EFEK PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN …€¦ · Pelatihan, Kader Posyandu,...

189
EFEK PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN PENIMBANGAN BALITA PADA KADER POSYANDU DI KELURAHAN RENGAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : HARUM AULIA RAHMAWATI 1111101000070 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017/1438 H

Transcript of EFEK PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN …€¦ · Pelatihan, Kader Posyandu,...

  • EFEK PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN

    DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN PENIMBANGAN BALITA

    PADA KADER POSYANDU DI KELURAHAN RENGAS

    KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

    Oleh :

    HARUM AULIA RAHMAWATI

    1111101000070

    PEMINATAN GIZI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2017/1438 H

  • ii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Fakultas

    Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

    Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, Juni 2017

    Harum Aulia Rahmawati

  • iii

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN GIZI

    Skripsi, Juni 2017

    HARUM AULIA RAHMAWATI, NIM 1111101000070

    EFEK PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN

    PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM KEGIATAN

    PENIMBANGAN BALITA PADA KADER POSYANDU DI

    KELURAHAN RENGAS KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN

    2017

    xix + 119 Halaman, 10 Tabel, 3 Bagan, 1 Gambar, vii Lampiran

    ABSTRAK

    Kurang berfungsinya posyandu disebabkan karena kemampuan kader di

    posyandu yang masih rendah. Maka dari itu, sering ditemukannya penurunan

    kinerja posyandu, keterhambatan dalam proses penyampaian informasi dan pesan-

    pesan gizi, penurunan jumlah balita yang datang serta ketidak akuratan data pada

    proses pelaksanaan kegiatan. Di Puskesmas Rengas sendiri, sebanyak 46,7%

    kader berpengetahuan rendah dan sebanyak 53,3% kader kurang terampil.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian

    Eksperimental Sungguhan (True Experimental) yakni penelitian dengan

    melakukan intervensi kepada kader posyandu (sampel) dengan kelompok

    pembanding (kontrol). Jumlah sample pada penelitian ini sebanyak 44 orang yang

    dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing berisi 22 orang. Adapun perlakuan

    yang diberikan pada kelompok sampel yakni pemberian pelatihan dengan media

    berupa audiovisual, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan

    apapun.

    Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa terdapat perbedaan

    yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan pada kelompok

    perlakuan. Hal ini dapat membuktikan bahwa pelatihan mampu memberikan efek

    terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu. Setelah

    diberikan intervensi, peneliti berharap pihak puskesmas bisa melakukan refresh

    dan mengaplikasikan media audiovisual pada proses pelatihan selanjutnya.

    Kata Kunci: Pelatihan, Kader Posyandu, Audio-visual, Pengetahuan,

    Keterampilan

    Daftar Bacaan: 78 (1956-2014)

  • iv

    STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

    SPECIALISATION NUTRITION

    Undergraduated, Juni 2017

    HARUM AULIA RAHMAWATI, NIM 1111101000070

    THE EFFECT OF TRAINING TO IMPROVE KNOWLEDGE AND

    SKILL IN THE ACTIVITIES OF CHILDREN WEIGHING FOR

    POSYANDU CADRES AT RENGAS SOUTH OF TANGERANG IN

    2017

    xix + 119 Pages, 10 Tables, 3 Charts, 1 Image, vii Attachments

    ABSTRACT

    Lack of a functioning Posyandu is because the ability of cadres in

    Posyandu are still low. Therefore, often finding of decreased performance

    posyandu, delays in the delivery of information and messages of nutrition,

    decreased the number of children who come and inaccurate data in the process of

    implementation. In Rengas Health Center's, as much as 46.7% lower cadre of

    knowledgeable and 53.3% less skilled cadres.

    This study is a quantitative research with pre-experimental research

    designs True Experimental that studies by intervening to cadres Posyandu

    (sample) with control group. The sample in this study as many as 44 people were

    divided into two groups each containing 22 people. The treatment given to a

    sample group that is providing training with media audiovisual, while the control

    group was not given any treatment.

    The results of the analysis conducted it is known that there are significant

    differences between before and after training in the treatment group. It is can

    proved that the training can have an effect on increasing the knowledge and skills

    of posyandu cadres. After the intervention, the researcher hopes that the public

    health center can refresh and apply audiovisual media in the next training process.

    Keywords: Training, Posyandu Cadres, Audio-visual, Knowledge, Skills

    Reading List: 78 (1956-2014)

  • v

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

  • vi

  • vii

    Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua

    Orang Tua saya Tercinta. Terimakasih untuk

    seluruh perjuangan Bapak dan Ibu dalam

    mendidik kami selaku anak kalian selama ini.

    Dan untuk para sahabat saya, terimakasih

    untuk tidak pernah membiarkan saya berjuang

    sendirian.

  • viii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    DATA PRIBADI :

    Nama : HARUM AULIA RAHMAWATI

    Tempat, tgl lahir : Tangerang, 02 Februari 1994

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Agama : Islam

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Berat Badan : 52 Kg

    Tinggi Badan : 157 Cm

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Jl. Pendidikan No. 20 Rt. 001/006 Ciputat

    Kota Tangerang Selatan 15411

    No. Telp/ Hp : 0856-9533-6142 / 0822-9840-5494

    E-mail : [email protected]

    LATAR BELAKANG PENDIDIKAN :

    2000 – 2006 : Sekolah Dasar Negeri Lumpang 1 Parungpanjang

    2006 – 2009 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Parungpanjang

    2009 – 2011 : Sekolah Menengah Atas PGRI 56 Tangerang Selatan

    2011 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat

    PENGALAMAN BEKERJA

    2011

    2013

    2014

    :

    :

    :

    Karyawati di Warnet ARYA COMPUTER Ciputat

    Internship di Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat

    (KPKM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

    - Internship di UPT Puskesmas Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan membahas tentang Penyakit

    Demam Berdarah Dengue di Pamulang Barat Tahun

    2014

    - Tim Peneliti Gambaran Perilaku Diet dan Faktornya pada Siswa/i SMAN 34 Jakarta Tahun 2014

    - Volunteer Kegiatan Donor Darah bersama PMI Pusat dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.

    - Volunteer Kegiatan Pelatihan Tanggap Darurat

    mailto:[email protected]

  • ix

    2015

    2016

    :

    :

    Bencana bersama ACT dan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Tahun 2014.

    - Volunteer Kegiatan Pelatihan Tanggap Darurat Bencana bersama ACT dan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Tahun 2014.

    - Internship di bagian Perbaikan Gizi bagi pasien Klinik Terpadu Poli Paru dan Nutritionist di Klinik Gizi di

    UPT Puskesmas Rengas Kecamatan Ciputat Timur

    Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

    - Enumerator penelitian “Hubungan antara jenis kelamin, genetik, durasi tidur, frekuensi sarapan pagi,

    asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein,

    asupan lemak, asupan serat, aktivitas fisik, sedentary

    behaviour dan tingkat stress dengan kejadian obesitas

    siswa SLTA di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat

    Tahun 2015.”

    - Enumerator penelitian Program Magister Gizi Kesmas Universitas Indonesia di Jakarta Utara Tahun 2015

    - Enumerator penelitian Program Magister Gizi Kesmas Universitas Indonesia di Depok Tahun 2015

    - Enumerator penelitian Program Magister Gizi Kesmas Universitas Indonesia di Bogor Tahun 2015

    - Enumerator Project SEAMEO RECFON (Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional

    Center of Food and Nutrition) yang berjudul

    “Nutrition in Adolescence Issues in 2015”

    - Koordinator Lapangan Penelitian Doktoral yang berjudul “Intervensi Edukasi Gizi Berbasis Android

    Untuk Meningkatkan Konsumsi Zat Gizi Cegah

    Anemia Pada Remaja Puteri di SMP Muhammadiyah

    se-Depok Tahun 2016”

    - Volunteer Kegiatan Digital Qurban bersama BAZNAS di Wilayah Jakarta Selatan tahun 2016

    - Enumerator penelitian Pengabdian Dosen Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “ISO

    9001 in Public Health Center (Puskesmas) Design,

    Control and Quality Improvement in Order to Increase

    Community Health in South of Tangerang”

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang

    atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasul tercinta yang

    telah membawa kebenaran yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umat-

    Nya.

    Skripsi ini disusun dengan berbekal pengetahuan, pengarahan serta

    bimbingan yang diperoleh selama proses perkuliahan serta sebagai salah satu

    syarat guna menggapai gelar Sarjana. Pada kesempatan ini penulis mencoba

    menyusun Skripsi yang berjudul “Efek Pelatihan Terhadap Peningkatan

    Pengetahuan dan Keterampilan Dalam Kegiatan Penimbangan Balita Pada

    Kader Posyandu Di Kelurahan Rengas Kota Tangerang Selatan Tahun

    2017”.

    Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari dengan sepenuh hati

    bahwa Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Allah SWT dan Bapak, Ibu tercinta beserta Adik tersayang (Andini

    Fadhilatunnisa) yang selalu memberikan kasih sayang beserta

    dorongan dan semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis untuk

    menyelesaikan Skripsi ini.

  • xi

    2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM., MKM., Ph.D selaku ketua Program Studi

    Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Ibu Yuli Amran, SKM., MKM selaku dosen pembimbing I yang telah

    banyak membantu penulis dari mulai awal pembinaan sampai akhir

    penulisan Skripsi ini.

    4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM., MHS selaku dosen pembimbing II

    yang telah banyak membantu penulis dari mulai awal pembinaan

    sampai akhir penulisan Skripsi ini.

    5. Ibu Raihana Nadra, MKM selaku dosen penguji pada saat seminar

    proposal yang telah banyak memberikan masukan pada saat penulisan

    Skripsi ini.

    6. Ibu Narila Mutia Nasir, MKM, Ph.D selaku dosen Penguji I yang telah

    banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

    7. Ibu Dela Aristi, MKM selaku dosen Penguji II yang telah banyak

    meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

    8. Ibu DR. Hera Nurlita, M.Kes selaku dosen Penguji III yang telah

    banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

    9. Ibu Dra. Hj. Neneng Komariah selaku orang tua yang telah banyak

    membantu penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

    10. Bapak Drs. Herry Sumardih, M.Si, DR.H. Ma’rifat, MA, dan DR. Dien

    Samsudin, MA yang telah banyak membantu penulis.

  • xii

    11. Bapak Drs. H. Amas Rachmadi (Om H. Gatot) dan Drs. H. Suhardy

    (Papah Andien) yang telah banyak memberikan dorongan dan

    membantu penulis.

    12. Bapak KH. Djamhari Abduljalal, LC selaku pimpinan Ponpes

    Darunnajah II Cipining – Bogor dan Bapak H. Trimo, S.Ag selaku

    Staff Pendidik di Ponpes Darunnajah II Cipining – Bogor yang telah

    banyak memberikan dorongan dan membantu penulis.

    13. Seluruh Staff UPT. Puskesmas Rengas Kota Tangerang Selatan yang

    telah banyak membantu penulis dalam penyediaan data dan fasilitas.

    14. Saudari Dwi Rahmawati, Renita Pertiwi, Alvina Yarra Putri dan

    Latanza Shima Dayyana yang selalu sabar dan memberikan semangat

    kepada penulis.

    15. Teman – teman seperjuangan Gizi UIN 2011 (PANCI) yang senantiasa

    memberikan semangat yang berapi-api dan juga informasi kepada

    penulis dalam proses penulisan Skripsi ini.

    16. Saudara Yusuf Ronny Silalahi, Jodi Prasetyo, Novi Lestari dan Ahmad

    Nur Huda yang telah banyak membatu dan senantiasa menyemangati

    penulis dengan setulus hati.

    17. Saudari Ratu Aryumi Chaerunnisa dan Sutinah yang selalu sabar

    mendengarkan keluh kesah penulis serta selalu menyemangati dengan

    penuh kasih sayang.

    18. Kakak Yunita Kurniawati, S.Pd, Abang Abdul Haris, Abang

    Hariyansyah, Abang Novi Hamdani, Amd dan Abang Rivqi yang

  • xiii

    senantiasa membantu penulis dalam penyediaan fasilitas pada proses

    penulisan Skripsi ini.

    19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    banyak membantu selama proses penulisan Skripsi ini.

    Terimakasih atas segala semangat serta bantuan baik yang tersirat maupun

    tersurat. Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis

    menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena

    ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dimasa

    mendatang penulis dapat menyempurnakan dan menyusun Skripsi yang lebih baik

    lagi.

    Tangerang Selatan, Juni 2017

    Penulis

  • xiv

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ ii

    ABSTRAK ......................................................................................................................... iii

    ABSTRACT ....................................................................................................................... iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................................... v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiv

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xvii

    DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xviii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7

    1.3. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 7

    1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7

    1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 9

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 9

  • xv

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 11

    2.1. Pengetahuan .................................................................................................... 11

    2.2. Keterampilan ................................................................................................... 20

    2.3. Pelatihan .......................................................................................................... 21

    2.4. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pelatihan ..................................... 30

    2.5. Narasumber/Trainee ....................................................................................... 33

    2.6. Kader ............................................................................................................... 35

    2.10. Kerangka Teori ............................................................................................... 41

    BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................... 42

    3.1. Kerangka Konsep ............................................................................................ 42

    3.2. Definisi Operasional ....................................................................................... 44

    3.3. Hipotesis ......................................................................................................... 45

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 46

    4.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 46

    4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 47

    4.3. Populasi dan Sample Penelitian ...................................................................... 48

    4.4. Intervensi/Perlakuan ....................................................................................... 51

    4.5. Jenis Data ........................................................................................................ 61

    4.6. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 61

    4.7. Cara Pengukuran Variabel .............................................................................. 67

  • xvi

    4.8. Pengolahan Data ............................................................................................. 68

    BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................................ 73

    5.1. Gambaran Lokasi Penelitian .............................................................................. 73

    5.2. Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Sebelum Dan Sesudah

    Diberikan Intervensi .......................................................................................... 75

    5.3. Karakteristik Individu Kader Posyandu ............................................................ 77

    5.4. Efek Pelatihan Kader Posyandu Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan

    Keterampilan Kader ........................................................................................... 78

    5.5. Pengaruh Variabel Perancu Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Keterampilan

    Kader Setelah Diberikan Pelatihan .................................................................... 81

    BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................ 83

    6.1. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 83

    6.2. Efek Pelatihan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kader ............................... 84

    6.3. Efek Pelatihan Terhadap Peningkatan Keterampilan Kader ............................. 94

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 105

    7.1. Kesimpulan ................................................................................................... 105

    7.2. Saran ............................................................................................................. 107

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 109

    LAMPIRAN .................................................................................................................... 119

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Kelompok Media Intruksional ................................................................. 29

    Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ............................................................... 44

    Tabel 4.1. Matriks Proses Pelatihan .......................................................................... 56

    Tabel 4.2. Pembagian Jumlah Sampel ...................................................................... 60

    Tabel 4.3. Materi Pada Media Modul ........................................................................ 63

    Tabel 5.1. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Rengas .......................... 73

    Tabel 5.2. Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah

    Pelatihan ................................................................................................... 75

    Tabel 5.3. Karakteristik Individu .............................................................................. 77

    Tabel 5.4. Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah

    dilakukan Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol .................. 79

    Tabel 5.5. Pemodelan Multivariat Variabel Perancu Terhadap Pengetahuan dan

    Keterampilan ............................................................................................ 82

  • xviii

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1. Kerangka Teori ....................................................................................... 41

    Bagan 3.1. Kerangka Konsep .................................................................................... 43

    Bagan 4.1. Proses Pelatihan ...................................................................................... 58

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1. Denah Proses Pelatihan ........................................................................ 59

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Penelitian

    Pembangunan sektor kesehatan di Indonesia diarahkan untuk

    memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

    dasar terutama bagi ibu dan anak. Salah satu bentuk kegiatan untuk

    memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

    adalah posyandu (Rust, dkk 2009 dalam Hida 2011). Posyandu

    merupakan ujung tombak dan salah satu upaya kesehatan yang berbasis

    masyarakat yang memiliki peran amat penting dalam mendekatkan upaya

    promotif dan preventif kepada masyarakat, terutama terkait dengan upaya

    peningkatan status gizi masyarakat serta kesehatan ibu dan anak. Salah

    satu penyebab terjadinya gizi buruk pada masyarakat adalah kurang

    berfungsinya posyandu sehingga berakibat pada pemantauan gizi pada

    anak dan ibu hamil tidak berjalan sebagaimana mestinya (Sukiarko,

    2007).

    Masalah kurang gizi ini menjadi tantangan bagi semua pihak

    khususnya petugas pelayanan kesehatan. Menurut data Riset Kesehatan

    Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan pada

    tahun 2013, prevalensi balita yang mengalami masalah gizi di Indonesia

    secara garis besar adalah sebesar 19,6 % (Kemenkes, 2013). Provinsi

    Banten sendiri memiliki prevalensi masalah gizi sebanyak 12,9 %.

  • 2

    Kemudian mengerucut kembali pada daerah Tangerang Selatan pada

    tahun 2012 tercatat sebanyak 3,1 % dari jumlah balita yang mengalami

    masalah gizi. Masalah gizi pada anak balita dijadikan sebagai indikator

    adanya masalah gizi di masyarakat setempat. Oleh sebab itu, data status

    gizi anak balita amat diperlukan untuk melihat gambaran masalah di

    tingkat masyarakat. (Kemenkes, 2013).

    Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, masih

    ditemukan banyaknya masalah antara lain kelengkapan sarana,

    keterampilan kader yang belum memadai, data kader dan strata posyandu

    (Kemenkes RI, 2013). Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu

    faktor penting dalam upaya peningkatkan kualitas kesehatan penduduk.

    Menurut Sukiarko (2007), kurang berfungsinya posyandu disebabkan

    karena kemampuan kader di posyandu yang masih rendah. Maka dari itu,

    sering ditemukannya penurunan kinerja posyandu, keterhambatan dalam

    proses penyampaian informasi dan pesan-pesan gizi, penurunan jumlah

    balita yang datang serta ketidak akuratan data pada proses pelaksanaan

    kegiatan.

    Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama

    program perbaikan gizi yang menitikberatkan pada upaya pencegahan

    dan peningkatan keadaan gizi balita. Secara teknis, sering ditemui

    kesalahan menggunakan timbangan yang tidak layak dan tidak

    dikalibrasi serta kesalahan dalam pemasangan timbangan dan pembacaan

    hasil. (Kemenkes RI, 2000)

  • 3

    Tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan

    kader masih rendah, pada penelitian yang dilakukan oleh Sukiarko pada

    tahun 2007 menggambarkan bahwa sebanyak 90% (31 Orang) kader

    membuat kesalahan. Salah satu kesalahan kader yang paling sering

    dijumpai adalah teknik penimbangan yang kurang tepat. Lebih jauh lagi,

    hanya 40,7% kader yang tahu manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) yang

    sekarang berubah menjadi buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) untuk

    konseling gizi. Serupa dengan hasil studi yang dilaksanakan Bidan desa

    Brekat pada tahun 2008, dari 25 kader yang menimbang bayi dan balita

    dapat dikatakan bahwa sebagian besar (60%) kader tidak melakukan

    penimbangan sesuai dengan prosedur pengukuran antropometri

    (Sukiarko, 2007).

    Kemudian pada tahun 2009 diperoleh data 68% kader tidak

    melakukan penimbangan sesuai dengan prosedur pengukuran

    antopometri pada bayi dan balita, sehingga hasil pengukuran

    antropometri yang diperoleh kurang akurat. Hal ini dapat

    menggambarkan keterampilan kader posyandu di daerah tersebut dalam

    pengukuran antropometri masih rendah karena standar pengukuran

    antropometri yang seharusnya dilakukan kader yakni mencapai 80%.

    Peningkatan jumlah kader yang melakukan kesalahan dari tahun 2008

    sampai tahun 2009 juga menjadi salah satu keadaan yang harus di

    perhatikan (Hida, 2011).

  • 4

    Penelitian yang dilakukan oleh Hida pada tahun 2011 menyatakan

    bahwa sebanyak 25 kader posyandu dinilai keterampilannya, yang

    meliputi 38 langkah-langkah pengukuran antropometri (berat badan dan

    tinggi badan). Hasil penilaian pre-test untuk keterampilan kader sebelum

    diberi perlakuan (intervensi), menunjukkan sebesar 20% kader memiliki

    keterampilan pengukuran antropometri dalam kategori tinggi, sebesar

    12% kader memiliki keterampilan pengukuran antropometri dalam

    kategori sedang, dan sebesar 68% kader memiliki keterampilan

    pengukuran antropometri dalam kategori rendah. Hal ini menunjukan

    tidak adanya perubahan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 (Hida, 2011).

    Sementara itu, di wilayah kerja Puskesmas Rengas Kota Tangerang

    Selatan menunjukan bahwa sebanyak 41 orang (45,1%) kader yang

    memiliki pengetahuan tentang kegiatan gizi di posyandu yang kurang dan

    sebanyak 56% dari total keseluruhan kader di Wilayah Kerja Puskesmas

    Rengas sebanyak 91 orang hanya mengikuti pelatihan < 3 kali dalam

    setahun (Syafei, 2011).

    Keterampilan kader kesehatan salah satu diantaranya meliputi

    kemampuan melakukan tahapan-tahapan penimbangan, kader kesehatan

    biasanya melakukan kegiatan penimbangan di posyandu belum sesuai

    dengan prosedur-prosedur pengukuran antropometri, sehingga hasil yang

    diperoleh dari penimbangan kurang tepat. (Rufiat, 2011).

  • 5

    Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan yang dilakukan oleh

    Rufiat, dkk (2011) diperoleh hasil bahwa nilai p (0,0001), hal ini berarti

    bahwa terdapat pengaruh pelatihan dengan metode permainan Find your

    mate terhadap peningkatan pengetahuan kader posyandu tentang

    posyandu lansia di posyandu Kelurahan Panggung Kota Tegal. Untuk

    dapat meningkatkan mutu pendidikan maka seorang pendidik harus dapat

    mengelola pembelajaran dengan baik dalam berbagai aspeknya, antara

    lain dari segi pemilihan metode, media, pendekatan dan teknik mengajar.

    Seiring dengan berkembangnya arus teknologi dan komunikasi, maka

    perlu dilakukan inovasi pendidikan agar teknologi dapat dimanfaatkan

    dalam proses mencetak sumber daya manusia dengan memperhatikan

    penggunaan media pembelajaran yang relevan (Aliya, 2008).

    Seperti yang kita ketahui, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Syafei (2011) yang mengatakan bahwa sebanyak 56% kader hanya

    mengikuti pelatihan < 3 kali dalam setahun dan sebanyak 41 orang

    (45,1%) kader yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini selaras

    dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas pelaksana gizi

    di Puskesmas Rengas yang mengatakan bahwa kader masih sangat butuh

    pelatihan yang rutin agar tetap atau bahkan lebih terampil. Dalam proses

    wawancara yang dilakukan kepada kader dapat dikatakan bahwa kader

    memang masih butuh pelatihan sebagai bentuk penyegaran terkait

    pengetahuan yang selama ini di dapat. Dari hasil wawancara tersebut,

    peneliti merasa penting untuk membahas tentang efek pelatihan kader

  • 6

    guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari

    peningkatan pengetahuan dan keterampilan khususnya pada posyandu

    dalam kegiatan penimbangan pada balita di wilayah kerja Puskesmas

    Rengas tahun 2017.

    Susanto (2010) mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar akan

    lebih efektif dan mudah apabila dibantu dengan sarana visual, dimana

    11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan

    83% lewat indera penglihatan. Disamping itu dikemukakan juga bahwa

    kita hanya dapat mengingat sekitar 20% dari apa yang kita dengar,

    namun dapat mengingat sebanyak 50% dari apa yang kita lihat dan

    dengar. Penggunaan media audio visual merupakan salah satu usaha

    untuk mengajak peserta belajar kreatif sehingga pemenuhan kebutuhan

    psikologis mereka tercapai (Susanto, 2010).

    Selama ini telah dilakukan berbagai pelatihan kader tetapi hasilnya

    tidak begitu memuaskan. Alternatif lain dari metode serta media yang

    rutin sekarang ini perlu dicari. Pelatihan kader dengan menggunakan

    media audio visual ini dikembangkan sebagai inovasi serta jawaban

    terhadap kebutuhan untuk memberikan pelatihan secara sistematis

    kepada para kader posyandu dengan berfokus pada peningkatan

    pengetahuan dan keterampilan.

  • 7

    1.2. Rumusan Masalah

    Sebanyak 46,7% memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dan

    sebanyak 53,3% memiiki keterampilan yang rendah dan tidak melakukan

    penimbangan dengan baik sesuai dengan prosedur. Oleh sebab itu,

    peneliti menganggap penting untuk meneliti efek pelatihan terhadap

    peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan penimbangan

    balita pada kader posyandu di Kelurahan Rengas Kota Tangerang Selatan

    pada tahun 2017.

    1.3. Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimana gambaran pengetahuan dan keterampilan kader terhadap

    kegiatan pemantauan status gizi balita di Posyandu Wilayah Kerja

    Puskesmas Rengas pada tahun 2017 sebelum dan sesudah diberikan

    pelatihan?

    2. Bagaimana efek pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan

    keterampilan kader dalam kegiatan penimbangan balita di Kelurahan

    Rengas Kota Tangernag Selatan Pada Tahun 2017?

    3. Bagaimana pengaruh variabel perancu terhadap pengetahuan dan

    keterampilan kader setelah diberikan pelatihan?

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.5.1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan

    sumbangan atau referensi ilmiah bagi Program Studi Kesehatan

    Masyarakat, khususnya di bidang Gizi Kesehatan Masyarakat

  • 8

    mengenai efek pelatihan kader guna meminimalisir terjadinya

    ketidak akuratan data serta kesalahan pada proses penimbangan

    balita.

    1.5.2. Manfaat Praktis

    - Secara praktis, pelatihan yang dilakukan pada kader diharapkan

    mampu meningkatkan pengetahuan serta keterampilan khususnya

    pada pemantauan status gizi. Penelitian ini diharapkan pula dapat

    menjadi masukan dan memberi gambaran terhadap metode –

    metode promosi kesehatan yang bisa diterapkan di posyandu

    untuk mengatasi keterhambatan pada proses berjalannya program

    gizi.

    - Memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam hal metode untuk

    kegiatan pelatihan kader posyandu dalam pengelolaan pelayanan

    Posyandu.

    - Sebagai bagian dari tugas peneliti dalam kegiatan di bidang

    pendidikan serta pengabdian kepada masyarakat dan dapat

    menjadi informasi dan masukan bagi penelitian lain yang ingin

    melakukan penelitian tentang efek pelatihan kader posyandu

    terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam

    kegiatan pemantauan status gizi di Posyandu.

  • 9

    1.5. Tujuan Penelitian

    1.4.1. Tujuan Umum

    Mengetahui efek pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan

    keterampilan kader dalam kegiatan penimbangan balita di

    Kelurahan Rengas Kota Tangernag Selatan Pada Tahun 2017.

    1.4.2. Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan keterampilan kader

    terhadap kegiatan pemantauan status gizi balita di Posyandu

    Wilayah Kerja Puskesmas Rengas pada tahun 2017 sebelum dan

    sesudah diberikan pelatihan?

    2. Diketahuinya efek pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan

    dan keterampilan kader dalam kegiatan penimbangan balita di

    Kelurahan Rengas Kota Tangernag Selatan Pada Tahun 2017?

    3. Diketahuinya pengaruh variabel perancu terhadap pengetahuan

    dan keterampilan kader setelah diberikan pelatihan.

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini membahas tentang efek pelatihan terhadap

    peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan

    penimbangan balita yang dilakukan oleh Mahasiswa semester Genap

    Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu Eksperimental

  • 10

    Sungguhan (True Eksperimental), yakni dengan memberikan perlakuan

    atau intervensi kepada responden (kader posyandu) dengan kelompok

    pembanding dan menggunakan analisis data berupa Uji t dependen, yang

    hasilnya akan diukur melalui hasil pre-test dan post-test. Perlakuan yang

    diterapkan kepada responden yakni berupa penyuluhan serta penggunaan

    media audio-visual berupa video tentang tata cara menimbang dan

    mengukur tinggi/panjang badan balita, sedangkan pada kelompok

    pembanding diberikan perlakuan berupa pelatihan dengan media visual

    saja. Penelitian ini dimulai sejak Februari sampai selesai di Wilayah

    Kerja Puskesmas Rengas Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengetahuan

    Krathwohl (2002) mengatakan bahwa, ada empat macam

    pengetahuan, yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,

    pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Jenis-jenis

    pengetahuan ini sesungguhnya menunjukkan penjenjangan dari yang

    sifatnya konkret (faktual) hingga yang abstrak (metakognitif). Dalam

    taksonomi yang dipaparkan beberapa tahun silam, pengetahuan

    metakognitif belum dicantumkan sebagai jenis pengetahuan yang juga

    harus dipelajari siswa.

    A. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge): pengetahuan yang

    berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur

    dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan

    faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua

    macam pengetahaun faktual, yaitu pengetahuan tentang terminologi

    (knowledge of terminology) dan pengetahuan tentang bagian detail

    dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element).

    1. Pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology):

    mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik

    yang bersifat verbal maupun non verbal. Setiap disiplin ilmu

    biasanya mempunyai banyak sekali terminologi yang khas untuk

    disiplin ilmu tersebut. Beberapa contoh pengetahuan tentang

  • 12

    terminologi: pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang

    istilah ilmiah dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.

    2. Pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur

    (knowledge of specific details and element): mencakup

    pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain

    yang sifatnya sangat spesifik. Beberapa contoh pengetahuan

    tentang bagian detail dan unsur-unsur, misalnya pengetahuan

    tentang nama tempat dan waktu kejadian, pengetahuan tentang

    produk suatu negara dan pengetahuan tentang sumber informasi.

    Oleh karena fakta sangat banyak jumlahnya, pendidik perlu

    memilih dan memilah fakta mana yang sangat penting dan fakta

    mana yang kurang penting.

    B. Pengetahuan konseptual: pengetahuan yang menunjukkan saling

    keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar

    dan semuanya berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual

    mencakup skema, model pemikiran dan teori baik yang implisit

    maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu

    pengetahaun tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang

    prinsip dan generalisasi dan pengetahuan tentang teori, model dan

    sruktur.

    1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori: mencakup

    pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian atau susunan yang

  • 13

    berlaku dalam suatu bidang ilmu tertentu. Pengetahuan tentang

    klasifikasi dan kategori merupakan pengetahuan yang sangat

    penting sebab pengetahaun ini juga menjadi dasar bagi siswa

    dalam mengklasifikasikan informasi dan pengetahuan. Tanpa

    kemampuan melakukan klasifikasi dan katagorisasi yang baik

    siswa akan kesulitan dalam belajar. Beberapa contoh

    pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori: pengetahuan

    tentang bagian-bagian kalimat, pengetahuan tentang masa

    geologi dan pengetahuan tentang pengelompokan tumbuhan.

    2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup

    abstraksi hasil observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip

    atau generalisasi. Prinsip dan generalisasi merupakan abstraksi

    dari sejumlah fakta, kejadian dan saling keterkaitan antara

    sejumlah fakta. Prinsip dan generalisasi biasanya cenderung

    sulit untuk dipahami siswa apabila siswa belum sepenuhnya

    menguasai fenomena-fenomena yang merupakan bentuk yang

    “teramati” dari suatu prinsip atau generalisasi. Beberapa contoh

    pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: pengetahuan

    tentang hukum Mendel, pengetahuan tentang seleksi alamiah

    dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar.

    3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur: mencakup

    pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan saling

    keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan

  • 14

    terhadap suatu fenomena yang kompleks. Pengetahuan tentang

    teori, model dan struktur merupakan jenis pengetahuan yang

    sangat abstrak dan rumit. Beberapa contoh pengetahuan tentang

    teori, model dan struktur: pengetahuan tentang teori evolusi,

    pengetahuan tentang model DNA dan pengetahuan tentang

    model atom.

    C. Pengetahuan prosedural: pengetahuan tentang bagaimana

    mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru.

    Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau

    tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.

    1. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan

    dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan tentang

    algoritme: mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus

    yang diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau

    tentang algoritme yang harus ditempuh untuk menyelesaikan

    suatu permasalahan. Beberapa contoh pengetahuan yang

    termasuk hal ini, misalnya: pengetahuan tentang keterampilan

    menimbang, pengetahuan mengukur suhu air yang dididihkan

    dalam beker gelas dan pengetahuan tentang memipet.

    2. Pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan

    dengan suatu bidang tertentu: mencakup pengetahuan yang

    pada umumnya merupakan hasil konsensus, perjanjian atau

  • 15

    aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan

    tentang teknik dan metode lebih mencerminkan bagaimana

    ilmuwan dalam bidang tersebut berpikir dan memecahkan

    masalah yang dihadapi. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini

    misalnya, pengetahuan tentang metode penelitian yang sesuai

    untuk suatu permasalahan sosial dan pengetahuan tentang

    metode ilmiah.

    3. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu

    prosedur tepat untuk digunakan: mencakup pengetahuan

    tentang kapan suatu teknik, strategi atau metode harus

    digunakan. Siswa dituntut bukan hanya tahu sejumlah teknik

    atau metode tetapi juga dapat mempertimbangkan teknik atau

    metode tertentu yang sebaiknya digunakan dengan

    mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu.

    Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan

    tentang kriteria untuk menentukan jenis-jenis tulisan,

    pengetahuan tentang kriteria pemilihan rumus yang sesuai untuk

    memecahkan masalah, dan pengetahuan memilih metode

    statistika yang sesuai untuk mengolah data.

    D. Pengetahuan metakognitif: mencakup pengetahuan tentang

    kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.

    Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa

  • 16

    seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar

    akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi dan

    apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik

    lagi dalam belajar.

    1. Pengetahuan strategik: mencakup pengetahuan tentang strategi

    umum untuk belajar, berpikir dan memecahkan masalah.

    Pengetahuan jenis ini dapat digunakan bukan hanya dalam suatu

    bidang tertentu tetapi juga dalam bidang-bidang yang lain.

    Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya: pengetahuan

    bahwa mengulang-ulang informasi merupakan salah satu cara

    untuk mengingat dan pengetahuan tentang strategi perencanaan

    untuk mencapai tujuan.

    2. Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk di dalamnya

    pengetahuan tentang konteks dan kondisi yang sesuai:

    mencakup pengetahuan tentang jenis operasi kognitif yang

    diperlukan untuk mengerjakan tugas tertentu serta pemilihan

    strategi kognitif yang sesuai dalam situasi dan kondisi tertentu.

    Beberapa contoh pengetahaun jenis ini misalnya: pengetahuan

    bahwa buku pengetahuan lebih sulit dipahami dari pada buku

    populer dan pengetahuan bahwa meringkas bisa digunakan

    untuk meningkatkan pemahaman.

    3. Pengetahuan tentang diri sendiri: mencakup pengetahuan

    tentang kelemahan dan kemampuan diri sendiri dalam belajar.

  • 17

    Salah satu syarat agar siswa dapat menjadi pembelajar yang

    mandiri adalah kemampuannya untuk mengetahui dimana

    kelebihan dan kekurangan serta bagaimana mengatasi

    kekurangan tersebut. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini

    misalnya: pengetahuan bahwa seseorang yang ahli dalam suatu

    bidang belum tentu ahli dalam bidang lain, pengetahuan tentang

    tujuan yang ingin dicapai dan pengetahuan tentang kemampuan

    yang dimiliki dalam mengerjakan suatu tugas.

    Menurut Mubarak, dkk (2007) pengukuran pengetahuan dapat

    dinilai melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

    materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Adapun

    faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yakni:

    a. Pendidikan

    Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

    orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan

    seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima

    informasi dan pada akhirnya semakin banyak juga pengetahuan

    yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat

    pendidikannya rendah, maka akan menghambat perkembangan

    sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai

    yang diperkenalkan.

  • 18

    b. Pekerjaan

    Lingkungan pekerjaan dapat mejadikan seseorang memperoleh

    pengalaman atau pengetahuan baik secara langsung ataupun

    tidak langsung.

    c. Umur

    Dengan bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi

    perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan

    pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan.

    Pertama, perubahan ukuran, lalu kedua, perubahan proporsi dan

    ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri

    baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek

    psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang

    dan dewasa.

    d. Minat

    Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

    terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba

    dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

    pengetahuan yang lebih mendalam.

    e. Pengalaman

    Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

    seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

    kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan

    berusaha untuk melupakan namun jika pengalaman terhadap

  • 19

    obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan

    timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

    emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap

    positif dalam kehidupannya.

    f. Kebudayaan lingkungan sekitar

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

    pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila

    dalam suatu wilayah memiliki budaya untuk menjaga

    kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat

    sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

    lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh dalam

    pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

    g. Informasi

    Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

    membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh

    pengetahuan yang baru.

    Dari penelitian yang dilakukan Wahyutomo (2010) terbukti bahwa

    perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

    perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat

    diartikan tahu atau mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami

    atau diajar). Pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lama

    manjadi kader, pengalaman di lapangan dalam menangani kasus dan

    pelatihan-pelatihan yang telah diikuti. Dengan pengetahuan yang

  • 20

    bertambah diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik

    kepada masyarakat. Green (1956) juga berpendapat bahwa pengetahuan

    merupakan faktor predisposisi yang menentukan perilaku seseorang.

    Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi, dkk (2013) menyebutkan bahwa

    sebelum diberikan pembelajaran dengan metode PBL, 76,9%

    mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang pre-eklampsia dan

    eklampsia dengan kategori cukup. Setelah peneliti bersama tim

    memberikan materi tentang pre-eklampsia dan eklampsia dengan

    metode pembelajaran PBL, pengetahuan mahasiswa kelas NRA

    meningkat menjadi kategori baik 61,5% dan berkategori cukup 38,5%.

    Variabel pengetahuan akan diukur dengan menggunakan kuesioner.

    2.2. Keterampilan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

    keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Menurut

    buku yang ditulis oleh Purnawanto (2008), keterampilan adalah

    perilaku yang menunjukan kemampuan individu dalam melakukan

    tugas mental atau fisik tertentu yang dapat diobservasi. Seringkali

    keterampilan diasosiasikan dengan kemampuan atau keterampilan fisik

    atau gerak (motorik). Tommy (2009) mengatakan bahwa

    keterampilan/skill adalah suatu kemampuan untuk menerjemahkan

    pengetahuan kedalam praktik sehingga tercapai hasil kerja yang

    diinginkan

  • 21

    Peningkatan keterampilan salah satunya yakni dengan

    melaksanakan pelatihan, dengan pelatihan diharapkan pengetahuan

    tentang kesehatan yang lebih baik yang dapat berpengaruh terhadap

    perilakunya. Semakin banyak pelatihan yang diterima, diharapkan akan

    lebih meningkatkan keterampilan untuk dapat di aplikasikan untuk

    dirinya dan disebarkan untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya

    (Kemenkes RI, 2008).

    Hasil penelitian yang dilakukan Hida (2011) menunjukkan dengan

    uji Wilcoxon diperoleh nilai p= 0,0001. Nilai (p

  • 22

    yang merupakan aset penting dalam sebuah institusi. Pelatihan

    merupakan pengalaman belajar yang sengaja dirancang agar dapat

    membantu peserta dalam menguasai kompetensi yang tidak

    dimiliki sebelumnya. Hasil penyelenggaraan program pelatihan

    adalah penguasaan kompetensi, keterampilan, pengetahuan dan

    sikap yang sebelumnya tidak dikuasai oleh peserta. (Pribadi, 2014).

    Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih

    menekankan pada praktek dari pada teori yang dilakukan seseorang

    atau kelompok dengan menggunakan pelatihan orang dewasa dan

    bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa

    jenis keterampilan tertentu. Sedangkan pembelajaran merupakan

    suatu proses interaksi antara peserta dengan lingkungannya yang

    mengarah pada pencapaian 38 tujuan pendidikan dan pelatihan

    yang telah ditentukan terlebih dahulu (Pusat Pendidikan dan

    Pelatihan Kesehatan, 2002).

    Menurut Instruksi Presiden No. 15 tahun 1974 yang ditulis

    oleh Sedarmayanti tahun 2007, pelatihan adalah bagian dari

    pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

    meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku,

    dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih

    mengutamakan praktek dari pada teori (Sedarmayanti, 2007).

    2.3.2. Tujuan Pelatihan

    Tujuan pelatihan adalah agar individu dalam situasi kerja

    dapat memperoleh kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas

  • 23

    atau pekerjaan tertentu secara memuaskan. Sementara itu, Wexley

    dan Letham (2002) mengatakan bahwa program pelatihan dan

    pengembangan memiliki satu atau lebih tujuan-tujuan seperti

    berikut ini:

    a. Meningkatkan kesadaran diri individu.

    b. Meningkatkan keterampilan individu dalam satu bidang

    keahlian atau lebih.

    c. Meningkatkan motivasi individu untuk melaksanakan

    tugas atau pekerjaannya secara memuaskan.

    Kemudian Notoatmodjo (2005) mengungkapkan bahwa

    pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan

    pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan

    program kesehatan secara keseluruhan. Tujuan umum pelatihan

    kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader posyandu

    dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat

    (Tim Penggerak PKK Pusat, 1999). Sedangkan tujuan khususnya

    adalah :

    a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader sebagai

    pengelola posyandu berdasarkan kebutuhan sasaran di

    wilayah pelayanannya.

    b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam

    berkomunikasi dengan masyarakat.

  • 24

    c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader untuk

    menggunakan metode media diskusi yang lebih partisipatif.

    Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh Moses

    (2011) dengan menggunakan teknik analisis statistik regresi

    melalui program komputer SPSS, maka persamaan regresi sesuai

    persamaan Y = a + b x. Persamaan tersebut dapat diartikan bahwa

    peningkatan pelatihan akan meningkatkan kinerja, kemudian dapat

    dikatakan pula bahwa dengan adanya pelatihan sebesar 1 % akan

    meningkatkan prestasi sebesar 59%. Hasil uji analisis dengan nilai

    koefisien (r) = 0,93 menunjukkan tingkat hubungan yang sangat

    tinggi antara kedua variabel yang diteliti.

    2.3.3. Metode Pelatihan

    Wagonhurst (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor

    yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu pelatihan adalah

    pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode belajar

    perlu memperhatikan besarnya kelompok peserta. Pemilihan

    metode pelatihan tergantung pada tujuan, kemampuan

    pelatih/pengajar, besar kelompok sasaran, kapan/waktu pengajaran

    berlangsung dan fasilitas yang tersedia. Perdue dkk (2002) yang

    dikutip oleh Aqmala (2007) menambahkan bahwa penelitian

    mengenai metode pelatihan digunakan oleh manajer untuk meraih

    tujuan tertentu masih jarang dilakukan. Dalam penelitiannya

    Perdue (2002) menyatakan terdapat 16 alternatif metode yang dapat

  • 25

    dipilih meliputi : studi kasus, video-tape, lecture, one-to-one, role

    play, games, computer simulations, paper and pencil, audio tapes,

    self assessment, movies/films, multi-media, audio, computer, video

    conferencing dan sensitivity training.

    Dalam pelaksanaannya, pelatihan perlu memanfaatkan

    metode dan media pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi

    proses belajar siswa sehingga mampu mencapai kompetensi yang

    diperlukan. Beragam media cetak (printed), suara (audio), gambar

    diam (visual), gambar bergerak (video), multimedia dan jaringan

    (internet dan web) memiliki karakteristik spesifik yang dapat

    dimanfaatkan secara optimal untuk membantu peseta program

    pelatihan dalam mencapai tujuan atau kompetensi yang akan perlu

    dikuasai.

    Beragam metode pembelajaran juga dapat digunakan oleh

    instruktur agar dapat membantu berlangsungnya proses

    pembelajaran peserta. Setiap ragam metode pembelajaran-

    presentasi, diskusi simulasi, demonstrasi, bermain peran,

    pemecahan masalah dan permainan memiliki keunggulan tersendiri

    yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi atau materi sebuah

    program pelatihan. Tidak semua metode dan media pembelajaran

    dapat digunakan untuk memfasilitasi pencapaian semua kompetensi

    program pelatihan. Setiap metode dan media pembelajaran

    memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai untuk digunakan

  • 26

    secara efektif dalam mengajarkan kompetensi yang spesifik.

    Metode demonstrasi misalnya cocok untuk digunakan dalam

    aktivitas belajar yang menekakan pada penguasaan keterampilan

    (skill).

    Pemanfaatan media video juga dapat dikombinasikan untuk

    memperkaya pengalaman peserta program pelatihan dalam

    mempelajari kompetensi yang akan dilatihkan. Kombinasi

    pemanfaatan metode dan media pembelajaran yang tepat akan

    membantu tugas instruktur dalam memfasilitasi pencapaian tujuan

    program pelatihan oleh peserta. (Pribadi, 2014)

    2.3.4. Media Pembelajaran pada Proses Pelatihan

    Pada hakikatnya, proses belajar mengajar adalah proses

    komunikasi yang melibatkan penyampai pesan (materi) dari

    pengantar ke penerima. Proses pengubahan pesan berupa

    materi/bahan ajar menjadi simbol komunikasi baik verbal maupun

    nonverbal disebut encoding, sedangkan penafsiran simbol

    komunikasi tersebut oleh peserta didik disebut decoding. Namun

    pada kenyataannya, penafsiran dalam memahami apa yang

    didengar, dibaca, dilihat atau diamati ada kalanya berhasil dan ada

    kalanya tidak. Kegagalan atau hambatan dalam proses komunikasi

    ini disebut barrier atau noise. Untuk meminimalkan kegagalan

    proses komunikasi, media sangat diperlukan sebagai perantara

    komunikasi. Gerlach dan Ely (1971) yang dikutip oleh Arsyad

  • 27

    (2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis

    besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun

    kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

    keterampilan, atau sikap. Bovee (1997) yang dikutip oleh

    Simamora (2007) mengemukakan bahwa media adalah alat yang

    berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran itu

    sendiri merupakan sebuah proses komunikasi antara peserta didik,

    pendidik dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa

    bantuan sarana penyampaian pesan atau media.

    Bentuk stimulus yang dapat digunakan sebagai media

    adalah hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar yang

    bergerak atau tidak bergerak Dan tulisan serta suara yang direkam.

    Bentuk stimulus ini tepat digunakan bagi peserta didik yang sedang

    mempelajari hal-hal asing. Adapun peran atau fungsi dari pada

    media pembelajaran itu sendiri diantaranya adalah:

    a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

    b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya

    indera.

    c. Menimbulkan semangat belajar, interaksi langsung antara

    peserta didik dan sumber belajar.

    d. Memungkinkan peserta belajar mandiri sesuai dengan bakat

    dan kemampuan visual, auditori serta kinestetiknya.

  • 28

    e. Memberi stimulus yang sama, membandingkan pengalaman

    dan menimbulkan persepsi yang sama.

    Belajar merupakan proses internal dalam diri manusia,

    pengajar/pendidik bukan merupakan satu-satunya sumber belajar,

    namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang

    disebut individu. AECT (Assosiation for Educational

    Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber

    belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:

    a. Pesan. Mencakup kurikulum dan mata pelajaran.

    b. Individu. Mencakup pendidik, orang tua, tenaga ahli dan

    sebagainya.

    c. Bahan. Merupakan suatu format yang digunakan untuk

    menyimpan pesan pembelajaran seperti buku paket, buku

    teks, modul, program video, film, OHT (over head

    transparency), slide, alat peraga.

    d. Alat. Merupakan sarana (piranti, hardware) untuk

    menyajikan bahan mencakup proyektor OHP, slide, film

    tape recorder.

    e. Teknik. Merupakan cara (prosedur) yang digunakan

    pendidik dalam memberikan pembelajaran guna mencapai

    tujuan pembelajaran, seperti ceramah, permainan/simulasi,

    tanya jawab dan sosiodrama (roleplay).

  • 29

    f. Latar (setting) atau lingkungan. Mencakup pengaturan

    ruang, pencahayaan dan sebagainya.

    Media pembelajaran ini berupa perangkat lunak (software) dan

    perangkat keras (hardware) yang bertujuan untuk meningkatkan

    efektifitas proses belajar mengajar. Berikut ini daftar kelompok

    media instruksional yang dikemukanan oleh Anderson (1976)

    dalam Simamora (2009):

    Tabel. 2.1 Kelompok Media Instruksional

    Kelompok Media Media Intruksional

    Audio Pita audio

    Piringan audio

    Radio

    Cetak Buku tes terprogram

    Buku pegangan/manual

    Buku tugas

    Audio Cetak Buku latihan dilengkapi kaset

    Gambar/poster (dilengkapi audio)

    Visual diam Film bingkai (slide)

    Film rangkai (berisi pesan herbal)

    Audio – visual diam Film bingkai (slide) suara

    Film rangkai suara

    Visual gerak Film bisu dengan judul (caption)

    Audio – visual gerak Film suara

    Video/VCD/DVD

    Objek Benda nyata

    Model tiruan (mock up)

    Computer Media berbasis computer; CAI (computer assisted

    instructional) dan CMI

    (computer managed

    instructional)

  • 30

    2.4. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pelatihan

    Donald dan James Kirkpatrick (2007) yang dikutip oleh Pribadi

    (2014) mengemukakan beberapa persyaratan yang diperlukan untuk

    dapat menciptakan sebuah program pelatihan yang efektif, yaitu:

    1. Program pelatihan didasarkan kepada kebutuhan atau masalah yang

    dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau institusi tersebut.

    2. Program pelatihan didasarkan pada tujuan atau kompetensi yang

    perlu dimiliki oleh peserta program pelatihan.

    3. Jadwal penyelenggaraan program pelatihan tersusun dengan baik.

    4. Latar belakang peserta program sesuai dengan kompetensi program

    yang akan dilatihkan.

    5. Instruktur memiliki kualifikasi baik dan kompeten dalam bidang

    yang dilatihkan.

    6. Pelatihan dilaksanakan ditempat yang nyaman dengan dilengkapi

    fasilitas pendukung yang memadai.

    7. Program pelatihan menggunakan metode dan media yang relevan

    dengan kompetensi yang diperlukan.

    8. Program pelatihan harus dapat memberi rasa puas kepada peserta

    program.

    9. Program pelatihan perlu di evaluasi secara berkesinambungan.

    Selain dari pada itu, Rivai (2004) menjelaskan faktor-faktor yang

    menunjang kearah keberhasilan suatu pelatihan antara lain:

  • 31

    1. Materi yang dibutuhkan

    Materi disusun dari estimasi kebutuhan tujuan latihan, kebutuhan

    dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan

    pengetahuan yang dibutuhkan.

    2. Metode yang digunakan

    Metode yang dipilih hendak disesuaikan dengan jenis pelatihan

    yang akan dilaksanakan.

    3. Kemampuan instruktur pelatihan

    Mencari sumber-sumber informasi yang lain yang mungkin

    berguna dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.

    4. Sarana atau prinsip-prinsip pembelajaran

    5. Pedoman agar proses belajar akan berjalan lebih efektif.

    6. Peserta pelatihan

    Sangat penting untuk memperhitungkan tipe pekerja dan jenis

    pekerja yang akan dilatih.

    7. Evaluasi pelatihan

    Setelah mengadakan pelatihan hendaknya di evaluasi hasil yang

    didapat dalam pelatihan dengan memperhitungkan tingkat reaksi,

    tingkat belajar, tingkat tingkah laku kerja, tingkat organisasi dan

    nilai akhir.

    Sedangkan, menurut Depkes (2004), suatu keberhasilan pelatihan

    dapat dilihat dari :

  • 32

    1. Masukan (input) mencakup tiga kelompok yaitu: 1) perangkat

    keras berupa sarana dan prasarana yang meliputi tempat belajar,

    alat bantu, laboratorium dan perpustakaan yang dibutuhkan

    dalam proses pembelajaran. 2) perangkat lunak adalah

    rancangan proses pembelajaran yang terdiri dari kurikulum,

    proses pembelajaran, jadwal kegiatan, bahan belajar/modul; 3)

    sumber daya manusia diklat yang terdiri dari peserta pelatihan,

    pelatih dan penyelenggaraan pelatihan.

    2. Proses adalah proses pembelajaran yang berjalan selama

    pelatihan dilakukan, yaitu dari awal sampai berakhirnya

    kegiatan pelatihan.

    3. Luaran yaitu pencapaian tingkat kompetensi sesuai dengan

    tujuan pelatihan.

    4. Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat adanya

    intervensi melalui pelatihan.

    5. Evaluasi adalah penilaian dari seluruh komponen dan sub

    komponen masukan, proses, luaran dan dampak dari suatu

    kegiatan pelatihan.

    6. Lingkungan yaitu hal-hal yang mempengaruhi pelatihan.

    Penelitian yang dilakukan oleh Zaciewski pada tahun 2011

    mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelatihan

    yakni karakteristik dari individu itu sendiri seperti umur, jenis kelamin,

    motivasi, sikap, keterampilan (kemampuan dasar). Lain halnya dengan

  • 33

    penelitian yang dilakukan oleh Haslindan dan Mahyuddin (2009) yang

    mengatakan bahwa motivasi, pegalaman dan teknik pelatihan yang

    seharusnya menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

    keberhasilan yang diinginkan dari sebuah pelatihan. Sedangkan

    Quesada, dkk (2011) mengatakan bahwa komponen yang paling sangat

    berpengaruh ialah bagaimana kemampuan dari seorang leader (pelatih)

    dalam menyampaikan dan menerangkan apa yang seharusnya

    disampaikan.

    Disisi lain, Perdue, dkk (2002) yang dikutip oleh Aqmala (2007)

    mengatakan bahwa output atau indikator yang dapat diukur dari sebuah

    pelatihan yakni ada 3 hal: (1) Peningkatan pengetahuan atau

    kemampuan peserta latih, (2) Kemampuan peserta untuk mengingat isi

    pelatihan, (3) Kemampuan peserta mempraktikkan materi pelatihan.

    2.5. Narasumber/Trainee

    Narasumber adalah orang yang memberi (mengetahui secara jelas

    atau menjadi sumber) informasi. Narasumber ini memiliki fungsi

    sebagai sumber informasi yang akurat dan terpecaya. Narasumber

    merupakan seseorang yang dipandang memiliki pengetahuan yang lebih

    terhadap sesuatu yang dibicarakan atau diperbincangkan. Oleh karena

    itu dalam suatu diskusi terdapat satu atau beberapa orang narasumber

    yang diminta pendapatnya atau apa yang diketahuinya tentang

    permasalahan yang sedang diperbincangkan sehingga dapat diambil

  • 34

    suatu keputusan atau tindakan yang tepat tentang hal tersebut (Pusat

    Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana, 2009).

    Pelatih/instruktur adalah orang yang menangani proses pelatihan.

    Selanjutnya ”pelatih adalah orang yang memberi latihan; orang yang

    melatih”. Maka dapat disimpulkan bahwa pelatih/instruktur adalah

    seseorang yang mengelola/melatih sekelompok/seseorang untuk

    mencapai keberhasilan tertentu. Pelatih/instruktur yang profesional

    harus sadar akan kenyataan yang terjadi di lapangan kadang tidak sesuai

    dengan yang dikehendaki sehingga ia harus dapat benar-benar

    mempengaruhi dan membentuk watak dan kepribadian peserta dalam

    hal tertentu, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat

    terminimalisasi akan terjadi. Pengaruh-pengaruh yang diberikan pelatih

    kepada peserta adalah pengaruh yang positif.

    Tugas – tugas pokok yang harus dilakukan seorang pelatih/

    instruktur:

    a. Mengadakan pemanduan untuk mewujudkan peserta yang

    unggul.

    b. Menyusun materi latihan untuk jangka panjang maupun jangka

    pendek.

    c. Menyusun strategi dan pendekatan dalam menyampaikan materi

    latihan sehingga peserta dapat dengan mudah memahami dan

    melakukan pembelajaran yang diterima selama proses pelatihan.

    d. Mengadakan evaluasi setelah selesai melakukan latihan.

  • 35

    e. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan, baik secara teori

    maupun praktek dalam bidang atau materi yang dilatihnya.

    f. Menyusun laporan latihan sesuai materi yang disampaikan oleh

    pelatih/instruktur.

    2.6. Kader

    Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota

    masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk

    menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela (Kemenkes RI,

    2011). Kader adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau

    bekerja sama secara suka rela dan ikhlas, mau dan sanggup

    menggerakkan masyarakat dalam penanganan berbagai penyakit. Kader

    juga sebagai penggerak masyarakat dalam hal membantu serta

    mendukung keberhasilan pemerintah dibidang kesehatan dan tidak

    mengharapkan imbalan berupa gaji dari pemerintah, melainkan bekerja

    secara sukarela (Trisnawati dan Rahayuningsih, 2008).

    Kader posyandu merupakan sumber daya manusia yang berperan

    penting dalam pelaksanaan posyandu. Pengetahuan kader yang kurang

    menyebabkan pelayanan yang diberikan tidak optimal. Peningkatan

    pengetahuan kader posyandu dapat dilakukan dengan pendidikan

    kesehatan. Metode pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan

    metode individual (perorangan), kelompok dan massa (publik). Kader

    posyandu merupakan sekelompok orang sehingga metode pendidikan

    file:///F:/Harum/BAB%20I-II-III-IV%20-%20Bismillah.rtf%23_ENREF_1

  • 36

    kesehatan yang diberikan adalah metode pendidikan kelompok (Rufiati,

    2011).

    Tugas-tugas mereka meliputi pelayanan kesehatan dan

    pembangunan masyarakat, tetapi hanya terbatas pada bidang-bidang

    atau tugas-tugas yang pernah diajarkan kepada mereka. Mereka harus

    benar-benar menyadari tentang keterbatasan yang mereka miliki.

    Mereka tidak diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah yang

    di hadapinya. Namun, mereka diharapkan mampu dalam menyelesaikan

    masalah umum yang terjadi di masyarakat dan mendesak untuk

    diselesaikan (Safrudin dan Hamidah, 2009).

    Perlu diketahui bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidak

    bekerja dalam sistem yang tertutup, tetapi mereka bekerja dan berperan

    sebagai seorang pelaku sistem kesehatan. Oleh karena itu, kader harus

    dibina, dituntun serta didukung oleh pembimbing yang terampil dan

    berpengalaman. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya

    memiliki karakteristik tertentu, misalkan latar belakang pendidikan

    yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis

    dan menghitung secara sederhana (Safrudin dan Hamidah, 2009).

    Adapun beberapa kategori yang termasuk kedalam karakteristik secara

    individu dari kader tersebut yakni sebagai berikut:

    2.6.1. Umur

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, umur merupakan

    lama waktu hidup atau ada yang terhitung sejak dilahirkan atau

  • 37

    diadakan. Iqbal (2006) mengatakan bahwa semakin cukup umur,

    tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

    dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

    seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang pada

    orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai

    akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Produktivitas

    menurun dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan karena

    keterampilan-keterampilan fisik seperti kecepatan, kelenturan,

    kekuatan dan koordinasi, akan menurun dengan bertambahnya

    umur. Dalam suatu lembaga, karyawan yang sudah lama bekerja di

    sebuah sistem artinya sudah bertambah tua, bisa mengalami

    peningkatan karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam

    pengambilan keputusan (Iqbal dkk, 2006).

    Pertambahan umur seseorang mempengaruhi perubahan

    pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis

    atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa

    (Mubarak, 2010). Variabel umur akan diukur dengan menggunakan

    indikator lamanya waktu hidup, terhitung sejak dilahirkan hingga

    saat pengisian kuesioner.

    2.6.2. Jenis Kelamin

    Menurut Siti Mutmainah (2006) yang dikutip oleh

    Normadewi (2012) Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang

  • 38

    digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan

    perempuan dilihat dari sudut non-biologis, yaitu dari aspek sosial,

    budaya, maupun psikologis. Pengaruh dari perbedaan jenis kelamin

    terhadap penilaian etis dapat dikatakan sangat kompleks dan tidak

    pasti. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa tidak

    terdapat perbedaan antara perempuan maupun laki-laki dalam

    menyikapi perilaku etis maupun skandal etis yang terjadi di dalam

    profesi akuntansi.

    Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (sex) adalah

    perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak

    seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan

    perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara

    perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu

    untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan

    fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan

    diantara keduanya dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan

    perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.

    2.6.3. Tingkat Pendidikan

    Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor

    20 Tahun 2003 Pasal I tentang sistem pendidikan nasional,

    pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

  • 39

    aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah suatu proses

    yang bertujuan menambah keterampilan, pengetahuan dan

    meningkatkan kemandirian maupun pembentukan kepribadian

    seseorang (Arfida, 2003).

    Wahyutomo (2010), mengungkapkan bahwa pendidikan

    diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

    menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

    Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

    seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap

    berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat

    pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga

    makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya

    pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangannya sikap

    seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Tingkat

    pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon

    yang datang dari luar.

    Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon

    yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan

    berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh

    dari gagasan tersebut. Variabel tingkat pendidikan akan diukur

  • 40

    dengan menggunakan kuesioner dengan indikator yang

    dipertanyakan adalah lamanya pendidikan formal yang di tempuh.

    2.9.3. Lama Mengabdi/Lama menjadi kader

    Lama pengabdian merupakan lamanya waktu seseorang

    mulai menjadi seorang kader hingga saat ini. Menurut Gochman

    (1998) dalam Pratiwi (2012) menyatakan bahwa salah satu faktor

    yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor kognisi yang

    mempengaruhi pemikiran seseorang dalam mengorganisasikan dan

    mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga dapat melatih

    keterampilannya. Variabel lama kerja akan diukur dengan

    menggunakan kuesioner, bila variabel lama bekerja menjadi kader

    memiilki distribusi data tidak normal, maka nilai yang digunakan

    yakni nilai median sebagai titik potong kategorinya. Tetapi jika

    memiliki data normal maka memakai mean untuk menentukan titik

    potong kategorinya.

  • 41

    2.10. Kerangka Teori

    Bagan 2.1 Kerangka Teori

    Sumber: Gerlach & Ely (1971), Zaciewski (2001), Haslinda dan Mahyuddin (2009),

    Quesada, dkk (2011)

    Karakteristik Individu

    Pengetahuan

    Keterampilan

    Jenis kelamin

    Umur

    Pendidikan

    Lama Mengabdi

    Media

    Kualitas Isi media

    dan Metode

    pelatihan

    Sarana dan Prasarana

    Pelatih/trainee

    Peningkatan

    Pengetahuan dan

    Keterampilan

  • 42

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    3.1. Kerangka Konsep

    Berdasarkan teori yang dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu

    teori yang diadopsi dari beberapa penelitian yakni Zaciewski (2001),

    Haslinda dan Mahyuddin (2009) serta Quesada, dkk (2011) dalam faktor-

    faktor yang mempengaruhi pelatihan sehingga berdampak kepada

    perubahan pengetahuan serta keterampilan kader. Namun, dalam

    penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak digunakan atau

    diteliti. Hal ini dikarenakan variabel yang akan digunakan dalam

    penelitian telah disesuaikan dengan kondisi setempat dan kebutuhan

    penelitian.

    Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan

    ialah karakteristik peserta latih, pelatih, sarana dan prasarana serta teknis

    atau metode yang digunakan pada saaat pelaksannaan pelatihan. Untuk

    faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan bisa di kategorikan lagi

    menjadi dua kubu yakni faktor individu dan faktor lingkungan. Dimana

    yang masuk kedalam faktor individu adalah umur, jenis kelamin,

    pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan untuk variabel

    yang tidak diteliti dalam faktor individu adalah jenis kelamin. Alasan

    peneliti tidak meneliti variabel jenis kelamin dikarenakan sampel yang

    didapatkan homogen yakni berjenis kelamin sama yaitu perempuan.

  • 43

    Dari segi faktor lingkungan, yang termasuk didalamnya adalah

    sarana dan prasarana yang ada dilokasi termasuk didalamnya adalah tim

    pelatih. Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti seluruh variabel yang

    termasuk kedalam faktor lingkungan. Alasan peneliti tidak meneliti

    variabel tersebut antara lain: (1) sarana dan prasarana yang tersedia sama

    pada setiap lokasi termasuk didalamnya alat dan bahan yang sudah

    memadai karena memang di subsidi oleh pemerintah setempat. (2)

    pelatih yang menjadi narasumber pada proses pelatihan juga merupakan

    seorang yang ahli dalam bidang gizi yang sudah di training dan layak

    untuk memberikan pelatihan.

    Dari penjelasan yang telah dikemukakan tersebut, maka

    terbentuklah sebuah kerangka konsep berdasarkan variabel yang akan

    diteliti seperti dibawah ini:

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep

    - Pengetahuan

    - Keterampilan Pelatihan

    Variabel Perancu

    - Umur

    - Pendidikan

    - Lama Mengabdi

  • 44

    3.2. Definisi Operasional

    Tabel. 3.1 Definisi Operasional Penelitian

    N

    o

    Variabel Definisi

    Operasional

    Alat

    Ukur

    Cara Ukur Skala Hasil Ukur

    1 Pengetahuan Pemahaman

    responden

    terkait proses

    penimbangan

    dan

    pengukuran

    status gizi

    balita

    Pre-test

    dan Post-

    test

    Responden

    mengisi

    lembar pre-

    test dan post-

    test

    Rasio Skor nilai

    2 Keterampilan Kegiatan

    praktik yang

    dilakukan oleh

    responden pre

    dan pra

    pemberian

    intervensi

    Observasi Observasi

    langsung dan

    pengisian

    daftar tilik

    Rasio Skor nilai

    3 Umur Adalah masa

    hidup

    responden

    yang dihitung

    sejak ia lahir

    sampai dengan

    saat ia menjadi

    responden

    Kuesioner Responden

    mengisi

    kuesioner

    dan

    menjawab

    satu item

    pertanyaan

    yang

    terdapat

    pada

    kuesioner

    Ordinal 1 = < 50 tahun

    2 = > 50 tahun

    (Pratiwi, 2012)

    4 Pendidikan Lama

    pendidikan

    formal yang

    ditempuh oleh

    responden.

    Kuesioner Responden

    mengisi

    kuesioner

    dan

    menjawab

    satu item

    pertanyaan

    yang

    terdapat

    pada

    kuesioner

    Ordinal 1 = Rendah <

    Tamat SMP

    2 = Cukup >

    Tamat SMP

    (Depkes RI, 1990)

    5 Lama

    Mengabdi/La

    ma menjadi

    Lama kerja

    responden

    sebagai kader.

    Kuesioner Responden

    mengisi

    kuesioner

    Nomin

    al

    1 = Baru < 5 tahun

    2 = Lama > 5

    tahun

  • 45

    kader dan

    menjawab

    satu item

    pertanyaan

    yang

    terdapat

    pada

    kuesioner

    (Wahyutomo,

    2010)

    3.3. Hipotesis

    1. Ada efek pelatihan kader dalam peningkatan pengetahuan serta

    keterampilan kader posyandu dalam kegiatan penimbangan balita.

    2. Ada pengaruh variabel perancu (umur, pendidikan, lama pengabdian)

    terhadap pengetahuan dan keterampilan kader posyandu sebelum dan

    sesudah diberikan intervensi.

  • 46

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

    Eksperimental Sungguhan (True Experimental). Rancangan

    Eksperimental Sungguhan adalah rancangan yang digunakan untuk

    mengungkapkan sebab dan akibat dengan cara melibatkan kelompok

    kontrol disamping kelompok eksperimen yang dipilih dengan

    menggunakan teknik acak. (Sukardi, 2003) Sedangkan pada penelitian ini

    dengan melakukan intervensi kepada kader posyandu (sampel) dengan

    kelompok pembanding (kontrol). Data yang dikumpulkan pada sebelum

    dan sesudah intervensi dengan wawancara berupa kuesioner dan

    observasi berupa praktik setelah intervensi. Adapun perlakuan yang

    diberikan pada kelompok sampel yakni pemberian pelatihan dengan

    media berupa video, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan

    pelatihan apapun. Adapun desain yang digunakan yakni sebagai berikut:

    O1 ______________ (x) _____________ 02

    O3 ______________ (-) _____________ 04

    O1 = pre-test pada kelompok 1

    O2= post-test pada kelompok 1

  • 47

    O3 = pre-test pada kelompok 2

    O4 = post-test pada kelompok 2

    (x) = Perlakuan/Intervensi dengan video

    (-) = Tanpa Perlakuan

    O1 dan O3 merupakan pengukuran pengetahuan awal (pre-test)

    yang dilakukan sebelum intervensi pada dua kelompok, setelah itu

    diberikan intervensi berupa pelatihan. (X) adalah pemberian intervensi

    terkait proses pemantauan status gizi pada balita dengan menggunakan

    metode ceramah disertai dengan media berupa video, sedangkan (-)

    adalah sample tanpa perlakuan. Kemudian dilakukan pengukuran

    pengetahuan akhir O2 dan O4 (post-test) yang dilakukan setelah adanya

    proses intervensi. Setelah diketahui hasil skor pre-test dan post-test maka

    dapat diketahui selisih skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah

    diberikan intervensi dengan menggunakan metode ceramah yang disertai

    media berupa video.

    4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rengas

    yang bertempatan di Jl. Kenari I Sektor 2 Bintaro – Ciputat Timur.

    Waktu penelitian yang digunakan yakni sejak Bulan Januari sampai

    dengan selesai.

  • 48

    Sumber: Lemeshow, 1997

    4.3. Populasi dan Sample Penelitian

    4.3.1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader

    posyandu yang masih aktif dan yang berasal dari seluruh posyandu

    yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Rengas, baik yang telah

    mendapatkan pelatihan pemantauan status gizi pada balita maupun

    yang belum pernah.

    4.3.2. Sampel

    Sampel pada penelitian ini adalah kader posyandu di

    Wilayah Kerja Puskesmas Rengas yang memenuhi kriteria. Adapun

    kriteria yang ditetapkan yakni kader yang masih aktif, bersedia

    menjadi sampel dan diajak mengikuti pelatihan, bisa dihubungi dan

    bisa membaca serta menulis.

    Estimasi besar sample untuk penelitian ini menggunakan

    rumus estimasi untuk satu populasi yakni sebagai berikut:

    Rumus :

    ( )

    ( )

  • 49

    Ket :

    n = besar sampel minimum

    = standar deviasi skor pengetahuan = 1.612 (Isnaini, dkk,

    2011)

    = rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan intervensi =

    11 (Isnaini, dkk, 2011)

    = rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan intervensi =

    14 (Isnaini, dkk, 2011)

    = derajat kemaknaan 5 % = 1.64

    = kekuatan uji 95% = 1.96

    Dari hasil perhitungan rumus diatas dengan memakai

    derajat kemaknaan sebesar 5% dan kekuatan uji sebesar 95%

    maka didapatkan sampel minimum pada penelitian ini adalah 7

    orang pada masing-masing kelompok (total sample 14 orang).

    Namun berdasarkan pertimbangan peneliti, untuk lebih

    menggambarkan hasil penelitian maka jumlah sampel yang akan

    menjadi responden pada penelitian ini adalah seluruh populasi

    yang mendapatkan intervensi dengan metode ceramah dan

    media audiovisual. Adapun total populasi pada wilayah tersebut

    sebanyak 76 orang yang akan di bagi menjadi 38 orang pada

    kelompok perlakuan dan 38 orang pada kelompok

  • 50

    kontrol/pembanding. Setelah peneliti melihat kondisi di

    lapangan, total sampel yang akan di pakai menjadi 22 orang

    pada kelompok intervensi dan 22 orang pada kelompok kontrol.

    Namun, secara keseluruhan jumlah sampel yang dipakai ini

    masih mencukupi dari total sampel minimal yang dibutuhkan

    oleh peneliti. Adapun cara pembagian sampel yang

    mendapatkan perlakuan dan sampel yang menjadi kontrol yakni

    dengan cara random sampling. Adapun langkah-langkahnya

    yakni:

    1. Peneliti membuat kertas undian bertuliskan 0 (mendapatkan

    pelatihan dengan media video) dan 1 (menjadi kelompok

    kontrol/pembanding).

    2. Kertas tersebut digulung kecil kemudian dimasukkan

    kedalam gelas atau wadah yang atasnya di tutup dengan

    kertas kemudian diberi lubang untuk celah keluar gulungan

    kertas tersebut (semacam seperti kocokan arisan).

    3. Peneliti menyiapkan daftar nama dari responden kemudian

    peneliti mulai mengeluarkan gulungan kertas tersebut. Bagi

    responden yang mendapatkan gulungan kertas bertuliskan 0

    maka responden tersebut mendapatkan pelatihan dengan

    media video, sedangkan bagi res