Editing Video Film

18
EDITING Pengertian Editing Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Ingris. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47). Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah- rumah apabila belum melalui proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya, penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan 1

description

Ringkasan tentang Teori Video/Film Editing

Transcript of Editing Video Film

Page 1: Editing Video Film

EDITING

Pengertian Editing

Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Ingris. Editing berasal dari

bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa

Indonesia bersinonim dengan kata editing. Dalam bidang audio-visual, termasuk film,

editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih

berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan

dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect,

dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus

betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang

diambil oleh juru kamera. Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan

dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru

kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47).

Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum melalui

proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton cenderung merasa

bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video begitu ekonomis. Artinya,

penayangannya sangat bergantung pada aspek waktu. Waktu begitu mahal dan

menentukan dalam proses penayangan film. Jika sebuah tayangan berdurasi 60

menit, itu artinya selama waktu itu pencipta film harus menjamin tidak membuat

penonton bosan apalagi meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan

saluran. Begitu berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang

menyatakan bahwa ruh tayangan film adalah proses editing.

Selain itu, J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah

mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai

sintesis atau analisis dari bahan yang diambil (Peters, 1980: 9). Di sini, Peters

mengungkapkan, dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat

menghidupkan cerita, menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau

menimbulkan rasa haru pada penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek

‘pemberian’ suasana dan nuansa sebuah film setelah melalui proses editing. Pada

saat editing berlangsung, tentunya tugas editor tidak hanya menyambung-nyambung

belaka. Karena selain unsur visualisasi, unsur pikturisasi (penceritaan lewat

rangkaian gambar) juga penting. Unsur inilah yang membedakan kegiatan sambung

1

Page 2: Editing Video Film

menyambung dengan editing. Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu

disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga tingkahan musik dan sound effect

yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman film bisu, rangkaian gambar

diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita film, tetapi setelah era film

bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu.

Sementara itu, D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal

yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi.

Seni sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun

gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu

sendiri. Sutradara dan editor harus pandai dalam selection of shot, selection of

action ( scene demi scene yang harus dirangkaikan) (Griffith, 1972: 20-25).

Dari penjelasan Griffith tersebut, terkandung pengertian bahwa di samping

pentingnya penyusunan film, perlu adanya penyisipan-penyisipan potongan film

untuk membuat film itu bercerita. Ini penting sekali diungkapkan dalam pembuatan

film pada televisi karena televisi sangat singkat, tetapi bagaimana caranya supaya

masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara keseluruhan.

Adapun Pudovkin mengatakan perlu adanya constructive editing, yakni pelaksanaan

editing film yang sudah dimulai dari penulisan dan membuat shot-shot sebagai

materi editing film. Dalam hal editing ini, Pudovkin mempunyai sebuah prinsip, yaitu

peristiwaperistiwa yang akan direkam dalam gambar tidak terlepas dari tiga faktor:

watak manusia, ruang dan waktu. Di samping tidak terlepas dari ‘lirik editing’, yakni

bagaimana caranya mengeksploitasi sesuatu yang tidak tampak seperti kegembiraan,

kesenangan, kesedihan, dan lain-lain (Pudovkin, 1972: 26).

Namun pendapat dari kedua pakar film tersebut ditentang oleh Elsenstein, seorang

arsitek yang lari ke dunia film. Dia mengecam Griffith dan Pudovkin dengan alas an

keduanya hanya menyambung gambar dengan mengharapkan penonton ikut

tertawa atau menangis. Menurut dia, dalam proses editing film harus dilakukan

dengan cara menyambung dua buah shot atau adegan yang dapat menimbulkan

pengertian baru melalui cara pemikiran dan selalu menimbulkan istilah pemikiran

yang baru. Untuk itu, dia menghadapkan pada kiasan melalui lambang-lambang

sehingga penonton turut berpikir secara intelektual terhadap adegan yang dilihatnya

2

Page 3: Editing Video Film

(1972: 33).

Terlepas dari beberapa pendapat tentang editing film tersebut, yang jelas proses

editing memang menduduki posisi penting dalam menghasilkan karya film yang

menarik dan tidak membosankan. Oleh karena itu, tugas seorang editor begitu berat

dan mengandung resiko sebab bisa jadi stock shot yang sebetulnya sudah bagus

malah tidak bisa ‘bercerita’ karena kegagalan sang editor.***** Standar menjadi

EDITOR FILM *****

METODE EDITING FILM

Secara umum, proses editing film dibedakan menjadi dua metode, yakni Continuity

Cutting dan Dynamic Cutting.

1.Continuity Cutting

Metode ini merupakan metode editing film yang berisi penyambungan dari dua

buah adegan yang mempunyai kesinambungan.

2.Dynamic Cutting

Metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang

tidak mempunyai kesinambungan.

TEKNIK EDITING FILM

Teknik editing film dikategorikan menjadi empat jenis, yakni pararel editing, cross

cutting, contras editing, dan montase trope.

1.Pararel Editing

Yakni kalau ada dua adegan yang mempunyai persamaan waktu, harus

dirangkaikan silih berganti.

2.Cross Cutting

Yakni beberapa adegan yang disilang atau penyilangan dua adegan dalam

waktu tidak bersamaan.

3.Contras Editing

Yakni susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau

lebih.

4.Montase Trope

Yakni sistem editing yang mempergunakan simbol atau lambang-lambang

3

Page 4: Editing Video Film

yang menimbulkan pemikiran pada penonton

EDITING VIDEO

Pada dasarnya, editing film dengan video tidak ada bedanya. Hal yang

membedakannya, yakni pada aspek teknologinya. Karena dalam perkembangannya

muncul teknologi digital, untuk lebih jelasnya dibedakan antara analog dan digital.

LINEAR DAN NONLINEAR EDITING

Jika kita cermati, sebetulnya editing film yang kita saksikan pada umumnya

menggunakan nonlinear editing karena di dalamnya memungkinkan terjadinya

penambahan atau pengurangan di sembarang tempat terhadap shot dan scene-

scene yang ada. Secara umum untuk membedakan antara linear editing (analog dan

digital) dan nonlinear editing terlihat pada aspek teknologinya. Ramang Syah

menjelaskan, pada proses pengalihan editing video tape yang sangat mendasar

adalah proses pengalihan/dubbing dari sumber material (original tape) ke edit

master (master tape). Untuk melakukan editing, hal-hal yang perlu dipikirkan dan

dilakukan secara bertahap, yakni:

1) memilih gambar dan suara dari sumber materi dan tentukan bagian-bagian

mana yang ditransfer ke master tape,

2) kemudian temukan bagian-bagian itu harus ditempatkan pada master tape,

3) untuk mendapatkan sequence yang tepat sesuai dengan naskah, bagian-

bagian tadi harus ditempatkan pada ruang kolom yang sesuai,

4) sesudah itu informasi tadi dialih/dub dari sumbernya ke master tape, scene

by scene.

Sampai saat ini, belum ada keseragaman dalam proses rekaman gambar sehingga

setiap produser mendesain dan membuat video tape recorder (VTR) menurut

versinya masing-masing. Hal ini dapat kita jumpai pada format-format VTR yang

banyak dipasarkan antara lain Format B, C, Umatic, Betacam, dan lain-lain. Saat ini

yang dianggap paling tinggi kualitas gambar dan suaranya adalah digital VTR yang

dirintis oleh Matsushita Panasonic dengan type AD 350 (kamera dan VTR digital

pertama kali digunakan di Olimpiade Barcelona 1992).

VTR merupakan suatu mesin yang terdiri atas sistem elektronik dan mekanik yang

4

Page 5: Editing Video Film

digunakan saat rekaman, editing, dan penyiaran. Alat ini berfungsi merekam signal

video dan audio kemudian memutar kembali kedua signal tersebut (play back)

secara bersamaan (syncron). Selain kedua signal tadi, juga turut terekam signal

pengontrol (CTL = control track line) dan signal identifikasi/addres (TC + time code)

(Syah, 2000 : 1-2).

LINEAR EDITING

Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara langsung dan apabila

terdapat kekurangan dan kesalahan, akan dilakukan pengulangan. Pada akhirnya,

editing sistem ini menuntut peralatan yang besar dan bermutu untuk menjaga

kualitas hasil yang sedang dikerjakan. Pada umumnya, peralatan semacam ini hanya

dimiliki oleh kalangan tv penyiaran (broadcasting house) dan production house (PH)

skala besar. Jika hasilnya belum sempurna, akan dilakukan pengulangan editing yang

memakan cukup banyak biaya. Untuk kalangan pembuat film indie, sistem ini jarang

dipakai.

Dalam sistem ini, seorang editor harus teliti dan cermat dalam mengedit. Jika terjadi

kesalahan sedikit saja, pekerjaan yang hampir selesai bisa jadi harus diulang dari

awal. Lantas apa yang membedakan antara analog dan digital?

Pengertian umum analog dari teknologi media audio visual adalah cara merekam

yang dilakukan, baik ketika shooting video maupun saat mentransfer dari pita satu

ke pita yang lain dengan perangkat kerjanya, merupakan proses perekaman

gelombang cahaya secara berkesinambungan (kontinyu) menjadi satu bentuk kurva

garis melengkung, seperti garis grafik yang lengkungannya bergantung pada tinggi

rendahnya cahaya itu sendiri.

Adapun pengertian digital merupakan proses perekaman gelombang cahaya dengan

pola terputus-putus on-off lalu on-off begitu seterusnya, sesuai dengan karakternya

dari teknologi komputer, yang pada akhirnya menjadi satu bentuk kurva garis kotak-

kotak yang juga membentuk grafik yang terdiri atas banyak kotak kecil (Sahid,

2000:1).

NONLINEAR EDITING

Sistem inilah yang kini banyak diminati kalangan indie karena di samping mudah juga

5

Page 6: Editing Video Film

murah dan bisa dilakukan di setiap PC. Edit sistem ini sering disebut juga dengan

istilah digital video editing. Sistem ini juga bisa disebut dengan Random Access dari

video dan audio ke dalam suatu media rekam berupa disk (disk storage) atau hard

disk.

Penyimpanan data di hard disk sangat memudahkan pengolahan. Selama data masih

tersimpan di dalamnya, seorang editor bisa berulang-ulang mengedit bagian yang

kurang sempurna tanpa harus mengulang dari awal lagi. Selain itu jika hasilnya sudah

final, bisa dikopi berulang-ulang dengan kualitas yang tetap. Jika menggunakan

teknologi analog, hasil berupa kaset tidak akan tahan sampai lima generasi

pengkopian.

Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut:

1. Logging

Artinya pada sistem nonlinear editing yang dicatat adalah time code in (angka

perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot secara

utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot.

Pada umumnya, mesin nonlinear editing jenis apa pun memiliki keterbatasan

dari hard disk yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang

bisa disimpan dalam memorinya. Dengan keterbatasan ini, seorang editor

harus betul-betul memilih shot yang baik. Selection of action sudah dilakukan

pada tahap logging ini. Apabila ada kesempatan, alangkah baiknya editor

melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging. Pada tahap ini

dilakukan pengadministrasian yang efektif sebab ada hal-hal prinsip yang

harus dilakukan dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama

editor harus menulis terlebih dahulu nomor scene pada awal kalimat,

kemudian disusul masing-masing dengan nomor shot, dan nomor take, baru

disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu,

setelah itu keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh

itu.

2. Digitizing

Yaitu proses memasukkan gambar dan suara yang sudah di- logging ke hard

disk komputer. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, editor harus memutuskan

dahulu akan menggunakan audio video resolution (AVR) berapa, yaitu tingkat

6

Page 7: Editing Video Film

kualitas gambar seperti apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini.

3. Editing Film

Pada tahap ini, editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk

mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang diedit. Namun

dalam kegiatan nonlinear editing jika mesin yang digunakan kualitasnya baik

seperti Avid, on line dan off line dapat dilakukan sekaligus.

4. Redigitize Proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list

(EDL). Jika anda menggunakan mesin untuk off line berbeda dengan

menggunakan mesin pada saat on line, kita harus menggunakan EDL dari

time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar

tidak terjadi perbedaan AVR di dalam satu time line, yang menyebabkan

komputer tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Sahid, 2000: 5).

Pedoman Pemotongan (Cuting)

Pemotongan adalah langkah lanjutan setelah proses capturing dilakukan.

Pemotongan dilakukan terhadap gambar redundan yang berupa

1) bidikan-bidikan yang terlampau pendek yang disebabkan suatu kesulitan atau

hal-hal lain pada saat pengambilan gambar. Umpamanya ketika juru kamera

mengadakan pengambilan gambar lantas pandangannya terhalang oleh

orang ramai,

2) hasil pengambilan panning yang kurang stabil serta pencahayaan yang

terlampau terang atau terlalu gelap,

3) bidikan yang terlampau panjang harus dibuang sebagian karena ini dapat

membuat penonton jemu,

4) gambar-gambar yang kurang tajam (out of focus) jika hal ini tidak disengaja,

5) hal-hal yang dirasakan mengganggu kelancaran isi cerita

KEWAJIBAN EDITOR FILM

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan seorang editor film dapat bekerjasama dengan

kamerawan dalam melakukan analisis skenario mengenai konstruksi

dramatiknya, dan bekerja sama dengan sutradara untuk mendapatkan

7

Page 8: Editing Video Film

penyesuaian penafsiran mengenai editingnya.

2. Tahap pengerjaan

Melakukan pemisahan shot yang terpakai (OK) dengan yang tidak (NG)

dengan catatan shooting report atau penjelasan langsung sutradara.

Melakukan editing pendahuluan untuk mendapatkan penyesuaian atas

konsep dasar editing yang diinginkan bersama dan memberikan gagasan-

gagasan perekaman dalam hubungannya dengan editing.

3. Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan

suara kesan (efek suara).

4. Mendampingi juru suara dalam melakukan rekaman kembali untuk

memenuhi kebutuhan serta memberikan gagasan-gagasan perekaman dalam

hubungannya dengan editing.

5. Mendapatkan persetujuan sutradara atas hasil akhir editing.

6. Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan

suara yang diserahkan kepadanya untuk editing.

HAK EDITOR FILM

1) Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan

gambar dari yang tercantum dalam skenario guna mendapatkan konstruksi

dramatik yang lebih baik.

2) Mengajukan usul kepada sutradara untuk memenuhi bahan materi gambar

ataupun suara yang kurang.

3) Mengajukan koreksi kepada sutradara atas konsep pengadaan unsur suara

untuk dasar kepentingan editing film.

4) Didengar pendapatnya atas perubahan editing pada kopi edar (release copy).

8

Page 9: Editing Video Film

Lebih Spesifik Kualitas Editor Proffessional sekelas Hollywood, sudah pasti bukan

EDITOR VIDEO, karena secara Teknispun berbeda.

Kemampuannya bukan sekedar Teknis aja, tapi FILOSOFI PEMAHAMAN EDITING

menjadi PRIORITAS. Editor sekelas Hollywood sudah pasti memahami benar apa itu

KONSEP, PRINSIP, METODE hingga DIMENSI EDITING, dan bisa membedakan

EDITING dengan MONTAGE, Dimana semuanya itu bisa di pelajari dari Sejarah

EDITING.

* Bicara masalah KONSEP EDITING akan selalu mengacu pada Countinuty dengan

dalil 180 derajatnya, dan Alternatif to Countinuty 360 derajat yang berhubungan

dengan SCREEN DIRECTION

* PRINSIP EDITING sudah pasti paham-paham mengenai konvensi umum dari Gaya

editingnya LUMIERE dengan REALISME, MELIES dengan CLASSICAL CUTTING

(Emphasize, Underline,hingga Dramatize) sampai ke era ABSTRACT Cutting

* METODE EDITING sebagai pemahaman dasar bagaimana Editor menggunakan

METODE-METODE EDITING seperti apa Fungsi dari CUTTING, apa fungsi CROSS

CUTTING, kenapa harus pake INTERCUT, kenapa harus pake CUT AWAY, apa alasanya

menggunakan OPTICAL EFFECT, dll.

* DIMENSI EDITING haruslah dipahami, sebagai pola-pola dasar Editing dalam

DIMENSI GRAFIS, RITMIS, TEMPORAL, dan SPASIAL

Tanpa pemahaman EDITING DASAR diatas, jangankan jadi Editor FILM HOLLYWOOD,

untuk menjadi Editor untuk FILM BIOSKOP INDONESIA saja belum dapat di terima.

Seseorang yang MENGUASAI TEKNIS OPERASIONAL SOFTWARE EDITING saja tanpa

memiliki KEMAMPUAN EDITING belum dapat di sebut dengan EDITOR,namun lebih

dikenal sebagai OPERATOR EDITING

9

Page 10: Editing Video Film

DIMENSI EDITINGHakekat/inti dr dimensi editing adalah KETERHUBUNGAN. Sebuah

shot apabila disambung dengan shot lain, maka pasti kedua shot tersebut memiliki

HUBUNGAN, baik secara grafis, ritmis (irama), spasial (ruang) dan temporal

(waktu).

Sambungan shot-shot dalam film-film naratif memiliki keempat dimensi/hubungan

tersebut, sementara dalam film-film abstrak atau film-film atau film-film non-

figuratif (tak ada tokohnya, jadi tak bercerita) hanya memiliki dimensi grafis dan

ritmis saja.

1. Dimensi Grafis

Setiap shot pasti punya nilai grafisnya, yaitu:- garis- bentuk- cahaya- warna-

gerak (bisa gerak subyek, gerak kamera ataupun gerak kombinasi subyek dan

kamera)* Maka bila sebuah shot disambung dengan shot lain PASTI ada

hubungan grafis. Hubungan/dimensi grafis yang terjadi bisa berupa graphic

match ataupun graphic contrast.

2. Dimensi Ritmis

Sebuah shot disambung dengan shot lain PASTI ada hubungan ritmis (irama).

* Irama yang ada dalam film-film itu sebenarnya ada 2 jenis, yaitu:- IRAMA

INTERNAL: yaitu irama yang ada di dalam setiap shot itu sendiri- IRAMA

EKSTERNAL: yaitu irama yang dihasilkan oleh persambungan 2 shot atau lebih

* IRAMA INTERNAL terjadi di setiap shot karena di setiap shot itu ada:- Frame

size/type of shot (ukuran besar gambar/frame)- Gerak (gerak subyek, gerak

kamera, gerak kombinasi subyek dan kamera)- Suara (dialog, efek dan musik)

* IRAMA EKSTERNAL terjadi ketika ada sambungan dan dipengaruhi oleh:-

Durasi shot (panjang pendeknya shot)- Metode penyambungan (cut-to-cut

atau optical effect spt dissolve, fade, dsb)* IRAMA EKSTERNAL ini bisa kita

(pembuat film/sineas) buat berbagai jenis dengan mengatur panjang-

pendeknya shot (durasi). Jenis-jenis irama tersebut adalah:- irama konstan:

yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung berukuran (berdurasi)

sama- irama dipercepat (akselerasi): yaitu dengan cara membuat shot-shot

yang disambung ukurannya makin lama makin pendek- irama diperlambat:

yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung ukurannya makin

lama makin panjang- irama tak beraturan: yaitu dengan cara membuat shot-

10

Page 11: Editing Video Film

shot yang disambung ukurannya berubah-ubah secara tak beraturan*

Keempat jenis irama yang dihasilkan oleh durasi ini, mungkin saja bisa

dilakukan juga oleh shot itu sendiri, misalnya dengan gerak kamera, tetapi

tentu tidak semudah yang dilakukan oleh mengatur durasi shot

3. Dimensi Spasial

Dengan editing, media film adalah media yang paling efektif dalam

menciptakan ruang yang sesuai dengan yang ingin dibentuk oleh pembuat

filmnya.* Melalui editing pula, bisa dihubungkan RUANG DALAM REALITA

dengan RUANG DALAM FILM (ruang buatan/artifisial). Juga antara yang

interior dan eksterior. Contoh film Hitchcock “The Birds”* Ketersambungan

antara 2 shot atau lebih yang bisa menciptakan ruang baru yang ada di dalam

kepala penonton itu disebut sebagai koeksistensi spasial (ruang yang

berdampingan)

4. Dimensi Temporal

Dengan editing pula, film paling mampu “mempermainkan” (memanipulasi)

waktu penceritaan* Waktu penceritaan (time of the story) dibagi 3 unsur:-

Urutan- Durasi- Frekuensi* URUTANWaktu penceritaan bisa memiliki struktur

waktu yang:- berurutan (linear)- tak berurutan (non-linear), bisa dilihat

dengan adanya flashback maupun flashforward* DURASIPanjang-pendeknya

waktu penceritaan berdasarkan kebutuhan dramatisasi cerita. Maka dalam

durasi cerita bisa saja dibuat:- waktu penceritaan diperpendek, yaitu waktu

penceritaan hanyalah memperlihatkan waktu peristiwa yang perlu/penting

diperlihatkan untuk penonton saja sehingga sebenarnya ada waktu yang

hilang. Biasa disebut juga dengan ELIPSIS atau penghilangan waktu yang tak

diperlukan- waktu penceritaan diperpanjang, yaitu waktu penceritaan

ditambah panjangnya dari waktu yang sebenarnya sebuah peristiwa terjadi

untuk kebutuhan dramatisasi cerita. Hal ini bisa juga EKSPANSI atau

pemanjangan waktu penceritaan.Editing eliptis tersebut di atas bisa didapat

dengan cara:- optical effect- dengan frame kosong- cutaway- jumpcutNote:

kalau tidak melalui editing, tapi ingin mencapai elipsis waktu, bisa dilakukan

dengan mem-fast-motion-kan shot itu sendiriSementara ekspansi waktu

tersebut di atas bisa didapat dengan cara:- slowmotion- freeze-frameAtau

11

Page 12: Editing Video Film

kalau dengan editing, bisa dilakukan pemanjangan (ekspansi) waktu

penceritaan dg:* FREKUENSIYaitu suatu pengulangan suatu aksi untuk

kebutuhan dramatisasi (seperti adegan ledakan, atau benda/tokoh yang

jatuh) ataupun penyampaian suatu maksud tertentu (seperti dalam film

Pierre, Le Fout/Pierre, the Crazy, dari Godard), sehingga menciptakan waktu

penceritaan yang lebih panjang.

12