EFEK JUMLAH MASSA DAN LAJU ALIRAN AIR ...Tabel Sifat Air, dan Uap Jenuh..... 56 Lampiran 3. Tabel...
Transcript of EFEK JUMLAH MASSA DAN LAJU ALIRAN AIR ...Tabel Sifat Air, dan Uap Jenuh..... 56 Lampiran 3. Tabel...
EFEK JUMLAH MASSA DAN LAJU ALIRAN AIR TERHADAP
UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA
TUGAS AKHIR
HALAMAN JUDUL
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Disusun oleh :
DIMAS HANUNG PAMUNGKAS
NIM : 165214075
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
THE EFFECT OF TOTAL MASS AND FLOW RATE OF WATER ON
THE PERFORMANCE OF SOLAR STILL
FINAL PROJECT
HALAMAN JUDUL
Presented As Partial Fulfillment of the Requirement
To Obtain the Engineering Degree
In Mechanical Engineering
Arranged by :
DIMAS HANUNG PAMUNGKAS
Student Number : 165214075
DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir
dengan judul :
EFEK JUMLAH MASSA DAN LAJU ALIRAN AIR TERHADAP
UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA
dibuat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Strata 1, Program
Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
Sejauh yang saya ketahui, penelitian ini bukan merupakan tiruan dari tugas akhir
maupun penelitian yang sudah dipublikasikan di Universitas Sanata Dharma atau
di Perguruan Tinggi manapun, kecuali bagian informasi yang dicantumkan dalam
Daftar Pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 November 2019
Penulis
Dimas Hanung Pamungkas
165214075
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma :
Nama : Dimas Hanung Pamungkas
Nomor Mahasiswa : 165214075
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah dengan judul :
EFEK JUMLAH MASSA DAN LAJU ALIRAN AIR TERHADAP
UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, mempublikasikan di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya selama
masih mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 4 November 2019
Penulis
Dimas Hanung Pamungkas
165214075
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Air sebagai kebutuhan pokok manusia, harus berada dalam kondisi yang bersih
agar layak dikonsumsi. Akan tetapi, kondisi air yang ada sekarang ini telah
tercemari zat-zat atau bahan lain yang menyebabkan kualitas air menurun. Salah
satu cara untuk mendapatkan air yang layak untuk dikonsumsi dari air yang
terkontaminasi adalah dengan distilasi air energi surya. Jenis distilasi air energi
surya yang umum digunakan adalah jenis absorber bak, dan jenis absorber kain.
Keunggulan alat distilasi air energi surya jenis absorber bak yaitu tidak adanya
kerugian energi panas yang keluar dari alat distilasi. Namun, nilai efisiensi dari
jenis tersebut merupakan yang terendah dibandingkan jenis distilasi konvensional
lainnya. Sementara itu, alat distilasi air jenis absorber kain memiliki nilai efisiensi
yang lebih tinggi. Akan tetapi, terdapat kerugian energi panas berupa air panas
yang tidak menguap yang keluar dari alat distilasi. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi distilasi air energi surya dengan mengkombinasikan
keunggulan serta meminimalisasikan kekurangan dari kedua jenis alat distilasi air
energi surya tersebut. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan
membuat model distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat. Sekat
terbuat dari alumunium berjumlah 6 buah yang dipasang pada jarak, dan posisi
yang sama sepanjang luasan absorber. Luas absorber yaitu 0,40 m2 dengan
kemiringan 15°. Variabel yang divariasikan dalam penelitian ini adalah (1) jumlah
massa air yang tertampung pada tiap sekat, dan (2) laju aliran air masukan. Untuk
mengetahui efek jumlah massa air total terhadap unjuk kerja alat distilasi,
diberikan variasi massa air total di tiap sekat sebesar 100 ml, 150 ml, dan 300 ml.
Sementara untuk mengetahui efek laju aliran air masukan terhadap unjuk kerja
alat distilasi, dilakukan variasi dengan laju aliran sebesar 0,3 l/jam, 0,45 l/jam,
dan 0,90 l/jam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil terbaik diperoleh
pada variasi tanpa aliran masukan dengan volume air yang ditampung pada tiap
sekat sebesar 100 ml. Variasi tersebut menghasilkan air distilasi sebesar
0,43 l/(jam.m2) dengan efisiensi 67,68%. Sedangkan untuk variasi dengan adanya
aliran masukan, hasil terbaik diperoleh pada laju aliran sebesar 0,3 l/jam, dan air
dikeluarkan melalui sekat terakhir. Variasi tersebut menghasilkan air distilasi
sebesar 0,36 l/(jam.m2) dengan efisiensi 56,68%.
Kata kunci : absorber kain bersekat, jumlah massa air, laju aliran, efisiensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Water as a basic necessity for a human must be in a clean condition so that it is
suitable for consumption. However, the existing water conditions have been
contaminated with substances or other materials which have caused water quality
to decline. One way to get water that is suitable for consumption from
contaminated water is by water distillation using solar energy (solar still). The
type of solar still that is widely used is basin type absorber, and wick type
absorber. The advantage of the basin type is that there is no loss of energy coming
out of the solar still. However, the efficiency of this type is the lowest compared
to other types of conventional solar still. Meanwhile, the water distillation of the
wick type has a greater value of efficiency. However, there is a loss of heat energy
from the water that does not evaporate that coming out of the solar still. This
study aims to improve the efficiency of solar still by combining excellence and
minimizing the deficiencies of both types of solar still. This study uses an
experimental method by making a model of wick-covered partition solar still. The
partition made of aluminum consists of 6 pieces which are installed at the same
distance, and the same position throughout the absorber. The area of the absorber
is 0.40 m2 with a slope of 15°. The variables varied in this study are (1) the total
mass of water stored in each partition, and (2) the flow rate of input water. To
determine the effect of the total mass of water on the performance of the solar
still, the variation of total mass of water in each partition was 100 ml, 150 ml, and
300 ml. While to determine the effect of the flow rate on the performance of the
solar still, variations were carried out with a flow rate of 0.3 l/hour, 0.45 l/hour,
and 0.90 l/hour. Based on the research conducted, the best results were obtained in
variations without inflow water with the volume of water accommodated in each
partition of 100 ml. The variation produces distillation water of 0.43 l/(hour.m2)
with an efficiency of 67.68%. As for the variation with the inflow water, the best
results are obtained at a flow rate of 0.3 l/hour, and water is removed through the
last partition. The variation produces distillation water of 0.36 l/(hour.m2) with an
efficiency of 56.68%.
Keywords : wick-covered partition, total mass of water, flow rate, efficiency.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahe Esa, atas berkat, dan kasih yang
telah Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian, dan
penulisan naskah Skripsi yang berjudul “Efek Jumlah Massa dan Laju
Aliran Air Terhadap Unjuk Kerja Distilasi Air Energi Surya”.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat bagi
mahasiswa untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik
Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma. Dalam
penyusunannya sendiri, penulis telah melakukan serangkaian penelitian di
lapangan maupun di dalam laboratorium. Pada akhirnya, penyusunan naskah
skripsi ini dapat terselesaikan berkat kasih Tuhan, dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
2. Bapak Budi Setyahandana, M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata
Dharma
3. Bapak Ir. P. K. Purwadi, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan bimbingan, dan dukungan kepada
penulis.
4. Bapak Ir. F. A. Rusdi Sambada, M.T., selaku dosen pembimbing
yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, memberikan
bimbingan, tenaga, masukan, dan dukungan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini.
5. Bapak (Khamami), dan Ibu (Lucia Purwanjaniati) yang telah
mendukung penulis dengan memberikan perhatian, dan doa.
6. Hanindhiar Ika Pratiwi, dan Irnanda Arif Dharmawan serta seluruh
sanak saudara penulis yang dengan penuh perhatian memberikan
perhatian, semangat, dan dukungan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
7. Maria Scholastica Pangastuti yang telah memberikan semangat, dan
banyak dukungan kepada penulis.
8. Sahabat penulis : Winih Arga, Wahyu Setyaji, Chandrin Abhinanda,
Albertus Satrio, sebagai teman seperjuangan selama proses
pembuatan alat, dan pengambilan data.
9. Segenap keluarga besar Teknik Mesin yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
10. Segenap dosen, dan laboran Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah
membagikan pengalaman, dan ilmu yang berharga selama
perkuliahan.
11. Staff karyawan Sekertariat Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu memudahkan proses administrasi,
dan kesuksesan penulis.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran, dan kritik untuk
kesempurnaan naskah ini. Semoga naskah ini dapat menambah informasi
pembaca, dan membawa kemajuan di bidang teknologi.
Yogyakarta, 4 November 2019
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ............................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 3
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan............................................................ 5
2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 6
2.3 Kerangka Penelitian ............................................................................... 12
2.4 Hipotesis ................................................................................................. 14
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 15
3.1 Alat Penelitian ........................................................................................ 15
3.2 Peralatan Pendukung Pengambilan Data ................................................ 17
3.3 Parameter yang Divariasikan .................................................................. 17
3.4 Langkah Analisis .................................................................................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
3.5 Variabel yang Diukur ............................................................................. 18
3.6 Langkah Penelitian ................................................................................. 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 20
4.1 Data Penelitian ....................................................................................... 20
4.2 Hasil Perhitungan ................................................................................... 24
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 29
4.3.1. Efek Jumlah Massa Air Terhadap Unjuk Kerja Alat Distilasi ........... 29
4.3.2. Efek Laju Aliran Air Terhadap Unjuk Kerja Alat Distilasi ............... 35
4.3.3. Analisis Energi Terhadap Unjuk Kerja Alat Distilasi ........................ 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 50
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 50
5.2 Saran ....................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
LAMPIRAN ......................................................................................................... 55
Lampiran 1. Foto Alat Penelitian ...................................................................... 55
Lampiran 2. Tabel Sifat Air, dan Uap Jenuh ..................................................... 56
Lampiran 3. Tabel Sifat Air (Cair Jenuh) .......................................................... 57
Lampiran 4. Draf artikel yang telah dideseminasikan dalam ICSAS 2019 ....... 58
Lampiran 5. Sertifikat sebagai pembicara dalam ICSAS 2019 ......................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data penelitian variasi air tertampung tiap sekat 100 ml
(variasi 1a) ............................................................................................ 20
Tabel 2. Data penelitian variasi air tertampung tiap sekat 150 ml
(variasi 1b) ............................................................................................ 20
Tabel 3. Data penelitian variasi air tertampung tiap sekat 300 ml
(variasi 1c) ............................................................................................ 21
Tabel 4. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam
(variasi 2a) ............................................................................................ 21
Tabel 5. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam
(variasi 2b) ............................................................................................ 22
Tabel 6. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam
(variasi 3a) ............................................................................................ 23
Tabel 7. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam
(variasi 3b) ............................................................................................ 23
Tabel 8. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,90 l/jam
(variasi 3c) ............................................................................................ 24
Tabel 9. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 100 ml
(variasi 1a) ............................................................................................ 24
Tabel 10. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 150 ml
(variasi 1b) ............................................................................................ 25
Tabel 11. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 300 ml
(variasi 1c) ............................................................................................ 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Tabel 12. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam
(variasi 2a) ............................................................................................ 26
Tabel 13. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam
(variasi 2b) ............................................................................................ 26
Tabel 14. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui
sekat terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam
(variasi 3a) ............................................................................................ 27
Tabel 15. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui
sekat terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam
(variasi 3b) ............................................................................................ 28
Tabel 16. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui
sekat terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,90 l/jam
(variasi 3c) ............................................................................................ 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Prinsip dasar distilasi air energi surya (McCluney, 1984). ................ 7
Gambar 2. Alat distilasi air energi surya jenis (a) bak, dan (b) kain. .................. 9
Gambar 3. Distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat. ................... 13
Gambar 4. Arah aliran air pada absorber kain (a) tanpa sekat (b) bersekat. ..... 13
Gambar 5. Skema alat distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat
dengan aliran zig-zag. ...................................................................... 16
Gambar 6. Susunan, dan dimensi lampu dalam alat simulasi surya. ................. 16
Gambar 7. Perbandingan efisiensi berdasarkan jumlah massa air total pada
variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b. ................................................................ 29
Gambar 8. Hasil air distilasi pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b. ............................ 30
Gambar 9. Beda temperatur (ΔT) rata-rata pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b. ..... 31
Gambar 10. Temperatur absorber pada variasi 1a, 1b, 2a, dan 2b. ..................... 32
Gambar 11. Nilai energi penguapan rata-rata pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b. ... 34
Gambar 12. Nilai qkonveksi rata-rata pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b. .................... 35
Gambar 13. Perbandingan efisiensi berdasarkan jumlah massa air total pada
variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c, dan 3c. ..................................................... 36
Gambar 14. Hasil air distilasi pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c, dan 3c. ................ 37
Gambar 15. Beda temperatur (ΔT) rata-rata pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c,
dan 3c. .............................................................................................. 38
Gambar 16. Temperatur rata-rata air, dan kaca pada variasi 3a, 3b, dan 3c. ....... 39
Gambar 17. Nilai energi penguapan rata-rata pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c,
dan 3c. .............................................................................................. 40
Gambar 18. Nilai qkonveksi rata-rata pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c, dan 3c. ........ 41
Gambar 19. Energi rata-rata yang terbuang dari alat distilasi. ............................ 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 20. Temperatur rata-rata air masuk, dan air keluar dari alat distilasi. ... 43
Gambar 21. Perbandingan efisiensi pada variasi 2a, 3a, 2b, dan 3b. ................... 44
Gambar 22. Hasil air distilasi pada variasi 2a, 3a, 2b, dan 3b. ............................ 45
Gambar 23. Beda temperatur (ΔT) rata-rata pada variasi 2a, 3a, 2b, dan 3b. ..... 47
Gambar 24. Nilai quap rata-rata pada tiap variasi dengan air kotor yang dialirkan
secara zig-zag. .................................................................................. 48
Gambar 25. Nilai qkonveksi rata-rata pada tiap variasi dengan air kotor yang
dialirkan secara zig-zag. .................................................................. 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak tergantikan yaitu
sebagai air minum. Sekitar 72,4% kandungan dalam tubuh manusia
merupakan air (Forbes, 2012). Oleh karena itu, kebutuhan akan air bersih
yang layak dikonsumsi menjadi sangat mutlak. Akan tetapi, ketersediaan air
bersih menjadi sebuah permasalahan sekarang ini.
Kelangkaan air bersih ini diakibatkan oleh semakin banyaknya
pencemaran air, baik air tanah maupun air sungai seiring dengan
berkembangnya teknologi, dan industri. Pencemaran air ini diakibatkan oleh
masuknya zat-zat atau bahan lain ke dalam air dari aktivitas manusia, yang
menyebabkan kualitas air menurun hingga tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukkannya (Goel, 2006). Padahal, masyarakat Indonesia terutama di
daerah yang terpencil, terbiasa mengkonsumsi secara langsung air tanah
maupun air sungai. Kondisi ini menjadi awal timbulnya berbagai masalah,
terutama permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan manusia.
Berdasarkan data UNICEF Indonesia sanitasi, dan kebersihan air yang buruk
menimbulkan angka kematian anak akibat diare hingga sebesar 88% di
seluruh dunia (UNICEF Indonesia, 2012).
Salah satu cara untuk mendapatkan air bersih yang bisa langusng
dikonsumsi dari air yang telah tercemar adalah melalui proses distilasi air
energi surya. Energi surya merupakan salah satu Energi Baru Terbarukan
(EBT) yang menjadi alternatif pemerintah untuk mengatasi persoalan
kelangkaan energi fosil. Indonesia yang beriklim tropis, menerima intensitas
radiasi surya sebesar 4,80 kWh/m2 (Kementerian Energi, dan Sumber Daya
Mineral, 2016). Hal ini menunjukkan adanya potensi energi yang cukup besar
dari energi surya, bila dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, energi surya
merupakan energi yang tersedia melimpah, dan dapat dimanfaatkan secara
cuma-cuma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pada proses distilasi air energi surya, energi surya digunakan untuk
mempercepat proses penguapan, dan pengembunan. Untuk itu, agar kedua
proses tersebut dapat berjalan optimal, berbagai variasi alat distilasi telah
dibuat (Sodha et al., 1981). Dari semua variasi alat distilasi air energi surya,
jenis absorber bak, dan jenis absorber kain adalah yang paling umum
digunakan. Distilasi jenis bak merupakan jenis distilasi yang memiliki
konstruksi paling sederhana namun nilai efisiensinya lebih rendah
dibandingkan distilasi jenis kain (Udhayabharathi et al., 2015). Penelitian-
penelitian selanjutnya, mengupayakan peningkatan nilai efisiensi tersebut
dengan memodifikasi konstruksi alat agar dapat mengoptimalkan proses
penguapan, dan pengembunan yang merupakan dua proses utama dalam
distilasi air energi surya.
Kombinasi alat distilasi jenis bak, dan jenis kain, menggunakan sekat
penampung air sejumlah 6 sekat yang dipasang sepanjang luasan absorber
terbukti memberikan kenaikan efisiensi sebesar 60,3% dibandingkan distilasi
jenis kain konvensional (Christian, 2018). Untuk meningkatkan nilai unjuk
kerja dibandingkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini, air akan
dipanaskan dalam waktu yang lebih lama secara bertahap dengan cara
mengalirkan air masukan secara zig-zag dari sekat pertama, dan tertampung
pada sekat terakhir dengan berbagai variasi laju aliran masuk. Pada penelitian
ini juga, akan dilakukan variasi bila air masukan yang dialirkan secara zig-
zag tidak ditampung di sekat terakhir, melainkan dikeluarkan dengan variasi
laju aliran minimal agar diperoleh ketebalan air pada kain setipis mungkin.
Dengan demikian, diharapkan proses penguapan menjadi lebih cepat, dan
hasil yang diperoleh dapat meningkatkan nilai unjuk kerja alat distilasi energi
surya jenis absorber kain bersekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.2 Identifikasi Masalah
Salah satu proses utama dalam distilasi air energi surya adalah
penguapan. Proses penguapan sendiri dipengaruhi oleh temperatur zat cair,
luas permukaan zat cair, dan jumlah massa air dalam absorber. Agar proses
penguapan menjadi optimal, maka digunakan sekat agar tidak terdapat
kerugian energi dari air panas yang keluar dari alat distilasi. Di samping itu,
kain digunakan untuk memperluas area pemanasan, dan untuk menciptakan
lapisan air dengan ketebalan minimum. Pada penelitian ini, akan divariasikan
jumlah massa air total dalam absorber yang berpengaruh terhadap proses
pemanasan air, serta variasi laju aliran air kotor yang dialirkan dari tiap sekat
secara zig-zag, yang bertujuan untuk memperpanjang proses pemanasan air.
Kedua variasi tersebut akan diteliti pengaruhnya terhadap unjuk kerja alat
distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana efek jumlah massa air tiap sekat pada absorber terhadap unjuk
kerja alat distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat?
2. Bagaimana efek laju aliran air masukan terhadap unjuk kerja alat distilasi
air energi surya jenis absorber kain bersekat?
3. Bagaimana unjuk kerja yang dihasilkan dengan, dan tanpa adanya
kerugian energi dari air yang keluar dari sekat terakhir?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis efek jumlah massa air di tiap sekat pada absorber terhadap
unjuk kerja alat distilasi air jenis absorber kain bersekat.
2. Menganalisis efek laju aliran air masukan terhadap unjuk kerja alat
distilasi air jenis absorber kain bersekat.
3. Menganalisis unjuk kerja yang dihasilkan dengan, dan tanpa adanya
kerugian energi dari air yang keluar dari sekat terakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.5 Batasan Masalah
Agar topik penelitian tidak meluas, dalam penelitian ini penulis membuat
batasan-batasan yaitu :
1. Temperatur absorber, dan kaca diasumsikan merata.
2. Luasan alat distilasi air jenis absorber kain bersekat adalah 0,40 m2,
terbuat dari multipleks dengan tebal 12 mm, dan menggunakan absorber
kain serta dipasang 6 buah sekat alumunium dengan tinggi 2,5 cm
sepanjang luasan absorber dengan jarak, dan posisi sekat yang sama yaitu
sebesar 11,6 cm.
3. Penelitian dilakukan selama 2 jam menggunakan alat simulasi surya pada
temperatur ruangan. Energi panas yang diterima absorber dari lampu
pemanas diasumsikan merata, dan konstan.
4. Proses penguapan, dan pengembunan dianalisis menggunakan persamaan
Darsey-Weisbach.
5. Rugi-rugi akibat gesekan pada aliran air masukan, dan saluran air keluar
diabaikan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Diperoleh alat distilasi air jenis absorber kain bersekat yang dapat
dikembangkan lebih lanjut menjadi prototype, dan nantinya dapat
diterapkan dalam masyarakat.
2. Menambah kepustakaan teknologi alat distilasi air energi surya jenis
absorber kain bersekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan
Distilasi merupakan proses pemisahan zat cair dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih, atau berdasarkan kemampuan zat untuk
menguap (Wibawa, 2017). Velmurugan, dan Srithar menjelaskan bahwa
distilasi merupakan sebuah metode untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
air bersih yang layak dikonsumsi (Velmurugan, dan Srithar, 2007). Ditambah
dengan makin meningkatnya kebutuhan makhluk hidup akan air bersih, dan
semakin besarnya angka pencemaran air, distilasi air menjadi solusi yang
tepat.
Oleh karena itu, beberapa penelitian mengenai alat distilasi air energi
surya jenis bak, dan jenis absorber kain beserta variasinya telah dilakukan.
Salah satu penelitian tersebut yaitu penelitian pada alat distilasi jenis
absorber kain dengan jenis kain ganda (Sodha et al., 1981). Dari penelitian
tersebut, diperoleh hasil distilasi sebesar 2,5 liter/(m2.hari), dengan efisiensi
keseluruhan sebesar 34%. Distilasi dengan memadukan jenis absorber kain,
dan bak telah dilakukan Minasian, dan Al-Karaghouli (Minasian, dan Al-
Karaghouli, 1995). Jenis ini memberikan hasil 85% lebih banyak
dibandingkan distilasi jenis absorber kain maupun jenis bak. Penelitian lain
dilakukan menggunakan jenis bak dengan kaca penutup berbentuk piramida.
Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil rata-rata optimum sebesar
3,924 L/hari dengan volume total dalam alat sebesar 3 liter (Al-hassan, dan
Algarni, 2013).
Produktivitas distilasi air energi surya sendiri bergantung pada beberapa
parameter seperti kondisi cuaca, posisi alat, kemiringan kaca, kebocoran uap,
dan parameter operasional lainnya (Garg, dan Mann, 1977). Mereka
menjelaskan bahwa hasil distilasi air energi surya berbanding lurus dengan
intensitas total matahari, temperatur udara sekitar, dan kecepatan angin. Akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
tetapi, produktivitas alat distilasi tidak terpengaruh oleh tekanan uap
atmosfer.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi alat distilasi air energi surya di antaranya yaitu
pengaruh bahan, dan bentuk absorber (Naim, dan Abd El Kawi, 2003).
Faktor lainnya yaitu pengaruh kemiringan kaca penutup, dan ketebalan air
(Garg, dan Mann, 1977). Penelitian tersebut menunjukkan hasil optimum
pada kemiringan kaca sebesar 10°, dan peningkatan hasil yang berbanding
lurus dengan penurunan ketebalan air di atas 1 cm. Penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh ketebalan air, dan kemiringan kaca terhadap transfer
kalor dilakukan oleh Tiwari, dan Tiwari (2006) serta Ahmed, dan Ibrahim
(2016). Faktor ketiga yaitu pengaruh ketebalan kaca penutup (Panchal, dan
Shah, 2012). Mereka menjelaskan, peningkatan efisiensi alat distilasi
berbanding lurus dengan semakin tipisnya ketebalan kaca. Pada penelitian
tersebut, dilakukan pengujian dengan variasi ketebalan kaca sebesar 4 mm, 8
mm, dan 12 mm. Hasil efisiensi optimum diperoleh pada ketebalan kaca
penutup 4 mm. Keempat, faktor perbedaan temperatur absorber, dan kaca
penutup. Penelitian mengenai perbedaan temperatur absorber, dan kaca
penutup (Abdenacer, dan Nafila, 2007) menghasilkan efisiensi yang semakin
optimum bila temperatur permukaan absorber semakin tinggi, dan sebaliknya
temperatur permukaan embun (kaca penutup) semakin rendah.
2.2 Landasan Teori
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas, distilasi
air energi surya menjadi salah satu jalan keluar bagi banyak negara yang
kesulitan mendapatkan sumber air bersih. Di samping proses
pengaplikasiannya yang relatif mudah, distilasi air energi surya
memanfaatkan sumber energi yang tidak pernah habis, bebas biaya, dan
ramah lingkungan (Aburideh et al., 2012).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, juga mulai
memanfaatkan sumber energi surya untuk proses distilasi air. Wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Indonesia yang terbentang pada garis khatulistiwa, memberikan radiasi
matahari rata-rata per hari di Indonesia mencapai nilai 4,80 kWh/m2
(Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral, 2016). Angka tersebut
menunjukkan besarnya potensi energi yang bisa dimanfaatkan secara optimal
dalam upaya mendapatkan air bersih melalui distilasi air energi surya. Radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan matahari tersebut, dikonversi menjadi
berbagai bentuk energi lain, salah satunya energi panas.
Energi panas ini menjadi faktor pendukung 2 proses utama dalam
distilasi air energi surya, yaitu penguapan, dan pengembunan (Alkan, 2003).
Gambar 1 menunjukkan prinsip kerja sederhana alat distilasi air energi surya
secara umum. Air yang terkontaminasi diletakkan di bawah kaca tembus
pandang pada jarak tertentu. Kemudian air akan menyerap panas matahari
yang masuk menembus kaca penutup.
Gambar 1. Prinsip dasar distilasi air energi surya (McCluney, 1984).
Proses pemanasan ini menyebabkan terjadinya pemisahan molekul air
dengan partikel pencemar (Aburideh et al., 2012). Molekul air akan berubah
fase dari fase cair menjadi fase uap. Uap air yang terbentuk merupakan air
bersih, karena tidak lagi mengandung partikel-partikel pencemar. Kemudian,
uap air naik, dan terkondensasi pada permukaan kaca bagian dalam akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tekanan uap yang telah mencapai temperatur pengembunan pada permukaan
kaca bagian dalam (Sifat, dan Uddin, 2016). Akibat kemiringan kaca, embun
tersebut akan mengalir menuju tempat penampung sebagai air bersih hasil
distilasi.
Hingga saat ini, alat distilasi air energi surya jenis absorber bak, dan
jenis absorber kain merupakan jenis distilasi yang umum digunakan. Di
samping karena biaya pembuatan yang relatif rendah, kedua jenis alat distilasi
tersebut memiliki konstruksi yang sederhana sehingga tidak diperlukan orang
dengan keterampilan tinggi untuk mengoperasikannya (Ahmed, dan Ibrahim,
2016). Gambar 2 (a), dan (b) menunjukkan skema dari kedua jenis alat
distilasi menurut Bhattacharyya, 2017.
Secara umum, komponen utama alat distilasi air tenaga surya terdiri dari
bak air, kaca penutup, saluran masuk air kotor, dan saluran keluar air bersih.
Bak air selain berfungsi untuk tempat menampung air kotor, juga berfungsi
sebagai absorber untuk menyerap radiasi matahari yang masuk. Sesuai
dengan definisi mengenai benda hitam yang memiliki nilai emisifitas 1, maka
agar proses penyerapan radiasi matahari menjadi lebih efektif, absorber
diberi warna hitam (Tiwari, Singh, dan Tripathi, 2003).
(a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(b)
Gambar 2. Alat distilasi air energi surya jenis (a) bak, dan (b) kain.
Secara rinci, skema alat pada Gambar 2 terdiri dari : (1) kaca penutup,
(2) air kotor yang didistilasi, (3) absorber, (4) saluran air hasil distilasi,
(5) penampung air bersih, (6) rangka pendukung, (7) tangki air masukan,
(8) keran pengatur laju aliran, (9) saluran air yang tidak menguap,
(10) penampung air kotor, (11) kain.
Bagian yang membedakan antara alat distilasi jenis absorber bak, dan
jenis absorber kain adalah sistem pengaturan aliran masuk. Pada jenis bak,
tidak ada sistem pengaturan aliran masuk. Akan tetapi, pada distilasi jenis
absorber kain, terdapat air masukan yang dialirkan dari bagian atas alat
menggunakan keran. Massa air yang dialirkan ini selalu dijaga konstan
selama proses distilasi.
Kain yang digunakan pada alat distilasi jenis absorber kain berfungsi
untuk mendistribusikan air melalui proses kapilaritas kain, ke seluruh bagian
permukaan absorber yang terpapar sinar matahari (Sodha et al., 1981). Maka
dari itu, agar diperoleh hasil yang optimal, kain harus memiliki nilai
absorbtivitas, dan kapilaritas yang baik. Murugavel, dan Srithar melakukan
pengujian pada alat distilasi jenis bak menggunakan 5 jenis kain berbeda
yaitu kain katun hitam, kain goni ringan, lembaran spons, potongan tebal
sabut, dan limbah kapas (Kalidasa Murugavel, dan Srithar, 2011).
Berdasarkan penelitian tersebut, mereka menemukan bahwa kain katun hitam
merupakan jenis kain yang paling efektif untuk meningkatkan hasil distilasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Proses penguapan sebagai salah satu proses utama pada distilasi air
energi surya, salah satunya dipengaruhi oleh temperatur air. Semakin tinggi
temperatur air maka proses penguapan akan semakin cepat. Tingginya
temperatur air dipengaruhi oleh kemampuan kaca untuk mentransmisikan
radiasi matahari yang masuk (Panchal, dan Shah, 2012). Selain itu,
peningkatan temperatur air juga diperoleh dari panas yang dipancarkan oleh
absorber sendiri.
Keunggulan pada alat distilasi jenis bak adalah tidak diperlukannya
pengaturan laju aliran pada air masukan, dan tidak adanya kerugian panas
yang keluar dari alat distilasi. Akan tetapi, konstruksi pada alat distilasi jenis
bak memiliki dinding yang cukup tinggi, dan absorber dalam posisi yang
tidak sejajar dengan kaca penutup. Kondisi ini menimbulkan efek bayangan
pada rentang waktu pemanasan tertentu, sehingga terjadi pengurangan luas
permukaan yang terpapar sinar matahari (Sodha et al., 1981).
Di samping itu, air pada alat distilasi jenis bak tertampung dengan jumlah
massa air yang cukup besar per satauan luas absorber. Tiwari, dan Tiwari
menjelaskan, proses pemanasan, dan penguapan air juga dipengaruhi oleh
ketebalan air (Tiwari, dan Tiwari, 2006). Mereka menyebutkan, pemanasan
dengan volume air yang besar memerlukan waktu lebih lama, meskipun
setelah seluruh bagian air terpanaskan, air yang tertampung dalam bak
tersebut mampu menyimpan panas. Hal ini menjadikan alat distilasi jenis bak
konvensional memiliki efisiensi terendah dibandingkan jenis alat distilasi
konvensional lainnya.
Keunggulan pada alat distilasi jenis absorber kain terdapat pada
konstruksi dinding distilasi yang rendah, serta posisi absorber berada dalam
posisi yang sejajar dengan kaca penutup. Hal ini mengakibatkan kerugian
akibat efek bayangan menjadi lebih kecil daripada distilasi jenis bak,
sehingga luas permukaan air yang terpapar matahari menjadi lebih besar.
Selain itu, jumlah massa air per satuan luas absorber jauh lebih rendah
dibandingkan jenis bak. Dengan demikian, proses pemanasan, dan penguapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pada alat distilasi jenis absorber kain menjadi lebih efektif dibandingkan
jenis bak (Bhattacharyya, 2017).
Akan tetapi, pada distilasi jenis absorber kain, air masukan yang
melewati absorber dalam kondisi mengalir, sehingga tidak semua air dapat
teruapkan selama proses pemanasan. Akan ada sejumlah air panas yang
keluar dari alat distilasi yang merupakan sebuah kerugian energi (Sifat, dan
Uddin, 2016). Kerugian energi tersebut tentu akan menurunkan nilai efisiensi
alat distilasi jenis absorber kain.
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan jumlah energi yang
digunakan untuk proses penguapan dengan jumlah energi surya yang datang
selama proses pemanasan (Arismunandar, 1995) :
∫
(1)
dengan mg adalah hasil air distilasi (kg), hfg adalah panas laten penguapan
(kJ/kg), AC adalah luasan alat distilasi (m2), G adalah jumlah energi surya
yang datang (W/m2), dan dt adalah lama waktu pemanasan (detik).
Dalam analisis ini, energi panas yang hilang melalui sisi absorber, dan
alasnya dapat diabaikan. Maka, keseimbangan energi pada air (Jansen, 1985)
menghasilkan :
(2)
Sebagian energi panas dari absorber akan dipindahkan ke kaca dengan
cara konveksi, radiasi, dan penguapan. Proses perpindahan secara konveksi
dapat dihitung dengan persamaan :
(
)
(3)
dengan qkonv merupakan energi yang terbuang dari kaca ke lingkungan
(W/m2), Ta adalah temperatur air (°C), Tk adalah temperatur kaca (°C), Pa, dan
Pk adalah tekanan parsial uap air pada temperatur air, dan kaca (N/m2).
Sementara itu, energi radiasi kaca ke lingkungan dihitung dengan persamaan :
(
) (4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dengan qrad adalah besar radiasi ke lingkungan (W/m2), adalah konstanta
Stefan Boltzmann (5,67 x 10-8
W/(m2.K
4)), adalah nilai emisivitas air.
Energi untuk penguapan (quap) dapat dihitung dengan persamaan :
( )
( ) (5)
Hasil air distilasi dapat dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh dari energi
penguapan (quap). Laju distilasi (muap) dapat dicari dengan hubungan :
(6)
Energi yang digunakan selama proses pemanasan (qc) dapat dihitung
menggunakan persamaan (7) :
(7)
dengan mc adalah laju aliran massa air (kg/s), Cp adalah kalor spesifik air
pada tekanan konstan (kJ/kg°C), dan ΔT merupakan selisih temperatur air
masuk, dan temperatur air keluar alat distilasi (°C).
2.3 Kerangka Penelitian
Alat distilasi yang digunakan pada penelitian ini, memadukan
keunggulan dari distilasi air energi surya jenis bak, dan jenis absorber kain.
Perpaduan yang dilakukan adalah dengan memberikan sekat-sekat pada
absorber, dan memasang kain di antara sekat satu dengan yang lain
(Gambar 3). Secara rinci, bagian-bagian yang ditunjukkan dalam Gambar 3
terdiri dari : (1) kaca penutup, (2) absorber, (3) air kotor, (4) kain. Pemberian
sekat pada absorber dimaksudkan untuk menampung air agar tidak terdapat
rugi-rugi energi berupa air panas yang keluar dari alat distilasi. Melalui sifat
kapilaritas kain, maka air yang tertampung pada tiap sekat akan
didistribusikan ke bagian yang lebih tinggi. Air yang diserap kain
menyebabkan jumlah massa air per satuan luas absorber menjadi kecil.
Kecilnya jumlah massa air per satuan luas absorber menyebabkan proses
penguapan air berlangsung lebih cepat, sehingga hal tersebut dapat
meningkatkan unjuk kerja alat distilasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 3. Distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat.
(a) (b)
Gambar 4. Arah aliran air pada absorber kain (a) tanpa sekat (b) bersekat.
Selain faktor jumlah massa air total yang dipanaskan, proses penguapan
juga dipengaruhi oleh temperatur air. Pada penelitian ini, untuk meningkatkan
temperatur air, maka waktu pemanasan air akan diperpanjang dengan
mengalirkan air dari sekat pertama ke sekat berikutnya secara zig-zag. Pada
Gambar 4, terlihat lintasan air pada distilasi jenis absorber kain sama dengan
panjang absorber. Sementara pada alat distilasi jenis absorber kain bersekat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
lintasan air menjadi sebesar 6 kali lebar absorber. Di samping itu, air
dialirkan dalam laju rendah agar terbentuk ketebalan air yang minimum,
sehingga proses penyerapan panas lebih optimal. Maka dari itu, temperatur
air akan menjadi lebih tinggi, dan proses penguapan air menjadi lebih
optimal. Proses penguapan yang optimal akan meningkatkan air distilasi yang
dihasilkan.
2.4 Hipotesis
1. Jumlah massa air yang semakin rendah pada tiap sekat akan meningkatkan
unjuk kerja alat distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat.
2. Laju aliran rendah akan meningkatkan unjuk kerja alat distilasi air energi
surya jenis absorber kain bersekat.
3. Hasil distilasi akan mencapai hasil maksimal apabila proses penguapan
pada tiap sekat berlangsung dalam kondisi yang relatif sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Alat Penelitian
Skema alat pada penelitian distilasi air energi surya jenis absorber kain
bersekat dengan aliran zig-zag ini terdiri dari 3 konfigurasi, yaitu :
1. Alat distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat tanpa adanya
aliran air masukan.
2. Alat distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat dengan arah
aliran zig-zag, dan air tertampung pada sekat terakhir (Gambar 5).
3. Alat distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat dengan arah
aliran zig-zag, dan air keluar dari alat distilasi melalui sekat terakhir
(Gambar 5).
Bak penampungan air pada alat distilasi air jenis absorber kain bersekat
terbuat dari multipleks berukuran 73 cm x 55 cm dengan tebal 3,6 cm.
Absorber terbuat dari plat alumunium dengan ukuran 69 cm x 51 cm. Sebagai
isolator, plat alumunium dilapisi menggunakan karet hitam dengan ukuran
yang sama setebal 3 mm. Dinding absorber terbuat dari multipleks setebal 3
cm, dan seluruh permukaan bagian dalam, dan luar dinding dilapisi karet
hitam setebal 3 mm. Sekat yang digunakkan terbuat dari plat siku alumunium
sejumlah 6 buah. Sekat dipasang sepanjang absorber dalam jarak antar sekat
yang sama yaitu 11,6 cm, dan tinggi sekat adalah 2,5 cm. Kaca penutup yang
digunakan memiliki ketebalan 3 mm.
Pengambilan data dilakukan di dalam ruangan menggunakan alat
simulasi surya. Alat simulasi surya terdiri dari 6 buah lampu dengan masing-
masing lampu memiliki daya sebesar 375 W. Lampu dipasang dalam rangka
besi yang diposisikan sejajar dengan kemiringan absorber. Jarak antara
lampu dengan kaca penutup adalah 50 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 5. Skema alat distilasi air energi surya jenis absorber kain
bersekat dengan aliran zig-zag.
Secara rinci, skema alat pada Gambar 5 terdiri dari : (1) kain, (2) air
kotor yang didistilasi, (3) lampu, (4) absorber, (5) penampung air yang tidak
menguap, (6) penampung air bersih, (7) selang, (8) penampung air kotor,
(9) rangka pendukung, (10) sekat, dan (11) pompa.
Gambar 6. Susunan, dan dimensi lampu dalam alat simulasi surya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3.2 Peralatan Pendukung Pengambilan Data
Pada penelitian ini, digunakan beberapa peralatan untuk mendukung
proses pengambilan data di antaranya :
1. Mikrokontroler Arduino, aplikasi software yang digunakan untuk melihat
hasil pembacaan sensor-sensor yang digunakan pada penelitian.
2. Dallas Semiconductor Temperature Sensors (TDS), untuk mengukur
temperatur di beberapa titik alat penelitian.
3. Sensor Level, untuk mengukur ketinggian air hasil distilasi dalam wadah
penampung.
4. Solarmeter, untuk mengukur intensitas energi yang dipancarkan lampu
pada alat simulasi surya.
5. Pompa, untuk mengalirkan air dari bak penampung ke dalam alat
distilasi.
3.3 Parameter yang Divariasikan
Terdapat beberapa jenis parameter yang akan divariasikan pada
penelitian ini, antara lain :
1. Variasi dengan jumlah massa air yang tertampung di tiap sekat sebesar
100 ml (variasi 1a), 150 ml (variasi 1b), dan 300 ml (variasi 1c).
2. Variasi dengan air masukan yang mengalir melewati tiap sekat secara
zig-zag, dan ditampung di sekat terakhir pada laju aliran sebesar
0,30 liter/jam (variasi 2a), dan 0,45 liter/jam (variasi 2b).
3. Variasi dengan air masukan yang mengalir melewati tiap sekat secara
zig-zag, dan dikeluarkan melalui sekat terakhir pada laju aliran sebesar
0,30 liter/jam (variasi 3a), 0,45 liter/jam (variasi 3b), dan 0,90 liter/jam
(variasi 3c).
3.4 Langkah Analisis
Penelitian ini akan menganalisis efek jumlah massa air, dan laju aliran air
masukan terhadap unjuk kerja alat distilasi air jenis absorber kain bersekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Secara rinci, analisis yang dilakukan dibagi dalam dua kelompok sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui efek jumlah massa air terhadap unjuk kerja alat
distilasi, akan dilakukan perbandingan antara variasi dengan air yang
dialirkan secara zig-zag, dan ditampung pada sekat terakhir (variasi 2a,
dan 2b) dengan variasi air yang ditampung pada tiap sekat (variasi 1a,
dan 1b) pada jumlah massa air total yang sama yaitu 600 ml, dan 900 ml.
2. Untuk mengetahui efek laju aliran air terhadap unjuk kerja alat distilasi,
akan dilakukan perbandingan antara variasi dengan adanya aliran
masukan yang dialirkan secara zig-zag, dan keluar dari sekat terakhir
(variasi 3a, 3b, 3c) dengan variasi tanpa adanya aliran masukan (variasi
1a, 1b, 1c).
3. Untuk mengetahui efek ada atau tidak adanya kerugian energi terhadap
unjuk kerja alat distilasi, akan dilakukan perbandingan antara variasi
dengan air yang dialirkan secara zig-zag, dan ditampung pada sekat
terakhir (variasi 2a, dan 2b), dengan variasi air kotor yang dialirkan
secara zig-zag, dan dikeluarkan dari sekat terakhir (variasi 3a, dan 3b)
3.5 Variabel yang Diukur
Pada penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang diukur, di antaranya :
1. Temperatur air masuk, Tin (°C)
2. Temperatur air keluar, Tout (°C)
3. Temperatur kaca penutup, TK (°C)
4. Temperatur absorber, TA (°C)
5. Volume air yang dihasilkan, m (liter)
6. Jumlah energi surya yang datang, G (Watt/m2)
7. Lama waktu pengambilan data, t (detik)
3.6 Langkah Penelitian
Penelitian diawali dengan pembuatan alat, dan berakhir pada analisis
data. Secara rinci, langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1. Mempersiapkan alat distilasi jenis absorber kain bersekat sesuai dengan
Gambar 5 beserta alat simulasi surya.
2. Melakukan pengambilan data untuk setiap variasi yang dilakukan yaitu :
a. Variasi dengan air tertampung di tiap sekat sebesar 100 ml (variasi
1a), 150 ml (variasi 1b), dan 300 ml (variasi 1c).
b. Variasi dengan air masukan yang dialirkan secara zig-zag, dan
ditampung pada sekat terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar
0,30 l/jam (variasi 2a), dan 0,45 l/jam (variasi 2b).
c. Variasi dengan air masukan dialirkan secara zig-zag, dan
dikeluarkan melalui sekat terakhir dengan laju aliran air masuk
sebesar 0,30 l/jam (variasi 3a), 0,45 l/jam (variasi 3b), dan 0,90 l/jam
(variasi 3c).
3. Pencatatan data dilakukan tiap 10 detik selama 2 jam dalam temperatur
ruangan. Data yang dicatat antara lain : temperatur air masuk (Tin),
temperatur air keluar (Tout), temperatur kaca penutup (TK), temperatur
absorber (TA), energi surya (lampu) yang diterima alat (G), dan jumlah
air yang dihasilkan (m).
4. Sebelum melakukan pengambilan data untuk setiap variasi, kondisi alat
distilasi harus diperiksa untuk memastikan tidak adanya kebocoran, dan
sensor yang rusak, serta dilakukan pengaturan laju aliran untuk variasi
dengan adanya aliran masuk.
5. Melakukan pengolahan, dan analisis data menggunakan persamaan (1)
sampai (7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Pada penelitian ini, dipaparkan hasil pengambilan data yang dilakukan
selama 2 jam menggunakan alat simulasi surya dalam temperatur ruangan.
Data tersebut dicatat menggunakan sensor tiap 10 detik selama pengambilan
data. Selanjutnya, data yang tercatat dalam sensor diambil nilai rata-rata tiap
10 menit. Nilai energi surya yang masuk alat (G), berasal dari radiasi 6 buah
lampu yang digunakan, dan dianggap konstan untuk setiap pengambilan data.
Tabel 1. Data penelitian variasi air tertampung tiap sekat 100 ml (variasi 1a)
Menit ke Temperatur Air
(°C)
Temperatur Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 40,27 43,27 0,83 400,46
20 54,50 56,90 3,36 400,46
30 63,34 64,13 5,99 400,46
40 69,78 69,48 7,92 400,46
50 74,76 73,52 23,95 400,46
60 78,56 76,85 52,18 400,46
70 81,47 79,20 83,03 400,46
80 83,89 81,22 123,46 400,46
90 85,97 82,73 172,63 400,46
100 87,74 84,03 204,25 400,46
110 89,26 85,17 252,92 400,46
120 90,56 86,08 343,50 400,46
Tabel 2. Data penelitian variasi air tertampung tiap sekat 150 ml (variasi 1b)
Menit ke Temperatur Air
(°C)
Temperatur Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 37,10 41,86 1,57 400,46
20 50,88 55,98 3,73 400,46
30 60,20 63,27 7,36 400,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel 2. Data penelitian variasi air tertampung tiap sekat 150 ml (variasi 1b)
(lanjutan)
Menit ke Temperatur Air
(°C)
Temperatur Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
40 67,13 68,61 15,16 400,46
50 72,47 72,77 26,21 400,46
60 76,57 75,95 46,68 400,46
70 79,85 78,65 81,54 400,46
80 82,73 80,91 133,42 400,46
90 85,13 82,50 170,91 400,46
100 87,04 83,68 210,72 400,46
110 88,64 84,47 265,76 400,46
120 90,14 85,52 337,90 400,46
Tabel 3. Data penelitian variasi air tertampung tiap sekat 300 ml (variasi 1c)
Menit ke Temperatur Air
(°C)
Temperatur Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 33,18 41,10 2,64 400,46
20 44,69 54,26 5,23 400,46
30 53,76 60,26 7,68 400,46
40 60,98 65,10 9,61 400,46
50 66,83 69,32 12,76 400,46
60 71,60 72,69 22,14 400,46
70 75,49 76,01 49,54 400,46
80 78,67 78,12 81,54 400,46
90 81,34 80,24 138,02 400,46
100 83,69 82,18 169,10 400,46
110 85,71 83,61 204,56 400,46
120 87,45 84,64 303,00 400,46
Tabel 4. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam (variasi 2a)
Menit ke
Temperatur
Air
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Temperatur
Air Masuk
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 40.59 42.01 26.50 0.25 400,46
20 55.87 57.77 26.51 2.34 400,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tabel 4. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam (variasi 2a) (lanjutan)
Menit ke
Temperatur
Air
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Temperatur
Air Masuk
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
30 64,40 65,02 26,50 4,32 400,46
40 70,34 69,90 26,50 6,42 400,46
50 74,80 73,36 26,51 12,48 400,46
60 77,99 75,80 26,51 44,23 400,46
70 80,45 77,74 26,60 56,89 400,46
80 82,42 79,44 26,67 92,29 400,46
90 84,16 80,94 26,73 141,98 400,46
100 85,60 81,95 26,75 167,63 400,46
110 86,86 82,75 26,75 188,51 400,46
120 87,94 83,47 26,75 265,60 400,46
Tabel 5. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam (variasi 2b)
Menit ke
Temperatur
Air
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Temperatur
Air Masuk
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 40,09 42,05 26,75 0,61 400,46
20 54,29 56,90 26,75 1,71 400,46
30 62,78 63,56 26,75 5,30 400,46
40 68,41 67,88 26,75 15,79 400,46
50 72,70 71,51 26,75 23,50 400,46
60 75,71 73,68 26,75 31,68 400,46
70 78,68 75,55 26,75 41,48 400,46
80 80,07 77,03 26,76 70,75 400,46
90 82,46 78,53 26,88 130,88 400,46
100 84,48 80,03 26,97 148,51 400,46
110 84,08 79,39 27,00 171,54 400,46
120 83,88 79,28 27,00 207,80 400,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel 6. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui
sekat terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam (variasi 3a)
Menit ke T. Air
(°C)
T. Kaca
(°C)
T. Air
Masuk
(°C)
T. Air
Keluar
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 40,35 41,40 26,75 26,76 1,49 400,46
20 55,30 56,61 26,75 31,53 1,00 400,46
30 64,04 63,97 26,75 33,13 2,01 400,46
40 69,89 68,89 26,75 33,35 3,16 400,46
50 74,33 72,33 26,75 33,11 25,52 400,46
60 77,64 75,27 26,75 31,39 32,63 400,46
70 80,14 77,25 26,75 30,16 57,15 400,46
80 82,27 78,59 26,75 29,30 101,01 400,46
90 83,88 79,79 26,75 29,25 149,76 400,46
100 85,07 80,74 26,75 29,45 173,63 400,46
110 86,13 81,71 26,75 29,22 203,52 400,46
120 86,94 82,01 26,75 29,01 286,50 400,46
Tabel 7. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui
sekat terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam (variasi 3b)
Menit ke T. Air
(°C)
T. Kaca
(°C)
T. Air
Masuk
(°C)
T. Air
Keluar
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 40,42 42,37 27,00 31,29 5,62 400,46
20 55,19 57,73 27,00 36,66 12,64 400,46
30 63,78 64,59 27,00 39,02 18,10 400,46
40 69,45 69,01 27,00 40,63 26,28 400,46
50 73,42 71,89 27,00 41,51 23,07 400,46
60 76,19 73,96 27,00 41,03 45,25 400,46
70 78,25 75,54 27,00 41,05 57,21 400,46
80 79,94 76,74 27,00 41,06 108,91 400,46
90 81,19 77,53 27,02 40,28 143,94 400,46
100 82,30 78,23 27,09 38,02 167,52 400,46
110 83,43 78,89 27,21 33,22 181,13 400,46
120 84,69 79,75 27,25 29,97 257,20 400,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tabel 8. Data penelitian variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui
sekat terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,90 l/jam (variasi 3c)
Menit ke T. Air
(°C)
T. Kaca
(°C)
T. Air
Masuk
(°C)
T. Air
Keluar
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 39,84 42,52 27,24 32,94 2,08 400,46
20 54,57 57,76 27,23 41,09 14,09 400,46
30 63,46 64,15 27,25 46,26 17,16 400,46
40 69,13 68,15 27,25 49,73 16,50 400,46
50 73,13 70,95 27,25 52,45 25,47 400,46
60 76,19 73,37 27,25 53,70 33,74 400,46
70 78,33 74,79 27,25 54,47 36,89 400,46
80 80,72 76,19 27,25 47,17 52,08 400,46
90 82,34 76,98 27,25 34,65 107,62 400,46
100 82,97 77,22 27,25 31,30 139,27 400,46
110 82,31 77,02 27,25 39,09 154,15 400,46
120 82,33 76,96 27,25 60,63 179,50 400,46
4.2 Hasil Perhitungan
Berdasarkan data-data yang sudah dipaparkan sebelumnya, dilakukan
perhitungan dengan menggunakan persamaan (1) hingga persamaan (7).
Secara rinci, hasil perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 100 ml (variasi 1a)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc
hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m
2)
10 -3,00 7015 8226 2405,6 1,27 8,36 -19,15 400,46 0,00 0,17
20 -2,40 14893 16841 2371,2 1,89 24,94 -17,44 400,46 0,01 0,69
30 -0,79 23142 24034 2349,6 1,41 25,77 -6,18 400,46 0,01 1,22
40 0,30 31209 30791 2333,6 0,83 18,76 2,47 400,46 0,00 1,60
50 1,24 38810 36793 2321,2 5,87 155,06 10,63 400,46 0,04 4,80
60 1,71 45484 42383 2311,6 9,21 271,91 15,06 400,46 0,07 10,42
70 2,26 51154 46705 2304,2 9,26 296,21 20,41 400,46 0,08 16,53
80 2,67 56257 50656 2298,1 11,35 387,04 24,54 400,46 0,10 24,51
90 3,25 60919 53759 2292,7 13,09 469,78 30,27 400,46 0,12 34,19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel 9. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 100 ml (variasi 1a) (lanjutan)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m2)
100 3,71 65099 56564 2288,2 8,05 301,49 35,02 400,46 0,08 40,37
110 4,09 68861 59096 2284,3 11,92 463,19 39,07 400,46 0,12 49,91
120 4,48 72188 61175 2280,9 21,51 860,86 43,17 400,46 0,23 67,68
Tabel 10. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 150 ml (variasi 1b)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc
hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m
2)
10 -4,75 5947 7630 2413,1 2,74 15,76 -29,66 400,46 0,00 0,33
20 -5,11 12329 16072 2380,0 1,80 21,43 -36,31 400,46 0,01 0,77
30 -3,06 19865 23058 2357,3 2,10 35,67 -23,48 400,46 0,01 1,50
40 -1,48 27660 29598 2340,2 3,56 76,07 -11,96 400,46 0,02 3,07
50 -0,30 35162 35618 2326,9 4,26 107,13 -2,49 400,46 0,03 5,27
60 0,62 41894 40821 2316,6 7,00 197,62 5,38 400,46 0,05 9,34
70 1,20 47952 45660 2308,3 10,83 335,28 10,76 400,46 0,09 16,26
80 1,81 53759 50036 2301,0 14,89 497,38 16,56 400,46 0,13 26,52
90 2,63 58996 53282 2294,9 10,14 358,51 24,42 400,46 0,09 33,88
100 3,35 63409 55803 2290,0 10,29 379,86 31,53 400,46 0,10 41,68
110 4,17 67293 57514 2285,9 13,74 524,17 39,62 400,46 0,14 52,48
120 4,62 71091 59876 2282,0 17,37 685,96 44,36 400,46 0,18 66,61
Tabel 11. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 300 ml (variasi 1c)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%)
(Pa) (W/m2)
10 -7,92 4882 7330 2422,5 5,30 26,66 -48,29 400,46 0,01 0,55
20 -9,58 8870 14713 2395,0 2,61 25,87 -65,67 400,46 0,01 1,08
30 -6,50 14333 19924 2373,0 1,73 24,20 -47,79 400,46 0,01 1,57
40 -4,12 20640 25156 2355,4 1,06 18,95 -31,92 400,46 0,00 1,96
50 -2,50 27275 30572 2341,0 1,43 30,74 -20,24 400,46 0,01 2,58
60 -1,10 33834 35502 2329,1 3,68 90,97 -9,22 400,46 0,02 4,45
70 -0,52 40035 40916 2319,4 9,53 264,85 -4,47 400,46 0,07 9,93
80 0,55 45700 44674 2311,3 10,22 308,14 4,91 400,46 0,08 16,28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel 11. Hasil perhitungan variasi air tertampung tiap sekat 300 ml (variasi 1c) (lanjutan)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m
2)
90 1,10 50896 48700 2304,6 16,74 542,38 9,98 400,46 0,14 27,48
100 1,51 55817 52614 2298,6 8,63 297,66 13,93 400,46 0,08 33,58
110 2,10 60311 55645 2293,4 9,36 338,83 19,61 400,46 0,09 40,53
120 2,81 64402 57896 2288,9 24,96 938,85 26,62 400,46 0,25 59,91
Tabel 12. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat terakhir
dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam (variasi 2a)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m
2)
10 -1,42 7136 7694 2404,8 0,39 2,47 -9,01 400,46 0,00 0,05
20 -1,90 15977 17594 2367,9 1,49 20,70 -13,93 400,46 0,01 0,48
30 -0,63 24337 25067 2347,0 1,02 19,35 -4,92 400,46 0,00 0,88
40 0,44 32001 31375 2332,2 0,88 20,39 3,64 400,46 0,01 1,29
50 1,44 38870 36540 2321,1 2,22 58,57 12,29 400,46 0,02 2,50
60 2,19 44441 40563 2313,1 10,62 306,05 19,17 400,46 0,08 8,84
70 2,71 49116 43981 2306,8 3,95 121,62 24,19 400,46 0,03 11,34
80 2,98 53120 47156 2301,8 10,43 339,52 27,02 400,46 0,09 18,35
90 3,23 56844 50080 2297,4 13,95 475,72 29,64 400,46 0,12 28,18
100 3,64 60053 52144 2293,7 6,94 245,12 33,81 400,46 0,06 33,21
110 4,12 63000 53802 2290,5 5,48 199,29 38,53 400,46 0,05 37,30
120 4,47 65587 55338 2287,7 19,71 734,80 42,20 400,46 0,19 52,49
Tabel 13. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat terakhir
dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam (variasi 2b)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m
2)
10 -1,97 6948 7710 2406,0 0,96 6,07 -12,45 400,46 0,00 0,13
20 -2,61 14730 16837 2371,8 0,83 10,90 -18,94 400,46 0,00 0,35
30 -0,78 22528 23387 2351,0 1,96 35,23 -6,06 400,46 0,01 1,08
40 0,53 29329 28625 2337,0 4,74 102,08 4,32 400,46 0,03 3,19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tabel 13. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air ditampung pada sekat terakhir
dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam (variasi 2b) (lanjutan)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%)
(Pa) (W/m2)
50 1,19 35505 33705 2326,4 3,03 74,79 9,97 400,46 0,02 4,72
60 2,03 40413 37051 2318,8 2,94 78,96 17,48 400,46 0,02 6,34
70 3,13 45711 40131 2311,3 3,26 94,42 27,45 400,46 0,02 8,28
80 3,04 48367 42702 2307,8 9,29 281,48 27,00 400,46 0,07 14,10
90 3,94 53204 45428 2301,7 17,95 576,67 35,55 400,46 0,15 26,02
100 4,45 57539 48283 2296,6 4,99 168,66 40,80 400,46 0,04 29,46
110 4,70 56668 47051 2297,6 6,62 220,46 42,84 400,46 0,06 34,04
120 4,59 56217 46851 2298,1 10,47 347,23 41,86 400,46 0,09 41,25
Tabel 14. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,30 l/jam (variasi 3a)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%)
(Pa) (W/m2)
10 -1,04 7046 7445 2405,4 2,40 14,98 -6,60 400,46 0,00 0,31
20 -1,31 15519 16590 2369,3 -0,36 -4,86 -9,51 400,46 0,00 0,21
30 0,07 23928 23847 2347,9 0,53 9,88 0,56 400,46 0,00 0,41
40 1,00 31356 29976 2333,4 0,50 11,18 8,19 400,46 0,00 0,64
50 2,00 38100 34936 2322,3 8,41 216,32 17,00 400,46 0,06 5,12
60 2,37 43800 39664 2313,9 2,41 68,58 20,65 400,46 0,02 6,52
70 2,88 48500 43103 2307,6 7,74 235,72 25,64 400,46 0,06 11,39
80 3,68 52798 45550 2302,2 13,12 420,79 33,18 400,46 0,11 20,09
90 4,09 56227 47830 2298,1 13,97 466,78 37,33 400,46 0,12 29,73
100 4,33 58858 49692 2295,1 6,62 228,25 39,87 400,46 0,06 34,42
110 4,42 61277 51650 2292,3 8,05 285,52 41,04 400,46 0,07 40,30
120 4,93 63186 52261 2290,3 21,98 791,83 46,06 400,46 0,21 56,68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tabel 15. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,45 l/jam (variasi 3b)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m
2)
10 -1,95 7071 7839 2405,2 8,77 56,32 -12,36 400,46 0,01 1,17
20 -2,53 15435 17557 2369,5 5,08 69,29 -18,51 400,46 0,02 2,59
30 -0,81 23634 24563 2348,5 2,87 53,42 -6,36 400,46 0,01 3,67
40 0,44 30747 30143 2334,5 3,55 79,59 3,59 400,46 0,02 5,30
50 1,53 36642 34274 2324,5 -1,23 -31,04 12,93 400,46 -0,01 4,63
60 2,23 41234 37510 2317,6 7,87 214,17 19,20 400,46 0,06 9,06
70 2,71 44917 40112 2312,4 4,00 115,25 23,76 400,46 0,03 11,43
80 3,20 48118 42195 2308,1 16,51 497,16 28,36 400,46 0,13 21,71
90 3,66 50593 43606 2305,0 10,83 336,46 32,72 400,46 0,09 28,66
100 4,07 52855 44880 2302,1 7,08 226,11 36,64 400,46 0,06 33,31
110 4,54 55246 46108 2299,3 3,98 130,46 41,19 400,46 0,03 35,98
120 4,94 58008 47746 2296,0 21,53 727,72 45,26 400,46 0,19 51,01
Tabel 16. Hasil perhitungan variasi aliran zig-zag, dan air dikeluarkan melalui sekat
terakhir dengan laju aliran air masuk sebesar 0,90 l/jam (variasi 3c)
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pc hfg
(kJ/kg)
qkonv quap qrad G md
(kg/m2 .
10 menit)
η
(%) (Pa) (W/m
2)
10 -2,68 6860 7904 2406,6 3,29 20,86 -16,97 400,46 0,01 0,43
20 -3,19 14946 17586 2371,1 8,81 118,63 -23,26 400,46 0,03 2,89
30 -0,68 23276 24047 2349,3 1,64 30,05 -5,33 400,46 0,01 3,48
40 0,98 30302 28984 2335,3 -0,29 -6,43 7,96 400,46 0,00 3,33
50 2,18 36186 32884 2325,3 3,53 86,95 18,30 400,46 0,02 5,12
60 2,82 41240 36565 2317,6 2,96 79,83 24,26 400,46 0,02 6,75
70 3,54 45060 38862 2312,2 1,07 30,40 30,87 400,46 0,01 7,37
80 4,54 49656 41226 2306,1 4,83 145,97 40,25 400,46 0,04 10,38
90 5,37 52953 42612 2302,0 16,99 532,65 48,10 400,46 0,14 21,40
100 5,75 54268 43051 2300,4 9,55 303,37 51,70 400,46 0,08 27,67
110 5,29 52883 42694 2302,1 4,55 142,73 47,39 400,46 0,04 30,65
120 5,36 52918 42586 2302,1 7,76 243,20 48,08 400,46 0,06 35,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4.3 Pembahasan
Seluruh hasil perhitungan pada Tabel 9 sampai Tabel 16 kemudian akan
dipaparkan secara lebih detail pada subbab 4.3 berikut. Berdasarkan
persamaan (1), hasil distilasi berbanding lurus dengan efisiensi alat distilasi
air energi surya. Oleh karena itu, pada subbab ini pertama-tama menganalisis
efisiensi seluruh variasi yang dilakukan pada alat distilasi air energi surya
jenis absorber kain bersekat.
4.3.1. Efek Jumlah Massa Air Terhadap Unjuk Kerja Alat Distilasi
Gambar 7. Perbandingan efisiensi berdasarkan jumlah massa air total pada
variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b.
Gambar 7 menunjukkan perbandingan efisiensi alat distilasi pada jenis
variasi air yang ditampung pada tiap sekat tanpa adanya aliran masukan,
dengan variasi menggunakan aliran masukan secara zig-zag, dan ditampung
pada sekat terakhir. Dari gambar tersebut, efisiensi maksimum diperoleh
pada variasi tanpa aliran masukan, baik pada jumlah massa air total sebesar
600 ml, maupun 900 ml.
67,68 66,61
52,49
41,25
0
10
20
30
40
50
60
70
80
600 900
Efi
sien
si (
%)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi air ditampung pada tiap sekat dalam volume yang sama (variasi 1a, 1b)
Variasi air dialirkan secara zig-zag, dan ditampung di sekat terakhir (variasi 2a, 2b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Gambar 8. Hasil air distilasi pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b.
Variasi 1a memberikan hasil yang paling optimal untuk alat distilasi
energi surya jenis absorber kain bersekat. Hal tersebut dibuktikan dengan
hasil air distilasi pada variasi 1a merupakan yang paling besar dibandingkan
variasi yang lain (Gambar 8). Tingginya hasil distilasi pada variasi 1a
disebabkan oleh kecilnya jumlah massa air pada tiap sekat, yang
menyebabkan lapisan air menjadi lebih tipis daripada variasi 1b. Dengan
demikian, proses pemanasan air menjadi lebih cepat, dan proses penguapan
menjadi lebih optimal (Ladouy, dan Khabbazi, 2015).
Unjuk kerja alat distilasi air energi surya sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain beda temperatur antara temperatur kaca, dan
temperatur absorber (ΔT), quap, dan qkonveksi. Gambar 9 menunjukkan nilai
beda temperatur rata-rata antara temperatur absorber, dan temperatur kaca
selama 2 jam durasi pengambilan data. Nilai ΔT ini sangat berpengaruh
terhadap proses penguapan, dan pengembunan.
Pada beberapa menit pertama, nilai ΔT pada semua variasi bernilai
negatif. Hal ini terjadi karena seluruh bagian air belum sepenuhnya
terpanasi. Oleh karena itu, temperatur kaca akan lebih tinggi daripada
343,5 337,9
265,6
207,8
0
50
100
150
200
250
300
350
400
600 900
Hasi
l A
ir D
isti
lasi
(m
l)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi air ditampung pada tiap sekat dalam volume yang sama (variasi 1a, 1b)
Variasi air dialirkan secara zig-zag, dan ditampung di sekat terakhir (variasi 2a, 2b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
temperatur absorber. Ketika ΔT bernilai positif menandakan mulai
diperoleh hasil air distilasi. Semakin besar nilai ΔT menunjukkan
temperatur absorber lebih tinggi daripada temperatur kaca. Temperatur
absorber yang lebih tinggi daripada temperatur kaca akan meningkatkan
laju penguapan yang juga akan meningkatkan hasil distilasi (Abdenacer, dan
Nafila, 2007).
Gambar 9. Beda temperatur (ΔT) rata-rata pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b.
Dari gambar tersebut, variasi 1b merupakan variasi yang memiliki nilai
ΔT paling rendah dibandingkan ketiga variasi yang lain. Hal ini disebabkan
oleh jumlah massa air pada tiap sekat pada variasi 1b merupakan yang
terbesar, sehingga waktu pemanasan air menjadi lebih lama. Akan tetapi, air
yang tertampung pada jumlah besar, dapat berperan sebagai penyimpan
panas yang dapat meningkatkan temperatur absorber jika air telah cukup
terpanasi. Terlihat bahwa peningkatan nilai ΔT pada variasi 1b merupakan
yang tertinggi. Hal tersebutlah yang menyebabkan hasil air distilasi pada
variasi 1a, dan 1b lebih baik daripada variasi 2a, dan 2b meskipun memiliki
ketebalan yang lebih tinggi.
Sementara itu, pada variasi dengan adanya aliran masukan (2a, dan 2b),
terlihat bahwa nilai ΔT selalu lebih tinggi daripada variasi dengan air
-6
-4
-2
0
2
4
6
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120ΔT
(°C
)
Waktu (menit)
1a 1b 2a 2b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tertampung. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya ada potensi hasil
yang lebih baik daripadi variasi dengan air yang tertampung pada tiap sekat.
Gambar 10. Temperatur absorber pada variasi 1a, 1b, 2a, dan 2b.
Air yang dialirkan secara zig-zag bertujuan agar pemanasan air terjadi
secara bertahap seiring dengan aliran air dari sekat pertama ke sekat
berikutnya. Sehingga terjadi peningkatan temperatur seiring berjalannya air
dari sekat pertama ke sekat selanjutnya. Berdasarkan Gambar 10, air yang
dialirkan secara zig-zag ternyata tidak memberikan efek pada peningkatan
nilai temperatur absorber. Terlihat bahwa temperatur absorber pada variasi
1a, 1b relatif sama dengan variasi 2a, dan 2b.
Hal yang membedakan antara variasi 1, dan 2 terdapat pada aliran air.
Berdasarkan pengamatan pada saat eksperimen, terlihat bahwa kain di tiap
sekat pada variasi 1 dapat terbasahi oleh air. Berbeda dengan variasi 2,
terdapat adanya beberapa bagian kain pada tiap sekat yang nampak kering.
Pada laju yang lebih rendah (variasi 2a) terdapat hampir 50% bagian kain
yang tidak terbasahi, dan pada laju yang lebih besar (variasi 2b) terdapat
kurang lebih 25% bagian kain yang tidak terbasahi di tiap sekatnya.
Sehingga dapat diketahui bahwa adanya aliran air memberikan pengaruh
terhadap proses kapilaritas kain.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Tem
per
atu
r (°
C)
Waktu (menit)
1a 1b 2a 2b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Proses kapilaritas pada kain terjadi akibat adanya serat-serat kain. Serat-
serat kain tersebut dapat dianalogikan sebagai pipa-pipa kapiler yang
tersusun sejajar. Akibat adanya aliran air, menyebabkan terbentuknya ruang
vakum pada pangkal pipa yang terletak pada bagian sekat tempat air
mengalir. Hal tersebut menyebabkan adanya gaya yang menarik air yang
mengalir naik melalui kapilaritas kain, kembali ke bawah. Sehingga proses
kapilaritas kain tidak dapat berjalan optimal, dan menyebabkan menurunnya
area pemanasan air.
Di samping itu, adanya beberapa bagian kain yang tidak terbasahi juga
diakibatkan oleh keterbatasan pompa dalam mengalirkan air dalam laju
yang rendah. Akibat panas dari lampu, pada saluran air masuk muncul uap
air yang menghambat aliran air yang keluar dari pompa. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan laju aliran air yang mengharuskan
dilakukan pengaturan kembali di dalam proses pengambilan data.
Faktor kedua yang mempengaruhi hasil distilasi adalah quap. Nilai quap
menunjukkan besarnya energi rata-rata yang digunakan untuk proses
penguapan air (quap) yang merupakan fungsi dari hasil air distilasi. Oleh
karena itu, nilai quap dapat menjadi indikator seberapa besar air yang dapat
diuapkan.
Berdasarkan Gambar 11, nilai quap pada variasi 1a merupakan yang
tertinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa proses penguapan air pada variasi
1a merupakan yang terbaik. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada alat
distilasi jenis absorber kain bersekat, proses penguapan terbaik terdapat
pada volume air tiap sekat antara 100 ml hingga 150 ml.
Variasi dengan aliran masuk memiliki nilai quap yang selalu lebih rendah
daripada variasi tanpa aliran masuk. Rendahnya nilai quap ini akibat dari
volume air yang tertampung di sekat terakhir cukup besar. Hal tersebut
mengakibatkan lapisan air pada sekat terakhir menjadi yang paling tebal
daripada lapisan air di sekat-sekat sebelumnya. Maka dari itu, air yang
tertampung di sekat terakhir akan memberikan beban pemanasan karena
waktu pemanasan air menjadi lebih lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Gambar 11. Nilai energi penguapan rata-rata pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil akhir distilasi yaitu nilai qkonveksi.
Nilai qkonveksi menggambarkan energi yang dipindahkan dari air panas yang
tertampung dalam absorber ke permukaan kaca bagian dalam secara
konveksi. Pada Gambar 12, terlihat bahwa variasi dengan air yang
tertampung memiliki nilai qkonveksi yang lebih tinggi daripada variasi dengan
mengalirkan air. Aliran air pada alat penelitian ini justru menurunkan nilai
qkonveksi. Hal ini menunjukkan, perpindahan panas yang terjadi ketika air
mengalir tidak sebaik bila air ditampung dalam tiap sekat.
Nilai quap, dan qkonveksi juga mempengaruhi proses pembentukan embun
pada kaca penutup. Pada variasi 1a, dan 1b dengan air tertampung pada tiap
sekat berada dalam volume yang sama, menyebabkan jarak antara
permukaan air dengan kaca penutup semakin dekat. Dalam pengamatan
pada saat eksperimen, hal ini berakibat pada bentuk embun yang dihasilkan
yaitu embun jenis droplet.
Embun jenis droplet dapat memberikan hasil yang lebih optimal karena
setelah embun droplet mengalir ke saluran penampung, permukaan kaca
akan menjadi bersih sehingga panas matahari dapat masuk, dan embun baru
terbentuk kembali. Akan tetapi, jenis embun ini sekaligus menjadi isolator
273,6 269,6
212,0
166,4
0
50
100
150
200
250
300
600 900
qu
ap (
W/m
2)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi air ditampung pada tiap sekat dalam volume yang sama (variasi 1a, 1b)
Variasi air dialirkan secara zig-zag, dan ditampung di sekat terakhir (variasi 2a, 2b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
panas karena menghalangi panas matahari yang masuk. Di samping itu,
akibat adanya tegangan permukaan pada kaca, sebelum embun droplet
memiliki massa yang lebih besar dari tegangan permukaan tersebut, embun
tidak dapat mengalir ke talang penampungan.
Gambar 12. Nilai qkonveksi rata-rata pada variasi 1a, 2a, 1b, dan 2b.
Pada variasi 2a, dan 2b, jenis embun droplet hanya terbentuk pada awal
proses pengambilan data saja. Setelah itu, embun yang terbentuk adalah
jenis film. Jenis tersebut berupa aliran air yang sangat tipis sehingga tidak
begitu nampak. Hal ini membuat efek isolator panas dari embun tidak
sebesar variasi 1a, dan 1b. Akan tetapi, hasil yang diperoleh dari embun
jenis film ini jauh lebih rendah karena ketika embun yang terbentuk berjenis
film, permukaan kaca akan selalu tertutup oleh embun. Embun tersebut akan
menjadi isolator panas yang masuk hingga akhir pengambilan data.
4.3.2. Efek Laju Aliran Air Terhadap Unjuk Kerja Alat Distilasi
Analisis kedua dilakukan berdasarkan variasi laju aliran air yang masuk
absorber terhadap unjuk kerja alat distilasi air energi surya jenis absorber
kain bersekat. Perbandingan dilakukan berdasarkan jumlah massa air total
7,97 8,23
6,42
5,58
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
600 900
qk
on
vek
si (
W/m
2)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi air ditampung pada tiap sekat dalam volume yang sama (variasi 1a, 1b)
Variasi air dialirkan secara zig-zag, dan ditampung di sekat terakhir (variasi 2a, 2b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang digunakan selama proses pengambilan data, dengan variasi „1‟
merupakan variasi tanpa aliran air (laju aliran = 0 liter/jam), dan variasi „3‟
merupakan variasi dengan adanya aliran air.
Gambar 13. Perbandingan efisiensi berdasarkan jumlah massa air total pada
variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c, dan 3c.
Gambar 13 menunjukkan bahwa efisiensi tertinggi diperoleh pada
variasi dengan jumlah massa air total paling minimum, yaitu sebesar
600 ml, baik untuk variasi 1, maupun 3. Kemudian hasil akan menurun
dengan peningkatan jumlah massa air total. Sementara itu, bila dilihat
berdasarkan jumlah massa air total yang sama, maka variasi tanpa aliran
masukan akan memiliki efisiensi yang selalu lebih tinggi daripada variasi
dengan adanya aliran masukan.
Hal tersebut disebabkan karena variasi tanpa aliran masukan dapat
mengoptimalkan fungsi kain untuk mendistribusikan air ke bagian yang
lebih tinggi. Sedangkan pada variasi dengan adanya aliran masukan, air
yang mengalir berada dalam laju aliran yang rendah, sehingga air memiliki
lapisan yang tipis. Di samping itu, sama seperti dalam pembahasan
sebelumnya, aliran air menyebabkan turunnya kemampuan kapilaritas kain.
Dalam pengamatan pada saat eksperimen, pada laju aliran yang rendah
67,68 66,61 59,91
56,68
51,01
35,69
0
10
20
30
40
50
60
70
80
600 900 1800
Efi
sien
si (
%)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi tanpa aliran masuk (variasi 1a, 1b, dan 1c)
Variasi dengan adanya aliran masuk secara zig-zag, dan dikeluarkan dari sekat
terakhir (variasi 3a, 3b, dan 3c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(variasi 3a, dan 3b), terdapat bagian kain yang kering, yang berarti luasan
absorber untuk memanaskan air menjadi berkurang.
Apabila laju aliran air masukan diperbesar (variasi 3b, dan 3c), maka
luasan kain yang dapat berfungsi untuk proses pemanasan menjadi lebih
besar. Akan tetapi, air dalam laju aliran yang besar memiliki lapisan yang
lebih tebal, sehingga proses pemanasan air memerlukan waktu yang lebih
lama (Mahdi, dan Smith, 1994). Sebelum air dapat teruapkan, air akan
mengalir keluar dari alat distilasi melalui sekat paling akhir. Itulah yang
menyebabkan variasi 3b, dan 3c memiliki efisiensi yang lebih rendah
daripada variasi 3a.
Gambar 14. Hasil air distilasi pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c, dan 3c.
Seperti yang telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya, efisiensi
berbanding lurus dengan hasil air distilasi. Oleh karena itu, hasil air distilasi
pada variasi 1a merupakan yang tertinggi untuk semua variasi. Sementara
variasi 3a memberikan hasil distilasi tertinggi untuk variasi dengan adanya
aliran masukan secara zig-zag, dan dikeluarkan dari sekat terakhir.
Berdasarkan Gambar 14, hasil air distilasi akan semakin menurun
seiring dengan peningkatan jumlah massa air total yang digunakan selama
343,5 337,9
303,0 286,5
257,2
179,5
0
50
100
150
200
250
300
350
400
600 900 1800
Hasi
l A
ir D
isti
lasi
(m
l)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi tanpa aliran masuk (variasi 1a, 1b, dan 1c)
Variasi dengan adanya aliran masuk secara zig-zag, dan dikeluarkan dari
sekat terakhir (variasi 3a, 3b, dan 3c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
proses pengambilan data. Pada variasi tanpa aliran masukan, penambahan
massa air menyebabkan ketebalan air pada tiap sekat semakin besar.
Sehingga proses pemanasan memerlukan waktu yang lebih lama (Ladouy,
dan Khabbazi, 2015). Pada variasi 1c dengan jumlah massa air tiap sekat
sebesar 300 ml, menyebabkan hampir seluruh permukaan kain pada tiap
sekat tertutup oleh air. Hanya tersisi kurang dari 25% bagian kain yang tidak
terendam air. Hal ini menyebabkan kain tidak dapat bekerja optimal untuk
mendistribusikan air dengan ketebalan yang tipis.
Sementara pada variasi dengan adanya aliran masukan, penambahan
jumlah massa air total dilakukan dengan memperbesar laju aliran air.
Dengan memperbesar laju aliran air, menyebabkan volume air yang keluar
dari dalam alat distilasi meningkat. Pada variasi 3a, jumlah air yang keluar
sebesar 120 ml, variasi 3b sebesar 465 ml, dan variasi 3c 1800 ml. Air yang
keluar dari alat distilasi merupakan rugi-rugi energi.
Gambar 15. Beda temperatur (ΔT) rata-rata pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c,
dan 3c.
Gambar 15 menunjukkan nilai ΔT dengan tren yang selalu meningkat
untuk seluruh variasi. Akan tetapi, pada beberapa menit pertama
pengambilan data, untuk variasi tanpa aliran masukan, temperatur absorber
jauh lebih rendah daripada temperatur kaca. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai ΔT yang berada di bawah sumbu horizontal.
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
ΔT
(°C
)
Waktu (menit) 1a 1b 1c 3a 3b 3c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada jumlah massa air total sebesar 1800 ml (variasi 1c), diperoleh nilai
ΔT yang jauh di bawah sumbu horizontal pada 20 menit pertama
pengambilan data. Bahkan hingga akhir pengambilan data, nilai ΔT variasi
1c relatif jauh lebih rendah daripada variasi lainnya. Hal ini akibat dari
massa air yang ditampung pada tiap sekat pada variasi 1c merupakan yang
terbesar. Sehingga, selama durasi pengambilan data, temperatur absorber
masih cenderung lebih rendah dibandingkan temperatur kaca.
Sementara pada variasi dengan adanya aliran masukan, terlihat bahwa
absorber akan mengalami peningkatan temperatur lebih cepat pada laju
aliran yang kecil. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ΔT pada variasi 3a, akan
bernilai positif lebih cepat daripada variasi 3b, dan 3c. Akan tetapi, laju
aliran air yang semakin besar dapat memperluas area pemanasan air
sehingga peningkatan nilai ΔT optimal terjadi pada variasi 3c.
Gambar 16. Temperatur rata-rata air, dan kaca pada variasi 3a, 3b, dan 3c.
Berdasarkan Gambar 16, terlihat bahwa selisih temperatur rata-rata
terbesar sebenarnya terdapat pada variasi 3c. Temperatur kaca yang semakin
rendah memberikan efek pada meningkatnya laju pengembunan pada kaca
(Abdenacer, dan Nafila, 2007). Namun berdasarkan Gambar 14, justru
variasi ini memiliki hasil yang terburuk. Temperatur kaca sendiri selain
73,83
72,35 72,11 71,55
70,52
69,67
67
68
69
70
71
72
73
74
75
3a 3b 3c
Tem
per
atu
r (°
C)
Variasi
Temperatur rata-rata air dalam sekat Temperatur rata-rata kaca penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dipengaruhi oleh panas matahari yang masuk juga akan menerima panas
dari hasil pengembunan. Sehingga rendahnya temperatur pada kaca bisa
terjadi karena tidak adanya embun yang terbentuk pada permukaan kaca
bagian dalam. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada laju aliran yang
semakin besar, tidak terjadi penguapan yang optimal karena jumlah massa
air yang terlalu besar.
Hal lain yang menyebabkan rendahnya hasil air distilasi pada variasi 3c
adalah nilai quap. Gambar 17 menunjukkan variasi dengan adanya aliran air
memiliki nilai quap yang selalu lebih rendah daripada variasi tanpa adanya
aliran. Variasi dengan laju aliran terbesar (variasi 3c) sebenarnya dapat
mengoptimalkan sifat kapilaritas kain, yaitu seluruh luasan kain pada sekat
dapat terbasahi oleh air. Akan tetapi, karena laju aliran yang tinggi, maka air
akan menyerap panas dari absorber, dan kemudian mengalir keluar dari
sekat terakhir tanpa sempat menguap terlebih dahulu.
Gambar 17. Nilai energi penguapan rata-rata pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c,
dan 3c.
Sementara untuk variasi dengan adanya aliran air, diperoleh nilai quap
paling optimal pada variasi 3a. Nilai ini diperoleh akibat laju aliran air yang
rendah, yang menyebabkan air dapat menyerap panas dari absorber secara
273,62 269,57 242,34
228,75 206,24
144,02
0
50
100
150
200
250
300
600 900 1800
qu
ap (
W/m
2)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi tanpa aliran masuk (variasi 1a, 1b, dan 1c)
Variasi dengan adanya aliran masuk secara zig-zag, dan dikeluarkan dari sekat
terakhir (variasi 3a, 3b, dan 3c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
lebih optimal. Meskipun luasan absorber yang berguna untuk pemanasan air
pada laju aliran rendah lebih kecil daripada laju aliran yang besar, namun
efek kerugian energi yang ditimbulkan dari air yang keluar dapat
diminimalisasikan. Di samping itu, melalui sifat kapilaritas kain, maka
terbentuk ketebalan air yang minimum. Hal inilah yang menyebabkan hasil
air distilasi pada variasi 3a paling tinggi dibandingkan variasi 3b, dan 3c.
Sementara itu, pada variasi tanpa adanya aliran air menunjukan nilai
quap optimal terdapat pada variasi dengan jumlah massa air terkecil (variasi
1a). Kemudian nilai quap akan semakin menurun dengan penambahan jumlah
massa air total. Hal ini menunjukkan bahwa proses penguapan akan
berlangsung lebih baik bila air ditampung pada tiap sekat tanpa aliran air.
Apabila dilihat berdasarkan jumlah massa air total yang digunakan,
maka terjadi penurunan quap terbesar pada jumlah massa air total sebesar
1800 ml. Hal ini terjadi karena volume yang besar mengakibatkan proses
penguapan menjadi lebih lama. Di samping itu, embun yang terbentuk pada
permukaan kaca bagian dalam juga berpengaruh pada proses pemanasan air.
Gambar 18. Nilai qkonveksi rata-rata pada variasi 1a, 3a, 1b, 3b, 1c, dan 3c.
Dalam pengamatan pada saat eksperimen, jumlah massa air yang besar
akan menyebabkan terbentuknya embun droplet lebih cepat. Akan tetapi,
7,97 8,23 7,94
7,11 7,57
5,39
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
600 900 1800
qk
on
vek
si (
W/m
2)
Jumlah Massa Air Total (ml)
Variasi tanpa aliran masuk (variasi 1a, 1b, dan 1c)
Variasi dengan adanya aliran masuk secara zig-zag, dan dikeluarkan dari sekat
terakhir (variasi 3a, 3b, dan 3c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
embun droplet yang terbentuk berupa dead droplet. Jenis embun dead
droplet di samping menjadi isolator panas yang masuk, juga menjadi
penghambat aliran embun dari bagian kaca yang lebih tinggi. Sehingga hasil
air distilasi yang diperoleh selama dua jam pengambilan data menjadi lebih
rendah.
Gambar 18 menunjukkan tren yang identik dengan Gambar 17, dengan
nilai qkonveksi pada variasi tanpa aliran masukan selalu lebih tinggi daripada
variasi dengan adanya aliran air. Rendahnya nilai qkonveksi pada variasi
dengan adanya aliran masukan, akibat dari rendahnya massa air dalam sekat.
Sehingga jarak antara permukaan air dengan permukaan kaca bagian dalam
menjadi lebih jauh. Hal ini menyebabkan proses perpindahan panas dari
absorber ke kaca tidak optimal.
Gambar 19. Energi rata-rata yang terbuang dari alat distilasi.
Berbeda dengan nilai quap, Gambar 18 menunjukkan variasi 1b, dan 3b
justru memiliki nilai qkonveksi tertinggi. Hal ini terjadi akibat dari jumlah
massa air yang lebih besar menyebabkan luasan absorber yang berguna
untuk proses pemanasan air pada variasi 1b, dan 3b lebih besar daripada
variasi 1a, dan 3a. Di samping itu, jumlah massa air pada variasi 1b, dan 3b
0,11
1,25
8,14
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3a 3b 3c
En
ergi
yan
g T
erb
uan
g (
Watt
)
Variasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menyebabkan permukaan air dengan permukaan kaca bagian dalam menjadi
lebih dekat yang dapat meningkatkan laju penguapan air.
Faktor lain yang menyebabkan hasil air distilasi pada variasi dengan
adanya aliran air lebih rendah daripada variasi tanpa aliran air terletak pada
rugi-rugi energi. Pada variasi dengan aliran air, terdapat air panas yang
keluar dari alat sebagai rugi-rugi energi, sementara pada variasi tanpa aliran
air tidak. Gambar 19 menunjukkan besarnya kerugian energi berupa air
panas yang tidak teruapkan, dan terbuang keluar dari alat distilasi. Antara
ketiga variasi tersebut, terdapat selisih kerugian energi yang cukup
signifikan.
Gambar 20. Temperatur rata-rata air masuk, dan air keluar dari alat distilasi.
Perbedaan yang cukup besar tersebut akibat dari pengaruh laju aliran air
masukan. Laju aliran yang lebih rendah menyebabkan proses pemanasan air
menjadi lebih lama. Sehingga air panas yang keluar pada variasi 3a jauh
lebih sedikit karena hampir seluruh air telah menguap sebelum air keluar
dari alat distilasi.
Sementara itu, laju aliran air yang semakin besar akan membawa keluar
air dengan temperatur yang relatif jauh lebih tinggi (Gambar 20). Hal
tersebut berarti rugi-rugi energi yang terbuang keluar juga akan semakin
26,8 27,0 27,2 30,47
37,81
45,29
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
3a 3b 3c
Tem
per
atu
r (°
C)
Variasi
Temperatur air masuk Temperatur air keluar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
besar. Tingginya temperatur air yang keluar pada variasi 3c terjadi karena
laju aliran yang semakin besar dapat meningkatkan luasan area pemanasan
air. Sehingga air dapat menyerap panas secara lebih optimal daripada variasi
dengan laju yang lebih rendah.
4.3.3. Analisis Energi Terhadap Unjuk Kerja Alat Distilasi
Analisis ketiga mengenai efek kerugian energi terhadap unjuk kerja
distilasi air energi surya jenis absorber kain bersekat ini membandingkan
antara variasi 2, dan variasi 3. Perbedaan kedua variasi tersebut terletak
pada mekanisme aliran air kotor, dengan, dan tanpa adanya aliran air keluar
dari dalam alat distilasi. Pada variasi 2, air akan ditampung pada sekat
terakhir setelah mengalir melewati tiap sekat secara zig-zag. Sementara pada
variasi 3, air yang tidak teruapkan setelah air mengalir melewati tiap sekat
secara zig-zag, akan dikeluarkan melalui sekat terakhir.
Gambar 21. Perbandingan efisiensi pada variasi 2a, 3a, 2b, dan 3b.
Air yang keluar dari alat distilasi membawa energi panas keluar
sehingga merupakan sebuah rugi-rugi energi. Adanya rugi-rugi energi yang
keluar dari alat distilasi ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir distilasi
(Janarthanan, Chandrasekaran, dan Kumar, 2005). Kerugian terbesar terjadi
52,49
41,25
56,68
51,01
0
10
20
30
40
50
60
0,30 0,45
Efi
sien
si (
%)
Laju Aliran (liter/jam)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan ditampung pada sekat terakhir
(variasi 2a, dan 2b)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan dikeluarkan melalui sekat terakhir
(variasi 3a, dan 3b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pada awal pengambilan data karena absorber belum sepenuhnya
terpanaskan.
Akan tetapi, berdasarkan Gambar 21, justru variasi 3 yang selalu
memiliki efisiensi lebih tinggi daripada variasi 2 meskipun terdapat energi
panas yang terbuang dari alat distilasi. Hasil tersebut berlaku baik pada laju
aliran air sebesar 0,30 liter/jam, maupun 0,45 liter/jam.
Jika dilihat berdasarkan variasi laju aliran air, laju aliran 0,30 liter/jam
menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi daripada variasi dengan laju aliran
0,45 liter/jam. Hal tersebut terjadi akibat laju aliran yang semakin besar
menyebabkan air akan cepat tertampung pada sekat terakhir (variasi 2), atau
menyebabkan semakin banyak air yang keluar dari alat distilasi (variasi 3).
Jika air yang tertampung semakin besar, maka beban pemanasan menjadi
lebih besar. Sementara bila air yang keluar semakin banyak, menyebabkan
semakin besar kerugian energi yang keluar dari alat distilasi.
Gambar 22. Hasil air distilasi pada variasi 2a, 3a, 2b, dan 3b.
Berdasarkan Gambar 22, jika dilihat berdasarkan laju aliran yang sama,
maka laju aliran yang semakin besar akan menyebabkan terjadinya
penurunan hasil air distilasi yang cukup signifikan pada variasi 2. Pada laju
265,6
207,8
286,5 257,2
0
50
100
150
200
250
300
350
0,30 0,45
Hasi
l A
ir D
isti
lasi
(m
l)
Laju Aliran (liter/jam)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan ditampung pada sekat terakhir
(variasi 2a, dan 2b)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan dikeluarkan melalui sekat
terakhir (variasi 3a, dan 3b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
aliran sebesar 0,30 liter/jam terjadi peningkatan dari variasi 2a ke 3a hanya
sebesar 8%. Hal ini berarti perlakuan pada variasi 2a memberikan hasil yang
relatif sama dengan variasi 3a.
Akan tetapi, pada laju aliran sebesar 0,45 liter/jam, peningkatan hasil
dari variasi 2b ke 3b mencapai angka 24%. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan yang terdapat pada variasi 2b memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil distilasi. Perlu diingat bahwa baik pada variasi 2
maupun variasi 3, keduanya mengalami kerugian akibat efek aliran air
seperti yang telah dijelaskan dalam subbab sebelumnya. Sehingga pada laju
aliran yang sama, baik variasi 2 maupun 3, memiliki luasan kain yang tidak
terbasahi yang relatif sama.
Hal yang membedakan adalah adanya air yang tertampung pada sekat
terakhir pada variasi 2, sementara pada variasi 3 tidak. Apabila laju aliran
air diperbesar, maka sekat terakhir pada variasi 2 akan semakin cepat terisi
penuh. Sehingga beban pemanasan akan semakin besar yang mengakibatkan
proses pemanasan air pada sekat terakhir menjadi lebih lama.
Lamanya proses pemanasan tersebut diakibatkan oleh distribusi
temperatur pada plat absorber secara keseluruhan. Air yang tertampung di
sekat terakhir memiliki temperatur yang relatif paling rendah dibanding air
di sekat-sekat sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh karena air yang
tertampung dalam jumlah yang besar menyebabkan kapasitas panas yang
terakumulasi di sekat terakhir semakin besar, sehingga temperatur air
menjadi menurun.
Sehingga proses perpindahan kalor konveksi dari plat absorber di
bawah sekat terakhir ke air yang tertampung menjadi lebih cepat. Hal
tersebut menyebabkan plat absorber yang berada di bawah sekat terakhir
bertemperatur lebih rendah. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
perpindahan panas konduksi dari bagian plat absorber yang lebih tinggi ke
plat absorber di bawah sekat terakhir.
Berbeda dengan variasi 2, variasi 3 memiliki proses pemanasan yang
relatif lebih cepat. Meskipun terdapat kerugian energi panas yang keluar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dari alat distilasi, namun air yang mengalir pada tiap sekat akan memiliki
jumlah massa air yang relatif sama. Sehingga variasi 3 memiliki laju
penguapan pada tiap sekat yang relatif seragam. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa pada variasi 3 terdapat 6 sekat yang dapat berfungsi
optimal, sementara pada variasi 2 hanya terdapat 5 sekat yang memberikan
laju penguapan relatif sama secara optimal.
Penjelasan tersebut menunjukan, bahwa air yang tertampung di sekat
terakhir lebih merugikan daripada kerugian akibat dari air yang mengalir
keluar dari alat distilasi. Kerugian dari air yang tertampung di sekat terakhir
merupakan sebuah rugi-rugi internal. Hal tersebut dikarenakan air yang
tertampung dalam jumlah besar memerlukan waktu pemanasan yang lebih
panjang, dan berpengaruh terhadap temperatur absorber secara keseluruhan.
Gambar 23. Beda temperatur (ΔT) rata-rata pada variasi 2a, 3a, 2b, dan 3b.
Berdasarkan Gambar 23, nampak bahwa setiap variasi memiliki nilai
ΔT yang relatif sama pada akhir pengambilan data. Akan tetapi, perbedaan
yang cukup signifikan terjadi pada 20 menit pertama pengambilan data.
Pada laju aliran 0,45 liter/jam (variasi 2b, dan 3b), temperatur mula-mula
absorber lebih rendah daripada variasi dengan laju 0,30 liter/jam (variasi 2a,
dan 3a).
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
ΔT
(°C
)
Waktu (menit)
2a 3a 2b 3b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Setelah melewati 20 menit pengambilan data, peningkatan temperatur
absorber pada variasi dengan laju 0,45 liter/jam menjadi lebih besar. Hal
tersebut terjadi karena laju 0,45 liter/jam memiliki area kontak yang lebih
luas daripada laju 0,30 liter/jam. Area kontak yang dimaksud di sini adalah
area yang bisa digunakan air untuk penyerapan panas baik dari lampu
(matahari) maupun dari absorber. Luasan kontak yang semakin besar juga
dapat mengoptimalkan kain agar dapat mendistribusikan air ke daerah yang
lebih tinggi dalam ketebalan lapisan air yang minimum.
Gambar 24. Nilai quap rata-rata pada tiap variasi dengan air kotor yang
dialirkan secara zig-zag.
Akan tetapi, laju yang semakin besar juga memberikan efek lain. Laju
aliran air yang besar pada alat distilasi jenis absorber kain bersekat ini
terbatas hanya pada sekat keenam saja. Pada variasi dengan air ditampung
di sekat terakhir, laju yang semakin besar akan memberikan beban
pemanasan yang lebih tinggi di sekat terakhir.
Nilai quap yang ditunjukan pada Gambar 24 memiliki nilai yang
berbanding lurus dengan hasil air distilasi. Oleh karena itu diperoleh variasi
3a dengan nilai quap paling optimal daripada ketiga variasi lain. Secara
keseluruhan, proses penguapan pada variasi 3 dapat berlangsung lebih baik
211,97
166,41
228,75 206,24
0
50
100
150
200
250
0,30 0,45
qu
ap (
W/m
2)
Laju Aliran (liter/jam)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan ditampung pada sekat terakhir
(variasi 2a, dan 2b)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan dikeluarkan melalui sekat terakhir
(variasi 3a, dan 3b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
daripada variasi 2 karena air pada setiap sekat pada variasi 3 menerima
panas yang realtif merata. Sementara pada variasi 2, pemanasan air
cenderung tidak merata akibat dari air yang ditampung pada sekat terakhir.
Gambar 25. Nilai qkonveksi rata-rata pada tiap variasi dengan air kotor yang
dialirkan secara zig-zag.
Jika dibandingkan dengan nilai qkonveksi pada Gambar 25, semakin besar
nilai quap menyebabkan nilai qkonveksi juga meningkat. Peningkatan nilai
qkonveksi tersebut menunjukkan bahwa proses perpindahan panas dari uap
yang dihasilkan ke kaca penutup dapat berlangsung optimal.
6,42
5,58
7,11 7,57
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0,30 0,45
qk
on
vek
si (
W/m
2)
Laju Aliran (liter/jam)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan ditampung pada sekat terakhir
(variasi 2a, dan 2b)
Variasi air kotor dialirkan secara zig-zag dan dikeluarkan melalui sekat terakhir
(variasi 3a, dan 3b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai efek aliran zig-
zag pada unjuk kerja alat distilasi air energi surya jenis absorber kain
bersekat, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah massa air total dalam absorber yang memberikan unjuk kerja
optimal berkisar antara 600 ml hingga 900 ml dengan air ditampung di tiap
sekat dalam jumlah yang sama. Pada penelitian ini, dengan volume air tiap
sekat sebesar 100 ml, dan 150 ml diperoleh hasil air distilasi berturut-turut
sebesar 0,43 l/(jam.m2) dengan efisiensi 67,68%, dan 0,42 l/(jam.m
2)
dengan efisiensi 66,61%.
2. Aliran air menyebabkan penurunan kemampuan kapilaritas kain, sehingga
unjuk kerja terbaik didapat pada variasi tanpa adanya aliran air yaitu
dengan hasil air distilasi sebesar 0,43 l/(jam.m2) dengan efisiensi 67,68%.
Sementara untuk variasi dengan adanya aliran air yang dialirkan secara
zig-zag, laju aliran sebesar 0,3 l/jam dengan air dikeluarkan dari sekat
terakhir merupakan variasi dengan hasil terbaik yaitu sebesar
0,36 l/(jam.m2) dengan efisiensi 56,68%.
3. Air yang ditampung pada sekat terakhir memberikan beban pemanasan
yang lebih besar daripada kerugian energi dari air yang mengalir keluar
melalui sekat terakhir. Pada penelitian ini, nilai optimal diperoleh pada
variasi dengan adanya aliran air yang dialirkan secara zig-zag, dan
dikeluarkan dari sekat terakhir pada laju aliran sebesar 0,30 l/jam. Variasi
tersebut menghasilkan air distilasi sebanyak 0,36 l/(jam.m2), dan efisiensi
sebesar 56,68%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
5.2 Saran
Saran dari penulis untuk memperbaiki penelitian-penelitian berikutnya,
antara lain :
1. Perlunya menggunakan pompa yang dapat mengalirkan air pada laju aliran
rendah, dan konstan.
2. Agar diperoleh data yang lebih valid, baik bila menggunakan sensor
temperatur pada setiap sekat untuk mengetahui secara detail temperatur air
pada setiap sekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
DAFTAR PUSTAKA
Abdenacer, P. K., dan Nafila, S. (2007) „Impact of temperature difference (water-
solar collector) on solar-still global efficiency‟, Desalination, 209(1-3
SPEC. ISS.), pp. 298–305. doi: 10.1016/j.desal.2007.04.043.
Aburideh, H., et al. (2012) „An Experimental Study of a Solar Still : Application
on the sea water desalination of Fouka‟, 33, pp. 475–484. doi:
10.1016/j.proeng.2012.01.1227.
Ahmed, H. M., dan Ibrahim, G. (2016) „Performance Evaluation of a
Conventional Solar Still with Different Types and layouts of Wick Materials
Performance Evaluation of a Conventional Solar Still with Different Types
and layouts of Wick Materials‟, (September).
Al-hassan, G. A., dan Algarni, S. A. (2013) „Exploring of Water Distillation by
Single Solar Still Basins‟, American Journal of Climate Change, 02(01), pp.
57–61. doi: 10.4236/ajcc.2013.21006.
Alkan, P. İ. (2003) „Theoretical and Experimental Investigations on Solar
Distillation of İYTE Gülbahçe Campus Area Seawater MS Program :
Energy Engineering‟, Energy Engineering, (April).
Arismunandar, W. (1995) Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta: Pradnya Paramita.
Bhattacharyya, A. (2017) „Solar Stills for Desalination of Water in Rural
Households‟, International Journal of Environment and Sustainability, 2(1),
pp. 21–30. doi: 10.24102/ijes.v2i1.326.
Christian, W. A. (2018) Efek Massa dan Temperatur Air Masuk Terhadap Unjuk
Kerja Alat Distilasi Air Energi Surya Bersekat Penampung Air. Yogyakarta.
Forbes, G. B. (2012) Human Body Composition : Growth, Aging, Nutrition, and
Activity. New York: Springer Verlag.
Garg, H. P., dan Mann, H. S. (1977) „Technical Note‟, European Social Policy,
Today and Tomorrow, pp. ix–xi. doi: 10.1016/B978-0-08-021444-3.50005-
7.
Goel, P. K. (2006) Water Pollution: Causes, Effects and Control. New Delhi:
New Age International.
Indonesia, U. (2012) „Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan‟.
Janarthanan, B., Chandrasekaran, J., dan Kumar, S. (2005) „Evaporative heat loss
and heat transfer for open- and closed-cycle systems of a floating tilted wick
solar still‟, Desalination, 180(1–3), pp. 291–305. doi:
10.1016/j.desal.2005.01.010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Jansen, T. J. (1985) Solar Engineering Technology. Michigan: Prentice-Hall.
Kalidasa Murugavel, K., dan Srithar, K. (2011) „Performance study on basin type
double slope solar still with different wick materials and minimum mass of
water‟, Renewable Energy, 36(2), pp. 612–620. doi:
10.1016/j.renene.2010.08.009.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2016) „Jurnal Energi‟, 2, p. 20.
Ladouy, S., dan Khabbazi, A. (2015) „Experimental study of the water depth
effect and the impact of condensers connection in a new desalination system
by HDH process , using solar energy‟, 74, pp. 952–959. doi:
10.1016/j.egypro.2015.07.726.
Mahdi, J. T., dan Smith, B. E. (1994) „Solar Distillation Of Water Using A V-
Trough Solar Concentrator With A Wick-Type Solar Still', Mechanical
Engineering Department, Brunel University, Uxbridge, Middlesex, UB8
3PH, U.K.‟, 5(Mahdi 1992), pp. 520–523.
McCluney, W. R. (1984) „Solar distillation of pond (muddy) water‟, Energy
Conversion and Management, 24(1), pp. 1–4. doi: 10.1016/0196-
8904(84)90044-X.
Minasian, A. N., dan Al-Karaghouli, A. A. (1995) „An improved solar still: The
wick-basin type‟, Energy Conversion and Management, 36(3), pp. 213–217.
doi: 10.1016/0196-8904(94)00053-3.
Naim, M. M., dan Abd El Kawi, M. A. (2003) „Non-conventional solar stills. Part
1. Non-conventional solar stills with charcoal particles as absorber
medium‟, Desalination, 153(1–3), pp. 55–64. doi: 10.1016/S0011-
9164(02)01093-7.
Panchal, H. N., dan Shah, P. K. (2012) „Effect of Varying Glass cover thickness
on Performance of Solar still:in a Winter Climate Conditions. International
Journal of Renewable Energy Research (IJRER).‟, (October), pp. 212–23.
Sifat, A. I., dan Uddin, M. (2016) „ICMERE2015-PI-050‟, (January).
Sodha, M. S., et al. (1981) „Simple multiple wick solar still: Analysis and
performance‟, Solar Energy, 26(2), pp. 127–131. doi: 10.1016/0038-
092X(81)90075-X.
Tiwari, A. K., dan Tiwari, G. N. (2006) „Effect of water depths on heat and mass
transfer in a passive solar still: in summer climatic condition‟, Desalination,
195(1–3), pp. 78–94. doi: 10.1016/j.desal.2005.11.014.
Tiwari, G. N., Singh, H. N., dan Tripathi, R. (2003) „Present status of solar
distillation‟, Solar Energy, 75(5), pp. 367–373. doi:
10.1016/j.solener.2003.07.005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Udhayabharathi, K., et al. (2015) „Performance analysis of wick type solar stills‟,
International Journal of Chemical Sciences, 13(3), pp. 1109–1122.
Velmurugan, V., dan Srithar, K. (2007) „Solar stills integrated with a mini solar
pond - analytical simulation and experimental validation‟, Desalination,
216(1–3), pp. 232–241. doi: 10.1016/j.desal.2006.12.012.
Wibawa, U. (2017) Pendekatan Praktis Pembangkit Energi Baru & Terbarukan.
Malang: UB Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Alat Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 2. Tabel Sifat Air, dan Uap Jenuh
Sumber : Jansen (1985)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 3. Tabel Sifat Air (Cair Jenuh)
Sumber : Jansen (1985)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 4. Draf artikel yang telah dideseminasikan dalam ICSAS 2019
Effects of Water Heating Time on the Efficiency of
a Wick-Covered Partition Solar Still
Dimas Hanung Pamungkas1, a)
and F. A. Rusdi Sambada1, b)
1Department of Mechanical Engineering, Faculty of Science and Technology, Sanata Dharma
University, Yogyakarta, Indonesia
a)
Corresponding author: [email protected] b)
Abstract. Clean water is a rare thing to find because many water sources are contaminated with
wasting product from industry. One way to get drinkable water from contaminated water is by
distillation using solar energy. The type of distillation that is widely used is basin and wick type
absorber. The basin type has an advantage on the small loss of heat energy coming out of the
distillation tool, but has low effectiveness on evaporation process. While the type of wick absorber
has a higher effectiveness, but there is a loss energy coming out of the distillation tool greater than the
basin type. This study aims to discover the effect of water heating time on the efficiency of solar
water distillation. This research uses an experimental method by making model which is combining
the advantages of basin and wick type absorber become a wick-covered partition solar still. Variables
varied in this study are (1) the type of solar still with water is accommodated and flowed on each
partition, and (2) the type of solar still with and without any wasted energy out of the solar still. Our
results show that variations without any loss of energy and water are accommodated at a volume of
100 ml in each partition have efficiency up to 67.7%.
INTRODUCTION
In maintaining survival, humans will not escape the use of water. Humans need water for their
daily needs such as washing, cooking, bathing, and so on. Water is also an irreplaceable basic
human need, that is drinking. About 72.4% of human body consists of water (Forbes, 2012).
Therefore, the need for clean water is very absolute. However, the availability of clean water is a
problem nowadays.
The scarcity of clean water is caused by the increasing amount of water pollution, both river
and groundwater, along with the development of technology, and industry. This water pollution
causes water quality to decrease until it cannot function according to its designation (Goel, 2006).
Indonesian people, especially in remote areas, are accustomed to consuming groundwater and river
water directly. This condition is the beginning of the emergence of various problems, especially
problems related to human health. Based on data from UNICEF Indonesia (Indonesia, 2012), poor
sanitation and water hygiene have caused child mortality due to diarrhea to reach 88% worldwide.
One way to get clean water that can be consumed directly from contaminated water is through
the water distillation process with solar energy or usually called solar still. Solar energy is used to
accelerate the 2 main processes in solar still, those are evaporation, and condensation. Of the
various variations of solar still devices, the type of basin, and the type of wick absorber are the
most commonly used. Basin type solar still is the type of distillation that has the simplest
construction but its efficiency value is lower than wick type (Udhayabharathi et al., 2015). While
in wick type absorber, there is a considerable loss of energy in the form of hot water coming out of
the tool before completely evaporating.
Several studies on basin type, and the wick type absorber of solar still and its variations have
been carried out. Sodha et al. (Sodha et al., 1981) conducted a study on a wick type solar still with
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a double fabric type. From the study, distillation results were obtained at 2.5 l/m2.day, with an
overall efficiency of 34%. Distillation by combining the wick type absorber, and the basin has
been carried out by Minasian and Al-Karaghouli (Minasian and Al-Karaghouli, 1995). This type
gives 85% more results than distillation types of wick absorber or basin type. The combination of
basin, and wick type absorber, using 6 partition installed along the absorber area proved to provide
an efficiency increase of 60.3% compared to conventional wick type distillation (Christian, 2018).
The solar still productivity itself depends on several parameters such as weather conditions,
tool position, glass slope, steam leak, and other operational parameters (Garg and Mann, 1977).
They explained that the results of distillation of solar energy were directly proportional to the total
intensity of the sun, ambient air temperature, and wind speed. However, the productivity of
distillation is not affected by atmospheric vapor pressure.
Based on research that has been done, the factors that influence the efficiency of solar still
include the influence of materials, and the form of absorber (Naim and Abd El Kawi, 2003). Other
factors are the effect of the slope of the cover glass, and the thickness of the water (Garg and
Mann, 1977). The study showed optimum results on glass slope of 10°, and increased yields that
were directly proportional to the decrease in water thickness above 1 cm. Further research on the
effect of water thickness, and slope of glass on heat transfer is carried out by Tiwari and
Tiwari(Tiwari and Tiwari, 2006), and Ahmed and Ibrahim(Ahmed and Ibrahim, 2016). The third
factor is the influence of the thickness of the glass cover (Panchal and Shah, 2012). They
explained that the increase in efficiency of the distillation device is directly proportional to the
thinner thickness of the glass. In this study, testing was carried out with variations in glass
thickness of 4 mm, 8 mm and 12 mm. The optimum efficiency results were obtained in the
thickness of the 4 mm glass cover. The fourth factor is the different temperature between absorber
and the cover glass. The optimum efficiency will be obtained if the surface temperature of the
absorber gets higher, and conversely the surface temperature of the cover glass gets lower
(Abdenacer and Nafila, 2007).
Based on the studies mentioned above, this study will extend the duration of water heating
process in the absorber so that the evaporation process can take place optimally. Water will flow
from the fist partition to the next partition in the zigzag direction. So that the water will gradually
warm up until the last partition. This study will vary the amount of water flow rate to obtain
maximum efficiency. Thus, it is expected that the results of distilled water can increase the
performance value of the wick-covered partition solar still.
METHODOLOGY
FIGURE 1. Cross-sectional view of the schematic arrangement of experiment. Information:
(1) cover glass, (2) dirty water, (3) absorber, (4) distilled water channel, (5) distilled water
container, (6) supporting framework, (7) dirty water supply tank, (8) faucet, (9) unevaporated
water channel, (10) unevaporated water container, (11) wick, (12) hose.
A cross sectional view of schematic diagram of the wick-covered partition solar still shown in
Fig. 1. Water reservoirs on this wick-covered partition solar still made from multiplexes measuring
73 cm x 55 cm with a thickness of 3.6 cm. Absorber is made of aluminum plate with a size of
69 cm x 51 cm. As an insulator, aluminum plates are coated using black rubber of the same size as
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3 mm thick. The absorber wall is made of multiplex with 3 cm thick, and the entire inner surface,
and outside of the wall are covered with 3 mm thick of black rubber as an insulator. The partition
used is made of 6 pieces of aluminum elbow plate. The partition is installed along with the
absorber in the same distance between the partition, which is 11.6 cm, and the partition is 2.5 cm
height. The cover glass used has a thickness of 3 mm. Data retrieval is done indoors using a solar
simulation tool in the duration of data retrieval for 2 hours. The solar simulation tool consists of 6
lights with each lamp having a power of 375 W. The lamp is mounted in an iron frame which is
positioned parallel to the slope of the absorber. The distance between the lamp and the cover glass
is 50 cm. Figure 2 shown the solar simulation tool.
FIGURE 2. The solar simulation used in this research. Information: (1) wick, (2) dirty water,
(3) lamp, (4) absorber, (5) unevaporated water container, (6) distilled water container, (7) hose,
(8) dirty water supply tank, (9) supporting framework, (10) partition, (11) water pump.
The tool scheme in the research of wick-covered partition solar still consists of 2
configurations, those are:
1. Wick-covered partition solar still with dirty water is accommodated on each partition
(without any input water flow).
2. Wick-covered partition solar still with the zigzag flow direction, and the water comes out of
the distillation through the last partition.
The parameters varied are:
1. Four variations of the water volume collected in each partition (100, 150, and 300 ml).
2. Three variations of the flow rate of water flowing in the absorber with zig-zag flow, and
issued through the last partitions (0.30, 0.45, and 0.90 liters/hour).
In this study, the following variables were measured every 10 seconds for 2-hour data retrieval,
including:
1. Intake water temperature, Tin (°C)
2. Water out temperature, Tout (°C)
3. Outer glass temperature, Tc (°C)
4. Water temperature, Tw (°C)
5. Distilled water volume, m (liter)
6. The amount of solar energy (lights) received, G (watt/m2)
7. Duration of data retrieval, t (second)
Water and glass temperature was measured using Dallas Semiconductor Temperature Sensors
(TDS), operated by Arduino microcontroller, having at least 0.01°C. The distilled output was
recorded with the help of the sensor level. The solar intensity was measured with the help of a
calibrated solar meter. The sun's heat value for all types of variations is considered constant
because the number and position of the lights used in each variation were same.
The final result of this study is to know the efficiency value of a distillation device with related
variations. Efficiency is defined as the ratio of the amount of energy used for the evaporation
process to the amount of solar energy that comes during the heating process (Arismunandar,
1995):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
∫
(1)
where mg is the result of distilled water (kg), hfg is the latent heat of evaporation (kJ/kg), AC is the
area of the distillation (m2), G is the amount of solar energy coming (W/m
2), and dt is the length of
heating time (seconds). In this analysis, loss of heat energy through the side, and the base of the
absorber can be negligible. Then, the energy balance in water (Jansen, 1985) produces:
(2)
Some heat energy from the absorber will be transferred to the glass using convection, radiation,
and evaporation. The process of heat transfer by convection can be calculated by the equation:
(
)
(3)
where qconv is the energy wasted from glass to the environment (W/m2), Ta is the temperature of
water (°C), Tk is the temperature of the glass (°C), Pw, and Pc is the partial pressure of steam at
water, and glass (N/m2). Meanwhile, energy for evaporation (qvap) can be calculated by equation:
( )
( ) (4)
The results of distillation water can be calculated based on the value obtained from evaporation
energy (qvap). The rate of distillation (mvap) can be searched by relationship:
(5)
The energy used during the heating process (qc) can be calculated using equation (6):
(6)
where mw is the mass flow rate of water (kg/s), Cp is the specific heat of water at constant pressure
(kJ/kg°C), and ΔT is the difference in temperature of the inlet water, and the temperature of the
water coming out of the distillation (°C).
RESULTS AND DISCUSSION
Data that has been obtained, then processed using Eq. 1 to Eq. 6. Then, carried out an analysis
based on the total mass of water used for 2 hours of data retrieval.
From Fig 3, it can be seen that the best results are obtained in variations with the minimum
total mass of water (600 ml). These results apply both to variations with water that is contained in
the partitions and in variations with flowing water. This happens because water with a small
volume has a thin layer of water. Heating process of the thin layer of water will be faster (Ladouy
and Khabbazi, 2015). Meanwhile, at a larger volume of water, the heating process will be longer
because the water layer has a greater thickness.
In addition, the use of wick installed on each partition serves to create a thin layer of water.
Through the capillary nature of wick, water will be distributed vertically. So, the absorber area that
can be used to heat the water becomes wider. In variations with large volumes of water, water will
covered almost the entire surface of the wick. As a result, the wick that should be used to speed up
the evaporation process does not function optimally.
If we look at the same amount of total mass of water, variations with accommodated water
always give higher results than variations with flowing water. The results obtained also showed a
significant difference. This happens because water of flowing conditions will only fill the lower
part of the partitions. So that the wick is not able to distribute water to a higher part. Areas that are
useful for the heating process will also be reduced.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
FIGURE 3. The results of distilled water based on variations in the amount of total mass of
water used during data retrieval.
FIGURE 4. Efficiency based on variations in the amount of total mass of water used during
data retrieval.
The presence of water coming out of the last partitions is also a loss of energy. Since, the water
that comes out is hot water that cannot be evaporated during the course of water from the first
partitions to the last partitions. Besides, the flow rate that is too high causes the water heating
process to not run optimally. It will take longer time to evaporate water with a greater thickness.
Seen in Figure 3, the condition of the total mass of water is 1800 ml, the results obtained are very
small.
Based on Equation 1, the efficiency of solar still will be directly proportional to the distilled
water produced. So, the highest efficiency value was obtained in the variation of water collected
with the volume in each partition of 100 ml (67.68%). In variation with the water are flowed in a
zigzag direction and removed from the last partitions, the maximum efficiency value for the total
mass of water used during data collection was 600 ml (56.68%).
The performance of the solar still itself is influenced by several factors, including the
differences between glass temperature and absorber temperature, qvap and qconv. Figure 5 to Figure
7 shows the value of the temperature difference between the absorber and the glass during the
343,5 337,9 303
286,5 257,2
179,5
0
50
100
150
200
250
300
350
400
600 900 1800
Res
ult
of
Dis
till
ed W
ate
r (
ml)
Total mass of water (ml) Without any flowing water
Water flowing in the absorber with zigzag flow, and issued through the
last partitions
67,68 66,61 59,91
56,68 51,01
35,69
0
10
20
30
40
50
60
70
80
600 900 1800
Eff
icie
ncy
(%
)
Total mass of water (ml)
Without any flowing water
Water flowing in the absorber with zigzag flow, and issued through the
last partitions
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
duration of data retrieval. Glass temperature difference and temperature absorber are given the
symbol ΔT. This ΔT value is very influential on the evaporation process, and condensation.
FIGURE 5. The average of ΔT every 10 minutes in variations of 600 ml total mass of water.
FIGURE 6. The average of ΔT every 10 minutes in variations of 900 ml total mass of water.
In the first few minutes, ΔT in all variations is negative. This happens because all parts of the
water have not been fully heated. The value of ΔT which is above the horizontal axis, shows the
start of the results of distilled water. From Figure 5 to Figure 7, we know that the temperature of
the water accommodated in the partitions is always lower. This event occurs because the water
heating process in variations with zigzag flow is a gradual warming. So that the water will
experience an increase in temperature as the water runs from the first partition to the next
partitions. However, in the last few minutes, the line will almost coincide. This happens because of
accommodated water which can act as heat storage. So that when the water has been fully heated,
the increase in temperature of the absorber becomes higher.
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
ΔT
(°C
)
Time (minute) Without any flowing water
Water flowing in the absorber with zigzag flow, and issued
through the last partitions
-6-5-4-3-2-10123456
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
ΔT
(°C
)
Time (minute) Without any flowing water
Water flowing in the absorber with zigzag flow, and
issued through the last partitions
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
FIGURE 7. The average of ΔT every 10 minutes in variations of 1800 ml total mass of water.
Figure 8 explains the amount of energy needed to evaporate water. The value of qvap itself is a
function of the results of distilled water. Variation with flowing water has a qvap value that is
always lower than variation without the flow of water. The greater of the qvap value shows the
evaporation process that occurs is getting better. This value also affects the condensed vapor
results formed on the inner glass surface.
FIGURE 8. The average value of evaporation energy.
In variations with water that is accommodated, droplet condensed vapor will form in a fairly
long period. This type of condensed vapor acts as an incoming heat insulator, while also being a
barrier to another condensed vapor flow from the upper glass. But if this condensed vapor has
flowed into the shelter partition, the glass surface becomes clean. So that heat can re-penetrate the
glass and new condensed vapor will re-form.
In variations with water flow through each partition the droplet condensed vapor type is only
formed at the beginning of the data retrieval. After that, the condensed vapor formed is a type of
film. The type is a stream of water that is so thin that it is not clearly visible. This makes the heat
insulation effect of film condensed vapor not as big as droplet condensed vapor. However,
precisely the results obtained from this type of film condensed vapor are much lower because
when the condensed vapor is formed a type of film, the surface of the glass will always be covered
-10-9-8-7-6-5-4-3-2-10123456
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
ΔT
(°C
)
Time (minute) Without any flowing water
Water flowing in the absorber with zigzag flow, and issued
through the last partitions
273,62 269,57 242,34
228,75 206,24
144,02
0
50
100
150
200
250
300
600 900 1800
qva
p (
W/m
2)
Total mass of water (ml)
Without any flowing water
Water flowing in the absorber with zigzag flow, and issued through the last
partitions
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
by thin condensed vapor. The condensed vapor will become the heat insulator that enters until the
end of the data retrieval.
FIGURE 9. The average value of convection energy..
Another factor that affects the final result of distillation is the qconv value. The qconv value
describes the energy used to heat water. This value also shows how well the heat transfer process
occurs from the absorber to the glass cover. In Figure 9, it can be seen that almost all of the
variations have relatively the same qconv values. The same relative value indicates that the heat
transfer process is going well. However, different results are shown in variations with the presence
of flowing water in the 1800 ml total mass of water. There is a large difference in convection
energy when compared to the other five qconv value. This happens because at a large flow rate, the
water will have a thicker layer. As a result, the water heating process becomes longer, and the heat
that can be absorbed by water decreases.
Figure 10 shows the amount of energy loss coming out of the distillation device. The energy
loss is hot water which does not evaporate during the heating process on the distillation tool. In
600 ml variation, the total water released is 120 ml, variation of 900 ml is 465 ml, and in variation
of 1800 ml is 1700 ml. Between these three variations, there is a significant difference in energy
losses.
The large difference is a result of the influence of the input water flow rate. Lower flow rates
cause the process of heating the water to be longer. So that the hot water coming out in variation
600 ml is much less because almost all the water has evaporated before the water comes out of the
tool. Meanwhile, in the variation of 1800 ml, due to the large water flow rate, the water heating
process is not optimal. Water cannot absorb heat as well as variation c1. So that the warmest water
does not completely evaporate before exiting the distillation device.
7,97 8,23 7,94
7,11 7,57
5,39
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
600 900 1800
qco
nv (
W/m
2)
Total mass of water (ml)
Without any flowing water
Water flowing in the absorber with zigzag flow, and issued through
the last partitions
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
FIGURE 10. Total of energy losses in variation with flowing water.
Based on these explanations, variations with flowing water will experience a longer heating
time. However, these variations cannot maximize the function of the wick which is useful for
creating a wider heating area. While the water is contained in each partition, water heating will
take place more efficiently. In addition to wick that can function optimally, water in a larger
volume can serve as a store of heat. So that it can increase the temperature absorber and the
evaporation process can be better.
CONCLUSION
Based on the research that has been done on the effects of water heating time on the efficiency
of a wick-covered partition, the conclusions are as follows:
1. The distillation process of solar energy water on the absorber type of wick-covered partition
by accommodating water in each partition at a volume between 100 ml to 150 ml provides
the most optimal results. In this study, with the water volume per partitions of 100 ml, and
150 ml, efficiency was 67.68%, and 66.61% respectively.
2. In a variety of distillation devices with zig-zag flow, a low input water flow rate will make
the temperature of the water hotter, so that the evaporation process becomes more optimal.
In this study, the flow rate of 0.3 liters/hour with water released from the last partitions is a
variation with the best efficiency of 56.68%.
3. In the type of wick-covered partition solar still, the heating time of water does not have a
significant effect on the efficiency of the solar still. Maximum efficiency will be obtained if
the entire area of wick in each partition can be used to heat water.
ACKNOWLEDGMENTS
Acknowledgments are conveyed to the entire Academic Community of the Departmen of
Mechanical Engineering Sanata Dharma University for the continuity of this research.
REFERENCES
Abdenacer, P. K. and Nafila, S. (2007) „Impact of temperature difference (water-solar collector)
on solar-still global efficiency‟, Desalination, 209(1-3 SPEC. ISS.), pp. 298–305. doi:
10.1016/j.desal.2007.04.043.
Aburideh, H. et al. (2012) „An Experimental Study of a Solar Still : Application on the sea water
desalination of Fouka‟, 33, pp. 475–484. doi: 10.1016/j.proeng.2012.01.1227.
Ahmed, H. M. and Ibrahim, G. (2016) „Performance Evaluation of a Conventional Solar Still with
Different Types and layouts of Wick Materials Performance Evaluation of a Conventional
0,81
9,03
58,60
0
10
20
30
40
50
60
70
600 900 1800
Lo
sses
en
erg
y (
kJ
)
Total mass of water (ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Solar Still with Different Types and layouts of Wick Materials‟, (September).
Al-hassan, G. A. and Algarni, S. A. (2013) „Exploring of Water Distillation by Single Solar Still
Basins‟, American Journal of Climate Change, 02(01), pp. 57–61. doi:
10.4236/ajcc.2013.21006.
Alkan, P. İ. (2003) „Theoretical and Experimental Investigations on Solar Distillation of İYTE
Gülbahçe Campus Area Seawater MS Program : Energy Engineering‟, Energy Engineering,
(April).
Arismunandar, W. (1995) Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta: Pradnya Paramita.
Bhattacharyya, A. (2017) „Solar Stills for Desalination of Water in Rural Households‟,
International Journal of Environment and Sustainability, 2(1), pp. 21–30. doi:
10.24102/ijes.v2i1.326.
Christian, W. A. (2018) Efek Massa dan Temperatur Air Masuk Terhadap Unjuk Kerja Alat
Distilasi Air Energi Surya Bersekat Penampung Air. Yogyakarta.
Forbes, G. B. (2012) Human Body Composition : Growth, Aging, Nutrition, and Activity. New
York: Springer Verlag.
Garg, H. P. and Mann, H. S. (1977) „Technical Note‟, European Social Policy, Today and
Tomorrow, pp. ix–xi. doi: 10.1016/B978-0-08-021444-3.50005-7.
Goel, P. K. (2006) Water Pollution: Causes, Effects and Control. New Delhi: New Age
International.
Indonesia, U. (2012) „Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan‟.
Janarthanan, B., Chandrasekaran, J. and Kumar, S. (2005) „Evaporative heat loss and heat transfer
for open- and closed-cycle systems of a floating tilted wick solar still‟, Desalination,
180(1–3), pp. 291–305. doi: 10.1016/j.desal.2005.01.010.
Jansen, T. J. (1985) Solar Engineering Technology. Michigan: Prentice-Hall.
Kalidasa Murugavel, K. and Srithar, K. (2011) „Performance study on basin type double slope
solar still with different wick materials and minimum mass of water‟, Renewable Energy,
36(2), pp. 612–620. doi: 10.1016/j.renene.2010.08.009.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2016) „Jurnal Energi‟, 2, p. 20.
Ladouy, S. and Khabbazi, A. (2015) „Experimental study of the water depth effect and the impact
of condensers connection in a new desalination system by HDH process , using solar
energy‟, 74, pp. 952–959. doi: 10.1016/j.egypro.2015.07.726.
Mahdi, J. T. and Smith, B. E. (1994) „SOLAR DISTILLATION OF WATER USING A V-
TROUGH SOLAR CONCENTRATOR WITH A WICK-TYPE SOLAR STILL J.T.
MAHDI and B.E. SMITH Mechanical Engineering Department, Brunel University,
Uxbridge, Middlesex, UB8 3PH, U.K.‟, 5(Mahdi 1992), pp. 520–523.
McCluney, W. R. (1984) „Solar distillation of pond (muddy) water‟, Energy Conversion and
Management, 24(1), pp. 1–4. doi: 10.1016/0196-8904(84)90044-X.
Minasian, A. N. and Al-Karaghouli, A. A. (1995) „An improved solar still: The wick-basin type‟,
Energy Conversion and Management, 36(3), pp. 213–217. doi: 10.1016/0196-
8904(94)00053-3.
Naim, M. M. and Abd El Kawi, M. A. (2003) „Non-conventional solar stills. Part 1. Non-
conventional solar stills with charcoal particles as absorber medium‟, Desalination, 153(1–
3), pp. 55–64. doi: 10.1016/S0011-9164(02)01093-7.
Panchal, H. N. and Shah, P. K. (2012) „Effect of Varying Glass cover thickness on Performance of
Solar still:in a Winter Climate Conditions. International Journal of Renewable Energy
Research (IJRER).‟, (October), pp. 212–23.
Sifat, A. I. and Uddin, M. (2016) „ICMERE2015-PI-050‟, (January).
Sodha, M. S. et al. (1981) „Simple multiple wick solar still: Analysis and performance‟, Solar
Energy, 26(2), pp. 127–131. doi: 10.1016/0038-092X(81)90075-X.
Tiwari, A. K. and Tiwari, G. N. (2006) „Effect of water depths on heat and mass transfer in a
passive solar still: in summer climatic condition‟, Desalination, 195(1–3), pp. 78–94. doi:
10.1016/j.desal.2005.11.014.
Tiwari, G. N., Singh, H. N. and Tripathi, R. (2003) „Present status of solar distillation‟, Solar
Energy, 75(5), pp. 367–373. doi: 10.1016/j.solener.2003.07.005.
Udhayabharathi, K. et al. (2015) „Performance analysis of wick type solar stills‟, International
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Journal of Chemical Sciences, 13(3), pp. 1109–1122.
Velmurugan, V. and Srithar, K. (2007) „Solar stills integrated with a mini solar pond - analytical
simulation and experimental validation‟, Desalination, 216(1–3), pp. 232–241. doi:
10.1016/j.desal.2006.12.012.
Wibawa, U. (2017) Pendekatan Praktis Pembangkit Energi Baru & Terbarukan. Malang: UB
Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 5. Sertifikat sebagai pembicara dalam ICSAS 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI