasar. Untuk mengetahui efektivitas
pengelolaan retribusi pasar terhadap retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat
dianalisis dengan rasio efektivitas dengan rumus sebagai berikut ( Halim 2004, h.
129).
Efektivitas =
Adapun kriteria untuk mengukur tingkat efektivitas adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Kriteria Pengukuran Tingkat Efektivitas
Interval Tingkat efektivitas
0% - 39% Sangat Rendah
40% - 59% Tidak Efektif
60% - 89% Cukup Efektif
90% - 99% Efektif
100% keatas Sangat Efektif
Sumber : Darise (2006, h. 49)
2.3.2. Analisis Laju Pertumbuhan
Untuk menghitung laju pertumbuhan dari retribusi dihitung dengan
menggunakan rumus yaitu sebagai berikut Halim (2004, h. 163):
Gx Xt X
(t – 1)
X (t –1)
X 100 %
33
Keteterangan :
Gx : laju pertumbuhan retribusi daerah per tahun
Xt : realisasi penerimaan retribusi daerah pada tahun tertentu
X(t-1) : Realisasi penerimaan retribusi daerah pada tahun sebelumnya
3.4. Definisi Operasional Variabel
a. Retribusi daerah adalah jumlah penerimaan retribusi daerah Kabupaten Aceh Barat
dalam kurun waktu 2006-2014 yang di ukur dalam satuan rupaiah (Rp)
b. Retribusi pasar adalah retribusi yang dipungut dari pasar di Kabupaten Aceh Barat
dalam kurun waktu 2006-2014 yang diukur dalam satuan rupiah (Rp)
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
4.1.1. Perkembangan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat
Retribusi pasar adalah retribusi yang dipungut dari pedagang
atas penggunaan fasilitas pasar dan pemberian izin penempatan oleh Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat Jadi retribusi pasar terdiri dari retribusi izin
penempatan, retribusi kios, retribusi los, retribusi dasaran, dan retribusi tempat
parkir. Perkembangan retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2006-
2014, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3
Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Pasar
di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014
No Tahun Realiasasi
(Rp)
Pertumbuhan
(%)
1 2006 676.094.000 -
2 2007 418.744.000 -38,06
3 2008 639.356.000 52,68
4 2009 731.756.866 14,45
5 2010 628.953.000 -14,05
6 2011 174.001.000 -72,33
7 2012 196.071.000 12,68
8 2013 298.252.000 52,11
9 2014 336.687.000 12,89 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)
Brdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa realisasi tetbusi pasar di
Kabupaten Aceh Barat mengalami kecenderungan penurnan yang signifikkan.
Tahun 2006 realisasi retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat sebesar
Rp 676.094.000. Jumlah ini turun drastis di tahun 2007 menjadi
Rp 418.744.000, dan di tahun 2008-2009 naik masing-masing Rp 639.356.000
dan Rp 731.756.866. Kemudian jumlah terus menurun hingga tahun 2014 dimana
35
realisasi retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat tercatat sebesar Rp 336.687.000.
Penurunan ini disebabkan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di
Kabupaten Aceh Barat sering mengalami hambatan seperti kurangnya kesadaran
para pedagang membayar retribusi. Oleh karena itu peningkatan penerimaan
retribusi pasar harus didukung melalui upaya perbaikan struktur dan sistem yang
baik guna peningkatan efektivitas pemungutan. Jika realisasi penerimaan
retribusi pasar semakin besar dan mencapai target yang ditetapkan, maka hal
tersebut menunjukkan efektivitasnya makin besar.
Menurut DPKKD Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2014, objek retribusi
pasar di Kabupaten Aceh Barat meliputi 16 tempat yaitu sebagai berikut :
Tabel 4
Target dan Realisasi Retribusi Pasar
Menurut Jenis Pasar di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014
No Objek Retribusi pasar Target
(Rp)
Realisasi
(Rp)
1 Pasar Daging Pasar Bina Usaha Meulaboh 33.240.000 34.987.000
2 Meja Daging Hri Megang 24.340.000 30.400.000
3 Pasar Lost Keude Tanjong 1.500.000 -
4 Pasar Lost Keude Meutulang 2.100.000 1.700.000
5 Pasar Lost Pante Cereumen 1.500.000 1.600.000
6 Pasar Lost Blang Beurndang 1.200.000 -
7 Pasar Lost Woyla Barat 1.000.000 -
8 Pasar Lost Kuala Bhee 9.000.000 12.000.000
9 Pasar Lost Keude Ujong Tanoh Darat 1.200.000 -
10 Pengutipan Retribusi Harian Pasar 150.000.000 168.000.000
11 Sewa Areal Parkir Pasar Bina Usaha 22.000.000 24.500.000
12 Sewa MCK Samping UPTD Pasar 20.000.000 24.000.000
13 Sewa MCK Samping Mal Komp UPTD Pasar 18.000.000 10.000.000
14 Ret Pasar Ikan Psar Bina Usaha 30.000.000 26.500.000
15 Ret Pasar Ikang Gampong Teungoh Sama
Tiga 1.500.000 1.500.000
16 Pasar Lost Suak Awee 1.500.000 1.500.000
Total 316.580.000 336.687.000 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)
36
Berdasarkan Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa objek retibusi pasar di
Kabupaten Aceh Barat berada di 16 tempat. Secara keseluruhan objek pengutipan
pengutipan retribusi harian pasar yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
retibusi daerah di Kabupaten Aceh Barat yaitu sebesar Rp 168.000.000, posisi
kedua ditempati oleh pasar danging pasar bina usaha Meulaboh yaitu sebesar
Rp 34.987.000. dan terdapat di empat objek yang realisasinya tidak ada sama
sekali.
4.1.2. Perkembangan Retribusi Daerah di Kabupaten Aceh Barat.
Pemberian otonomi daerah pada dasarnya adalah dalam rangka membantu
penyelenggaraan pemerintah pusat terutama dalam penyediaan pelayanan
kepada masyarakat dan pelaksanaan program-program pembangunan, pemerintah
daerah dipandang sebagai mitra kerja oleh pemerintah pusat dalam
penyelenggaraan tugas tersebut di atas, atau prinsip pemberian otonomi daerah
adalah pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada masing-masing daerah
dalam menyelenggarakan pemerintahannya di daerahnya sendiri, termasuk
didalamnya penyediaan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan, dan juga sebagai pembina kestabilan sosial, politik, ekonomi,
dan kesatuan bangsa. Sehubungan dengan hal tersebut, daerah dituntut untuk lebih
aktif dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya, menggali serta
mengembangkan potensi sumber-sumber ekonomi dalam rangka mempercepat
pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Pada saat ini titik berat pemeberian otonomi
daerah diberikan kepada pemerintah daerah propinsi, pemerintah daerah
kabupaten dan kota. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi utama pemerintah
daerah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan
37
pembangunan di samping sebagai pemerintah yang paling dekat dengan
masyarakat, sehingga mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya dari
masyarakat di daerahnya.
Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah, maka sumber
pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peran Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disebutkan sumber- sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain PAD yang sah. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat
harus dapat mengupayakan pengelolaan sumber- sumber penerimaan PAD
secara optimal, sehingga akan tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan pembangunan. Dengan ini akan semakin memperbesar
keleluasaan daerah untuk mengarahkan penggunaan keuangan daerah sesuai
dengan rencana, skala prioritas dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Upaya meningkatkan kemandirian pembiayaan di Kabupaten Aceh Barat
perlu dilakukan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, antara lain dengan
optimalisasi penggalian dana dari sumber-sumber pendapatan daerah. Retribusi
daerah sebagai salah satu bagian dalam pembentukan PAD merupakan komponen
yang berpotensi untuk dioptimalkan.
Retribusi daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sekarang ini lebih memungkinkan dan berpeluang besar untuk ditingkatkan
dan dikembangkan, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih besar
kepada PAD terutama di Daerah Kabupaten / Kota yang mempunyai otonomi
38
yang luas dan utuh sekaligus untuk meningkatkan kualitas pelayanan daerah.
Upaya dalam peningkatan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat belum
mencapai keberhasilan seperti yang diharapkan. Hal ini dikarena realisasi retribusi
daerah di Kabupaten Aceh Barat masih mengalami fluktuasi di setiap tahunnya
yang selanjutnya diperlihatkan pada Tabel 5 berkut :
Tabel 5
Realisasi dan Pertumbuhan Retribusi Daerah
di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014
No Tahun Realisasi
(Rp)
Pertumbuhan
(%)
1 2006 1.567.900.000 -
2 2007 1.192.956.868 -23,91
3 2008 1.025.081.000 -14,07
4 2009 1.143.234.343 11,53
5 2010 1.163.503.000 1,77
6 2011 1.077.281.000 -7,41
7 2012 1.140.137.500 5,83
8 2013 1.292.747.000 13,39
9 2014 1.367.820.000 5,81 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa tahun sejak tahun 2006-2014 realisasi
penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi hampir
di setaip tahunnya dimana pada tahun 2006 realiasi penerimaan retribusi pasar di
Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp 1.423.080.000 jumlah ini turun drastis di tahun
2007 menjadi Rp 1.192.956.868 atau turun sebesar 23,91 persen dari tahun 2006.
Kemudian tahun 2008 turun kembali menjadi Rp1.025.081.000. Jumlah ini
meningkat di tahun 2009 menjadi Rp1.143.234.343. Peningkatan ini terjadi
hingga tahun 2010 yaitu sebesar Rp1.163.503.000, kemudian turun di tahun 2011
turun menjadi Rp1.077.281.000 dan meningkat kembali ditahun 2014, dimana
39
realisasi retribusi daerah di Kabupaten Aceh Barat tercatat sebesar
Rp 1.245.900.000, atau tumbuh 5,81 persen dari tahun sebelumnya.
4.2. Pembahasan Hasil
4.2.1. Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Aceh Barat
Tingkat efektifitas retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat dihitung dengan
membandingkan antara realisasi penerimaan realisasi penerimaan retribusi pasar
dengan target retribusi pasar. Apabila perhitungan efektifitas retribusi pasar
menghasilkan persentase mendekati 100 persen maka sudah efektif atau jika
melebihi 100 persen, maka retibusi pasar semakin efektif atau dengan kata lain
kinerja pemungutan retibusi pasar di Kabupaten Aceh Barat semakin baik.
Tingkat efektivitas retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut.
Tabel 6
Efektifitas Penerimaan Retribusi Pasar
di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2006-2014
No Tahun Target
(Rp)
Realiasasi
(Rp)
Efektifitas
(%)
1 2006 522.281.000 676.094.000 129
2 2007 561.444.000 418.744.000 75
3 2008 747.240.000 639.356.000 86
4 2009 800.200.000 731.756.866 91
5 2010 749.000.000 628.953.000 84
6 2011 236.525.000 174.001.000 74
7 2012 179.125.000 196.071.000 109
8 2013 268.300.000 298.252.000 111
9 2014 316.580.000 336.687.000 106 Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat (2014)
Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa tingkat efektifitas
retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat sangat efektif dimana pada tahun 2006
tingkat efektifitas mencapai 129 persen, tingkat efektifitas ini turun drastis di
40
tahun 2007 menjadi 75 persen penurunan ini disebabakan oleh peningkatan target
yang semula Rp 522.281.000 meningkat menjadi Rp 561.444.000.
Efektifitas ini dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
Efektivitas =
Berdasarkan kriteria efektifitas yang digunakan, menunjukkan bahwa
realisasi retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat tergolong sudah efektif. Namun
belum mampu memberikan pengaruh yang signifikkan terhadap retibusi daerah di
Kabupaten Aceh Barat, hal ini dikarena jumlah target dan realiasi retibusi pasar
yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Aceh mengalami penurun di setiap
tahunnya. Penurunan target tersegut sangat berdampak pada realiasi, pada
akhirnya kontribusi terhadap retribusi daerah dari retribusi pasar sangat kecil.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Perkembangan retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat selama periode 2006-
2014 mengalami fluktuasi dan cenderung menurun hingga tahun 2014
penurunan ini disebabkan oleh penurunan target yang di tetapkan oleh
pemerintah Kabupaten Aceh Barat, namun jika dilihat dari tingkat efektifitas
retribusi pasar di Kabupaten Aceh Barat masuk dalam kategori efektif dengan
rata-rata tingkat efektifitas yaitu 96,11 persen per tahun.
b. Penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Aceh selama periode 2006-2014
secara keseluruhan tergolong menurun, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
efektifitas retribusi pasar belum mampu meningkatkan retribusi daerah di
Kabupaten Aceh Barat.
5.2. Saran
Berdasarkan pada hasil analisa dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka
dapat diberikan saran sebagai berikut :
a. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat perlu meningkatkan pengawasan,
pembinaan, dan evaluasi terhadap pemungutan retribusi pasar di Kabupaten
Aceh Barat untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah sehingga dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
42
b. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat perlu aktif memberikan penyuluhan
tentang pentingnya membayar retribusi pasar dengan memberikan sangsi bagi
bagi wajib retribusi yang tidak mau membayar retribusi.
c. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat juga perlu penyediaan infrastruktur pasar
seperti bangunan pasar, dan semua fasilitas yang menunjang kebijakan retribusi
pelayanan pasar demi meningkatkan retribusi daerah.
d. Para wajib retribusi diharpakan memiliki kesadaran terhadap retribusi pasar
demi meningkatkan keuangan daerah dengan meningkatkan keuangan daerah
pemerintah dapat memberikan fasilitas pasar yang lebih baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Keuangan Daerah. edisi pertama
Graha ilmu. Yokyakarta:
Abdullah, Rozali. 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerahsecara langsung. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.
Bahar, Ujang. 2009. Otonomi Daerah terhadap Pinjaman Luar
Negeri.kembangan Jakarta Barat.
Bratakusumah, Supriadi.Deddy&Solihin,Dadan. 2004. Otonomi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. PT.gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Bambang, Prakoso Kesit. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press.
Yogjakarta.
Darise Nurlan. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. PT. Indeks IKAPI.
Bandung
-----------------------2009. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan BLU.Edisi Kedua. PT. Macana Jaya Cemerlang. Jakarta.
DPKKD Kabupaten Aceh Barat. 2014. Laporan Realisasi Penerimaan
Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Barat Tahun Anggaran 2014.
DPKKD. Meulaboh.
Devas, Nick, et al. 2007, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta : UI
Press. Elita. 2007. Penerimaan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Rajawali. Jakarta.
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.
Salemba Empat. Jakarta.
---------------.2004.Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi.
Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
----------------.2004. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi.:UPP AMP
YKPN. Yogyakarta
Mahmudi. 2010 Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Erlangga. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi Offset.
Yogyakarta.
44
Panggulu, Yosua T. 2013. Efektivitas Kebijakan Retribusi Pada Dinas
Pengelolaan Pasar Kebersihan Dan Pertamanan Di Kabupaten
Kepulauan Talaud. Journal Volume Ii. No. 4. Tahun 2013.
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah
Raga, Arjanggi Wisnu. 2011. Analisis Kinerja Penerimaan Retribusi Pasar Di
Kabupaten Demak Tahun 2006-2009. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. Semarang
Sumarsono, Sonny. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan,edisi pertama-
Yokyakarta:graha ilmu.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Siswadi, Edi, Dr., 2012, Birokrasi Masa Depan Menuju Tata Kelola Pemerintah
Yang Efektif dan Prima. Mutiara Press. Bandung.
Sutedi, Adrian. 2008. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah. Ghalia Indonesia.
Bogor Selatan.
Suandy, Erly. 2011. Perpajakan. Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
--------------2006. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi 1-2 PT. Grafindo
Persada. Jakarta
Ulum, Ihyaul. 2008. Akuntansi sektor publik. UMM Press. Malang.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2004