Edulightmedia April 2012

20
Pendidikan Yang Menerangi Bangsa Isu-isu Kritis Pengembangan dan Pembinaan Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan Energi Pemelajaran Edisi I No.1 April 2012 Pendidikan Untuk Pencerahan Soal Try Out Bahasa Inggris UKI: Miniatur Indonesiaku DARI 1 MENJADI 11 SMK PASKITA GLOBAL

description

Majalah Pendidikan Online April 2012 bertema Net Education for Enlightening

Transcript of Edulightmedia April 2012

Page 1: Edulightmedia April 2012

Pendidikan Yang Menerangi Bangsa

Isu-isu Kritis Pengembangan dan Pembinaan Profesi Guru

dan Tenaga Kependidikan

Energi Pemelajaran

Edisi I No.1 April 2012

Pendidikan Untuk Pencerahan

Soal Try Out Bahasa Inggris

UKI: Miniatur Indonesiaku

DARI 1 MENJADI 11SMK PASKITA GLOBAL

Page 2: Edulightmedia April 2012
Page 3: Edulightmedia April 2012

Kebutuhan akan pendidikan sangat dirasakan oleh bangsa Indonesia, dikarenakan semakin banyaknya usia anak sekolah (6 s/d 12 tahun) di bangsa ini. Di semua provinsi dan kabupaten di seluruh Indonesia merasakan hal ini. Dengan demikian merupakan tantangan bagi Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengembangkan dunia pendidikan yang ada di daerahnya.

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi umat manusia, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan tidak mengenai usia, dalam arti bahwa sampai usia tuapun manusia berhak mendapatkan pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia, lembaga pendidikan harus menempatkan diri sebagai pusat keunggulan (center of exellence). Oleh karena itu, mutu pendidikan nasional perlu ditingkatkan, baik pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Dunia pendidikan tidaklah terlepas dari tenaga pendidik (dalam hal ini guru), di mana pengembangan dunia pendidikan di daerah berarti juga berbicara mengenai pengembangan tenaga guru.

Guru adalah jantung dari dunia pendidikan, di mana kalau ingin mendapatkan lulusan yang bermutu, maka juga diperlukan penggerak yang bermutu pula. Penggerak di sini adalah guru. Seorang guru berjasa bagi siswa dan berjasa pula bagi daerah di mana dia berada. Karena seorang guru bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu guru juga adalah salah satu komponen penting untuk sekolah yang bermutu.

Selain guru, ada hal kedua yang penting dalam menjadikan pendidikan sebagai pusat keunggulan (center of exellence), yaitu manajemen sekolah dan sistem pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Sekolah yang bermutu bukanlah sekolah yang mahal, tetapi ada sinergi (keteraturan) di dalam sistem manajemen sekolah dan sistem pendidikan yang semuanya menopang Proses Belajar Mengajar di dalam kelas.

Seorang guru bukan hanya bertugas untuk mengajar melainkan juga seorang guru perlu mencerminkan karakter guru bagi peserta didik, sebab peserta didik bukan hanya belajar dari mendengarkan teori yang disampaikan oleh guru, tetapi juga perlu menerima perilaku yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal tersebut dikarenakan seorang murid bukan hanya mengalami perkembangan dalam kognitif, melainkan juga dalam afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu guru selain perlu memiliki kecakapan dalam bidang keilmuan yang diajarkan dan pedagogik melainkan juga kecakapan dalam karakter dan kepemimpinan, karena guru juga perlu memimpin kehidupan peserta didik.

Karakter dalam diri guru merupakan pribadi yang menyinari peserta didik. Terang dalam dunia pendidikan bukan hanya bermula dari sisi kognitif peserta didik, dimana peserta didik memperoleh nilai yang tinggi, tetapi berawal dari pribadi guru yang mencerminkan karakter guru. Karakter pendidik siap ditiru oleh semua peserta didik, seperti juga Yesus yang merupakan Guru Agung telah memberikan teladan yang sempurna bagi manusia khususnya pendidik. >>>

edulightmedia >> http://edulight.uk.ac.id

Page 4: Edulightmedia April 2012

Golden Kids

Menjadi terang bagi bangsa bukan hanya dilakukan dalam dunia pendidikan bagi anak-anak normal, melainkan juga bagi anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan kasih sayang dan pendidikan yang spesial. Anak-anak berkebutuhan khusus tidak pernah meminta untuk menjadi anak cerdas dan super, tetapi mereka hanya meminta kasih sayang yang khusus dari orang-orang sekitarnya khususnya orangtua dan pendidik.

Oleh sebab itu Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKI memiliki keterpanggilan dalam mendidik dan melatih anak-anak berkebutuhan khusus supaya anak-anak berkebutuhan khusus menemukan bakat atau kemampuan spesial yang ada di dalam diri mereka.

VISI: Menjadikan anak berkebutuhan khusus hidup mandiri dan mengenal kemampuan-kemampuan positif dalam diri mereka.

MISI:1. Memberikan pelayanan kasih bagi anak

berkebutuhan khusus agar mereka dapat hidup mandiri dan memahami potensi-potensi dalam diri mereka.

2. Membimbing anak berkebutuhan khusus agar mereka mengenal bahwa mereka adalah citra/gambar Allah.

3. Mendidik anak berkebutuhan khusus agar mereka memiliki pengetahuan akan Ilmu Pengetahuan.

Pusat Pelatihan ini, kami beri nama GOLDEN KIDS, karena setiap anak-anak berkebutuhan khusus adalah spesial bagi kami, seperti emas yang sangat berharga. MEREKA adalah ANAK-ANAK EMAS yang adalah anak manusia yang perlu dididik dengan kasih sayang.

Pusat pelatihan ini juga merupakan Laboratorium Kliniks bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP-UKI, untuk mereka dapat mempraktekan teori mengenai Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan kesehatan mental, sehingga tenaga pengajar untuk Golden Kids adalah mahasiswa-mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP-UKI pada tingkat akhir. Dengan demikian setiap alumni Bimbingan dan Konseling FKIP-UKI bukan hanya bekerja sebagai guru BK, tetapi juga dapat menjadi pendidik bagi Anak

Tempat Belajar : Lab Konseling FKIP-UKI Lt. 2. Jl. Mayjen Sutoyo No. 2, Kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur,

Waktu : Senin-Jumat 08.30-13.30 WIBKonsultan : dr. Dharmawan Ardi, SPKJ

Kegiatan Golden Kids

Seminar A Simple Character Education for A Great Man, dengan Pembicara: Ronny Gunawan, MA., M.Pd.; Melda R. Simorangkir, S.Pd.; dengan moderator: Renata Ernawati S. M.Pd. merupakan kepedulian program studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKI terhadap generasi penerus bangsa Indonesia. Karakter merupakan satu indikator penting dalam kehidupan manusia, sebab karakter merupakan cerminan hidup manusia itu sendiri. Bangsa yang berkarakter perlu dimulai dari individu per individu warga Negara yang berkarakter. Pembangunan karakter manusia Indonesia seyogyanya perlu dimulai dari diri guru, seorang guru yang baik adalah guru yang memiliki karakter yang patut dicontoh oleh peserta didik. Pembangunan karakter bukanlah hal yang sulit diterapkan kalau pembangunan itu dimulai sejak usia dini.

Kegiatan Talkshow Golden Kids Prodi BK pada tanggal 24 Februari 2012 dengan pembicara: Ronny Gunawan, MA., M.Pd. (Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKI) dan Melda R. Somorangkir, S.Pd. (Direktur Golden Kids) merupakan wujud kasih program studi Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik di Golden Kids yang adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Wujud kepedulian ini dicerminkan melalui tema Pendidikan Seks Bagi ABK, sebuah penyampaian materi singkat dan diskusi bagi orangtua murid Golden Kids. Sampai saat ini Golden Kids Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP UKI memiliki 14 peserta didik anak berkebutuhan khusus yang memiliki rentangan usia dari 5 tahun sampai dengan 21 tahun. Dalam pertemuan dengan orangtua ini Golden Kids juga menampilkan karya-karya anak berkebutuhan khusus yang belajar di Golden Kids. (RG)

Page 5: Edulightmedia April 2012

Saatnya mengumumkan pemenang. Pemenang dari Speech Contest adalah Juara I: Kristi Helena dari SMAK 7 Penabur; Juara II: Smitha Annisaghara dari SMAN 1 Cibinong; Juara III: Wanda Widya dari SMA Pax Patriae; dan Dina Chaerani dari SMKN 22 Jakarta sebagi Best Performance. Sedangkan juara I, II, III, dan Best Performance pada Storytelling Contest adalah berturut-turut Saskia Salsa Nisa (SMAN 104 Jakarta), Sinta Nurlia (SMAN 1 Cibinong), Hanifah Belda (SMAN 107 Jakarta), dan Rizky Sugiharti (SMA PLUS PGRI Cibinong). Masing-masing juara mendapatkan uang tunai, thropy, dan sertifikat penghargaan.

Edulight mengucapkan selamat kepada teman-teman yang mengikuti acara ini, walaupun tidak dapat juara, tapi pengalaman mengikuti acara ini membuat teman-teman semangat terus belajar, dan tahun depan ikut lagi. Dan tentunya EduLight juga mengucapkan selamat kepada para pemenang, terus berprestasi dimanapun Anda berada, bagikan pengalaman ini kepada teman-teman yang lain

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UKI melaksanakan Speech and Storytelling Contests 2012, pada Sabtu, 18 Februari 2012. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan rutin kemahasiswaan yang dilaksanakan setiap tahun.

“Setiap tahun kegiatan ini dilaksanakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, dan setiap tahun ada peningkatan. Tahun ini diikuti oleh 55 orang dari 35 Sekolah SMA-SMK Se-Jobodetabek.” Demikian dilaporkan oleh ketua panitia, Drs. Anggiat Hutabarat, M.Hum.

Dari kacamata EduLight, perlombaan ini berjalan dengan baik, sangat menyenangkan. Peserta dengan percaya diri menyampaikan pidatonya dalam bahasa Inggris dengan semangat 45 [hahaha]. Dan yang lebih lucunya adalah ketika edulight menonton Storytelling Contest, yang berada di ruangan terpisah dengan Speech Contest, pesertanya sangat kreatif dalam bercerita membuat para pendengar terhanyut dalam cerita mereka.

Apa ya tujuan panitia melaksanakan kegiatan ini? “Kegiatan ini dilaksanakan sebagai ajang bagi siswa-siswa SMA dan SMK Se-Jabodetabek untuk saling mengenal, berbagi informasi dan pengetahuan, menampilkan yang terbaik dari masing-masing sekolahnya, dan tentunya contest ini meningkatkan kepercayaan diri dan kemahiran berbicara peserta.” Demikian kata Feddy, Ketua HMJ Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UKI, ketika diwawancarai oleh EduLight.

Hufft.. tidak mudah juga mendapatkan juara di lomba ini. Mengapa tidak, contest ini dibagi dalam dua fase: eliminasi dan final. Dari puluhan peserta disaring menjadi Top 10, dari situ dipilih para juara.

Page 6: Edulightmedia April 2012

Dr. Abi Sujak, Sekretris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjamin Mutu Pendidikan (BPSDMP-PMP)Kemdikbuk RI, pada Kuliah Umum yang dilaksanakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Kristen Indonesia, Selasa, 06 Maret 2012, menyampaikan isu-isu kritis pengembangan dan pembinaan profesi guru dan tenaga kependidikan.

Sebelumnya, membuka kuliah umum ini, Ir. Maruli Gultom, rektor Universitas Kristen Indonesia Jakarta, menyampaikan bahwa pendidikan di daerah terpencil harus diperhatikan oleh pemerintah. Beliau menyampaikan bagaimana FKIP UKI pernah melakukan kerjasama dengan PT. Astra Tbk., untuk mengadakan survey dan assessment sekolah-sekolah binaan Astra, dan dari hasil assessment, FKIP UKI melakukan tindakan nyata

dengan malakukan pelatihan soft skill dan hardskill guru-guru di sekolah-sekolah binaan. Hasil dari pelatihan tersebut, sekarang sekolah-sekolah binaan tersebut menjadi sekolah unggulan di daerahnya.

Isu-isu kritis tersebut diantaranya menyinggung otonomi daerah, kualifikasi dan penilaian kinerja guru, pembinaan karir guru. Sekarang ini pengelolaan guru desentralisasi karena otonomi daerah. Hal ini menjadi kendala dalam distribusi guru dan kebijakan-kebijakan yang lain dalam hal pemerataan baik secara kualitas apalagi secara kwantitas dan matapelajaran. Apakah perlu disentralisiskan? Kemungkinan lebih baik, tapi harus adanya Peraturan Pemerintah atau Revisi UU No. 32 tentang Otomoni daerah.

Kualifikasi guru juga salah satu isu penting yang harus segera diperhatikan pemerintah. Data

sekarang, 48.69% guru belum S1/D4, dan banyak yang belum linier, serta sebanyak 70%

guru juga belum memiliki sertifikat pendidik. Ditambah lagi Penilaian Kinerja Guru (PKG) belum jelas pemetaan peran tentang pelaksanaan dan sistem pengendaliannya. Hal ini menyebabkan tidak bisa berlanjutnya Penilaian Kinerja Berkelanjutan karena belum

ada database berbasis sistem informasi dan kurikulum untuk setiap jenjang kepangkatan.

Selain itu, pelaksanaan pembinaan dan system kenaikan pangkat dilakukan secara manual dan konvensional, bahkan

pengangkatan kepala sekolah belum berdasarkan karir. Belum lagi sistem perlindungan terhadap profesi guru masih sangat minim, terutama di sekolah swasta.

Tunjangan guru juga perlu diperhatikan mengingat yang terjadi sekarang adalah masih menjadi masalah pada mekanisme pembayaran,

Dr. Abi SujakSekretris BPSDMP-PMP) Kemdikbuk RI

Page 7: Edulightmedia April 2012

Seharusnya ada regulasi bagi guru honor dan perlindungan dan pembinaan profesi.

Isu isu kritis ini perlu diperhatikan pemerintah dalam membuat undang-udang dan kebijakan-kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Dihimbau juga kepada para peneliti atau praktisi pendidikan agar melakukan penelitian tentang isu-isu tersebut sehingga tersedianya data yang memberikan kontribusi bagi kebijakan pemerintah.

komitmen daerah untuk pembayaran, dukungan data base lemah, juga terjadi kelemahan pada pengawasandan pengendalian, dan tunjangan yang seharusnya berdampak pada peningkatan kinerja belum tampak.

Isu strategis yang lain adalah peningkatan pendidikan di daerah khusus, yaitu daerah-daerah yang masih belum tersentuh pendidikan yang layak. Hal ini menjadi perhatian karena sekarang ini belum ada kriteria daerah khusus yang menyebabkan kualifikasi dan kompetensi guru sangatlah lemah.

Yang perlu diperhatikan lagi adalah mengenai guru honor (Guru Bantu, HONDA, GYT, dan GTT) dan asosiasi profesi guru karena belum adanya regulasi guru honor dan pendirian asosiasi profesi yang menyebabkan tidak optimalnya pembinaan profesi.

Dr. E. Handayani Tyas, M.Pd.(Dekan FKIP UKI)

Ir. Maruli Gultom(Rektor UKI)

Dr. Abi Sujak(Sekretris BPSDMP-PMP) Kemdikbuk RI)

Prof. W.B.P. Simanjuntak, Ph.D., M.Ed. (Pembantu Rektor UKI bidang Akademik)

Keterang foto (dari kiri ke kanan)

Foto oleh Sunarto

Page 8: Edulightmedia April 2012

Gagasan

Ungkapan Inggris, “Don’t judge a book from its cover” biasanya dimaknai menjadi “Jangan menilai sesuatu/seseorang berdasarkan penampilan luar/fisiknya.” Dalam berbagai konteks saya setuju dengan interpretasi ini. Namun dalam konteks tulisan, saya tidak sepakat. Sampul merupakan bagian integral sebuah buku. Semua hal yang terdapat pada sampul, khususnya judul dan sub-judul mencerminkan isi. Prinsip ini tidak hanya berlaku pada buku tetapi juga tulisan lain, seperti laporan, novel, artikel, dan sebagainya. Kalau sebuah judul dan subjudul tidak mewakili isi, pembaca tidak akan mampu memperkirakan apa yang dibahas dalam tulisan yang dilihatnya. Ketidakmampuan ini, kemudian, akan membuatnya sulit memutuskan untuk terus membaca atau tidak.

Peringatan dalam sub-judul artikel ini sangat jelas. Kamu diperingatkan untuk tidak membacanya. Kalau larangan ini dilanggar, kamu pasti berubah! Pesan ini serius, lho. Setiap orang yang pernah membaca artikel ini (baik remaja, dewasa, atau manula) mengaku mereka berubah! Jadi kalau kamu tidak mau diubah oleh tulisan ini, stop sekarang! Jangan teruskan membaca.

Eh…, sudah dilarang, kok masih dilanjutkan? Buktinya, kamu sudah tiba di alinea ketiga. Kok masih terus membaca? Apakah kamu tidak takut berubah? Kelihatannya, kamu termasuk kelompok orang yang berpendirian teguh (saya tidak mengatakan keras-kepala, lho!). Dalam hati, kamu mungkin bereaksi: “Ah, masa sih? Emangnye artikel ini berisi mantera Nyi Blorong, ayat-ayat sihir jin penghuni Lampu Aladin, atau jompa jampi Nenek Lampir, yang katanya bisa mengubah orang jadi kodok, patung, atau benda lainnya?

Bravo! penalaran kamu logis. Isi tulisan ini sama sekali tidak berhubungan dengan ayat-ayat sihir, mantera, jampi -jampi, dan yang sejenisnya. Sangat keterlaluan kalau wacana-wacana klenik seperti itu dimuat dalam tulisan bertema pendidikan, apalagi dalam media internet. Rasanya sangat aneh menyandingkan hal-hal berbau klenik dengan teknologi tinggi. Namun, walaupun tulisan ini tidak berhubungan

dengan ayat-ayat sihir, mantera, atau jampi, tetap saja isinya akan mengubah kamu. Uraian berikut akan membuktikannya.

Hal mendasar yang membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya (tumbuhan dan binatang) terletak pada kemampuannya mengembangkan segala sesuatu untuk mempermudah dan mempernyaman hidupnya. Manusia pra-sejarah tinggal di gua, namun generasi berikutnya membangun gubuk, kemudian rumah sederhana hingga gedung mentereng dengan perlengkapan canggih. Di pihak lain, burung sudah puas dengan sarang yang sama sekali tidak berubah dari zaman ke zaman. Dapat dipastikan burung tidak bernah berangan-angan mengganti dahan kayu dan rerumputan dengan batangan emas dan busa empuk sebagai material pembangun sarangnya. Contoh lain, untuk mempermudah komunikasi, manusia mengembangkan bahasa lisan menjadi simbol-simbol tertulis. Pada awalnya simbol-simbol itu diukir di atas batu, lalu dikembangkan menjadi simbol tertulis di atas daun atau kulit, kertas, dan selanjutnya menjadi simbol yang dikonversi ke dalam gelombang elektronik (telegram) dan dijital (internet). Di lain pihak, kancil yang terkenal sebagai binatang cerdik sekalipun tidak pernah menggunakan simbol tertulis.

Terdapat banyak faktor yang membuat manusia dapat mengembangkan segala hal dalam kehidupannya, sedangkan binatang atau tumbuhan tidak. Salah satu faktor tersebut adalah keberadaan rasa ingin tahu (curiosity) yang tak terbatas dalam diri manusia. Rasa ingin tahu selalu mendorong manusia untuk mengamati, bertanya, bereksperimen, dan menjelajah. Ketika kepalanya tertimpa buah apel, Isaac Newton bertanya-tanya, mengapa buah apel jatuh ke bawah, bukan ke samping, atau ke atas? Keingintahuan ini akhirnya menghasilkan teori gravitasi. Mungkin kepala sapi juga pernah tertimpa buah jambu ketika dia menggosokkan

Energi PemelajaranPERINGATAN: Jangan baca tulisan ini, atau kamu akan diubah!

Parlindungan PardedeStaff Pengajar FKIP UKI Jakarta

>>>

Page 9: Edulightmedia April 2012

badannya ke pohon jambu. Namun, karena rasa ingin tahunya sangat terbatas, si sapi tidak pernah mempertanyakan mengapa buah jambu jatuh ke bawah. Paling-paling dia hanya berpikir (itupun kalau dia mau menggunakan otaknya yang bervolume 3 kilogram—lebih dari dua kali lipat dari otak manusia yang rata-rata bervolume 1,4 kilogram) memang hal itu sudah seharusnya begitu. Akibatnya, hukum gravitasi

tidak pernah ditemukan oleh “masyarakat” sapi

Keberadaan rasa ingin tahu inilah yang membuat manusia tak berhenti belajar sejak dilahirkan (bahkan mungkin sejak dalam kandungan). Bisakah kamu mengingat bahwa sejak kecil kamu terus dihadapkan pada nayak hal baru? Karena hal-hal baru memuat hal-hal yang asing, kita terdorong ingin memahaminya. Sebagai contoh, bagi anak usia setahun, lilin yang menyala merupakan sesuatu yang baru dan menakjubkan. Setelah menyentuh apinya, dia jadi tahu api itu panas. Dengan cara yang relatif sama, si anak kecil juga memahami bahwa coklat itu manis, es krim itu dingin, remote control dapat digunakan untuk menyalakan atau mematikan TV, dan sebagainya.

Penjelasan dan contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pengamatan, penelitian atau penjelajahan yang didorong oleh rasa ingin tahu menghasilkan temuan, dan temuan tersebut kemudian membentuk pengetahuan. Pada hakikatnya, proses inilah yang disebut sebagai pemelajaran, dan pengetahuan yang diperoleh melalui pemelajaran seperti ini secara umum takkan pernah menguap dari dalam diri seseorang. Buktinya, setelah menyentuh api ketika kanak-kanak, pernahkah kamu lupa bahwa api itu panas? Setelah menyentuh, mengupas, dan memakan jeruk, pernahkan kamu melupakan jeruk? Jadi, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan energi yang menggerakkan pemelajaran. Hal ini dapat dianalogikan dengan fungsi listrik bagi televisi, AC, computer, dan peralatan lain; atau fungsi bensin atau solar bagi kendaraan bermotor.

Tanpa listrik, televisi tidak akan menyala. Tanpa bensin atau solar, mobil akan mogok. Tanpa curiosity, pemelajaran tidak akan berlangsung!

Mengapa rasa ingin tahu berperan sebagai energi bagi pemelajaran? Hal ini disebabkan paling tidak oleh empat hal. Pertama, rasa ingin tahu membuat pikiran aktif. Individu yang memiliki rasa ingin tahu selalu bertanya dan mencari jawaban. Pikirannya tidak pernah pasif. Karena pikiran mirip dengan otot yang semakin kuat karena dilatih secara teratur, latihan -latihan mental yang dipicu oleh rasa ingin tahu akan membuat pikiran semakin tajam.

Kedua, rasa ingin tahu membuat pikiran terbuka terhadap hal-hal baru dan berbagai kemungkinan pada hal-hal biasa. Pada umumnya anak-anak tak berhenti bertanya dan bereksplorasi karena rasa ingin tahu mereka terus menerus membuka pikiran mereka terhadap berbagai hal baru. Ingat, bagi bayi berusia enam bulan sebuah jeruk merupakan sesuatu yang baru. Jangan heran bila dia terus menerus mengeksplorasi (menyentuh, mencium, menggigit, melempar) buah yang dalam kondisi normal luput dari perhatian orang dewasa.

Fakta bahwa rasa ingin tahu membuat pikiran terbuka terhadap hal-hal baru dan berbagai kemungkinan mengindikasikan bahwa keingintahuan merupakan landasan kreativitas, yang dipahami sebagai proses menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Tanpa rasa ingin tahu, tidak mungkin seseorang dapat menghubungkan dan mengelaborasi (memodifikasi, mengurangi, memperkaya dan mengombinasikan dua atau lebih hal (ide atau objek) untuk membentuk ide atau objek yang baru. Ketika kamu diliputi rasa ingin tahu yang kuat, pikiranmu bersiaga untuk mengenali dan menangkap ide-ide baru dalam berbagai hal lama. Tanpa rasa ingin tahu, ide-ide yang muncul akan berlalu begitu saja. Coba ingat beberapa ide yang pernah melintas di benakmu ternyata beberapa waktu kemudian menjadi sesuatu yang hebat setelah diolah oleh orang lain. Tanpa kita sadari, kita sering kehilangan ide-ide besar hanya karena minimnya rasa ingin tahu. Rudyard Kipling, yang terkenal sebagai penulis kreatif (terbukti dari banyak karyanya yang luar biasa sehingga dia menerima hadiah Nobel pada tahun 1907), mengatakan dia memiliki enam sahabat baik. Mereka dengan tulus dan terbuka mengajarkannya segala yang diketahuinya sehingga dia mampu berkarya. Keenam sahabatnya itu bernama What, Why,

Mungkin kepala sapi juga pernah tertimpa buah jambu ketika dia

menggosokkan badannya ke pohon jambu. Namun, karena rasa ingin

tahunya sangat terbatas, si sapi tidak pernah mempertanyakan mengapa

buah jambu jatuh ke bawah. … Akibatnya, hukum gravitasi tidak pernah

ditemukan oleh “masyarakat” sapi.

>>>

Page 10: Edulightmedia April 2012

When, How, Where, dan Who. Karena kata-kata tanya ini lazim digunakan setiap orang untuk memuaskan rasa ingin tahu, maka keenamnya adalah sahabat semua orang, sahabatmu juga.

Ketiga, rasa ingin tahu meningkatkan gairah hidup. Individu dengan rasa ingin tahu yang tinggi tak pernah merasa bosan. Baginya, kehidupan bukanlah sekedar rutinitas yang menjemukan, tetapi petualangan yang mengasyikkan. Rasa ingin tahunya yang tinggi memampukannya menemukan berbagai hal baru atau melihat berbagai aspek baru dalam hal-hal biasa. Dalam pembelajaran di sekolah, siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan belajar dengan penuh semangat. Sedangkan siswa tanpa rasa ingin tahu akan belajar ogah-ogahan. Mari kita lihat perbedaan gambaran kedua siswa berikut.

Walau sedang musim kemarau, si Apatis sering memulai harinya dengan “hujan lokal”. Tak jarang ibunya harus menyiram mukanya agar bias bangun dan berangkat ke sekolah. Walau membawa dengan tas besar yang dipenuhi lap top, berbagai buku teks yang tebal, buku catatan dan alat-alat tulis yang lengkap, dia berangkat ke sekolah tanpa rasa ingin tahu. Bagaikan mobil tanpa bahan bakar, yang harus didorong agar bergerak, Apatis bersekolah hanya karena kombinasi paksaan orang-tua dan rasa malu pada orang lain. Agar tidak terlalu tertekan setiap berangkat ke sekolah, dia coba menganggap sekolah sebagai taman bermain. Paling tidak dia masih dapat menghabiskan waktu dengan beberapa teman yang sepandangan hidup.

Kalau kelas belum dimulai, Apatis biasa mencari teman-teman sepandangan hidup di tempat parkir untuk ngalor-ngidul membunuh kejenuhan. Kalau tidak ada teman di sana, dia mengakses internet untuk menanggapi komentar beberapa teman di jejaring sosial. Beberapa menit setelah pelajaran dimulai, pikirannya mengembara ke tempat lain. Ketika

teman-teman sekelasnya asyik mengikuti penjelasan guru tentang teori evolusi, yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok seru tentang teori itu, pikirannya justru melayang pada film Terminator yang dibintangi Schwarzenegger, yang diakuinya sebagai idolanya. Jangan heran bila dia tidak tahu apapun tentang peran Darwin pada teori evolusi dan hubungan teori itu dengan molekul DNA yang ditemukan Mendel. Tapi, jika dia ditanya

tentang Schwarzenegger, yang bisa dijelaskannya hanyalah peran bintang film berotot itu dalam The Terminator, Terminator 2: Judgment Day, Terminator 3: Rise of the Machines. Sedikitpun tidak diketahuinya tentang perjalanan hidup Schwarzenegger sebelum membintangi film di Hollywood, apalagi tentang kiprahnya sebagai Gubernur Calfornia selama dua periode.. Kenapa bisa begitu? Sedikitpun dia tidak ingin tahu sisi lain dari idolanya sekalipun.

Jika tas sekolah Apatis diperiksa, akan terlihat semua buku pelajarannya mulus seperti ketika dibeli. Pulpennya awet karena tidak pernah digunakan menulis. Satu-satunya barang yang terlihat agak lecek (karena dibaca beberapa kali menjelang tidur) di dalam tas itu hanyalah fotocopian catatan teman yang dibuat beberapa hari menjelang ujian. Seringkali upaya tidur bersama fotocopian itu tidak dapat membekalinya menghadapi ujian. Kalau sudah begini, dia akan memainkan jurus pamungkasnya— nyontek dari teman. Apa yang bisa diharapkan dari Apatis setelah dia lulus?

Berbeda dengan Apatis, Wonder tidak pernah terlambat bangun pagi. Bahkan dia masih sempat membaca beberapa bab buku teks yang akan dipelajari di sekolah sebelum

4 alasan mengapa rasa ingin tahu berperan sebagai energi bagi pemelajaran:(1) rasa ingin tahu membuat pikiran aktif.(2) rasa ingin tahu membuat pikiran

terbuka terhadap hal-hal baru dan berbagai kemungkinan pada hal-hal biasa.

(3) rasa ingin tahu meningkatkan gairah hidup.

(4) semakin dikekang oleh faktor luar yang tidak jelas juntrungannya, rasa ingin tahu akan semakin tinggi.

>>>

http://www.pikiran-rakyat.com/node/152053

Page 11: Edulightmedia April 2012

berangkat. Wonder menuju sekolah dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Malah dia sudah mencatat beberapa poin yang belum dipahaminya pada saat membaca tadi. Poin-poin itu akan ditanyakan pada guru atau teman-temannya pada saat belajar nanti. Tas sekolah Apatis dipenuhi dengan berbagai buku dan alat tulis yang dibutuhkan dalam semua mata pelajaran hari ini. Namun, berbeda dengan Apatis, semua buku teks milik Wonder terlihat agak kumal karena sering dibaca. Di berbagai tempat terlihat berbagai catatan singkat, coretan, kata-kata yang digarisbawahi atau distabilo. Dengan rasa ingin tahu yang begitu tinggi, kesiapan Wonder belajar dapat dianalogikan dengan pesawat bermesin turbojet yang sudah siap lepas landas dan tankinya penuh dengan Avtag.

Sebagai seorang pemuda, seperti Apatis, Wonder juga memiliki idola. Salah satu tokoh favoritnya adalah Levi Strauss. Kekagumannya pada tokoh ini berawal dari keinginannya menghargai penemu pakaian kesukaannya—jean. Dia yakin pasti ada tokoh dibelakang tekstil yang mendunia itu. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya itu, dia mencoba mengakses internet dan membaca buku dan majalah tentang jean. Usahanya tidak sia-sia. Jika diminta menjelaskan, dengan fasih dia akan memaparkan bagaimana Levi Strauss, secara kreatif, menemukan pakaian yang kuat ini pada tahun 1872 di Amerika Serikat. Pada saat itu, Strauss yang berbisnis tekstil kehabisan stok. Yang tersisa hanyalah bahan pembuat tenda dari kanvas. Agar bisnis tetap berjalan, dia berpikir keras dan akhirnya mencoba membuat celana dari bahan kanvas tersebut dan memasarkannya. Ternyata celana yang kuat dan tak mudah sobek itu disenangi para pekerja tambang dan laku keras. Hal ini memotivasi Strauss terus berinovasi dan mengembangkan jeans yang dipatenkannya dengan merek Levi’s. Dalam paparannya, Wonder tidak melupakan tantangan yang dihadapi Strauss. Dengan memikat, dia menjelaskan bagaimana Strauss harus berjalan kaki ratusan kilometer menjajakan dagangannya. Dia juga harus senantiasa siap mental menghadapi para “jagoan” di pertambangan. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, Strauss berhasil menjadi

pengusaha sukses yang menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang, bahkan hingga abad 21 ini.

Pembaca yang budiman, bagaimana kamu memandang perbedaan profil Wonder dan Apatis? Ya, mereka begitu kontras dan bertolakbelakang hanya karena ada dan tidak adanya rasa ingin tahu. Ditilik dari aspek curiosity ini, kepada siapa kamu lebih mirip, Wonder atau Apatis? Saya berdoa agar semua pembaca memiliki profil yang sama dengan Wonder. Negara Indonesia memerlukan generasi penerus seperti itu!

Ngomong-ngomong, kamu sudah berada di alinea ke-19, lho! Sejak awal kamu sudah dilarang membaca artikel ini. Mengapa masih membandel? Penyebabnya, adalah, alasan keempat dari pentingnya rasa ingin tahu sebagai energi pemelajaran. Alasan itu adalah: semakin dikekang oleh faktor luar yang tidak

jelas juntrungannya, rasa ingin tahu seseorang akan semakin tinggi. Semakin saya (penulis) melarang kamu membaca lebih lanjut tanpa alasan yang bisa kamu terima, rasa ingin tahumu semakin meningkat. Hal yang sama terjadi pada remaja di bawah umur yang dimarahi dan dilarang orang tuanya menonton film 17+. Jika larangan tersebut tidak dilakukan dengan bijaksana dan disertai alasan yang masuk akal bagi si remaja, hal itu justru meningkatkan rasa ingin tahunya. Apalagi jika si orang tua malah sering menonton film sejenis. Si remaja akan berpikir, “Kenape, sih, gue dilarang, padahal mereka malah demen? Gue curiga. Jangan-jangan ….” Selanjutnya, dia akan semakin sering melakukan aktiivitas itu—meskipun secara tersembunyi.

Nah, setelah mengetahui alasan yang mendasari larangan pada subjudul tulisan ini, sebagai individu berkeingintahuan yang besar seperti Wonder, tentu kamu bertanya: “ Gue

>>>

http://pixabay.com/id/jet-tempur-jet-pesawat-terbang-1007/

http://glowan.com

Page 12: Edulightmedia April 2012

udah hampir selesai membaca artikel ini. Perubahan apa yang terjadi pada diri gue? Jangan-jangan nih penulis cuma ngibul doang!”

Wahai pembaca nan budiman. Sorry lah yaw, aku nggak ngibul sama sekali. Memang benar, lu pade tidak berubah jadi mahluk lain. Sampai sekarang, lu masih tetep orang yang sama dengan yang sebelum membaca tulisan ini. Tapi, coba pikir-pikir, apakah pengetahuanmu tentang curiosity tetap sama sebelum dan sesudah membaca tulisan ini? Pasti beda, kan? Selain itu, pengenalanmu pada Arnold Schwazenegger atau levi Strauss mungkin juga nambah. Tapi, tahu nggak, pembaca, bahwa perubahan yang paling saya harapkan terjadi pada kamu adalah: mulai saat ini kamu terus meningkatkan volume energi pemelajaran (rasa ingin tahu) kamu sehingga kamu sukses menjadi insan berilmu pengetahuan tinggi dan dapat menggunakannya untuk kebaikan masyarakat banyak.

Harapan saya ini mungkin kamu tanggapi: “Tunjukin, dong, bagaimana cara meningkatkan rasa ingin tahu!” Okey! Perlu kamu pahami, rasa ingin tahu berada dalam ranah mental. Oleh karena itu, kendali utamanya ada di dalam diri sendiri. Dengan kata lain, tombol ON atau OFF rasa ingin tahu seseorang hanya bisa

dioperasikan oleh dirinya sendiri. Semua terserah padamu, apakah kamu ingin memperbesar, memperkecil, atau menghilangkan rasa ingin tahumu. Kalau masih ragu-ragu bagaimana memulainya, yuk, kita tanyakan pada salah satu pakar di bidang ini. Malcom Knowles, dalam Self-Directed Learning memberikan kiat-kiat berikut (yang sudah saya modifikasi) untuk diterapkan oleh pelajar.

Ketika mempelajari sesuatu, tanyakan pada dirimu—bila perlu catat di buku catatan atau bagian kosong (marjin) buku teks yang dibaca—pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Pertanyaan-pertanyaan (atau keterampilan)

apa yang ingin dapat kujawab (atau kulakukan) setelah selesai mempelajari topik ini? Apakah jawaban (atau keterampilan) yang akan kuperoleh (atau kukuasai) tersebut bermanfaat bagiku (untuk menghadapi ujian serta mengembangkan diri untuk mencapai cita-cita)?

2. Data atau informasi apa saja yang kuperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? Darimana saja data atau informasi itu dapat kuperoleh, buku teks, koran, internet?

3. Sarana apa saja yang kuperlukan agar dapat mengakses sumber-sumber informasi dan data tersebut? Mana yang paling efektif dan efisien kuakses dilihat dari segi waktu dan dana?

4. Bagaimana informasi dan data-data itu kukumpulkan dan kususun agar mudah kuanalisis?

5. Bagaimana hasil analisis itu kucatat agar lebih mudah kupelajari kembali bila kubutuhkan? Dalam buku catatan? Dalam bentuk makalah? Selamat belajar dengan energi yang

optimal!

Page 13: Edulightmedia April 2012

Bagaimana dengan fenomena swastanisasi pendidikan ataupun berubahnya 'tujuan mulia' menjadi 'tujuan komersil' di berbagai universitas yang membuat rakyat merana?

Inilah fenomena yang terjadi dan sangat kasat mata. Berubahnya visi mula-mula yang mempunyai tujuan mulia terkikis habis menjadi serba komersil yang berimbas rakyat merana.

Berkaitan dengan visi FKIP UKI yaitu menjadi fakultas yang terdepan dalam bidang pendidikan dan pengajaran berbasis penelitian dan ICT, bagaimana menerapkan visi itu sehingga memberikan pencerahan bagi bangsa ini?

Visi harus menjadi kenyataan, dan misi FKIP adalah menghasilkan guru yang professional di bidang pendidikan dan pengajaran berbasis penelitian dan ICT. Maka dalam penerapannya, FKIP UKI telah dan akan terus memaksimalkan peranan dosen dan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan mengembangkan pemanfaatan ICT. Mahasiswa dalam tingkat kognitif sudah mampu mencipta, maka untuk itu FKIP UKI mendesain pembelajaran student-centered-strategies, dengan materi perkuliahan yang up to date dan dengan future-oriented-curriculum. FKIP UKI yakin bahwa lulusan FKIP UKI menjadi guru-guru teladan masa depan yang membawa pencerahan dimanapun mereka berada karena paradigma pendidikan masa depan sangat diwarnai dengan ICT (High Tech), maka mahasiswa FKIP UKI yang sudah dibekali sejak kuliah akan menjadi lulusan yang siap menjadi guru masa depan itu.

Kali ini pada rubrik chichat, EduLight mewawancai Ibu Dr. E. Handayani Tyas, M.Pd., dekan FKIP UKI, mengenai pendidikan untuk pencerahan. Berikut hasil wawancaranya:

Apakah pendidikan untuk pencerahan saat ini dikatakan sebuah dilema di bangsa kita?

Ya; sebagaimana kita tahu bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang dirundung berbagai masalah. Untuk menemukan solusi, salah satunya harus lewat pendidikan. Di satu sisi kita perlu manusia yang pandai, cerdas dan mumpuni, tetapi di sisi lain pendidikan belum merata diseluruh wilayah RI. Berhubung masih terjadi ketimpangan seperti ini, maka pendidikan untuk pencerahan jelas masih dilemma di bangsa Indonesia.Solusi apa yang dapat dilakukan dari pihak pemerintah untuk mengatasi dilema-dilema ini?Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah harus menaruh perhatian yang serius di bidang pendidikan. Sanggup mendistribusikan tenaga-tenaga pendidik yang berdedikasi tinggi untuk siap terjun ke daerah-daerah di seluruh wilayah RI dan mempunyai visi, misi, dan tujuan yang jelas, menghayati dengan sungguh-sungguh bahwa kalimat 'ikut mencerdaskan kehidupan bangsa' sebagaimana tercantum pada alinea ke empat Pembukaan UUD 1945 itu adalah merupakan tanggung jawabnya juga.

Banyak orang berkata, pendidikan untuk pencerahan ini sulit untuk dilakukan karena sudah terlibatnya elite politik. Menurut Ibu bagaimana?

Yang benar urusan pendidikan harus dipisahkan dengan urusan politik. Untuk menjadi elite politik yang handal, seseorang harus dididik, sehingga apabila ia masuk di dunia pendidikan ia paham akan seluk-beluk pendidikan yang sarat dengan kejujuran, intergritas, dan benar-benar ikut mengimplementasikan niat luhur bangsa Indonesia, yakni terwujudnya masyarakat madani yang adil – makmur – aman – sentosa. Maka dari itu, keterlibatan elite politik ke dalam dunia pendidikan hendaknya tidak menjadikan pendidikan sebagai 'kendaraan' untuk kemenangan kelompoknya/partainya. Manakala elite politik melibatkan diri ke dunia pendidikan, justru diharapkan dapat membawa kemajuan-kemajuan yang berarti bagi dunia pendidikan.

Dr. E. Handayani Tyas, M.Pd.

edulightmedia >> http://edulight.uk.ac.id

Page 14: Edulightmedia April 2012

Rosmiati

Bartending

Page 15: Edulightmedia April 2012

Sewaktu aku pertama kali jalan-jalan melihat UKI, hmmm... waaawwwwww.. luas sekali kampus nya. Di Jakarta, sepertinya hanya UKI saja yang masih mempunyai halaman yang luas serta lapangan bola yang luas sekali. Bener- bener deh kerenn. Ternyata bagus juga kampus nya. Tidak seburuk yang aku pikirkan. Apalagi setelah aku sadar membaca slogan UKI 'melayani bukan dilayani'. Aku bersyukur sekali bisa masuk disini di UKI ditambah dengan jurusan yang aku cita-citakan, pendidikan bahasa inggris. Terimakasih Tuhan.

Shalom semuanya, aku mau perkenalkan diri terlebih dahulu, karena 'tak kenal maka tak sayang'. Nama lengkap aku Mikha Nauly, panggil saja aku Mikha. Kenapa aku memberikan judul esai ini “UKI-miniatur Indonesia ku”,karena bla bla bla. Sebelum menjawab itu, aku mau menceritakan bagaimana aku akhirnya bisa masuk di UKI fakultas FKIP.

Mungkin sama seperti kebanyakan mahasiswa/i lainnya, daftar di UKI karena sudah gagal test di PTN. Alasan aku masuk UKI juga seperti itu. Dari SMA, aku mendapat jurusan IPA. Memang cita-citaku ingin menjadi guru bahasa inggris. Jujur saja, aku tidak terlalu expert dalam bahasa inggris. Tapi entah karena apa, aku tertarik sekali dalam bahasa inggris. Untuk mengikuti test PTN dengan jurusan yang aku ambil, pendidikan bahasa inggris materi testnya pun jurusan IPS. Aku sedikit bingung, khawatir tidak bisa mendapatkan PTN sesuai dengan jurusan yang aku cita-citakan. Mau tidak mau aku harus belajar pelajaran IPS. Sayang nya, tidak ada satu hal pun tentang pelajaran IPS yang aku ingat. Semakin mendekati hari test PTN, aku semakin hopeless. Yasudah, aku berserah saja. Apapun yang aku terima itu memang yang terbaik untuk ku. Di samping itu, aku juga mencari PTS sebagai cadangannya. Di benak ku, bila aku tidak diterima PTN, aku mau mencari PTS yang berlandaskan ajaran kristiani. Satu-satunya di jakarta yaitu di UKI. Pass sekali, di UKI juga ada jurusan yang aku minati. Orang tua ku tidak mempermasalahkan, mereka malah mendukung ku, mereka senang sekali tau aku ingin masuk FKIP UKI. Tapi, sekali lagi aku masih berharap mendapatkan PTN. PTN PTN dan PTN! Harus masuk!! Aku terlalu ter-obsesi untuk bisa masuk di PTN. Aku hanya bisa berdoa dan berserah kepada Tuhan Yesus. Dan benar saja, aku tidak diterima di PTN. Okay. Finally, tidak mau berlama-lama sedih, aku langsung saja daftar di UKI.

Setelah mengikuti test, aku dinyatakan diterima di UKI sesuai dengan yang aku ingin, yaitu Program Study bahasa Inggris, FKIP. Well, seharusnya senang kan ya?? Tapi ini perasaan ku biasa aja, seperti tidak ada yang spesial karena aku masih menginginkan PTN. Sempat terfikir, aku ingin mengulang setahun lagi. Tapi memang Tuhan Yesus ajaib, Dia mempunyai rencana yang indah untuk ku. Dia mengubah pikiran buruk ku.

edulightmedia >> http://edulight.uk.ac.id

Page 16: Edulightmedia April 2012

Seminggu kemudian, aku mengikuti PPMB (Program Pembinaan Mahasiswa Baru-red) atau yang biasa dulu disebut dengan masa ospek. Hari pertama, kebetulan saja aku tidak bermasalah dengan bersosialisasi. Aku cukup mempunyai kenalan teman-teman dari fakultas lain. Tetap saja, hari pertama terasa lama sekali karena hanya duduk diam mendengarkan ceramah. Tak ku sadari, hari pertama itu seminar yang dibawakan oleh orang-orang hebat di UKI. Dari rektor nya, dosen-dosen nya sampai staff tata laksana. Apalagi aku melihat beberapa kakak-kakak yang berprestasi yang nilai IP tertinggi di jurusan masing-masing, waaaaawwwww..... aku ingin sekali seperti mereka yang berprestasi. Aku pasti bisa! Aku pasti bisa berprestasi di UKI. Hari kedua PPMB, mulai ribet dengan barang bawaan yang aneh. Agak kesal juga dengan kakak senior yang jutek, galak dsb. Ada juga seminar yang membuat mahasiswa baru seperti aku termotivasi menjadi mahasiswa yang berhasil dalam akademik maupun non akademik, oleh Mr. Situjuh Nazara. Isi seminar nya yang membuat aku dan mahasiswa baru lainnya makin mantap mempersiapkan masa depan ku di FKIP UKI dan bahwa masa depan bukanlah suatu misteri yang tidak dapat kita diketahui, padahal justru masa depan itu sendiri dapat kita lihat dari sikap kita hari ini. Hari ketiga dan keempat lumayan seru karena aku dan mahasiwa/i lainnya bermain games/outbond di luar. Banyak permainan yang

kami ikuti. Sungguh capek sekali tapi benar-benar seru. Dan hari terakhir, hari kelima aku mendapat kesimpulan dari semua kegiatan selama PPMB dari tingkat universitas maupun dari tingkat fakultas. Ada suka ada duka nya tapi itu semua ku jalani dan aku nikmati. Aku bisa mengubah pikiran ku menjadi lebih bijaksana, disiplin, mandiri dan dewasa. Aku juga harus mempersiapkan diri ku untuk menjadi guru yang profesional di masa depan.

Nah, sekarang aku akan menjelaskan tentang judul karanganku ini yaitu, 'UKI-miniatur Indonesia ku'. Selama ppmb ini, khusus nya di tingkat fakultas (FKIP) aku sangat kagum dan salut dengan orang-orang daerah yang merantau ke Jakarta seperti orang sumatra, orang jawa, orang kalimantan, orang sulawesi, orang papua, dsb. Mereka datang jauh-jauh untuk menuntut ilmu di UKI dengan harapan menjadi guru-guru yang berkualitas dan profesional dalam pekerjaan nya nanti. Cocok sekali dengan yel-yel PPMP FKIP 2011/2012“Dari sabang ke cawang hingga merauke,di UKI tempatnya guru profesional dididik” yang mencerminkan UKI sebagai miniatur Indonesia. Aku bangga menjadi mahasiswa UKI. Harapanku menjadi guru bahasa inggris profesional yang selalu berkarya dan berguna, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi untuk banyak orang. VIVA UKI. Cheers*

Dear Pembaca Edulight,

Publikasikan karya kamu di Edulight berupa puisi, cerpen, dll.,

yang akan dimuat pada rubrik kreAKTIF (kreasi anak-anak

kreatif). kamu bisa mengirimkannya ke email edulight:

atau

Jangan lupa follow kita di (twitter) atau

(facebook)

For more info visit http://edulightmedia.uki.ac.id

C.P. Gita Hp. 0896 3569 3551

[email protected] [email protected]

@edulight_media

http://facebook.com/edulightmedia

Page 17: Edulightmedia April 2012

By : Putri Andhika Silalahi

Page 18: Edulightmedia April 2012

Barnacles are small sea-animals. They belong to the subclass Cirripedia; some members of the group parasites, but barnacles are not. they fasten themselves head downwards to things under water such as rocks an the bottoms of ships. Usually they are regarded troublesome. A captain of a ship will certainly never let barnacles attach themselves to his skip.

No matter how useless they seem to be, barnacles have become objects of interest. Scientists try hard to make a kind of glue out of these sea animals. This glue is, of course, supposed to be very strong. They think that the way the barnacles a clear liquid cement might be an inspiration.This process usually takes place as a barnacle comes to its final larval from. At this stage the barnacles will be free swimming and look for a place to attach itself. Then, it will stick to that place by producing that liquid cement from its antenna. At this new place it starts to form its it shell and complete its development. The older the barnacle, the more liquid cement it produces. It seems that the liquid strongly holds the barnacle in place. Nothing can remove it. The splashing of big waves, the heat of the sun and even bacteria cannot move it away.The discovery of the components of glue, we can have a better glue for tooth fillings. Also broken bones probably will not have to be fastened with metal anymore.

1. Scientists conducted experiments on barnacles in order to . . .A. make them produce liquid cementB. breed them under rocks at seaC. make the liquid cement very strong D. prevent them from being detached from

shipsE. make a strong glue out their liquid

cement

2. Barnacles seem to be useless sea-animals; yet they . . .A. are regarded troublesome by captains

of shipsB. do not belong to the parasites of the

Cirripedia groupC. can be of great contribution to the

medical worldD. can easily be found attached on things

under waterE. may damage a ship by fastening head

downwards to a ship

3. A barnacle starts producing liquid cement when it is . . .A. still a larva B. looking for a place to attach itselfC. changing its fromD. removed from the place where it has

stuckE. swimming freely

4. How srongly barnacles are stuck to a place is proved by the fact that . . .A. they have unbreakable shellsB. they make used of its antennaC. they eat up the bacteriaD. they sun speed up their growthE. strong waves cannot remove them

5. The topic of the text is . . .A. Scientists research on parasitesB. The potential use of barnacle glue for

the medical worldC. Great invention in dentistryD. Protecting barnacles from human beingsE. Barnacles' production of glue

Reading Comprehension | Text I (#1-5)

Reading Comprehension | Text II (#6-7)

The recent water shortage in California forced changes in California' lifestyles. When water was rationed, Californians learned to converse water. They didn't water their lawns and gardens or wash their automobiles. Also, they took fewer showers and baths. The water shortage lasted two years.

6. What is the topic the paragraph?A. Water Crisis in CaliforniaB. Changes is Californians' LifestylesC. Effects of Conserving water D. Dry lawns and gardens E. Rationing water in California

7. From the experience of the two-year water shortage, Californians . . .A. learned how to water their lawns and

gardensB. changed their lifestyles as any other

nationC. realized that it was important to conserve

water D. did not find it necessary to take a bath E. did not the opportunity to was their car

>>>

edulightmedia >> http://edulight.uk.ac.id

Page 19: Edulightmedia April 2012

Although all junior medicines containing painkillers were withdrawn in 1986, some parents in England are still giving their children small doses of adult aspirin. Aspirin should never be given to children under the age of 15 without close medical supervision, warns the National Pharmaceutical Association. In the past two years, three youngsters have developed Reye's syndrome, a rare liver disorder linked to using the drug to treat children with chickenpox, influenza and some throat infection. If your child has a fever or headache, paracetamol in the recommended junior dosage is a safe alternative. If you are in any doubt, consult your pharmacist.

8. The above text is about . . .A. The withdrawal of aspirin in 1986B. Recommended dosage of junior

medicines C. The effect of aspirin on children D. The development of Reye's syndromeE. The warning of the pharmaceutical

association

9. It is strongly advised not give aspirin to children . . .A. when they have chickenpoxB. who develop Reye's syndrome C. when it is prescribed by the doctorD. who are younger than fifteen years E. when they have rare disorders

10. A. whereB. howC. whenD. of whichE. whose

11. A. connectionB. interruptionC. authorityD. destructionE. invasion

12. A. technologistB. technologyC. technologicalD. technologiesE. technologically

Reading Comprehension | Text III (#8-9)

Grammar Test (#15-20)

15. The work . . . computers requires well – trained personnel.A. involved B. involveC. to be involved

16. I've lost the piece of paper . . .A. I wrote Ida's address on itB. on it wrote Ida's addressC. that wrote Ida's address on itD. Ida's address I wrote on itE. on which I wrote Ida's address

17. He asked me . . .A. what timeB. what time is it C. what time was it

18. . . . made my parents very happy.A. My winning the first prize in the essay

contestB. To make me win the first prize in the essay

contestC. In order to make me win the first prize in

the essay contestD. To win the first prize in the essay contest E. I won the first prize in the essay contest

19. He is . . . a brave soldier that we admire his bravery.A. so C. such E. so thatB. too D. enough

20. Many families in the villages are dependent on ground water . . . from wells for their water supply.A. however B. and

The philippines is made up of several dozen islands. The population the country is also divided into a number of ethnic groups. Many of them live in the remote areas of the larger islands, until a generation or so ago, they were untouched by any of the generation or so ago, they were untouched by many of the great changes – Spanish colonization, rapid Americanizations in the 20th century, and Japanese during the Second World War. Only the last 30 years has modern

development for CED the ethnic groups gradually to give up their original traditions, they slowly became merged into a unified Filipino nation. Even the most groups are now only a two- or three- day walk from the centers of civilization.

(10)_____

(11)_____

(12)_____

(13)_____

(14)_____

Cloze Test | Text IV (#10-14)

13. A. howeverB. althoughC. moreoverD. becauseE. unless

14. A. remarkableB. isolated C. independentD. disconnectedE. separated

D. involvesE. involving

D. what time it isE. what time it was

C. thereforeD. soE. hence

edulightmedia >> http://edulight.uk.ac.id

Page 20: Edulightmedia April 2012

UNIVERSITAS KRISTEN

INDONESIA

MELAYANI, BUKAN DILAYANI

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanProgram Studi

Pendidikan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Bahasa Inggris (S1)Pendidikan Bahasa Mandarin (S1)Pendidikan Matematika (S1)Pendidikan Kimia (S1)Pendidikan Fisika (S1)Pendidikan Biologi (S1)Pendidikan Agama Kristen (S1)

(S1)

Fakultas SastraProgram Studi

Sastra Inggris (S1)Sastra Inggris (D3)

Fakultas EkonomiProgram Studi

Manajemen (S1)Manajemen Perpajakan (D3)Akuntansi (S1)Akuntansi (D3)

Fakultas HukumProgram Studi

Ilmu Hukum (S1)

Fakultas KedokteranProgram Studi

Pendidikan Dokter (S1)

Fakultas TeknikProgram Studi

Teknik Mesin (S1)Teknik Elektro (S1)Teknik Sipil (S1)Arsitektur (S1)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikProgram Studi

Ilmu Hubungan International (S1)Ilmu Komunikasi (S1)

Akademi FisioterapiProgram Studi

Fisioterapi (D3)

Alamat:Jl. Mayjen Sutoyo No.2, CawangKotak Pos 6020, Jakarta 13630Telp. : (021) 8092425http://uki.ac.id