EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN …...FKIP Universitas Halu Oleo. Email: [email protected]...
Transcript of EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN …...FKIP Universitas Halu Oleo. Email: [email protected]...
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 35
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN
Ferdi Dermawan1)
, Kadir Tiya2)
, La Ode Ahmad Jazuli3)
1)Alumni Jurusan Pendidikan Matematika,
2,3)Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Halu Oleo. Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran hasil belajar matematika siswa kelas V SD
Negeri 17 Baruga yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
materi pecahan (2) mengetahui gambaran hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17
Baruga yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
pecahan dan (3) mengetahui perbedaan keefektifan yang signifikan antara model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga pada materi pecahan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan tehnik purposive sampling dan random class. Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan keefektifan yang signifikan antara hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
Pecahan.
Kata Kunci: jigsaw, STAD, hasil belajar matematika
THE EFFECTIVENESS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW TYPE AND
COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD TYPE TOWARD MATCH STUDENTS’
ACHIEVEMENT OF THE SUBJECT FRACTIONS
Abstract
This study aims to (1) know the description of learning outcomes math class V students of SD Negeri
17 Baruga taught using cooperative learning model Jigsaw on material fractions (2) know the
description of learning outcomes math class V students of SD Negeri 17 Baruga taught using STAD
type of cooperative learning model on the material fractions and (3) determine the effectiveness of
the significant differences between the cooperative learning model Jigsaw type with cooperative
learning model STAD type on learning outcomes math class V students of SD Negeri 17 Baruga the
material fractions. Sampling was done by purposive sampling techniques and random class. Based on
the analysis, it is concluded that there are significant differences between the effectiveness of
mathematics learning outcomes of students taught by cooperative learning model Jigsaw with
mathematics learning outcomes of students taught by cooperative learning model STAD on the
material fractions.
Keywords: jigsaw, STAD, math students’ achievement
36 Error! No text of specified style in document. | [Type the company name]
Pendahuluan
Matematika sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan, merupakan mata pelajaran
yang diajarkan pada semua tingkat pendidikan, baik pada tingkat pendidikan dasar, menengah,
maupun jenjang pendidikan tinggi. Dari masing-masing jenjang tersebut, masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Misalnya matematika dianggap sulit, siswa
tidak mampu menjawab, siswa takut disuruh guru dan sebagainya sehingga wajar jika matematika
tidak banyak disenangi siswa, bahkan ada yang merasa takut.
Berdasarkan observasi awal di SD Negeri 17 baruga, pada tanggal 22 April 2015, diperoleh
hasil belajar matematika siswa khususnya kelas V masih dalam kategori rendah. Pada saat proses
pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dimana pembelajarannya
berpusat pada siswa (Studied Oriented). Disini karena guru sudah terbiasa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga pada pertemuan berikutnya guru hanya langsung
menyuruh siswa untuk berkumpul pada kelompoknya sesuai dengan kelompok pada saat proses
pembelajaran sebelumnya. Hal ini menyebabkan guru tidak melaksanakan dengan baik langkah-
langkah dalam proses pembelajaran, seperti kurangnya pemberian motivasi ataupun penyampaian
tujuan pembelajaran. Sehingga siswa yang berkemampuan rendah sangat mengharapkan jawaban
dari siswa yang berkemampuan tinggi. Ini menyebabkan siswa yang berkemampuan rendah kurang
aktif dalam menemukan masalah yang ditugaskan oleh guru.
Rendahnya hasil belajar matemtatika siswa sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor internal yang mempengaruhi hasil
belajar siswa seperti kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan, faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar seseorang. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah dari
keadaan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat seperti pembelajaran
secara berkelompok yang dilakukan bersama siswa lain.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah adalah pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui
penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok
ahli. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b.
belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menuntut
tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk
sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung
siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh
sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan
belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar
yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin (1995: 13) dan teman-temannya di Universitas John Hopkin
merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif
yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut
tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja
dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Model
Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan
pada aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD
mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi Verbal
atau teks.
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 37
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1988: 23). Belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Roestiyah, 1986:
45).Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian
tingkah laku seseorang (sudjana, 2001: 32). Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah
melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah melakukan evaluasi. Evaluasi hasil
belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukurperubahan perilaku yang telah
terjadi. Hasil belajar ditunjukan dengan prestasi belajar yang merupakan indikator adanya perubahan
tingkah laku siswa (Mulyasa, 2006: 106). Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk
menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran,
biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa
keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Roy Killen (1998: 81) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu sistem yang rumit
tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang.Matematika adalah konsep ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan
geometri (Suherman, 2003: 16). Dari definisi-definisi tentang belajar, hasil belajar, dan matematika,
maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika merupakan tolak ukur atau
patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi
pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes maupun
non tes.
Salah satu usaha nyata dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah penggunaan
strategi pembelajaran yang efektif. Dalam mendefinisikan tentang efektifitas yang bersifat
analitis, standar dan universal bukanlah suatu hal yang mudah. Istilah efektivitas lazim
digunakan dalam manajemen pendidikan misalnya efektivitas program, efektivitas
pembelajaran dan efektifitas pengelola. Kata efektif sendiri berarti tepat atau berhasil.
Menurut Popham (2003: 7) efektivitas pembelajaaran seharusnya ditinjau dari hubungan
guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam
usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu. Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan
penentuan informasi (Eggen dan Kauchak, 1988: 3). Siswa tidak hanya positif menerima
pengetahuan yang diberikan guru. Konten hasil belajar disini tidak hanya meningkatkan pemahaman
siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Keefektifan pembelajaran yang
dimaksud disini adalah sejauh mana pembelajaran matematika berhasil menjadikan siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari ketuntasan belajar. Efektifitas guru mengajar secara
nyata dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu (Suryo,
1997: 36).
Efektivitas adalah hal yang bersangkut paut dengan keberhasilan, manfaat dan seberapa
target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai dari suatu perlakuan yang diterapkan kepada
subjek penelitian atau dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana
apa yang telah direncanakan dapat dicapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin
efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat pula diartikan sebagai tingkat
keberhasilan.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories,
serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Ismail (2002: 60) mengemukakan bahwa ciri-ciri
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (2) kelompok dibentuk dari siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah; (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal
38 Error! No text of specified style in document. | [Type the company name]
dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda; (4) penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.
Menurut Trianto (2009: 48) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative
learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif. Hal tersebut meliputi: (1) para
siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah
tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) para siswa yang tergabung dalam sebuah
kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan
bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh
anggota kelompok itu dan (3) untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung
dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan,
bekerja sama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari
materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Alkhatimah (2010: 20) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari
beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikankeragaman dan latar
belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang
baik bagi setiap anggota kelompok. Muslimin Ibrahim (2000: 68) mengemukakan kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan
yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih
banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Tabrani (1989: 121)
mengemukakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya
ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Menurut alimudin (1993: 80) STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali
bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru.
Pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4atau 5 siswa pada setiap tim. Tim
dibentuk secara heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.Student Teams
Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif
dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Kekurangan
model pembelajaran kooperatif yaitu : (a) Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa
minder berkerja sama dengan teman-temanyang lebih mampu. (b). Terjadi situasi kelas yang gaduh
singga siswa tidak dapat bekerja secara efektif dalam kelompok. (c). Pemborosan waktu (Ismail,
2003: 29)
Menurut Budijastuti (2001: 56) kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD adalah (a)
Meningkatkan kecakapan individu (b) Meningkatkan kecakapan kelompok (c) Meningkatkan
komitmen, percaya diri (d) Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan memahami
perbedaan (e). Tidak bersifat kompetitif (f) Tidak memiliki rasa dendam dan mampu membina
hubungan yang hangat (g) Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu
dan mendukung dalam memecahkan masalah.
Salah satu tugas guru pada model pembelajaran kooperatif ini salah satunya adalah memilih
pendekatan yang sesuai. Dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui macam-macam
pendekatan, guru dapat memilih pendekatan dengan tujuan yang hendak dicapai. Pendekatan-
pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD dan tipe Jigsaw. Berikut ini
ditunjukkan diantara dua pendekatan tersebut.
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 39
Tabel 1
Langkah-langkah / Sintaks dalam Model Pembelajarn Kooperatif Tipe Jigsaw dan Tipe STAD
No Indikator Jigsaw STAD
1 Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
dan memotivasi siswa untuk
belajar.
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi siswa
untuk belajar.
2 Menyajikan
materi
Guru menyajikan informasi berupa
materi pelajaran kepada siswa
dengan jalan demonstrasi.
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi.
3 Mengorganisasika
n siswa ke dalam
kelompok-
kelompok belajar.
Guru mengelompokan siswa
sebanyak 5 atau 6 orang tiap
kelompok dan anggota setiap
kelompok harus heterogen baik dari
segi kemampuan Matematika, jenis
kelamin, agama, suku dan lain
sebagainya.
Guru mengelompokan siswa
sebanyak 4 atau 5 orang tiap
kelompok dan anggota setiap
kelompok harus heterogen baik
dari segi kemampuan
Matematika, jenis kelamin,
agama, suku.
4 Memberikan soal-
soal latihan dalam
bentuk LKS pada
setiap kelompok
Guru memberikan soal-soal latihan
dalam bentuk LKS pada setiap
kelompok kemudian setiap siswa
dalam kelompok tersebut mendapat
tugas untuk menyelesaiakan soal
tertentu. Anggota dari kelompok
lain yang mendapat tugas untuk
menyelesaiakan soal yang sama
berkumpul dan berdiskusi tentang
soal tersebut. Kelompok ini disebut
kelompok ahli.
Guru memberikan soal-soal
latihan dalam bentuk LKS pada
setiap kelompok.
5 Membimbing
kelompok belajar.
Guru membimbing kelompok-
kelompok ahli pada saat mereka
mengerjakan soal-soal pada LKS.
Setelah berdiskusi, anggota
kelompok ahli kembali ke
kelompok asaluntuk berdiskusi
kembali dan mengajarkan apa yang
telah dipelajarinya yang di
diskusikan dikelompok ahli kepada
teman-temannya di kelompok asal.
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan soal-soal
pada LKS.
6 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
dengan cara salah satu kelompok
asal mempersentasekan hasil
kerjanya.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
dipelajari dengan cara salah satu
kelompok asal
mempersentasekan hasil
kerjanya.
7 Memberikan
penghargaan
Perwakilan anggota kelompok asal
diminta untuk mempersentasekan
hasil diskusinya. Guru
mengarahkan siswa pada jawaban
yang benar jika jawaban siswa
belum sempurna. Guru memberikan
penghargaan atas hasil kerja siswa
dalam kelompok.
Guru memberikan penghargaan
atas hasil kerja siswa dalam
kelompok.
40 Error! No text of specified style in document. | [Type the company name]
Metode
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2015 sampai 3 November 2015 semester
ganjil tahun ajaran 2015/2016, bertempat di SD Negeri 17 Baruga. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 17 Baruga yang terdiri dari 4 kelas paralel dengan jumlah
siswa kelas V-A ada 31 siswa, kelas V-B ada 31 siswa, kelas V-C ada 30, dan kelas V-D ada 30
siswa sehingga jumlah keseluruhan siswa kelas V adalah 122 siswa.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara bertingkat yang terdiri dari purposive sampling
dan random class. Sebelum dilakukan sampling, terlebih dahulu mengambil kelas yang memiliki
nilai rata-rata yang relatif sama. Berdasarkan Tabel 2 dilakukan purposive sampling sehingga
diperoleh ruang sampel, yaitu kelas V-B, V-C, dan V-D. Selanjutnya, dilakukan random class dan
diperoleh kelas V-B sebagai unit eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan kelas V-D sebagai unit kontrol yang diajar dengan.
Tabel 2
Desain Penelitian
Random Perlakuan Pengukuran
(Post test)
E X1 Y1
K X2 Y2
(Moh. Kasiram, 2010: 217)
Keterangan :
E = Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
X1 = Perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas
eksperimen
X2 = Perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas kontrol
Y1 = Hasil belajar matematika siswa setelah perlakuan pada kelas eksperimen
Y2 = Hasil belajar matematika siswa setelah perlakuan pada kelas kontrol
Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri atas dua, yakni : instrumen tes
hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan pecahan dan lembar observasi. Sebelum tes
digunakan terlebih dahulu tes tersebut dinilai oleh panelis dan diuji cobakan agar dikeahui validitas
dan reliabilitasnya. Untuk mengetahui validitas item penilaian panelis digunakan rumus Aiken
sebagai berikut:
∑ | |
[ ] . . . . . ( Lewis R. Aiken dalam Faad Moande, 2011: 145)
Keterangan :
V = Indeks validitas isi
n = Cacah dari titik skala hasil penilaian rater
i = Titik skala ke – i (i = 1, 2, 3, 4, 5)
lO = Titik skala terendah
N = jumlah rater ∑
c = Banyak titik skala
Kriteria : jika V > 0,60, maka valid
Untuk mengetahui validitas item tes uji coba digunakan korelasi Product-Moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Arikunto, (2005: 72)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara skor butir soal dan skor total
X = Skor butir soal
Y = Skor total
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 41
N = Jumlah subjek
Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika rxy rtabel dengan α = 0,05 maka butir soal tersebut valid.
b. Jika rxy rtabel dengan α = 0,05 maka butir soal tersebut tidak valid.
Sedangkan uji reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
{
∑
}
Keterangan
rii = koefisien reliabilitas
k = banyak butir yang valid
Si2 = varians skor butir
St2 = varians skor total
Adapun kategori reliabilitas adalah
0,00 < rii ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah
0,20 < rii ≤ 0,40 reliabilitas : rendah
0,40 < rii ≤ 0,60 reliabilitas : sedang
0,60 < rii ≤ 0,80 reliabilitas : tinggi
0,80 < rii ≤ 1,00 reliabilitas : sangat tinggi.
Lembar observasi, digunakan untuk melihat tingkat aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
STAD. Lembar observasi ini berupa, lembar observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran. Lembar pengamatan yang dibuat terdiri atas beberapa aspek observasi yang bertujuan
untuk mengamati setiap tindakan/aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kelas, selama proses
pembelajaran berlangsung.
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan dua jenis statistik, yaitu : 1)
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan semua variabel yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD sebagai variabel bebas serat hasil belajar
matematika sebagai variabel terikat melalui skor rata-rata ( ), median (Me), modus (Mo), nilai
maksimum ( ), nilai minimum ( ), standar deviasi (s) dan varians (s2). 2) Analisis inferensial
yang digunakan untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperiksa terlebih dahulu
kenormalan data dan homogenitas data.
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui populasi berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik non parametrik. Untuk keperluan ini digunakan
statistik uji Kolmogorov-Smirnowdengan bantuan aplikasi SPSS 15.0.
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data kedua kelompok
yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan
dengan uji-F dengan rumus berikut :
Fhitung =
(Sudjana, 1992: 243)
Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian adalah : jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0
ditolak sebaliknya jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima yang artinya varians kedua kelompok
homogen.
Setelah dilakukan uji homogenitas data hasil belajar matematika baik kelas yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun kelas yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dilakukan pengujian hipotesis yaitu
uji-t. Karena variansnya homogen, maka rumus uji-t yang digunakan adalah:
√
dengan
(Sundayana, 2015: 145)
Dengan :
t = Nilai hitung uji-t
= Rata-rata skor siswa kelas eksperimen
= Rata-rata skor siswa kelas kontrol
n1 = Banyaknya siswa kelas eksperimen
42 Error! No text of specified style in document. | [Type the company name]
n2 = Banyaknya siswa kelas kontrol
S = Simpangan baku gabungan
s12 = varians kelas eksperimen
s22 = varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian : Terma H0 jika thitung < ttabel, dimana ttabel diperoleh dari daftar distribusi t
dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2. Sebaliknya tolak H0 untuk harga t lainnya (Susetyo, 2010:
204).
Pasangan hipotesis:
H0 : lawannya H1 :
Keterangan:
= Nilai rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga khusus pokok bahasan pecahan.
= Nilai rerata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga khusus pokok bahasan pecahan.
Dalam penelitian ini, suatu model pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika minimal mencapai 75%.
2. Ketuntasan belajar siswa minimal mencapai 75% dari jumlah siswa yang memenuhi KKM (nilai
≥ 70).
3. Untuk menentukan mana diantara model pembelajaran yang lebih efektif dilihat pada hasil
pengujian hipotesis, yakni apabila ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
maka nilai rata-rata yang lebih tinggi menunjukkan model pembelajaran yang lebih efektif.
Hasil
Hasil analisis validitas berdasarkan penilaian panelis semua butir soal valid dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,691 yang dapat diinterpretasikan dalam kategori reliabilitas tinggi. Hasil analisis
validitas berdasarkan uji coba instrumen tes hasil belajar matematika siswa yang terdiri dari 18 butir
soal yang diberikan kepada 34 siswa diperoleh 13 butir soal valid dan 5 sosal yang tidak valid.
Ketigabelas butir soal yang valid yaitu soal nomor 1,2,3,4,5,6,8,9,10,12,13,15 dan 16 dengan
koefisien reliabilitas (r11) diperoleh sebesar 0,77 yang dapat diinterpretasikan dalam kategori
reliabilitas tinggi.
Tabel 3
Persentase Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pertemuan Persentase Pelaksanaan
Pembelajaran Jigsaw Kriteria
Pertama 77 % Efektif
Kedua 98 % Efektif
Ketiga 100 % Efektif
Keempat 100 % Efektif
Kelima 100 % Efektif
Berdasarkan Tabel 3 hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V-B pada materi pecahan,
keberhasilan pengelolaan kegiatan pembelajaran sudah efektif. Hal ini ditandai dengan tingkat
keberhasilan berturut-turut sebesar 77%, 98%, 100%, 100% dan 100%.
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 43
Tabel 4
Persentase Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pertemuan Persentase Pelaksanaan
Pembelajaran STAD Kriteria
Pertama 86 % Efektif
Kedua 97 % Efektif
Ketiga 100 % Efektif
Keempat 100 % Efektif
Kelima 100 % Efektif
Berdasarkan Tabel 4 hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V-D pada materi pecahan,
keberhasilan pengelolaan kegiatan pembelajaran sudah efektif. Hal ini ditandai dengan tingkat
keberhasilan berturut-turut sebesar 86%, 97%, 100%, 100% dan 100%.
Tabel 5
Persentase Hasil Observasi Aktifitas Siswa Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pertemuan Persentase Pelaksanaan
Pembelajaran Jigsaw Kriteria
Pertama 68,75 % Tidak Efektif
Kedua 87,5 % Efektif
Ketiga 93,75 % Efektif
Keempat 100 % Efektif
Kelima 100 % Efektif
Berdasarkan Tabel 5 hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V-B. Pada pertemuan
pertama ketercapaian seluruh aspek yang diamati adalah 68,75%, persentase ini dikatan tidak efektif.
Keadaan ini disebabkan karena sebagian siswa masih dalam tahap penyesuaian dengan teman
kelompok maupun dengan model pembelajaran yang baru diterapkan, siswa belum mampu untuk
mengolah informasi yang diperoleh, masih ragu-ragu dalam mengemukakan pendapat dan siswa
belum mampu untuk menyimpulkan hasil diskusi. Pertemuan kedua sampai kelima memperlihatkan
ketercapaian aspek yang diamati berturut-turut adalah 87,5%, 93,75%, 100% dan 100%. Secara
umum, ketercapaian seluruh aspek yang diamati mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
pelaksanaan pada pertemuan pertama.
Tabel 6
Persentase Hasil Observasi Aktifitas Siswa Dalam Pelaksanaan
Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pertemuan Persentase Pelaksanaan
Pembelajaran STAD Kriteria
Pertama 64,58 % Tidak Efektif
Kedua 83,33 % Efektif
Ketiga 91,67 % Efektif
Keempat 97,92 % Efektif
Kelima 100 % Efektif
Berdasarkan Tabel 6 hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V-D. Pada pertemuan
pertama ketercapaian seluruh aspek yang diamati adalah 64,58%, persentase ini dikatan tidak efektif.
Keadaan ini disebabkan karena sebagian siswa masih dalam tahap penyesuaian dengan teman
kelompok maupun dengan model pembelajaran yang baru diterapkan, siswa belum mampu untuk
mengolah informasi yang diperoleh, masih ragu-ragu dalam mengemukakan pendapat dan siswa
44 Error! No text of specified style in document. | [Type the company name]
belum mampu untuk menyimpulkan hasil diskusi. Pertemuan kedua sampai kelima memperlihatkan
ketercapaian aspek yang diamati berturut-turut adalah 83,33%, 91,67%, 97,92% dan 100%. Secara
umum, ketercapaian seluruh aspek yang diamati mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
pelaksanaan pada pertemuan pertama.
Tabel 7
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata ( ) 81,03 Rata-rata ( ) 77,25
SD (S) 6,195 SD (S) 8,135
Varians (S2) 38,38 Varians (S
2) 66,18
Median 76,47 Median 79,41
Modus 85,29 Modus 79,41
Max 88,24 Max 91,18
Min 61,76 Min 61,76
Berdasarkan Tabel 7 analisis deskriptf terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas
eksperimen yaitu kelas V-B yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw diperoleh nilai rata-rata 81,03, standar deviasi 6,195, varians 38,38, median 76,47, modus
85,29, nilai maksimum 88,24,dan nilai minimum 61,76. Sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas V-
D yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperolehnilai rata-
rata 77,25, standar deviasi 8,135, varians 66,18, median 79,41, modus 79,41, nilai maksimum 91,18
dan nilai minimum 61,76.
Tabel 8
Distribusi Data Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Interval
Nilai Kategori
Pembelajaran
Jigsaw STAD
Frek. Persentase
(%) Frek.
Persentase
(%)
1 X ≥ 70 Tuntas 30 96,77 24 80
2 X < 70 Tidak Tuntas 1 3,23 6 20
Jumlah 31 100 30 100
Tabel 9
Hasil Analisis Statistik Uji Normalitas
Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk hasil perhitungan
uji normalitas dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov pada kelas eksperimen
diperoleh 0,411 > α (dengan α = 0,05), sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 45
bahwa data nilai hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipeJigsaw berdistribusi normal.
Tabel 10
Hasil Analisis Statistik Uji Normalitas
Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk hasil
perhitungan uji normalitas dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov pada kelas
eksperimen diperoleh 0,618 > α (dengan α = 0,05), sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data nilai hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berdistribusi normal.
Tabel 11
Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Matematika
Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas S2 Fhitung Ftabel Keterangan
Kelas Eksperimen 38,38 1,724 1,8483 Homogen
Kelas Kontrol 66,18
Berdasarkan Tabel 11 diperoleh nilai Fhitung = 1,724 dan nilai Ftabel = 1,8483. Sehingga
kriteria yang dapat disimpulkan adalah nilai Fhitung = 1,724 < Ftabel = 1,8483, maka data memiliki
varians yang sama (homogen).
Tabel 12
Hasil Analisis Statistik Uji Hipotesis Hasil Belajar Matematika
Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas N thitung ttabel Keterangan
Kelas Eksperimen 31 2,021 2,001 Menolak H0
Kelas Kontrol 30
Pada Tabel 12 di atas terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel (0,05, 59)
(thitung = 2,021 > ttabel = 2,001), maka H0 ditolak, hal ini berarti bahwa ada perbedaan rata-rata hasil
belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi Pecahan. Atau dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Pecahan.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes t
30
77,2549
8,13520
,138
,099
-,138
,755
,618
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Dif ferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
KONTROL
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
46 Error! No text of specified style in document. | [Type the company name]
Pembahasan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa kelas
V SD Negeri 17 Baruga pada pokok bahasan Pecahan. Untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran tersebut, maka diambil dua kelas sebagai kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol, dimana kedua kelas memiliki kemampuan matematika yang relatif sama. Masing-
masing kelas diberi perlakuan berbeda. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kedua kelas diberikan materi yang sama
yakni Pecahan dengan urutan materi yang sama.
Total pertemuan pada penelitian ini adalah 15 jam pelajaran, yakni 13 jam pelajaran yang
terdiri dari 5 kali pertemuan untuk masing-masing kelas, 2 jam pelajaran untuk posttest hasil belajar
matematika siswa. Kedua kelas diberikan materi yang sama yakni materi Pecahan dengan urutan
materi yang sama.Berdasarkan pertemuan pertama pada kelas eksperimen, peneliti mengalami
hambatan, dimana siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baruyang diterapkan di
dalam kelas mereka. Pada saat pembentukan kelompok tersebut, setiap siswa belum terbiasa untuk
beradaptasi dengan teman kelompoknya yang baru, belum terbiasa untuk bekerja sama dalam
kelompok dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru pada saat pemberian LKS. Selain
itu juga, peneliti tidak memberikan evaluasi dengan memberikan Lembar Penilaian (LP-1) kepada
siswa karena keterbatasan waktu yang ada. Adapun tingkat keberhasilan pengelolaan pembelajaran
pada pertemuan pertama sudah sangat baik dengan tingkat keberhasilan sebesar 77%.
Berdasarkan pertemuan pertama pada kelas kontrol, peneliti mengalami hambatan, dimana
siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baruyang diterapkan di dalam kelas mereka.
Pada saat pembentukan kelompok tersebut, setiap siswa belum terbiasa untuk beradaptasi dengan
teman kelompoknya yang baru, belum terbiasa untuk bekerja sama dalam kelompok dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru pada saat pemberian LKS. Adapun tingkat
keberhasilan pengelolaan pembelajaran pada pertemuan pertama sudah sangat baik dengan tingkat
keberhasilan sebesar 86%. Pada pertemuan kedua sampai kelima proses pengelolahan pembelajaran
meningkat dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari data yang diperoleh rata-rata nilai hasil belajar
matematika pada kelas eksperimen sebesar 81,03 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 77,25. Nilai
minimum pada kelas eksperimen sama dengan nilai minimum pada kelas kontrol yaitu sebesar 61,76,
nilai maksimum kelas eksperimen sebesar 88,24 dan nilai maksimum kelas kontrol adalah 91,18.
Jadi, untuk sementara dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatfi tipe
Jigsaw dan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Sesuai dengan kriteria efektivitas, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sama-sama efektif digunakan pada saat proses pembelajaran di
kelas. Tetapi, pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tingkat aktivitas belajar siswa pada
lima kali pertemuan mencapai 90% sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada saat
proses pembelajaran di kelas tingkat aktivitas belajar siswa pada lima kali pertemuan mencapai
87,5%.
Selain itu ketuntasan belajar siswa pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw diperoleh 30 orang atau 96,8 % dari jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM,
sedangkan kelas yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh 24 orang
atau 80% dari jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM.
Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol, terlihat bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara nyata, hal ini berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung =
2,021 > ttabel = 2,001 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Karena adanya perbedaan rata-rata hasil
belajar siswa pada kedua model pembelajaran yaitu ditinjau dari hasil uji hipotesis dan juga
berdasarkan kriteria keefektifan suatu model pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan keefektifan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 47
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Pecahan.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan pecahan dikategorikan tinggi
dengan nilai rata-rata 81,03, varians 38,38, median 76,47, modus 85,29, standar deviasi 6,195,
nilai minimum 61,76, dan nilai maksimum 88,24.
2. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 17 Baruga yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan pecahan dikategorikan tinggi
dengan nilai rata-rata 77,25, varians 66,18, median 79,41, modus 79,41, standar deviasi 8,135,
nilai minimum 61,76, dan nilai maksimum 91,18.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh thitung = 2,021 >
2,001 = ttabel yang berarti H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
keefektifan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Pecahan kelas V SD Negeri 17
Baruga.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Kepada para guru yang mengajar mata pelajaran Matematika sekiranya dapat menggunakan
model pembelajaran koopetaif tipe Jigsaw sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam
pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, LP-01, LP-02) yang terdapat penelitian ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi guru SD untuk menerapkan pembelajaran koopetaif tipe Jigsaw
3. Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih luas untuk
mengembangkan model pembelajaran koopetaif tipe Jigsaw dalam upaya meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik siswa.
Daftar Pustaka
Alkhatimah (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Jenis Kelamin Terhadap Hasil
Belajar Matematika dengan Mengontrol Pengaruh Kovariat Minat, Kendari: Universitas
Halu Oleo.
Arikunto, Suharsimi (2005). Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Eggen, P.D dan Kauchak, D.P. 1988. Strategi For Teaching: Teaching Content and Thinking Skill.
Allyn and Bacon: Boston.
Ibrahim, Muslimin dkk (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Ismail (2002). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Ismail (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan
Mutu SLTP.
Kasiram, Moh (2010). Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan
Metodologi Penelitian. Malang : UIN Maliki Press.
48 Error! No text of specified style in document. | [Type the company name]
Killen, Roy (1998). Effective Teaching Strategies : Lesson From Research and Practive, Second
Edition. Australia : Social Science Press.http://www.vilila.com/2010/04/model-
pembelajaran-langsung-direct-atau.html (diakses 14 Maret 2015)
Lewis R. Aiken dalam Faad Maonde (2011). Aplikasi Penelitian Eksperimen Dalam Bidang
Pendidikan dan Sosial. Kendari : Unhalu Press.
Mulyasa (2006). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Popham, W. James (2003). Teknik MengajarSecara Sistemais (Terjemahan) . Jakarta: Rineka Cipta
Roestiyah N.K (1986). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusyan, Tabrani (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Slameto (1988). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bina Aksara.
Slavin, Robert E (1995). Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktek. Bandung : Nusamedia.
Sudjana, Nana (1992). Metode statistika Edisi ke-5. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana (2001). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Suherman, Erman (2003). Strategi Pembelajaran Kontenporer. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sundayana, Rostina (2015). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suryo Subroto, B (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Waasan Baru, Beberapa Metode
Pendukung dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, Cet.I. Jakarta : Rineka Cipta.
Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Tuwu, Alimuddin (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.
Widowati, Budijastuti. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 49
Biodata Penulis
Ferdi Dermawan, lahir di Usuku pada tanggal 13 Januari 1994. Anak dari
pasangan La Aga (Ayah Tiri) dan Darmawati (Ibu Kandung). Anak pertama
dari 4 bersaudara, Deski Putriani (adik kandung), Ongki (adik tiri) dan Riski
(adik tiri). Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 2006 di SD Negeri
1 Usuku. Setelah itu melanjutkan studi di SMP Negeri 1 Tomia dan tamat
pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2
Tomia dan tamat pada tahun 2012. Penulis menjadi lulusan terbaik pada saat
itu. Semenjak duduk di bangku SMP, penulis bercita - cita menjadi seorang
guru matematika, dan Alhamdulillah ketika mendaftar di Universitas Halu
Oleo dan mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN) pada tahun 2012, penulis lulus pada Jurusan Pendidikan Matematika. Selama masa
perkuliahan, penulis sudah beberapa kali mengajar di sekolah-sekolah yang ada di Kota Kendari,
seperti SMK Budi Muliah, SMA Swasta Idhata, SMA Kartika dan banyak membuka les privat
diberbagai tempat. Dibantu dengan tingginya nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sehingga penulis
bisa mendapatkan beasiswa PPA selama dua tahun. Dengan kerja keras yang penulis lakukan
sehingga penulis bisa membiayai SPP penulis untuk beberapa semester dan saat ini penulis bercita-
cita untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi. Semoga Allah SWT menghendaki,
Aamiin aamiin ya robbal alamiin.