EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN …
Transcript of EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN …
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN DI KABUPATEN BONE (Studi Kasus Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe)
SKRIPSI
AYU ROSITA
NIM 105711121816
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
ii
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN DI KABUPATEN BONE (Studi Kasus Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe)
SKRIPSI
AYU ROSITA
NIM 105711121816
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penyelesaian studi
Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2021
iii
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, mereka
adalah orang tua hebat yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh
kasih sayang. Terimakasih atas pengorbanan, motivasi, nasihat, dan doa yang
tiada hentinya kalian berikan kepadaku selama ini, dan untuk kedua adikku serta
keluarga besarku berkat doa dan dukungan mereka semua sehingga saya bisa
sampai dititik ini. Terimakasih kepada kedua dosen pembimbing saya yang
senantiasa membimbing, memberikan dukungan dan motivasi
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
MOTTO HIDUP
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan
dimintai pertanggungjawabannya”
(QS. Al-Isra’ Ayat 36)
Kamu tidak bisa kembali dan mengubah masa lalu, maka dari itu tataplah masa
depan dan jangan buat kesalahan yang sama dua kali
(ayu rosita)
iv
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Alamat :Jln. Sultan Alauddin No.259 Fax (0411) 860 132 Makassar 90221
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : “Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan Di Kabupaten Bone (Studi
Kasus : Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe)”
Nama Mahasiswa : Ayu Rosita
No. Stanbuk/NIM : 105711121816
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah disetujui untuk diseminarkan dan diuji pada seminar hasil
Makassar, 2021
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Akhmad, SE., M.Si NIDN: 0031126521
Samsul Rizal, SE., MM NIDN: 0907028401
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Hj. Naidah, SE., M.Si NBM: 710 561
v
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Alamat : Jln. Sultan Alauddin No.259 Fax (0411) 860 132 Makassar 90221
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi atas nama Ayu Rosita, NIM 105711121816, diterima dan
disahkan oleh panitia ujian Skripsi bersadarkan surat keputusan Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor :....................M, Tanggal.../...M,
Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar,,.................... H
....................M
PANITIA UJIAN
1. Pengawas Umum : (…………….)
2. Ketua : (…………….)
3. Sekretaris : (…………….)
4. Penguji : 1. (…………….)
2. (…………….)
3. (…………….)
4. (…………….)
Disahkan Oleh,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
Ismail Rasulong, SE., MM
NBM: 903078
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan
para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala
penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan Di Kabupaten Bone (Studi Kasus Desa Tapong
Kecamatan Tellu Limpoe)”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Kasman dan ibu Rosnianti serta kedua
saudaraku Muhammad Rahmadan dan Yusniar Tiksah yang senantiasa memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa pamrih. Dan
seluruh keluargaku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat serta doa restu atas keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu hingga
akhir studi ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi
ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
vii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M. Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Akhmad, SE., M.Si., selaku pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Samsul Rizal, SE., MM., selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Terima kasih untuk Kak Wahyu, Ikhwan, Sandi, yang selalu mendukung dan
meluangkan waktu kepada penulis
9. Kepada saudariku (Satriani, Yuliana, Megawati, Misna) dan sepupuku (Rezky
Arsita, Agung, Sahrul, Mila, Dian, Mono, Asman) yang selalu memberikan
semangat untuk penulis.
10. Sahabat-sahabatku “Fisabilillah” (Lilis, Siba, Nunung, Zaqia, Intan, Nita, Satri)
yang telah menjadi sahabat sekaligus telah menjadi saudara selama studi ini.
11. Teman-teman kelas EP.16.F yang telah menjadi teman dan keluarga selama
perkuliahan.
viii
12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 (CARTEL) yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
13. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 2020
AYU ROSITA
ix
ABSTRAK
AYU ROSITA, Tahun 2020. Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan di Kabupaten Bone (Studi Kasus Desa Tapong
Kecamatan Tellu Limpoe). Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing
oleh Pembimbng I Akhmad dan Pembimbing II Samsul Rizal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pelaksanaan Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan di Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penulis menilai indikator keefektifan berdasarkan dan
dilakukan melalui teknik wawancara, studi kepustakaan, dan observasi.
Sedangkan teknik analisis dengan melakukan reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur di Desa Tapong sudah cukup berjalan dengan baik, dilakukan dan
diselesaikan tepat waktu.
Kata Kunci: Efektivitas, Infrastruktur Pedesaan, Pembangunan
x
ABSTRACK
AYU ROSITA, 2020. The Effectiveness of the Implementation of the Rural
Infrastructure Development Program in Bone Regency (Case Study of Tapong
Village, Tellu Limpoe District). Thesis, Economic Development Study Program,
Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar.
Supervised by Advisor I Akhmad and Second Advisor Samsul Rizal
This study aims to determine the effectiveness of the implementation of the
rural infrastructure development program in Tapong Village, Tellu Limpoe District,
Bone Regency. This type of research used in this research is qualitative
research. The author assesses the effectiveness indicators based on and is
carried out through interview techniques, literature study, and observation. While
the analysis technique uses data reduction, data presentation and conclusion
drawing.
The results of this study concluded that the implementation of the
infrastructure development program in the village of Tapong was running well,
carried out and completed on time.
Keywords: Effectiveness, Rural Infrastructure, Development
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
A. Tinjauan Teori ............................................................................ 8
1. Efektivitas .............................................................................. 8
2. Pelaksanaan .......................................................................... 14
3. Pembangunan Desa .............................................................. 17
4. Infrastruktur ........................................................................... 20
5. Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan .................... 22
xii
B. Tinjauan Empiris ........................................................................ 24
C. Kerangka Konsep ...................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 32
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 32
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 32
C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian ........................................ 32
D. Sumber Data .............................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 33
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 35
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 39
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 39
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 44
C. Pembahasan .............................................................................. 61
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 64
A. Kesimpulan ................................................................................ 64
B. Saran ......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66
LAMPIRAN ..................................................................................................... 68
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris ........................................................................... 29
Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Tapong ......................................................... 39
Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Desa Tapong
Tahun 2016-2019 .......................................................................... 41
Tabel 4.3 Sarana Pendidikan Desa Tapong .................................................. 42
Tabel 4.4 Program Infrastruktur di Desa Tapong tahun 2017-2020 ................ 44
Tabel 4.5 Daftar Pertanyaan dengan Informan Pertama ............................... 45
Tabel 4.6 Daftar Pertanyaan dengan Informan Kedua .................................. 47
Tabel 4.7 Daftar Pertanyaan dengan Informan Ketiga .................................. 50
Tabel 4.8 Daftar Pertanyaan dengan Informan Keempat .............................. 53
Tabel 4.9 Daftar Pertanyaan dengan Informan Kelima ................................... 56
Tabel 4.10 Daftar Pertanyaan dengan Informan Keenam ................................ 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 31
Gambar 4.1 Peta Desa Tapong ...................................................................... 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Draft Wawancara ........................................................................ 69
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 71
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian .................................................................... 78
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian........................................................ 79
Lampiran 5 Biografi Penulis ........................................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan juga
merupakan negara ke 4 terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia, sehingga Indonesia sering dihadapkan dengan berbagai masalah
sosial antara lain seperti, kemiskinan dan kurangnya infrastruktur. Masalah
kurangnya infrastruktur dan kemiskinan di Indonesia paling relatif banyak
terdapat di pedesaan, khususnya daerah terpencil dan tertinggal yang paling
merasakan permasalahan ini. Hal tersebut bertolak belakang dengan
pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) 1945 yang salah satunya
mengamanatkan bahwa “Memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Yang artinya bahwa kemiskinan
merupakan tanggungjawab Negara, yang dimaksud disini adalah pemerintah
negara itu sendiri. Untuk membantu mewujudkan kesejahteraan rakyat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa maka perlu adanya sarana yang dapat
mendukungnya seperti infrastruktur.
Keterbatasan infrastruktur sudah menjadi masalah lama yang dihadapi
oleh pedesaan terutama dalam pembangunan pedesaan. Untuk menangani
masalah infrastruktur sebaiknya ditangani berdasarkan kebutuhan dan
ketepatgunaan. Maksud dari kebutuhan ialah, infrastruktur yang akan
dibangun seyogyanya sesuai dengan apa yang masyarakat itu butuhkan dan
nantinya akan terkait dengan masalah ketepatgunaan. Apabila infrastruktur
tersebut dibangun sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa maka
2
kegunaan dari pembangunan infrastruktur itu akan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa.
Efektvitas pembangunan merupakan suatu ukuran tercapainya sasaran
atau tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Sehubungan dengan
efektvitas pembangunan tersebut maka dukungan dan bantuan dari
masyarakat dalam pembangunan desa itu sendiri sangat berarti. Dimana,
masyarakat harus ikut berpartisipasi dan di beri kepercayaan dan
kewenangan yang cukup dalam mengurusi rumah tangga desanya. Untuk itu
partisipasi masyarakat sangat di perlukan guna menunjang keberhasilan dari
program pembangunan.
Pembangunan desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Dalam
pembangunan pedesaan, infrastruktur merupakan salah satu unsur penting
dalam penunjang kemajuan desa. Ketertinggalan pembangunan berbagai
infrastruktur sangat berpengaruh pada keterbatasan masyarakat desa dalam
berkomunikasi, produksi dan mengakses informasi terutama dalam
menunjang kebutuhan masyarakat desa. Hal ini merupakan hambatan dalam
mengakses dan keterbatasan kemampuan. Salah satu contohnya adalah
akses fisik yang tidak layak karena buruknya infrastruktur seperti jalan.
Pembangunan jalan yang buruk akan menghambat kegiatan masyarakat
pedesaan ke sentra-sentra ekonomi dan industri di sekitarnya, membatasi
pemasaran produk yang dihasilkan, atau dapat juga menghambat perjalanan
wisatawan jika wilayah tersebut memiliki obyek wisata yang menarik. Lebih
dari itu keterbatasan ketersediaan jaringan jalan yang memadai juga akan
3
mengurangi daya Tarik investasi baik yang berasal dari lokal maupun yang
berasal dari luar (Arsyad, Lincolin dkk, 2011, p.10).
Salah satu kendala dalam pembangunan pedesaan adalah ketertinggalan
pembangunan infrastruktur yang mengakibatkan keterbatasan masyarakat
dalam berkomunikasi, dan mengakses informasi meskipun pada saat
sekarang sudah memasuki era modernisasi. Infrastruktur jalan yang tidak
layak akan menghambat kegiatan-kegiatan dalam aspek ekonomi, karena
jalan merupakan akses fisik ataupun sebagai penghubung dalam seluruh
kegiatan di berbagai lini. Selain itu jalan merupakan sarana transportasi yang
sangat vital jika dilihat dari segi fungsinya. Jalan sebagai penghubung antar
daerah (desa), dapat juga sebagai sarana untuk memperlancar
perekonomian didaerah tersebut sehingga suatu daerah tumbuh dan
berkembang. Dalam hal ini, pemerintah merencanakan program berupa
pembangunan infrastruktur di wilayah pedesaan, agar aspek fisik yang
menghambat kegiatan-kegiatan dalam sentra ekonomi sebagai suatu sarana
memperlancar perekonomian suatu daerah.
Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakasa
dan swadaya masyarakat desa. Penduduk pedesaan adalah merupakan
suatu potensi sumber daya manusi yang memiliki peranan ganda, yaitu
sebagai objek pembangunan dan sekaligus sebagai subjek pembangunan.
Dikatakan sebagai subjek pembangunan karena sebagian penduduk di
pedesaan di lihat dari aspek kualitas masih perlu di lakukan pemberdayaan.
Sebaliknya sebagai subjek pembangunan penduduk pedesaan memegang
4
peranan yang sangat penting sebagai kekuatan penentu (pelaku) dalam
proses pembangunan pedesaan maupun pembangunan nasional.
Pembangunan yang di lakukan sebaiknya sesuai dengan permasalahan
yang sedang di hadapi oleh suatu desa, karena itu pentingnya perencanaan
dalam pembangunan desa juga akan mempengaruhi pada berhasil atau
tidaknya pembangunan di pedesaan dilakukan. Pembangunan desa yang
terencana dan terkendali sangat diperlukan agar proses pembangunan desa
tersebut berhasil dan memilih output yang efektif.
Pengimplementasian kebijakan pembangunan didalam masyarakat perlu
juga adanya suatu pemahaman terhadap masyarakat agar kita bisa
mengetahui apa sebenarnya yang di inginkan masyarakat dan potensi yang
dapat digalih dalam daerah atau desa tersebut. Karena dalam sistem
pembangunan kita juga tidak bisa asal memasukkan bantuan di mana
masyarakat di wilayah tersebut tidak mengetahuinya dan tidak berpotensi di
desa tersebut. Pembangunan pedesaan itu sendiri seharusnya mempunyai
prinsip-prinsip agar dalam penerapannya fokus dan tidak bercampur dengan
kepentingan-kepentingan lainnya, prinsip-prinsip pembangunan pedesaan itu
seperti transparasi, partisipatif, dapat dinikmati masyarakat, dapat
dipertanggung jawabkan, dan berkelanjutan (Raharjo, 2006, p.19).
Desa Tapong adalah salah satu Desa yang secara administrasif
merupakan bagian dari Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone, terletak di
Provinsi Sulawesi Selatan yang tercatat telah menerima bantuan Dana Desa
dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) yang disalurkan melalui pemerintah Desa Tapong. Dana
Desa yang kemudian semestinya ditujukan untuk meningkatkan
5
kesejahteraan dan pemerataan pembangunan. Ini sesuai dengan apa yang
menjadi harapan dan kebutuhan masyarakat dalam menunjang aktivitas dan
kemajuan kehidupan masyarakat.
Masyarakat Desa Tapong yang sebagian besar mata pencaharian
ekonominya terletak pada sawah dan kebun, keadaan desa yang diselimuti
pada pegunungan curam dan sungai yang membelah sebagian besar daerah
dusun dan memisahkan desa dengan akses Daerah Kecamatan. Tentunya
dalam menjalani sosial ekonominya, desa ini sangat dipengaruhi oleh curah
hujan, dan tentunya pada akses jalan memadai yang mengangkut hasil
pencaharian mereka. Hal ini sangat perlu sebagai bahan pertimbangan
pemerintah Desa Tapong dalam merealisasikan program-program yang
bersifat penting demi memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum.
Tahun 2017-2020 ada beberapa pembangunan infrastruktur Desa
Tapong yang alokasi anggarannya berasal dari dana desa telah
menyelesaikan diantaranya: jalan desa (rabat beton) yang terbagi dalam 3
(tiga) dusun yakni Dusun I Lerang, Dusun II Rea, dan Dusun III Laniti,
pembangunan sarana pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), jembatan
pelimpas, serta gedung posyandu. Namun dari sisi perawatan dan
pemerataan infrastruktur dari berbagai program ini sebagai peneliti sekaligus
warga masyarakat Desa Tapong saya melihat bahwa belum baik secara
signifikan dari segi perawatannya dan pemerataan infrastruktur.
Yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah permasalahan
sarana infrastruktur yang ada di Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Bone diantaranya masih memiliki permasalahan jalan desa (rabat
beton) yang rusak sehingga mempersulit masyarakat dalam sarana
6
transportasi, serta mempersulit masyarakat dalam melakukan kegiatan
pertanian sekaligus penghubung antar dusun.
Selain itu permasalahan yang membuat pembangunan infrastruktur tidak
terlaksana dengan baik karena kurangnya perawatan baik dari pemerintah
desa beserta masyarakat akan hal pembangunan yang hanya berpatokan
pada jangka pendeknya saja tidak melihat jangka panjang yg ada seperti
contohnya pembangunan rabat beton yg sudah rusak namun tidak ada
pemulihan atau memperbaiki kembali jalan yang ada di wilayah tersebut.
Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian mengenai “Efektivitas
Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Di
Kabupaten Bone (Studi Kasus Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan di Kabupaten Bone (Studi Kasus
Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe)”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini
adalah “Untuk mengetahui Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan di Kabupaten Bone (Studi Kasus Desa Tapong
Kecamatan Tellu Limpoe)”.
7
D. Manfaat Penelitian
1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
dalam ilmu pengetahuan, terkhusus di bidang pembangunan dan dapat
menjadi referensi bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya.
2) Hasil penelitian ini nantinya bisa menjadi bahan evaluasi bagi instansi
pemerintah terkait dalam pelaksanaan pembangunan kedepannya guna
menambah literatur dalam pembangunan pedesaan di Indonesia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna
atau menunjang tujuan.
Menurut Gibson et.al (Bungkaes,2013:46) pengertian efektivitas adalah
penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan
organisasi. Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang
diharapkan (standar), maka mereka dinilai semakin efektif.
Ravinto (2014:11) menyatakan bahwa efektivitas adalah seberapa baik
pekerjaan dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan output seperti yang
diharapkan. Artinya, jika suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan
perencanaan, baik dalam waktu, biaya, dan kualitas, itu bisa dikatakan
efektif. Untuk mengetahui efektivitas suatu kegiatan diperlukan pengetahuan
tentang cara mengukur efektivitas. Sumaatmaja (2006:42) berpendapat
bahwa “pengukuran efektivitas secara umum dapat dilihat dari hasil kegiatan
sesuai dengan proses yang tidak membuang-buang waktu serta tenaga”.
Dari pendapat tersebut tampak bahwa pada dasarnya alat ukur efektivitas
terletak pada waktu yang digunakan dalam pelaksanaan, tenaga yang
melaksanakan dan hasil yang telah diperoleh.
9
Steers (1985:6) mengatakan bahwa “efektivitas dinilai menurut ukuran
seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak
dicapai”. Teori di atas diperkuat oleh Martani Huseini (1987) yang
menyatakan bahwa : “Pendekatan pencapaian tujuan menggunakan tujuan
dan sasaran sebagai ukuran efektivitas organisasi. Jika tujuan dinyatakan
sebagai keadaan yang ingin dicapai oleh organisasi di masa datang, sasaran
dapat digambarkan sebagai tujuan antara yang lebih bersifat operasional.
Dalam pengertian tersebut, sasaran dapat diartikan sebagai tujuan organisasi
yang baik tujuan jangka panjang ataupun jangka pendek, juga mencakup
sasaran dari keseluruhan organisasi ataupun sasaran dari suatu bagian
tertentu dari organisasi”. Sedangkan Sedarmayanti (2009:109)
mendefinisikan konsep efektivitas sebagai ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat dicapai.
Berdasarkan definisi atau pengertian mengenai efektivitas di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa efektivitas dapat diketahui melalui pencapaian
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu suatu
kegiatan dikatakan efektif apabila sumber daya yang digunakan (sarana dan
prasaran serta sumber daya lainnya) dapat seimbang dengan manfaat dan
hasil yang diperoleh. Dengan berpijak pada teori-teori yang digunakan di
atas, maka yang dimaksud dengan efektivitas dalam tulisan ini adalah tingkat
pencapaian tujuan atau target dari pelaksanaan suatu program atau kegiatan
yang dilakukan oleh organisasi pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat pada umumnya.
Adapun kriteria mengenai ukuran pencapaian tujuan efektif atau tidak,
sebagaimana di kemukakan oleh S.P.Siagian (1978:77), yaitu:
10
a) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai tujuan sasaran yang
terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.
b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan , telah diketahui bahwa strategi
adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak
tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
c) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-
usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
d) Perencanaan yang matang, pada hakikatnnya berarti memutuskan
sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
e) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat karena
apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak
dan bekerja.
f) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas
organiasasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana
dan prasarana yang tersedia dan mungkin di sediakan oleh organisasi.
g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan
pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
11
h) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik, mengingat
sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut
terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.
Selanjutnya David Krech, Richard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey
dalam Danim (2012:119-120) menyebutkan beberapa indikator efektivitas
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Hasil yang Dapat Dikeluarkan
Hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi,
program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan
(ratio) atau masukan (input) dengan keluaran (output), usaha dengan
hasil, persentase pencapaian program kerja dan sebagainya.
2. Tingkat Kepuasan yang Diperoleh
Ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada
jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).
3. Produk Kreatif
Penciptaan hubungan kondisi yang kondusif dengan dunia kerja,
yang nantinya dapat menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan.
4. Intensitas yang Akan Dicapai
Memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu,
dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi.
Makmur (2011:7-9) juga mengungkapkan indikator efektivitas dilihat dari
beberapa segi kriteria efektivitas, sebagai berikut:
1. Ketepatan Waktu
Waktu adalah sesuatu yang dapat menentukan keberhasilan suatu
kegiatan yang dilakukan dengan sebuah organisasi tapi juga dapat
12
berakibat terhadap kegagalan suatu aktivitas organisasi. Penggunaan
waktu yang tepat akan menciptakan efektivitas pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2. Ketepatan Perhitungan Biaya
Berkaitan dengan ketepatan dalam pemanfaatan biaya, dalam arti
tidak mengalami kekurangan juga sebaliknya tidak mengalami kelebihan
pembiayaan sampai suatu kegiatan dapat dilaksanakan dan diselesaikan
dengan baik. Ketepatan dalam menatapkan satuan-satuan biaya
merupakan bagian dari efektivitas.
3. Ketepatan Dalam Pengukuran
Dengan ketepatan ukuran sebagaimana yang telah ditetapkan
sebelumnya merupakan gambaran daripada efektivitas kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam sebuah organisasi.
4. Ketepatan Dalam Menentukan Pilihan
Menentukan bukanlah suatu persoalan yang gampang dan juga
bukan hanya tebakan tetapi melalui proses, sehingga dapat menemukan
yang terbaik diantara yang baik atau yang terjujur diantara yang jujur
atau kedua-duanya yang terbaik dan terjujur diantara yang baik dan jujur.
5. Ketepatan Berpikir
Ketepatan berpikir akan melahirkan keefektifan sehingga kesuksesan
yang senantiasa diharapkan itu dalam melakukan suatu bentuk
kerjasama dapat memberikan hasil yang maksimal.
6. Ketepatan Dalam Melakukan Perintah
Keberhasilan aktivitas suatu organisasi sangat banyak dipengaruhi
oleh kemampuan seorang pemimpin, salah satunya kemampuan
13
memberikan perintah yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan. Jika
perintah yang diberikan tidak dapat dimengerti dan dipahami maka akan
mengalami kegagalan yang akan merugikan organisasi.
7. Ketepatan Dalam Menentukan Tujuan
Ketepatan dalam menentkan tujuan merupakan aktivitas organisasi
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
yang ditetapkan secara tepat akan sangat menunjang efektivitas
pelaksanaan kegiatan terutama yang berorientasi kepada jangka panjang.
8. Ketepatan Sasaran
Penentuan sasaran yang tepat baik yang ditetapkan secara individu
maupun secara organisasi sangat menentukan keberhasilan aktivitas
organisasi. Demikian pula sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan itu
kurang tepat, maka akan menghambat pelaksanaan sebagai kegiatan itu
sendiri.
Sedangkan menurut Richard M. Strees dalam Tangkilisan (2005) pada
buku yang berjudul “Manajemen Publik” mengatakan bahwa ada 3 (tiga)
indikator efektivitas, sebagai berikut:
1. Pencapaian Tujuan
Pencapaian tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan
harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian
tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti
pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam
arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari 2 sub-indikator, yaitu:
kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkret.
14
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi atau komunikasi dan
pengembangan konsensus. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.
3. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan
program dengan keadaan di lapangan.
Berdasarkan beberapa indikator ukuran efektivitas yang dikemukakan
diatas maka penelitian ini menggunakan teori ukuran efektivitas
sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M. Stress dalam
Tangkilisan (2005) yaitu: pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi.
Efektivitas dalam penelitian ini berkaitan erat dengan program yang
akan diteliti, yaitu peneliti ingin melihat sejauh mana efektivitas
pelaksanaan program pembangunan infrastruktur tersebut.
2. Pelaksanaan
Menurut G.R Terry “Pelaksanaan adalah kegiatan meliputi menentukan,
mengelompokan, mencapai tujuan, penugasan orang-orang dengan
memperhatikan lingkungan fisik, sesuai dengan kewenangan yang
dilimpahkan terhadap setiap individu untuk melaksanakan kegiatan tersebut”.
Mazmanian dan Sebatier yang dikutip dalam Solihin Abdul Wahab
merumuskan proses pelaksanaan (Implementasi) sebagai berikut :
“implementasi (Pelaksanaan) adalah pelaksanaan keputusan kebijakan
dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk
perintah atau keputusan badan eksekutif yang penting ataupun keputusan
15
peradilan. Lazimnya dapat dikatakan keputusan tersebut mengidentifikasi
masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran
yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan proses
implementasinya. Proses ini langsung setelah melewati tahapan tertentu,
biasanya diawali dengan pengesahan undang-undang, kemudian
pelaksanaan oleh kelompok sasaran. Dampak nyata baik dikehendaki atau
tidak dari hasil pelaksanan tersebut dan akhirnya perbaikan-perbaikan
penting (upaya untuk melakukan perbaikan).
Pelaksanaan merupakan aktivitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan
untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah
dirimuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat
yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya
mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian
kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang
terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun
operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran
dari program yang ditetapkan semula.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan pembangunan insfrastruktur yang
dilaksanakan di Desa Tapong berdasarkan rencana anggaran biaya dan
jadwal pelaksanaan serta ketentuan teknis menurut standar pembangunan.
Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah
sebagai berikut:
1. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan
baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses
16
penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi
yang disampaikan;
2. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu
terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan
guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan;
3. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program
khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya
dari mereka yang menjadi implementer program;
4. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit
dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus
tanpa pola yang baku.
Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu
proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling
mempengaruhi antara suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu
dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting
dan mutlak yaitu:
1. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan;
2. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program
perubahan dan peningkatan;
3. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari
proses implementasi tersebut.
17
3. Pembangunan Desa
Menurut Siagian dalam Yunarto (2013:4) pembangunan adalah suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana
yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah,
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik.
Pembangunan fisik adalah pembangunan yang dapat di rasakan langsung
oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Kuncoro,
2010:20) pembangunan fisik misalnya berupa Infrastruktur, bangunan,
fasilitas umum. Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis
pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan
memiliki jangka waktu yang lama (Wresniwiro,2012) contoh dari
pembangunan non fisik adalah berupa peningkatan perekonomian rakyat
desa, peningkatan kesehatan masyarakat (Wresniwiro, 2012).
Pembangunan desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa pasal 1 ayat 8 adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
Kemudian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
pasal 78 ayat 1 tentang Desa dijelaskan bahwa: Pembangunan desa
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
18
Pembangunan desa merupakan salah satu bentuk untuk meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat desa, meningkatkan taraf hidup
masyarakat desa secara langsung dapat mendukung program pemerintah
(Nawacita).
Menurut Khoirah & Meylina (2018) dalam Mulyadi (2019, hal. 69–70),
pembangunan desa merupakan salah satu bentuk inplementasi kebijakan
publik yang bersentuhan dengan masyarakat dan dirasakan secara langsung
oleh masyrakat, terutama mengenai bantuan keuangan desa yang
merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan percepatan
pembangunan desa. Pembangunan daerah, kota dan desa adalah satu
kesatuan dengan pembangunan nasional, dimana desa merupakan tempat
tinggal sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pembangunan
desa mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan pembangunan
yang berdasarkan pada triologi pembangunan yaitu pemerataan
pembangunan dan hasil hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang yang cukup tinggi dan
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Adisasmita (2006:3) mengatakan bahwa pembangunan pedesaan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, merupakan usaha
peningkatan kualitas sumberdaya manusia pedesaan dan masyarakat secara
keseluruhan yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan pada potensi
dan kemampuan pedesaan. Dalam pelaksanaannya, pembangunan
pedesaan seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan pembangunan yaitu
mewujudkan masyarakat pedesaan yang mandiri, maju, sejahtera, dan
19
berkeadilan. Dalam pembangunan pedesaan banyak sekali dihadapi
hambatan diantaranya yang paling mendesak yaitu (Adisasmita, 2006:5):
1. Memperkecil kesenjangan (ketimpangan) antara desa dan kota, antar
pelaku pembangunan.
2. Merubah pola pembangunan dan pendekatan yang bersifat sentralistik
dan sektoral menjadi terdesentralisasi, holistik dan partisipatif.
3. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) aparat dan
masyarakat untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan
pedesaan.
4. Meningkatkan pembangunan prasarana fisik dan penyebarannya yang
mampu menjangkau ke berbagai pelosok.
Meskipun pembangunan pedesaan banyak mengalami hambatan-
hambatan, pembangunan pedesaan itu mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas, tetapi dapat dikelompokkan sebagai berikut (Adisasmita,
2006:8):
1. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan,
jaringan jalan, dan lingkungan pemukiman)
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia
4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan
pendapatan (khususnya terhadap daerah pedesaan miskin).
5. Peningkatan keterkaitan antar daerah pedesaan dan antara daerah
pedesaan dengan daerah perkotaan.
20
Roestanto Wahidi (2015:46) mengatakan bahwa pembangunan desa
lebih dititikberatkan pada upaya pemberdayaan masyarakat desa, yaitu
upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumberdaya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah
dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pembangunan pedesaan adalah pembangunan yang meliputi seluruh wilayah
Desa Tapong yang terdiri dari 3 (tiga) dusun yakni Dusun I Lerang, Dusun II
Rea, dan Dusun III Laniti.
4. Infrastruktur
Infrastruktur adalah sistem yang dapat mendukung sistem sosial dan
ekonomi yang secara sekaligus menjadi penghubung sistem lingkungan,
yang mana sistem ini dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil
kebijakan. N. Gregory Mankiw (2003) mengatakan bahwa dalam ilmu
ekonomi, arti infrastruktur adalah wujud modal publik “public capital” yang
terdiri dari jalan umum, jembatan, sistem saluran pembuangan dan lainnya,
sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan,
instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem
sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalam
Kodoatie,R.J.,2005). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama
sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
21
Infrastruktur umumnya merujuk pada pembangunan fisik untuk fasilitas
umum seperti; jalan raya, bandar udara, pelabuhan, listrik, telekomunikasi, air
bersih, pengolahan limbah, rumah sakit, sekolah, dan lain sebagainya. Selain
itu, infrastruktur juga merujuk pada hal teknis yang mendukung kegiatan
ekonomi masyarakat, seperti: modal transportasi, distribusi barang dan jasa
dan lain-lain.
Sumarto (2010:84) mengatakan bahwa infrastruktur memiliki peran yang
sangat penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik keadaan
infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap ekonomi. Infrastruktur
merupakan urat nadi perekonomian yang menentukan lancar atau tidaknya
kegiatan perekonomian, termasuk ekonomi kerakyatan. Apabila kondisi
infrastruktur seperti jalan, saluran irigasi, telekomunikasi, dan infrastruktur
lainnya jelek maka jangan berharap pembangunan ekonomi akan berjalan
sesuai harapan. Dalam hal ini berarti membangun infrastruktur juga berarti
membangun perekonomian, yang berorientasi pada tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Robert J.Kodoatie (2005) Infrastruktur merupakan sistem yang
dapat mendukung sistem sosial dan ekonomi yang secara sekaligus menjadi
penghubung sistem lingkungan, yang mana sistem ini dapat digunakan
sebagai dasar dalam mengambil kebijakan.
Sementara (Grigg,1998) mengatakan bahwa infrastruktur merujuk pada
sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase,
bangunanbangunan gedung, dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan
ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi
22
sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Definisi teknik juga mengatakan bahwa infrastruktur adalah aset fisik yang
dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang
penting.
Dalam hal ini, membangun infrastruktur juga berarti membangun
perekonomian, yang berorientasi pada tingkat kesejahteraan. Upaya yang
dilakukan pemerintah Indonesia dalam membangun daerah pedesaan yaitu
dengan meningkatkan desa swadaya (tradisional) menjadi desa swasembada
(maju) dan swakarsa (transisi) hal ini diwujudkan melalui peningkatan
kegiatan sosial ekonomi dan membangun sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh suatu pedesaan.
Infrastruktur pedesaan memiliki peranan sangat penting dalam suatu
perekonomian, selain itu infrastruktur yang merupakan akses dalam semua
kegiatan disetiap daerah harus bisa menjembatani setiap aktivitas
perekonomian disuatu daerah khususnya wilayah pedesaan. Keterkaitan
antara infrastruktur terhadap tingkat kesejahteraan suatu desa dapat dilihat
dari sejauh mana keadaan infrastruktur wilayah pedesaan tersebut, apabila
infrastruktur di wilayah pedesaan benar-benar efektif keberadaannya maka
hal ini akan dibarengi dengan tingkat kesejahteraan yang cukup baik.
5. Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan
Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan
program bantuan pembangunan infrastruktur pedesaan yang diarahkan untuk
mendorong peningkatan perekonomian pedesaan. PPIP dilaksanakan secara
partisipatif dimana masyarakat dapat memilih infrastruktur yang diinginkan.
23
Dengan pendekatan partisipatif, prioritas infrastruktur bergantung pada
kemampuan masyarakat dalam memilih,
Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan
program berbasis pemberdayaan masyarakat di bawah payung Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang komponen
kegiatannya meliputi fasilitasi dan mobilisasi masyarakat sehingga mampu
melakukan identifikasi permasalahan ketersediaan dan akses ke infrastruktur
dasar, menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan
infrastruktur. (Buku pedoman pelaksanaan program PPIP tahun 2011).
Prinsip-prinsip penyelenggaraan PPIP adalah:
1. Dapat diterima (Acceptable), pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan
musyawarah desa sehingga dapat diterima oleh masyarakat secara luas
(acceptable). Prinsip ini berlaku dari sejak pemilihan lokasi pembangunan
infrastruktur, penentuan spesifikasi teknis, penentuan mekanisme
pengadaan dan pelaksanaan kegiatan, termasuk pada penetapan
mekanisme pemanfaatan dan pemeliharaannya.
2. Transparansi, penyelenggaraan kegiatan dilakukan bersama masyarakat
secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat (transparent).
Transparansi antara lain dilakukan melalui penyebaran informasi terkait
program secaraakurat dan mudah diakses oleh masyarakat.
3. Akuntabel, penyelenggaraan kegiatan yang dilaksanakan masyarakat
harus dapat dipertanggungjawabkan (accountable), dalam hal ketepatan
sasaran, waktu, pembiayaan, dan mutu pekerjaan.
4. Berkelanjutan, penyelenggaraan kegiatan dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat secara berkelanjutan (sustainable) yang ditandai
24
dengan adanya rencana pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan
infrastruktur terbangun secara mandiri oleh masyarakat.
B. Tinjauan Empiris
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris
No Nama
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Nakinda
Novrasa
gelin
(2012)
Efektivitas
Pelaksanaan
Program
Pembangunan
Infrastruktur
Pedesaan
(PPIP) Studi
Kasus: Desa
Mayangan,
Kabupaten
Subang Jawa
Barat
Pendekatan
penelitian yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah pendekatan
kuantitatif
(positivis).
Pendekatan
kuantitatif
menggunakan cara
berpikir deduktif,
dengan melihat
pola yang umum ke
khusus.
Secara umum dapat
dikatakan bahwa
pelaksaan PPIP di desa
mayangan dapat
dikatakan efektif. Hal ini
dapat dilihat dari
ketepatan kebijakan
pemerintah yang dinilai
dirumuskan sesuai
dengan permasalahan
yang ada sehingga dapat
memecahkan
permasalahan dan
lembaga pembuat
kebijakan yang disini ialah
Kementerian PU memiliki
wewenang dengan
karakter kebijakan yaitu
mengengai penanganan
infrastruktur. Masyarakat
desa mayangan sangat
meraskan manfaat atas
hadirnya PPIP di desanya,
dan perubahan-
perubahan yang terjadi di
desa mayangan setelah
adanya PPIP juga dapat
dilihat dari berkurangnya
banjir yang ada di sana,
teratasinya permasalahan
kesulitan air bersih di
desa mayangan, dan
kesiapan sumber daya
25
manusia yang sudah siap
menerima dan
melaksanakan PPIP
dengan membuktikan
masyarakat desa
mayangan dapat
mengatasi hambatan-
hambatan yang ada pada
proses pembangunan.
Selanjutnya, lingkungan
internal (lembaga terkait)
dan lingkungan eksternal
(masyarakat) memiliki
tanggapan yang baik
mengenai PPIP sehingga
dalam pelaksanaannya di
desa mayangan dapat
terhindar dari
penyimpangan-
penyimpangan yang tidak
sesuai dengan pedoman
pelaksanaan PPIP.
Namun masih ada
kekurangan dalam
pelaksanaan PPIP di desa
mayangan yaitu lemahnya
pengawasan yang
dilakukan terhadap
fasilitator masyarakat
2 Aprilia
Olbata
(2018)
Efektivitas
Pelaksanaan
Pembanguan
Pedasaan Di
Desa
Kauneran I
Kecamatan
Sonder
Metode ini
menggunakan
metode penelitian
bersifat deskriftif
kualitatif.
Hasil Penelitian ini
menunjukkan Bahwa :
a. Pada dasarnya
Pelaksanaan Program
Pembangunan
Pedesaan di Desa
Kauneran 1 Kecamatan
Sonder sudah berjalan
baik namun belum
mencapai pada tahap
efektif. Karena dilihat
dari berbagai
pembangunnan di desa
Kauneran 1 , masih
terdapat pembangunan
26
yang belum selesai
selama bertahun-
tahun.
b. Hukum Tua dan
pemerintah desa harus
menjadi penggerak dan
harus lebih trampil
dalam menerapkan dan
membangun strategi
pembangunan yang
tepat sasaran dan
berguna untuk
penningkatan
perekonomian di
masyarakat. Adanya
pembangunan tepat
sasaran maka dapat di
lihat bahwa tingkat
perekonomian
masyarakat bertumbuh
pesat sehingga siklus
laju perekonomian
semakin meningkat.
Sehinnga tujuan dari
pembanguanan desa
dapat
tercapai.
3 Megawati
Cindy
Rorimpand
ey (2019)
Implementasi
Kebijakan
program
Pembangunan
Infrastruktur
Pedesaan
(PPIP) Di
Desa Lopana
Satu
Kecamatan
Amurang
Timur
Kabupaten
Minahasa
Selatan
Provinsi
Sulawesi
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah metode
kualitatif deskriptif
dengan
pendekatan
deduktif.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Implementasi Program
Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan
(PPIP) di Desa Lopana
Satu Kecamatan
Amurang Timur
Kabupaten Minahasa
Selatan belum berjalan
secara optimal. Hal ini
ditunjukkan oleh kondisi
jalan yang ditemukan
dalam kondisi rusak, tidak
sesuai dengan umur
jalan, disebabkan oleh
kurangnya dana,
27
Utara kurangnya informasi yang
diterima oleh masyarakat
sehingga pengawasan
pembagunan menjadi
kurang, penggunaan alat
dan material belum
mampu menjamin kualitas
jalan, serta rendahnya
Pemerintah Desa dan
masyarakat dalam upaya
pemeliharaan jalan Desa,
selanjutnya dilihat dari
variabel Edward III, yaitu
Komunikasi telah berjalan
dengan baik namun
masih perlu ditingkatkan
dalam hal partisipasi
masyarakat, Sumber
Daya masih belum
memadai, dikarenakan
rendahnya sumber dana
serta fasilitas pendukung
berupa sarana dan
prasarana serta
kurangnya keterlibatan
Pemerintah Daerah dalam
penyediaan fasilitas
pendukung kegiatan
pembangunan jalan dan
saluran air, Disposisi
dapat dikatakan sudah
cukup baik. Hal ini
ditunjukkan oleh
dukungan pemerintah
Desa dalam
melaksanakan Program
PPIP, Namun dalam hal
respon masyarakat
terhadap program ini
dirasakan masih kurang.
Struktur Birokrasi dapat
dikatakan belum berjalan
dengan baik, Hal ini
ditunjukkan oleh
28
penyelesaian program
PPIP yang belum tepat
waktu sesuai dengan
ketentuannya.
4 Yulani
Mangeron
gkonda
(2019)
Efektivitas
Pelaksanaan
Program
Pembangunan
Infrastruktur
Desa DiDesa
Bawo
Kecamatan
Tagulandang
Utara
Kabupaten
Sitaro
Jenis penelitian
yang digunakan
adalah penelitian
deskriptif kualitatif
Berdasarkan Hasil
Penelitian menunjukkan
bahwa:
1. Efektivitas pelaksanaan
program pembangunan
infrastruktur desa dari
pencapaian tujuan : dari
hasil yang di dapatkan di
lapangan berdasarkan
indikator pencapaian
tujuan belum mencapai
tujuan karna masalah
yang timbul akibat
transparasinya anggaran
dan program pemerintah
yang belum semuanya
yan terealisasi dengan
baik dan benar.
2. Efektivitas pelaksanaan
program pembangunan
infrastruktur desa dari
tingkat kepuasan : maka
tingkat kepuasan dari
masyarakat yang masih
kurang akibat
ketidaktransparannya
pemerintah terhadap
anggaran program
pembangunan
infrastruktur desa.
5 Burhanudi
n Kiay
(2020)
Efektivitas
Pelaksanaan
Program
Pembangunan
Infrastruktur
Perdesaan
(Studi : Desa
Bulude,
Kecamatan
Kabaruan
Pendekatan
penelitian yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah pendekatan
kualitatif deskriptif
sesuai dengan
permasalahan yang
akan diteliti.
Berdasarkan hasil
penelitian dan
pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa
Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan di
Desa Bulude jika dilihat
dari tiga indikator
efektivitas mulai dari
pencapaian tujuan dalam
29
Kabupaten
Kepulauan
Talaud,
Sulawesi
Utara)
pelaksanaan program
tersebut sudah tepat
waktu dan tepat sasaran
dan untuk indikator yang
kedua yaitu integrasi,
dimana program tersebut
telah atau sudah pernah
disosialisasikan dalam
musyawarah desa dan
indikator yang ketiga yaitu
adaptasi dimana untuk
perencanaan program dan
pelaksanaannya di
lapangan sudah bertahap
dan sesuai dengan
ketentuannya.. Dan untuk
indikator kedua yaitu
sudah dikategorikan baik
karena untuk masing-
masing indikator sudah
mencapai keberhasilan
dan keefektivan program
tersebut.
Sumber : Diolah Peneliti
C. Kerangka Konsep
Keterbatasan infrastruktur sudah menjadi masalah lama yang dihadapi
oleh pedesaan terutama dalam pembangunan pedesaan. Untuk menangani
masalah infrastruktur sebaiknya ditangani berdasarkan kebutuhan dan
ketepatgunaan. Maksud dari kebutuhan ialah, infrastruktur yang akan
dibangun seyogyanya sesuai dengan apa yang masyarakat itu butuhkan dan
nantinya akan terkait dengan masalah ketepatgunaan. Apabila infrastruktur
tersebut dibangun sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa maka
kegunaan dari pembangunan infrastruktur itu akan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa.
30
Desa Tapong adalah salah satu Desa yang secara administrasif
merupakan bagian dari Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone, terletak di
Provinsi Sulawesi Selatan yang tercatat telah menerima bantuan Dana Desa
dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) yang disalurkan melalui pemerintah Desa Tapong. Pada
tahun 2017-2020 pembangunan infrastruktur Desa Tapong yang alokasi
anggarannya berasal dari dana desa telah menyelesaikan diantaranya: jalan
desa (rabat beton) yang terbagi dalam 3 (tiga) dusun yakni Dusun I Lerang,
Dusun II Rea, dan Dusun III Laniti, pembangunan sarana pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), jembatan pelimpas, serta posyandu. Namun dari sisi
perawatan dan pemerataan infrastruktur dari berbagai program ini sebagai
peneliti sekaligus warga masyarakat Desa Tapong melihat bahwa belum baik
secara signifikan dari segi perawatannya dan pemerataan infrastruktur.
Dalam penelitian ini, menjelaskan tentang efektivitas. Dimana efektivitas
yang dimaksud adalah suatu konsep ukuran yang memberikan gambaran
antara tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana awal dengan hasil yang
dicapai. Adapun efektivitas dapat dilihat dari masukan dan keluaran, artinya
semakin tinggi target yang dicapai dari tujuan awal, maka program semakin
efektif.
Efektivitas pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan di
Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan indikator efektivitas menurut Richard M. Stress
dalam Tangkilisan (2005) yaitu: pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi.
Efektivitas dalam penelitian ini berkaitan erat dengan program yang akan
diteliti, yaitu peneliti ingin melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan
31
program pembangunan infrastruktur tersebut. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur pedesaaan di Kabupaten Bone, khususnya di Desa Tapong
Kecamatan Tellu Limpoe.
Adapun pemaparan secara ringkas atas kerangka konsep di atas, dapat
digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konsep
Pelaksanaan
Program Pembangunan
Infrastruktur Desa Tapong
Indikator Efektivitas
(Richard M. Strees dalam Tangkilisan :
2005)
1. Pencapaian Tujuan
2. Integrasi
3. Adaptasi
Keberhasilan Pelaksanaan
Program Pembangunan
Infrastruktur Desa Tapong
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran
secara jelas suatu fenomena atau kenyataan sosial yang berkenan dengan
masalah yang diteliti (Moleong, 2005:6). Adapun bentuk penelitiannya adalah
penelitian lapangan yaitu penelitian yang menekankan penggunaan data
primer yang di peroleh melalui wawancara dengan informan terkait fokus
penelitian sehingga dapat menemukan ruang lingkup tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dengan jelas sejauh
mana tingkat keefektivan dalam pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur pedesaan di Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten
Bone.
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini di fokuskan di Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe
Kabupaten Bone. Karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah sejauh mana efektivitas pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur pedesaan yang ada di Desa Tapong.
C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau wadah diadakannya suatu
penelitian, sedangkan situs penelitian adalah obyek yang akan dilakukan
suatu penelitian. Pada penelitian ini lokasinya adalah berada di Desa
33
Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone dengan situs penelitian di
Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone.
D. Sumber Data
Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua bagian yaitu:
1. Data Primer
Data ini diperoleh melalui field research (penelitian lapangan)
penelitian langsung dengan melihat laporan hasil pekerjaan dan dapat
diperoleh dari setiap informan yang diamati atau diwawancarai dilokasi
penelitian, dalam hal ini peneliti akan mengambil informan untuk dijadikan
sampel sebanyak 6 (enam) orang dalam penelitian ini pada Pemerintah
Desa Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone yakni: a) Kepala
Desa, b) Sekertaris Desa, c)Kaur Perencanaan dan Umum, d) Kepala
Dusun d) serta dua masyarakat.
2. Data Sekunder
Data ini bersumber dari penelitian kepustakaan yang berbentuk buku-
buku ilmiah, dokumen-dokumen, jurnal ilmiah, skripsi atau bahan lainnya
yang merupakan hasil dari olahan yang digunakan sebagai data awal
maupun data pendukung dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di lakukan penelitian ini adalah:
a. Observasi
Nawawi dan Martini menjelaskan bahwa observasi merupakan suatu
metode pengumpulan data dengan cara mengamati atau meninjau secara
34
cermat dan langsung dilokasi penelitian untuk mengetahui kondisi yang
terjadi atau membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian yang
sedang dilakukan. Teknik ini dilakukan untuk mencari dan mendapatkan
sesuatu diluar atau tidak mungkin diperoleh dari sumber data langsung,
sehingga dapat diharapkan nilai data yang diterima melalui pengamatan
langsung akan memberikan kekuatan pandangan tentang nilai atau validalitas
data tersebut, sebagai pembanding dari sumber data baku yang sudah ada..
b. Wawancara
Sugiyono (2016:317) menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara dimana
telah ditetapkan terlebih dahulu masalah dan pertanyaan yang akan diajukan
kepada pihak yang diwawancarai. Tujuan diadakannya wawancara dalam
penelitian ini adalah untuk melengkapi dan mengecek ulang data dari hasil
observasi. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mendatangi langsung informan penelitian dan menanyakan kepada mereka
beberapa hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan terkait dengan
pelaksananaan program pembangunan infrastruktur pedesaan di Desa
Tapong Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan
35
penelitian. Dengan teknik ini akan terkumpul data yang diperoleh dari
narasumber tetapi terdapat pada berbagai sumber tertulis, seperti dokumen-
dokumen yang dikeluarkan pemerintah, laporan-laporan dan arsip-arsip
lainnya.
F. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2016:306) mengatakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif tidak
ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian
utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk
yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian ini. Dalam keadaan yang serba tidak
pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri
sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Sistem pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dengan pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Situmorang dan Lufti, (2014) dalam penelitian, instrumen
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Karena
instrumen mengacu pada berbagai metode yang digunakan seorang peneliti
untuk mengumpulkan data dari responden untuk pekerjaan penelitian. Oleh
karena itu, berdasarkan teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam
penelitian ini maka instrumen penelitian yang digunakan adalah sebaga
berikut:
36
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan untuk menggunakan wawancara
yang dijadikan dasar untuk memperoleh informasi dari informan yang
berupa pertanyaan agar proses wawancara lebih terarah dan tidak terjadi
kekeliruan.
2. Peneliti sendiri
Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka peneliti
merupakan subjek dalam upaya pencarian dan pengumpulan data.
3. Buku dan Alat Tulis
Di gunakan untuk mencatat semua percakapan yang didapatkan dari
sumber wawancara.
4. Handphone (HP)
Di gunakan untuk memotret proses peneliti dalam melakukan
wawancara dan berbagai kegiatan yang dianggap penting, serta
digunakan untuk merekam semua proses wawancara dengan informan.
Karena jangan sampai data yang dicatat kurang akurat maka hasil
rekaman dapat di gunakan untuk menyempurnakannya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
37
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang
lain (Sugiyono, 2016:334).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat memasuki
lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. Penelitian
Kualitaitf menganalisis data-data atau menggambarkan data hasil penelitian
di lapangan dengan cara kata-kata tanpa menganalisis angka-angka dan
selanjutnya pengolaan data di sajikan secara deskriptif analisis di mana
menggambarkan secara lengkap mengenai masalah-masalah berdasarkan
penelitian lapangan. Tahapannya data yang diperoleh kemudian direduksi,
lalu penyajian data, penarikan kesimpulan, dan terakhir melakukan validitas
data.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014:246-253) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, meneliti hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya, membuang yang tidak perlu dan
mengoordinasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
38
b. Penyajian Data (Data Display)
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisi data adalah penyajian data
dalam bentuk sekumpulan informasi yang tersusun secara lebih sistematis
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam hal ini
peneliti akan menyajikan data dalam bentuk teks, untuk memperjelas hasil
penelitian maka dapat dibantu dengan mencantumkan tabel atau gambar.
c. Menarik Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verivication)
Pengambilan kesimpulan pada hakekatnya adalah memberi pemaknaan
dari data yang diperoleh. Untuk itu sejak pengumpulan data awal, peneliti
berusaha memaknai data yang diperoleh dengan cara mencari pola, model,
tema hubungan persamaan, alur sebab-akibat dan hal lain yang sering
muncul. Pada awalnya kesimpulan itu masih kabur tetapi semakin lama
kesimpulan akan semakin jelas setelah dalam proses selanjutnya didukung
oleh data yang semakin banyak. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Singkatnya makna-makna yang muncul dari
data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga
akan diperoleh satu keyakinan mengenai kebenarannya.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Tapong
Desa Tapong merupakan salah satu Desa dari 11 (sebelas) Desa yang
ada di Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone, Selawesi Selatan yang
terletak + 16 ( 01 ) km dari ibu kota Kecamatan dan + 70 ( 00 ) km dari ibu
kota Kabupaten Bone. Adapun luas wilayah Desa Tapong yaitu sekitar 43
km2. Dengan batas-batas wilayah ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Tapong
Wilayah Perbatasan
Utara Desa Sadar Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten
Bone
Selatan Kabupaten Barru
Timur Desa Batu Putih Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten
Bone
Barat Desa Bacu-Bacu Kecamatan Pujananting Kabupaten
Barru
Sumber: Desa Tapong
Secara administratif wilayah Desa Tapong terdiri atas 3 ( Tiga ) Dusun
dan 12 (dua belas) RT (Rukun Tetangga) yaitu Dusun I Lerang terdiri dari 4
(empat) RT, Dusun II Rea terdiri dari 4 (empat) RT dan Dusun III Laniti
terdiri dari 4 (empat) RT. Secara umum penggunaan wilayah Desa Tapong
sebagian besar untuk lahan pertanian berupa persawahan dan perkebunan,
lokasi perumahan masyarakat, sarana dan prasarana pemerintahan,
pendidikan, keagamaan dan perkuburan.
40
Gambar 4.1 Peta Desa Tapong
1. Visi dan Misi Desa Tapong
Berbicara visi adalah suatu gambaran ideal tentang keadaan masa
depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan Desa. Maka
visi Desa tapong yaitu “Terwujudnnya Masyarakat Desa Tapong Ke Era
yang Lebih Baik”. Selain penyusunan visi juga ditetapkan misi-misi yang
memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar Visi
desa dapat tercapai. Pernyataan visi ini dijabarkan kedalam misi agar dapat
di operasionalkan dan dikerjakan. Di mana misi- misi ialah sebagai berikut :
a. Menciptakan, Meningkatkan kualitas sarana dan produksi pertanian dan
peternakan.
b. Mewujudkan masyarakat Desa Tapong sadar Hukum.
c. Mewujudkan tersedianya sarana dan prasarana publik yang memadai.
d. Mengembangkan sumber daya manusia dan pemahaman masyarakat
atas hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
e. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan.
41
f. Mendorong kemajuan sektor usaha mikro, kecil dan menengah.
g. Mewujudkan kesadaran masyarakat Desa Tapong sadar wisata.
h. Meningkatkan kegiatan pembinaan pendidikan, keagamaan, sosial
budaya dan olahraga.
i. Mewujudkan kesadaran masyarakat Desa Tapong tentang Adat Istiadat
dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
2. Kondisi Demografis
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah teritorial
Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang
dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Laju pertumbuhan adalah angka yang
menunjukan persentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu
tertentu. Kepadatan penduduk adalah rasio banyaknya penduduk
perkilometer persegi (BPS,2020).
Jumlah penduduk Desa Tapong pada tahun 2019 sebanyak 1518 jiwa.
Jumlah penduduk setiap dusun dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Desa Tapong Tahun 2016-2019
Dusun Tahun
2016 2017 2018 2019
I Lerang 293 308 337 340
II Rea 506 515 534 574
III Laniti 536 567 588 598
Jumlah 1355 1390 1459 1518
Sumber: Desa Tapong
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dari kurung waktu 4 tahun jumlah
penduduk di Desa Tapong mengalami kenaikan, ini ditunjukkan pada tahun
2019 dengan jumlah penduduk mencapai 1518 jiwa. Jumlah penduduk di
42
Desa Tapong memiliki jumlah yang berbeda-beda disetiap dusun.
Penduduk terbanyak terdapat di Dusun III Laniti yaitu sebanyak 598 jiwa
sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat pada Dusun I Lerang yaitu
sebanyak 293 jiwa.
3. Sarana Pendidikan
Kondisi Desa Tapong dari aspek pendidikan dapat digambarkan
berdasarkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Untuk
menggambarkan kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Sarana Pendidikan Desa Tapong
Dusun TK/RA SD/MI SMP/
MTs
SMA/SMK
/MA
Taman
Bacaan
Dusun I Lerang - - - - -
Dusun II Rea 1 1 1 - -
Dusun III Laniti - 1 - - -
Total 1 2 1 - -
Sumber : Desa Tapong
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan
yang ada di Desa Tapong berjumlah 4 buah. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA dan seterusnya
penduduk Desa Tapong harus mencari sekolah di luar Desa.
4. Sejarah Pembangunan Desa
Mula-mulanya Desa ini ada (tiga) 3 perkampungan yaitu samaenre,
itrean dan bontang, yang kemudian dibentuk lagi yang namanya kepala
lompo yang dikepalai oleh P.Toro. Selanjutnya ketiga kampung tersebut
diganti lagi namanya yaitu, Lerang, Rea dan Laniti maka dibentuk sebuah
Desa tetapi belum mempunyai nama yang dimana dipimpin oleh Puang
43
sale. Kemudian pada tahun 1965 disinilah terbentuk Desa Tapong dibawah
pimpinan Abdullah Daeng Matereng. Pada tahun 1966-1969 Pemerintah
Desa Tapong dipimpin oleh Pacongkongi. Selanjutnya pada tahun 1969-
1992 didatangkan Pembina tahun 1969 yang bernama Tajuddin
Dg.Mallongi selama dua tahun, selama dua tahun tersebut maka
dibentuklah kepala Desa Tapong tahun 1971-1992.
Pada tahun 1993-1994 di tahun ini dijabat oleh sekertaris Desa Tapong
yang bernama Surdi diadakan lagi pemilihan Desa Tapong 1994 maka
yang terpilih pada tahun tersebut yaitu Andi Sultani. Kemudian di tahun
1995-2003 Desa Tapong sudah menjadi desa definitif yang dipimpin oleh
Bapak A. Sultani. Kemudian di tahun 2003-2008 pemerintah Desa Tapong
yang dipimpin oleh Bapak Abd.Rahim. Dan di tahun 2008-2014 masih
dipimpin oleh bapak Abd.Rahim. Pada tanggal 15-9-2014 pemerintah Desa
Tapong dipegang oleh Sekeretaris Desa Ibu Murhaya. Pada tahun 2016
sampai sekarang Pemerintahan Desa Tapong di pimpin Oleh Bapak
Ridwan S.Pd. MM.
2. Perencanaan Pembangunan
Berdasarkan hasil yang telah diteliti, setiap Desa diharuskan memiliki
perencanaan yang matang berdasarkan partisipasi dan transportasi serta
demokratisasi yang berkembang di setiap Desa, maka Desa dipastikan
Harus Memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes) atau Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). Seperti yang
terjadi di Kabupaten Bone tepatnya di Desa Tapong.
RPJMDes merupakan rancangan pembangunan Desa yang memiliki
jangka waktu lima tahun. RPJMDes merupakan dokumen penting dalam
44
setiap perencanaan pembangunan Desa yang mendukung perencanaan
tingkat Kabupaten.
B. Hasil Penelitian
1. Program yang Terealisasi
Berikut ini adalah program pembangunan infrastruktur Desa Tapong
yang terealisasi dari tahun 2017-2020 yang dananya bersumber dari Dana
Desa yaitu:
Tabel 4.4 Program Infrastruktur di Desa Tapong tahun 2017-2020
No Nama Program Dana yang Dipakai Waktu
Pengerjaan
1 Pembangunan rabat beton :
1. Dusun I Lerang - Pembangunan rabat sebelas
di Batu Massila - Pembangunan rabat sebelas
-
- Rp. 69.618.000
- Rp. 175.794.300
2018
2019
2. Dusun II Rea - Pembangunan rabat sebelas di Lacinaga
- Pembangunan rabat full di Bantae - Pembangunan rabat sebelas
Kampung Baru - Pembangunan rabat sebelas
Kessi-Kessie - Pembangunan rabat full
Abbanuangnge -
- Rp. 194.280.000
- Rp. 92.290.200
- Rp. 99.595.500
- Rp. 115.574.000
- Rp. 131.175.000
2018
2019
2019
2020
2020
3. Dusun III Laniti - Pembangunan rabat full - Pembangunan rabat full Poros
Laniti - Pembangunan rabat full Poros
Laniti -
- Rp. 182.765.000
- Rp. 182.153.800
- Rp. 140.726.000
2018
2019
2020
2 - Pembangunan jembatan pelimpas di Dusum II Rea
- Pembangunan jembatan pelimpas di Laduajeng di Dusun I Lerang
- Pembangunan jembatan kayu Latabbempeng di Dusun III Laniti
- Rp. 178.600.000
- Rp. 169.309.300
- Rp. 97.270.300
2017
2019
2019
45
3 Pembangunan gedung PAUD di
Dusun II Rea Rp. 180.484.000 2017
4 - Pembangunan gedung
Poskesdes/Posyandu di Dusun I
Lerang
- Rehabilitasi gedung Posyandu di
Dusun II Rea
- Rp. 108.510.000
- Rp. 5. 000.000
2017
2017
Sumber : Data diolah
2. Hasil Wawancara
1) Identitas Informan Pertama
Nama Informan : Ridwan, S.Pd., MM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 39 Tahun
Status Pekerjaan : Kepala Desa
Alamat : Rea
Tanggal Wawancara : 16 November 2020
Tempat Wawancara : Kantor Desa Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone
Tabel 4.4 Daftar Pertanyaan dengan Informan Pertama
No Pertanyaan Jawaban informan
1
Apakah benar bapak sendiri
yang merencanakan prgram
pembangunan infrastruktur
yang ada di Desa ini?
“Ya, bersama dengan BPD,
masyarakat melalui musyawarah”
2
Apa yang mendorong sehingga
bapak berinisiatif untuk
mengadakan pembangunan
tersebut?
“Masyarakat dan bentuk
pengabdian dan tugas kita
terhadap masyarakat.”
3
Menurut bapak apakah
pembangunan infrastruktur ini
sudah tepat waktu dan tepat
sasaran dalam tahapan
pengerjaannya?
“Ya, karna pengerjaannya
dilakukan dengan swakelola”
4
Siapa saja yang dilibatkan
dalam pelaksanaan program
infrastruktur ini?
“Elemen Masyarakat”
5
Apakah dalam rapat
perencanaan pembangunan
infrastruktur desa telah
“Ya melibatkan masyarakat
bersama BPD melalui
musyawarah”
46
melibatkan peran penting
masyarakat dalam pengambilan
keputusan?
6
Apakah bapak terjun langsung
dalam mengawasi proses
pelaksanaan pembangunan
infrastruktur tersebut?
“Ya saya terjun langsung melihat
proses pengerjaannya”
7
Apa saja yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan program
infrastruktur ini ?
“Akses jalan yg tdk bagus dan
lokasi toko bangunan jauh dari
Desa”
8
Bagaimana bentuk dukungan
dan partisipasi masyarakat
terhadap program ini?
“Pekerjaan Pembangunan di
kerjakan oleh masyarakat”
9
Kapan saja dilaksanakan
program infrastruktur
pembangunan di Desa ini?
“Pada saat musim kemarau”
10 Apa dampak positif yang
ditimbulkan dari program ini?
“Akses masyarakat jadi semakin
lancar”
11 Apa dampak negatif yang
ditimbulkan dari program ini?
“tidak ada”
Sebagaimana wawancara yang dilakukan peneliti dengan bapak
Ridwan S.Pd., MM selaku Kepala Desa Tapong dapat dideskripsikan bahwa,
yang merencanakan program pembangunan infrastruktur di Desa Tapong
adalah bapak Ridwan , S.PD., MM. sendiri Selaku kepala Desa Tapong
bersama dengan BPD, serta masyarakat yang dilakukan dalam atau melalui
musyawarah. Adapun yang mendorong bapak Ridwan, S.PD., MM sehingga
dia berinisiatif mengadakan pembangunan infrastrutur di Desa yang
dipimpinnya yakni masyarakatnya sendiri dan realisasi bentuk pengabdian,
tugas, serta tanggung jawab beliau terhadap masyarakatnya. Dalam
pandangan bapak Ridwan S.PD., MM pembangunan infrastruktur yang
dilaksanakan sudah tepat waktu dan tepat sasaran dalam tahapan
pengerjaannya, karena dilakukan dengan tahapan swakelola.
47
Adapun orang–orang yang dilibatkan dalam pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur yaitu semua komponen elemen masyarakat
Desa Tapong. Dalam rapat perencanaan pembangunan infrastruktur Desa
peran penting masyarakat dalam pengambilan keputusan pak Ridwan S.PD.,
MM. telah melibatkan masyarakat ikut serta dalam musyawarah bersama
BPD guna tercapainya sebuah mufakat. Dalam mengawasi proses
pelaksanaan pembangunan infrastruktur beliau juga terjun langsung ke
lokasi untuk melihat proses pengerjaannya. Waktu pelaksanaan program
infrastruktur pembangunan di Desa Tapong di laksanakan pada saat musim
kemarau berlangsung.
Menurut bapak Ridwan S.Pd., MM dalam pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur di Desa Tapong mengalami kendala yakni akses
jalan yang kurang bagus dan lokasi toko bangunan yang jauh dari Desa.
Adapun dampak positif yang di timbulkan dari program pembangunan
infrastruktur Desa antara lain masyarakat bisa merasakan langsung akses
kegiatan ekonomi, sosial, dan sebagainya itu bisa semakin lancar dan
mengalami peningkatan. Dampak dari segi negatif yang ditimbulkan dari
program pembangunan infrastruktur Desa itu tidak ada.
2) Identitas Informan Kedua
Nama Informan : Murhaya
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50
Status Pekerjaan : Sekertaris Desa
Alamat : Rea
Tanggal Wawancara : 16 November 2020
Tempat Wawancara : Kantor Desa Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone
48
Tabel 4.5 Daftar Pertanyaan dengan Informan Kedua
No Pertanyaan Peneliti Jawaban informan
1
Siapa yang merencanakan
program infrastruktur ini?
“Pemerintah dan masyarakat Desa
melalui musyawarah Desa”
2
Bagaimana tanggapan anda
tentang pembangunan
infrastruktur ini?
“sangat membantu masyarakat
dalam beraktivitas terkhusus
pengguna jalan”
3
Apakah pembangunan
infrastruktur ini sudah tepat
waktu dan sudah tepat sasaran
dalam tahapan pengerjaannya?
“iya sudah tepat waktu dan
sasarannya”
4
Apakah dalam rapat
perencanaan pembangunan
infrastruktur desa telah
melibatkan peran penting
masyarakat dalam pengambilan
keputusan?
“iya karena masyarakat sendiri
yang dilibatkan dalam
mengerjakan infrastruktur”
5
Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan program
infrastruktur ini?
“masyarakat Desa”
6
Bagaimana proses sosialisasi
yang dilakukan pemerintah
terhadap masyarakat dalam
merencanakan program
tersebut?
“melalui musyawarah desa/
musyawarah dusun dan berjalan
lancar. Masyarakat antusias dalam
proses sosialisasi guna
melancarkan pembangunan
infrastruktur.
7
Kendala apa saja yang di
hadapi dalam pelaksanaan
program infrastruktur tersebut?
“kendalanya itu di pengangkutan
alat dan bahan karena toko
bangunan jauh dari Desa.
8
Apakah dalam pembangunan
infrastruktur masyarakat
dilibatkan dalam mengontrol
pembangunan infrastruktur
tersebut?
“iya untuk memberikan arahan
apabila ada yang kurang dalam
pengerjaannya”
9
Kapan saja dilaksanakan
program infrastruktur
pembangunan di Desa ini?
“tergantung dari program atau
perencanaan Desa”
10 Apa dampak positif yang
ditimbulkan dari program
“memudahkan akses jalan kaki
dan pengendara di Desa walaupun
49
infrastruktur ini? sudah masuk musim hujan”
11
Apa dampak negatif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“pengerukan pinggiran rabat beton
yang mengakibatkan pengikisan
tanah”
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan ibu
Murhaya Selaku Sekretaris Desa Tapong, dapat disimpulkan bahwa yang
merencanakan program infrastruktur tersebut yakni pemerintah dan
masyarakat desa melalui musyawarah desa. Tanggapan ibu Murhaya
tentang pembangunan infrastruktur di Desa Tapong yakni sangat membantu
masyarakat dalam beraktivitas terkhusus pengguna jalan, dan menurut ibu
Murhaya pembangunan infrastruktur sudah tepat waktu dan tepat pula
sasarannya. Persoalan keterlibatan peran penting masyarakat dalam
pengambilan keputusan dalam rapat perencanaan pembangunan
infrastruktur Desa telah dilibatkan serta masyarakat pula dilibatkan dalam
mengerjakan infrastruktur.
Adapun yang terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur seperti yang di katakan ibu Murhaya yaitu masyarakat Desa.
Proses sosialisasi yang dilakukan pemerintah pada masyarakat dalam
pelaksanaan program pembangunan infrastruktur dilaksanakan melalui
musyawarah desa/dusun dan berjalan lancar. Dalam musyawarah tersebut
masyarakat sangat antusias mengikuti proses sosialisasi, karena mereka
memilki kesadaran bahwa musyawarah dan sosialisasi diperadakan guna
melancarkan pembangunan infrastruktur.
Kendala yang dihadapi selama dalam pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur tersebut terkendala dipengangkutan alat dan
bahan di sebabkan karena letak toko bangunan jauh dari Desa. Dalam
50
pembangunan infrastruktur masyarakat dilibatkan pula dalam mengontrol
pembangunan infrastruktur untuk dapat memberikan arahan apabila ada
yang kurang dalam pengerjaannya. Adapun waktu dilaksanakan program
pembangunan infrastruktur ditinjau dari ketergantungan agenda program
atau perencanaan Desa. Menurut ibu Murhaya dengan adanya
pembangunan infrastruktur di Desa maka dapat memudahkan segala
aktivitas keseharian. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari program
pembangunan infrastruktur yaitu dari segi pengerukan pinggiran rabat beton
yang mengakibatkan pengikisan tanah.
3) Identitas Informan Ketiga
Nama Informan : Kasman
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 44 Tahun
Status Pekerjaan : Kaur Perencanaan dan Umum
Alamat : Rea
Tanggal Wawancara : 17 November 2020
Tempat Wawancara : Desa Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone
Tabel 4.6 Daftar Pertanyaan dengan Informan Ketiga
No Pertanyaan Peneliti Jawaban informan
1
Siapa yang merencanakan
program infrastruktur ini?
“yang merencanakan
pembangunan ini adalah kepala
Desa, BPD dan masyarakat
dengan mengadakan
musyawarah”
2
Bagaimana tanggapan anda
tentang pembangunan
infrastruktur ini?
“menurut saya dengan adanya
pembangunan infrastruktur di
Desa ini bisa lebih meningkat”
3
Apakah pembangunan
infrastruktur ini sudah tepat
waktu dan sudah tepat sasaran
dalam tahapan pengerjaannya?
“iya sudah tepat waktu karena
pembangunan ini sudah sesuai
dengan jadwal yang telah
direncanakan dan sudah
memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat”
51
4
Apakah dalam rapat
perencanaan pembangunan
infrastruktur desa telah
melibatkan peran penting
masyarakat dalam pengambilan
keputusan?
“iya masyarakat dilibatkan”
5
Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan program
infrastruktur ini?
“Kepala Desa, Badan Pemerintah
Daerah (BPD), Aparat Desa dan
Tokoh masyarakat”
6
Bagaimana proses sosialisasi
yang dilakukan pemerintah
terhadap masyarakat dalam
merencanakan program
tersebut?
“melakukan musyawarah desa /
musyawarah dusun”
7
Kendala apa saja yang di
hadapi dalam pelaksanaan
program infrastruktur tersebut?
“akses jalan yang kurang memadai
sehingga untuk mengangkut alat
dan bahan tersebut sangat sulit
apalagi kalau sudah hujan jalanan
licin karena sebagian jalan belum
di cor.
8
Apakah dalam pembangunan
infrastruktur masyarakat
dilibatkan dalam mengontrol
pembangunan infrastruktur
tersebut?
“iya dilibatkan masyarakat karena
masyarakat berperan penting
dalam pelaksanaan program
pembangunan tersebut”
9
Kapan saja dilaksanakan
program infrastruktur
pembangunan di Desa ini?
“satu kali perencanaan dalam satu
tahun, di Desa Tapong ini memiliki
budaya yang cukup unik karena
dalam budaya Desa Tapong ini
pembangunan baru bisa
dilaksanakan apabila acara
budaya telah rampung”
10
Apa dampak positif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“dengan adanya program
infrastruktur ini maka sumber daya
manusia semakin meningkat dan
akses jalan semakin lancar”
11
Apa dampak negatif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“sejauh ini tidak ada dampak
negatifnya karena dengan adanya
program infrastruktur ini lebih
menguntungkan bagi masyarakat
setempat”
52
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan bapak
Kasman selaku Kaur Perencanaan dan Umum, dapat disimpulkan bahwa yg
merencanakan program pembangunan infrastruktur di Desa Tapong adalah
pemerintah setempat (Kepala Desa) dengan melakukan musyawarah
dengan BPD dan masyarakat. Dalam memandang pembangunan
infrastruktur beliau menilai adanya peluang peningkatan kemajuan
pedesaan. Menurut bapak kasman pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur di Desa Tapong sudah tepat waktu karena pembangunannya
sudah sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan dan sudah memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat.
Dalam perencanaan pembangunan masyarakat selalu dilibatkan agar
pemerintah Desa tidak salah dalam mengambil keputusan dan keputusan
bisa dirasakan masyarakat secara tepat. Adapun yang terlibat dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur yakni Kepala Desa, BPD, aparat
Desa serta masyarakat setempat. Adapun cara yg dilakukan dalam
mensosialisasikan sebuah program seperti musyawarah ditingkat
desa/dusun. Kendala yang dihadapi dalam mengerjakan pembangunan
tersebut yakni dari jalanan yang kurang bagus sehingga mobil yang
mengangkut alat dan bahan bangunan sangat sulit untuk dilewati apalagi
pada saat musim hujan.
Dalam pembangunan infrastruktur masyarakat dilibatkan dalam
mengontrol pembangunan karena ia merupakan sebuah komponen penting
dan sangat di butuhkan dalam sebuah pengawasan. Pelaksanaannya
dilakukan hanya satu kali setahun, serta Daerah Tapong memiliki budaya
yang unik yang bagus untuk diketahui masyarakat luar. Dampak positif
53
pembangunan ini memberi peningkatan tersendiri baik dari segi Sumber
daya manusia maupun hasil panen atau Sumber daya alam. Dampak
negatifnya sejauh ini tidak ada, disebabkan karena adanya program
infrastruktur lebih memberi manfaat bagi masyarakat yang ada di Desa
Tapong.
4) Identitas Informan Keempat
Nama Informan : Dedy Fauzy Ansar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 28 Tahun
Status Pekerjaan : Kepala Dusun
Alamat : Rea
Tanggal Wawancara : 16 November 2020
Tempat Wawancara : Kantor Desa Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bon
Tabel 4.7 Daftar Pertanyaan dengan Informan Keempat
No Pertanyaan Peneliti Jawaban informan
1
Siapa yang merencanakan
program infrastruktur ini?
“kepala Desa dengan mengadakan
musyawarah bersama BPD dan
masyarakat”
2
Bagaimana tanggapan anda
tentang pembangunan
infrastruktur ini?
“sangat bagus karena akses
masyarakat tidak lagi terkendala”
3
Apakah pembangunan
infrastruktur ini sudah tepat
waktu dan sudah tepat sasaran
dalam tahapan pengerjaannya?
“sudah tepat waktu karena
pembangunan ini sudah sesuai
dengan jadwal yang telah
direncanakan dan sudah memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat”
4
Apakah dalam rapat
perencanaan pembangunan
infrastruktur desa telah
melibatkan peran penting
masyarakat dalam pengambilan
keputusan?
“iya masyarakat juga dilibatkan”
54
5
Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan program
infrastruktur ini?
“Kepala Desa, Badan Pemerintah
Daerah (BPD), Aparat Desa dan
Tokoh masyarakat”
6
Bagaimana proses sosialisasi
yang dilakukan pemerintah
terhadap masyarakat dalam
merencanakan program
tersebut?
“melakukan musyawarah desa /
musyawarah dusun”
7
Kendala apa saja yang di hadapi
dalam pelaksanaan program
infrastruktur tersebut?
“jauhnya bahan yang diangkut ke
lokasi pembangunan, dan akses
jalan yang kurang memadai
sehingga untuk mengangkut alat
dan bahan tersebut sangat sulit
apalagi pada saat musim hujan”
8
Apakah dalam pembangunan
infrastruktur masyarakat
dilibatkan dalam mengontrol
pembangunan infrastruktur
tersebut?
“iya dilibatkan masyarakat,
masyarakat juga ikut dalam
pelaksanaan program
pembangunan tersebut”
9
Kapan saja dilaksanakan
program infrastruktur
pembangunan di Desa ini?
“pada saat musim kemarau, dan
setelah acara budaya di Desa ini
selesai baru bisa mengerjakan lagi
pembangunan”
10
Apa dampak positif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“kami tidak lagi terkendala waktu
musim hujan dan meningkatkan
pendapatan Desa pada sektor
ekonomi karena akses jalan yang
sudah bagus, dan masyarakat tidak
lagi terkendala masalah barang dan
jasa”
11
Apa dampak negatif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“menurut saya sih tidak ada yah
karena dengan adanya
pembangunan, itu malah
menguntungkan masyarakat”
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan bapak
Dedy Fauzy Ansar selaku Kepala Dusun di Desa Tapong, dapat disimpulkan
bahwa Perencana utama program infrastruktur di Desa Tapong yakni kepala
Desa selanjutnya diadakan musyawarah desa /dusun dengan BPD dan
dihadirkan pula masyarakat setempat. Dalam hal menanggapi pembangunan
55
infrastruktur Desa bapak Dedy Fauzy Ansar menilai sangat bagus karena
bukan lagi sebuah masalah atau kendala masyarakat dalam beraktivitas
kesehariaannya. Pembangunan infrastrukturnya sudah tepat dari apa yang
dijadwalkan serta apa yang diinginkan.
Dalam aktivitas rapat desa masyarakat selalu diikut sertakan dalam
pengambilan keputusan sebagai bagian penting dalam tatanan
bermasyarakat. Keikut sertaaan dalam proses pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur bukan hanya kepala desa, BPD, aparat desa,
akan tetapi masyarakatpun di ikutkan. Sosialisasinya dilakukan dengan
musyawarah desa atau dusun
Adapun Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur dari jarak tempuh ke toko bangunan, akses yang
kurang mendukung, kesediaan barang, dan musim penghujan suatu problem
tersendiri. Masyarakat harus dilibatkan dalam mengontrol program
pembangunan desa karena itu merupakan bagian yg sangat penting.
Waktu pelaksanaan pembangunan dilakukan pada saat musim kemarau
dan setelah budaya adat di daerah tersebut selesai. Dampak positif yang
dapat dirasakan tidak terkendalanya lagi waktu, dan perjalanan menjadi cepat,
meningkatnya perekonomian masyarakat dan memudahkan pengantaran
barang. Tidak ada sama sekali dampak negatif yang diberikan karena lebih
banyak manfaat yang dirasakan masyarakat dengan hadirnya pembangunan
infrastruktur.
56
5) Identitas Informan Kelima
Nama Informan : Musakkar
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 50 tahun
Status Pekerjaan : Petani
Alamat : Rea
Tanggal Wawancara : 17 November 2020
Tempat Wawancara : Desa Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone
Tabel 4.8 Daftar Pertanyaan dengan Informan Kelima
No Pertanyaan Peneliti Jawaban informan
1
Siapa yang merencanakan
program infrastruktur ini?
“kepala Desa melakukan
musyawarah degan BPD dan
masyarakat Desa”
2
Bagaimana tanggapan anda
tentang pembangunan
infrastruktur ini?
“dengan adanya infrastruktur ini
maka saya merasa sangat
terbantu”
3
Apakah pembangunan
infrastruktur ini sudah tepat
waktu dan sudah tepat sasaran
dalam tahapan pengerjaannya?
“iya sudah”
4
Apakah dalam rapat
perencanaan pembangunan
infrastruktur desa telah
melibatkan peran penting
masyarakat dalam pengambilan
keputusan?
“iya dilibatkan masyarakat”
5
Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan program
infrastruktur ini?
“Kepala Desa, Badan Pemerintah
Daerah (BPD), Aparat Desa dan
Tokoh masyarakat ”
6
Bagaimana proses sosialisasi
yang dilakukan pemerintah
terhadap masyarakat dalam
merencanakan program
tersebut?
“melakukan musyawarah desa /
musyawarah dusun”
7
Kendala apa saja yang di hadapi
dalam pelaksanaan program
infrastruktur tersebut?
“toko bangunan yang jauh dari
Desa ini dan akses jalan yang
kurang memadai sehingga untuk
mengangkut alat dan bahan
57
tersebut sangat sulit apalagi pada
saat musim hujan”
8
Apakah dalam pembangunan
infrastruktur masyarakat
dilibatkan dalam mengontrol
pembangunan infrastruktur
tersebut?
“iya dilibatkan masyarakat karena
masyarakat berperan penting
dalam pelaksanaan program
pembangunan tersebut”
9
Kapan saja dilaksanakan
program infrastruktur
pembangunan di Desa ini?
“pada saat musim kemarau, dan
setelah acara budaya di Desa ini
selesai barulah bisa mengerjakan
lagi pembangunan”
10
Apa dampak positif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“menguntungkan masyarakat
dalam beraktivitas, membantu
anak-anak dalam proses
pendidikan”
11
Apa dampak negatif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“bahaya kalau ada orang jatuh
karena rabat beton keras dan
banyak jurang”
Berdasarkan hasil wawancara yang telah diperoleh peneliti dengan bapak
Musakkar selaku salah satu Masyarakat Desa Tapong, dapat disimpulkan
bahwa perencana dari program pembangunan di Desa Tapong yakni kepala
Desa Tapong dibantu jajaran bawahannya, serta masyarakat yang
berkontribusi langsung dalam musyawarah. Menurut bapak Musakkar dengan
keberadaan pembangunan sudah tentu dapat membantu masyarakat
setempat. Ketepatan sasaran dan apa yang diagendakan telah terpenuhi
yang tentu itu suatu hal yang bisa dikatakana keberhasilan.
Dalam merencanakan program pembangunan masyarakat dilibatkan pula
sebagai kontribusi sumbangsih pikiran. Terlibat sudah tentu kepala desa,
BPD, perangkat desa dan tokoh masyarakat. Satu salah cara yang dilakukan
tingkat Desa dilakukan musyawarah untuk mensosialisasikan program kerja
ditingkat pedesaan. Dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Tapong
58
kendalanya dari toko bangunan yg jauh, serta akses jalan yg kurang
memadai.
Masyarakat dilibatkan pula dalam mengontrol pembangunan infrastruktur
karena adanya tanggungjawab membangun kemajuan desa. Program
pembangunan dilakukan pada saat musim kemarau, serta budaya daerah
setempat telah dilaksanakan. Jika berbicara dari hal positif tentu hal baik yg
bisa dihadirkan seperti beraktivitas, mempermudah proses pendidikan, karena
baiknya sudah jalanan. Dampak negatif pembangunan infrastruktur itu bisa
melukai jika seseorang jatuh dan bisa saja terjadi cedera yang sangat fatal.
6) Identitas Informan Keenam
Nama Informan : Juhariah
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Status Pekerjaan : IRT
Alamat : Rea
Tanggal Wawancara : 17 November 2020
Tempat Wawancara : Kantor Desa Tapong Kec.Tellu Limpoe Kab.Bone
Tabel 4.9 Daftar Pertanyaan dengan Informan Keenam
No Pertanyaan Peneliti Jawaban informan
1
Siapa yang merencanakan
program infrastruktur ini?
“pak Desa dengan mengadakan
musyawarah bersama BPD dan
masyarakat”
2
Bagaimana tanggapan anda
tentang pembangunan
infrastruktur ini?
“sangat bagus karena akses
masyarakat tidak lagi terkendala”
3
Apakah pembangunan
infrastruktur ini sudah tepat
waktu dan sudah tepat sasaran
dalam tahapan pengerjaannya?
“sudah tepat waktu karena
pembangunan ini sudah sesuai
dengan jadwal yang telah
direncanakan dan sudah memenuhi
59
kebutuhan masyarakat setempat”
4
Apakah dalam rapat
perencanaan pembangunan
infrastruktur desa telah
melibatkan peran penting
masyarakat dalam pengambilan
keputusan?
“iya dilibatkan masyarakat”
5
Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan program
infrastruktur ini?
“Kepala Desa, Badan Pemerintah
Daerah (BPD), Aparat Desa dan
Tokoh masyarakat”
6
Bagaimana proses sosialisasi
yang dilakukan pemerintah
terhadap masyarakat dalam
merencanakan program
tersebut?
“melakukan musyawarah desa /
musyawarah dusun”
7
Kendala apa saja yang di hadapi
dalam pelaksanaan program
infrastruktur tersebut?
“jauhnya bahan yang diangkut ke
lkasi, dan akses jalan yang kurang
memadai sehingga untuk
mengangkut alat dan bahan
tersebut sangat sulit apalagi pada
saat musim hujan”
8
Apakah dalam pembangunan
infrastruktur masyarakat
dilibatkan dalam mengontrol
pembangunan infrastruktur
tersebut?
“iya dilibatkan masyarakat karena
masyarakat berperan penting
dalam pelaksanaan program
pembangunan tersebut”
9
Kapan saja dilaksanakan
program infrastruktur
pembangunan di Desa ini?
“pada saat musim kemarau, dan
setelah acara budaya di Desa ini
selesai baru bisa mengerjakan lagi
pembangunan”
60
10
Apa dampak positif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“kami tidak lagi terkendala waktu
musim hujan dan meningkatkan
pendapatan Desa pada sektor
ekonomi karena akses jalan yang
sudah bagus, dan masyarakat tidak
lagi terkendala masalah barang
jasa
11
Apa dampak negatif yang
ditimbulkan dari program
infrastruktur ini?
“tidak ada”
Berdasarkan hasil wawancara yang telah diperoleh peneliti dengan ibu
Juhariah selaku salah satu masyarakat Desa Tapong, dapat disimpulkan
bahwa yang merencanakan program infrastruktur pembangunan di Desa
Tapong yakni Kepala Desa dengan mengadakan musyawarah bersama BPD
dan masyarakat. Tanggapan Ibu Juhariah tentang pembangunan infrastruktur
sangat bagus karena akses jalan tidak terkendala lagi. Menurutnya
pembangunan infrastruktur sudah tepat waktu dan sasaran karena proses
pembangunanya sesuai jadwal yang telah direncanakan dan sudah sangat
tepat karena pembangunan tersebut sangat di butuhkan masyarakat yang ada
di Desa Tapong.
Dalam proses rapat pengambilan keputusan yang diadakan kepala Desa
dengan perangkat Desa ,masyarakat dilibatkan pula dalam rapat tersebut
mengingat masyarakat sebagai partisipasi proses pembangunan Desa.
Adapun yang terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan Desa
diantaranya kepala desa, BPD, aparat desa dan tokoh masyarakat. Sosialisasi
yang dilakukan dengan cara melakukan musyawarah baik ditingkat desa
maupun ditingkat dusun
61
Adapun kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan pembangunan di
Desa Tapong yakni jauhnya bahan yang di angkut kelokasi pembangunan,
akses jalan yang kurang memadai sehingga untuk mengangkut bahan sangat
sulit ditambah pada saat musim hujan tentunya jalanan ketika dilewati agak
licin. Dalam pelaksanaan program pembangunan masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan infrastruktur karena masyarakat dianggap memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan program pembangunan
Menurut ibu Juhariah Pelaksanaan program infrastruktur pembangunan
dilaksanakan pada saat musim kemarau, serta setelah pelaksanaan budaya
desa yang terdapat di Desa Tapong selesai dipelaksanaannya baru
dilanjutkan proses pembangunan. Dampak positif ditimbulkan dari program
infrastruktur yakni tidak lagi terkendala waktu musim penghujan dan
meningkatkan pendapatan Desa pada sektor ekonomi disebabkan karena
akses jalan yang sudah bagus, serta masyarakat tidak lagi mengalami
masalah dalam hal distribusi barang dan jasa. Dampak negatif yang
ditimbulkan dari program inftrastruktur itu tidak.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dikemukakan diatas,
maka perlu dijelaskan dan dibahas beberapa hal di antaranya:
1. Efektivitas pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan
dilihat dari indikator pecapaian tujuan:
Dalam indikator pencapaian tujuan ada dua sub indikator yang perlu
dilihat yang terdiri dari tepat waktu dan tepat target atau tepat sasaran.
Berdasarkan hasil-hasil temuan yang didapatkan melalui wawancara dengan
62
kepala desa, aparat desa serta masyarakat desa Tapong, bahwa untuk
pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan di Desa Tapong
semua dilaksanakan dan terselesaikan dengan tepat waktu dan juga
pelaksanaan program pembangunan tersebut tentunya sudah tepat di Desa
Tapong, karena melalui pembangunan tersebut maka masyarakat Desa
Tapong sangat merasa terbantu dan juga program tersebut sangat
bermanfaat bagi seluruh masyarakat Desa Tapong. Adapun beberapa
program tersebut seperti program pembangunan jalan rabat beton, jembatan
pelimpas, pembangunan gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan
pembangunan gedung Poskesdes/Posyandu.
2. Efektivitas pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan
dilihat dari indikator itegrasi:
Dari hasil temuan dapat diketahui bahwa sebelum pelaksanaan program
pembangunan infrastruktur pedesaan di Desa Tapong terlebih dahulu
disosialisasikan kepada masyarakat melalui musyawarah Desa/ musyawarah
dusun, pelaksanaan sosialisasi tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan
benar serta masyarakat juga sangat tertarik akan program tersebut
mengingat untuk pembangunan Desa Tapong juga untuk kemajuan Desa
Tapong.
3. Efektivitas pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan
dilihat dari indikator adaptasi:
Adapun pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
dimulai dari tahap perencanaan program melalui rapat dusun kemudian
usulan masyarakat dirangkum kemudian dibawah ke musyawarah desa
sebelum melaksanakan pembangunan dilaksanakan terlebih dahulu rapat pra
63
pelaksanaan kegiatan yang juga melibatkan masyarakat dan tenaga kerja.
Adapun Anggaran untuk pembangunan infrastruktur tersebut berasal dari
Dana Desa.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka dapat disimpulkan
bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan di Desa Tapong jika
dilihat dari tiga indikator efektivitas mulai dari pencapaian tujuan dalam
pelaksanaan program tersebut sudah tepat waktu dan tepat sasaran. Untuk
indikator yang kedua yaitu integrasi, dimana program tersebut telah atau
sudah pernah disosialisasikan dalam musyawarah desa. Kemudian indikator
yang ketiga yaitu adaptasi dimana untuk perencanaan program dan
pelaksanaannya di lapangan sudah bertahap dan sesuai dengan
ketentuannya.
Pembangunan di Desa Tapong bisa dikatakan efektif karena dilihat
dari beberapa tahun belakangan ini, pembangunan sudah meningkat, antara
lain akses jalanan, transportasi juga meningkat, karena pemerintah
melakukan strategi pembangunan yang memfokuskan pada infrastruktur
jalan terlebih dahulu sehingga pada tahap pembangunan selanjutnya bisa
berjalan lancar tanpa menjadikan akses jalan sebagai kendala yang selama
ini dijadikan permasalahan.
65
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, saran yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kepada Pemerintah Kabupaten Bone dalam hal ini Bupati Bone
diharapkan agar turut mengawasi jalannya pembangunan infrastruktur
yang ada di Desa Tapong. Dengan adanya pengawasan dari pemerintah
Daerah, akan meminimalisir adanya kesalahan dan penyelewengan
anggaran.
2. Kepada Perangkat Desa Tapong dalam hal ini Kepala Desa Tapong agar
transparan dalam pembangunan infrastruktur. Serta menjaga dan
memelihara fasilitas umum yang telah diselesaikan.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar memasukkan variabel lain yang
mungkin berpengaruh terhadap pembangunan di Desa Tapong seperti
tingkat pendidikan, jumlah anggaran dan fasilitas umum, serta
menambahkan atau mengubah lokasi penelitian.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin dkk. (2011) Strategi Pembangunan Perdesaan Berbasis Lokal,
Yogyakarta: STIM YKPN.
Anggraini, and Susan Dwi. 2015. Pengertian Efektivitas dan Landasan Teori
Efektivitas.(http://literaturbook.blogspot.co.id/2014/12/pengertianefektivita
sdanlandasan.html. Diakses 29 Juli 2016).
Adam I. I. (2011) Revisi Administrasi Pembagunan. Bandung: Alfabeta
Abdullah, Rozali. 2010. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala
Daerah Secara Langsung. Jakarta : PT Rajagrafindo persada..
Afifudin, (2012) Pengantar Administrasi Pembagunan. Bandung : Alfabeta
Adisasmita, Rahardjo, 2010. Pertumbuhan dan Efektivitas Pembangunan Tata
Ruang Wilayah Graha Ilmu: Yogyakarta.
Burhanudin Kiay. 2019. Efektivitas Pelaksanaan Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan di Desa Bulude Kec.Kabarauan Kab.Kepulauan
Taulud. Jurnal Administrasi Negara ,Sulawesi Utara.
Cut Nanda Keusuma, and Suriani. 2015. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur
Dasar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Pembangunan vol.4 No.1.
Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum Pedoman
Pelaksanaan PPIP, Tahun 2011, 2013 dan tahun 2014
Edi Suharto. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial
(bandung : PT Refika Aditama).
Fariani, Dina, 2014. Efektivitas Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Kelurahan di Kota Cilegon.Skripsi.Serang
Fandi, Sagai, 2014. Peran Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur.
Erlangga: Jakarta.
Fauzyah Rahmah, dan Ari Subowo. Implementasi Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Di Desa Wiru Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang. Departemen administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Diponegoro, 2017.
Hadi, Suharto P. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. cet. III:
Yogyakarta : Gadjah Mada university pres, 2012.
67
Handayani, Risma. pembangunan masyarakat. makassar : Alauddin university
Press, 2015.
Ibrahim, Amin. (2013). Pokok pokok Adminstrasi Pembangunan dan
implementasinya. Ed III. Bandung: PT Refika Aditama.
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. (ed XXVII). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Nadir, Sakinah. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Desa : Menuju
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
Universitas Hasanuddin Makassar, 2013.
Novia Chyntia Bawata, Joorie Marhaen Ruru, Very Londa. (2019). Efektivitas
Penyelenggaraan Pemerintah Desa Dalam Menunjang Pembangunan
Desa Lilang, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara. Ejournal.
Riyadi, Barata Kusumah, and Deddy Supriadi, Perencanaan Pembangunan
Daerah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Roestanto Wahidi. 2015. Membangun Perdesaan Modern : Tata Kelola
Infrastruktur Desa. Jakarta: Indodata Development Center.
Safuridar, Nurlaila Hanum. 2018. Efektivitas Program Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) di Gampong Beusa Seberang
Kecamatan Peureulak Barat. jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas
Samudra.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Bandung: Alvabeta
Sugiyono. 2016, Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Suharto, Edi. Membangun masyarakat memberdayakan rakyat kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. bandung : PT
Refika Aditama, 2014.
Susilowati dan Sumarto. 2010. Membangun Loyality Melalui Brand Trust dan
Customer Satisfaction. Riset Ekonomi. Vol. 10. No.1. PP 53-61.
Thirafi, Muhammad Aulia Zul (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Ketersediaan Tenaga Kerja, Infrastruktur, dan Kepadatan Penduduk
terhadap Penanaman Modal Asing di Kabupaten Kendal (Jurnal).
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 8 “Pengertian
Pembangunan Desa”.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 78 ayat 1 tentang
Desa “Tujuan Pembangunan Desa”.
68
LAMPIRAN
69
LAMPIRAN 1
DRAFT WAWANCARA
a. Identitas Informan
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Status Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
b. Daftar Pertanyaan
1. Siapa yang merencanakan program infrastruktur ini?
2. Apakah benar bapak sendiri yang merencanakan prgram pembangunan
infrastruktur yang ada di Desa ini?
3. Apa yang mendorong sehingga bapak berinisiatif untuk mengadakan
pembangunan tersebut?
4. Menurut bapak apakah pembangunan infrastruktur ini sudah tepat waktu
dan tepat sasaran dalam tahapan pengerjannya?
5. Siapa saja yang dilibatkan dalam pelaksanaan program infrastruktur ini?
6. Apakah dalam rapat perencanaan pembangunan infrastruktur desa telah
melibatkan peran penting masyarakat dalam pengambilan keputusan?
7. Apakah bapak terjun langsung dalam mengawasi proses pelaksanaan
pembangunan infrastruktur tersebut?
8. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program infrastruktur
ini ?
70
9. Bagaimana bentuk dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap
program ini?
10. Kapan saja dilaksanakan program infrastruktur pembangunan di Desa
ini?
11. Dampak positif apa saja yang ditimbulkan dari program ini?
12. Dampak negatif apa saja yang ditimbulkan dari program ini?
13. Bagaimana tanggapan anda tentang pembangunan infrastruktur ini?
71
LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI PENELITIAN
Kantor Desa Tapong
Wawancara dengan kepala Desa Tapong
72
Wawancara dengan Sekretaris Desa Tapong
Wawancara dengan Kepala Dusun
Wawancara dengan Kaur Perencanaan dan Umum
73
Wawancara Dengan Ibu Juhariah (Masyarakat Desa Tapong)
Wawancara Dengan Musakkar (Masyarakat Desa Tapong)
74
Gambar 1 Jalan Poros Dusun III Laniti
Gambar 2 Gedung PAUD TK Pertiwi (Dusun II Rea)
Gambar 3 Jembatan Kayu Latabbempeng (Dusun III Laniti)
DOKUMENTASI BANGUNAN
75
Gambar 4 Jembatan Pelimpas Laduajeng (Dusun I Lerang)
Gambar 5 Gedung Posyandu (Dusun I Lerang)
Gambar 6 Jalan Abbanuangnge (Dusun II Rea)
76
Gambar 7 Jalan Batu Massila (Dusun I Lerang)
Gambar 8 Jembatan Pelimpas (Dusun II Rea)
Gambar 9 Jalan Lacinaga (Dusun II Rea)
77
Gambar 10 Jalan Bantae (Dusun II Rea )
Gambar 11 Rehabilitasi Gedung Posyandu (Dusun II Rrea)
Gambar 12 Jalan Kampung Baru (Dusun II Rea)
78
LAMPIRAN 3
SURAT PENELITIAN
79
LAMPIRAN 4
SURAT BALASAN
80
LAMPIRAN 5
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Ayu Rosita, lahir di Tapong tanggal 3 Juli 1998,
merupakan anak ke 1 dari pasangan Kasman dan
Rosnianti. Penulis berkebangsaan Indonesia dan
beragama islam. Kini penulis beralamat di Jalan Sultan
Alauddin 2 Kecematan Tamalate Kelurahan Mangasa
Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Adapun riwayat pendidikan penulis yaitu pada tahun 2010 lulus dari SDN 172
Tapong. Kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Tellu Limpoe dan lulus pada
tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Watansoppeng
dan lulus pada tahun 2016. Setelah itu kuliah di Universitas Muhammadiyah
Makassar, pada tahun 2021 penulis telah menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR PEDESAAN DI KABUPATEN BONE (Studi Kasus Desa
Tapong Kecamatan Tellu Limpoe)”.