EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

12
MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152 141 EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA MANDAILING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Sundut Azhari Hasibuan 1 , Shubuhan Syukri Hasibuan 2 1 STKIP Padang Lawas, Jl. Ki Hajar Dewantara No. 1 Sibuhuan Kec. Barumun Kab.Padang Lawas 22763, Email: [email protected] 2 STKIP Padang Lawas, Jl. Ki Hajar Dewantara No. 1 Sibuhuan Kec. Barumun Kab.Padang Lawas 22763, Email: [email protected] Abstrak:Penelitian ini bertujuan melihat efektivitas bahan ajar matematika berbasis budaya Mandailing untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan, subjek penelitian adalah siswa yang terdiri dari dua kelas masing-masing sebanyak 20 dan 21 orang siswa. Selanjutnya dilakukan analisis data untuk melihat efektivitas bahan ajar yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa bahan ajar berbasis budaya Mandailing efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Kemampuan komunikasi yang paling meningkat adalah kemampuan membuat gambar matematis. Hasil penelitian ini memberikan motivasi dan dukungan kepada guru untuk mengembangkan bahan ajar sendiri. Guru dapat menggunakan bahan ajar berbasis budaya Mandailing sebagai alternatif pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Kata-kata Kunci: Komunikasi Matematis, Budaya Mandailing, Efektivitas Bahan Ajar. PENDAHULUAN Sebelum melaksanakan proses pembelajaran setiap guru perlu mempersiapkan bahan ajar yang mereka desain sendiri untuk digunakan dalam pembelajaran. Sebab bahan ajar tidak hanya akan digunakan oleh pribadi namun digunakan juga oleh orang lain seperti siswa dan guru lain dalam kegiatan belajar mengajar. Cheng And Wang (2016) mengatakan bahwa mathematics textbooks, an important component of intended curriculum, are assumed to influence the enacted curriculum that teachers developed and the modes of students’ mathematics learning.” Bahan ajar yang dirancang seorang guru akan sangat menentukan keberhasilan siswanya. Di sisi lain Xenofontos and Christos (2016) mengatakan bahwa “we believe that, despite the two series potentials for focusing “on the developmental and evolutionary aspects of mathematics as a discipline”, the way teachers use the textbooks in classrooms does not allow this to happen”. Salah satu komponen dalam pembelajaran yang memegang peranan penting adalah bahan ajar. Cai, at all. (2009) menyatakan bahwa the teacher must be well prepared and have the lesson well structured, so as to run a teacher-led, yet student-centered mathematics lesson”, maksudnya adalah guru harus menyiapkan pembelajaran yang terstruktur dengan baik sehingga pembelajaran dapat terlaksana dan berpusat pada siswa. Namun Choe and Hwang (2016) mengatakan bahwa “sometimes they use other instructional materials with mathematics textbook in their class”.

Transcript of EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

Page 1: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

141

EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA

MANDAILING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Sundut Azhari Hasibuan1, Shubuhan Syukri Hasibuan2

1STKIP Padang Lawas, Jl. Ki Hajar Dewantara No. 1 Sibuhuan Kec. Barumun Kab.Padang Lawas 22763, Email:

[email protected] 2STKIP Padang Lawas, Jl. Ki Hajar Dewantara No. 1 Sibuhuan Kec. Barumun Kab.Padang Lawas 22763, Email:

[email protected]

Abstrak:Penelitian ini bertujuan melihat efektivitas bahan ajar matematika berbasis budaya Mandailing untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan,

subjek penelitian adalah siswa yang terdiri dari dua kelas masing-masing sebanyak 20 dan 21 orang siswa.

Selanjutnya dilakukan analisis data untuk melihat efektivitas bahan ajar yang dikembangkan dalam

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa bahan

ajar berbasis budaya Mandailing efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kemampuan komunikasi yang paling meningkat adalah kemampuan membuat gambar matematis. Hasil

penelitian ini memberikan motivasi dan dukungan kepada guru untuk mengembangkan bahan ajar sendiri. Guru

dapat menggunakan bahan ajar berbasis budaya Mandailing sebagai alternatif pembelajaran yang digunakan

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata-kata Kunci: Komunikasi Matematis, Budaya Mandailing, Efektivitas Bahan Ajar.

PENDAHULUAN

Sebelum melaksanakan proses

pembelajaran setiap guru perlu

mempersiapkan bahan ajar yang mereka

desain sendiri untuk digunakan dalam

pembelajaran. Sebab bahan ajar tidak hanya

akan digunakan oleh pribadi namun digunakan

juga oleh orang lain seperti siswa dan guru

lain dalam kegiatan belajar mengajar. Cheng

And Wang (2016) mengatakan bahwa

“mathematics textbooks, an important

component of intended curriculum, are

assumed to influence the enacted curriculum

that teachers developed and the modes of

students’ mathematics learning.” Bahan ajar

yang dirancang seorang guru akan sangat

menentukan keberhasilan siswanya. Di sisi

lain Xenofontos and Christos (2016)

mengatakan bahwa “we believe that, despite

the two series potentials for focusing “on the

developmental and evolutionary aspects of

mathematics as a discipline”, the way teachers

use the textbooks in classrooms does not allow

this to happen”.

Salah satu komponen dalam

pembelajaran yang memegang peranan

penting adalah bahan ajar. Cai, at all. (2009)

menyatakan bahwa “the teacher must be well

prepared and have the lesson well structured,

so as to run a teacher-led, yet student-centered

mathematics lesson”, maksudnya adalah guru

harus menyiapkan pembelajaran yang

terstruktur dengan baik sehingga pembelajaran

dapat terlaksana dan berpusat pada siswa.

Namun Choe and Hwang (2016) mengatakan

bahwa “sometimes they use other instructional

materials with mathematics textbook in their

class”.

Page 2: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

142

Kendati demikian, dalam

pembelajaran di kelas guru tetap menggunakan

buku teks yang disusun oleh beberapa penerbit

tanpa menganalisis kebutuhan dan karakter

siswa terlebih dahulu. Sehingga dalam proses

pembelajaran sering kali siswa merasa

kesulitan dalam memahami bahasa maupun

konteks dari buku teks tersebut. Lestari (2013)

mengatakan bahwa kemampuan guru dalam

merancang ataupun menyusun materi atau

bahan ajar menjadi salah satu hal yang sangat

berperan dalam menentukan keberhasilan

proses belajar dan pembelajaran. Pembelajaran

membutuhkan berbagai sumber belajar yang

dapat mendorong siswa untuk belajar seperti

bahan ajar. Oleh karena itu, keberadaan bahan

ajar yang meliputi buku guru, buku siswa,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrument

penilaian sangat diperlukan karena melalui

bahan ajar guru akan lebih mudah dalam

melaksanakan pembelajaran dan siswa akan

lebih terbantu dalam belajar. Harmon dan

Jones (2005), Kaymakci (2012) mengatakan

“instructional materials play an

important role in ensuring the

effectiveness of teaching and learning

activities. Worksheet is a kind of

printed instructional material that is

prepared and frequently used by

teachers in order to help students to

gain knowledge, skills and values by

providing helpful comments”.

Penggunaan LKS dalam pembelajaran juga

sangat menentukan keberhasilan belajar siswa,

LKS seharusnya dapat membantu siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,

namun sejauh ini efektivitas penggunaan LKS

masih jauh dari harapan, hal ini diindikasikan

bahwa soal-soal yang dirancang pada LKS

kurang memperhatikan karakter siswa, seperti

sosial budaya, kemampuan awal siswa. Soal-

soal yang terdapat dalam LKS seharusnya

memiliki tingkat kesulitan yang berbeda agar

siswa lebih tertantang, dan secara tidak

langsung siswa akan mengkonstruksi

pengetahuannya secara berjenjang pada saat

pembelajaran di kelas. Despina & Harikleia

(2016) mengatakan bahwa “our findings raise

awareness of problems that need to be

addressed in mathematics textbooks when

dealing with addition and subtraction in order

to build children’s complete understanding of

additive situations.”

Banks (2002) mengatakan matematika

merupakan salah satu keterampilan yang

dipandang penting untuk dikuasai siswa,

sehingga salah satu tujuan pendidikan berbasis

budaya adalah membantu mereka agar

menguasai keterampilan matematika. Konteks

budaya dalam pembelajaran di kelas

diharapkan dapat membantu siswa dalam

mengatasi kurangnya minat dan motivasi

siswa dalam belajar. Orey ( 2011) mengatakan

bahwa “Ethnomathematics presents

mathematical concepts of the school

curriculum in a way in which these concepts

are related to the students’ cultural and daily

experiences”. Lawrence (2013) mengatakan

bahwa “Ethnomathematics work ranges from

field reports of mathematical uses by various

Page 3: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

143

cultural groups, to applications in classrooms,

cross-cultural projects, …”.

Pentingnya pemanfaatan budaya

dalam pembelajaran matematika tidak

dibarengi dengan kondisi remaja saat ini.

Agustin (2011) berpendapat bahwa pengikisan

nilai budaya yang dimiliki remaja saat ini

sangat dipengaruhi oleh arus globalisasi.

Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga

begitu kuat. Jauh sebelum usia remaja,

sekarang anak-anak TK cenderung suka

menonton acara-acara televisi yang semuanya

pengaruh luar. Pengaruh globalisasi tersebut

telah membuat banyak anak muda kita

kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa

Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-

gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-

hari. Dari cara berpakaian banyak remaja-

remaja tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

Tidak banyak remaja yag mau melestarikan

budaya bangsa dengan mengenakan pakaian

yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang

tingkah lakunya kurang sopan santun dan

cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.

Contoh nyata adanya geng motor anak muda

yang melakukan tindakan kekerasan yang

menganggu ketentraman dan kenyamanan

masyarakat. Secara umum media telah

menyebabkan penyerapan budaya asing

terhadap budaya remaja. Televisi swasta

nasional dan televisi berlangganan, DVD juga

masuk secara bebas merupakan salah satu

faktor utama yang menyebabkan perubahan

perilaku remaja terhadap amalan budaya

mereka. Sebagian remaja sudah terpengaruh

dengan amalan budaya asing. Para remaja

mungkin merasa bahwa kebudayaan di

negerinya sendiri jauh dari perkembangan

zaman. Sehingga para remaja merasa gengsi

kalau tidak mengikuti perkembangan zaman

meskipun tidak sesuai budayanya. Akhirnya

para remaja lebih menyukai kebudayaan asing,

dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri.

Budaya yang digunakan dalam penelitian ini

adalah budaya Mandailing.

Budaya sangat menentukan

bagaiamana cara pandang siswa dalam

menyikapi sesuatu. Termasuk dalam

memahami suatu materi matematika. Ketika

suatu materi begitu jauh dari skema budaya

yang mereka miliki tentunya materi tersebut

sulit untuk difahami. Untuk itu diperlukan

suatu pendekatan dalam pembelajaran

matematika yang mampu menghubungkan

antara matematika dengan budaya mereka.

Kurangnya pengembangan budaya dalam

dunia pendidikan dapat dilihat dari minimnya

pembelajaran dan media pembelajaran yang

berbasis budaya. Menurut Martini (2011) guru

dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai

yang dikembangkan dalam pendidikan budaya

dan karakter bangsa ke dalam kurikulum,

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah ada. Oleh karena itu, pembelajaran

yang dilakukan harus menampilkan

karakteristik daerah yang diamanatkan dalam

kurikulum 2013. Karena dalam pembelajaran

berbasis budaya, lingkungan belajar akan

berubah menjadi lingkungan yang

menyenangkan bagi guru dan siswa, yang

memungkinkan guru dan siswa berpartisipasi

Page 4: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

144

aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka

kenal, sehingga dapat diperoleh hasil belajar

yang optimal (Fujiati & Mastur: 2014).

Pembelajaran berbasis budaya ini diharapkan

dapat menunjukkan hasil yang positif sesuai

dengan hasil penelitian (Suwito, dkk, 2016)

yang menyatakan bahwa pembelajaran

berdasarkan budaya Jawa dan Madura

(etnomatematika) menunjukkan hasil yang

sangat positif, yang diindikasikan adanya hasil

pengerjaan LKS yang baik dan hasil tes yang

baik pada materi keluarga segi empat dan

dengan pembelajaran ini juga mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam

mempresentasikan hasil karyanya. Untuk itu,

peneliti ingin mengembangkan bahan ajar

berbasis budaya Mandailing untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa. Budaya Mandailing terdapat

di daerah Tapanuli bagian Selatan

sebuah daerah di Sumatera Utara, Indonesia.

Daerah ini merupakan daerah yang amat luas

yang meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan,

Mandailing Natal, Kota Padang Sidempuan,

Padang Lawas Utara dan Padang Lawas.

Pembelajaran berbasis budaya Mandailing

berfokus pada penciptaan suasana belajar yang

dinamis dengan mengekspresikan keterkaitan

antara konsep matematika dengan budaya

yang dapat dilihat pada benda-benda nyata,

seperti adat istiadat, bahasa, suku, kebiasaan

masyarakat, seni, pariwisata, dan lain-lain.

Dengan demikian, jika bahan ajar

yang digunakan dalam pembelajaran dikaitkan

dengan konteks budya diharapkan para siswa

termotivasi dan tidak merasa bosan dalam

belajarnya, sehingga kemampuan matematika

siswa akan lebih baik terutama kemampuan

komunikasi matematis. Menurut Lomibao

(2016) bahwa “Challenging students to

communicate both orally and in writing in

mathematics class help deepen their

conceptual understanding, improve

mathematics performance and reduce anxiety

towards mathematics. To develop students’

communication skills in writing, the

worksheets were used”.

Pentingnya komunikasi matematis

secara tertulis dikemukakan pada Math

Congress and Bansho (2010) yaitu:

“Written Communication enables

students to think about and articulate

what they know. Mathematical writing

also provides evidence of students’

mathematical understanding.”

Ahmad dan Jazuli (2009) mengatakan “the

mathematical communication is the basic

ability which must be possessed by

mathematics practitioners and users during

teaching-learning process and assessing

mathematics”. Hodiyanto (2017) mengatakan

karena pentingnya kemampuan komunikasi

matematis tersebut, seorang pendidik harus

memahami komunikasi matematis serta

mengetahui aspek-aspek atau indikator-

indikator dari komunikasi matematis, sehingga

dalam pelaksanaan pembelajaran matematika

perlu dirancang sebaik mungkin agar tujuan

mengembangkan kemampuan komunikasi

matematis bisa tercapai. Sefalianti (2014)

mengatakan kemampuan komunikasi menjadi

penting ketika antar siswa dilakukan, dimana

Page 5: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

145

siswa diharapkan mampu menyatakan,

menjelaskan, menggambarkan, mendengar,

menyatakan dan bekerjasama sehingga dapat

membawa siswa pada pemahaman yang

mendalam tentang matematika.

Dalam penelitian ini kemampuan komunikasi

matematis dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan siswa dalam menyampaikan

sesuatu ide atau gagasan yang diketahuinya

secara matematis melalui tulisan yang terjadi

di lingkungan kelas. Indikator kemampuan

komunikasi matematis melalui tulisan yang

diukur adalah:

1. Membuat gambar matematis, yaitu siswa

dapat menyajikan dan memvisualisasikan

masalah matematika ke dalam gambar.

2. Membaca gambar matematis, yaitu siswa

dapat memaknai gambar,dan

menyajikannya dalam ide matematika.

3. Mathematical expression yaitu siswa

dapat membaca dan menafsirkan data ke

dalam model matematika.

4. Writing text mathematics yaitu siswa

dapat mengungkapkan pendapat untuk

memberikan penjelasan atas jawaban.

Kendati kemampuan komunikasi matematika

itu penting, namun ironisnya, pembelajaran

matematika selama ini masih kurang

memberikan perhatian terhadap

pengembangan kemampuan ini, sehingga

penguasaan kompetensi ini bagi siswa masih

rendah. Lebih jauh (Izzati: 2010)

mengemukakan rendahnya kemampuan

komunikasi matematis siswa disebabkan oleh

praktik pembelajaran di sekolah yang

menunjukkan adanya “pergeseran” tujuan

pembelajaran matematika, indikator-indikator

pencapaian yang dirumuskan dalam rencana

pembelajaran lebih banyak berbentuk

pemahaman fakta-fakta dan konsep-konsep

matematik.

Dalam mengatasi permasalahan ini,

peneliti telah mengembangkan bahan ajar

berbasis budaya Mandailing berupa buku guru,

buku siswa, RPP, dan LKS. Efektivitas bahan

ajar menjadi perhatian penting dalam

penelitian ini, bahan ajar dikatakan efektif

apabila mencapai sasaran yang diinginkan,

baik dari segi tujuan pembelajaran dan prestasi

siswa (penguasaan content dan performance)

yang maksimal. Akker (2007) menyatakan

“effectiveness refer to the extent that the

experiences and outcomes with the

intervention are consistent with the intended

aims.”. Berdasarkan pernyataan tersebut

efektivitas dari bahan ajar dapat dilihat dari

bagaimana tingkat pengalaman yang terjadi

ketika bahan ajar tersebut digunakan. Dari segi

tujuan pembelajaran, bahan ajar dikatakan

efektif apabila ketuntasan belajar siswa

mencapai minimal 85% siswa memperoleh

nilai lebih dari atau sama dengan 2,67 dalam

skala 4,0. Selain itu, dari segi pengalaman

bahan ajar dikatakan efektif meliputi respon

siswa terhadap bahan ajar, waktu aktivitas

siswa, dan keterlaksanaan bahan ajar. Dalam

proses pengembangannya peneliti telah

terlebih dahulu melakukan analisis karakter

dan kebutuhan siswa sehingga bahan ajar

tersebut dapat membantu siswa dalam proses

belajarnya.

Page 6: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

146

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian pengembangan bahan

ajar,subjek dalam penelitian ini melibatkan

dua kelas masing-masing 20 dan 21 orang

siswa. Kedua kelas ini memiliki kemampuan

awal yang sama atau berada pada 2 kelas yang

homogen. Selanjutnya dilakukan uji t untuk

melihat perbedaan efektivitas bahan ajar yang

dikembangkan dari uji coba 1 ke uji coba 2.

Dalam penelitian ini diberikan tes setelah

pembelajaran dilaksanakan.

Instrumen penelitian yang digunakan

adalah bahan ajar yang telah dikembangkan

yaitu buku guru, buku siswa, lembar kerja

siswa, RPP. Sedangkan instrumen pengumpul

data yang digunakan adalah tes kemampuan

komunikasi matematis siswa, angket respon

siswa, angket waktu aktivitas siswa, dan

angket keterlaksanaan bahan ajar.

Angket respon siswa dianalisis dengan

menghitung persentase banyak siswa yang

memberikan respon positif pada setiap

kategori yang dinyatakan dalam angket.

Respon siswa dikatakan positif jika 80% atau

lebih siswa merespon dalam kategori positif

(senang, baru, berminat, jelas, dan tertarik)

untuk setiap aspek yang direspon. Aktivitas

siswa dalam pembelajaran terdiri dari 5 aspek,

tiga aspek dari 1, 2, 3, 4, 5 dipenuhi dan 3, dan

4 harus dipenuhi. Keterlaksanaan bahan ajar

dikatakan berhasil jika terpenuhinya skor

kemampuan pada kategori “Baik” atau

minimal 3,50 dalam skala 5.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Pembelajaran matematika berbasis

budaya lokal dirancang untuk berfokus pada

materi yang dikaitkan dengan budaya daerah

tempat siswa berasal. Pembelajaran

matematika berbasis budaya lokal dapat

menggambarkan keterkaitan antar konsep

dalam matematika dengan komunitas siswa,

dan membantu siswa untuk dapat

menunjukkan atau mengekspresikan

keterkaitan konsep matematika yang dipelajari

dengan budaya komunitasnya. Pembelajaran

berbasis budaya lokal merupakan salah satu

cara yang dipersepsikan dapat menjadikan

pembelajaran bermakna dan kontekstual yang

sangat terkait dengan komunitas budaya

dimana suatu bidang ilmu dipelajari dan akan

diterapkan nantinya dengan komunitas dimana

siswa berasal. Akibatnya pembelajaran

menjadi menarik dan menyenangkan karena

terjadi penciptaaan makna secara kontekstual

berdasarkan pengalaman awal siswa sebagai

seorang anggota suatu masyarakat budaya.

Salah satu pemanfaatan budaya

Mandailing dalam bahan ajar seperti acara

diskusi (markobar) para tetuah adat yang

melibatkan dalihan natolu (mora, kahanggi,

anak boru) dapat dilihat pada gambar LKS

berikut ini:

Page 7: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

147

Gambar 1. Contoh soal matematika berbasis

budaya Mandailing

Hasil penelitian Ontario (2006) juga

menyatakan bahwa komunikasi matematis

tulisan membutuhkan lembar kerja nyata untuk

meningkatkan keaktivan siswa dalam proses

pembelajaran dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Disamping itu siswa

membutuhkan dukungan tambahan dalam

pembelajaran untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis mereka yaitu “guru harus

menerapkan/ menggunakan bahan ajar yang

efektif dalam setiap pemebelajarannya.

Selanjutnya bahan ajar dikatakan efektif

apabila mencapai sasaran yang diinginkan,

baik dari segi tujuan pembelajaran dan prestasi

siswa (penguasaan content dan performance)

yang maksimal. Efektivitas bahan ajar dalam

penelitian ini dapat dilihat dari data hasil tes

kemampuan komunikasi matematis, respon

siswa, waktu aktivitas siswa, dan

keterlaksanaan bahan ajar yang disajikan pada

tabel berikut ini:

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa (Tes

kemampuan komunikasi matematis)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa

ketuntasan siswa secara klasikal pada uji coba

1 hanya 60%, hal ini belum memenuhi kriteria

ketuntasan klasikal sebesar 85%. Sehingga

bahan ajar pada uji coba 1 belum memenuhi

kriteria keefektivan dan dilakukan uji coba 2.

Setelah uji coba 2 dilakukan dan diberikan tes,

ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah

mencapai 90,476%, hal ini telah memenuhi

kriteria ketuntasan yang telah ditentukan.

Peranan bahan ajar dan guru sebagai fasilitator

belajar sangat menentukan keberhasilan

belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hasil penelitian Dewi (2014)

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang

belajar dengan model pembelajaran

matematika berbasis komunikasi dan

berbudaya Indonesia (PM berbasis KMBBI) di

SMP Kota Medan. Lawrence (2013)

mengatakan bahwa “Ethnomathematics work

ranges from field reports of mathematical uses

by various cultural groups, to applications in

classrooms, cross-cultural projects, …”.

Suwito (2016) yang menyatakan bahwa

pembelajaran berdasarkan budaya Jawa dan

Madura (etnomatematika) menunjukkan hasil

yang sangat positif, yang diindikasikan adanya

hasil pengerjaan LKS yang baik dan hasil tes

yang baik pada materi keluarga segiempat dan

Keteran

gan

Uji Coba 1 Uji Coba 2

Jumlah

Siswa (%)

Jumlah

Siswa (%)

Tuntas 12 60 19 90,476

Tidak

tuntas 8 40 2 9,524

Page 8: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

148

dengan pembelajaran ini juga mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam

mempresentasikan hasil karyanya. Selain itu,

respon siswa terhadap bahan ajar berada pada

kategori positif, karena rata-rata seluruh aspek

respon siswa lebih besar dari 80%, hal ini

dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2. Data hasil respon siswa

No Aspek

Rata-

Rata

(%)

Krite

ria

(%)

1 Perasaan senang siswa

terhadap bahan ajar. 94,29

80

2 Respon siswa terhadap

kebaruan bahan ajar. 95,24

3 Respon siswa terhadap

keberminatan

mengikuti

pembelajaran

selanjutnya.

95,24

4 Respon siswa terhadap

kejelasan bahasa yang

digunakan pada bahan

ajar.

97,62

5 Respon siswa terhadap

ketertarikan pada

penampilan bahan

ajar.

92.85

Tabel 3. Data waktu aktivitas siswa

Secara keseluruhan, kelima kategori

aktivitas siswa telah mencapai persentase

waktu ideal yang ditetapkan karena berada

pada batas toleransi.

Tabel 4. Data hasil keterlaksanaan bahan ajar

Berdasarkan hasil analisis data uji coba 2,

bahan ajar yang dikembangkan sudah

memenuhi kriteria efektif, karena semua

indikator keefektifan yakni ketuntasan belajar

secara klasikal, respon siswa, waktu aktivitas

siswa, dan keterlaksanaan bahan ajar sudah

memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Selanjutnya, peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 2. Nilai Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa

Indikator membuat gambar adalah indikator

yang paling meningkat dibandingkan dengan

indikator yang lain dengan nilai N-Gain

sebesar 0,73 dan berada pada kategori

“tinggi”. Sedangkan indikator membaca

gambar, mathematical expression, dan written

text berada pada kategori “sedang”. Menurut

Penga

mat

Rata-Rata Skor

Pertemuan- Rata-

Rata

total 1 2 3

1 4,53 4,47 4,59

4,39 2 4,05 4,18 4,53

Rata-

Rata 4,29 4,32 4,56

Kriteri

a

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Sangat

Baik

Persentase Setiap Jenis Aktivitas (%)

Aktivi

tas 1

Aktivi

tas 2

Aktivi

tas 3

Aktivi

tas 4

Aktivi

tas 5

Rata-

rata 24.75 17.78 28.15 26.30 4.07

Kriteria

20 % ≤

PWI ≤

30 %

10 % ≤

PWI ≤

20 %

25 % ≤

PWI ≤

35 %

25 % ≤

PWI ≤

35 %

0 % ≤

PWI ≤

5 %

Page 9: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

149

Ontario (2010) hal ini disebabkan oleh

“Another student might have a different, yet

equally valid, answer to the same question,

and that student’s understanding would be

revealed in his or her explanation”.

Maksudnya adalah setiap siswa memiliki cara

yang berbeda-beda dalam mengembangkan

kemampuan komunikasi matematisnya, dan

hal yang paling sering dilakukan siswa dalam

memahami masalah adalah dengan membuat

gambar terlebih dahulu agar lebih mudah

dipahami. Selain itu, Yoshida (2002)

menyatakan bahwa such board writing

includes the use of figures and diagrams of

students’ solutions and strategies to a lesson

problem.. Dengan demikian, sangat wajar

ketika indikator membuat gambar merupakan

indikator yang lebih baik dari indikator yang

lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban

siswa seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. Hasil jawaban siswa pada uji coba 1

Pada test uji coba 1, kemampuan

siswa dalam membuat gambar belum lengkap

dan sempurna, hal ini terlihat dari jawaban

siswa yang hanya mampu membuat diagram

cartesiusnya saja, tanpa dilengkapi dengan

grafiknya. Namun, pada tes uji coba 2

kemampuan membuat gambar siswa sudah

lebih baik, hal ini dapat dilihat dari jawaban

siswa yang lebih lengkap seperti pada gambar

di bawah ini.

Gambar 4. Hasil jawaban siswa pada uji coba 2.

Untuk menunjukkan bagaimana peran

bahan ajar (textbooks) dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa

seperti yang diharapkan dalam pembelajaran

matematika., pembelajaran harus

menggunakan bahan ajar (textbooks) karena

bahan ajar dapat memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan kemampuan

komunikasi matematisnya. Penelitian Vui

(2013) menyatakan bahwa “Communication is

a tool which can help students to form

questions or ideas about concepts. Most of

teachers in Vietnam really need a practical

framework to develop students’ mathematical

communication in their actual classrooms.”

Maksudnya adalah sebagian besar guru di

Vietnam membutuhkan lembar kerja untuk

membangun kemampuan komunikasi

matematis siswa. Pentingnya kemampuan

komunikasi matematis siswa dikembangkan

juga dikatakan oleh Margareth dan Syahputra

(2017) yang menyatakan bahwa “students’

Page 10: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

150

mathematical communication ability is really

need to be developed, because through

mathematical communication students can

think mathematically both oral and writing.”

Wood (2012), Vale dan Barbosa (2017)

mengatakan “mathematical communication is

the ability to communicate mathematical

knowledge properly and effectively.

Communication is an essential process in

learning mathematics”.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data di atas,

diperoleh kesimpulan bahwa bahan ajar

berbasis budaya Mandailing efektif untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa, karena semua indikator

keefektivan bahan ajar telah memenuhi kriteria

yang ditetapkan yakni ketuntasan belajar

klasikal mencapai 90,467%, respon siswa

positif terhadap bahan ajar, waktu aktivitas

siswa berada pada waktu ideal, dan bahan ajar

terlaksana dengan sangat baik. Oleh karena itu

guru hasrus mampu mengembangkan bahan

ajar yang sesuai dengan karakter siswa. Peran

budaya dalam pembelajaran harus

dimaksimalkan agar siswa lebih tertarik untuk

mengikuti pembelajaran yang akan berakibat

kepada kemampuan matematis siswa semakin

baik. Peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa pada indikator membuat

gambar matematis berada pada kategori

“tinggi”, indikator membaca gambar

matematis, mathematical expression, dan

written text berada pada kategori “sedang”.

Indikator kemampuan komunikasi matematis

yang paling meningkat adalah kemampuan

membuat gambar matematis.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan di atas, maka dapat disarankan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan bahan

ajar berbasis berbasis budaya Mandailing

untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

2. Siswa dapat menggunakan bahan ajar ini

dalam belajar kelompok maupun mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. (2011). Penurunan Rasa Cinta

Budaya Dan Nasionalisme Generasi

Muda Akibat Globalisasi. Jurnal

Sosial Humaniora, Vol 4 No. 2,178-

185

Ahmad Dan Jazuli. (2009). Jigsaw Type Of

Cooperative Learning As A Means

Of Improving High School Students’

Mathematical Communication

Ability. International Journal For

Educational Studies,207-217

Akker, J.V.D. dkk. (2007). Design Approaches

and Tools in Education and

Training. Kluwer Academic

Publisher.

Bansho and Math Congress, (2010).

Communication in the Mathematics

Classroom. ISSN: 1913 8482.

Toronto: The Literacy and Numeracy

Secretariat.

Cai, J. et all (2009). Effective mathematics

teaching from teachers perspective

(Eds).. Rotterdam: Sense Publishers.

Cheng,Q and Wang, J. (2016). Curriculum

Opportunities for Number Sense

Development: A Comparison of

First-Grade Textbooks in China and

the United States. Department of

Teaching and Learning University of

Nevada, Las Vegas,52-1

Page 11: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

151

Dewi, I. (2014). Pengembangan Model

Pembelajaran Matematika Berbasis

Komunikasi Berkarakter dan

Berbudaya Indonesia (PM Berbasis

KMBBI) Siswa SMP di Kota Medan.

International Confrence on

Mathematics, Science, Technology,

Education and their Aplication.

Despina,D and Harikleia, L. (2016). Addition

and Subtraction Word Problems in

Greek Grade A and Grade B

Mathematics Textbooks: Distribution

and Children’s.

Fujiati & Mastur. (2014). Keefektifan Model

Pogil Berbantuan Alat Peraga

Berbasis Etnomatematika Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematis.

UNNES Journal of Mathematics

Education.

Hodiyanto. (2017). Kemampuan Komunikasi

Matematis Dalam Pembelajaran

Matematika. Admathedu Vol.7 No.1

Juni 2017,9-18

Hwang and Choe. (2016). Actual Conditions

of Operating Mathematics

Instruction In Accordance With The

Current 7th National Curriculum In

Korea. (Seoul : Korea Institute of

Curriculum and Evaluation), 21-1

Izzati,N. (2010). Komunikasi Matematik dan

Pendidikan Matematika

Realistik.Prosiding UNY. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Kaymakci, Selahattin. (2012). A Review

of Studies on Workseets in Turky.

Turky: US-China Education

Review, p. 57-64, ISSN 1548-6613.

Lawrence, S and Palhares, P. (2013). The Role

of Ethnomathematics in

Mathematics education. Colombia:

Revista Latinoamericana de

Etnomatemática, 6(3), 4-6.

Lestari, I. (2013). Pengembangan bahan ajar

berbasis kompetensi. Padang:

Akademia Permata.

Lomibao, dkk. (2016). The Influence of

Mathematical Comunication on

Students’ Mathematics Performance

abd Anxiety. American Journal of

Educational Research, Vol. 4, No. 5,

378-382.

Margareth, EG dan Syahputra, E. (2017). The

Difference of Students’ Ability on

Mathematics Communication

Through Numbered Heads Together

Combined with Inductive Deductive

Approach and Expository Method.

Advances in Social Science,

Education and Humanities Research,

volume 104,326-329

Martini. ( 2011). Pembelajaran Standar

Proses Berkarakter. Jakarta: Prenada

Ontario Ministry of Education. (2006). A

guide to effective instruction in

mathematics, Kindergarten to grade

6: Volume 2 – Problem solving and

communication. Toronto: Queen’s

Printer for Ontario.

Ontario Ministry of Education. (2010).

Communication in the Mathematics

Classroom. Toronto: Ontario

Sefalianti,B. (2014). Application Of

Supervised Enquiry Approach On

Students Skills In Mathematical

Communication And Mathematical

Disposition. Jurnal Pendidikan Dan

Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014, Artikel

2 . Issn : 2356-3915 11-20

Suwito, dkk. (2016). Pengembangan Model

Pembelajaran Matematika SMP

Kelas VII Berbasis Kehidupan

Jawara (Jawa dan Madura) Di

Kabupaten Jember. Jember: Jurnal

Ilmiah Pendidikan Matematika Vol.

4 No. 2. 79-84

Vale,I And Barbosa,A. (2017). The

Importance Of Seeing In

Mathematics Communication.

Journal Of The European Teacher

Education Network 2017, Vol. 12,

49-63

Vui, T. (2013). Enhancing Classroom

Communication To Develop

Students' Mathematical

Thinking.Vietnam: Hue University

Wood, L. (2012). Practice And Conceptions:

Communicating Mathematics In The

Workplace. Educational Studies In

Mathematics, 79(1), pp. 109-125.

Page 12: EFEKTIVITAS BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA ...

MAJU, p-ISSN: 2355-3782 Volume 7 No. 2, September 2020 e-ISSN: 2579-4647 Page : 141-152

152

Xenopontos and Christos, EP. (2016).

Opportunities of Learning Through

The History of Mathematics: The

Example Of National Textbooks In

Cyprus And Greece. International

Journal for Mathematics Teaching

and Learning,18-1

Yoshida, M. (2002). Developing Effective Use

of The Blackboard Study. Retrieved

June 12, 2007, from RBS Lesson

Study Conference 2002: 429-445