efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN BLORA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: SRI PERTIWI S.850809218 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

Page 1: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW

PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

DI KABUPATEN BLORA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

SRI PERTIWI

S.850809218

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW

PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

DI KABUPATEN BLORA

Disusun oleh:

SRI PERTIWI

S 850809218

Telah Disetujui Tim Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. 1. …………… …………

NIP. 19530915 197903 1 003

2. Drs. Suyono, M.Si. 2. …………… …………

NIP. 19500301 197603 1 002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002

Page 3: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW

PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

DI KABUPATEN BLORA

Disusun oleh:

SRI PERTIWI

S 850809218

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji

Pada Tanggal: ... Maret 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si. .................................. NIP. 19660225 199302 1002 Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si. .................................. NIP. 19670116 199402 1001

Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ................................. NIP. 19530915 197903 1 003

2. Drs. Suyono, M.Si. ................................. NIP. 19500301 197603 1 002

Surakarta, ... Maret 2011

Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19570820 198503 1004 NIP.19660225 199302 1002

Page 4: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : SRI PERTIWI

NIM : S850809218

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EFEKTIVITAS MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

(TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN

BLORA adalah betul–betul karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini ditunjukkan dalam daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Maret 2011

Yang membuat pernyataan

SRI PERTIWI

Page 5: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

1. Jika suatu pekerjaan dapat dikerjakan pada hari ini, janganlah ditunda hingga hari

esok.

2. Kehilangan yang paling besar adalah kehilangan keyakinan terhadap diri sendiri.

(Sri Pertiwi)

Page 6: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak Suwarno, Suamiku yang tercinta.

2. Ibu Sunarmi, Orang tuaku yang kuhormati.

3. Ibu Simah, Mertuaku yang kuhormati.

4. Bapak Parto, Mertuaku yang kuhormati.

5. Tutut Putri Gatot Suwarno, Mokti Wijaya Nagara dan Gradieni Sigmawarni

Pertiwi, anak–anakku yang ku sayangi.

6. Rekan-rekanku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pasca

Sarjana UNS.

7. Rekan–rekan guru Matematika SMP se Kabupaten Blora khususnya guru

Matematika SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu dan SMP 1 Jiken.

8. Almamater.

9. Pembaca yang budiman.

Page 7: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunianya kepada kita

bersama dan khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian

ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak

melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi–tingginya dan terima kasih

yang sebesar–besarnya kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan

belajar yang seluas–luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Mardiyana, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang telah

memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis

selesaikan.

4. Drs. Suyono, M.Si Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini yang telah

memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis

selesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak

memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

6. Bupati Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 8: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

8. Kepala SMP 2 Blora yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai

kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

9. Kepala SMP 3 Cepu yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai

kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

10. Kepala SMP 1 Jiken yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai

kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu

terselesainya Tesis ini.

Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai suatu

amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

Sri Pertiwi

Page 9: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...................................................................................................................... i

PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................................ii

PENGESAHAN TESIS ........................................................................................... iii

PERNYATAAN ....................................................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv

ABSTRAK .............................................................................................................. xvi

ABSTRACT ............................................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4

C. Pemilihan Masalah ............................................................................... 5

D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6

E. Perumusan Masalah ............................................................................. 8

F. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

G. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................................ 11

A. Kajian Teori ........................................................................................ 11

1. Pengertian Belajar ........................................................................... 11

2. Model Pembelajaran Kooperatif ..................................................... 15

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................................ 21

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) .. 24

5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw ............... 30

Page 10: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

6. Prestasi Belajar Matematika ............................................................ 31

7. Motivasi Belajar Matematika .......................................................... 34

8. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 37

B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 40

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 43

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 45

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 45

C. Rancangan Penelitian .......................................................................... 46

D. Populasi dan Sampel ........................................................................... 47

1. Populasi .......................................................................................... 47

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 47

E. Variabel Penelitian .............................................................................. 48

1. Variabel Bebas ................................................................................ 48

2. Variabel Terikat .............................................................................. 50

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 51

1. Metode Dokumentasi ...................................................................... 51

2. Metode Tes ...................................................................................... 52

3. Metode Angket ................................................................................ 52

G. Instrumen Penelitian ........................................................................... 53

H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 60

1. Uji Prasarat ...................................................................................... 60

2. Uji Keseimbangan ........................................................................... 62

3. Uji Hipotesis ................................................................................... 64

4. Uji Komparasi Ganda ...................................................................... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 71

A. Data Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................... 71

1. Soal Tes Prestasi Belajar ................................................................. 71

2. Soal Angket Motivasi Belajar ......................................................... 73

B. Penyajian Data Hasil Penelitian .......................................................... 74

1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa......................................... 74

Page 11: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

2. Skor Angket Motivasi Belajar Siswa .............................................. 75

C. Hasil Analisis Data .............................................................................. 76

1. Kemampuan Awal ........................................................................... 76

2. Analisis Variansi ............................................................................. 78

3.Uji Anava ......................................................................................... 80

4. Uji Komparasi Ganda ...................................................................... 82

D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 83

E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 91

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................ 92

A. Kesimpulan ......................................................................................... 92

B. Implikasi .............................................................................................. 93

C. Saran .................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 97

Page 12: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif ................................................................ 20

Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok ...................... 30

Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran TGT dengan Jigsaw .............................. 30

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...................................................................................... 46

Tabel 3.2 Desain faktorial Penelitian ....................................................................... 46

Tabel 3.4 Kriteria penilaian Angket ......................................................................... 53

Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua jalan ................................................. 69

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika ............................................ 75

Tabel 4.2 Hasil Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa ........................................ 76

Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Kemampuan Siswa ............................................ 77

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ............................. 77

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ......................... 78

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar ................................................... 79

Tabel 4.7 Uji Homogenitas pada Masing-masing Kelompok ................................ 80

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan .............................................. 81

Tabel 4.9 Rataan masing-masing sel dari data hasil penelitian ............................. 82

Tabel 4.10 Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom ................................................... 82

Page 13: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Ilustrasi Hubungan antara Tim Heterogen dan Meja Homogen ......... 26

Page 14: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data nilai rata-rata UNAS matematika SMP Kabupaten Blora tahun 2010 .... 100

2. Silabus ............................................................................................................... 103

3. RPP Teorema Pythagoras .................................................................................. 107

4. LKS dan Materi Teorema Pythagoras .............................................................. 189

5. Kartu soal .......................................................................................................... 207

6. Lembar Ahli ...................................................................................................... 213

7. Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Kemampuan awal .............................. 222

8. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika ............. 228

9. Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika .......... 238

10. Uji Keseimbangan Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika ....... 241

11. Validitas Butir Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ..................... 244

12. Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ....................................... 246

13. Instrument Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba .................................... 248

14. Data Siswa Uji Coba, kelompok eksperimen 1 dan 2 ....................................... 257

15. Analisis DP dan TK Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ............. 264

16. Analisis Reliabilitas Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ..................... 266

17. Validitas Angket Motivasi Belajar Uji Coba .................................................... 268

18. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Uji Coba ................................. 270

19. Instrument Angket Motivasi Belajar Uji Coba ................................................. 271

20. Uji Reliabilitas dan Konsistensi Angket Motivasi Belajar ............................... 283

21. Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika ....................................................... 287

22. Instrument Test Prestasi Belajar Matematika ................................................... 289

23. Kisi-kisi Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ................................... 296

24. Instrument Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ................................ 297

25. Data Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Berbagai Kategori Motivasi

Belajar Eksperimen 1 ........................................................................................ 307

26. Data Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Berbagai Kategori Motivasi

Belajar Kelompok Eksperimen 2 ...................................................................... 310

Page 15: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

27. Data Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Berbagai Kategori Motivasi

Belajar ............................................................................................................... 313

28. Komputasi Statistik Diskriptif Data Prestasi Belajar Matematika ................... 330

29. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Dengan

TGT ................................................................................................................... 333

30. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperuimen Dengan

JIGSAW ............................................................................................................ 337

31. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi

Rendah .............................................................................................................. 341

32. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi

Sedang ............................................................................................................... 344

33. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi

Tinggi ................................................................................................................ 348

34. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Dengan TGT

Dan Jigsaw ........................................................................................................ 352

35. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika untuk Motivasi Berprestasi Tinggi,

Sedang dan Rendah ........................................................................................... 355

36. Uji Anava .......................................................................................................... 358

37. Uji komparasi lanjutan ...................................................................................... 362

38. Surat Keterangan Penelitian .............................................................................. 365

39. Dokumentasi kegiatan penelitian ...................................................................... 368

Page 16: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK

Sri Pertiwi, S850809218. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Blora. Tesis. Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc dan Pembimbing II: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. (3) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 2×3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Blora. Sampel penelitian ini diperoleh dengan gabungan Stratified Random Sampling dan Cluster Random Sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 1 (penyajian materi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT) sebanyak 83 siswa, sedangkan banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 2 (penyajian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw) sebanyak 84 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, angket motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar matematika berupa tes pilihan ganda. Analisis instrumen tes menggunakan validitas isi oleh expert judgment dan reliabilitas tes menggunakan uji KR–20, sedangkan analisis butir tes dengan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Analisis instrumen angket menggunakan validitas isi oleh expert judgment dan reliabilitas angket menggunakan Cronbach Alpha, sedangkan analisis butir angket menggunakan uji konsistensi internal.

Page 17: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama dan dilanjutkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelum data dianalisis dengan uji anava terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah (3) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar matematika siswa. Diperoleh sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah; Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Kata kunci: TGT, Jigsaw, Prestasi Belajar Matematika dan Motivasi belajar siswa.

Page 18: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

ABSTRACT

Sri Pertiwi, S850809218. The effectiveness of Cooperative Learning Model by Team Games Tournament (TGT) and Jigsaw Type in the Student Learning Mathematics Achievement of Learning Motivation Junior High School Students Blora Regency. Thesis. Principal Advisor: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., And Co-advisor: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Mathematics Education Study Program Postgraduate Program of Sebelas Maret University in Surakarta, 2011. The aims of this research are to know: (1) Which gives the student learning achievement is better than mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type. (2) Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. (3) Is better than using of mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high, middle and low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Team Games Tournament (TGT) type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation. This research is a quasi experiment with 2×3 factorial design. The research was conducted in June 2010 to December 2010 with a population of state junior high school students grade VIII in Blora. This sample obtained by the combination of Stratified Random Sampling and Cluster Random Sampling. The number of respondent in this research was 83 students as the first experimental group (using cooperative learning method by TGT). Meanwhile, the number of Respondent in this research was 84 students as the second experimental group (using cooperative learning method by jigsaw). Collecting data is done with students' learning motivation questionnaire, review school documents and math achievement test. Instrument analysis test used is content validity test by expert’s judgment and reliability test used is KR-20; while analysis of test points used is differential force and difficult level test. Instrument analysis of questioner used content validity by expert’s judgment and reliability of questioner used Cronbach Alpha; while analysis of questioner points used internal consistency. Data analysis technique used in this research is two ways variant analysis (ANAVA) with not same cell and then double compression test with method of Scheffe. Before data analyzed by ANAVA test, prerequisite test is performed

Page 19: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

previously, they are normality test with Lilliefors method and homogeneity test with using Bartlett test. The conclusion of this research are: (1) Mathematics learning achievement of the student whose cooperative learning model of TGT type is the same as the using of cooperative learning method of Jigsaw type. (2) Mathematics learning achievement of the student whose high motivation is better than mathematics learning achievement of student whose is middle and low motivation. Mathematics learning achievement of the students whose middle learning of motivation is better than mathematics learning achievement with low learning of motivation. (3) No interaction between using cooperative learning model TGT and Jigsaw type also the learning motivation. Got the following: Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement is same as the using of cooperative learning model Jigsaw type for student who has high, middle and low learning of motivation; Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation; Using cooperative learning model jigsaw type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation. Keyword: TGT, Jigsaw, Mathematics Learning Achievement, and student

learning of motivation.

Page 20: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang berhasilnya guru dalam

pembelajaran dengan metode diskusi. Pelaksanaan diskusi kelompok yang sering

dilakukan, justru kurang diminati siswa. Siswa pandai cenderung mendominasi

kelompok belajarnya karena merasa dirinya lebih dari temannya dan tidak

mempercayai teman sekelompoknya. Mereka dapat pula bersikap sebaliknya,

pasif dan apatis sebagai akibat merasa dirugikan dalam diskusi kelompok karena

mereka akan bekerja keras untuk kelompoknya sementara siswa yang kurang

pandai akan ikut memperoleh hasil kerja kerasnya. Jika dilihat dari siswa yang

kurang pandai, mereka cenderung merasa tersisihkan, rendah diri, dan pasif,

karena seringkali pendapat-pendapat mereka kurang mendapat respon dari siswa-

siswa yang lebih pandai. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya model

pembelajaran kooperatif yang tepat dengan sistem penilaian mengacu pada

kinerja kelompok dan kinerja individu dalam kontribusinya terhadap kinerja

kelompok. Perlu pula pemberian keleluasaan interaksi antara pendidik dengan

siswa maupun siswa dengan siswa selama proses belajar mengajar. Interaksi

berdampak positif dapat memberi motivasi dan mutualitas kepada siswa untuk

mengikuti proses belajar.

Page 21: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2  

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada

pendidikan formal. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk

dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika merupakan

akar dari semua ilmu. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan menunjukkan

bahwa prestasi belajar matematika siswa masih sangat rendah dibandingkan

dengan prestasi mata pelajaran lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan

pemerintah kabupaten Blora dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan

khususnya mata pelajaran matematika. Namun belum menunjukkan hasil yang

memuaskan. Rendahnya hasil pendidikan matematika dengan ditunjukkan adanya

kenyataan, sebagai berikut:

1. Prestasi siswa SMP negeri se-kabupaten Blora untuk mata pelajaran

matematika dalam UN tahun 2009 dan 2010 menempati urutan 3 di bawah

mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA.

2. Nilai UN mata pelajaran matematika SMP dua tahun terakhir mengalami

penurunan, hal ini ditunjukkan pada 2009 nilai rata-rata matematika kurang

dari 6,00 nilai terendah 3,25 dan nilai tertinggi 10,00 sedangkan tahun 2010

nilai rata-rata matematika kurang dari 6,00 nilai terendah 2,50 dan nilai

tertinggi 10,00 ( Sumber Diknas Kabupaten Blora ).

3. Siswa yang tidak lulus pada Ujian Nasional (UN) khususnya kabupaten Blora

2 tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang signifikan yaitu pada tahun 2009

adalah 7,2% terdapat mata pelajaran matematika yang belum tercapai batas

minimal kelulusan paling banyak dibandingkan dua mata pelajaran yang

lainnya yaitu Bahasa Indonesia dan IPA, pada tahun 2010 adalah 11,48%,

Page 22: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3  

terdapat mata pelajaran matematika yang belum tercapai batas minimal

kelulusan paling banyak dibandingkan tiga mata pelajaran yang lainnya yaitu

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA (Sumber Diknas Kabupaten Blora).

Hal tersebut di atas antara lain disebabkan karena guru dalam proses

belajar mengajar yang selama ini yang dilakukan adalah dengan membiarkan

siswa belajar secara pasif, mereka hanya dibiarkan menerima materi pelajaran

tanpa diperhatikan daya kreatifnya. Konsekuensinya adalah siswa lebih dituntut

untuk belajar hafalan, sehingga informasi bahan pelajaran yang sampai ke

memori siswa tidak mampu bertahan lama atau mudah terlupakan. Ini akan

menimbulkan dampak buruk pada siswa, mereka tidak bisa atau sulit menerapkan

beberapa konsep dan rumus untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Salah satu

langkah yang dapat ditempuh untuk memecahkan persoalan tersebut adalah

dengan mengubah cara belajar siswa dengan memberikan suasana belajar yang

baru yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dan Jigsaw. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat

mengurangi kejenuhan belajar pada siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada

pendekatan kontekstual, yang mana matematika bersifat abstrak itu dapat

disajikan dalam bentuk kontekstual, sehingga siswa dapat memahami konsep

dengan mudah dan menyenangkan. Yang perlu diperhatikan di sini bahwa siswa

diberi keleluasaan dalam belajar dalam arti siswa bisa menempatkan posisi belajar

sesuai yang mereka inginkan tanpa ada penekanan dari guru. Diciptakan suasana

yang nyaman dan menyenangkan.

Page 23: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4  

Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari

dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah

keterampilan, pengalaman, motivasi juga mendorong dan mengarah minat belajar

untuk tercapainya tujuan. Bagi siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan

bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga akan dapat meningkatkan prestasi

belajar.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan

yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini adalah:

1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan

disebabkan pola belajar mengajar yang selama ini dilakukan pendidik adalah

cara belajar siswa rutinitas, yang tidak ada kreativitasnya sehingga proses

pembelajaran cenderung membosankan. Terkait dengan hal ini muncul

permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu mengenai pengaruh pola

belajar mengajar terhadap prestasi belajar matematika.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan kurang

optimalnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar matematika. Terkait

dengan hal ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu

mengenai pengaruh besarnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar

matematika terhadap prestasi belajar matematika.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa mungkin

karena siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar sehingga perlu

Page 24: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5  

dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan

berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika.

4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan

oleh kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan

masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas

model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan

Jigsaw pada prestasi belajar siswa.

5. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin karena sarana dan prasarana

yang kurang. Terkait dengan masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang

berkaitan dengan pengaruh sarana dan prasarana belajar  terhadap prestasi

belajar matematika.

C. Pemilihan Masalah

Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan

penelitian dengan banyak masalah dalam waktu yang sama. Berdasarkan

identifikasi masalah peneliti akan melakukan penelitian dengan masalah sebagai

berikut:

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa mungkin

karena siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar sehingga perlu

dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan

berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan

oleh kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan

Page 25: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6  

masalah tersebut perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas

model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan

Jigsaw pada prestasi belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan

dilaksanaknnya penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan-batasan

permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa yang diteliti adalah siswa-siswa SMP Negeri kelas VIII di Kabupaten

Blora tahun pelajaran 2010/2011.

2. Materi pembelajaran matematika yang diteliti difokuskan pada pembelajaran

matematika pada standar kompetensi tentang menggunakan teorema

Pythagoras dalam pemecahan masalah. Materi ini dipilih untuk penelitian

karena waktu penelitian disesuaikan dengan program semester yang telah

peneliti susun yang bertepatan dengan materi tersebut, dan materi ini menarik

karena selain mengandung beberapa konsep yang dapat diterapkan ke materi

lain atau dalam pemecahan masalah tetapi juga memerlukan daya kreativitas

untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teorema Pythagoras,

misalkan diterapkan pada permasalahan garis singgung antara dua lingkaran,

hubungan apotema dan tali busur lingkaran, dan sebagainya.

3. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika dibatasi pada faktor

motivasi belajar siswa.

Page 26: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7  

4. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada penelitian ini adalah

model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)  dan

Jigsaw. Model ini dipilih dengan asumsi bahwa:

a. Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) mempunyai

karakteristik yaitu pelaksanaannya melalui suatu turnamen dan langkah-

langkahnya mudah sehingga menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Siswa bergerak dalam sebuah kegiatan kompetitif, mereka berdiskusi dan

berpikir secara kelompok. Siswa berpeluang untuk meraih kemenangan

dalam kompetitif secara positif, sehingga mereka termotivasi untuk belajar

matematika.

b. Model pembelajaran kooperatif jigsaw mempunyai karakteristik yaitu siswa

dikelompokkan kedalam kelompok belajar yang heterogen. Materi

pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota

kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang

berbeda dengan anggota lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang

diberikan itu. Para siswa bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok

lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan

informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk

mempresentasikan hasil diskusinya pada teman–teman di kelompoknya.

siswa aktif dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi

pelajaran sehingga siswa mudah untuk mengingat materi tersebut.

5. Prestasi belajar matematika dibatasi pada prestasi belajar matematika pada

materi teorema Pythagoras Kelas VIII SMP semester satu.

Page 27: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8  

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan

masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik

antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

2.  Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik

antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa

mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan

prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang motivasi belajar

rendah?

3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih

baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah?

b. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi

lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi

belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang

lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar

rendah?

Page 28: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9  

c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa

yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya

daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa

yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada

siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah?

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik

antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2.  Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik

antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan

prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi

belajar rendah.

3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih

baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah.

b. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi

Page 29: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10  

lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi

belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang

lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi

belajar rendah.

c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa

yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya

daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa

yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada

siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah: 

1. Memberikan informasi kepada guru matematika tentang model

pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar

matematika.

2. Memberi contoh dan acuan bagi guru lain untuk mencoba model ini atau

termotivasi untuk mencoba menciptakan model pembelajaran yang baru.  

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian pendidikan matematika

selanjutnya.

 

Page 30: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

 

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Abdul Hadis (2008:60) bahwa perubahan perilaku yang

diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi pesera

didik dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar.

Pengertian belajar secara psikologis, juga dapat diartikan sebagai suatu proses

perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Agus Suprijono (2010:39) bahwa kontruktivisme

beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif

adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih

umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar figuratif

adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pengetahuan.

Kontruktivisme menekankan pada belajar autentik bukan artifisial. Belajar

autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara

nyata. Kontruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai

proses sosial atau belajar kolaboratif dan kooperatif. Pembelajaran

kontruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar

Page 31: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

 

dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan

kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual.

Menurut Depdiknas (2005:3) pada teori Piaget, Piaget menjelaskan

bahwa manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik,

perkembangan kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan

perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung

kepada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada tiga aspek perkembangan intelektual yaitu:

a. Struktur atau skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang

terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Isi merupakan pola perilaku khas anak yang tercermin pada responnya

terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi.

c. Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-

kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari organisasi dan adaptasi.

Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk meng-organisasi

proses-proses pisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang

teratur dan berhubungan. Semua organisme lahir dengan kecenderungan

untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara

beradaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang

lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu

asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan

struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang

Page 32: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

 

dihadapi dalam lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi

seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam

mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.

Bagi guru matematika, teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan

menggunakan teori itu akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap

perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di kelas atau di

sekolahnya. Guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya,

misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-

alat peraga, dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan

berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.

Menurut Agus Suprijono (2010:163) bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil

dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Seseorang

dikatakan belajar matematika jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan

tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, misalnya dari tidak tahu

matematika menjadi tahu tentang matematika dan mampu menerapkan dalam

diri kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana dikemukakan oleh Pape (2004:52) bahwa: Mathematics educators have been called to teach mathematics through problem solving (National Council of Teachers of Mathematics [NCTM], 1989, 2000). As stated in Priciples and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000): “Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so ... By learning problem solving in mathematics, student should acquire ways of thinking, habits of persistence and curiosity, and confidence in unfamiliar situations ...”.

Page 33: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

 

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru matematika

hendaknya menerapkan model pemecahan masalah, seperti yang telah ada

dalam prinsip dan standar matematika di sekolah. Pemecahan masalah bukan

hanya untuk metode dalam pembelajaran matematika tetapi juga sebagai cara

dan tindakan sehingga dengan belajar pemecahan masalah pada matematika

maka siswa dapat memperoleh cara berpikir, kebiasaan, ketekunan, rasa ingin

tahu dan percaya diri dalam situasi yang baru.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:84) bahwa adanya beberapa elemen yang

penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan

pengalaman.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus

merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan

dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, ketrampilan,

kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, menemukan struktur

Page 34: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

 

pemikiran secara umum dan interaksi dengan objek yang dipelajari secara

nyata dengan menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Depdiknas (2005:3) model merupakan suatu konsepsi untuk

mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model

mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.

Menurut Agus Suprijono (2010:46) model pembelajaran ialah pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Maull and Berry (2001:78) bahwa: Developing modelling skill should be an important part of an undergraduate degree programme but it often over looked as course concentrate on teaching mathematical knowledge and skill and introducing standar models. The modelling process is often characterised as a cyclic process in which one start with a”real problem set in words”

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan model bisa menjadi

bagian penting pada program yang disetujui tetapi itu sering keliru seperti

program di sekolah pada pengetahuan dan kemampuan pengajaran

matematika. Proses model adalah sering dikhususkan seperti proses pada

permasalahan nyata.

Menurut Depdiknas (2005:14) bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa

Page 35: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

 

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

penting yaitu:

a. Meningkatkan hasil akademik yang mana siswa yang lebih mampu akan

menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu.

b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, perbedaan tersebut antara lain

perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktif

bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk

bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan

sebagainya.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

a. Bertujuan menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok

secara kooperatif untuk mempelajari materi dan menyelesaikan masalah

pada materi yang dibahas.

b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa dengan memperhatikan tingkat

kemampuan yang dimiliki siswa yaitu kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,

budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap

kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

Page 36: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

 

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Menurut Agus Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah

konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-

bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kelompok di

sini merupakan kelompok siswa yang ada interaksi. Setiap anggota kelompok

berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagaimana norma yang mengatur

perilaku anggota kelompok. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran

kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif

yaitu pembelajaran yang bercirikan:

a. ”Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta,

keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama.

b. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten

menilai.

Menurut Slavin (2010:103) pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal

terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan

tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang

berbeda. Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus bertujuan

menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapuskan perbedaan kehadiran

para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan

hubungan antar kelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil yang memperhatikan

Page 37: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

 

keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan

memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya,

memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan

baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang

lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007:36) bahwa: Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both and instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

berdasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran adalah paling efektif yang

mana siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan bekerja sama untuk

menyelesaikan tugas belajar. Pembelajaran kooperatif telah digunakan sebagai

model pembelajaran pada berbagai jenis tingkat pendidikan dan berbagai jenis 

mata pelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling

tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. siswa yakin

bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga

mencapai tujuan tersebut. Setiap anggota dalam satu kelompok bertanggung

jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi

pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama

Page 38: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

 

dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan

tugasnya. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya.

b. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

c. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara

anggota kelompoknya.

d. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan

dikenakan untuk semua anggota kelompok.

e. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk

belajar bersama selama proses belajarnya, dan siswa akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam

kelompok kooperatif.

Menurut Pahyono (2004:2) bahwa model pembelajaran Cooperative

Learning (CL) dengan berbagai tipe dikembangkan berlandaskan teori belajar

Constructivism (Konstruktivisme). Konstruktivisme merupakan landasan

berpikir (filosofis) pendekatan konsep dalam pembelajaran. Pengetahuan

dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui

konteks yang terbatas (sempit) dan tidak datang sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk

diambil dan diingat, melainkan manusia harus mengkonstruksi pengetahuan

itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.  Fakta adalah suatu

Page 39: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

 

konvensi yang merupakan suatu cara khas untuk menyajikan ide-ide

matematika dalam bentuk kata atau simbol. Konsep adalah ide abstrak yang

dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi atau penggolongan. Model CL

juga dapat memberikan pengalaman belajar dan kecakapan hidup (life skill),

karena terbukti mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa secara

individu dan membangun kerjasama antar anggota dalam kelompok. 

Table 2.1 Fase pembelajaran kooperatif

Fase Keterangan Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

Memperhatikan penjelasan guru

2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi melalui penjelasan, demonstrasi atau buku bacaan

Memperhatikan informasi yang disampaikan guru, melalui demonstrasi atau menyimak buku

3 Mengorgisasikan siswa dalam kelompok belajar

Guru membentuk kelompok secara heterogen

Membentuk kelompok sesuai dengan model yang diterapkan

4

Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar sesuai tugas dengan tugas siswa

Bekerja secara kelompok

5

Evaluasi Guru meminta siswa dalam kelompok maupun klasikal untuk mempresentasikan hasil diskusi belajarnya

Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok maupun secara

6

Memberikan penghargaan

Pemberian penghargaan bagi individu maupun kelompok

Mendapatkan penguatan materi pelajaran dan menerima penghargaan bagi individu maupun kelompok

Page 40: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

 

Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang mengutamakan

kerjasama diantara siswa dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

3. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa dikelompokkan

ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan

kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung

jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dengan anggota

lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang diberikan itu. Para siswa

bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok lain yang mempelajari

topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu

mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan yang ia

telah pelajari dan didiskusikan pada teman–teman kelompoknya. Setelah itu

seluruh siswa diberi kuis secara individual tentang materi belajar yang

sudah dipelajari. Skor pemerolehan dari kuis tersebut digunakan untuk

menentukan skor kelompoknya disamping sebagai skor individu.

Menurut Slavin (2010:103) bahwa model pembelajaran kooperatif

Jigsaw siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama dengan latar

belakang yang berbeda. Tiap anggota kelompok ditugaskan secara acak

untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu. Setelah mempelajari materi

tertentu, para ahli dari kelompok yang berbeda bertemu untuk

mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali

Page 41: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

 

kepada kelompok untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu

kelompok. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk

semua topik, skor yang diperoleh merupakan skor individu dan kemudian

dijumlahkan dengan skor anggota lainnya dalam satu kelompok sehingga

menjadi skor kelompok.

Menurut Agus Suprijono (2010:89) bahwa pembelajaran dengan

penerapan model Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang dibahas oleh

guru. Selanjutnya kelas dibagi menjadi kelompok kecil sebagai kelompok asal.

Guru membagikan materi kepada tiap-tiap anggota kelompok siswa. Setiap

anggota dalam kelompok itu bertanggung jawab atas materi yang berbeda.

Berikutnya membentuk expert teams (kelompok ahli) untuk diskusi tentang

topik yang sama dan kemudian mereka kembali ke kelompok asal untuk

mepresentasikan hasil diskusinya di expert teams (kelompok ahli). Kegiatan ini

merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari

hasil berdiskusi di kelompok ahli.

Menurut Pahyono (2004:6) bahwa pembagian kelompok berdasarkan

kriteria prestasi individu, gender, etnik dan ras. Kelompok Expert, jumlahnya

disesuaikan dengan pokok bahasan materi yang dipelajari. Jika suatu topik/

pokok materi terdiri 4 sub pokok materi, maka terdapat 4 kelompok expert.

Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok

belajar siswa. Contoh: Suatu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dapat dibentuk

menjadi 10 kelompok asal (Kelompok 1, 2, 3,…, 10). Tiap kelompok asal

terdiri dari 4 orang siswa, dengan menerima soal dengan topik yang berbeda

Page 42: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

 

satu dengan yang lainnya. Kelompok expert beranggotakan 10 orang siswa

dengan satu topik yang sama. Langkah-langkah tipe Jigsaw terdiri 5 fase yaitu:

Fase 1: Reading

Guru mengingatkan materi sebelumnya, menyampaikan tujuan

pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan pokok materi berikut

contoh menyelesaikan masalah sesuai materi tersebut. Guru membagi

kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan

awal siswa dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender),

etnik dan ras. Setelah kelompok belajar terbentuk sebagai kelompok asal,

tiap siswa diberi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk dipelajari dan

didiskusikan bersama dalam kelompok. Langkah selanjutnya siswa diberi

lembar ahli untuk didiskusikan di kelompok ahli atau expert. Masing-

masing siswa membentuk expert sesuai topik di lembar ahli.

Fase 2: Expert Group Discussions

Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi membahas dan memecahkan

masalah atau soal yang terdapat dalamlembar ahli. Setelah diskusi

kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke

kelompok belajar semula.

Fase 3: Team reports

Siswa yang ditunjuk sebagai wakil kelompok belajar di kelompok expert

menjelaskan kepada teman-temannya sekelompok. Demikian juga teman

Page 43: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

 

dari expert yang lain menjelaskan kepada teman-teman sekelompok

tentang apa yang dibahas dan dikerjakan selama di dalam kelompok

expert. Pada saat diskusi expert inilah, guru dapat memberikan

bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing

expert.

Fase 4: Assessment

Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan oleh siswa secara

individual. Hasilnya berupa nilai individu dan masing-masing nilai

prestasi belajar matematika yang diperolehnya kemudian sebagai dasar

nilai kelompok.

Fase 5: Team recognition

Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal (base score)

siswa dengan nilai hasil kuis secara individual. Kemudian nilai semua

siswa anggota masing-masing kelompok dijumlahkan dan dirata-rata

sebagai nilai kelompok.

4. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Team Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh

David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan model pembelajaran

pertama dari Jhons Hopkins. Model ini menggunakan turnamen untuk

menggantikan kuis, di mana siswa memainkan game di meja turnamen dengan

anggota tim yang lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Sebuah

prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Bagi

Page 44: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

 

siswa yang berprestasi tinggi bermain dengan siswa yang berprestasi tinggi dan

yang berprestasi rendah bermain dengan siswa yang prestasi rendah juga.

keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan menentukan skor

bagi kelompoknya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Games Tournament (TGT) menambahkan dimensi kegembiraan bagi siswa

yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari

lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi

sewaktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh

membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Menurut Slavin (2010:166) bahwa game terdiri atas pertanyaan-

pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan

pelaksanaannya kerja Tim. Game tersebut dimainkan di atas meja turnamen

dengan tiga siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang

siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan

sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang

penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-

masing.

Menurut Slavin (2010:166) turnamen adalah sebuah struktur di mana

game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada

pada meja turnamen, tiga siswa yang berprestasi tinggi sebelumnya untuk di

tempatkan pada meja turnamen 1, tiga siswa berikutnya pada meja turnamen 2,

Page 45: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

 

dan seterusnya. Setelah turnamen pertama selesai, para siswa akan bertukar

meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada

tiap meja turnamen akan naik tingkat ke meja turnamen berikutnya yang lebih

tinggi. Siswa dengan skor tertinggi kedua tetap tinggal di meja yang sama dan

yang memperoleh skor terendah diturunkan tingkatnya ke meja turnamen yang

lebih rendah, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan

sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya. Ilustrasi

hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen dijelaskan pada

gambar berikut:

Gambar 2.1 Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja

turnamen homogen

Menurut Pahyono (2004:6) bahwa model pembelajaran kooperatif

melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena memberikan tantangan

TIM A

TIM B TIM C

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah 

Meja Turnamen 

Meja Turnamen

2

Meja Turnamen

4

Meja Turnamen

3

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

A‐1   A‐2    A‐3          A‐4 

Tinggi  Sedang   Sedang     Rendah 

Page 46: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

 

yang menarik bagi siswa dalam bentuk permainan dan cara melakukannya

relatif lebih mudah dibanding Jigsaw. Setiap siswa berperan sesuai dengan

kemampuannya dan menentukan peringkat kelompoknya. Langkah-langkah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (TGT), sebagai berikut:

Fase 1: Penjelasan guru (Teacher presentation).

Penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan

materi dan pembagikan LKS ke setiap siswa. Pembagian kelas menjadi

kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa

dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras.

Tiap kelompok beranggotakan 4–5 orang, tiap siswa diberi nomor dada

dari 1, 2, 3, 4, 5.

Fase 2: Menempatkan para siswa ke dalam Tim.

Penyediaan lembar penempatan meja turnamen berdasarkan peringkat

pada ulangan sebelumnya. Jika jumlah siswa habis dibagi 3, semua meja

turnamen akan mempunyai 3 peserta. Jika ada siswa yang tersisa setelah

dibagi tiga, satu atau dua dari meja turnamen, akan beranggotakan 4

orang. Penentuan nomor meja ini hanya untuk diketahui oleh guru

dengan nomor meja dalam urutan yang acak, supaya para siswa tidak

tahu bagaimana cara penyusunan penempatan meja tersebut.

Fase 3: Belajar Tim (Team study).

Setelah siswa menerima LKS dari guru, mereka bekerjasama, diskusi dan

menjawab soal-soal pada LKS.

Page 47: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

 

Fase 4: Bimbingan kelompok/kelas (Scafolding).

Guru membimbing kerja kelompok maupun secara klasikal.

Fase 5: Tournament (Quizzes)

Kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan kemampuan

homogen dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak

kartu bernomor dan satu lembar skor permainan pada tiap meja.

b. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk

menentukan pembaca pertama, permainan berlangsung sesuai waktu

dimulai dari pembaca pertama.

c. Pembaca pertama mengambil kartu bernomor dan menjawab sesuai

kartu tersebut pada lembar permainan.

d. Peserta di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi

untuk menantang untuk memberikan jawaban berbeda, dengan

kompensasi untuk berhati-hati dalam menantang karena jika

jawabannya salah maka dia harus mengembalikan kartu yang telah

dimenangkan sebelumnya. Penantang II boleh menantang jika

penantang I melewatinya. Apabila semua penantang sudah menantang

atau melewati maka penantang kedua membacakan jawabannya dan

bagi yang jawaban benar akan menyimpan kartu.

Page 48: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

 

e. Permainan berlanjut hingga periode kelas berakhir atau kotaknya telah

kosong.

f. Masing-masing peserta mencatat skor pada lembar skor permainan.

g. Jika waktu yang tersedia masih ada maka dilanjutkan game kedua.

h. Selanjutnya siswa dengan skor tertinggi bergeser ke meja turnamen

yang lebih tinggi grade-nya, urutan kedua tetap di tempat dan ketiga

bergeser ke meja turnamen dengan grade lebih rendah.

Fase 6: Validation

Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis

dan memberi kesempatan untuk tanya jawab bagi siswa yang belum

memahami soal yang menjadi tanggung jawabnya. Tujuannya adalah

memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Fase 7: Penghargaan kelompok (Team recognition).

Penentuan skor tim dan dari skor yang diperoleh masing-masing

kelompok maka selanjutnya adalah pemberian penghargaan lainnya.

Fase 8: Menentukan skor Tim

Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok,

kemudian diadakan rekapitulasi nilai dengan penjumlahan skor anggota

dan dirata-rata untuk diperoleh skor kelompok, sehingga bisa ditentukan

kelompok mana yang menjadi pemenangnya.

Page 49: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

 

Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok.

NO PEROLEHAN SKOR RATA-RATA PREDIKAT

1 85 atau lebih Super Team

2 75 – 84 Great Team

3 65 - 74 Good Team

5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw

Perbedaan antara kelompok belajar dalam Tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Perbedaan Model pembelajaran TGT dengan Jigsaw

NO Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1 Kepemimpinan bersama. Tidak ada pemimpin

2 Saling ketergantungan yang

positif.

Tidak ada saling ketergantungan.

3 Seluruh anggota kelompok

bertanggungjawa terhadap hasil

belajar.

Tidak semua anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap hasil

belajar.

4 Menekankan pada tugas dan

hubungan kooperatif.

Menekankan pada tugas individu dan

kelompok.

5 Guru sebagai fasilitator. Guru membimbing secara klasikal

maupun individual.

6 Skor yang diperoleh adalah hasil

skor kelompok.

Skor yang diperoleh secara individu

dan kelompok.

Page 50: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

 

6. Prestasi Belajar Matematika

Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:723) diartikan

sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan untuk penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:3) matematika dalam GBPP

adalah matematika sekolah dengan pengertian bahwa materi dan pola pikirnya

telah dipilih dan disesuaikan dengan proses perkembangan kemampuan siswa.

Walaupun objek matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat

dimulai dari objek yang kongkrit. Demikian pula pola pikir matematika adalah

deduktif dan konsisten atau deduktif aksiomatis. Selain itu matematika sekolah

juga disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Matematika menurut Marsigit (2002:2) adalah sebagai berikut:

a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan

penemuan.

c. Matematika adalah kegiatan problem solving.

d. Matematika adalah alat untuk komunikasi.

Menurut Karp (2008:42) bahwa: The analysis of what teachers consider beautiful in mathematics is important not only for a better understanding of teacher’s mentality: it also directs our attantion to very practical issues. The formation of the aesthetic perception of mathematics proves impossible when one or another section must be taught and studied too quickly, superficily, and be relying on mindless, rote memorization of rules. The fact that for many teachers the

Page 51: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

 

beautiful lies outside the bounds of ordinary program is, surely, an alarm signal. It is an important challenge for the mathematical community to reorganize the ordinary course in mathematics so as to make the teachers see the bauty in it. Then the student has the chance to see it there as well.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu

yang cantik, dimana harus dikuasai oleh guru matematika untuk ditransferkan

ke siswa dengan cara yang indah. Dalam menyelesaikan permasalahan

matematika perlu cara khusus. Pada kenyataannya bahwa beberapa guru tidak

memanfaatkan keindahan matematika tetapi mereka dibatasi oleh kurikulum

yang harus dicapai. Ini sebuah perubahan penting bagi masyarakat matematika

untuk memberikan masukan ke lembaga pendidikan agar membuat guru

matematika mau melihat keindahan matematika. Harapannya siswa dapat juga

menyaksikan keindahan itu sehingga mereka tertarik belajar matematika.

Begitu pula menurut Ernest (2008:6) bahwa: Routine mathematical activity typically involves relatively simple initial texts and deployment of restricted transformation rules in the production of sequences of text. Less routine or creative mathematical activities, such as problem solving, applications, or investigational work, tipically involve more complex task formulations and require some novelty and insight in selecting which transformations to apply and which elements to apply them to, the producing the sequence.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rutinitas kegiatan matematika relatif

sederhana dalam susunan aturan. Kurangnya rutinitas atau kreatifitas dalam

kegiatan matematika seperti halnya pada pemecahan masalah, penerapan atau

unjuk kerja, hal ini merupakan tugas yang lebih komplek dengan perubahan,

penerapan dalam susunan aturan.

Page 52: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

 

Menurut Agus Suprijono (2010:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) prestasi diartikan

sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan.

Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau

ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah

dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar

dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami

suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan

sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang

menghasilkan pengetahuan atau nilai–nilai kecakapan.

Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai

setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi

belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu dari siswa

misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep. Dari beberapa

pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar

matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran

Page 53: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

 

matematika yang di tunjukkan dengan hasil yang berupa nilai dan perubahan

motivasi belajar matematika.

7. Motivasi Belajar matematika

Menurut Abdul Hadis (2008:29) bahwa motif/motivasi secara umum

diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di

dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi untuk

mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam

diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas tertentu demi

untuk mencapai tujuan.

Menurut Agus Suprijono (2009:163) hakikat motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi

semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang

termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Motivasi belajar siswa ada dua macam yaitu yang berasal dari dalam

(instrinsik) misalnya keinginan untuk mencapai cita-citanya dan yang berasal

dari luar (ekstrinsik) misalnya adalah penggunaan model pembelajaran

kooperatif yang menyenangkan dan membuat siswa mudah belajar.

Menurut Slavin (2010:34) bahwa ada dua teori dalam pembelajaran

koperatif yaitu motivasi dan teori kognitif. Pada teori motivasi pembelajaran

koperatif terutama menfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana

Page 54: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

 

siswa bekerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa akan termotivasi untuk

belajar baik dalam kelompok atau secara termotivasi untuk belajar baik dalam

kelompok atau secara individu. Jika ada penghargaan dari guru bila berhasil

dalam belajarnya. Ciri–ciri Motivasi Belajar Siswa adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus untuk waktu lama,

tidak berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa).

c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.

d. Ingin mendalami bahan/ bidang pengetahuan yang diberikan di kelas.

e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan

prestasinya).

f. Menunjukkan minat terhadap masalah orang dewasa (misalnya terhadap

pembangungan agama, politik, korupsi, keadilan dan sebagainya).

g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat.

h. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak

mudah melepaskan pendapat tersebut).

i. Cepat bosan dengan tugas rutin.

j. Mengejar tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat

untuk sesuatu yang ingin dicapai kemudian).

Membangkitkan motivasi pada diri siswa bukanlah hal yang mudah

dilakukan. Perlu mengenal diri siswa lebih lanjut dan mencari informasi

tentang keinginan siswa tersebut, sehingga kita dapat memotivasi mereka. Ada

beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, antara lain:

Page 55: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

 

a. Pemberian penghargaan secara verbal.

b. Memberikan pujian terhadap siswa yang memperoleh peningkatan prestasi

belajar selain menyenangkan siswa juga mengandung makna interaksi dan

pengalaman pribadi yang langsung antara guru dan siswa sehingga

merupakan suatu penghargaan.

c. Pemberian nilai. Memberi nilai dengan disertai ulasan berupa pujian dan

koreksi menggambarkan hasil belajar siswa juga merupakan cara efektif

menumbuhkan motivasi siswa.

d. Pemberian perhatian secara positif.

e. Dalam pembelajaran matematika guru berperan sebagai fasilitator dengan

memberi pengarahan, bimbingan dan petunjuk sehingga anak merasa

diperhatikan, sehingga siswa juga akan termotivasi untuk mengerjakan

tugas dengan baik.

f. Pemberian ulangan harian terstruktur. Ulangan harian hendaknya diberikan

minimal setelah satu kompetensi dasar selesai dan sebelum pelaksanaan

ulangan supaya ada pemberitahuan kepada siswa sehingga mereka bisa

mempersiapkan diri dengan baik, dan diadakan remidi bagi siswa yang

belum tuntas dan pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas.

g. Pemberian teguran atau nasehat. Bagi siswa yang telah dan sedang

melakukan kesalahan atau berkelakukan kurang baik, tidak perlu langsung

dimarahi atau diberi hukuman, sebaiknya mereka diberi teguran atau nasehat

untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi. Mereka perlu ditegur dengan

Page 56: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

 

sopan, bijaksana dan hati–hati agar tidak menyinggung perasaan dan harga

diri siswa.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:103) bahwa motif merupakan

pendorong bagi suatu organisma untuk melakukan sesuatu. Motif intrinsik

dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis

dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.

Jadi motivasi belajar matematika adalah keinginan yang ada pada diri

siswa untuk mau belajar matematika dalam rangka mencapai prestasi belajar

matematika yang lebih baik. Sebagai indikatornya adalah suasana kelas,

harapan orang tua,  penghargaan, kritik membangun  ganjaran, kebutuhan

pelajaran matematika  keinginan belajar matematika, ketertarikan terhadap

pelajaran matematika, minat belajar matematika, cita–cita masa depan yang

menyangkut pelajaran matematika.

8. Hasil Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan

kualitas pembelajaran matematika, seperti yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Terdapat 4 penelitian yang relevan, yaitu:

a. Eko Budianto (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams games Tournament (TGT) pada

Pokok Bahasan persamaan Kuadrat Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas

X SMA di Kabupaten Ngawi. Persamaan antara penelitian Eko Budianto

dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran

Page 57: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

 

kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). Perbedaannya pada

penelitian Eko ditinjau dari minat belajar peserta didik sedangkan pada

penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar. Hasil penelitiannya adalah

prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe ekspositori,

terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat minat belajar siswa terhadap

prestasi belajar matematika, pada masing-masing kategori minat belajar

terdapat perbedaan dengan model kooperatif tipe TGT dengan ekspositori.

b. Hindarso (2008) dalam penelitiannya yang berjudul eksperimentasi

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Game Tournament (TGT) pada materi pokok rumus-rumus trigonometri

ditinjau dari aktivitas belajar peserta didik SMP Negeri kota Surakarta.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan Hindarso dengan yang akan

dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) perbedaannya

pada penelitian Hindarso ditinjau dari aktivitas belajar peserta didik

sedangkan pada penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar. Hasilnya

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif

tipe NHT, aktivitas belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi

belajar matematika, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan

aktivitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.

Page 58: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

 

c. Ngadiyono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul pembelajaran

matematika dengan model kooperatif tipe Jigsaw dan Direct Instruction

berbantuan komputer ditinjau dari motivasi belajar siswa. Persamaan antara

penelitian yang dilakukan Ngadiyono dengan yang akan dilakukan dalam

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaannya pada penelitian Ngadiyono untuk

model pembelajaran yang lainnya adalah dengan tipe Direct Instruction,

sedangkan pada penelitian ini dengan model kooperatif tipe TGT. Hasilnya

prestasi belajar matematika siswa yang menerapkan model kooperatif

tipe Jigsaw lebih baik daripada Direct Instruction berbantuan komputer,

motivasi belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar

matematika, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi

belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.

d. Maryono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas model

Pembelajaran Jigsaw ditinjau dari motivasi belajar siswa pada pokok

bahasan rumus-rumus trigonometri siswa kelas XI IPA SMA di Kabupaten

Bojonegoro. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari motivasi belajar siswa.

Perbedaannya pada penelitian Maryono pada pokok bahasan rumus-rumus

trigonometri sedangkan penelitian ini pada materi teorema Pythagoras. Hasil

penelitiannya adalah hasil belajar matematika siswa dengan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik dari pada hasil belajar

matematika siswa dengan model pembelajaran langsung, motivasi belajar

Page 59: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

 

peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika,  tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa

terhadap prestasi belajar matematika siswa.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)

dan Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw merupakan bentuk

model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan pada teori

belajar konstruktivisme, dimana menurut teori belajar ini pengetahuan

dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit yang hasilnya diperoleh dari hasil

konstruksi dan pengalamannya sendiri. Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT

siswa aktif dan saling bekerja sama dalam sebuah kompetisi untuk mempelajari

suatu materi pelajaran. Siswa dalam satu kelompok berkomitmen bersama

untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. Mereka berupaya menjadikan

kelompok mereka sebagai juara, akibatnya siswa akan bersungguh-sungguh

mempelajari materi, sehingga siswa mudah untuk mempelajari materi tersebut.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw para siswa bertemu

dengan anggota–anggota dari kelompok lain dalam Tim ahli yang mempelajari

topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu

mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan apa yang ia

telah pelajari dan didiskusikan pada teman–teman kelompoknya. Siswa aktif

Page 60: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

 

dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga

siswa mudah untuk mengingat materi tersebut.

Penerapan model pembelajaran TGT dan Jigsaw membuat siswa

termotivasi dalam pembelajaran akan tetapi dalam penerapan model

pembelajaran TGT lebih menekankan pembelajaran yang bermakna dan

terdapat kompetisi yang menarik sehingga siswa termotivasi untuk

mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai

dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, dengan demikian diduga

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

Faktor penentu keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa adalah motivasi belajar matematika. Siswa dengan motivasi tinggi akan

lebih mudah untuk memahami materi dan menyelesaikan soal yang diberikan

guru maupun dari sumber lain, sehingga prestasi belajar matematika yang

diraih juga tinggi. Untuk siswa dengan motivasi sedang masih memerlukan

bimbingan guru untuk bisa memahami materi dan pemecahan soal, walaupun

untuk beberapa hal mereka dapat memahami sendiri. Sehingga persentase

bimbingan yang dilakukan guru relatif sedikit jika dibandingkan dengan siswa

yang mempunyai motivasi rendah. Siswa dengan motivasi belajar rendah

sangat memerlukan bimbingan dan pemberian motivasi oleh guru untuk

Page 61: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

 

memahami materi. Kadang untuk materi tertentu perlu dilakukan secara

berulang-ulang untuk bisa dimengerti mereka. Dengan begitu diduga prestasi

belajar pada siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa

dengan siswa motivasi sedang dan rendah, prestasi belajar pada siswa dengan

motivasi sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah.

3. Pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar siswa  terhadap prestasi

belajar matematika.

Dari penjelasan di atas dinyatakan bahwa penerapan model

pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa dan

motivasi belajar matematika berpengaruh juga. Penggunaan model

pembelajaran dan motivasi belajar matematika secara bersama-sama  akan

berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang mempunyai motivasi belajar

tinggi, sedang dan rendah bisa berdiskusi dan bekerja sama dalam turnamen

sesuai peranannya dalam penentuan skor Tim. Hal ini berdampak bahwa siswa

akan bersungguh-sungguh belajar untuk menjadikan dirinya menjadi bagian

dari keberhasilan Timnya. Akibatnya dapat diduga bahwa prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada

prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi,

sedang dan rendah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.

Page 62: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

 

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan

nuansa kompetitif bagi siswa untuk menjadi juara dari tiap tim. Setiap anggota

tim mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi juara, sehingga setiap

siswa termotivasi untuk ambil peranan dalam kelompoknya. Bagi siswa dengan

motivasi belajar tinggi kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan

soal dalam kompetisi dengan skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan

motivasi sedang dan rendah. Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar

sedang kemungkinan memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan

motivasi rendah.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan

kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk menjadi nara sumber yang

mempresentasikan hasil diskusinya dengan Tim ahli ke semua anggota

kelompoknya, sehingga siswa termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan

dengan sebaik-baiknya. Bagi siswa dengan motivasi belajar tinggi

kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan soal dalam Tim ahli dan

mempresentasikan hasilnya di kelompok awal serta kemungkinan memperoleh

skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi sedang dan rendah.

Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar sedang kemungkinan

memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi rendah.

D. Hipotesis Penelitian

Dari penelitian ini akan diprediksi bahwa:

Page 63: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

 

1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) lebih baik daripada prestasi matematika siswa

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2.  Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi

lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan

rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar

sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa

terhadap prestasi belajar matematika siswa.

a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai

motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah.

b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik

prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang

dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik

prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada

siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada

siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

Page 64: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

 

Page 65: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Page 66: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Page 67: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi

experimental research). Menurut Sudarwan Danim (2002:47) bahwa penelitian

eksperimental semu dimaksudkan untuk memperoleh informasi tertentu, berupa

prakiraan bagi informasi yang dapat diperoleh bagi eksperimen yang sebenarnya.

Penelitian ini dilakukan dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk

mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri se-kabupaten Blora

Pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember

tahun 2010 semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan dalam

3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Tahap

persiapan meliputi: Penyusunan proposal penelitian, Pengajuan proposal

penelitian, Ujian proposal penelitian, Penyusunan instrumen, Pengurusan

perijinan penelitian, Penyusunan dan uji Coba instrumen. Tahap pelaksanaan

penelitian terdiri dari: pelaksanaan penelitian dan pengambilan data. Tahap

Pelaporan meliputi sebagai berikut: pengolahan data dan penyusunan laporan.

Mengenai waktu penelitian ditunjukkan dengan Tabel sebagai berikut:

Page 68: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian

NO Kegiatan Waktu

1. Tahap persiapan a. Penyusunan proposal penelitian Juni 2010

b. Pengajuan proposal penelitian Juli 2010

c. Ujian proposal penelitian Juli 2010

d. Penyusunan instrumen Agustus 2010

e. Pengurusan perijinan penelitian September 2010

f. Penyusunan dan uji Coba instrumen September 2010

2. Tahap pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian dan pengambilan

data Oktober 2010

3. Tahap pengolahan data dan penyusunan laporan a. pengolahan data hasil penelitian dan

konsultasi November 2010

b. penyusunan laporan dan konsultasi Desember 2010

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan faktorial 2 x 3 yang dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian

Motivasi belajar (b)

Tinggi

(b1_)

Sedang

(b2_)

Rendah

(b3_)

Model

Pembelajaran

(a)

Teams Games Tournaments (TGT) (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13

Jigsaw (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23

Page 69: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Menurut Djarwanto (2000:42) bahwa populasi adalah jumlah

keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya

hendak diduga. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh

siswa kelas VIII SMP Negeri se Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.

Dengan mengelompokan sekolah menjadi tiga kelompok yaitu kelompok

tinggi, sedang dan rendah. Dasar pengelompokan ini adalah nilai rata–rata

UNAS matematika SMP Kabupaten Blora tahun 2010, yaitu:

a. 14 SMP yang berkategori tinggi.

b. 14 SMP yang berkategori sedang.

c. 14 SMP yang berkategori rendah. 

Sumber data di atas diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Blora tahun

2010, data selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Djarwanto (2000:43) bahwa sampel adalah sebagian dari

populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki. Pada penelitian ini teknik

pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling dan Cluster

random sampling. Menurut Djarwanto (2000:50) bahwa Stratified Random

Sampling adalah populasinya dibagi-bagi menjadi beberapa lapisan atau

stratum. Sedangkan Cluster random sampling adalah populasinya dibagi

menjadi beberapa kelompok, kemudian dari kelompok tersebut dipilih secara

Page 70: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

random sejumlah kelompok dan sampel yang diperlukan terdiri atas individu-

individu yang berada dalam kelompok-kelompok yang telah dipilih secara

random tersebut. Dalam penelitian ini mengambil secara acak 3 sekolah yang

ada dalam populasi yaitu 1 sekolah pada kelompok atas, 1 sekolah pada

kelompok sedang dan 1 sekolah pada kelompok bawah. Masing–masing

Sekolah sesuai kategori di pilih secara random satu sekolah melalui teknik

Random sampling. SMP 2 Blora dipilih sebagai sekolah pada kelompok atas,

sekolah pada kelompok sedang adalah SMP 3 Cepu dan sekolah pada

kelompok bawah adalah SMP 1 Jiken. Selanjutnya dari masing–masing

sekolah yang terpilih diambil masing–masing dua kelas sebagai kelompok

pertama dan ke dua. Dua kelas yang terpilih di SMP 2 Blora adalah kelas 8.1

sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas 8.2 sebagai kelompok eksperimen 2.

Dua kelas yang terpilih di SMP 3 Cepu adalah kelas 8B sebagai kelompok

eksperimen 1 dan kelas 8C sebagai kelompok eksperimen 2. Dua kelas yang

terpilih di SMP 1 Jiken adalah kelas 8A sebagai kelompok eksperimen 1 dan

kelas 8B sebagai kelompok eksperimen 2.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang diamati yaitu variabel bebas

dan variabel terikat, variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

a. Model Pembelajaran

Page 71: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

1) Definisi Operasional

Model pembelajaran adalah cara yang dipakai dalam menyampaikan

materi pembelajaran kepada siswa yang meliputi model pembelajaran

kooperatif tipe (TGT) jigsaw.

2) Indikator

Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Team Games

Tournament (TGT) untuk kelompok pertama dan model pembelajaran

tipe Jigsaw untuk kelompok ke dua.

3) Skala Pengukuran

Skala nominal yang terdiri dari dua kategori, yaitu:

Kelompok pertama: siswa diberikan model pembelajaran kooperatif

dengan tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan kelompok ke dua:

siswa diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4) Simbol: ai, i = 1,2.

a1= Model pembelajaran kooperatif TGT.

a2 = Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Motivasi Belajar siswa.

1) Definisi Operasional: Motivasi berprestasi adalah keinginan atau hasrat

seseorang untuk melakukan sesuatu secara secepat dan lebih baik atau

lebih efisien daripada yang dilakukan sebelumnya.

2) Indikator: skor angket motivasi belajar matematika siswa.

Page 72: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

3) Skala Pengukuran: Skala pengukuran untuk motivasi belajar adalah

skala ordinal, dimana skala ordinal diperoleh dari skala interval yang

diubah ke dalam skala ordinal dengan 3 kriteria yaitu tinggi, sedang dan

rendah.

Table 3.3 Pengubahan Interval menjadi ordinal

Interval Motivasi

Rendah

Sedang

Tinggi

4) Simbol: bj , j = 1,2,3

b1 = siswa dengan kelompok motivasi tinggi.

b2 = siswa dengan kelompok motivasi sedang.

b3 = siswa dengan kelompok motivasi rendah.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.

a. Definisi Operasional

Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa

dalam memahami konsep teorema pythagoras setelah melalui kegiatan

belajar dalam jangka waktu tertentu.

b. Indikator: nilai tes prestasi belajar siswa tentang teorema pythagoras

c. Skala Pengukuran: skala interval.

d. Simbol: ABij ; i = 1,2 ; j = 1,2,3

Skor < x - 0,5s

x - 0,5s ≤ Skor < x + 0,5s

Skor ≥ x + 0,5s

Page 73: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Ai = jumlah data pada baris ke-i.

Bj = jumlah data pada kolom ke-j.

ABij = jumlah data pada baris ke-i dan kolom ke-j.

F. Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud teknik pengumpulan data adalah suatu usaha memperoleh

bahan dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti perlu

menentukan langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai dengan

permasalahan dalam penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Metode dokumentasi

Menurut Budiyono (2003:54) bahwa metode dokumentasi adalah cara

pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen yang telah ada.

Dokumen yang dimaksud di sini adalah dokumen yang resmi dimana telah

terjamin keabsahannya. Metode dokumentasi digunakan untuk data awal yaitu

nama dan nilai tes prestasi belajar matematika pada Kompetensi Dasar

sebelumnya yaitu 1.3 Memahami relasi dan fungsi. Pengumpulan data ini

dimaksudkan untuk mengetahui keadaan awal tentang prestasi belajar

matematika dari sampel yang dipilih, sebelum dikenai tindakan. Data yang

diperoleh akan digunakan untuk uji keseimbangan rata-rata.

2. Metode Tes

Menurut Budiyono (2003:54) bahwa metode tes adalah pengumpulan

data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruh-suruhan

kepada subyek penelitian. Menurut Anas Sudijono (2006:66) bahwa tes adalah

Page 74: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.

Hal ini untuk mengetahui apakah materi yang diberikan oleh guru kepada

siswa sudah dikuasai oleh mereka dan untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Penelitian ini metode tes yang digunakan untuk memperoleh data atau

mengukur prestasi belajar matematika pada standar. Adapun prosedur

pelaksanaan penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan materi yang akan digunakan untuk membuat soal.

b. Menentukan bentuk soal yang akan dibuat yaitu obyektif.

c. Menyusun tabel kisi-kisi soal tes.

d. Menjabarkan kisi-kisi dalam butir-butir soal.

e. Prosedur pemberian skor untuk jawaban tes sebagai berikut: nilai 1 jika

benar 0 jika salah.

f. Uji coba tes.

3. Metode Angket

Menurut Budiyono (2003:47) metode angket adalah cara pengumpulan

data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek

penelitian, responden, atau sumber data yang jawabannya diberikan secara

tertulis. Langkah-langkah membuat angket:

a. Menyusun materi yang akan digunakan untuk membuat angket.

b. Membuat kisi-kisi angket.

c. Menyusun angket.

d. Item soal motivasi berprestasi dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah

disusun sebelumnya.

Page 75: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

e. Menentukan cara pemberian skor.

f. Dalam menentukan skor angket setiap alternatif jawaban mempunyai skor

berbeda-beda. Pemberian untuk tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan

dengan kriteria item.

g. Mengadakan uji coba angket.

Tabel 3.4 Kriteria penilaian angket

Jenis Pertanyaan Alternatif Jawaban Pilihan Skor

Pertanyaan (+) Sangat tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju

A B C D E

1 2 3 4 5

Pertanyaan (-) Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak Setuju

A B C D E

5 4 3 2 1

G. Instrumen Penelitian

Menurut Sudarwan Danim (2002:136) bahwa instrumen penelitian dapat

dikatakan baik jika memenuhi kriteria berikut ini:

1. Bentuk instrumen relevan dengan jenis data yang dikumpulkan dan

peneliti sebagai instrumen sebagai instrumen utama harus menguasai

permasalahan.

2. Setiap instrumen harus mampu menjaring data penelitian dan dapat

berkembang dalam proses.

3. Duplikasi antara setiap butir instrumen dimungkinkan untuk pendalaman

atau divergenitas berpikir.

Page 76: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

4. Tata instrumen bersifat sederhana dan mudah dimengerti oleh subjek dan

peneliti harus paham fokusnya.

5. Antara butir instrumen yang satu yang lain harus saling mengisi untuk

menjaring data sebanyak mungkin.

Instrumen juga yang baik juga jika memenuhi dua persyaratan penting

yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

prestasi belajar dan angket tentang motivasi belajar matematika siswa. Tahap-

tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tes.

Instrumen tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika

pada materi teorema Phytagoras. Sebelum intrumen digunakan, terlebih dahulu

dilakukan uji coba intrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

Setelah diuji coba dilakukan analisis butir soal.

a. Uji validitas isi

Agar tes mempunyai Validitas isi, menurut Budiyono (2003:58)

harus diperhatikan hal-hal berikut:

1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran

tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.

2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan

materi yang diajarkan.

3) Materi pembelajaran untuk menjawab soal-soal tes mudah dipelajari dan

dipahami oleh tes-tes.

Page 77: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b. Uji Daya Beda

Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika kelompok siswa

pandai menjawab benar butir soal lebih banyak daripada kelompok siswa

tidak pandai. Daya pembeda item dapat diketahui melalui melihat besar

kecilnya angka daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh

sebutir item. Daya pembeda item dihitung atas dasar pembagian testee ke

dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni kelompok testee yang

tergolong pandai dan kelompok bawah yakni kelompok testee yang

tergolong bodoh. Pembagiannya kelompok berdasarkan 50% testee

kelompok atas dan 50% testee kelompok bawah. Daya beda suatu butir soal

dapat dipakai untuk membedakan siswa yang pandai dan tidak pandai.

Sebagai tolok ukur pandai atau tidak pandai adalah skor total dari

sekumpulan butir yang dianalisis. Rumus menentukan daya beda adalah

sebagai berikut:

Keterangan :

Nt = banyaknya siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul

butir item yang bersangkutan.

Nr = banyaknya siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan

betul butir item yang bersangkutan.

nt = banyaknya siswa yang termasuk dalam kelompok atas.

nr = banyaknya siswa yang termasuk dalam kelompok bawah.

Anas Sudijono (2006:385)

DB = Nt Nr nt nr

-

Page 78: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

klasifikasi :

- DB < 0,20       (Daya Beda jelek)

- 0,20 < DB < 0,30 (Daya beda kurang baik)

- 0,30 < DB < 0,40 (Daya beda cukup baik)

- DB > 0,40 (Daya beda baik)

Range untuk DB adalah -1 < DB < 1.

Untuk penelitian ini peneliti menggunakan klasifikasi DB > 0,30.

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Anas Sudijono (2006:370) bahwa bermutu tidaknya butir-

butir tes prestasi belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf

kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir tes tersebut. Butir-butir tes

prestasi belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir yang baik, apabila butir-

butir tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Rumus

menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes sebagai berikut:

Dengan:

P = angka indeks kesukaran.

B = banyaknya peserta tes yang dapat menjawab dengan betul terhadap

butir tes yang bersangkutan.

Js = jumlah seluruh peserta tes prestasi belajar.

klasifikasi:

- P < 0,30       (Terlalu sukar).

- 0,30 < P ≤ 0,70 (Cukup/sedang).

P = Js

B

Page 79: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

- P > 0,70 (Terlalu mudah).

Range untuk P adalah 0 ≤ P ≤ 1.

Dalam penelitian ini butir soal tes yang dipakai jika 0,30 ≤ P ≤ 0,70.

Anas Sudijono (2006:372)

d. Uji Reliabilitas

Menurut Budiyono (2003:65) bahwa suatu instrumen disebut reliabel

apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika

sekiranya pengukuran tersebut dilakukan oleh orang yang sama pada waktu

yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi

yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.

Reliabilitas menunjukkan kepada keajegan hasil pengukuran. Dalam tes uji

coba maupun tes prestasi belajar matematika, setiap jawaban yang benar

diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga untuk

menghitung tingkat reliabiltas tes digunakan rumus Kuder–Richardson

dengan KR–20, yaitu:

r11 =

Dengan :

r11 = indeks reliabilitas instrumen.

N = banyaknya butir instrumen.

st2 = varian total.

pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i.

⎥⎥

⎢⎢

⎡ −⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−∑

2t

ii2

t

sqps

1nn

Page 80: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

qi = 1-pi

Range untuk r11 adalah 0 < r11 < 1 dan soal dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,7.

Budiyono (2003:69)

2. Angket

Instrumen angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar

matematika siswa. Sebelum instrumen digunakan untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas perlu dilakukan uji coba instrumen sebagai berikut:

a. Uji validitas angket

Menurut Budiyono (2003:59) bahwa untuk menilai suatu instrumen

angket mempunyai validasi isi yang tinggi biasanya dilakukan melalui

expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Penelitian ini

validitas yang dipakai adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang

diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian

terhadap isi yang terkandung dalam instrumen. Untuk menjaga obyektifitas

validitas isi, disiapkan daftar isian untuk ditanggapi oleh seorang responden.

Untuk memenuhi validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam

penyusunan angket sebagai berikut:

1) Menentukan indikator yang akan diukur yaitu mengenai motivasi belajar

matematika.

2) Menyusun kisi-kisi soal angket berdasarkan indikator yang dibuat.

3) Menyusun butir-butir angket berdasarkan kisi-kisi yang dibuat.

4) Melakukan penilaian terhadap butir-butir angket, penilaian dilakukan

oleh pakar (Validator).

Page 81: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡−⎥⎦

⎤⎢⎣⎡

−= ∑

2t

2i

11 ss

11n

nr

b.  Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas menunjukkan keajegan hasil pengukuran dalam angket.

Untuk uji reliabilitas angket pada penelitian ini digunakan rumus Cronbach

Alpa, yaitu:

Dengan:

r11 = indek reliabilitas instrumen.

n = banyaknya butir instrumen.

= variansi butir.

= variansi total.

Angket dikatakan reliabel jika r11 > 0,7.

Budiyono (2003:70)

c. Konsistensi Internal

Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara

skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya, ini menunjukkan bahwa

semua butir angket harus saling konsisten satu sama lain dan mempunyai

dimensi yang sama. Konsistensi internal untuk butir ke-i rumus yang

digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut:

( )( ) ( ) )YY(nXX(n

YXXYnr 2222xy

∑∑∑∑∑ ∑∑

−−

−=

))(

si 2

st 2

Page 82: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Dengan:

rxy = indeks konsistensi internal untuk butir soal ke-i.

n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen).

X = skor butir ke i.

Y = skor total.

Range untuk rxy adalah -1 < rxy < 1.

Butir soal angket dipakai jika rxy > 0,30.

Budiyono (2003:65)

H. Teknik Analisa Data

Setelah data diperoleh dari pelaksanaan penelitian, yang dilakukakan

selanjutnya adalah pengujian terhadap data tersebut, adapun pengujian data adalah

sebagai berikut:

1. Uji Prasarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

dengan metode uji Lilliefors. Langkah-langkah pengujian normalitas adalah:

1) Hipotesis

Ho : Sampel random berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Taraf siginifikan 05,0=α .

Page 83: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

( ) ( ) z S - z F ii

3) Statistik uji

L = Maks

Dengan:

iz = ( )s

XX i −

F(zi) = P( Z ≤ zi); Z ~ N (0, 1).

S(zi) = Proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah iz .

s = deviasi baku atau simpangan baku.

iz = skor standar atau bilangan baku.

4) Daerah Kritik

DK = {L| L >L(α; n)} nilai L(α; n) diperoleh dari tabel Lilliefors pada

tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n.

5) Keputusan Uji

H0 diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik

dan H0 ditolak jika nilai statistik berada di daerah kritik.

(Budiyono 2009:170)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Statistik Uji yang digunakan adalah

uji Bartlett, sebagai berikut:

1) Hipotesis

Ho : (Variansi Homogen).

H1 : paling sedikit ada satu pasang variansi yang berbeda.

{ LL

222

21 .......... kσσσ ===

Page 84: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

2) Taraf signifikasi 05,0=α

3) Statistik uji

Untuk

Dengan:

k = banyaknya sampel.

f = N – k = derajat kebebasan untuk RKG.

fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk sj2 , dengan j = 1, 2,…,k.

N = Banyaknya seluruh nilai (ukuran).

jn = Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j

= ukuran sampel ke-j.

4) Daerah kritik

DK =

5) Keputusan uji

Ho ditolak jika DK ∈ χ2

(Budiyono 2009:174)

2. Uji Keseimbangan

Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan,

bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang. Secara

( )2jj

2 s log ΣflogRKG fc

2,303χ −=

( )

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

−+=

=−=

f1

f1Σ

1k311c

ΣfΣSS

RKGdan n

ΣXΣXSSj

j

j

j2

2

{ }1kα,222 χχ|χ −>

2χ 2χ~ (k-1)

Page 85: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

statistik, apakah terdapat perbedaan rerata yang berarti dari dua sampel yang

independen. Sebelum uji keseimbangan dilakukan perlu uji prasarat yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu untuk data kemampuan awal

bagi kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Langkah-langkah uji

keseimbangan sebagai berikut:

a. Hipotesis

Ho : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama).

H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda).

b. Taraf signifikan

c. Statistik uji

Dengan:

= rata–rata nilai tes prestasi belajar matematika kelompok pertama.

= rata–rata nilai tes prestasi belajar matematika kelompok kedua.

s12 = varian kelompok eksperimen 1.

s22 = varian kelompok eksperimen 2.

sp2 = varian gabungan kelompok eksperimen 1 dan 2.

n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen 1.

n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen 2.

05,0=α

( ) ( )2nn

s1ns1ns21

222

2112

p −+−+−

=

~ ( )2nnt

n 1

n 1s

X2)(X1t 21

2 1 p

0 −++

−−= d

X1

X2

Page 86: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

µ1 = µ2 = d0

d. Daerah kritik

DK =

e. Keputusan uji

Ho ditolak jika t ∈ DK.

(Budiyono 2009:151)

3. Uji Hipotesis

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

variansi dua jalan dengan sel tidak sama. Sebelum melakukan analisis variansi

terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas, mengenai langkah-langkahnya seperti yang digunakan pada

persyaratan uji keseimbangan untuk data kemampuan awal. Analisis variansi

dua jalan bertujuan untuk menguji perbedaan efek (pengaruh) 2 variabel bebas

yaitu model pembelajaran (faktor A) dan motivasi belajar (faktor B) serta

interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar (faktor AB)

terhadap variabel terikatnya yaitu prestasi belajar matematika. Hipotesis

penelitian diuji dengan teknik analisa variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tak

sama, sebagai berikut:

a. Model

dengan:

= data (nilai) ke- k pada baris ke -i dan kolom ke-j.

( ) ijkijjiijk εαββαµX ++++=

ijkX

2n n dengan v tatau t t - t |t 21 v;

2 v;

2

−+=⎪⎭

⎪⎬⎫

⎪⎩

⎪⎨⎧

><⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ αα

DKt∈

Page 87: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean).

= µi. - µ = efek baris ke-i pada variabel terikat.

= µ.j - µ = efek kolom ke-j pada variabel terikat.

= µij – (µ + αi + βj).

= interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.

εijk = deviasi data Χijk terhadap rerata populasinya (µij) yang berdistribusi

normal dengan rerata 0.

i = 1,2 dengan 1 = pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2 = pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

j = 1,2,3 dengan 1 = motivasi belajar tinggi.

2 = motivasi belajar sedang.

3 = motivasi belajar rendah.

k = 1,2,3 …nij, nij = banyaknya data amatan pada setiap sel.

b. Prosedur

1) Hipotesis

Ada tiga pasang hipotesis yang diuji dengan analisis variansi dua

jalan. Tiga pasang hipotesis tersebut adalah:

H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2.

H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol.

H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1,2,3.

H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol.

H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3.

HIAB : paling sedikit ada (αβ)ij yang tidak nol.

( ) ijαβjβ

µ

Page 88: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Ketiga pasang hipotesis itu ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis

berikut ini:

H0A : tidak ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel

terikat.

HIA : ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel

terikat.

H0B : tidak ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap terikat

variabel.

HIB : ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap variabel

terikat.

H0AB : tidak ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B

terhadap variabel terikat.

HIAB : ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B terhadap

variabel terikat.

2) α = 0,05

3) Komputasi

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini

didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut:

Nij = ukuran sel ij sel pada baris ke-i dan kolom ke-j.

= rerata harmonik frekuensi seluruh sel.

= ∑

ij ijn

pq1

N = ∑ji

ijn,

= banyaknya seluruh data amatan.

n h

Page 89: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Cij =

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij.

ABij = rerata pada sel ij.

Ai = ∑j

ijAB = jumlah rerata pada baris ke-i.

Bj = ∑i

ijAB = jumlah rerata pada pada kolom ke-j.

G = ∑ji

ijAB,

= jumlah rerata semua sel.

Rumus untuk mencari komponen JK sebagai berikut:

(1) = pqG 2

(2) = ∑ji

jiSS

(3) = ∑i

2i

qA

(4) = ∑j

2i

pB

(5) ∑ji

2jiAB

Rumus menentukan jumlah kuadrat sebagai berikut:

JKA = {(3) – (1)}

JKB = {(4) – (1)}

JKAB = {(1) + (5) – (3) – (4)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

( )∑∑ −= ij

2ijij

ij

2ij CXSS;

nX

n h n h

nh

Page 90: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:

dkA = p – 1

dkB = q – 1

dkAB = (p - 1)(q – 1)

dkG = N – pq

dkT = N – 1

Rerata kuadrat sebagai berikut:

RKA = dkAJKA

RKB = dkBJKB

RKAB = dkABJKAB

RKG = dkGJKG

4) Statistik uji

Fa = RKGRKA

Fb = RKGRKB

Fab = RKGRKAB

5) Daerah Kritis

Daerah kritis untuk Fa adalah DK = { Fa / Fa > pqNpF −− ;1,α }.

Daerah kritis untuk Fb adalah DK = { Fb / Fb > pqNqF −− ;1,α }.

Daerah kritis untuk Fab adalah DK = { Fab / Fab > pqNqpF −−− );1)(1(,α }.

Page 91: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi dua jalan

Sumber JK dk RK Fobs Fα Keputusan Uji

Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F* H0A

ditolak/diterima

Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F* H0B

ditolak/diterima

Interaksi (AB) JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab F* H0AB

ditolak/diterima

Galat (G) JKG N-pq RKG - - -

Total JKT N-1 - - - -

Keterangan :

F* = nilai F yang diperoleh dari tabel

Budiyono ( 2009:228)

Jika H0A, H0B, dan H0AB ditolak maka diadakan uji lanjut anava dengan

metode Schefee’.

4. Uji Komparasi Ganda

Jika Ho ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava dua

jalan yaitu metode scheffe’. Langkah-langkah meliputi:

a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.

b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

c. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Page 92: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Untuk komparasi rerata antar kolom:

).n1

.n1(RKG

).X.X(F

ji

2ji

j.i.+

−=−

Untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama:

)n1

n1(RKG

)XX(F

ikij

2ikij

ikij

+

−=−

Untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama:

)n1

n1(RKG

)XX(F

kjij

2kjij

kjij

+

−=−

d. Menentukan tingkat signifikasi (α = 0,05).

e. Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Pada analisis variansi dua jalan.

Daerah kritik untuk komparasi antar kolom.

DK ={F | F > (q – 1) Fα;q-1;N- pq}.

Daerah kritik untuk komparasi antar sel pada baris yang sama dan

kolom yang sama DK={F | F > (pq-1) F α;(pq-1);N-pq}.

f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang

komparasi rerata.

g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).

Budiyono (2009:215)

Page 93: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilaporkan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan

pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010 di SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu

dan SMP 1 Jiken Kabupaten Blora.

Hasil penelitian mencakup data hasil uji coba instrumen, pengujian instrumen

penelitian, deskripsi data penelitian, persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian.

A. Data Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang berupa tes hasil belajar matematika dan angket

motivasi belajar matematika, sebelum digunakan untuk pengambilan data hasil

belajar matematika dan angket motivasi belajar matematika terlebih dahulu

dilakukan uji validitas isi, kemudian diuji cobakan kepada siswa kelas VIII F SMP 3

Cepu yang selanjutnya dilakukan analisis butir soal dan uji reliabilitas.

1. Soal Tes Prestasi Belajar

a. Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar

Dalam penyusunan dan pengembangan tes, pengujian validitas suatu

instrumen dapat dilakukan oleh validator. Dalam hal ini validator, menilai

apakah masing-masing butir yang telah tersusun cocok dengan kisi-kisi yang

telah ditentukan. Instrumen tes hasil belajar matematika siswa divalidasi oleh

Dosen matematika IKIP PGRI Bojonegoro, yaitu Drs. Maryono, M.Pd dan

Drs. Purwadi, M.Pd menyatakan validitas isi dari instrument penelitian yang

Page 94: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

berupa tes berbentuk pilihan ganda sejumlah 30 butir soal telah dipenuhi

karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat. Hasil penilaian validitas

isi selengkapnya ditunjukan pada Lampiran 11, kisi-kisi Test Prestasi Belajar

Matematika Uji Coba Instrument dan test Prestasi Belajar Matematika Uji

Coba ditunjukan pada Lampiran 12 dan 13.

b. Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Prestasi Belajar

Setelah dilakukan perhitungan daya pembeda menunjukkan bahwa dari

30 butir ada 3 butir soal yang tidak memenuhi syarat, karena indeks daya

pembedanya kurang dari 0,3 yaitu pada soal nomor 10, 15 dan 20. Perhitungan

tingkat daya pembeda selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15.

c. Uji Tingkat Kesulitan Butir Soal Tes Prestasi Belajar

Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesulitan menunjukkan bahwa

dari 30 butir soal ternyata ada 5 butir soal yang tidak memenuhi syarat, karena

indeks tingkat kesulitannya kurang dari 0,3 atau lebih dari 0,7 yaitu pada butir

soal nomor 10, 15, 20, 25 dan 29. Jadi banyaknya butir soal yang dinyatakan

baik sebanyak 25 butir soal karena memenuhi tingkat kesukaran 0,30 ≤ P ≤

0,70. Perhitungan tingkat kesulitan selengkapnya disajikan pada Lampiran 15.

Berdasarkan indeks tingkat kesulitan dan daya pembeda, didapat bahwa

butir yang dibuang adalah butir soal 10, 15, 20, 25 dan 29 maka banyaknya

butir soal yang dipakai sebanyak 25 butir soal.

d. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar

Dengan menggunakan rumus K-R 20 dari Kuder-Richardson diperoleh

hasil perhitungan indeks reliabilitas tes prestasi belajar sebesar 0,7907 dari 25

butir soal, ini berarti lebih besar dari 0,7000 sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 95: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

soal tes prestasi belajar reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen tes prestasi

selengkapnya disajikan dalam Lampiran 16.

2. Soal Angket Motivasi Belajar

Instrumen penelitian yang berupa angket motivasi belajar terhadap

matematika, sebelum digunakan untuk pengambilan data motivasi belajar

matematika terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi, kemudian diujicobakan

kepada 40 siswa kelas VIIIF di SMP 3 Cepu yang selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas dan konsistensi internal.

a. Uji Validitas Isi

Dari uji validitas uji diperoleh hasil bahwa berdasarkan penilaian dari

Dosen matematika IKIP PGRI Bojonegoro, yaitu Drs. Maryono, M.Pd dan

Drs. Purwadi, M.Pd menyatakan validitas isi dari Instrumen penelitian yang

berupa angket sebanyak 45 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian

antara kisi–kisi yang dibuat. Hasil validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada

Lampiran 17, kisi-kisi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 18, instrumen

Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ditunjukkan pada Lampiran 19.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Cronbach alpha

yaitu untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen angket. Dari hasil

perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas instrumen adalah 0,9150, nilai

koefisien reliabilitas intrumen ini lebih besar dari 0,7 sehingga instrumen

angket tersebut dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 20.

Page 96: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

c. Analisis butir angket

Analisis butir soal untuk Instrumen angket pada penelitian ini adalah uji

konsistensi internal. Hasil perhitungan dari 45 butir angket yang dianalisis

terdapat 6 butir angket yang jelek karena konsistensi internalnya kurang dari

0,3 yaitu nomor angket 9, 26, 28, 36, 37,dan 44. Perhitungan selengkapnya ada

pada Lampiran 20.

Dari hasil uji reliabilitas dan uji konsistensi internal maka didapat

bahwa butir yang dibuang adalah butir soal nomor 9, 26, 28, 36, 37,dan 44

maka butir soal angket yang digunakan adalah 39 butir soal.

B. Penyajian Data Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas VIII di SMP 2 Blora, SMP 3

Cepu dan SMP 1 Jiken yang masing-masing 1 kelas dari sekolah tersebut dijadikan

kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan 1 kelas

sebagai kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini meliputi data

prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa terhadap matematika. Data-data

tersebut diolah secara manual dengan menggunakan program Excel. Berikut adalah

rangkuman hasil belajar dan motivasi belajar siswa terhadap matematika pada

kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa

Data hasil belajar matematika kelas VIII diperoleh dari tes hasil belajar

matematika setelah berakhirnya pelaksanaan eksperimen, baik untuk kelompok

Page 97: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan maupun

siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Data ini diambil setelah pembelajaran setelah berakhirnya pembelajaran

kooperatif tipe TGT selesai dilakukan dengan menggunakan soal tes yang sudah

diuji validitas dan reliabilitasnya. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas

eksperimen 1 yaitu 23 siswa dari SMP 2 Blora, 24 siswa dari SMP 3 Cepu dan

36 siswa dari SMP 1 Jiken masing-masing merupakan kelompok dengan motivasi

belajar tinggi, sedang dan rendah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

25. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen 2 yaitu 23 siswa

dari SMP 2 Blora, 25 siswa dari SMP 3 Cepu dan 36 siswa dari SMP 1 Jiken

masing-masing merupakan kelompok dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan

rendah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26.

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika

Variabel Kelompok N Rerata Median Deviasi

Standar Mak Min

Prestasi TGT 83 71,8554 74,3 12,1726 92 44 Jigsaw 84 71,7619 72,2 10,6167 92 52

Motivasi Rendah

45 63,5556 60,0 9,821 88 44

Motivasi Sedang

54 70,0741 70,0 9,2182 92 52

Motivasi Tinggi

68 78,7059 80,0 8,4394 92 56

2. Skor Angket Motivasi Belajar Siswa

Data skor angket motivasi belajar siswa dikumpukan menggunakan

instrumen angket yang dilakukan setelah berakhirnya pembelajaran. Data skor

Page 98: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

yang diperoleh untuk kelompok eksperimen 1 dan untuk kelompok eksperimen 2

mempunyai rata–rata = 120,9 dan simpangan baku (s) = 8,79. Selanjutnya data

skor motivasi belajar siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu motivasi

belajar tinggi, sedang dan rendah. Motivasi belajar tinggi adalah siswa yang

mempunyai skor ≥ 125,3. Motivasi belajar sedang adalah siswa yang mempunyai

skor 116,51 < skor < 125,3 dan motivasi belajar rendah adalah siswa yang

mempunyai skor < 116,51. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 27.

Tabel 4.2 Hasil Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa

No. Kelompok Banyak

Siswa

Katagori Motivasi

Tinggi Sedang Rendah

1 Eksperimen 1 83 32 29 22

2 Eksperimen 2 84 36 25 23

Jumlah 167 68 54 45

C. Hasil Analisis Data

Sebelum penelitian dilaksanakan, langkah pertama yang dilakukan yaitu

menguji data yang diperoleh untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen 1 dan 2

mempunyai kemampuan awal yang seimbang sebelum perlakuan penelitian.

1. Kemampuan Awal

Data tentang kemampuan awal siswa diperoleh dari dokumen hasil

Ulangan materi Relasi dan Fungsi Semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.

Rangkuman deskripsi tentang data nilai kemampuan awal belajar peserta didik

disajikan pada Tabel 4.3

Page 99: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Table 4.3 Deskripsi Data Prestasi Kemampuan Awal Siswa

Variabel N Rerata Deviasi

Standar Median Mak Min

Gabungan TGT

dan Jigsaw

167

66,8862

10,985

65

90

40

TGT 83 66,988 11,42 65 90 40

Jigsaw 84 66,7857 10,6 62,5 90 40

(Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7).

Kemudian data tersebut diuji normalitas, uji homogenitas dan uji

keseimbangan antara rerata kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dan Jigsaw.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan metode Liliefors, dan diperoleh

hasilnya adalah:

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal

No Kelompok n Lobs Ltabel Keputusan Ket

1. Kelompok

Eksperimen 1

83 0,0856 0,0973 Ho diterima Normal

2. Kelompok

Eksperimen 2

84 0,0845 0,0967 Ho diterima Normal

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett, dan diperoleh hasilnya:

Page 100: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal

No. Nama Variabel 2obsχ 2

tabelχ Keputusan Uji Keterangan

1. Kelompok

Eksperimen 1 dan

2

0,5380 3,841 Ho diterima Homogen

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

c. Uji keseimbangan

Uji keseimbangan dilakukan pada dokumen nilai ulangan materi

sebelumnya untuk materi Relasi dan Fungsi mata pelajaran matematika pada

semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 untuk kelas eksperimen 1 dan kelas

eksperimen 2. Uji keseimbangan menggunakan statistik t. Dari perhitungan

uji keseimbangan rata-rata menghasilkan tobs = 0,1186 dan t0,025; 167 = 1,96.

sedangkan daerah kritik DK = { }t t 1,96 atau t 1,96< − > . Ini berarti tobs ∉DK,

sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan

awal antara kelompok eksperimen dengan TGT dan kelompok eksperimen

dengan Jigsaw mempunyai kemampuan awal yang seimbang. (Perhitungan

selengkapnya Uji Keseimbangan disajikan pada Lampiran 10).

2. Analisis Variansi

Uji prasarat dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji

homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas

menggunakan uji Bartlett.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas VIII materi

Teorema Pythagoras meliputi uji normalitas untuk hasil belajar dari:

Page 101: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

1) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

3) Kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi.

4) Kelompok siswa dengan motivasi belajar sedang.

5) Kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah.

Rangkuman hasil uji normalitas kelima kelompok tersebut dengan

menggunakan metode Liliefors disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar

Uji Normalitas Lmaks Ltabel Keputusan Uji

Pretasi Belajar Dengan Model TGT (A1)

0,0693 0,0973 Normal

Pretasi Belajar Dengan Model Jigsaw (A2)

0,0927 0,0967 Normal

Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Tinggi (B1)

0,1063 0,1074 Normal

Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Sedang (B2)

0,1166 0,1206 Normal

Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Rendah (B3)

0,1290 0,1321 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas yang ditunjukkan pada tabel di atas bahwa

masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini

nampak pada harga semua variabel Lobs < Ltabel. (Perhitungan selengkapnya

untuk uji normalitas terdapat pada Lampiran 29, 30, 31, 32 dan 33).

Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas kelima kelompok tersebut berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Untuk menguji apakah sampel-sampel dalam penelitian ini berasal dari

populasi yang homogen (mempunyai variansi sama) digunakan metode

Page 102: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Bartlett. Uji homogenitas untuk hasil belajar matematika siswa kelas VIII

materi Teorema Pythagoras meliputi uji homogenitas untuk kelompok berikut,

yaitu:

1) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2) Kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah, sedang dan tinggi.

Rangkuman hasil uji homogenitas dari dua kelompok tersebut dengan metode

Bartlett disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 4.7 Uji Homogenitas pada Masing-masing Kelompok

Jenis yang diuji Keputusan Uji Antara prestasi belajar dari kelas TGT dan kelas Jigsaw

0,7658

3,841 H0 diterima

Antara prestasi belajar dari kelompok siswa dengan motivasi rendah, sedang dan tinggi

2,0219

5,991 H0 diterima

Berdasarkan tabel di atas diperoleh harga statistik uji Antara prestasi belajar

dari kelas TGT dan kelas Jigsaw χ2obs = 0,7658, χ2

tabel = 3,841 dan χ2obs <

χ2tabel dengan taraf signifikasi(α=0,05). Dengan demikian sehingga H0 diterima.

Hal ini berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen.

Perhitungan selengkapnya untuk uji homogenitas terdapat pada Lampiran 34

dan 35.

3. Uji Anava

Prosedur uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis variansi

dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05. Tampilan hasil

pengolahan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Rangkuman hasil

χ2 obs χ2

tabel

Page 103: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama tersebut disajikan pada Tabel 4.8

berikut:

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber Variasi JK dk RK Fobs Fα Keputusan

Uji

Model

Pembelajaran (A)

20,1571

1

20,1571

0,2335

3,84

H0A

diterima

Motivasi Belajar

(B) 6179,0949

2

3089,5474

35,7951

 3,00

H0B

ditolak

Interaksi (AB)

128,2064

2

64,1032

0,7427

 3,00

H0AB

diterima

Galat 13896,2429 161 86,3121  

Total 20223,7013 166

Berdasarkan hasil analisis variansi pada tabel rangkuman analisis variansi di atas

tampak bahwa:

a. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 0,2335   <

F(0,05;1;161) = 3,84 maka H0A diterima. Hal ini berarti tidak terdapat

perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap

prestasi belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras kelas VIII SMP

Negeri di Kabupaten Blora.

b. Pada efek B (Motivasi belajar matematika), harga statistik uji Fb =35,7951>

F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan

pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar

matematika tinggi, sedang atau rendah terhadap prestasi belajar matematika.

Page 104: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

c. Pada efek AB (model pembelajaran dan motivasi belajar matematika), harga

statistik uji Fab = 0.7427< F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0AB diterima. Hal ini

berarti tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan

motivasi belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.

4. Uji Komparasi Ganda

Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis variansi (anava).

Dari kesimpulan atau hasil penelitian perlu dilakukan komparasi ganda atau uji

lanjut pasca anava, berikut Tabel rataan data hasil penelitian.

Tabel 4.9 Rataan Masing-masing sel dari Data Hasil Penelitian

Kelompok

Motivasi Berprestasi

Rata-rata Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3)TGT (a1) 78,0000 70,2069 65,0909 71,8554 JIGSAW(a2) 79,3333 69,7600 62,0870 71,7619 Rata-rata 78,7059 70,0741 63,5556

Dari ketiga hipotesis nol terdapat satu hipotesis nol yang ditolak, yaitu H0B

sedangkan dua hipotesis nol yang diterima yaitu H0A dan H0AB. Uji komparasi

ganda hanya dilakukan pada hipotesis nol yang ditolak yaitu H0B. Rangkuman hasil

uji komparasi ganda disajikan dalam Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom

Komparasi H0 Fobs Fα Keterangan Keputusan Uji

2.1. µµ vs 2.1. µµ = 25,9821 6,00 Fobs > Fα H0 ditolak

3.1. µµ vs 3.1. µµ = 72,0135 6,00 Fobs > Fα H0 ditolak

3.2. µµ vs 3.2. µµ = 12,0836 6,00 Fobs > Fα H0 ditolak

Page 105: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dari rangkuman hasil uji komparasi ganda tampak bahwa:

a. Pada 2.1. µµ vs diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada

perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang.

b. Pada 3.1. µµ vs diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada

perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah.

c. Pada 3.2. µµ vs diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada

perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dan rendah.

Keterangan:

1.µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi tinggi.

2.µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi sedang.

3.µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi rendah.

(Perhitungan selengkapnya Uji Scheffe’ terdapat pada lampiran 37)

Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi

mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang memiliki

motivasi belajar matematika sedang dan rendah. Siswa yang memiliki motivasi

belajar matematika sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi

belajar siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat

dijelaskan ke-tiga hipotesis penelitian yang terdapat pada Bab II (Kajian Teori dan

Pengajuan Hipotesis) dan hasilnya sebagai berikut:

Page 106: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

1. Hipotesis pertama(HOA)

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk

efek utama A (model pembelajaran) diperoleh Fa = 0,2335 < F(0,05;1;161) = 3,84.

Nilai Fa tidak terletak di daerah kritik, oleh karena itu H0A diterima yang artinya

tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jadi Prestasi belajar matematika

siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang

menyatakan bahwa Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) lebih baik daripada prestasi

matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaan

antara hipotesis dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan dari proses

pelaksanaan kedua model pembelajaran dalam penelitian ini. Ditinjau dari teori

pembelajaran, kedua model pembelajaran TGT dan Jigsaw termasuk dalam tipe

pembelajaran kooperatif, namun dengan skenario kegiatan pembelajarannya yang

berbeda ternyata tidak membawa efek yang berbeda, dijelaskan sebagai berikut:

a. Penerapan model pembelajaran tipe TGT terdapat turnamen yang memberikan

kesempatan melakukan prestasi terbaik untuk kelompoknya. Sebagian siswa

menggunakan kesempatan kompetisi dengan baik dan termotivasi untuk

mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai

dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, tetapi beberapa siswa merasa

Page 107: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

kurang antusias mengikutinya, mereka kurang aktif dalam berdiskusi, mereka

berdiskusi hanya dengan teman di sampingnya dalam kelompok. Pada saat

pelaksanaan game sebagian besar siswa mengikutinya dengan baik dan

sungguh-sungguh khususnya yang mempunyai motivasi tinggi dan sedang,

terbukti bahwa mereka yang mendapat giliran menjawab berusaha untuk

menjawab dan siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda berusaha

menantangnya. Pada saat siswa mendapat giliran mengambil kartu bernomor

kemudian membaca soal yang sesuai dengan nomor pada kartu berusaha

menjawab soal tersebut dengan baik. Siswa yang mempunyai jawaban yang

berbeda menantangnya, kemudian setelah semua siswa diberi kesempatan

menantang sudah selesai baru siswa yang duduk di sebelah kanan pembaca tadi

membuka kunci jawaban yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa

yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa yang jawabannya benar

menyimpan kartu yang diambil tadi, setelah pertandingan selesai masing-

masing siswa kembali ke kelompoknya, kemudian guru membaca perolehan

skor siswa merasa senang sekali yang mendapat skor tinggi. Tetapi pada siswa

yang mendapat skor rendah (pada umumnya berasal dari siswa yang

bermotivasi rendah) ada rasa kekecewaan dan rendah diri. Sehingga untuk

turnamen selanjutnya mereka tidak begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw terdapat adanya tim ahli dalam

membahas suatu tema dimana pemilihan tim ahli ini diserahkan pada hasil

kesepakatan kelompok. sehingga dengan adanya pengelompokan tim ahli ini

akan memotivasi anak untuk mempelajari lebih mendalam karena materi yang

mereka diskusikan sesuai dengan pilihan siswa. Namun ternyata tidak semua

Page 108: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

siswa melakukannya sesuai tanggungjawabnya, walau siswa diberi tanggung

jawab penuh, materi yang diberikan harus mereka kuasai dan setelah kembali

ke kelompok awalnya mereka harus menjadi guru yang baik untuk temannya.

Di samping itu dalam pembelajaran Jigsaw ada skenario pemberian skor

kemajuan individu berdasarkan skor awal yang dipunyai siswa itu sendiri, ini

membuat siswa tetap optimis untuk bisa meraih skor kemajuan individu yang

melampaui skor awalnya ini terjadi pada siswa bermotivasi tinggi dan sedang.

Kondisi seperti tidak berlaku bagi siswa dengan motivasi rendah, mereka

kurang menguasai materi yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya dan

masih tergantung ke siswa lain serta kurang aktif dalam presentasi di kelompok

semula. Sehingga bagi siswa dengan motivasi sedang dan tinggi berusaha

membantunya. Hal ini berdampak pada pertemuan selanjutnya mereka akan

pasif dan berharap uluran teman lainnya.

2. Hipotesis kedua (H0B)

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama

B (motivasi belajar) diperoleh Fb = 35,7951 dan Ftabel = 3,00 sehingga Fb > Ftabel

maka H0B ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika

siswa sebagai akibat pengaruh motivasi belajar matematika yaitu motivasi belajar

matematika siswa tinggi, sedang, atau rendah. Karena ada tiga kolom maka perlu

dilanjutkan dengan Uji Scheffe untuk komparasi antar kolom. Hasil uji Scheffe

untuk komparasi antar kolom berturut-turut diperoleh F1.2  =  25,9821 > 6,00 =

2F(0,05;2;161), F1.3 = 72,0135 > 6,00 = 2F(0,05;2;161), F2.3 = 12,0836 > 6,00 = 2F(0,05;2;161)

ini berarti terdapat perbedaan rataan prestasi belajar matematika sebagai akibat

dari tingkat motivasi belajar tinggi dan sedang, motivasi belajar tinggi dan rendah,

Page 109: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

juga motivasi belajar sedang dan rendah. Dengan berdasar Tabel 4.10 di atas

dapat disimpulkan bahwa:

a. Untuk 2.1. µµ vs H0 ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan

antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang. Karena

penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan

marginal pada kolom dua adalah 70,0741 maka disimpulkan bahwa: Prestasi

belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik

daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu Prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai

motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian

Ngadiyono (2009) yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi

mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang.

b. Untuk 3.1. µµ vs H0 ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan

antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah. Karena

penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan

marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka disimpulkan bahwa Prestasi

belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik

daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hipotesis penelitian bahwa prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai

motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian

Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai

Page 110: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi

belajar rendah.

c. Untuk 3.2. µµ vs H0 ditolak, ini berarti secara siginifikan ada perbedaan antara

rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dengan prestasi belajar siswa

bermotivasi rendah. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom dua

adalah 70,0741 dan rataan marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai

motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi

belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa

Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang

lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan juga

sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu siswa yang mempunyai

motivasi belajar sedang prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa

yang mempunyai motivasi belajar rendah.

3. Hipotesis Ke tiga

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek

interaksi AB (model pembelajaran dan kemampuan awal siswa) diperoleh Fab =

0,7427 < F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0AB diterima artinya tidak terdapat interaksi

antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa terhadap prestasi belajar

matematika siswa sehingga perbandingan sel antar kolom dalam satu baris

mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model

pembelajaran kooperatif) maupun efek utama B (motivasi belajar). Karena untuk

efek utama A (model pembelajaran) menunjukkan penerapan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model Jigsaw memberikan

Page 111: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika dan hasil pada uji komparasi

menunjukan bahwa efek utama kolom berlaku untuk tingkat motivasi belajar

tinggi, sedang dan rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa:

a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan Jigsaw

pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Ini

tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan Penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi,

sedang dan rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw memberikan prestasi

belajar yang sama pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang

dan rendah. Penelitian ini juga tidak sama dengan hasil penelitian Ngadiyono

(2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi

sedang dan rendah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih

baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction.

b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dengan motivasi

belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi

belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik

prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada

Page 112: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang

mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada

penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya

daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan

motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan

motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian

Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi

belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik

daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang

mempunyai motivasi belajar rendah.

c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dengan

motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan

motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang

lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada

siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang

mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada

penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Page 113: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Jigsaw siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya

daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan

motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan

motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian

Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi

belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction

lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa

yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa

yang mempunyai motivasi belajar rendah.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Data prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh pada penelitian ini

dianggap kurang murni karena pada saat mengerjakan soal tes kemungkinan ada

siswa yang bekerja sama. Begitu pula dengan data motivasi belajar siswa

dianggap kurang murni, karena dalam pengisian angket motivasi belajar masih

banyak siswa yang kurang jujur, sehingga berpengaruh dalam pembagian

kelompok berdasarkan kriteria motivasi belajar.

2. Meskipun koordinasi dan kerja sama dengan guru pada kelompok eksperimen

telah dilakukan secara efektif, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran masih

terdapat banyak kekurangan diantaranya adalah keterbatasan sarana prasarana,

kondisi lingkungan sekolah dan kondisi dari siswanya. Selain itu kekurangan

tersebut juga dapat berasal dari guru dan siswa yang belum terbiasa menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw.

Page 114: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan landasan teori dan didukung analisis data serta mengacu pada

perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab di depan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. a. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi

lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan

rendah.

b. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang

lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

3. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar matematika

siswa. Diperoleh sebagai berikut:

a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi

belajar tinggi, sedang dan rendah.

b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi

Page 115: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan

rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi

belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang

mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada

siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang

mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada

siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

B. Implikasi

Sebagaimana dalam kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran

materi Teorema Pythagoras dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT

menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi belajar yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sehingga pembelajaran

model TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dipakai sebagai

alternatif dan referensi para guru matematika pada materi Teorema Pythagoras dalam

rangka meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Pembelajaran dengan model TGT memberikan suasana yang berbeda, dengan

turnamen membuat siswa termotivasi untuk lebih bersemangat meningkatkan

prestasi belajarnya untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Pembelajaran

dengan model Jigsaw membuat siswa lebih mudah memahami dan mengingat bahan

pelajaran, sebab dalam proses pembelajaran secara penuh dan kemudian harus

berperan menjadi “guru” yang baik untuk temannya.

Page 116: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori motivasi belajar

matematika ternyata juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika

siswa. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar matematika siswa memegang peran

penting dalam proses pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika

memerlukan suatu stuktur pola pikir yang logis, teratur dan terintegrasi untuk itu

sangat diperlukan motivasi belajar matematika yang berguna untuk mempelajarinya

materi yang lebih lanjut.

Seorang guru matematika sebaiknya mengatahui tingkat motivasi belajar

matematika siswa yang akan menjadi subyek peserta didiknya, sebab dalam diri

siswa terdapat motivasi belajar matematika yang berbeda-beda sebagai prasarat

untuk belajar matematika.

C. SARAN

Dalam rangka turut menyumbangkan pemikiran yang berkenaan dengan

peningkatan prestasi belajar matematika disarankan:

1. Kepada Guru

a. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika hendaknya guru lebih

banyak melibatkan kesempatan pada siswa, guru hanya sebagai motivator dan

fasilitator saja. Misalnya dengan cara memilih dan menggunakan model

pembelajaran yang lebih banyak melibatkan motivasi belajar siswa, seperti

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran koopratif

tipe Jigsaw.

b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, guru hendaknya mengadakan persiapan sebaik

Page 117: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

mungkin, agar proses pembelajarannya dapat berlangsung dengan lancar sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Guru dalam pelaksanaan diskusi di kelas

supaya memfasilitasi siswa dan membimbing siswa secara individual maupun

kelompok.

c. Hendaknya guru matematika mau mencoba model pembelajaran kooperatif tipe

TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mengajar topik-

topik matematika, selanjutnya mau melakukan refleksi agar mendapatkan hasil

yang optimal.

2. Kepada Siswa

a. Sebaiknya para siswa selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh

penjelasan tentang skenario model pembelajaran matematika yang digunakan

guru sehingga siswa tidak terjadi kebingungan mengenai apa yang dilakukan

pada kegiatan itu.

b. Sebaiknya siswa mengikuti dengan aktif jalannya diskusi dan selalu

memperhatikan serta menghargai setiap penjelasan, pertanyaan atau jawaban

yang disampaikan oleh siswa lain pada saat diskusi berlangsung.

c. Sebaiknya para siswa sebelum kegiatan pembelajaran matematika berlangsung,

hendaknya telah mempelajari terlebih dahulu materi pembelajaran supaya

dapat dengan mudah memahami materi tersebut. Sehingga pada saat diskusi

berlangsung jika ada materi yang belum jelas dapat ditanyakan pada teman

dikelompoknya.

d. Sebaiknya para siswa selama diskusi dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, mengatur waktunya

dengan baik agar semua materi dapat dipahami dan diselesaikan dengan baik.

Page 118: efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe team games ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

3. Kepada Kepala Sekolah

a. Hendaknya para Kepala Sekolah menyarankan kepada guru matematika, agar

dalam mengajar dapat memperoleh hasil yang optimal harus dapat memilih

model yang tepat, salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Agar proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw dapat berjalan dengan baik dan

menghasilkan prestasi belajar yang optimal, sebaiknya para Kepala Sekolah

menyediakan kelas yang tempat duduk dan mejanya sudah diatur untuk

keperluan diskusi, sehingga setiap proses pembelajaran matematika akan

berlangsung tidak perlu mengatur tempat duduk dan meja dan kalau proses

pembelajaran selesai tidak perlu mengembalikan tempat duduk, karena

memakan waktu dan menimbulkan suara berisik.

c. Sebaiknya para Kepala Sekolah berusaha secara optimal mungkin untuk

menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sehingga dapat memperoleh

hasil yang optimal.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi para peneliti diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini

dengan penelitian-penelitian sejenis pada materi pelajaran atau dengan model

pembelajaran kooperatif yang lain agar penelitian ini dapat dimanfaatkan secara

luas.