Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi...

18
www.sulsel.litbang.deptan.go.id EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DALAM PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI PUPUK ORGANIK DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN KAKAO PRODUKTIF Basir Nappu, dkk ABSTRAK Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah kakao menjadi pupuk organik secara mudah dan murah adalah dengan menggunakan mikro organisme lokal (MOL). MOL dapat diperoleh dengan biaya murah bahkan tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan- bahan yang terdapat di sekitar lingkungan kita, antara lain : buah-buahan busuk seperti pisang, mangga, pepaya, atau limbah sayuran, rebung bambu, buah maja atau keong mas. Peran MOL selain sebagai dekomposer juga merupakan bioreaktor yang berfungsi menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi bioreaktor yakni penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman dan kontrol terhadap penyakit yang menyerang tanaman. Berkaitan dengan hal itu, dilakukan kajian efektivitas penggunaan beberapa MOL dalam pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik dan aplikasinya pada tanaman kakao produktif. Pengkajian dilaksanakan di desa Baji Minasa, kecamatan Gantarang Keke, kabupaten Bantaeng, berlangsung mulai bulan Maret hingga Desember 2011. Tujuan kegiatan yaitu (1) untuk mengetahui jenis MOL yang efektif dalam pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik yang diaplikasikan pada kakao produktif dan (2) untuk mengetahui kombinasi penggunaan pupuk organik dan an-organik dalam peningkatan mutu dan hasil tanaman kakao. Lingkup kegiatannya, terdiri atas : (1) pengolahan limbah kakao (menggunakan MOL) menjadi pupuk organik dan (2) aplikasi pupuk organik limbah kakao (POLK) pada tanaman kakao produktif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa jenis MOL yang paling efektif dalam pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik yang diaplikasikan pada kakao produktif adalah MOL Pepaya. Sedangkan penggunaan dosis 2 t POLK/ha + 300 NPK kg/ha merupakan kombinasi pupuk yang dapat meningkatkan produktivitas kakao. Intensitas serangan hama PBK di lokasi penelitian tergolong ringan. Pemberiaan POLK dengan menggunakan bioaktivator MOL pepaya dapat menekan penggunaan pupuk anorganik. Kata Kunci : limbah kakao, MOL, pupuk organik, tanaman kakao

description

jurnal penelitian

Transcript of Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi...

Page 1: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DALAM PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI PUPUK ORGANIK DAN APLIKASINYA

PADA TANAMAN KAKAO PRODUKTIF

Basir Nappu, dkk

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah kakao menjadi pupuk organik secara mudah dan murah adalah dengan menggunakan mikro organisme lokal (MOL). MOL

dapat diperoleh dengan biaya murah bahkan tanpa biaya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang terdapat di sekitar lingkungan kita, antara lain : buah-buahan busuk seperti pisang, mangga, pepaya, atau limbah sayuran, rebung bambu, buah maja atau keong mas.

Peran MOL selain sebagai dekomposer juga merupakan bioreaktor yang berfungsi menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi bioreaktor yakni penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi

tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman dan kontrol terhadap penyakit yang menyerang tanaman. Berkaitan dengan hal itu, dilakukan kajian efektivitas penggunaan beberapa MOL dalam pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik dan aplikasinya pada

tanaman kakao produktif. Pengkajian dilaksanakan di desa Baji Minasa, kecamatan Gantarang Keke, kabupaten Bantaeng, berlangsung mulai bulan Maret hingga Desember 2011. Tujuan kegiatan yaitu (1) untuk mengetahui jenis MOL yang efektif dalam pengolahan limbah kakao

menjadi pupuk organik yang diaplikasikan pada kakao produktif dan (2) untuk mengetahui kombinasi penggunaan pupuk organik dan an-organik dalam peningkatan mutu dan hasil tanaman kakao. Lingkup kegiatannya, terdiri atas : (1) pengolahan limbah kakao

(menggunakan MOL) menjadi pupuk organik dan (2) aplikasi pupuk organik limbah kakao (POLK) pada tanaman kakao produktif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa jenis MOL yang paling efektif dalam pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik yang diaplikasikan pada

kakao produktif adalah MOL Pepaya. Sedangkan penggunaan dosis 2 t POLK/ha + 300 NPK kg/ha merupakan kombinasi pupuk yang dapat meningkatkan produktivitas kakao. Intensitas serangan hama PBK di lokasi penelitian tergolong ringan. Pemberiaan POLK dengan

menggunakan bioaktivator MOL pepaya dapat menekan penggunaan pupuk anorganik. Kata Kunci : limbah kakao, MOL, pupuk organik, tanaman kakao

Page 2: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pengekspor kakao ketiga terbesar di dunia dengan

volume mencapai 655.429 t atau senilai US$ 950,6 juta, dan sebagai penghasil devisa

terbesar ketiga pada sub sektor perkebunan (BPS, 2008). Disamping itu, komoditas kakao

juga berperan penting sebagai sumber mata pencaharian bagi ratusan keluarga tani dan

penggerak roda perekonomian terhadap sektor-sektor lain (Herman, 2000). Pemerintah

sampai saat ini masih menaruh perhatian besar terhadap komoditas ini dan tetap berupaya

terus meningkatkan pengembangannya.

Sulawesi Selatan termasuk penghasil kakao terbesar di Indonesia, dengan produksi

19% dari produksi nasional atau 27% produksi kakao Sulawesi (Dinas Perkebunan Sulawesi

Selatan, 2008). Luas areal penanaman kakao yang tercatat di Sulawesi Selatan sekitar

250.233 ha, produksi 117,118 t, dan produktivitas 470 kg/ha. Produktivitas tersebut

tergolong sangat rendah dibandingkan dengan potensi hasil yang bisa dicapai 2-3 t/ha (Puslit

Kopi dan Kakao, 2004). Selain produktivitas rendah, masalah lain yang dihadapi adalah

rendahnya kualitas biji (berat biji < 1 g, cita rasa lemah). Penyebab utamanya adalah

kurangnya pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, tingkat serangan hama dan

penyakit serta tindakan pasca panen.

Kebijakan pemerintah beberapa tahun terakhir secara bertahap mengurangi subsidi

terhadap pupuk Urea, TSP dan KCl, mengakibatkan harga pupuk terus meningkat dan

menjadi langka sehingga berdampak pada pengurangan penggunaan pupuk termasuk dalam

usahatani kakao, akibatnya produksi menurun. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan

pupuk alternatif untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi lahan agar tetap subur dan

produktif melalui pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal. Salah satunya adalah

pemanfaatan pupuk organik, terutama bahan organik potensial yang ada di pertanaman

kakao atau limbah tanaman dan buah berupa dedaunan yang gugur, kulit buah kakao dan

plasenta/pulpa. Limbah-limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh petani kakao

sebagai bahan-bahan yang berguna dalam pertanaman kakao. Melalui penggunaan mikro

organisme lokal, limbah-limbah tersebut dalam waktu yang relatif singkat dapat dijadikan

kompos yang siap diaplikasikan ke tanaman sebagai pupuk organik. Dengan demikian

Page 3: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

2

kebutuhan pupuk pada tanaman kakao dapat dipenuhi dari pemanfaatan limbah tanaman

kakao, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas kakao.

Lahan perkebunan kakao sebagian besar diperkirakan memiliki kandungan bahan

organik rendah (Puslit Kopi dan Kakao, 2000). Rendahnya kandungan bahan organik tanah di

perkebunan kakao disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penambahan dan hilangnya

bahan organik dari tanah terutama melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Karena itu,

perlu diupayakan untuk peningkatan kandungan bahan organik tanah melalui pemberian

pupuk organik. Pupuk organik merupakan bahan yang ditambahkan ke tanah atau tanaman

yang berasal dari bahan-bahan alamiah organik (sisa tanaman, hewan, manusia) yang telah

melapuk untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.

Bahan Organik tanah merupakan bahan esensial yang tidak dapat digantikan dengan

bahan lain didalam tanah, selain peranannya dapat mempertahankan atau memperbaiki sifat

fisik tanah baik tekstur maupun struktur tanah juga peranan bahan organik dapat mendukung

kehidupan mikro organisme/makro organisme tanah dan sebagai sumber nutrisi bagi

beberapa mahluk hidup di dalam tanah termasuk tumbuhan (Syaifuddin, 2010; Abdullah,

1996).

Potensi limbah kakao sebagai sumber bahan organik cukup besar. Limbah dapat

berupa daun guguran, kulit buah dan plasenta. Bobot kering daun gugur pada tanaman

kakao meningkat menurut umur. Pada umur 10 tahun diperkirakan 5,5 t/ha/tahun (Ling,

1984), sementara itu kulit dan plasenta bobotnya sebanding dengan biji yang dihasilkan

(Shepheerd dan Ngau, 1984).

Limbah kakao mengandung sejumlah unsur hara penting. Jumlah unsur hara setara

pupuk pada daun gugur dan kulit buah dengan produktivitas 1000 kg biji kering/ha yaitu 200

kg Urea, 75 kg TSP, 640 kg KCl, dan 210 kg Kiserit per ha. Jika limbah ini dimanfaatkan

sebagai pupuk, petani telah ikut berperan membantu program pemerintah dalam hal

penghematan penggunaan energi (pupuk buatan) dan pembangunan berwawasan

lingkungan. Jika luas tanaman kakao di Sulawesi Selatan sekitar 200.000 ha, dengan hasil

1000 kg/ha dan pemanfaatan limbah kakao setara pupuk sekitar 1000 kg, sementara harga

pupuk diperkirakan Rp 2.500/kg, maka jumlah penghematan atas penggunaan limbah kakao

ditaksir sekitar Rp 500 Milyar/tahun, suatu jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian

pendapatan petani akan meningkat Rp 2.500.000/ha, lahan pertanaman kakao tetap terjamin

kesuburannya dan produksi kakao diharapkan meningkat dan stabil.

Page 4: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

3

Untuk dapat menjadi pupuk organik, limbah kakao harus mengalami dekomposisi

(pelapukan), melalui pemanfaatan mikro organisme tanah (dekomposer). Beberapa mikro

organisme lokal (MOL) teridentifikasi potensial sebagai dekomposer dan beberapa produk

MOL sudah beredar/dipasarkan di lapang dan di antaranya dapat dikembangkan secara

sederhana oleh petani.

1. 2. Tujuan

a. Tujuan Tahunan :

1) Untuk mengetahui jenis MOL yang efektif dalam pengolahan limbah kakao menjadi

pupuk organik yang diaplikasikan pada kakao produktif

2) Untuk mengetahui kombinasi penggunaan pupuk organik dan an-organik dalam

peningkatan mutu dan hasil tanaman kakao.

b. Tujuan Akhir : Untuk mengetahui pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik

dengan menggunakan MOL dan aplikasinya pada tanaman kakao

produktif.

1.3. Output (Keluaran)

a. Keluaran Tahunan :

1) Tersedianya MOL yang efektif dalam pengolahan limbah kakao menjadi pupuk

organik sebagai alternatif subsitusi pupuk anorganik pada tanaman kakao

produktif.

2) Tersedianya paket teknologi pemupukan organik dan an-organik dalam

peningkatan mutu dan hasil tanaman kakao.

b. Keluaran Tahunan :

Termanfaatkannya paket teknologi penggunaan MOL dalam pengolahan limbah kakao

menjadi pupuk organik untuk diaplikasikan pada tanaman kakao produktif.

1.4. Outcome (Hasil)

1. Peningkatan mutu dan produktivitas kakao > 1,5 ton/ha/thn

2. Berkurangnya penggunaan pupuk an-organik 50% (pemanfaatan pupuk organik

dari limbah kakao sebagai alternatif substtitusi pupuk an-organik)

Page 5: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

4

3. Penurunan biaya produksi > 10%

4. Paket teknologi yang dihasilkan dari kegiatan ini terdiri dari :

a. Teknologi pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik dengan

menggunakan MOL

b. Teknologi aplikasi penggunaan pupuk organik limbah kakao pada tanaman kakao

produktif

1.5. Benefit (Manfaat)

1. Meningkatnya kesadaran petani akan manfaat limbah kakao yang diolah menjadi

pupuk organik

2. Meningkatnya pengetahuan dan skill petani kakao dalam pembuatan pupuk organik

limbah kakao melalui penggunaan MOL efektif

3. Meningkatnya pengetahuan dan skill petani dalam penerapan pemupukan pupuk

organik guna peningkatan mutu dan hasil kakao

4. Meningkatkan pendapatan dan kesejateraan petani

1.6. Impact (Dampak)

1. Terpeliharanya kesuburan tanah baik fisik, kimia maupun biologis

2. Terciptanya produk kakao yang sehat untuk dikonsumsi

3. Terciptanya sistem pertanian berkelanjutan (sustainable Agriculture)

4. Meningkatnya pendapatan regional

Page 6: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kulit buah kakao merupakan salah satu limbah dari perkebunan kakao. Apabila tidak

dimanfaatkan dapat mencemarkan lingkungan di sekitar perkebunan. Salah satu cara untuk

memanfaatkan kulit buah kakao adalah dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai

pupuk organik (Sudirja, 2005).

Spillane (1995) mengemukakan bahwa kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai

sumber unsur hara tanaman dalam bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan

sumber pektin. Sebagai bahan organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan

senyawa yang sangat potensial sebagai medium tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao

sekitar 86 %, dan kadar bahan organiknya sekitar 55,7% (Soedarsono dkk, 1997). Menurut

Didiek dan Yufnal (2004), kompos kulit buah kakao mempunyai pH 5,4, N total 1,30%, C

organik 33,71%, P2O5 0,186%, K2O 5,5%, CaO 0,23%, dan MgO 0,59%.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup yang telah

melapuk. Menurut Sutanto (2002), keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan

pupuk organik adalah memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Kompos adalah

bahan organik mentah yang telah mengalami proses dekomposisi secara alami. Salah satu

limbah pertanian yang baru sedikit dimanfaatkan adalah limbah dari perkebunan kakao yaitu

kulit buah kakao. Selanjutnya Opeke (1984) melaporkan bahwa kulit buah kakao

mengandung protein 9,69%, glukosa 1,16%, sukrosa 0,18%, pektin 5,30%, dan Theobromin

0,20%.

Hakim, dkk. (1986), menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat menambah

cadangan unsur hara di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah dan menambah kandungan

bahan organik tanah. Pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah di antaranya, dapat

memperbaiki pH tanah, meningkatkan kandungan C-organik meningkatkan KTK tanah karena

bahan organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat dan dapat

melepaskan P dari P terfiksasi menjadi P-tersedia bagi tanaman.

Untuk mengolah dan memproduksi pupuk organik secara mandiri perlu dilakukan

dengan menggunakan mikro organism lokal (MOL). Cara ini akan meminimalisasi

Page 7: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

6

penggunaan senyawa kimia sintetis sehingga kualitas lahan tetap terjaga. Fungsi mikroba

lokal yang digunakan membantu pertumbuhan tanaman, kesehatan ekosistem, dan mikroba

tersebut telah beradaptasi baik dengan ekosistemnya.

Salah satu aplikasi dari prinsip pertanian berwawasan lingkungan adalah

mengoptimalkan pengelolaan sumber daya lahan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan

aktivitas biologi tanah, melalui penggunaan pupuk alami hasil dekomposisi mikroba. Sumber-

sumber bahan organik yang tersedia di lokasi perlu dioptimalkan penggunaannya (Rosita,

2007). Bahan-bahan mikro organisme lokal mengandung zat yang diduga berupa zat yang

dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan zat yang mampu mendorong perkembangan

tanaman seperti zyberlin, sitoxinin, auxin, dan inhibitor (Mauludin, 2009).

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai

sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan

makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,

perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman,

sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan pestisida organik

terutama sebagai fungisida (Purwasasmita, 2009). Amalia (2008) juga melaporkan bahwa

keunggulan penggunaan MOL adalah dapat diperoleh dengan biaya murah bahkan tanpa

biaya. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar seperti buah-

buahan busuk (pisang, mangga, pepaya), limbah sayuran (bayam, kangkung), rebung

bambu, buah maja dan keong mas.

Peran MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai

komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi

bioreaktor antara lain penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai

kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi

pertumbuhan tanaman dan kontrol terhadap penyakit yang menyerang tanaman (Kurnia,

2009).

Page 8: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

7

III. METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian meliputi :

a. Pengolahan Limbah Kakao menjadi pupuk organik

b. Aplikasi Pupuk Organik Limbah Kakao (POLK) pada tanaman Kakao Produktif

3.2. Waktu dan Lokasi

Kajian ini dilaksanakan di desa Baji Minasa, kecamatan Gantarang Keke, kabupaten

Bantaeng, berlangsung mulai bulan Maret – Desember 2011. Pengujian laboratorium

untuk kandungan unsur hara MOL dilaksanakan di Laboratorium Tanah BPTP Sulawesi

Selatan, sedangkan untuk pengujian identifikasi dan konsentrasi mikroba setiap jenis MOL

dilaksanakan di Laboratorium Biologi dan Kesehatan Tanah, Balai Penelitian Tanah Bogor.

3.3. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Bahan : bahan kimia laboratorium, pupuk NPK, pestisida, gula pasir, dan air kelapa.

Alat : Ember plastik, drum, karung, tali rafiah dan peralatan lapangan.

3.3. Metode Pengkajian

Ada 2 tahap rangkaian kegiatan yang dilakukan yaitu :

A. Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik

Prosedur pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik adalah sebagai berikut :

limbah kakao (dedaunan dan kulit buah) dikumpulkan pada tempat yang sudah disiapkan,

kemudian dicampurkan dengan kotoran. Limbah kakao berukuran besar dan panjang

dipotong-potong/dicincang). Selanjutnya, ditambahkan Mikro Organisme Lokal (MOL) yaitu

produk mikroba pada setiap tumpukan 30 cm hingga mencapai + 1 meter. Untuk 1 ton

limbah kakao diberikan aktivator 5 liter. Ada 4 jenis MOL yang akan dicobakan yakni MOL

Page 9: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

8

limbah hijauan bayam, MOL limbah pepaya, MOL rebung bambu dan MOL keong mas. Jenis

MOL yang paling cepat menghancurkan limbah kakao merupakan MOL yang tingkat

efektivitasnya tinggi sebagai dekomposer/sebagai aktivator. Dari proses tersebut dihasilkan

kompos, kemudian disaring secara fisik dengan cara mengayak kompos. Selanjutnya siap

diaplikasikan pada tanaman kakao produktif. Sebelum diaplikasi kompos dianalisis di

laboratorium untuk mengetahui kandungan haranya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir berikut (Gambar 1) :

…………..

MOL

Limbah Bayam Limbah Pepaya Limbah Rebung Keong Mas

MOL Limbah Sayuran

MOL Limbah Pepaya

MOL

Limbah Rebung

MOL Limbah Bayam

Limbah Kakao +

Kotoran hewan

MOL Keong Mas

Limbah Kakao +

Kotoran hewan

Limbah Kakao +

Kotoran hewan,

KOMPOS (Pupuk Organik)

Jenis MOL yang efektivitasnya tinggi sebagai

dekomposer adalah MOL Pepaya

TANAMAN KAKAO PRODUKTIF

KOMPOS (Pupuk Organik)

KOMPOS (Pupuk Organik)

KOMPOS (Pupuk Organik)

Limbah Kakao +

Kotoran hewan

Page 10: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

9

Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Limbah Kakao menjadi Pupuk Organik

B. Aplikasi Pupuk Organik Limbah Kakao (POLK) pada Tanaman Kakao Produktif

Aplikasi pupuk organik limbah kakao difokuskan pada tanaman kakao produktif.

Kegiatan ini mengkaji kombinasi perlakuan Pupuk Organik Limbah Kakao (POLK) dan pupuk

an-organik, dengan melibatkan 4 petani kooperator sebagai ulangan. Pemberian pupuk

organik dan an-organik akan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan

dan pada akhir musim hujan. Pupuk diberikan secara sebar dan dicampur dengan tanah

sekitar pohon (batang).

Perlakuan yang dikaji adalah :

A = POLK 2 t/ha + 900 kg NPK/ha

B = POLK 2 t/ha + 600 kg NPK/ha

C = POLK 2 t/ha + 300 kg NPK/ha

D = POLK 5 t/ha

E = 600 kg NPK/ha (tanpa POLK)

Setiap perlakuan diaplikasikan pada 49 tanaman kakao dengan jarak tanam

3 m x 3 m. Sedangkan jumlah pohon untuk sampel pengamatan dari tiap perlakuan adalah

9 pohon, yang berada di tengah pertanaman. Perlakuan disusun dengan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 orang petani sebagai ulangan.

3.4. Pengumpulan/Pengolahan dan Analisis Data

Parameter yang diamati, meliputi komponen hasil yakni jumlah bantalan buah, jumlah

buah yang dipanen/pohon, berat buah, jumlah biji/buah, berat biji/buah, berat biji (100 biji)

dan berat biji kering/ha, serta kondisi serangan hama dan penyakit.

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan sidik ragam, sedangkan

pengaruh perbedaan antar perlakuan diuji dengan “Duncan-test”.

Laporan ilmiah sebanyak 2 buah yang disusun dari kegiatan tersebut akan

dipublikasikan baik melalui prosiding maupun jurnal-jurnal ilmiah yang diterbitkan di

lingkungan Badan Litbang Pertanian.

Page 11: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik

Hasil uji identifikasi dan konsentrasi mikroba dalam 4 jenis MOL yang dikaji disajikan

pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Hasil uji laboratorium identifikasi dan konsentrasi mikroba MOL Keong, MOL Nasi, MOL Bayam, dan MOL Pepaya

No Parameter

Hasil (CFU/mL)

Mol

Keong Mol Nasi Mol Bayam

Mol

Pepaya

Total sel hidup

Total Actinomycetes (≥104) Mikroba Majemuk :

Bakteri Selulolitik (≥105) Fungi Selulolitik (≥104) Fungi Lignolitik (≥104)

1,0 x 104

4,0 x 103 1,1 x 102

*ttd

5,4 x 104

2,6 x 104 2,2 x 104

*ttd

1,0 x 104

1,0 x 104 8,0 x 102

*ttd

1,2 x 103

2,4 x 102 8,0 x 104

*ttd Ket : ttd = tidak terdeteksi

Berdasarkan hasil uji identifikasi dan konsentrasi mikroba MOL diatas menunjukkan

bahwa masing-masing MOL memiliki konsentrasi sel hidup yang meliputi total Actinomycetes,

bakteri selulotik dan fungi selulotik yang beragam kecuali mikroba majemuk fungi lignolitik

yang tidak terdeteksi. Mikroorganisme merombak bahan organik, melepas hara anorganik

yang dibutuhkan tanaman. Jika mikroorganisme tidak ada maka bahan organik akan

berakumulasi, unsur hara tidak tersedia. Mikroorganisme dapat menghasilkan asam-asam

organik seperti asam glukonat (bakteri), asam sitrat, asam oksalat (fungi) dapat melarutkan

mineral, namun fosfat besi, fosfat aluminium resisten terhadap asam-asam tersebut, tetapi

dapat larut oleh as.hidrogen sulfida yang juga dihasilkan oleh mikrooranisme. Sebagian besar

pengurai silikat dan fosfat ditemukan di dalam tanah yang cukup bahan organik sebagai

substrat mikroorganisme. Kobus (1962), mengestimasi bahwa 8 – 95% m.o yang diteliti dari

berbagai contoh tanah dapat menguraikan kalsiumdifosfat.

Hasil uji laboratorium kadar hara pada masing-masing jenis MOL maka didapatkan

hasil sebagai berikut :

Page 12: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

11

Tabel 2. Hasil Uji Kadar N, C dan C/N kompos limbah buah kakao dengan menggunakan

dekomposer MOL Keong, MOL Nasi, MOL Bayam, dan MOL Pepaya terhadap

No Parameter Hasil

Mol Keong Mol Nasi Mol Bayam Mol Pepaya

1

2

3

N-Total, %

C-organik, %

C/N, ratio

0,51

10,02

20

0,54

15,63

29

0,64

10,80

21

0,64

10,80

17

Berdasarkan hasil uji kadar hara pada Tabel 1, menunjukkan bahwa diantara 4 jenis MOL

yang diujikan, MOL buah-buahan yang memiliki ratio C/N yang terendah paling efektif untuk

dijadikan sebagai bahan dekomposer kompos. Nilai C/N dapat dijadikan indikator untuk

mengetahui tingkat dekomposisi dimana makin rendah C/N maka semakin efektif suatu bahan

untuk mendekomposisi kompos.

Hasil uji hara pupuk kompos yang berasal dari limbah kulit kakao dengan

menggunakan dekomposer MOL Pepaya disajikan sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil laboratorium uji kadar hara pupuk kompos

No Parameter Hasil

1

2

3

4

5

6

N-total, % (Kjeldahl)

P2O5, % (Spektrofotmetri)

K2O, % (AAS)

pH (Elektrometri)

C-Organik (Churmies)

C/N Ratio

1,38

0,18

1,01

7,73

5,39

4

Berdasarkan hasil analisis kandungan hara yang terdapat dalam kompos dengan

menggunakan dekomposer MOL Pepaya maka kandungan N-total (1,38 %), kandungan P2O5

(0,18%), Kandungan K2O (1,01%), pH tanah (7,73), kandungan C-Organik (5,39 %),

C/N Ratio (4). Kandungan hara yang terkandung dalam POLK tersebut diatas layak untuk

digunakan sebagai pupuk organik.

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan

organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan

air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan

Page 13: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

12

penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara

dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi

serangan penyakit.

Komponen Hasil Tanaman

Pengaruh budidaya organik yang lebih penting adalah terhadap komponen hasil

terutama terhadap hasil buah. Untuk melihat sejauh mana pengaruh POLK terhadap

komponen hasil kakao maka dilakukan perbandingan data sebelum dan sesudah aplikasi

perlakuan. Hasil pengamatan awal pada tanaman kakao 6 (enam) bulan sebelum aplikasi

pemupukan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4. Pengamatan awal tanaman (6 bulan sebelum aplikasi)

Perlakuan Bantalan buah

Jumlah buah

Berat buah

(g)

Jumlah biji/buah

Berat biji/buah

(g)

Berat 100 biji

(g)

Provitas (t/ha/

6 bln)

A 23,17 a 21,79 a 126,34 a 21,22 a 30,24 a 64,53 a 0,658 a

B 23,37 a 21,49 a 126,33 a 23,60 a 30,14 a 65,51 a 0,647 a

C 23,33 a 21,55 a 126,46 a 23,16 a 30,19 a 64,11 a 0,650 a

D 23,22 a 21,68 a 126,52 a 22,17 a 30,21 a 63,44 a 0,654 a

E 23,49 a 21,46 a 126,99 a 23,80 a 30,15 a 62,25 a 0,647 a

Komponen bantalan buah, komponen jumlah buah, berat buah, jumlah biji, berat

biji dan berat 100 biji pada pertanaman kakao yang dikaji menunjukkan hasil yang tidak

berbeda nyata pada setiap perlakuan sebelum aplikasi. Demikian juga pada produktivitas

tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan yang dicobakan.

Produktivitas tanaman pada awal pengamatan berkisar 0,647 – 0,658 t/ha. Selanjutnya,

pada Tabel 5 disajikan pengamatan pada 6 bulan selama aplikasi pemupukan.

Tabel 5. Pengamatan pada 6 bulan selama aplikasi pemupukan

Perlakuan Bantalan

buah

Jumlah

buah

Berat buah

(g)

Jumlah

biji/buah

Berat

biji/buah (g)

Berat

100 biji (g)

Provitas

(t/ha/ 6 bln)

A 32,17 a 29,63 a 136,44 b 31,32 a 33,64 a 84,60 ab 0,997 a

B 32,37 a 29,77 a 146,33 a 26,70 a 32,04 a 81,22 b 0,954 a

C 32,33 a 30,19 a 143,77 ab 48,88 a 33,46 a 83,10 ab 1,001 a

D 32,22 a 29,76 a 150,60 a 29,19 a 31,08 a 85,58 ab 0,924 a

E 32,49 a 27,61 a 148,26 a 32,04 a 31,24 a 87,54 a 0,862 a

Page 14: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

13

Pengamatan terhadap komponen produksi tanaman selama aplikasi pemupukan

menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan data awal sebelum aplikasi.

Hasil analisis statistik terhadap komponen jumlah bantalan buah menunjukkan tidak ada

perbedaan nyata antar setiap perlakuan, walaupun demikian perlakuan E (600 kg NPK/ha)

memberikan rata-rata tertinggi yaitu 32,49.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman kakao amat responsif terhadap

pemberian bahan organik (POLK) tanah. Produktivitas tanaman berkisar antara

0,862 – 1,001 t/ha. Meskipun analisis statistik menunjukan bahwa produktivitas tanaman

tidak berbeda nyata antar setiap perlakuan, akan tetapi pemberian 2 t POLK/ha + 300 kg

NPK/ha mampu meningkatkan 41% - 54% produktivitas tanaman jika dibandingkan sebelum

aplikasi pemupukan. Penyebab dari peningkatan hasil buah kakao tersebut merupakan

akumulasi dari pengaruh positif pupuk organik terhadap kadar bahan organik tanah,

kandungan hara makro dan mikro dalam kebun, serta terhadap populasi hama dan penyakit

tanaman. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya

daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia.

Serangan Hama dan Penyakit

Serangan hama penggerek buah kakao (PBK) hingga saat ini masih menjadi

masalah serius dalam budidaya secara nasional. Areal serangan PBK sudah merambah ke

seluruh wilayah Indonesia walaupun dengan tingkat kerusakan yang beragam di masing-

masing daerah. Pada lokasi kajian, persentase serangan hama PBK masih dalam kategori

ringan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Persentase buah terserang hama PBK

Perlakuan Persentase buah terserang

A 0,18 a

B 0,18 a

C 0,07 a

D 2,22 a

E 2,49 a

Page 15: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

14

Hama PBK merupakan serangga berukuran mikro, namun memiliki daya rusak yang

cukup besar karena bagian yang dirusak adalah buah kakao yang secara langsung

mempengaruhi produksi dan mutu biji kakao. Buah kakao yang telah terserang PBK

mengakibatkan biji tidak berkembang, lengket satu dengan lainnya, sulit dipisahkan dengan

kulit buah dan apabila dilakukan pengolahan biji akan terjadi fermentasi tidak sempurna.

Kedaan ini mengakibatkan harga kakao dipasaran menjadi rendah dan kurang disukai oleh

konsumen (Baharuddin, 2005).

Analisis Usaha Tani

Analisis ekonomi usaha tani kakao dengan pemberian POLK dilakukan dengan

memperhitungkan faktor-faktor input dan output berdasarkan pada standar harga tahun 2011

di lokasi pengkajian. Komponen biaya yang digunakan terbatas pada biaya langsung. Bahan

POLK yang digunakan sebagai pupuk organik merupakan limbah in-situ yang dianggap tidak

memerlukan biaya langsung. Analisis usahatani penggunaan POLK disajikan sebagai berikut :

Tabel 7. Analisis Usaha Tani

No Uraian Jenis Pemupukan

A B C D E 1. Hasil (kg/ha) 997 954 1.001 924 862

2. Biaya Produksi (Rp/ha) :

Pupuk an-organik 1.800.000 1.200.000 600.000 - 1.200.000

Pestisida/herbisida 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000

Lain-lain 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000

Jumlah Biaya 2.800.000 2.200.000 1.600.000 1.000.000 2.200.000

3. Penerimaan (Rp/ha) 19.940.000 19.080.000 20.020.000 18.480.000 17.240.000

4. Pendapatan (Rp/ha) 15.940.000 16.880.000 18.420.000 17.480.000 14.840.000

B/C 6.1 7.6 11.5 17.5 6,7

Berdasarkan analisis usaha tani pada Tabel 7 tampak bahwa subtitusi POLK secara umum

dapat mengurangi biaya produksi. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh petani lebih

tinggi. Hasil perhitungan B/C ratio tersebut di atas tampak bahwa usaha tani kakao dengan

subtitusi pupuk organik lebih menguntungkan dari usahatani yang hanya menggunakan

pupuk an-organik tanpa subtitusi pupuk organik. Perlakuan pemberian POLK 5 t/ha

menghasilkan B/C ratio tertinggi yaitu 17,5. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian POLK

sebagai substitusi pupuk an-organik berpeluang untuk diaplikasikan pada tanaman kakao

dalam usaha meningkatkan pendapatan petani kakao.

Page 16: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Jenis MOL yang paling efektif dalam pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik

yang diaplikasikan pada kakao produktif adalah MOL Pepaya

2) Penggunaan dosis 2 t POLK/ha + 300 NPK kg/ha merupakan kombinasi pupuk yang

dapat meningkatkan 41 – 54 % produktivitas kakao

3) Intensitas serangan hama PBK di lokasi penelitian tergolong ringan

4) Pemberian POLK dengan bioaktivator MOL buah pepaya dapat menekan penggunaan

pupuk an-organik

5.2. Saran

Guna meningkatkan implementasi penggunaan MOL dalam pengolahan limbah buah kakao

dan atau limbah pertanian lainnya menjadi pupuk organik, perlu upaya sosialisasi dan kegiatan

demonstrasi teknologi yang lebih luas di tingkat petani.

Page 17: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

16

VI. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., 1996. Bahan Organik Peranannya Bagi Perkebunan Kopi dan Kakao. Warta

Puslit Kopi dan Kakao, 2 (22) : 70-80.

Amalia, A., 2008. Pembuatan Starter/MOL (Mikro Organisme Lokal) oleh Petani.

http://organicfield.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 16 Mei 2010)

Baharuddin, 2005. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian.

BPS. 2008. Statistik Perdagangan. BPS, Jakarta.

Didiek H.G dan Y. Away., 2004. Orgadek, Aktivator Pengomposan. Pengembangan Hasil Penelitian Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan Bogor.

Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan. 2008. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan, Makassar.

Goenadi., 1997. Kompos Bioaktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Kumpulan Makalah

Pertemuan Teknis Biotek. Perkebunan Untuk Praktek. Bogor. 18-27.

Hakim, Adiningsih, Rochayati S., 1986. Peranan Bahan Organik dalam Meningkatkan Efisiensi Pupuk dan Produktivitas Tanah. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk.

Puslittan, Bogor.

Herman, 2000. Peranan dan Prospek Pengembangan Komoditas Kakao dalam Perekonomian Regional Sulawesi Selatan. Warta Puslit Kopi dan Kakao 16 (1) : 21 – 31

Kunia, K., 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan dalam Bioreaktor

Tanaman. Pusat Penelitian Bioteknologi ITB. Bandung. 7 hlm.

Ling, A.H., 1984. Cocoa Nutrition and Manuring on Inland Soil in Peninsular Malaysia. The Planter 60 (694) : 12-24

Mauludin, 2009. Pengembangan Bahan Organik Melalui Mikro Organisme Lokal, Kompos dan Pestisida Nabati. http://gofreedomindonesia.com. (Diakses pada tanggal 16 Mei 2010)

Opeke., L.K. 1984. Optimising Economic Returns (Profit) from Cacao Cultivation Through Efficient Use of Cocoa By Products. Proceeding. 9th International Cocoa Research Conference.

Purwasasmita, M., 2009. Mengenal SRI (System of Rice Intensification). http://sukatani-

banguntani.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 25 Juni 2010)

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2000. Laporan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran

1999/2000.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta. 328 hlm.

Puslitkoka, 2008. Budidaya Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember

Page 18: Efektifitas Penggunaan Beberapa Mikro Organisme Lokal MOL Dalam Pengolahan Limbah Kakao Menjadi Pupuk Organik Dan Aplikasinya Pada Tanaman Kakao Produktif

17

Rosita, S.M.D., 2007. Kesiapan Teknologi Mendukung Pertanian Organik Tanaman Obat. Kasus Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Shepherd, R and Y.T. Ngau, 1984. Utilization of by Product of Cocoa Bean Processing. Int. Conf. On Cocoa and Coconut, Malaysia. 17 p.

Soedarsono, S. Abdoellah, E. Aulistyowati., 1997. Penebaran Kulit Buah Kakao Sebagai

Sumber Bahan Organik Tanah dan Pengaruhnya terhadap Produksi Kakao. Pelita Perkebunan 13(2):90-99

Spillane, J., 1995. Komoditi Kakao, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius.

Yogyakarta.

Sudirja R., Solihin M.A., Rosniawaty S., 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing Terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts. Lembaga

Penelitian Universitas Padjadjaran Bandung. 43 hlm.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan Pengembangannya). Kanisius Yogyakarta.

Syaifuddin A., Mulyani L., Sulastri E., 2010. Pemberdayaan Mikroorganisme Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Kemandirian Petani. Ringkasan Karya Tulis. 14 hlm.