Efek Aplikasi Topikal Aloe Vera pada Penyembuhan Luka Bakar Derajat Kedua (1).docx
-
Upload
stevanus-jonathan -
Category
Documents
-
view
186 -
download
3
Transcript of Efek Aplikasi Topikal Aloe Vera pada Penyembuhan Luka Bakar Derajat Kedua (1).docx
PROPOSAL PENELITIAN
Nama: Corry Quando Yahya
NIM: 07120090050
SEMESTER V
Efek Aplikasi Topikal Aloe Vera pada Penyembuhan Luka Bakar Derajat Kedua
Bab I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini masyarakat dunia dan juga Indonesia mulai mengutamakan penggunaan obat secara alami (back to nature). Pemanfaatan herbal medicine ramai dibicarakan, termasuk dalam manfaatnya, namun kebanyakan informasi yang ada hanya sebatas bukti empiris belum bukti ilmiah. Demikian juga dengan tanaman aloe vera, banyak diinformasikan manfaatnya dalam mengurangi risiko kanker, mempercepat penyembuhan luka, dan mengurangi proses peradangan namun informasi dan jurnal ilmiah mengenai topik ini masih sangat sedikit.1
Tanaman Aloe Vera gampang untuk dibudidayakan dan harganya yang terjangkau membuat tanaman tersebut menjadi alternatif yang baik untuk pengobatan secara alami pada masyarakat Indonesia. Bagian dalam Aloe Vera mengandung lendir (juga disebut sebagai gel) serta sari yang terdiri dari berbagai macam zat. Gel lidah buaya adalah gel alami dan murni yang diperoleh dengan melucuti lapisan luar daun. Lidah buaya berkonsentrasi atau ekstrak adalah produk yang diperoleh ketika air telah dikeluarkan dari gel tersebut. Proposal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi ekstrak aloe vera pada penyembuhan luka bakar, khususnya luka bakar derajat kedua.
Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti cairan kimia, air panas, listrik, api, radiasi dan benda panas. Menurut buku ‘Wound Care Essentials2, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi tiga derajat yaitu dengan penilaian kedalaman lapisan kulit yang rusak. Pada luka bakar derajat pertama, gambaran histologi menunujukkan adanya kerusakan atau jejas pada lapisan epidermis saja. Luka ini paling sering disebabkan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan. Luka bakar derajat kedua umumnya disebabkan oleh luka yang disebabkan kontak dengan air panas selama lima sampai sepuluh detik dan dibagi menjadi luka bakar derajat kedua superficial, median dan dalam. Gambaran histologi menujukkan kerusakan yang terjadi pada seluruh lapisan epidermis sampai kepada setengah kedalaman dermis. Pada akhirnya, luka bakar derajat ketiga sering disebabkan oleh kontak langsung dengan api. Gambaran histologi pada jejas ini menunjukkan kerusakan pada seluruh lapisan kulit, yaitu epidermis, dermis dan sering melibatkan lapisan subkutan.
Penyembuhan luka secara fisiologis bergantung kepada tingkat kedalaman, panjang dan luas dari luka tersebut. Semakin dalam, panjang dan lebar luka, semakin lama waktu yang diperlukan tubuh untuk penyembuhan secara sempurna. Umumnya, luka bakar derajat pertama membutuhkan waktu kurang dari tujuh hari atau seminggu. Untuk luka bakar derajat kedua, penyembuhan membutuhkan waktu 10 sampai 14 hari (yang superfisial); 14 sampai 30 hari untuk luka bakar derajat kedua (yang median); dan empat sampai sepuluh minggu untuk
penyembuhan luka bakar derajat kedua (yang dalam). Pada luka bakar derajat ketiga, resiko infeksi menjadi meningkat oleh karena kerusakan jaringan kulit mencapai lapisan subkutan yang seharusnya mengandung sel imunologik yang berperan untuk melawan mikrobia. Selain itu, penyembuhan luka bakar derajat ketiga juga sering diikuti oleh pembentukan jaringan parut (scar), keloid disertai dengan/tidak adanya pigmentasi kulit.
Pada proposal penelitian ini, Aloe Vera yang digunakan adalah ekstrak dari aloe vera barbadensis yang mengandung zat aktif yang berfungsi sebagai antiseptik, antibakteri, anti peradangan dan sejumlah growth factors yang dapat merangsang pertumbuhan sel atau regenerasi.3
B. Aloe Vera (Aloe Vera Barbadensis)Tanaman Aloe Vera atau yang disebut sebagai ‘lidah buaya’ adalah tanaman berwarna hijau
dengan daun yang berbentuk runcing, segi tiga dan isinya mengandung lendir. Klasifikasi aloe vera menurut The Plant Classification Handbook adalah sebagai berikut:4
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Asparagales
Famili: Asphodelaceae
Genus: Aloe
C. Zat-zat yang terdapat pada Aloe Vera
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moghaddasi SM, Aloe Vera mengandung zat aktif C-glucosyl chromone, lupeol, asam salisilat, cinammonic acid, fenol, sulfur, giberellin dan glucomann. Senyawa senyawa ini di ketahui memiliki sifat diantaranya sebagai anti mikrobial, anti inflamasi, dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka karena mengandung beberapa growth factors. 3
C-glucosyl chromone bersifat sebagai zat anti-inflamatori dengan cara menghambat jalur siklooksigenase sehingga produksi prostaglandin E2 menjadi berkurang. Reduksi dari prostaglandin lalu menyebabkan pengurangan pada gejala-gejala inflamasi yaitu: rubor (kemerahan), calor (panas), dolor(nyeri), tumor(bengkak) dan functio lasae (penurunan fungsi pada jaringan), pada fase inflamasi dari penyembuhan luka.
Lupeol, asam salisilat, cinammonic acid, fenol, sulfur memiliki aktivitas antiseptik dengan cara menghambat pertumbuhan dari jamur, bakteri maupun virus sehingga dapat mengurangi angka kejadian infeksi pada luka.
Giberellin memiliki kemampuan sebagai growth inducer (pemicu pertumbuhan). Mekanisme yang diduga adalah dengan cara berinteraksi dengan reseptor faktor pertumbuhan pada sel-sel fibroblas. Ikatan ini lalu merangsang aktivitas dan proliferasi dari sel fibroblas sehingga sintesis kolagen meningkat, dan dapat mempercepat fase proliferatif dari penyembuhan luka.
Glucomannan dengan gugus polisakarida berperan sebagai pemercepat kontraksi luka oleh karena pengaruhnya untuk mengubah tipe kolagen satu ke tipe tiga yang berfungsi untuk mempererat derajat cross-linking dari serabut kolagen tersebut. Dengan demikian, glucomannan berfungsi untuk memperkuat dan mempercepat fase maturasi/remodeling dari penyembuhan luka.
D. Perumusan Masalah
Penggunaan skin grafting dan aplikasi topikal produk biomedis seperti kortikosteroid, ekstrak plasenta dan antibiotik sering digunakan untuk membantu dalam proses penyembuhan luka bakar. Namun, obat-obatan ini umumnya mahal dan masing-masing dapat menyebabkan efek samping seperti kemerahan, gatal dan nefrotoksisitas.5 Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Aloe Vera dalam penyembuhan luka bakar derajat kedua (yang superfisial) sekaligus membandingkan tingkat penyembuhan dengan produk biomedis: bioplacenton yang mengandung ekstrak plasenta sebanyak 10%, selama waktu yang telah ditetapkan, yaitu dua minggu.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah: Ekstrak Aloe Vera memiliki kemampuan untuk mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat kedua oleh karena kandungan zat-zat aktif maupun kandungan airnya yang tinggi untuk mempenetrasi hingga lapisan kulit yang terdalam.
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari proposal penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa penggunaan tanaman Aloe Vera sebagai obat alami untuk pengobatan luka bakar efektif dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Jika hipotesis dari penelitian ini terbukti benar, Aloe Vera menjadi salah satu obat herbal yang ekonomis, terjangkau dengan mempunyai efek samping minim bagi penderita luka bakar.
C-glucosyl chromone (anti-inflamasi)
Lupeol, Asam salisilat, Urea Nitrogen dan zat antiseptik lainnya
Giberellin merangsang sel fibroblas untuk mengeluarkan kolagen
Glucomann mempercepat kontraksi luka dan pergantian tipe kolagen
Luka
Fase Inflamasi
Fase Proliferatif
Fase Maturasi
Agregasi Kemotaksis Inflamasi
Angiogenesis Fibroblas Neokolagenesis
Penggantian tipe kolagen III I Kontraktur luka
Penyembuhan
Masuknya bakteri, virus dan jamur untuk menyebabkan infeksi dan peradangan yang hebat
Bab II: KERANGKA KONSEP
Figur 1.2
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamik. Proses ini membutuhkan respon vaskuler, seluler dan substansi media untuk bekerja secara sinerjis dalam menyebabkan reparasi pada jaringan yang terkena jejas. Penyembuhan luka bakar dibagi menjadi tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi atau yang disebut remodelling.9
1. Fase inflamasi
Fase ini terjadi sejak terjadinya luka hingga sekitar hari kelima. Dalam fase inflamasi terjadi respons vaskular dan seluler yang terjadi akibat luka atau cedera pada jaringan yang bertujuan untuk menghentikan perdarahan dan membersihkan daerah luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri. Pada awal fase inflamasi, terputusnya pembuluh darah akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha untuk menghentikannya (hemostasis), dimana dalam proses ini terjadi konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi), agregasi (perlengketan) platelet/trombosit dan pembentukan jala-jala fibrin dan aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah.
Proses tersebut berlangsung beberapa menit dan kemudian diikuti dengan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) setempat yang menyebabkan edema (pembengkakan/inflamasi). Selain itu juga terjadi rangsangan terhadap ujung saraf sensorik pada daerah luka. Sehingga pada fase ini dapat ditemukan tanda-tanda inflamasi atau peradangan seperti kemerahan, teraba hangat, edema, dan nyeri.
Aktivitas seluler yang terjadi berupa pergerakan sel leukosit (sel darah putih) ke lokasi luka dan penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh leukosit. Inilah yang disebut kemotaksis.
2. Fase proliferasi
Setelah fase inflamasi berakhir, fase proliferasi berlangsung sampai sekitar akhir minggu ketiga. Pada fase ini, sel fibroblas berproliferasi.Fibroblas menghasilkan mukopolisakarida, asam amino dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen yang akan mempertautkan tepi luka. Fase ini dipengaruhi oleh substansi yang disebut growth factor. Pada fase ini terjadi proses angiogenesis, yaitu proses pembentukan kapiler baru untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka. Angiogenesis distimulasi oleh suatu growth factor yaitu TNF-alpha2 (Tumor Necrosis Factor-alpha2). Fase proliferasi juga melibatkan granulasi, yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler pada dasar luka dengan permukaan yang berbenjol halus (jaringan granulasi) dan re-epitelisasi yang merupakan proses pembentukan epitel baru pada permukaan luka.
3. Fase maturasi atau remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung berbulan-bulan untuk menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan yang lebih kuat dan berkualitas. Pembentukan kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi menjadi kolagen yang lebih matang (dari kolagen tipe III-I). Pada fase ini terjadi penyerapan kembali sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru serta pemecahan kolagen yang berlebih.
Selain pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecah. Kolagen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka tidak akan menutup dengan sempurna. Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal pada luka, yaitu kontraksi luka. Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka. Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-beta (Transforming Growth Factor-beta).
Aloe Vera mengandung zat-zat yang dapat membantu penyembuhan luka karena ia mempunyai bermacam-macam zat yang berperan untuk membantu setiap fase dalam peyembuhan luka. Menurut penelitian Moghaddasi SM, Verma SK3, Aloe vera mengandung zat Lupeol, Asam salisilat, Urea Nitrogen, fenol dan sulfur yang bersifat sebagain zat antiseptik. Hal ini tentunya penting untuk menurunkan risiko infeksi pada luka. Kedua, Aloe Vera mempunyai C-glucosyl
chromone yang terbukti dapat mensupresi proses inflamasi, dengan cara penghambatan substansi penyebab kemerahan, nyeri dan rasa panas pada lokasi jejas tersebut. Dalam hal ini, Aloe Vera berperan untuk meringankan rasa nyeri pada penderita luka. Ketiga, gibberellin yang terdapat pada Aloe Vera memicu pertumbuhan sel fibroblas untuk berproliferasi sehingga kolagen disekresikan dalam jangka waktu yang lebih cepat. Hal ini mempercepat proses perlengkatan kulit diantara jaringan yang luka sekaligus mengurangi risiko infeksi oleh mikroba. Keempat, Aloe Vera mengandung zat Glucomannam, suatu zat polisakarida yang berfungsi untuk merangsang kerja miofibroblas dalam menarik tepi-tepi luka kearah sentral. Selain itu, Glucomannan juga dapat membantu dalam pergantian kolagen yang belum matang (tipe III) ke kolagen yang lebih kuat dan matur (tipe I), walaupun mekanisme kerjanya belum diketahui.
Dengan ilmu yang sudah didapatkan melalui riset kandungan zat-zat aktif didalam Aloe Vera, proposal penelitian ini berharap untuk menemukan bukti ilmiah dari tanaman aloe vera untuk penyembuhan luka secara aman dan efektif.
Bab III: METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan 60 ekor tikus Wistar jantan, berusia 80 hari dengan berat rata-rata 200gr6. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Almeida, C. et al7, spesies tikus ini adalah spesimen yang ideal untuk digunakan dalam riset penyembuhan luka bakar oleh karena resistensinya untuk mengalami infeksi berikut juga dengan umurnya yang relatif panjang. Klasifikasi tikus Wistar, menurut buku The Laboratory Rat8 adalah sebagai berikut:
1. Kingdom: Animalia 2. Filum: Chordata 3. Kelas: Mamalia 4. Orde: Rodentia5. Famili: Muridae 6. Genus: Rattus 7. Species: Rattus norvegicus
B. Populasi Penelitian
Penelitian ini akan membagi 60 ekor tikus Wistar menjadi 3 kelompok, yaitu:
a). Kelompok Positif adalah kelompok tikus Wistar yang mendapat bioplacenton 1g pada daerah yang terluka.
b). Kelompok Negatif adalah kelompok tikus Wistar yang tidak diberi apapun pada daerah yang terluka.
c). Kelompok Tes adalah kelompok tikus Wistar yang mendapat 1mL aloe vera liquid pada daerah yang terluka.
C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi adalah tikus-tikus yang mendemonstrasikan perilaku yang sehat seperti makan, minum, tidur dan bermain roda, berikut juga mengalami penyembuhan luka Kriteria ekslusi adalah tikus-tikus yang mengalami infeksi sistemik akibat tindakan perlukaan.
D. Cara pengambilan sampel
Untuk membuat luka pada tikus, metode yang digunakan adalah dengan membuat luka melepuh. Metode ini telah teruji secara efektif dan mempunyai reabilitas yang tinggi untuk membuat perlukaan yang sama (uniform), pada ketiga kelompok tikus.6 Untuk membuat perlukaan, ikuti cara sebagai berikut:
1. Cukur sebesar 3X3cm bulu punggung tikus dengan menggunakan alat cukur.2. Oleskan 1gr lidocaine pada bagian punggung tikus yang terekspos. Tunggu 3 menit agar
obat anatesi bekerja.3. Letakkan tikus pada penjepit besi dengan letak punggung menghadap kearah bak yang
telah dipanaskan dengan suhu 70 C.4. Celupkan bagian punggung tikus yang terekspos pada air panas selama 4 detik, lalu
angkat.5. Pilihlah satu tikus dari setiap kelompok. Tikus-tikus tersebut akan diambil jaringan
lukanya untuk mengkonfirmasi adanya luka bakar derajat kedua dengan cara histologi (pewarnaan H&E).
6. Keringkan bagian kulit yang basah dengan kapas, lalu berikan bioplacenton atau aloe vera tergantung pada kelompok masing-masing tikus.
7. Gunakan kain kasa secukupnya untuk menutupi bagian yang terluka. Selain berguna untuk mengurangi risiko infeksi pada perlukaan, kain kasa juga berguna sebagai alat pelindung pada saat ia membersihkan bulunya(grooming).
8. Pada hari ketujuh, pilihlah satu tikus dari masing-masing kelompok. Tikus-tikus tersebut akan diambil jaringan lukanya untuk melihat perkembangan dari penyembuhan luka bakar dengan cara histologi (pewarnaan H&E).
9. Pada hari-14, pilihlah lima tikus dari masing-masing kelompok. Tikus-tikus tersebut akan diambil jaringan lukanya untuk melihat perkembangan dari penyembuhan dari luka bakar dengan cara histologi (pewarnaan H&E). Inilah akhir dari penelitian ini.
Ambil satu tikus Ambil satu tikus Ambil satu tikus
Konfirmasi gambaran histopatologi
Beri BioPlacenton Beri Aloe Vera ekstrak Tidak diberi apa-apa
Hari - 1
Ambil satu tikus Ambil satu tikus Ambil satu tikus
Konfirmasi gambaran histopatologi
Ambil lima tikus Ambil lima tikus Ambil lima tikus
Konfirmasi gambaran histopatologi
Hari - 14
Hari - 7
Tikus Wistar (60)
PERLUKAAN
Kelompok Positif (20) Kelompok Tes (20) Kelompok Negatif (20)
Figur 1.1
E. Cara kerja penelitianUntuk mengkonfirmasi luka baka derajat kedua, gambaran histopatologi dari satu tikus akan diambil dari setiap kelompok uji. Pada luka bakar derajat kedua, gambaran secara mikroskopis akan menunjukkan luka pada bagian epidermis sampai pada kedalaman setengah dermis. Setelah perlukaan dibuat, luka ini akan dievaluasi dan dicatat perkembangannya setiap hari. Luka akan diukur dari panjang dan luas permukaannya. Data yang telah terkumpul mengenai panjang dan luas dari masing-masing kelompok tikus akan dianalisa dengan menggunakan Chi Square dan uji Fischer. Hasilnya akan menjadi data quantitatif dari penelitian ini.
Data deskriptif juga akan diamati dengan cara mencatat berapa lama fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi berlangsung, dengan pengamatan klinis dan histolopatologi.
F. Rencana Analisis
Semua tikus akan diukur panjang lukanya dengan menggunakan disposable wound ruler. Data ini akan diambil setiap hari sampai pada hari ke-14 pada saat pengukuran luka dihentikan. Dari hari satu sampai pada hari keempat belas, pengukur juga harus mengobservasi kapan luka
mengalami perubahan fase. Perubahan setiap fase ini dapat dilihat dengan klinis seperti melihat kapan peradangan (warna kemerahan) mulai memudar; jaringan parut mulai menutup luka, dan kapan luka tersebut menutup secara sempurna. (0.1cm-14.0cm)
Proposal penelitian ini bersifat deskriptif dan analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional study. Subyek penelitian adalah tikus Wistar dengan jumlah total 60 ekor. Rencana analisis data dalam penelitian ini ialah:
1). Membuat tabel persentasi pada masing-masing kelompok.
2). Menggunakan Annova untuk analisis data dengan pake SPSS for windows.
Bab IV: ANGGARAN
Jumlah Harga Total Tikus Wistar 60 Rp25,000 Rp1,500,000
Aloe Vera extract 0.95L 1 Rp150,000 Rp150,000 Topical Lidocaine Gel (25g) 1 Rp55,000 Rp55,000
Bioplacenton Gel (15g) 2 Rp30,000 Rp60,000 Sewa Laboratorium (30 hari) 1 Rp 500,000 Rp500,000
Teknisi 1 Rp200,000 Rp200,000Pembuatan Preparat 21 Rp125,000 Rp2,625,000
Alat immersi 1 Rp20,000 Rp20,000 Disposable wound ruler
(250/box)4 Rp240,000 Rp960,000
TOTAL Rp6,070,000
REFERENSI
1. Maenthaisong R, Chaiyakunapruk N, Niruntraporn S, Kongkaew C. The efficacy of aloe vera used for burn wound healing: a systemic review. Journal of Burns. 2007 Sep;33(6):713-8
2. Baranoski S, Ayella E. Wound Care Essentials. England: Lippincott Wiliams & Wilkins;2007.p.10-11.
3. Moghaddasi SM, Verma SK. Aloe Vera, their chemical composition and applications: A review. International Journal of Biological & Medical Research.2011;2(1):466-71
4. Spilsbury L, Spilsbury R. Plant Classification (The Life of Plants). England: Hainemann-Raintree;2008.p.30-31
5. Burden AD, Beck MH. Contact hypersensitivity to topical corticosteroids. Burn Journal Dermatology. 1992 Nov; 127(5):497-500
6. Heredero SFX, Hamann C, Obispo MJM,et al. Experimental Burn Models. Annals of Burns and Fire Disasters.1996 June;2(11)
7. Almeida, SM, Cruz, AD, Ferreira, RI et al. Effect of low dose electron radiation on rat skin wound healing. Brazilian Dentistry Journal. 2007; 18(3):208-14
8. Krinke GJ, Bullock GR. The Laboratory Rat (Handbook of Experimental Animals). Los Angeles, California: Academic Press; 2000.p. 55-57
9. Baranoski S, Ayella E. Wound Care Essentials. England: Lippincott Wiliams & Wilkins;2007.p.30-34.