EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN...
Transcript of EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN...
i
EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA
DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
FAIZATUN
11111196
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
iii
EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA
DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
FAIZATUN
11111196
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:
Nama : Faizatun
NIM : 11111196
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosyah skripsi guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Salatiga, 12 September 2015
Pembimbing
Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag NIP. 19570812 198802 2001
v
SKRIPSI
EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN
PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN
SURYABUANA DESA BALAK, KECAMATAN PAKIS,
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015.
DISUSUN OLEH :
FAIZATUN
NIM : 111 11 196
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agam Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.
Susunan Panitia Ujian
Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag. __________________
Sekretaris Penguji : Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. __________________
Penguji I : Drs. H. Imam Baihaqi, M.Ag. __________________
Penguji II : Drs. Juz’an, M.Hum. __________________
Salatiga, 21 September 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Faizatun
NIM : 11111196
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri Di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Magelang, 12 September 2015
Yang menyatakan,
Faizatun 11111196
vii
MOTTO
$pkçJƒr'»tƒ ߧ øÿZ9$# èpZÍyJôÜ ßJø9$# ÇËÐÈ ûÓÉëÅ_ ö‘$# 4’n<Î) Å7 În/u‘ ZpuŠÅÊ #u‘ ZpŠÅÊ ó�£D ÇËÑÈ
’Í?ä{ ÷Š$$sù ’Îû “ ω »t6Ïã ÇËÒÈ ’Í?ä{ ÷Š$#ur ÓÉLZy_ ÇÌÉÈ
Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku”. (Q.S. Al Fajr: 28-30)
viii
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Allah
SWT. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu memberikan kasih
sayang, motivasi, dan dorongan dalam mengarungi lika-liku kehidupan ini. Yaitu
teruntuk:
1. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad tercinta yang selalu mendo’akan penulis
dengan tulus, memberikan nasehat, pengorbanan yang tak terhingga baik
secara materiil maupun spiritual, you are my everything.
2. Guru-guruku semua khususnya Ibu Ny. H. Siti Zulaikho Al Hafidzoh, Bpk
Ky. H. Muhsin Al Hafidz dan Ibu Ny. H. Nur Laela Al Hafidzoh terimakasih
atas segala Ilmu yang telah diberikan.
3. Kakakku Muhammad Abdul Qofin dan adik-adikku Uswatun, Mahmudah,
Abdurrohman yang senantiasa memberikan semangat dan dukungannya.
4. Semua keluarga besarku yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan
khususnya tanteku Siti Salbiyah dan ponakanku Amalia.
5. Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag yang telah memberikan pengarahan serta
bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan segala Ilmu Pengetahuan yang
sangat berharga.
7. Staf karyawan-karyawati IAIN Salatiga.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 khususnya PAI E yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
9. Kakak-kakak kelas dan adik-adik kelas yang turut membantu dalam segala
hal.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang
membawa kita kepada jalan yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan
hingga zaman yang penuh dengan Ilmu Pengatahuan.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi,
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan ketulusan hati
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
memberikan motivasi, pengarahan, dukungan, bimbingan serta meluangkan
waktu dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan Ilmu Pengatahuan dan
pengalaman yang sangat berharga serta Staf-staf karyawan akademik IAIN
Salatiga yang selalu memberikan layanan dan bantuan kepada penulis.
x
6. Pihak Pondok Pesantren Suryabuana Magelang yang telah memberikan izin
dan meluangkan waktunya untuk penelitian skripsi.
7. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad yang senantiasa mendo’akan,
mengarahkan dan mendukung baik secara materil maupun spiritual dengan
penuh keikhlasan dan kasih sayang.
8. Kakakku Muhammad Abdul Qofin, adik-adikku Uswatun, Mahmudah,
Abdurrohman serta semua keluarga besar yang senantiasa memberikan
semangat dan motivasi.
9. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya penulisan skripsi ini baik
secara langsung maupun tidak langsung hingga pada tahap selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan.
Selanjutnya semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca yang
budiman, bagi Nusa, Bangsa dan Agama, khususnya untuk penulis. Amiin.
Magelang, 11 September 2015 Penulis
Faizatun NIM. 11111196
xi
ABSTRAK
Faizatun. 2015. Efektifitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.
Kata Kunci: Metode Berdzikir dan Problem Psikologis.
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang bernuansa Islam tidak hanya berkiprah dalam pendidikan dan keberagamaan saja, namun fungsi-fungsi lain juga sering menjadi tanggung jawabnya. Fungsi tersebut misalnya tindakan psikologis sekaligus religius untuk terapi berbagai gangguan kejiwaan remaja. Bertitik tolak dari situ, penulis bermaksud meneliti tentang Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Fokus penelitian yang ingin dikaji yaitu: (1) Bagaimana deskripsi tentang metode berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? (2) Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor penghambat dan faktor pendukungnya?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Metode berdzikir yang diterapkan di Pondok Pesantren Suryabuana adalah dzikir ala Thareqot Qodariyah wa Naqsabandiyah dengan mengamalkan dzikir Jahr (suara keras) dan dzikir Khoffi (dalam hati). Dengan dzikir tersebut dimaksudkan untuk melunakkan hati santri supaya menjadi lembut dan selalu ingat kepada Allah. (2) Metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat dikatakan efektif karena banyaknya perubahan yang terjadi pada santri setelah melewati masa-masa penanganan ditempat tersebut bahkan santri yang pernah ditangani oleh pihak pondok pesantren tersebut dapat sembuh total namun, ada sebagian dari mereka yang tidak dapat sembuh total karena penyakitnya yang sudah parah. Dalam prakteknya ditemui sejumlah hambatan yaitu sarana prasarana tempat khusus santri yang mengalami problem psikologis belum ada, terbatasnya dukungan dari orang tua, lemahnya motivasi untuk sembuh dari sebagian santri itu sendiri, dan belum maratanya kemampuan devisi Inabah dalam menangani santri. Sedangkan daya dukungnya adalah letak geografis yang relatif sejuk, adanya devisi Inabah yang menangani santri tersebut, sarana prasarana berupa masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat, dukungan masyarakat pada umumnya.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis ...................................................................... 7
2. Secara Praktis ....................................................................... 7
E. Penegasan Istilah
1. Efektivitas ............................................................................. 7
xiii
2. Metode Berdzikir .................................................................. 8
3. Penanganan ......................................................................... 10
4. Problem Psikologis ............................................................. 10
5. Santri ................................................................................... 11
6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang .......................... 12
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 15
2. Kehadiran Peneliti .............................................................. 15
3. Lokasi Penelitian ................................................................ 16
4. Sumber Data ....................................................................... 16
5. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 17
6. Analisis Data ...................................................................... 18
7. Pengecekan Keabsahan Data .............................................. 19
8. Tahap-tahap Penelitian ....................................................... 20
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Berdzikir
1. Pengertian Metode Berdzikir .............................................. 24
2. Macam-macam Dzikir ........................................................ 28
3. Tujuan Dzikir ...................................................................... 33
4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir .................................. 39
B. Problem Psikologis
1. Pengertian Problem Psikologis ........................................... 45
xiv
2. Macam-macam Problem Psikologis ................................... 47
3. Karakteristik Orang yang Mengalami Problem
Psikologis ........................................................................... 55
4. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan
Problem Psikologis ............................................................. 60
BAB III PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana ............ 66
2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana .............................. 77
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana ..... 84
4. Gambaran Informan ............................................................ 87
B. Temuan Penelitian
1. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang .......................................................... 88
2. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang .......................................................... 91
3. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ................. 100
4. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam
Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
xv
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang .............................................. 101
BAB 1V PEMBAHASAN
A. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang ............................................................... 104
B. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang ............................................................... 106
C. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ........................ 113
D. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam
Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang ............................................................... 115
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 117
B. Saran ........................................................................................ 120
C. Penutup .................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xvii
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. xvii
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I Jadwal Kegiatan Harian ............................................ 79
Tabel II Jadwal Kegiatan Khusus ............................................ 80
Tabel III Sarana Prasarana ............................................ 81
Tabel IV Susunan Pengurus ............................................ 82
Tabel V Mubaligh ............................................ 84
Tabel VI Daftar Nama Informan ............................................ 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi telah memberikan dampak yang beragam bagi
kehidupan manusia. Pada satu sisi era tersebut telah banyak memberi
kemudahan melalui penemuan-penemuan terkini, namun pada sisi lain era ini
juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan remaja. Terlebih karena
remaja dikenal sebagai usia yang masih labil sehingga kerusakan moral di
kalangan remaja semakin hari semakin meningkat dan semakin banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan perilaku dan perubahan tata nilai dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini ternyata banyak menimbulkan degradasi moral
yang sudah sangat sulit untuk ditangani oleh para pakar pada umumnya.
Oleh karena itu banyak ditemukan problem-problem psikologis yang
terjadi pada remaja, seperti; depresi, stres atau penggunaan zat-zat adiktif dan
hilangnya semangat hidup. Kondisi tersebut tentu tidak hanya akan
membebani kehidupan remaja yang masih panjang, namun juga menjadi
problem tersendiri bagi orang tua. Hal itu dikarenakan anak adalah harta dan
kebanggaan bagi setiap orang tua yang tidak bisa di ukur nilainya. Karenanya
setelah orang tua mengetahui putra-putri mereka mengalami problem-
problem psikologis seperti yang tertulis diatas, orang tua akan mencari jalan
keluar bagi kesembuhan putra-putri mereka. Salah satu diantara solusi itu
adalah dengan memasukkan anak yang mengalami problem-problem
psikologis tersebut kedalam pondok pesantren.
2
Pondok pesantren Suryabuana adalah salah satu pondok pesantren
yang menangani orang-orang yang mengalami problem-problem psikologis.
Pondok Pesantren Suryabuana ini terletak di Desa Balak, Losari, kecamatan
Pakis, Kabupaten Magelang. Pondok Pesantren Suryabuana putri berada di
daerah rumah/ndalem (istilah pesantren) Kyai di Pondok Pesantren tersebut
dan di sebelah pendopo pondok tersebut. Santri yang menetap di pondok
pesantren ini kurang lebih ada 25 santri, akan tetapi jama’ah yang ada di
pondok pesantren ini ada ribuan orang dari berbagai manca negara. Santri-
santri di pondok pesantren ini biasa memanggil kyainya dengan sebutan
Kanjeng Syekh Sirullah. Karena Beliau masih keturunan kerajaan Mataram.
Beliau adalah Pengasuh di pondok pesantren tersebut serta termasuk salah
satu murid dari Pangersa Abah Anom atau Pengasuh pondok pesantren
Suryalaya Jawa Barat (Profil Pondok Pesantren Suryabuana).
Masjid yang berada di Pondok Pesantren Suryabuana di dirikan oleh
Ahmad Sirullah. Masjid tersebut diberi nama Masjid Surya Mustika Rahmat.
Masjid tersebut digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan seperti
beribadah, mengaji, berdiskusi, berthareqoh, dll. Masjid Surya Mustika
Rahmat merupakan mustika bagi para ikhwan khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Selang beberapa bulan setelah pembangunan Masjid tersebut,
ada beberapa ikhwan dari beberapa daerah yang memasrahkan anaknya
kepada Ahmad Sirrulloh untuk mendapatkan pembinaan keagamaan yang
intensif. Satu anak, dua anak dan terus bertambah sehingga memerlukan
pemikiran untuk menempatkan mereka. Dengan pertimbangan yang masak
3
akhirnya dibangunlah kamar-kamar sederhana sebagai asrama bagi santri-
santri Putra di dekat Masjid Surya Mustika Rahmat.
Dekat pintu masuk menuju Masjid Surya Mustika Rahmat terdapat
sebuah menara yang masih dalam tahap pembangunan. Ahmad Sirrulloh
merencanakan pembangunan satu menara tersebut sebagai simbol keimanan
yang kuat dan kokoh serta tingginya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai
oleh para ikhwan dan yang paling pokok adalah sebagai mi’rojul washiliin.
Dan atas saran dan perintah dari Pangersa Abah Anom maka menara tersebut
akan dibangun dengan ketinggian 27 M sebagai simbol hakekat. Peletakan
batu pertama pembangunan menara tersebut dilakukan oleh Ahmad Sirrulloh
pada tanggal 27 Juli 2003 M bertepatan dengan 23 Jumadil Ulaa 1424 H pada
pukul 21.00 WIB. Ahmad Sirrulloh memberi nama pada menara tersebut
“Menoro Kalimosodo” atau dalam bahasa Indonesia “Menara Kalimat
Syahadat”, yaitu tempat ditemukannya dan juga tempat bersinarnya
Laailahaillallah Muhammadurrosulullah. Adapun penggarapan dan
pembangunan menara, sampai saat ini baru sampai selesai tahap fondasi
(Profil Pondok Pesantren Suryabuana).
Selain menara, di sebelah barat masjid juga terdapat kolam/kamar
mandi yang biasa digunakan untuk mandi/kungkum (dalam bahasa jawa)
taubat kurang lebih pada jam 02.00 khusunya untuk santri-santri yang
mengalami problem-problem psikologis. Dalam keadaan kungkum tersebut,
dalam hati mereka diharuskan untuk berdzikir.
4
Pondok Pesantren Suryabuana menggunakan metode Penyadaran Diri
dalam menangani remaja-remaja yang mengalami problem-problem
psikologis seperti tersebut di atas. Maksud penyadaran diri disini yaitu
menanamkan kesadaran akan hubungan seorang hamba dengan Allah SWT.
Kesadaran diri tersebut dapat ditanamkan dengan berdzikir kepada Allah
SWT. Berdzikir adalah ibadah sunnah yang teramat mulia dan utama. Dzikir
adalah peringkat do’a yang paling tinggi, yang di dalamnya tersimpan
berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Bahkan
kualitas diri seseorang dihadapan Allah sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan
kualitas dzikir seseorang tersebut kepada-Nya (Munir dan Al-Fandi, 2008:
15).
Metode berzikir yang digunakan di pondok pesantren ini ada dua
macam, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dimana dzikir jahr yaitu dzikir
yang melafalkan Laailahaillallah secara lisan dan lebih diutamakan untuk
mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat menyentuh hati,
berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang berada dalam hati. Sedangkan
dzikir khofi yaitu membaca Allahu Allah yang dilakukan secara terus menerus
dalam qalbu santri di setiap nafasnya.
Dalam perspektif Agama telah diajarkan “bahwa orang yang
melupakan Allah menyebabkan seseorang lupa akan dirinya dan segala
potensi kebaikan dirinya”. Dengan kata lain, jika kita lalai dari mengingat
Allah maka hal itu akan menyebabkan kita lupa akan fitrah kemanusiaan yang
agung dan mulia, lupa akan nilai kemanusiaannya, lupa akan tugas dan
5
tanggung jawab kita sebagai hamba. (Munir dan Al-Fandi, 2008: 19). Namun,
apabila selalu mengingat Allah, maka hatinya akan menjadi tenang dan
tentram sehingga orang tersebut tidak lupa dengan tanggung jawabnya
sebagai hamba Allah.
Hal itu sejalan dengan firman Allah SWT.
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ’ûÈõuKôÜ s?ur Oßgç/qè=è% Ì�ø.É‹Î/ «! $# 3 Ÿw r& Ì�ò2 É‹Î/ «! $# ’ûÈõyJôÜs? Ü> qè=à)ø9$# ÇËÑÈ
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.” (ar-Ra’d :28)
Ayat diatas menjelaskan bahwa kedekatan kita kepada Allah akan
menghilangkan perasaan dari rasa takut. Sehingga apabila kita selalu
mengingat Allah dan berusaha untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya,
maka hati merasa tenang, tentram dan jauh dari kecemasan sehingga tidak
akan timbul problem-problem psikologis.
Untuk itu penulis menganggap bahwa masalah kaitan agama dan
ketenangan jiwa penting untuk diteliti dan di publikasikan sebagai motivasi
bagi mereka yang mempunyai masalah supaya dapat menyelesaikannya
secara mudah karena keunikan di Pondok Pesantren tersebut, berdasarkan
latar belakang dan sedikit paparan pendek diatas penulis mengambil judul
sebagai berikut, “EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM
PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK
PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS
KABUPATEN MAGELANG”.
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?
2. Bagaimanakah efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor
penghambat dan faktor pendukungnya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,
1. Mengetahui Bagaimanakah metode berdzikir di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
2. Mengetahui Bagaimanakah Efektivitas Metode Berdzikir dalam
Penanganan Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan mengetahui apa saja
yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
penanganan tersebut.
7
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Memberikan kejelasan secara teoritis tentang efektifitas metode
berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di pondok
pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang.
b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan
dalam hal penanganan problem psikologis.
c. Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di
IAIN Salatiga.
2. Secara Praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis mengenai efektivitas metode
berdzikir pada penanganan problem psikologis santri di pondok
pesantren Suryabuana Pakis, Magelang.
b. Untuk memberikan masukan atau motivasi dalam penanganan
problem psikologis pada masyarakat sekitar.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam
penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah
pokok, yakni:
1. Efektivitas
Efektivitas yaitu suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dengan kata lain bahwa sesuatu dapat dikatakan efektif apabila terdapat
8
keberhasilan yang maksimal dalam menjalankannya. Efektivitas dalam
penelitian ini yaitu suatu keberhasilan dalam menangani orang-orang
yang mengalami problem-problem psikologis dengan metode berdzikir.
Sehingga mereka dapat sembuh seperti semula bahkan tingkat
keagamaan mereka menjadi lebih baik.
2. Metode Berdzikir
Terdapat beberapa pengertian tentang dzikir. Dzikir adalah
ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan
dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Tuhan
dan membersihkannya dari pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya,
selanjutnya memuji dangan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan
dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan
kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996: 276).
Sedangkan Subandi berpendapat dalam bukunya “ Psikologi
Dzikir” bahwasannya dzikir adalah suatu bentuk kesadaran yang
dimiliki oleh seorang makhluk akan hubungan yang menyatukan
seluruh kehidupannya dengan Sang Pencipta (Subandi, 2009: 33).
Amaliah dzikir dapat dibagi menjadi dua. Pertama, dzikir yang
dipahami dan dilaksanakan oleh orang muslim pada umumnya. Disini
dzikir dianggap sebagai ibadah sunnah yang dilaksanakan setelah
sholat lima waktu dalam bentuk kegiatan pengajian berjamaah. Kedua,
amalan dzikir yang dilaksanakan oleh umat Islam yang tergabung
9
dalam kelompok tarekat atau sufi sebagai kelompok “mistik” dalam
Islam (Subandi, 2009: 34).
Firman Allah S.W.T dalam Al Qur’an :
�ä.øŒ$#ur š� /§‘ ’Îû š�Å¡ øÿtR %Yæ•Ž|Ø n@ Zpxÿ‹Åz ur tbrߊur Ì�ôgyf ø9$# zÏB ÉA öqs)ø9$#
Íir߉äóø9$$Î/ ÉA $|¹ Fy $#ur Ÿw ur `ä3s? zÏiB tû,Î#Ïÿ»tóø9$# ÇËÉÎÈ
Artinya: “Dan berdzikirlah (Ingatlah Rabb-mu) dalam hatimu dengan rendah hati penuh rasa takut, dengan suara perlahan – lahan di waktu pagi dan petang hari, dan janganlah menjadi orang – orang yang lalai” (Q.S. Al A’raf : 205)
ى ى ب بد ع ن د ظ ن نا ع ى, ا ن كر اذ ذ ھ ا ع نا م ا و
Artinya: “Aku senantiasa berada di samping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat kepada-Ku” (H.R. Bukhori dan Muslim) (Hawari, 1998: 8).
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, do’a dan dzikir
mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius
tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik,
karena ia mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme (harapan
kesembuhan). Dua hal ini yaitu rasa percaya diri (self confident) dan
optimisme, merupakan dua hal yang sangat esensial bagi
penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan
medis yang diberikan (Hawari, 1998: 8).
Metode atau suatu cara yang digunakan dalam penanganan
problem psikologis dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan
Metode Dzikir khofi dan Dzikir Jahr. Dimana dzikir jahr yaitu dzikir
yang melafalkan Laailahaillallah secara lisan dan lebih diutamakan
10
untuk mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat
menyentuh hati, itu berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang
berada dalam hati. Sedangkan dzikir khofi yaitu membaca Allahu
Allah yang dilakukan secara terus menerus dalam qalbu individu itu
sendiri di setiap nafasnya.
3. Penanganan
Suatu cara yang dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah.
Penanganan dalam penelitian ini mempunyai maksud untuk
menyembuhkan orang-orang atau santri yang mengalami gangguan
kejiwaan seperti setres, depresi, gila, pecandu narkoba dan obat-
obatan terlarang menurut syariat Islam.
4. Problem Psikologis
Definisi-definisi Problem Psikologis menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut Jaelani, problem psikologis/gangguan kejiwaan berarti
kumpulan dari keadaan tidak yang normal, baik yang
berhubungan dengan kejiwaan maupun jasmani (Jaelani, 2001:
81).
2. Menurut Fattah, problem psikologis adalah sifat dan sikap dalam
hati yang buruk, yang cenderung mendorong pribadi melakukan
perbuatan-perbuatan tercela dan merusak serta merintangi pribadi
memperoleh keridhaan Allah SWT (Fattah, 1984: 11).
3. Menurut Zakiyah, problem psikologis adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan
11
dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan ini dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurose) dan
sakit jiwa (psychose) (Daradjat, 1983: 33). gangguan jiwa
(neurose) dan sakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak
mampunya orang menghadapi kesukaran – kesukarannya dengan
wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi
yang dihadapinya (Daradjat, 1983: 24).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Problem Psikologis adalah kumpulan dari suatu keadaan-
keadaan yang tidak normal, baik secara fisik maupun mental
seseorang. sehingga orang tersebut tidak mampu untuk mengendalikan
dirinya sendiri ketika bertingkah laku dan segala aktivitas-aktivitas
individu tersebut terganggu karena tidak seperti kehendaknya sendiri.
Sehingga dengan keadaan seperti itu bisa membahayakan dirinya
sendiri dan orang lain yang berada di sekitarnya.
5. Santri
Kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, yaitu
Cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru ini menetap (Madjid, 1997 : 20). Maksud dari mengikuti
seorang guru yaitu untuk menuntut ilmu keagamaan yang lebih
mendalam seperti halnya mempelajari Al Qur’an dan kitab-kitab
kuning. Santri-santri tersebut biasanya tinggal bersama dengan
12
gurunya di suatu lembaga tertentu yang sering disebut dengan Pondok
Pesantren.
6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang
a. Pondok Pesantren
Dalam pemakaian sehari-hari, istilah peantren bisa disebut
dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok
pesantren. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna
yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi
penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda
antara pondok dan pesantren.
Terdapat beberapa definisi pondok pesantren menurut para
ahli, diantaranya yaitu,
1. Menurut zamakhsyari, Pondok Pesantren adalah sebuah
asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya
tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau
lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”
(zamakhsyari, 1978: 44).
2. Menurut M Arifin, Pondok Pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui oleh
masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana
santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem
pengajian atau madrasyah yang sepenuhnya berada di bawah
kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang
13
kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta
independen dalam segala hal (Abd. Muin, dkk, 2007: 16).
3. Menurut Madjid, Pondok Pesantren yaitu lembaga yang bisa
dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan
sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak
hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian indonesia (indigenous). Sebab,
lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada
sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam
tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan
yang sudah ada (Madjid, 1997: 3).
4. Menurut lembaga research Islam (pesantren luhur), pesantren
adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam
menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat
berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar, 2010: 2).
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
pondok pesantren merupakan sebuah asrama atau tempat tinggal
santri-santri yang sedang menuntut ilmu keagamaan kepada kyai
atau ustadz/ustadzahnya di lingkungan kediaman kyainya.
Sehingga memberi kemudahan kepada kyai untuk pemantaun
santri-santrinya dalam perkembangan pembelajarannya dan
tingkah laku santri tersebut.
14
b. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang
Pondok Pesantren Suryabuana Magelang merupakan suatu
lembaga keagamaan pondok pesantren yang berada di Desa
Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Di Pondok
Pesantren ini yang telah mengajarkan santri-santrinya untuk
mendalami ilmu keagamaan seperti halnya pondok-pondok
lainnya. Akan tetapi terdapat keunggulan tersendiri di pondok
pesantren Suryabuana karena seorang kyai di pondok pesantren
ini dapat membantu menyembuhkan orang-orang yang
mengalami gangguan kejiwaan hingga sembuh seperti semula. Di
pondok pesantren ini tidak mengajarkan teori-teori pembelajaran
keagamaan seperti di pondok-pondok pesantren yang lain, akan
tetapi langsung praktek syariat Islam dengan menggunakan
metode thariqoh qodariyah wanaqsabandiyah dari ilmu-ilmu
agama Islam yang telah di dapat pada waktu sebelumnya.
Kyai atau kanjeng (sebutan kyai di pondok tersebut)
mengunakan beberapa metode dalam proses penyembuhan orang
yang mengalami problem-problem psikologis tersebut. Salah
satunya dengan menggunakan metode berdzikir.
Penyembuhan dengan metode seperti inilah yang menjadi
menarik untuk diteliti dan dikembangkan sebagai pengetahuan
dalam penanganan problem-problem psikologis sehingga tidak
15
terdapat kesalah pahaman dalam penanganan orang-orang yang
mengalami problem-problem psikologis.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moloeng, 2011: 4).
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam
hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan
sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-
buku yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.
2. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif
kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah menjadi mutlak adanya.
Karena dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi “key instrumen” atau
alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau
wawancara. Selain itu guna menunjang perolehan informasi yang valid,
peneliti menggunakan alat rekam atau kamera, dan peniliti tetap
memegang peranan utama sebagai alat penelitian.
16
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Suryabuana Pakis,
Magelang dengan alasan belum pernah ada yang melakukan penelitian
serupa di Pondok Pesantren tersebut. Alasan lain yaitu ketertarikan
penulis terhadap fenomena keagamaan yang terjadi pada santri di pondok
pesantren tersebut yang notabene adalah bukan santri-santri yang normal
seperti yang lainnya.
4. Sumber Data
Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”.
Penulis mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar
sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yakni:
a. Sumber Data Primer (utama)
Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung
mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan
dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan sumber pokok
yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan kajian. Dalam hal ini
yang menjadi sumber data utama adalah pengasuh, pengurus dan
santri di Pondok Pesantren Suryabuana. Untuk menggali data tentang
kegiatan keagamaan santri, metode yang dipakai dalam penanganan
problem-problem psikologis, serta hambatan dan daya dukung dalam
proses penanganan problem-problem psikologis santri di Pondok
Pesantren Suryabuana tersebut.
17
b. Sumber Data Sekunder (pendukung)
Sumber data pendukung merupakan data-data yang
digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang
didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber
data pendukung di sini adalah buku-buku yang terkait
keefektivitasan, metode berdzikir, dan penanganan problem-problem
psikologis. Selain itu, alumni santri yang mengalami problem
psikologis di pondok pesantren tersebut juga menjadi sumber data
pendukung yang akan melengkapi kajian pustaka di atas.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan cara :
a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi yang
bertujuan mendapatkan informasi dengan cara bertanya jawab
langsung kepada responden. Penulis akan melakukan wawancara
kepada pengasuh, pengurus dan santri di pondok pesantren
Suryabuana. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi tentang
model keefektivan metode berdzikir dalam penanganan problem
psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Magelang.
Secara garis besar terdapat dua macam pedoman wawancara,
yaitu Pedoman wawancara tidak terstruktur dan terstruktur. Pedoman
wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya
membuat garis besar yang akan ditanyakan sedangkan Pedoman
18
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara
tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai
(Arikunto, 2010: 270). Penelitian ini menggunakan kedua pedoman
wawancara tersebut sebagai validitas temuan penelitian.
b. Observasi atau pengamatan
Pengamatan terhadap situasi yang terjadi di lokasi penelitian.
Pengamatan dilakukan sebagai pembuktian atas keterangan atau
informasi yang didapatkan dari wawancara.
c. Dokumentasi
Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta dan data
tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa berbentuk gambar foto,
video atau rekaman wawancara, naskah, atau berkas-berkas dan
dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan
sebagai penguat seluruh informasi.
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor 1992) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
19
a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya
dalam bentuk uraian atau laporan terinci.
b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk
dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,
difokuskan pada hal-hal yang penting.
c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari
makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk
menjawab tujuan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar-benar valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut
(Moleong, 2008: 330). Ada empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
triangulasi dengan sumber. Yaitu peneliti akan mengecek kebenaran data
atau informasi yang diperoleh dengan data-data atau informasi dari
sumber yang lain sehingga data yang diperoleh peneliti terdapat dari
berbagai pihak agar terhindar dari subyektivitas.
20
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melalui empat tahap
sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok
pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada
pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian, dilanjutkan
penyelesaian perijinan lokasi penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini
penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut di
lakukan.
c. Tahap analisis data
Meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi,
dokumentai dan wawancara mendalam dengan pengasuh, pengurus,
dan santri di pondok pesantren.
d. Tahap penulisan laporan
Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian makna.
Selain itu peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing guna
penyusunan laporan selengkapnya.
21
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka
dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang
dimaksud adalah:
Bab I : Pendahuluan, Meliputi:
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Penegasa Istilah
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka, Meliputi:
A. Metode Berdzikir yang pembahasannya meliputi:
1. Pengertian Metode Berdzikir
2. Macam-macam Dzikir
3. Tujuan Dzikir
4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir
B. Problem Psikologis
1. Pengertian Problem Psikologis
2. Macam-macam Problem Psikologis
3. Karakteristik orang yang mengalami problem psikologis
22
4. Efektivitas metode berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis
Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
A. Paparan Data:
1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana
2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana
4. Gambaran Informan
B. Temuan Penelitian
5. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang
6. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang
7. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
8. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam
Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang
23
Bab IV: Pembahasan, yang berisi tentang :
1. Bagaimana Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana
Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
2. Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan
Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Apa saja faktor-
faktor penghambat dan faktor pendukungnya.
Bab V : Penutup, Meliputi:
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Berdzikir
1. Pengertian Metode Berdzikir
Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa Yunani
methodos. Kata methodos merupakan gabungan dari kata depan meta
yang berarti “menuju, melalui, mengikuti, sesudah” dan kata benda hodos
yang artinya “jalan, perjalanan, cara, arah” (Kesuma, 2007: 1). Secara
harfiah, metode berarti “cara atau jalan” (Hasan dan koentjaraningrat,
1979:16).
Sedangkan menurut terminologi, terdapat beberapa definisi metode
menurut para ahli, Menurut Widyatmini dan Izzati, metode berarti suatu
tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien (Widyatmini dan
Izzati, 1991: 1). Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian.
Metode dapat pula dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap
permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian (Maslikhah, 2013:
66). Metode adalah seperangkat pendekatan yang menyeluruh untuk
mengumpulkan data dan menganalisis masalah-masalah tertentu
(Mikkelsen, 2003: 313). Metode adalah suatu aturan dan tata cara serta
kaidah-kaidah dalam mencapai tujuan (Daniel, 2002: 36).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode adalah jalan atau cara-cara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
25
Metode dalam penelitian ini yaitu suatu cara untuk mencapai penanganan
problem-problem psikologis yang efektive dengan berdzikir.
Dzikir secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab ر ك yang ذ
berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,
mengenal atau mengerti (Syukur, 2004: 45). Sedangkan secara
terminologi dzikir sering dimaknai sebagai suatu amal ucapan atau amal
qauliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah.
Berdzikir kepada Allah adalah suatu rangka dari rangkaian Iman dan
Islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dari Al Qur’an dan
sunnah. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya ayat Al Qur’an dan
hadis Nabi SAW yang menyinggung dan membahas masalah dzikir.
Al Qur’an memberi petunjuk bahwa dzikir itu bukan hanya ekpresi
daya ingatan yang ditampilkan dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk
merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam
berbagai variasi yang aktif dan kreatif (Munir dan Al-Fandi, 2008: 11).
a. Al Qur’an menjelaskan dzikir berarti membangkitkan daya ingatan:
Dengan mengingat Allah, hati orang-orang yang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. (QS Ar-Ra’d: 28)
Sebagaimana diketahui bahwa dengan hati yang tenang secara
otomatis akan membangkitkan daya ingat.
26
b. Dzikir berarti pula ingat akan hukum-hukum Allah:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran, dan kemungsuhan. Dan memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dzikir (mengambil pelajaran). (QS An-Nahl: 90)
c. Dzikir juga mengambil pelajaran atau peringatan:
Allah memberikan hikmah kepada orang atau siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal (ulul albab). (QS Al-Baqarah: 269)
d. Dzikir bisa diartikan meneliti proses alam:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan saling bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
27
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (QS Ali Imran: 190-191)
Demikian kurang lebih arti dzikir yang dapat ditangkap dari Al
Qur’an. Allah membentuk akselerasi mulai dari renungan, sikap,
aktualisasi sampai pada kegiatan memproses alam.
Selain definisi-definisi tersebut, banyak para ahli yang
mendefinisikan dzikir, diantaranya: Dzikir adalah senantiasa dan terus
menerus mengingat Allah, sebagai metode paling efektif untuk
membersihkan hati dan mencapai kehadiran Ilahi (Valiuddin, 1997: 84).
Dzikir adalah setiap aktivitas yang dapat mengantarkan kita untuk teringat
dan mengingat Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 15). Dzikir artinya
mengingat Allah atau menyebut nama Allah (Syafi’i, 2011: 34). Dzikir
adalah upaya untuk selalu mengingat Allah SWT dengan mengucapkan
kalimat thayibah (Subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah dan
Allahu Akbar) (Jamil, 2005: 67). Dzikir adalah ucapan yang dilakukan
dengan lidah atau mengingat akan Tuhan dengan hati, dengan ucapan atau
ingatan yang mempersucikan Tuhan dan membersihkannya dari pada
sifat-sifat yang tidak layak untuknya, selanjutnya memuji dangan puji-
pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-
sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996:
276).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
dzikir adalah upaya untuk mengingat Allah dengan mengucapkan amalan-
28
amalan tertentu menuju hati yang bersih. Dzikir dalam penelitian ini yaitu
upaya untuk selalu mengingat Allah dengan mengucap Asma Allah dan
do’a-do’a yang lainnya guna membersihkan hati dan jiwa sehingga
terhindar dari gangguan kejiwaan.
2. Macam-macam Dzikir
Dzikir kepada Allah ada dua macam: wajib dan sunnah. Kita wajib
mengingat Allah dalam tiga situasi.
Yang pertama adalah ketika kita melihat makhluk, kita harus
mengingat khaliknya. Apabila kita melihat ciptaan, kita harus menyadari
kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan yang tidak terbatas. Kita harus
memandang Allah sebagai sumber segala anugerah dan seharusnya kita
tidak menyia-nyiakan cinta-Nya yang ditanamkan ke hati kita. Sebagai
tingkatan pertama mengenal Allah, dzikir seperti ini adalah kewajiban.
Yang kedua apabila manusia telah mengenal Allah pada tingkat wajib dan
mulai mencintai-Nya dan mengabdi kepada-Nya maka dzikir yang terus
dilakukan menjadi sunnah baginya. Artinya, di sunnahkan kepadanya agar
setiap kali melihat makhluk, ia selayaknya mengingat Penciptanya. Setiap
kali ia melihat suatu karunia, haruslah ia menganggapnya sebagai hadiah
dari Allah. Dan dengan begitu, ia tak akan melupakan Allah. Dzikir
semacam ini tergolong ibadah yang paling baik. Banyak ayat Al Qur’an
yang menekankan ibadah ini, seperti dalam Qur’an Surat Ali Imran: 191
yang telah dijelaskan diatas.
29
Dzikir tidak hanya yang diucapkan dengan lidah saja, tetapi
kondisi mengingat Allah sepanjang waktu. Sejalan dengan itu Al Qur’an
menyebutkan:
وا ر ك اذ و ذ إ م ك ل ع اء ج ف ل ن خ م ع اد د ب ع م ك أ و ب ي و ف ض ر ون األ ذ خ ن تت ا م ھ سھول
ا ور ص ون ق ت ح تن ال و ب ج ا ال بیوت وا ر ك اذ آالء ف ال هللا ا و و ث في تع ض ر ین األ د س ف م
Artinya: “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan” (QS Al A’raaf: 74)
Ayat ini menunjukkan jika ada dzikir kepada Allah dilakukan
maka tak ada kejahatan dan apabila tak ada dzikir maka tentulah ada
kejahatan. Kehancuran itu pasti, dan lalai dalam mengingat Allah adalah
kehancuran itu sendiri (Shirazi, 2009: 206-207).
Bagi umat Islam yang mengikuti suatu kelompok tarekat atau
kelompok sufi atau kelompok mistik yang lain, amalan dzikir dipandang
sebagai suatu bentuk latihan rohani atau spiritual untuk dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pengertian itu, amalan dzikir
dilaksanakan dengan menggunakan teknik tertentu yang mirip dengan
latihan meditasi di dalam tradisi agama lain.
Ada dua macam metode berdzikir yang umum dilakukan
dikalangan sufi, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dzikir jahr juga disebut
sebagai dzikir lisan, di mana orang membaca kalimat-kalimat dzikir
secara lahiriah dengan suara yang jelas (kadang cukup keras). Sebaliknya,
30
dzikir khofi atau disebut juga dzikir qolbi dilakukan dengan menyebut
nama Allah berulang-ulang secara batiniah di dalam hati, jiwa, dan ruh.
Sebagian kelompok sufi melaksanakan dzikir jahr disertai dengan
gerakan-gerakan tubuh yang ritmis seperti yang dilaksanakan oleh
pengikut tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Pesantren Suryalaya di
Tasikmalaya. Sementara itu dalam melaksanakan dzikir khofi sebagian
menggunakan konsep badan halus (latifah) yang mirip dengan konsep
chakra dalam tradisi meditasi (Subandi, 2009: 35).
Dzikir terbagi atas tiga tingkatan (Mustafa, 1976: 65-66):
a. Dzikir lisan : Laa Ilaha Illallaah.
Setelah terasa meresap pada diri, terasa panasnya dzikir itu ke
tiap-tiap helai bulu roma di badan, dzikir itu mulanya pelan-pelan
makin lama makin cepat.
b. Dzikir Qalbu atau hati : Allah, Allah.
Mula-mulanya mulut berdzikir diikuti hati, kemudian dari ke
mulut, lalu lidah berdzikir sendiri, dengan dzikir tanpa sadar, akal
pikiran tidak jalan lagi, melainkan terjadi sebagai Ilham yang tiba-tiba
Nur Ilaahi dalam hati memberitahukan : Innany Anal Laahu, yang
naik ke mulut mengucapkan: Allah, Allah.
c. Dzikir Sir atau Rahasia: “Hu”
Biasanya sebelum naik ke tingkat dzikir ini orang sudah “fanna”.
Bentuk dzikir yang lain yaitu dengan aktifitas sosial, yakni
dengan menginfakkan sebagian harta untuk kepentingan sosial,
31
melakukan hal-hal yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara
serta agama. Dzikir ini merupakan refleksi dari dzikir lisan dan dzikir
hati. Dzikir sosial ini manfaatnya lebih kelihatan daripada bentuk dzikir
lisan dan hati. Jika dzikir lisan dan hati hanya bersifat individual, maka
dzikir ini lebih bersifat sosial, mempunyai kepedulian dan kepekaan sosial
kemasyarakatan. Dan model dzikir ini yang paling banyak disinggung
dalam al-Qur’an (Amin, 2004: 49).
Dengan demikian, maka dzikir kepada Allah secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi empat bentuk atau macam, hal ini di dasarkan
pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allah SWT:
a. Dzikir Pikir (Tafakkur)
Al Qur’an menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling unggul, paling mulia derajat dan kedudukannya , yang telah
diciptakan dengan bentuk dan susunan tubuh yang sangat baik dan
sempurna (sebaik-baik bentuk).
Allah berfirman dalam Surat At-Tin ayat 4:
Artinya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At-Tin: 4).
Sebagai makhluk yang paling baik dan unggul, maka Allah
menganugerahinya berbagai potensi yang luar biasa. Dan salah satu
dari sekian banyak potensi manusia adalah potensi kecerdasan yaitu
kemampuan untuk berfikir. Sesungguhnya kecerdasan merupakan
32
potensi yang hanya dimiliki oleh manusia, sebagai karunia Allah
kepada manusia. Oleh karena itu, melalui Al Qur’an Allah
memerintahkan agar manusia memelihara dan memanfaatkan potensi
tersebut dengan sebaik-baiknya, untuk memahami, berfikir dan
memikirkan tentang segala sesuatu, termasuk untuk berfikir dan
memikirkan tentang fenomena alam, merenungkan, dan menelaah Al
Qur’an dan diri manusia sendiri.
Berfikir dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi,
bahtera yang luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi
kehidupan kita, memikirkan tentang diri kita sendiri sebagai sosok
makhluk dan hamba Allah yang diciptakan dengan teramat indah dan
sempurna, merenungkan dan memikirkan makna serta kandungan Al
Qur’an adalah bentuk dari dzikir kepada Allah, yakni dzikir fikir.
b. Dzikir dengan Lisan atau ucapan
Dzikir lisan dapat dimaknai dengan dzikir yang diucapkan
dengan lisan dan dapat didengar oleh telinga. Menyebut dan
mengingat Allah dengan lisan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yakni dzikir yang dilakukan dengan suara yang pelan (sirr) atau
berbisik (hams) dan dzikir yang dilaksanakan dengan suara yang keras
dan bersama-sama (jahr). Dzikir dengan cara ini sangat baik bagi
pemula sebab dengan menyebut dan mengingat nama Allah dengan
lisan, maksudnya diucapkan dengan lisan dan dapat didengar telinga
orang yang bersangkutan dapat membantunya untuk menghilangkan
33
dan menghapuskan hal-hal lain yang melintas dalam pikiran selain
Allah.
c. Dzikir dengan Hati atau Qalbu
Dzikir qalbu adalah aktivitas mengingat Allah yang dilakukan
dengan hati atau qalbu saja, artinya sebutan itu dilakukan dengan
ingatan hati. Dzikir qalbu juga dapat dimaknai melaksanakan dzikir
dengan lidah dan hati, maksudnya lidah menyebut lafal tertentu lafazh
dzikir, dengan suara yang pelan dan hati mengingat dengan meresapi
maknanya. Dzikir dengan hati adalah dzikir yang sangat baik dan
utama, karena dzikir dengan cara ini dapat mengantarkan kita untuk
lebih khusyuk, terhindar dari bahaya riya’ dan akan memberikan
kesan yang mendalam.
d. Dzikir dengan Amal Perbuatan
Yang dimaksud dengan dzikir amal disini adalah setiap
perbuatan atau aktivitas seseorang yang baik dan dapat
mengantarkannya untuk teringat kepada Allah SWT. Dzikir amal juga
dapat diartikan sebagai tindakan yang didasarkan pada aturan dan
ketentuan Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 22-32).
3. Tujuan Dzikir
Tujuan utama dalam melakukan dzikir adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah melalui pencapaian kondisi jiwa yang penuh dengan
kepasrahan, penyerahan diri, atau ikhlas kepada Allah. Kondisi ini dapat
dicapai ketika seseorang dapat melaksanakan dzikir diseluruh tubuh. Hal
34
itu berarti bahwa seluruh bagian tubuh, bahkan seluruh sel-sel dalam
tubuh ikut mengucapkan nama Allah (Subandi, 2009: 42).
Ada banyak cara yang dilakukan untuk berdzikir dalam
pencapaian tujuan tersebut. Membaca ayat-ayat dalam kitab suci Al
Qur’an merupakan bentuk dzikir yang paling umum. Sebagian kaum
muslim berdzikir dengan menyebut nama Allah berulang-ulang, baik ismu
dzat (nama Allah), maupun nama-nama yang baik dan indah (asma-ul-
husna) (Subandi, 2009: 34). Adapun bacaan-bacaan dzikir yang sering
diamalkan oleh Rasulullah saw. Dan telah masyhur di kalangan para
ulama serta paling banyak diamalkan umat Islam diseluruh belahan dunia,
diantaranya adalah lafal-lafal Al-Baqiyyatush-Shalihah, Istighfar,
Isti’adzah, Basmalah, Hasbalah, Asma’ul Husna dan dzikir dengan
membaca serta memikirkan ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah (Al
Qur’an) maupun ayat kauniyah (alam semesta) (Munir dan Al-Fandi,
2008: 67-105).
a. Al-Baqiyyatush-Shalihah
Al-Baqiyyatush-Shalihah merupakan bacaan dzikir yang sangat
mulia dan memiliki banyak keistimewaan, setengah diantara
keutamaan dan keistimewaan bacaan ini telah dijelaskan Nabi saw.
Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar
katanya, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
Al-Baqiyyatush-Shalihah adalah “La ilaha illallah wa subhanallah wallahu akbar wal hamdulillah wa la hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim” (Tiada Tuhan selain Allah. Maha Suci Allah. Allah Maha Besar. Segala Puji Bagi Allah tiada
35
daya kekuatan selain dengan (izin) Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung). Tidak seorangpun yang mengatakannya (membacanya) melainkan akan diampuni dosa-dosanya walaupun seperti buih di lautan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dikatakan dalam hadist di atas bahwa siapapun diantara
kita yang bersedia berdzikir dengan membaca Al-Baqiyyatush-
Shalihah maka Allah akan mengampuni segala dosa dan kesalahan
yang pernah kita perbuat sebanyak dan sebesar apapun dosa itu.
Bahkan seandainya dosa kita itu lebih banyak dari banyaknya pasir
dan buih dilautan, namun jika kita bersedia berdzikir kepada Allah
dengan membaca Al-Baqiyyatush-Shalihah, maka Allah akan
melimpahkan ampunan kepada kita.
Lafazh Al-Baqiyyatush-Shalihah terdiri atas lima bacaan
dzikir, yaitu bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan al-hauqalah.
Berikut bacaan-bacaannya:
1) Membaca Tasbih
هللا ان بح س
Subhanallah
Artinya: “Maha Suci Allah”
2) Membaca Tahmid
د م ح ال
Alhamdulillah
Artinya: “Segala puji bagi Allah”
36
3) Membaca Tahlil
هللا ال إ ھ ل الإ
Laa ilaaha illallaahu
Artinya: “ tiada Tuhan kecuali Allah”
4) Membaca Takbir
ر ب ك أ هللا
Allahu Akbar
Artinya: “ Allah Maha Besar”
5) Membaca Hauqollah
ا ب ال ة إ و الق و ل و الح
Laa haula walaa quwwata illaa billaah
Artinya: “Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali kepunyaan Allah”.
b. Istighfar (mohon ampunan)
Istighfar dapat dimaknai dengan menundukkan hati, jiwa, dan
pikiran kepada Allah seraya memohon ampunan terhadap-Nya dari
segala dosa dan salah yang telah kita lakukan, baik dosa dan kesalahan
yang dilakukan dengan sengaja maupun dosa yang disebabkan karena
lupa. Istighfar atau memohon ampun kepada Allah merupakan bacaan
dzikir yang sangat baik, yang sekaligus sebagai do’a kepada Allah,
yakni permohonan agar segala salah dan dosa yang telah kita lakukan
dapat diampuni oleh Allah. Adapun lafazh istighfar cukup beragam, di
antaranya:
37
1) یم ظ ع ال هللا ر ف تغ س أ
Astaghfirullaahal’adziim.
Artinya: “ Saya mohon ampun pada Allah yang Maha Agung”
یم (2 ح ر ر و ف غ هللا إن هللا ر ف تغ أس
Astaghfirullah Innallaha Ghofuurur Rahiim
Artinya: “Aku mohon ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
یھ (3 إل ب و أت و م یو ق ال ي ح ال ھو إال ھ ى ال إل ذ ال یم ظ ع ال هللا ر ف تغ أس
Astaghfirullah al-Azhim alladzi laailaha Illaa Huwal Hayyul Qoyyuum wa Atuubu Illayhi Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung sesungguhnya tiada Tuhan selainAllah, yang Maha Kekal dan mengurusi makhluk-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya. Atau dengan membaca”.
ى (4 ل ر ف اغ ھم الل
Allahummaghfirlii
Artinya: “ Wahai Tuhanku ampunilah dosa-dosaku”.
c. Isti’adzah (Mohon Perlindungan)
Isti’adzah atau Isti’adzah Billah memiliki makna meminta atau
memohon perlindungan Allah dari segala hal yang tidak
menyenangkan hati, dan meminta perlindungan kepada Allah agar
terhindar dari segala sesuatu yang tidak baik, dan dari segala hal yang
dapat merintangi serta menghalangi kita pada jalan ketaatan kepada
Allah SWT.
38
Rasulullah saw. Senantiasa berdo’a kepada Allah untuk
meminta perlindungan dari berbagai hal, Hadist riwayat Al-Bukhori
dan Muslim yang bersumber dari ‘Aisyah ra. Menyatakan:
Bahwasannya Nabi saw. Sering berdo’a ketika shalat dengan berkata:
ك ب ذ و أع و ال الدج یح س م ال نة ت ف ن ك م ب ذ و أع و بر ق اب ال ذ ع ن ك م ب ذ و ى أع إن ھم الل
م ر غ م ال و م اث م ال ن ك م ب ذ و ى أع إن ھم ات الل م م ال ا و ی ح م ال نة ت ف ن م
Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah Dajjal. Aku juga memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah semasa hidup dan selepas mati. Ya Allah! Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari segala dosa dan hutang”. Aisyah berkata lagi: Seseorang telah berkata kepada Rasulullah saw.: Alangkah banyaknya kamu memohon perlindungan dari beban utang wahai Rasulullah! Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seseorang yang sudah terkena beban utang, apabila dia berkata-kata dia akan dusta dan apabila berjanji dia akan mengingkari”. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
d. Basmalah
Basmalah adalah bacaan dzikir yang sangat baik dan sangat
dianjurkan diamalkan untuk diucapkan setiap saat. Dan lebih baik lagi
jika dibaca pada saat dan memulai sesuatu pekerjaan. Adapun lafazh
dari bacaan basmalah adalah:
یم ح الر ن م ح الر هللا م س ب
Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
e. Membaca Hasballah
Bacaan Hasbalah adalah bacaan dzikir yang menunjukkan
pengakuan bahwa sesungguhnya tidak ada tempat untuk bergantung
39
dan berlindung selain hanya kepada Allah SWT. Lafazh dari bacaan
hasbalah yang ma’tsur adalah:
یل ك و ال م ع ن و هللا ي ب س ح
Hasbiyallaahu wa ni’mal wakiil.
Artinya: “Cukuplah Allah dan sebaik-baiknya pelindung”
f. Membaca lafadh Baaqiyaatush shaalihat
هللا ان بح , س د م ح ال , و هللا ال إ ھ ل الإ ر,و ب ك أ وهللا
Subhaanallaah, wal hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah,
wallaahu akbar.
Artinya: “ Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak
ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar” (Hawari, 1998:
28-30).
4. Kelebihan dan Keutamaan Dzikir
Ulama menafsirkan, bahwa dzikrullah ingat kepada Allah dalam
menjauhkan diri daripada pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih
besar artinya daripada sembahyang yang dikerjakan sunyi daripada
mengingat Allah. Karena orang yang mengingat Allah itu, tatkala hatinya
tergetar dan lidahnya bergerak, Allah menganugerahi cahayanya, Allah
menambah imannya dan keyakinannya kepadanya, maka bergeraklah
hatinya itu menuju kebenaran dan menetap dengan tenang di sana,
sebagaimana firmannya dalam Al Qur’an: “Orang-orang mu’min ialah
orang-orang yang tetap hatinya ingat kepada Allah. Ketauhilah bahwa
40
ingat kepada Allah itu meneguhkan ketetapan di dalam hati” (Aboe
Bakar, 1996: 278).
Dzikir membawa harapan bagi manusia yang mengamalkannya
sebagaimana kutipan dari karya sufi kuno dari persia, yaitu Kasyf al-
Mahjub dari Hujwiri: ”Masih Sari al-Saqoti yang pernah berkata, wahai
Tuhan apapun hukuman yang Engkau timpakan kepadaku, namun
janganlah Engkau hukum aku dengan memasang tabir pemisah antara
Engkau dan aku. Karena jika tiada tabir antara-Mu denganku, maka siksa
hukuman yang ku sandang tetap disinari oleh dzikir dan ingatku kepada-
Mu. Tetapi apabila Kau pasang penghalang, maka kasih sayangpun akan
mematikanku. Dan tidak akan ada siksa yang lebih berat dari neraka yang
sukar ditanggung kecuali apabila terpasang hijab (penutup) antara Engkau
dan aku. Apabila Tuhan berkehendak menampakkan diri di neraka, maka
orang-orang beriman yang berdosa tidak akan lagi memikirkan surga,
karena pandangan Tuhan akan segera mengisi mereka dengan
kebahagiaan, sehingga tidak lagi dirasakan pedihnya tubuh. Dan di surga,
tiada kebahagiaan yang lebih tinggi, melainkan tiadanya jarak antara
insan dengan Tuhan (Reynold Nicholson, 1997: 53).
Keutamaan-keutamaan dzikir yang lain, yaitu:
a. Memantapkan iman
Lawan dzikir adalah ghaflah (lupa). Jiwa manusia akan terawasi oleh
apa dan siapa yang selalu melihatnya. Ingat kepada Allah berarti
lupa kepada yang lain. Sedangkan ingat yang lain berarti lupa kepada
41
Allah. Oleh karena itu, dzikir dapat menjadi medium agar manusia
ingat kepada Allah. Jika manusia selalu ingat kepada Allah, maka
dengan sendirinya iman yang dimiliki menjadi mantap. Sehingga
dzikir kepada Allah SWT baik lisan maupun melalui mata hati dapat
memantapkan keimanan kepada Allah SWT.
b. Energi Akhlak
Kehidupan modern yang ditandai juga dengan dekadensi
moral, akibat dari berbagai rangsangan dari luar, khususnya melalui
mass media. Pada saat seperti ini, dzikir dapat menjadi sumber
energi akhlak. Dzikir yang demikian tidak hanya dzikir substansial,
namun dzikir fungsional, yakni dzikir yang berfungsi pendidikan diri
menuju akhlak mulia. Hal ini dapat dipahami dari hadits Nabi saw.
Yang artinya: “Tumbuhkan dalam dirimu sifat-sifat Allah sesuai
dengan kemampuan sifat kemanusiaan (proporsional)”.
Dengan demikian, betapa penting mengetahui (ma’rifat) dan
mengingat (dzikir) Allah, baik terhadap nama-nama maupun sifat-
sifat-Nya, kemudian maknanya ditumbuhkan dalam diri seseorang
secara aktif. Karena sesungguhnya iman adalah keyakinan dalam
hati, diucapkan dengan lisan dan direalisasikan dalam amal
perbuatan.
c. Terhindar dari Bahaya
Dalam kehidupan ini, khususnya kehidupan modern,
seseorang tidak bisa terlepas dari kemungkinan datangnya bahaya.
42
Ingat kepada Allah, yang berarti konsentrasi terhadap ketentuan
Allah, dia akan serius dalam melakukan sesuatu, maka ia akan
terhindar dari bahaya, sebagai akibat dari kelengahan dan
penyimpangan dari sunnatullah.
Bahaya yang akan timbul dalam diri seseorang di kehidupan
modern ini bisa berupa banyaknya kenakalan remaja yang memakai
obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif, minum-minuman
keras yang memabukkan, dll. Hal tersebut bisa terjadi karena salah
pergaulan akibat dari lalai kepada Allah. Sehingga apabila diri
seseorang selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka ia akan terhindar
dari bahaya dunia dan akhirat.
d. Terapi Jiwa
Berangkat dari kenyataan masyarakat modern, khususnya
masyarakat Barat yang dapat digolongkan the post industrial society
telah mencapai puncak kenikmatan materi itu justru berbalik dari apa
yang diharapkan, yakni mereka dihinggapi rasa cemas, sehingga
tanpa di sadari integritas kemanusiaannya tereduksi, dan
terperangkap pada jaringan sistem rasionalitas teknologi yang sangat
tidak manusiawi. Akhirnya mereka tidak mempunyai pegangan
hidup yang mapan. Lebih dari itu muncul dekadensi moral dan
perbuatan brutal serta tindakan yang dianggap menyimpang.
Dalam kenyataannya, filsafat rasionalitas tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai
43
transendental. Manusia mengalami kehampaan spiritual, yang
mengakibatkan munculnya gangguan kejiwaan. Islam sebagai agama
yang membawa rahmatan lil’alamin (rahmat bagi alam semesta)
menawarkan suatu konsep dikembangkan nilai-nilai Ilahiyah dalam
batin seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya penuh dengan
do’a dan dzikir, dapat dipandang sebagai malja’ (tempat berlindung)
di tengah-tengah badai kehidupan modern. Dan disinilah misi Islam,
untuk memberi ketentraman rohani manusia.
Dzikir yang fungsional akan mendatangkan manfaat bagi
kita, antara lain mendatangkan manfaat bagi seseorang,
menentramkan jiwa dan obat penyakit jiwa (Amin, 2004: 50-54).
e. Dzikrullah mendatangkan pertolongan Allah
Sungguh beruntung orang yang selalu bersedia mengisi hari
dan hatinya dengan mengingat Allah (dzikrullah), baik ketika siang
maupun malam, dalam keadaan susah maupun senang. Sebab
mengingat Allah merupakan kunci utama agar kita mendapatkan
pertolongan Allah, baik pertolongan dalam kita menjalani kehidupan
di dunia dan pertolongan di kehidupan akhirat kelak (Munir dan Al-
Fandi, 2008: 158).
Ayat-ayat yang menunjukkan tentang keutamaan dzikir, antara
lain, firman Allah SWT:
44
Artinya: “... maka ingatlah kamu akan Aku (Allah), niscaya Aku pun mengingat kamu....” (Al-Baqarah: 152).
Berkenaan denga ayat ini, Tsabit Al-Banani (rahimullah) pernah
berkata: “Aku tahu bilamana Tuhanku SWT ingat kepadaku (menyebut
namaku).” Beberapa orang terkejut ketika mendengar ucapannya itu, lalu
bertanya: “Bagaimana Anda dapat mengetahuinya?” Maka ia
menjelaskan: “Setiap kali aku ingat kepada-Nya (menyebut nama-Nya) Ia
pun ingat kepadaku (menyebut namaku).”
Dan firman-Nya:
“.... Dan sesungguhnya mengingat Allah (terutama dalam shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari pada ibadat lainnya)...” (Al-‘Ankabut: 45).
Berkata Ibn Abbas: “Ayat ini mengandung dua pernyataan; yaitu
bahwa ingatnya Allah SWT kepada kamu, jauh lebih utama daripada
ingatnya kamu kepada-Nya, dan bahwa dzikir adalah lebih utama
daripada semua ibadat selainnya.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya tentang keutamaan dzikir.
Demikian pula cukup banyak hadis Nabi saw. Yang menyebutkan tentang
keutamaan dzikir. Antara lain (Al-Ghazali, 1994: 13-15):
45
ھ ال سط ى و ف اء ر ض خ ل ا ة ر ج الش ك ین ل اف غ ى ال ف هللا ر اك ذ یم ش
“Orang yang mengingat (atau menyebut nama) Allah SWT di antara orang-orang yang lupa kepada-Nya, (kedudukannya) adalah seperti sebatang pohon yang hijau segar di antara tanaman kering yang telah hancur luluh.”
(Dalam riwayat lain):
ف هللا ر اك ین ذ ار ف ال ین ب ل ات مق ال ك ین ل اف غ ى ال
“Orang yang mengingat (atau menyebut nama) Allah SWT di antara orang-orang yang lupa kepada-Nya, adalah seperti seorang pejuang yang tetap berperang, di antara orang-orang yang lari dari medan pertempuran.”
B. Problem Psikologis
1. Pengertian Problem Psikologis
Krisis moneter yang melanda Indonesia menimbulkan dampak
yang luas. Salah satu dampak yang muncul berkaitan dengan krisis ini
adalah meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa. Terlebih untuk
kaum remaja. Semakin meningkatnya teknologi di Indonesia,
menjadikan para remaja berlomba-lomba untuk mengikuti zaman
modern. Mereka telah melakukan berbagai cara untuk menggapai apa
yang mereka inginkan. Keadaan seperti ini yang kadang membuat
mereka salah jalan untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Sehingga timbul problem-problem psikologis/gangguan kejiwaan pada
diri mereka.
Problem psikologis adalah gangguan atau penyakit yang
menghalangi seseorang hidup sehat seperti yang diinginkan baik oleh
diri individu itu sendiri maupun oleh orang lain (Yustinus, 2006:7).
46
Definisi-definisi Problem Psikologis yang lain menurut para
ahli, yaitu:
4. Menurut Jaelani, problem psikologis/gangguan kejiwaan berarti
kumpulan dari keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan kejiwaan maupun jasmani (Jaelani, 2001:
81).
5. Menurut Fattah, problem psikologis adalah sifat dan sikap dalam
hati yang buruk, yang cenderung mendorong pribadi melakukan
perbuatan-perbuatan tercela dan merusak serta merintangi pribadi
memperoleh keridhaan Allah SWT (Fattah, 1984: 11).
6. Menurut Zakiyah, problem psikologis adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan
dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan ini dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurose) dan
sakit jiwa (psychose) (Daradjat, 1983: 33). gangguan jiwa
(neurose) dan sakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak
mampunya orang menghadapi kesukaran – kesukarannya dengan
wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi
yang dihadapinya (Daradjat, 1983: 24).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
Problem Psikologis adalah kumpulan dari suatu keadaan-keadaan yang
tidak normal, baik secara fisik maupun mental seseorang. sehingga
orang tersebut tidak mampu untuk mengendalikan dirinya sendiri
47
ketika bertingkah laku dan segala aktivitas-aktivitas individu tersebut
terganggu karena tidak seperti kehendaknya sendiri. Sehingga dengan
keadaan seperti itu bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang lain
yang berada di sekitarnya.
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah apa yang sering disebut
sebagai gangguan psikosomatik. Gangguan psikosomatik merupakan
bentuk gangguan jiwa yang agak unik, karena muncul dalam bentuk
keluhan-keluhan sakit secara fisik sehingga sering kali mendapatkan
perlakuan yang kurang tepat (Siswanto, 2006: 102).
2. Macam-macam Problem Psikologis
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri menyebabkan
individu mengalami gangguan mental/problem-problem psikologis.
Secara tradisional, gangguan mental dapat dibagi menjadi dua, yaitu
gangguan mental organik dan gangguan mental fungsional
(Siswanto,2006: 71).
a. Gangguan mental organik (psikosis organis)
Gangguan mental organik ini disebabkan karena faktor
dari luar, antara lain (Sundari, 2005: 82-83):
1) Toxic psychosis, Psikosis karena keracunan, misalnya
keracunan alkohol. Penderita mengalami gerakan gemetar
pada otot-otot khususnya pada muka, lidah, jari-jari, atropi
pada sel-sel otak, hati, dan lain-lain. Diikuti halusinasi, sukar
tidur, kalau tidur sering mimpi yang menakutkan, daya
48
orientasi pada lingkungan semakin berkurang. Ada
kecenderungan untuk membunuh. Drug psychosis, psikosis
karena obat-obatan/obat bius. Penderita mengguanakan
antara lain: ganja, morphine, heroin, candu dan sejenisnya
dengan cara menghisap, suntikan, dan mengkonsumsi dengan
cara lainnya.
2) Syphilitic psychosis, akibat infeksi bakteri syphilis.
Diantaranya general paralysis, karena terjadi kelumpuhan
umum, degenerasi yang progresif pada sel-sel otak.
Kerusakan persendian dan otot sulit di koordinasi, tremor,
reflek-reflek terganggu disertai kekejangan. Tidak mampu
berfikir dan menimbang, immoral, menipu, mencuri, tidak
dapat bertanggung jawab, ingatannya menipis, sangat
impulsif. Penderita yang berat bisa mengalami kelumpuhan.
3) Senile psychosis, psikosis karena usia tua, sekitar 60 tahun.
Terjadi perubahan-perubahan jasmani dan mental yang
generatif, sehingga ada kemunduran pada semua fungsi
mental dan fisik. Jika perubahan secara cepat terjadi penyakit
jiwa umur lanjut. Pada dasarnya kejadian disertai rasa sakit
dan nyeri pada anggota badan. Gelisah, menderita insomnia,
mudah tersinggung dan mudah marah. Pergi tanpa pamit dan
tidak tahu jalan pulang, lekas cemas dan menangis. Tidak
49
menghiraukan dirinya, mengalami ketegangan, ada gangguan
fungsi berfikirnya, kadang mengganggu anak-anak.
b. Gangguan Mental Fungsional
1) Psikosis
Label psikosis digunakan untuk menyebutkan
gangguan mental yang sudah berupa disorganisasi jiwa yang
berat sekali sehingga penderitanya seringkali sulit untuk
disembuhkan. Dalam spektrum gangguan jiwa, gangguan
yang tergolong psikosis tertinggi, karena tingkat
gangguannya sudah sangat berat. Ada 3 macam bentuk
psikosis (Siswanto,2006: 72-86):
a) Gangguan Afektif (Depresi)
Menurut National Institut of Mental Health
(1994), gangguan depresi dimengerti sebagai suatu
penyakit “tubuh yang menyeluruh” yang meliputi tubuh,
suasana perasaan, dan pikiran.
Berdasarkan studi leteratur (schneiderman &
Tapp, 1985) dapat disimpulkan bahwa stres yang tidak
dapat dikontrol dapat memunculkan depresi yang parah
dan bahwa faktor genetis tampaknya memainkan peranan
yang penting alam perkembangan depresi.
50
Button (1988) menyebutkan bahwa depresi
berhubungan dengan pengalaman kehilangan, seperti
kematian, perceraian, dan kehilangan pekerjaan.
b) Schizofrenia
Istilah Schizofrenia berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “Jiwa yang terbelah”. Schizofrenia adalah
ketidakmampuan untuk melihat realita, kebingungan
dalam membedakan mana yang realita dan mana yang
bukan realita.
Gangguan jiwa ini dicirikan dengan gangguan
dalam proses berfikir dimana terjadi distorsi yang berat
terhadap kenyataan/realita. Misalnya penderitanya
seolah-olah melihat atau mendengar sesuatu padahal
dalam kenyataannya tidak ada (mengalami halusinasi).
Ini yang menyebabkan penderitanya seolah-olah
berbicara, marah-marah, atau tertawa-tawa sendiri
padahal tidak ada orang lain disekitarnya. Dia juga sering
tidak bisa diajak berkomunikasi karena kata-katanya
menjadi kacau dan tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
c) Paranoid
Dicirikan dengan adanya sistem delusi yang kuat
sekali, yaitu: Persekusi, dimana orang merasa selalu
diawasi, yakin bahwa dirinya diikuti, yakin bahwa
51
dirinya diracuni atau dipengaruhi. Grandiouse, dimana
orang memiliki keyakinan bahwa dia adalah orang yang
terkenal atau orang yang besar atau tokoh tertentu seperti
Nabi dan lain sebagainya.
Yang membedakan paranoid dengan
schizophrenia adalah kalau paranoid ialah tes realitanya
masih ada tapi yang terganggu pada sistem delusi dan
masih dapat berfungsi dalam tingkat tertentu. Sedangkan
schizophrenia adalah distorsi realita benar-benar berat
sehingga tidak bisa membedakan kenyataan dan
imajinasi dan tidak dapat berfungsi sama sekali. Gejala
halusinasinya sangat nyata.
2) Neurosis
Orang yang mengalami neurosis, tingkat gangguannya
masih tergolong ringan, sehingga orang tersebut masih bisa
berfungsi biasa dalam kehidupan keseharian. Dia bisa
bekerja, belajar, dan menjalankan kehidupan sosial dan
pribadi secara wajar. Hanya saja fungsinya tidak bisa
optimal. Orang yang mengalami neurosis sadar akan
gangguannya ini, tapi karena gangguan/konfliknya ini
bersifat terjadi dibawah sadar, dia sendiri tidak bisa
mengatasinya tanpa bantuan dari ahlinya. Contohnya, orang
yang mengalami kecemasan. Dia bisa menjalankan aktifitas
52
sehari-hari dengan cukup baik, tapi dibanding orang lain dia
sering mengalami perasaan cemas yang tidak pada tempatnya
sehingga mengganggu pekerjaannya pada tingkat tertentu
(Siswanto, 2006: 86-95).
Ada berbagai macam neurosis, yaitu:
a) Kecemasan
Kecemasan bisa menjadi akut apabila terjadi
secara tiba-tiba dan intensitas kecemasannya tinggi. Ini
sering disebut sebagai serangan panik. Kalau mendapati
individu yang mengalami hal tersebut harus diwaspadai
karena bisa menjadi tanda-tanda awal dari gangguan
yang lebih berat, yaitu psikosis.
b) Disosiasi
Disosiasi merupakan gangguan mental yang
dicirikan dengan gangguan ingatan atau pikiran karena
tidak terintegrasi dengan baik dalam kepribadian.
Individu yang mengalami disosiasi menjadi lupa atau
tidak mengenali lagi sesuatu yang dulu pernah dikenali,
dan merasa asing dengan hal yang dikenali tersebut.
c) Konversi
Rekasi konversi disebut juga sebagai histeria.
Tanda-tanda reaksi dari konversi ini adalah subjek yang
mengalaminya menderita gejala-gejala sakit secara fisik,
53
tapi tanpa diketemukan sebab-sebab organiknya, seperti
misalnya mengalami mati rasa pada bagian tubuh
tertentu, kebutaan, ketulian, dan kelumpuhan pada
tangan dan kaki.
d) Pobia
Pobia dipahami sebagai ketakutan yang dialami
oleh individu terhadap sesuatu (bisa benda, binatang
maupun situasi), tapi jelas sesuatu yang ditakuti tersebut.
e) Obsesif Kompulsi
Gangguan obsesif terjadi bila individu merasa
dipaksa untuk berfikir mengenai sesuatu secara terus
menerus. Dan individu tersebut tidak berdaya untuk
melawan arus pikiran yang muncul terus menerus dan
berulang-ulang, seolah-olah pikiran tersebut memiliki
kekuatan sendiri dan tidak bisa dikendalikan.
3) Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian dicirikan dengan kegagalan
dalam mendapatkan kebiasaan penyesuaian diri yang
efektif dengan lingkungan dan kegagalan dalam menjalin
hubungan sosial yang memadai.
54
Ada beberapa tipe gangguan kepribadian diantaranya:
a) Kepribadian Paranoid
Orang yang memiliki kepribadian paranoid tidak bisa
mempercayai orang lain dan bila tidak disadari oleh
lingkungan sosial sekitarnya, orang ini berpotensi
membuat relasi sosial menjadi renggang.
b) Kepribadian Pasif-Agresif
Orang yang memiliki kepribadian pasif-agresif
dicirikan dengan ketidak mampuan untuk menjalin
relasi interpersonal.
c) Kepribadian Antisosial
Orang yang memiliki gangguan ini biasanya
mengalami masalah dibidang sosial maupun hukum.
Orang yang didiagnosa mengalami gangguan
kepribadian antisosial ini juga tidak memiliki lagi
suara hati atau hati nurani. Dia selalu memiliki alasan
pembenar untuk setiap tingkah laku yang
dilakukannya dan orang lainlah yang bersalah.
d) Kecanduan
Kecanduan yang dimaksud disini adalah kecanduan
alkohol atau obat-obatan. Orang yang mengalami
gangguan kecanduan apabila tidak mengonsumsi
obat atau bahan yang dicandui, akan menimbulkan
55
reaksi tidak menyenagkan pada dirinya (Siswanto,
2006: 95)
Hal semacam ini memicu seseorang melakukan
berbagai cara untuk dapat memenuhi kecanduannya
tersebut, bahkan dengan cara-cara yang dilarang oleh
norma dan agama.
3. Karakteristik Orang yang Mengalami Problem Psikologis
Problem psikologis sama halnya dengan neurosis. Bentuk
neurosis beraneka ragam dan setiap penderita neurosis sangat unik
dalam memperlihatkan simtom-simtom tertentu, tetapi beberapa ciri
umum dapat ditemukan dalam semua bentuk neurosis. Ciri-ciri umum
tersebut yaitu:
a. Adanya Kecemasan
Penderita neurosis selalu dibayangi oleh perasaan ngeri dan
takut. Ia selalu gelisah walaupun berada dalam keadaan yang biasa.
Kecemasan neurosis harus dibedakan dengan ketakutan. Ketakutan
adalah respons emosional yang seimbang dengan bahaya yang
dihadapi dalam kenyataan, sedangkan kecemasan neurosis
merupakan reaksi yang tidak seimbang dengan besarnya bahaya
yang ada (Yustinus, 2006: 316).
Individu-individu yang tergolong normal kadang kala
mengalami mengalami kecemasan yang menampak, sehingga
dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik
56
maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang
mengalami gangguan mental lebih jelas lagi bagi individu yang
mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik di antaranya: jari-jari
tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin,
kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tak nyenyak, dada
sesak nafas. Gejala yang bersifat mental: ketakutan, merasa akan
ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram,
ingin lari dari kenyataan.
Kecemasan itu terjadi karena individu tidak mampu
mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri di dalam
lingkungan pada umumnya. Kecemasan timbul karena manifestasi
perpaduan bermacam-macam proses emosi, misalnya orang sedang
mengalami frustasi dan konflik. Kecemasan yang disadari misalnya
rasa berdosa. Kecemasan diluar kesadaran dan tidak jelas misalnya
takut yang sangat, tetapi tidak di ketahui sebabnya lagi (Sundari,
2005: 50-51).
b. Tidak Dapat Berfungsi Sesuai dengan Kapasitas
Biasanya penderita neurosis tidak dapat mewujudkan
potensinya dan gagal mencapai keberhasilan. Ia bekerja tetapi
selalu mengalami simtom-simtom yang melemahkan, selalu
merasa cemas dan takut-takut, waktu dihabiskan hanya dengan
memikirkan dirinya sendiri, dan tidak mampu menjalin hubungan
57
yang sehat. Kadang-kadang reaksi neurotik akan memacu
dorongan yang kuat untuk mengerjakan sesuatu dengan baik pada
suatu bidang kehidupan yang sempit sebagai kompensasi terhadap
perasaan tidak adekuat atau kegagalan. Tetapi, ia mungkin berhasil
karena ia memusatkan perhatiannya pada bidang kehidupan yang
dipilihnya itu dan mengabaikan bidang-bidang lain dalam
kehidupannya. Hasil akhirnya ialah tidak bisa mencapai hasil yang
benar-benar lengkap meskipun ia bekerja sangat baik sekali pada
bidang yang dipilihnya itu.
c. Pola Tingkah Laku yang Kaku atau Diulang-ulang
Ciri tingkah laku neurosis kadang-kadang disebut
kebodohan neurotik (neurotic stupidity). Penderita tersebut
rupanya tidak mampu mempelajari cara-cara baru untuk
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah kehidupan. Ia
menganut pola-pola kaku yang digunakannya secara tidak tepat
untuk berbagai situasi (selalu membuat respons yang sama dan
tidak tepat). Tingkah laku yang tetap dan diulang-ulang berarti
individu tidak mengadakan respons terhadap faktor kenyataan yang
selalu berubah, melainkan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang
kompleks dan tidak disadari dalam dirinya sendiri dan yang
dibawanya ke dalam semua situasi hidup.
58
d. Sikap Egosentrik
Orang yang neurotik selalu mengutamakan dirinya sendiri.
Kesadaran akan dirinya sendiri lebih kuat dibandingkan dengan
orang yang normal dan akibatnya ia selalu membanding-
bandingkan dirinya sendiri dan situasinya dengan orang lain dan
situasi mereka. Ia sering menuntut kepada orang lain hanya karena
ia ingin mementingkan dirinya sendiri.
e. Hipersensitif
Karena tingginya tingkat ketegangan yang dialami, maka
penderita neurotik secara khas mengadakan reaksi yang berlebihan
terhadap situasi kehidupan. Sifat ini diperlihatkan dengan sikap
mudah tersinggung, tidak mampu menahan kritik, bereaksi secara
berlebihan terhadap pujian atau sanjungan, sering mengeluh
tentang perasaan fisik yang tidak enak walaupun hanya kecil, dan
bereaksi dengan hebat terhadap situasi-situasi stres yang normal.
f. Tidak Matang
Para penderita neurotik pada umumnya adalah orang-orang
yang telah gagal mengembangkan pola-pola emosi dan motivasi
yang dewasa.
g. Tidak bahagia
Karena menderita banyak gangguan, maka mudah dipahami
mengapa penderita menjadi orang yang tidak bahagia. Merasa
kesepian, merasa sakit, atau kehilangan hal-hal yang enak dan
59
menyenangkan dalam hidup. Suasana hati yang secara umum
terdapat pada penderita neurosis adalah perasaan depresi, putus
asa, dan pesimistik terhadap masa depan. Kesengsaraannya
bermata dua: selain dirinya merasa terbebani, ia juga merasa
terjerat pada jaring yang dibuatnya sendiri. Jarang sekali ia merasa
bahagia (Yustinus, 2006: 317-319).
Selain ciri-ciri penderita neurosis atau problem psikologis
diatas, terdapat gejala-gejala yang terjadi pada umumnya. Semakin
berat penderitaan semakin menampak lebih jelas adanya suatu
perbedaan berdasarkan keadaan fisik, mental, dan emosi. Gejala-gejala
umum tersebut yaitu (Sundari, 2005: 70-73):
a. Keadaan fisik
Gejala fisik yang dapat disaksikan bagi yang bersangkutan,
kadang-kadang dapat disaksikan orang lain. Seperti contoh: suhu
badan berubah, denyut nadi menjadi cepat, berkeringat banyak,
nafsu makan kurang, gangguan sistem organ dalam tubuh.
b. Keadaan Mental
Orang yang normal mempunyai kemampuan berfikir teratur,
dapat menarik kesimpulan secara sehat. Bagi orang yang sedang
mengalami gangguan mental, misalnya mengalami kekecewaan
yang mendalam, kemampuan berfikir menjadi kacau, karena
diselingi rangsangan-rangsangan lain. Bila berfikir secara baik
karena memakan waktu yang lama.
60
Keadaan berikut akan nampak adanya tanda-tanda: ilusi,
halusinasi, obsesi, kompulsi, phobia, delusi.
c. Keadaan emosi
Emosi merupakan bagian dari perasaan yang bergejolak, sehingga
dapat disaksikan. Penampakan itu berupa perubahan tingkah laku,
sikap sedih atau sebaliknya gembira.
1) Sering Merasa Sedih
Nampak gejala emosinya merendah, merasa tidak berguna,
mengalami kehilangan minat dan gairah.
2) Sering Merasa Tegang
Yang bersangkutan selalu diliputi rasa tegang, artinya tidak
dapat santai/relaks, maka sulit beristirahat. Bila ketegangan
memuncak, nampak tangannya bergetar, gelisah dan akhirnya
lesu.
3) Sering Merasa Girang
Yang bersangkutan sulit mengendalikan emosinya. Bila
berbicara, tertawa sulit dihentikan, bahkan menyanyi-nyanyi
dan menari-nari tidak mengingat tenpat dan waktu.
4. Efektivitas metode berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis
Penderita gangguan mental dan pecandu narkoba sebenarnya
memiliki kesamaan dalam pemenuhan kebutuhan yang semestinya
mereka dapatkan. Keduanya sangat berkaitan erat, karena keduanya
61
sama-sama mengalami gangguan mental pada diri mereka. Banyak
cara dapat dilakukan oleh pihak yang bersangkutan untuk melakukan
pembinaan mental secara teratur sesuai tingkat kesehatan mental
seseorang. Dengan penyesuaian dan pengenalan gejala sejak awal,
maka proses pemulihan mental akan berjalan lebih efektif.
Berdzikir dengan membaca kalimat istighfar, tasbih, tahmid,
takbir, dan tahlil merupakan hal yang sudah lazim kita kenal. Tidak
jauh beda dengan dzikir-dzikir yang lain, dzikir ini pun mempunyai
kolerasi terhadap kecerdasan manusia. Berikut penjelasan bacaan-
bacaan dzikir yang mampu mencerdaskan manusia:
a. Istighfar
Kalimat Istighfar adalah kalimat dzikir yang digunakan untuk
memohon ampun kepada Allah. Ucapan istighfar dalam dzikir
harus dilandasi bahwa dirinya selalu dalam keadaan salah dan lupa.
Hanya Allahlah yang Maha Benar yang tak pernah salah apalagi
lupa. Dengan kesadaran ini, dalam diri kita akan tumbuh niat untuk
bertaubat kepada Allah. Inilah dimensi kecerdasan spiritual (SQ)
dari energi istighfar ini. Dengan taubat, secara otomatis kita akan
tumbuh niat berbuat baik sebagai “penebus” kesalahan atau dosa
kita terdahulu. Sehingga hidayah dan petunjuk-Nya akan selalu
mengiringi hidup kita. Inilah dimensi intelektual (IQ) yang muncul
dari kalimat istighfar tersebut. Dengan kesadaran tersebut maka
kita tidak akan mudah menyalahkan orang lain dan lebih
62
menghargai jerih payah orang lain. Inilah dimensi kecerdasan
emosional (EQ). Adapun kecerdasan makrifat (MaQ) dari berdzikir
dengan kalimat istighfar adalah keberanian untuk menyeru pada
kebaikan dan mencegah yang mungkar (Suyadi, 2008: 91).
b. Tahlil
Kalimat tahlil berbunyi “Laa ilaaha illallah” merupakan
kalimat dzikir yang paling utama. Mentauhidkan Allah yang
memang Dia Maha Tunggal dan tidak ada sesuatu pun mampu
menyamai-Nya, apalagi menandingi-Nya. Semua “yang banyak”
ini berasal dari yang Tunggal; dan semua yang tampak ini berasal
dari yang tak tampak. Yang Tunggal dan Yang Tak Tampak” tidak
lain adalah Allah sendiri. Manusia, sebagai bagian dari yang
banyak dan tampak, sudah menjadi kewajaran untuk mengakui
bahwa kita (yang disini) memang diciptakan oleh-Nya.
Dengan demikian, menjadi kewajiban hamba Tuhanlah
menyembah-Nya, mengesakan-Nya, menaati segala perintah-Nya,
dan menjauhi segala larangan-Nya (Suyadi, 2008: 93).
c. Tasbih
Kalimat tasbih berarti Allah Maha Suci. Dengan menyadari
bahwa Allah Maha Suci, maka dalam dzikir yang khusyuk akan
muncul rasa terkagum-kagum terhadap kesempurnaan Allah yang
serba sempurna tersebut. Inilah dimensi kecerdasan spiritual (SQ)
dalam dzikir melalui kalimat tasbih tersebut.
63
Kalimat tasbih ini semakin banyak diucapkan, disadari, dan
direnungkan arti dan maknanya, maka kalimat tersebut akan
terinteralisasi ke dalam alam kesadaran dan kecerdasan orang yang
bersangkutan. Semakin dalam makna kalimat itu, semakin
mengakar dalam alam kesadaran kita, maka kecerdasan kita akan
mencakup keluasan pengetahuan tentang ciptaan Allah. Pada titik
inilah dimensi kecerdasan makrifat (MaQ) itu mulai tumbuh.
Sementara, dimensi kecerdasan intelektual kalimat tasbih
ditunjukkan Allah melalui hamba-hamba-Nya yang berfikir
(Suyadi, 2008: 95-96).
d. Tahmid
Mengucap tahmid berarti bersyukur kepada Allah atas segala
nikmat-Nya. Memang, kita diwajibkan bersyukur hanya kepada
Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh berterima kasih
kepada orang yang menjadi perantara Allah untuk menyampaikan
nikmat-Nya kepada kita. Misalnya, suatu saat ada yang
memberikan anda sedikit uang. Sebagai orang yang mempunyai
kecerdasan emosional (EQ), tentu anda akan bersyukur kepada
Allah dan mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut. Inilah
yang disebut dimensi kecerdasan emosional.
Disamping itu, dalam konsep ajaran Islam, menjadi pemberi
lebih mulia daripada yang diberi. Oleh karena itu, orang yang
mempunyai EQ tinggi akan membalas pemberian orang tersebut
64
dengan sesuatu yang lebih baik. Dengan demikian akan timbul
sistem “timbal balik” dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Inilah
konsep kecerdasan makrifat (MaQ) melalui dzikir dengan kalimat
tahmid (Suyadi,2008: 97).
e. Takbir
Dimensi kecerdasan intelektual (IQ) dalam dzikir takbir ini
adalah kesadaran bahwa manusia adalah kecil dan lemah.
Berangkat dari kesadaran ini maka untuk mengemban tugas
kemanusiaan (sebagai khalifah), maka manusia perlu bersatu untuk
membuat kekuatan baru yang mampu membangun peradaban yang
lebih besar. Dalam prosesnya, manusia tidak boleh egois sehingga
saling menindas, mengalahkan manusia yang lain, apalagi merasa
dirinya lebih kuat dari yang lain. Inilah dimensi kecerdasan
emosional (EQ) dalam kalimat takbir ini. Sementara itu dimensi
kecerdasan spiritual (SQ) terletak pada kesadaran penuh akan
pengakuan jiwa yang tulus terhadap kebesaran Allah. Ketika
kalimat takbir dihayati secara khusyuk sehingga ia merasa bahwa
dirinya berada sangat dekat dengan Allah Yang Maha Besar, maka
disitulah kecerdasan makrifat (MaQ) seseorang mulai tersingkap.
Dzikir adalah penentram hati dan penenang jiwa serta pencerdas
akal pikiran. Maka, wajar apabila dalam menghadapi kehidupan yang
serba kompleks ini jika tanpa peran dzikir akan menimbulkan
permasalahan dan kekacauan (Suyadi,2008: 120). Seperti halnya
65
timbulnya problem-problem psikologis. Dzikir berfungsi sebagai
pendingin jiwa, sehingga dengan jiwa yang dingin akan mampu
berfikir secara rasional dan tidak akan berbuat sesuatu yang merugikan
dirinya dan orang lain. Dengan demikian akan lebih efektif apabila
dalam penanganan problem-problem psikologis yang terjadi di
masyarakat ini dengan menggunakan metode berdzikir kepada Allah
SWT. Sehingga dapat menjadikan hati mereka menjadi tentram dan
damai dunia akhirat.
66
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana
Pondok Pesantren Suryabuana adalah salah satu Pondok Pesantren
di Indonesia tepatnya di Jawa Tengah yang mengajarkan ilmu-ilmu ke-
Islaman secara terpadu baik ilmu-ilmu Syareat maupun ilmu-ilmu Hakekat
dengan ciri khasnya Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Jauh
sebelum Pondok Pesantren Suryabuana dibuka secara resmi , kegiatan
mujahadah dzikir telah dirintis oleh Ahmad Sirrulloh, baik secara pribadi
maupun dengan teman-teman dekatnya. Apa yang didapat dan diperoleh
dari bertemunya Ahmad Sirrulloh dengan Waly Mursyid Pangersa Abah
Anom di PP.Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, memberikan inspirasi
dalam dada Ahmad Sirrulloh untuk menata kembali kondisi keagamaan
masyarakat Balak-Pakis Magelang khususnya dan menyebarkan ajaran
thoreqot yang merupakan ruh Islam ke seluruh masyarakat. Pertemuan itu
juga menambah kemantapan Ahmad Sirrulloh melangkahkan kaki di
wilayah kebenaran.
Seiring perjalanan waktu, Ahmad Sirrulloh mulai mengenalkan
dzikir yang beliau terima dari Pangersa Abah Anom kepada rekan-
rekannya, kepada para kerabatnya, dan kepada anggota keluarganya,
Beliau juga mencari kesamaan-kesamaan antara thoreqot yang telah
berjalan cukup lama di dusun Balak dan thoreqot yang baru diterimanya.
67
Beliau juga mencari sebab mengapa thoreqot yang telah berjalan sekian
lama tidak mampu menjadi benteng kemerosotan moral dan terkesan tidak
bisa memberikan kontribusi dalam membangun pola pikir dan sikap dalam
hidup bermasyarakat.
Mulailah Ahmad Sirrulloh mengajak anak-anak kecil dan rekan-
rekan sebayanya untuk melakukan dzikir ala thoreqot sebagai wirid,
walaupun mereka belum mendapatkan talqin dzikir dari seorang Waly
Mursyid. Beberapa anggota keluarganya yang memang telah mengenal
dzikir dan pernah mendapat talqin dzikir dari Guru Mursyid (Mbah
Nawawi Berjan Purworejo), beliau berikan pengertian dan pengenalan
akan dzikir yang diajarkan di PP. Suryalaya. Diantara anggota keluarga
yang memahami metode dzikir Suryalaya adalah bapaknya sendiri Said
bin Muhtar dan mertuanya Kyai Ahmad, serta beberapa anggota keluarga
yang lain. Pada akhirnya mereka mau mengikuti mengambil pelajaran
dzikir dari Pangersa Abah Anom dan mengamalkannya dan turut
membantu Ahmad Sirrulloh mengembangkan Thoreqot Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyah.
Dzikir dengan metode pengamalan khusus dari Pangersa Abah
Anom ini ternyata cepat sekali dapat dirasakan manfaatnya oleh mereka
yang mengamalkan. Berbekal pengalaman, perasaan dan penghayatan
yang diperoleh dari dzikir ala Suryalaya ini, Ahmad Sirrulloh dan Kyai
Ahmad mencoba mensosialisasikan metode ini kepada jamaah yang
dibinanya.
68
Ahmad Sirrulloh dengan semangat yang luar biasa mencoba
mencari celah dan cara untuk menanamkan pengertian, khususnya kepada
para remaja akan dasar dan tujuan dari thoreqot tersebut.
Diawal aktifitasnya, Ahmad Sirrulloh lebih mendahulukan
berdakwah dan mengajak para remaja dan pemuda untuk masuk dan
mengamalkan thoreqot, mengingat merekalah tunas-tunas dan tulang
punggung masyarakat. Dengan langkah yang demikian ini thoreqot di
Balak khususnya dan Magelang pada umumnya, tidak hanya diikuti
generasi yang telah tua, tetapi generasi muda pun bersemangat
mengamalkannya.
Dengan bantuan Allah S.W.T., akhirnya banyak remaja yang
menyadari betapa mereka memerlukan satu metode untuk meluruskan
keyakinan mereka, memupuk semangat juang keagamaan mereka dan
meraih cita-cita mereka dengan penuh ridho Alloh S.W.T., para remaja ini
akhirnya juga mengambil talqin dzikir dari Pangersa Abah Anom, yang
kemudian diikuti generasi tua laki-laki dan perempuan. Bahkan orang-
orang yang dahulunya jahat, banyak berbuat dosa, tidak malu-malu untuk
bergabung dengan Ahmad Sirrulloh sekaligus jadi orang yang bersungguh-
sungguh dalam berthoreqot serta mengajak yang lain untuk bersatu
bergabung mengumandangkan kalimat Laa ilaha illallah.
Begitu juga Kyai Ahmad, tidak begitu sukar memberikan
pengertian akan thoreqot dari PP. Suryalaya ini kepada jamaahnya, karena
pada dasarnya apa yang diamalkannya sama dengan apa yang mereka
69
terima dari Mbah Nawawi Berjan. Mereka hanya memerlukan sedikit
argumentasi akan keharusan mencari Waly Mursyid lagi setelah Mursyid
mereka meninggal dunia. Dan pada akhirnya jamaah Kyai Ahmad juga
banyak yang memperbaharui talqin dzikir mereka kepada Pangersa Abah
Anom.
Barokah Dzikir yang diamalkan sebagian masyarakat Balak ini
terasa sekali manfaatnya dan dapat dirasakan secara langsung oleh pribadi
masing-masing, maupun secara kolektif dalam masyarakat. Walaupun
disatu sisi ada sebagian lagi dari masyarakat dusun Balak yang tidak bisa
menerima dan mau mengerti akan metode dzikir Suryalaya ini. Kegiatan
tetap berjalan terus dan gaung pun bersambut, layar terkembang, kabarpun
terbawa angin sampai ke dusun sekitar.
Terdorong untuk menyebarluaskan thoreqot di dusun Balak dan
upaya membangkitkan kembali amaliyah thoreqot yang telah dirintis oleh
Kyai Samudi (saudara ipar Kyai Ahmad), dan mengajak masyarakat yang
kurang peduli dengan kondisi keagamaan untuk bersama-sama bergabung
mengharumkan agama Islam, Ahmad Sirrulloh mencoba mengadakan
sosialisasi thoreqot dengan sarana pengajian umum di Masjid Al-Falah,
yang merupakan masjid kampung tempat Mbah Mangli menyelenggarakan
pengajian tiap kamis kliwon dan Kyai Samudi pernah membina
masyarakat dengan amaliyah Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah
dari Berjan Purworejo. Tercatat beberapa kali pengajian umum pernah
70
dilakukan di masjid tersebut. Pengajian umum dan manaqib untuk pertama
kali juga dilakukan di mushola al-akbar.
Allah menghendaki jamaah/ikhwan yang ikut kegiatan amaliyah
thoreqot ini semakin hari semakin banyak, bahkan dari dusun-dusun
sekitar mulai banyak yang ikut bergabung dan pada akhirnya ikut pula
mengambil talqin dzikir, semakin banyak pula jamaah/ikhwan yang
memerlukan pembinaan. Dan untuk bisa menampung jamaah yang banyak
dalam acara bulanan yaitu manaqib Syeh Abdul Qodir Al-Jailani, acara
yang semula dilaksanakan di mushola Al-Akbar tersebut dipindahkan
tempatnya ke mushola Al-Husain, mushola tempat Kyai Ahmad membina
masyarakat dengan amaliyah keagamaan sehari-hari, tercatat beberapa kali
acara manaqib dilaksanakan di mushola Al-Husain ini.
Dengan kekuasaan Allah S.W.T., thoreqot ini terus berkembang
karena memang dapat dirasakan manfaatnya dan diperlukan untuk
kemajuan pendekatan diri kepada Allah, menggapai ridha-Nya.
Perkembangan ini menjadikan mushola Al-Husain tidak lagi mampu
menampung jamaah acara manaqib dan memberikan inspirasi kepada
Ahmad Sirrulloh untuk membuka satu tempat baru di ujung barat laut
dusun Balak untuk dijadikan pusat pembinaan dan pengembangan
Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Maka dengan memohon
kekuatan kepada Allah S.W.T., yakin akan pertolongan dan kuasa-Nya
dibukalah areal baru tersebut dengan nama: “SURYABUANA”.
71
Secara harfiyah Suryabuana terdiri dari dua kata dari bahasa jawa,
yaitu Surya yang berarti sinar atau matahari dan Buana yang berarti bumi
atau dunia. Suryabuana kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
berarti sinar yang menerangi dunia. Dengan nama Suryabuana tersebut
Ahmad Sirrulloh menaruh harapan yang sangat tinggi dari keseluruhan
kegiatan pembangunan dan pembinaan yang dilakukan di lokasi tersebut.
Diantara harapan yang senantiasa dimohonkan kepada Alloh S.W.T.,
adalah terangnya keadaan rohani semua orang yang pernah mengunjungi
Suryabuana, bersinar dengan pancaran nur ma’rifat Illahy sehingga
mampu memberikan penerangan kepada jalan hidupnya sendiri, untuk
senantiasa dalam jalan yang diridhai Allah S.W.T., juga mampu
memberikan penerangan kepada jalan hidup keluarganya dan masyarakat
luas, untuk senantiasa hidup penuh dengan keharmonisan, penuh ridha
Allah S.W.T., bahkan mampu memberikan penerangan kepada mereka
yang hidup dalam kegelapan untuk bisa kembali pada jalan hidayah Illahi.
Tentunya maksud yang terkandung dalam pemberian nama
Suryabuana sangat banyak dan hanya Ahmad Sirrulloh dan Pangersa Abah
Anom yang lebih mengetahui hakekatnya secara rinci.
Secara umum Suryabuana merupakan satu paket rencana
pembangunan sarana dan prasarana yang akan dijadikan basis atau pusat
pembinaan dan pengembangan agama Islam yang lebih sempurna melalui
pengamalan Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah di kabupaten
Magelang, tepatnya di dusun Balak Losari kecamatan Pakis. Adapun
72
prioritas utama dan pertama dari pembangunan adalah masjid serta
menara.
Secara lahiriyah, dibukanya areal baru tersebut memang karena
mushola Al-Husain dipandang tidak akan mampu menampung
jamaah/ikhwan yang mengikuti kegiatan Thoreqot Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyyah yang terus bertambah. Tetapi pada hakekatnya,
pembukaan tersebut merupakan “amanah” yang diterima dari Allah
S.W.T.
Sebagaimana thoreqot yang tidak hanya mengembangkan sisi
lahiriyah manusia, tetapi juga mengedepankan sisi bathiniahnya, maka
Ahmad Sirrulloh dengan “Suryabuana”nya yang dijadikan pusat
pembinaan dan pengembangan Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah
pun senantiasa merambah dua sisi tersebut secara bersamaan dalam
pembangunan dan pemakmurannya.
Setiap tahap dari pembangunan Suryabuana senantiasa diimbangi
dengan serangkaian dzikir dan mujahadah sebagai wujud permohonan
kepada Alloh, sekaligus sebagai wujud rasa syukur karena telah dijadikan
tangan-tangan-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Secara historis, persiapan pembukaan areal Suryabuana oleh
Ahmad Sirrulloh dimulai pada tanggal 27 Dzulhijjah 1419 H bertepatan
dengan 14 April 1999 M, dimulai dengan pengangkatan sebuah batu
bersejarah yang sudah ratusan tahun berada di lokasi itu, diteruskan sehari
kemudian dengan penataan calon lokasi masjid, bertepatan dengan hari
73
kamis kliwon. Penataan dimaksud termasuk penentuan arah Kiblat dan
rencana bangunan sebagai awal pembangunan sebuah masjid.
Selang tiga hari setelah persiapan tersebut, pada hari sabtu pahing,
bertepatan dengan tahun baru Islam yaitu 01 Muharom 1420 H atau
tanggal 17 April 1999 M, setelah pemancangan benang persegi empat
dilokasi yang benar-benar masih alas (masih ditanami pohon ketela),
dengan taqdir dan ridha-Nya, Ahmad Sirrulloh mengumumkan
diresmikannya masjid tersebut dan dinamakan “Masjid Surya Mustika
Rahmat”.peresmian dilakukan bertepatan dengan isyroq, pukul 05.37 WIB
tepat saat terbit sang Surya.
Dalam perjalanan waktu, fungsi masjid Surya Mustika Rahmat
tidak hanya digunakan untuk keperluan ibadah dan amaliyah rutin jamaah
thoreqot saja, namun digunakan juga untuk keperluan ibadah yang bersifat
sosial, seperti musyawaroh tentang perencanaan dan pekerjaan proyek,
pelaksanaan akad nikah, bersihan (acara pemberian nama seorang bayi
yang baru lahir), dan sebagainya.
Masjid Surya Mustika Rahmat merupakan mustika bagi para
ikhwan khususnya dan masyarakat pada umumnya, selang beberapa bulan
kemudian ada beberapa ikhwan dari beberapa daerah yang memasrahkan
anaknya kepada Ahmad Sirrulloh untuk mendapatkan pembinaan
keagamaan yang intensif. Satu anak, dua anak dan terus bertambah
sehingga memerlukan pemikiran untuk menempatkan mereka. Dengan
74
pertimbangan yang masak akhirnya dibangunlah kamar-kamar sederhana
sebagai asrama bagi santri-santri di dekat Masjid Surya Mustika Rahmat.
Sementara pembangunan fisik dan pembinaan rohani terus berjalan,
terus bertambah pula kemantapan para ikhwan dalam mendukung dan ikut
berpartisipasi dalam pengembangan Suryabuana.
Menyadari kian hari kian bertambah mereka yang memerlukan
bimbingan Ahmad Sirrulloh, dan juga semakin banyak mereka yang
bersilaturahmi kepada beliau, rumah yang menjadi tempat tinggal beliau
terkadang tidak mampu menampung tamu saat-saat sehabis pengajian,
maka atas perintah Pangersa Abah Anom dibangunlah satu pendopo untuk
menerima tamu dibelakang rumah beliau dengan ukuran 12 X 12 M2.
Pada perjalanan pengembangan selanjutnya, Ahmad Sirrulloh
merencanakan membangun satu menara sebagai simbol keimanan yang
kuat dan kokoh serta tingginya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai
oleh para ikhwan dan yang paling pokok adalah sebagai mi’rojul washiliin.
Menara tersebut rencana akan dibangun 15 M sebelah selatan Masjid
Surya Mustika Rahmat. Dan atas saran dan perintah dari Pangersa Abah
Anom maka menara tersebut akan dibangun dengan ketinggian 27 M
sebagai symbol hakekat. Peletakan batu pertama pembangunan menara
tersebut dilakukan oleh Ahmad Sirrulloh pada tanggal 27 Juli 2003 M
bertepatan dengan 23 Jumadil Ulaa 1424 H pada pukul 21.00 WIB.
Ahmad Sirrulloh memberi nama pada menara tersebut “Menoro
Kalimosodo” atau dalam bahasa Indonesia “Menara kalimat Syahadat”,
75
yaitu tempat ditemukannya dan juga tempat bersinarnya Laa ilaha illalah
Muhammadur rosululloh. Adapun penggarapan dan pembangunan menara,
sampai saat ini baru sampai selesai tahap fondasi.
Dengan adanya pembangunan menara ini, pembangunan masjid
dihentikan sementara waktu walau belum sempurna, karena dianggap
sudah biasa dipergunakan untuk kegiatan rutin baik harian, mingguan,
maupun bulanan.
Seiring perkembangan jamaah dan berjalannya kegiatan, para tokoh
ikhwan dengan arahan dan bimbingan Ahmad Sirrulloh, bahkan juga
beliau sendiri memberikan pengertian kesadaran kepada jamaah / ikhwan
TQN bahwa proyek yang sedang dilaksanakan tersebut adalah proyek
untuk mengagungkan Asma Allah sendiri dan Rasul-Nya, hidup yang
hanya sekali ini haruslah dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
berkarya dalam rangka mengagungkan Allah dan Rasulullah.
Sehingga dengan pengertian tersebut para ikhwan dengan
kesadaran sendiri memberikan tenaga, pikiran, bahkan harta benda untuk
kelancaran pembangunan. Dengan kiat-kiat semacam inilah secara tidak
disadari para ikhwan digiring masuk kedalam nuansa kehidupan para
sahabat Nabi oleh Ahmad Sirrulloh.
Setelah berkembangnya TQN yang dirintis oleh Ahmad Sirullah,
kemudian pada tahun 2005 terdapat kasus seorang ikhwan yang membawa
temannya dan minta tolong untuk dapat disembuhkan dari gangguan jiwa
yang telah dialaminya. Setelah melalui beberapa pembinaan dari wali
76
mursyid akhirnya orang tersebut bisa sembuh seperti sedia kala dan tingkat
keagamaannya menjadi semakin kuat. Berawal dari situlah mulai dari
ikhwan-ikhwan lainnya membawa orang-orang yang mengalami problem
psikologis ke Suryabuana untuk mendapatkan terapi spiritual supaya dapat
kembali kepada jalan Allah SWT dan lebih dekat dengan-Nya.
Metode dan tehnik terapi-spiritual Thoreqot Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyah PP. Suryabuana dalam penyembuhan atas ketergantungan
narkoba dan stress menggunakan metode-metode sufistik sebagai metode
psikoterapi (penyembuhan) dengan merujuk pada konsep metode
penyadaran diri, komponen-komponen dalam sistem penyadaran diri, dan
teknis penyadaran diri. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa inti dari
perubahan sikap, pola pikir dan tingkah laku seseorang sangat tergantung
pada kualitas dan tingkat kesadaran dirinya.
Perkembangan masyarakat yang bergabung mengikuti Thoreqot
Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN) di PP. Suryabuana saat ini
ternyata tidak hanya berasal dari Kabupaten Magelang saja, banyak
jamaah / ikhwan dari beberapa daerah disekitar Magelang secara rutin
mengikuti kegiatan dan program pembinaan yang dilakukan Ahmad
Sirrulloh. Ada diantaranya dari daerah Kabupaten Boyolali, Kendal,
Pekalongan, Tegal, Purworejo, Wonosobo, Salatiga, Surakarta, Nganjuk,
Surabaya, Jakarta, bahkan ada yang dari Palembang, dan Makasar serta
setiap Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Oleh Ahmad Sirrulloh, mereka
dengan seksama diberikan pengertian bahwa dalam rangka mendekatkan
77
diri dan berjalan menuju Allah sangatlah memerlukan seorang penuntun
(Waly Mursyid).
Dalam benak pemikiran Ahmad Sirrulloh sebetulnya tidak hanya
yang mukim di komplek PP. Suryabuana saja yang menjadi santri, namun
keseluruhan ikhwan yang bergabung dianggap santri dan diharapkan betul-
betul akan menjadi santri dalam makna yang sesungguhnya, yaitu menjadi
muridin yang benar-benar selalu haus memasuki wilayah kebenaran.
Keseluruhan ikhwan TQN yang saat ini bergabung, senantiasa diharapkan,
diarahkan untuk menjadi satu komunitas yang Islami, Imani, dan Ihsani,
bersatu padu hidup dimedan kebenaran, sebagaimana nuansa masa-masa
para sahabat Nabi Muhammad S.A.W. dan tidak mungkin akan sampai
kepada target yang diharapkan selain melalui bimbingan Pangersa Abah
anom dan ketaatan ikhwan PP. Suryabuana dalam melaksanakan
bimbingan Waly Mursyid tersebut.
2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana
Jiwa merupakan inti dari kehidupan setiap manusia. Tatkala jiwa
seseorang tidak stabil, maka kehidupan seseorang menjadi tidak seimbang
dan kebahagiaanpun sulit didapatkan. Hal itu terjadi karena beberapa
faktor. Diantaranya, bisa disebabkan karena faktor genetik, sosial
ekonomi, dan psikososial. Dengan keadaan serba terbatas, ternyata masih
ada orang-orang yang peduli terhadap kehidupan orang lain dan
membantunya kembali pada kehidupan yang semestinya dan kembali pada
78
jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah SWT. Hal ini yang dilakukan
oleh pihak Pondok Pesantren Suryabuana.
Proses kembali dari kesesatan menuju jalan yang telah diridhoi
oleh Allah SWT bagi santri yang mengalami problem psikologis disebut
dengan istilah Inabah. Inabah adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab,
anaba; yunibu yang berarti kembali. Istilah ini digunakan pula dalam Al
Qur’an yakni dalam surat Luqman ayat ke-15; Surat Al Syura ayat ke-10.
Dalam literatur kajian ilmu tasawuf Islam dikenal pula istilah inabah yang
berarti kembali kepada Allah maksudnya mengembalikan orang dari
perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada
perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau berperilaku ta’at (Anang,
2000: 81).
Inabah sebagai sebuah sistem penyadaran diri memiliki komponen
yang saling terkait satu sama lain. Semua komponen ini sangat
berpengaruh terhadap proses “penyembuhan “ bagi anak bina. Komponen-
komponen yang terkait tersebut meliputi: Waly Mursyid atau Syekh, para
pembina, kurikulum, sarana dan prasarana, dan anak bina (murid).
a. Waly Mursyid atau Syeh
Waly Mursyid atau Syeh adalah pemimpin sekaligus “guru
besar” dalam jam’iyyah thoreqot. Ia adalah penentu semua aktifitas
kesufian bagi setiap pribadi murid pada khususnya, bahkan bagi
seorang murid dihadapan Waly Mursyidnya laksana seorang mayit
dihadapan orang yang memandikannya. Peran seorang Waly Mursyid
79
dalam proses penyadaran diri adalah sebagai central figure dan
sekaligus simbol kharisma kebesaran pondok pesantren. Dengan
kharisma yang dimiliki oleh Waly Mursyid apa saja yang menjadi
kebijaksanaan dalam proses terapi memiliki nilai sugestif yang sangat
membantu bagi penyembuhan seorang anak bina. Peran sentral Waly
Mursyid yang kharismatik tersebut juga menempati peran tranverensi
(figur kharismatik) yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan
kepribadian anak bina (murid).
Waly Mursyid memiliki peran khusus yang sangat menentukan,
yaitu peran sebagai pengajar dzikir pertama kali (Talqin). Kegiatan ini
merupakan proses terapi yang pertama, karena kharisma dan
karomahnya orang yang menerima talqin itu kebanyakan akan
mengalami kanalisasi (katartis), merasa keterharuan yang sangat luar
biasa (biasanya sampai menangis) sehingga terjadi proses penyadaran
diri secara tiba-tiba. (insight). Peran pentalqinan ini biasanya juga
diemban oleh para wakil talqin.
b. Para Pembina
Para pembina adalah pelaksana operasional pembinaan para
anak bina, mereka adalah orang-orang yang memang dipersiapkan
oleh Waly Mursyid untuk menjadi pembina. Kebanyakan dari mereka
adalah murid-murid senior yang telah dibekali dengan ilmu-ilmu
khusus untuk dapat membina orang-orang yang mengalami gangguan-
gangguan kejiwaan.
80
Pembina berperan sebagai dokter atau seorang analisis yang
melakukan diagnosa terhadap anak bina yang baru datang, dia
bertugas untuk mengetahui gangguan-gangguan yang diderita anak
binanya, sekaligus mengetahui bagaimana atau terapi apa yang harus
diterapkannya terhadap anak binanya. Untuk mendiagnosa para
korban narkoba guna mengetahui tingkat ketergantungannya seorang
pembina lebih banyak menggunakan feeling daripada jawaban-
jawaban verbal anak bina. Penilaian dari tanda-tanda fisik dan sikap
anak bina dirasa lebih akurat daripada jawaban anak bina yang bersifat
verbal, karena jawaban verbal jauh lebih banyak bohongnya daripada
jujurnya.
Sedangkan diagnosa untuk gangguan-gangguan jiwa lainnya
dilakukan dengan cara interview (tanya jawab) terhadap anak bina
yang bersangkutan maupun terhadap keluarganya. Dari wawancara
dan tatap muka secara langsung tersebut akan diketahui beberapa
penyebab gangguan kejiwaan tersebut, apakah gangguan kejiwaan
tersebut bersumber dari faktor psikologis, anatomis ataukah mistis.
Khusus untuk gangguan yang bersifat anatomis, terapinya akan
dikirim kepada bagian medis (dokter).
Untuk pelaksanaan tugas-tugas yang bersifat praktis seperti
menjaga katertiban anak bina dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
ibadah, membangunkan anak bina dimalam hari, menyuruh mandi dan
lain-lain, pembina dibantu oleh para pembantu pembina.
81
c. Kurikulum
Kurikulum yang dimaksudkan disini adalah kegiatan-kegiatan
yang berupa aktifitas peribadatan yang harus diikuti oleh para anak
bina. Adapun kurikulum dan jadwal selengkapnya adalah sebagai
berikut:
TABEL I
Jadwal Kegiatan Harian
waktu Jenis Ibadah Rakaat/Salam
09.00 Sholat Dhuha 8 rakaat/4 salam Dzikir 1jam
12.00
Sholat sunnah qobla Dhuhur 2 rakaat sholat Dhuhur 4 rakaat Sholat sunnah ba'da Dhuhur 2 rakaat Dzikir 1 jam
15.00
Sholat Sunnah Lidaf’il Bala 2 rakaat Sholat Ashar 4 rakaat Dzikir dan Khotaman 1,5 jam Sholat Sunnah Qobla Maghrib 2 rakaat Sholat Maghrib 3 rakaat Dzikir dan khotaman
18.00
Sholat Sunnah Ba’da Maghrib 2 rakaat Sholat Sunnah Awwabin 6 rakaat/3 Salam Sholat Sunnah Taubah 2 rakaat Sholat Sunnah Birulwalidain 2 rakaat Sholat Sunnah Lisyukrin Ni’mat 2 rakaat Sholat Sunnah Qobla Isya 2 rakaat
19.00 Sholat Isya 4 rakaat Sholat Sunnah Ba’da Isya 2 rakaat Dzikir Minimal 165 X
21.00 Sholat Sunnah Mutlak 2 rakaat Sholat Sunnah Istikharoh 2 rakaat
82
Sholat Sunnah Hajat, Dzikir 2 rakaat
02.00
Mandi Taubat Sholat Sunnah Tahajut 12 rakaat/6 salam Sholat Sunnah Tasbih 4 rakaat/2 salam Sholat Sunnah witir 3 rakaat Dzikir Sampai Menjelang Subuh
Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus
TABEL II
Jadwal Kegiatan Khusus
No Kegiatan Waktu Keterangan
1 Khotaman 2 Minggu 1 X 2 Minggu Setelah Manakib
2 Manakib 1 Bulan 1 X Kondisional
3 Dzikir Bersama Setiap Hari Sesudah Sholat Fardhu Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus
Jadwal dan pelaksanaan kurikulum tersebut dilaksanakan
secara berjamaah dengan penuh kedisiplinan, karena inilah yang
dijadikan “obat” bagi terlaksananya proses penyembuhan
(psikoterapi).
d. Sarana dan Prasarana
Merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dengan
komponen-komponen lainnya. Sarana dan prasarana sangat penting
artinya untuk mengkondisikan anak bina agar ia lebih mudah untuk
“melupakan” permasalahan-permasalahan hidup yang mengganggu
ketentraman jiwanya, atau melupakan kebiasaan-kebiasaan jelek yang
merusak kepribadiannya, dan dengan demikian dapat mendukung
83
terlaksananya kurikulum yang telah ditetapkan. Sarana Prasarana
tersebut meliputi:
TABEL III
Sarana dan Prasarana
No Uraian Jumlah 1 Masjid 1 Unit 2 Pendopo 1 Unit 3 Ruang Belajar 3 Unit 4 Ruang Pengurus 2 Unit 5 Ruang Guru 1 Unit 6 Ruang Tata Usaha 1 Unit 7 Ruang Redaksi 1 Unit 8 Ruang Perpustakaan 1 Unit 9 Ruang Toilet Guru 6 Unit 10 Ruang Toilet Murid dan Jama'ah 30 Unit 11 Koperasi 2 Unit 12 Asrama Putra 12 Unit 13 Asrama Putri 8 Unit
Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus
e. Anak bina (murid)
Dalam sistem psikoterapi di PP. Suryabuana bertindak sebagai
anak bina (murid) adalah pengamal ajaran Thoreqot Qodoriyyah wa
Naqsyabandiyah, karena kurikulum yang diterapkan sebagai metode
psikoterapi disini adalah ajaran Thoreqot Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyah, dengan demikian mereka (anak bina) diharapkan
tidak hanya sembuh secara medis atau psikologis pada umumnya,
tetapi juga bisa menjadi manusia yang “Arif Billah” atau menjadi
84
manusia yang mengenal Alloh, manusia yang berkepribadian religius
dan transendentalis.
Keberhasilan proses psikoterapi disini juga tidak terlepas dari
kondisi dan keterlibatan anak bina secara positif. Kesungguhan dan
keinginan mereka untuk “sembuh” cukup penting bagi suksesnya
proses psikoterapi, bagi mereka yang malas dan tidak ada semangat
(ghiroh) untuk sembuh, proses ini akan berjalan lebih lambat.
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana
a. Pengurus Yayasan
TABEL IV
Susunan Pengurus
No Jabatan Nama Usia 1 Pembina Ahmad Sirullah MQD 47 th 2 Dewan Pengawas Syafi’i, STP 60 th Dr. H. David Ernawan 30 th H. Arif Sudarsono, SH 72 th Drs. H. Ali Dimyati, 75 th 3 Ketua Umum H. M. Akib Ali Atmo 54 th Ketua I Ky. Subhan, S.Ag 44 th Ketua II Ky. Zainal Muttaqin 42 th Ketua III Ky. A. Khadziq, S.Pd.I 44 th 4 Sekretaris Jendral M. Lukman, SE. 51 th Sekretaris I Rofi’i Zainuddin 48 th Sekretaris II Asri Puji Hariyanto, S.Pd. 53 th Sekretaris III H. Husnu Panuju 51 th 5 Bendahara Umum Mukhyar 50 th Bendahara I Zaenal Abidin 44 th Bendahara II Rudi Hartono, SIP. 39 th Bendahara III Rif’an Said 34 th 6 Kepala Dept/Divisi : Ilmu – Dakwah Drs. Budiarso 53 th
85
Anggota KH. Isyono 40 th Anggota Ky. Abdul Qodir, BA 58 th Anggota KH. Taufiq Martoyo 59 th Anggota Drs. H. Nurzaman Asyidiqi 50 th 7 Kepala Dept/Divisi : Kepesantrenan M Badrul Munir Al Hafidz 31 th Anggota M Muaddibul Umam, S.S 33 th
Anggota Habib Said Al-Jufri, SE.I, S.Th.I 36 th
Anggota M. Munif Sarjono, S.Pd. 42 th Anggota Nuril Anwar 40 th 8 Kepala Dept/Divisi : Amal Usaha Yuwono Al-Hidayat, SE 45 th Anggota Nano Sudaryono, SE 53 th Anggota Sumyani 55 th Anggota M. Syarif 55 th Anggota Suroso A.Md 47 th Muhammad ‘Abdul Irfani 46 th 9 Kepala Dept/Divisi : Pendidikan Saiful Anshori, S.Pd.I 35 th Anggota Syamsul Bahri, S.Pd.I 31 th Anggota Nuriyah Hijriyanti SP, S.S 32 th Anggota Fahrur, S.Pd 51 th Anggota Ky. Su’ud Hasyim, S.Ag 31 th
10 Kepala Dept/Divisi : Informasi Asy’ ari, SH.I 42 th Anggota Ari Sulistyono Adi, SH. 39 th Anggota Bambang Susanto, AMd.TE 41 th Anggota Sri Wahnida, M.Pd.I 48 th Anggota Thamrin Yudhi Ananto 52 th
11 Kepala Dept/Divisi : Infrastruktur Edi Winartyo, S.Sos 55 th Anggota Sabar 40 th Anggota Agus Riyanto 54 th Anggota Muhdhori 49 th Anggota Nano Sugiyatno 45 th
12 Kepala Dept/Divisi : Keamanan/Ketertb Joko Tetuko (Pelda TNI) 38 th Anggota Muhammad Sobri (Sertu. TNI) 47 th
86
Anggota Darsono (Peltu TNI) 41 th Anggota Heri Purnomo 49 th Anggota Harsoyo (Serka TNI) 51 th
13 Kepala Dept/Divisi : Perancanaan Prgrm Thoha Mutasak, SH 57 th Anggota Drs. B Joko Setyo Utomo, MM 57 th Anggota H. M. Burhanuddin, B.Sc 52 th Anggota Ir. H. KRT. Bambang Sutanto 45 th Anggota Wiwik Ekawati, SE 45 th
14 Dept/Divisi Inabah : A. Ikhda’ Sufiyana S.Pd.I 33 th Anggota Aswin Mulyadi 43 th Anggota Ramijan (Serka Purn. TNI) 66 th Anggota Murtadho 44 th Anggota Ky. Muhyiddin 56 th Anggota H. Abdulloh MH Mahasin 42 th
Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus
b. Mubaligh
TABEL V
Mubaligh
No Nama Alamat Keterangan
1 Kyai. Sidiq Luthfi Balak, Pakis Magelang
2 Kyai. Zaenal Mutaqien
Banyu biru Kab. Semarang
3 Kyai. Abdul Kodir Suruh, Kab Semarang
4 Kyai. M. Khadzik Randu kuning Muntilan Magelang
5 Kyai. Isyono Humam Sawangan Muntilan, Magelang
6 Kyai. Drs. Budiarso Semampir Purwokerto
7 KH (Letda) Eko Kutoarjo, Purworejo
87
Surahmanto
8 Kyai. A.Ikhda Sufiyana. S Pd.I
Karang Banyubiru. Kab Semarang
9 Kyai. Muhammad Badrul Munir
Nganjuk. Jawa Timur
Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus
4. Gambaran Informan
Untuk mengetahui efektivitas metode berdzikir dalam penanganan
problem psikologis santri di pondok pesantren Suryabuana Balak, Pakis,
Magelang, dapat didasarkan pada informasi yang berhasil dihimpun
melalui beberapa sumber yang penulis rasa dapat mewakili informasi
keseluruhan tentang pondok pesantren Suryabuana.
TABEL VI
Daftar Nama Informan
No. Nama Informan Kode
Informan Usia Keterangan
1 H. M. Akib Ali Atmo AA 53 th
Ketua Yayasan Bakti Umat P.P. Suryabuana
2 A. Ikhda Sufiyana, S.Pd.I AI 33 th Kepala Devidi Inabah
3 Muhammad 'Abdul Irfani MA 48 th Anggota Devisi Amal Usaha
4 Ky. Zaenal Muttaqin ZM 42 th Wakil Talqin
5 Syaiful Anshori, S.Pd.I SA 35 th Kepala Devisi Pendidikan
6 Trihatmoko Yulianto TY 40 th Ikhwan/mantan Pecandu Narkoba
7 Habib Said Dedi Rahman HS 35 th Penjaga Pendopo
88
8 Syarif S 37 th Ikhwan/mantan Pecandu Narkoba
9 Sarmo Sa 47 th Ikhwan/mantan Pecandu Narkoba
10 Agus Rianto AR 30 th Sakit Jiwa Sumber: Dokumen PonPes Suryabuana dan hasil wawancara dengan pengurus
B. Temuan Penelitian
9. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Data yang diperoleh penulis berdasarkan wawancara lapangan
menunjukkan bahwa terdapat beberapa problem psikologis yang
dialami oleh santri/ikhwan di pondok pesantren Suryabuana Balak,
Pakis, Magelang tersebut.
Seperti yang telah dikemukakan oleh AI selaku pengurus Kepala Devisi Inabah, “Banyak ya mbk, banyak sekali problem yang dihadapi oleh santri terutama dalam kaitannya pencarian jati diri. Kebanyakan yang datang ke suryabuana itu karena cemas dan khawatir dalam pencarian jati diri dan jati Illahi. Namun di Suryabuana ini juga terdapat santri-santri yang mengalami gangguan jiwa seperti stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, peminum minuman keras, dan juga ada yang terkena gangguan jin”, tutur beliau.
Selain AI, pengurus yang lain juga mengemukakan tentang
banyaknya problem psikologis santri yang terdapat di tempat tersebut, “Ada mantan peminum, narkoba, maling, selingkuh, dan permasalahan rumah tangga”. Kata SA selaku Pengurus Kepala Devisi Pendidikan. Kemudian AA selaku Ketua Yayasan juga menambahi, “Problem psikologis yang dialami ikhwan di podok ini biasanya, Narkoba, setres, peminum dan depresi juga ada”.
Selain pengurus, penulis juga membuktikan pada mantan-
mantan pasien/santri di pondok pesantren tersebut. Salah satunya yang dituturkan pada TY mengenai problem psikologis yang pernah dialaminya, “Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya
89
saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk”. Selain TY, AR juga menuturkan, “ awalnya saya tidak paham mbk dengan diri saya sendiri. Setiap ada masalah saya merasa bingung-bingung seperti orang setres. Lama-lama masalah yang saya hadapi semakin rumit dirasakan dan sering teriak-teriak. Kalau orang-orang mengatakan saya sudah gila. Hehehe. Biasanya mbk, masalah kehidupan rumah tangga. He.e”
Berdasarkan temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
problem psikologis yang dialami oleh santri/ikhwan di pondok
pesantren tersebut adalah cemas karena pencarian jati diri, setres,
depresi, pecandu narkoba, peminum minuman keras, maling, dan
gangguan jin.
Problem psikologis yang terdapat pada santri di tempat
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Dari setiap santri
mempunyai faktor penyebab sendiri-sendiri dan mereka belum bisa
menyelesaikan masalah mereka sehingga suatu permasalahan itu
membawa mereka pada kegelapan.
Seperti yang telah dikemukakan oleh AI, “Biasanya mereka karena mencari kebahagiaan yang ternyata salah jalan. Atau sama halnya mereka mencarian kebahagiaan sejati yang belum ketemu. Kebetulan jalan yang mereka temukan adalah jalan penyelewengan sehingga mereka terjerat narkoba dan semacamnya. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa seperti stres dan depresi biasanya karena faktor pekerjaan yang gagal, problem kehidupan rumah tangga, diputus pacar, dan karena pikirannya sering kosong sehingga faktor luar bisa dengan mudah memasuki jiwanya”. Selain AI, pengurus lain juga menuturkan, “Biasanya mereka itu karena mengalami suatu permasalahan dan mereka tidak dapat menangani atau menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. Sehingga mereka merasa buntu dan kebuntuan pola pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau mereka sampai sangat tinggi itukan membuat mereka sampai gila dan bisa juga mereka mencari kesenangan yang salah dalam artian mereka menggunakan hal-hal yang terlarang”. Kata ZM. MA juga
90
menambahkan, “Karena pergaulan yang salah, dan orang-orang yang tidak kuat dalam menghadapi masalah hidupnya”.
Selain paparan pengurus tersebut, santri-santri yang pernah
mengalami problem psikologis tersebut juga mengakuinya. Seperti yang dituturkan oleh S, “saya memakai obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif itu dulunya hanya untuk senang-senang saja. Ya biasa ketika masih muda pengen coba-coba saja karena teman-teman pada makai. Dan setiap punya masalah saya larinya pada hal-hal yang seperti itu. Tanpa disadari ternyata saya menjadi kecanduan mbk”. Tidak hanya untuk memuaskan hawa nafsu belaka, ada seorang santri mantan pecandu narkoba yang disebabkan untuk meditasi, “Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk”. Kata TY.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan
bahwa kebanyakan santri/ikhwan yang berada di pondok pesantren
Suryabuana Balak, Pakis, Magelang disebabkan oleh suatu
permasalahan yang mereka belum bisa menanganinya seperti halnya
permasalahan dalam kehidupan rumah tangga, percintaan,
perekonomian, dan pencarian kesenangan belaka yang salah jalan
sehingga menjadi kelam. Inti dari semua permasalah itu sebenarnya
karena kosongnya hati orang tersebut.
Seperti yang telah dituturkan oleh SA, “Mengapa problem psikologis itu terjadi sebenarnya berawal dari masing-masing orangnya. Kalau kita menilik dalam sebuah hadis Rasulullah bahwa dalam diri manusia itu ada segumpal daging. Apabila daging itu busuk, maka busuklah semua jasad, namun apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Jadi semua permasalahan yang timbul pada manusia itu ya tergantung daging pada manusia itu, daging itu yaitu hati manusia. Sehingga apabila hati mereka itu kotor, maka mereka akan masuk dalam masalah-masalah yang telah menjerumuskan mereka sendiri. Seperti contoh adanya permasalahan rumah tangga, mereka belum mampu mengatasinya sehingga membuat mereka stres, dan lain-lain”.
91
10. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang
Temuan data penelitian di lapangan menunjukkan bahwa
metode yang digunakan dalam penanganan problem psikologis
santri/ikhwan di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang adalah metode berdzikir.
Karena dengan berdzikir akan membantu kita untuk selalu ingat
kepada Allah sehingga kita bisa dekat dengan Allah SWT. Dalam
ayat-ayat Al Qur’an juga telah dijelaskan bahwa dengan berdzikir
kepada Allah akan membuat hati kita menjadi tenang.
Seperti yang telah dijelaskan oleh salah satu pengurus di pondok pesantren tersebut, “Penanganannya melalui metode pendekatan Dzikrullah. Dzikir ini lebih spesifik ala Tareqat Qodarih wa Naqsabandiyah. Dimana disitu mencangkup dzikir jahr dan dzikir khoffi. Disamping itu juga ada ritual lainnya seperti mandi malam (mandi taubat) dan lain- lain nanti saya kasihkan bukunya mbk. Disitu sudah ada lengkap kurikulumnya dan lain-lain”. Jelas AI. Kemudian SA juga menjelaskan, “Dengan metode berdzikir. Dimana dulu syaidina Ali bertanya pada Rasulullah “ ya Rasul, ajari saya amalan yang mudah, yang ringan, tapi cepat mengusul saya pada Illallah/ma’rifatullah dan amalan itu paling utama disisi Allah”. Kemudian Sayidina Ali di ajari/ditalqin oleh Rasulullah kalimat Laailahaillallaah itu”.
Berdzikir merupakan metode yang paling utama dalam proses
penyembuhan santri-santri yang mengalami problem psikologis,
namun terdapat langkah-langkah lain yang harus dilakukan dalam
penanganan tersebut. Tehnik yang dipraktekkan oleh Thoreqot
Qodariyah wa Naqsyabandiyah di PP. Suryabuana, khususnya yang
92
dipergunakan sebagai sarana untuk penyembuahan atas
ketergantungan narkoba adalah dengan memperbanyak amalan-
amalan berikut ini (Profil PP. SB. Magelang Indonesia, 1999:19-26):
a. Mandi Taubat
Mandi taubat termasuk amalan sunnah yang biasa dilakukan
oleh para sufi dan ahli thoreqot. Mandi taubat dilakukan dengan
niat bertaubat atau menghilangkan dosa seluruh anggota tubuh,
mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, caranya dengan
mengalirkan air pada seluruh anggota tubuh mulai dari ubun-ubun
sampai ke ujung kaki disertai niat bertaubat sebagai ekspresi dari
keinginan untuk membersihkan diri dari dosa anggota tubuh secara
keseluruhan, dengan demikian mandi taubat dapat dikatakan
sebagai taubat dalam bentuk perilaku atau taubat yang bersifat aktif
dan ekspresif. Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 02.00 dini hari.
Mandi taubat ini sebagai metode yang sangat ampuh untuk
meningkatkan kesadaran diri (self conciousness) dan penyembuhan
dari berbagai macam penyakit, demikian pula kondisi-kondisi
psikologis lain yang diakibatkan adanya pengaruh syaitan, seperti
lemas, gelisah, susah, stress dan lain-lain. Selain manfaat
psikologis, mandi taubat juga memiliki manfaat tereupatik terhadap
penyakit atau gangguan-gangguan biologis fisik yang bersifat
psikosomatif. Mandi taubat ini juga dapat dipandang sebagai
Hydroterapy atau pengobatan dengan memanfaatkan air sebagai
93
sarananya. Menurut Simon Baruch (1840-1921), seorang dokter
Amerika bahwa air memang memiliki daya penenang jika suhu air
sama dengan suhu kulit, dan memiliki daya rangsang jika suhu air
tidak sama dengan suhu kulit. Sedangkan menurut Ewalt, pasien
yang mengalami delirium alkohol dan pasien yang menunjukkan
keresahan, agitasi, overitik dan kecemasan yang akut, dan tumor
akibat keracunan obat-obatan menunjukkan respon yang baik
terhadap hydroterapi.
Disamping dengan niatan taubat, mandi yang dilakukan itu
juga memiliki nilai meditasi dan sugesti, karena disana diajarkan
doa khusus ketika melakukan mandi taubat, yaitu:
ن رب انزلنى منزال مباركا وانت خیر المنزل
“ya Alloh, tempatkanlah kami ditempat yang berkah, karena Engkau adalah sebaik-baik dzat yang memberi tempat/kedudukan”. (Q.S. Al-Mukminun: 29)
Doa ini akan membuka secercah harapan untuk
mendapatkan lingkungan dan dunia baru yang lebih baik sehingga
frustasi dan segala bentuk pelampiasannya akan dapat dicegah
laksana pohon layu yang kini mulai bersemi kembali.
b. Sholat
Penerapan sholat sebagai salah satu metode penyadaran diri
(tazkiyatun nafsi) didasarkan atas pemikiran bahwa sholat
mempunyai hikmah yang dapat mempengaruhi pribadi seseorang
untuk tidak bertindak keji (perzinaan, perjudian, minum-minuman
94
keras, dan sejenisnya) dan mungkar (yaitu segala macam tindakan
yang bersifat destruktif dan anarkhis). Hal ini didasarkan atas
firman Alloh
والمنكر الفحشاء عن تنھى الصالة ان
“ Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)
Sedangkan tata cara pekerjaannya yang dilakukan secara
berjamaah didasarkan pada aspek edukatif, dan bertujuan
mendapatkan manfaat pembersihan jiwa (tazkiyatun nafsi) yang
lebih efektif.
Dengan metode sholat ini, akhirnya seseorang akan malu
dan takut untuk berbuat maksiat, khususnya yang keji (fakhsya’)
dan anarkhi (mungkar). Ia juga akan senantiasa ingat kepada Alloh
yang pada gilirannya akan terselamatkan dari godaan iblis yang
senantiasa membisikkan dorongan untuk berbuat maksiat kepada
Alloh.
Selain manfaat psikologis yang bersifat terapeutik, sholat
juga mempunyai manfaat somatis atau psikosomatif. Hal ini
disebabkan karena secara mekanis gerakan dalam sholat memiliki
aspek olah raga dan akupuntur yang bersifat teraupetik, mulai dari
gerakan pra sholat yaitu wudhu atau mandi dan seluruh gerakan
dalam kegiatan sholat itu.
Berwudhu akan memberikan suasana relaksasi bagi
seseorang disamping gerakannya untuk menggososk dan mengusap
95
wajah, tangan dan kaki. Semua itu berdasarkan tinjauan pijat
refleksi dan akupuntur, sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik.
Karena dengan gosokan itu akan merangsang simpul-simpul syaraf
yang ada pada anggota tubuh yang terkena air wudhu tersebut.
Demikian juga halnya dengan gerakan sholat, mulai dari takbir,
berdiri, ruku, sujud dan duduknya sangat baik untuk penunjang
kesehatan fisik.
Sedangkan bacaan-bacaan yang bersifat meditatif dan doa
sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa karena ia mengandung
kekuatan spiritual dan kekuatan ruhaniah yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri (self confident) dan optimisme;
keduanya sangat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit.
c. Dzikir
Ajaran dzikir merupakan ajaran pokok dalam Thoreqot
Qodiriyyah wa Naqsyabandiyah, karena Thoreqot Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyyah adalah thoreqot dzikir. Hal ini karena adanya
keyakinan akan kebenaran firman Alloh dan sabda Nabi tentang
manfaat-manfaat dzikir dalam upaya tazkiyatun nafsi seperti dalam
Q.S. Al-Ra’d:28 dan hadist yang berarti:
“ Sesungguhnya bagi setiap segala sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan sesungguhnya alat pembersih hati (jiwa) itu adalah dzikir kepada Alloh. Dan tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan dari siksa Alloh daripada dzikrullah.” (H.R. Baihaqi)
96
Dzikir adalah komitmen seseorang untuk senantiasa
menyebut dan mengingat akan asma Alloh, menanamkan suatu
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Alloh, tiada yang dituju selain
Alloh, dan tiada yang wujud kecuali Alloh. Jenis dan bentuk dzikir
yang dipraktekkan di Thoreqot Qodiriyyah wa Naqsyabandiyah di
PP. Suryabuana adalah Dzikir Jahr (dzikir dengan suara keras),
“Laa illaha illoloh” dan Dzikir Ismu Dzat atau dzikir khofi
“Allohu-Alloh” di dalam hati
Jika santri telah melalui proses Mandi Taubat dan dianggap
telah mulai timbul kesadarannya, ia dapat melanjutkan proses
selanjutnya dengan diarahkan agar mengenal, mengesankan dan
mencintai Allah SWT. Pengarahan itu dilakukan dengan merawat
kalbunya melalui proses dzikir yang disebut talqin dzikir.
Metode dzikir akan menjadi autoterapi atas ketergantungan
narkoba pada diri seseorang. Orang yang melakukan dzikir dengan
serius dan berulang-ulang akan merasakan sebagai katarsis
(kanalisasi psikologis), bahkan insight. Khususnya ketika seseorang
telah atau sedang menerima talqin (pengajaran dzikir) oleh Waly
Mursyid, karena saat menyaksikan kebesaran kharisma sang Waly
Mursyid, seseorang yang sedang menerima talqin tidak jarang
menjadi terharu dalam penyadaran yang luar biasa sampai
menangis tersedu-sedu.
97
Dzikir yang dilaksanakan dalam Tharekat Qodariyah
Naqsabandiyah ada dua macam yaitu :
1) Dzikir jahr
Dzikir jahr yaitu mengucapkan kalimat tauhid yang
terdiri dari pernyataan nafi (negasi) dan itsbat (menetapkan).
Pernyataan nafi adalah Laa ilaaha dan pernyataan istbat
adalah Illallaah. Jika dilakukan berkesinambungan, dzikir ini
dapat berfungsi menghilangkan syirik jali dan khofi
mendatangkan sifat ikhlas, melepaskan qalbu dari segala yang
menghalangi hubungannya dengan Allah, membersihkan jiwa
dari segala sifat tercela, mendatangkan pengetahuan diperoleh
dari Allah (Al-ulum al-laduniyyah), mendatangkan
pengetahuan tentang rahasia dan menampakkan keagungan
Allah.
Teknis pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk Rasul
yang disampaikan oleh seorang mursyid kepada muridnya
yakni sebagai berikut:
Mengucapkan Laa dari bawah pusar yang dibarengi
dengan bantuan kepala merunduk ke arah pusat, kalimat Laa
itu terus ditarik dan dirasakan mengalir dari pusat hingga
meningkat kebagian otak, maka ucapkan Ilaaha secara pelan-
pelan sambil disalurkan ke bawah bahu kanan kemudian
dengan ucapan Ilallaah yang disalurkan pelan dari bahu kanan
98
sambil ditururnkan secara perlahan-lahan disertai gerakan
kepala ke arah pangkal dada sebelah kiri dan berkesudahan
pada hati sanubari di bawah tulang rusuk lambung dengan
menghembuskan lafaz Allah. Sekuat mungkin hingga terasa
gerakan pada seluruh badan seakan-akan seluruh bagian badan
yang rusak itu terbakar dan memancarkan cahaya kebenaran
dari Allah disekujur tubuh.
2) Dzikir Khofi
Dzikir khofi yaitu dzikir yang dilakukan oleh kalbu (hati),
dalam hal ini hati harus selalu ingat dan menyebut nama Allah.
Dzikir khofi adalah metode untuk menanamkan dan membina
komponen keimanan yang pertama dan utama.
Teknik dzikir khofi harus ditalqin oleh mursyid
sebagaimana Rasul mentalqin sahabatnya, Abu Bakar Al-
Shidiq.
Dengan demikian melalui dzikir santri dialihkan dari
kelezatan yang bersifat halusinasi kepada kelezatan yang
bersifat hakiki, yakni “melihat” Allah dengan cermin di
hatinya.
d. Qiyam al-lail
Seluruh kegiatan qiyam al-lail dilakukan mulai pukul 02.00
sampai dengan masuk waktu subuh, kegiatan ini sangat bermanfaat
sekali bagi tubuh karena memiliki aspek olah raga yang baik sekali
99
untuk memperlancar peredaran darah dan kebugaran tubuh,
khususnya pada gerakan-gerakan sholat dan mandi taubat. lagi pula
kegiatan qiyam al-lail dilaksanakan pada waktu yang paling tepat,
yaitu waktu keadaan suhu dan kepekatan udara sedang dalam
kondisi yang paling jernih (titik jenuh), sehingga kecepatan suara
bathin (menurut perhitungan metafisika) paling cepat, maka
munajat pada saat-saat itu juga paling baik dan paling mudah
terkabul (mustajab).
e. Puasa
Dengan memperbanyak puasa, seseorang akan terlatih secara
psikologis untuk berprilaku disiplin dan meningkatkan kemampuan
untuk mengendalikan diri. Puasa juga sangat bagus untuk
memperhalus perasaan kesetiakawanan sosial, karena dengan
latihan merasakan lapar dan dahaga akan menurunkan ambisi,
kerakusan dan egoistis. Dengan lemahnya fisik maka ambisi dan
semangat untuk mencapai keinginan hawa nafsunya akan melemah
dan ia akan lebih banyak merenungkan hakekat hidup daripada
bergerak menuruti hawa nafsunya.
Selain manfaat-manfaat psikologis tersebut, puasa juga
sangat berguna untuk kesehatan fisik atau psikosomatik seperti
terciptanya keseimbangan asam-basa lambung karena stress,
tekanan darah tinggi, terlalu banyak kolesterol dan lain-lain.
100
11. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Data yang berhasil dihimpun oleh penulis terkait Efektifitas
Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Pskologis Santri di
Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang, didapatkan melalui wawancara ke beberapa
sumber dari pengurus dan mantan pasien.
Menurut salah satu pengurus, AI menuturkan terkait dengan efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di pondok pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, “Saya mengatakan efektif mbk. Sebab induk dari semua penciptaan hidup manusia, induk psikologis yang akhirnya beraneka warna itukan berawal dari mereka lupa kepada Allah. Karena hatinya lupa kepada Allah maka hatinya menjadi gelisah. Nah dzikir ini dikatakan efektif karena akan menyadarkan kembali orang-orang tersebut kepada Allah SWT. Sehingga kami membuktikan salah satu firman Allah, “Allabidzikrillahi tanmainal qulub” “ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati kalian akan menjadi tenang”. Dan itu terbukti”. ZM juga menuturkan bahwa metode berdzikir itu efektif, “Sangat efektif mbk, karena orang berdzikir itu segala sesuatunya akan kembali kepada Allah dan dengan berdzikir maka akan menjadikan orang itu berserah diri kepada Allah secara sempurna.” Jelas ZM.
Keyakinan keefektivan metode berdzikir tersebut didasarkan
pada beberapa indikator, seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa pengurus, “Adanya perubahan pada orang yang mengalami problem psikologis tersebut”. Jelas AA. “Indikatornya adanya perubahan sikap pasien yang awalnya cenderung bersikap melakukan hal-hal negatif setelah melakukan metode dzikir, dia lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti yang dulu tidak sholat sekarang sholat, yang dulu minum sekarang malu kepada Allah untuk minum.” Tutur SA.
Bukti keefektivan tersebut juga diperoleh dari santri yang
dulunya mengalami problem psikologis, “Kalau menurut saya sangat luar biasa mbk. Karena terbukti secara nyata mbk”. Kata TM.
101
Kemudian santri lainnya juga menuturkan pendapatnya, “menurut saya sangat efektiv mbk, karena saya dapat membuktikannya sendiri. Dan setelah melakukan dzikir tersebut saya sudah tidak punya keinginan lagi untuk memakai obat-obatan terlarang itu”. Jelas Sa.
Manusia menurut keyakinan Islam tercipta dari ‘alaq (sesuatu
yang tergantung), sejak masa embrional ia tergantung di dinding
rahim pada suatu jaringan yang disebut placenta. Selanjutnya manusia
semakin jauh dari tempat ia bergantung (secara biologis dan
psikologis) yaitu orang tuanya. Dengan demikian dari alam bawah
sadarnya (secara psikologis) manusia memang membutuhkan tempat
ia bergantung, sedangkan tempat bergantung yang absolud (al-
shomad) adalah Allah SWT. Untuk merasa lebih dekat dengan Allah
maka dengan selalu berdzikir kepada Allah SWT.
Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
metode berdzikir dalam penanganan santri yang mengalami problem
psikologis dikatakan efektif karena terjadinya banyak perubahan pada
santri yang tadinya mengarungi kehidupan yang kelam berubah
menjadi baik dan terang kembali.
12. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam
Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Kegiatan akan berjalan dengan lancar dan mulus apabila tidak
ada hambatan. Namun yang terjadi tidaklah begitu. Dalam setiap
kegiatan atau aktifitas tak lain selalu ada hambatannya, tak terkecuali
pada proses penanganan problem psikologis santri di Pondok
102
Pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang. Hambatan itu datang
dari berbagai segi.
Seperti keterangan pengurus terkait dengan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses penanganannya, “Faktor penghambatnya kadang dari orang tua santri yang kurang mendukung. Artinya kadang mereka itu hanya memasrahkan anaknya saja disini, kemudian sembuh gak sembuh disini begitu, padahal disini berbeda dengan rumah sakit. Kalo di pondok pesantren orang tua juga harus ikut mendukung, dalam artian tidak hanya anaknya yang berdzikir disini, akan tetapi juga kedua orang tuanya yang harus ikut berdzikir mendo’akan anaknya karena antara anak dengan orang tua itukan ada ikatan yang sangat kuat”. Tutur AI.
Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh AA, “Kurang
dukungan dari orang tua. Cara mengatasinya dengan memberikan pengarahan kepada orang tua ketika mereka memasrahkan anaknya”. Dan yang telah diutarakan oleh MA, “Kurangnya kepercayaan dari pihak keluarga. Dan cara mengatasinya seperti halnya memberikan sosialisasi”.
Hambatan lain terdapat pada sarana dan prasarana dalam
proses penanganan santri. Persoalan tersebut diutarakan oleh HS, “hambatannya belum ada sarana tempat yang khusus untuk anak yang mengalami gangguan jiwa mbk. Jadi mereka digabung dengan santri-santri normal yang lain dan pasien-pasien tersebut kadang bermain kesana kemari sehingga kami kesulitan mengawasi mereka”. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh SA, “Kendalanya belum ada sarana prasarana untuk tempat khusus bagi mereka yang mengalami problem psikologis. Karena belum ada tempat yang khusus untuk mereka, jadi harus ada yang mengawasi/memantau orang-orang yang mengalami problem psikologis tersebut”.
Tidak hanya dukungan keluarga dan sarana prasarana saja
yang menjadi kendala, namun santri itu sendiri juga menjadi kendala yang sangat utama. Karena kesungguhan dari santri tersebut yang sangat penting. Seperti yang telah dipaparkan oleh ZM, “Kendalanya ada pada orang itu sendiri. Kadang mereka itu mau sembuh akan tetapi tidak ada kesungguhan dalam proses penanganannya. Cara menanganinya ya dengan terus menerus memberikan arahan kepada mereka yang mengalami problem tersebut”.
Kemauan untuk sembuh dari penyakit-penyakit yang ada pada
santri adalah sebuah tekat yang kuat pada awal dari penyembuhan.
103
Tanpa adanya niat untuk sembuh, maka tidak akan sembuh santri
tersebut dari penyakitnya. Dengan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan kemauan yang kuat, berusaha keras, dan pasrah kepada
Allah SWT. Maka segala hambatan yang melintas dapat teratasi.
Disetiap hambatan-hambatan yang melintas, tetap ada daya
dukung yang kuat dari pengasuh dan pengurus dalam penanganan
problem psikologis tersebut. Selain itu, lingkungan di Pondok
Pesantren Suryabuana juga menjadi daya dukung yang paling utama
karena letaknya yang sangat strategis.
Seperti yang telah dituturkan oleh AI, “Faktor pendukung yang paling utama yaitu lingkungan. Lingkungan disana sangat mendukung baik masyarakatnya yang mendukung, menerima dengan adanya mereka yang begitu warna kan. Kemudian faktor alamnya, disana kan dekat dengan pegunungan jadi sangat mendukung untuk terapi. Untuk sarana dan prasarana yang lebih utama adanya masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat yang ada disana sebagai sarana dalam proses penyembuhan. Akan tetapi yang paling mendukung lagi adalah dari dzikirnya itu yang akan menjadikan mereka lebih baik”. Kemudian ZM menambahkan, “Faktor pendukungnya karena ada berkah dari seorang guru. Dalam artian berkah yang menuju pada tempatnya yang ada di Suryabuana. Kemudian kasih sayang dari orang-orang yang berada di Suryabuana”.
104
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Penulis berhasil menghimpun dari berbagai kumpulan data di
lapangan bahwa terdapat beberapa macam problem psikologis yang dialami
oleh santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis,
Kabupaten Magelang.
Seperti yang telah dikatakan oleh AI, “Banyak ya mbk, banyak sekali problem yang dihadapi oleh santri terutama dalam kaitannya pencarian jati diri. Kebanyakan yang datang ke suryabuana itu karena cemas dan khawatir dalam pencarian jati diri dan jati Illahi. Namun di Suryabuana ini juga terdapat santri-santri yang mengalami gangguan jiwa seperti stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, peminum minuman keras, dan juga ada yang terkena gangguan jin”, tutur beliau.
Selain AI, penulis membuktikan dengan Informan yang berbeda yang
tidak lain adalah pengurus di pondok pesantren tersebut, “Ada mantan peminum, narkoba, maling, selingkuh, dan permasalahan rumah tangga (setres)”. Kata SA selaku Pengurus Kepala Devisi Pendidikan. Kemudian AA selaku Ketua Yayasan juga menambahkan, “Problem psikologis yang dialami ikhwan di podok ini biasanya, Narkoba, setres, peminum dan depresi juga ada”.
Berdasarkan perolehan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
macam-macam problem psikologis yang terdapat di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang yaitu cemas
dan khawatir, stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif,
peminum minuman keras, terkena gangguan jin, dan pencuri.
Jika merujuk pada tulisan Siswanto (2006: 71) di sebutkan bahwa
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri menyebabkan individu
105
mengalami gangguan mental/problem-problem psikologis. Secara tradisional,
gangguan mental dapat dibagi menjadi dua, yaitu gangguan mental organik
dan gangguan mental fungsional. Gangguan mental organik adalah kegagalan
dalam penyesuaian diri yang disebabkan karena adanya faktor dari luar
seperti halnya keracunan alkohol, pemakai obat-obatan yang mengandung
zat-zat adiktif, kecelakaan atau ada kesalahan pada jaringan otaknya yang
disebabkan oleh sesuatu. Sedangkan gangguan mental fungsional adalah
kegagalan dalam penyesuaian diri yang disebabkan karena faktor intern pada
pasien tersebut. Seperti problem Psikokis, Neurosis, dan gangguan
kepribadian.
Dengan adanya rujukan tersebut maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa macam-macam problem psikologis yang terdapat di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat di
polakan menjadi dua macam yaitu gangguan mental organik yang berupa
pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, pencuri (maling), peminum
minuman keras, dan gangguan jin, dan gangguan mental fungsional yang
berupa cemas dan khawatir, stres, dan depresi.
Berbagai problem psikologis yang beragam tersebut diatas, terjadi
karena beberapa faktor. Dari setiap santri mempunyai masalah yang
berberanekaragam sehingga membuat mereka terjatuh dalam kegelapan dan
tidak bisa mengendalikan dirinya.
Kenyataan diatas sesuai dengan pernyataan AI, “Biasanya mereka karena mencari kebahagiaan yang ternyata salah jalan. Atau sama halnya mereka mencarian kebahagiaan sejati yang belum ketemu. Kebetulan jalan yang mereka temukan adalah jalan penyelewengan sehingga mereka terjerat
106
narkoba dan semacamnya. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa seperti stres dan depresi biasanya karena faktor pekerjaan yang gagal, problem kehidupan rumah tangga, diputus pacar, dan karena pikirannya sering kosong sehingga faktor luar bisa dengan mudah memasuki jiwanya”. Selain AI, pengurus lain juga menuturkan, “Biasanya mereka itu karena mengalami suatu permasalahan dan mereka tidak dapat menangani atau menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. Sehingga mereka merasa buntu dan kebuntuan pola pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau mereka sampai sangat tinggi itukan membuat mereka sampai gila dan bisa juga mereka mencari kesenangan yang salah dalam artian mereka menggunakan hal-hal yang terlarang”. Kata ZM. MA juga menambahkan, “Karena pergaulan yang salah, dan orang-orang yang tidak kuat dalam menghadapi masalah hidupnya”.
Paparan pengurus tersebut menjadi referensi bagi penulis untuk
melakukan wawancara langsung dengan mantan santri yang mengalami
problem psikologis, merekapun dengan baik dan ramah menerima kedatangan
penulis dan mengakui problem psikologis yang pernah dialaminya.
Seperti yang dituturkan oleh S, “saya memakai obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif itu dulunya hanya untuk senang-senang saja. Ya biasa ketika masih muda pengen coba-coba saja karena teman-teman pada makai. Dan setiap punya masalah saya larinya pada hal-hal yang seperti itu. Tanpa disadari ternyata saya menjadi kecanduan mbk”. Tidak hanya untuk memuaskan hawa nafsu belaka, ada seorang santri mantan pecandu narkoba yang disebabkan untuk meditasi, “Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk”. Kata TY.
B. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Temuan data di lapangan menunjukkan bahwa cara yang digunakan
dalam proses penanganan santri yang mengalami problem psikologis di
tempat tersebut adalah metode berdzikir.
Seperti yang telah dijelaskan oleh salah satu pengurus di pondok pesantren tersebut, “Penanganannya melalui metode pendekatan Dzikrullah. Dzikir ini lebih spesifik ala Tareqat Qodarih wa Naqsabandiyah. Dimana
107
disitu mencangkup dzikir jahr dan dzikir khoffi. Disamping itu juga ada ritual lainnya seperti mandi malam (mandi taubat) dan lain- lain nanti saya kasihkan bukunya mbk. Disitu sudah ada lengkap kurikulumnya dan lain-lain”. Jelas AI. Kemudian SA juga menambahkan, “Dengan metode berdzikir. Dimana dulu syaidina Ali bertanya pada Rasulullah “ ya Rasul, ajari saya amalan yang mudah, yang ringan, tapi cepat mengusul saya pada Illallah/ma’rifatullah dan amalan itu paling utama disisi Allah”. Kemudian Sayidina Ali di ajari/ditalqin oleh Rasulullah kalimat Lailaahaillallaah itu”.
Metode berdzikir menjadi metode paling pokok dalam proses
penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut, namun
terdapat terapi-terapi lainnya sebagai langkah dalam proses penanganan
tersebut. Langkah pertama ketika orang tua atau wakil yang membawa
anaknya datang ke Pondok Pesantren Suryabuana, mereka harus ditalqin
terlebih dahulu dalam artian supaya mereka mendapat pengajaran tentang
metode dzikir yang diajarkan oleh wali mursyid. Dengan begitu mereka telah
resmi menjadi santri di pondok pesantren tersebut. Kemudian setelah
mendapat talqin, orang tua harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di
pondok pesantren Suryabuana minimal mengikuti acara manaqib yang
diselenggarakan setiap satu lapan sekali. Sedangkan santri yang mengalami
problem psikologis tersebut mendapat terapi-terapi rohani yang di bimbing
oleh wali mursyid dan pengurus-pengurus yang lain supaya dapat sembuh
seperti sebelumnya.
Langkah-langkah dalam penanganan problem psikologis santri di
pondok pesantren tersebut yaitu:
1. Mandi Taubat
Mandi taubat ini dilakukan pada tengah malam sekitar jam 02.00
dan dengan niat bertaubat atau menghilangkan dosa-dosa diseluruh tubuh
108
mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Caranya yang pertama niat
mandi terlebih dahulu dengan membaca:
ى ال تع ب ن ذ ر ف ت ف ل ل س غ ال یت .نو
ل ق و ب ي ر ن ل نز أ ال نز ا م ك ار ب نت م أ یر و ین خ ل نز م الArtinya: “saya niat mandi taubat karena Allah SWT. Ya Allah,
tempatkanlah kami di tempat yang berkah, karena Engkau adalah sebaik-baik dzat yang memberi tempat/kedudukan” (Q.S. Al-Mukminun: 29).
kemudian menyiramkan air keseluruh tubuh atau dengan berendam
didalam air sambil mengucapkan “Subhanallaah ya Nuur” artinya: Maha
Suci Allah yang Bercahaya.
Seperti yang telah dikatakan oleh AI, “Kalau secara amaliyahnya metode berdzikir untuk yang umum dengan santri yang mengalami problem psikologis itu sama. Hanya saja yang membedakan kalau secara umum itu mereka mengamalkan dzikir yang harian setiap ba’dan sholat fardhu, amalan mingguan atau khataman, dan yang bulanan manakiban. Akan tetapi mereka yang mengalami gangguan psikologis ada jam tambahannya dan amalan-amalan yang lain. Yang pertama dilakukan dengan mandi taubat terlebih dahulu dengan niat “nawaitul ghusla liftifaridhunubi lillahita’ala. Rabbia’zilni munzalamubarakau waantakhairulmunzilin” itu do’a sebelum mandi begitu setiap kali menyiramkan air ke tubuh itu membaca “subhanallah yanuur” artinya Maha Suci Allah yang bercahaya bahwasannya secara fisik kita mandi membersihkan raga kita, dan secara batin sebenarnya kita sedang mandi cahaya untuk membersihkan hati. Dan setelah itu sholat-sholat sunnah, berdzikir dan puasa”.
Pada langkah mandi malam ini dapat meningkatkan kesadaran diri
(self conciousness) dan penyembuhan dari berbagai macam penyakit dan
kondisi-kondisi psikologis yang lain karena adanya pengaruh syaitan,
lemas, gelisah, susah, stres, dan lain-lain. Selain itu mandi juga
mengandung manfaat tereupatik. Terhadap penyakit atau gangguan-
gangguan biologis fisik yang bersifat psikosomatif. Menurut Ewart, pasien
yang mengalami delirium alkohol dan pasien yang mengalami keresahan,
109
agitasi, overitik dan kecemasan yang akut menunjukkan respon yang baik
terhadap hydroterapi.
2. Sholat
Sholat merupakan gerakan fisik dan mental dalam rangka
berkomunikasi dengan Pencipta Alam Semesta yaitu Allah SWT. Dari
setiap gerakan sholat memiliki aspek olah raga dan akupuntur yang
bersifat terapi mulai dari pra sholat atau wudhu sampai dengan gerakan
sholat itu sendiri.
Sedangkan bacaan-bacaan dalam sholat yang bersifat meditatif dan
do’a sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa karena do’a-do’a tersebut
mengandung kekuatan spiritual dan kekuatan rohaniah yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme. Dengan begitu sangat
esensial bagi penyembuhan suatu penyakit. Paparan tersebut senada
dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 45 berikut:
ن ة إ ال الص ھى تن اء عن ش ح ف ال نكر م ال و
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Q.S. Al-Ankabut: 45).
3. Dzikir
Berdzikir merupakan suatu komitmen dari setiap orang untuk
senantiasa menyebut Asma Allah dan selalu mengingat-Nya. Jenis dan
bentuk dzikir yang dipraktekkan di Pondok Pesantren Suryabuana Balak,
Pakis, Magelang adalah dzikir Jahr dan dzikir Khoffi.
Dzikir Jahr yaitu mengucap kalimat Laa Ilaaha Illallaah dengan
suara yang kuat. Hal itu dimaksudkan untuk melunakkan hati santri yang
110
sangat keras sehingga dengan kalimat tersebut hati santri diharapkan bisa
lembut dan menghidupkan hati supaya dekat dengan Allah. Sedangkan
dzikir Khoffi yaitu mengucapkan kalimat Allahu Allah didalan hati secara
terus menerus supaya hati santri selalu ingat dan menyebut nama Allah
disetiap nafasnya. Sehingga akan tertanam keimanan kepada Allah.
4. Qiyam al-lail
Qiyam al-lail atau bangun malam merupakan waktu yang paling
efektif untuk beribadah kepada Allah terutama pada waktu sepertiga
malam karena pada waktu itu Allah turun ke bumi untuk melihat apa yang
dikerjakan oleh umatnya pada saat itu. Sehingga menjadi waktu yang
paling mustajab untuk berdo’a kepada Allah SWT.
Apabila mandi taubat dan memperbanyak sholat sunnah pada
waktu tersebut selain mengandung unsur rohani juga bermanfaat bagi
tubuh santri. Karena memiliki aspek olah raga yang baik untuk
memperlancar peredaran darah dan kebugaran tubuh. Disamping itu,
dalam perspektif Al Qur’an, sholat tahajud mampu menjadi amalan ibadah
dan akan menambah pahala kita, sebagaimana ayat berikut:
ن م و یل د الل ج تھ ھ ف ب ة ل ك ناف ل سى ن ع ك أ ث بع بك ی ا ر قام ودا م م ح م
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (Q.S. Al-Isra’:79).
5. Puasa
Puasa berarti menahan diri dari makanan, minuman, dan hawa
nafsu dari berhubungan seks. Sehingga akan melatih seseorang secara
111
psikologis untuk berperilaku disiplin dan meningkatkan kemampuan
mengendalikan diri. Dengan begitu seseorang yang mempunyai masalah
mampu menyelesaikannya dengan baik-baik.
Selain manfaat-manfaat psikologis tersebut, puasa juga berguna
untuk kesehatan fisik seperti terciptanya keseimbangan asam-basa
lambung karena stres, tekanan darah tinggi, terlalu banyak kolestrol, dan
lain-lain (Profil PP.Suryabuana. 1999). Sebagaimana sabda Nabi:
“Berpuasalah kamu sekalian agar tubuhmu sehat”.
Berdasarkan Temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis di
Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten
Magelang adalah Mandi Taubat, Sholat, Dzikir, Qiyam al-lail, dan puasa.
Namun yang menjadi metode utama adalah berdzikir. Hal ini dikarenakan
metode berdzikir merupakan ajaran pokok dalam Thoreqot Qodariyah wa
Naqsyabandiyah dan manfaat-manfaat dari berdzikir tersebut dapat dirasakan
oleh para santri yang mengalami problem psikologis tersebut separti halnya
mereka merasa tenang dan nyaman.
Temuan data tersebut senada dengan pengertian dzikir menurut
Valiuddin (1997: 84), dzikir adalah senantiasa dan terus menerus mengingat
Allah, sebagai metode paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai
kehadiran Ilahi. Dengan hati yang bersih karena selalu mengingat Allah maka
akan menjadikan hati kita tenang, merasa dekat dengan Allah dan hati kita
akan bercahaya. Seperti dalam firman Allah SWT:
112
ین ذ وا ال ن آم ن ئ م تط وبھم و ل ق ر ك ذ ب هللا ◌ ال أ ر ك ذ ب هللا ن ئ م وب تط ل ق ال
Artinya: “Dengan mengingat Allah, hati orang-orang yang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang”. (QS Ar-Ra’d: 28)
Mengapa kita perlu dzikir kepada Allah? Hal itu dikarenakan hanya
Allahlah yang mampu memberikan perasaan tenang dan nyaman, jauh dari
rasa cemas dan takut, sebagaimana firmannya dalam Q.S. Quraisy: 4 :
ف و خ ن م نھم آم و
Artinya: “dan hanya Allah yang mengamankan mereka dari rasa takut”. Ketenangan hati yang ada pada santri, mampu membuatnya untuk
berfikir secara jernih dan rasional. Dengan begitu santri tersebut dapat
memilih mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah untuk dilakukan.
Sehingga mereka akan tetap pada jalan Allah dan akan dipermudah oleh
Allah dalam menyelesaikan segala permasalah yang dihadapinya.
C. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis
Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang
Temuan data yang berhasil penulis kumpulkan di lapangan
menunjukkan bahwa metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis
santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis,
Kabupaten Magelang dapat dikatakan efektif karena banyaknya perubahan
yang terjadi pada santri yang mengalami problem psikologis setelah melewati
masa-masa penanganan ditempat tersebut. Mereka yang dulunya peminum
113
minuman keras, pecandu narkoba, pencuri (maling), dan kena gangguan Jin
sekarang hal-hal tersebut telah ditinggalkan oleh mereka dan tidak diulangi
lagi. Bahkan mereka berubah menjadi santri yang lebih baik dan selalu taat
kepada Allah SWT dalam artian mereka selalu sholat lima waktu, Qiyamul
lail, dzikiran, dan sering berbuat baik pada orang lain.
Sedangkan santri yang mengalami cemas dan khawatir, stres, dan
depresi setelah menjalani penanganan-penanganan di tempat tersebut mereka
merasa lebih tenang. Sehingga tingkat kesembuhan pada pasien yang pernah
ditangani di tempat tersebut antara 80% sampai 100% tergantung dari tingkat
keseriusan penyakit yang dialaminya.
Kenyataan tersebut dapat dibuktikan dari pernyataan salah satu pengurus yang menangani permasalahan tersebut, “Efektif mbk. Karena kebanyakan 80% bahkan 100% mereka dapat sembuh”. Kata SA ketika di Pendopo. Kemudian pengurus yang lain juga menambahkan, “Saya mengatakan efektif mbk. Sebab induk dari semua penciptaan hidup manusia, induk psikologis yang akhirnya beraneka warna itukan berawal dari mereka lupa kepada Allah. Karena hatinya lupa kepada Allah maka hatinya menjadi gelisah. Nah dzikir ini dikatakan efektif karena akan menyadarkan kembali orang-orang tersebut kepada Allah SWT. Sehingga kami membuktikan salah satu firman Allah, “Allabidzikrillahi tanmainal qulub” “ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati kalian akan menjadi tenang”. Dan itu terbukti”. Jelas AI selaku ketua Devisi Inabah. Kemudian, ZM juga menuturkan bahwa metode berdzikir itu efektif, “Sangat efektif mbk, karena orang berdzikir itu segala sesuatunya akan kembali kepada Allah dan dengan berdzikir maka akan menjadikan orang itu berserah diri kepada Allah secara sempurna.” Jelas ZM.
Selain pengurus, penulis juga membuktikan keefektivan metode
berdzikir kepada mantan pasien di tempat tersebut, “Kalau menurut saya sangat luar biasa mbk. Karena terbukti secara nyata mbk”. Kata TM. Kemudian mantan pasien lainnya juga menuturkan pendapatnya, “menurut saya sangat efektiv mbk, karena saya dapat membuktikannya sendiri. Dan setelah melakukan dzikir tersebut saya sudah tidak punya keinginan lagi untuk memakai obat-obatan terlarang itu”. Jelas Sa.
114
Paparan diatas membuktikan bahwa Sa dulunya pecandu narkoba dan
peminum minuman keras karena selama hidupnya dia lupa kepada Allah, dia
tidak pernah sholat, ngaji, dzikir, apalagi sholat malam, dan Sa juga sering
berbuat tidak baik dengan anak dan Istrinya. Akan tetapi dalam hubungannya
dengan orang lain baik. Kemudian ada seorang temannya yang mengajak Sa
ke Pondok Pesantren Suryabuana tersebut. Setelah di Talqin dan melewati
beberapa penanganan di tempat tersebut selama 40 hari Sa sembuh total dia
tidak pernah memakai narkoba dan meminum-minuman keras lagi sampai
sekarang bahkan kehidupan keluarganya menjadi lebih baik dan sekarang Sa
beserta Istri dan anaknya tinggal di Pondok Pesantren Suryabuana karena
mereka merasa lebih nyaman.
Allah SWT juga menjelaskan dalam Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 28
bahwa barang siapa yang selalu mengingat Allah (berdzikir) maka Allah akan
menenangkan hatinya. Sehingga telah jelas bahwa dengan hati yang tenang
akan membawa kepada pemikiran yang benar dan dengan begitu jiwa raga
santri akan merasa sehat dan segala persoalan yang dihadapi dapat diatasinya
dengan baik.
D. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam Penanganan
Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Hambatan dan dukungan menjadi faktor utama dalam setiap kegiatan
yang dijalankan oleh suatu lembaga. Tidak lain hambatan-hambatan yang
terdapat dalam proses penanganan problem psikologis santri di Pondok
115
Pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang. Hambatan-hambatan tersebut
yaitu Pengurus merasa kesulitan mengawasi santri yang mengalami problem
psikologis karena belum adanya kamar atau tempat yang khusus untuk
mereka. Sehingga mereka campur dengan santri-santri normal pada biasanya
dan bebas kemana-mana. Selain kamar khusus untuk santri yang belum ada,
pihak keluarga juga menjadi kendala bagi santri yang mengalami problem
psikologis karena kurang dukungan dari orang tuanya sendiri. Meskipun tidak
semua orang tua dari santri tersebut, namun ada beberapa pihak
keluarga/orang tua yang hanya memasrahkan anaknya ke Pondok Pesantren
Suryabuana untuk memperoleh terapi dan penanganan problem psikologis
yang dialami oleh anaknya sendiri. Namun setelah mereka memasrahkan
anaknya tersebut, mereka kemudian hanya melepaskan anaknya di Pondok
Pesantren tersebut. Padahal anak tersebut juga membutuhkan dorongan do’a
dari kedua orang tuanya dengan cara berdzikir seperti yang telah dilakukan
oleh anaknya. Supaya santri tersebut bisa lebih cepat dalam proses
penyembuhannya. Hal itu dikarenakan ikatan antara seorang anak dengan
orang tua itu sangat kuat. Terlebih do’a dari seorang ibu. Akan tetapi lain
dengan kenyataan bahwa sebagian dari mereka hanya menyerahkan
semuanya kepada pengasuh dan pengurus di Pondok Pesantren tersebut.
Sarana prasarana yang kurang mendukung juga menurunnya
kontribusi orang tua bukanlah hambatan satu-satunya dalam proses
penanganan problem psikologis di tempat tersebut karena terdapat hambatan
116
lain yaitu dari santri itu sendiri. Kurangnya semangat dan kesungguhan untuk
sembuh dari santri menjadikan lambannya proses penyembuhan pada dirinya.
Hambatan yang begitu banyak dalam proses penanganan problem
psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana tersebut tidak menjadikan
berhentinya pengasuh dan pengurus melakukan proses penyembuhan. Karena
dengan niat dan tekat yang kuat mereka untuk membantu menyembuhkan
santri-santrinya, semua hambatan tersebut dapat teratasi. Ditambah lagi
adanya faktor-faktor pendukung yang dapat membantu mereka dalam proses
penyembuhannya.
Temuan data di lapangan menunjukkan bahwa faktor pendukung yang
terdapat di tempat tersebut yaitu Lingkungan yang sangat mendukung, hal
tersebut dapat dilihat, secara alami Pondok Pesantren Suryabuana dekat
dengan pegunungan sehingga sangat bagus untuk terapi, selain itu terdapat
sarana prasarana yang berupa masjid, pendopo, dan kamar mandi (kolam)
yang khusus untuk mandi taubat, dan masyarakat pada umumnya yang dapat
menerima apa adanya santri-santri yang beranekaragam tersebut.
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan temuan data di lapangan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa efektivitas metode berdzikir dalam penanganan
problem psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang adalah sebagai berikut:
1. Macam-macam problem psikologis yang terdapat di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat di
polakan menjadi dua yaitu gangguan mental organik yang berupa
pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, maling, peminum
minuman keras, dan gangguan jin, dan gangguan mental fungsional yang
berupa cemas dan khawatir, stres, dan depresi dari para santri.
2. Terdapat beberapa langkah dalam penanganan problem psikologis santri di
Pondok Pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang. Langkah-langkah
tersebut yaitu Talqin, mandi taubat, sholat, dzikir, Qiyam al-lail, dan
puasa. Namun dari berbagai langkah-langkah tersebut, yang menjadi
metode paling utama yaitu metode berdzikir. Metode berdzikir yang
diamalkan di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Magelang adalah berdzikir ala Tareqat Qodariyah wa
Naqsabandiyah. Mereka menggunakan dzikir jahr dan dzikir khoffi.
Dzikir Jahr yaitu mengucap kalimat Laa Ilaaha Illallaah dengan suara
yang kuat. Hal itu dimaksudkan untuk melunakkan hati santri yang
118
sangat keras sehingga dengan kalimat tersebut hati santri diharapkan bisa
lembut dan menghidupkan hati supaya dekat dengan Allah. Sedangkan
dzikir Khoffi yaitu mengucapkan kalimat Allahu Allah didalan hati secara
terus menerus supaya hati santri selalu ingat dan menyebut nama Allah
disetiap nafasnya. Sehingga akan tertanam keimanan kepada Allah.
3. Metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten
Magelang dapat dikatakan efektif karena banyaknya perubahan yang
terjadi pada santri setelah melewati masa-masa penanganan ditempat
tersebut. Mereka yang dulunya peminum minuman keras, pecandu
narkoba, pencuri (maling), dan kena gangguan Jin sekarang hal-hal
tersebut telah ditinggalkan oleh mereka dan tidak diulangi lagi. Bahkan
mereka berubah menjadi santri yang lebih baik dan selalu taat kepada
Allah SWT dalam artian mereka selalu sholat lima waktu, Qiyamul lail,
dzikiran, dan sering berbuat baik pada orang lain.
Sedangkan santri yang mengalami cemas dan khawatir, stres, dan
depresi setelah menjalani penanganan-penanganan di tempat tersebut
mereka merasa lebih tenang bahkan santri yang pernah ditangani oleh
pihak pondok pesantren tersebut dapat sembuh total.
119
4. Faktor pendukung keberhasilan dalam penanganan problem psikologis
santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis,
Kabupaten Magelang antara lain:
a. Lingkungan/letak geografis yang relatif sejuk karena pondok
pesantren ini letaknya di lereng Gunung Balak.
b. Adanya devisi Inabah yang khusus menangani problem-problem
psikologis santri.
c. Terdapat sarana prasarana yang berupa masjid, pendopo, dan kolam
(kamar mandi) yang khusus untuk mandi taubat para santri
d. Dukungan masyarakat pada umumnya terhadap keberadaan santri
yang beranekaragam.
Sedangkan hambatan-hambatan yang ada dalam penanganan
problem psikologis santri di tempat tersebut yaitu:
a. Sarana Prasarana terkait tempat khusus untuk santri yang mengalami
problem psikologis belum ada.
b. Terbatasnya dukungan dari orang tua pasien, hal itu dikarenakan
mereka sekedar memasrahkan dan kemudian pulang.
c. Lemahnya motivasi untuk sembuh dari sebagian para santri itu
sendiri.
d. Belum meratanya kemampuan devisi Inabah dalam penanganan
santri yang mengalami problem psikologis.
120
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menangani
keterbatasan-keterbatasan tersebut, misalnya:
a. Untuk sementara waktu, santri yang mengalami problem psikologis
tersebut ditempatkan dengan santri-santri yang lainnya.
b. Memberikan pengarahan tentang langkah-langkah penanganan baik
yang melibatkan santri yang bersangkutan maupun keterlibatan
orang tua.
c. Memberikan dukungan secara terus menerus kepada santri yang
bersangkutan.
B. Saran
1. Bagi pihak Pondok Pesantren Suryabuana
a. Akan lebih baik jika Pondok Pesantren mengadakan kerjasama
dengan para psikolog dalam penanganan problem-problem psikologis.
b. Mengadakan latihan secara periodik tentang kemampuan menangani
problem psikologis
2. Bagi keluarga santri, agar lebih peduli dengan kerabatnya yang sedang
dalam penanganan problem psikologis yang dialaminya di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten
Magelang. Terutama dalam mengamalkan dzikir yang telah diajarkan oleh
wali mursyid untuk mendo’akan anggota keluarganya yang sedang dalam
proses penyembuhan.
3. Bagi santri, tindakan preventif terhadap diri sendiri lebih bagus dari pada
mengobati.
121
C. Penutup
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Sang Maha
Penyelaras Jiwa, Allah SWT atas segala nikmat dan kekuatan yang
dilimpahkan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam
bentuk skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi ini belum
sampai pada tahap kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis.
Oleh karena itu demi kesempurnaan penelitian skripsi ini, penulis sangat
mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Semoga dengan kritik dan
saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi ini sampai mendekati
tahap kesempurnaan.
Penelitian skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan dengan baik tanpa
adanya bimbingan, arahan, dan motivasi dari semua pihak terutama dosen
pembimbing. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan sumbangsihnya
dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini sehingga mencapai tahap
selesai. “Jazakillahu Ahsanal Jaza”, semoga Allah membalas dengan
sebaik-baiknya balasan.
Akhirnya penulis mengharap semoga skripsi ini menjadi
sumbangansih pikiran, menambah wawasan, bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca pada umumnya.
122
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abubakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani.
Subandi. 2009. Psikologi Dzikir: Studi Fenomenologi Pengalaman Transformasi
Religius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hawari, Dadang. 1998. Do’a dan Dzikir: Sebagai Pelengkap Terapi Medis.
Jakarta: Dana Bhakti Primayasa.
Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Kosdakarya.
Suharsini, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik – bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan.
Jakarta: Paramadina.
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju
Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Amin, Samsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. 2008. Energi Dzikir. Jakarta:
Amzah.
Fahmi, Musthofa. 1977. Kesehatan Jiwa: dalam Keluarga, Sekolah, dan
Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.
Dhofier, Zamakhsyari. 1978. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai. Semarang: LP3ES.
123
Muni M, Add, dkk. 2007. Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat. Jakarta:
CV.Prasasti.
Fattah, M. Sa’dullah. 1984. Prinsip – prinsip Islam dalam Upaya Menyehatkan
Kehidupan Masyarakat. Pekalongan: T.B. Bahagia.
Jaelani, A. F. 2001. Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Amzah.
Daradjat, Zakiah. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Widyatmini dan Amperaningrum, Izzati. Pengantar Organisasi dan Metode.
Jakarta: Gunadarma.
Kesumo, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Caraswatibooks.
Hassan, Fuad dan Koentjaraningrat. 1979. Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Trust Media.
Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Valiuddin, Mir. 1997. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka
Hidayah.
Syukur, Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daniel, Moehar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi: Dilengkapi Beberapa
Alat Analisa dan Penuntun Penggunaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Qomar, Mujamil. 2010. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
124
Masykur, Muhammad Syafi’i. 2011. Dzikir for Muslimah: Tetap Berpahala
Ketika Haid. Yogyakarta: Shira Media.
Zahri, Mustafa. 1976. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu.
Nicholson, Reynold. A. 1997. Aspek Rohaniah Peribadatan Islam di dalam
Mencari Keridhoan Allah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Al-Ghazali, Abu Hamid. 1994. Rahasia Zikir dan Do’a. Bandung: Karisma
Siswanto. 2006. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya.
Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
Siti, Sundari. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Suyadi. 2008. Quantum Dzikir: Interkoneksi Dzikir dan Optimalisasi Kecerdasan
Manajemen Dzikir Berorientasi Sempurnanya SQ, EQ, IQ. Jogyakarta:
Diva (Anggota IKAPI).
Profil PP.SB. Magelang Indonesia. 1999.
125
Lampiran-lampiran.
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk pengurus Pondok Pesantren Suryabuana
I. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan :
4. Hari/tanggal wawancara :
5. Waktu :
II. Sasaran Wawancara :
1. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
2. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
3. Cara-cara Penanganan (operasionalisasi metode berdzikir) Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
4. Faktor-faktor Pendukung dan penghambat dalam Penanganan
Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan cara
penanganannya
126
III. Butir-butir Pertanyaan :
1. Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok
pesantren suryabuana?
2. Mengapa problem psikologis itu terjadi?
3. Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem
psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan
lain dengan mengguanakan metode apa?
4. Adakah metode tersebut efektif?
5. Apa indikator dari efektivitas tersebut?
6. Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?
7. Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami
problem psikologis tersebut?
8. Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami
problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
9. Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-
kembangkan metode berdzikir?
10. Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami
problem psikologis atau berlaku umum?
11. Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir
sebagai metode dalam terapannya?
127
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk santri Pondok Pesantren Suryabuana
IV. Identitas Informan :
6. Nama :
7. Usia :
8. Pekerjaan :
9. Hari/tanggal wawancara :
10. Waktu :
V. Sasaran Wawancara :
5. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
6. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
7. Cara-cara Penanganan (operasionalisasi metode berdzikir) Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
8. Faktor-faktor pendukung dan Penghambat dalam Penanganan
Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan cara
penanganannya
128
VI. Butir-butir Pertanyaan :
1. Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok
pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?
2. Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis
tersebut?
3. Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda
mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus
memberi terapi pada problem psikologis anda?
4. Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari
pengurus?
5. Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan
efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis
tersebut?
129
YAYASAN BAKTI UMAT -PUSAT-
PONDOK PESANTREN SURYABUANA Akte Notaris : No 26 Tanggal 9 Juli 1999
NPWP NO : 01.821.103.7-524.000 Alamat : Jl. Magelang Kopeng KM 15, Balak Losari
Pakis Magelang 56193
Surat Keterangan No : 165/37/YBUP.PP.SB/2015
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : H. M. Akib Ali Atmo
Jabatan : Ketua Umum Pondok Pesantren Suryabuana
Alamat : Balak, 04/01, Losari Pakis Magelang
Menerangkan dengan sesungguhnya :
Nama : Faizatun
Nim : 11111196
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : PAI (Pendidikan Agama Islam)
Yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian pada pengurus dan santri untuk menyusun skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang”.
Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pakis, Agustus 2015 Ketua Umum Ponpes Suryabuana
(H. M. Akib Ali Atmo)
130
RESPONDEN PENGURUS
I. Identitas Informan :
1. Nama : Ahmad Ikhda Sufiyana
2. Usia : 33 Tahun
3. Pekerjaan : Kepala Devisi Inabah
4. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 5 Agustus 2015
5. Waktu : 16.07
II. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?
Banyak ya mbk, banyak sekali problem yang dihadapi oleh santri terutama dalam kaitannya pencarian jati diri. Kebanyakan yang datang ke suryabuana itu karena cemas dan khawatir dalam pencarian jati diri dan jati Illahi. Namun di Suryabuana ini juga terdapat santri-santri yang mengalami gangguan jiwa seperti stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, peminum minuman keras, dan juga ada yang terkena gangguan jin.
2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?
Biasanya mereka karena mencari kebahagiaan yang ternyata salah jalan. Atau sama halnya mereka mencarian kebahagiaan sejati yang belum ketemu. Kebetulan jalan yang mereka temukan adalah jalan penyelewengan sehingga mereka terjerat narkoba dan semacamnya. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa seperti stres dan depresi biasanya karena faktor pekerjaan yang gagal, problem kehidupan rumah tangga, diputus pacar, dan karena pikirannya sering kosong sehingga faktor luar bisa dengan mudah memasuki jiwanya.
3 Bagaimana penanganan pada
Penanganannya melalui metode pendekatan Dzikrullah. Dzikir ini lebih spesifik ala Tareqat
131
santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?
Qodarih wa Naqsabandiyah. Dimana disitu mencangkup dzikir jahr dan dzikir khoffi. Disamping itu juga ada ritual lainnya seperti mandi malam (mandi taubat) dan lain- lain nanti saya kasihkan bukunya mbk. Disitu sudah ada lengkap kurikulumnya dan lain-lain.
4 Adakah metode tersebut efektif?
Saya mengatakan efektif mbk. Sebab induk dari semua penciptaan hidup manusia, induk psikologis yang akhirnya beraneka warna itukan berawal dari mereka lupa kepada Allah. Karena hatinya lupa kepada Allah maka hatinya menjadi gelisah. Nah dzikir ini dikatakan efektif karena akan menyadarkan kembali orang-orang tersebut kepada Allah SWT. Sehingga kami membuktikan salah satu firman Allah, “Allabidzikrillahi tanmainal qulub” “ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati kalian akan menjadi tenang”. Dan itu terbukti.
5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?
Adanya perubahan dari yang bersangkutan menjadi lebih baik.
6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?
Pelaksanaannya ada dua cara, yang pertama setiap setelah shalat fardhu kemudian ada juga khataman mingguan, dan dzikir bulanan. Yang dzikir harian tadi dzikir jahr dan khoffi, kemudian mingguan itu khotaman dan yang bulanan manakiban. Khotaman itu kumpulan do’a-do’a dan shalawat Nabi yang sudah dirangkum dan dikumpulkan oleh wali Mursyid atau Guru kami.
7
Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?
Faktor pendukung yang paling utama yaitu
lingkungan. Lingkungan disana sangat
mendukung baik masyarakatnya yang
mendukung, menerima dengan adanya mereka
yang begitu warna kan. Kemudian faktor
alamnya, disana kan dekat dengan pegunungan
jadi sangat mendukung untuk terapi. Untuk
sarana dan prasarana yang lebih utama adanya
132
masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat
yang ada disana sebagai sarana dalam proses
penyembuhan. Akan tetapi yang paling
mendukung lagi adalah dari dzikirnya itu yang
akan menjadikan mereka lebih baik.
8
Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
Faktor penghambatnya kadang dari orang tua
santri yang kurang mendukung. Artinya kadang
mereka itu hanya memasrahkan anaknya saja
disini, kemudian sembuh gak sembuh disini
begitu, padahal disini berbeda dengan rumah
sakit. Kalo di pondok pesantren orang tua juga
harus ikut mendukung, dalam artian tidak
hanya anaknya yang berdzikir disini, akan
tetapi juga kedua orang tuanya yang harus ikut
berdzikir mendo’akan anaknya karena antara
anak dengan orang tua itukan ada ikatan yang
sangat kuat.
Cara mengatasinya ketika orang tua itu
memasrahkan anaknya maka kami beritahu
terlebih dahulu bahwasannya harus ada
hubungan yang harmonis antara orang tua dan
anaknya.
9
Upaya apa saja yang
dilakukan pengurus
dalam meningkat-
kembangkan metode
berdzikir?
Upayanya yaitu kami mengirim mubaligh-
mubaligh ke beberapa wilayah untuk membuka
majelis-majelis dzikir. Karena kalo yang datang
orang-orang yang mempunyai problem
psikologis seperti pecandu narkoba, peminum,
setres, dan depresi itu kan hal-hal yang wajar
133
dan terlihat secara jelas. Akan tetapi
bahwasannya yang namanya manusia itu kan
mempunyai penyakit jiwa yang tidak terlihat
oleh kasap mata, seperti halnya penyakit iri,
dengki, pemarah, dan lain-lain. Nah itu yang
menjadi target utama kami untuk mengajak
mereka ayo berdzikir bersama untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
10
Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?
Khusus dan umum. Kalau untuk yang
mempunyai penyakit psikologis yang nyata itu
tentu dengan yang khusus. Akan tetapi kita juga
memberikan kepada yang umum melalui
metode talqin. Talqin itu tuntunan,
ajaran/ajarkan, menanamkan bibit
Lailaahaillallah untuk masyarakat umum agar
tidak berdzikir dalam lisan saja tetapi juga bisa
merasakannya sampai ke hati. Dan siapa yang
menginginkan itu bisa mengambil ijazah
tersebut.
11
Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?
Kalau secara amaliyahnya itu sama. Hanya saja
yang membedakan kalau secara umum itu
mereka mengamalkan dzikir yang harian setiap
ba’dan sholat fardhu, amalan mingguan atau
khataman, dan yang bulanan manakiban. Akan
tetapi mereka yang mengalami gangguan
psikologis ada jam tambahannya dan amalan-
amalan yang lain. Yang pertama dilakukan
dengan mandi taubat terlebih dahulu dengan
niat “nawaitul ghusla liftifaridhunubi
lillahita’ala. Rabbia’zilni mungzalamubarakau
134
waantakhairulmunzilin” itu do’a sebelum
mandi begitu setiap kali menyiramkan air ke
tubuh itu membaca “subhanallah yanuur”
artinya Maha Suci Allah yang bercahaya
bahwasannya secara fisik kita mandi
membersihkan raga kita, dan secara batin
sebenarnya kita sedang mandi cahaya untuk
membersihkan hati. Dan setelah itu sholat-
sholat sunnah dan berdzikir seperti yang ada
pada kurikulum di buku ini.
135
RESPONDEN PENGURUS
III. Identitas Informan :
6. Nama : Muhammad ‘Abdul Irfani
7. Usia : 48 Tahun
8. Pekerjaan : Anggota Divisi Amal Usaha
9. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 17 Agustus 2015
10. Waktu : 18.45 WIB
IV. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1 Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?
Ada yang pecandu narkoba, gangguan jiwa, dan anak-anak nakal lainnya.
2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?
Karena pergaulan yang salah, dan orang-orang yang tidak kuat dalam menghadapi masalah hidupnya.
3
Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?
Dengan metode berdzikir dan nanti disuruh mandi taubat.
4 Adakah metode tersebut efektif? Oh, sangat efektif itu mbk.
5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?
Karena adanya perubahan. Oh perbedaannya itu cepet sekali mbk.
6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?
Pertama-tama itu di talqin, kemudian mengikuti apa yang telah di pandu oleh wali mursyid dan setelah itu mandi taubat, shalat taubat dan shalat-shalat sunnah lainnya, kemudian baru berdzikir kepada Allah.
136
7
Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?
Faktor pendukungnya yaitu lingkungan atau tempat yang ada di Suryabuana sangat mendukung.
8
Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
Kurangnya kepercayaan dari pihak keluarga. Dan cara mengatasinya seperti halnya memberikan sosialisasi.
9 Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?
Dengan berdakwah kemana-mana dan mengajak masyarakat sekitar.
10
Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?
Berlaku untuk umum.
11
Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?
Sama mbk. Secara amaliyahnya sama akan tetapi kalau yang mengalami problem psikologis tersebut ada do’a-do’a tambahannya.
137
RESPONDEN SANTRI
V. Identitas Informan :
11. Nama : Agus Riyanto
12. Usia : 30 Tahun
13. Pekerjaan : Santri
14. Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 22 Agustus 2015
15. Waktu : 17.00 WIB
VI. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?
awalnya saya tidak paham mbk dengan diri saya sendiri. Setiap ada masalah saya merasa bingung-bingung seperti orang setres. Lama-lama masalah yang saya hadapi semakin rumit dirasakan dan sering teriak-teriak. Kalau orang-orang mengatakan saya sudah gila. Hehehe. Biasanya mbk, masalah kehidupan rumah tangga. He.e
2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?
Ketika saya berumur 26 tahun sampai 28 tahunnan mbk.
3
Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?
Dengan cara terus berdzikir kepada Allah mbk. Saya di talqin atau diajari cara berdzikir ala Tareqat Qodariyah wa Naqsabandiyah dan diberi amalan untuk membaca dzikir sebanyak 165x setiap ba’da sholat fardhu. Selain itu saya juga disuruh bangun malam untuk mandi taubat, sholat-sholat sunnah dan berdzikir.
4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan Saya merasa tenang dan tentram
138
dari pengurus? dalam melakukan aktifitas sehari-hari
5
Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?
Menurut saya efektif mbk, karena saya membuktikan sendiri bahwa setiap kali selesai berdzikir, saya merasa hidupnya tentram.
139
RESPONDEN PENGURUS
VII. Identitas Informan :
16. Nama : Habib Said Dedi Rahman
17. Usia : 35 Tahun
18. Pekerjaan : Penjaga Pendopo
19. Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 22 Agustus 2015
20. Waktu : 14.15 WIB
VIII. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?
Narkoba, stres , depresi dan peminum minuman keras
2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?
Biasanya mereka itu karena mengalami suatu permasalahan dan mereka tidak dapat menangani atau menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. Sehingga mereka merasa buntu dan kebuntuan pola pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau mereka sampai sangat tinggi itukan membuat mereka sampai gila dan bisa juga mereka mencari kesenangan yang salah dalam artian mereka menggunakan hal-hal yang terlarang.
3
Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?
Dengan metode berdzikirmbk.
140
4 Adakah metode tersebut efektif?
Sangat efektif mbk, karena sudah ada buktinya dan tidak hanya satu dua orang saja, tapi sudah banyak yang dapat ditangani.
5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?
Terjadinya perubahan pada santri yang mengalami problem psikologis
6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?
Setiap ba’da shalat fardhu membaca dzikir sebanyak 165x, kataman setiap dua minggu sekali, dan manakiban tiap satu lapan sekali. Untuk santri yang mengalami gangguan psikologis ditambah dzikiran setiap sepertiga malam.
7
Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?
Lingkungan yang mendukung
8
Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
hambatannya belum ada sarana tempat yang khusus untuk anak yang mengalami gangguan jiwa mbk. Jadi mereka digabung dengan santri-santri normal yang lain dan pasien-pasien tersebut kadang bermain kesana kemari sehingga kami kesulitan mengawasi mereka
9
Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?
Dengan cara berdakwah, mengajak masyarakat untuk senantiasa berdzikir kepada Allah.
10
Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?
Berlaku umum bagi siapa saja yang mau.
11
Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?
Untuk amalannya sama, akan tetapi terdapat terapi-terapi tambahan untuk santri yang mengalami gangguan psikologis.
141
RESPONDEN PENGURUS
IX. Identitas Informan :
21. Nama : H.M. Akib Ali Atmo
22. Usia : 53 Tahun
23. Pekerjaan : Ketua Yayasan Bakti Umat PP.
Suryabuana
24. Hari/Tanggal Wawancara : 19 Agustus 2015
25. Waktu : 14.00 WIB
X. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1 Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?
Problem psikologis yang dialami ikhwan di podok ini biasanya, Narkoba, setres, peminum dan depresi juga ada.
2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?
Karena kebanyakan dari mereka hatinya sedang kosong, sehingga mereka mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak benar.
3
Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?
Dengan menggunakan metode berdzikir.
4 Adakah metode tersebut efektif? Sangat efektif
5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?
Adanya perubahan pada orang yang mengalami problem psikologis tersebut.
6 Bagaimana pelaksanaan metode Yang pertama dengan talqin. Talqin
142
(berdzikir) tersebut? itu sama halnya dengan baiat. Talqin dzikir berarti mereka belajar berdzikir. Setelah itu orang tersebut harus mandi taubat. Kemudian orang tersebut mempunyai kewajiban berdzikir 165 X setiap ba’da shalat. Dan kegiatan seterusnya yaitu mandi taubat pada malam hari kemudian sholat sunnah dan berdzikir.
7
Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?
Faktor pendukungnya lingkungan sekitar.
8
Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
Kurang dukungan dari orang tua. Cara mengatasinya dengan memberikan pengarahan kepada orang tua ketika mereka memasrahkan anaknya.
9 Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?
Dengan berdakwah untuk mengajak orang-orang berdzikir kepada Allah.
10
Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?
Untuk umum.
11
Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?
Kalau amaliyahnya sama dengan yang umum akan tetapi ada tambahan untuk orang-orang yang secara kasap mata telah diketahui mempunyai gangguan psikologi.
143
RESPONDEN PENGURUS
XI. Identitas Informan :
26. Nama : Saefullah Ansori, S.Pd.I
27. Usia : 35 Tahun
28. Pekerjaan : Kepala Devisi Pendidikan
29. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 19 Agustus 2015
30. Waktu : 11.00 WIB
XII. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?
Ada mantan peminum, narkoba, maling, selingkuh, dan permasalahan rumah tangga.
2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?
Mengapa problem psikologis itu terjadi sebenarnya berawal dari masing-masing orangnya. Kalau kita menilik dalam sebuah hadis Rasulullah bahwa dalam diri manusia itu ada segumpal daging. Apabila daging itu busuk, maka busuklah semua jasad, namun apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Jadi semua permasalahan yang timbul pada manusia itu ya tergantung daging pada manusia itu, daging itu yaitu hati manusia. Sehingga apabila hati mereka itu kotor, maka mereka akan masuk dalam masalah-masalah yang telah menjerumuskan mereka sendiri. Seperti contoh adanya permasalahan rumah tangga, mereka belum mampu mengatasinya sehingga membuat mereka stres, dan lain-lain.
3 Bagaimana penanganan pada santri yang
Dengan metode berdzikir. Dimana dulu syaidina Ali bertanya pada Rasulullah “ ya Rasul, ajari saya amalan yang mudah, yang
144
mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?
ringan, tapi cepat mengusul saya pada Illallah/ma’rifatullah dan amalan itu paling utama disisi Allah”. Kemudian Sayidina Ali di ajari/ditalqin oleh Rasulullah kalimat Lailaahaillallaah itu.
4 Adakah metode tersebut efektif?
Efektif mbk. Karena kebanyakan 80% bahkan 100% mereka dapat sembuh.
5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?
Indikatornya adanya perubahan sikap pasien yang awalnya cenderung bersikap melakukan hal-hal negatif setelah melakukan metode dzikir, dia lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti yang dulu tidak sholat sekarang sholat, yang dulu minum sekarang malu kepada Allah untuk minum.
6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?
Memang ada pengkhususan untuk orang-orang yang mengalami gangguan jiwa dan pecandu narkoba, yaitu dengan bangun malam, mandi taubat, sholat malam dan sholat taubat, trus melakukan dzikir itu dan dzikirnya juga dilakukan setiap ba’da sholat.
7
Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?
Lingkungannya sangat mendukung
8
Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
Kendalanya belum ada sarana prasarana untuk tempat khusus bagi mereka yang mengalami problem psikologis. Karena belum ada tempat yang khusus untuk mereka, jadi harus ada yang mengawasi/memantau orang-orang yang mengalami problem psikologis tersebut.
9
Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?
Jadi dalam yayasan ponpes Suryabuana ini sudah ada devisi-devisi tersendiri yang tugas mereka juga ada yang berdakwah atau mengajak untuk melakukan dzikir kepada Allah.
145
10
Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?
Berlaku untuk umum.
11
Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?
Tidak ada perbedaan. Semuanya sama, Cuma yang mungkin yang membedakan yaitu intensitasnya. Kalau mungkin yang umum atau jama’ah-jama’ah yang kesini sekedar mengamalkan dzikir setelah shalat fardu dan tambahan mujahadah. Tapi kalau orang-orang yang mengalami problem psikologis harus ada pengawasan lebih khusus untuk berdzikir ditempat yang khusus dan diperbanyak lagi dalam berdzikir dan kalau mereka gak mau tetap dipaksa.
146
RESPONDEN SANTRI
XIII. Identitas Informan :
31. Nama : Sarmo
32. Usia : 47 Tahun
33. Pekerjaan : Santri
34. Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 6 Agustus 2015
35. Waktu : 21.00 WIB
XIV. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?
Jujur aja mbk, saya dulunya memakai narkoba dan sudah menjadi kecanduan. Saya memakai obat-obatan itu untuk mencari kesenangan semata.
2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?
Sejak saya masih remaja sampai saya berumur 37 tahunan mbk.
3
Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?
Ketika masuk di Pondok Pesantren ini saya di Talqin oleh wakil talqin di Pendopo kemudian suruh menginap disini dan setiap malamnya saya di suruh bangun setiap malam untuk mandi taubat dan sholat-sholat sunnah kemudian dzikiran sampai fajar. Dan mengamalkan dzikir setiap ba’da sholat fardhu sebanyak 165x
4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari pengurus?
Sangat senang dan tenang sehingga saya mengabdikan diri di Pondok ini dengan istri dan anak saya mbk.
5
Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?
Menurut saya sangat efektif mbk, karena saya dapat membuktikannya sendiri. Dan setelah melakukan dzikir tersebut saya sudah tidak punya keinginan lagi untuk memakai obat-obatan terlarang itu
147
RESPONDEN SANTRI
XV. Identitas Informan :
36. Nama : Syarif
37. Usia : 37 Tahun
38. Pekerjaan : Santri
39. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 19 Agustus 2015
40. Waktu : 16.00 WIB
XVI. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?
saya memakai obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif itu dulunya hanya untuk senang-senang saja. Ya biasa ketika masih muda pengen coba-coba saja karena teman-teman pada makai. Dan setiap punya masalah saya larinya pada hal-hal yang seperti itu. Tanpa disadari ternyata saya menjadi kecanduan mbk
2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?
Ketika saya masih muda mbk, sekitar 3 tahunan saya memakai hal-hal seperti itu.
3
Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?
Pertama saya di Talqin sama pak Zen mbk, kemudian disuruh bangun malam sekitar jam 02.00nan untuk mandi taubat dan sholat setelah itu dzikir sampai waktu sholat shubuh mbk. Sampai 40 hari saya disiruh menjalan aktivitas seperti itu.
4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari pengurus?
Saya merasa senang, tenang dan tidak punya keinginan untuk mengulangi perbuatan-perbuatan saya yang seperti itu.
5
Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?
Menurut saya efektif mbk, karena saya membuktikan sendiri bahwa setiap kali saya berdzikir, saya merasa tenang dan nyaman.
148
RESPONDEN SANTRI
XVII. Identitas Informan :
41. Nama : Trihatmoko Yulianto
42. Usia : 40 Tahun
43. Pekerjaan : Ikhwan
44. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 17 Agustus 2015
45. Waktu : 21.00 WIB
XVIII. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?
Sebenarnya saya dulu itu nakal, tapi nakalnya saya itu bukan kriminal mbk. Saya tergoda dengan narkoba mbk. Awalnya saya menggunakan narkoba itu untuk stimulan meditasi, namun pada satu titik tanpa saya sadari saya menjadi kecanduan mbk.
2 Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?
Dari tahun 2010 sampai 2013 mbk.
3
Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?
Saya langsung ditangani oleh pengasuhnya mbk. Jadi pertama kali yang dilakukan ketika saya sampai disana yaitu saya ditalqin. Setelah itu saya mandi taubat, sholat taubat dan shalat sunnah, kemudian berdzikir mbk. Saya dibimbing oleh beliau itu lewat mimpi mbk, tapi mimpi-mimpi itu membawa suatu perubahan dan tindakan yang nyata gitu lo mbk.
4 Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari pengurus?
Saya merasa nyaman mbk. Bahkan setelah saya di talqin, selama 40 hari itu saya seperti habis makai narkoba padahal saya tidak menggunakan.
149
Dan setelah itu saya sudah sembuh sampai sekarang mbk.
5
Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?
Kalau menurut saya sangat luar biasa mbk. Karena terbukti secara nyata mbk.
150
RESPONDEN PENGURUS
XIX. Identitas Informan :
46. Nama : Ky. Zaenal Muttaqin
47. Usia : 42 Tahun
48. Pekerjaan : Wakil Talqin
49. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 17 Agustus 2015
50. Waktu : 22.00 WIB
XX. Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1
Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?
Narkoba, stres karena diputus pacar dan
karena kehidupan berumah tangga.
2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?
Biasanya mereka itu karena mengalami
suatu permasalahan dan mereka tidak
dapat menangani atau menyelesaikan
suatu permasalahan tersebut. Sehingga
mereka merasa buntu dan kebuntuan pola
pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau
mereka sampai sangat tinggi itukan
membuat mereka sampai gila dan bisa
juga mereka mencari kesenangan yang
salah dalam artian mereka menggunakan
hal-hal yang terlarang.
3 Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem
Ya dengan metode dzikir. Tapi kadang-
kadang mereka itu hanya di ajak jalan-
151
psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?
jalan mbk, dan anehnya itu dia bisa
sembuh itu mbk. Seperti contoh dulu pas
ada korban gempa di Jogya mbk, ada
orang yang mengalami setres to trus sama
Kanjeng Syech di ajak jalan-jalan untuk
melihat-lihat bangunan yang sudah
berantakan itu mbk, mereka bisa sembuh
itu mbk. Karena kalau melihat ekonomi
itukan mereka dikasih tahu bahwa ada
yang keadaannya lebih parah dibawah kita
sehingga akan muncul perasaan syukur.
Dan dari Rasulullah telah dijelaskan
bahwa “kalau kau pengen mudah dalam
urusan dunia ya kau lihat dibawahmu”.
4 Adakah metode tersebut efektif?
Sangat efektif mbk, karena orang berdzikir itu segala sesuatunya akan kembali kepada Allah dan dengan berdzikir maka akan menjadikan orang itu berserah diri kepada Allah secara sempurna.
5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?
Terjadinya perubahan pada si penderita.
6 Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?
Ya, yang sesuai dengan yang di ajarkan oleh mursyidnya. Yaitu dengan aturan tareqoh Qodariyah wa Naqsabandiyah. Yaitu dengan di talqin terlebih dahulu karena kalau tidak di talqin itu tidak bisa mbk.
7
Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?
Faktor pendukungnya karena ada berkah dari seorang guru. Dalam artian berkah yang menuju pada tempatnya yang ada di Suryabuana. Kemudian kasih sayang dari orang-orang yang berada di Suryabuana.
8 Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem
Kendalanya ada pada orang itu sendiri. Kadang mereka itu mau sembuh akan tetapi tidak ada kesungguhan dalam proses
152
psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?
penanganannya. Cara menanganinya ya dengan terus menerus memberikan arahan kepada mereka yang mengalami problem tersebut.
9
Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?
Dengan cara berdakwah, mengajak masyarakat dan setiap kegiatan yang ada di Suryabuana di adakan disetiap daerah yang ada ikhwannya.
10
Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?
Berlaku umum bagi siapa saja yang mau.
11
Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?
Tidak ada, Cuma untuk yang mengalami gangguan psikologis itu biasanya ada dzikir tambahan.
157
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Faizatun Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Nim : 111-11-196 Jurusan : Pendidikan Agama Islam No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1
OPAK “ Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Di Era Modern Untuk Kejayaan Indonesia” (DEMA)
20-22 Agustus 2011 Peserta 3
2
Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, Dan Intelektual Melalui Achievement Motivation Training (AMT)
23 Agustus 2011 Peserta 2
3
Menemukan Muara Sebagai Mahasiswa Rahmatan Lil Alamin (ODK)
24 agustus 2011 Peserta 2
4 Seminar Entrepreneurship dan Koperasi (Auditorium STAIN Salatiga)
25 Agustus 2011 Peserta 2
5
Seminar Pendidikan HMI " Menuju Pendidikan Indonesia yang Ideal” Oleh HMI
28 Desember 2011 Panitia 3
6 SK Pengesahan Mengajar TPA Al Muttaqien Pancuran, Salatiga
Tahun 2012-sekarang Ustadzah 4
7
STAIN ARABY “Bahasa Arab Sebagai Penunjang Perkuliahan Mahasiswa” Oleh ITTAQO STAIN Salatiga
17 Maret 2012 Peserta 2
8
Seminar Nasional Entrepreneurship “ Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika Sebagai Wujud Pasar Modern” Oleh Kopma Fatawa
21 April 2012 Peserta 8
9
Seminar Regional “Peran Mahasiswa dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran”
03 Mei 2012 Peserta 4
158
Oleh DEMA
10
Gorah Masal Oleh Divisi Tilawah Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz (JQH)
12 Mei 2012 Peserta 2
11
Seminar Nasional Kristologi dan Tabligh Akbar “Membangun Pemahaman Agama Menuju Khoirul Ummah” Oleh DISDIKPORA
20 Mei 2012 Peserta 8
12
Bim.Bel Menghadapi UAS SIBA Bhs. Inggris dan Bhs. Arab “ Meningkatkan Khazanah Keilmuan Mutakhir Dengan Bhs. Inggris dan Bhs. Arab” Oleh CEC dan ITTAQO STAIN Salatiga
29 Juni 2012 Peserta 2
13
Sarasehan Nasional “ Talk Show Peran Mahasiswa dalam Realita dan Idealita Bangsa” Oleh DEMA STAIN Salatiga
1 Juli 2012 Peserta 8
14
Bedah Buku “ 24 Cara Mendongkrak IPK” UPT Perpus STAIN Salatiga
2 Desember 2012 Peserta 2
15
Public Hearing “Optimalisasi Kinerja Lembaga Melalui Kritik dan Saran Mahasiswa” Oleh SEMA STAIN Salatiga
21 Maret 2013 Peserta 2
16
SK Pengesahan Pengurus Hasil Reshuffle HMI Cabang Salatiga Komisariat walisongo Periode 2011-2012
27 Juni 2013 Pengurus 4
17
“Workshop Pengembangan Wawasan Kependidikan Ustadz/Ustadzah TPQ Angkatan II”
13-16 September 2013 Peserta 2
159
Oleh Kemenag Provinsi Jawa Tengah
18
Bakti Sosial Pengobatan Gratis. Oleh HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo
05 November 2013 Panitia 3
19
SK Pengesahan Susunan Panitia Pelaksana Pelantikan Pengurus HMI Komisariat Walisongo Periode 2013-2014
18 Desember 2013 Panitia 3
20
SK Susunan pengurus HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo Periode 2013-2014
11 Januari 2014 Pengurus 4
21
Sarasehan Akbar Bersama Tokoh Nasional “ Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesia” Oleh LDMI Pengurus Besar PB HMI
15 Maret 2014 Peserta 8
22
Sosialisasi Penanggulangan HIV/AIDS “ Pelajar Berkualitas Tanpa HIV/AIDS, Pelajar Berakhlak Tanpa Diskriminasi Pelaku HIV/AIDS” Oleh PR-NU Salatiga
6 April 2014 Peserta 2
23
Pesantren Kilat SMP NEGERI 7 SALATIGA. Oleh LDMI HMI Cabang Salatiga
15-18 Juli 2014 Pemateri 4
24 SK Kelulusan Praktikum BTQ. Oleh STAIN Salatiga
22 Juli 2014 Peserta 2
25
Seminar Nasional “ Peran Mahasiswa dalam Mengawal Masa Depan Indonesia Pasca Pilpres 2014” Oleh DEMA STAIN Salatiga
29 September 2014 Peserta 2
26 Scholarship Forum from 15 November 2014 Peserta 2
160
Communicative English Club (CEC)
27 Seminar Nasional Entrepreneurship Oleh Racana
16 November 2014 Peserta 8
28
Kajian Intensif Mahasiswa “Fenomena Islam di Salatiga” Oleh LDK
28 November 2014 Peserta 2
29
Seminar Nasional “ Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas Asean” Oleh HMPS-AS
Desember 2014 Peserta 8
30
Pengajian Akbar “ Silaturahmi Masyarakat Udanwuh dan Tasyakuran Lomba TPQ Desa Udanwun” oleh KKN Desa Udanwuh
13 April 2015 Panitia 3
31
Seminar Nasional “Understanding the world by Understanding the language and the culture” Oleh CEC
4 Juni 2015 Peserta 8
32
Pesantren Ramadhan Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP NEGERI 9 SALATIGA
9-11 Juli 2015 Pembimbing 4
33 Pesantren Kilat di MAN Salatiga Oleh LDK
29-4 Juli 2015 Pemateri 4
Jumlah 127
Salatiga, 10 September 2015 Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag. NIP. 19700510 199803 1003
171
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Faizatun
NIM : 11111196
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/PAI
Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 08 Maret 1993
Alamat : Sajen, RT 05 RW 14, Trenten, Candimulyo, Magelang
Nama Ayah : Ahmad
Nama Ibu : Sriyati
Agama : Islam
Pendidikan : - MI Semen Trenten lulus tahun 2002
- SMP N 3 Candimulyo lulus tahun 2008
- SMA Al Husain Krakitan lulus tahun 2011
- IAIN Salatiga lulus tahun 2015
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Magelang, September 2015
Penulis,
Faizatun 111 11 196