EFEK PEMBERIAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN...
Transcript of EFEK PEMBERIAN MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN...
EFEK PEMBERIAN MINYAK KELAPA SAWIT
DENGAN PEMANASAN BERULANG TERHADAP
KADAR KOLESTEROL TOTAL MENCIT STRAIN
BALB/c
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Bonita Nabilla Maharani
NIM : 11141030000062
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat dalam menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa penulis sampaikan
kepada baginda Rasulullah SAW yang telah mengajak kita para umatnya menuju
jalan yang lurus.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran dari Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi, penulis melibatkan berbagai pihak yang
memberikan semangat, bimbingan serta dukungan, sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada pihak yang telah terlibat, di antaranya :
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nurlaely Mida R., S.Si, M. Biomed, Ph.D sebagai pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan arahan, dukungan, serta motivasi yang
membuat penulis semangat dalam menjalankan semua proses dalam
penelitian ini dengan baik.
4. dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed, Ph.D sebagai pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan serta nasehat kepada penulis sehingga
penulis dapat menjalankan semua proses pada penelitian ini dengan baik.
5. Bapak Chris Adhiyanto, MBiomed, PhD selaku penanggung jawab riset
PSKPD angkatan 2014.
6. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya ibu
Ai dan ibu Sur yang telah bersedia membantu selama penelitian ini
vi
berlangsung serta berbagi pengalaman hidup sebagai bekal bagi penulis
untuk ke depannya agar menjadi dokter yang amanah.
7. Kedua orang tua penulis, Brigjen TNI H. Deni D.A.R S.Sos, M. Si (Han)
dan Hj. Niek Wardiani S.H, yang selalu memberikan dukungan dan
nasehat serta doa restu sehingga penulis dapat menyelsaikan penelitian ini
dengan baik. Terima kasih atas semua dukungan kepada penulis sehingga
penulis selalu termotivasi untuk menjadi dokter yang lebih baik lagi bagi
masyarakat kelak.
8. Para kakak penulis, Bobby Feisal Mahardika dan Nadira Ulva Yudiana
yang selalu memberi saya semangat dan dukungan di kala duka dan selalu
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian ini dengan
baik.
9. Teman-teman sejawat dalam penelitian yang sama, Vianca Samara, Desy
Islamiati, Ela Herliana, yang memberikan dukungan penuh serta waktu
dan perjuangan yang penulis dan mereka lakukan bersama demi suksesnya
penelitian penulis. Terima kasih telah menjadi tim yang sangat hebat dan
saling membantu jika penulis mendapat kesulitan. Alhamdulillah, akhirnya
penelitian mencit kita selesai.
10. Sahabat-sahabat penulis Alya Masinta, Diva Zahra, Ade Aurora, Vianca
Samara, yang selalu siap sedia 24 jam meluangkan waktu dan tenaga
untuk penulis serta memberikan hiburan dan semangat untuk penulis agar
penulis tidak putus asa menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih sudah
menjadi sahabat terbaik selama 3 tahun terakhir ini.
11. Sahabat sejak dahulu yang selalu mendukung saya, Pratiwi Dwi Hartanti
dan Lestari Diharsono yang selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis untuk menjadi dokter yang baik. Terima kasih sudah
menjadi sahabat yang selalu ada untuk penulis.
12. Teman-teman yang selalu mendukung saya, Nida Rania, Izzatul Hanifa,
Alissa Rifa, Fazra Mahalli, Alvin Zulmaeta, Azdahar Alwi. Terima kasih
atas doa dan dukungannya selama ini.
vii
13. Teman-teman Official CIMSA UIN 2016/2017, BBQ, terimakasih telah
menjadi lebih dari sekedar partner kerja selama 1 tahun ini yang selalu
memberikan dukungan dan pembelajaran. Sukses untuk kita semua.
14. Teman-teman sejawat PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang memberi motivasi kepada penulis dan telah berjuang bersama dari
semester satu hingga semester akhir, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan teman-teman lain yang tidak
bisa saya sebutkan satu per satu.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat menambah
pengetahuan bagi masyarakat akan bahaya penggunaan minyak goreng berulang
dan dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya. Penulis meminta maaf jika terdapat
kesalahan pada penulisan penelitian ini karena sesungguhnya kesempurnaan itu
hanyalah milik Allah SWT.
Ciputat, September 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Bonita Nabilla Maharani. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Efek Pemberian Minyak Kelapa Sawit
Dengan Pemanasan Berulang Terhadap Kadar Kolesterol Total Mencit
Strain BALB/c. 2017.
Latar belakang: Penggunaan minyak kelapa sawit di Indonesia sangat erat
dengan pengolahan makanan di kehidupan sehari-hari. Meningkatnya konsumsi
minyak goreng yang sudah digunakan berulang-ulang kerap menjadi masalah
pada kesehatan. Tujuan: Mengetahui efek konsumsi minyak goreng kelapa sawit
dan minyak goreng kelapa sawit dengan frekuensi pemanasan berulang terhadap
kadar kolesterol total serum darah mencit strain BALB/c. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental. Terdapat 3 kelompok perlakuan mencit yaitu
Kontrol Negatif, pemberian Minyak Kelapa Sawit tanpa pemanasan, Minyak
Kelapa Sawit dengan Pemanasan. Hasil: Hasil menunjukan nilai rerata kolesterol
total pada mencit strain BALB/c mengalami peningkatan walaupun tidak
signifikan (p=0,232; p 0,05). Simpulan: Konsumsi minyak kelapa sawit tanpa pemanasan dan minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dapat
meningkatkan kadar kolesterol total serum darah.
Kata Kunci: kolesterol total, minyak kelapa sawit, pemanasan berulang
ABSTRACT
Bonita Nabilla Maharani. Medical Studies and Medical Education Program
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Effects of repeatedly heated palm oil in
Cholesterol total in BALB/c strain mice. 2017.
Background: The palm oil consumption in Indonesia is very related with food
processing in daily life. The Increasing of repeatedly heated palm oil consumption
leads problem in people’s health. Objective: To investigate the effect of palm oil
consumption and repeatedly heated palm oil total cholesterol levels of BALB/c
strain mice blood serum. Methods: This type of study is an experimental study.
There are 3 groups of treatment, which are control negative, non repeatedly
heated palm oil, repeatedly heated palm oil. Result: The result showed that the
mean value of cholesterol total in BALB/c strain mice was increased eventhough
the value is not significant (p=0,232; p 0,05). Conclusion: The consumption of
palm oil without heating and repeatedly heated palm oil increased cholesterol
total blood serum.
Keyword: Cholesterol total, palm oil, repeatedly heated
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Hipotesis ..................................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian .....................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................3
1.5.1 Untuk Institusi ..................................................................................3
1.5.2 Untuk Mahasiswa .............................................................................3
1.5.3 Untuk Masyarakat ............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................4
2.1 Landasan Teori .........................................................................................4
2.1.1 Lipid …………...…………………………………………………. 4
2.1.2 Absorpsi dan Metabolisme Lipid ....................................................5
2.1.3 Kolesterol dan Metabolisme Kolesterol Total
2.1.3.1 Kolesterol .............................................................................9
2.1.3.2 Pembentukan Kolesterol...................................................... 10
x
2.1.3.3 Transport Kolesterol dan Lipoprotein.................................. 12
2.1.3.4 Metabolisme Kolesterol........................................................14
2.1.3.4.1 Jalur Metabolisme Eksogen.....................................14
2.1.3.4.2 Jalur Metabolisme Endogen.....................................14
2.1.3.4.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport........................15
2.1.4 Kandungan Minyak Kelapa Sawit ....................................................16
2.1.5 Kandungan Minyak Kelapa Sawit Merek Sania® ........................... 18
2.1.6 Kandungan Minyak Kelapa Sawit dengan Frekuensi
Pemanasan Tinggi............................................................................19
2.1.7 Hewan Uji:Mencit BALB/c..............................................................19
2.2. Kerangka Konsep ……………………………………………………....22
2.3. Kerangka Teori …………………………………………………………23
2.4. Definisi Operasional …………………………………………………... 24
BAB 3 METODE PENELITIAN .....................................................................25
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................25
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................25
3.3 Sampel Penelitian .....................................................................................25
3.4 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................25
3.4.1 Alat Penelitian ..................................................................................25
3.4.2 Bahan Penelitian ...............................................................................25
3.5 Identifikasi Variabel .................................................................................26
3.6 Alur Penelitian ..........................................................................................27
3.7 Cara Kerja Penelitian ................................................................................28
3.7.1 Penyiapan Sampel ............................................................................28
3.7.1.1 Persiapan Minyak ...................................................................28
3.7.1.2 Persiapan Mencit.....................................................................28
3.7.1.3 Reagen ....................................................................................30
3.8 Perlakuan Mencit ......................................................................................30
3.9 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................30
3.10 Pengujian dan Sampel ............................................................................31
3.11 Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................................31
xi
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................33
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................37
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................37
5.2 Saran .........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................38
LAMPIRAN .......................................................................................................42
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi asam lemak .............................................................4
Tabel 2.2 Karakteristik dan komposisi lipoprotein ...................................13
Tabel 2.3 Kandungan Minyak Kelapa Sawit Sania®............................... 18
Tabel 2.4 Klasifikasi Mencit (Mus Musculus) ..........................................20
Tabel 3.1 Dosis pemberian makanan pada hewan pengerat ................... 30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur skematik dan fungsi garam empedu ............................6
Gambar 2.2. Struktur skematik sebuah misel ................................................7
Gambar 2.3. Pencernaan dan penyerapan lemak ...........................................7
Gambar 2.4. Nasib kilomikron .......................................................................8
Gambar 2.5. Struktur kolesterol .....................................................................10
Gambar 2.6. Biosintesis kolesterol ................................................................11
Gambar 2.7. Struktur umum lipoprotein plasma............................................12
Gambar 2.8. Jalur eksogen dan endogen........................................................15
Gambar 2.9 Jalur reverse cholesterol transport............................................16
Gambar 2.10 Mencit strain BALB/c...............................................................20
Gambar 4.1 Kadar Kolesterol Total semua kelompok perlakuan (mg/dl)... 31
Gambar 7.1. Hot Plate Stirer .........................................................................41
Gambar 7.2. Beaker Glass .............................................................................41
Gambar 7.3. Minyak Kelapa Sawit Sania® ...................................................41
Gambar 7.4. Pippette balon............................................................................41
Gambar 7.5. Plate ELISA ..............................................................................41
Gambar 7.6. Tip beserta raknya .....................................................................41
Gambar 7.7. Container botol kaca berwarna gelap .......................................42
Gambar 7.8. Reagen Uji Kolesterol ST Reagensia.....................................42
Gambar 7.9. Teknik Pencubitan Mencit Sebelum dicekok dan diambil
Darahnya ...................................................................................42
Gambar 7.10. Pengambilan Darah Mencit .......................................................42
Gambar 7.11. Penampungan Darah Mencit ke dalam Vaccutainer .................42
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Etik ............................................................. 40
Lampiran 2 Gambar penelitian .....................................................................41
Lampiran 3 Lembar Analisa Data SPSS ..................................................... 43
Lampiran 4 Riwayat penulis .........................................................................46
xv
DAFTAR SINGKATAN
ALJ : Asam Lemak Jenuh
ALTJ : Asam Lemak Tak Jenuh
ANOVA : Analysis of variance
Apo : Apoliporotein
CETP : Cholesterol Ester Transfer Protein
Cm : centimeter
EDTA : Ethylenediaminetetraacetic acid
FFA : Free fatty acid
HDL : High Density Lipoprotein
K-LDL : Kolesterol LDL
K-total : Kolesterol total
LCAT : Lechitin Cholesterol Acyltransferase
LDL : Low Density Lipoprotein
LPL : Lipoprotein lipase
MDP : Minyak kelapa sawit dengan pemanasan
Mg/dl : Milligram per desiliter
Mm : milimeter
Mmol/L : Milimol per liter
MTP : Minyak kelapa sawit tanpa pemanasan
MUFA : Mono Unsaturated Fatty Acid
PEPCK : Phosphoenolpyruvate Carboxykinase
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PSKPD : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
PTM : Penyakit Tidak Menular
PUFA : Poly Unsaturated Fatty Acid
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RPM : Rotation per minute
SOR : Senyawa Oksigen Reaktif
SPSS : Statistical Product and Service Solution
xvi
SR-A : Reseptor Scavenger-A
TG : Trigliserida
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan data badan kesehatan dunia (WHO), lebih dari 56,4 juta
kematian di dunia pada tahun 2015 sebesar 70 % dikarenakan oleh Penyakit Tidak
Menular (PTM). Penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan
gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti Penyakit Jantung Koroner
(PJK).1,2
PTM memperlihatkan angka yang meningkat, terutama PJK dan stroke yang
menduduki urutan nomor satu dan dua penyebab kematian (14,1 juta kematian) di
seluruh dunia dilihat dari data WHO tahun 2012. Di Indonesia, PTM menduduki
urutan tertinggi penyebab kematian pada tahun 2007, berdasarkan data Menteri
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa
terdapat 0,8% angka kejadian stroke dan pada tahun 2013 menunjukkan
prevalensi PJK di Indonesia sebesar 1.5%. Diperkirakan pada 2020 mendatang 7,6
juta orang akan meninggal karena stroke.3
PJK adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah
karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Penyakit ini disebabkan
oleh beberapa faktor risiko salah satunya adalah dislipidemia. Dislipidemia
didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid plasma. Kelainan metabolisme lipid
tersebut akibat interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah pola makan yang mengandung kolesterol
tinggi dan terbukti bahwa kolesterol berpengaruh terhadap kejadian
kardiovaskular. Makanan yang diolah menggunakan minyak goreng yang sudah
dipakai berulang kali adalah salah satu contoh makanan yang mengandung
kolesterol tinggi.4,5 Meningkatnya konsumsi minyak goreng di Indonesia
menunjukan adanya pergeseran budaya masyarakat Indonesia yang mulai kebarat-
baratan yakni menyukai makanan cepat saji yang berminyak dan diolah
menggunakan minyak goreng yang sudah digunakan berkali-kali.1,7
2
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perubahan komposisi pada
minyak yang mengalami pemanasan berulang disebabkan oleh karena proses
oksidasi seperti peningkatan kadar asam lemak jenuh dan asam lemak trans dan
munculnya Senyawa Oksigen Reaktif (SOR) yang berbahaya bagi tubuh akan
memodulasi peroksidasi lipid dan kadar lipoprotein, sehingga terjadi peningkatan
kadar kolesterol total, LDL, TG, asam lemak bebas, fosfolipid dan serebrosida
dengan penurunan kadar HDL.6
Berdasarkan penjelasan di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah penggunaan minyak goreng kelapa sawit yaitu jenis minyak goreng yang
banyak digunakan di Indonesia, dengan pemanasan yang berulang dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total serum mencit BALB/c.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah pemberian minyak goreng kelapa sawit dan minyak goreng kelapa
sawit dengan pemanasan berulang dapat meningkatkan kadar kolesterol total
serum?
1.3. Hipotesis
Pemberian minyak goreng kelapa sawit dan minyak goreng kelapa sawit
dengan pemanasan berulang dapat meningkatkan kadar kolesterol total serum.
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek konsumsi
minyak goreng kelapa sawit tanpa pemanasan dan minyak goreng kelapa sawit
dengan pemanasan berulang terhadap kadar kolesterol total serum.
1.4.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah konsumsi
minyak goreng kelapa sawit tanpa pemanasan dan minyak goreng kelapa sawit
dengan pemanasan berulang dengan dosis 0,1 – 0,3 ml/hari (sesuai dengan
perhitungan dosis berdasarkan berat badan mencit), setiap hari selama 8 minggu
mempengaruhi kadar kolesterol total serum mencit BALB/c.
3
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Institusi
Memberi informasi mengenai efek konsumsi minyak goreng kelapa sawit
tanpa pemanasan dan efek konsumsi minyak goreng kelapa sawit dengan
pemanasan berulang terhadap kadar kolesterol total pada darah mencit BALB/c
sehingga dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2. Mahasiswa
Untuk meningkatkan kemampuan melakukan riset dan penggunaan
alat didalam laboratorium.
Untuk meningkatkan skill critical dan analitical thinking peneliti
dari permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Menambah pengetahuan peneliti mengenai kandungan dan efek
penggunaan minyak goreng kelapa sawit baik tanpa maupun
dengan pemanasan.
1.5.3. Masyarakat
Memberi informasi mengenai efek negatif bila mengonsumsi minyak
goreng kelapa sawit dan frekuensi pemanasan minyak goreng kelapa sawit
terhadap kadar kolesterol total dan komplikasi yang dapat ditimbulkannya,
sehingga dapat bermanfaat untuk mencari alternatif proses pengolahan makanan
yang lebih sehat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Lipid
Lipid adalah biomolekul heterogen, meliputi lemak, minyak, steroid,
malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya
daripada sifat kimianya. Memiliki sifat umum berupa (1) relatif tidak larut dalam
air/hidrofobik dan (2) larut dalam pelarut nonpolar/hidrofobik misalnya eter,
heksana, methanol, dan kloroform. Beberapa jenis lipid memiliki gugus polar dan
non polar, sehingga bersifat amfipatik yang akan membentuk misel di dalam air
(Ritter, 1996). Lipid amfifatik juga mengandung satu atau lebih gugus polar, yang
menyebabkannya cocok sebagai konstituen membran pada pertemuan air dan
lemak.8
Lemak terdiri dari ester trigliserida (TG) gliserol yang terikat diantaranya
3 asam lemak pada rantai utamanya, asam lemak ini merupakan rantai karbon (C)
dengan gugus karboksil (COOH) pada salah satu ujungnya (H) dapat berikatan
kembali dengan molekul lain. Asam lemak diklasifikasikan kedalam beberapa
bentuk berdasarkan; panjang rantai karbon, derajat kejenuhan, isomer geometrik.
Tabel 2.1 Klasifikasi asam lemak33
1. Berdasarkan jumlah total atom-atom karbon
a. Rantai genap
b. Rantai ganjil
2. Berdasarkan panjang rantai hidrokarbon
a. Rantai pendek
Rantai hidrokarbon berjumlah 2-6 atom karbon
b. Rantai sedang
Rantai hidrokarbon berjumlah 8-14 atom karbon
c. Rantai panjang
Rantai hidrokarbon berjumlah 16-22 atom karbon
d. Rantai sangat panjang
5
Rantai hidrokarbon berjumlah lebih dari 24 atom karbon
3. Berdasarkan sifat rantai hidrokarbon
a. Asam lemak jenuh
b. Asam lemak tidak jenuh
c. Asam lemak rantai bercabang
d. Asam lemak hidroksi
2.1.2. Absorpsi dan Metabolisme Lipid
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ lain untuk
digunakan dan disimpan. Sifat lipid yang tidak larut di dalam air, mengakibatkan
pengangkutan lipid dalam darah yang berbahan dasar air dengan cara
menggabungkan lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid
amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein
yang dapat bercampur dengan air.8
Ketika isi lambung masuk ke dalam duodenum, lemak yang tertelan
bergumpal membentuk agregat berukuran besar. Melalui efek garam empedu di
lumen usus halus, butiran besar ini terurai menjadi butiran halus sehingga luas
permukaan lemak untuk dicerna oleh lipase pankreas sangat meningkat. Produk
pencernaan lipase (monogliserida dan asam lemak bebas) juga tidak terlalu larut
air, sehingga sangat sedikitnya produk-produk akhir pencernaan lemak ini yang
dapat berdifusi menembus kimus cair untuk mencapai lapisan absorptif usus.
Namun, komponen-komponen empedu mempermudah penyerapan produk-produk
akhir asam lemak ini dengan membentuk misel.3
Garam empedu membantu pencernaan dan penyerapan lipid. Dengan
pengubahan globulus, lemak besar menjadi butiran yang lebih kecil dan
membentuk suspensi di dalam kimus cair sehingga luas permukaan yang tersedia
untuk lipase pankreas berkerja bertambah.3
Molekul garam empedu mengandung bagian yang larut lemak serta bagian
larut air yang bermuatan negatif. Garam empedu terserap di permukaan butiran
6
lemak, yaitu bagian larut lemak dan meninggalkan bagian larut air menonjol dari
permukaan butiran lemak tersebut.3
Gerakan mencampur oleh usus memecah butiran lemak besar menjadi butiran
yang lebih kecil. Butiran kecil ini akan cepat bergabung kembali jika tidak ada
garam empedu yang terserap di permukaannya dan menciptakan selubung muatan
negatif larut air di permukaan setiap butiran kecil. Muatan yang sama akan saling
tolak-menolak sehingga maka gugus bermuatan negatif di permukaan butiran
lemak menyebabkan butiran tersebut saling menjauh (mencegah bergabung
kembali) sehingga dapat meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk kerja
lipase.
Gambar 2.1 Struktur skematik dan fungsi garam empedu.3
Setelah produk pencernaan lipase terbentuk, maka produk tersebut harus
dibungkus dengan misel. Misel terbentuk dari garam empedu, lesitin, dan
kolesterol, yang disekresikan oleh hati dan disalurkan ke dalam duodenum ketika
kimus sampai ke duodenum. Garam empedu, lesitin dan kolesterol tersebut
menyatu untuk membentuk misel yang terdiri dari selubung hidrofilik dan inti
hidrofobik membentuk selubung misel.4
7
Gambar 2.2 Struktur skematik sebuah misel.3
Misel masuk melalui mukosa intestinal ke sel epitel dengan cara difusi
tetapi asam empedu tetap di usus dan diabsorbsi kembali ke hepar melalui
sirkulasi enterohepatik untuk digunakan kembali nantinya. Jika tidak
menggunakan misel, berbagai nutrien ini akan mengapung di permukaan kimus
dan tidak pernah mencapai permukaan absortif usus halus.
Monogliserida dan asam lemak bebas secara pasif berdifusi dengan
membran sel epitel untuk masuk ke interior sel ini setelah misel mencapai
membran luminal sel epitel. Misel dapat menyerap monogliserida dan asam lemak
bebas yang lain, yang telah dihasilkan dari pencernaan molekul-molekul TG lain
dalam emulsi lemak.
8
Gambar 2.3 Pencernaan dan penyerapan lemak.3
Setelah berada di dalam sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas di
resintesis menjadi trigliserida. Trigliserida ini menyatu menjadi butiran lalu akan
dibungkus oleh suatu lapisan lipoprotein, yang menyebabkan butiran lemak
tersebut larut air. Lipoprotein tersebut yaitu kilomikron yang dikeluarkan oleh
eksositosis dari sel epitel ke dalam cairan interstisium di dalam villus. Kilomikron
kemudian masuk ke lakteal sentral. Selanjutnya kilomikron tersebut akan dibawa
terutama ke otot, jaringan adiposa, dan jantung. Pada kapiler jaringan tersebut,
apolipoprotein CII (apoCII) mengaktifkan enzim lipoprotein lipase (LPL). Enzim
LPL akan menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol, lalu
9
akan dibawa ke sel-sel di jaringan target. Pada otot, asam lemak akan dioksidasi
menjadi energi sedangkan pada jaringan adiposa asam lemak akan direesterifikasi
untuk simpanan dalam bentuk triasilgliserol. Setelah dicerna oleh LPL,
kilomikron berubah menjadi kilomikron remnan karena kehilangan triasilgliserol.
Lalu kilomikron remnan akan masuk lagi ke hepar melalui proses endositosis dan
akan dioksidasi menjadi sumber energi. 3,9,10
Gambar 2.4 Nasib kilomikron.10
2.1.3. Kolesterol dan Metabolisme Kolesterol Total
2.1.3.1. Kolesterol
Kolesterol adalah metabolit hewan yang terdapat pada seluruh produk
binatang (contoh: daging, produk susu dan kuning telur). Kolesterol sangat
dibutuhkan tubuh untuk membentuk membran sel, memproduksi hormon seks dan
membentuk asam empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak. Kolesterol
tubuh berasal dari 2 sumber utama, yaitu endogen atau tubuh sendiri yang
menghasilkan kolesterol dan eksogen atau berasal dari makanan. Organ hati dan
sel lain di dalam tubuh akan membuat sekitar 75% kolesterol dan sisanya sekitar
25% berasal dari makanan yang dimakan. Namun, peran utamanya dalam proses
patologis adalah sebagai faktor pembentukan aterosklerosis arteri- arteri vital,
10
yang menimbulkan penyakit pembuluh darah perifer, koroner, dan
serebrovaskular. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu tinggi akan terjadi
pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan ini dapat mengakibatkan resiko
tinggi terhadap penyakit jantung (Vella, 2001).
2.1.3.2 Pembentukan kolesterol
Sumber kolesterol dalam tubuh sebagian besar berasal dari kolesterol
endogen. Kolesterol endogen adalah kolesterol yang disintesis oleh tubuh,
dipengaruhi oleh berbagai faktor didalam proses sintesisnya yaitu asam lemak
jenuh, asam lemak tak jenuh, lipoprotein. Kolesterol eksogen berasal dari
makanan, didapat dengan mengkonsumsi sejumlah kolesterol didalam bahan
pangan (Gurr, 1992). Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang beredar
dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain
setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa
banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang
berstruktur dasar inti sterol ini (Guyton dan Hall, 2006).11,12
Gambar 2.5 Struktur kolesterol.13
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap: (1) Sintesis
mevalonat dari asetil-KoA. (2) Pembentukan unit isoprenoid dari mevalonat
melalui pe ngeluaran CO. (3) Kondensasi enam unit isoprenoid untuk membentuk
skualen. (4) Siklisasi skualen menghasilkan steroid induk, lanosterol. (5)
Pembentukan kolesterol dari lanosterol.8
11
Gambar 2.6 Biosintesis kolesterol.8
2.1.3.3. Transport Kolesterol dan Lipoprotein
Lemak (fat) yang di absorbsi dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
dan jaringan adiposa harus dapat di transpor ke jaringan dan organ lain untuk
dapat digunakan atau disimpan. Lipid di transpor dengan menggabungkan antara
lipid nonpolar (TG dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan
kolesterol) serta protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur
dengan air. Lipid plasma terdiri dari TG (16%), fosfolipid (30%), kolesterol
12
(14%), dan ester kolesteril (36%) serta sedikit asam lemak rantai-panjang tak-
teresterifikasi (Asam lemak bebas, FFA) (4%).8
Struktur lipoprotein plasma hampir menyerupai membran plasma, sejumlah
kecil ester kolesteril dan TG dapat ditemukan di lapisan permukaan dan sedikit
kolesterol bebas di bagian inti.
Gambar 2.7 Struktur umum lipoprotein plasma.27
Susunan lemak yang kurang padat daripada air, menyebabkan berat jenis
(densitas) lipoprotein menurun seiring dengan peningkatan proporsi lipid terhadap
protein. Empat kelompok utama lipoprotein yang penting secara fisiologis dan
penting dalam diagnosis klinis adalah:
1. Kilomikron bertugas membawa TG dari makanan ke jaringan lemak
dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati.
2. Lipoprotein berdensitas sangat rendah/VLDL (very low density
lipoproteins) atau prolipoprotein-β yang berasal dari hati untuk
ekspor TG. Lipid utamanya adalah TG. Bertugas mengangkut TG
dari hati. VLDL adalah prekuesor IDL.
3. Lipoprotein berdensitas rendah/LDL (low density lipoprotein) atau
lipoprotein-β yang menggambarkan suatu tahap akhir metabolisme
13
VLDL. Lipid utamanya adalah kolesterol. Apoliprotein utama pada
LDL adalah apoliprotein B (B-100), yang juga ditemukan pada
VLDL. Menyalurkan kolesterol ke jaringan. Kolesterol LDL
mengangkut sebagian besar (70% total) kolesterol darah dari hati ke
jaringan (Suyatna, 2008).
4. Lipoprotein berdensitas tinggi/HDL (high density lipoprotein) atau
lipoprotein-α berperan dalam transpor kolesterol dan pada
metabolisme VLDL dan kilomikron. Lipid utamanya adalah
fosfolipid. Membawa kolesterol keluar jaringan dan
mengembalikannya ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang
dikenal sebagai transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol
transport).8
Tabel 2.2 Karakteristik dan komposisi lipoprotein32
14
2.1.3.4. Metabolisme Kolesterol
Metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
interkonversi senyawa kimia di dalam tubuh, jalur yang diambil oleh tiap
molekul, hubungan antarmolekul, dan mekanisme yang mengatur aliran metabolit
melalui jalur-jalur metabolisme. Metabolisme lipid dan lipoprotein dapat dibagi
atas 3 jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen dan jalur
reverse kolesterol transport.14,15,16
2.1.3.4.1. Jalur Metabolisme Eksogen
Merupakan transpor kolesterol dan asam lemak dari usus ke hati. Makanan
berlemak yang kita makan terdiri atas TG dan kolesterol. Selain kolesterol yang
berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang
diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak di usus halus yang berasal dari
makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. TG dan kolesterol
dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. TG akan
diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam
usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi TG, sedangkan kolesterol
akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama
dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal
dengan kilomikron. Pada awalnya sel usus mensintesis kilomikron dari triglserida
dan ester kolesterol. Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya
melalui duktus torasikus akan masuk kedalam aliran darah.27
2.1.3.4.2. Jalur Metabolisme Endogen
TG dan kolesterol yang disintesis di dalam hati membentuk lipoprotein
VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah apoliporotein B
100. Dalam sirkulasi, TG di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan
mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, LDL
akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang
paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari K-LDL akan dibawa ke hati
15
dan jaringan lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai
reseptor untuk K-LDL. Sebagian dari K-LDL akan mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel
busa (foam cell). Semakin banyak kadar K-LDL dalam plasma semakin banyak
pula yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah
kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari K-LDL.14
Gambar 2.8 Jalur eksogen dan endogen.27
2.1.3.4.3. Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang
mengandung apolipoprotein A, C, dan E; dan disebut HDL nascent. HDL nascent
berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein AI. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari
makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.
Agar dapat diambil oleh HDL nascent, (kolesterol bebas) di bagian dalam
16
makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag oleh transporter
yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1.14,15,16
Kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh
enzim lechitin cholesterol acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian
kolesterol ester akan mengambil dua jalur. Jalur pertama adalah ke hati dan
ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 yang dikenal dengan SR-B1.
Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan TG
dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
Dengan demikian fungsi HDL sebagai penyerap kolesterol dari makrofag
mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui
VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati. 14,15,16
Gambar 2.9 Jalur reverse cholesterol transport.12
Kolesterol diekskresikan dari tubuh di dalam empedu sebagai kolesterol
atau garam empedu. Setiap hari, sekitar 1 gram kolesterol dikeluarkan dari tubuh.
Sekitar separuhnya diekskresikan di dalam tinja setelah mengalami konversi
menjadi asam empedu dan sisanya diekskresikan sebagai kolesterol.8
2.1.4. Kandungan Minyak Kelapa Sawit
Di Indonesia, penggunaan minyak sangat sulit dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Minyak yang
sering digunakan oleh masyarakat untuk menggoreng maupun mengolah makanan
17
adalah minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah
kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq). Minyak kelapa sawit seperti umumnya
minyak nabati lainnya adalah senyawa tidak larut air dan penyusun utamanya
adalah trigliserida dan nontrogliserida. Seperti umumnya minyak lainnya, minyak
kelapa sawit terdiri dari triglisrida yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga
molekul asam lemak.17
Komposisi minyak dengan golongan asam lemak yang menyusunnya sangat
berpengaruh terhadap proses pencernaan serta metabolisme dalam tubuh, kaitan
dengan penyakit jantung koroner dan atherosklerosis, khususnya mengenai kadar
lemak serum dan kolesterol yang tinggi (hiperlipidemia). 18,19
Minyak Kelapa Sawit mengandung Asam Lemak Jenuh (ALJ) dan Asam
Lemak Tak Jenuh. Macam ALJ Rantai Panjang yang menyusun minyak kelapa
sawit ini terdiri dari Asam Miristat (C18:0), Asam Palmitat (C16:0), Asam Stearat
(C18:0), dan Asam Arachidat (C20:0), di dominasi oleh Asam Palmitat. ALJ
Rantai Sedang /Medium yang menyusun terdiri dari Asam Laurat (C12:0) saja.
ALTJ Tunggal yang menyusun terdiri dari Asam Oleat (Cis C18:1 ω-9). ALTJ
Ganda yang menyusun terdiri dari Asam Linolenat (Cis C18:3 ω-3).. Apabila ALJ
dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan kadar HDL, LDL dan
tolesterol total secara signifikan, serta memperkecil rasio kolesterol total: HDL.
Odie et al. pada tahun 2015 juga mengatakan selain asam palmitat, minyak kelapa
sawit juga mengandung asam oleat dan linoleat. Minyak kelapa sawit juga
mengandung vitamin A dan E yang merupakan antioksidan yang kuat.20,21
Pada ALJ/SFA, seluruh tempat berikat karbon yang tak berikatan dengan
karbon lainnya berikatan dengan hidrogen sehingga lebih stabil/jenuh, ditambah
lagi tak ada ikatan rangkap antar karbonnya. Sedangkan pada MFAs/ALTJ
tunggal memiliki ikatan rangkap yang tunggal, dan PUFAs/ALTJ jamak memiliki
ikatan rangkap yang ganda/jamak. Pada kedua macam ALTJ ini satu atau lebih
pasang hidrogen hilang dehingga ikatan rangkap terbentuk terpasang. Asam lemak
dengan ikatan rangkap sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif, manusia dan
organisme berdarah-hangat lainnya menyimpan lemak dalam bentuk dominan
SFA dan asam stearat.22
18
Walaupun dapat bertahan dalam keadaan dipanaskan, ALJ, khususnya yang
terkandung dalam minyak kelapa sawit dapat meningkatkan kadar total dalam
tubuh apabila dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Dalam sumber lainnya dikatakan
bahwa kenaikan kadar kolesterol ini melalui pengurangan reseptor kolesterol di
sumber lainnya juga disebutkan bahwa peningkatan kolesterol yang terjadi
terutama diakibatkan penimbunan ALJ yang tinggi di organ hati yang kemudian
menyebabkan peningkatan secara berlebihan Asetil-KoA yang merupakan dasar
pembentukan kolesterol.22
2.1.5. Kandungan Minyak Kelapa Sawit Merek Sania®
Sampel minyak goreng kelapa sawit Sania® yang dipakai didapatkan dari
tempat minimarket terdekat. Hasil determinasi menunjukan bahwa sampel adalah
minyak goreng kelapa sawit dari kelapa sawit jenis E. guineensis.27
Tabel 2.3 Kandungan Minyak Kelapa Sawit Sania®
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran saji : 1 sendok makan (14 gram)
Jumlah Sajian per Kemasan : ±64
JUMLAH PER SAJIAN
Energi Total : 130 kkal Energi dari Lemak : 120 kkal
%AKG
Lemak total 14 g 22%
Lemak jenuh 5 g 27%
Lemak tidak jenuh
tunggal 8g
Lemak trans 0 g
Kolesterol 0 mg 0%
Protein 0 g 0%
Karbohidrat total 0 g 0%
Natrium 0 g 0%
Vitamin A 4%
Vitamin E
110%
Zat Besi 0%
19
2.1.6. Kandungan Minyak Kelapa Sawit dengan Frekuensi Pemanasan
Tinggi
Kandungan ALTJ dalam minyak kelapa sawit ini apabila digunakan untuk
menggoreng secara berulang-ulang akan berubah menjadi asam lemak “trans”.
Asam lemak trans meningkatkan kadar kolesterol total yang berhubungan dengan
aterosklerosis koroner pada orang dewasa juga berhubungan dengan produksi
radikal bebas yang cukup signifikan. Setelah dihidrogenasi menjadi separuhnya,
maka akan terjadi penambahan hidrogen pada tempat ini tetapi ikatan tersebut
tidak stabil dan akan dilepaskan kembali sehinga pada akhirnya akan
meregenerasi konfigurasi menjadi “trans”. Proses hidrogenasi ini dipengaruhi oleh
temperatur yang berubah pada temperatur 100 oC, tekanan, katalis, dan lama
proses serta jenis minyak. Asam lemak yang terbentuk sekitar 3-6% kemudian
terjadi proses penjenuhan dari beberapa karbon yang berikatan rangkap,
perubahan dari konfigurasi ikatan rangkap alami “cis” menjadi “trans” dan
perpindahan ikatan rangkap di sepanjang rantai asil dari asam lemak.
ALJ tak mudah dioksidasi dalam proses hidrogenasi/perubahan menjadi
cooking fats dan lebih mampu bertahan terhadap panas serta tidak berubah
menjadi asam lemak trans maupun senyawa berbahaya lainnya. Walaupun
demikian diet tinggi ALJ ini dapat meningkatkan kadar kolesterol total dalam
darah, ditambah efek pemanasan terhadal ALJ ini pada minyak kelapa sawit akan
lebih meningkatkan kadar kolesterol total secara signifikan, hal ini didukung oleh
penelitian oleh Kamsiah et al pada tahun 2001 yang menghasilkan kadar
kolesterol total serum yang semakin tinggi ketika minyak kelapa sawit yang
diberikan pada tikus percobaan selama 20 minggu. (Kamsiah et al, 2001).
Pada pemanasan minyak kelapa sawit dengan suhu tinggi akan terbentuk
juga produk toksik seperti hidroperoksida dan aldehid. Semakin sering minyak
goreng dipanaskan maka nilai peroksida akan semakin tinggi.18
2.1.7. Hewan Uji : Mencit BALB/c
Dalam penelitian ini, hewan coba yang digunakan sebagai objek
eksperimen adalah mencit strain BALB/c.
20
Tabel 2.4 Klasifikasi Mencit (Mus Musculus) 24
Klasifikasi Mencit
Kerajaan Hewan
Filum Chordata
Sub-Filum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodentia
Sub-Ordo Myoimorphia
Family Muridae
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Gambar 2.10 Mencit strain BALB/c.24
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya
peningkatan profil lipid mencit BALB/c yang cukup signifikan sehingga dapat
dipertimbangkan sebagai model dalam penelitian mengenai profil lipid. Yisel,
Maria et al di tahun 2015 menyimpulkan bahwa suplementasi lipid dan sukrosa
secara oral pada mencit BALB/c dapat menginduksi hiperlipidemia kronik
sebagaimana pula obesitas dan metode ini adalah metode yang paling efektif
daripada hewan coba lainnya yang diujikan (tikus wistar dan mencit C57BL/J6).25
Hal ini dikarenakan mencit BALB/c lebih mudah memproduksi kolesterol
endogen dengan kenaikan kondisi insulinemia, peningkatan input glukosa dan
21
absorpsi lipid menaikan level insulin yang mengakibatkan level Asetil-KoA yang
lebih tinggi, sehingga meningkatkan produksi kolesterol secara endogen.25
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
peneliti memutuskan untuk menggunakan mencit BALB/c sebagai hewan uji pada
penelitian ini.
22
2.2. Kerangka Konsep
hidrolisis polimerasi oksidasi
Minyak goreng kelapa
sawit
Frekuensi dan durasi pemanasan Suhu pemanasan
Meningkatkan asam lemak tak
jenuh pada kandungan minyak dan
asam lemak bebas dalam darah
Akumulasi
kolesterol total
Peningkatan
kadar
kolesterol total
pada serum
darah
23
2.3. Kerangka Teori
Minyak kelapa sawit
Asam lemak
jenuh cenderung
lebih stabil
Tanpa pemanasan
Punya kandungan vitamin
E tinggi
Sebagai antioksidan
Menghambat proses
peroksidasi lipid
Radikal bebas tidak
terbentuk
Pemanasan berulang
Asam lemak tidak jenuh
isomer cisnya berubah
jadi isomer trans
Terjadi hidrolisis, oksidasi, dan
polimerisasi
Meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular
Produksi kolesterol meningkat
Kolesterol di sirkulasi
24
2.4. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
operasional
Alat Ukur Cara
Pengukuran
Skala
Pengukuran
1 Kolesterol
total
Hasil
pemeriksaan
kolesterol total
pada serum
darah yang
sudah
disentrifugasi.
Diukur menggunakan
reagen ST
Reagensia dan
dibaca menggunakan
ELISA reader.
Serum sampel
dicampurkan
dengan reagen
kolesterol total.
Campuran
sampel dan
reagen ST
Reagensia
selanjutnya
dinilai pada
ELISA reader.
Numerik
2 Minyak kelapa
sawit
Minyak kelapa
sawit yang
digunakan
adalah minyak
goreng kelapa
sawit merek
Sania.
- - -
3 Pemanasan
berulang
Proses
pemanasan
minyak hingga
mencapai suhu
100º dengan
frekuensi 10
kali.
Termometer air raksa. Minyak
dipanaskan
hingga dengan
hot plate stirrer
mencapai suhu
100º dengan
menggunakan
termometer air
raksa.
Numerik
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui efek
pemberian minyak goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang terhadap
kadar kolesterol total pada serum darah mencit BALB/c.
3.2. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian di laksanakan di Laboratorium Biokimia, persiapan
Laboratorium Kimia (MPR), Laboratorium Riset dan Animal House Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian
dimulai dari bulan November 2015 hingga Maret 2016.
3.3. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang kami gunakan adalah serum darah mencit strain
BALB/c.
3.4. Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1. Alat Penelitian
Hot plate stirrer, beaker glass, pipette kaca, termometer, botol kaca kecil,
spuit 1 cc, spuit 3 cc, sonde, carrier, pipette balon, sentrifugator, micropippete, tip
beserta raknya, incubator, botol kaca untuk sabun, microtube, masker, sarung
tangan, refrigerator, label tulis, label warna, kandang mencit, timbangan
elektronik, alat tulis, kandang mencit, tempat makan dan minum mencit, flipchart,
spatula.
3.4.2. Bahan Penelitian
Minyak kelapa sawit dengan merek Sania®, sabun, bedding, pakan ayam
511, aquadest, darah dan serum darah, mencit tipe BALB/c.
26
3.5. Identifikasi Variabel
Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah jenis minyak yang
digunakan yaitu minyak kelapa sawit tanpa pemanasan, dan
minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang.
Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar kolesterol total
pada serum darah mencit.
27
3.6. Alur Penelitian
Permohonan izin pada komisi etik
Persiapkan alat dan bahan penelitian
Adaptasi mencit strain BALB/c diberi pakan standar ad libitum
Identifikasi macam variabel dan penentuan jumlah kelompok
Penentuan besar sampel tiap kelompok perlakuan mencit
menggunakan rumus Mead resources equation formula
Kelompok I Kontrol Negatif
(pemberian akuades)
Kelompok II
Pemberian minyak
kelapa sawit tanpa
pemanasan
Kelompok III
Pemberian minyak kelapa
sawit dengan pemanasan
berulang
Pemberian perlakuan (0,1-0,3 ml (sesuai dengan berat badan mencit) minyak
kelapa sawit tanpa pemanasan dan dengan pemanasan berulang) dilakukan
selama 2 bulan/8 minggu
Pengolahan Data
Pengujian menggunakan reagen kolesterol total ST
Reagensia dengan teknik ELISA
Pengambilan darah/serum
darah di akhir minggu
penelitian
28
3.7. Cara Kerja Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan melarutkan 1 botol R1
dengan ratio yang sama pada R2, setelah tercampur diinkubasi pada suhu 37° C
selama 6 menit. Sesuaikan nilai zero pada reagen blanko dan baca serapan
(Absorbance) pada standar. Panjang gelombang yang digunakan yaitu 490nm
dengan range yang tertera pada petunjuk reagen (480nm – 529nm) dengan
menggunakan spektrofotometer dan kuvet 1 cm. Sampel yang digunakan yaitu
serum. Nilai yang terbaca pada spektrofotometer dan hitung dengan rumus:
Cholesterol = A sample x [Standar] (mg/dl)
A standart
Nilai Rujukan:
Dewasa : <200 mg/dL
Hiperkolesterolemia: ≥200 mg/dL
3.7.1 Persiapan Sampel
3.7.1.1 Persiapan Minyak
Minyak dipanaskan dalam beaker glass menggunakan hot plate stirrer.
Setelah temperatur mencapai 100 oC selama 45 menit lalu minyak didinginkan
hingga mencapai suhu ruangan (25oC). Proses pemanasan ini dilakukan sebanyak
10 kali. Minyak disimpan kedalam container botol kaca gelap.
3.7.1.2 Persiapan Mencit
A. Penentuan kelompok dan perlakuannya
Didapatkan 3 kelompok untuk penelitian, yaitu :
1. Kelompok Kontrol Negatif
2. Kelompok dengan pemberian minyak kelapa sawit tanpa
pemanasan
3. Kelompok dengan pemberian minyak kelapa sawit dengan
pemanasan berulang
29
B. Penentuan besar sampel tiap kelompok
Menggunakan rumus Mead resource equation formula, yaitu :
Keterangan :
E = Error component (10-20)
N = Jumlah sampel dalam semua kelompok dikurangi 1 (N – 1)
B = Blocking component (B = 0)
T = Jumlah Kelompok uji dikurangi 1 (T-1)
E ≤ N – 0 – T E ≥ N – 0 - T
10 ≤ (N-1) – (T-1) 20 ≥ (N-1) – (T-1)
10 ≤ (N-1) – 2 20 ≥ (N-1) – 2
10 + 2 ≤ (N-1) 20 + 2 ≥ (N-1)
12 + 1 22 + 1 ≥ N
N ≥ 13 N ≤ 23
N = 13 – 23
Dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah yang sama.
Kesimpulan :
Didapatkan besar sampel minimal adalah 5 dan maksimal adalah 8.
Berdasarkan perhitungan diatas peneliti memutuskan untuk
menggunakan jumlah besar sampel 5 ekor mencit untuk setiap kelompok
perlakuan pada penelitian ini.
E = N – B - T
30
c. Perhitungan dosis minyak kelapa sawit yang diberikan
Tabel 3.1 Dosis pemberian makanan pada hewan pengerat34
Mencit Tikus Hamster
Volume
(ml)
Ukuran
jarum
Volume
(ml)
Ukuran
jarum
Volume
(ml)
Ukuran
jarum
10ml/kg 18-20G 20ml/kg 16-18G 20ml/kg 18G
Dari tabel tersebut jika disesuaikan dengan berat badan rerata mencit yang
digunakan yaitu didapatkan sekitar 0,1 – 0,3 ml (10-30 gram).
d. Pemeliharaan dan persiapan lingkungan mencit.
Mencit berdasarkan kelompok dan besar sampel ditempatkan
kedalam satu kandang mencit yang sama. Pemberian makan dan minum
diberikan secara ad libitum. Penelitian dilakukan setelah mencit di
adaptasi selama satu minggu.
3.7.1.3. Reagen
Reagen yang digunakan yaitu reagen kolesterol total dengan merek ST
Reagensia®.
Prinsip kerja:
Cholesterol ester + H2O Cholesterol + Lemak bebas
Cholesterol +O2 Cholestenone + H2O2
2H2O2 + 4-amminoantipyrine + 4-chlorophenol Quinoneimine +
4H2O
3.8. Perlakuan Mencit
Pemberian kelapa sawit yang dipanaskan secara oral menggunakan sonde
mencit dan spuit 1 cc yang berbeda tergantung dari masing kelompok. Diberikan
sebanyak 0,1-0,3 ml/hari (sesuai dengan berat badan mencit) dengan
mempertimbangkan sisa volume lambung mencit untuk makan dan minum serta
menghindari perforasi lambung mencit. Perlakuan pada tiga kelompok mencit
31
berbeda, dimana kelompok 1 yaitu Kontrol Negatif (akuades), kelompok 2 yaitu
diberikan minyak kelapa sawit tanpa pemanasan dan kelompok 3 diberikan
minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang. Perlakuan ini dilakukan selama
8 minggu.
3.9. Prosedur Pengumpulan Data
A. Pengambilan Darah
Darah mencit diambil dengan cara mencubit dalam punggung mencit dari
tengkup dengan arah kranial sampai kauda, sebelumnya pastikan mencit rileks.
Selipkan ekor antara jari manis dan jari kelingking. Pastikan cubitan tidak terlalu
ringan dan tidak terlalu kuat. Kemudian tusukan jarum spuit 3cc pada pipi mencit,
pastikan tusukan tidak terlalu dalam, cukup hingga terlihat darah perifer mencit
keluar. Tampung darah mencit ke dalam microtube sebanyak 5-10 tetes tiap
mencit. Tekan ringan pada daerah perdarahan dengan menggunakan tisu untuk
menghentikan perdarahan. Catat tanggal, jenis kelompok dan keterangan pada
lembar catatan perlakuan. Setelah perlakuan selesai, kembalikan mencit kembali
ke kandang dansegera sentrifugasi sampel darah yang telah diambil. Teknik
pengambilannya seperti yang dijelaskan oleh Golde et al. dan Fransisco et al.
pada artikel jurnal “A rapid, simple, and humane method for submandibular
bleeding of mice using a lancet” dan “Effects on Animal Wellbeing and Sample
Quality of 2 Techniques for Collecting Blood from the Facial Vein of Mice”.26
B. Pengambilan Serum Darah
Untuk mendapatkan sampel serum, darah mencit yang sudah diperoleh
disentrifugasi. Darah mencit dipusingkan selama 15 menit dengan kecepatan 3000
rpm.
3.10. Pengujian Sampel
Pengukuran kolesterol serum darah mencit menggunakan reagen kolesterol
total ST Reagensia® dan dibaca dengan menggunakan ELISA reader. Perhitungan
kolesterol total mengikuti rumus yang ada pada manual reagen tersebut.
32
3.11. Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang di dapat dianalisis secara statistik dengan SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 22. Uji statistik yang dilakukan dipilih
menggunakan one-way ANOVA (analysis of variance) karena variabel bebas
lebih dari dua dan tidak berpasangan dan dengan syarat distribusi data harus
normal dan varians data harus homogen. Bila distribusi data tidak normal maka
dapat maka dipilih uji Kruskal-Wallis sebagai alternatif. Apabila distribusi data
normal tetapi varians data tidak sama maka dapat dilakukan transformasi data.
Jika variabel hasil transformasi tidak berdistribusi normal atau varians tetap tidak
sama, maka alternatifnya dipilih uji Kruskal-Wallis. Karena data tidak memenuhi
syarat normalitas dan varians, maka penulis memilih untuk melakukan uji
nonparametrik Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji post-hoc Mann-Whitney
untuk melihat kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna dengan
kelompok perlakuan lainnya.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini gambar grafik kadar kolesterol total serum pada mencit
BALB/c pada kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan pemberian minyak
kelapa sawit tanpa pemanasan dan kelompok perlakukan pemberian minyak
kelapa sawit dengan pemanasan berulang.
Gambar 4.1 Kadar Kolesterol Total semua kelompok perlakuan (mg/dl)
Hasil yang diperoleh yaitu kadar rerata kolesterol total serum pada
kelompok Kontrol Negatif sebesar (30,5116,86) mg/dl, kelompok perlakuan
Minyak Kelapa Sawit Tanpa Pemanasan (63,5129,15) mg/dl dan kelompok
Minyak Kelapa Sawit Dengan Pemanasan berulang (52,03 11,67) mg/dl.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa nilai kolesterol total
serum pada kelompok perlakuan (Minyak Kelapa Sawit tanpa Pemanasan dan
Minyak Kelapa Sawit dengan Pemanasan berulang) jauh lebih besar daripada
kelompok Kontrol Negatif. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Wansi et al.20 dan Kamsiah et.al yang menunjukan kadar kolesterol total serum
yang tinggi pada kelompok dengan pemberian berkepanjangan minyak kelapa
sawit yang dipanaskan.18 Hal ini membuktikan bahwa pemberian minyak kelapa
sawit dan minyak kelapa sawit yang dipanaskan memiliki kadar kolesterol total
serum yang lebih tinggi. Peneliti lain Yisel Gonzales et al. menunjukkan bahwa
mencit BALB/c yang diberi perlakuan pemberian makanan tinggi lipid yang
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
Kontrol Negatif Minyak Kelapa SawitTanpa Pemanasan
Minyak Kelapa SawitDengan Pemanasan
Ko
lest
ero
l to
tal
(mg
/dl)
34
berkepanjangan dapat memicu kenaikan kolesterol total serum. Dari penelitian
tersebut dapat dibuktikan bahwa pemberian minyak kelapa sawit dan minyak
kelapa sawit yang dipanaskan menyebabkan kadar kolesterol total serum pada
mencit BALB/c yang lebih tinggi.
Walaupun demikian, hasil yang didapatkan bahwa kadar kolesterol total
serum kelompok mencit dengan pemberian minyak kelapa sawit dengan
pemanasan berulang lebih kecil daripada kelompok minyak kelapa sawit tanpa
pemanasan. Hal tersebut terjadi pula pada penelitian Kamsiah et al., 2001 dimana
kolesterol total pada kelompok perlakuan minyak kelapa sawit dengan pemanasan
berulang meningkat dan mencapai nilai signifikan pada minggu ke-12.18
Konsumsi minyak kelapa sawit dapat menyebabkan peningkatan kadar
Kolesterol total karena kandungan ALJ dan ALTJnya.9 Konsumsi minyak kelapa
sawit yang dipanaskan lebih dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol
total diakibatkan oleh kandungan ALTJ dalam minyak kelapa sawit yang dengan
mudah berubah menjadi asam lemak dengan susunan trans. Proses perubahan ini
melalui a). Penjenuhan dari beberapa karbon yang berikatan rangkap; b).
Perubahan dari konfigurasi ikatan rangkap alami “cis” menjadi “trans”; c).
Perpindahan ikatan rangkap di sepanjang rantai asil dari asam lemak.3 Dimana
asam lemak dalam bentuk trans ini dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol
total.28,29
Pada penelitian tersebut, kadar kolesterol pada minggu ke 4 lebih tinggi
dibandingkan kadar kolesterol pada minggu ke 8, fenomena tersebut terjadi pada
seluruh kelompok, dan kelompok dengan perlakuan pemanasan berulang
mengandung kadar kolesterol total tertinggi setelah mengalami penurunan.
Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah pada minggu-minggu bulan terakhir
mencit percobaan mulai mengurangi asupan makanannya yang diperkirakan oleh
semakin meningkatnya stress akibat kondisi kandang yang mulai ramai30. Oleh
karena hal-hal diatas kemungkinan darah yang diambil untuk diuji kadar
kolesterol total untuk mewakili kelompok minyak kelapa sawit dengan pemanasan
adalah saat telah terjadi penurunan kadar kolesterol.
Selain itu, hal lain yang dapat dicurigai mempengaruhi tingginya peningkatan
kolesterol total dari pemberian minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang
35
adalah kandungan tokoferol dan trienol pada vitamin E yang ditambahkan pada
proses pembuatan minyak merek Sania®. Vitamin E berfungsi untuk melindungi
senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi, khususnya ALTJ. Antioksidan ini
berkerja dengan bertindak sebagai reduktor dan menangkap radikal bebas dengan
berperan sebagai reseptor scavenger. (Traber, 2002 di dalam cadenas dan packer
2002) & Kamsiah et al., 2001. Proses diatas menyebabkan resistensi peroksidasi
lipid sehingga pembentukan asam lemak trans dapat dihambat dan tidak dapat
dibentuk dengan mudah.22 Akan tetapi, tidak dapat dipastikan bahwa dosis
vitamin E yang terkandung dalam minyak goreng kelapa sawit merek tersebut
cukup efektif untuk mencegah terjadinya peroksidasi lipid dikarena belum adanya
penelitian yang dapat menunjukkan dosis minimal yang efektif dan berkorelasi
dalam resistensi peroksidasi lipid dan penurunan kadar kolesterol total serum
darah mencit strain BALB/c.
Data hasil pengukuran kadar kolesterol total dianalisis secara statistik
menggunakan software SPSS 22 menggunakan Shapiro-Wilk, Kruskal-Wallis, dan
post-hoc Mann-Whitney.
Pada hasis analisis statistika K-total mencit selama perlakuan didapatkan
hasil uji normalitas Shapiro-Wilk terhadap kadar kolesterol total menunjukkan
bahwa nilai kemaknaan kadar kolesterol total menunjukkan (p≥0,05) (lihat
lampiran 2). Hasil uji varians data menunjukkan (p≥0,05) yang menyimpulkan
bahwa varians data tidak homogen, maka dilakukan transformasi data, dan
memberikan hasil (p<0,05) yaitu varians data tidak homogen. Sehingga tak
memenuhi syarat untuk dilakukan uji one-way ANOVA. Maka dilakukan uji
Kruskal-Wallis.
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai (p=0,232). Dimana hasil
tersebut bernilai (p≥0,05), yang interpretasinya adalah tidak terdapat perbedaan
kadar K-total yang signifikan antara semua kelompok. Kemudian uji dilanjutkan
dengan uji post-hoc Mann-Whitney menunjukan bahwa nilai KN terhadap MTP
(p=0,149), KN terhadap MDP (p=0,149), dan MTP terhadap MDP (p=0,773),
maupun sebaliknya. Dimana hasil tersebut bernilai (p≥0,05), yang interpretasinya
adalah tidak terdapat perbedaan signifikan pada kelompok negatif terhadap
minyak kelapa sawit, kelompok negatif terhadap minyak kelapa sawit pemanasan
36
berulang dan minyak kelapa sawit terhadap minyak kelapa sawit pemanasan
berulang, maupun sebaliknya (lihat lampiran 2).
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil yang didapat dalam penelitian
ini adalah konsumsi minyak kelapa sawit menyebabkan kadar kolesterol total
yang lebih tinggi dibanding dengan tidak diberikan, adapun pengaruh efek
pemanasan berulang terhadap minyak kelapa tidak menyebabkan efek yang cukup
signifikan terhadap kadar kolesterol total lipid. Kesimpulan ini juga didukung
oleh penelitian Pedersen et al tahun 2005 yang menyimpulkan bahwa asam lemak
palmitat yang banyak dikandung dalam minyak kelapa sawit dan asam lemak
trans dalam minyak yang dipanaskan berulang memiliki efek hampir sama/tidak
terlalu berbeda bermakna terhadap peningkatan kadar kolesterol total.31
Pada penelitian ini, pemberian minyak goreng kelapa sawit dan minyak
goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang selama 60 hari dapat
meningkatkan asupan ALJ, ALTJ, dan asam lemak trans yang terkandung. Hal
tersebut menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total yang lebih tinggi dalam
serum darah mencit BALB/c kelompok minyak kelapa sawit dan kelompok
minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif (pemberian akuades). Dari hasil penelitian ini maka konsumsi
minyak goreng kelapa sawit baik tanpa atau dengan pemanasan berulang dapat
meningkatkan kadar kolesterol total serum darah mencit BALB/c. Maka dari itu,
sebaiknya cara pengolahan makanan dengan menggunakan minyak kelapa sawit
tanpa maupun dengan pemanasan berulang dapat dihindari dan mencari alternatif
lain dalam cara pengolahan makanan.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa pemberian minyak kelapa sawit tanpa pemanasan dan kelapa sawit dengan
pemanasan berulang menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total pada serum
darah mencit dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Walaupun
demikian, tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan minyak
kelapa sawit tanpa pemanasan dengan kelompok perlakuan minyak kelapa sawit
dengan pemanasan (p=0,232; p≥0,05).
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan melihat histopatologi untuk
mengetahui efek perlakuan dalam tingkat kerusakan organ.
2. Perlu dilakukan peninjauan kembali mengenai keadaan lingkungan sekitar
hewan uji coba untuk menghindari stres pada hewan uji coba.
3. Perlu dilakukan penelitian lain dengan menggunakan minyak goreng
kelapa sawit dengan merek lain untuk melihat perbedaannya terhadap
kadar kolesterol total.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi; 2014.
2. WHO. NCD mortality and morbidity [Internet]. Global Health Observatory
Data; 2017 [dikutip 10 Agustus 2017]; Tersedia pada:
http://www.who.int/gho/ncd/mortality_morbidity/en/
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2012.
4. Lilly L. Pathophysiology of Heart Disease. Baltimore: Lippincott Williams;
2011.
5. Tuminah S. Efek asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh" trans"
terhadap kesehatan. Media Penelit Dan Pengemb Kesehat [Internet]. 2009
[dikutip 1 Agustus 2017]; Tersedia pada:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/751
6. Budinastiti, Ratih dkk. Pengaruh pemberian jamur kuping hitam
(Auriculariapolytricha) terhadap kadar kolesterol kotal, ldl (Low Density
Lipoprotein), dan hdl (High Density Lipoprotein) serum tikus wistar yang
diinduksi minyak jelantah. Universitas Diponegoro [Internet]. 2016 [dikutip
1 Agustus 2017]; Tersedia pada:
http://eprints.undip.ac.id/50816/2/Ratih_Budinastiti_22010112130184_Lap.
KTI_BAB_I.pdf
7. Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri. Distribusi Perdagangan
Komoditas Minyak Goreng Indonesia 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik;
2016. 158 p.
8. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2014.
39
9. Nelson D, Cox M. Lehninger Principles of Biochemistry Fourth Edition. 4th
ed. New York: W.H. Freeman and Company; 2005.
10. Smith C, Marks A, Lieberman M. Marks’ Basic Medical Bichemistry A
Clinical Approach Second Edition. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2005.
11. Hall J. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology Twelve Edition.
Philadelphia: Saunders; 2006. 1120 p.
12. Gurr M, Harwood J, Frayn K, Murphy D, Michell R. Lipids
Biochemistry,Biotechnology and Health. 6 ed. West Sussex: John Wiley
and Sons Ltd; 2016. 449 hal.
13. Johnson, R. Leonard. Essential Medical Physiology. Third edition.
California: Elsevier; 2003.
14. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. (Jilid III).
15. Yani DR, others. PERBEDAAN KADAR LDL-KOLESTEROL
MENGGUNAKAN METODE DIREK DAN FORMULA FRIEDEWALD
(PADA PENDERITA DISLIPIDEMIA). Skripsi [Internet]. 2016 [dikutip 1
Agustus 2017]; Tersedia pada: http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/117
16. Dods RF. Diabetes Mellitus, In Clinical Chemistry: Theory, Analysis,
Correlation, Eds, Kaplan L.A, Pesce A.J. 3rd Edition. USA: Mosby Inc.;
17. Soerjodibroto W. Lemak dalam pola makanan masyarakat indonesia dan
masyarakat di lawasam asia pasifik lainnya - hubungannya dengan
kesehatan kardiovaskular. Tesis [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2005.
18. ZAHIR IS. JAARIN KAMSIAH* S. NIK AZIZ* S. TAN SIEW. Med J
Islam Acad Sci. 2001;14(2):79–86.
40
19. Thompson AK, Minihane AM, Williams CM. Trans fatty acids and weight
gain. Int J Obes. 2011;35(3):315.
20. Ginting NF, Nurdin NM, Rimbawan. Pengaruh Konsumsi Minyak Kelapa
Sawit dan Minyak Jelantah terhadap Profil Lipid Darah Tikus Sprague
Dawley.pdf [Internet]. IPB (Bogor Agricultural University); 2016 [dikutip 1
Agustus 2017]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87018
21. Giriwono, Puspo Edi. Nuri Andarwulan. Nur Wulandari. Minyak Sawit,
Risiko Kardiovaskular?. Kementerian Pertanian RI [Internet]. 2016. [dikutip
1 Agustus 2017]. Tersedia pada: https://gapki.id/minyak-sawit-risiko-
kardiovaskular/
22. L. Kathleen M. Krause’s Food and Nutrition Therapy. Edisi 12. Singapore:
Elsevier; 2008.
23. PERKENI. Panduan Pengelolaan Dislipidemia. Jakarta: PB Perkeni; 2015.
24. Arrington LR. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and
Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate
Printers and Publishing, Inc.; 1972.
25. Madariaga YG, Cárdenas MB, Irsula MT, Alfonso OC, Cáceres BA,
Morgado EB. Assessment of four experimental models of hyperlipidemia.
Lab Anim. 2015;44(4):135.
26. Francisco CC, Howarth GS, Whittaker AL. Effects on animal wellbeing and
sample quality of 2 techniques for collecting blood from the facial vein of
mice. J Am Assoc Lab Anim Sci. 2015;54(1):76–80.
27. Arifah. Peran Lipoprotein Dalam Pengangkutan Lemak Tubuh. Kaunia;
2006. Vol. II, No. 2.
28. Sutejo IR. KERUSAKAN SEL HATI DAN PENINGKATKAN
KOLESTEROL SERUM MENCIT AKIBAT PEMBERIAN MINYAK
41
GORENG BEKAS PAKAI. IKESMA [Internet]. 2012 [dikutip 1 Agustus
2017];8(1). Tersedia pada:
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/view/1109
29. Sastri S. PENGARUH DIET TINGGI MINYAK KELAPA DAN MINYAK
SAWIT TERHADAP PROFIL LEMAK DARAH TIKUS. Maj Kedokt
Andalas. 2015;37(1):8–13.
30. Ellacott KLJ, Morton GJ, Woods SC, Tso P, Schwartz MW. Assessment of
Feeding Behavior in Laboratory Mice. Cell Metab. Juli 2010;12(1):10–7.
31. Pedersen JI, Müller H, Seljeflot I, Kirkhus B. Palm oil versus hydrogenated
soybean oil: effects on serum lipids and plasma haemostatic variables. Asia
Pac J Clin Nutr. 2005;14(4):348.
32. Kane JP, Malloy MJ, Tun P. Normalisation of low-density-lipoprotein
levels in heterozygous familial hypercholesterolemia with a combined drug
regimen. N Engl J Med. 1981. 304:251-258.
33. Nelson D, Cox M. Lehninger Principles of Biochemistry Fourth Edition. 4
ed. New York: W.H. Freeman and Company; 2005.
34. Canadian Council on Animal Care (CCAC). Oral Dosing Mice and Rats
SOP. UBC Anim Care Guideline. 2015.
42
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Persetujuan Etik
43
Lampiran 2
Gambar Proses Penelitian
Alat dan Bahan
Gambar 7.1 Hot plate stirer Gambar 7.2 Beaker glass
Gambar 7.3 Minyak Kelapa
Sawit Sania®
Gambar 7.4 Pippette balon
Gambar 7.5 Plate ELISA Gambar 7.6 Tip beserta
raknya
44
(Lanjutan)
Proses Penelitian
Gambar 7.7. Container
botol kaca berwarna gelap
Gambar 7.11. Penampungan
darah mencit ke dalam
microtube
Gambar 7.9. Teknik
pencubitan mencit sebelum
dicekok dan diambil
darahnya
Gambar 7.10. Pengambilan
darah mencit
Gambar 7.8. Reagen Uji
Kolesterol ST Reagensia
45
Lampiran 3
Hasil Uji Data Statistik
A. Uji Normalitas Kolesterol total
B. Uji Homogenitas Kolesterol total
Test of Homogeneity of Variances
TRAN
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.769 2 12 .116
C. Uji Kruskal Wallis Kolesterol total
Test Statisticsa,b
K-total
Chi-Square 2.923
df 2
Asymp. Sig. .232
Tests of Normality
PERLA
KUAN
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
K-total
KN .248 5 . .929 5 .591
MTP .344 5 . .819 5 .140
MDP .216 5 . .930 5 .597
46
D. Uji Mann-Whitney kelompok 1 dibandingkan kelompok 2
Test Statisticsa
K-total
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 13.000
Z -1.443
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Exact Sig. [2*(1-
tailed Sig.)]
.200b
E. Uji Mann-Whitney kelompok 1 dibandingkan kelompok 3
Test Statisticsa
K-total
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 13.000
Z -1.443
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Exact Sig. [2*(1-
tailed Sig.)]
.200b
F. Uji Mann-Whitney kelompok 2 dibandingkan kelompok 3
Test Statisticsa
K-total
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 17.000
Z -.289
Asymp. Sig. (2-tailed) .773
Exact Sig. [2*(1-
tailed Sig.)]
.886b
47
G. Hasil uji Kruskal-Wallis dengan Mann-Whitney pada K-total pada mencit
selama perlakuan
N Med (Min-max) Rerata±s.d. p
K-total Kelompok negatif 5 32,74(9,98-
46,57) 30,51±16,86
≥0,0
5
Minyak kelapa sawit 5 48,02(36,18-
121,81) 63,51±29,15
Minyak kelapa sawit
pemanasan berulang 5
49,38(41,37-
67,98) 52,03±11,67
Uji Kruskal-Wallis. Uji post-hoc Mann-Whitney: Kelompok negatif vs minyak
kelapa sawit p≥0,05; kelompok negatif terhadap minyak kelapa sawit pemanasan
berulang p≥0,05; minyak kelapa sawit terhadap minyak kelapa sawit pemanasan
berulang p≥0,05.
48
Lampiran 4
Riwayat Penulis
RIWAYAT PENULIS
Identitas
Nama : Bonita Nabilla Maharani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 1 April 1997
Golongan darah : B Rh +
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lawanggintung No. 10 RT 003/005, Kota Bogor
e-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1999-2001 : TK Kartika Chandra
2001-2002 : SD Islam Tiara Aksara Tangerang
2003-2004 : SDN 1 Lawanggintung Bogor
2004-2007 : SDN 1 Katobu Kota Raha Sulawesi Tenggara
2007-2008 : SDN 1 Lawanggintung Bogor
2008-2011 : SMPN 1 Kota Bogor
2011-2014 : SMAN 1 Kota Bogor
2014-Sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Profesi dan Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta