EFEKTIVITAS FORMASI TEMPAT DUDUK TIPE U DAN CHEVRON …digilib.unila.ac.id/54914/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS FORMASI TEMPAT DUDUK TIPE U DAN CHEVRON …digilib.unila.ac.id/54914/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EFEKTIVITAS FORMASI TEMPAT DUDUK TIPE U DAN CHEVRON
TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA
(Kuasi Eksperimental pada Peserta Didik Kelas XI Semester Genap
SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018)
(SKRIPSI)
Oleh
MAHARANI AULIA FAJRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
EFEKTIVITAS FORMASI TEMPAT DUDUK TIPE U DAN CHEVRON
TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA
(Kuasi Eksperimental pada Peserta Didik Kelas XI Semester Genap
SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018)
OLEH
MAHARANI AULIA FAJRI
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas formasi tempat duduk U, chevron
dan teater terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok sistem ekskresi
manusia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA
SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun 2017/2018. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling dan terpilih kelas XI MIA 1 sebagai
kelas eksperimen I (formasi U), XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen II (formasi
chevron), dan XI MIA 3 sebagai kelas kontrol (formasi teater). Desain penelitian
ini adalah desain pretes-postes non ekuivalen. Hasil uji analisis data menunjukan
bahwa rata-rata hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik ketiga kelas
berbeda secara signifikan. Pengukuran efektivitas pada aspek kognitif berdasarkan
perbedaan N-gain, sedangkan perhitungan aspek afektif dan psikomotorik
berdasarkan tafsir indeks prestasi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan nilai
rata-rata N-gain kelas eksperimen I lebih tinggi dari pada kelas eksperimen II dan
kelas kontrol. Pada aspek afektif dan psikomotik rata-rata peningkatan nilai kelas
eksperimen I lebih tinggi dari pada kelas eksperimen II dan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas
dari ketiga formasi tempat duduk yang ditetapkan terhadap hasil belajar pada
materi Sistem Ekskresi Manusia dan formasi U adalah formasi yang paling efektif
daripada formasi chevron dan teater.
Kata kunci: efektivitas, formasi tempat duduk, hasil belajar, sistem ekskresi
manusia
EFEKTIVITAS FORMASI TEMPAT DUDUK TIPE U DAN CHEVRON
TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI MANUSIA
(Kuasi Eksperimental pada Peserta Didik Kelas XI Semester Genap
SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018)
Oleh
MAHARANI AULIA FAJRI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26
Juni 1996, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak
Yurtoni dengan Ibu Esti Indah Rahayu. Penulis beralamat
di Jalan Palem Raya 4 Blok 17B/21 Perumahan Polda 1,
Kelurahan Beringin Raya, Kecamatan Kemiling, Kota
Bandar Lampung. Nomer HP penulis 082376330414.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Bina Kariya Merak Belantung
Kecamatan Kalianda (2001-2002), SD Negeri 5 Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan (2002-2008), SMP Negeri 13 Bandar Lampung (2008-2011), SMA Negeri
7 Bandar Lampung (2011-2014), pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN (jalur tes tertulis).
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi Sekretaris Divisi Media
Center Himasakta (2016) dan Kepala Dinas Hubungan Mayarakat BEM FKIP
Unila (2017). Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP Negeri 2 Liwa, Kabupaten Lampung Barat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Pasar Liwa, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat (Tahun
2017).
ix
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra'd: 11)
“Education is the most powerful weapon
which you can use to change the world”
(Nelson Mandela)
“Jangan menyerah, kalau menyerah berarti kamu kalah”
(Maharani Aulia Fajri)
x
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT,
atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan, kesehatan, dan
kesabaran untukku dalam mengerjakan skripsi ini
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjunganku Rasulullah Muhammad
SAW.
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada orang-
orang yang selalu berharga dan berarti dalam hidupku:
Ayahku (Yurtoni) dan Ibuku (Esti Indah Rahayu)
Kedua orangtuaku, yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang,
mendidikku dengan sabar, menasehatiku ketika salah arah, dan selalu
menyebut namaku dalam doa-doa panjangnya. Terimakasih telah
menjadi tempat ternyaman untuk segala hal.
Adikku (M. Arief Rasyidi & Ali Fatwa Hakim)
Kedua adikku yang selalu memberikan dukungannya dan ikut serta mendoakan
dalam perjalanan hidupku.
Para Pendidik
Para guru dan para dosen, atas ilmu, nasihat, bimbingan, kesabaran, waktu, dan
arahan yang telah diberikan sehingga aku dapat menjadi lebih manusiawi, serta
berani bermimpi dan berjuang demi meraih cita-citaku.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
xi
SANWACANA
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmatNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih
gelar Sarjana Pendidikan pada Pogram Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “EFEKTIVITAS FORMASI
TEMPAT DUDUK TIPE U DAN CHEVRON TERHADAP HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK SISTEM
EKSKRESI MANUSIA (Kuasi Eksperimental pada Siswa kelas XI Semester
Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018)”.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan,
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lampung;
3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi dan Pembimbing II yang telah memberikan saran, bimbingan, dan
motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan;
xii
4. Alm. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I (2014-2018) yang telah memberikan saran, bimbingan, dan
motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan;
5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan saran-
saran perbaikan dan motivasi;
6. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed selaku pengganti Pembimbing Akademik
dan Pembimbing I (2018) yang telah memberikan saran, bimbingan, dan
motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan;
7. Seluruh dosen FKIP Pendidikan Biologi yang telah mendidik, memberikan
ilmu, dan nasihat selama penulis menempuh pendidikan;
8. Kepala sekolah, seluruh dewan guru, staf dan Heri Nirwanto, S.Pd., selaku
guru pamong di SMA Negeri 14 Bandar Lampung yang telah memberikan
izin dan bantuan selama penelitian berlangsung;
9. Kepala sekolah, seluruh dewan guru, staf dan Rini Handayani, S.Pd., selaku
guru pamong di SMP Negeri 2 Liwa yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman berharga selama penulis melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan (PPL);
10. Peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2017/2018 yang telah membantu selama penelitian;
11. Tim Skripsi “Mamen” (Meta Khoirotunnisa dan Novy Kusuma Wardani)
yang telah saling membantu dan menyemangati dalam pembuatann skripsi;
12. Rekan-rekan Pendidikan Biologi angkatan 2014, terkhusus (Dian Handayani,
Shevyta Ryandani, Vidi Ayu Winingdyah, Arinda Syafiranti, Anggi
xiii
Anggramayeni, Asih Lestari, Sulastri Fauziah, dan Elok Deswina Hayati)
yang telah membersamai dan memberikan motivasi selama menempuh studi;
13. Sahabat dan teman terbaik “Fantastic Four” (Bella Anjelia, Rizky Fitriyanti
dan Khusnul Khotimah) yang telah memberikan motivasi selama pembuatan
skripsi;
14. Teman seperjuangan, Himasakta Kabinet Amanah (Aktif, Bermanfaat dan
Harmonis) periode 2016 (Jamal Ludinsyah, Hanani Muna Athifa, Meta Dwi
Ayu Ningtyas, Arini Dwi Larasati, Bisri Dewi, Syifa Nuraini, Kartika Mei
Linda, Siti Hardiyanti, Ridwan Saputra, Asih Lestari, Hartoyo Adi Saputra,
Tumirah, Dola Ike Permadi, Septa Putri Nugraha, Faqih Segara, Rifatur
Rofika, Febri Sulih Pambudi, Dermawati Setya Utami, Daryono, Mentari
Panca Rahayu, dan Ronaldo Redi Caprio) atas pembelajaran dan pengalaman
berharga yang diberikan selama menjalankan amanah;
15. Keluarga BEM FKIP Unila Kabinet Kebanggan Bersama periode 2017 (Dani
Windarto, Jamal Ludinsyah, Apriliani Istikawati, Tri Yulia Ningrum, Hanani
Muna Athifa, Mustofiarudin, Rantika Kurniati, Fajar Agung Pangestu, Anita
Resita, Sulistianingrum, Zara Paradita, Muhammad Ali Hanafi, Diah Ambar
Sari, Hadi Novian Salis, Renna Oktavia Sari, Ratu Farisa Fathonah, Devisa
Gita Ambela, Khusnul Khotimah, Arsyad Al Ghifari dan Zulaikah) atas
pembelajaran dan pengalaman berharga yang diberikan selama menjalankan
amanah;
16. Rekan-rekan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pekon Pasar Liwa, Kecamatan Balik
Bukit, Kabupaten Lampung Barat (Adiyan Putra Pamungkas, Abi Nugraha,
Wahyu Setiawan, Nurul Utami, Rofi Fauzia Jihadi, Azni Aslinda, Destia
xiv
Murti Larasati, Nur Afni Destia Fani, Shofura Farah Diba, Yuliana Marfuah
dan Yuyun Mardiana);
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
Maharani Aulia Fajri
xv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan ............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
E. Ruang Lingkup ............................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas ....................................................................................... 10
B. Formasi Tempat Duduk .................................................................. 11
C. Hasil Belajar Peserta Didik ............................................................ 15
D. Pembelajaran Biologi ..................................................................... 23
E. Kerangka Pikir ................................................................................ 25
F. Hipotesis ......................................................................................... 27
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 28
B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 28
C. Desain Penelitian ............................................................................ 29
D. Prosedur Penelitian ......................................................................... 30
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ...................................... 36
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 45
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 53
B. Pembahasan .................................................................................... 59
xvi
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................... 74
DAFTAR RUSTAKA ...................................................................................... 76
LAMPIRAN
1. Perangkat Pembelajaran ....................................................................... 82
2. Perangkat Tes ....................................................................................... 106
3. Analisis Data ........................................................................................ 130
4. Dokumentasi ........................................................................................ 157
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Desain pretes dan postes tak ekuivalen ................................................ 29
2. Nilai pretes, postes dan N-gain peserta didik kelas kontrol/
eksperimen I/ eksperimen II ................................................................. 38
3. Perbandingan nilai pretes, postes dan N-gain siswa kelas
eksperimen I, eksperimen II dan kontrol .............................................. 38
4. Interpretasi N-gain untuk aspek kognitif peserta didik......................... 38
5. Lembar penilaian diri aspek afektif peserta didik untuk kelas
eksperimen I, eksperimen II dan kontrol .............................................. 39
6. Rubrik lembar penilaian diri aspek afektif peserta didik ...................... 40
7. Data penilaian diri aspek afektif siswa, petemuan I, II dan N-gain
kelas kontrol/ eksperimen I/ eksperimen II .......................................... 40
8. Perbandingan nilai afektif peserta didik antar kelas ............................. 41
9. Tabulasi perbandingan nilai sub afektif peserta didik (pertemuan I,
pertemuan II dan peningkatan nilai sub aspek afektif) ......................... 41
10. Kategori tafsiran indeks prestasi kualitatif untuk aspek afektif
peserta didik .......................................................................................... 41
11. Lembar pengamatan aspek psikomotorik peserta didik........................ 42
12. Rubrik skor pengamatan aspek psikomotorik peserta didik untuk
kelas eksperimen I, eksperimen II dan kontrol ..................................... 43
13. Data pengamatan keterampilan aspek psikomotorik siswa pertemuan
I, II, dan N-gain kelas kontrol, eksperimen I, eksperimen II .................44
14. Perbandigan nilai psikomotorik antar kelas .......................................... 44
xviii
15. Tabulasi perbandingan nilai sub aspek psikomotorik peserta didik
(pertemuan I pertemuan II, dan peningkatan nilai sub aspek
psikomotorik) ........................................................................................ 45
16. Kategori tafsiran indeks prestasi kualitatif untuk aspek psikomotorik
peserta didik .......................................................................................... 45
17. Interpretasi koefisien korelasi (rxy) ....................................................... 47
18. Interpretasi reliabilitas .......................................................................... 48
19. Interpretasi tingkat kesukaran soal ....................................................... 48
20. Interpretasi atau penafsiran Daya Pembeda .......................................... 49
21. Hasil uji statistik terhadap N-gain hasil belajar aspek kognitif pada
kelas kontrol, kelas eksperimen I, dan kelas eksperimen II ............... 54
22. Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik pada Aspek Kognitif,
Menurut KKM yang Ditentukan…………………………………...... 56
23. Peningkatan nilai aspek afektif pada kelas kontrol, kelas eksperimen
I, dan kelas eksperimen II …………………………………................ 56
24. Tabulasi perbandingan nilai sub aspek afektif kelas (pertemuan I,
pertemuan II, dan peningkatan nilai sub aspek afektif) ........................ 57
25. Peningkatan nilai aspek psikomotorik pada kelas kontrol, kelas
eksperimen I, dan kelas eksperimen II..……………………............... 58
26. Tabulasi perbandingan nilai sub aspek psikomotorik kelas
(pertemuan I pertemuan II, dan peningkatan nilai sub aspek
psikomotorik) ........................................................................................ 58
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Model formasi tradisional ................................................................... 13
2. Model formasi U .................................................................................. 14
3. Model formasi chevron ........................................................................ 15
4. Hubungan antar variabel bebas dan terikat .......................................... 26
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, pemerintah terus berupaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan dan pembelajaran
adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan memberikan penekanan pada perubahan dan transformasi.
Perubahan akan terjadi jika didukung oleh pemahaman terhadap pengetahuan
baru. Pemahaman akan pengetahuan baru akan didapat melalui pembelajaran
di dalam kelas, dengan adanya interaksi peserta didik dengan sumber belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjino
(Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan pendidik secara terprogram
dalam desain intruksional, untuk membuat belajar secara aktif yang
2
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Hal ini senada dengan konsep
pembelajaran menurut Coey (Sagala, 2011: 61) pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berhasil jika didukung
oleh pembelajaran yang baik.
Hakikat pembelajaran yang ideal adalah proses pembelajaran yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
pembelajaran yang ideal mampu memberikan pemahaman yang baik,
kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan
perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan peserta didik
(Djiwandono, 2002: 226-227). Berdasarkan pengertian tersebut pembelajaran
harus memenuhi tiga aspek yaitu aspek kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri atas 6 sub aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan
dengan sikap yang terdiri atas penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi.
Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan
kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yaitu gerak refleks, keterampilan
gerak dasar, kemampuan perceptual, ketepatan, keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2010: 22-23). Pembelajaran
ideal juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi peserta didik
dan juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga memberikan kreatifitas peserta didik untuk mampu belajar dengan
3
potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam
melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri.
Sekolah di Indonesia umumnya menerapkan formasi tempat duduk dengan
bentuk tradisional, hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang menerapkan
formasi yang berbeda. Formasi tempat duduk tradisional memiliki
kekurangan yaitu pandangan peserta didik yang duduk di belakang sering
terganggu. Mobilitas peserta didik juga tidak bisa leluasa mengakibatkan
peserta didik sulit menyerap pengetahuan dan kurang memahami materi-
materi yang disampaikan oleh pendidik. Oleh karenanya pendidik harus
menerapkan strategi baru agar peserta didik kelak memiliki kompetensi yang
diperlukan. Formasi tempat duduk adalah salah satu cara komponen dalam
mengelola kelas. Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 193) tujuan
pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil
belajar yang baik. Sebagai pengelola, pendidik berperan dalam menciptakan
iklim belajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara nyaman.
Melalui pengelolaan kelas yang baik pendidik dapat menjaga kelas agar tetap
kondusif dalam proses belajar peserta didik.
Pengelolaan kelas dengan membuat variasi tempat duduk tersebut nyatanya
masih kurang dipraktikan oleh pendidik. Hal ini didasarkan pada hasil studi
pendahuluan pada bulan November 2017, wawancara dengan pendidik mata
pelajaran Biologi di SMA Negeri 14 Bandar Lampung mengakui bahwa
sangat jarang mengubah formasi tempat duduk peserta didik. Pendidik
cenderung membiarkan kelas dengan formasi tradisional saja selama
4
pembelajaran berlangsung. Menurut penjelasan pendidik, formasi tempat
duduk tersebut memang kurang efektif dalam pembelajaran. Hanya peserta
didik yang duduk di barisan terdepan saja yang berpartisipasi aktif di dalam
kelas. Sedangkan peserta didik yang duduk di belakang biasanya pasif
selama belajar. Selain itu, peserta didik yang duduk di barisan belakang
terkadang tidak fokus dan tidak serius dalam belajar, sehingga cepat merasa
bosan selama belajar. Kecenderungan ini mengakibatkan hasil belajar peserta
didik kurang maksimal yaitu sebanyak 50% peserta didik pada materi sistem
ekskresi mendapat nilai rata-rata 70, nilai tersebut berada di bawah KKM
yang telah ditetapkan yaitu 76. Pendidik juga mengakui bahwa formasi
tempat duduk tradisional juga membuat interaksi peserta didik dan pendidik
tidak menyeluruh, artinya pendidik hanya leluasa berinteraksi dengan peserta
didik yang duduk di depan. Dengan begitu peserta didik yang duduk
dibelakang tidak fokus dan banyak mengobrol saat pembelajaran
berlangsung. Akibatnya pendidik harus menegur peserta didik yang ribut, hal
itu membuat efisiensi waktu belajar terganggu.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan peserta
didik duduk berkelompok dan memudahkan pendidik bergerak secara leluasa
untuk mengkoordinasi peserta didik dalam belajar. Agar tercipta suasana
belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan perlu pengelolaan atau
pengaturan kelas yang baik. Rohani (2004: 41) menyatakan pengelolaan kelas
adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi peserta
didik untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pengelolaan kelas
5
merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar,
penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan
situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga
proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat
tercapai.
Salah satu bentuk pengelolaan kelas yang mudah untuk diterapkan adalah
adanya variasi formasi tempat duduk. Formasi tempat duduk berbentuk U dan
chevron dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Anam (2016: 66) menjelaskan formasi berbentuk U dapat digunakan
dengan tujuan supaya peserta didik dapat melihat pendidik serta media visual
dengan mudah dan dapat saling berhadapan langsung antara pendidik satu
dengan pendidik lainnya, susunan ini juga ideal untuk membagi bahan ajar
kepada peserta didik secara cepat karena pendidik dapat dengan mudah
menjangkau peserta didik pada formasi ini. Menurut Munif dan Irma (2013:
57) formasi berbentuk chevron dapat membantu dalam usaha mengurangi
jarak di antar peserta didik dengan peserta didik maupun antar peserta didik
dengan pendidik, sehingga peserta didik dan pendidik mempunyai pandangan
yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam
pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi
peserta didik, sehingga mereka mampu menjalani proses pembelajaran
dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus.
Berdasarkan hasil penelitian Kusnah (2012: 70) menunjukkan bahwa adanya
variasi penataan kelas ternyata mampu meningkatkan hasil belajar peserta
6
didik yang dalam hal ini dapat meningkatnya minat, keaktifan serta hasil
belajar atau nilai peserta didik. Dalam hal presentasi hasil belajar atau nilai
menunjukkan adanya peningkatan yang ditunjukan dalam prosentase rata-
rata yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan yang terbagi atas tiga siklus
yaitu siklus I 23% untuk prestasi peserta didik, 80% untuk siklus II, dan
100% untuk prestasi belajar peserta didik pada siklus III.
Lebih lanjut hasil penelitian dari Barokah dan Maisaroh (2016: 5)
menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen, motivasi dan prestasi belajar
IPA berada pada kategori sangat tinggi setelah menggunakan formasi tempat
duduk U. Pada kelas kontrol, motivasi dan prestasi belajar IPA berada pada
kategori tinggi setelah menggunakan formasi tempat duduk chevron. Formasi
tempat duduk U lebih efektif dilihat dari nilai rata-rata pretes dan postes
motivasi belajar kelas eksperimen. Ditambah lagi dari hasil penelitian Ilanur
(2017) menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) pada pertemuan II kelas eksperimen I (formasi U) lebih tinggi
dibandingkan kelas eksperimen II (formasi pheriperal) dan kelas kontrol
(formasi tradisional). Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan efektivitas
dari ketiga formasi tempat duduk yang diterapkan terhadap hasil belajar
peserta didik.
Berdasarkan masalah tersebut, pergantian formasi tempat duduk menjadi
salah satu solusinya. Pemilihan formasi tempat duduk U dan chevron dirasa
sangat tepat untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Oleh karena itu, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan
7
penelitian dengan menerapkan beberapa variasi tempat duduk yang berjudul
“Efektivitas formasi tempat duduk tipe U dan Chevron terhadap hasil belajar
pada materi pokok Sistem Ekskresi Manusia (Kuasi eksperimental pada
peserta didik kelas XI semester genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2017/2018)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perbedaan efektivitas formasi tempat
duduk tipe teater, U dan chevron terhadap peningkatan hasil belajar peserta
didik pada materi pokok sistem ekskresi manusia ditinjau dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik di kelas XI semester genap SMA Negeri 14 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018?”
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk menentukan “Perbedaan efektivitas formasi tempat duduk tipe teater, U
dan chevron terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi
pokok sistem ekskresi manusia ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik di kelas XI semester genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2017/2018”.
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi Peneliti
Dapat memberikan wawasan, pengalaman dan bekal berharga sebagai
calon pendidik biologi yang profesional terutama dalam pengelolaan
kelas.
2. Bagi Pendidik
Dapat memberikan informasi mengenai variasi formasi tempat duduk
peserta didik sehinga dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Peserta didik
Mendapatkan pengalaman belajar yag baru dalam pembelajaran pada
materi sistem ekskresi manusia dan dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
E. Ruang Lingkup
Untuk menghidari kesalahan penafsiran dalam permasalahan yang dibahas,
maka batas masalah yang diberikan yaitu:
1. Efektivitas yang diukur dalam penelitian ini yaitu meliputi: peningkatan
pengetahuan (kognitif), peningkatan sikap (afektif), dan peningkatan
keterampilan (psikomotorik) yang dilaksanakan dalam dua pertemuan.
2. Formasi tempat duduk yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu formasi
tradisional untuk kelas kontrol (XI MIA 3), formasi berbentuk U untuk
9
kelas eksperimental I (XI MIA 1), dan formasi berbentuk chevron untuk
kelas eksperimental II (XI MIA 2).
3. Hasil belajar yang pada penelitian ini diperoleh dari hasil pretes dan
postes dengan melihat selisih diantara keduanya, dengan materi (struktur
dan jaringan penyusun organ sistem ekskresi, proses pembentukan
urin, gangguan pada sistem ekskresi manusia dan teknologi yang
berkaitan dengan penyembuhan gangguan pada sistem ekskresi) dengan
jenjang kognitif C1, C2, C3 dan C4, lembar penilaian afektif (jujur,
disiplin, percaya diri dan toleransi), dan lembar pengamatan psikomotorik
(menampilkan hasil pengamatan dan diskusi pada LKPD pertemuan I dan
II, membuat poster tentang gangguan pada sistem ekskresi, posisi tubuh
dan kontak pandangan mata, serta berbicara dengan suara yang bisa
didengar audience).
4. Materi pokok pada penelitian ini adalah Sistem Ekskresi Manusia yang
terdapat di kelas XI semester 2 pada Kompetensi Dasar 3.9. Menganalisis
hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi
dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat
terjadi pada sistem ekskresi masnusia dan Kompetensi Dasar 4.9.
Menyajikan analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur
dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan pada sistem ekskresi serta
kaitannya dengan teknologi.
5. Subjek penelitian ini adalah peserta didik SMA kelas XI SMA Negeri 14
Bandar Lampung.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Belajar
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas
disebut juga hasil guna. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara
hasil yang di harapkan dengan hasil sesungguhnya. Menurut Dunn
(2003: 429), efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu
alternatif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan. Selanjutnya, menurut Emerson yang dikutip
Handayaningrat (2006: 16) bahwa efektivitas adalah pegukuran dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Sesuatu hal jika mencapai
tujuan dan berhasil maka dikatan efektif. Mahmudi (2005: 92)
mendefinisikan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,
semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan,
maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.
Berdasarkan uraian di atas maka jika dikaitkan dengan pembelajaran dapat
dikatakan dalam pembelajaran aspek efektivitas yang diamati yaitu aspek
11
afektif, kognitif dan psikomotorik. Pembelajaran dikatakan afektif apabila
pesentase aktivitas peserta didik mencapai >51% (Dimyati dan Mudijono
dalam Alfianika, 2016: 165).
Aspek-aspek efektivitas belajar dapat dinyatakan sebagai berikut: (1)
peningkatan pngetahuan, (2) peningkatan keterampilan, (3) perubahan sikap,
(4) perilaku (5) kemampuan adaptasi, (6) peningkatan integrasi, (7)
peningkatan artisipasi, (8) peningkatan interaksi kebudayaan (Simamora,
2009: 23).
B. Formasi Tempat Duduk
Formasi tempat duduk adalah jumlah atau susunan tempat duduk peserta
didik dalam proses pembelajaran berlangsung. Menurut Munif dan Irma
(2013: 55) formasi tempat duduk yang berubah-ubah berperan penting pada
saat proses pembelajaran, antara lain;
1) Meningkatkan konsentrasi belajar
2) Menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien
3) Pembelajaran tersampaikan secara merata, seksama, menarik dan tidak
monoton
4) Peserta didik mempunyai sudut pandang bervariasi terhadap materi
pelajaran yang sedang diikuti
5) Pendidik dengan mudah menyesuaikan formasi tempat duduk dengan
strategi mengajar yang dipilihnya
12
Bentuk serta ukuran tempat duduk yang digunakan bervariasi, ada tempat
duduk yang hanya diduduki oleh satu orang peserta didik, ada juga yang dapat
diduduki oleh dua orang atau lebih. Tempat duduk peserta didik sebaiknya
tidak berukuran terlalu besar agar mudah di ubah-ubah posisinya sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah,
2005: 17).
Keunggulan variasi gaya pengaturan tempat duduk adalah membantu mecegah
masalah akademis dan emosional, serta dapat menyatukan peserta didik dari
latar belakang yang berbeda. Kelas yang dikelola dengan variasi gaya
pengaturan tempat duduk membuat peserta didik tetap sibuk dengan tugas,
menjadikanya aktif dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat
peserta didik menjadi terpikat dan termotivasi untuk belajar serta menerapkan
peraturan yang harus diterima oleh peserta didik. Bila dibandingkan dengan
pengaturan tempat duduk gaya tradisional, tentu variasi gaya tempat duduk
lebih menarik dan menyenangkan bagi peserta didik (Rohmaturmeta, 2016:
72)
Pengaturan tempat duduk terdiri dari bermacam-macam jenis. Silberman
(2006:13) menyatakan bahwa penataan tempat duduk peserta didik yang
dipilih dalam proses pembelajaran adalah model huruf U, corak rim, meja
konferensi, lingkara, chevron, auditorium, dan model tradisional.
Jenis pengaturan tempat duduk sesuai dengan penelitian yang akan dijalani
adalah sebagai berikut;
13
1. Formasi teater
Formasi teater adalah formasi biasa yang kita temui dalam kelas-kelas
sekolah di Indonesia. Formasi ini memungkinkan para peserta didik duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Penyusunan dalam
formasi ini adalah seperti model shaf/baris, peserta didik dipasangkan
dalam satu meja dan antara satu meja dan meja lainnya diberi jarak.
Formasi ini sangat baik susunannya jika dinilai dari segi kerapihan, namun
model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan peserta didik
yang duduk di belakang sering terganggu. Mobilitas peserta didik juga
tidak bisa leluasa. Akibatnya pendidik sulit menjangkau semua peserta
didik, fokus pandangan pendidik terbagi kesegala arah. Formasi ini juga
sulit ketika adanya diskusi, ketika peserta didik diminta untuk mengubah
arah tempat duduknya akan memakan waktu yang lama dan tidak efektif.
Gambar 1. Formasi tradisional (Sumber: Anam, 2016: 76)
2. Formasi Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U ini sangat menarik dan mampu
mengaktifkan para peserta didik sehingga mampu membuat peserta didik
aktif dalam belajar. Dengan demikian, harapannya keberhasilan kegiatan
14
belajar mengajar dapat tercapai. Dalam formasi ini memungkinan pendidik
dapat bergerak dinamis ke segala arah dan langsung beriteraksi dengan
dengan peserta didik sehingga akan mendapat respon yang baik dari
peserta didik secara langsung. Formasi empat duduk U sangat tepat
dilakukan dalam kegiatan belajar yang dilakukan dengan diskusi,
presentasi dan kerja tim. Pada formasi ini, pendidik dapat memindahkan
peserta didik yang ada di deretan bangku kanan ke deretan bangku kiri dan
sebaliknya, tergantung kreatifitas pendidik dalam menempatkan posisi
tempat duduk. Kekurangan dari formasi tempat duduk U yaitu, jarak antar
peserta didik menjadi sangat dekat, hal ini memicu peserta didik untuk
mengobrol dengan teman didekatnya. Oleh sebabnya pendidik harus
menerapkan strategi pembelajaran yang menyenangkan supaya peserta
didik fokus dalam pelaksanaan pembelajaran.
Gambar 2. Model formasi U (Sumber: Vajarini, 2016: 1)
3. Formasi chevron
Formasi chevron berbentuk seperti huruf V yang terdiri dari beberapa
baris, dalam formasi ini mengurangi gangguan keterbatasan jarak pandang
peserta didik ke media visual maupun pendidik. Formasi ini sangat
15
membantu dalam mengurangi jarak antar peserta didik atau antar peserta
didik dengan pendidik, sehingga peserta didik dan pendidik memiliki
pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif
dalam pembelajaran di kelas. Sudut pandang sangatlah penting dalam
sebuah pembelajaran supaya munculnya ide-ide kreatif peserta didik saat
pembelajaran berlangsung. Formasi ini memberikan sudut pandang yang
baru bagi peserta didik, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar
mengajar dengan antusias, meyenangkan dan terfokus. Kekurangan dari
formasi tempat duduk chevron adalah susunan ini ideal untuk kelas dengan
jumlah peserta didik yang tidak banyak.
Gambar 3. Formasi chevron (Sumber: Anam, 2016: 72)
C. Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil
belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus dan
respon (Sudjana, 2005: 19). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan
peserta didik di dalam memahami materi pembelajaran. Menurut Hamalik
(2007: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada
16
diri peserta didik yang apat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik diandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
sopan menjadi sopan dan sebagainya.
Berdasarkan Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka pembelajaran
meliputi tiga kategori ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap) dan psikomotorik (keterampilan);
a. Ranah kognitif
Ranah kogniitif berkaitan dengan aspek-aspek pengetahuan, penalaran
dan pikiran (Dimyati dan Mujiono, 2009: 298). Bloom membagi ranah
kognitif menjadi enam tingkatan dan kategori, berikut adalah urutan ranah
kogniitif yang telah direvisi oleh Bloom dari yang terendah hingga yang
tertinggi:
1. Mengingat (remember) yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang
relevan dari memori jangka panjang. Terdiri dari mengenali dan
mengingat kembali.
2. Pemahaman (understand) yaitu menentukan makna dari pesan dalam
pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis, ataupun grafik. Terdiri atas
mengintrepetasikan, mencontohkan, mengklaifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
3. Penerapan (application) yaitu kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, rumus, teori dan sebagainya. Kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu
17
problem yang konket, nyata, atau baru. Terdiri dari mengeksekusi dan
mengimplementasi.
4. Analisis (analysis) yaitu kemampuan memecahkan informasi yang
kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi satu
dengan informasi lain. Mencakup membedakan, mengelola dan
menghubungkan.
5. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan memberikan penilaian
terhadap suatu materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan
sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis dan
dihasilkan. Mencakup memeriksa dan mengkritisi.
6. Menciptakan (create) yaitu menyusun elemen-elemen yang
membentuk sesuatu yang berbeda atau membuat prosuk original.
Terbagi atas menghasilkan, merencanakan dan memproduksi.
Menurut Anderson, dkk. (2001: 71), dimensi pengetahuan terdiri dari
empat jenis: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual , (3)
pengetahuan prosedual, (4) pengetahuan metakognitif . Berikut ini
dimensi pengetahuan menurut Andeson (2001: 71-76);
1) Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus diketahui
para murid jika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin atau
memecahkan masalah apapun didalamnya. Elemen-elemen ini
biasanya menjadi simbol-simbol yang berkaitan dengan beberapa
referensi konkret atau “benang-benang simbol” yang menyampaikan
informasi penting.
18
2) Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori atau
klasifikasi dan hubungan antar dua atau lebih kategori atau klasifikasi
pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual
meliputi skema, model mental, atau teori yang implisit atau eksplesit
dalam beragam model psikologi kognitif.
3) Pengetahuan prosedural meliputi bagaimana melakukan sesuatu,
mempraktikan metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk
menggunakan keterampilan, teknik dan metode. Pengetahuan
prosedural bergulat dengan pernyataan “bagaimana”, dengan kata lain
pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tetang beragam
proses.
4) Pengetahuan metakognisi meliputi pengetahuan tentang kognisi secara
umum dan kesadaran pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
Keempat kategori-kategori pada dimensi pengetahuan dianggap kontinum
dari yang kongkrit sampai yang abstrak. Konseptual dan prosedural
mempunyai tingkat keabstrakan yang berurutan, misalkan pengetahuan
prosedural lebih konkret ketimbang pengetahuan konseptual yang paling
abstrak (Anderson, dkk., 2001: 6). Menurut teori kontruktivis bahwa satu
prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah pendidik
tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik.
Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya
(Trianto, 2010: 28).
19
b. Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan,
emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran (Dimyati dan
Mudjiono, 2010: 298). Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang
berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah
afektif disusun oleh Bloom bersama dengan Krathwol dalam Winkel
(2010:152) antara lain:
1. Penerimaan yaitu peserta didik peka terhadap sesuatu perangsangan
dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh pendidik. Misalnya
juga kemampuan mengakui adanya perbedaan.
2. Menjawab (responding) yaitu tingkat yang mencakup kerelaan dan
kesediaan untuk memperhatikan secara akif dan berpartisipasi dalam
suatu kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi
terhadap rangsangan yang disajikann, meliputi persetujuan, kesediaan,
dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
3. Penilaian atau penentuan sikap (valuting) yaitu kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu, mulai dibentuk juga sikap menerima, menolak
atau mengabaikan. Misalnya menerima pendapat orang lain.
4. Organisasi (Organization) yaitu kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pengalaman dalam kehidupan.
Misalnya menempatkan nilai pada suatu skala nilai dan dijadikan
pedoman dalam bertindak secara bertanggung jawab.
20
5. Pembentukan pola hidup (charicterization by a vlue) yaitu
kemampuan menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik
pribadi (inernalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupannya sendiri. Kemampuan ini dinyatakan dalam
pengaturan hidup diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu
secukupnya pada tugas belajar atau bekerja. Misalnya juga
menunjukkankemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan
tindakan yang berdisiplin.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemapuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 301). Tahapan ranah
psikomotorik (Bloom dalam Winkel, 2010: 153-154; Yaumi, 2010: 98)
yaitu:
1. Persepsi (persepsion) yaitu kemampuan untuk menggunakan isyarat-
isyarat sensoris dalam memandu aktivitas motorik. Penggunaan alat
indera sebagai ragsangan untuk menyeleksi isyarat menuju
terjemahan. Misalnya pemilihan warna.
2. Kesiapan (set) yaitu kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
memulai suatu gerakan, kesiapan fisik, mental dan emosional untuk
melakukan gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.
3. Gerakan terbimbing (guided response) yaitu kemampuan untuk
melakukan gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan. Tahap awal
dalam mempelajari keterampilan yan kompleks, termasuk didalamnya
21
imitasi dan gerakan coba-coba. Misalnya, membuat lingkaran diatas
pola.
4. Gerakan yang terbiasa (mechanical response) yaitu kemampuan
melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan
karena sudah dilatih secukupnya. membiasakan gerakan-gerakan yang
telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5. Gerakan yang kompleks (complex response) yaitu kemampuan
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap
dengan lancar, tepat dan efisien. gerakan motoris yang terampil yang
di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Misalnya,
bongkar pasang peralatan dengan cepat.
6. Penyesuaian pola gerakan (adjusment) yaitu kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan
persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang sudah
berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Misalnya, keterampilan bertanding.
7. Kreativitas (creativity) yaitu kemampuan untuk melahirkan pola
gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri. Misalnya,
kemampuannya membuat kreasi tari baru.
Pengkuran mempunyai hubungan yang erat dengan evaluasi. Evaluasi
dilakukan setelah dilakukan pengukuran, artinya keputusan (judgement) yang
harus ada dalam evaluasi berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran.
Untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang dimiliki peserta
22
didik, dilakukan pengukuran tingkat pencapaian peserta didik. Dari hasil
pengukuran itu pendidik memberikan evaluasi atas keberhasilan pembelajaran
dan selanjutnya melakukan langkah-langkah guna perbaikan proses belajar
mengajar berikutnya.
Secara rinci, fungsi evaluasi dalam pengajaran dapat dikelompokan menjadi
empat yaitu:
1. Mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik
setelah melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran
3. Keperluan bimbingan konseling
4. Keperluan bimbingan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
Salah satu tahap kegiatan evaluasi, baik yang berfungsi formatif ataupun
sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran. Menurut
Dasono (2000: 110-111) pengumpulan informasi hasil belajar dapat ditempuh
melalui dua cara yaitu:
1. Teknik Tes, yang biasanya dilakukan di sekolah-sekolah dalam rangka
mengakhiri tahun ajaran atau semester. Pada akhir tahun sekolah
melakukan tes akhir tahun. Menurut pola jawabannya tes dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu tes objektif, tes jawab singkat dan tes
uraian.
23
2. Teknik Non Tes, yaitu pengumpulan informasi atau pengukuran dalam
evaluasi belajar yang dapat dilakukan melalui observasi, wawancara dan
angket. Teknik non tes lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan
kemampuan psikomotorik dan hasil belajar efektif.
D. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran biologi yaitu pembelajaran yang menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung. Karena itu peserta didik perlu dibantu untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar. Carin dalam Sudarisman (2015: 31)
menyatakan bahwa sains (biologi) pada hakikatnya mengandung 4 unsur
yaitu; proses (scientific processes), produk (scientific knowladge), sikap
(scientific attitudes) dan teknologi. Proses dalam sains mengandung arti cara
atau aktivitas ilmiah untuk mendeskripsikan fenomena alam hingga diperoleh
produk sains berupa fakta, prinsip, hukum dan teori. Di dalam Science a
Process Approach/SAPA dinyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada proses sains melibatkan keterampilan intelektual, manual,
dan sosial adalah science process skills (keterampilan proses sains/ KPS).
KPS meliputi serangkaian kegiatan manual (hands on) sepertinya: mengamati
(observation), klasifikasi (classification), mengukur, menghitung
(measurement), meramalkan (prediction), mengkomunikasikan
(communication), bertanya (question), menyimpulkan (inferention),
mengontrol variabel, merumuskan masalah (problem formulation), membuat
hipotesis (hypothesis), merancang penyelidikan (design experiment),
24
melakukan penyelidikan/percobaan (experiment) (Rustaman, 2005: 51; Nur,
2011: 76).
Sikap sains yaitu terdiri atas keyakinan, nilai-nilai, pendapat/gagasan dan
obyektivitas yang akan muncul setelah melakukan proses sains yang dikenal
dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah juga dimaknai sebagai sikap yang
sebagaimana para ilmuwan sains bekerja seperti: jujur, teliti, obyektif, sabar,
tidak mudah menyerah, menghargai orang lain, toleransi, dan percaya diri.
Teknologi dalam sains dimaknai sebagai aplikasi dari sains yang berperan
sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Hakikat sains ini membawa konsekuensi logis dalam pembelajaran. Menurut
Carin dalam Sudarisman (2015: 32), implikasi dari pemahaman hakikat sains
adalah terselenggaranya pembelajaran (biologi) yang mengandung 6 unsur
yaitu:
1) active learning, yaitu melibatkan peserta didik secara aktif dalam
serangkaian proses ilmiah melalui keterampilan proses sains
2) discovery/inquiry activity approach, yaitu pembelajaran yang mendorong
curiousity peserta dan mencari jawabannya melalui penemuan
3) scientific literacy, yaitu pembelajaran yang dapat mengakomodasi
peserta didik tentang: konten (pengetahuan biologi), proses (kompetensi /
keterampilan ilmiah), konteks sains, dan sikap ilmiah
4) constructivism, yaitu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat mengkonstruk pengetahuannya melalui pengalamannya secara
mandiri
25
5) science, technology, and society, yaitu menggunakan sains untuk
memecahkan masalah sehari-hari yang ada di masyarakat
6) kebenaran dalam sains tidak absolut melainkan bersifat tentatif
Ditinjau dari aspek materinya, biologi memiliki karakteristik materi spesifik
yang berbeda dengan bidang ilmu lain. Biologi mengkaji tentang makhluk
hidup, lingkungan dan hubungan antara keduanya. Materi biologi tidak hanya
berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkret,
tetapi juga berkaitan dengan hal-hal atau obyek yang abstrak. Sifat obyek
materi yang dipelajari dalam biologi sangat beragam, baik ditinjau dari
ukuran, keterjangkauannya, keamanannya, bahasa, dan lain sebagainya.
Dengan demikian untuk merancang pembelajaran biologi diperlukan berbagai
alat dukung seperti: penggunaan media pembelajaran dan sarana
laboratorium. Karakteristik materi biologi memerlukan kemampuan berpikir
tingkat tinggi seperti pemikiran secara kritis, logis, analitis, bahkan
memerlukan pemikiran kombinatorial (Rustaman, 2010: 51).
E. Kerangka Pikir
Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
adalah manajemen kelas yang baik. Salah satu bentuk pengelolaan kelas yang
mudah untuk diterapkan adalah adanya variasi formasi tempat duduk.
Formasi tempat duduk tradisional yang diterapkan oleh kebanyakan sekolah
dirasa kurang efektif dalam pembelajaran, karena peserta didik yang duduk di
belakang memiliki keterbatasan jarak pandang terhadap media visual dan
26
pendidik dari pada peserta didik yang duduk di depan akibatnya fokus peserta
didik yang duduk di belakang berkurang dan hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil belajar.
Formasi tempat duduk berbentuk U dan chevron dapat dijadikan alternatif
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Formasi berbentuk U dapat
digunakan dengan tujuan agar peserta didik dapat melihat pendidik serta
media visual dengan mudah. Formasi tempat duduk berbentuk chevron dapat
membantu dalam usaha mengurangi jarak, sehingga peserta didik dan
pendidik mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas
dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas meliputi penerapan formasi tempat duduk
berbentuk tradisional, formasi U dan formasi chevron, sedangkan variabel
terikat ditunjukan dengan hasil belajar peserta didik. Hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat ditunjukan dalam diagram dibawah ini.
Keterangan:
X1= Variabel bebas (pembelajaran menggunakan formasi tradisional),
X2= Variabel bebas (pembelajaran menggunakan formasi U),
X3= Variabel bebas (pembelajaran menggunakan formasi chevron);
Y= Variabel terikat (hasil belajar peserta didik).
Gambar 4. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
X1
X3
X2 Y
27
F. Hipotesis
Hipotesis stastik pada penelitian ini yaitu;
H0 = Tidak terdapat perbedaan efektivitas formasi tempat duduk yang
diterapkan terhadap hasil belajar peserta didik materi sistem ekskresi
manusia.
H1 = Terdapat perbedaan efektivitas formasi tempat duduk yang diterapkan
terhadap hasil belajar peserta didik materi sistem ekskresi manusia.
28
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2018 di SMA Negeri 14 Bandar
Lampung yang beralamat di Jl. Perum Bukit Kemiling Permai, Kecamatan
Kemiling, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada semester genap
Tahun Pelajaran 2017/2018.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA
SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 (XI MIA 1 s.d.
XI MIA 6). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling
yang merupakan teknik non random sampling dimana peneliti melakukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan pertimbangan khusus yang
sesuai dengan tujuan peneliti sehingga diharapkan dapat menjawab masalah
penelitian. Melalui pertimbangan homogenitas rata-rata hasil belajar peserta
didik dengan tujuan supaya tidak adanya perbedaan hasil belajar yang berarti,
maka terpilih kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen I, XI MIA 2 sebagai
kelas eksperimen II, dan XI MIA 3 sebagai kelas kontrol. Pemilihan ini
29
berdasarkan nilai rata-rata pembelajaran Biologi di kelas XI MIA 3 yang
lebih tinggi dibandingkan kelas XI MIA 1 dan MIA 2. Masing-masing kelas
memiliki jumlah peserta didik (sampel) sebanyak 34 orang. Jadi, jumlah
sampel dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 102 orang.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain pretes-postes non ekuivalen. Kelas
eksperimen I diberikan perlakuan dengan menggunakan formasi tempat
duduk berbentuk U, kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan
menggunakan formasi tempat duduk berbentuk chevron dan kelas kontrol
diberikan perlakuan dengan menggunakan formasi tempat duduk tradisional.
Hasil dari pretes dan postes pada ketiga kelas subyek dibandingkan. Sehingga
struktur desainnya sebagai berikut:
Tabel 1. Desain pretes postes tak ekuivalen
No Kelas Pretes Perlakuan Postes
1 I O1 C O2
2 II O1 X1 O2
3 III O1 X2 O2
Keterangan : I = Kelas Kontrol (kelas XI MIA 3)
II = Kelas Eksperimen I (kelas XI MIA 1)
III = Kelas Eksperimen II (kelas XI MIA 2)
O1 = Pretes
O2 = Postes
X1 = Perlakuan Eksperimen I (formasi berbentuk U)
X2 = Perlakuan Eksperimen II (formasi chevron)
C = Perlakuan Kontrol (formasi tradisional/teater)
(Dimodifikasi dari Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 67).
30
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
peneltian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut;
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin observasi yang ditujukan untuk sekolah
b. Mewawancarai pendidik bidang studi biologi mengenai topik
penelitian
c. Mengadakan pengamatan ke kelas-kelas di sekolah yang dituju guna
mendapatkan gambaran secara rinci keadaan kelas
d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I, eksperimen
II dan kontrol berdasarkan teknik purposive sampling
e. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri atas Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Peserta didik
(LKPD).
f. Membuat instrument penelitian yaitu soal pretes dan postes hasil
belajar peserta didik berupa soal-soal pilihan jamak, lembar penilaian
diri afektif peserta didik dan lembar pengamatan psikomotorik peserta
didik.
g. Melakukan validasi instrumen penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan formasi tempa duduk U
untuk kelas eksperimen I, formasi tempat duduk chevron untuk kelas
31
eksperimen II, dan formasi tempat duduk teater untuk kelas kontrol.
Peserta didik di bagi menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri
dari 6-7 anggota/ kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan
cara melihat hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran biologi,
selanjutnya dikelompokkan secara heterogen antara peserta didik yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan peserta didik
berkemampuan di bawah rata-rata. Pembelajaran dilakukan sebanyak dua
kali pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran untuk kelas eksperimen I,
eksperimen II dan kontrol adalah sebagai berikut;
a. Pertemuan ke-1
1) Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Sebelum memulai pembelajaran pendidik memberikan soal
pretes kepada peserta didik.
b) Menciptakan situasi (Stimulasi), pada kegiatan ini pendidik
memberikan pertanyaan kepada peserta didik “Mengapa kita
berkeringat? Organ apa yang berperan dalam pengeluaran
keringat?”.
c) Memberikan motivasi, pada kegiatan ini pendidik memberikan
motivasi yaitu “Setelah mempelajari sistem ekskresi maka kita
akan mengetahui bahwa tubuh kita perlu mengeluarkan zat-zat
hasil metabolisme untuk menjaga keseimbangan tubuh. Zat-
32
zat hasil metabolisme itu dapat dikeluarkan melalui suatu
sistem yaitu sistem ekskresi”.
2) Inti
a) Pembahasan tugas dan identifikasi masalah, pendidik
menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan yaitu menganalisis organ-organ penyusun sistem
ekskresi berserta struktur, jaringan penyusun, fungsi dan zat
yang dikeluarkan oleh organ penyusun sistem ekskresi
tersebut. Dan meminta peserta didik untuk membentuk 5
kelompok. Setelah itu memberikan LKPD untuk berdiskusi
dan mengidentifikasi masalah.
b) Observasi, pada kegiatan ini peserta didik mengamati organ-
organ penyusun sistem ekskresi melalui gambar yang ada pada
LKPD dan torso untuk membantu proses identifikasi serta
mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan melalui
berbagai sumber buku dan referensi.
c) Pengumpulan data, pada kegiatan ini peserta didik
mengumpulkan jawaban yang dikehendaki pada LKPD yang
tersedia dan melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan.
d) Pengolahan data dan analisis, dengan bimbingan pendidik,
peserta didik menganalisis struktur, jaringan penyusun, fungsi
dan zat yang dikeluarkan oleh organ penyusun sistem ekskresi
yang ada pada LKPD.
33
e) Verifikasi, pada kegiatan ini peserta didik melakukan diskusi
antar kelompok dengan menginterpretasikan jawaban dari
masing-masing kelompok, untuk mengkaji hasil yang tepat
dari pengamatan yang telah dilakukan.
f) Generalisasi, peserta didik mempresentasikan hasil kerja dan
membuat kesimpulan dari berbagai diskusi yang telah
dilakukan.
3) Penutup
a) Peserta didik dan pendidik mereview hasil kegiatan
pembelajaran untuk memperoleh jawaban yang paling tepat
terhadap pertanyaan yang ada pada LKPD dan meminta
beberapa peserta didik menyampaikan kesimpulan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Pendidik memberikan penghargaan kepada kelompok atau
peserta didik yang berkinerja dengan baik.
c) Pendidik memberikan pesan-pesan untuk membangun
karakter peserta didik sesuai tujuan pembelajaran.
d) Pendidik memberikan tugas yaitu membuat poster tentang
penyakit pada sistem ekskresi dan penyebab dan cara
menanggulanginya.
b. Pertemuan ke-2
1) Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
34
a) Menciptakan Situasi (Stimulasi), pada kegiatan ini pendidik
bertanya kepada peserta didik, “Apakah ada diantara peserta
didik yang pernah menahan untuk buang air kecil? Apa yang
dirasakan? Bagian tubuh mana yang menjadi sedikit nyeri
akibat menahan buang air kecil?”.
b) Memberikan motivasi, pada kegiatan ini pendidik memberikan
motivasi yaitu “Setelah mempelajari sistem ekskresi maka kita
akan mengetahui bagaimana urin bisa terbentuk dan
mengetahui cara menjaga pola hidup kita supaya terhindar dari
gangguan pada sistem ekskresi”.
2) Inti
a) Pembahasan tugas dan identifikasi masalah, pendidik
menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan yaitu menganalisis menganalisis proses
pembentukan urin, penyakit pada sistem ekskresi, dan
teknologi yang berkaitan dengan sistem ekskresi. Pendidik
mengorganisasi peserta didik dalam 5 kelompok dan
memberikan LKPD.
b) Observasi, pada kegiatan ini peserta didik mengamati struktur
dan fungsi organ ekskresi dan melakukan diskusi kelompok
untuk mengkaji proses pembentukan urin, penyakit pada
sistem ekskresi, dan teknologi yang berkaitan dengan sistem
ekskresi.
35
c) Pengumpulan data, pada kegiatan ini peserta didik
mengumpulkan jawaban yang dikehendaki pada LKPD yang
tersedia dan melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan,
serta mencari informasi dari berbagai sumber baik buku
maupun literatur.
d) Pengolahan data dan analisis, dengan bimbingan pendidik,
peserta didik menganalisis proses pembentukan urin, penyakit
pada sistem ekskresi, dan teknologi yang berkaitan dengan
sistem ekskresi
e) Verifikasi, pada kegiatan ini peserta didik melakukan diskusi
antar kelompok dengan menginterpretasikan jawaban dari
masing-masing kelompok, untuk mengkaji hasil yang tepat
dari pengamatan yang telah dilakukan.
f) Generalisasi, peserta didik mempresentasikan hasil kerja dan
membuat kesimpulan dari berbagai diskusi yang telah
dilakukan.
3) Penutup
a) Peserta didik dan pendidik mereview hasil kegiatan
pembelajaran untuk memperoleh jawaban yang paling tepat
terhadap pertanyaan yang ada pada LKPD dan meminta
beberapa peserta didik menyampaikan kesimpulan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Pendidik memberikan penghargaan kepada kelompok atau
peserta didik yang berkinerja dengan baik.
36
c) Pendidik memberikan pesan-pesan untuk membangun
karakter peserta didik sesuai tujuan pembelajaran.
d) Sebelum mengakhiri pembelajaran pendidik memberikan soal
postes kepada peserta didik.
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan
peneliti antara lain:
1) Menganalisis data hasil pretes dan postes, penilaian afektif, dan
penilaian psikomotorik.
2) Membuat laporan hasil penelitian.
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah data kuantitatif
dan data kualitatif
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif penelitian ini diperoleh dari peningkatan hasil belajar
peserta didik yang berasal dari pretes dan postes hasil belajar peserta
didik (aspek kognitif) pada materi sistem ekskresi. Kemudian dihitung
selisih antara nilai pretes dan postes yang disebut dengan N-gain, lalu
dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan nilai N-gain
menggunakan rumus dari formula Hake (2005: 64) sebagai beikut:
Keterangan:
X : rata-rata nilai postes
Y : rata-rata nilai pretes
Z : skor maksimum
37
b. Data kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil lembar
penilaian diri (aspek afektif) dan lembar pengamatan keterampilan
(aspek psikomotorik).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pretes dan Postes
Data penguasaan materi berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes
diambil saat akan memulai materi baik pada kelas kontrol maupun
ekperimen I dan II, sedangkan nilai postes diambil saat akhir
pembelajaran setiap kelas baik kelas eksperimen I dan II maupun
kontrol. Soal yang diberikan berupa soal pilihan jamak yang terdiri
dari 20 soal yang sebelumnya telah di uji validas dan reliabilitas
terlebih dahulu.
Nilai pretes dan postes dihitung dengan cara:
Keteragan:
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah soal yang dijawab benar
N = Jumlah soal
(Purwanto, 2008: 112)
S =
x 100
38
Tabel 2. Nilai pretes, postes dan N-gain peserta didik kelas kontrol/
eksperimen I/ eksperimen II
No Inisial Nama Peserta didik Nilai
pretes
Nilai
postes
N-
gain
Interpretasi
N-gain
1
2
3
Rata-rata nilai ± Standar Deviasi
Perhitungan rata-rata nilai peserta didik menggunakan rumus:
Rata-rata nilai pretes peserta didik =
Rata-rata nilai postes peserta didik =
Rata-rata nilai N-gain peserta didik =
Tabel 3. Perbandingan nilai pretes, postes dan N-gain peserta didik
kelas eksperimen I, eksperimen II dan kontrol
Kelas
Hasil Belajar Aspek Kognitif Peserta didik
Rata-rata
nilai pretes
± Standar
Deviasi
Rata-rata nilai
postes
± Standar
Deviasi
Rata-rata nilai
N-gain
± Standar
Deviasi
Interpretasi
N-gain
Eksperimen I
Eksperimen II
Kontrol
Tabel 4. Interpretasi N-gain untuk aspek kognitif peserta didik
N-gain Interpretasi
g ≥ 70 Tinggi
70 > g > 30 Sedang
g ≤ 30 Rendah
Sumber: Hake (2005: 1)
2) Lembar Penilaian Diri Afektif Peserta didik
Lembar penilaian diri didapat dari hasil pengamatan terhadap aktivitas
peserta didik saat pembelajaran berlangsung, yang dinilai dari aspek
afektif antara lain;
39
a. Jujur, artinya peserta didik tidak memanipulasi data dan tidak
mencontek
b. Disiplin, artinya peserta didik dapat mengerjakan tugas tepat waktu
c. Percaya diri, artinya peserta didik dapat dengan berani
menyampaikan agumentasinya
d. Toleransi, artinya peserta didik dapat menghargai pendapat temannya
Instrumen penilaian dari aspek afektif peserta didik adalah sebagai
berikut:
Tabel 5. Lembar penilaian diri aspek afektif peserta didik untuk kelas
eksperimen I, eksperimen II dan kontrol
Nama :
No Absen :
Kelas :
No Pernyataan Melakukan
Ya Tidak
Sikap Jujur
1 Saya mengerjakan sendiri pretes/postes materi sistem ekskresi
yang diberikan pendidik
2 Saya ikut berdiskusi dengan teman saat pendidik
menginstrusikan untuk berdiskusi
3 Saya tidak mencotek saat mengerjakan pretes/postes materi
sistem ekskresi dari pendidik
Sikap Disiplin
4 Saya mengerjakan tugas materi sistem ekskresi sesuai dengan
instruksi pendidik
5 Saya tertib (tidak mengobrol) dalam mengikuti proses
pembelajaran yang sedang berlangsung
6 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu
Sikap Percaya Diri
7 Saya berani mengambil keputusan dalam menjawab
pertanyaan, secara cepat dan dapat dipertanggung jawabankan
sewaktu berdiskusi
8 Saya berani menunjukkan kemampuan yang saya miliki di
depan teman-teman
9 Saya berani mengungkapkan pendapat saya
Sikap Toleransi
10 Saya menghormati teman yang berbeda pendapat dengan saya
sewaktu diskusi
11 Saya menerima pendapat orang lain yang berbeda pendapat
dengan saya sewaktu persentasi
Jumlah Skor
Nilai
Dimodifikasi dari: Illanur (2017: 44)
40
Tabel 6. Rubrik lembar penilaian diri aspek afektif peserta didik
Melakukan Keterangan Nilai
Ya Apabila Anda (peserta didik) melakukan penyataan tersebut 1
Tidak Apabila Anda (peserta didik) tidak melakukan penyataan
tersebut
0
Setiap pernyataan positif diberikan skor 1 dan setiap pernyataan negatif
diberikan skor 0. Sehingga diperoleh perhitungan menggunakan rumus:
Nilai =
x Skor maksimal IPK
Tabel 7. Data penilaian diri aspek afektif peserta didik, pertemuan I, II
dan N-gain kelas kontrol/ eksperimen I/ eksperimen II
N
o
Inisial Nama
Peserta didik
Afektif
(Pertemuan I)
Afektif
(Pertemuan II)
Peningkatan
Nilai Afektif
Peserta didik Nilai Interpretasi
IPK
Nilai Interpretasi
IPK
1
2
3 dst
Rata-rata nilai
peserta didik
± Standar Deviasi
Perhitungan rata-rata nilai peserta didik menggunakan rumus
Peningkatan nilai afektif peserta didik = NA II – NA I
Keterangan: NA II = Nilai afektif pertemuan II
NA I = Nilai afektif pertemuan I
Sedangkan perhitungan peningkatan nilai sub afektif menggunakan
rumus:
Peningkatan nilai sub afektif = SAA II - SAA I
Keterangan : SAA II = Rata-rata nilai subaspek afektif pertemuan II
SAA I = Rata-rata nilai subaspek afektif pertemuan I
41
Tabel 8. Perbandingan nilai afektif peserta didik antar kelas
Kelas Hasil Belajar Aspek Afektif
Rata-rata Nilai Afektif I
(Pertemuan I)
Rata-rata Nilai Afektif II
(Pertemuan II)
Peningkatan
Nilai Afektif
(Kelas) ±
Standar
Deviasi
Rata-rata
±
Standar
Deviasi
Intrepetasi
Indeks
prestasi
Kualitatif
Rata-rata ±
Standar
Deviasi
Intrepetasi
Indeks
prestasi
Kualitatif
Eksperimen I
Eksperimen II
Kontrol
Perhitungan peningkatan nilai afektif (kelas) menggunakan rumus;
PNA (kelas) = NA II - NA I
Keterangan: NA II = rata-rata nilai afektif pertemuan I
NA II = rata-rata nilai afektif pertemuan I
Tabel 9. Tabulasi perbandingan nilai sub afektif peserta didik
(pertemuan I, pertemuan II dan peningkatan nilai sub aspek
afektif)
Kelas
Sub Aspek Afektif
Jujur Disiplin Percaya Diri Toleransi PI
(I IPK)
P II
(I IPK)
PNS
AA
PI
(I IPK)
P II
(I IPK)
PNS
AA
PI
(I IPK)
P II
(I IPK)
PNS
AA
PI
(I IPK)
P II
(I IPK)
PNS
AA
E I
E II
K
Ket: E I = Kelas Eksperimen I; E II = Kelas Eksperimen II; I IPK = Intrepetasi Indeks
Prestasi Kualitatif; K = Kelas Kontrol; P I = Pertemuan I; P II = Pertemuan II; PNS
AA = Peningkatan Nilai Sub Aspek Afektif
Tabel 10. Kategori tafsiran indeks prestasi kualitatif untuk aspek afektif
peserta didik
Kategori IPK Interpretasi IPK
3,50 – 4,00 Sangat Baik
3,00 – 3,49 Baik
2,50 – 2,99 Cukup
Kurang dari 2,50 Kurang
Sumber: Utomo (2013: 13)
42
3) Lembar Penilaian Aspek Psikomotorik Peserta didik
Aspek psikomotorik yang diamati antara lain;
1. Menampilkan hasil pengamatan dan diskusi pada LKPD pertemuan I
dan II, Memiliki arti peserta didik dapat menampilkan isi materi hasil
pengamatan dan diskusi dengan singkat, jelas dan tidak berulang.
2. Membuat mind maping (pertemuan I) dan poster (pertemuan II),
memiliki arti membuat mind maping tentang organ penyusun sistem
ekskresi dan membuat poster yang terdiri atas gambar penyakit pada
sistem ekskresi disertai penjelasan, penyebab dan cara mengatasinya.
3. Posisi tubuh dan kontak pandangan mata, memiliki arti posisi tubuh
tegak, tidak kaku dan kontak pandangan mata menghadap audience
saat persentasi.
4. Berbicara dengan suara yang dapat didengar oleh audience,
memiliki arti saat persentasi suara peserta didik dapat terdengar jelas.
Untuk memberikan point atas setiap kegiatan maka setiap peserta didik
yang melakukan kegiatan tersebut akan diberikan tanda (√) pada lebar
pengamatan aspek psikomotorik yang tedapat pada tabel
Tabel 11. Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik Peserta didik
N
o
N
a
M
a
Aspek yang diamati Jum
-lah
Skor
N
I
L
A
I
Hur
uf
Mut
u
Menampilkan
hasil
pengamatan
dan diskusi
pada LKPD
pertemuan I
dan II
Membuat mind
maping
(Pertemuan I)
dan membuat
poster
gangguan pada
sistem ekskresi
(Pertemuan II)
Posisi tubuh
dan kontak
pandangan
mata
Berbicara
dengan suara
yang dapat
didengar oleh
audience
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2 Ds
t
Dimodifikasi dari: Illanur (2017: 47)
43
Perhitungan skor skala 1-4 menggunakan rumus
Nilai = Jumlah Skor x Skor Maximal IPK
Skor Tertinggi
Tabel 12. Rubrik skor pengamatan aspek psikomotorik peserta didik untuk
kelas eksperimen I, eksperimen II dan kontrol
Aspek yang
diamati
Skala Peniaian
4 3 2 1
Menampilkan
hasil
pengamatan
dan diskusi
pada LKPD
pertemuan I
dan II
Menampilkan
isi materi
dengan jelas,
singkat dan
tidak berulang
Menampilkan
isi materi
dengan jelas,
tidak singkat,
dan tidak
berulang
Menampilkan
isi materi
dengan jelas,
tidak singkat,
dan berulang-
ulang
Menampilkan
isi materi
dengan tidak
jelas, tidak
singkat, dan
berulang-
ulang
Membuat
mind maping
(pertemuan I)
dan poster
(pertemuan II)
Poster
menampilkan
gambar,
penjelasan,
penyebab, dan
cara
mencegahnya
degan jelas
Poster terdiri
atas gambar,
penjelasan,
penyebab,
namun tidak
menampilan
cara
mencegahnya
Poster terdiri
atas gambar
dan penjelasan,
namun tidak
menampilkan
penyebab, dan
cara
mencegahnya
Poster terdiri
atas gambar
saja, tanpa
penjelasan,
penyebab, dan
cara
mencegahnya
Posisi tubuh
dan kontak
pandangan
mata
Berdiri dengan
tegak, pecaya
diri dan rilek,
melakukan
kontak
pandangan
mata dengan
seluruh
audience
Berdiri dengan
tegak, tidak
melakukan
kontak
pandangan
mata dengan
80% audience
Tidak berdiri
dengan tegak
dan melakukan
kontak
pandangan
mata dengan
50% audience
Tampak
gelisah dan
tidak
melakukan
kontak
pandangan
mata dengan
audience
Berbicara
dengan suara
yang dapat
didengar oleh
audience
Berbicara
dengan suara
cukup keras
sehingga dapat
didengar
dengan jelas
oleh seluruh
audience
Berbicara
dengan suara
cukup keras
sehingga dapat
didengar
dengan jelas
paling tidak
90% audience
Berbicara
dengan suara
cukup keras
sehingga dapat
didengar
dengan jelas
paling tidak
50% audience
Berbicara
dengan suara
sangat pelan
dan sulit
didengar
audience
Sumber : Illanur (2017: 48)
Perhitungan skor skala 1 sampai 4 dengan menggunakan rumus;
Nilai Akhir =
x Skor maksimum IPK
44
Tabel 13. Data pengamatan keterampilan aspek psikomotori peserta didik
pertemuan I, II, dan N-gain kelas kontrol, eksperimen I,
eksperimen II
No Nama
Peserta didik
Psikomotorik I
(Pertemuan I)
Psikomotorik II
(Pertemuan II)
Peningkatan
nilai
psikomotorik
(peserta didik) Nilai Interpetasi
IPK
Nilai Interpetasi
IPK
1
2
3
dst
Rata-rata nilai
peserta didik ±
Standar Deviasi
Perhitungan rata-rata peserta didik menggunakan rumus:
Rata-rata nilai Psikomotorik I peserta didik =
Rata-rata nilai Psikomotorik II peserta didik =
Peningkatan nilai psikomotorik (peserta didik) = NP II – NP I
Keterangan : NP II = nilai psikomotorik pertemuan II
NP I = nilai psikomotorik pertemuan I
Tabel 14. Perbandigan nilai psikomotorik antar kelas
Kelas
Hasil Belajar Aspek Psikomotorik
Rata-rata Nilai
Psikomotorik I
(Pertemuan I)
Rata-rata Nilai
Psikomotorik II
(Pertemuan II)
Peningkatan
Nilai
Psikomotorik
(Kelas) ±
Standar
Deviasi
Rata-rata
± Standar
Deviasi
Intrepetasi
Indeks
prestasi
Kualitatif
Rata-rata
± Standar
Deviasi
Intrepetasi
Indeks
prestasi
Kualitatif
Eksperimen I
Eksperimen II
Kontrol
Perhitungan peningkatan nilai psikomotorik (kelas) menggunakan rumus:
Peningkatan nilai psikomotorik (kelas) = NP II - NP I
Keterangan : NP II = rata-rata nilai psikomotorik pertemuan II;
NP I = rata- rata nilai psikomotorik pertemuan I
Sedangkan perhitungan peningkatan nilai sub aspek psikomotorik
menggunakan rumus:
45
Peningkatan nilai sub aspek psikomotorik = SAP II - SAP I
Keterangan : SAP II = rata-rata nilai subaspek psikomotorik pertemuan II;
SAP I = rata- rata subaspek psikomotorik pertemuan I
Tabel 15. Tabulasi perbandingan nilai sub aspek psikomotorik peserta
didik (pertemuan I pertemuan II, dan peningkatan nilai sub aspek
psikomotorik)
Kelas Sub Aspek Psikomotorik
A B C D
P I
( I
IPK)
P II
( I
IPK)
PNS
AP
P I
( I
IPK)
P II
( I
IPK)
PNS
AP
P I
( I
IPK)
P II
( I
IPK)
PNS
AP
P I
( I
IPK)
P II
( I
IPK)
PNS
AP
E I
E II
K
Ket: A = Menampilkan hasil diskusi pada LKPD pertemuan I dan II; B = Membuat poster
tentang gangguan/penyakit pada sistem ekskresi; C = Posisi tubuh dan kontak
pandangan mata; D = Berbicara dengan suara yang dapat didengar oleh audience; E
I = Kelas Eksperimen I; E II = Kelas Eksperimen II; IPK = Indeks Prestasi
Kualitatif; K = Kelas Kontrol; P I = Pertemuan I; P II = Pertemuan II; PNSAP =
Peningkatan Nilai Sub Aspek Psikomotorik.
Tabel 16. Kategori tafsiran indeks prestasi kualitatif untuk aspek
psikomotorik peserta didik
Kategori IPK Interpretasi IPK
3,25 – 4,00 Sangat Terampil
2,50 – 3,20 Terampil
1,75 – 2,49 Cukup Terampil
Kurang dari 2,50 Kurang Terampil
Sumber: Utomo (2013: 10)
F. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif yaitu berupa aspek kognitif yang diambil dari hasil belajar nilai
pretes dan postes yang selanjutnya dilakukan uji prasyarat berupa uji
46
normalitas dan uji homogenitas dan dianalisis menggunakan software SPSS
melalui uji Anova. Data kualitatif yaitu berupa aspek afektif dan aspek
psikomotorik. Aspek afektif meliputi sikap jujur, percaya diri, disiplin, dan
toleransi, sedangkan aspek psikomotorik meliputi menampilkan hasil
pengamatan dan diskusi pada LKPD pertemuan I dan II, membuat poster
tentang gangguan pada sistem ekskresi, posisi tubuh dan kontak pandangan
mata, dan berbicara dengan suara yang dapat didengar oleh audience.
Peningkatan nilai aspek afekif dan psikomotorik di ambil dari rata-rata nilai
pada pertemuan kedua dikurangi rata-rata nilai pada pertemuan pertama. Data
kualitatif dianalisis dengan menggunakan indeks prestasi kualitatif (IPK)
kemudian menentukan kategori melalui kategori tafsir indeks prestasi
kualitatif (IPK). Data tersebut didapat dari kelas eksperimen I, kelas
eksperimen II dan kelas kontrol.
1. Data Kuantitatif (Data Aspek Kognitif)
a. Uji Validitas
Uji validitas digunaan untuk mengukur tingkat keandalan atau
kesahihan suatu instrumen, instrumen yang shahih memiliki nilai
validitas yang tinggi (Arikunto, 2000: 72). Perhitungan validitas
menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
rxy = ( ) ( )( )
√ ( ) ( ) ( ) ( )
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi satu butir soal
n = jumlah subyek
X = skor satu butir soal
Y = skor total
(Arikunto, 2000: 72)
47
Peneliti menggunakan interpretasi koefisien korelasi (rxy) menurut
Arikunto (2000: 89) sebagaimana dijelaskan dalam tabel. Dilakukan
dengan mengkorelasi masing-masing skor item dengan skor total.
Tabel 17. Interpretasi koefisien korelasi (rxy)
No Interval Kriteria Validitas
1 0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
2 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
3 0,40 < r ≤ 0,60 Cukup
4 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
5 r ≤ 0,20 Sangat Rendah
Sumber : Arikunto (2000: 89)
Instrumen dikatakan valid jika r hitung > r tabel dengan taraf
signifikansi 0,05. Sebaliknya jika r hitung < r tabel maka instrumen
dikatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Wahyudin (2006: 141) untuk mengatakan
bahwa tes yang reliabel atau tes yang dapat dipercaya adalah tes yang
menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun di teskan
pada situasi dan waktu yang berbeda. Reliabilitas dihitung dengan
mengggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut;
r11 = [
] [
] dengan (( )
Keterangan:
r11 = realibilitas instrumen
n = jumlah soal
= variasi butir soal ∑X
2 = jumlah dari kuadrat skor item soal seluruh peserta didik
(Arikunto, 2000: 78)
48
Tabel 18. Interpretasi reliabilitas
No Interval Kriteria Reliabilitas
1 r ≤ 0,20 Kecil
2 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
3 0,40 < r ≤ 0,60 Sedang
4 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
5 0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: (Arikunto, 2000: 79)
Instrumen dikatakan reliabel jika r hitung > r tabel dengan taraf
signifikansi 0,05. Sebaliknya jika r hitung < r tabel maka instrumen
dikatakan tidak reliabel.
c. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui butir soal
yang dianggap mudah, sedang, dan sulit yang berpengaruh terhadap
kemungkinan benar atau salahnya jawaban peserta didik terhadap
butir soal. Uji tingkat kesukaran soal menggunakan rumus:
Tingkat Kesukaran =
Mean =
Tabel 19. Interpretasi tingkat kesukaran soal
No Interval Kriteria
1 0,00 – 0,30 Sukar
2 0,31 – 0,70 Sedang
3 0,71 – 1,00 Mudah
Sumber: Sudjana (2010: 137)
d. Mencari skor N-gain
Skor N-gain didapat dengan menggunakan formula sebagai berikut:
N-gain =
49
Keterangan :
: rata-rata nilai postes
: rata-rata nilai pretes
Z : skor maksimum
e. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17 dengan taraf signifikasi 5% atau α= 0,05.
Statistik uji: L0 = F (Z0) – S(Z1) (Sudjana, 2009: 466)
Keterangan
L0 = Harga mutlak terbesar
F (Z0) = Peluang angka baku
S(Z1) = Proporsi angka baku
Hipotesis
H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).
f. Uji Homogenitas Data
Data diuji homogenitasnya untuk mengetahui variansi populasi data
yang diuji sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas ini
menggunakan uji Levene Test pada taraf signifikasi 5% atau = 0,05.
Menggunakan rumus sebagai berikut:
Hipotesis
H0 = Data yang diuji homogen.
H1 = Data yang diuji tidak homogen.
50
Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05
maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka
H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).
g. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil
belajar peserta didik pada aspek kognitif antara peserta didik kelas
kontrol, kelas eksperimen I, dan kelas eksperimen II pada materi
sistem ekskresi setelah diterapkan formasi tempat duduk yang berbeda
untuk setiap kelas. Untuk menguji hipotesis, data yang berdistribusi
normal digunakan uji One-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji
Independent sample t-Test dengan menggunakan program SPSS 17,
sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal/ tidak homogen
menggunakan uji Kruskal Wallis.
1) One-way ANOVA
ANOVA merupakan singkatan dari "Analysis of Varians" adalah
salah satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji
perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelas yaitu
melalui pengujian variansinya. Jenis ANOVA yang digunakan
dalam penelitian ini adalah One-way ANOVA.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf
signifikansi = 0,05.
Hipotesis
H0 = rata-rata nilai ketiga kelas berbeda tidak signifikan
51
H1 = rata-rata nilai ketiga kelas berbeda signifikan
Kriteria Pengujian
Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Fhitung > Ftabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak (Gani dan
Amalia, 2015: 63).
2) Independent Sample t-Test
Independent-Sample t-Test digunakan untuk menguji signifikansi
beda rata-rata dua kelas antara kelas kontrol, kelas eksperimen I,
dan kelas eksperimen II dengan cara melakukan perbandingan
rata-rata antara dua kelas sampel (antara formasi teater dan
formasi chevron, antara formasi teater dan formasi berbentuk
U, antara formasi berbentuk U dan formasi chevron). Test ini
biasanya digunakan untuk menguji pengaruh satu variabel
independent terhadap satu atau lebih variabel dependent
(Trihendradi, 2009: 111). Uji Independent Sample t-Test dapat
dilakukan jika pada uji One-way Anova menghasilkan pernyataan
bahwa H0 ditolak atau H1 diterima (Kadir, 2010: 207-208).
Hipotesis;
H0= Rata-rata nilai kedua kelas berbeda tidak signifikan
H1= Rata-rata nilai kedua kelas berbeda signifikan
Kriteria Pengujian;
Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto,
2004: 13).
52
2. Data Kulitatif (Data Aspek Afektif dan Data Aspek Psikomotorik)
Performance test digunakan untuk mengukur aspek afektif dan
psikomotorik peserta didik dengan cara observasi langsung saat di
lapangan. Data yang diperoleh berupa data hasil belajar aspek afektif dan
psikomotorik peserta didik. Data tersebut dianalisis dengan
menggunakan indeks prestasi kualitatif yang ditetapkan dari nilai
masing-masing sub aspek kualitatif (aspek afektif dan aspek
psikomotorik) dengan rumus:
IPK (Indeks Prestasi Kualitatif) =
x skor maksimal IPK
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Terdapat perbedaan efektivitas dari ketiga formasi tempat duduk yang diterapkan
terhadap hasil belajar peserta didik pada materi Sistem Ekskresi Manusia. Formasi
berbentuk U merupakan formasi yang paling efektif dari pada formasi chevron
dan teater terhadap hasil belajar peserta didik, baik dari aspek kognitif, afekif dan
psikomotorik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan:
1. Peneliti lain yang akan menerapkan formasi berbentuk U dan formasi
chevron hendaknya terlebih dahulu mengajarkan materi lain dengan
formasi berbentuk U dan formasi chevron (prakondisi) sehingga siswa
telah beradaptasi dengan formasi-formasi tempat duduk ini.
2. Pendidik perlu berinovasi dalam pengaturan tempat duduk saat
pembelajaran agar kegiatan pembelajaran menjadi aktif dan terfokus.
75
3. Sekolah disarankan agar mengoptimalkan penerapan variasi formasi
tempat duduk dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu
sekolah.
76
DAFTAR PUSTAKA
Aksari, I. H. 2003. Pengaruh Profesionalitas Pendidik terhadap Kemampuan
Mendesain Tempat Duduk dan Peningkatan Prestasi Peserta didik. Diakses
dari http://www.diyanika.com/2013/05/pengaruh-profesionalitas-
pendidik.html. Pada 25 Desember 2017 Pukul 19.00. 17 hlm.
Alfianika, N. 2016. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.
Deepublish. Jakarta. 192 hlm.
Anam, K. 2016. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta. 210 hlm.
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Chruishank, K. A., Mayer,
R.E., Pintrich, P. R., Raths, J., dan Wittarock, M. 2001. A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objectives). Abridge Edition. David McKay Company. New
York. 336 hlm.
Arikunto, S. 2000. Pengelolaan Kelas dan Peserta didik. Rajawali Pers. Jakarta.
107 hlm.
Barokah, N.F dan Maisaroh, S. 2016. Perbedaan Formasi Tempat Duduk U
Shape dan Chevron Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA pada
Peserta didik Kelas V SD N Denggung Sleman. Universitas PGRI
Yogyakarta. Yogjakarta. 6 hlm.
Dasono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Press. Semarang. 137 hlm.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
298 hlm.
Djamarah, S.B. 2005. Pendidik dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis. PT Rineka Cipta. Jakarta. 343 hlm.
Djiwandono, S. E. W. 2002. Psikologi Pendidikan. PT Grasindo. Jakarta. 365
hlm.
77
Dunn, W. N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Ed. 2. Cet. Kelima.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 687 Hlm.
Gani, I dan Amalia, S. 2015. Alat Analisis Data. Penerbit Andi. Yogyakarta. 278
hlm.
Hake, R. R. 2005. Analyzing Change/Gain Scores. Diakses dari
www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. Pada 30
Desember 2017, Pukul 20:20 WIB.
Hamid, S. 2011. Metode Edutainment. Diva Press. Yogyakarta. 252 hlm.
Hamiyah, N. dan Jauhar, M. 2014. Stratergi Belajar Mengajar di Kelas. Prestasi
Pustaka. Jakarta. 294 hlm.
Handayaningrat, S. 2006. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen.
PT Gunung Agung. Jakarta. 176 hlm.
Ilanur, A. 2017. Efektivitas Formasi Tempat Duduk terhadap Hasil Belakar
Peserta didik pada Pembelajaran IPA Biologi Materi Pokok Interaksi Antar
Makhluk Hidup. Skripsi. Lampung. Universitas Lampung. 68 hlm.
Johnson, L. A. 2009. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Indek. Jakarta.
448 hlm.
Kadir. 2010. Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Rosemata Sampurna.
Jakarta. 322 hlm.
Kusnah. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik Kelas I dengan Variasi
Kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan Tahun Ajaran 2011/2012. STAIN
Salatiga. Salatiga. 95 hlm.
Lotfy, N. 2012. Seating Arrangement and Cooperative Learning Activities:
Students’ On-task/Off-task Participation in EFL Classrooms. Tesis.
American University in Cairo. Cairo. 90 hlm.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN. Yogyakarta. 234 hlm.
Mulyasa. 2007. Menjadi Pendidik Profesioanal. Remaja Rosda Karya Bandung.
91 hlm.
Munif, C dan Irma. 2013. Sekolahnya Manusia. Kaifa. Bandung. 204 hlm.
Nurhasnawati. 2002. Strategi Pengajaran Micro. Suska Press. Pekanbaru. 51 hlm.
78
Nurmala. 2014. The Effect of U-Shape (Horseshoe) Seating Arrangement on
Speaking Ability of The Tenth Grade Students at SMK TI Airlangga
Samarinda. (Skripsi). Mulawarman University. Samarinda. 17 hlm.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan.
Percobaan dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo. Jakarta. 78 hlm.
Purwanto, E. dan Dyah R. S. 2007.Metode Penelitian Kuantitatif, untuk
Administrasi Publik, dan Masalah-masalah Sosial. Gaya Media.Yogyakarta.
210 hlm.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Alfabeta. Bandung. 332 hlm.
Rustaman, N.Y. 2011. Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Diakses
di http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/748. Pada
tanggal 26 Desember 2017, Pukul 22:42 WIB
Rohani, A. 2010. Pengelolaan Kelas. Rineka Cipta. Jakarta. 152 hlm.
Rohmaturmeta, F.M. 2016. Pengaruh Pengaturan Tempat Duduk Terhadap
Motivasi dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik Integratif. Diakses di
https://media.neliti.com/media/publications/123087-ID-none.pdf. Pada 26
Desember 2017, Pukul 23:08 WIB.
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. 266 hlm.
Setiyadi, B. R. dan Ramdani, S. D. 2016. Perbedaan Pengaturan Tempat Duduk
Siswa pada Pembelajaran Saintifik di SMK. Journal of Mechanical
Engineering Education. 1 (1): 29-42. (Online), (http://jurnal.untirta.ac.id/
index.php/vanos, diakses pada 28 September 2016 Pukul 21.19 WIB).
Silberman, L. M. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif,
EdisiRevisi. Nusamedia. Bandung. 310 hlm.
Simamora, R. H. 2009. Buku Ajar Kependidikan dalam Keperawatan. EGC.
Jakarta. 167 hlm.
Sudarisman, S. 2015. Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran
Biologi dalam Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 serta Optimalisasi
Implementasi Kurikulum 2013. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. 35 hlm.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 508 hlm.
Sudjana, N. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. Sinar Baru. Bandung. 176 hlm.
Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada.
79
Jakarta. 488 hlm.
Suleman, Q. dan Husain, I. 2014. Effects of Classroom Physical Environment on
the Academic Achievement Scores of Secondary School Students in Kohat
Division, Pakistan. International Journal of Learning and Development. 4
(1): 71-82. (Online), (http://www.macrothink.org/journal/index.php/ijld/
article/view/5174, diakses pada 8 Juni 2018 Pukul 23.02 WIB).
Suparman. 2010. Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa. Pinus Book
Publisher. Yogyakarta. 215 hlm.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovati Progresif. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta. 198 hlm.
Trihendradi. 2009. Step by Step SPSS 16. Andi Offset. Yogyakarta. 108 hlm.
Utomo, P. 2013. Model Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik SMA. Diakses dari
http://www.slideshare.net/mobile/pristiadiutomo/modelpenilaianhasilbelajars
ma. Pada 29 Desember 2017. Pukul 21.00 WIB. 58 hlm.
Vajarini, L. 2016. Provokasi untuk Membangun Manajemen Kelas yang Lebih
Baik. Diakses dari http://www.lamperan.net/2016/03/provokasuntuk-
membangunmanajeman.html. Pada 27 Desember 2017. Pukul 20:50 WIB. 2
hlm
Wannarka, R. dan Ruhl, K. 2008. Seating Arrangements that Promote Positive
Academic and Behavioural Outcomes: A Review of Empirical Research.
Support for Learning. 23 (2): 89-93. (Online), (http://onlinelibrary.wiley.com/
resolve/doi?DOI=10.1111/j.1467-9604. 2008.00375.x, diakses pada 8 Juni
2018 Pukul 10.43 WIB).
Winkel, W.S. 2010. Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta. 276 hlm.
Yaumi, M. 2010. Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.281
hlm.
Yulianingsih, R. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning ) terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup (Studi Eksperimental pada Siswa
Kelas Vii Semester Genap SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tp 2008/2009).
(Skripsi). Universitas Lampung. Bandarlampung. 140 hlm.
Zerin, S. 2009. Classroom Management: Seating Arrangements in ESL
Classroom. BRAC University. Bangladesh. 23 hlm.