Efektivitas Implementasi Perda No

download Efektivitas Implementasi Perda No

of 3

Transcript of Efektivitas Implementasi Perda No

Efektivitas implementasi Perda No. 11/2005 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban (K3), mulai diungkit Wali Kota Bandung, Dada Rosada. Dada menilai, dari sekian banyak Perda yang dimiliki Kota Bandung, Perda K3 termasuk salah satu yang harus segera dievaluasi. Segala permasalahan yang terjadi di Kota Bandung yang berkaitan dengan Perda tersebut, kata Dada, harus ditinjau secara mendalam oleh SKPD terkait. Dada menilai, implementasi Perda K3 masih sangat jauh dari keinginan dan harapan. Pasalnya, selama ini masih banyak terjadi pelanggaran, seperti salah satunya keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tujuh titik. Dari sekian banyak Perda, hanya beberapa yang sudah dievaluasi. Saya pikir Perda K3 juga termasuk salah satu perda yang harus dievaluasi. Harus dilihat sampai sejauh mana efektivitasnya Wastukancana. Masalah evaluasi perda yang tidak optimal, termasuk Perda K3, juga disampaikan anggota Komisi A DPRD Kota Bandung, Lia Noer Hambali. Menurut Lia, dari ribuan perda yang sudah dibuat, harus dilihat seberapa jauh optimalisasinya di tataran pelaksanaan. Selama ini, sama sekali belum pernah ada evaluasi yang dilakukan baik oleh DPRD maupun Pemkot Bandung. Yang dilakukan saat ini hanya upaya membuat perda ke depan,ujarnya. Sementara Ketua Komisi A DPRD Kota Bandung, Haru Suandharu menyatakan, Perda No. 11/2005 tentang perubahan atas Perda No. 3/2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan masih mandul, dan belum mampu menyelesaikan masalah yang ada terutama mengatasi permasalahan PKL. "Sebenarnya dengan perda yang ada Kota Bandung bisa mengatasi, asal ada kemauan. Kalau tidak bisa, Perda yang mengatur masalah PKL tampaknya harus dibuat," tuturnya.( Iwan Permana) dalam tataran implementasi, terang Dada di Balai Kota Bandung, Jln.

Perda K3 (Keindahan, Kebersihan dan Ketertiban) merupakan salah satu peraturan andalan yang lahir dari pemikiran demi tercipta keteraturan..Perda juga dibanggakan pemerintah kota Bandung sebagai alat eksekusi untuk membuktikan bagaimana berhasilnya pemkot Bandung melaksanakan roda pemerintahannya. penilaian positif bahwa Pemkot berusaha membuat masyarakat hidup dengan keteraturan.. Lahir tahun 2005, hingga kini, belum ada evaluasi terkait implementasi Perda tersebut di lapangan. Sehingga tidak banyak yang tahu bahwa sesungguhnya implementasi Perda yang dibanggakan itu berjalan ditempat..Padahal, untuk ketok palu sahnya perda tersebut, dibutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang..Satu lagi, pastinya menghabiskan dana rakyat yang juga sangat besar.. Sejauh ini, hanya penggusuran PKL (pedagang kaki lima) saja yang dinilai merupakan implementasi jalannya perda tersebut. Padahal, banyak hal yang bisa dilakukan sebagai upaya menegakkan Perda itu, tidak melulu hanya menggsusur PKL. tapi kepuasan penegak Perda hanya cukup sampai membakar barang-barang PKL yang terjaring razia. Lemahnya pengawasan dan political will pemkot bandung, menjadi salah satu tolak ukur atau indikator tidak berjalannya Perda K3..Mungkin saat ini, Perda tersebut hanya bertumpuk bersama denga Perda lainnya yang juga bernasib sama, tidak jelas implementasinya..

Implementasi pelaksanaan Perda K3 dinilai masih jauh dari yang diharapkan. Pasalnya, political will baik dari pemerintah maupun masyarakat semakin melemah. Implementasi peraturan daerah (Perda) Kota Bandung No 11/2005 mengenai penyelenggaraan kebersihan, ketertiban dan keindahan, dinilai sebagian pihak belum efektif mewujudkan Kota Bandung seperti yang diharapkan. Pasalnya, selain tidak adanya evaluasi atas implementasi perda tersebut, melemahnya political will dari pemerintah dan masyarakat, juga disinyalir sebagai salah satu penyebabnya.Demikian disampaikan pengamat pemerintahan Universitas Padjajaran (Unpad), Dede Mariana. Dede mangungkapkan, tidak ada indikator yang jelas dari keberhasilan pelaksanaan perda K3. Ia menilai, tidak ada progress yang diperlihatkan pemerintah terkait pelaksanaan implementasi Perda K3 bagi Kota Bandung. Saya melihat, Perda tersebut tidak pernah dievaluasi dan dipaparkan pada masyarakat. Sehingga tidak ada progress yang bisa kita lihat. Perda ini seolah hanya terkait masalah PKL (pedagang kaki lima) saja, karena yang biasa kitalihat penertiban PKL, padahal Perda ini juga mengatur hal lainnya, jelas Dede. Ia menambahkan, tidak adanya evaluasi tersebut membuat pelaksanaan penegakan Perda seolah berjalan ditempat. Padahal, Perda tersebut sudah diberlakukan sekitar dua tahun. Menurutnya, tidak ada ukuran yang jelas terkait kinerja penegak Perda K3 yakni Satpol PP dan SKPD lainnya. Sejauh ini, Perda K3 hanya terkait soal penertiban PKL maupun penertiban PSK. Sedangkan untuk masalah yang berkaitan dengan kebersihan, belum sama sekali ditingkatkan. Menurutnya, sarana dan prasarana penunjang Perda K3 juga harus disiapkan oleh pemerintah jika ingin implementrasi Perda dapat berjalan. Buat saya yang penting adalah evaluasi, kalau tidak ada itu apa yang mau dijadikan tolak ukur. Belum lagi tidak adanya sarana penunjang pelaksanaan Perda k3 di bidang kebersihan, dan lainnya. Ini yang membuat penerapan Perda K3 seolah tidak terlihat jelas oleh masyarakat, tegasnya. Lebih lanjut ia menambahkan, proses penerapan perda hingga saat ini perlu dimasukkan dalam laporan pertanggungjawaban walikota. Hal ini untuk menujukkan kinerja kepala daerah terkait pelaksanaan perda tersebut. Hal serupa disampaikan ketua DPRD Kota Bandung, Husni Mutaqien yang prihatin atas pelaksanaan Perda tersebut. Husni mengatakan, pelaksanaan Perda K3 sangat tidak implementatif, artinya, ia menilai belum ada progress yang jelas terlihat dari hasil pelaksanaan perda tersebut. Perda K3 adalah salah satu perda yang sangat memprihatinkan, tidak ada progress yang jelas. Ini lantaran lemahnya political will dari pemerintah dan masyarakat. Saya sudah menyampaikan hal ini pada pemerintah kota agar melihat kembali perda tersebut, jelas Husni. Seharusnya untuk kawasan tujuh titik di Kota Bandung dan enam jalur sudah mulai diberlakukan Perda K3. Namun, pada kenyataannya masih ditemukan pelanggaranpelanggaran dari aturan tersebut. Hal ini lantaran belum tersosialisasikannya perda K3 secara menyeluruh ke setiap elemen masyarakat. Selain perda K3, peraturan walikota yang mengatur tentang pembebanan biaya paksaan bagi setiap orang yang melanggar perda K3 juga harus disosialisasikan pada masyarakat. Sosialisasi keduanya harus sampai pada elemen terkecil masyarakat kota Bandung. Artinya, bukan hanya sekedar di sosialisasikan saja namun juga di publikasikan. Hal ini untuk

menmgurangi pelanggaran-pelanggaran terkait Perda K3, sehingga Perda tersebut akan efektif, imbuhnya. Sementara itu kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung, Priana W menyatakan, pihaknya selalu mengawal perda tersebut agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Menurutnya, berbagai upaya telah dilakukan agar masyarakat mentaati Perda K3. Pihaknya mengaku memfokuskan diri untuk menjalankan Perda K3 di tujuh titik Kota Bandung. Prosedur hukum tetap kami jalankan, karena itu adalah tugas kami. Memang kesadaran masyarakat kurang itu karena kondisi masyarakat yang menyangkut masalah ekonomi. Sebenarnya tugads kami bukan hanya soal PKL, tapi hal lain yang berhubungan dengan Perda K3. kami juga sudah menertibkan bangunan tower yang tidak memiliki ijin resmi, papar Priana. Ia menambahkan, untuk sosialisasi Perda K3 dan Perwal Pembebanan Biaya paksaan telah disosialisasikan pada masyarakat. Hasilnya, di 30 kecamatan di Kota Bandung sudah ada kelompok masyarakat yang peduli ketertiban dan keindahan. Namun, yang masih menjadi kendala adalah penertiban di bidang kebersihan. Menurutnya, sarana yang ada saat ini belum dapat menjamin Kota Bandung bersih dari sampah. Sosialisasi yang kami lakukan, berhasil membuat kelompok masyarakat peduli ketertiban di tiap kecamatan. Mereka menamakan diri Jagabaya. Untuk masalah kebersihan, selain karena masyarakat yang belum sadar akan kebersihan, sarana dan prasarana kebersihan juga belum memadai, kami sedang kerjasama dengan PD kebersihan untuk hal ini, paparnya. Kabid Operasional Satpol PP Kota Bandung, Edi marwoto mengatakan, pihaknya beberapa kali telah melakukan penertiban guna mengawal Perda K3. ia mengatakan, untuk masalah kebersihan diperlukan satgas kebersihan yang terdiri atas unsur Satpol PP, masyarakat dan PD Kebersihan. Tugas ini adalah tugas dari setiap elemen masyarakat dan pemerintah, jadi harus ada kerjasama. Saat ini untuk pelanggran kebersihan memang belum ditindak, kami berencana membuat satgas kebersihan, imbuh Edi. (wisnoe moerti)