EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

80
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT DAN REINFORCEMENT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Oleh KHOEROTUN NISA 0105515037 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

Page 1: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN

TEKNIK SELF MANAGEMENT DAN REINFORCEMENT

UNTUK MENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan

Oleh

KHOEROTUN NISA

0105515037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Keefektifan Konseling Kelompok Behavior dengan

Menggunakan Teknik self-management dan Teknik reinforcement untuk

Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik” karya,

Nama : KHOEROTUN NISA

NIM : 0105515037

Program studi : Bimbingan dan Konseling S2

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, 3 Oktober 2019.

Pembimbing I,

Prof. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. Kons

NIP.195211201977031002

Pembimbing II,

Dr. Awalya, M.Pd, Kons

NIP.196011011987102001

Page 3: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …
Page 4: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya

Nama : KHOEROTUN NISA

NIM : 0105515037

Program studi : Bimbingan dan Konseling S2

Menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesisyang berjudul “Keefektifan

Konseling Kelompok Behavior dengan Menggunakan Teknik self management

dan Teknik reinforcement untuk Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik”

ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas

pernyataan ini saya secara pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum yang

dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karyaini.

Semarang, 30 September 2019

Yang membuatpernyataan,

Khoerotun Nisa

NIM 0105515037

ditempeli

meterai

Rp. 6.000

Page 5: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

❖ “ Hidup Itu yang Sulit Melatih Sabar, Tapi Dari Sabarlah Kita Berlatih

Untuk Hidup”(Khoerotun Nisa).

PERSEMBAHAN :

❖ Almamater Program Studi Bimbingan dan

Konseling Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang

Page 6: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat

menyelesaikan Tesis ini yang berjudul “Keefektifan Konseling Kelompok

Behavior dengan Menggunakan teknik self management dan teknik reinforcement

untuk Mengurangi Perilaku Membolos Peserta Didik”. Tesis ini disusun sebagai

salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Keberhasilan ini didapat berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian tesis ini. Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pertama kepada

para pembimbing: Prof. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. Kons (Pembimbing I) dan

Dr.Awalya,M.Pd, Kons (Pembimbing II).

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

peneliti untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah

memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian dan

penyusunan tesis.

3. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons, Koordinator Program Studi

Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Negeri

Page 7: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

Semarang yang telah memberikan kesempatan dan arahan selama proses

pendidikan, penelitian dan penelitian tesis ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan dan arahan selama proses pendidikan,

penelitian dan penelitian tesis ini.

5. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Program

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang atas bekal ilmu pengetahuan dan

seluruh staf pegawai di lingkup Program Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang atas pelayanannya dalam urusan administrasi

6. Kepala Sekolah, Guru BK/Konselor sekolah serta siswa-siswa MA

Assalafiyah Luwungragi yang telah banyak membantu terlaksananya

penelitian ini.

7. Ayah dan ibu tercinta, suami dan anak-anak serta keluarga terkasih, atas

semua doa, semangat dan dukungannya selama mengikuti pendidikan

8. Sahabat seperjuangan, teman-teman mahasiswa Program Studi Bimbingan

dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, atas

bantuan dan kerjasama yang baik yang telah dilalui

9. Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak bisa disebut satu

persatu

Peneliti menyadari, bahwa dalam penelitian tesis ini mungkin masih

terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga

hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan konstribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan.

Semarang, September 2019

Peneliti

Khoerotun Nisa

Page 8: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

ABSTRAK

Khoerotun Nisa. 2019. “Keefektifan Konseling Kelompok Behavior dengan

Menggunakan Teknik self-management dan Teknik

reinforcement untuk Mengurangi Perilaku Membolos Peserta

Didik”. Tesis. Jurusan Bimbingan dan Konseling Pascasarjana

Universitas negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Mungin

Eddy Wibowo, M.Pd. Kons, Pembimbing II: Dra Dr. Awalya,

M.Pd, Kons.

Kata kunci: Perilaku membolos, konseling kelompok behavior, teknik self

management, teknik reinforcement.

Sekolah merupakan lembaga formal dimana seorang siswa menimba ilmu

dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Siswa dalam

perkembangannya tentu saja tidak akan pernah lepas dari berbagai permasalahan,

baik permasalahan pribadi maupun permasalahan sosial. Keberhasilan layanan

konseling dapat dilihat dari perubahan perilaku yang ditunjukan oleh siswa ke

arah yang lebih positif, salah satu contoh perubahan perilaku yang diharapkan

adalah berkurangnya perilaku membolos di sekolah. Perilaku membolos dapat

definisikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang

tidak tepat atau ketidak hadiran siswa tanpa alasan yang jelas.

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh konseling kelompok

behavior dengan menggunakan teknik self management dan reinforcement untuk

mengurangi perilaku membolos siswa MA Assalafiyah Luwungragi Brebes.

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 16 siswa yang

terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan teknik self

menagment dan kelompok yang menggunakan teknik reinforcement. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan melihat

dari daftar absensi siswa pada konselor.

Hasil Analisis diperoleh tingkat membolos dalam kelompok self

managemnet pada post-test (M = 36; SD = 3,12) mengalami penurunan yang

signifikan dibandingkan dengan pre-test (Mean = 89; SD = 1,77; Z= -2,55; p

<0,05). Selanjutnya, tingkat membolos siswa pada kelompok reinforcement pada

post-test (M = 37,13; SD = 3,44) mengalami penurunan yang signifikan

dibandingkan dengan pre-test (Mean = 90,88; SD = 2,87; Z= -2,55; p <0,05).

Teknik self management dan reinforcement pada penelitian ini sama-sama efektif

untuk menurunkan perilaku membolos karena kedua kelompok tersebut secara

pelaksanaan menggunakan konseling kelompok behavior yang mendorong

terjadinya interaksi yang dinamis. Dengan konseling kelompok siswa dapat

berinteraksi antar anggota kelompok dengan memberikan gagasan, ide

pengetahuan dan pengalaman untuk membantu memecahkan masalah yang

sedang dibahas dalam kelompok

Page 9: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PERNAYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

PRAKATA ....................................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 10

1.3 Cakupan Masalah.............................................................................. 10

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 11

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 11

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 12

1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 12

1.5.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS DAN

KERANGKA BERFIKIR ............................................................................. 14

2.1 Kajian Pustaka .................................................................................. 14

2.2 Kerangka Teoritis ............................................................................. 16

2.2.1 Perilaku Membolos ................................................................ 16

2.2.1.1 Pengertian Perilaku Membolos .................................. 17

2.2.1.2 Faktor-faktor Perilaku Membolos ............................. 21

2.2.1.3 Dampak Negatif Perilaku Membolos ......................... 21

2.2.2 Konseling Kelompok Behavior .............................................. 24

2.2.2.1 Pengertian Konseling Kelompok Behavior ............... 24

2.2.2.2 Tujuan Konseling Kelompok Behavior .................... 26

2.2.2.3 Manfaat Konseling Kelompok Behavior .................. 27

2.2.2.4 Tahapan Konseling Kelompok Behavior .................. 28

2.2.3 Pendekatan Behavior ............................................................. 30

2.2.3.1 Pengertian Pendekatan Behavior............................... 30

2.2.3.2 Tujuan Pendekatan Behavior .................................... 31

2.2.3.3 Asumsi Tingkah Laku Bermasalah ............................. 32

Page 10: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

2.3 Teknik Self Management ................................................................. 41

2.3.1 Konsep Dasar TeknikSelf Management ................................. 41

2.3.2 TujuanTeknikSelf Management .............................................. 43

2.3.3 Teknik TeknikSelf Management ............................................. 44

2.3.4 Tahapan TeknikSelf Management .......................................... 46

2.4 Teknik Reinforcement ....................................................................... 47

2.4.1Konsep Dasar Teknik Reinforcement ...................................... 47

2.4.2 Tujuan Teknik Reinforcement ................................................ 48

2.4.3 Prinsip-Prinsip Teknik Reinforcement ................................... 52

2.4.4 Manfaat Teknik Reinforcement .............................................. 54

2.5 Kerangka Berfikir ............................................................................. 56

2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 57

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 59

3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 59

3.2 Populasi dan sampel ......................................................................... 61

3.3 Tenik Sampling ................................................................................. 61

3.4 Variabel Penelitian............................................................................ 62

3.5 Definisi Oprasional ........................................................................... 62

3.6 Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 63

3.5.1Istrumen ................................................................................. 63

3.5.2 Tenik Pengumpulan Data ...................................................... 66

3.6 Deskripsi Langkah-Langkah Pemberian Treatment ......................... 67

3.7 Teknik Analisis Data ....................................................................... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 76

4.1. Tingkat perilaku membolos siswa ................................................... 76

4.1.1 Hasil Penelitian Penyebaran Skala Perilaku Membolos ....... 76

4.1.2 Pembahasan Tingkat Perilaku Membolos............................. 77

4.2. Keefektifan layanan konseling kelompok behavior ........................ 78

4.2.1 Hasil Penelitian Kecenderungan Perilaku Membolos .......... 78

4.2.2 Hasil Analisis Uji Wilcoxon ................................................. 81

4.2.3 Pembahasan Keefektifan Layanan Konseling Behavior ...... 82

4.3 Perbedaan Tingkat Keefektifan Konseling Kelompok Teknik Self

Management dan Teknik Reinforcement....................................... 83

4.3.1 Hasil Analisis Uji Mann-Whitney ........................................ 83

4.3.2 Pembahasan Perbedaan Tingkat Keefektifan Konseling

Kelompok ...................................................................................... 85

4.4 Keterbatsan Penelitian .................................................................... 86

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 87

5.1 Simpulan ........................................................................................ 87

5.2 Saran ................................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89

DAFTAR TABEL

Page 11: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

Tabel 1.1 Data presensi siswa kelas XI Semester 1 ........................................ 4

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian ........................................................ 61

Tabel 3.2 Tahapan Pemberian Treatmen ........................................................ 62

Tabel 4.1 Pola perubahan penurunan tingkat perilaku membolos siswa ........ 77

Tabel 3.4 Hasil Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney .................................... 81

Page 12: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................ 54

Gambar 3.1 Pola One Group Pretest-posttest Design ..................................... 57

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 59

Gambar 4.1 Grafik Penurunan Tingkat Perilaku Membolos Siswa ................. 77

Page 13: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Permohonan Validator Ahli .................................................................... 99

Lembar Validasi Instrument ............................................................................ 100

Instrument Perilaku Membolos ....................................................................... 101

Hasil Uji Validitas Instrument ........................................................................ 108

Jurnal Kegiatan Layanan Konseling Kelompok Selama Treatment ............... 109

Daftar hadir kegiatan Konseling Kelompok Selama Treatment ...................... 110

RPL Konseling Kelompok .............................................................................. 126

Data Tabulasi Pretest Kelompok Self-Management ....................................... 198

Data Tabulasi Pretest Kelompok Reinforcement ............................................ 188

Data Tabulasi Protest Kelompok Self-Management ....................................... 199

Data Tabulasi Protest Kelompok Reinforcement ............................................ 199

Rosentase perbandingan data pretest dan postes .............................................. 200

Hasil Analisis Uji Wilcoxon dan Man Whitney .............................................. 201

Dokumentasi Kegiatan ..................................................................................... 203

Page 14: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

LAMPIRAN

Page 15: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan bagian dari pendidikan. Di sekolah inilah

kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan di

kembangkan kepada siswa. Kegiatan belajar di sekolah merupakan kegiatan

inti dalam pendidikan di sekolah. Segala sesuatu yang telah diprogramkan

akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, melalui kegiatan belajar

mengajar ini juga proses transfer dan transformasi ilmu pengetahuan kepada

peserta didik.

Peserta didik merupakan sasaran yang terlibat langsung dalam

pendidikan melalui proses pembelajaran, sehingga melalui proses

pembelajaran diharapkan peserta didik mampu mengenal dan

mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik dan kegiatan

belajar mengajar adalah guru dan peserta didik. Proses belajar mengajar dapat

terlaksana apabila komponen tersebut ada. Jika salah satu komponen tidak

hadir maka proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Sehingga transfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik tidak dapat dilakukan.

Melihat pandangan tersebut tentunya dapat diketahui bahwa

kehadiran komponen ini dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah

penting. Namun, melihat fenomena dilapangan saat ini menunjukan hal

berbeda.Saat ini banyak sekali ditemukan peserta didik yang tidak hadir

mengikuti kegitan belajar mengajar disekolah pada saat jam pelajaran. Proses

belajar mengajar di sekolah dimaksudkan untuk membantu siswa tumbuh dan

berkembang serta menemukan pribadinya menuju kedewasaan.Tumbuh dan

Page 16: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

2

berkembang secara maksimal dalam berbagai aspek kepribadian agarmenjadi

manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di tengah-tengah masyarakat.

Kenyataan di lapangan sering dijumpai beberapa siswa mengalami kegagalan

dalam belajarnya. Faktor penyebabnya antara lain adalah saat dalam kelas

berbicara sendiri, berbuat gaduh, mengganggu temannya, masa bodoh

saatguru menjelaskan pelajaran, tidak konsentrasi dalam belajar, dan

membolos sekolah.

Bachri Thalib (2010: 14) akibat dari perilaku menyimpng khususnya

membolos tersebut dapat berdampak bagi diri sendiri dan orang lain

diantaranya ketidakmampuan berprestasi, peserta didik menggunakan waktu

luangnya untuk mengganggu temannya di kelas, kegelisahan yang tidak

realistis, kesedihan dan depresi, kesulitan bergaul dan ketergantungan yang

berlebihan kepada guru-guru membolos dapat diartikan sebagai perilaku

peserta didik yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau

bisa juga dikatakan ketidakhadirannya tanpa alasan yang jelas.

Perilaku membolos di kalangan pelajar kiranya bukan hal yang baru

bagisetiap siswa di sekolah.Tidak hanya terjadi pada siswa putra, siswa putri

pun jugakerap melakukan kegiatan ini. Ada yang melakukannya secara

pribadi, tetapi cukup banyak juga yang melakukannya secara berkelompok,

Fenomena membolos yang dilakukan para siswa di sekolah dapat dipahami

sebagai tindakan perilaku salah, dimana siswa menyelesaikan masalahnya

melalui jalan pintas yang menurut mereka sebagai solusi terbaik atas masalah

yang mereka alami. Bagi pihak sekolah, tentu tindakan ini telah melanggar

peraturan atau tata tertib yang berlaku (Mukhlis, 2009: 7).

Page 17: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

3

Membolos akan menyebabkan gagal dalam pelajaran, mengganggu

kegiatan belajar teman-teman sekelas dan masih banyak akibat

yangditimbulkan. Diantara akibat dari membolos yaitu dia akan bergaul

dengan teman-temanyang tidak baik atau terjerumus dalam pergaulan bebas

yang akanmenyebabkan banyak lagi kenakalan-kenakalan remaja yang lain,

Kartono (2008).

Beberapa kasus membolos, misalnya yang terjadi di daerah

Brebes-Tegal, Sebanyak empat pelajar SMP dan 24 pelajar SMA terjaring

operasi sayang yang digelar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dan

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tegal, Radar Tegal, Senin

(24/11/2018). Mereka dirazia saat nongkrong di alun-alun, warung kopi,

pasar burung, Pantai Larangan Munjungagung Kramat, warnet dan

playstation (PS) di wilayah Tarub, Bendungan Danawarih Lebaksiu kab tegal,

Patung GBN Slawi kab tegal, Obyek Wisata Cacaban kab tegal, dan GOR

wisanggeni,tegal kota. Alasan mereka membolos dan tidak masuk sekolah

beragam.Ada yang merasabosan di kelas, malas dan ada sekedar ingin

main-main.Sebelumnya belasanpelajar juga terjaring razia saat nongkrong di

rental playstation dan warung kopi (Sucipto, 2018).

Data dokumentasi presensi sebagian SMA dan MA Negeri Kabupaten

Brebes di semester satu menunjukan presensi terdapat rata-rata 149 kasus

siswa membolos dari 10 sekolah tingkat SMA dan MA Negeri Kabupaten

Brebes pada semester satu tahun ajaran 2018/2019. Membolos merupakan

salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya diperlukan perhatian

yang sangat serius, dan perilaku membolos tidak dapat sepenuhnya

dihilangkan dari kehidupan siswa, tetapi usaha meminimalkan perilaku

Page 18: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

4

tersebut tetap haruslah ada.Pada fase remaja merupakan masa transisi dan

masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Banyak perubahan yang terjadi

pada masa remaja ini baik secara fisik maupun secara psikis, sehingga dalam

perkembangannya tidak semua anak menghayati proses perkembangan

tersebut berhasil dengan baik bahkan sering terjadi hambatan dan konflik

(Ridlowi, 2009).

Kearney (2001), mengatakan bahwa faktor pendukung munculnya

perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat dikelompokkan menjadi

tiga yaitu faktor sekolah, personal dan keluarga. Faktor sekolah yang berisiko

meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain

kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim

antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif,

atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

Faktor personal terkait dengan konsep diri yang merupakan

pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang

menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri sehingga mempunyai

pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan serta

menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik peserta

didik.Sedangkan faktor keluarga meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya

partisipasi orang tua dalam pendidikan anak. Ketiga faktor tersebut dapat

muncul secara terpisah atau berkaitan satu sama lain.

Bulan Juli 2011 pernah dilakukan penelitian mengenai konsep diri

oleh Jamaludin Ahmad, Mazila Ghazali dan Aminuddin Hassan.Berdasarkan

penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa hubungan antara konsep diri dan

prestasi belajar siswa tidak signifikan.Konsep diri tidak secara langsung

Page 19: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

5

berhubungan dengan prestasi belajar siswa namun lebih berkaitan dengan

perilaku siswa.Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Maria (2007), konsep diri membawa pengaruh terhadap kecenderungan

kenakalan remaja, semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah

kecenderungan kenakalan remaja dan sebaliknya semakin rendah konsep diri

maka semakin tinggi kecenderungan kenakalan remaja.

Penelitian lain yaitu tentang motivasi belajar yang dilakukan oleh

Nilsen (2009), motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap

perilaku akademik siswa yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap

peningkatan prestasi belajar siswa. Motivasi belajar yang tinggi akan

membawa dampak terhadap peningkatan perilaku akademik siswa seperti

rajin masuk sekolah, rajin belajar dan sebagainya, dan hal ini akan membawa

dampak pula terhadap prestasi belajar siswa tersebut. Permasalahan siswa

yang membolos dan perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk

melakukan aktivitas belajar sesuai kebutuhan mereka.

Apabila para siswa belajar sesuai tanpa aturan yang jelas maka upaya

belajar siswa tersebut tidak efektif. Dalam pengaturan waktu belajar

berdasarkan kesadaran sendiri maupun pihak lain, jika tidak dilakukan

dengan disiplin, maka alokasi waktu untuk belajar akan kacau. Kedisiplinan

siswa dalam melakukan aktivitas belajar dapat dipadukan dengan aktivitas

lain dalam kehidupan sehari-hari. Guru bimbingan dan konseling perlu

mendampingi mereka dalam mengatur waktu belajar.

Perilaku membolos yang dulu sering dilakukan oleh siswa putra saja,

tetapi sekarang juga dilakukan siswa putri.Perilaku tersebut tidak sesuai

dengan budaya tradisional kita yang masih membedakan peran laki-laki dan

Page 20: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

6

perempuan dalam masyarakat. Dengan demikian penanganan terhadap

peserta didik yang sering membolos perlu mendapatkan perhatian yang

sangat serius.Penyebab perilaku membolos yaitu peserta didik ada hubungan

antar personal yang tidak menyenangkan baik dengan guru maupun kepada

teman sebayanya.

Perilaku membolos yang dilakukan peserta didik tersebut juga telah

membawa dampak terhadap prestasi belajarnya. Menurut guru bimbingan dan

konseling sekolah yang mendapati laporan dari beberapa guru mata pelajaran

dan wali kelas, peserta didik tersebut pada dasarnya mempunyai prestasi

belajar yang kurang baik, dalam hal ini peserta didik tersebut mempunyai

prestasi belajar yang berada di bawah rata-rata rendahnya prestasi peserta

didik tersebut terlihat dari sejumlah nilai hasil ulangan harian yang berada di

bawah rata-rata, hal ini terjadi karena peserta didik tersebut tidak menguasai

materi pelajaran yang dipelajarinya karena tidak masuk sekolah. Selain itu

sering sekali karena membolos tidak mengumpulkan tugas dan tidak

mengikuti ulangan harian.

Jadi peneliti menyimpulakan perilaku membolos disebabkan oleh

banyaknya faktor baik faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan

keluarga melainkan dapat juga disebabkan oleh faktor internal yaitu berasal

dari dalam diri peserta didik sehingga mereka melakukan tindakan

membolos.

Melihat banyaknya dampak negatif yang muncul dari perilaku

membolos tentunya hal tersebut tidak boleh dibiarkan.Perilaku tersebut juga

tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus di tangani secara serius.

Dalam setting sekolah konseling kelompok dari guru bimbingan dan

Page 21: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

7

konseling merupakan proses komunikasi bantuan yang amat penting dalam

menanggulangi masalah perilaku membolos.

Menurut prof mungin dalam bukunya (2005:31) konseling kelompok

merupakan hubungan antara pribadi yang menekankan pada proses berpikir

secara sadar, perasaan-perasaan, perilaku-perilaku yang dapat meningkatkan

kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Melalui

konseling kelompok, individu menjadi sadar akan kelemahan dan

kelebihannya, mengenali keterampilan, keahlihan dan pengetahuan serta

menghargai nilai dan tindakannya sesuai dengan tugas-tugas perkembangan.

Menurut corey dalam mungin konseling kelompok lebih berpusat pada

masalah pendidikan, pekerjaan dan pribadi.

Konseling kelompok berorientasi pada perkembangan individu dan

usaha menemukan kekuatan yang bersumber pada diri individu itu sendiri

dalam memanfaatkan konseling kelompok. Melalui konseling kelompok

individu akan mampu meningkatkan kemampuan mengembangankan pribadi,

mengatasi masalah-masalah pribadi terampil dalam mengambil alternatif

dalam memecahkan masalahnya, serta memberikan kemudahan dalam

pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan tindakan yang

selaras dengan kemampuannya memaksimalkan perilaku perwujudan diri.

Menurut Corey konseling behavior adalah Pengetrapan dari penilitian

dan teori dasar dari psikologi eksperimental untuk mempengaruhi perilaku

dengan tujuan untuk mengatasi problema sosial dan individual dan

meningkatkan berfungsinya sifat manusia.Konseling Behavioral biasanya

digunakan sebagai treatmen guru bimbingan dan konseling dan ahli dalam

mendiagnosa tingkah laku peserta didik. Dalam proses konseling peserta

Page 22: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

8

didik yang menentukan tingkah laku apa yang akan diubah, sedangkan

konselor menentukan cara yang digunakan untuk mengubahnya. Menurut

Bootzin dalam Gantina Konseling Behavior dikenal juga dengan modifikasi

perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk

mengubah perilaku.Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada

tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru penghapusan tingkah laku

diisikan.

Teknik-teknik Konseling Behavioral yang dapat dilakukan antara lain :

(1) Penguatan Positif (posittive reinforcement), (2) Kartu Berharga (token

economy), (3) Penokohan (modeling), (4) Pengelolaan Diri (self

management), (5) Penghapusan (extinction), (6) Pembanjiran (flooding), (7)

Penjenuhan (Sttiation), (8) Hukuman (punishman), (9) Time out, (10) terapi

aversi (aversi therapy) dan (11) disensitisasi sistematis. Dari beberapa teknik

behavioral salah satu teknik yang dipilih oleh peniliti adalah pengelolan diri

(self management) yaitu memantau diri (self monitoring), kendali stimulus

(stimulus control) dan ganjar diri (self reward). Membolos merupakan

perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses

pengkondisian lingkungan yang buruk dan aversi.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik

konseling behavioral dapat mengurangi perilaku membolos karena

pengelolaan diri (self management) dan (posittive reinforcement), peserta

didik mengatur perilakunya sendiri.Dalam teknik ini peserta didik yang

terlibat langsung karena ada beberapa keseluruhan komponen dasarnya yaitu

menentukan perilaku sasaran memonitor perilaku tersebut, dan mengevaluasi

efektivitas prosedur tersebut. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal

Page 23: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

9

ini untuk mengurangi perilaku membolos maka proses pengkondisian

lingkungan yang buruk tersebut dapat dilakukan melalui kendali stimulus,

kendali stimulus (stimulus control) merupakan penataan kembali atau

memodifikasi lingkungan sebagai isyarat kasus atau antiseden atas respon

tertentu. Untuk mengurangi perilaku membolos isyarat khusus yang

merupakan antiseden bagi perilaku membolos harus dikurangi frekuensinya,

ditata kembali, atau diubah waktu dan tempat kejadiannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, dalam rancangan

penelitian ini intervensi yang akan diujicobakan adalah konseling kelompok

teknik self management dan reinforcement untuk mengurangi perilaku

membolos peserta didik. Dengan mengujikan teknik tersebut untuk

mengurangi perilaku membolos khususnya untuk para peserta didik di MA

Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan-permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:

1.2.1 Masih banyak peserta didik yang berperilaku membolos.

1.2.2 Belum maksimalnya guru bimbingan dan konseling dalam

memberikan layanan konseling untuk mengurangi perilaku

membolos.

1.2.3 Kebutuhan teknik konseling yang efektif dalam mengurangi perilaku

membolos peserta didik.

1.2.4 Belum adanya kajian lebih lanjut tingkat keefektifan teknik

self-management dan reinforcement.

Page 24: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

10

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang yang telah

dipaparkan diatas, perilaku membolos merupakan maslah yang mempunyai

skor tinggi di MA Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba

Kabupaten Brebes maka cakupan masalah dalam penelitian ini berfokus pada

upaya penerapan konseling kelompok teknik self management dan

reinforcement untuk mengurangi perilaku membolos peserta didik.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, masalah dalam

penelitian ini adalah tingginya tingkat perilaku membolos, oleh sebab itu

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1.4.1 Bagaimana keefektifan konseling kelompok dengan menggunakan teknik

self management untuk mengurangi perilaku membolos peserta didik

MA Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten

Brebes?

1.4.2 Bagaimana keefektifan konseling kelompok dengan menggunakan teknik

posittive reinforcement untuk mengurangi perilaku membolos peserta

didik MA Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten

Brebes?

1.4.3 Adakah perbedaan tingkat keefektifan konseling kelompok dengan

menggunakan teknik self managementdan posittive reinforcement

untuk mengurangi perilaku membolos peserta didik MA Assalafiyah

Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes?

Page 25: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

11

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam rumusan masalh diatas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah “untuk mengetahui keefektifan konseling kelompok

dengan menggunakan teknik self managementdan reinforcement untuk

mengurangi perilaku membolos peserta didik MA Assalafiyah Luwungragi

Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes”. Dari tujuan umum, selanjutnya

dijabarkan secara spesifik dalam tujuan penelitian untuk memperoleh data

empiris tentang :

1.5.1 Untuk mendapatkan data empiris dan menganalisa tingkat keefektifan

konseling kelompok dengan menggunakan teknik self management

untuk mengurangi perilaku membolos peserta didik MA Assalafiyah

Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

1.5.2 Untuk mendapatkan data empiris dan menganalisa tingkat keefektifan

konseling kelompok dengan menggunakan teknik reinforcement untuk

mengurangi perilaku membolos peserta didik MA Assalafiyah

Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

1.5.3 Untuk mendapatkan data empiris dan menganalisa perbedaan tingkat

keefektifan konseling kelompok dengan menggunakan self

management teknik reinforcement untuk mengurangi perilaku

membolos peserta didik MA Assalafiyah Luwungragi Kecamatan

Bulakamba Kabupaten Brebes.

Page 26: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

12

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini baik secara teoritis dan praktis adalah sebagai

berikut:

1.6.1. Manfaat Teoritis

1.6.1.1 Memberikan kontribusi positif bagi pengembang ilmu pengetahuan

dalam bidang bimbingan dan konseling.

1.6.1.2 Sebagai rujukan bagi pengembang ilmu konseling kelompok.

1.6.1.3 Memperkaya kajian tentang layanan konseling kelompok teknik

self managementdanreinforcement untuk mengurangi perilaku

membolos peserta didik yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai

rujukan penelitian yang akan datang.

1.6.2. Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi program studi bimbingan dan konseling

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi

kepada prodi Bimbingan dan Konseling mengenai tingkat

keefektifan konseling kelompok dengan menggunakan teknik self

management dan reinforcement untuk mengurangi perilaku

membolos peserta didik MA Assalafiyah Luwungragi Kecamatan

Bulakamba Kabupaten Brebes.

1.6.2.2 Bagi peneliti

Diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta kajian bagi

pengembangan penelitian selanjutnya.

Page 27: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, DAN

KERANGKA BERFIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan telaah pustaka dan kajian penulis ditemukan penelitian yang

relevan dengan penelitian penulis yaitu: Penelitian sebelumnya telah

dilakukan oleh Aris Handoko (2013) Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis tentang usaha peneliti mengurangi

perilaku membolos siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa 1)

adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan teman untuk membolos

dan pikiran irasional siswa yang merasa dirinya tidak diterima lingkungannya.

2) bentuk perilaku membolos siswa berupa sering keluar saat jam pelajaran,

karena malas belajar, tidak masuk sekolah berselang-seling hari dengan

bermain game. 3) alternatif penanganan yang dilakukan dalam mengatasi

perilaku membolos antara lain menggunakan pendekatan behavior melalui

teknik self management.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Astuti (2009) Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang usaha

peneliti mengurangi perilaku membolos siswa. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa 1) adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan

teman untuk membolos dan pikiran rasional siswa yang merasa dirinya tidak

diterima lingkungannya. 2) bentuk perilaku membolos siswa berupa sering

keluar saat jam pelajaran, karena malas belajar, tidak masuk sekolah

berselang-seling hari dengan bermain game. 3) alternatif penanganan yang

Page 28: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

14

dilakukan dalam mengatasi perilaku membolos antara lain menggunakan

pendekatan behavior melalui teknik asertif training dan teknik rational

emotif.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Revani (2010) Penelitian ini

dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis secara kritis

tentang usaha peneliti mengurangi perilaku membolos siswa. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa 1) Perilaku membolos siswa sebelum

dilakukan konseling behavior dengan teknik pengondisian operan

menunjukan aspek frekuensi dan durasi membolos yang tinggi, dengan bentuk

perilaku membolos seperti tidak masuk sekolah tanpa izin, meninggalkan jam

pelajaran dan meninggalkan jam pelajaran tertentu. 2) Perilaku membolos

ketiga klien setelah dilakukan konseling behavior dengan teknik pengondisian

operan secara umum menunjukan penurunan frekuensi dan durasi di setiap

indikator bentuk perilaku membolos.

Penelitian selanjutnya oleh Ovilia (2018) Penelitian ini dilatar belakangi

hasil pengamatan dan pengalaman peneliti bahwa banyak siswa yang

membolos, baik membolos mata pelajaran, maupun membolos sekolah.

Akibatnya dari diri siswa atau individu yang membolos, prestasi disekolah

akan menurun. Permasalahan penelitian ini adalah apakah penerapan

konseling kelompok dengan teknik behavior contract efektif untuk

mengurangi perilaku membolos pada siswa di SMK Kawung 2 Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan Single

Subject Desain (SSD) dengan banyak subyek penelitian lima siswa. Penelitian

dilaksanakan dalam waktu selama 1 bulan dengan menggunakan instrumen

pedoman observasi siswa, yaitu absensi, dokumentasi. Berdasarkan simpulan

Page 29: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

15

hasil penelitian direkomendasikan pada konselor/Guru BK untuk

menggunakan layanan konseling dengan teknik behavior contract dalam

mengurangi perilaku membolos sekolah peserta didik di SMK Kawung 2

Surabaya.

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Perilaku Membolos

2.2.1.1 Pengertian Perilaku Membolos

Perilaku merupakan hubungan antara organisme dengan

lingkungannya terhadap perilaku, perilaku membolos berarti peserta

didik mal adaptip dengan lingkungannya, membolos dapat diartikan

tidak masuk sekolah atau absen. Membolos sekolah adalah tidak

masuk sekolah atau tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dan

termasuk perilaku yang melanggar norma sosial sebagai akibat

perilaku yang kurang baik.

Azwar (2003:9) menyebutkan bahwa perilaku adalah reaksi

terhadap stimulus yang bersifat sederhana maupun kompleks dapat

diartikan bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang individu

terhadap adanya stimulus guna mencapai tujuan.

Gunarsa (2008: 31) menyebutkan bahwa perilaku membolos

adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak

sekolah, perilaku membolos dapat diartikan sebagai anak yang tidak

masuk sekolah dan anak yang meninggalkan sekolah belum usai

tanpa izin.

Page 30: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

16

Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka diperoleh

kesimpulan bahwa perilaku membolos merupakan sebuah perilaku

tidak masuk sekolah dan tanpa izin yang jelas, dan dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

2.2.1.2 Faktor-Faktor Perilaku Membolos

Membolos sekolah yang sudah sangat membudaya dikalangan para

siswa. Perilaku tersebut tidak mungkin terjadi jika tidak di dukung oleh

faktor-faktor penyebab. faktor yang mendukung adanya perilaku

membolos pada siswa di sekolah antara lain: orangtua yang kurang dalam

memberikan perhatian terhadap pendidikan anaknya, guru yang kurang

menyenangkan, pelajaran yang dianggap sulit, pengaruh buruk dari

teman-temannya, siswa yang kurang sadar akan arti pentingnya

pendidikan, dan siswa yang belum mempunyai.

Menurut Surya (2001:122) kebiasaan membolos dapat bersumber

dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara internal,

kebiasaan membolos bersumber dari dalam diri siswa yang antara lain

berkaitan erat dengan faktor kecakapan potensial maupun actual,

kematangan perkembangan, sikap dan kebiasaan, minat, kestabilan

emosional, pengalaman, kemandirian, motivasi berprestasi, kualitas

kepribadian dan sebagainya. Faktor eksternal yang mempengaruhi

kebiasaan membolos dapat bersumber dari lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat dan pergaulan teman sebaya. Faktor dalam keluarga yang

menjadi sumber timbulnya kebiasaan membolos, yaitu suasana keluarga

yang kurang mendukung, keterbatasan sarana keluarga, kurangnya

keharmonisan hubungan dalam keluarga.

Page 31: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

17

Menurut Setyowati (2004:72) beberapa masalah yang dihadapi siswa

yang membolos antara lain:

1. Adanya perasaan tidak nyaman

2. Mempunyai musuh di sekolah

3. Tidak suka dengan beberapa mata pelajaran yang dianggap

tidak penting atau tidak di sukai

4. Merasa tertinggal dalam pelajaran yang tidak mampu

5. Tidak suka guru yang mengajar

6. Adanya tekanan dari teman

7. Situasi sekolah yang tidak mendukung untuk belajar

8. Memang karena tidak berminat untuk bersekolah

Lingkungan sekolah yang kurang baik dapat menjadi sumber

timbulnya kebiasaan membolos seperti suasana kelas kurang

menyenangkan, sikap guru yang kurang baik, hubungan antar siswa

kurang baik, lingkungan sekolah yang kurang baik, materi pelajaran yang

kurang menarik dan sebagainya.

Menurut Prayitno dan Amti (2004:98) penyebab siswa membolos

dari sekolah adalah sebagai berikut:

1. Tak senang dengan sikap atau perilaku guru

2. Merasa kurang mendapatkan perhatian dari guru

3. Merasa dibeda-bedakan oleh guru

4. Proses belajar mengajar yang membosankan

5. Merasa gagal dalam belajar

6. Kurang berminat terhadap mata pelajaran

7. Terpengaruh oleh teman yang membolos

Page 32: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

18

8. Takut masuk karena tidak membuat tugas

Dari beberapa faktor diatas dapat disimpulkan bahwa faktor dari

perilaku membolos yaitu intern atau yang bersumber dari dirinya sendiri,

dan faktor ekstern atau faktor yang bersumber dari lingkungan sekitarnya.

Akibat dari kebiasaan membolos ini siswa dapat mengalami kegagalan

dalam proses kegiatan belajar mengajar, karena tertinggal mata pelajaran.

Masalah akan muncul disaat siswa yang membolos tidak memahami

materi bahasan.

Perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari

berbagai pihak. Tidak hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah,

guru, melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, keluarga,

teman maupun pemerintah. Perilaku membolos sangat merugikan dan

bahkan bisa saja menjadi sumber masalah baru untuk kedepannya

masadepan siswa itu sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya

dapat terkena imbas dari perilakunya. Apabila hal ini terus menerus

dibiarkan berlalu tidak ada penanganan yang lebih lanjut, maka yang

bertanggung jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri

melainkan dari pihak sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di

sekolah juga akan ikut menangungnya.

2.2.1.3 Dampak Negatif Perilaku Membolos

Membolos merupakan perilaku yang sangat merugikan peserta

didik. perilaku membolos apabila tidak segera diatasi maka dapat

menimbulkan banyak dampak negatif, Supriyo (2008: 112) menyatakan

bahwa apabila orang tua dan pihak sekolah tidak mengetahui anaknya

membolos maka dapat berakibat anak akan berkelompok dengan teman

Page 33: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

19

senasib dan membutuhkan kelompok/group yang menjurus ke hal-hal

yang negatif (gang), peminum, ganja, obat-obat keras, dan lain-lain.

Dan akibat yang paling fatal yaitu anak akan mengalami gangguan

dalam perkembangannya dalam usia untuk menemukan identitas

dirinya (manusia yang bertanggung jawab).

Kartono (2003), mengemukakan bahwa perilaku membolos

berakibat pada dirinya sendiri dan bagi orang lain. Bagi dirinya sendiri

maka ia akan ketinggalan pelajaran. Hal ini akan menyebabkan siswa

mengalami kegagalan dalam pelajaran, tidak naik kelas, nilainya jelek

dan kegagalan lain di sekolah. Sedang bagi orang lain, terutama siswa

sekelas, mereka akan terganggu dengan siswa yang membolos karena

kemungkinan guru akan menegur siswa yang membolos pada pertemuan

selanjutnya sehingga menyita waktu pelajaran. Guru pelajaran juga akan

menerangkan kembali materi yang sudah diajarkan pada pertemuan

berikutnya apabila ada anak yang belum paham, dan tentunya siswa

yang pada pertemuan sebelumnya membolos tidak paham.

Membolos akan menyebabkan gagal dalam pelajaran,

mengganggu kegiatan belajar teman-teman sekelas dan masih banyak

akibat yang ditimbulkan. Diantara akibat dari membolos yaitu dia akan

bergaul dengan teman-teman yang tidak baik atau terjerumus dalam

pergaulan bebas yang akan menyebabkan banyak lagi

kenakalan-kenakalan remaja yang lain. Kenakalan di kalangan remaja

adalah suatu kenyataan dan semakin nyata terjadi di zaman modern ini.

Banyak anak telah terlibat berbagai macam perlakuan yang menyimpang

dari norma. Ada yang terlibat pencurian, perkelahian antara satu sekolah

Page 34: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

20

atau dengan remaja di sekolah lainnya, mogok belajar di sekolah,

mengadakan aksi dengan poster-poster yang menuntut dewan guru yang

dirasa tidak sesuai dengan aspirasi remaja, pelemparan mobil di jalan

raya, penyiletan, perampokan, pemerkosaan, dan lain sebagainya

(Tambunan, 2008).

Ali dan Asrori (2006) mengatakan bahwa tugas-tugas

perkembangan remaja yang sangat penting adalah mampu menerima

keadaan dengan dirinya, memahami peran seks/jenis kelamin,

mengembangkan kemandirian, mengembangkan tanggung jawab

pribadi dan sosial, menginternalisasi nilai-nilai moral dan merencanakan

masa depan. Dewasa ini tidak sedikit remaja yang melakukan perbuatan

anti sosial maupun asusila karena tugas-tugas perkembangan tersebut

kurang berkembang dengan baik

Membolos yang dilakukan siswa merupakan salah satu

kegagalan dalam tugas perkembangan. Karena siswa melanggar tata

tertib yang ada di sekolah, maka sulit untuk menuju ke masa depan yang

baik. Jadi tugas perkembangan ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik

oleh siswa yang membolos sehingga akan mengakibatkan kegagalan

pada masa depan siswa.

Secara psikologis, akibat remaja yang sering melakukan

pelanggaran cenderung puas dan memotivasi mereka untuk mengulangi

perilaku itu. Pelanggaran menghilangkan kesempatan anak untuk belajar

mendapatkan kepuasan dari perilaku yang disetujui secara sosial. Bila

mereka memperoleh kepuasan dari pelanggaran, mengapa mereka harus

menjadi baik. Pelanggaran ini akan semakin serius, hingga akhirnya

Page 35: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

21

anak merasa malu dan bersalah. Pada waktunya, keyakinan ini akan

berkembang menjadi perasaan ketidakmampuan dan rasa rendah diri

yang dapat mengganggu kesehatan mental. Pelanggaran merupakan

bahaya yang serius bagi penyesuaian diri dan sosial (Hurlock, 2001).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akibat

perilaku membolos selain berdampak pada diri sendiri juga berdampak

pada sekolah bahkan masyarakat, dampak pada diri sendiri adalah siswa

yang bersangkutan akan ketinggalan pelajaran sehingga gagal dalam

prestasi dan akan berakibat tidak naik kelas, sedang terhadap sekolah

adalah siswa lain akan kehilangan saebagian waktu belajar karena

digunakan guru untuk menegur atau memberikan hukuman kepada

siswa yang membolos tersebut, dampak terhadap masyarakat adalah

dengan membolos siswa akan berpotensi salah dalam bergaul sehingga

bisa menimbulkan tindak kejahatan.

2.2.2 Konseling Kelompok Behavior

2.2.2.1 Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan

konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling serta

peserta didik yang terlibat dalam suatu keanggotaan.Konseling

kelompok merupakan layanan yang efektif digunakan bila dalam

pelaksanaan layanan membutuhkan keanggotaan yang banyak atau

lebih dari satu.Konseling kelompok menganut azas kerahasiaan yang

hanya kelompok yang terlibat saja yang mengetahuinya.

Page 36: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

22

Menurut Ohlsen (dalam Mungin, 2005: 18) menjelaskan bahwa

konseling kelompok adalah kegiatan pemberian layanan oleh konselor

dengan satu atau lebih klien yang penuh rasa penerimaan, kepercayaan

dan rasa aman. Totok Santoso (1987: 2) menjelaskan konseling

kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis dengan

menggunakan teknik-teknik konseling dimana anggota kelompok

bersama dengan konselor mengadakan eksplorasi terhadap masalah dan

perasaan dalam usaha mengubah tingkah laku dan sikap sehingga

akhirnya mampu menghadapi masalah perkembangan dan situasi

pendidikan.

Prayitno (2004: 69) menjelaskan konseling kelompok adalah

kegiatan kelompok yang mengandung unsur utama kehidupan

kelompok, yaitu tujuan kelompok, anggota kelompok, pemimpin

kelompok, dan aturan kelompok, untuk mengembangkan pribadi semua

peserta dan peralihan-peralihan lainnya melalui perubahan dalam

masalah pribadi.

Winkel (1991: 486) menjelaskan konseling kelompok adalah suatu

proses antara pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan

perilaku yang disadari. Prosesnya mengandung ciri terapeutik seperti

pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada

kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan mendalam yang dialami,

saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling

mendukung.

Ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konseling

kelompok merupakan suatu proses hubungan antar pribadi yang

Page 37: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

23

dinamis, dibimbing oleh guru pembimbing yang profesional dengan

menggunakan teknik-teknik konseling, untuk individu yang normal

dengan berbagai masalah pribadinya, dilakukan dalam situasi

kelompok, dan bertujuan untuk membuat individu mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangannya dalam kelompok.

Konseling kelompok merupakan bantuan dalam bentuk kelompok

yang terdiri dari beberapa klien yang memiliki kebutuhan, tingkat

permasalahan dan kecakapan untuk melibatkan diri dalam proses

kelompok. Guru pembimbing dengan keahliannya untuk menolong

siswa yang dipersatukan dalam konseling kelompok. Pada dasarnya

model atau teknik konseling kelompok adalah kegiatan-kegiatan yang

menggunakan bahasa (verbal), namun pada suatu ketika hanya

kegiatan-kegiatan non verbal.

2.2.2.2 Tujuan Konseling Kelompok

Suatu kegiatan layanan haruslah mempunyai tujuan yang

menyelesaikan suatu usaha dari sebuah tindakan. Tujuan dari

diadakannya kegiatan konseling kelompok bahwa apa yang

diharapkan dalam suatu penyelesaian masalah haruslah tercapai atau

paling tidak ada keberhasilan secara periodik oleh peserta didik.

Mungin (2005: 20) menjelaskan bahwa tujuan konseling

kelompok adalah membantu klien mencapai pengenalan diri,

kepuasan serta tanggung jawab pribadi yaitu kesejahteraan lahir dan

batin. Prayitno (2004: 70) menjelaskan tujuan konseling kelompok

adalah pengembangan pribadi, dan pemecahan masalah pribadi yang

dialami oleh anggota kelompok.

Page 38: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

24

Apabila tujuan konseling kelompok dijabarkan lebih khusus lagi

akan menjadi beberapa bagian yaitu membantu individu di dalam

proses sosialisasi, membantu individu di dalam peningkatan

sensitivitas, membantu individu di dalam memperoleh pemahaman

diri, membantu individu di dalam meningkatkan keterampilan

interpersonal, membantu individu di dalam memperoleh pemahaman

yang luas terhadap faktor-faktor sosial yang mempengaruhi

perkembangan kepribadiannya, membantu individu di dalam

memperoleh pandangan yang luas tentang dirinya dalam

hubungannya dengan orang lain, membantu individu di dalam

mengendorkan ketegangan dan atau frustasi, kecemasan, perasaan

berdosa dan sebagainya, membantu individu agar dapat memperoleh

penerimaan yang obyektif tentang pikiran-pikirannya, perasaan serta

motif-motifnya, membantu individu untuk mendiskusikan masalah

pribadinya dan memecahkannya dengan caranya sendiri, dan

membantu individu di dalam memperkecil kegagalan, memperbaiki

kebiasaan kerja dan memperbaiki tingkah laku.

Paparan diatas, menunjukkan bahwa tujuan utama konseling

kelompok adalah membantu para anggota berhubungan dengan

masalah dan pengalamannya, yang tekanannya pada pertumbuhan.

2.2.2.3 Manfaat Konseling Kelompok

Manfaat dalam konseling kelompok tentunya menjadi harapan

dari semua anggota kelompok layanan, yang lebih menekankan pada

permasalahan yang tengah dihadapi oleh anggota kelompok,

menjadikan anggota kelompok mereduksi akanperilakunya dan

Page 39: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

25

mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik, mandiri serta

bertanggung jawab. Adhiputra (2011: 13) menyatakan bahwa manfaat

konseling kelompok yaitu: 1) Mampu memperluas populasi layanan,

2) Menghemat waktu pelaksanaan, 3) Mengajarkan individu untuk

selalu komitmen pada aturan, 4) Mengajarkan individu untuk hidup

dalam suatu lingkungan yang lebih luas, 5) Terbuka terhadap

perbedaan dan persamaan dirinya dengan orang lain.

Sedangkan menurut Natawidjaja (2009: 38) menyatakan

manfaat konseling kelompok sebagai berikut: 1) Dapat

mengemukakan hal-hal yang penting bagi dirinya, 2) Memperoleh

balikan yang cepat dari anggota kelompok lain dan pimpinan

kelompok dalam mengalami suatu kesempatan untuk menguji suatu

perilaku baru, 3) Meningkatkan kepercayaan diri.

Bedasarkan kedua pendapat di atas, maka manfaat diberikannya

konseling kelompok ini kepada peserta didik diantaranya: 1)

Membantu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri,

bertanggung jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur, 2)

membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya, 3)

membantu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai

permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya, 4)

membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan

bersosialisasi baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.

2.2.2.3 Tahapan Konseling Kelompok

Tahapan dalam konseling kelompok menjadikan aturan yang

penting bagi jalannya layanan konseling kelompok sebagai

Page 40: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

26

langkah-langkah yang akan dilakukan ketua kelompok dan anggota

kelompok. Pelaksanaan konseling kelompok menurut Glading (2011:

145) dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut:

1. Tahap I (Pembentukan)

Pada tahap ini para peserta yang baru pertama bertemu itu

benar-benar dibentuk menjadi kelompok yang solid sehingga

dinamika kelompok yang berkembang di antara mereka selanjutnya

akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan

konseling. Untuk itu diperlukan waktu yang cukup lama dengan

kegiatan yang bervariasi.Waktu yang cukup lama itu jangan sampai

menimbulkan kesan seakan-akan kegiatan itu hanya sekedar

beramai-ramai atau bersantai-santai saja, membuang-buang waktu,

membosankan. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai pemimpin

kelompok menimbang-nimbang antara efisiensi waktu, efektivitas

pengembangan dinamika kelompok dan kondisi positif mental fisik

seluruh peserta.

2. Tahap II (Peralihan)

Tahap II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap

III.Berapa lama tahap II berlangsung banyak tergantung pada

keberhasilan tahap I. Apabila tahap I sudah berhasil dengan baik,

tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan memantapkan

penjelasan tentang aspek pokok yang ada dalam tahap III.

3. Tahap III (Kegiatan Inti)

Tahap ini seringkali disebut juga tahap kerja. Dari tahap inilah

akan diperolah hasil-hasil yang diharapkan, yaitu mengembangkan

Page 41: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

27

pribadi dan perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif,

afektif dan berbagai pengalaman serta alternatif pemecahan masalah.

Dalam inilah seluruh peserta benar-benar diminta untuk bekerja,

mengembangkan pikiran, memberikan dorongan, bertanya dan bahkan

memberikan nasehat dan alternatif jalan keluar untuk pemecahan

suatu masalah.Waktu yang dipergunakan untuk tahap ini tergantung

pada jumlah topik atau masalah yang dibahas.Apabila para peserta

sangat antusias dalam kegiatan pada tahap III ini, biasanya para

peserta meminta agar lebih banyak topik atau masalah dapat dibahas

dalam pertemuan mereka itu.

4. Tahap IV (Pengakhiran)

Tahap ini merupakan anti klimaks dari seluruh kegiatan, pada

tahap ini kegiatan menyorot.Semangat yang tadinya menggebu-gebu

sekarang mengendor.Segala sesuatu menuju kepada pengakhiran

kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta kesan-kesan

dari para peserta, dan akhirnya kesan-kesan ini dikaitkan dengan

kemungkinan pertemuan berikutnya.Usul-usul peserta yang

menghendaki segera adanya pertemuan lagi, apabila kalau pertemuan

kembali itu dikehendaki supaya lebih cepat, menunjukkan betapa

kegiatan konseling kelompok telah membuahkan sesuatu yang

berharga bagi peserta yang bersangkutan.

2.2.3 Pendekatan Behavior

2.2.3.1 Pengertian Pendekatan Behavior

Pendekatan behavior merupakan salah satu ilmu pengembangan

psikologis dalam metode menangani masalah perilaku maladaptif

Page 42: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

28

seseorang atau peserta didik untuk dapat bisa berperilaku adaptif yang

relevan dengan kehidupan lingkungan di rumah dan di sekolah.Peeserta

didik diharapkan mampu merubah generasi bangsa melalui mengisi

kemerdekaan bangsa dan menjadikan negara dengan penuh

martabat.Begitu besar tugas peserta didik sehingga menuntut peserta

didik dapat berperilaku adaptif sesuai tanggung jawabnya.

Menurut Skinner, perilaku manusia didasarkan atas konsekuensi

yang diterima. Apabila perilaku mendapat ganjaran positif atau

diterima, maka individu akan meneruskan atau mengulangi tingkah

lakunya, sebaliknya apabila perilaku mendapat ganjaran negatif

(hukuman) atau ditolak, maka individu akan menghindari atau

menghentikan tingkah lakunya. Individu dikontrol oleh penguat

(reinfocer) dari lingkungannya.Konseling behavioral membantu

individu untuk mengontrol atau mengubah tingkah lakunya dan fungsi

konseling ini adalah memberikan perhatian khusus pada dampak

lingkungan atas dirinya.

Natawidjaja (2009: 87) menyebutkan bahwa asumsi pokok dari

pendekatan ini adalah perilaku, kognisi, perasaan bermasalah terbentuk

karena dipelajari, karenanya semua dapat diubah dengan proses belajar

yang baru atau belajar kembali. Pendekatan behavioral lebih

berorientasi pada masa depan dalam menyelesaikan masalah. Inti dari

behavioral adalah proses belajar dari lingkungan individu.

2.2.3.2 Tujuan Pendekatan Behavior

Konseling behavioral tidak menetapkan tujuan konseling yang

berlaku secara umum, namun tujuan konseling sesuai dengan masalah

Page 43: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

29

spesifik konseli yang ingin dipecahkan.Laflleur (Burks & Stteffler,

1979) menegaskan bahwa tujuan konseling dalam kerangka kerja

behavioral tergantung pada permasalahan konseli. Rumusan tujuan

dibuat spesifik dalam bentuk apa yang konseli akan perbuat, dimana

tingkah laku akan terjadi dan bagaimana sebaiknya tingkah laku itu

ditampilkan.

Selain itu diuraikan bahwa tujuan umum dan khusus konseling

behavioral menurut Corey (2005: 61) adalah:

1. Tujuan Umum

Membantu konseli menghilangkan perilaku maladaptif dan

mempelajari tingkah laku yang lebih efektif.

2. Tujuan Khusus

Membantu konseli mempelajari tingkah laku yang lebih khusus sesuai

dengan tanggung jawab konseling dalam memilih dan menentukan

tujuan.

Urutan langkah dirinci oleh Cormier & Cormier dalam suatu

proses kerjasama konselor dan konseli sebagai berikut:

1. Konselor menjelaskan hakikat, maksud dan tujuan.

2. Konseli memutuskan perubahan tertentu atau tujuan yang

diinginkan.

3. Konselor dan konseli mengeksplorasi dapat tidaknya tujuan-tujuan

tersebut direalisasikan.

4. Konselor dan konseli mengidentifikasi kemungkinan resiko yang

berhubungan dengan tujuan tersebut.

Page 44: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

30

5. Konselor dan konseli bersama-sama membahas keuntungan dari

tujuan tersebut.

2.2.3.3 Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau

kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu

tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku

yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang

salah. Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon

tingkah laku negatif dari lingkungan.

Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalahpahaman dalam

menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia

didapat dengan cara belajar dan dapat diubah dengan menggunakan

prinsip-prinsip belajar. Perilaku yang bermasalah dalam pandangan

behavioris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan

negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah sesuai terbentuk melalui

proses interaksi dengan lingkungannya. Artinya bahwa perilaku individu

itu meskipun secara sosial adalah tidak tepat, dalam beberapa saat

memperoleh ganjaran dari pihak tertentu dari cara demikian akhirnya

perilaku yang tidak diharapkan secara sosial atau perilaku yang tidak

tepat itu menguat pada individu.

Perilaku yang salah sesuai dalam penyesuaian dengan demikian

berbeda dengan perilaku normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara

mempelajarinya, tetapi pada tingkatannya yaitu tidak wajar

dipandang.Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada

Page 45: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

31

individu adalah perilaku yang bukan sekedar memperoleh kepuasan pada

jangka pendek, tetapi perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan

yang lebih luas, dan dalam jangka yang lebih panjang.

Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon

tingkah laku negatif dari lingkungannya.Tingkah laku maladaptif terjadi

juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan

tepat. Seluruh tingkah laku manusia di dapat dengan cara belajar dan

juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan

prinsip-prinsip belajar.

Dilihat dari sudut pandang behavioris, perilaku bermasalah

dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan yang negatif atau dapat

dikatakan sebagai perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Masalah perilaku yang biasanya sering terjadi pada konseli

seperti serangan panik, membantu anak untuk mengatasi rasa takut

terhadap gelap, meningkatkan produktivitas kreatif, mengelola

kecemasan dalam situasi sosial, mendorong berbicara di depan kelas,

pengendalian merokok, dan berurusan dengan depresi.

Munculnya perilaku bermasalah disebabkan oleh beberapa hal,

antara lain: 1) Adanya salah penyesuaian melalui proses interaksi dengan

lingkungan. 2) Adanya pembelajaran yang salah dalam keluarga,

lingkungan sekolah, tempat bermain dan lain-lain.

Seperti halnya kehidupan di kota-kota besar pada saat ini begitu

kompleks dan bervariasi. Sikap hidup menjadi individualistis, egois,

apatis dan hubungan sosial menjadi renggang.Dalam suasana hidup

seperti di atas, banyak orang menggunakan mekanisme pelarian dan

Page 46: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

32

mekanisme pertahanan diri yang negatif.Untuk dapat bertahan dan

menghindari kesulitan hidup tidak sedikit terjadi tindakan

kriminal.Bentuk mekanisme yang negatif menyebabkan timbulnya

tingkah laku yang tidak normal (patologis).

Menurut pandangan behavioral, perilaku bermasalah adalah

kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan

yang diharapkan. Perilaku bermasalah ini dapat disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya adalah adanya salah sesuai dalam proses

interaksi dengan lingkungan, adanya pembelajaran yang salah dalam

rumah tangga, tempat bermain, lingkungan sekolah, dan lingkungan

lainnya. Perilaku dikatakan salah sesuai jika perilaku tersebut tidak

membawa kepuasan bagi individu, atau membawa individu kepada

konflik dengan lingkungannya.

Terbentuknya suatu perilaku dikarenakan adanya pembelajaran,

perilaku itu akan dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada peran

lingkungan dalam bentuk konsekuensi yang menyertai perilaku tersebut.

Misalnya perilaku merusak (destructif) di kelas dapat bertahan karena

adanya ganjaran (reinforcement) berupa pujian dan dukungan dari

sebagian teman-temannya dan merasa puas dengan ganjaran itu,

sedangkan hukuman (punishment) yang diberikan oleh guru tidak cukup

kuat untuk melawan kekuatan ganjaran yang diperolehnya.Perubahan

perilaku yang diharapkan dapat terjadi jika pemberian ganjaran atau

hukuman dapat diberikan secara tepat.

Terbentuknya perilaku yang dicontohkan di atas disebabkan

karena adanya peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi

Page 47: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

33

yang mengikuti dari suatu perilaku dan hal itu termasuk dalam teori

belajar perilaku operan dariSkinner.Selain teori belajar Skinner, Bandura

juga mencotohkan perilaku agresif di kalangan anak-anak.

Timbulnya perilaku bermasalah yang ditandai dengan tindakan

melukai atau menyerang baik secara fisik maupun verbal, dikarenakan

adanya proses mencontoh atau modeling baik secara langsung yang

disebut imitasi atau melalui pengamatan tidak langsung (vicarious).

Misalnya anak bersikap agresif karena sering dipukuli atau anak sering

melihat orang tuanya bertengkar bahkan lewat media televisi anak dapat

mencontoh adegan-adegan yang bersifat kekerasan.

Perilaku yang salah dalam penyesuaian berbeda dengan perilaku

normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara mempelajarinya, tetapi

pada tingkatannya, yaitu tidak wajar dipandang, dengan kata lain

perilaku dikatakan mengalami salah penyesuaian jika tidak selamanya

membawa kepuasan bagi individu atau akhirnya membawa individu pada

konflik dengan lingkungannya. Rasa puas yang dirasakan bukanlah

ukuran bahwa perilaku itu harus dipertahankan, karena boleh jadi

perilaku itu akan menimbulkan kesulitan dikemudian hari. Perilaku yang

perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah perilaku yang

tidak menimbulkan kesulitan-kesulitan yang lebih luas dan dalam jangka

yang lebih panjang.

Menurut Latipun (2008: 135) menyatakan bahwa perilaku yang

bermasalah dalam pandangan behavioris dapat dimaknai sebagai

perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku tidak tepat, yaitu

perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Konseling

Page 48: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

34

behavioral digunakan untuk membantu masalah konseli yang terkait

dengan perilaku-perilaku maladaptif.Perilaku yang bermasalah dalam

pandangan behavioris dapat dimaknai sebagai perilaku atau

kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku

yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.Konseling behavioral juga

dapat menangani masalah perilaku mulai dari kegagalan individu untuk

belajar merespon secara adaptif hingga mengatasi gejala

neurosis.Sedangkan menurut Feist&feist (2008: 398) menyatakan bahwa

perilaku yang tidak tepat meliputi:

1. Perilaku terlalu bersemangat yang tidak sesuai dengan situasi yang

dihadapi, tetapi mungkin cocok jika dilihat berdasarkan masa

lalunya.

2. Perilaku yang terlalu kaku, digunakan untuk menghindari stimuli

yang tidak diinginkan terkait dengan hukuman.

3. Perilaku yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan begitu saja

stimuli yang tidak diinginkan.

4. Pengetahuan akan kelemahan diri yang termanifestasikan dalam

respon-respon menipu diri.

Bagi individu tingkah laku yang tidak tepat akan menimbulkan

berbagai kesulitan baik bagi diri individu itu sendiri, maupun terhadap

lingkungan sekitarnya. Menurut aliran behavioral tingkah laku yang

tidak tepat dipelajari dengan cara yang sama dengan tingkah laku yang

tepat. Tingkah laku ini dipelajari karena pada perkembangan tertentu

pernah menjadi jalan untuk memperoleh kepuasan.

Page 49: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

35

Misalnya peserta didik berbuat kenakalan dikelas karena mereka

belajar bahwa cara itulah yang efektif untuk menarik perhatian guru.

Hukuman guru diterima anak sebagai hadist yang memberi kepuasan

kebutuhan perhatian. Walaupun orang lain memandang tingkah laku itu

tidak tepat, namun bagi siswa dapat memberi reinforcement yang

diharapkanya. Sama halnya, orang yang menarik diri, yang di pandang

terisolir secara sosial.Hadiah dari tingkah laku menarik diri adalah tidak

perlu berpartisipasi dengan situasi yang menakutkan, dimana takut ini

juga dipelajari melalui pengalaman yang tidak menyenangkan dimasa

lalu. Contoh lain: seorang anak yang tidak mengerjakan soal-soal mata

pelajaran matematika, bagi siswa lain tentu keadaan ini merugikan,

karena tidak boleh mengikuti mata pelajaran. Namun bagi siswa tersebut

merasa puas karena ia tidak senang dengan mata pelajaran matematika

sebagai pekerjaan rumah. Guru menyuruhnya keluar tidak mengikuti

pelajaran matematika, ia merasa puas karena dapat memberikan

reinforcement yang diharapkan.

Tingkah laku yang tidak tepat berbeda dengan yang tepat, hanya

dalam derajat tingkah laku itu mengecewakan individu dan

lingkungannya.Secara luas, kebudayaan ikut menentukan mana tingkah

laku yang tepat dan tidak tepat. Dari interaksi dengan kebudayaan impuls

individu belajar merangsang apa saja yang dapat memuaskan dan tidak

dapat memuaskan diri dan lingkungannya, dan menyusunnya dalam

hirarki khasanah tingkah laku.

Page 50: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

36

Tingkah laku manusia dapat dilihat dari aspek kondisi yang

menyertai atau akibat yang menyertai tingkah laku setelah terbentuk

dengan anticedent yang disebut dengan consequence.

Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan

lingkungan menurut (Alwisol, 2011: 322) melalui hukum-hukum belajar:

1. Pembiasaan klasik, yang ditandai dengan satu stimulus yang

menghasilkan satu respon, misalnya bayi merespon suara keras dengan

takut.

2. Pembiasaan operan, ditandai dengan adanya satu stimulus yang

menghasilkan banyak respon. Pengondisian operan memberikan

penguatan positif yang bisa memperkuat tingkah laku.Sebaliknya

penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Munculnya perilaku

akan semakin kuat apabila diberikan penguatan positif dan akan

menghilang apabila dikenai hukuman.

3. Peniruan, yaitu orang tidak memerlukan reinforcement agar bisa

memiliki tingkah laku melainkan ia meniru. Syarat dalam meniru

tingkah laku yaitu: Tingkah laku yang ditiru memang mampu untuk

ditiru oleh individu yang bersangkutan dan tingkah laku yang ditiru

adalah perbuatan yang dinilai publik positif.

Konseling behavioral sebagai model konseling yang memiliki

pendekatan yang berorientasi pada perubahan perilaku menyimpang

dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.Perilaku manusia termasuk

perilaku yang menyimpang terbentuk karena belajar dan perilaku itu

dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.Belajar yang

Page 51: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

37

dimaksud disini adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai

hasil dari latihan atau pengalaman.

Semua tingkah laku dibentuk melalui proses belajar, tetapi tidak

peduli hasilnya nanti adaptif dan maladaptif. Individu memantapkan pola

tingkah lakunya karena dapat memperoleh kepuasan-kepuasan. Ini yang

akan menjadi salah satu kunci proses konseling behavioral, yakni

kemampuan konselor membantu klien menentukan kepuasan bagaimana

yang bakal diperolehnya dari suatu tingkah laku.

Berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa tingkah

laku yang tidak tepat dapat diperoleh dan dikembangkan oleh seseorang

karena ia belajar dengan salah, sehingga tingkah lakunya tidak tepat,

kurang, dan berlebihan. Misalnya menyendiri, belajar hanya dengan

waktu yang paling minimal, merokok berlebihan, pobia, tidur berlebihan,

ngeluyur, membolos sekolah dan sebagainya.

Banyak tingkah laku yang menyimpang karena individu itu

hanya mengambil sesuatu yang disenangi, dan menghindari yang tidak

disenangi.Psikoterapi melatih klien untuk dapat bertingkah laku yang

menurut pendapatnya tidak menyenangkan. Bila seorang klien datang

pada seorang psikoterapi bahwa ia mengalami suatu kecemasan. Salah

satu cara untuk menghindarkan kecemasan itu dengan memanipulasi

stimulus sehingga menimbulkan respon yang mendatangkan suatu

ganjaran, maka terapis itu menolong klien mengurangi kecemasan.

Dari penjelasan mengenai asumsi perilaku bermasalah yang

telah dijelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Page 52: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

38

1. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan

negatif atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

2. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau

lingkungan yang salah.

3. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah

laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga

karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan

juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan

prinsip-prinsip belajar.

2.3 Self Management

2.3.1 Konsep Dasar Self Management

Self managementdalam terminologi pendidikan, psikologi, dan

bisnis adalah metode, keterampilan dan strategi yang dapat dilakukan oleh

individu dalam mengarahkan secara efektif pencapaian tujuan aktivitas

yang mereka lakukan, termasuk di dalamnya goal setting, planning,

scheduling, task tracking, selfevaluation, selfintervention, selfdevelopment.

Selain itu selfmanagement juga dikenal sebagai proses eksekusi

(pengambilan keputusan).

Merriam&Caffarella dalam Martin (1996) menyatakan bahwa

pengarahan diri merupakan upaya individu untuk melakukan perencanaan,

pemusatan perhatian, dan evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan.Di

dalamnya terdapat kekuatan psikologis yang memberi arah pada individu

untuk mengambil keputusan dan menentukan pilihannya serta menetapkan

Page 53: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

39

cara-cara yang efektif dalam mencapai tujuannya. Pada dasarnya,

manajemen diri terjadi ketika seseorang terlibat dalam satu perilaku dan

mengendalikan terjadinya perilaku lain (perilaku sasaran) dikemudian

waktunya.

Menurut Skinner dalam Raymond (2012) manajemen diri

melibatkan adanya perilaku pengendali dan perilaku yang terkendali.

Dalam perilaku pengendali melibatkan penerapan strategi pengelolaan diri

dimana anteseden dan konsekuensi dari perilaku terget atau perilaku

alternatif yang akan dimodifikasi. Anggapan dasar self management

merupakan teknik kognitif behavioral adalah bahwa setiap manusia

memiliki kecenderungan-kecenderungan positif maupun negatif. Setiap

perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar dalam merespon

berbagai stimulus dari lingkungannya. Namun self management juga

menolak pandangan behavioral radikal yang mengatakan bahwa manusia

itu sepenuhnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungannya.

Self management merupakan serangkaian teknis untuk mengubah

perilaku, pikiran, dan perasaan. Aspek-aspek yang dapat dikelompokkan

ke dalam prosedur self management menurut Yates (dalam

Miltenberger,2008) adalah:

1. Management by antecedent: pengontrolan reaksi terhadap

sebab-sebab atau pikiran dan perasaan yang memunculkan respon.

2. Management by consequence: pengontrolan reaksi terhadap tujuan

perilaku, pikiran, dan perasaan yang ingin dicapai.

Page 54: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

40

3. Cognitive techniques: pengubahan pikiran, perilaku dan perasaan.

Dirumuskan dalam cara mengenal, mengeliminasi dan mengganti

apa-apa yang terefleksi pada antecedents dan consequence.

4. Affective techniques: pengubahan emosi secara langsung.

Management by antecedent dan management by consequence

disebut juga sebagai bentuk dari teknik intervensi perilaku, merupakan

implementasi dari teknik kognitif atau afektif. Pada kenyataannya,

keempat aspek itu akan saling berkaitan satu sama lain. Teknik-teknik

afektif merupakan program makro dengan tujuan untuk mengubah emosi

dan sikap.Hal itu melibatkan peran antara siswa dan konselor.

Teknik-teknik kognitif berguna dalam pengubahan pikiran dan

pola-polanya.Dikatakan pula sebagai program meso. Teknik-teknik

perilaku merupakan aspek khusus atau layanan mikro yang mengubah

perilaku-perilaku tertentu dari siswa (Yates, dalam Miltenberger, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, self managementmerupakan seperengkat

prinsip atau prosedur yang meliputi pemantauan diri (self-monitoring),

reinforcement yang positif (self-reward), perjanjian dengan diri sendiri

(self-contracting), penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control) dan

merupakan keterkaitan antara teknik kognitif, behavior, serta affectif

dengan susunan sistematis berdasarkan kaidah pendekatan

cognitive-behaviortherapy, digunakan untuk meningkatkan keterampilan

siswa dalam proses pembelajaran yang diharapkan.

2.3.2 Tujuan Self Management

Tujuan dari teknik self managementyaitu agar individu secara teliti

dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menghambat tingkah

Page 55: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

41

laku mereka mau hilangkan dan belajar untuk mencegah timbulnya

perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki.Dalam arti individu dapat

mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka sehingga mendorong

pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan

hal-hal yang baik dan benar.

Menurut Sukadji (2000: 18) beberapa masalah yang dapat ditangani

menggunakan teknik pengelolaan diri (self management) yaitu :

1. Perilaku yang berkaitan dengan orang lain dan mengganggu orang

lain dan diri sendiri.

2. Perilaku yang sering muncul tanpa diprediksi waktu kemunculannya,

sehingga kontrol dari orang lain menjadi kurang efektif.

3. Perilaku sasaran berbentuk verbal dan berkaitan dengan evaluasi diri

dan kontrol diri.

4. Tanggung jawab atas perubahan atau pemeliharaan tingkah laku

adalah tanggung jawab konseli.

Dalam proses konseling konselor dan konseli bersama-sama

untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai. Konselor mengarahkan

konselinya dalam menentukan tujuan, sebaliknya konseli pun juga harus

aktif dalam proses konseling setelah proses konseling self management

berakhir diharapan peserta didik dapat mempola perilaku, pikiran dan

perasaan yang diinginkan dapat menciptakan keterampilan belajar yang

baru sesuai harapan, dapat mempertahankan keterampilan sampai di luar

sesi konseling, serta perubahan yang mantap dengan arah prosedur yang

tepat.

Page 56: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

42

2.3.3 Teknik Self Management

Konseling merupakan proses komunikasi bantuan yang amat

penting, diperlukan teknik yang dapat menunjukkan kapan dan bagaimana

konselor melakukan intervensi kepada konseli. Dengan kata lain konseling

memerlukan keterampilan (skill) pada pelaksanaanya. Menurut Gunarsa

(1989: 225) menyatakan bahwa self management meliputi beberapa

teknik yaitu pemantauan diri (self monitoring), reinforcement yang positif

(self reward), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self contracting),

dan penugasan terhadap rangsangan (stimulus control).

1. Pemantauan Diri (self monitoring)

Pemantauan diri biasanya digunakan konseli untuk

mengumpulkan base line data dalam suatu proses treatment. Konseli

harus mampu menemukan apa yang terjadi sebelum menerapkan

suatu strategi pengubahan diri, sedangkan konselor harus

mengetahui apa yang tengah berlangsung sebelum melakukan

tindakan. Pada tahap ini konseli mengumpulkan dan mencatat data

tentang perilaku yang hendak diubah, anteseden perilaku,

konsekuensi perilaku.Konseli juga mencatat seberapa banyak atau

seringkah perilaku itu sering terjadi.Pemantauan diri juga sangat

berguna untuk evaluasi.

2. Reinforcement yang positif (self reward)

Digunakan untuk membantu klien mengatur dan memperkuat

perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkannya

sendiri.Ganjaran diri ini untuk menguatkan atau memindahkan

perilaku yang diinginkan.

Page 57: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

43

3. Kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self contracting), Ada

beberapa langkah dalam self contractingini yaitu:

1) Konseli membuat perencanaan untuk mengubah pikiran,

perilaku, dan perasaan yang diinginkannya.

2) Konseli menyakini semua yang ingin diubahnya.

3) Konseli bekerja sama dengan teman atau keluarga untuk

program self management.

4) Konseli akan menanggung resiko dengan program self

management yang dilakukannya.

5) Pada dasarnya, semua yang konseli harapkan mengenai

perubahan pikiran, perilaku dan perasaan adalah untuk konseli

itu sendiri.

6) Konseli menuliskan peraturan untuk dirinya sendiri selama

menjalani proses self management.

4. Penguasaan terhadap rangsangan (self control)

Teknik ini menekan pada penataan kembali atau memodifikasi

lingkungan sebagai isyarat khusus atau antecedent atas respon

tertentu.

2.3.4 Tahapan Self Management

Beberapa langkah diperlukan untuk memenuhi pencapaian tujuan

yang maksimal maka dalam teknik self management diperlukan tahapan

tersebut. Menurut Komalasari menyebutkan bahwa pengelolaan diri

biasanya dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah:

1. Tahap monitor diri atau observasi diri

Page 58: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

44

Pada tahap ini peserta didik dengan sengaja mengamati tingkah

lakunya sendiri serta mencatatnya dengan teliti.Catatan ini dapat

menggunakan daftar cek atau catatan observasi.Hal-hal yang perlu

diperhatikan oleh peserta didik dalam mencatat tingkah laku.Dalam

penelitian ini peserta didik mengobservasi apakah dirinya sudah

bertanggung jawab terhadap belajar atau belum.Peserta didik

mencatat beberapa kali dia belajar dalam sehari, seberapa lama dia

melakukan aktivitas dalam belajarnya.

2. Tahap evaluasi diri

Pada tahap ini peserta didik membandingkan hasil catatan

tingkah laku dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh

peserta didik perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi

efektivitas dan efisiensi program. Bila program tersebut tidak

berhasil, maka perlu ditinjau kembali program tersebut apakah target

yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, perilaku

yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang diberikan tidak

sesuai.

3. Tahap pemberian penguatan, penghapusan dan hukuman

Pada tahap ini peserta didik mengatur dirinya sendiri

memberikan penguatan menghapus dan memberi hukuman pada diri

sendiri. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena membutuhkan

kemampuan yang kuat dari peserta didik untuk melaksanakan

program yang telah dibuat secara continue.

Page 59: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

45

2.4 Teknik Reinforcement

2.4.1 Pengertian Teknik Reinforcement

Reinforcement keterampilan dasar mengajar menjadi salah

satu faktor penting yang harus dikuasai guru.Salah satu keterampilan

yang juga penting untuk ditinjau kembali yaitu keterampilan

memberikan penguatan.Pembahasan penelitian ini difokuskan pada

keterampilan pemberian penguatan positif atau positive

reinforcement.Positive reinforcement atau penguat positif dapat

diartikan dengan ganjaran, hadiah atau penghargaan.

Menurut Asril (2012: 77) mengungkapkan bahwa pada

umumnya penghargaan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan

manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah laku

seseorang serta meningkatkan usahanya.Sedangkan menurut

Baharuddin (2008: 72) positive reinforcement adalah konsekuen yang

diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku yang

positif.Sehingga, untuk memperbaiki tingkah laku seseorang dan

menguatkan perilaku tersebut maka perlu adanya penghargaan atau

positive reinforcement.Lebih lanjut Martin dan Pear dalam Purwanta

(2005: 35) berpendapat bahwa kata “Positive reinforcement” sering

disama artikan dengan kata “hadiah” (reward).

Hal ini sejalan dengan pendapat Fahrozin, dkk (2004: 76) 10

mendefinisikan positive reinforcement yaitu stimulus yang

pemberiannya terhadap operan behavior menyebabkan perilaku

tersebut akan semakin diperkuat atau dipersering kemunculannya.

Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Dalyono (2009: 33)

Page 60: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

46

mengartikan positive reinforcement sebagai sebuah penyajian stimulus

yang meningkatkan probabilitas suatu respon.

Sedangkan Pidarta (2007: 214) mendefinisikan positive

reinforcement adalah setiap stimulus yang dapat memantapkan respon

pada pengkondisian instrumental dan setiap hadiah yang dapat

memantapkan respon pada pengkondisian perilaku.Berdasarkan

beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa positive

reinforcement adalah sebuah stimulus dan atau hadiah yang diberikan

guna meningkatkan dan memantapkan perilaku semakin diperkuat dan

semakin sering dimunculkan.

2.4.2 Tujuan Teknik Reinforcement

Pemberian positive reinforcement buka hanya meningkatkan

perilaku namun dalam penerapannya saat pembelajaran memiliki tujuan

tertentu. Menurut Djamarah (2005: 118) penguatan memiliki tujuan

sebagai berikut: a) Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa

belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif. b)

Memberi motivasi kepada siswa. c) Dipakai untuk mengontrol atau

mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan

cara belajar yang produktif. d) Mengembangkan kepercayaan diri siswa

untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar. e) Mengarahkan

terhadap pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan

pengambilan inisiatif yang bebas.

Berdasarkan pendapat di atas, penerapan positive reinfocement

yang diberikan guru baik berupa hadiah ataupun bentuk penghargaan

yang lain dalam kegiatan pembelajaran di kelas bertujuan untuk

Page 61: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

47

memberikan motivasi pada siswa agar lebih memperhatikan

pembelajaran yang sedang berlangsung. Penggunaan positive

reinforcementyang selektif juga mampu memfokuskan perhatian dan

dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa karena ia merasa

dihargai. Selain itu, penerapan positive reinforcement yang tepat dapat

mengontrol dan mengubah perilaku siswa yang dianggap kurang sesuai,

sehingga nantinya ia mampu mempertahankan bahkan meningkatkan

tingkah laku yang sudah baik.

Pemberian positive reinforcement pemberian penguatan perlu

mempertimbangkan jenjang pendidikan, variasi siswa dalm kelas

(kelamin, ras, dan agama), dan kelompok usia tertentu. Selama praktik

dalam implementasi penguatan diperlukan penggunaan komponen

keterampilan yang tepat. Menurut Djamarah (2005: 120-122)

komponen tersebut yaitu penguatan verbal, penguatan gestural,

penguatan kegiatan, penguatan sentuhan, penguatan mendekati dan

penguatan tanda:

1. Penguatan verbal dilakukan oleh guru berupa pujian dan dorongan

yang diucapkan sebagai bentuk penghargaan atas respon atau

tingkah laku siswa. penguatan verbal dapat berupa kata-kata: wah,

bagus, sip, baik, benar, tepat dan lain-lain, juga dapat berupa

kalimat: misalnya hasil pekerjaanmu baik sekali atau sesuai tugas

yang kau kerjakan.

2. Penguatan gestural dapat diberikan berupa mimik wajah yang

cerah, senyuman, anggukkan, acungan jempol, tepuk tangan dan

lain-lain. Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan

Page 62: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

48

pemberian penguatan verbal, ketika guru memberikan komentar

atau penguatan verbal maka dapat didukung oleh penguatan

gestural.Semua gerakan tubuh adalah merupakan bentuk

pemberian penguatan gestural. Guru dapat mengembangkan

sendiri, sesuai dengan kebiasaan yang ada di lingkungan peserta

didik.

3. Penguatan kegiatan penguatan dalam bentukkegiatan banyak terjadi

bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas sebagai suatu

hadiah atas respon ataupun pekerjaan siswa, dimana siswa dapat

memilih sendiri bentuk kegiatan tersebut. Perlu diperhatikan

bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih yang

memiliki relevansi dengan tujuan pembelajaran yang dibutuhkan

dan digunakan siswa. Contoh penguatan kegiatan: pulang lebih

dulu, diberi waktu istirahat lebih, bermain, berolah raga, menjadi

ketua, membantu siswa lain, mendengarkan musik atau radio,

melihat TV, dan lain-lain yang menyenangkan.

4. Penguatan mendekati diberikan pada siswa sebagai bentuk

perhatian guru. Penguatan ini menunjukkan bahwa guru tertarik

dan ingin memberikan perhatiannya terhadap siswa agar siswa

lebih merasa dihargai.Penguatan mendekati dipergunakan untuk

memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan

sentuhan. Contoh penguatan mendekati: berdiri di samping siswa,

berjalan dekat siswa, duduk dekat kelompok diskusi.

5. Penguatan sentuhansangat berhubungan dengan penguatan

mendekati. Penguatan sentuhan adalah penguatan yang terjadi bila

Page 63: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

49

guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu,

berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, menaikkan

tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan

penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.

6. Penguatan tanda dilakukan guru dengan cara penggunaan simbol

baik berupa benda atau tulisan yang diberikan kepada siswa

sebagai bentuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah

laku atau kerja siswa. penguatan tanda yang berbentuk tulisan

misalnya komentar tertulis berupa ijazah, sertipikat, tanda

penghargaan dan lain-lain yang berupa tulisan. Penguatan dengan

memberikan suatu benda misalnya: bintang, piala, medali, buku,

stiker, gambar, cokelat, dan lain-lain. positive reinforcement yang

dapat diberikan oleh guru dapat bermacam-macam bentuknya

antara lain, penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan

kegiatan, penguatan mendekati, penguatan sentuhan, dan

penguatan tanda.

Penguatan verbal dilakukan guru untuk merespon tingkah laku

siswa dalam bentuk ucapan, misalnya saja memberikan pujian berupa

bagus, benar, atau tepat kepada siswa yang rajin.Penguatan gestural

berupa gerak tubuh guru sangat berkaitan erat dengan penguatan

verbal, misalnya saja guru memberikan tepuk tangan, acungan jempol,

senyuman atau mimik muka yang cerah.Guru juga dapat memberikan

penguatan kegiatan berupa sebuah tugas yang memiliki keterkaitan

dengan tujuan pembelajaran yang dirancang menjadi suatu hadiah

untuk siswa.

Page 64: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

50

Selain hal tersebut guru dapat mendekati tempat duduk siswa

sebagai bentuk penguatan mendekati yang memperkuat penguatan

verbal, penguatan tanda dan penguatan sentuhan. Penguatan sentuhan

berkaitan dengan penguatan mendekati, guru dapat secara fisik

menyentuh siswa dengan tujuan memberikan penghargaan atas

penampilan siswa.Guru juga dapat memberikan penguatan berupa

tulisan, simbol sebagai penghargaan atas penampilan siswa yang dapat

disebut penguatan tanda.

2.4.3 Prinsip-prinsip Teknik Reinforcement

Intisari arti dari positive reinforcement adalah respon terhadap

suatu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan

berulangnya kembali tingkah laku tersebut.Penguatan tidak boleh

dianggap sepele dan sembarangan, tetapi harus mendapat perhatian

serius. Menurut Djamarah (2005: 123-124) empat prinsip yang harus

diperhatikan oleh guru dalam memberi penguatan kepada siswa yaitu:

1. Hangat dan antusias kehangatan dan keantusiasan guru dalam

pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting

terhadap tingkah laku dan hasil belajar siswa.

2. Hindari penggunaan penguatan negatif walaupun pemberian kritik

atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi,

penampilan, dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu

memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak

kontraversial karena itu sebaiknya dihindari.

Page 65: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

51

3. Penggunaan bervariasi pemberian penguatan seharusnya diberikan

secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan

diberikan secara hangat dan antusias.

4. Bermakna agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka

harus dilaksanakan pada situasi dimana siswa mengetahui adanya

hubungan pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan

melihat, bahwa itu sangat bermanfaat.

Guru sebagai pemeran utama dalam pemberi positive

reinforcementharus mengeti prinsip-prinsip penggunaannya.

Kehangatan dan penyampaian guru yang antusias dalam memberikan

positive reinforcementakan lebih berdampak pada siswa, terlebih lagi

jika guru menerapkannya dengan lebih bervariasi. Guru harus

menghindari penguatan yang negatif karena akan mempengaruhi

psikologis siswa dalam penerimaannya. Penggunaan penguatan yang

negatif nantinya akan berdampak kurang baik bagi siswa, seperti

mereka menjadi frustasi, menjadi pemberani, dan merasa hukuman

dianggap sebagai kebanggaan. Selain itu, dengan pemberian hukuman,

akan siswa mencari cara agar ia terbebas dari hukuman, siswa akan

memikirkan cara apapun meskipun salah dan buruk untuk terbebas.

Hal ini tentunya kurang baik bagi perkembangan psikologi

siswa terutama siswa sekolah dasar karena di sekolah dasar siswa

mengembangkan sikapnya.Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan

Skinner dalam Budiningsih (2005: 26). 1) Pengaruh hukuman

terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara. 2) Dampak

psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari

Page 66: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

52

jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama. 3) Hukuman

mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)

agar ia terbebas dari hukuman.

Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum

melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari kesalahan

yang diperbuatnya. Hal ini menjadi salah satu dasar alasan penulis

memfokuskan penelitian pada penerapan positive reinforcement.

2.4.4 Manfaat Teknik Reinforcement

Manfaat positive reinforcementmenurut Arief (2002: 128),

adalah: a) Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak

didik untuk melakukan perbuatan positif dan bersikap progresif. b)

Menjadi pendorong bagi anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang

telah memperoleh penghargaan baik dalam tingkah laku sopan santun

ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik. c)

Seseorang yang menerima ganjaran akan memahaminya sebagai

penerimaan terhadap pribadinya yang menyebabkan merasa tentram

dimana ketentraman adalah salah satu kebutuhan dari segi psikologi.

Seseorang yang mendapat penghargaan atau hadiah akan merasa

senang dan membuat dirinya merasa diterima dan dihargai oleh orang

lain. Sehingga seseorang akan termotivasi untuk menjadi lebih baik

lagi.

2.5 Kerangka Berfikir

Konseling kelompok behavioral yaitu modifikasi perilaku yang dapat

diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.

Page 67: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

53

Modifikasi perilaku dapat pula diartikan sebagai usaha menerapkan

prinsip-prinsip psikologi, hasil eksperimen lain pada perilaku manusia

menurut Bootzin dan Sukadji dalam Gantika yaitu konseling behavioral

adalah sebuah proses bantuan yang diberikan oleh guru bimbingan dan

konseling dalam hal pemecah masalah-masalah yang dihadapi serta dalam

penentuan arah kehidupan yang lain dicapai oleh diri peserta didik.

Self management merupakan suatu prosedur dimana peserta didik

mengatur perilakunya sendiri.Sedangkan bahwa perilaku membolos dapat

diartikan sebagai peserta didik yang tidak dapat mengatur perilakunya sendiri

seperti masuk sekolah dan peserta didik yang meninggalkan sekolah belum

usai tanpa izin. positive reinforcement adalah konsekuen yang diberikan

untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku yang positif. Sehingga, untuk

memperbaiki tingkah laku seseorang dan menguatkan perilaku tersebut maka

perlu adanya penghargaan atau positive reinforcement.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

menggunakan konseling kelompok behavioral teknik self management dan

reinforcement untuk mengatasi perilaku membolos peserta didik berusaha

mengarahkan perilaku dengan cara memodifikasi aspek-aspek lingkungan

atau mengadministrasikan konsekuensi-konsekuensi. Dengan demikian

melalui strategi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengurangan

perilaku membolos dengan menggunakan konseling kelompok behavioral

dengan teknik self management dan reinforcement pada peserta didik MA

Assalafiyah Luwungragi.Dapat mencapai perubahan yang diinginkan juga

dapat mengembangkan kemampuan dalam mengelola dirinya.

Page 68: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

54

Berikut ini Kerangka Berpikir dalam Penelitian ini:

Gambar 2.1 : Konseling Kelompok Behavioral dengan Teknik Self Management

dan Teknik Reinforecement.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesisi merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap

rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti dan

dijabarkan melalui kajian teori dan masalah harus diuji kebenarannya melalui

data yang berkumpul peneliti ilmiah. Adapun hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

Konseling kelompok behavioral dengan teknik self

management dan reinforcement

Mengurangi perilaku membolos peserta didik

Perilaku Membolos

Permasalahan

1. Perilaku membolos faktor

eksternal, lingkungan sekolah dan

keluarga

2. Perilaku membolos faktor

internal, dari dalam diri sendiri.

Penyebab

1. Terlambat datang ke

sekolah

2. Tidak mengerjakan PR

3. Mengikuti teman yang

suka nongkrong

Page 69: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

55

Ho : Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik self

management sangat efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

Ha : Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik self

management tidak efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

Ho : Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik

reinforcement sangat efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

Ha : Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik

reinforcement tidak efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

Sedangkan Hipotesis Statistik sebagai berikut:

U1 = Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik self

management sangat efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

U0 = Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik self

management tidak efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

U1 = Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik

reinforcement sangat efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

U1 = Penerapan konseling kelompok behavioral melalui teknik

reinforcement tidak efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

Untuk pengujian hipotesis selanjutnya nilai t (hitung) dibandingkan

dengan nilai t dari tabel distribusika t(tabel).

Ho : U1 = U0

Page 70: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

84

BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang diperoleh dari pelaksanaan

penelitian pada siswa kelas XI MA Assalafiyah Luwungragi Kecamatan

Bulakamba Kabupaten Brebes mulai dari tahap pendahuluan sampai

pelaksanaan kegiatan konseling kelompok, maka dapat dirumuskan beberapa

kesimpulan sebagi berikut :

1. Terdapat beberapa siswa kelas XI MA Assalafiyah Luwungragi

Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes yang memiliki tingkat

perilaku membolos dengan kategori tinggi.

2. Konseling kelompok behavior dengan teknik self management efektif

untuk mengurangi perilaku membolos siswa XI MA Assalafiyah

Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

3. Konseling kelompok behavior dengan teknik reinforcement efektif untuk

mengurangi perilaku membolos siswa XI MA Assalafiyah Luwungragi

Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

4. Tidak ada perbedaan tingkat keefektifan yang signifikan pada konseling

kelompok behavior dengan teknik self management dan teknik

reinforcement, untuk mengurangi perilaku membolos siswa XI MA

Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

Kemudian penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan

eksperimen dengan metode Repeated Measurement agar dapat membuktikan

Page 71: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

85

keefektifan teknik Self Management dan Reinforcement dalam jangka

panjang.

5.2 SARAN

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka saran yang

dipertimbangkan kepada pihak terkait, khususnya bagi pemimpin lembaga

pendidikan/sekolah, dan penelitian selnjutnya.

1. Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah diharapkan melakukan rekrutment guru

bimbingan dan konseling di MA Assalafiyah Luwungragi, sehingga

dengan dukungan yang penuh dari bimbingan dan konseling di sekolah

penanganan siswa khususnya pada perilaku membolos dapat tertangani

dnegan maksimal, maka sangat dibutuhkan campur tangan guru

bimbingan dan konseling untuk menangani secara khusus.

2. Bagi guru bimbingan dan konseling

Berdasarkan hasil penelitian ini guru bimbingan dan konselor

disarankan untuk mengaplikasikan teknik self management dan

reinforcement layanan kegiatan konseling yang dapat menurunkan

perilaku membolos siswa.

3. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, dalam bidang kajian yang sama

diharapkan memanfaatkan informasi apapun yang ada dalam penelitian

ini serta dapat mengembangkan bidang kajian ini dalam berbagai sudut

pandang dan komponen yang mendukung, sehingga dapat

mengembangkan tentang kajian ini selanjutnya.

Page 72: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

86

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, S. & Saputra. 2015. Teori Dasar Konseling. Lampung: Publishing

Andareto.

Alberto, P.A & Traoutman, A. (2009). Apllied behavior analysis for

teachers:eight edition. Upper sadlle river. Nj: Merril.

DOI: http://repository.edu/14028/8/T_BP_1007280

Ali, M. & Asrori, M.(2006). Psikologi Remaja, PerkembanganPeserta Didik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Alvarez, Gonzales M. (2008). Career Maturity: a priority for secondary

education. journal of research in educational psychology. issn.

16196 – 2095. no. 16. vol. 6 3 2008, pp: 749 – 772. spain: departement

of educational research methods and diagnostics, university of

barcelona.

DOI: https://scholar.google.com.tr/citations.

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UM Press.

Anggi. (2014). Penerapan konseling behavioral dengan teknik pengutan positif

sebagai upaya untuk meminimalisasi memobolos siswa. jurnal

bimbingan dan konseling, Volume 2 No 1. Singarasa: Jurnal Universitas

Pendidikan Ganesa.

DOI:http://dx.doi.org/10.1037/0021-9010.88.1.87

Anitiara. (2016). Pengurangan perilaku membolos di sekolah dengan

menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas viii smp negeri 2

kotabumi tahun ajaran 2015/2016. Di akses Tanggal 8 April 2018. DOI:

http://digilib.unila.ac.id.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Edisi Revisi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Aris, Handoko. (2016).Mengatasi perilaku membolos melalui konseling

individual menggunakan pendekatan konseling behavior dengan teknik

self-management pada siswa x tkj smk bina nusantara ungaran.Jurnal

Bimbingan dan Konseling, Volume 2 No 1. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

DOI:http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2015.01.044.

Asri, ni luh, Ni ketut Suarni, and Dewi Arum. (2014). Efektifitas konseling

behavioral dengan teknik penguatan positif untuk meningkatkan rasa

percaya diri dalam belajar pada siswa kelas viii smp negeri 2 singaraja.

Volume 2 No 2.Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling.

Page 73: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

87

DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2015.01.044.

Astuti (2013) Pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk merubah persepsi

negatif siswa di sekolah menengah atas di kabupaten lamongan jurnal bk

unesa. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2013, 271 – 280.

DOI:http://www.iosrjournals.org/iosrjrme/papers/Vol3/pdf.

Astuti, B. 2012. Modul Konseling Kelompok. Yogyakarta: UNY PRESS.

Azwar, Syaifudin. 2003. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bachri Thalib, Syamsul.2010.Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris

Aplikatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Baharuddin dan Moh. Makin. 2008. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN

Maliki Press.

Baier, D. (2016). The school as an influencing factor of truancy. international

journal of criminology and sociology, 5, 191–202.

DOI: http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/issue/view/178

Berenbaum, S. A., Beltz, A. M., & Corley, R. (2015). The importance of puberty

for adolescent development: conceptualization and measurement. In

Advances in child development and behavior (Vol. 48, pp. 53–92).

Elsevier.

DOI: https://pdfs.semanticscholar.org/391d/ d4d9aaac29.pdf

Briesch DuBois, J. M., Briesch, A. M., Hoffman, J. A., Struzziero, J., & Toback,

R. (2017). Implementing self‐management within a group counseling

context: Effects on academic enabling behaviors. Psychology in the

Schools, 54(8), 852–867.

DOI: https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.221.

Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Comier, W.H. dan Comier L.S. (1985). Intervewing Strategies For Helpers

Fundemental Skill AND Behavioral Intervension. 2 ed. Monterey.

California: Publishing Company.

DOI:https://doi.org/10.1111/j.1083-6101.2000.tb00110.

Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4.

Trasnlated by. Drs. Mulyanto. Semarang. IKIP Semarang Pers

Corey, Gerald. 2005. Teori Dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Dahl, P. (2016). Factors associated with truancy: Emerging adults’ recollections

of skipping school. Journal of Adolescent Research, 31(1), 119–138.

DOI: http://dx.doi.org/10.6018/red/54/6.

Page 74: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

88

Dalyono, 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.

Dasami, Pria, N Dantes, and NM Setuti. (2016). Penerapan konseling behavioral

denganteknik penguatan positif untuk meminimalisir kecenderungan

perilaku menyimpang siswa kelas Vii B8 Smp Negeri 6 Singaraja.

DOI: https://www.researchgate.net/publication/15400300

Data Survey Pra Penelitian dengan Guru Bimbingan dan Konseling di Brebes,

tanggal 20 November 2018.

Defriyanto, and Dewi Jamil Rahayu. (2017). Evaluasi program bimbingan dan

konseling dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik di sekolah

menengah atas (sma) yp unila bandar lampung.Jurnal Bimbingan Dan

Konseling2, no. 2-diakses pada 14 april 2012.

DOI: http//jamil.10.24176/jkg.v2i1.559

Dian Fitri, Anike. (2013). Penerapan strategi pengelolaan diri (self-management)

untuk mengurangi perilaku konsumtif pada siswa kelas x-11 sman 15

surabaya.Unesa Journal Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, No 1.

DOI:https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bkunesa/articl

e/view/1930

Djamarah, Syaiful Bahri. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Eka Neni Arni Yeti. (2012). Upaya mengurangi kebiasaan buruk dalam

membolos dan mencontek dengan layanan bimbingan kelompok siswa.

vol. 1 no. 2 semarang. Jurnal Ilmiah Pendidikan BK.Di akses tanggal 20

Maret 2018.

DOI:http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/kes/article/view/143

Eko Putro Widoyoko. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Elizabeth, B. Hurlock. 2001. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga.

Fahrozin, Muhamad dkk. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Farida, NA. 2009. Penggunaan strategi Self-Management untuk meningkatkan

disiplin belajar di rumah pada siswa kelas VIII D Negeri 5 Lamongan

tahun ajaran 2007/2008. Artikel. Surabaya: JPPB FIP Unesa.

DOI : https://doi.org/10.24036/02016516485-0-00.

Fatchurahman, M., Syarif, D. F. T., & Turohmi, S. (2018). Efektivitas layanan

konseling kelompok menggunakan teknik problem solving dalam

menurunkan perilaku membolos siswa. Indonesian Journal of

Educational Counseling, 2(1), 55–68.

DOI: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/103804

Page 75: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

89

Fatmawati. (2006). Pengaruh penggunaan strategi self-management untuk

mengatasi kebiasaan belajar buruk pada siswa vii-b smpn 4 waru,

Sidoarjo.Jurnalunesasurabaya: Ppb Fip Unesa.

DOI: http://etd.repository.unesa.ac.id

Fauzan, L. (2009). Praktik teknik konseling self-management. Artikel.

Lutfifauzan’s Blog. 23 Desember 2009. Diakses Rabu 13 November

2018 pukul 11.15 WIB.Jurnal Pendidikan. 1 (1), 11-19.

DOI:http://dx.doi.org/10.17977/jp.v1i11.8116

Fehér, D. J., Bartók, M., & Fehér, L. (2018). The Effects of Computer Games on

Teenagers. In 2018 IEEE 12th International Symposium on Applied

Computational Intelligence and Informatics (SACI) (pp. 261–266).

IEEE.

DOI: https://www.nyack.edu/files/CT_What_Why_2013.pdf.

Feist, Jess dan Greogory. J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba

Humanika.

Ferguson, S. G., Frandsen, M., Dunbar, M. S., & Shiffman, S. (2015). Gender and

stimulus control of smoking behavior. Nicotine & Tobacco Research,

17(4), 431–437.

DOI :https://doi.org/10.1002/asi.20168.

Gantina komalasari, dkk(2011), Teori dan Teknik konseling, Jakarta:Indeks.

Gladding. T. Samuel. 2012. Konseling: Profesi Yang Menyeluruh. Jakarta:Indeks.

Greiner, J & Karoly, P. (1976). Effect of Self-control Training on Study Activity

and Academic Performance: An Analysis of Self-monitoring,

Self-reward and Systematicplanning Components. Journal of Counseling

Psychology. 23. 495-502.

DOI :http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2014.07.020.

Gunarsa, Singgih. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung MuliaGunarsa

Singgih. 2004. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia

Hamalik, O. 2005. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.

Bandung:RinekaCipta.

Handoko, A. (2013). Mengatasi perilaku membolos melalui konseling

individualmenggunakan pendekatan behavior dengan teknik self

managementpada siswa kelas x tkj smk bina nusantara ungaran tahun

ajaran2012/2013. Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume 2 No 1.

Semarang: Universitas Negeri Semarang

Page 76: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

90

DOI:http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2015.01.044.

Indri Astuti.(2018). Mengurangi perilaku membolos siswa dengan menggunakan

layanan konseling individual studi kasus pada siswa kelas xi ips di sma

muhammadiah[diaksespada: 17 Oktober 2 Padapukul 21:08 WIB].

DOI : https://doi.org/10.24036/0201212696-0-00.

Jacson. (2008). Teaching more than the dicipline: modeling leadership in

classroom. Collage Teaching Methods and Styles Journal. November

2008, 4, (11), 47-52.

DOI:10.1145/769800.769804.

Jannah, H. 2006. Penggunaan strategi self management untuk meningkatkan

disiplin belajar siswa kelas VII-F SMP Perlaungan Berbek Waru. Artikel.

Surabaya: JPPB FIP Unesa.

DOI: https://doi.org/10.24036/0201873101409-0-00

Jeske, D., & Axtell, C. (2017). Effort and reward effects: appreciation and

self-rated performance in e-internships. Social Sciences, 6(4), 154.

DOI :https://doi.org/10.1080/07481756.2017.1320947

Kartono, Kartini. 2003. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah.

Jakarta: Rajawali Press.

Kartono, Kartini. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

.2003.Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta:

Rajawali Press.

Kearney, C.A. (2001). An Interdisciplinanry Model of school absenteeisn in

youth to inform professional practice and public policy educational

psychology. Review, 20 (3), 257.282.

DOI :http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2014.07.020.

Komalasari, Gantina. 2011.Teori dan Teknik konseling, Jakarta: Indeks.

Latipun. 2008. Psikologi Konseling, Malang: UMM Press, 2008.

Lent, R. W., Ezeofor, I., Morrison, M. A., Penn, L. T., & Ireland, G. W. (2016).

Applying the social cognitive model of career self-management to career

exploration and decision-making. Journal of Vocational Behavior, 93,

47–57.

DOI:http://www.academypublication.com/issues/past/tpls/vol03//20.pdf.

Mahmudah.(2018). Mengurangi Perilaku Membolos Dengan Menggunakan

Layanan Konseling Behavioral. [diaksespada: 24 November 2018

padapukul 22.02 WIB].

DOI: http://mahmudah/10.30818/jpkm.2018.2030105

Page 77: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

91

Martin. Garry & Joseph Pear. (1996). Behavior modification what it is and how to

do it: ninth edition, prentice-hall, inc

DOI: https://doi.org/10.1108/IMDS-03-2015-0075.

Miltenberger, RG. (2012). Behavior modification (principles and procedures).

Fifth edition. USA: Wadsworth Cengange Learning.

DOI :https://ehlt.flinders.edu.au/education/iej/articles/v4n1/paris/paper.p

df.

Mochamad Jafar Nursalim. 2013. Strategi dan Intervensi Konseling. Jakarta:

Akademia Permata.

Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Mungin, Edy, Wibowo. 2019. Konseling Kelompok dalam Peradaban Milenial.

Semarang: UNNES Press.

. 2002. Jenis-Jenis Bimbingan Dan Konseling. Depdiknas.

Mustaqim dan Abdul Wahib. 2003. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Natawidjaja, Rachman, 2009. Bimbingan Dan Konseling Di Instansi Pendidikan.

Jakarta: Gramedia.

Neitzel, J & Busick,M.(2009). Overview of self-management. chapel hill, nc:

national professional development center on autism spectrum disorders,

frank porter graham child development institute, the university of north

carolina.

DOI:https://www.communicationtoday.sk/download/2/2014/Plencner

Noe, Reymond, A. (2010). Human resource management. MC. Graw Hill.of

Factors Causing Truancy Among Secondary School Students in Rivers

State

DOI: http://dx.doi.org/10.1080/10810730.2015.1018590.

Notoatmodjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta:

Rhineka Cipta

Nurbaini, Hazar. (2006). Kontribusi layanan informasi karir terhadap

penyelesaian masalah karir yang dihadapi siswa smk. Skripsi.

Bandung: Jurusan Bimbingan dan Konseling UPI Bandung. (Online).

DOI: http://repository.upi.edu

Nurdjana, A. (2015). Layanan bimbingan kelompok dengan teknik self

management untuk mengurangi perilaku terlambat masuk sekolah. Jurnal

Konseling, Volume 1 No 1. Kudus: Universitas Sunan Muria Kudus.

DOI: http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Article/view/1798/1599.

Ovilia, priska dewi. 2017.Penerapan Konseling Kelompok Dengan Teknik

Behaviour Contract Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Pada Siswa

Di Smk Kawung 2 Surabaya. [diaksespada 17 Oktober 2018 padapukul

16.30 WIB]

Page 78: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

92

DOI: olivia-christina-dewi-953b4a169

Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal

Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333–352.

DOI :https://doi.org/10.1177/1555412014548919.

Pfefferbaum, A., Rohlfing, T. (2016). Adolescent development of cortical and

white matter structure in the NCANDA sample: role of sex, ethnicity,

puberty, and alcohol drinking. Cerebral Cortex, 26(10), 11–12.

DOI : http://10.1093/jamia/ocv022.

Pidarta, Made. 2007. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno & Eman Amti. 2004. Dasar Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta.

Rieneka cipta.

Prihantoro, Sri. (2007). Program Bimbingan untuk Mengembangkan

Kemampuan Perencanaan Karir Remaja. Skripsi. Bandung: Jurusan

Bimbingan dan Konseling UPI Bandung.

DOI: http://repository.upi.edu diakses 29 Juni 2016.

Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta:

Menara Mas Offset.

Purwanta, Edi, 2012. Modifikasi Perilaku, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Purwanto.M.Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan.Bandung: Rosdakarya.

Qoririalita Furqoni, (2013). Implementasi konseling behavioral dalam

menanggulangi perilaku menyimpang siswa kelas x di smk pgri 1

surabaya. [diaksespada 19 November 2018 padapukul 20.30

WIB]Retrieved 02 Selasa, 2018.

DOI: http://docplayer.info/54098322-Skripsi-oleh-Qoririaliata-npm.html

Revani Yant Eryana. (2010). Mengurangi perilaku membolos siswa dengan

menerapkan konseling behavior melalui taknik pengondisian operan

(studi kasus pada beberapa siswa kelas viii c di smp negeri 5 kotabumi

tahun pelajaran 2009/2010).

DOI: http//text-id.123dok.com/document/9ynl9n70q-indri-astuti-2009

Ridlowi. 2009. Mengatasi Siswa Membolos Dengan Bimbingan Konseling.

Bandung: Rineka Cipta.

Romlah, T. 2001. Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling Kelompok. Malang:

Universitas Negeri Malang Press

Savickas, M. L. 2001. A Developmental Perspective on Vocational

Behavior: Career Pattern, Salience, and Themes. International

Journal for Educational and Vocational Guidance, 1, 49-57.

Page 79: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

93

Sholihah, N. (2013). Penerapan strategi self-management untuk meningkatkan

disiplin belajar pada siswa tunadaksa cerebral palcy kelas iv sdlb-d ypac

surabaya. Jurnal BK Unesa, 3(1).

DOI: http://jurnal.unesa.ac.id/alchemy/article/view/13028

Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang. UPT UNNES Press.

Sriningsih, V. (2014). Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Membolos

Sucipto. (2018). Razia Siswa Membolos Gabungan Satpol-PP Brebes-Tegal:

Tegal. Radar Tegal.

Sugiharto, DYP. 2007. Konseling Proaktif dengan strategi pengelolaan diri.

Semarang: Tidak ditebitkan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, kuantitatif,

kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukadji. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusnawati. 2008. Proses Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,

Bandung: Rosda Karya.

Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV Setapak.

Syamsul Bachri Thalib. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris

Edukatif. Jakarta:Kencana.

Tutiona, M. Y., Munir, A., & Ratu, B. (2016). Upaya mengurangi perilaku

membolos melalui konseling individual dengan teknik behavior contract

pada siswa SMP Negeri 6 Palu. Jurnal Konseling Dan Psikoedukasi,

1(1), 69–78.

DOI: http://ijec.ejournal.id/index.php/counseling/article/view/18

Tarsito. Hymel, S. and Natalie R.H. (2006).Helping student who are experiencing

persistent and/or serious discipline problem to succed in school: the state

of the evidence. paper. report prepared for the ontario ministry of

education research symposium 18-20 Januari 2006.

DOI :https://doi.org/10.1177/0047287514522883.

Wentzel, K. R., Russell, S., & Baker, S. (2016). Emotional support and

expectations from parents, teachers, and peers predict adolescent

competence at school. Journal of Educational Psychology, 108(2), 242.

DOI :https://doi.org/10.1177/1555412014548919.

Willis, Sofyan, 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung:

Alfabeta.

Page 80: EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIOR DENGAN …

94

Wilmot, M. P., DeYoung, C. G., Stillwell, D., & Kosinski, M. (2016).

Self‐monitoring and the metatraits. Journal of Personality, 84(3),

335–347.

Winkel W.S & Hastuti, Sri. 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

. 2005. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Zuniarty,Ita Alifta. (2012). Penanganan guru BK terhadap tingkah laku membolos

sekolah siswa di SMP Negeri 1 Rangel Tuban tahun pelajarn 2010/2011.

Surabaya: Program Sarjana Unesa.

DOI: http://ejournal.Zuniarty.ac.id/index.php/konseli/article/view/3605