EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SEMBUNG … · Pemakaian antibiotik yang tidak terkontrol...
Transcript of EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SEMBUNG … · Pemakaian antibiotik yang tidak terkontrol...
EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SEMBUNG
RAMBAT (Mikania micrantha, H.B.K.) TERHADAP BAKTERI
GRAM POSITIF YANG RESISTEN PENISILIN
RH GUMELAR YOGA TANTRA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas
Antimikroba Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K)
terhadap Bakteri Gram Positif yang Resisten Penisilin adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
RH GumelarYoga Tantra
NIM B04100033
ABSTRAK
RH GUMELAR YOGA TANTRA. Efektivitas Antimikroba Ekstrak Daun
Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) terhadap Bakteri Gram Positif
yang Resisten Penisilin. Dibimbing oleh USAMAH AFIFF dan SITI SA’DIAH.
Pemakaian antibiotik yang tidak terkontrol dewasa ini telah memicu
munculnya bakteri yang resisten, diantarannya adalah bakteri yang resisten
terhadap penisilin. Oleh karena itu perlu dilakukan banyak penelitian dalam
mencari obat antimikroba baru. Salah satu yang berpotensi adalah sambung
rambat (Mikania micrantha) yang merupakan tanaman invasive alien species.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat efektifitas ekstrak daun Mikania
micrantha dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif yang resisten
terhadap penisilin G. Pada penelitian ini ekstrak kasar daun Mikania micrantha
diuji antimikroba terhadap bakteri Gram positif yang telah resisten terhadap
penisilin G. Metode yang digunakan pengujian efektifitas antibakteri secara in
vitro dengan metode difusi dalam berbagai konsentrasi . Hasil yang didapat
ekstrak kasar daun Mikania efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif yang resisten terhdapa penisilin G dengan konsentrasi efektif 80%
(gram/ml).
Kata kunci: Antimikroba, Mikania micrantha, bakteri resisten penisilin
ABSTRACT
RH GUMELAR YOGA TANTRA. Antimicrobial Effectivity of Mikania
micrantha Leaves Extract against Penicillin Resistant Positive Gram Bacteria.
Supervised by USAMAH AFIFF and SITI SA’DIAH.
The used of antibiotic which is uncontroled has lead to the emergence of
resistant bacteria, such as penicillin-resistant bacteria. Therefore, many research
in finding new antimicrobial drugs are barely needed to be conducted. One of the
potential herbs is Mikania micrantha known as sembung rambat in Indonesia, an
invasive alien species. The aim of this research was to showed effectivity of crude
ethanolic extract of Mikania micrantha leaveas in inhibiting the growth of
penicillin G resistent positive Gram bacteria. The crude ethanolic extract of
Mikania micrantha leaves was tested penicillin G-resistant positive-Gram bacteria.
The method used for in vitro effectivity test in this research was well diffusion
agar method in various concentrations. The results obtained that crude ethanolic
extract of Mikania micrantha leaveas showed effectivity in inhibiting the growth
of penicillin G resistent positive Gram bacteria and the effective concentration is
80% (g / ml).
Keywords: Antimicrobial, Mikania micrantha, penicillin-resistant bacteria
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SEMBUNG
RAMBAT (Mikania micrantha, H.B.K.) TERHADAP BAKTERI
GRAM POSITIF YANG RESISTEN PENISILIN
RH GUMELAR YOGA TANTRA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Efektivitas Antimikroba Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania
micrantha H.B.K.) terhadap Bakteri Gram Positif yang Resisten
Penisilin
Nama : RH Gumelar Yoga Tantra
NIM : B04100033
Disetujui oleh
Drh. Usamah Afiff, M.Sc
Pembimbing I
Siti Sa’diah, S.Si, M.Si, Apt.
Pembimbing II
Diketahui oleh
Drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah
Antimikroba, dengan judul Efektivitas Antimikroba Ekstrak Daun Sembung
Rambat (Mikania micrantha, H.B.K.) terhadap Bakteri Gram Positif yang
Resisten Penisilin.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh. Usamah Afiff, M.Sc dan
Ibu Siti Sa’diah, S.Si, M.Si, Apt. selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Imam Mawardi peneliti di lembaga
SAEMEO BIOTROP yang telah banyak membantu penelitian ini, Zakia Izza, Asfi
RL, M Mirzan A, Yusuf Adi N, Didik P, Yulita M, E Carakantara, teman-teman
ACROMION 47 dan para anak kandang SRC IPB yang telah membantu
memberikan inspirasi dan membantu kesuksesan penelitian ini. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
RH Gumelar Yoga Tantra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE 5
Bahan 5
Alat 5
Lokasi dan Waktu Penelitian 5
Prosedur Penelitian 5
Prosedur Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Isolat bakteri Gram positif yang resisten terhadap penisilin G 8
Tabel 2 Diameter hambat ekstrak kasar terhadap isolat asal susu 9
Tabel 3 Diameter hambat ekstrak kasar terhadap isolat asal kulit 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Daun sembung rambat (Mikania micrantha) 2
Gambar 2 Mekanisme degradasi antibiotik beta-laktam oleh enzim beta
laktamase. 3
Gambar 3 Diagaram uji identifikasi bakteri gram positif 7
Gambar 4 Zona hambat ekstrak sembung rambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus sensitif (a) dan Staphylococcus aureus
resisten terhadap penisilin G (b) 11
Gambar 5 Interaksi antara konsentrasi ekstrak kasar daun sembung rambat
terhadap diameter zona hambat pada bakteri resisten 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data zona hambat 16
Lampiran 2 Contoh perhitungan ANOVA dengan IBM SPSS Statistics 21® 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemakaian antibiotik yang tidak terkontrol telah memicu munculnya bakteri
yang resisten. Hal ini membuat pengobatan dengan antibiotik terhadap infeksi
bakteri menjadi tidak efektif. Contoh dari kasus ini adalah resistensi antibiotik
golongan penisilin. Antibiotik ini merupakan antibiotik kelompok β-laktam yang
ampuh dalam menangani infeksi bakteri Gram positif. Namun karena pemakaian
antibiotik jenis ini yang tidak terkendali memunculkan strain bakteri Gram positif
yang resisten terhadap antibiotik tersebut. Oleh karena itu selain mengontrol
pemakaian antibiotik golongan penisilin, sudah selayaknya dilakukan
pengembangan antimikroba jenis baru yang dapat digunakan dalam penanganan
kasus infeksi bakteri terutama yang telah resisten terhadap antibiotik tertentu.
Antimikroba alternatif dapat berasal dari berbagai sumber, namun dewasa
ini yang paling marak diteliti adalah antimikroba herbal. Antimikroba jenis ini
dianggap lebih aman ketika digunakan dan relatif sulit menimbulkan resistensi.
Sembung rambat (Mikania micrantha) termasuk ke dalam famili Asteraceae,
merupakan tanaman asli daerah Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman
ini adalah gulma dalam bentuk herba yang tumbuh merambat dan merupakan
salah satu invasive alien species di Asia termasuk Indonesia, tanaman ini memiliki
kemampuan tumbuh cepat, mudah menyebar, dan daya adaptasinya tinggi
(Sankaran 2013). Tanaman ini termasuk ke dalam 100 tanaman alien species
paling merugikan dan 10 besar tanaman eksotik paling merugikan di Asia Selatan
dan Asia Tenggara karena memiliki sifat invasif yang tinggi. Sembung rambat
dapat tumbuh menutupi kanopi tanaman lain dengan sangat cepat dan
menyebabkan tanaman tersebut mati karena kekurangan cahaya (Tripathi 2010).
Penelitian terhadap sembung rambat menunjukan adanya potensi antibakteri
dalam tumbuhan ini. Ekstrak daun tersebut terbukti dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif yang menyebabkan mastitis pada sapi namun
kurang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif (Haisya et
al. 2013). Pola dari antimikroba esktrak kasar Mikania micrantha mirip dengan
pola antibiotik golongan penisilin yang ampuh dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif namun kurang ampuh dalam menghambat bakteri Gram
negatif.
Perumusan Masalah
Mikania micrantha merupakan tanaman gulma yang sering tidak
termanfaatkan padahal tanaman ini memiliki potensi yang besar sebagai salah satu
antimikroba alternatif. Untuk itu perlu diadakan penelitian untuk melihat apakah
ekstrak Mikania micrantha efektif sebagai antimikroba untuk bakteri Gram positif
yang resisten penisilin.
2
Gambar 1 Daun sembung
rambat (Mikania micrantha)
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas ekstrak daun sembung
rambat (Mikania micrantha) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif yang resisten terhadap penisilin G.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah melihat efektivitas daun sembung rambat
yang memiliki sifat antibakterial yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
yang resisten terhadap penisilin G sekaligus menentukan konsentrasi efektif yang
dapat digunakan pada ekstrak kasar daun sembung rambat.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup upaya identifikasi dan isolasi bakteri Gram positif
yang telah resisten terhadap penisilin G dan membahas efektifitas antimikroba
ekstrak kasar daun sembung rambat terhadap isolat bakteri yang resisten terhadap
penisilin G sekaligus konsentrasi efektifnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Sembung Rambat (Mikania micrantha, H.B.K.)
Tanaman sembung rambat (Mikania
micrantha, H.B.K.) merupakan tanaman dari
famili Asteraceae. Morfologi daun sembung
rambat tumbuh berpasangan dengan bentuk
segitiga, ujung runcing, dan tepian bergerigi.
Panjang daun berukuran antara 4-13 cm. Batang
sembung rambat panjang menjalar dengan
diameter rata rata 1,5 mm (Tripathi et al. 2012).
Tanaman rambat ini dapat tumbuh di daerah
tropis hingga subtropis asalkan tempat
tumbuhnya memiliki kelembaban tanah >15%
dengan pH tanah 4,15-8,35 baik tanah tersebut
kaya maupun miskin unsur hara. Suhu paling
baik untuk pertumbuhan sembung rambat adalah
>21 °C (Sankaran 2013). Sembung rambat
tumbuh dengan baik pada daerah dengan
paparan sinar matahari yang tinggi. Namun
demikian tanaman ini juga dapat tumbuh pada daerah yang teduh (Tripathi et al.
2012). Di Asia Tenggara tanaman ini banyak dijumpai pada lahan-lahan pertanian
dan perkebunan seperti teh, karet, dan kelapa sawit. Kandungan biokimia dalam
tanaman ini memiliki zat aktif khas bernama mikanolide dan dihidromikanolide.
Zat tersebut termasuk ke dalam golongan sesquiterpene yang banyak dijumpai
pada tanaman famili Asteraceae. Mikanolide dan dihidromikanolide diketahui
memiliki aktifitas antibakteri dan antimikroba (Tripathi et al. 2012). Selain itu
3
kandungan volatil daun sembung rambat (Perez 2010) antara lain α-pinene,
camphene, β-pinene, α-felandrene, β-ocimene, linalool, geranyl acetate, terpenol,
geraniol, dan thymol. Berdasarkan uji fitokimia (Haisya et al. 2013), daun
sembung rambat memiliki kandungan steroid, tanin, flavonoid, dan alkaloid.
Resistensi Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan suatu mikroorganisme yang
dapat membunuh mikroorganisme lainnya. Resistensi bakteri terhadap antibiotik
adalah kemampuan alamiah bakteri untuk mempertahankan diri terhadap efek
antibiotik. Bakteri yang menjadi target operasi antibiotik beradaptasi secara alami
untuk menjadi resisten dan tetap melanjutkan pertumbuhan demi kelangsungan
hidup meski dengan kehadiran antibiotik. Mekanisme munculnya resistensi
bakteri terhadap antibiotik secara garis besar ada 4, antara lain: aktivasi enzim
yang dapat merusak obat, contohnya β-lactamase yang dihasilkan Staphylococcus
yang mampu merusak cincin β-lactam penisilin. Kedua, peningkatan efluks
sehingga mengurangi akumulasi obat, contohnya resistensi pada tetrasiklin terjadi
bila membran sel bakteri menjadi impermeabel terhadap obat tersebut. Ketiga,
perubahan tempat ikatan pada organel bakteri, contohnya aminoglikan dan
eritromisin terikat pada ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein namun
pada bakteri resisten, tempat ikatan obat bisa mengalami modifikasi sehingga
ikatan tersebut tidak lagi memiliki afinitas terhadap obat. Keempat, perkembangan
jalur metabolik alternatif (Fontana et al. 1990). Proses terjadinya resistensi pada
antibiotik penisilin pada umumnya memiliki 3 mekanisme, yaitu destruksi
antibiotik dengan beta-laktamase, menurunkan penetrasi antibiotik untuk
berikatan dengan protein transpeptidase, dan menurunkan afinitas ikatan antara
protein pengikat tersebut dengan senyawa antibiotik (Fontana et al. 1990). Pada
genus Staphylococcus dan sebagian besar bakteri enterik berbentuk batang,
resistensi penisilin terjadi karena bakteri tersebut memiliki enzim beta-laktamase
yang dapat memecah cincin beta-laktam pada antibiotik tersebut dan membuatnya
menjadi tidak aktif (Fontana et al. 1990).
Gambar 2 Mekanisme degradasi antibiotik beta-laktam oleh enzim beta
laktamase.
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi berbahaya bagi manusia. Bakteri ini bersifat non motil dan
tumbuh berkelompok seperti buah anggur. Diamater satu sel bakteri S. aureus
antara 1 µm (Freeman-Cook 2006). Warna koloni putih kekuningan, permukaan
halus sedikit menonjol (konveks) dan cenderung opaque. Dinding sel bakteri S.
aureus hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel
tebal berupa peptidoglikan. Hal tersebut yang menyebabkan infeksi bakteri ini
4
lebih sulit diobati oleh antibiotik (Seckbach dan Oren 2010). Genus
Staphylococcus memberikan hasil yang positif terhadap uji katalase (Engelkirk
2008).
S. aureus dapat ditemukan pada kulit dan membran mukosa hewan berdarah
panas (manusia adalah salah satu karier utama). Sebanyak 10-40% manusia
dewasa dalam keadaan sehat diketahui memiliki koloni S. aureus dalam rongga
hidungnya. Selain itu S. aureus juga ditemukan pada air atau permukaan benda.
Bakteri ini tumbuh pada kisaran suhu yang cukup luas, yaitu 15-45 °C. Jika
keadaan lingkungan tidak menguntungkan maka S. aureus dapat bertahan dalam
bentuk dorman selama bertahun-tahun (Freeman-Cook 2006). Infeksi S. aureus
diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat,
pneumonia, meningitis, dan arthritis yang terjadi pada manusia maupun hewan.
Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah,
oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik (Madigan et al. 2008). S. aureus juga
menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan
O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan
menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan
fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga sel
pertahanan tubuh inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat
(Madigan et al. 2008).
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu anggota genus
Staphylococcus yang memiliki sifat koagulase negatif dan agen patogen
oportunistik. Bentuk koloni bakteri ini secara makroskopik mirip dengan S.
aureus, namun koloni S. epidermidis cenderung lebih kecil dan beberapa strain
memiliki kemampuan hemolisis (Engelkirk 2008). Beberapa karakteristik bakteri
ini adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, gram-positif, berbentuk
kokus, dan berdiameter 0,5-1,5 µm. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan
membran mukosa manusia dan hewan (Jodi 2008). Infeksi S. epidermidis dapat
terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit
dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit tersebut atau sering disebut
infeksi nosokomial (Jodi 2008). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang
yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna
obat terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang
dirawat dalam waktu lama (Jodi 2008). Banyak strain dari S. epidermidis yang
diketahui bersifat resisten, terutama terhadap methicillin dan penisilin. Secara
umum S. epidermidis yang resisten banyak ditemukan di saluran pencernaan,
namun S. epidermidis yang hidup di kulit juga dapat menjadi resisten karena
terpapar antibiotik yang dieksresikan keringat (Salyers dan Whitt 2002). Pada
hewan bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit yang cukup merugikan
seperti perikarditis traumatika, endokarditis, dan mastitis pada sapi perah (Dufour
et al. 2012).
Bacillus cerus
Genus Bacillus terutama Bacillus cereus terkait dengan kejadian penyakit
foodborne disease. Gejala umum yang disebabkan oleh bakteri ini adalah diare,
muntah, dan keram perut (Jay et al. 2005). Foodborne disease yang disebabkan
5
bakteri ini terjadi karena kemampuan bakteri ini untuk membentuk endospora saat
makanan yang terkontaminasi B. cerus dimasak, spora tersebut mampu bertahan
dari panas hingga 100oC, kemudian setelah makanan didinginkan endospora
tersebut akan berkecambah dan menghasilkan populasi B. cerus baru. Bakteri
tersebut akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan asam (Ehling et al.
2004). Namun kejadian penyakit karena Bacillus cereus masih lebih rendah dari
penyakit yang disebabkan oleh Salmonella (Adams dan Moss 2008). Bacillus
cereus diketahui memiliki patogenitas lebih tinggi dibandingkan spesies Bacillus
yang lain. Umumnya bakteri ini merupakan sumber foodborne disease, selain itu
bakteri ini juga menginfeksi saluran pencernaan dan juga dapat menyebabkan
infeksi pada mata dan sepsis (Price dan Frey 2003). Pada hewan bakteri ini dapat
menyebabkan omphalitis pada anak ayam dan infeksi yang dapat bersifat sistemik
pada mamalia, namun tingkat kejadiannya rendah karena bakteri ini lebih bersifat
bakteri penyebab foodborne disease (Kotiranta et al. 2000).
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun sembung rambat segar, sampel swab
kulit manusia, sampel susu sapi segar, Blood Agar (BA), Tryptone Soya Agar
(TSA), Manitol Salt Agar (MSA), dan Muller Hinton Agar (MHA), kristal violet,
lugol, safranin, Brain Heart Infusion (BHI), etanol 70%, benzylpenisilin G
Sigma®, aquades steril, dan NaCl fisiologis steril.
Alat
Alat yang digunakan antara lain trashbag, plastik sampel dengan seal,
cotton bud steril, kaca objek, ose, bunsen, corong, tabung erlenmeyer, tabung
reaksi, kertas saring, grinder, ayakan, timbangan analitik, larutan standar Mc
Farland 1, mikroskop Olympus CH30®, Oven Memmert®, orbital shaking
incubator Firstek OSI-501D®, vaccum evaporator, dan forteks Thermolyne®.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium bakteriologi Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan dan PAU SEAFAST Institut Pertanian Bogor. Kegiatan dimulai dari bulan
Januari sampai Juni 2014.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Simplisia
Pengambilan sampel dilakukan di sekitar kampus Dramaga Institut
Pertanian Bogor dan dilakukan pada bulan Januari - April. Bagian tanaman yang
diambil hanya daun, tanpa bunga, tangkai, dan akar. Kriteria tanaman yang
digunakan sebagai sampel adalah tumbuh di tempat yang terkena cukup sinar
matahari dan memiliki daun yang bagus, utuh, serta tidak terserang penyakit.
Daun yang diambil bukan merupakan daun yang terlalu muda.
6
Daun dijemur dengan bagian atas tertutup trashbag agar terlindung dari
sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan selama kurang lebih 2 hari hingga
kadar air dalam daun berkurang dan siap dioven. Daun kemudian dioven dengan
oven Memmert pada suhu 50 °C selama 3 hari (72 jam). Setelah kering, daun
dihaluskan menggunakan grinder hingga menjadi serbuk simplisia.
Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan maserasi menggunakan pelarut etanol
70%, dengan perbandingan simplisia dan pelarut 1:10. Dalam satu labu
erlenmeyer ukuran 500 ml terdapat 25 gram simplisia dan 250 ml etanol 70%.
Labu-labu erlenmeyer tersebut diletakkan di orbital shaking incubator Firstek
OSI-501D® dengan suhu 25°C dan kecepatan putaran 125 rpm selama 72 jam.
Evaporasi
Hasil maserasi disaring dengan kertas saring hingga diperoleh filtratnya.
Filtra tersebut dievaporasi dilakukan dengan tujuan menghilangkan pelarut
maserasi (etanol 70%) dengan cara menguapkan pelarut pada suhu 60oC dalam
tekanan 1.5 atm menggunakan vaccum evaporator. Hasil evaporasi berupa ekstrak
kasar (crude extract) dalam bentuk serbuk.
Identifikasi dan Isolasi Bakteri Gram Positif Resisten Penisilin
Sampel bakteri diperoleh dari beberapa sumber. Pertama, swab dari hewan
yang diduga terinfeksi bakteri dan swab dari tangan manusia, dengan media
transpot BHI. Kedua isolasi dari susu yang berasal dari sapi yang diduga terkena
mastitis klinis dan subklinis. Sampel dibiakan dalam Blood Agar dengan suhu
37oC selama 24 jam. Setelah tumbuh, koloni bakteri yang muncul diseleksi dan
diisolasi pada media TSA miring. Isolat yang telah tumbuh diidentifikasi dengan
teknik pewarnaan Gram yang meliputi pewarnaan dengan kristal violet dan
safranin untuk melihat morfologi dan jenis gram bakteri, bakteri Gram positif
yang didapat lalu ditumbuhkan pada media TSA yang mengandung penisilin G
dengan kadar bertingkat mulai dari 1 IU/ml, 10 IU/ml, dan 100 IU/ml tiap petri.
Bakteri yang tumbuh merupakan bakteri yang resisten penisilin dan kemudian
diisolasi. Isolat bakteri yang didapat kemudian diidentifikasi spesiesnya.
Uji Antimikroba
Uji antimikroba dilakukan menggunakan metode Kirby-Bauer (Bauer et al.
1966) dan media uji yang digunakan adalah MHA. Antimikroba yang digunakan
adalah ekstrak daun Mikania micrantha dan penisilin sebagai pembanding.
Ekstrak Mikania kering dilarutkan dalam etanol 70% sampai homogen dengan
berbagai konsentrasi (gram/ml): 0% (E0), 5% (E1), 7.5% (E2), 10% (E3), 20%
(E4), 30% (E5), 40% (E6), 60% (E7), 80% (E8), 100% (E9), dan penisilin G
(Pen) digunakan estimasi 10 IU/ml tiap sumuran. Inokulum bakteri diambil dari
biakan pada media TSA miring dengan ose steril kemudian ditumbuhkan kembali
dalam medium BHI 4-5 ml dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
Kemudian dilakukan pengamatan terhadap jumlah bakteri yang tumbuh dengan
menyetarakan kejernihan biakan cair dengan larutan standar Mc Farland 1 yang
setara dengan 3 x 108 CFU/ml. Jika tingkat kekeruhannya terlalu tinggi biakan
bakteri diencerkan dengan NaCl fisiologis 0.85 hingga kekeruhannya sama
7
dengan larutan standar Mc Farland I. Biakan bakteri diambil 1 ml dan dituang
kemudian diratakan pada MHA kemudian ditunggu hingga seluruh cairan terserap
dalam MHA. Media MHA yang telah diinokulasi dilubangi dengan pelubang
steril dengan diameter 6 mm untuk membuat sumuran dan jarak antar sumuran +
3 cm. Sumuran dalam MHA ditetesi sampel dengan volume 25 µl tiap sumuran.
Setelah itu MHA diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan zona hambat yang
tercipta diamati dan diukur besarnya.
Gambar 3 Diagaram uji identifikasi bakteri gram positif
Prosedur Analisis Data
Hasil pengamatan dan perhitungan daya kerja antimikroba disusun
berdasarkan Rancang Acak Lengkap (RAL) kemudian dianalisis dengan Analysis
of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk menguji
perbedaan terhadap perlakuan yang ada dengan menggunakan program IBM SPSS
Statistics 21®.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil isolasi bakteri Gram positif yang resisten terhadap penisilin diperoleh
tujuh isolat bakteri. Bakteri yang terisolasi merupakan bakteri yang telah diseleksi
melalui beberapa tahap kultur pada media yang mengandung penisilin G dengan
konsentrasi kecil hingga dapat ditumbuhkan pada media kultur yang mengandung
penisilin G dalam konsentrasi tinggi. Metode tersebut lebih efektif dalam
membuat bakteri menjadi lebih resisten daripada dengan langsung menumbuhkan
8
bakteri langsung pada media yang mengandung penisilin G dengan konsentrasi
tinggi. Pemberian penisilin G konsentrasi rendah (1 IU/ml) pada kultur pertama
membuat bakteri sensitif saja yang tereliminasi, sedangkan bakteri yang sedikit
resisten hingga yang resisten akan tetap hidup. Kemudian isolat tersebut dikultur
ulang pada media yang mengandung penisilin G dengan konsentrasi lebih besar
(10 IU/ml) hingga isolat dapat dikultur pada media yang mengandung penisilin G
dengan konsentrasi tinggi (100 IU/ml). Jenis isolat bakteri Gram positif yang
resisten terhadap penisilin G seperti tampak pada tabel 1.
Tabel 1 Isolat bakteri Gram positif yang resisten terhadap penisilin G
Kode
isolat Asal
Sifat
gram
Bentuk
struktur
Uji
katalase MSA Spesies bakteri
S1 Susu positif Cocus
bergerombol
positif Kuning Staphylococcus
aureus
S2 Susu positif Cocus
bergerombol
positif Kuning Staphylococcus
aureus
K1 Kulit positif Cocus
bergerombol
positif Kuning Staphylococcus
aureus
K2 Kulit positif Cocus
bergerombol
positif Kuning Staphylococcus
aureus
K3 Kulit positif Cocus
bergerombol
positif Merah Staphylococcus
epidermidis
K4 Kulit positif Cocus
bergerombol
positif Merah Staphylococcus
epidermidis
Bc Susu positif Batang
berspora
- - Bacillus cerus
Proses isolasi bakteri resisten, bakteri sensitif akan mati sehingga hanya
bakteri yang resisten yang tumbuh, hal tersebut dapat terjadi karena keberagaman
genetik bakteri dalam satu koloni dimana dalam suatu koloni pasti ada populasi
yang sensitif dan ada pula populasi yang resisten terhadap antibiotik (Fontana et
al. 1990). Pada genus Staphylococcus dan sebagian besar bakteri enterik
berbentuk batang, resistensi penisilin terjadi karena bakteri tersebut memiliki
enzim beta-laktamase yang dapat memecah cincin beta-laktam pada antibiotik
tersebut dan membuatnya menjadi tidak aktif (Fontana et al. 1990). Mekanisme
yang terjadi diawali dengan pemutusan ikatan C-N pada cincin beta-laktam dan
mengakibatkan antibiotik tidak dapat berikatan dengan protein transpeptidase
sehingga terjadi kehilangan kemampuan untuk menginhibisi pembentukan
dinding sel bakteri (Vardanyan dan Hruby 2006). Selain itu, secara alami pada
bakteri Gram positif memiliki plasmid yang di dalamnya terdapat gen yang
mengatur pembentukan enzim beta-laktamase. Plasmid dapat ditransfer antar
spesies bakteri sehingga kemampuan resistensi antibiotik dapat menyebar antar
spesies (Queener dan Webber 1986).
Bakteri yang telah resisten akan sangat berbahaya bila menginfeksi manusia
dan hewan, terutama untuk bakteri yang merupakan flora normal pada tubuh
seperti Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus
aureus merupakan bakteri normal pada kulit dan saluran pernafasan atas, namun
bakteri ini dapat bersifat oportunis (Madigan et al. 2008). S. aureus dapat
9
menyebabkan selulitis folikulitis, dan abses. Selain itu, bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal seperti pneumonia, meningitis,
osteomielitis, endokarditis, toxic shock syndrome, dan sepsis baik pada manusia
maupun hewan (Gillet et al. 2002). Sama seperti Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis juga merupakan bakteri yang normal hidup di kulit
dan membran mukosa (Jodi 2008) . Namun beberapa strain bakteri ini diketahui
telah resisten terhadap beberapa antibiotik seperti penisilin, amoksisilin, dan
methicillin. Strain tersebut lebih sering ditemukan di lingkungan rumah sakit dan
dapat menginfeksi pasien (Otto 2009). Kedua bakteri juga menyebabkan mastitis
pada sapi perah sehingga produksi susu sapi dapat turun hingga lebih dari 30%
dan penyakit ini semakin sulit diatasi karena semakin banyak bakteri yang telah
resisten terhadap beberapa jenis antibiotik (Dufour et al. 2012). Sedangkan pada
Bacillus cerus, bakteri ini jarang dilaporkan menginfeksi hewan maupun manusia,
namun bakteri ini lebih berpotensi sebagai agen foodborne disease dengan tingkat
kejadian sekitar 2-5% (Stenfors et al. 2008). Proses isolasi pada penelitian ini
menunjukan bahwa bakteri yang telah resisten dapat ditemukan pada tubuh
manusia dan produk asal hewan seperti susu, tentu ini sebuah ancaman baru
penyakit infeksius.
Tabel 2 Diameter hambat ekstrak kasar terhadap isolat bakteri asal susu
Perlakuan Zona Hambat (mm)
S1 S2 Bc
E0 6.00 + 0.00a 6.00 + 0.00
a 6.00 + 0.00
a
E1 10.33 + 0.58b 11.33 + 0.58
bc 10.33 + 0.58
b
E2 11.67 + 0.58c 12.00 + 1.00
bc 11.67 + 0.58
b
E3 13.33 + 0.58d 12.67 + 1.15
c 13.67 + 0.58
c
E4 14.33 + 0.58e 14.67 + 0.58
d 15.00 + 0.00
cd
E5 15.67 + 0.58f 15.67 + 0.58
d 16.33 + 1.53
d
E6 16.67 + 0.58g 17.33 + 0.58
e 18.33 + 1.53
e
E7 19.00 + 1.00h 19.67 + 0.58
f 20.67 + 2.08
f
E8 20.67 + 0.58i 22.33 + 0.58
g 21.00 + 2.00
f
E9 19.67 + 0.58h 19.67 + 1.53
f 19.33 + 0.58
ef
Pen 6.00 + 0.00a 11.00 + 1.00
b 6.00 + 0.00
a
Keterangan: superscript (a), (
b), dsb yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan
perbedaan yang berbeda nyata (P < 0.05).
S1= Staphylococcus aureus I, S2= Staphylococcus aureus II, Bc= Bacillus cerus, E0=
konsentrasi ekstrak 0%, E1= konsentrasi ekstrak 5%, E2= konsentrasi ekstrak 7.5%,
E3= konsentrasi ekstrak 10%, E4= konsentrasi ekstrak 20%, E5= konsentrasi ekstrak
30%, E6= konsentrasi ekstrak 40%, E7= konsentrasi ekstrak 60%, E8= konsentrasi
ekstrak 80%, E9= konsentrasi ekstrak 100%, Pen= penisilin G 10 IU/ml.
Uji efektivitas antimikroba merupakan uji untuk melihat kemampuan suatu
zat dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Dalam penelitian ini, mikroba yang
digunakan adalah bakteri. Pengujian ekstrak kasar daun Mikania menggunakan
beberapa perlakuan konsentrasi yang berbeda untuk mendapatkan konsentrasi
efektif. Konsentrasi ekstrak kasar yang dipakai ialah 0% (E0), 5% (E1); 7.5%
(E2); 10% (E3); 20% (E4); 30% (E5); 40% (E6); 60% (E7); 80% (E8); dan 100%
(E9) (gram/ml). Sedangkan sebagai pembanding ialah larutan penisilin G (Pen) 10
IU/ml dimana ini merupakan dosis penisilin G yang dipakai pada media kultur sel.
10
Hasil yang diperoleh ekstrak kasar daun Mikania mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif yang telah resisten terhadap penisilin G
berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran dengan
variasi yang berbeda-beda setiap dosisnya. Zona hambat di sekitar sumuran
merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap senyawa antimikroba.
Suatu zat antimikroba dikatakan potensial bila zona hambat yang terbentuk lebih
besar atau sama dengan 10 mm (Harvey et al 2007).
Ekstrak kasar daun sembung rambat dapat menciptakan zona hambat yang
cukup potensial. Seperti pada isolat Staphylococcus aureus asal susu (S1) terlihat
peningkatan konsentrasi mempengaruhi peningkatan zona hambat yang berbeda
nyata (P< 0.05) antara E1, E2, E3, E4, E5, E7, dan E8 (tabel 2). Pada semua E0
tampak semua nilai zona hambatnya 6.00 + 0.00 mm, nilai tersebut sebenarnya
menunjukan bahwa E0 tidak memiliki efektifitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri. Konsentrasi optimum secara umum dicapai pada konsentrasi
80% (E8) seperti yang ditunjukan pada nilai E8 pada isolat S2 yang memiliki
diameter hambat sangat tinggi mencapai 22.33 + 0.58 mm, sedangkan bila
konsentrasinya ditingkatkan zona hambat yang muncul cenderung menurun
diameternya seperti nilai E9 pada isolat S2 dimana ketika konsentrasinya
ditingkatkan diameter zona hambatnya mengecil menjadi 19.67 + 1.53 mm.
Tabel 3 Diameter hambat ekstrak kasar terhadap isolat bakteri asal kulit
Perlakuan Zona Hambat (mm)
K1 K2 K3 K4
E0 6.00 + 0.00a 6.00 + 0.00
a 6.00 + 0.00
a 6.00 + 0.00
a
E1 10.33 + 0.58b 11.33 + 1.53
b 11.33 + 0.58
b 10.33 + 0.58
b
E2 11.33 + 0.58bc
11.67 + 1.15b 10.33 + 0.58
b 10.67 + 0.58
b
E3 12.33 + 0.58c 12.33 + 0.58
b 12.67 + 1.15
c 13.67 + 0.58
c
E4 14.67 + 0.58d 14.67 + 0.58
c 14.00 + 0.00
d 14.33 + 0.58
c
E5 15.67 + 0.58d 15.33 + 0.58
cd 15.67 + 0.58
e 15.67 + 0.58
d
E6 17.00 + 1.00e 16.67 + 0.58
d 17.67 + 0.58
f 16.67 + 0.58
e
E7 18.67 + 0.58f 19.33 + 0.58
e 18.67 + 0.58
fg 19.00 + 1.00
f
E8 20.33 + 0.58g 21.33 + 1.53
f 21.00 + 1.00
h 20.67 + 0.58
g
E9 19.67 + 0.58fg
19.00 + 0.00e 19.67 + 0.58
g 20.33 + 0.58
g
Pen 10.33 + 0.58b 6.00 + 0.00
a 6.00 + 0.00
a 6.00 + 0.00
a
Keterangan: superscript (a), (
b), dsb yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan
yang berbeda nyata (P < 0.05).
K1= Staphylococcus aureus I, K2= Staphylococcus aureus II, K3= Staphylococcus epidermidis I,
K4= Staphylococcus epidermidis II, E0= konsentrasi ekstrak 0%, E1= konsentrasi ekstrak 5%,
E2= konsentrasi ekstrak 7.5%, E3= konsentrasi ekstrak 10%, E4= konsentrasi ekstrak 20%, E5=
konsentrasi ekstrak 30%, E6= konsentrasi ekstrak 40%, E7= konsentrasi ekstrak 60%, E8=
konsentrasi ekstrak 80%, E9= konsentrasi ekstrak 100%, Pen= penisilin G 10 IU/ml.
Hasil efektifitas antimikroba ekstrak kasar daun sembung rambat terhadap
isolat bakteri resisten penisilin G yang berasal dari kulit juga memberikan hasil
yang mirip dengan isolat yang berasal dari susu. Pada isolat Staphylococcus
epidermidis (K3) terlihat peningkatan konsentrasi mempengaruhi peningkatan
zona hambat yang berbeda nyata (P< 0.05) antara E1, E3, E4, E5, E6, E8, dan E9
(tabel 3). Konsentrasi optimum secara umum dicapai pada konsentrasi 80% (E8)
seperti yang ditunjukan pada nilai E8 K3 yang sangat tinggi mencapai 21.00 +
1.00 mm, sedangkan bila konsentrasinya ditingkatkan zona hambat yang muncul
11
cenderung menurun diameternya seperti pada nilai E9 S2 ketika konsentrasinya
ditingkatkan diameter zona hambatnya mengecil menjadi 19.67 + 0.58 mm.
Hajra et al. (2010) menyebutkan ekstrak daun sembung rambat memberikan
hambatan yang lebih efektif terhadap pertumbuhan bakteri Gram positif dan
kurang efektif terhadap bakteri Gram negatif, pola ini mirip dengan pola daya
hambat yang dimiliki penisilin. Ekstrak kasar daun sembung rambat efektif
terhadap bakteri Gram positif yang telah resisten terhadap penisilin G
dibandingkan dengan penisilin G (gambar 4). Dengan demikian kandungan zat
aktif dalam ekstrak sembung rambat potensial untuk dikembangkan sebagai
antimikroba alternatif. Berdasarkan Tripathi et al. (2012) tanaman sembung
rambat memiliki zat aktif khas bernama mikanolide dan dihidromikanolide. Zat
tersebut termasuk ke dalam golongan sesquiterpene yang banyak dijumpai pada
tanaman famili Asteraceae. Mikanolide dan dihidromikanolide diketahui memiliki
aktifitas antibakteri namun mekanisme pasti dari zat aktif tersebut masih belum
diketahui.
Gambar 4 Zona hambat ekstrak sembung rambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus sensitif (a) dan Staphylococcus
aureus resisten terhadap penisilin G (b)
Keterangan: E0= konsentrasi ekstrak 0%, E7= konsentrasi ekstrak 60%,
E8= konsentrasi ekstrak 80%, E9= konsentrasi ekstrak 100%, Pen=
penisilin G 10 IU/ml.
Pola yang dibentuk antara konsentrasi ekstrak kasar daun sembung rambat
terhadap diameter zona hambat pada bakteri asal susu maupun kulit memiliki pola
yang sama. Peningkatan konsentrasi mempengaruhi pembesaran diameter zona
hambat sampai pada titik 80% setelah itu bila konsentrasi ditingkatkan yang
terjadi adalah penurunan diameter zona hambat. Penurunan diameter zona hambat
kemungkinan disebabkan oleh penurunan daya difusi zat aktif dalam ekstrak
dalam media, meskipun jumlah zat aktifnya lebih banyak namun daya sebar dalam
medianya menurun dan membuat diameter zona hambatnya menjadi kecil. Daya
difusi suatu zat antimikroba pada media kultur mempengaruhi zona hambat yang
akan terbentuk, semakin mudah berdifusi dalam media maka efek kerja zat
tersebut juga akan meningkat (Collins et al. 1995). Selain itu, daya difusi suatu zat
antimikroba juga dipengaruhi oleh besar molekul zat aktif tersebut, semakin besar
12
ukuran molekul suatu zat aktif maka daya difusinya akan semakin rendah (Collins
et al. 1995).
Gambar 5 Interaksi antara konsentrasi ekstrak kasar daun sembung rambat
terhadap diameter zona hambat pada bakteri resisten
S1= Staphylococcus aureus I, S2= Staphylococcus aureus II, Bc=
Bacillus cerus,K1= Staphylococcus aureus I, K2= Staphylococcus aureus
II, K3= Staphylococcus epidermidis I, K4= Staphylococcus epidermidis II
Konsentrasi yang dibutuhkan ekstrak daun Mikania untuk dapat mencapai
zona hambat optimum cukup besar yaitu 80% (gram/ml) atau dibutuh 0.8 gram
ekstrak kasar yang dilarutkan dalam 1 ml pelarut, hal tersebut disebabkan
minimumnya jumlah zat aktif yang berperan sebagai antimikroba dalam ekstrak.
Penggunaan etanol 70% dalam proses maserasi mengakibatkan semua komponen
baik polar maupun non-polar daun Mikania tertarik oleh pelarut. Bila semua
komponen tertarik, maka konsentrasi zat aktif yang berperan sebagai antimikroba
dalam ekstrak akan menjadi kecil (Gamse 2002). Besar konsentrasi zat aktif
dalam ekstrak juga dipengaruhi oleh iklim dan kondisi tanah. Zat aktif yang
terkandung dalam tumbuhan pada dasarnya adalah metabolit sekunder tumbuhan.
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa pada sel
dan grup taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress tertentu.
Senyawa ini diproduksi hanya dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus untuk
mempertahankan diri dari habitatnya dan tidak berperan penting dalam proses
metabolism utama (primer). Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder memiliki
beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk),
melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan hama/penyakit
(phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur tumbuh
dan untuk bersaing dengan tanaman lain atau disebut alelopati (Mariska 2013).
Oleh karena itu besarnya curah hujan, lamanya penyinaran matahari, dan kondisi
tanah sangat mempengaruhi besarnya kandungan zat aktif dalam tanaman.
0
5
10
15
20
25
5% 7,5% 10% 20% 30% 40% 60% 80% 100%
Zona
ham
bat
(m
m)
Konsentrasi ekstrak kasar (gram/ml)
S1
S2
Bc
K1
K2
K3
K4
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak daun Mikania micrantha berpotensi menjadi antimikroba alternatif
untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif yang telah resisten terhadap
penisilin G dengan konsentrasi efektif 80% (gram/ml).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap gulma Mikania micrantha
sebagai antimikroba alternatif untuk menangani bakteri Gram positif diantaranya
mengisolasi zat aktif yang bermanfaat sebagai zat antibakteri dari tumbuhan ini
dan pengaplikasiannya dalam berbagai bentuk sediaan farmasi. Selain itu juga
pengujian efek zat aktif secara in vivo.
DAFTAR PUSTAKA
Adams MR, Moss MO. 2008. Food Microbiology. Cambridge (UK): The Royal
Society of Chemistry. p. 185.
Bauer AW, Kirby WM, Sherris JC, Turck M. 1966. Antibiotic Susceptiblity
Testing by a Standardized Single Disc Method. Am J Clin Pathol.
Collins CH, lyne PM, Grange JM. 1995. Collins and Lyne’s Microbiological
Methods, 7th Ed. London (GB): Butterworth-Heinemann Ltd.
Dufour S, Dohoo IR, Barkema HW, DesCôteaux L, DeVries TJ, Reyher KK, Roy
JP, Scholl DT. 2012. Epidemiology of coagulase-negative staphylococci
intramammary infection in dairy cattle and the effect of bacteriological
culture misclassification. J Antimicrob Chemother 66: 216–
225.doi:10.1093/jac/dkq417
Ehling SM, Fricker M, Scherer S. 2004. Bacillus cereus, the causative agent of an
emetic type of food-borne illness. Mol Nutr Food Res 48 (7): 479–87.
Engelkirk PG, Engelkirk JD. 2008. Laboratory Diagnosis of Infectious Diseases:
Essentials of Diagnostic Microbiology. Philadelphia (US): Lippincott
Williams & Wilkins. p. 217-223.
Fontana R, Canepari P, Lleò MM, Satta G. 1990. Mechanisms of resistance of
enterococci to beta-lactam antibiotics. European Journal of Clinical
Microbiology & Infectious Diseases 9 (2): 103–105.
doi:10.1007/BF01963633
Freeman-Cook L, Freeman-Cook K. 2006. Deadly Diseases and Epidemics:
Staphylococcus aureus Infection. USA: Chelsea House Publishers. p. 26-
28.
14
Gamse T. 2002. Liquid-liquid Extraction and Solid-Liquid Extraction. New York
(US): Graz Pr.
Gillet Y, Issartel B, Vanhems P, Fournet JC, Lina G, Bes M, Vandenesch F,
Piémont Y, Brousse N, Floret D, Etienne J et al. 2002. Association
between Staphylococcus aureus strains carrying gene for Panton-Valentine
leukocidin and highly lethal necrotising pneumonia in young
immunocompetent patients. The Lancet. 359:753–59
Haisya NBS, Latifah AR, Suratno RP, Sa’diah S, Affif U. 2013. Sembung rambat
(Mikania micrantha H.B.K.) as natural alternative antibacterial and its
study against bacterial common as causative agent in cattle mastitis in
Indonesia. CISAK 2013. Daejeon, Korea Selatan. 7 Juli 2013.
Hajra SA, Mehta, Pandey P, John J, Mehta P. 2010. Antibacterial Property of
Crude Extract of Mikania micrantha.Asian J. Exp. Biol. Sci. Spl. 2010:158-
160.
Harvey RA, Champe PC, Fisher BD. 2007. Microbiology, 2nd Ed. Philadelphia
(US): Lippincott William & Wilkins. p. 147.
Jay JM, Loessner MJ, Golden DA. 2005. Modern Food Microbiology, 7th Ed.
USA: Springer Science & Business. p. 619-620.
Jodi AL . 2008. Staphylococcus: Molecular Genetics. London (GB): Caister
Academic Press.
Kotiranta A, Lounatmaa K, Haapasalo M . 2000. Epidemiology and pathogenesis
of Bacillus cereus infections. Microbes Infect 2 (2): 189–98.
Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP. 2008. Biology of
Microorganisms, 12th Ed. San Francisco (US): Pearson.
Mariska I. 2013. Metabolit Sekunder: Jalur pembentukan dan kegunaannya. BB
BIOGEN [Internet]. [diunduh 2014 Agustus 26]. Tersedia pada:
http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2013/08/metabolit-sekunder-
jalur-pembentukan-dan-kegunaannya/
Otto M . 2009. Staphylococcus epidermidis - the 'accidental' pathogen. Nature
Reviews Microbiology 7. 8: 555–567
Perez MC, Ocotero VM, Balcazar RI, Jimenez FG. 2010. Phytochemical and
pharmacological studies on Mikania micrantha H.B.K. (Asteraceae). Int.
J. Exp. Botany. 79: 77-80.
Price P, Frey KB. 2003. Microbiology for Surgical Technologists. USA: Delmar
Learning.
Queener SF dan Webber JA. 1986. Beta-lactam Antibiotics for Clinical Use.
London (GB): Informa Healthcare.
Sankaran KV. 2013. Mikania micrantha: Mile A Minute Weed. Asia-Pacific
Forest Invasive Species Network, Invasive Pest Fact Sheet.
Salyers AA and Whitt DD. 2002. Bacterial Pathogenesis: A Molecular Approach,
2nd ed. Washington D.C (US): ASM Press.
15
Seckbach J, Oren A. 2010. Microbial Mats: Modern and Ancient Microorgnisms
in Stratified Systems. London (GB): Springer Science & Business Media.
p. 371, 374.
Stenfors ALP, Fagerlund A, Granum PE. 2008. From soil to gut: Bacillus cereus
and its food poisoning toxins. FEMS Microbiol Rev. 32 (4): 579–606.
doi:10.1111/j.1574-6976.2008.00112.
Tripathi RS, Khan ML, Yadav AS. 2012. Biology of Mikania micrantha H.B.K.:
A Review. Invasive Alien Plants: An Ecological Appraisal for The Indian
Subcontinent.
Vardanyan R dan Hruby VJ. 2006. Synthesis of essential drugs. London (GB):
Elsevier Science.
16
Lampiran 1 Data zona hambat
Kode
Isolat Ulangan
Zona Hambat (mm)
Pen
Konsentrasi ekstrak
E0 E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9
S1
I 6 6 10 12 13 14 15 17 18 20 19
II 6 6 11 12 13 14 15 17 19 21 20
III 6 6 10 11 14 15 16 16 20 21 20
S2
I 11 6 12 12 14 15 16 18 19 22 18
I 10 6 11 13 12 14 16 17 20 23 21
III 12 6 11 11 12 15 15 17 20 22 20
K1
I 10 6 10 11 12 15 16 17 19 20 20
II 11 6 10 12 13 14 16 18 18 21 19
III 10 6 11 11 12 15 15 16 19 20 20
K2
I 6 6 10 13 12 14 15 17 19 20 19
II 6 6 11 11 13 15 15 16 20 23 18
III 6 6 13 11 12 15 16 17 19 21 20
K3
I 6 6 11 11 12 14 16 18 18 21 20
II 6 6 11 10 14 14 15 17 19 22 19
III 6 6 12 10 12 14 16 18 19 20 20
K4
I 6 6 10 10 14 14 16 17 19 21 20
II 6 6 10 11 14 15 15 17 20 21 20
III 6 6 11 11 13 14 16 16 18 20 21
Bc
I 6 6 11 12 13 15 15 18 20 23 19
II 6 6 10 11 14 15 16 18 19 23 19
III 6 6 10 12 14 15 15 17 20 21 20
Rata-rata 7,33 6,00 10,76 11,33 12,95 14,52 15,52 17,10 19,14 21,24 19,62
Simpang deviasi 2,20 0,00 0,83 0,86 0,86 0,51 0,51 0,70 0,73 1,09 0,80
S1= Staphylococcus aureus I, S2= Staphylococcus aureus II, Bc= Bacillus cerus,
K1= Staphylococcus aureus I, K2= Staphylococcus aureus II, K3=
Staphylococcus epidermidis I, K4= Staphylococcus epidermidis II, E0=
konsentrasi ekstrak 0%, E1= konsentrasi ekstrak 5%, E2= konsentrasi ekstrak
7.5%, E3= konsentrasi ekstrak 10%, E4= konsentrasi ekstrak 20%, E5=
konsentrasi ekstrak 30%, E6= konsentrasi ekstrak 40%, E7= konsentrasi ekstrak
60%, E8= konsentrasi ekstrak 80%, E9= konsentrasi ekstrak 100%, Pen= penisilin
G 10 IU/ml.
17
Lampiran 2 Contoh perhitungan ANOVA dengan IBM SPSS Statistics 21®
Sampel S1 (Staphylococcus aureus asal susu)
ONEWAY Zona_S1 BY Perlakuan
/POLYNOMIAL=1
/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN LSD ALPHA(0.05).
Descriptives
Zona Hambat S1 (mm)
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
E1 3 10,3333 ,57735 ,33333 8,8991 11,7676 10,00 11,00
E2 3 11,6667 ,57735 ,33333 10,2324 13,1009 11,00 12,00
E3 3 13,3333 ,57735 ,33333 11,8991 14,7676 13,00 14,00
E4 3 14,3333 ,57735 ,33333 12,8991 15,7676 14,00 15,00
E5 3 15,6667 ,57735 ,33333 14,2324 17,1009 15,00 16,00
E6 3 16,6667 ,57735 ,33333 15,2324 18,1009 16,00 17,00
E7 3 19,0000 1,00000 ,57735 16,5159 21,4841 18,00 20,00
E8 3 20,6667 ,57735 ,33333 19,2324 22,1009 20,00 21,00
E9 3 19,6667 ,57735 ,33333 18,2324 21,1009 19,00 20,00
Pen 3 6,0000 ,00000 ,00000 6,0000 6,0000 6,00 6,00
E0 3 6,0000 ,00000 ,00000 6,0000 6,0000 6,00 6,00
Total 33 13,9394 4,94936 ,86157 12,1844 15,6944 6,00 21,00
Dari bagian statistic descriptives terlihat banyaknya perulangan tiap perlakuan
(N= 3) dan rata-rata tiap perlakuan (Mean) sekaligus simpang deviasianya (std.
Deviation) yang nantinya menjadi acuan penyajian data (Mean + std. Deviation).
Test of Homogeneity of Variances
Zona Hambat S1 (mm)
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,118 10 22 ,068
Dari uji Kesamaan Ragam (Test of Homogeneity of Variances) terlihat nilai signifikan
/ Sig. (p-value) 0.068 yang berarti > 0.05, hal ini menunjukan bahwa hasil uji
menunjukan ragam kelompok perlakuan tersebut sama, sehingga uji Anova valid
untuk menguji hubungan ini.
18
ANOVA
Zona Hambat S1 (mm)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 776,545 10 77,655 232,964 ,000
Within Groups 7,333 22 ,333
Total 783,879 32
Hasil uji one way ANOVA yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa uji-F
signifikan pada kelompok uji, ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung sebesar 457.47
yang lebih besar daripada F(10,22) sebesar 2.30 (Fhitung > Ftabel), diperkuat dengan
nilai p = 0.000 lebih kecil daripada nilai kritik α= 0.05, sehingga kesimpulan yang
didapatkan adalah ada perbedaan yang bermakna rata-rata zona hambat untuk tiap
perlakuan tersebut.
Homogeneous Subsets
Zona Hambat S1 (mm)
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Duncana
Pen 3 6,000
E0 3 6,000
E1 3 10,333
E2 3 11,666
E3 3 13,333
E4 3 14,333
E5 3 15,666
E6 3 16,666
E7 3 19,000
E9 3 19,667
E8 3 20,667
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 ,171 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Uji Post Hoc Duncan. Perbedaan tiap kelompok dapat dilihat dari nilai harmonic
mean yang dihasilkan tiap kelompok berada dalam kolom subset yang sama atau
berbeda. Kelompok yang berada pada kolom subset yang berbeda
mengindikasikan bahwa kelompok tersebut berbeda nyata pada taraf α= 0.05,
sebagai contoh E1 hingga E6 berbeda nyata. Sedangkan kelompok yang berada
pada kolom subset yang sama mengindikasikan bahwa kelompok tersebut tidak
berbeda nyata pada taraf α= 0.05, sebagai contoh E7 dan E9 tidak berbeda nyata.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 11 April 1992 dari ayah Edi
Wiyono dan ibu Sri Rejeki. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 2 Kediri dan pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai staf Bagian
Komunikasi dan Informasi BEM FKH Kabinet Veternity masa bhakti 2011/2012,
anggota Cluster Primata Himpunan Minat Profesi Satwa Liar FKH IPB, staf
Bagian Komunikasi dan Informasi Himpunan Minat Profesi Satwa Liar FKH IPB
masa bhakti 2012/2013, dan anggota Club Berkuda IPB Sorcherry Riding Club.
Penulis juga aktif mengikuti lomba Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM)
bidang penelitian, pada tahun 2012 dan tahun 2013 lolos didanai Dikti PKM
bidang Penelitian dan menerima dana hibah penelitian dari Tanoto Foundation.