EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK...
-
Upload
uofaunsada -
Category
Data & Analytics
-
view
684 -
download
3
Transcript of EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU
(PERIODE 2012 – 2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademik Dan
Melengkapi Sebagian Dari Syarat – Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Oleh
FARAS DARA ISLAMIA
2011420041
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
v
ABSTRAK
NIM : 2011420041, Judul Skripsi :EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA JAKARTA
CAKUNG SATU (PERIODE 2012-2014),
Jumlah Hal : xii + 56 Hal
Kata Kunci : PTKP, Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Penerimaan Pajak
Penelitian ini membahas tentang perubahan PTKP dapat berdampak
signifikan bagi wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu,
mengetahui apakah dengan perubahan PTKP meningkatkan jumlah penerimaan
pajak pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu, serta mengetahui kendala dan
upaya yang dihadapi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan PTKP meningkatkan wajib
pajak orang pribadi hingga 82,10%, dengan begitu terjadi suatu peningkatan
penerimaan pajak orang pribadi pada tahun 2012 sebesar Rp 3.776.095.581,
kemudian pada tahun 2013 mengalamipenurunansebesar Rp 3.613.502.797, dan
tahun 2014 sebesar Rp 4.334.325.098.
Upaya yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Cakung Satu dalam
perubahan PTKP sudah dikatakan efektif, sebab sudah melakukan banyak upaya
diantaranya lebih memeratakan atau adil kepada wajib pajak, mengejar
penerimaan serta bersosialisasi kepada masyarakat.
Daftar Acuan : (2007-2014)
Jakarta, Juni 2015
Faras Dara Islamia
vi
KATA PENGANTAR
Bismil-laahir-rahmanir-raahiim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi syarat
mencapai gelar sarjana jenjang strata satu (S1) di Universitas Darma Persada.
Adapun judul dari penulisan ini adalah “Efektivitas Dampak Perubahan
Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi Pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.”
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Untuk kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan doa, dukungan,
perhatian dan segala pengorbanan yang tak ternilai kepadaku untuk kelancaran
penulisan skripsi ini
2. Bapak Sukardi H. Sentono, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Darma Persada
3. Bapak Ahmad Basyid Hasibuan, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Darma Persada
4. Ibu Atik Isniawati, SE, AK, M.Si selaku Dekan II Fakultas Ekonomi
5. Ibu Dra. Sri Ari Wahyuningsih, MM.selaku Pembimbing Akademik
vii
6. Bapak Masdar, SE, Ak., M.Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan skripsi ini
7. Dan terima kasih untuk KPP Pratama Jakarta Cakung Satu, kepada bagian
Pengolah data danInformasi (PDI) yang sudah membantu saya selama riset.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan semoga kritik dan saran
yang bersifat membangun dapat bermanfaat bagi penulisan di masa yang akan
mendatang.
Jakarta, Juni 2015
Penulis
Faras Dara Islamia
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL SKRIPSI ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Perpajakan
2.1.1 Definisi Pajak ................................................................. 7
2.1.2 Fungsi Pajak ................................................................... 9
2.1.3 Tata Cara Pemungutan Pajak ....................................... 10
2.1.4 Asas Pemungutan Pajak ............................................... 12
2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ............................................ 13
2.1.6 Jenis-jenis Pajak .......................................................... 14
2.2 Tinjauan Wajib Pajak
2.2.1 Definisi Wajib Pajak ................................................... 17
2.2.2 Kewajiban Wajib Pajak ............................................. 17
2.2.3 Hak Wajib Pajak ......................................................... 19
ix
2.2.4 Jenis Wajib Pajak ....................................................... 21
2.2.5 Konsep Pajak Penghasilan ........................................... 22
2.2.6 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi ....................... 24
2.3 Tinjauan PTKP
2.3.1 Definisi PTKP .............................................................. 25
2.3.2 Manfaat PTKP bagi WP ............................................. 26
2.3.3 PTKP untuk Subjek Pajak Orang Pribadi ................... 27
2.3.4 Waktu penentuan besarnya PTKP .............................. 28
2.4 Tinjauan Perubahan PTKP
2.4.1 Perubahan PTKP ......................................................... 28
2.4.2 Alasan Perubahan PTKP ............................................ 29
2.5 Tinjauan Efektivitas
2.5.1 Definisi Efektivitas ..................................................... 30
2.5.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ................................ 31
2.6 Kerangka Berpikir ................................................................. 32
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 33
3.2 Jenis Data ............................................................................. 33
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................... 33
3.4 Metode Analisis Data ........................................................... 34
BAB IV : HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah singkat KPP Pratama Jakarta Cakung Satu ... 36
4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu ...... 37
4.1.3 Tujuan KPP Pratama Jakarta Cakung Satu .................. 38
4.1.4 Aspek KPP Pratama Jakarta Cakung Satu ................... 39
4.1.5 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu ..... 40
x
4.1.6 Tugas Secara Umum .................................................. 41
4.1.7 Deskripsi Data ............................................................ 44
4.2 Analisis Data
4.2.1 Efektivitas perubahan PTKP terhadap WPOP ........... 45
4.2.2 Efektivitas perubahan PTKP terhadap Penerimaan
Pajak Orang Pribadi ............................................................ 47
4.2.3 Kendala dan Upaya dalam Perubahan PTKP ............. 49
4.3 Interprestasi Hasil ............................................................... 50
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 52
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 54
5.2 Saran ..................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 56
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Tarif Pajak Berdasarkan UU NO. 36 Tahun 2008 ............... 24
TABEL 2.2 Penyesuaian Perubahan PTKP ............................................. 29
TABEL 3.1 Interprestasi Nilai Efektivitas ............................................... 35
TABEL 4.1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012 – 2014 ...... 44
TABEL 4.2 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012-2014 ... 45
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran ........................................................... 32
GAMBAR 2 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu ...... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara adalah suatu wilayah yang kekuasaannya di atur oleh Pemerintah,
untuk dapat membentuk suatu pemerintahan di negara haruslah membutuhkan
biaya yang tidak sedikit dan salah satu sumber pembiayaan negara yang sangat ciri
khas adalah Pajak. Pajak merupakan salah satu cara mudah untuk meningkatkan
pendapatan negara yang paling besar, yang akan dipergunakan untuk pembiayaan
yang masyarakat butuhkan seperti halnya pengeluaran pemerintah atas barang serta
jasa.
Warga negara wajib menunjukan peranan serta di dalam pembiayaan
pemerintah demi terlaksananya kepemerintahan dan pembangunan negara. Pada
dasarnya pajak untuk mensejahterakan masyarakat, baik yang mampu maupun yang
tidak mampu, hal ini dapat terlihat dari teori awal perpajakan, bahwa saat seorang
wajib pajak membayarkan pajak, berapapun jumlahnya itu tidaklah terhenti sampai
disitu saja, itu merupakan proses awal yang bermanfaat untuk kehidupan banyak
orang.
Pajak secara sederhana memang dapat dikelompokkan sebagai pajak
langsung dan pajak tidak langsung dengan kata lain pajak ini harus menanggung
bebannya sendiri bagi wajib pajak tidak boleh bebannya itu ditanggungkan kepada
orang lain. Pajak langsung ini meliputi, pajak pendapatan orang pribadi, pajak
pendapatan perusahaan, dan Pajak Bumi dan Bangunan. Sedangkan Pajak tidak
2
langsung bebannya dapat ditangguhkan kepada orang lain, dapat dilihat yaitu
meliputi Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Pertambahan Nilai, Bea
Materai, Cukai, Bea Impor dan Ekspor (Irena Szarowska : 2013).
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan seseorang yang
memiliki suatu penghasilan yang menjadi kewajiban yang harus dibayarkan bagi
wajib pajak orang pribadi (WPOP) dan badan yang berkaitan dengan penghasilan
yang diperoleh atau diterima. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah
besarnya jumlah suatu penghasilan yang diterima bagi wajib pajak orang pribadi,
atau apabila penghasilan bersih wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan
dengan jumlahnya dibawah PTKP itu tidak akan dikenakan Pajak Penghasilan dan
apabila perannya sebagai pegawai maupun penerima penghasilan sebagai objek
PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh
Pasal 21. Dengan melihat peraturan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
tahun 1983 tentang penghasilan, yang telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 telah di tetapkan besarnya Penghasilan Tidak Kena
Pajak (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008).
Penghasilan Tidak Kena Pajak telah diterapkan memiliki suatu nilai yang
tidak dapat berubah-ubah atau nilai tersebut dapat dikatakan tetap. Dari awal tahun
1983 sampai dengan perubahan PTKP terakhir tahun 2013 batasan penghasilan
yang terus-menerus mengalami suatu perubahan. Penerapan besarnya perubahan
PTKP telah disesuaikan dengan perkembangan didalam dunia ekonomi yang
semakin lama mengalami peningkatan yang sangat pesat. Yang telah kita ketahui
3
bahwa PTKP sangatlah berhubungan langsung dengan biaya hidup masyarakat
(Wajib Pajak), dengan berkurangnya Pajak Penghasilan masyarakat dapat
menikmati penghasilannya lebih banyak. Hal tersebut dapat memberikan suatu
peningkatan pemasukan untuk jenis pajak lainnya seperti Pajak Pertambahan Nilai
dan pajak atas bunga dari tabungan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak diatur dalam pasal 7 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan. Pada awal Januari 2013 pemerintah telah
menerapkan perubahan batas PTKP yang semula sebesar Rp 15.840.000 kini
berubah menjadi Rp 24.300.000/tahun untuk wajib pajak orang pribadi atau dapat
dibayarkan sebesar Rp 2.025.000/bulan untuk Wajib Pajak yang belum menikah.
Sedangkan tanggungan yang awalnya sebesar Rp 1.320.000 kini menjadi Rp
2.025.000/bulan untuk satu orang tanggungan dengan maksimal 3 tanggungan (Ni
Ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan : 2011).
Perubahan PTKP banyak menimbulkan dampak bagi wajib pajak orang
pribadi. Hal tersebut sangat baik demi meringankan suatu pendapatan yang timbul
dikalangan menengah kebawah. PTKP sangat berhubungan langsung dengan biaya
hidup orang pribadi yang memiliki penghasilan, berkurangnya Pajak Penghasilan
dapat diharapkan membuat wajib pajak menikmati lebih banyak penghasilannya.
Akan tetapi bagi negara dapat menurunkan suatu penerimaan negara dari Pajak
Penghasilan orang pribadi.
Jadi, PTKP dapat dikatakan sebagai keringanan yang diberikan pemerintah
kepada wajib pajak yang memiliki penghasilan rendah. Namun keringanan ini harus
4
dapat dipertimbangkan dengan baik, karena hal ini dapat menompang kehidupan
masyarakat ataupun wajib pajak khususnya kalangan menengah bawah.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dalam penulisan skripsi ini dengan judul “EFEKTIVITAS
DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
PADA KPP PRATAMA JAKARTA CAKUNG SATU”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, permasalahan dalam
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berdampak
signifikan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu ?
2. Apakah dengan perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dapat
meningkatkan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Cakung Satu ?
3. Adakah kendala dan upaya yang dihadapi setelah perubahan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Cakung Satu ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis dampak signifikan Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Cakung Satu.
2. Mengetahui dengan perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
dapat meningkatkan Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Cakung Satu.
3. Dan mengetahui kendala dan upaya yang dihadapi setelah perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Cakung Satu.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang antara lain
sebagai berikut :
1. Teoristis
Sebagai bahan masukan bagi pembaca lain maupun dapat dijadikan
sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut sehubungan dengan masalah
yang dibahas dan dapat memperluas wawasan pembaca tentang Efektivitas
Dampak Perubahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
6
2. Praktis
Sebagai bahan kajian tambahan untuk pengetahuan dalam bidang
perpajakannya agar dapat lebih memahami lebih jauh tentang
penghasilan kena tidak kena pajak.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Perpajakan
2.1.1 Definisi Pajak
Pada dasarnya pajak merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh
masyarakat demi terciptanya suatu kelangsungan hidup yang lebih baik serta untuk
suatu pembiayaan negara dan pembagunan nasional. Maka pengertian pajak adalah
berupa sumbangan dari masyarakat untuk kas negara yang dipungut berdasarkan
suatu ketentuan perpajakan yang memang sudah diberlakukan oleh negara dan
dipaksakan secara langsung yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara demi mensejahterakan masyarakat. Adapun macam-macam definisi tentang
pajak menurut para ahli diantaranya :
Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Pasal 1 (1) Tahun 2007
tentang ketentuan cara perpajakan:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
ataupun badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Definisi Pajak menurut Prasetyono (2007):
8
“Pajak secara umum adalah pembayaran berupa uang kepada pembendaharaan
negara ataupun daerah yang dapat dikenakan atas wajib pajak sesuai dengan
peraturan yang sudah diterapkan Undang-Undang perpajakan, yang imbalannya
dari negara dan daerah yang bersifat umum dan menyeluruh, serta tidak dapat
dipisahkan secara khas untuk masing-masing pembayarannya, akan tetapi
pemungutannya dapat dipaksakan apabila wajib pajak di membayarkan
kewajibannya”.
Pengertian Pajak menurut Resmi (2008:20):
“Pajak adalah suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada
negara yang terutang oleh pribadi maupun badan yang sifatnya memaksa dan wajib
untuk dibayarkan. Berdasarkan dengan UU wajib pajak patut untuk membayakan
sebab pembayaran pajak dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
digunakannya sebagai keperluan negara yang pada akhirnya untuk kemakmuran
rakyat”.
Menurut P.J.A Adriani dalam Waluyo (2011:2):
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari Definisi tersebut, dapat diuraikan beberapa ciri-ciri pajak menurut Resmi
(2014:2) antara lain :
9
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta
aturan pelaksanaanya;
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah;
3. Pajak dipugut oleh negara, baik pemerintahan pusat maupun pemerintah
daerah;
4. Pajak diperuntuhkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai
public investment.
2.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Resmi (2010:1) Terdapat dua fungsi pajak yaitu:
1. Pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan negara, sebagai pembiayaan
pengeluaran rutin maupun untuk pembangunan;
2. Dan pajak sebagai pengatur, melaksanakan suatu kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi agar lebiih makmur dan sejahtera.
Fungsi pajak menurut Aristanti Widyaningsih (2011:3) terdapat lima
fungsi pajak yaitu :
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber pendanaan yang untuk pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN, pajak merupakan
sumber penerimaan dalam negara.
2. Fungsi Mengatur (Regulator)
10
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur maupun melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Seperti PPnBM untuk barang-
barang mewah, hal ini diterapkan pemerintah dalam upaya mengatur agar
tingkat konsumsi barang mewah dapat dikendalikan.
3. Fungsi Stabilitas
Fungsi ini berhubungan langsung dengan kebijakan untuk menjaga
stabilitas harga, sehingga laju inflasi dapat meningkat.
4. Fungsi Retistribusi
Dalam fungsi ini lebih terlihat bahwa unsur pemerataan dan keadilan
dalam masyarakat, karena adanya suatu lapisan tarif dalam pengenaan
pajak.
5. Fungsi Demokrasi
Dan fungsi pajak yang terakhir ini lebih mengarah kepada demokrasi yang
merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi ini berkaitan dengan
tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat untuk membayar pajak.
Dari fungsi pajak dapat disimpulkan bahwa pajak dapat dikatakan alat
untuk menentukan suatu perekonomian, pajak memiliki kegunaan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.1.3 Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2011:160) mengemukakan tentang tata cara
pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel adalah sebagi berikut:
1. Stelsel Nyata (Rill Stelsel)
11
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan), yang nyata,
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui,
kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis.
Kelemahannya adalah pajak baru dapat pada akhir periode (setelah
penghasilan rill diketahui).
2. Stelsel Anggapan (Fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang, sebagai contoh penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya sehingga awal tahun pajak telah dapat
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan
yang sesungguhnya.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan
yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar
dari pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah
kekurangan. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil maka
kelebihannya dapat diminta kembali.
12
2.1.4 Asas Pemungutan Pajak
Asas adalah suatu yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan
suatu masalah perpajakan. Permasalahan perpajakan seperti pemungutan pajak
yang dikenakan atas harta, kekayaan maupun penghasilan seseorng atau badan.
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penyusunan Undang-Undang dan peraturan
perpajakan, dapat diperhatikan beberapa asas pemungutan pajak. Asas pemungutan
pajak yang dikenal salah satunya adalah teori “Four Common of taxation” atau “
The four maxims” yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya yaitu “An
inquiry in to the natureand Cause of thewealth of Nations”, yaitu :
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan)
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Tidak di wajibkan bagi wajib
pajak yang tidak mampu membayar pajak, jika kita membayar pajak
kepada negara maka negara akan memberikan manfaat kepada masyarakat.
2. Asas Certainty (asas kepastian hukum)
Pemungutan pajak harus dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang. Namun pajak bukanlah suatu asumsi akan tetapi pajak untuk
kepastian yang dapat memungutnya dengan kepastian berapa yang harus
dipungut dan dibayarkan oleh Wajib Pajak.
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak tepat waktu)
Pemungutan pajak harus dilakukan saat yang tepat, tidak menyulitkan bagi
wajib pajak. seperti wajib pajak menerima suatu penghasilan berupa
hadiah, pada saat itulah saat yang tepat untuk memungut pajak.
13
4. Asas Economy (asas ekonomis)
Biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak yang
diharapkan seminimum.
2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Resmi (2014:11) sistem pemungutan pajak yang terdiri dari 3
yaitu :
1. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewarganegaran aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan Undang-undang.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian
berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada aparatur perpajakan.
2. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajak yang terhutang setiap tahunnya sesuai
dengan ketentuan yang sudah diterapkan Undang-undang. Dalam sistem
ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dam memungut pajak sepenuhnya
berada di tangan wajib pajak. wajib pajak dianggap mampu memahami
Undang-Undang perpajakan yang sedang berlaku, dam mempunyai
14
kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar
pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk.
a. Menghitung sendiri pajak yang terutang;
b. Menghitungkan sendiri pajak yang terutang;
c. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;
d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang; dan
e. Mempertanggung jawabkan pajak yang terutang.
3. Withholding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan
lainnya untuk memotong serta memungut pajak, menyetor, dan
mempertanggung jawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada pihak ketiga yang ditunjuk.
2.1.6 Jenis – Jenis Pajak
Pembagian pajak dapat dilihat dari siapa yang menanggung pajak, lembaga
yang memungut, dan sifatnya.
1. Berdasarkan pihak yang menanggung
a. Pajak Langsung (Direct Tax)
15
Pajak yang dikenakan secara langsung kepada orang pribadi atau
Badan yang tidak bisa dibebankan kepada pihak lain. Pajak langsung
hanya dibebankan terhadap orang pribadi. Contohnya Pajak
Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)
Beban pajak yang dipikul orang pribadi dapat di bebankan atau
dilimpahkan, baik secara keseluruhan maupun sebagian kepada pihak
lain. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan dan Cukai.
Penulis dapat simpulkan bahwa pembagian pajak berdasarkan pihak yang
menanggung di bagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.
Pajak langsung adalah suatu pembebanan yang tidak dapat di tangguhkan kepada
orang lain ataupun badan, sedangkan pajak tidak langsung pajak ini dapat
dilimpahkan oleh orang lain.
2. Berdasarkan lembaga pemungut
a. Pajak Negara
Pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat. Pajak
ini meliputi pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan
jasa serta pajak penjualan atas barang mewah.
b. Pajak Daerah
Pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah, baik
pemerintah daerah tingkat l maupun pemerintah daerah tingkat ll.
Pajak daerah ini digunakan membiayai pembangunan daerah. Pajak
16
daerah mini meliputi pajak reklame, pajak kendaraan bermotor, pajak
hiburan.
Dari kedua jenis pajak berdasarkan lembaga pemungut, penulis simpulkan
bahwa, pajak negara yang dipungut oleh pemerintah adalah Direktorat Jenderal
Pajak. Sedangkan pajak daerah adalah yang dipungut oleh pemerintah daerah saja.
3. Berdasarkan sifatnya
a. Pajak Subjektif
Pajak yang pengenaannya hanya berfokus terhadap subjeknya saja
(Wajib Pajak). Contohnya pajak penghasilan yang didalam PPh
terdapat wajib pajak orang pribadi yang pengenaannya dapat dilihat
dari keadaan wajib pajaknya dan Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Pajak Objektif
Pajak yang pengenaannya hanya dilihat dari objeknya saja baik berupa
benda, keadaan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan kewajiban
membayar pajak, tanpa harus memperhatikan keadaan wajib pajak.
Contohnya Pajak Pertambahan Nilai, Pajak atas Penjualan Barang
Mewah.
Dari kedua jenis pajak berdasarkan sifatnya, penulis simpulkan bahwa
pajak subjek hanya melihat wajib pajaknya saja sebagai pegenanaanya. Sedangkan
pajak objek yang berhubungan dengan subjek pajaknya dengan memperhatikan
wajib pajaknya itu sendiri.
17
2.2 Tinjauan Wajib Pajak
2.2.1 Definisi Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi ataupun badan, yang meliputi
pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang memiliki hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
Pengertian Wajib Pajak Menurut Pasal 1 ayat 1 UU KUP:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang memepunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa definisi wajib pajak adalah seseorang
yang memiliki suatu penghasilan yang harus wajib pajak bayarkan sebagai suatu
kewajiban wajib pajak untuk memenuhi peraturan yang sudah diterapkan oleh
Undang-Undang.
2.2.2 Kewajiban Wajib Pajak
Dalam melakukan rutinitas pembayaran pajak, terdapat 8 kewajiban untuk
wajib pajak yang harus dipenuhinya berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 diantaranya sebagai berikut :
1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan
18
kepadanya diberikan Nomor Pokok wajib pajak, apabila telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif.
2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan
tempat tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak.
3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
bahas Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan
mata uang rupiah, serta menandatangani dan menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tepat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau
tempat lain yang ditetapkan oleh Diketur Jenderal Pajak.
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan SSP
ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undang perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak.
7. Menyelenggarakan pembukan bagi wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan,
19
dan melakukkan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
8. Dilihat sub bagian yaitu :
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib
pajak, atau objek yang terutang pajak;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.
2.2.3 Hak-Hak Wajib Pajak
Hak-hak wajib pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007:
1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 Surat Pemberitahuan Masa.
2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan kriteria
tertentu.
3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Pajak Penghasilan untuk
paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak.
4. Membetulakn Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pertanyaan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
20
6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat
Keputusan Keberatan.
8. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
9. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat
Keputusan Keberatan.
10. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
11. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa
bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam
21
hal wajib pajak menyampaikan pembetulan SPT Pajak Penghasilan
sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus
dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka
waktu 1 tahun setelah berlakunya UU No.28 Tahun 2007.
2.2.4 Jenis Wajib Pajak
1. Wajib Pajak Pribadi
Wajib pajak adalah orang pribadi, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan Sesuai dengan sistem self assessment, wajib pajak mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan
pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.
Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib pajak orang
pribadi yang wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah :
a. Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
b. Orang Pribadi yang tidak menjalakan usaha atau pekerjaan bebas,
yang memeperoleh penghasilan diatas PTKP wajib mendaftarkan diri
paling lambat akhir bulan berikutnya;
c. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup
terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
22
d. Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai
tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib
mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggalnya, juaga diwajibkanmendftarkan diri ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan :
2. Wajib Pajak Badan
Menurut Undang-Undang Perpajakan 2008, Badan adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap.
2.2.5 Konsep Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan merupakan suatu pajak subjektif sehingga untuk dapat
mengenakan Pajak Penghasilan, yang pertama kali akan dilihat yaitu bagaimana
kondisi subjeknya, selain itu dapat dilihat apakah objek yang dimilikinya
merupakan objek pajak yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak Penghasilan.
Pajak yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak atas suatu yang diterima maupun
diperolehnya dalam Tahun Pajak guna menambah penerimaan Negara. Ada
23
macam-macam konsep dari Pajak Penghasilan menurut para ahli diantaranya
adalah:
Pengertian Pajak Penghasilan menurut Resmi (2008):
“Pajak Penghasilan adalah suatu kontribusi yang diwajibkan kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima wajib pajak dalam negeri yang dapat dipakai konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan bentuk apapun dengan merujuk
pada Undang-undang Pajak Penghasilan sebagimana telah diubah beberapa kali dan
terakhir dengan UU Nomor 36 tahun 2008”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 46 (2009):
“Pajak Penghasilan adalah pajak dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan”.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 bahwa Subjek Pajak
adalah :
1. Orang Pribadi
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
belum berhak yaitu ahli waris.
2. Badan dan bentuk usaha tetap
Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang diperlukan perpajakan
dipersamakan dengan subjek pajak badan.
3. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek
pajak luar negeri :
a. Subjek Pajak Dalam Negeri :
24
Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Subjek Pajak Luar Negeri :
Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
2.2.6 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Pajak Penghasilan dihitung dengan mengurangkan penghasilan yang
merupakan objek pajak Penghasilan dengan biaya yang dikenakan oleh Undang-
Undang Pajak Penghasilan. Hal tersebut dapat di jelaskan melalui peraturan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yaitu sebagai berikut :
TABEL 2.1
Tarif Pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 s/d 500.000.000 25%
Diatas Rp 50.000.000 30%
25
2.3 Tinjauan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
2.3.1 Definisi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah pengurang dari penghasilan bersih
wajib pajak yang dapat menstabilkan kebutuhan hidup wajib pajak, agar kehidupan
wajib pajak dapat terpenuhi dengan baik. Akan tetapi jika penghasilan bersih wajib
pajak orang pribadi jumlahnya dibawah rata-rata PTKP maka itu tidak dikenakan
Pajak Penghasilan. Adapun definisi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut
para ahli diantaranya adalah:
Pengertian Penghasilan Tidak Kena Pajak menurut Resmi (2014:96):
“Penghasilan Tidak Kena Pajak merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak
dikenakan pajak. Untuk menghitung besarnya PTKP wajib pajak orang pribadi
dalam Negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah PTKP”.
Definisi Penghasilan Tidak Kena Pajak menurut Djoko Muljono
(2009:191) :
“Batasan penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi yang menentukan perlu
tidaknya atas penghasilan wajib pajak perseorangan dikenakan pajak penghasilan”.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan
perpajakan:
“Dalam penghitungan penghasilan kena pajak wajib pajak orang pribadi, ada
bagian dari penghasilan kena pajak tersebut yang tidak boleh dikenakan pajak, atau
biasa disebut sebagai Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)”.
26
2.3.2 Manfaat PTKP bagi Wajib Pajak
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) memiliki manfaat bagi wajib pajak
khususnya untuk wajib pajak orang pribadi, akan manfaat ini tidak dapat dimiliki
oleh wajib pajak badan seperti CV, yayasan,lembaga, dan badan lain, sesuai dengan
Pasal 7 UU Pajak Penghasilan.
Manfaat yang dapat diperoleh wajib pajak orang pribadi antara lain :
1. Mengurangi Pajak yang harus dibayar WPOP;
2. Memberikan lebih banyak penghasilan dapat dibawa pulang kepada
WPOP;
3. Mengurangi biaya hidup, dikarenakan setiap ada tanggungan berupa kawin
atau menikah, memiliki anak dan tanggungan karena hubungan keluarga
bertambah maka PTKP akan bertambah dengan maksimal 3 tanggungan
seperti sedarah lurus satu derajat (Ayah, ibu, anak kandung), sedarah ke
samping satu derajat (Saudara kandung), semenda lurus satu derajat
(mertua, anak tiri), dan semenda ke samping satu derajat (Saudara Ipar).
Tanggungan anak kandung yang memperoleh PTKP adalah anak yang
belum dewasa, dengan demikian, meskipun anak tersebut telah memiliki
penghasilan sendiri dalam menghitung PTKP tetap diperhitungkan sebagai
tanggungan Wajib Pajak (orang tuanya). Menurut Undang-undang pajak adalah
anak yang belum berusia 18 tahun dan belum menikah. Penghasilan anak yang
telah dewasa akan dikenakan pajak tersendiri, dan tidak lagi diperhitungkan sebagai
tanggungan dalam menghitung besarnya PTKP.
27
2.3.3 Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk Subjek Pajak Orang Pribadi
Bagi wajib pajak orang pribadi (WPOP), untuk mendapatkan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) harus dikurangi terlebih dahulu dari penghasilan neto
suatu PTKP. Besarnya PTKP dapat disesuaikan dengan keadaan keluarga menurut
Undang-undang ketentuan Pasal 6 ayat (3) tentang Pajak Penghasilan. Penerapan
PTKP ditentukan oleh keadaan pada waktu awal tahun pajak yang dilaporkan pada
1 Januari, sehingga awal tahun tersebut sebagai dasar CUT OFF dengan periode
pajak berikutnya. Besar PTKP yang diperoleh adalah sebagai berikut ;
1. Rp 24.300.000,- untuk wajib pajak orang pribadi;
2. Rp 2.025.000.00,- tambahan untuk wajib pajak yang sudah kawin;
3. Rp 24.300.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami;
4. Rp 2.025.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah (ayah,
ibu, dan anak kandung) dan semenda (mertua dan anak tiri), dalam garis
keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak tiga orang untuk setiap keluarga.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012
tentang penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang mulai berlaku
pada 1 Januari 2013, bagi wajib pajak orang pribadi dalam menjalankan kewajiban
PPh Pasal 21 dan PPh orang pribadi, dalam menghitung Pajak Penghasilan 21
besarnya PTKP maksimal Rp 32.400.000, sedangan dalam menghitung Pajak
Penghasilan 21 besarnya PTKP maksimal Rp 32.400.000, sedangkan dalam
28
menghitung PPh orang pribadi besarnya PTKP maksimal menjadi Rp 56.700.000
untuk wajib pajak dengan status K/I/3.
2.3.4 Waktu Penentuan Besarnya PTKP
Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalalm bagian
tahun takwim, besarnya PTKP berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian
tahun takwim yang bersangkutan. Contohnya kasus, pada tanggal 1 Januari 2014
Wajib Pajak X berstatus kawin dengan tanggungan 1 orang anak. Apabila pada
tanggal 1 Mei 2014 lahir anak yang kedua, besarnya PTKP yang diberikan kepada
Wajib Pajak X untuk tahun 2014 tetap dihitung berdasarkan status K/1.
K/1 = Rp 24.300.000,- + Rp 2.025.000,- + Rp 2.025.000,-
= Rp 28.350.000,-
Dengan demikian PTKP yang selanjutnya dikurangi dengan penghasilan
yang telah diakumulasikan dalam satu tahun dikurangkan dengan Rp 28.350.000,-,
setelah itu dikenakan tarif.
2.4 Tinjauan Perubahan PTKP
2.4.1 Perubahan PTKP
Perubahan PTKP dapat dilihat dari Pasal 7 Undang-undang mengenai
Pajak Penghasilan. Pada bulan Oktober 2012 Pemerintah telah menerbitkan
peraturan PMK-162/PMK.011/2012 tentang penyesuaian besarnya tarif PTKP,
yang telah diberlakukan pada tanggal 1 januari 2013. Penyesuaian perubahan dari
PTKP dapat dilihat pada tabel berikut :
29
TABEL 2.2
Penyesuaian Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Keterangan Pasal 7 UU No.36
Tahun 2008 (mulai
berlaku 1 Jan 2009)
PMK.
162/PMK.011/2012
(mulai berlaku 1 januari
2013)
Wajib Pajak Rp 15.840.000 Rp 24.300.000
WP Kawin Rp 1.320.000 Rp 2.025.000
(+) istri yang memperoleh
penghasilan di gabung dengan
penghasilan suami
Rp 15.840.000 Rp 24.300.000
(+) anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis keturunan
lurus tanggungan (maks 3)
Rp 1.320.000 Rp 2.025.000
Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang
tua, mertua, anak kandung, atau anak angkat diberikan tambahan PTKP untuk
paling banyak 3 orang. Anggota keluarga tersebut dapat menjadi tanggungan
sepenuhnya apabila tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya
ditanggung oleh wajib pajak.
2.4.2 Alasan Perubahan PTKP
Alasan pemerintah merubah Penghasilan Tidak Kena Pajak diantaranya
yaitu sebagai berikut :
1. Standar Biaya Hidup
30
Standar biaya hidup selalu keterkaitan dengan PTKP, sebab setiap orang
pribadi yang telah menerima penghasilan melewati PTKP wajib baginya
untuk membayar Pajak Penghasilan ke kas Negara. Adanya perubahan
PTKP ini diharapakan untuk meringankan beban hidup rakyat, agar
mereka dapat menikmati penghasilan yang diperolehnya ditengah
kenaikan biaya hidup.
2. Kondisi Perekonomian Indonesia
Kondisi Perekonomian Indonesia memanglah tidak kondusif inilah salah
satu alasan Pemerintah merubah tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak.
3. Menambah Jumlah Wajib Pajak
Dengan perubahan jumlah wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan,
dapat meningkatkan standar hidup serta perekonomian Indonesia,
peningkatan penghasilan masyarakat yang merupakan objek dari
penambahan jumlah wajib.
4. Peningkatan Jumlah Penghasilan Pajak
Peningkatan ini dapat dikatakan sangatlah baik, dengan kenaikan standar
biaya hidup dan perekonomian nasional. Peningkatan penghasilan
masyarakat wajib disesuaikan, dengan begitu PTKP dengan tidak banyak
membebani masyarakat.
2.5 Tinjauan Efektivitas
2.5.1 Definisi Efektivitas
Pengertian Efektivitas Menurut Sondangan (2008:4):
31
“Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah
diterapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi
efektivitasnya”.
Pengertian Efektivitas Menurut Mardiasmo (2009:134):
“Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dapat dikatakan telah berjalan dengan efektif”.
Dari definisi efektivitas menurut para ahli penulis simpulkan bahwa,
efektivitas adalah bagaimana kita dapat memikirkan suatu proses pencapaian agar
dapat terpenuhi sesuai dengan keinginan yang lebih baik lagi.
2.5.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan terhadap efektivitas terdiri dari 4 pendekatan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Sasaran
Pendekatan ini melihat sejauh mana keberhasilan merealisasikan sasaran
yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas
dapat dimulai melalui identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat
keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
2. Pendekatan Sumber
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
perusahaan dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan.
32
Suatu organisasi harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan
juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.
3. Pendekatan Proses
Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai definisi dan kondisi
kesehatan dari suatu organisasi. Pada organisasi yang efektif, proses
internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada
berjalan secara terkoordinasi
2.6 Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Dampak Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) memang
sangatlah mengurangi beban dari wajib pajak yang memiliki penghasilan yang
rendah, akan tetapi banyak hal yang harus di pertimbangkan dengan baik akan
perubahan PTKP tersebut. Perubahan PTKP ini cenderung meningkat jumlah
penerimaan penghasilan yang dibawa pulang wajib pajak orang pribadi, dengan
Perubahan ini diharapakan dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang pada
akhirnya dapat berdampak pada salah satu peningkatan lainnya.
Efektivitas Dampak
Perubahan Penghasilan
Tidak Kena Pajak
Penerimaan Pajak
Penghasilan Orang
Pribadi
33
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis melakukan penelitian di
KPP Pratama Jakarta Cakung Satu di Jalan Pulo Buaran 6 blok JJ No. 11 Kelurahan
Jatinegara, Cakung Jakarta Timur 13930. Waktu penelitian tanggal 25 Mei 2015
sampai dengan 29 Mei 2015
3.2 Jenis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data yang diperoleh dalam melakukan penelitian ini merupakan sumber-
sumber asli yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Cakung Satu.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung, dimana pengambilan data ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang mendukung penulisan
ini, yang tidak diperoleh dari perusahaan melainkan dari internet.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan berupa studi kepustakaan yaitu
dengan mencari, membaca, mencatat, dan mengumpulkan bahan bacaan dari
34
literatur yang terdapat dalam perpustakaan, media cetak serta data lainnya yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Penulis mengidentifikasikan teknik
pengumpulan yaitu sebagai berikut ;
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara mencari kerangka referensi dan
landasan teori. Penelitian ini diperoleh baik dari buku-buku, Undang-
undang dan peraturan serta karya ilmiah yang relevan dengan ide
penelitian baik dalam bentuk skripsi, makalah termasuk dari sumber media
yaitu internet yang kemudian menjadi sumber kerangka penelitian.
2. Penelitian Lapangan
Merupakan sala satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literature yang
digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Penelitian
lapangan dilakukan untuk memutuskan kearah mana penelitiannya,
berdasarkan konteks. Penelitian lapangan biasa dilakukan diluar ruangan.
a. Observasi (observation)
Merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena
yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam
fenomena.
b. Wawancara (interview)
Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab dengan menatap muka antara penanya dan pewawancara
dengan seorang penjawab.
35
3.4 Metode Analisis Data
Berdasarkan masalah dan teknik pengumpulan data penulis menggunakan
teknik deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menggamarkan kenyataan dan
keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan dari
pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Efektivitas data
penelitian ini yaitu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Efektivitas Presentase penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta
Cakung satu dari tahun 2012-2014 dengan membandingkan antara realisasi
penerimaan pajak dibagi dengan rencana penerimaan pajak kemudian
dikalikan 100% dengan rumusan sebagai berikut:
Realisasi Penerimaan Pajak
Presentase Penerimaan Pajak = X 100%
Rencana Penerimaan Pajak
Dari hasil rumusan presentase tersebut yaitu:
Tabel 3.1
Interprestasi Nilai Efektivitas
Presentase Kriteria
>101% Sangat baik
91-100% Efektif
81-90% Cukup
61-80% Kurang efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber : Depdagi, Kepmendagri No. 690.900.327 (Rima Adelina, 2012)
36
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu bertempat di Jalan
Pulo Buaran VI Blok JJ No. 11 Kawasan Industri Pulogadung, Jatinegara, Cakung,
Jakarta Timur. Pada tahun 2000 bernama KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
kemudian di bagi dua yaitu, KPP Pratama Jakarta Cakung Satu dan KPP Pratama
Jakarta Cakung Dua. Kemudian KPP Pratama Jakarta Cakung Satu merupakan
pecahan dari KPP Pratama Jakarta Cakung Satu yang didirikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 443/KMK.01/2012 tanggal 23 Juli 2001
dan merupakan KPP Type A dengan Luas Tanah 7.145 M2 dan luas Bangunan
1.542 M2.
Berdasarkan Surat Keputusan dari Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP87/PJ/2007 Tanggal 11 Juni 2007, maka KPP Pratama Cakung Satu berubah
menjadi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu. Dimana meliputi wilayah kerja terdiri
dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Jatinegara, Kelurahan Rawa Terate dan Kelurahan
Penggilingan Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur. Luas wilayah kerja
sekitar 1.449 Ha jumlah Penduduk 233.471 jiwa. Potensi ekonomi yang dominan
adalah pedagang besar.
37
Tugas KPP Pratama Jakarta Cakung Satu adalah melaksanakan Pelayanan,
pengawasan Administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak
dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas barang
mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
4.1.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu
1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu
menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system dan
manajemen perpajakan kelas dunia yang sangat dipercaya dan di
banggakan masyarakat.
2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu
Menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembayaran pemerintah berdasarkan Undang-
Undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi tinggi.
Nilai-nilai Direktorat Jenderal Pajak yaitu mengambil nilai-nilai Kementrian
Keuangan RI yaitu:
1. Integritas : Berfikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan
benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
2. Profesionalisme : Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik
dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.
38
3. Sinergi : Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang
produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku
kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
4. Pelayanan : Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku
kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat
dan aman.
5. Kesempurnaan : Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang
untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.
4.1.3 Tujuan Dari KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu adalah
memberikan pelayanan publik dengan baik kepada Wajib Pajak dengan memenuhi
semua kebutuhan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prosedurnya dan tata
kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu, yang
terdiri dari aspek-aspek kegiatan antara lain :
1. Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis.
2. Melakukan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data
informasi, tata usaha perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan dan
konsultasi dan pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak
pertambahan nilai dan penerapan sanksi administrasi perpajakan dengan
39
mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lain dalam
rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan. Juga melakukan
kegiatan penatausahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penulisan
dan perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan
laporan pembayaran massa PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak tidak
langsung lainnya.
4. Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
4.1.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung
Satu
Pada dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu
adalah lembaga pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk
melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan Pemeriksaan Sederhana
terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
40
4.1.5 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cakung Satu
Gambar 2
Gambar 2. Struktur Organisasi
Keterangan :
1. Kepala Kantor pimpinan tertinggi di KPP Pratama Jakarta Cakung
Satu dipimpin oleh Rizaldi Kurniawan Ridwan.
2. Kepala Sub. Bidang Umum
3. Kepala Seksi Pelayanan
4. Kepala Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI)
5. Kepala Seksi Pemeriksaan
41
6. Kepala Seksi Ekstensifikasi
7. Kepala Seksi Penagihan
8. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1
9. Kepala Seksi Pengawasan dan konsultasi 2
10. Kepala Seksi Pengawasan dan konsultasi 3
11. Kepala Seksi Pengawasan dan konsultasi 4
12. Ketua Kelompok Fungsional 1
13. Ketua Kelompok Fungsional 2
Semua Kepala Seksi hubungannya langsung ke Kepala Kantor adapun
dalam struktur organisasi di KPP Pratama Jakarta Cakung Satu yang dapat
berhubungan langsung dengan Kepala seksi dari setiap masing-masing divisi dan
kordinasi langsung kepada Kepala Seksi yaitu Kelompok penilai Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dan Account Representative.
4.1.6 Tugas Secara Umum
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama, bertugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, pengawasan (pemeriksaan dan penagihan). Kepala kantor
pelayanan pajak membawahi seksi-seksi.Tugas Masing-masing Seksi adalah :
1. Sub Bagian Umum : melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata
usaha, rumah tangga dan pelengkapan. Prosedur pembuatan rencana
kerja sub bagian umum :
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan para Kepala Seksi atau
Kepala Subbagian Umum untuk membuat rencana kerja masing-
42
masing Seksi atau Subbagian umum untuk dijadikan rencana kerja
Kantor Pelayanan pajak.
b. Kepala Sub bagian Umum menugaskan pelaksana untuk menyiapkan
konsep rencana kerja Sub bagian Umum.
c. Pelaksana menyiapkan konsep rencana kerja Sub bagian Umum dan
menyampaikan kepada Kepala Sub bagian Umum.
d. Kepala Subbagian umum meneliti, dan menyetujui konsep rencana
kerja Sub bagian Umum dan menugaskan pelaksanaan untuk
mengkompilasi dengan rencana kerja Kantor Pelayanan pajak.
e. Pelaksana mengkomplikasi rencana kerja Sub bagian Umum dengan
rencana kerja seksi lain menjadi rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak
Sub bagian Umum.
f. Kepala Sub bagian Umum meneliti, memaraf, dan menyampaikan
rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak.
g. Kepala Kantor Pelayanan pajak meneliti, menandatangani rencana
kerja Kantor Pelayanan Pajak kerja Kantor dan mengembalikan
kepada Kepala Kantor Sub bagian Umum.
h. Kepala Subbagian Umum menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan
Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah dan
Direktur Jenderal Pajak.
i. Pelaksana mengirimkan Rencana kerja kantor pelayanan Pajak ke
kantor wilayah dan Direktur Jenderal Pajak.
43
2. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Penjabatan Fungsional Pemeriksaan : Berkordinasi dengan seksi
pemeriksaan.
b. Penjabatan Fungsional Penelitian : berkordinasi dengan seksi
Ekstensifikasi.
3. Seksi Pelayanan : melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan mengelolahan surat pemberi tahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelakasanaan registrasi Wajib Pajak, dan kerja
sama perpajakan.
4. Seksi Pengolahan Data : Pengumpulan dan pengolahan data, Penyajian
informasi perpajakan, Perekaman dokumen perpajakan, Urusan tata usaha
penerimaan perpajakan, Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB
dan BPHTB, Pelayanan dukungan teknis komputer, Pemantauan aplikasi
e-SPT dan e-Filling.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi : Pengawasan kepatuhan wajib pajak,
Bimbingan/ himbauan kepada wajib pajak, Konsultasi teknis perpajakan
kepada wajib pajak, Penyusunan profil wajib pajak, Analisis kinerja wajib
pajak, serta, Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi,
Melakukan evaluasi hasil banding.
6. Seksi Ekstensifikasi : Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi
perpajakan, Pendataan objek dan subjek pajak, Penilaian Objek pajak, dan
Kegiatan ekstensifikasi perpajakan.
7. Seksi Pemeriksaan : Penyusunan rencana pemeriksaan. Pengawasan aturan
pelaksanaan pemeriksaan, Penerbitan dan penyaluran SP3, Administrasi
44
pemeriksaan lainnya.
8. Seksi Penagihan : Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, dan
Piutang pajak.
4.1.7 Deskripsi Data
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012-2014
Pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
Tahun
Wajib Pajak
Terdaftar
Wajib Pajak
Efektif
2012 56.385 42.666
2013 60.983 48.020
2014 64.505 52.959
Sumber : Bagian PDI KPP Pratama Jakarta Cakung Satu (Data diolah)
Dari tabel 4.1 diatas, pada awal 2012 terdapat 56.385 jumlah wajib pajak
orang pribadi yang terdaftar dan 42.666 jumlah wajib pajak orang pribadi yang
efektif. Kemudian pada tahun 2013 terdapat 60.983 jumlah wajib pajak orang
pribadi yang terdaftar dan 48.020 jumlah wajib pajak orang pribadi yang efektif,
sedangkan pada tahun 2014 terdapat 64.505 jumlah wajib pajak orang pribadi
terdaftar dan 52.959 jumlah wajib pajak orang pribadi yang efektif.
45
Tabel 4.2
Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Orang Pribadi
Tahun 2012-2014
Pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
Tahun
Rencana Penerimaan
Pajak
Realisasi Penerimaan
Pajak
2012 5.289.130.000
3.776.095.581
2013 7.196.200.000
3.613.502.797
2014 4.199.000.000
4.334.325.098
Sumber : Bagian PDI KPP Pratama Jakarta Cakung Satu (Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, rencana penerimaan pajak orang pribadi pada
awal tahun 2012 sebesar 5.289.130.000, ternyata yang terealisasi penerimaan pajak
orang pribadi sebesar 3.776.095.581, kemudian pada tahun 2013 rencana
penerimaan pajak orang pribadi sebesar 7.196.200.000 dan realisasi penerimaan
pajak orang pribadi sebesar 3.613.502.797, sedangkan pada tahun 2014 rencana
penerimaan pajak orang pribadi sebesar 4.199.000.000 dan yang terealisasi
penerimaan pajak orang pribadi sebesar 4.334.325.098.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Efektivitas Perubahan PTKP Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) orang pribadi yang dilakukan pada
Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cakung Satu jumlah wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar dan efektif dalam beberapa tahun ini, dapat dilihat bahwa hasil yang
cukup meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data dibawah ini yang memperlihatkan
46
perubahan jumlah wajib pajak orang pribadi setelah perubahan PTKP pada tahun
2012 sampai dengan 2014.
Tabel 4.3
Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
Tahun 2012-2014
Pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
Tahun
Wajib Pajak
Terdaftar
Wajib Pajak
Efektif
Perubahan
%
2012 56.385 42.666 13.719 75,66%
2013 60.983 48.020 12.963 78,74%
2014 64.505 52.959 11.546 82,10%
Sumber : Bagian PDI KPP Pratama Jakarta Cakung Satu (Data diolah)
Dari pertanyaan diatas, pada tahun 2012 yang membandingkan antara
jumlah wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 42.666 dengan jumlah wajib pajak
orang pribadi yang terdaftar 56.385 dengan perubahan sebanyak 13.719 wajib pajak
orang pribadi dengan presentase sebesar 75,66% . Kemudian pada tahun 2013 yang
membandingkan antara jumlah wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 48.020
dengan jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar 60.983 dengan perubahan
sebanyak 12.963 wajib pajak orang pribadi dengan presentase sebesar 78,74%. Dan
pada tahun 2014 jumlah wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 52.959 dengan
jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebanyak 64.505 wajib pajak orang
pribadi dengan presentase sebesar 82,10%.
Berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa perubahan jumlah wajib
pajak orang pribadi cukup efektif, terlihat dari selisih antara wajib pajak terdaftar
47
dan wajib pajak efektif semakin menurun dan presentase yang di hasilkan semakin
meningkat dari tahun 2012 sampai dengan 2014 sebesar 82,10%. Dikarenakan KPP
Pratama Jakarta Cakung Satu menjalankan sosialisasi terhadap wajib pajak dengan
baik, itu menjadikan wajib pajak semakin sadar akan pentingnya membayar pajak
demi kesejahteraan masyakarat.
4.2.2 Efektivitas Perubahan PTKP Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) orang pribadi yang dilakukan pada
Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cakung Satu dalam meningkatkan jumlah
penerimaan pajak orang pribadi dalam beberapa tahun ini, dapat dilihat bahwa
hasilnya efektif. Hal ini dapat dilihat dari data dibawah ini yang memperlihatkan
perubahan jumlah penerimaan wajib pajak orang pribadi setelah perubahan PTKP
pada tahun 2012 sampai dengan 2014.
Tabel 4.4
Efektivitas Penerimaan Pajak Orang Pribadi
Pada Tahun 2012-2014
Pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
Tahun
Rencana
Penerimaan
Pajak
Realisasi
Penerimaan
Pajak
Perubahan
%
penerimaan
pajak
2012 5.289.130.000 3.776.095.581 1.513.034.419 71,39%
2013 7.196.200.000
3.613.502.797 3.582.697.203 50,21%
2014 4.199.000.000
4.334.325.098 135.325.098 103,2%
Sumber : Bagian PDI KPP Pratama Jakarta Cakung Satu (Data diolah)
48
Dibawah ini adalah rumus untuk mengetahui presentase penerimaan pajak :
Dari tabel 4.4 diatas, pada tahun 2012 jumlah realisasi penerimaan pajak
orang pribadi sebesar Rp 3.776.095.581, dengan jumlah rencana penerimaan pajak
orang pribadi Rp 5.289.130.000 mengalami perubahan Rp 1.513.034.419 dengan
presentase penerimaan pajak 71,39%. Pada tahun 2013 jumlah realisasi penerimaan
pajak orang pribadi sebesar Rp 3.613.502.797, dengan jumlah rencana penerimaan
pajak orang pribadi Rp 7.196.200.000 mengalami perubahan Rp 3.582.697.203
dengan presentase penerimaan pajak 50,21%. Dan pada tahun 2014 jumlah realisasi
penerimaan pajak orang pribadi sebesar Rp 4.334.325.098 dengan jumlah rencana
penerimaan pajak Rp 4.199.000.000 mengalami perubahan Rp 135.325.098 dengan
presentase penerimaan pajak 103,2%.
Berdasarkan realisasi penerimaan wajib pajak orang pribadi pada tahun
2012 mengalami peningkatan sebesar 71,39%, pada tahun 2013 realisasi
penerimaan pajak mengalami penurunan hingga 50,21% ini dikarenakan PTKP
baru mengalami perubahan, dan wajib pajak belum mengetahui dampak perubahan
49
PTKP, akan tetapi pada tahun 2014 mengalami peningkatan hingga
103,2% walaupun rencana penerimaan pajak yang diberikan Direktorat Jenderal
Pajak pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya sebesar Rp 4.199.000.000 itu dikarena pada tahun 2013 realisasi
penerimaan pajak mengalami penurunan. Penerapan perubahan PTKP sebelum dan
sesudah yang diatur di dalam peraturan pemerintah No.7 UU No.36, hal ini dapat
dikatakan bahwa perubahan PTKP dapat meningkatkan realisasi penerimaan wajib
pajak orang pribadi pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.
4.2.3 Kendala dan Upaya yang dihadapi
Dari hasil wawancara yang di dapat tentang ada nya perubahan PTKP
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu perubahan tersebut
tidak menghadapi suatu kendala apapun.
Akan tetapi adapun upaya yang masih harus dilakukan dalam pelaksanaan
PTKP diantaranya :
1. Lebih memeratakan atau Adil
Kepada wajib pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan rendah, agar
mengurangi beban hidup wajib pajak orang pribadi serta wajib pajak orang
pribadi mampu menikmati penghasilan yang diperoleh
2. Meningkatkan Penerimaan
Akan ada suatu penambahan dari wajib pajak untuk mengejar suatu
penerimaan agar dapat meningkat, semakin penerimaan meningkat maka
semakin mensejahterakan masyarakat dan negara semakin lebih baik.
50
3. Bersosialisasi dengan cara melakukan penyuluhan perpajakan
mengatasi rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak, sosialisasi yang telah
diberikan KPP Pratama Jakarta Cakung Satu tidak hanya kepada
masyarakat yang belum menjadi wajib pajak saja, akan tetapi wajib pajak
orang pribadi yang telah terdaftar namanya agar mereka memenuhi
kewajiban nya. Dalam hal ini petugas berupaya menjelaskan kepada
masyarakat yang belum ber-NPWP, bahwa pajak sangatlah penting untuk
kelangsungan yang ada di negara ini.
4.3 Interprestasi Hasil
1. Efektivitas perubahan PTKP berdampak bagi wajib pajak orang pribadi,
PTKP orang pribadi yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Cakung Satu dengan adanya perubahan PTKP tersebut presentase jumlah
wajib pajak orang pribadi yang dalam beberapa tahun ini dapat dikatakan
sudah cukup efektif, dengan dilihat dari tabel 4.3 bahwa pada tahun 2012
sebesar 75,66%, sedangkan tahun 2013 sebesar 78,74%, dan tahun 2014
sebesar 82,10%. Dapat dilihat perubahan PTKP berdampak signifikan
terhadap wajib pajak orang pribadi, sebab hal itu sangat menguntungkan
bagi wajib pajak orang pribadi menengah kebawah karena lebih mudah
untuk membayar pajak, meningkatkan daya beli masyarakat yang terus
menerus naik hingga 30%, perubahan tersebut sangat berpengaruh besar
terhadap pajak penghasilan. Dengan begitu PTKP tidak banyak
51
membebani masyarakat, makasemakin sadarnya wajib pajak untuk
membayarkan kewajibannya sebagai warga negara yang baik.
2. Efektivitas perubahan PTKP dapat meningkatkan penerimaan pajak
adanya perubahan PTKP yang diatur dalam PMK 162/PMK.011/2012
tentang penyesuaian besarnya tarif PTKP, pada KPP Pratama Jakarta
Cakung Satu dalam meningkatkan suatu penerimaan pajak dalam tiga
tahun ini, dilihat pada tabel 4.4 bahwa pada tahun 2012 presentase yang
diperoleh 71,39%, sedangkan pada tahun 2013 presentase yang diperoleh
mengalami penurunan 50,21%, ini dikarenakan awal perubahan PTKP dan
pada tahun 2014 presentase yang diperoleh 103,2% perubahan ini menjadi
lebih tinggi dari sebelumnya. Meningkatnya penerimaan pajak setelah
perubahan PTKP pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu disebabkan
karena perubahan PTKP ini mengurangi pajak yang harus dibayarkan
wajib pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan menegah kebawah,
maka wajib pajak orang pribadi semakin efektif, sehingga dapat
meningkatkan suatu penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Cakung
Satu.
3. Kendala dan upaya dalam pelaksananaan perubahan PTKP bagi wajib
pajak orang pribadi, pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu kendala yang
dihadapi dalam proses perubahan PTKP ini tidak ditemukan kendala
apapun, sebab semakin patuhnya wajib pajak untuk membayarkan
kewajiban sebagai warga negara yang baik. Akan tetapi meskipun tidak
ditemukan kendala dalam proses ini tetap saja KPP Pratama Jakarta
52
Cakung Satu melakukan segala upaya agar lebih efektif lagi seperti
melakukan sosialisasi terhadap masyarakat agar mereka mengetahui
pentingnya membayar pajak, dengan begitu wajib pajak akan bertambah
lebih efektif, dan penerimaan akan meningkat dengan baik.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Penerapan perubahan PTKP dalam penambahan jumlah wajib pajak orang
pribadi di KPP Pratama Jakarta Cakung Satu hasil yang di peroleh sangat
berdampak signifikan karena terjadi peningkatan pada wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar dan efektif sebesar 82,10%. Perubahan PTKP dalam meningkatkan
penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu sudah dapat menunjukan
hasil yang memuaskan, karena hasil yang diperoleh mengalami peningkatan
penerimaan pajak dari tahun 2012 sampai dengan 2014 sebesar 103,2%, artinya
semakin banyaknya wajib pajak yang sadar akan pentingnya membayar pajak demi
suatu penerimaan pajak yang dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
Dampak yang terjadi akibat perubahan PTKP adanya kenaikan PTKP akan
meningkatkan daya beli masyarakat, dengan meningkatnya jumlah PTKP yang
awalnya Rp 15.840.000/tahun menjadi Rp 24.000.000/tahun, tidaklah akan
membuat negara kehilangan penerimaan pajak, akan tetapi perubahan ini akan
meningkatkan daya beli masyarakat, daya beli masyarakat akan naik sebesar 30%,
masyarakat dapat leluasa berbelanja sehingga sektor ekonomi dan konsumsi
menjadi meningkat, meningkatnya Penerimaan PPN, PTKP naik mengakibatkan
meningkatnya penjualan properti, meningkatkan saving atau tabungan, mengurangi
53
potensi penerimaan pajak atas pajak penghasilan orang pribadi, perubahan PTKP
berpengaruh besar pada PPh Pasal 21.
Dalam hal ini, penerapan perubahan PTKP akan meningkatkan
penerimaan pajak penghasilan KPP Pratama Jakarta Cakung Satu, yang dilandasi
oleh peraturan pemerintah No. 7 UU No. 36 tentang kenaikan PTKP.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya perubahan PTKP dapat berdampak signifikan terhadap wajib
pajak orang pribadi pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu. Pada tahun
2012 terdapat perubahan jumlah wajib pajak yang terdaftar sebesar 56.385
dengan wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 42.666, kemudian pada
tahun 2013 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 60.983
dengan wajib pajak efektif sebesar 48.020, dan pada tahun 2014 dapat
dilihat bahwa jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar
64.505 dengan wajib pajak pribadi efektif sebesar 52.959.
2. Perubahan PTKP dapat meningkatkan penerimaan pajak pada KPP
Pratama Jakarta Cakung Satu, pada tahun 2012 target penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 5.289.130.000 dengan realisasi penerimaan sebesar
Rp 3.776.095.581, kemudian pada tahun 2013 target penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 7.196.200.000 dengan realisasi penerimaan Rp
3.613.502.797, dan pada tahun 2014 target penerimaan yang diperoleh Rp
4.199.000.000 dengan realisasi penerimaan diperoleh Rp 4.334.325.098,
terjadi peningkatan sebesar 103,2% ditahun 2014.
3. Kendala dan upaya yang dihadapi setelah perubahan PTKP, tidak
mengalami kendala apapun akan tetapi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu
55
tetap melakukan upaya agar lebih menambah wajib pajak serta penerimaan
pajak.
5.2 Saran
1. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), harus berubah agar kebutuhan
hidup masyarakat mininum yang memiliki penghasilan rendah dengan
melihat dari asas keadilan. Kenaikannya harus ditingkat yang sewajarnya,
karena banyaknya dampak yang muncul dan dirasakan oleh wajib pajak
khususnya wajib pajak yang berpenghasilan tinggi yang memberikan
dampak yang kecil.
2. Perubahan PTKP harus seimbang dengan kenaikan upah karyawan atau
buruh dengan begitu akan ada dampak positif dari perubahan PTKP
tersebut pada masyarakat menegah kebawah.
3. KPP Pratama Jakarta Cakung Satu dengan adanya perubahan PTKP harus
lebih bersosialisasi terhadap masyarakat, dengan memberikan arahan
tentang pentingnya membayar pajak guna mensejahterakan masyarakat,
agar jumlah wajib pajak bertambah dengan begitu dapat meningkatan
penerimaan pajakpada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.
56
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak. 2008. UU RI NO 36 Tahun 2008. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pajak
Harjo, Dwikora. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Muliari, Ni Ketut dan Setiawan, Putu Ery. “Pengaruh Tingkat Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap Penerimaan Pajak Studi pada KPP Yogyakarta Satu”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol 6 No. 1 (Januari 2011)
Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan l.
Yogyakarta: Gava Media
Peraturan Mentri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012. Tentang Penyesuaian
Besarnya PTKP
P.J.A. Adriani. 2007. Pajak Menurut Peraturan-Peraturan Umum. Mohammad
Zain. Jakarta
Rahayu, Siti Kurnia Suhayati, Ely. 2010. Perpajakan Teori dan Teknisi
Perhitungan. Edisi 1, Yogyakarta : Graha Ilmu
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8 buku 1. Yogyakarta:
Salemba empat
S, Alam. 2014. Ekonomi. Penerbit: Erlangga
Szarowska, Irena. 2014. “Personal Income Taxation in a Context of a Structure”.
Journal Elsevier
Waluyo, Didik Budi. 2010. Pajak Penghasilan. Penerbit: DBW Tax Center