EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN...

12
Analisis Efektifitas dan Kelayakan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Baru terhadap Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar 99 EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN NASIONAL BARU TERHADAP TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT Effectiveness and Feasibility of New National Improved Biological Fertilizer on Wetland Rice Plant in Majalengka Regency, West Java Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80, Lembang, Bandung 40391 E-mail: [email protected] ABSTRACT West Java Province as one of the rice producing centers in Indonesia contributed 17.6% to national rice production. The average rice production over the last 5 years reached 57.97 qu/ha. Increase in rice production in West Java was caused by the use of high yielding varieties with very high response to fertilization. However, excessive use of chemical fertilizers in rice fields has resulted degradation of wetland environment, threatened the sustainability of rice production systems, produced contaminant residues of hazardous chemicals, and decreased soil quality and fertility. One of the efforts to reduce the negative impacts of excessive use of chemical fertilizers is through the use of organic and biological fertilizers. This study aimed to: (1) determine the growth, yield and yield components of National Improved Biological Fertilizer (NIBF): Biovam, Agrimeth, Remicr, and Probio on wetland rice Inpari 19 and (2) analyze the financial feasibility and the response of farmers to the application of the four types of NIBF. The assessment was done in the Kodasari village, Ligung district, Majalengka regency, West Java province in the second dry season (DS-II) 2013. The study used a combined method of randomized block design (RBD) with survey method, through a participatory approach. The results showed that the highest yield was obtained by the use of Biovam biological fertilizer (5.66 t/ha) and the lowest was obtained by the use of Remicr biological fertilizer (4.65 t/ha). Financially, the use of NIBF on wetland rice is very feasible to be developed because it has a high revenue-cost ratio (R/C). The response of farmers to technical performance of the fertilizers on rice generative phase was considerably good (37.5%). Meanwhile, in terms of profit outlook 100% of farmers were sure that the use of the fertilizers was profitable. Therefore, it is expected that all the NIBF products examined would be easily obtained by the farmers at agricultural production input kiosks or stores around the farmers’ dwelling. Keywords: effectiveness, feasibility, biological fertilizer, seed, rice ABSTRAK Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi padi di Indonesia berkontribusi 17,6% terhadap produksi padi nasional, di mana rata-rata selama lima tahun terakhir produksinya mencapai 57,97 ku/ha. Peningkatan hasil padi yang terjadi disebabkan di antaranya oleh penggunaan varietas unggul yang sangat tinggi merespons pemupukan. Akan tetapi, penggunaan pupuk kimia berlebih pada lahan sawah berdampak terhadap penurunan mutu lingkungan lahan sawah, jaminan keberlanjutan sistem produksi padi, cemaran residu bahan kimia berbahaya, dan penurunan mutu lahan dan kesuburan tanah. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia berlebih adalah melalui penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Kajian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil Pupuk Hayati Unggulan Nasional (PHUN): Biovam, Agrimeth, Remicr, dan Probio pada padi sawah varietas Inpari 19 dan (2) menganalisis kelayakan finansial dan respons petani terhadap aplikasi empat jenis PHUN tersebut. Pengkajian dilakukan di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat pada MK 2013. Kajian ini menggunakan metode gabungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dengan metode survei, melalui pendekatan partisipatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa hasil tertinggi terdapat pada penggunaan pupuk hayati Biovam (5,66 t/ha GKG) dan terendah pada penggunaan pupuk hayati Remicr (4,65 t/ha GKG). Secara finansial, penggunaan PHUN pada padi sawah sangat layak dikembangkan karena memiliki nilai R/C tinggi. Tanggapan petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase generatif padi relatif baik (37,5% responden). Sementara, dalam hal prospek keuntungan 100% responden petani meyakini menguntungkan. Diharapkan seluruh produk PHUN yang dikaji dapat diperoleh petani dengan mudah pada kios atau agen toko sarana produksi di sekitar daerah tempat tinggal petani. Kata kunci: efektivitas, kelayakan, pupuk hayati, benih, padi

Transcript of EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN...

Page 1: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Analisis Efektifitas dan Kelayakan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Baru terhadap Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar

99

EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN NASIONAL BARU TERHADAP TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA,

JAWA BARAT

Effectiveness and Feasibility of New National Improved Biological Fertilizer on Wetland Rice Plant in Majalengka Regency, West Java

Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80, Lembang, Bandung 40391

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

West Java Province as one of the rice producing centers in Indonesia contributed 17.6% to national rice production. The average rice production over the last 5 years reached 57.97 qu/ha. Increase in rice production in West Java was caused by the use of high yielding varieties with very high response to fertilization. However, excessive use of chemical fertilizers in rice fields has resulted degradation of wetland environment, threatened the sustainability of rice production systems, produced contaminant residues of hazardous chemicals, and decreased soil quality and fertility. One of the efforts to reduce the negative impacts of excessive use of chemical fertilizers is through the use of organic and biological fertilizers. This study aimed to: (1) determine the growth, yield and yield components of National Improved Biological Fertilizer (NIBF): Biovam, Agrimeth, Remicr, and Probio on wetland rice Inpari 19 and (2) analyze the financial feasibility and the response of farmers to the application of the four types of NIBF. The assessment was done in the Kodasari village, Ligung district, Majalengka regency, West Java province in the second dry season (DS-II) 2013. The study used a combined method of randomized block design (RBD) with survey method, through a participatory approach. The results showed that the highest yield was obtained by the use of Biovam biological fertilizer (5.66 t/ha) and the lowest was obtained by the use of Remicr biological fertilizer (4.65 t/ha). Financially, the use of NIBF on wetland rice is very feasible to be developed because it has a high revenue-cost ratio (R/C). The response of farmers to technical performance of the fertilizers on rice generative phase was considerably good (37.5%). Meanwhile, in terms of profit outlook 100% of farmers were sure that the use of the fertilizers was profitable. Therefore, it is expected that all the NIBF products examined would be easily obtained by the farmers at agricultural production input kiosks or stores around the farmers’ dwelling. Keywords: effectiveness, feasibility, biological fertilizer, seed, rice

ABSTRAK

Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi padi di Indonesia berkontribusi 17,6% terhadap

produksi padi nasional, di mana rata-rata selama lima tahun terakhir produksinya mencapai 57,97 ku/ha. Peningkatan hasil padi yang terjadi disebabkan di antaranya oleh penggunaan varietas unggul yang sangat tinggi merespons pemupukan. Akan tetapi, penggunaan pupuk kimia berlebih pada lahan sawah berdampak terhadap penurunan mutu lingkungan lahan sawah, jaminan keberlanjutan sistem produksi padi, cemaran residu bahan kimia berbahaya, dan penurunan mutu lahan dan kesuburan tanah. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia berlebih adalah melalui penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Kajian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil Pupuk Hayati Unggulan Nasional (PHUN): Biovam, Agrimeth, Remicr, dan Probio pada padi sawah varietas Inpari 19 dan (2) menganalisis kelayakan finansial dan respons petani terhadap aplikasi empat jenis PHUN tersebut. Pengkajian dilakukan di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat pada MK 2013. Kajian ini menggunakan metode gabungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dengan metode survei, melalui pendekatan partisipatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa hasil tertinggi terdapat pada penggunaan pupuk hayati Biovam (5,66 t/ha GKG) dan terendah pada penggunaan pupuk hayati Remicr (4,65 t/ha GKG). Secara finansial, penggunaan PHUN pada padi sawah sangat layak dikembangkan karena memiliki nilai R/C tinggi. Tanggapan petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase generatif padi relatif baik (37,5% responden). Sementara, dalam hal prospek keuntungan 100% responden petani meyakini menguntungkan. Diharapkan seluruh produk PHUN yang dikaji dapat diperoleh petani dengan mudah pada kios atau agen toko sarana produksi di sekitar daerah tempat tinggal petani. Kata kunci: efektivitas, kelayakan, pupuk hayati, benih, padi

Page 2: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 100

PENDAHULUAN

Provinsi Jawa Barat berkontribusi 17,6% terhadap produksi padi nasional. Rata-rata produksi padi selama lima tahun terakhir mencapai 57,97 ku/ha (BPS Jawa Barat, 2013). Peningkatan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satu di antaranya oleh penggunaan varietas unggul yang sangat responsif terhadap pemupukan lebih tinggi yaitu 3,02 kali dibandingkan dengan varietas lokal (Dierolf et al., 2001 dalam Yuwono, 2007).

Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia berlebih pada lahan sawah berdampak negatif terhadap beberapa aspek lingkungan. Menurut Sumarno dan Suyamto (2008), beberapa dampak negatif penggunaan pupuk kimia pada lahan sawah, di antaranya dapat menyebabkan: (1) penurunan mutu lingkungan lahan sawah; (2) jaminan keberlanjutan sistem produksi padi; (3) cemaran residu bahan kimia berbahaya; dan (4) penurunan mutu lahan dan kesuburan tanah. Begitu juga, pemupukan berimbang pada tanaman padi sering diartikan sebagai pemberian pupuk majemuk dan hal itu terjadi terus-menerus selama lebih dari 40 tahun. Karena itu, terjadi degradasi dan ketidakseimbangan unsur hara tertentu (Agus et al., 2008). Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia berlebih, adalah melalui penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati.

Aplikasi mikroorganisme dalam pupuk hayati mampu menurunkan dosis pupuk kimia 25%-83% pada tanaman pangan (Arifin, 2012; Goenadi, 1995; Young et al., 1988), menurunkan dosis pupuk kimia 50% pada tanaman buah semangka (Antonius dan Agustiyani, 2011), dan dapat meningkatkan hasil padi 15%-30% (Saraswati et al., 1999 dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000; Okon et al., 1989 dalam Saraswati, 2000), dan merupakan bagian dari sistem produksi pertanian berkelanjutan (Agus et al., 2008; Simanungkalit, 2000).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) melakukan scaling up (pengembangan dalam skala luas) dan mengetahui pertumbuhan, komponen hasil dan hasil PHUN terpilih hasil uji adaptasi dan efektivitas yang telah dilaksanakan sebelumnya (Biovam, Agrimeth, Remicr, dan Probio) pada padi sawah varietas Inpari-19, dan (2) menganalisis kelayakan finansial dan respons petani (pengguna) terhadap aplikasi dari keempat jenis Pupuk Hayati Unggulan Nasional (PHUN) pada padi sawah varietas Inpari-19.

METODE PENELITIAN

Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan: merupakan wilayah sentra produksi padi dan produktivitas padi lokasi terpilih merupakan berkatagori paling rendah sampai rendah dibandingkan produktivitas padi rata-rata kabupaten. Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi di atas, maka Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka pada MK II 2013 dijadikan lokasi contoh dalam kegiatan pengembangan dan demonstrasi PHUN.

Pengkajian dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu :

(a) Partisipatif, artinya dalam setiap proses diharapkan adanya partisipasi, keterlibatan, dan peran serta secara aktif dari semua pemangku kepentingan (stakeholders), baik sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi, dan perumusan teknologi.

(b) Dengan (with) dan tanpa (without), artinya dilakukan pengukuran beberapa variabel terhadap petak perlakuan petani yang menerapkan pupuk hayati (with) dan petak perlakuan petani yang tidak menerapkan pupuk hayati atau cara petani setempat (without). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dan pengukuran terhadap objek yang diamati pada saat dengan (with) introduksi teknologi pupuk hayati dibandingkan dengan tanpa (without) introduksi teknologi pupuk hayati.

(c) Sebelum (before) dan sesudah (after), artinya dilakukan pengukuran terhadap kandungan hara dalam tanah, pH tanah, tekstur, bahan organik, dll., baik pada saat sebelum (before) aplikasi pupuk hayati maupun sesudah (after) aplikasi pupuk hayati.

Page 3: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Analisis Efektifitas dan Kelayakan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Baru terhadap Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar

101

Pengkajian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Tata letak perlakuan, luas pengembangan demonstrasi adalah ± 10 ha dan luas petak perlakuan ± 1.400 m

2. Pada percobaan dibuat 5 perlakuan (1 perlakuan sebagai kontrol, kebiasaan

petani setempat) yang diulang 3 kali (Tabel 1). Tabel 1. Perlakuan pada kegiatan pengkajian dan peragaan teknologi PHUN padi sawah, 2013

No. Komponen PTT Penerapan

A B C D E

1. Benih bermutu dan berlabel (VUB) √ √ √ √ √ 2. Seed treatment (pupuk hayati) √ √ √ √

3. Pemberian pupuk organik/kompos jerami √ √ √ √

4. Perlakuan pada saat penanaman (dicelup dengan pupuk hayati)

√ √

5. Pengolahan tanah intensif dan cara tanam legowo 2:1 √ √ √ √ √ 6. Tanam 1-3 bibit/lubang, bibit muda (<21 hari) √ √ √ √ √ 7. Pemupukan anorganik spesifik lokasi (50-75%) √ √ √ √ √

8. Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten) √ √ √ √ √

9. Penyemprotan dengan pupuk hayati √ √ 10. Penyiangan menggunakan landak/gasrok √ √ √ √ √ 11. Pengendalian OPT dengan PHT √ √ √ √ √ 12. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok √ √ √ √ √

Keterangan Perlakuan: A = Cara petani (kontrol) B = Petani yang menerapkan pupuk hayati PROBIO C = Petani yang menerapkan pupuk hayati AGRIMETH D = Petani yang menerapkan pupuk hayati BIOVAM E = Petani yang menerapkan pupuk hayati REMICR

Pemupukan anorganik yang diaplikasikan petani pelaksana petak percontohan PHUN adalah sebanyak 50% dari dosis rekomendasi pupuk berdasarkan status hara dalam tanah, sedangkan dosis pupuk yang direkomendasikan berturut-turut N 180 kg/ha, P2O5 38 kg/ha, dan K2O 38 kg/ha. Pemupukan pada petani kontrol sebagai pembanding diberikan sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Dosis pupuk (anorganik, organik dan hayati) yang diberikan pada lokasi demarea PHUN, baik pada petani pelaksana demarea PHUN (kooperator) maupun petani bukan pelaksana demarea PHUN (nonkooperator) disajikan pada Tabel 2.

Cara Ubinan Sistem Tanam Legowo 2:1

Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada petak panen. Tanaman contoh diambil pada pertengahan petak, tidak pada dua baris paling pinggir dekat pematang. Ukuran ubinan 9,75m

2 di tengah petakan. Jumlah rumpun

tanaman dalam ubinan sebanyak 198 rumpun, sebab jarak tanam yang digunakan adalah 40cmx(25x15cm) atau jumlah rumpun tanaman dalam ubinan minimum 128 rumpun per petak.

Posisi batas ubinan ditentukan pada pertengahan jarak antartanaman. Panen dengan cara memotong batang bagian bawah setelah 90% gabah pada malai berwarna kuning. Gabah dirontok dari malainya dan dibersihkan dari kotoran, kemudian ditimbang dan diukur kadar airnya sebagai gabah kering panen (GKP). Konversi hasil ubinan ke dalam gabah kering giling (GKG) dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Ishaq dan Ramdhaniati, 2009):

Hasil GKG 14% = ((100-Ka)/86) x GKP

Dalam hal ini: Ka = Kadar air (%). GKP = Gabah Kering Panen, GKG = Gabah Kering Giling

Page 4: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 102

Tabel 2. Dosis pupuk yang diaplikasikan pada lokasi demarea PHUN di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, MK-II 2013

No. Pemupukan Dem Area

1. Petani kontrol DEMAREA BIOVAM (NPK 50%+ Biovam)

1.1 Urea : 320 kg/ha Urea : 190 kg/ha 1)

1.2 ZA : 214 kg/ha ZA : -

1.3 SP-36 : 178 kg/ha SP-36 : -

1.4 Phonska : 268 kg/ha Phonska : 161 kg/ha 1)

Biovam : 15 kg/ha + 25 sachet Bioplus

2. Demarea petani kontrol DEMAREA AGRIMETH (NPK 50%+Agrimeth)

2.1 Urea : 357 kg/ha Urea : 294 kg/ha 2)

2.2 ZA : - ZA : -

2.3 SP-36 : - SP-36 : -

2.4 Phonska : 357 kg/ha Phonska : 126 kg/ha

2.5 Petroganik : 286 kg/ha Petroganik : -

Agrimeth : 6 lt/ha

3. Demarea petani kontrol DEMAREA PROBIO (NPK 50%+Probio)

3.1 Urea : 357 kg/ha Urea : 154 kg/ha

3.2 ZA : - ZA : -

3.3 SP-36 : 214 kg/ha (100%) SP-36 : -

3.4 Phonska : - Phonska : 126 kg/ha

3.5 Petroganik : - Petroganik : -

Probio : 15 lt/ha

4. Demarea petani kontrol DEMAREA REMICR (NPK 50% + Remicr)

4.1 Urea : 357 kg/ha Urea : 224 kg/ha 3)

4.2 ZA : - ZA : -

4.3 SP-36 : - SP-36 : -

4.4 Phonska : 250 kg/ha Phonska : 126 kg/ha

4.5 Petroganik : - Petroganik : -

Remicr : 250 g/ha

Keterangan: *)

: NPK 50% = pupuk yang diaplikasikan 50%-nya dari dosis rekomendasi (N:P2O5:K2O = 180:38:38 kg/ha) 1)

: tanpa sepengetahuan beberapa petani kooperator menambahkan pupuk Urea dan Phonska rata-rata sebanyak 35 kg/ha.

2) : tanpa sepengetahuan beberapa petani kooperator menambahkan pupuk Urea rata-rata sebanyak 140 kg/ha

3) : tanpa sepengetahuan beberapa petani kooperator menambahkan pupuk Urea rata-rata sebanyak 70 kg/ha

Cara Ubinan Sistem Tanam Legowo 2:1

Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada petak panen. Tanaman contoh diambil pada pertengahan petak, tidak pada dua baris paling pinggir dekat pematang. Ukuran ubinan 9,75 m

2 di tengah petakan. Jumlah rumpun

tanaman dalam ubinan sebanyak 198 rumpun, sebab jarak tanam yang digunakan adalah 40cmx(25x15cm) atau jumlah rumpun tanaman dalam ubinan minimum 128 rumpun per petak.

Posisi batas ubinan ditentukan pada pertengahan jarak antar tanaman. Panen dengan cara memotong batang bagian bawah setelah 90% gabah pada malai berwarna kuning. Gabah dirontok dari malainya dan dibersihkan dari kotoran, kemudian ditimbang dan diukur kadar airnya sebagai gabah kering panen (GKP). Konversi hasil ubinan ke dalam gabah kering giling (GKG) dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Ishaq dan Ramdhaniati, 2009):

Hasil GKG 14% = ((100-Ka)/86) x GKP

Dalam hal ini: Ka = Kadar air (%). GKP = Gabah Kering Panen, GKG = Gabah Kering Giling

Page 5: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Analisis Efektifitas dan Kelayakan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Baru terhadap Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar

103

Variabel yang Diamati

1. Tinggi tanaman. Diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi, waktu pengukuran menjelang panen, jumlah sampel 5 rumpun/petak yang ditentukan secara acak pada setiap petak, pada baris kedua dari luar. Rumpun-rumpun ini yang selanjutnya dipakai untuk pengkuran parameter lainnya.

2. Jumlah anakan produktif. Jumlah produktif (yang mengeluarkan malai) per rumpun waktu penghitungan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman, jumlah sampel 5 rumpun/petak, sampel yang diamati sama dengan yang digunakan pada pengamatan tinggi tanaman.

3. Umur tanaman berbunga. Dihitung dari mulai benih disemai sampai tanaman keluar bunga + 50 % dalam petak

4. Umur tanaman dapat dipanen. Dihitung dari mulai benih disemai sampai gabah masak 90% dalam satu petak.

5. Jumlah gabah/malai. Dihitung jumlah gabah isi per malai dan gabah hampa per malai dari 5 malai sampel. Sampel yang diamati sama dengan yang digunakan pada pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Desa Sampel

Desa Kodasari secara geografis terletak di sebelah timur Ibu Kota Kecamatan Ligung dengan jarak tempuh 5 km. Wilayah Desa Kodasari umumnya bertopografi datar dengan ketinggian 25 m dpl. Jenis tanah ada beberapa macam di antaranya asosiasi podsolik kuning dan hidromorf kelabu, alluvial kelabu dan clay rendah, pH 5,5 dan kedalaman olah 30-40 cm.

Luas wilayah Desa Kodasari adalah 571,33 ha terbagi ke dalam lahan persawahan seluas 337,33 ha (59,04%) dan lahan darat seluas 234 ha (40,96%). Sawah berigasi teknis seluas 90 ha (26,68%), sisanya seluas 247,33 ha (73,37%) merupakan sawah irigasi setengah teknis dan sawah tadah hujan. Sumber air untuk keperluan irigasi di wilayah kodasari berasal dari saluran sekunder dawuan. Sementara, jumlah penduduk berjumlah 3.286 jiwa yang tergabung dalam 979 kepala keluarga (KK). Dari seluruh penduduk, sebanyak 56,97% tergolong ke dalam usia produktif (umur 15–55 tahun).

Keragaan Teknis

Hasil analisis tanah

Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah tanaman padi sawah pada empat perlakuan PHUN menunjukkan bahwa setelah aplikasi pupuk hayati, maka umumnya terjadi perubahan (peningkatan) baik pada tekstur tanah, pH tanah, maupun kandungan bahan organik tanah.

Tekstur tanah terutama kandungan liat terjadi perubahan dari semula 33% menjadi 35% pada perlakuan pupuk hayati Remicr dan Biovam. Pada perlakuan setelah aplikasi Probio dan Agrimeth peningkatan relatif kecil yaitu dari semula 33% menjadi 34%. Berdasarkan kandungan bahan organik, aplikasi pupuk hayati mampu meningkatkan kandungan C-organik tanah dari semula 0,98% menjadi berturut-turut 1,48% pada perlakuan Probio, 1,31% pada perlakuan Remicr, 1,2% pada perlakuan Agrimeth, dan 1,12% pada perlakuan Biofam.

Setelah aplikasi pupuk hayati, kandungan nitrogen (N) dalam tanah umumnya terjadi peningkatan 0,03-0,13% dari semula 0,12% menjadi 0,25% setelah aplikasi Probio (meningkat 0,13%), menjadi 0,18% setelah aplikasi Remicr (meningkat 0,06%), menjadi 0,17% setelah aplikasi Biofam (meningkat 0,05%) dan menjadi 0,15% setelah aplikasi Agrimeth (meningkat 0,03%). Rasio

Page 6: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 104

C/N setelah aplikasi umumnya terjadi penurunan (C/N 6-7), kecuali pada perlakuan setelah aplikasi Agrimeth yang relatif tetap (C/N 8).

Aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan P2O5 dari semula 7 mg/100g berturut-turut menjadi 8 mg/100g pada Remicr dan Agrimeth, 10 mg/100g pada Biofam, dan menjadi 12 mg/100g pada Probio. Selain itu aplikasi pupuk hayati mampu meningkatkan kandungan P total (potensial) dan P tersedia.

Kandungan K2O menunjukkan peningkatan dari semula (sebelum pengkajian) 8 mg/100g menjadi berturut-turut 9 mg/100g pada Agrimethh, 10 mg/ 100g pada Remicr, 11 mg/100g pada Biofam, dan menjadi 13 mg/100g pada Probio. Kandungan total unsur hara mikro (Ca, Mg, K, Na) mengalami peningkatan dari semula (sebelum pengkajian) 10,22 cmol (+/kg) menjadi (setelah pengkajian) berturut-turut 10,95 cmol (+/kg) pada Agrimeth; 11,77 cmol (+/kg) pada Biovam; 12,67 cmol (+/kg) pada Remicr; dan 13,88 cmol (+/kg) pada Probio.

Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan peningkatan setelah aplikasi dari semula (sebelum pengkajian) 17,58 cmol/kg berturut-turut menjadi 18,29 cmol/kg pada Agrimeth; 19,04cmol /kg pada Biovam; 19,45 cmol/kg pada Probio; dan menjadi 20,14 cmol/kg pada Remicr.

Karakteristik agronomis tanaman

Rataan tinggi tanaman padi varietas Inpari-19 dari semua perlakuan mencapai 120 cm, lebih tinggi 17-24 cm dibandingkan dalam deskripsi varietas yang sama dari BB Padi (2012). Pertumbuhan tanaman padi varietas Inpari-19 paling rendah adalah pada perlakuan Remicr (111 cm) dan tertinggi pada perlakuan Biovam (126 cm), kemudian diikuti oleh perlakuan Agrimeth (123 cm), Probio (121 cm), dan cara petani (kontrol) 119 cm.

Jumlah anakan produktif rata-rata dari semua perlakuan mencapai 20 buah. Paling banyak terjadi pada perlakuan Biovam (23 anakan) dan paling sedikit pada perlakuan Probio dan Agrimeth masing-masing 19 anakan lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan cara petani (kontrol) yakni 20 buah anakan (Tabel 3). Tabel 3. Keragaan karakter agronomis pada pertanaman padi sawah varietas Inpari-19 di lokasi

sampel Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, MK-II 2013

No. Perlakuan Tinggi tanaman

(cm) Jml anakan

produktif

Umur (hari setelah tanam/HST)

Awal berbunga

50% Berbunga

Panen

1. Remicr 110,61a 20,17a 30a 50a 85a

2. Probio 121,28b 18,94a 30a 50a 85a

3. Agrimeth 122,83b 18,94a 30a 50a 85a

4. Biovam 125,56b 22,94a 30a 50a 85a

5. Kontrol 119,28ab 20,22a 30a 50a 85a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 95% berdasarkan uji berganda duncan (DMRT).

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa umur awal berbunga adalah 30 hari setelah tanam (hst) dan umur panen adalah 85 hst. Hal itu sesuai dengan deskripsi varietas yaitu 102 hari (BB Padi, 2012). Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan waktu pembungaan dan panen. Tanaman yang ditanam di dataran rendah berbunga dan panen lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran lebih tinggi (Ashari, 2006; Mugnisjah dan Setiawan, 1995). Dengan demikian pertumbuhan tanaman padi pada pengkajian demarea PHUN di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka (25 m dpl) tergolong wilayah dataran rendah sehingga umur berbunga dan panen lebih awal (Tabel 3).

Berdasarkan jumlah gabah per malai, diketahui rata-rata jumlah gabah dari percobaan mencapai 211 bulir/malai. Di antara empat perlakuan pupuk hayati yang diuji, hanya Probio yang lebih

Page 7: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Analisis Efektifitas dan Kelayakan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Baru terhadap Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar

105

banyak dibandingkan dengan cara petani (kontrol), yaitu 232 bulir/malai dan 219 bulir/malai, kemudian disusul oleh pupuk hayati Remicr, Agrimeth, dan Biovam, yakni mencapai 209 bulir malai,205 bulir/malai, dan 192 bulir/malai. Namun demikian berdasarkan karakteristik jumlah gabah isi per malai diketahui, bahwa perlakuan pupuk hayati Probio (187 bulir per malai) memiliki jumlah gabah isi per malai lebih banyak dibandingkan dengan cara petani (kontrol). Data komponen hasil jumlah gabah total, jumlah gabah isi, dan jumlah gabah hampa per malai disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 1.

Penampilan komponen hasil panjang malai dari seluruh perlakuan yang diuji menunjukkan rata-rata sepanjang 28,37 cm dengan malai terpanjang berturut-turut pada perlakuan pupuk hayati Probio (28,87 cm); cara petani kontrol (28,64 cm); Biovam (28,45 cm); Agrimeth (27,99 cm); dan Remicr (27,90 cm). Ukuran malai relatif panjang pada perlakuan Probio dipengaruhi jumlah gabah total yang relatif banyak. Namun demikian, jumlah gabah total relatif banyak pada perlakuan Probio tersebut diikuti pula peningkatan jumlah gabah hampa (Tabel 4). Tabel 4. Keragaan komponen hasil pada pertanaman padi sawah di lokasi kajian Kabupaten

Majalengka, Jawa Barat, MK-II 2013

No. Perlakuan Jumlah gabah Panjang

malai (cm)

Produktivitas (t/ha)

Total Isi/malai Hampa/malai GKP GKG

1. Remicr 191,91 164,44a 27,47ab 27,90a 5,06ab 4,65ab

2. Probio 231,98 187,12a 44,86c 28,87a 5,24ab 4,81abc

3. Agrimeth 208,97 178,68a 30,29ab 27,99a 5,86bc 5,12bc

4. Biovam 205,01 181,39a 23,62a 28,45a 6,35c 5,66c

5. Kontrol 218,67 180,56a 38,11bc 28,64a 4,42a 3,95a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 95% berdasarkan uji berganda duncan (DMRT).

Gambar 1. Jumlah gabah total, gabah isi, dan gabah hampa (bulir)

Secara umum aplikasi pupuk hayati berpengaruh terhadap peningkatan hasil, baik dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dengan kadar air 22-26% maupun gabah kering giling (GKG) dengan kadar air 14-15%. Hal itu ditunjukkan dalam data produktivitas (hasil panen) sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Peningkatan hasil panen padi varietas Inpari-19 berturut-turut pada pupuk hayati Remicr 0,7 t/ha (17,72%); Probio sebesar 0,86 t/ha GKG (21,77%); Agrimeth sebesar 1,17 t/ha GKG (29,62%); dan pada pupuk hayati Biovam 1,71 t/ha GKG (43,29%). Namun demikian, karakteristik malai yang relatif lebih panjang (panjang malai 28,87 cm) dibandingkan dengan

Page 8: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 106

perlakuan pupuk hayati lainnya tetapi karena diikuti pula oleh karakteristik jumlah gabah hampa lebih banyak (jumlah gabah hampa 45 bulir per malai atau 19,34%), maka hasil panen yang dapat dicapai relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk hayati lainnya (Biovam dan Agrimeth). Hal itu sejalan dengan penelitian Arifin (2012), Saraswati (2000), dan Simarmata (1994), bahwa terdapat pengaruh pupuk hayati, dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap komponen pertumbuhan, komponen hasil, dan meningkatkan hasil panen tanaman padi.

Keragaan Finansial Usaha Tani

Keragaan finansial usaha tani pada petak pengkajian dihitung berdasarkan beberapa komponen biaya, tetapi belum memasukkan komponen biaya kuantitas dan harga bahan masing-masing produk pupuk hayati yang dipergunakan. Secara umum biaya usaha tani (tanpa biaya pupuk hayati) pada perlakuan penggunaan pupuk hayati lebih rendah Rp488.450/ha (6%) dibandingkan dengan cara petani kontrol (Rp7.620.550/ha vs Rp8.109.000/ha).

Pengeluaran biaya usaha tani untuk upah tenaga kerja umumnya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran usaha tani untuk kebutuhan bahan. Namun demikian, pada usaha tani yang menerapkan pupuk hayati pengeluaran biaya untuk upah, terutama tambahan upah akibat aplikasi pupuk hayati 6,1 kali lipat dari biaya bahan. Sementara pengeluaran untuk upah pada usaha tani cara petani kontrol dibandingkan dengan biaya kebutuhan bahan adalah 2,7 kali lipat.

Kebutuhan biaya bahan, sarana produksi padi sawah pada petak perlakuan pupuk hayati paling rendah berturut-turut adalah pada usaha tani Probio (Rp841.300/ha); Remicr (Rp974.800/ha); Agrimeth (Rp1.055.800/ha); dan Biovam (Rp1.430.300/ha); sedangkan biaya upah tenaga kerja usaha tani padi sawah pada perlakuan penggunaan pupuk hayati paling rendah berturut-turut adalah pada usaha tani Biovam (Rp5.250.000/ha); Agrimeth (Rp6.510.000/ha); Probio (Rp6.580.000/ha); dan Remicr (Rp7.840.000/ha). Kebutuhan biaya bahan dan upah usaha tani tertinggi berturut-turut Remicr (Rp8.814.800/ha); Agrimeth (Rp7.565.800/ha); Probio (Rp7.421.300/ha); dan paling rendah adalah Biovam (Rp6.680.300/ha). Sebaliknya, penerimaan usaha tani meningkat Rp4.497.000/ha (25,32%) dibandingkan dengan cara petani kontrol (Rp22.258.500/ha vs Rp17.761.500/ha). Demikian pula dengan keuntungan yang dicapai berturut-turut lebih besar Rp4.985.450/ha atau 51,65% (Rp14.637.950/ha vs Rp9.652.500/ha), dan kelayakan finansial usaha tani (R/C) lebih tinggi 33% dibandingkan dengan cara petani kontrol, yakni 2,92 vs 2,19. Analisis finansial usaha tani selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Input-output usaha tani padi sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, MK-II 2013

Uraian Pupuk hayati unggulan nasional Petani

(Kontrol) Remicr Agrimeth Biovam Probio Rata2

Biaya

Bahan 974.800 1.055.800 1.430.300 841.300 1.075.550 2.300.600

Upah 7.840.000 6.510.000 5.250.000 6.580.000 6.545.000 6.160.000

Jumlah 8.814.800 7.565.800 6.680.300 7.421.300 7.620.550 8.460.600

Pendapatan

Penerimaan 20.438.000 22.541.200 24.904.000 21.150.800 22.258.500 16.156.800

Keuntungan 11.623.200 14.975.400 18.223.700 13.729.500 14.637.950 7.696.200

R/C 2,32 2,98 3,73 2,85 2,92 1,91

Sumber: Data Primer (2013), diolah

Tanggapan Petani terhadap Pupuk Hayati

Tanggapan petani terhadap kondisi tanaman padi sawah pada saat fase vegetatif menunjukkan perbedaan pada masing-masing perlakuan pupuk hayati. Tanggapan petani terhadap perlakuan

Page 9: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Analisis Efektifitas dan Kelayakan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Baru terhadap Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar

107

Probio dan Biovam responden menyatakan baik sebesar 100% dan perlakuan Remicr responden menyatakan baik sebesar 75%, dan 25% responden menyatakan cukup. Pada pertumbuhan tanaman setelah memasuki fase generatif, sekitar 37,5% responden menyatakan baik pada Biovam, 25% responden menyatakan baik pada Remicr dan Probio, 12,5% responden menyatakan baik pada Agrimeth (Tabel 6). Tanggapan petani tersebut seiring dengan pencapaian produktivitas tertinggi berturut-turut pada aplikasi Biovam (6,35 t/ha), Agrimeth (5,86 t/ha), Probio (5,24 t/ha), Remicr (5,06 t/ha), dan pada petani kontrol (4,42 t/ha).

Tabel 6. Tanggapan petani terhadap pertumbuhan tanaman padi sawah setelah aplikasi pupuk hayati

di lokasi sampel, Kabupaten Majalengka, MK-II 2013

No. Tanggapan petani terhadap

PHUN Remicr Probio Agrimeth Biovam

A. Fase vegetatif (%)

1. Buruk sekali 0 0 0 0

2. Buruk 0 0 0 0

3. Cukup 25 0 37,5 0

4. Baik 75 100 62,5 100

5. Baik sekali 0 0 0 0

B. Fase generatif (%)

1. Buruk sekali 0 0 0 0

2. Buruk 0 0 0 0

3. Cukup 75 75 87,5 62,5

4. Baik 25 25 12,5 37,5

5. Baik sekali 0 0 0 0

Tanggapan petani terhadap kemudahan memahami/penguasaan teknologi pupuk hayati menunjukkan perbedaan pada masing-masing produk (Tabel 7). Pada produk pupuk hayati Agrimeth, Biovam, dan Probio, masing-masing responden 100%, 91,67% dan 75% responden menyatakan mudah memahami, sementara terhadap pupuk hayati Remicr dinyatakan agak sulit/ragu oleh 8,3% responden.

Tanggapan petani terhadap kemudahan aplikasi di lapangan menunjukkan perbedaan pada setiap produk pupuk hayati. Terhadap produk Agrimeth, Remicr, dan Probio dipandang oleh 87,5%, 75%, dan 62,5% responden cukup mudah diaplikasikan, dan dinyatakan mudah diaplikasikan oleh sekitar 37,5% responden terhadap produk Biovam, 25% responden terhadap produk Remicr dan12,5% responden terhadap produk Agrimeth.

Sementara itu, tanggapan petani terhadap potensi keuntungan akibat penerapan pupuk hayati, dinyatakan oleh 100% responden bahwa semua produk pupuk hayati (Remicr, Probio, Agrimeth, dan Biovam) memiliki potensi menguntungkan. Demikian pula potensi kemampuan petani untuk membeli pupuk hayati Remicr, Probio, dan Agrimeth, 100% responden menyatakan mampu/terjangkau dan sekitar 75% responden menyatakan mampu/terjangkau untuk membeli pupuk hayati Biovam. Terkait tanggapan petani terhadap potensi harga produk pupuk hayati Probio, Agrimeth dan Biovam, diharapkan oleh sekitar 75%-100% harga produk kurang/paling tinggi Rp10.000/kemasan, dan sekitar 25% responden yang tidak memberikan jawaban terhadap pupuk hayati Biovam. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran petani akan kesulitan mencari tenaga kerja (jasa tanam) untuk pekerjaan tambahan pencelupan bibit sebelum tanam, jika menggunakan pupuk hayati Biovam.

Page 10: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 108

Tabel 7. Tanggapan petani terhadap kinerja dan dampak aplikasi pupuk hayati pada usaha tani padi sawah di lokasi sampel Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, MK-II 2013 (%)

No. Uraian Remicr Probio Agrimeth Biovam

A. Pemahaman/penguasaan teknologi pupuk hayati

1. Mudah 91,67 75 100 100

2. Agak sulit/ragu 8,3 25 0 0

3. Sulit 0 0 0 0

B. Kemudahan aplikasi di lapangan

1. Sangat sulit 0 0 0 0

2. Sulit 0 0 0 0

3. Cukup mudah 75 75 87,5 62,5

4. Mudah 25 25 12,5 37,5

5. Sangat mudah 0 0 0 0

C. Potensi keuntungan penerapan pupuk hayati

1. Menguntungkan 100 100 100 100

2. Merugikan 0 0 0 0

D. Kemampuan membeli produk pupuk hayati

1. Mampu/terjangkau 100 100 100 75

2. Tidak mampu 0 0 0 25

E. Harapan tingkat harga produk pupuk hayati

1. <Rp10.000/kemasan 66,7 0 12,5 0

2. >Rp10.000/kemasan 33,3 100 87,5 75

3. Tidak menjawab 0 0 0 25

KESIMPULAN DAN SARAN

Produktivitas padi sawah (GKG) yang dihasilkan oleh petani peserta demonstrasi penggunaan Pupuk Hayati Unggulan Nasional (PHUN) di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat adalah pupuk hayati Biovam (5,66 t/ha), Agrimeth (5,12 t/ha), Probio (4,81 t/ha), Remicr (4,65 t/ha), dan pupuk konvensional petani (kontrol) 3,95 t/ha.

Kelayakan finansial penggunaan PHUN pada padi sawah tertinggi berturut-turut adalah pupuk hayati Biovam 3,73, Agrimeth 2,98, Probio 2,85, Remicr 2,32, dan petani (kontrol) R/C 2,19.

Tanggapan petani terhadap kondisi pertanaman padi sawah pada fase vegetatif terhadap kinerja teknis pupuk hayati Biovam dan Probio, dinyatakan baik oleh 100% responden, dan 75% responden menyatakan baik terhadap aplikasi pupuk hayati Remicr.

Tanggapan petani terhadap kemudahan aplikasi pemupukan, dinyatakan mudah oleh 37,5% responden terhadap pupuk hayati Biovam, 25% responden untuk pupuk hayati Remicr dan Probio, serta 12,5% responden terhadap pupuk hayati Agrimeth.

Tanggapan petani dalam hal prospek keuntungan jika pupuk hayati(Remicr, Probio, Agrimeth, dan Biovam) digunakan, 100% responden petani menyatakan akan menguntungkan. potensi kemampuan petani untuk membeli pupuk hayati Remicr, Probio, dan Agrimeth, 100% responden menyatakan mampu/terjangkau, dan sekitar 75% responden menyatakan mampu/terjangkau untuk membeli pupuk hayati Biovam. Dan tanggapan petani terhadap potensi harga produk pupuk hayati

Page 11: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Analisis Efektifitas dan Kelayakan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Baru terhadap Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Ikin Sadikin, Iskandar Ishaq, dan Nandang Sunandar

109

Probio, Agrimeth, dan Biovam, diharapkan oleh sekitar 75%-100% harga produk kurang/paling tinggi Rp10.000/kemasan

Diharapkan dalam jangka waktu tidak terlalu lama produk PHUN yang diujikan sudah dapat diperoleh petani pada kios atau agen sarana produksi setempat (di sekitar lokasi).

Seluruh produk pupuk hayati, terutama Agrimeth hendaknya di dalam kemasan dicantumkan tata cara penggunaan (aplikasi) dan peringatan bahaya untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S.J., M. Soepartini, A. Kusno, Mulyadi, dan W. Hartati. 1995. Teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah dan lahan kering. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan Untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia di Palu 17-20 Januari 1995.

Agus, F., D. Setyorini, dan A. Dariah. 2008. Pelestarian sumberdaya lahan tanaman padi. hlm. 221-249. Dalam Suyamto et al. (eds.) Buku I Padi: Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan. Balai Besar Penelitian

Tanaman Padi. Subang.

Agus, F. dan A. Mulyani. 2006. Judicious use of land resources for sustaining Indonesian rice self sufficiency. Proceedings International Rice Conference, 12-14 Sept. Denpasar, Bali. Indonesian Institute of Rice Research, Sukamandi.

Antonius, S. dan D. Agustiyani. 2011. Pengaruh pupuk organik hayati yang mengandung mikroba bermanfaat terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman semangka serta sifat biokimia tanahnya pada percobaan lapangan di Malinau-Kalimantan Timur. Berk. Penel. Hayati (16):203-206.

Arifin, J. Juniawan. 2012. Pengaruh Pupuk Hayati dan Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bandung.

Ashari, S 2006, Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Bachrein, S., I. Ishaq, Muhamad dan A. Dimyati. 1997. Perakitan teknologi sistem usaha tani pisang pada lahan kering Kecamatan Cibinong, Cianjur. Dalam: Bachrein et al. 1997 (eds.). Monograf No. 001 Sistem Usaha Tani Berbasis Pisang pada Lahan Kering di Jawa Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang, Badan Litbang Pertanian. Jawa Barat. Bandung. hlm. 1-32.

Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

BPS, Jawa Barat. 2013. Jawa Barat dalam Angka Tahun 2012. BPS Jawa Barat. Bandung.

Danapriatna, N dan T. Simarmata. 2011. Viabilitas pupuk hayati penambat nitrogen (Azotobacter dan Azospirillum) ekosistem padi sawah pada berbagai formulasi bahan pembawa. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 3(1):2011.

Guslim, 2007. Agroklimatologi. USU Press. Medan.

Ishaq, I. 2011. Konsumsi dan strategi pemenuhan kebutuhan beras pada 2015 di Jawa Barat. Dalam Sumarno et al. (eds.): IPTEK Tanaman Pangan 6(2):217-229.

Ishaq, I dan S. Ramdhaniati. 2009. Petunjuk Teknis Display Varietas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Badan Litbang Pertanian. hlm. 6-7.

Katupitya, S., and K. Vlassak. 1990. Colonization of wheat roots by Azospirillum brasilense. In: Organic recycling in Asia and the Pacific. Rapa Bull. 6:8.

Mashar Ali Zum, 2000. Teknologi Hayati Bio P 2000 Z sebagai upaya untuk memacu produktivitas pertanian organik di lahan marginal. Makalah disampaikan pada Lokakarya dan Pelatihan Teknologi Organik di Cibitung 22 Mei 2000.

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara Jakarta, bekerja sama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saraswati, R. 2000. Peranan pupuk hayati dalam peningkatan produktivitas pangan. hlm. 46-54. Dalam Suwarno et al. (eds.): Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Page 12: EFEKTIVITAS DAN KELAYAKAN PUPUK HAYATI UNGGULAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS_2014_MP_03_SET_Ikin.pdf · petani terhadap kinerja teknis pupuk pada kondisi fase

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 110

Simanungkalit, R.D.M. 2000. Apakah pupuk hayati dapat menggantikan pupuk kimia? hlm. 33-45. Dalam: Suwarno et al. (eds.): Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.

Simarmata, T. 1994. Prospek pemanfaatan bioteknologi tanah (Azotobacter sp. dengan pupuk kandang) dalam meningkatkan produktivitas lahan marginal Ultisol dengan indikator tanaman tomat (Lycopersicon esculentum). J. Agrikultura 5 (1) : 60–74

Suhartatik, E. dan R. Sismiyati. 2000. Pemanfaatan pupuk organik dan agen hayati pada padi sawah. hlm. 81-98. Dalam: Suwarno et al. (eds.). Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.

Sumarno dan Suyamto. 2008. Budidaya padi ramah lingkungan dan berkelanjutan. hlm. 360-387. Dalam Suyamto et al. (eds.) Buku I Padi: Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang.

Wahid, A.S. 2003. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen pada padi sawah dengan metode bagan warna daun. Jurnal Litbang Pertanian 22(4).

Young, C.C., T.C. Juang, and C.C. Chao. 1989. Effect of rhizobium and vesicular arbuscular mycorrhizae inoculation on nodulation, symbiotic nitrogen fixation, and soybean yield in subtropical field. Biol. Fertil. Soils (6):165-169.

Yuwono, N.W. 2007. Kesuburan dan produktivitas tanah sawah. http://nasih.wordpress.com/2010/06/07/ permentan-no-28-th-2009-pupuk-organikpupukhayati (14 September 2013.).