EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan...

44
EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU (Rhizopora mucronata LAMK.) PADA KRIM TABIR SURYA DENGAN PENAMBAHAN KARAGINAN MARISKY NUR ADNIN DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan...

Page 1: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU

(Rhizopora mucronata LAMK.) PADA KRIM TABIR SURYA

DENGAN PENAMBAHAN KARAGINAN

MARISKY NUR ADNIN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),
Page 3: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Fotoprotektif Buah

Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan

Karaginan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Marisky Nur Adnin

NIM C34090087

Page 4: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

ABSTRAK

MARISKY NUR ADNIN. Efek Fotoprotektif Buah Bakau (Rhizopora mucronata

Lamk.) pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan. Dibimbing oleh

ELLA SALAMAH dan SRI PURWANINGSIH.

Buah bakau (Rhizophora mucronata) memiliki aktivitas antioksidan dan

mengandung senyawa fenolik. Flavonoid dan tanin yang terkandung merupakan

senyawa yang berpotensi sebagai tabir surya dengan berperan sebagai penyerap

sinar UV. Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan penghasil karaginan

yang memiliki fungsi sebagai bahan penstabil, pengental, dan pengemulsi dalam

pembuatan lotion. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi karaginan

terbaik pada pembuatan sediaan krim sesuai karakteristik, mengetahui aktivitas

ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai bahan aktif tabir surya, dan menentukan

nilai SPF krim yang mengandung ekstrak buah bakau (R. mucronata). Konsentrasi

karaginan terpilih yang digunakan dalam sediaam krim yaitu 0,5% dengan

karakteristik sensori krim berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 7,62,

viskositas 38.250 cP, stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat 3,72%, dan total

mikroba <102 koloni/g. Ekstrak buah bakau memiliki total fenol sebesar 37,90%

(b/b), total flavonoid sebesar 0,51% (b/b) dan kadar tanin sebesar 6,20 mg/g.

Ekstrak buah bakau yang ditambahkan pada sediaan krim sebanyak 0,5% dan 1%

memiliki nilai SPF sebesar 7,75±0,01 dan 10,21±0,06.

Kata kunci: fenol, flavonoid, karaginan, Rhizopora mucronata, SPF

MARISKY NUR ADNIN. Photoprotective Effect of Mangrove Fruit (Rhizopora

mucronata Lamk.) as a Sunscreen Cream with the Addition of Carrageenan.

Supervised by ELLA SALAMAH and SRI PURWANINGSIH.

Mangrove fruit (R. mucronata) has an antioxidant activity and phenolic

compounds. Flavonoids and tannins are potentially to be used as sunscreens as UV

light absorber. Kappaphycus alvarezii produces carrageenan, which can be used as

stabilizers, thickeners, and emulsifiers for lotions products. The aim of this study

was to determine the best concentration of the carrageenan addition for cream

preparation based on the characteristics, to determine the activity of mangrove fruit

extract as the sunscreen compounds, and to determine the SPF value of creams

containing extracts of mangrove fruits. The best concentration of carrageenan used

for cream was 0.5% with the cream sensory characteristic ranged from “kind of like”

to “like”, pH 7.62, viscosity 38,250 cP, emulsion stability 100%, weight shrinkage

3.72%, and microbial total was <102 colonies/g. Crude extract of the mangrove fruit

has a total phenol values of 37.90% (w/w), total flavonoids was 0.51% (w/w) and

tannin content was 6.20 mg/g. Mangrove fruit extract which was added to the cream

with 0,5% and 1% had SPF value of 7.75±0.01 and 10.21±0.06, respectively.

Keywords: carrageenan, flavonoids, phenols, Rhizophora mucronata, SPF

Page 5: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 6: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU

(Rhizopora mucronata LAMK.) PADA KRIM TABIR SURYA

DENGAN PENAMBAHAN KARAGINAN

MARISKY NUR ADNIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 7: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

Judul Skripsi : Efek FotoprotektifBuah Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan

Nama : Marisky Nur Adnin NIM : C34090087 Program Studi: Teknologi Basil Perairan

Disetujui oleh

Pembimbing I Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi

Pembimbing II

Tanggal Lulus: 0 5 FEB 2014

Page 8: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),
Page 9: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

Judul Skripsi : Efek Fotoprotektif Buah Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.)

pada Krim Tabir Surya dengan Penambahan Karaginan

Nama : Marisky Nur Adnin

NIM : C34090087

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dra Ella Salamah, MSi

Pembimbing I

Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi

Pembimbing II

Page 10: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek

Fotoprotektor Buah Bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada Krim Tabir Surya

dengan Penambahan Karaginan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam proses penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1. Dra Ella Salamah, MSi dan Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi selaku dosen

pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada

penulis,

2. Dr Kustiariyah Tarman, SPi MSi selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini,

3. Ibu dan Ayah, yang telah mendoakan dan memberikan motivasi,

4. Prof Dr Ir Siswadi, MSc dan Dr Russell Markham Brooks, selaku paman yang

telah membantu,

5. Tika Ayu dan Aditya Yudha, teman seperjuangan penelitian atas bantuannya,

6. Asti Latifah, Wenny Tiara, Ia Arga, Rika Kartika, Budi Dwi, Indra Yusuf,

dan Dhani Aprianto yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat

selama penelitian,

7. Teman seperjuangan THP 46, THP 47 dan THP 48 atas dukungan dan

kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2014

Marisky Nur Adnin

Page 11: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL........................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ixii PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

Latar Belakang ....................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................... 2

Tujuan Penelitian ................................................................................... 2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2

Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 2 METODE PENELITIAN ................................................................................ 3

Bahan .................................................................................................... 3 Alat ........................................................................................................ 3

Prosedur Analisis Penelitian ................................................................... 3 Ekstraksi karaginan (Yasita dan Rachmawati 2009) ...................... 4

Analisis proksimat karaginan ........................................................ 4 Pembuatan sediaan krim (Setiawan 2010 dengan modifikasi) ........ 4

Analisis sensori (Carpenter et al. 2000) ......................................... 5 Analisis pH (Apriyantono et al. 1989) ........................................... 5

Analisis viskositas (Cottrell dan Kovacs 1980) ............................. 5 Analisis stabilitas emulsi (Mitsui 1997) ........................................ 5

Penyusutan berat (Suryani et al. 2000) .......................................... 5 Analisis total mikroba (SNI 19-2897-1992)................................... 6

Penentuan total fenol (Velioglu et al. 1998) .................................. 6 Penentuan total flavonoid (Codex 1986 diacu dalam Nobre et al.

2005) ............................................................................................ 6 Penentuan kadar tanin (Sudarmadji et al. 1984) ............................ 6

Penentuan nilai SPF (Pissavini et al. 2003) ................................... 7 Rancangan Percobaan (Steel dan Torrie 1993) .............................. 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 9 Komposisi Kimia dan Fisik Karaginan ................................................... 9

Karakteristik Sensori Krim ..................................................................... 10 Kenampakan ................................................................................. 11

Warna ........................................................................................... 11 Homogenitas ................................................................................. 12

Kekentalan .................................................................................... 12 Kesan lembab ............................................................................... 12

Rasa lengket ................................................................................. 13 Karakteristik Kimia Krim....................................................................... 13

Nilai pH ........................................................................................ 13 Karakteristik Fisik Krim ........................................................................ 14

Viskositas ..................................................................................... 14 Stabilitas emulsi ............................................................................ 14

Penyusutan berat ........................................................................... 15 Karakteristik Mikrobiologi Krim ............................................................ 15

Page 12: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

Total mikroba ............................................................................... 15

Pemilihan Sediaan Krim Terpilih ........................................................... 16 Komponen Bioaktif Ekstrak Buah Bakau (R. mucronata) ...................... 16

Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin ekstrak buah bakau ............. 17 Nilai SPF Krim Buah Bakau (R. mucronata) .......................................... 18

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 19 Kesimpulan............................................................................................ 19

Saran ..................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

LAMPIRAN ................................................................................................... 24 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 31

Page 13: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

DAFTAR TABEL

1 Formulasi sediaan krim .............................................................................. 5

2 Konstanta EE (λ) x I (λ) .............................................................................. 7

3 Karakteristik fisiko kimia karaginan ........................................................... 9

4 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar buah bakau ............................................... 16

5 Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin eksrak buah (R. mucronata) ..... 17

6 Tingkat kemampuan tabir surya .................................................................. 18

7 Nilai SPF Krim ........................................................................................... 18

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian ................................................................. 4

2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap sediaan krim dengan penambahan

karaginan .................................................................................................... 11

3 Nilai pH ..................................................................................................... 13

4 Nilai viskositas ........................................................................................... 14

5 Persentase penyusutan berat ....................................................................... 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar uji sensori skala hedonik krim ....................................................... 25

2 Lampiran 2 Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik (parameter

kekentalan) ................................................................................................. 26

3 Uji Kruskal-Wallis sensori .......................................................................... 27

4 Uji Multiple comparison kenampakan ........................................................ 27

5 Uji Multiple comparison warna .................................................................. 27

6 Uji Multiple comparison homogenitas ........................................................ 27

7 Uji Multiple comparison kekentalan ........................................................... 27

8 Uji Multiple comparison kekentalan ........................................................... 28

9 Uji Multiple comparison rasa lengket ......................................................... 28

10 Nilai pH dan viskositas krim ...................................................................... 28

11 Uji normalitas pH dan viskositas krim ....................................................... 29

12 Analisis ragam pH krim ............................................................................. 29

13 Analisis ragam viskositas krim .................................................................. 29

14 Uji Duncan viskositas krim ....................................................................... 29

15 Persentase penyusutan bobot krim ............................................................. 29

16 Uji normalitas penyusutan bobot krim ....................................................... 30

17 Analisis ragam penyusutan bobot krim ...................................................... 30

18 Uji Duncan penyusutan bobot.................................................................... 30

19 Data mentah total mikroba ......................................................................... 30

Page 14: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) menurut Batubara et al. (2010),

merupakan salah satu jenis tanaman mangrove di Sulawesi, Indonesia yang

dilaporkan bermanfaat sebagai bahan tabir surya. Penelitian Lahucky et al. (2010)

menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung

senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013), flavonoid dan tanin yang

terkandung di dalamnya merupakan senyawa yang berpotensi sebagai tabir surya.

Mambro dan Fonseca (2005) menyatakan, diantara berbagai macam senyawa

fenolik, flavonoid diduga merupakan komponen yang paling penting. Selain dapat

menangkal radikal induksi ultraviolet (UV), flavonoid diduga memberikan efek

perlindungan terhadap radiasi UV dengan berperan sebagai penyerap UV.

Salah satu jenis rumput laut yang banyak ditemukan di Indonesia adalah

Kappaphycus alvarezii yang merupakan kelas alga merah penghasil karaginan.

Karaginan adalah galaktan tersulfatasi linear hidrofilik yang memiliki fungsi

sebagai bahan penstabil yang dapat digunakan dalam pembuatan lotion dan juga

sebagai bahan pengental, penstabil serta pengemulsi (Angka dan Suhartono 2000).

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kosmetika yang berasal dari bahan

alami memberikan peluang bagi penggunaan hasil perairan sebagai bahan baku

kosmetika.

Sinar matahari sebagai sumber kehidupan tidak selalu memberikan dampak

yang menguntungkan. Sinar yang terkandung dalam sinar matahari dapat

menimbulkan efek yang merugikan apabila paparan sinar tersebut berlebihan pada

kulit. Efek berbahaya dari radiasi matahari disebabkan oleh dominasi spektrum

elektromagnetik UV, yang dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu UV A (320-400 nm);

UV B (290-320 nm) dan UV C (200-290 nm). Kulit yang terpapar sinar UV akan

mengalami kemerahan dan sering disebut dengan kulit terbakar atau eritema. Hal

ini disebabkan panjang gelombang pendek pada UVB (Mitsui 1997). Menurut

Zulkarnain et al. (2013), sinar UV B dapat menyebabkan penggelapan kulit dan

pembentukan kanker kulit. Willis dan Cylus (1977) menyatakan, sebagian besar

sinar UV B diabsorpsi oleh epidermis dan dapat menstimulasi melanogenesis yang

paling tinggi. Penggunaan tabir surya dapat mencegah bahaya yang ditimbulkan

oleh sinar UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tabir surya setiap

hari dapat menurunkan probabilitas terjadinya kanker kulit. Berdasarkan

Zulkarnain et al. (2013), tabir surya dapat menyerap sedikitnya 85% sinar matahari

pada panjang gelombang 290-320 nm.

Melihat adanya fakta-fakta di atas maka diperlukan adanya penelitian untuk

membuat suatu sediaan farmasi berupa krim tabir surya dengan menggunakan

karaginan sebagai pengental alami dan ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai

bahan aktif tabir surya. Efektivitas sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan

nilai Sun Protection Factor (SPF) yang menggambarkan kemampuan tabir surya

dalam melindungi kulit dari eritema (Stanfield 2003). Produk SPF diperuntukkan

bagi perlindungan terhadap UV B dan tidak secara khusus diperuntukkan untuk

melawan UV A dan UV C (Draelos dan Thaman 2006).

Page 15: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

2

Perumusan Masalah

Ekstrak buah bakau (R. mucronata) memiliki aktivitas antioksidan yang

sangat kuat, mampu mengendalikan singlet oksigen dan diduga mampu mencegah

radikal bebas dari efek sinar UV dengan sangat baik. Violante et al. (2009)

menyatakan, minyak dan ekstrak tanaman dapat digunakan sebagai bahan tabir

surya karena kemampuan fotoprotektornya. Menurut Garoli et al. (2009), penelitian

tentang usaha pencegahan dan pengurangan dampak negatif sinar matahari terhadap

kulit dengan penggunaan kosmetik tabir surya semakin meningkat, namun bahan

baku pembuatan tabir surya masih didominasi oleh penggunaan bahan kimia.

Rumput laut K. alvarezii selain dimanfaatkan dalam kebutuhan pangan,

komoditi ini juga dapat digunakan untuk aplikasi produk non pangan, salah satunya

pada pembuatan sediaan krim. K. alvarezii merupakan penghasil karaginan yang

berfungsi sebagai pengental, pengemulsi dan penstabil pada sediaan krim

(Pebrianata 2006).

Berdasarkan fakta diatas, diperlukan suatu penelitian mengenai pembuatan

sediaan krim tabir surya dengan menggunakan karaginan sebagai pengental alami

dan ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai bahan aktif tabir surya. Efektivitas

sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menentukan konsentrasi karaginan terbaik pada pembuatan sediaan krim

sesuai karakteristik.

2. Mengetahui aktivitas ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai bahan aktif

tabir surya.

3. Menentukan nilai SPF krim yang mengandung ekstrak buah bakau

(R. mucronata).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat

karaginan sebagai bahan pengental dan ekstrak buah bakau (R. mucronata) sebagai

bahan tabir surya pada sediaan krim. Hal tersebut diharapkan dapat berimplikasi

pada optimalisasi pemanfaatan hasil perairan pada industri kosmetik.

Ruang Lingkup Penelitian

Pembuatan sediaan krim menggunakan pengental karaginan yang diekstraksi

dari rumput laut K. alvarezii. Tahap penelitian dimulai dari pembuatan karaginan

yang dilanjutkan dengan analisis kimia dan fisik karaginan. Penentuan formulasi

sediaan krim menggunakan karaginan dengan konsentrasi 0%, 0,25%, 0,5%,

0,75% dan 1% yang dilanjutkan dengan pengujian sensori dan karakteristik fisiko

kimia. Ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata) diuji secara kuantitatif

kandungan total flavonoid, total fenol dan kadar tanin untuk mengetahui

aktivitasnya sebagai tabir surya. Ekstrak buah bakau (R. mucronata) ditambahkan

Page 16: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

3

pada formulasi krim dengan konsentrasi 0,5% dan 1% untuk diuji efektivitasnya

sebagai tabir surya dengan menghitung nilai Sun Protection Factor (SPF).

METODE PENELITIAN

Penelitian Efek fotoprotektor buah bakau (Rhizopora mucronata Lamk.) pada

krim tabir surya dengan penambahan karaginan dilaksanakan pada bulan April

sampai November 2013 di Laboratorium Biokimia Hasil Perikanan, Laboratorium

Mikrobiologi Hasil Perikanan, Laboratorium Organoleptik, Departemen Teknologi

Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Laboratorium Teknologi

Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Laboratorium Bersama FMIPA, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, dan

Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka.

Bahan

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut

Kappaphycus alvarezii dan ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata). Bahan

yang digunakan untuk ekstraksi karaginan adalah NaOH, akuades dan isopropil

alkohol. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan krim yaitu asam stearat,

gliseril monostearat, setil alkohol, parafin cair, gliserin, trietanolamin, pewangi,

metil paraben, akuades dan krim komersial. Bahan untuk pengujian SPF adalah

etanol 96%.

Alat

Alat yang digunakan untuk preparasi rumput laut adalah baskom, timbangan

digital dan blender. Alat yang digunakan untuk ekstraksi karaginan adalah panci

merk Luminarc, batang pengaduk, kompor listrik, termometer, kertas saring,

baskom dan beaker glass. Alat yang digunakan untuk pembuatan sediaan krim

adalah timbangan digital merk Sartorius, aluminium foil, beaker glass, kompor

listrik, batang pengaduk, termometer, magnetic stirrer, penjepit dan jar kaca. Alat

pendukung yang digunakan adalah viskometer Brookfield tipe LV, pH meter 744

Metrohm, dan spektrofotometer UV-Vis 1700 merk Shimadzu.

Prosedur Analisis Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama bertujuan mengetahui

pengaruh konsentrasi karaginan terhadap karakteristik sediaan krim. Tahap kedua

bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah bakau (R. mucronata)

Page 17: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

4

terhadap sediaan krim dengan konsentrasi karaginan terpilih dan pengujian nilai

SPF. Diagram alir prosedur penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Ekstraksi karaginan (Yasita dan Rachmawati 2009)

Penelitian diawali dengan perendaman rumput laut (K. alvarezii) selama 24

jam dengan akuades. Rumput laut dihancurkan kemudian diekstraksi dengan

larutan NaOH selama 3 jam dengan perbandingan 1:20 pada suhu 90 oC dan pada

pH 9-10 selanjutnya disaring menggunakan nilon 150 mesh sehingga menghasilkan

filtrat. Filtrat diendapkan dengan isopropil alkohol dengan perbandingan 1:1,5

kemudian dijemur. Setelah itu dilakukan penepungan menggunakan oven dan

dihasilkan tepung karaginan.

Analisis proksimat karaginan

Karaginan yang dihasilkan dianalisis komposisi kimianya sebelum

diaplikasikan pada sediaan krim. Analisis yang dilakukan meliputi kadar air, kadar

sulfat, kadar abu, kadar abu tak larut asam, dan viskositas (AOAC 2005).

Pembuatan sediaan krim (Setiawan 2010 dengan modifikasi)

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan krim dipisahkan menjadi dua

bagian yaitu fase minyak (sediaan 1) dan fase air (sediaan 2). Bahan-bahan fase

minyak antara lain asam stearat, gliseril monostearat dan parafin cair dimasukkan

ke dalam gelas piala. Karaginan terlebih dahulu dilarutkan ke dalam beberapa

bagian air sebelum dicampurkan ke dalam fase air. Fase air yang meliputi gliserin,

trietanolamin, larutan karaginan, dan sisa air dicampurkan. Sediaan 1 dan 2

dipanaskan dan diaduk pada suhu 70-75 oC secara terpisah hingga homogen. Kedua

sediaan yang telah homogen tersebut dicampur. Pencampuran dilakukan pada suhu

70 oC dengan magnetic stirrer dilakukan hingga campuran kedua sediaan homogen

dan mencapai suhu 40 oC (sediaan 3). Metil paraben dan parfum dimasukkan ke

Page 18: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

5

dalam sediaan 3 pada suhu 35 oC kemudian dilakukan pengadukan dengan magnetic

stirrer selama ±1 menit. Formulasi sediaan krim disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Formulasi sediaan krim

Bahan Krim A Krim B Krim C Krim D Krim E

(%) Karaginan 0 0,25 0,5 0,75 1 Trietanolamin 1 1 1 1 1 Gliseril monostearat 4 4 4 4 4 Asam stearat 5 5 5 5 5 Paraffin cair 4 4 4 4 4 Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Gliserin 8 8 8 8 8

Parfum q.s q.s q.s q.s q.s Aquades ad. 100 ad. 100 ad. 100 ad. 100 ad. 100

Analisis sensori (Carpenter et al. 2000)

Uji sensori pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan yang bertujuan

untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Skala

hedonik yang dihasilkan berkisar 1-7, dimana: (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka;

(3) agak tidak suka; (4) normal; (5) agak suka; (6) suka; (7) sangat suka. Uji sensori

yang dilakukan menggunakan panelis sebanyak 30 orang mahasiswa THP.

Analisis pH (Apriyantono et al. 1989)

Pengukuran pH contoh dilakukan dengan menggunakan pH meter yang

sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer 4,01 dan 6,86.

Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mencelupkan mata pH ke dalam

sampel yang sudah diencerkan dengan akuades, lalu ditunggu sampai angka yang

muncul pada pH meter stabil.

Analisis viskositas (Cottrell dan Kovacs 1980)

Viskositas produk diukur dengan mengambil sampel krim sebanyak 50 gram

yang dimasukkan ke dalam wadah kemudian diukur viskositasnya dengan

menggunakan viskometer Brookfield tipe LV. Viskositas (cP) adalah angka hasil

pengukuran dikali faktor konversi.

Analisis stabilitas emulsi (Mitsui 1997)

Sampel krim dimasukkan dalam wadah dan ditimbang beratnya. Wadah dan

bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45 oC selama 1 jam kemudian

dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu dibawah 0 oC selama 1 jam dan

dikembalikan lagi ke oven dengan suhu 45 oC selama 1 jam. Pengamatan dilakukan

terhadap kemungkinan terjadinya pemisahan air dari emulsi. Bila terjadi pemisahan,

emulsi dikatakan tidak stabil dan tingkat kestabilannya ditentukan berdasarkan

persentase fase terpisahkan terhadap emulsi keseluruhan.

Penyusutan berat (Suryani et al. 2000)

Penyusutan berat berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu produk. Produk

yang memiliki stabilitas emulsi yang baik akan memiliki persentase penyusutan

Page 19: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

6

berat yang kecil. Uji ini dapat membuktikan keefektifan bahan-bahan yang dipakai

pada formulasi. Uji dilakukan dengan menimbang bahan pada saat sebelum dan

setelah mengalami penyimpanan selama satu bulan, kemudian dihitung persentase

kehilangan beratnya.

Analisis total mikroba (SNI 19-2897-1992)

Secara aseptis, sebanyak 10 gram sampel dimasukkan ke dalam garam

fisiologis kemudian dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai 10-3. Sebanyak

1 mL dari sampel diinokulasikan pada cawan petri steril. Media Plate Count Agar

(PCA) yang steril pada suhu 45-55 oC dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-

15 mL. Cawan petri digerakan dan dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukan pada

suhu kamar selama 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung sebagai total

mikroba.

Penentuan total fenol (Velioglu et al. 1998)

Ekstrak sebanyak 5 mg dilarutkan dengan 2 mL etanol 95%. Larutan

ditambahkan 5 mL akuades dan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteau 50% (v/v).

Campuran didiamkan selama 5 menit kemudian ditambahkan 1 mL Na2CO3 5%

(b/v). Campuran dihomogenkan lalu diinkubasi dalam kondisi gelap selama 1 jam.

Serapan yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 725 nm. Asam galat digunakan sebagai standar dengan konsentrasi 0,

10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 mg/L.

Penentuan total flavonoid (Codex 1986 diacu dalam Nobre et al. 2005)

Sebanyak 0,25 g ekstrak dimasukkan ke dalam labu takar kemudian ditambah

1 mL larutan heksametilentetramina (HMT) 0,5%, 20 mL aseton, dan 2 mL HCl,

kemudian dipanaskan selama 30 menit. Campuran disaring menggunakan kapas,

filtrat dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Filtrat ditambahkan dengan aseton

sampai 100 mL. Sebanyak 20 mL filtrat dan 20 mL akuades dimasukkan ke dalam

corong pisah, lalu diekstraksi dengan etil asetat (ekstraksi pertama dengan 15 mL

etil asetat, ekstraksi kedua dan ketiga dengan 10 mL etil asetat). Fraksi etil asetat

dikumpulkan dalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan etil asetat sampai 50

mL. Sebanyak 10 mL dari filtrat dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, lalu

ditambahkan1 mL larutan AlCl3 2% b/v dan larutan asam asetat glasial 5% v/v

dalam metanol sampai 25 mL. Pencampuran larutan menggunakan vorteks

kemudian dibaca nilai absorbansinya pada panjang gelombang 370,8 nm

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kurva standar dibuat dari kuersetin murni

dengan konsentrasi 0,5; 1; 5; 10; dan 15 ppm.

Penentuan kadar tanin (Sudarmadji et al. 1984)

Sebanyak 5 mL bahan ditambahkan 400 mL aquades kemudian didihkan

selama 30 menit. Setelah didinginkan dimasukkan kedalam labu takar dan

ditambahkan aquades sampai 500 mL (filtrat I). Filtrat I diambil sebanyak 10 mL

dan ditambahkan 25 mL larutan indigokarmin dan 750 mL aquades. Selanjutnya

dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai warna kuning emas (A mL). Filtrat

diambil sebanyak 100 mL dan ditambahkan berturut-turut dengan 50 mL larutan

gelatin, 100 mL larutan garam asam, 10 g kaolin powder. Selanjutnya dikocok

beberapa menit dan disaring (filtrat II). Filtrat II diambil sebanyak 25 mL, dicampur

Page 20: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

7

dengan 25 mL larutan indigokarmin dan aquades 750 mL. Kemudian dititrasi

dengan larutan KMnO4 0,1 N, (B mL). Larutan KMnO4 distandarisasi dengan Na-

Oksalat. 1 mL KMnO4= 0,00416 tanin

Kadar tanin= (50A−50B) 𝑥

𝑁

0,1 𝑥 0,00416

5 𝑥 100%

Keterangan:

N : Normalitas KMnO4

A : Jumlah KMnO4 untuk titrasi I (mL)

B : Jumlah KMnO4 untuk titrasi II (mL)

Penentuan nilai SPF (Pissavini et al. 2003)

Sebanyak 1 gram sampel ditimbang dan dipindahkan ke dalam labu ukur dan

ditambah etanol sampai 100 mL, dihomogenkan dan kemudian disaring

menggunakan kertas saring. Sebanyak 5 mL larutan dipindahkan ke dalam labu

ukur dan ditambah etanol sampai 50 mL. Sebanyak 5 mL larutan dipindahkan ke

dalam labu ukur dan ditambah etanol sampai 25 mL. Spektrum absorbansi

ditentukan dalam kisaran panjang gelombang 290-320 nm dengan interval 5 nm

dan menggunakan etanol sebagai blanko. Data absorbansi yang diperoleh

dimasukan dalam persamaan Mansur et al. (1986) yaitu:

𝑆𝑃𝐹𝑠𝑝𝑒𝑘 = 𝐹𝐾 𝑥 ∑ EE (𝜆) 𝑥 𝐼 (𝜆) 𝑥 𝐴𝑏𝑠 (𝜆)

320

290

Keterangan:

FK : Faktor koreksi (10)

Abs : Absorbansi sampel

EE (λ) : Spektrum efek eritema

I(λ) : Spektrum cahaya matahari

Nilai EE (λ) x I (λ) adalah konstanta yang ditetapkan oleh Sayre et al. (1979)

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Konstanta EE (λ) x I (λ)

Panjang gelombang (nm) Spektrum efek eritema (EE) x Spektrum cahaya matahari (I) 290 0,015 295 0,0817 300 0,2874 305 0,3278 310 0,1864 315 0,0839 320 0,018

Total 1

Rancangan Percobaan (Steel dan Torrie 1993)

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu

konsentrasi karaginan dan dua kali ulangan. Faktor perlakuan adalah penambahan

karaginan. Model matematis rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 21: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

8

Yij = μ + Ai + εij

Keterangan:

Yij : Hasil pengamatan krim pelembab ke-j dengan perlakuan ke-i

i : Perbedaan konsentrasi karaginan (0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%)

j : Ulangan dari setiap perlakuan (dua kali)

μ : Nilai tengah umum

Ai : Pengaruh perlakuan ke-i

εij : Pengaruh galat

Hipotesis yang digunakan pada pembuatan sediaan krim dengan penambahan

karaginan adalah sebagai berikut:

H0 : Penambahan karaginan tidak berpengaruh terhadap karakteristik sediaan krim

yang dihasilkan.

H1 : Penambahan karaginan memberikan pengaruh terhadap karakteristik sediaan

krim yang dihasilkan.

Selang kepercayaan yang digunakan adalah 95% untuk menyatakan

perbedaan nyata. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis ragam. Jika dari hasil

analisis ragam berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji

Duncan. Uji normalitas data dilakukan sebelum data dimasukkan kedalam

perhitungan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, apabila hasil

uji menunjukkan nilai signifikan > 0,05 maka data dikatakan menyebar normal.

Perhitungan uji sensori dilakukan dengan menggunakan analisis non

parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis menggunakan software Statistical Process for

Social Science (SPSS) 14.0. Perhitungan Uji Kruskal-Wallis secara manual menurut

Steel dan Torie (1993) meliputi langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan H0 dan H1

b. Perangkingan dengan mengurutkan nilai mulai dari yang terkecil hingga

terbesar berdasarkan nilai hasil sensori untuk semua perlakuan

c. Membuat tabel rangking

d. Menghitung T [(t 1)t(t 1)]

e. Menghitung faktor koreksi (FK)

FK =1 −𝑇

(𝑛−1)𝑛(𝑛+1)

f. Menghitung H yng merupakan kriteria uji

H = (12

𝑛(𝑛+1)

𝑅𝑖

𝑛𝑖) − 3(𝑛 − 1)

g. Menghitung H’ yang merupakan nilai X2 hitung

H’ = 𝐻

𝐹𝐾

h. Melihat X2 tabel = 0,05 dan db(v) = k-1

Jika X2 hitung > X2 tabel maka tolak H0 dan dilanjutkan uji Mulitiple

Comparisons, jika X2 hitung < X2 tabel maka gagal tolak H0. Rumus uji Mulitiple

Comparisons adalah:

|𝑅𝑖 − 𝑅𝑗|>< z𝑎

2𝑝√

(𝑛+1)𝑘

6 , dimana p=k |

𝑘−1

2|

Page 22: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

9

Keterangan:

n : banyaknya data

t : jumlah data yang sama

H : kriteria yang akan diuji

H’ : X2 hitung

ni : jumlah pengamatan pada setiap perlakuan

Ri : jumlah rangking pada setiap perlakuan

K : perlakuan

Z : peubah acak k : perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Kimia dan Fisik Karaginan

Karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku industri farmasi sebagai

bahan pengemulsi, pengental dan penstabil. Karaginan yang digunakan harus

memenuhi standar mutu yang disyaratkan agar aman ketika diaplikasikan pada

sediaan krim. Komposisi kimia dan fisik karaginan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi kimia dan fisik karaginan

Parameter Hasil Wenno (2012) FAO (2005)

Kadar air (%) 9,35±0,10 9,43 Maks. 12

Kadar abu (%) 16,65±0,51 16,60 15-40

Kadar abu tidak larut asam (%) 0 0,60 Maks. 1

Kadar sulfat (%) 12,55±0,30 30,05 18-40

Viskositas (cP) 40,25±1,06 44,0 5-800

Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam karaginan. Hasil

pengukuran kadar air karaginan adalah 9,35±0,10%. Kadar air karaginan yang

dihasilkan memenuhi standar mutu yang ditetapkan Food and Agriculture

Organization (FAO) yaitu maksimum 12%. Kandungan air pada karaginan yang

dihasilkan diduga merupakan air terikat, sedangkan air bebas kemungkinan telah

menguap. Rendahnya kadar air dapat memperpanjang masa simpan dari karaginan.

Menurut Yasita dan Rachmawati (2009), kadar air dipengaruhi adanya penambahan

pengendap baik menggunakan etanol maupun isopropil alkohol. Pengendap

mengakibatkan serat-serat karaginan lebih banyak terbentuk dan membentuk gel,

sehingga kadar air dalam karaginan menjadi berkurang.

Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan. (Winarno 1996). Hasil

analisis kadar abu karaginan adalah 16,65±0,51%. Hasil ini memenuhi standar mutu

yang ditetapkan FAO yaitu maksimum 40%. Nilai kadar abu diduga berasal dari

garam yang berasal dari mineral air laut dan pasir laut.

Page 23: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

10

Pasir pada rumput laut dapat berasal dari dua sumber, yaitu pasir yang

menempel pada substrat dan yang terbawa pada saat penjemuran. Kadar abu rumput

laut dapat dikurangi dengan melakukan pencucian terlebih dahulu sebelum

dikeringkan. Pencucian dan perendaman sebelum proses ekstraksi dapat

menurunkan kadar abu pada karaginan (Uju 2005).

Kadar abu tidak larut asam pada karaginan yang dihasilkan tidak terdeteksi.

Kadar abu tak larut asam ini memenuhi standar mutu yang ditetapkan FAO yaitu

maksimum 1%. Semakin tinggi kadar abu tak larut asam, maka semakin rendah

mutu rumput laut. Sebaliknya semakin rendah dan tidak ada kandungan abu tak

larut asam, maka mutu rumput laut akan semakin baik.

Menurut Basmal et al. (2009), kadar abu tidak larut asam merupakan salah

satu kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan. Abu

tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian

adalah garam-garam logam berat dan silika.

Kadar sulfat merupakan parameter yang digunakan untuk berbagai jenis

polisakarida yang terdapat dalam alga merah (Winarno 1996). Kadar sulfat

karaginan adalah 12,55±0,30%. Kadar sulfat karaginan berada dibawah standar

mutu yang ditetapkan FAO. Sulfat akan mempengaruhi kekuatan gel dan viskositas

karaginan. Kadar sulfat berbanding terbalik dengan kekuatan gel dan berbanding

lurus dengan viskositas.

Kandungan sulfat dipengaruhi oleh tipe karaginan, konsentrasi, kadar air,

jenis dan umur panen (Phillips dan William 2009). Penggunaan isopropil alkohol

pada proses pengendapan karaginan menyebabkan kadar sulfat menjadi rendah. Hal

ini akan menyebabkan terbentuknya kekuatan gel yang baik pada karaginan.

Semakin rendah kandungan sulfat pada karaginan maka kekuatan gel meningkat

sehingga kualitas karaginan lebih baik (Sukri 2006).

Viskositas adalah daya aliran molekul dalam suatu larutan (Wenno 2012).

Viskositas karaginan adalah 40,25±1,06 cP. Hasil ini memenuhi standar mutu yang

ditetapkan FAO. Viskositas karaginan diukur pada suhu 75 oC dengan konsentrasi

1,5% (FAO 2005). Nilai ini dipengaruhi kandungan sulfat yang dapat

menyebabkan larutan menjadi kental. Polimer tersebut memiliki sifat hidrofilik,

sehingga dikelilingi oleh molekul-molekul air yang terimobilisasi, sehingga

menyebabkan larutan karaginan bersifat kental (Guiseley et al. 1980).

Karaginan yang dihasilkan memiliki kandungan sulfat sebesar 12,55%,

dimana nilai tersebut lebih rendah dibandingkan standar mutu FAO. Sejalan dengan

Suryaningrum et al. (1991), menyatakan bahwa semakin kecil kandungan sulfat

maka akan semakin kecil nilai viskositas tetapi konsistensi gel akan semakin

meningkat.

Karakteristik Sensori Krim

Uji sensori terhadap sediaan krim dilakukan dengan uji kesukaan untuk

melihat penerimaan konsumen terhadap produk. Uji ini bersifat subyektif dan

menggunakan skala hedonik dengan panelis tidak terlatih dari mahasiswa

departemen THP FPIK IPB berjumlah 30 orang. Parameter yang diamati antara lain

kenampakan, warna, homogenitas, kekentalan, kesan lembab dan rasa lengket. Uji

sensori dilakukan pada sediaan krim dengan konsentrasi karaginan 0%, 0,25%,

Page 24: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

11

0,5%, 0,75%, dan 1%. Nilai rata-rata parameter kenampakan, warna, homogenitas,

kekentalan, kesan lembab dan rasa lengket ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap sediaan krim dengan

penambahan karaginan. Karaginan 0%, Karaginan 0,25%,

Karaginan 0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf

superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata.

Kenampakan

Kenampakan memiliki peranan penting dalam penerimaan konsumen karena

menjadi penilaian awal dari suatu produk (Ramadhan 2011). Nilai kesukaan panelis

terhadap kenampakan krim berkisar antara 4,9-6,03 yang berarti panelis

memberikan penilaian antara normal sampai suka. Hasil uji Kruskal-Wallis

menunjukkan bahwa penggunaan karaginan memberikan pengaruh terhadap

tingkat kesukaan kenampakan krim. Hasil uji lanjut (Lampiran 4) memperlihatkan

bahwa nilai kesukaan kenampakan tertinggi yaitu krim dengan karaginan 0,5%

yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap kenampakan krim karaginan 0%.

Karaginan mempunyai peranan sebagai stabilisator, bahan pengental,

pembentuk gel, dan pengemulsi (Winarno 2008). Karaginan diduga mempengaruhi

tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan sehingga menyebabkan krim

menjadi kental dan memiliki warna kekuningan.

Warna

Warna merupakan salah satu faktor visual yang menentukan penerimaan

suatu produk (Winarno 2008). Nilai kesukaan panelis terhadap warna krim berkisar

antara 5,33-6,27 yang berarti panelis memberikan penilaian antara agak suka

sampai suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penambahan karaginan

memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan warna krim. Hasil uji lanjut

(Lampiran 5) menunjukkan bahwa nilai kesukaan warna tertinggi yaitu krim

4,9a 5,33a5,13a

5,8b 5,97ab5,8ab

6,03b 6,27b6,13a

5,93b 6,13b5,8ab5,67ab 5,6ab 5,6ab

0

2

4

6

8

Kenampakan Warna Homogenitas

Axi

s Ti

tle

4,7a 4,97a 4,87a5,83ab

5,57a5,3a

5,83b 5,57a

5,4a5,77b 5,67a5,4a

5,2b 5,2a4,97a

0

2

4

6

8

Kekentalan Kesan lembab Rasa lengket

Axi

s Ti

tle

1% 1%2 1%3 1%4 1%5Parameter

Nil

ai h

edonik

Page 25: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

12

dengan karaginan 0,5% yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap warna krim dengan

karaginan 0%.

Warna yang terbentuk pada produk dipengaruhi oleh warna bahan-bahan

penyusunnya (Mitsui 1997). Warna dari karaginan yang digunakan berupa kuning

kecoklatan sehingga diduga mempengaruhi warna krim yang dihasilkan.

Penggunaan konsentrasi karaginan yang tinggi akan menyebabkan warna krim

menjadi lebih gelap.

Homogenitas

Homogenitas menunjukkan tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur krim

yang dihasilkan (Anita 2008). Nilai kesukaan panelis terhadap homogenitas krim

berkisar antara 5,13-6,13 yang berarti panelis memberikan penilaian antara agak

suka sampai suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penggunaan

karaginan memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan homogenitas krim.

Hasil uji lanjut (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa nilai kesukaan homogenitas

tertinggi yaitu krim dengan karaginan 0,5% yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap

krim dengan karaginan 0%.

Tekstur krim yang homogen dan halus menunjukkan tercampurnya

komponen minyak dan air dengan baik (Suryani et al. 2000). Karaginan memiliki

fungsi sebagai pengemulsi pada krim. Suatu emulsi dikatakan homogen apabila

tidak terlihat adanya pemisahan antara komponen penyusun emulsi tersebut.

Kekentalan

Kekentalan merupakan salah satu parameter penting dalam memilih krim.

Nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan krim berkisar antara 4,7-5,83 yang

berarti panelis memberikan penilaian antara normal sampai agak suka. Hasil uji

Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penggunaan karaginan memberikan pengaruh

terhadap tingkat kesukaan kekentalan krim. Hasil uji lanjut (Lampiran 7)

memperlihatkan bahwa nilai kesukaan kekentalan tertinggi pada krim dengan

karaginan 0,5% yang berbeda nyata (α=0,05) terhadap kekentalan krim dengan

karaginan 0%.

Karaginan dapat pula digunakan sebagai bahan penstabil dan pengental suatu

sistem suspensi atau emulsi tanpa adanya pembentukan gel (Hidayat 2006).

Karaginan digunakan dalam konsentrasi yang rendah untuk menstabilkan sistem

suspensi atau emulsi. Struktur gel karaginan tidak terdeteksi karena digunakan

dalam konsentrasi rendah, namun viskositas sistem bertambah. Banyaknya

konsentrasi karaginan menyebabkan krim semakin kental.

Kesan lembab

Penilaian kesan lembab dilakukan dengan mengoleskan krim pada tangan

selama beberapa menit sehingga panelis dapat merasakan rasa lembab selama

pemakaian krim. Nilai kesukaan panelis terhadap kesan lembab berkisar antara

4,97-5,57 yang berarti bahwa panelis memberikan penilaian antara netral sampai

agak suka. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, penggunaan karaginan tidak

memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan kesan lembab krim.

Kekentalan dapat menyebabkan perbedaan kesan lembab krim. Kentalnya

emulsi yang dihasilkan mengakibatkan sedikit air yang menguap dari krim.

Karaginan memiliki ikatan yang kuat diantara molekul-molekul penyusunnya

Page 26: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

13

sehingga menurunkan terjadinya dehidrasi yang menyebabkan kulit menjadi kering

(Rieger 2000).

Rasa lengket

Rasa lengket berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian. Penilaian

ini dilakukan dengan mengoleskan krim pada tangan selama beberapa menit

kemudian menilai rasa lengket selama pemakaian. Nilai kesukaan panelis terhadap

rasa lengket berkisar antara 4,8-5,4 yang berarti bahwa panelis memberikan

penilaian antara netral sampai agak suka. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan

bahwa penggunaan karaginan tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat

kesukaan rasa lengket krim.

Rasa lengket disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan penyusun fase

minyak yang sama sehingga rasa lengket setelah pemakaian krim tidak berbeda.

Penggunaan karaginan pada formulasi dapat mengurangi rasa lengket setelah

pemakaian krim namun rendahnya konsentrasi karaginan yang digunakan

menyebabkan panelis kurang dapat merasakan perbedaan rasa lengket krim yang

menggunakan karaginan.

Karakteristik Kimia Krim

Nilai pH

Nilai pH produk yang digunakan untuk pemakaian luar yang berhubungan

langsung dengan kulit harus sesuai dengan pH penerimaan kulit yaitu 4,5-7,5.

Produk yang memiliki nilai pH sangat tinggi atau sangat rendah akan menyebabkan

kulit teriritasi (Wasitatmadja 1997). Nilai pH produk kulit berdasarkan SNI 16-

4399-1996 tentang sediaan tabir surya, yaitu berkisar antara 4,5-8,0. Nilai pH

tertinggi pada krim dengan konsentrasi karaginan 1% yaitu 7,03 sedangkan

terendah pada krim dengan konsentrasi karaginan 0% yaitu 6,66. Hasil analisis

ragam (Lampiran 12) menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan tidak

memberikan pengaruh terhadap pH krim. Nilai pH krim dapat dilihat pada Gambar

3.

Gambar 3 Nilai pH krim. Karaginan 0%, Karaginan 0,25%, Karaginan

0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf superscript yang

berbeda menunjukkan beda nyata.

Nilai pH berada dalam standar SNI 16-4399-1996, sehingga produk krim

yang dihasilkan aman digunakan pada kulit. Nilai pH krim yang dihasilkan berbeda

nilainya, diduga karena karaginan yang digunakan memiliki nilai pH sebesar 8-9,

sehingga siklus reaksi yang terjadi menyertakan gugus OH- dan menyebabkan

6,66a 6,75a 6,78a 7,02a 7,03a

0

2

4

6

8

0 0,25 0,5 0,75 1

pH

0 0,25 0,5 0,75 1Konsentrasi karaginan (%)

Page 27: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

14

peningkatan pH krim. Bahan-bahan penyusun lain yang digunakan memiliki pH

netral sehingga penambahan karaginan lebih berperan dalam peningkatan nilai pH.

Karakteristik Fisik Krim

Viskositas

Viskositas merupakan faktor yang erat hubungannya dengan stabilitas emulsi.

Semakin tinggi viskositas maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi

semakin kecil (Suryani et al. 2000). Nilai viskositas berkisar antara 22.500-46.000

cP (Lampiran 10). Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa

karaginan mempengaruhi viskositas krim. Uji lanjut memperlihatkan bahwa

viskositas krim tertinggi yaitu krim karaginan 1% yang berbeda nyata terhadap

viskositas krim dengan karaginan 0%, 0,25%, 0,5% dan 0,75% (Lampiran 14).

Viskositas krim meningkat dengan meningkatnya konsentrasi karaginan yang

digunakan. Nilai viskositas krim yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Viskositas krim. Karaginan 0%, Karaginan 0,25%, Karaginan

0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf superscript yang

berbeda menunjukkan beda nyata.

Semakin banyak gugus hidrofilik yang terkandung yaitu gugus ester dan

hidroksil sehingga semakin banyak air dalam krim yang dapat terikat oleh gugus

tersebut dan mengakibatkan peningkatan viskositas krim (Guiseley et al. 1980).

Viskositas krim terjadi pada saat dispersi karaginan dalam air. Viskositas dapat

meningkat jika viskositas fase pendispersi dan volume fase terdispersi meningkat.

Penggunaan koloid hidrofilik sangat efektif untuk meningkatkan viskositas suatu

emulsi minyak dalam air karena dapat meningkatkan viskositas fase air tanpa

menaikkan volume fase minyak dalam emulsi tersebut (Rieger 2000).

Stabilitas emulsi

Persentase stabilitas emulsi dapat dihitung apabila terjadinya pemisahan fase

dalam suatu emulsi setelah melalui siklus freeze-thaw (Mitsui 1997). Uji stabilitas

emulsi menunjukkan tidak terjadinya pemisahan fase pada emulsi krim sehingga

persentase stabilitas emulsi sebesar 100%. Krim dengan karaginan 0,25%, 0,5%,

0,75% dan 1% menunjukkan tidak terjadinya pemisahan emulsi, tidak terjadi

perubahan warna, dan tidak terjadi perubahan bau. Karaginan pada formulasi krim

merupakan polimer alami sebagai pengental sehingga dapat menstabilkan emulsi.

Kestabilan emulsi akan meningkat dengan penambahan polimer yang sesuai

dalam fase pendispersi dan penurunan ukuran partikel fase terdispersi sehingga

25500a

33500b38250c

42750d,e 46000e,d

0

10000

20000

30000

40000

50000

0 0,25 0,5 0,75 1

Vis

kosi

tas

(cP

)

0 0,25 0,5 0,75 1Konsentrasi karaginan (%)

Page 28: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

15

mencegah atau memperpanjang waktu terjadinya penggabungan kembali partikel-

partikel sejenis yang mengakibatkan terjadinya pemisahan fase (Rieger 2000).

Penyusutan berat

Produk yang memiliki stabilitas emulsi yang baik tidak akan mengalami

penyusutan berat atau memiliki persentase penyusutan berat yang kecil. Penyusutan

berat membuktikan keefektifan bahan-bahan yang dipakai pada formulasi produk

(Suryani et al. 2000). Gambar 5 menunjukkan nilai persentase penyusutan berat

krim.

Gambar 5 Persentase penyusutan berat krim Karaginan 0%, Karaginan 0,25%,

Karaginan 0,5%, Karaginan 0,75%, Karaginan 1%. Huruf

superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata.

Hasil analisis ragam (Lampiran 17) terhadap persentase penyusutan berat

menunjukkan bahwa konsentrasi karaginan berpengaruh terhadap persentase

penyusutan berat. Hasil uji lanjut (Lampiran 18) memperlihatkan bahwa

penyusutan berat tertinggi terjadi pada krim karaginan 0% yang berbeda nyata

terhadap persentase penyusutan berat krim karaginan 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 1%.

Semakin tinggi konsentrasi karaginan yang digunakan maka penyusutan berat akan

semakin kecil dikarenakan semakin tingginya viskositas emulsi krim.

Produk yang memiliki viskositas tinggi dapat lebih mempertahankan

beratnya. Kehilangan berat yang kecil menandakan bahwa produk memiliki tingkat

kestabilan dan kelembaban yang tinggi (Hidayat 2006). Kelembaban produk juga

merupakan indikasi kestabilan produk terhadap kemampuan produk dalam

mempertahankan beratnya. Karaginan dalam formulasi dapat mengikat air karena

adanya gugus ester dan hidroksil.

Karakteristik Mikrobiologi Krim

Total mikroba

Krim merupakan produk dengan jangka waktu pemakaian yang cukup lama,

sehingga adanya mikroba pada produk dapat menjadi masalah terhadap daya awet

krim. Uji total mikroba menunjukkan pada krim karaginan 0,25% terdapat 1,0x101

koloni/gram, krim karaginan 0,75% terdapat 2,0x101 koloni/gram, dan krim

karaginan 1% ulangan pertama terdapat 9x101 koloni/gram dan ulangan kedua

terdapat 14x101 koloni/gram sedangkan pada krim karaginan 0% dan 0,5% tidak

terdapat koloni mikroba. Hasil uji menunjukkan bahwa krim aman digunakan

karena total mikroba berada dibawah batas total mikroba yang disyaratkan SNI 16-

4399-1996 yaitu maksimal 1,0x102 koloni/gram.

9,39a

7,87b,c

6,87c6,48c 6,23c

0

2

4

6

8

10

0 0,25 0,5 0,75 1Pen

yusu

tan b

erat

(%)

0 0,25 0,5 0,75 1Konsentrasi karaginan (%)

Page 29: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

16

Mikroorganisme dapat tumbuh apabila terdapat kandungan air pada produk

dan terjadi proses lipolitik sehingga menyebabkan bau (Ansel 2005). Kontaminasi

mikroba dalam sediaan farmasi dapat menurunkan kualitas sediaan dengan

terjadinya perubahan warna, bau, bercak-bercak miselium, kekeruhan warna,

perubahan pH (Djide 2003). Penggunaan bahan pengawet dapat mengendalikan

mikroorganisme sehingga mempertahankan daya awet, keadaan fisik, dan keadaan

emulsi yang dihasilkan (Mitsui 1997).

Pemilihan Sediaan Krim Terpilih

Krim karaginan 0,5% memiliki karakteristik sensori meliputi kenampakan,

warna, homogenitas, kekentalan, kesan lembab, dan rasa lengket yang paling

disukai panelis. Berdasarkan data diatas, disimpulkan bahwa konsentrasi karaginan

yang digunakan dalam sediaan krim adalah 0,5%. Krim karaginan 0,5% memiliki

nilai pH sebesar 6,78, viskositas sebesar 38.250 cP, dan tidak mengalami perubahan

fase saat pengujian stabilitas emulsi. Penyusutan berat yang terjadi sebesar 6,87%.

Pengujian total mikroba menunjukkan tidak adanya mikroorganisme yang tumbuh

pada krim karaginan 0,5%.

Komponen Bioaktif Ekstrak Buah Bakau (R. mucronata)

Ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata) yang akan ditambahkan pada

sediaan krim terlebih dahulu diuji fitokimia secara kualitatif untuk mengetahui

keberadaan senyawa metabolit sekunder yang diharapkan dapat berperan sebagai

tabir surya. Hasil pengujian analisis fitokimia disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji fitokimia ekstrak metanol buah bakau (R. mucronata)

Uji Hasil*

Alkaloid Wagner - Meyer - Dragendorf -

Steroid - Flavonoid + Tanin + Saponin + Tripernoid - Fenol hidrokuinon +

*Purwaningsih et al. (2013)

Keterangan: (+) = positif, (-) = negatif.

Hasil pengujian fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak buah bakau

mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan fenol hidrokuinon. Menurut

Purwaningsih et al. (2013), ekstrak buah bakau memiliki nilai IC50 antioksidan

sebesar 0,72 ppm. Berdasarkan Molyneux et al. (2004), ekstrak buah bakau

memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, karena nilainya kurang dari 0,05

mg/mL (<50 ppm). Hal ini sesuai dengan penelitian Atta-au-rahman et al. (2001),

bahwa senyawa yang berpotensi memiliki antioksidan umumnya adalah senyawa

flavonoid, alkaloid dan fenolat yang merupakan senyawa-senyawa polar.

Page 30: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

17

Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin ekstrak buah bakau

Komponen fenolat merupakan struktur aromatik yang berikatan dengan satu

atau lebih gugus hidroksil dan bersifat larut air (Harborne 1998). Hasil penapisan

fitokimia menunjukkan ekstrak buah bakau menunjukkan adanya komponen fenol

yang diduga berpengaruh terhadap kandungan antioksidan dalam ekstrak buah

bakau (R. mucronata). Total fenol, total flavonoid, dan kadar tanin yang terkandung

dalam ekstrak buah bakau disajikan pada Tabel 5.

Total fenol pada ekstrak buah bakau adalah sebesar 37,90 mg/g. Menurut

Meenakshi et al. (2009) dan Lim et al. (2002), adanya hubungan antara total fenol

dan aktivitas antioksidan dimana jika di dalam suatu bahan memiliki konsentrasi

senyawa fenol yang tinggi maka aktivitas antioksidan dalam bahan tersebut juga

tinggi. Menurut Andayani et al. (2008), senyawa fenol yang memiliki aktivitas

antioksidan memiliki gugus -OH dan -OR seperti flavonoid dan asam fenolat.

Menurut Svobodova et al. (2003), senyawa fenolat berperan dalam menurunkan

sinyal redoks-sensitif untuk menghambat kerusakan DNA.

Tabel 5 Total fenol, total flavonoid dan kadar tanin eksrak buah

Kandungan Hasil

Total fenol 37,90 %(b/b)

Total flavonoid 0,51%(b/b)

Kadar tanin 6,20 mg/g

IC50 0,72 ppm*

*Purwaningsih et al. (2013)

Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar dan umumnya terdapat pada

semua tumbuhan hijau sebagai glikosida dan terdapat pada seluruh bagian tanaman,

termasuk pada buah (Sirait 2007). Erukainure et al. (2011) menyatakan, hubungan

antara total fenol dan senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan pada

tumbuhan terutama buah-buahan adalah semakin meningkatnya konsentrasi total

fenol atau senyawa flavonoid, maka semakin tinggi pula tingkat aktivitas

antioksidan dari tumbuhan tersebut. Semakin tinggi kandungan flavonoid total

suatu bahan, maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya.

Total flavonoid yang terkandung dalam ekstrak buah bakau adalah 0,51%

(b/b). Flavonoid memiliki kemampuan antioksidan yang mampu mentransfer

sebuah elektron ke senyawa radikal bebas dan membentuk kompleks dengan logam.

Kedua mekanisme itu membuat flavonoid memiliki beberapa efek, diantaranya

menghambat peroksidasi lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan

menghambat beberapa enzim (Harborne 1987). Svobodova et al. (2003)

menyebutkan bahwa flavonoid mampu menangkap superoksida anion, singlet

oksigen, radikal hidroksil, dan radikal lipid peroksil. Flavonoid juga menghambat

aktivitas enzim, diantaranya lipoksigenase, siklooksigenase, monooksigenase,

xantinoxidase, mitokondria suksinat dehidrogenase dan oksidase NADH,

phospholipase-2, dan protein kinase.

Tanin merupakan senyawa polifenol kompleks yang tersebar luas dalam

tumbuhan, terutama tumbuhan berpembuluh (Harborne 1987). Tanin juga dapat

berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman 2002). Hagerman et al. (1998)

menyatakan bahwa tanin mempunyai kemampuan menangkap radikal bebas. Tanin

sangat efektif sebagai pendonor elektron dan atom hidrogen serta pengkelat logam,

Page 31: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

18

sebab senyawa ini memiliki gugus hidroksil dan ikatan rangkap terkonjugasi yang

memungkinkan terjadinya delokalisasi elekron.

Kadar tanin yang terkandung pada ekstrak buak bakau adalah 6,20 mg/g.

Abdullah (2013) menyatakan bahwa ekstrak yang mengandung fitokonstituen

seperti flavonoid dan tanin berperan dalam perlindungan matahari terhadap kulit.

Menurut Svobodová et al. (2003), tanin merupakan polifenol yang memiliki

aktivitas antioksidan kuat yang dapat melindungi kerusakan terhadap radikal bebas

yang disebabkan oleh paparan sinar UV dan mengurangi risiko kanker kulit dan

penuaan dini. Tanin mampu mengurangi produksi H2O2, menghambat induksi

ornitin dekarboksilase dan menstimulasi sintesis DNA pada epidermis dengan

jumlah yang tinggi.

Nilai SPF Krim Buah Bakau (R. mucronata)

Menurut Walters et al. (1997), efektivitas sebuah tabir surya dinyatakan oleh

Sun Protection Factor (SPF), yang didefinisikan sebagai perbandingan Dosis

Eritema Minimum (DEM) pada kulit manusia terlindungi tabir surya dengan DEM

tanpa perlindungan. Nilai SPF dapat ditentukan melalui perbandingan energi dari

sinar yang dipaparkan untuk dapat menimbulkan eritema dan dapat juga melalui

waktu yang diperlukan sampai timbul eritema (Draelos dan Thaman 2006). DEM

adalah nilai yang menunjukkan sensitivitas akut individu terhadap sinar UV. DEM

ini menunjukkan jumlah minimal sinar UV yang dibutuhkan untuk menimbulkan

kemerahan ketika seseorang terpapar sinar UV (Mitsui 1997). Kategori kemampuan

tabir surya menurut Damogalad et al. (2013) adalah minimal (2-4), sedang (4-6),

ekstra (6-8), maksimal (8-15), dan ultra (>15). Hasil perhitungan SPF disajikan

pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai SPF Krim

Sampel Nilai SPF SPF Label Krim + ekstrak 0%

Krim + ekstrak 0,5% 1,22±0,01 7,75±0,01

Krim + ekstrak 1% 10,21±0,06 Krim komersil 14,15±0,04 20

Hasil penelitian menunjukkan krim dengan 0,5% ekstrak memiliki nilai SPF

sebesar 7,75±0,01, sedangkan krim dengan 1% ekstrak memiliki nilai SPF sebesar

10,21±0,06. Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi

konsentrasi ekstrak buah bakau dalam krim maka nilai SPF akan semakin tinggi.

Krim dengan konsentrasi ekstrak 0,5% memiliki kategori kemampuan ekstra,

sedangkan krim dengan ekstrak 1% memiliki kategori kemampuan maksimal. Nilai

SPF yang tinggi nilai menunjukkan keefektifan produk dalam menangkal radiasi

UV pada kulit. Nilai SPF krim dengan ekstrak 1% lebih rendah dari tabir surya

komersial, yaitu 14,15±0,04 menurut hasil perhitungan dan 20 pada label.

Perbedaan nilai SPF pada krim komersil tersebut diduga karena metode

perhintungan SPF yang berbeda.

Kandungan flavonoid dan tanin yang terkandung pada buah bakau diduga

bekerja sebagai bahan aktif tabir surya. Menurut Damogalad et al. (2013), flavonoid

sebagai antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah

Page 32: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

19

efek berbahaya dari sinar sinar UV. Mokodompit et al. (2013) menyebutkan, tanin

merupakan antioksidan potensial yang dapat melindungi kerusakan kulit yang

disebabkan oleh radikal bebas akibat paparan sinar UV dan dapat mengurangi

resiko kanker kulit dan penuaan dini. Majeed et al. (2010) menyatakan, radiasi

UVB memproduksi ROS pada sel dan kulit. Menurut Saewan dan Jimtaisong

(2013), flavonoid melindungi tanaman dari radiasi sinar UV. Flavonoid memiliki

tiga sifat fotoprotektor berbeda yaitu penyerapan UV, sifat antioksidan, dan

memodulasi beberapa jalur pensinyalan DNA. Wolf et al. (2001) menyatakan,

senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir

surya karena adanya gugus kromofor yang mampu menyerap sinar UV B sehingga

mengurangi intensitasnya pada kulit.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Karaginan hasil ekstraksi dari rumput laut Kappaphycus alvarezii memiliki

kadar air sebesar 9,35%; kadar abu sebesar 16,65%; kadar abu tak larut asam

sebesar 0%; kadar sulfat sebesar 12,55%; dan nilai viskositas sebesar 40,25 cP.

Konsentrasi karaginan terbaik yang digunakan dalam sediaam krim yaitu 0,5%

dengan karakteristik sensori berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 7,62;

viskositas 38.250 cP, stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat 3,72% dan total

mikroba <102 koloni/gram sesuai dengan SNI 16-4399-1996. Ekstrak metanol buah

bakau (R.mucronata) memiliki nilai IC50 antioksidan sebesar 0,72 ppm, total fenol

sebesar 37,90%(b/b), total flavonoid sebesar 0,51%(b/b) dan kadar tanin sebesar

6,20 mg/g. Ekstrak buah bakau yang ditambahkan pada sediaan krim sebanyak

0,5% dan 1% masing-masing memiliki nilai SPF sebesar 7,75±0,01 dan 10,21±0,06.

Semakin banyak konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka nilai SPF akan

semakin tinggi.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu perlu diteliti mengenai pengaruh

penyimpanan terhadap karakteristik krim dan komponen bioaktifnya Selain itu,

perlu dilakukan uji secara in vivo untuk menentukan keamanan krim.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. The Association of

Official Analitical Chemist. 16th ed. Virginia (US): AOAC Inc. Arlington.

Page 33: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

20

Abdullah AR. 2013. Study on the relationship of the phenolic, flavonoid and tannin

content to the antioxidant activity of Garcinia atroviridis. Universal Journal

of Applied Science. 1(3): 95-100.

Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar

fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal

Sains dan Teknologi Farmasi. 13(1): 1-9.

Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor (ID): Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Ansel HC. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta (ID):

UI Press.

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanti S. 1989.

Analisis Pangan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,

Institut Pertanian Bogor.

Atta-au-rahman, MI Coudhary. 2001. Bioactive natural product a potential of

pharmacophorus. A theory of memory. Pure and Applied Chemistry. 73(2):

555-560.

Basmal J, Syarifuddin, Ma’ruf WF. 2003. Pengaruh konsentrasi larutan potassium

hidroksida terhadap mutu kappa karaginan yang diekstraksi dari Eucheuma

cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(5):95-103.

Batubara I, Darusman LK, Mitsunaga T, Rahminiwati M, Djauhari E. 2010.

Potency of Indonesia medicinal plants as tyrosinase inhibitor and antioxidant

agent. J. of Biol. Sciences. 10(2): 138-144. ISSN 1727-3048.

Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in

Food Product Development and Quality Control. 2nd Ed. Maryland (US):

Marylands Aspen Publisher.

Cottrell, Kovacs P. 1980. Alginats. Di dalam: Davidson RI, editor. Hand Book of

Water Soluble Gums and Resin. New York (US): McGraw Hill Book. Co.

Damogalad V, Edy HJ, Supriati HS. 2013. Formulasi krim tabir surya ekstrak kulit

nanas (Ananas comosus L. Merr) dan uji in vitro nilai sun protecting factor

(SPF). Pharmacon. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT. 2(2): 12-16.

Djide N. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar (ID): Universitas

Hasanuddin.

Draelos ZD, Thaman LA. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Products. New

York (US): Taylor and Francis Group.

Erukainure OL, Oke OV, Ajiboye AJ, Okafor OY. 2011. Nutritional qualities and

phytochemical constituents of Clerodendrum volubile, a tropical

nonconventional vegetable. Int. Food Research J. 18(4):1393-1399.

[FAO] Food and Agricultural Organization. 2005. FAO JECFA Monographs 1:

Combined Compendium of Food Additive Specifications. Rome (IT): Food

and Agricultural Organization.

Garoli D, Pelizzo MG, Nicolossi P, Peserico A, Tonin E, Alaibac M. 2009.

Effectiveness of different substrate materials for in vitro sunscreen test. J. of

Dermatological Science. 56(2): 89-98.

Guiseley KB, Stanley NF, Whitehouse. 1980. Carrageenan. New York (US):

McGraw Hill Book Co.

Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Oxford (US): Miami University.

Hagerman AE, Riedl KM, Jones GA, Sovik KN, Ritchard NT, Hartzfeld PW,

Riechel TL. 1998. High molecular weight plant polyphenolics (tannins) as

Page 34: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

21

biological antioxidants (1998). J. of Agriculture Food and Chem. 46:1887-

1892.

Harborne JB. 1998. Phytochemical methods: a guide to modern techniques of plant

analysis. (3rd ed.) London (UK): Chapman & Hall.

Hidayat F. 2006. Pengaruh kombinasi karagenan dan sodium lauryl sulfat serta

penambahan ekstrak Pemphis acidula terhadap karakteristik sabun mandi cair.

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lahucky R, Nuernberg K, Kovac L, Bucko O, Nuenberg. 2010. Assesment of the

antioxidant potential of selected plant extract in vitro and in vivo experiments

on pork. J. of Meat Science. 85(2):779-7784.

Lim SN, Cheung PCK, Ooi VEC, Ang PO. 2002. Evaluation of antioxidative

activity of extracts from a brown seaweed, Sargassum siliquastrum. J. of

Agricultural Food Chem. 50: 3862-3866.

Majeed M, Bhat B, Anand TSS. 2010. Inhibition of UV induced adversaries by β-

glucogallin from amla (Emblica officinalis Gaertn.) fruits. Indian J. of Nature

Products and Resources. 4(2): 62-66

Mambro VMD, Fonseca MJV. 2005. Assays of physical stability and antioxidant

activity of a topical formulation added with different plant extracts. J. Pharm

Biomed Anal. 37: 287-295.

Mansur JS, Breder MVR, Mansur MCA, Azulay RD. 1986. Determinação do fator

de proteção solar por espectrofotometria. An Bras Dermatol. 61: 121-124.

Meenakshi S, Gnanambigai DM, Mozhi ST, Arumugam M, Balasubramanian T.

2009. Total flavonoid and in vitro antioksidant activity of two seaweeds of

Rameshwaram Coast. Global J. of Pharm. 3(2): 59-62.

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York (US): Elsevier.

Mokodompit AN, Edy HJ, Wiyono W. 2013. penentuan nilai sun protective factor

(SPF) secara in vitro krim tabir surya ekstrak etanol kulit alpukat. Jurnal

Ilmiah Farmasi UNSRAT PHARMACON. (2)3: 83-85.

Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)

for estimating antioksidan activity. Songklanakarin J. Sci. Tech. 26(2): 211-

219.

Nobre CP, Raffin FN, Moura TF. 2005. Standardization of extracts from

Momordica charantia L. (cucurbitaceae) by total flavonoids content

determination. Acta Farmaceutica Bonaerense. 24(4):562-566.

Pebrianata E. 2006. Pengaruh pencampuran kappa dan iota karagenan terhadap

kekuatan gel dan viskositas karagenan campuran [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Phillips GO, Williams PA. 2009. Handbook of Hydrocolloids, 2nd edition. New

York (US): Woodhead Publishing

Pissavini M, Ferrero L, Alaro V, Heinrich U, Tronnir H, Kockott TD, Lutz D,

Torrnier V, Zambonin M, Melonin M. 2003. Determination of the in vitro

SPF. Cosmet. Toiletries. 118: 63-72.

Purwaningsih S, Salamah E, Sukarno AYP, Deskawati E. 2013. Aktivitas

antioksidan dari buah mangrove (Rhizopora mucronata Lamk.) pada suhu

yang berbeda [siap terbit].

Ramadhan W. 2011. Pemanfaatan agar-agar tepung sebagai texturizer pada

formulasi selai jambu biji merah lembaran dan pendugaan umur simpanya.

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 35: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

22

Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. 8th Ed. New York (US): Chemical

Publishing Co. Inc.

Saewan N, Jimtaisong A. 2013. Photoprotection of natural flavonoids. J. of Applied

Pharmaceutical Science. 3(09): 129-141.

Sayre RM, Agin PP, Levee GJ, Marlowe E. 1979. Comparison of in vivo and in

vitro testing of sunscreening formulas. J. Photochem Photobiol. 29: 559-566.

Setiawan T. 2010. Uji stabilitas fisik dan penentuan nilai SPF krim tabir surya yang

mengandung ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.), oktil

metoksisinamat dan titanium dioksida [skripsi]. Depok (ID): Universitas

Indonesia

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID): Institut

Teknologi Bandung.

[SNI] Standar Nasional Indonesia 164399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta:

Badan Standarisasi Nasional.

[SNI] Standar Nasional Indonesia 192897. 1992. Penentuan Total Mikroba.

Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Stanfield JW. 2003. Sun Protectans: Enhancing Product Functionality.

Multifunctional Cosmetics. New York (ID): Marcell Dekker Inc.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B,

penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari Principles

and Procedures of Statistics.

Sudarmaji S, Bambang dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan

Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Penerbit Liberty

Sukri N. 2006. Karakteristik alkali treated cottonii (ATC) dan karagenan dari

rumput laut Eucheuma cottonii pada umur panen yang berbeda [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suryani A, Sailah, Eliza H. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri

Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suryaningrum TD, Suwarno T, Soekarto, Putro S. 1991. Kajian sifat-sifat mutu

komoditi rumput laut budidaya jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma

spinosum. J. Penelitian Pasca Panen. 68:13-24.

Svobodová A, Psotová J, Walterová D. Natural phenolic in the prevention of UV-

induced skin damage, a review. J. Biomed. Papers. 147: 137-145.

Uju. 2005. Kajian proses pemurnian dan pengkonsentrasian karaginan dengan

membran mikrofiltrasi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Velioglu YS, Mazza G, Gao L, Oomah BD. 1998. Antioxidant activity and total

phenolics in selected fruits, vegetables and grain products. J. of Agricultural

and Food Chem. 46 (10): 4113- 4117.

Walters C, Keeney A, Wigal CT, Johnston CR, Cornelius RD. 1997. Spectroscopy

analysis and modelling of sunscreens. J. Chem. Educ. 2: 99-101,

Wenno MR, Johanna LT, Cynthia. 2012. Karakteristik kappa karaginan dari

Kappaphycus alvarezii pada berbagai umur panen. J. PB Perikanan. 7(1):61-

68.

Willis I, Cylus L. 1977. UVA erythema in skin: is it a sunburn? J. of Wildernes Med.

3(1):174-175,179.

Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta (ID): Pustaka

Sinar Harapan.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): MBRIO Press.

Page 36: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

23

Wolf R, Wolf D, Morganti P, Ruocco V. 2001. Sunscreens. J. Clinic. Dermatol. 19:

452-459.

Yasita D, Rachmawati ID. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi pada Pembuatan

Karaginan dari Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii untuk Mencapai

Foodgrade. J. Teknik Kimia Universitas Dipenogoro. 3(1):7-15.

Zulkarnain AK, Ernawati N, Sukardani NI. 2013. Aktivitas amilum bengkuang

(Pachyrrizus erosus L. Urban) sebagai tabir surya pada mencit dan pengaruh

kenaikan kadarnya terhadap viskositas sediaan. Trad. Med. J. 4(2)2-25.

Page 37: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

24

LAMPIRAN

Page 38: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

25

Lampiran 1 Lembar uji sensori skala hedonik krim

UJI SENSORI SKALA HEDONIK

Nama Panelis :

Tanggal pengujian :

Jenis contoh : Krim

Instruksi : Nyatakan penilaian dengan angka

Parameter Krim

R105 Y325 S650 J875 M915

Kenampakan

Warna

Homogenitas

Kekentalan

Kesan lembab

Rasa lengket

Keterangan:

1 : sangat tidak suka

2 : tidak suka

3 : agak tidak suka

4 : normal

5 : agak suka

6 : suka

7 : sangat suka

Page 39: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

26

Lampiran 2 Perwakilan data mentah uji sensori skala hedonik (parameter

kekentalan)

Panelis Krim

R105 Y325 S650 J875 M915

1 3 3 5 6 6

2 6 6 6 7 7

3 5 6 6 3 5

4 4 5 6 5 6

5 6 5 4 5 5

6 3 4 4 5 3

7 6 6 6 6 4

8 3 7 7 5 4

9 5 5 5 6 6

10 6 6 7 7 7

11 4 5 6 5 5

12 5 6 5 7 7

13 5 6 6 5 5

14 3 7 5 5 3

15 6 7 7 4 4

16 3 7 7 6 6

17 4 7 7 7 3

18 7 7 7 7 4

19 6 5 5 7 3

20 3 6 7 6 4

21 2 4 5 6 5

22 3 7 7 7 6

23 6 4 6 5 5

24 5 5 5 6 6

25 5 6 5 7 7

26 7 7 5 7 6

27 7 7 7 5 7

28 6 6 7 7 7

29 1 5 7 3 4

30 2 6 6 6 6

Jumlah 141 173 175 173 156

Rata-rata 4,70 5,77 5,83 5,77 5,20

Keterangan:

R105 : Krim dengan penambahan karaginan 0%

Y325 : Krim dengan penambahan karaginan 0,25% S650 : Krim dengan penambahan karaginan 0,5%

J875 : Krim dengan penambahan karaginan 0,75%

M915 : Krim dengan penambahan karaginan 1%

Page 40: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

27

Lampiran 3 Uji Kruskal-Wallis sensori

Kenampakan Warna Homogenitas Kekentalan Kesan lembab Rasa lengket

X2 Hitung 12,413 13,964 11,912 13,315 4,796 3,854

Db 4 4 4 4 4 4

Signifikan ,015 ,007 ,018 ,010 ,309 ,426

Keterangan: Signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

Lampiran 4 Uji Multiple Comparison kenampakan

Konsentrasi karaginan N α=0,05

1 2 1

0% 30 4,9000

1% 30 5,6667 5,6667

0,25% 30 5,8000

0,75% 30 5,9333

0,5% 30 6,0333

Lampiran 5 Uji Multiple Comparison warna

Konsentrasi karaginan N α=0,05

1 2 1

0% 30 5,3333

1% 30 5,6000 5,6000

0,25% 30 5,9667 5,9667

0,75% 30 6,1000

0,5% 30 6,2667

Lampiran 6 Uji Multiple Comparison homogenitas

Konsentrasi karaginan N α=0,05

1 2 1

0% 30 5,1333

1% 30 5,6000 5,6000

0,25% 30 5,8000 5,8000

0,75% 30 5,8000 5,8000

0,5% 30 6,1333

Lampiran 7 Uji Multiple Comparison kekentalan

Konsentrasi karaginan N α=0,05

1 2 1

0% 30 4,7000

1% 30 5,2000 5,2000

0,75% 30 5,7667

0,25% 30 5,8333

0,5% 30 5,8333

Page 41: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

28

Lampiran 8 Uji Multiple Comparison kekentalan

Konsentrasi karaginan N α=0,05

1 1

0% 30 4,9667

1% 30 5,2000

0,25% 30 5,5667

0,5% 30 5,5667

0,75% 30 5,6333

Lampiran 9 Uji Multiple Comparison rasa lengket

Konsentrasi karaginan N α=0,05

1 1

0% 30 4,8667

1% 30 4,9667

0,25% 30 5,3000

0,5% 30 5,4000

0,75% 30 5,4000

Lampiran 10 Nilai pH dan viskositas krim Konsentrasi

karaginan ulangan spindel skala FK

Viskositas

(cP) pH

0% 1

4 12,5 2000 25000

6,79 6,785

6,66 4 12,5 2000 6,78

2 4 13 2000

26000 6,54

6,55 4 13 2000 6,56

0,25% 1

4 15,5 2000 32500

6,70 6,685

6,75 4 15,5 2000 6,67

2 4 34,5 1000

34500 6,79

6,82 4 34,5 1000 6,85

0,5% 1

4 39,5 1000 39500

7,10 7,085

6,78 4 39,5 1000 7,07

2 4 37,0 1000

37000 6,49

6,48 4 37,0 1000 6,47

0,75% 1

4 43,0 1000 43000

7,3 7,28

7,02 4 43,0 1000 7,26

2 4 42,5 1000

42500 6,78

6,76 4 42,5 1000 6,75

1% 1

4 23,5 2000 47000

7,14 7,125

7,03 4 23,5 2000 7,11

2 4 22,5 2000

45000 6,92

6,935 4 22,5 2000 6,95

Page 42: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

29

Lampiran 11 Uji normalitas pH dan viskositas krim

Kolmogorov-Smirnova

Statistik Db Signifikan

nilai pH 0,151 10 0,200*

viskositas 0,159 10 0,200*

Keterangan : (*) berarti data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05

Lampiran 12 Analisis ragam pH krim

Sumber Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F hitung Signifikan

Karaginan ,217 4 ,054 ,722 ,613

Galat ,377 5 ,075

Total ,594 9 Keterangan: signifikan > 0,05 berarti tidak berpengaruh nyata

Lampiran 13 Analisis ragam viskositas krim

Sumber Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F hitung Signifikan

Karaginan 341650000,000 4 85412500,000 46,169 ,000

Galat 9250000,000 5 1850000,000 Total 350900000,000 9

Lampiran 14 Uji Duncan viskositas krim

Konsentrasi karaginan

N α=0,05

1 2 3 4 1

0% 2 30000,0000 0,25% 2 33500,0000 0,5% 2 38250,0000 0,75% 2 42750,0000

1% 2 46000,0000

Lampiran 15 Persentase penyusutan bobot krim

Konsentrasi

karaginan Ulangan

Bobot Selisih

Persentase

(%) Persentase

rata-rata (%) Awal Akhir

0% 1 4,0 3,58 0,42 10,5

9,39 2 3,99 3,66 0,33 8,27

0,25% 1 4,01 3,68 0,33 8,23

7,87 2 3,99 3,69 0,3 7,52

0,5% 1 4,01 3,71 0,3 7,48

6,87 2 3,99 3,74 0,25 6,27

0,75% 1 4,02 3,74 0,28 6,97

6,48 2 4 3,76 0,24 6,00

1% 1 4,02 3,76 0,26 6,47

6,23 2 4,01 3,77 0,24 5,99

Page 43: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

30

Lampiran 16 Uji normalitas penyusutan bobot krim

Kolmogorov-Smirnova

Statistik Db Signifikan

Penyusutan bobot 0,164 10 0,200*

Keterangan: (*) berarti data menyebar normal yaitu signifikan > 0,05

Lampiran 17 Analisis ragam penyusutan bobot krim

Sumber Jumlah kuadrat Db Kuadrat tengah F hitung Signifikan

Karaginan ,021 4 ,005 3,870 ,085

Galat ,007 5 ,001

Total ,028 9 Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

Lampiran 18 Uji Duncanpenyusutan bobot

Konsentrasi karaginan N α=0,05

1 2 1

1% 2 ,2500

0,75% 2 ,2600

0,5% 2 ,2750

0,25% 2 ,3150 ,3150

0% 2 ,3750

Lampiran 19 Data mentah total mikroba

Pengenceran

Jumlah mikroba (Koloni/unit)

Kar. 0% Kar. 0,25% Kar. 0,5% Kar. 0,75% Kar. 1% Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2 Ul. 1 Ul. 2

101 - - - 1 - - - 2 9 14

102 - - - - - - - - - -

103 - - - - - - - - - -

Page 44: EFEK FOTOPROTEKTIF BUAH BAKAU Rhizopora mucronata … · menyatakan, bakau memiliki kandungan senyawa antioksidan dan mengandung senyawa fenolik. Berdasarkan Mokodompit et al. (2013),

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada 8

September 1991 putri pasangan Sukma Prawiranegara dan

Wa Ode Siti Marwiyah Sipala S.Sn, M.Hum. Pada tahun

2009 menyelesaikan pendidikan menengah atas yang

ditempuh di SMA Negeri 1 Bogor dan di tahun yang sama

penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian

Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri). Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam

organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Teknologi

Hasil Perairan (HIMASILKAN) divisi kewirausahaan tahun

kepengurusan 2011-2012 dan Fisheries Processing Club tahun kepengurusan 2010-

2012. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Iktiologi tahun

2011-2012, asisten praktikum Mata Kuliah Biologi Laut tahun 2011/2012, asisten

praktikum Mata Kuliah Diversivikasi dan Pengolahan Hasil Perairan tahun

2012/2013, asisten praktikum Mata Kuliah Limbah Industri Hasil Perairan

2012/2013, asisten praktikum Mata Kuliah Biokimia Hasil Perairan 2012/2013, dan

asisten praktikum Mata Kuliah Pengujian Bahan Baku Hasil Perairan 2012/2013.

Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah PKM-Gagasan Tertulis dan

PKM-Penelitian 2012 yang didanai oleh DIKTI.