Edit Miniriset2

59
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Di seluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 1,2 milyar.sedangkan menurut Badan kesehatan dunai (WHO) penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 medatang akan mencapai 11.34 % atau 28,8 juta jiwa, sednag balita tinggal 6,9 %.hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk lansia akan menjadi penduduk terbesar di dunia. Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya 1

description

minris

Transcript of Edit Miniriset2

Page 1: Edit Miniriset2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan

hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran

dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan

usia harapan hidup.

Di seluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan

diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 1,2 milyar.sedangkan menurut Badan kesehatan

dunai (WHO) penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 medatang akan mencapai 11.34 %

atau 28,8 juta jiwa, sednag balita tinggal 6,9 %.hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk

lansia akan menjadi penduduk terbesar di dunia.

Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan,

menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya

secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah

kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak

menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih

muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam

gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan

mengalami kemunduran

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses

degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain

itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit

menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus

dan radang sendi atau rematik. Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi

Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 (rumah sakit yang mengirim laporan untuk rawat jalan (RL2B)

adalah 41,05% dari total jumlah RS yang teregistrasi dalam SIRS), 10 peringkat terbesar

1

Page 2: Edit Miniriset2

penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun

dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hipertensi esensial sedang sebab sakit lainnya hampir

sama kecuali pada kelompok umur 45 -64 tahun terdapat gangguan refraksi, penyakit kulit dan

pulpa sedangkan pada kelompok umur >65 tahun terdapat katarak, penunjang sarana kesehatan

dan penyakit jantung iskemik lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap

memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai

kemampuannya. Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia

harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot, kemampuan

melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan.

Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam diantaranya

makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toileting. Untuk memenuhi kebutuhan lansia

diperlukan pengetahuan atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam

kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang

semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab dalam

memenuhi kebutuhan ADL. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana. Perilaku

merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku

itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni faktor dari luar diri seseorang

(faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh

karena itu perilaku manusia sangat bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan

menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia.

Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan

masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini

disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk

merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia.Untuk itu diperlukan

2

Page 3: Edit Miniriset2

gambaran untuk membantu masyarakat memahami kebutuhan aktivitas sehari-hari lansia pada

penderita hipertensi dan penyakit penyerta untuk membantu meningkatkan kemandirian mereka.

Tabel 1. Prevalensi Hipertensi Menurut Provinsi di Indonesia, Riskesdas 2007

Keterangan : PU1: prevalensi berdasarkan pengukuran dan termasuk kasus yang sedang minum obat hipertensi

PU2: prevalensi berdasarkan pengukuran, tanpa kasus yang sedang minum obat hipertensi

PD/O: prevalensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat hipertensi

Cakupan Nakes: proporsi kasus hipertensi yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau

minum obat hipertensi

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah “bagaimana tingkat kemandirian lansia dengan hipertensi disertai penyakit

penyerta dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari di wilayah kerja puskesmas

Kembangbahu?”

3

Page 4: Edit Miniriset2

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui gambaran kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari lansia dengan

hipertensi disertai penyakit penyerta di wilayah kerja puskesmas Kembangbahu.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Instasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya program peningkatan kualitas

kesehatan dan kemandirian pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia dengan hipertensi yang

berada pada wilayah Puskesmas Kembangbahu.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam memahami

kemandirian pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia dengan hipertensi.

3. Bagi Peneliti lain

Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan penelitian terhadap

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kemandirian pemenuhan kebutuhan

sehari-hari lansia dengan hipertensi.

4

Page 5: Edit Miniriset2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANJUT USIA

a. Definisi

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena

adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua,

kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik,

mental dan sosial (Mangoenprasodjo, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO) (1988) pengelompokkan lansia terdiri dari:

1. Young-old : umur 60-69 tahun

2. Middle-age old : umur 70-79 tahun

3. Old-old : umur 80-89 tahun

4. Very old_old : umur >90 tahun

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, manusia lansia adalah seseorang

yang usianya 60 tahun keatas dan mengalami perubahan fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini

memberikan pengaruh kepada seluruh aspek kehidupan termasuk kesehatan.

b. Aspek Pelayanan Lansia

Boedhi Darmojo (2004) menyatakan bahwa menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit,

tetapi merupakan suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan

adaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant yaitu lansia akan

mengalami tigabelas i. Tigabelas i tersebut yaitu immobility, instability (falls), intelectual

impairment (dementia), isolation (depression), incontinence, impotence, immuno-deficiency,

infection, inanition (malnutrition), impaction (constipation), iatrogenesis, insomnia, dan

impairment (penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, komunikasi, convalesense, skin

integrity).

Penyakit yang diderita lansia kebanyakan bersifat endogenik, multipel, kronik, bergejala

atipik, dan menyebabkan lebih rentan terhadap komplikasi lain. Status kesehatan pada lansia

5

Page 6: Edit Miniriset2

yang banyak dikeluhakan atau umum diderita adalah penyakit rematik, hipertensi, penyakit

jantung, penyakit paru, diabetes, patah tulang, stroke, TBC paru, dan kanker (Darmojo, 2004)

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada lansia, yaitu:

a. Aspek Fisik Biologis (Wardhona, 2003)

Terjadi perubahan dan penurunan fungsi-fungsi tubuh, seperti :

1. Sistem penglihatan ditandai dengan menurunnya lapangan pandangan dan daya adaptasi

terhadap kegelapan.

2. Sistem pendengaran ditandai dengan hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada

telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-

kata.

3. Sistem respirasi, paru-paru kehilangan elastisitas, oksigen pada arteri menjadi 75 mmHg,

otot pernafasan menjadi kaku.

4. Sistem persyarafan ditandai dengan lambat dalam respon untuk bereaksi, misalnya ada

stres.

5. Sistem kardiovaskuler kurangnya elastisitas pembuluh darah dan menurunnya

kemampuan jantung untuk memompakan darah.

6. Sistem gastrointestinal seperti kehilangan gigi dan indra pengecap menurun

kemampuannya.

7. Sistem endokrin dimana produksi hampir semua hormon menurun

8. Sistem kulit ditandai kulit menjadi keriput, kuku menjadi keras dan rapuh.

9. Sistem muskuloskletal, tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh atropi otot

menyebabkan gerakan jadi lambat.

10.Sistem genitalia berupa mengalami klimaterik seperti berhentinya haid (Menopause) pada

wanita dan penurunan kesuburan pada pria (Andropause).

Menurut Mangoenprasodjo (2005), gangguan fungsi seksual yang sering terjadi di usia tua

adalah disfungsi ereksi (impotensia) pada pria dan dispareunia pada wanita. Faktor penting yang

menghambat fungsi seksual pria lansia adalah kejenuhan seksual, hilangnya daya tarikpada

pasangan, beban mental karena masalah keluarga, dan perasaan gagal melakukan hubungan

seksual.

b. Aspek Psikologi

6

Page 7: Edit Miniriset2

Jika proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbul masalah.

Hurlock (1980) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang tidak baik dari lansia adalah minat

sempit terhadap kejadian dilingkungannya, penarikan diri kedalam dunia fantasinya,

kekhawatiran terus menerus, selalu mengingat ingat kembali masa lalu, kurang adanya dorongan

sehingga produktivitas menurun, rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang

baik.

c. Aspek Spritual

Nugroho menyatakan pada waktu kematian agama merupakan faktor yang sangat penting

disaat seperti inilah kehadiran seorang konseling perlu untuk memberikan rasa percaya dan

melapangkan dada para lansia. Bila ada rasa bersalah yang dialami lansia perlu juga untuk

memanggil para pemuka agama yang kiranya dapat mendengar keluh-keluhannya maupun

pengetahuannya.

B. KONSEP ADL (ACTIVITY DAILY LIVING)

a. Pengertian ADL

ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas

pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian

(berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002)

ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.

Menurut Sugiarto (2005) ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus

dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-

harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam

keluarga dan masyarakat. Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan &

minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis,

mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan

duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain).

7

Page 8: Edit Miniriset2

b. Prinsip-Prinsip ADL

Prinsip pokok ADL adalah aktivitas dan kreativitas, yang di dalam kegiatan tersebut terdapat

kombinasi antara pengetahuan teori dan praktek. ADL dapat menberikan kemungkinan kepada

anak untuk mengekspresikan daya ciptanya, sehingga dengan demikian nilai yang terkandung

dalam ADL memberikan bekal terhadap kegunaan dan faedah di dalam kehidupan anak secara

menyeluruh yang akhirnya diharapkan dapat menciptakan manusia yang bertanggung jawab.

c. Jenis-Jenis ADL

1) ADL dasar

Sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk

merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang

memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.

Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.

2) ADL instrumental

Merupakan ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang

kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik,

mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus

dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,

mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil

dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.

3) ADL vokasional

Merupakan ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.

4) ADL non vokasional

Merupakan ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.

8

Page 9: Edit Miniriset2

d. Cara Pengukuran ADL

Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan

yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah

dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak dikemukakan

oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus

dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,

mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil

dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas .

Tabel 3. Beberapa Indeks Kemandirian ADL

Skala Deskripsi dan jenis

skala

Kehandalan,

kesahihan dan

sensitivitas

Waktu dan

pelaksanaan

Komentar

Indeks barthel Skala ordinal

dengan skor 0(total

dependent)-

100(total

independent) : 10

item :makan,

mandi, berhias,

berpakaian, kontrol

kandung

kencing,dan

kontrol anus,

toileting, transfer

kursi/tempat tidur,

mobilitas dan naik

tangga.

Sangat handal &

sangat sahih, dan

cukup sensitif.

<10 menit,sangat

ssuai untuk

skrining, penilaian

formal, pemantauan

& pemeliharaan

terapi.

Skala ADL yang

sudah diterima secara

luas, kehandalan dan

kesahihan sangat baik.

Indeks Katz Penilaian dikotomi

dengan urutan

dependensi yang

hierarkis : mandi,

Kehandalan &

kesahihan cukup;

kisaran ADL sangat

< 10 menit, sangat

sesuai untuk

skrining, penilaian

formal, pemantauan

Skala ADL yang sudah

diterima secara luas,

kehandalan dan

kesahihan cukup,

9

Page 10: Edit Miniriset2

berpakaian,

toileting, transfer,

kontinensi, dan

makan. Penilaian

dari A (mandiri

pada keenam item)

sampai G

(dependent pada

keenam item).

terbatas (6 item) & pemeliharaan

terapi.

menilai keterampilan

dasar, tetapi tidak

menilai berjalan &

naik tangga

FIM (Functional

Independence

Measure)

Skala ordinal

dengan 18 item, 7

level dengan skor

berkisar antara 18-

126; area yang

dievaluasi;

perawatan diri,

kontrol stingfer,

transfer, lokomosi,

komunikasi, dan

kognitif sosial.

Kehandalan &

kesahihan baik,

sensitif dan dapat

mendeteksi

perubahan kecil

dengan 7 level.

< 20 menit, sangat

sesuai untuk

skrining, penilaian

formal, pemantauan

& pemeliharaan

terapi serta evaluasi

program.

Skala ADL yang sudah

diterima secara luas.

Pelatihan untuk

petugas pengisi lebih

lama karena item

banyak.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif,

pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan langsung

atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan mobilitas ADL

dasar, sering disebut ADL saja, yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk

merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang

memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.

Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.

e. Indeks Barthel (IB)

Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas.

Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan

fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada pasien

pasca stroke.10

Page 11: Edit Miniriset2

Tabel 4. Indeks Barthel

No Item yang dinilai Dibantu Mandiri

1 Makan (bila makan harus

dipotong-potong dulu,

dibantu)

5 10

2 Transfer dari kursi roda

ke tempat tidur dan

kembali (termasuk duduk

di bed)

5 – 10 15

3 Higieni personal (cuci

muka, menyisir, bercukur

jenggot, gosok gigi)

0 5

4 Naik dan turun kloset /

WC (melepas/memakai

pakaian, cawik,

menyiram WC)

5 10

5 Mandi 0 5

6 Berjalan di permukaan

datar (atau bila tidak

dapat berjalan, dapat

mengayuh kursi roda

sendiri)

10

0

15

5

7 Naik dan turun tangga 5 10

8 Berpakaian (termasuk

memakai tali sepatu,

menutup resleting)

5 10

9 Mengontrol anus 5 10

10 Mengontrol kandung

kemih

5 10

11

Page 12: Edit Miniriset2

IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB

dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien.

IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau

dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).

IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar antara 0-

100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.

Tabel 5. Penilaian Skor IB

Penulis Interpretasi

Shah dkk 0 – 20 dependen total

21 – 60 dependen berat

61 – 90 dependen sedang

91 – 99 dependen ringan

100 independen / mandiri

Lazar dkk 10-19 Dependen Perawatan

20-59 Perawatan diri, dibantu

60-79 Kursi roda, dibantu

80-89 Kursi roda, independen/mandiri

90-99 Ambulatori, dibantu

100 Independen/Mandiri

Granger 0-20 Dependen Total

21-40 Dependen Berat

41-60 Dependen Sedang

61-90 Dependen Ringan

91-100 Mandiri

12

Page 13: Edit Miniriset2

IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah

melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan

intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3

minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin

dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis,

pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi

(kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang

yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai.

Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77 dengan

kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik. Pada

penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun secara

bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit. Intepretasi yang paling banyak digunakan

adalah menurut Shah dkk karena telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat

kemandirian seseorang dalam melakukan ADL.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.

ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan

aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.

ADL dasar dipengaruhi oleh :

1. ROM sendi

2. Kekuatan otot

3. Tonus otot

4. Propioseptif

5. Persepti visual

6. Kognitif

7. Koordinasi

13

Page 14: Edit Miniriset2

8. Keseimbangan

Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities Daily Living

adalah:

1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga

2) Kapasitas mental

3) Status mental seperti kesedihan dan depresi

4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh

5) Dukungan anggota keluarga

C. HIPERTENSI

a. Definisi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri

yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa

gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal dan merupakan

penyebab utama gagal jantung kronis. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka.

angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih

rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi(diastolik). Dikatakan tekanan darah tinggi jika

pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik

mencapai 90 mmhg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi

kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi

tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.

Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir

setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang

secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat 14

Page 15: Edit Miniriset2

parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi

ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.

Menurut WHO, tekanan darah  dianggap normal adalah bila kurang dari 135/85 mmHg

sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut

dikatakan normal tinggi. Angka yang lebih tinggi menunjukkan fase darah yang sedang

dipompa jantung (sistolik) sedang nilai yang lebih rendah menunjukkan fase darah yang kembali

ke dalam jantung (diastolik).

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka (morbiditas) & angka kematian (mortalitas). Tekanan yang

abnormal tinggi pada pembuluh darah menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

b. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:

Normal : 120 mmHg - 130 mmHg / 85 mmHg - 95 mmHg

Normal tinggi : 130 - 139 mmHg / 85 – 89 mmHg

Stadium1 (Hipertensi ringan) : 140-59mHg / 90-99mmHg

Stadium2 (Hipertensi sedang): 160-179mmHg / 100-109mmHg

Stadium3 (Hipertensi berat) : 180-209mmHg / 110-119mmHg

Stadium4 (Hipertensi maligna): 210 mmHg atau lebih / 120 mmHg atau lebih

Tabel 6. Klasifikasi tekanan darah pada usia > 18 tahun ( JNC VII, 2003 )

KlasifikasiTekanan sistolik

( mmHg )

Tekanan diastolik

( mmHg )

Normal <120 < 80

Pre Hipertensi 120 – 139 80 – 89

Stadium I 140 – 159 90 - 99

Stadium II 160 100

15

Page 16: Edit Miniriset2

Sumber: JAMA, May, 21, 2003 – Vol. 289, No. 19

c. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis

penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di

hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.

Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin

II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH

diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas

dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar

tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan

dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron

merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan

cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume

dan tekanan darah.

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap

detiknya

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah

pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya

dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding

arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan

16

Page 17: Edit Miniriset2

darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola)

untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal

ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah

garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan

darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:

Aktivitas memompa jantung berkurang

Arteri mengalami pelebaran

Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-

faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom

(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan

menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga

volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut

renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai

penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya

17

Page 18: Edit Miniriset2

penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan

hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan

naiknya tekanan darah.

Sistem saraf otonom

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara

waktu akan:

meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap

ancaman dari luar)

meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar

arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang

memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)

mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume

darah dalam tubuh

melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang

merangsang jantung dan pembuluh darah.

d. Manifestasi Klinis

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan

bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer karena

dua hal, yaitu:

• Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.

Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang

berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur

tekanan darah secara teratur.

18

Page 19: Edit Miniriset2

• Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar

untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal

jantung, dan gagal ginjal

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak

sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah

tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari

hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita

hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

o Sakit kepala

o Jantung berdebar-debar

o Kelelahan

o Mual

o Muntah

o Sesak nafas

o Telinga berdenging

o Gelisah

o Pandangann jadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan

ginjal.

o Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena

terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan

penanganan segera.

19

Page 20: Edit Miniriset2

d. Penyebab Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya

(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit

lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada

jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan

darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya

adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi

lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang

menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

1) Hipertensi primer atau esensial disebabkan karena:

Keturunan

Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi,

maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan

bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang

kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang

diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

Usia

Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan

meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan

sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan

melewati batas atas yang normal.

Garam

20

Page 21: Edit Miniriset2

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya

bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka

yang berkulit hitam.

Kolesterol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah

menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

Obesitas / Kegemukan

Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki

kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.

Stres

Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

Rokok

Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok

dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan

merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan

kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan

dengan jantung dan darah.

Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan

peningkatan tekanan darah.

Alkohol

21

Page 22: Edit Miniriset2

Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.

Kurang Olahraga

Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat.

Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan

melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi. Kandungan

lemak yang berlebih dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada

dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan

akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.

2) Hipertensi sekunder disebabkan karena:

Penyakit Ginjal

Stenosis arteri renalis

Pielonefritis

Glomerulonefritis

Tumor-tumor ginjal

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Kelainan Hormonal

Hiperaldosteronisme

Sindroma Cushing

Feokromositoma

Obat-obatan

22

Page 23: Edit Miniriset2

Pil KB

Kortikosteroid

Siklosporin

Eritropoietin

Kokain

Penyalahgunaan alkohol

Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

Penyebab Lainnya

a. Koartasio aorta

b. Preeklamsi pada kehamilan

c. Porfiria intermiten akut

d. Keracunan timbal akut.

f. Komplikasi

Komplikasi hipertensi menurut Sustrani (2006) adalah:

a. Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin

mengeras,terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi

arteri yang mengeras .

b. Payah jantung

23

Page 24: Edit Miniriset2

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi

memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau

sistem listrik jantung.

c. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang

terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini

terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat

kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di

pembuluh yang sudah menyempit.

d. Kerusakan pada ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang

berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring

lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi dan

diperlukan cangkok ginjal baru.

e. Gangguan pada mata

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan

mata menjadi kabur atau kebutaan.

g. Penanganan/Terapi

Prinsip penatalaksanaan:

1. Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang masih dapat

di toleransi penderita.

2. Meningkatkan kemungkinan kwalitas dan harapan hidup penderita.

3. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal mungkin

komplikasi yang sudah terjadi.

Penatalaksanaan Umum

Adalah usaha untuk mengurangi faktor risiko terjadinya peningkatan tekanan darah yaitu

penatalakasanaan tanpa obat-obatan, yang menurut beberapa ahli sama pentingnya dengan

24

Page 25: Edit Miniriset2

penatalaksanaan farmakologik, bahkan mempunyai beberapa keuntungan, terutama pada

pengobatan hipertensi ringan.Beberapa hal yang bias dilakukan adalah:

1. Diet rendah garam : dengan mengurangi konsumsi garam dari 10 gram/hari menjadi 5

gram/hari. Disamping bermanfaat menurunkan tekanan darah, diet rendah garam juga

berfungsi untuk mengurangi risiko hipokalemi yang timbul pada pengobatan dengan

diuretik.

2. Diet rendah lemak telah terbukti pula bisa menurunkan tekanan darah.

3. Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol telah dibuktikan dalam banyak

penelitian bisa menurunkan tekanan darah.

4. Menurunkan berat badan : setiap penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan tekanan

darah sekitar 1,5 – 2,5 mmHg.

5. Olah raga teratur : berguna untuk membakar timbunan lemak dan menurunkan berat badan,

menurunkan tekanan perifer dan menimbulkan perasaan santai, yang kesemuanya berakibat

kepada penurunan tekanan darah.

6. Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat sangat berguna untuk mengurangi atau

menghilangkan stres, yang pada gilirannya bisa menurunkan tekanan darah.

Medikamentosa

1. Golongan Diuretika.

Hidroklorotiasid 25mg (HCT)

- Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang

- Dosis: 1-2 x 25-50 mg.

- Efeksamping:hipokalemi,hiponatremi,hiperurikalemi,hiperkolesterolemi,

hiperglikemi, kelemahan atau kram otot, muntah dan disines.

- Kontra indikasi : DM, Gout Artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven Johnson)

- Catatan: Terapi hipertensi pada usia lanjut dengan HCT lebih banyak efek

sampingnya daripada efektifitasnya. Untuk menghindari efek hipokalemi maka

diberikan asupan Kalium 1 x 500 mg, atau memperbanyak makan pisang.

Furosemid 40 mg

- Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.

- Dosis:1-2 x 40-80 mg.

25

Page 26: Edit Miniriset2

- Efek samping : sama dengan HCT.

- Kontraindikasi: DM, gout artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven Johnson).

2. Golongan Inhibitor Simpatik (Beta Blocker)

Propranolol 40 mg

- Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang

- Dosis : 3 x 40- 160 mg.

- Efek samping : depresi, insomnia, mimpi buruk, pusing, mual, diare, obstipasi,

bronkospasme, kram otot dan bradikardi serta gagal jantung.

- Kontra indikasi : DM, gagal jantung, asma, depresi.

3. Golongan Blok Ganglion

Klonidin 0,15 mg

- Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.

- Dosis : 2-3 x 0,15-1,2 mg

- Efek samping : mulut kering, kelelahan, mengantuk, bradikardi, impotensi,

gangguan hati dan depresi.

- Kontraindikasi : hepatitis akut, sirosis hepatis, depresi.

Reserpin 0,25 mg dan 0,1 mg.

- Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.

- Dosis : 1 - 2 x 0, 1 - 0,25 mg

- Efek samping : bradikardi, eksaserbasi asma, diare, penambahan berat badan,

mimpi buruk, depresi.

- Kontra indikasi : asma, depresi.

4. Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I)

Captopril 25 mg

- Indikasi : hipertensi ringan sampai berat

- Dosis : dosis awal 2-3 x 12,5-25 mg, bila setelah 1-2 minggu belum ada respon

dosis dinaikkan 2-3 x 50mg.

Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan.

26

Page 27: Edit Miniriset2

- Efeksamping : pruritus, retensi kalium ringan, proteinuri, gagal ginjal,

neutropeni dan agranulositosis, mual dan muntah, gangguan pengecap,

parestesia, bronkospame, limfadenopati dan batuk-batuk.

- Kontra indikasi : asma

5. Golongan Kalsium Antagonis

Diltiazem 30 mg

- Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.

- Dosis : 3 - 4 x 30 mg

- Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual, muntah, diare,

konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder and elbow pain.

- Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.

Nifedipin 10 mg

- Indikasi: hipertensi ringan sampai berat.

- Dosis : 3 x 10 - 20mg

- Efek samping : sama dengan diltiazem.

- Kontraindikasi : sama dengan diltiazem.

6. Tapering off dan dosis pemeliharaan

Adalah penghentian terapi hipertensi dengan mengurangi dosis secara perlahan. Hal ini

ditujukan untuk menghindari efek “rebound fenomena”, yaitu peningkatan kembali tekanan

darah setelah penghentian terapi obat-obatan secara mendadak. Penurunan dosis disesuaikan

dengan penurunan tekanan darah.

D. OSTEOARTRITIS

a. Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang

27

Page 28: Edit Miniriset2

terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7%.

b. Patogenesis Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.

Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik.

c.Faktor risiko

faktor risiko OA antara lain:

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Ras

4. Genetik

5. Life style : merokok, kurang konsumsi vitamin D

6. Faktor metabolik: obesitas, osteoporosis, penyakit lain

d. Kriteria diagnosis osteoarthritis:

1. Nyeri sendi yang bertambah perlahan dalam jangka waktu yang lama.

28

Page 29: Edit Miniriset2

2. Hambatan gerakan sendi bertambah sejalan dengan bertambanya nyeri

3. Kaku sendi terjadi kurang dari 30 menit.

4. Rasa gemertak pada sendi yang sakit (krepitasi).

5. Terjadi pembesaran sendi (deformitas) secara perlahan

6. Perubahan gaya berjalan.

Pasien dikatakan positif osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria tersebut di atas.

e. Terapi:Terapi non farmakologis:

• Edukasi • Terapi fisik dan rehabilitasi • Diet

Terapi farmakologis:• Analgesik non-opiat • Analgesik opiat • OAINS• Condroprotektif(DMAODs)• Steroid intra-artikular

Terapi bedah:• Malaligment, deformitas lutu Valgus-varus • Arthroscopic debridement dan join lavage • Osteotomi • Artoplasti sendi total.

D. KERANGKA KONSEP

29

Kriteria inklusi

Penderita hipertensi ADL

Kecemasan

Kognisi

Kriteria eksklusi

Usia 60 – 69 th

Usia 70 - 79 th

Usia > 79 th

Dependen

Independen

Page 30: Edit Miniriset2

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Hipotesis

Terdapat hubungan antara usia penderita hipertensi dengan Activity Daily Living.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian termasuk penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan

cross sectional dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu saat hanya satu kali dengan cara

melihat dan mengobservasi hubungan antara variabel bebas (tingkat kemandirian) dengan

variabel tergantung (hipertensi) pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu.

B. LOKASI DAN WAKTU

Penelitian ini dilakukan di poli lansia Puskesmas Kembangbahu. Penelitian ini dilaksanakan

pada tanggal 29 September – 3 Oktober 2015..

C. SUBYEK PENELITIAN

1. Populasi

Semua pasien lansia di Puskesmas Kembangbahu

30

Page 31: Edit Miniriset2

2. Sampel

Sampel yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 30 responden.

D. KRITERIA PENELITIAN

1. Kriteria inklusi

a. Pasien lansia Puskesmas Kembangbahu

b. Usia > 60 tahun

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

2. Kriteria eksklusi

a. Bukan pasien lansia Puskesmas Kembangbahu

b. Menderita demensia

c. Tidak sehat secara mental

d. Tidak bersedia menjadi responden

E. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Tergantung (dependent) : Hipertensi pada lansia

2. Variabel bebas (independent) : Tingkat kemandirian

F. DEFINISI OPERASIONALVariabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala

ukur

Lansia Menurut World

Health Organization

Health (WHO) Lanjut

usia adlaah seseorang

yang telah memasuki

usia 60 tahun keatas

Kuesioner Kuesioner

Pertanyaan

Young-old : 60-69 tahunMiddle-age old : 70-79 tahunOld-old : 80-89 tahunVery old_old : >90 tahun

Rasio

Hipertensi Tekanan darah tinggi

(hipertensi) adalah

suatu peningkatan

tekanan darah di

dalam arteri yang

Tensimeter Spignomano

meter

Normal: <120 / <80

Prehipertensi: 120 – 139 /

80 – 89

Stadium I: 140 – 159 / 90

– 99

Ordinal

31

Page 32: Edit Miniriset2

mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi,

yang dibawa oleh

darah terhambat

sampai ke jaringan

tubuh yang

membutuhkan

Stadium II: 160 / 100

Kemandiria

n Lansia

a. Kemampuan

yang dimiliki

responden untuk

melakukan

aktivitas sehari-

hari tanpa bantuan

da hanya

memerlukan

kemampuan tubuh

yang berfungsi

sederhana

Kuesioner ADL

(Activity of

Daily

Living)

Tingkat kemandirian:

Mandiri : 20

Ketergantungan ringan :

12-19

Ketergantungan sedang :

9-11

Ketergantungan berat : 5-

8

Ketergantungan total : 0-4

Ordinal

G. INSTRUMEN PENELITIAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah :

1. Tensimeter

2. Kuesioner ADL

H. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap, meliputi :

1. Tahap Persiapan

a. Menetapkan permasalahan

b. Memilih lahan penelitian

c. Melakukan studi kepustakaan tentang hal yang berkaitan dengan penelitian

d. Permohonan ijin penelitian

2. Tahap pelaksanaan

32

Page 33: Edit Miniriset2

a. Mendapatkan informant consent dari responden

b. Melakukan pengumpulan data

3. Tahap akhir

a. Pengolahan data dan analisa data

b. Penyusunan laporan penelitian

c. Penyajian hasil penelitian

I. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan melalui tahap penyuntingan, memasukan data, dan melakukan

analistik statistik. Untuk menganalisa data hasil penelitian digunakan tabel distribusi frekuensi

dengan uji statistik chi-square pada program SPSS.

J. ETIKA PENELITIAN

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian terlebih dahulu meminta izin kepada dokter

pembimbing puskesmas dan persetujuan dari para subjek penelitian. Selanjutnya memberikan

penjelasan langsung kepada para subjek penelitian tentang maksud, tujuan, dan cara

pengambilan data, yang mana semua data dan informasi yang diberikan akan dijaga

kerahasiaanya dan tidak akan disebarluaskan baik melalui media elektronik maupun media cetak

yang dapat diketahui masyarakat. Kemudian memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden

sekaligus sebagai permintaan izin kepada responden.

33

Page 34: Edit Miniriset2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Oktober 2015. Pengambilan data

dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden di wilayah kerja Puskesmas

Kembangbahu.

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah setiap pasien lansia dengan hipertensi

yang berada di Puskesmas Kembangbahu yang berjumlah 30 orang .

Tabel 1. Karakteristik Responden

No Karakteristik Frekuensi Persentase1. Jenis Kelamin

a. Laki – laki 12 40,0%b. Perempuan 18 60,0%

2. Usiaa. 60 – 69 tahun 15 50,0%b. 70 – 79 tahun 10 33,3%c. > 79 tahun 5 16,7%

3. Pendidikan Terakhira. Tidak Tamat SD 13 43,3%b. Tamat SD 2 6,7%c. Tamat SMP 5 16,7%d. Tamat SMA 7 23,3%

e. D3 3 10,0%

34

Page 35: Edit Miniriset2

Tabel 1 menunjukkan bahwa karakterisitk subjek penelitian mayoritas berjenis

kelamin perempuan yaitu 18 orang (60,0), mayoritas umur adalah di antara 60-69 tahun

(young-old), yaitu terdapat 15 orang (50,0%). Mayoritas tingkat pendidikan responden

adalah tidak tamat SD, yaitu 13 orang (43,33%).

Jenis KelaminPerempuanLaki-laki

Freq

uenc

y

20

15

10

5

0

Jenis Kelamin

Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

35

Page 36: Edit Miniriset2

Usia>79 th70 - 79 th60 - 69 th

Freq

uenc

y

15

10

5

0

Usia

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

PendidikanD3SMASMPSDTidak sekolah

Freq

uenc

y

12.5

10.0

7.5

5.0

2.5

0.0

Pendidikan

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

2. Gambaran Disabilitas

36

Page 37: Edit Miniriset2

Dari kuesioner yang telah diisi oleh responden didapatkan tingkat kemandirian

lansia dengan hipertensi adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia

Karakteristik Frekuensi PersentaseTingkat Kemandiriana. Dependen Berat 1 3,3%b. Dependen Sedang 8 26,7%c. Dependen ringan 3 10,0%d. Independen 18 60,0%

Tabel 2 menunjukkan bahwa gambaran tingkat kemandirian lansia dengan

hipertensi adalah mayoritas independent (mandiri) yaitu18 orang (60,0%), sedangkan

untuk dependen berat hanya 1 orang (3,3%), dependen sedang yaitu 8 orang (26,7), dan

dependen ringan hanya 3 orang 910,0%).

KemandirianIndependenDependen ringanDependen sedangDependen berat

Freq

uenc

y

20

15

10

5

0

Kemandirian

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kemandirian

Tabel 3. Gambaran Tingkat Kemandirian berdasarkan Tingkatan Lansia37

Page 38: Edit Miniriset2

Usia * Kemandirian Crosstabulation

0 2 1 12 15,0% 13,3% 6,7% 80,0% 100,0%,0% 25,0% 33,3% 66,7% 50,0%,0% 6,7% 3,3% 40,0% 50,0%

0 4 2 4 10,0% 40,0% 20,0% 40,0% 100,0%,0% 50,0% 66,7% 22,2% 33,3%,0% 13,3% 6,7% 13,3% 33,3%

1 2 0 2 520,0% 40,0% ,0% 40,0% 100,0%

100,0% 25,0% ,0% 11,1% 16,7%3,3% 6,7% ,0% 6,7% 16,7%

1 8 3 18 303,3% 26,7% 10,0% 60,0% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%3,3% 26,7% 10,0% 60,0% 100,0%

Count% within Usia% within Kemandirian% of TotalCount% within Usia% within Kemandirian% of TotalCount% within Usia% within Kemandirian% of TotalCount% within Usia% within Kemandirian% of Total

60 - 69 th

70 - 79 th

>79 th

Usia

Total

Dependenberat

Dependensedang

Dependenringan Independen

Kemandirian

Total

Tabel 2 menunjukkan bahwa gambaran tingkat kemandirian lansia dengan

hipertensi adalah mayoritas independent (mandiri) yaitu18 orang (60,0%), sedangkan

untuk dependen berat hanya 1 orang (3,3%), dependen sedang yaitu 8 orang (26,7), dan

dependen ringan hanya 3 orang (10,0%).

3. Hubungan Antara Tingkat Kemandirian

dengan Usia

Hubungan antara tingkat kemandirian dengan usia dengan hipertensi diuji dengan

menggunakan uji Chi – square, hasil uji yang didapatkan adalah tidak ada korelasi

antara tingkat kemandirian dengan usia, dengan nilai p yaitu 0,099 (p > 0,05).

Chi-Square Tests

10,667a 6 ,0999,677 6 ,139

5,439 1 ,020

30

Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

10 cells (83,3%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is ,17.

a.

B. Pembahasan

38

Page 39: Edit Miniriset2

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat kemandirian lansia

dengan hipertensi. Data yang digunakan diambil dari pasien poli lansia di Puskesmas

Kembangbahu.

Sampel dipilih secara random dari beberapa pasien hiperetensi di Poli Lansia. Dari

masing-masing responden yang memenuhi kriteria inklusi yang dibuat dalam penelitian ini

yaitu orang yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu, usia > 60 tahun, dan

bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian

ini adalah bukan penduduk asli daerah tersebut, menderita demensia, tidak sehat secara

mental, dan tidak bersedia menjadi responden. Jika kriteria inklusi dan eksklusi terpenuhi

maka bisa menjadi responden dari penelitian.

Penelitian dilakukan dengan cara memberikan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan

untuk dapat menilai tingkat kemandirian lansia dalam melakukan kegiatan sehari-hari pada

penderita hipertensi.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam

arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat

sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu

keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan

kerusakan ginjal dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Pada pemeriksaan

tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung

berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung

berelaksasi(diastolik). Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik

mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau

keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan

diastolik.

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena

adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua,

kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik,

mental dan sosial (Mangoenprasodjo, 2005).

39

Page 40: Edit Miniriset2

ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas

pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian

(berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002)

ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.

Dari penelitian yang dilakukan di wilayah kerja tersebut, diketahui bahwa tingkat

kemandirian lansia tidak berhubungan dengan tingkat usia pada lansia. Yang berhubungan

terhadap hal tersebut adalah lansia dengan hipertensi disertai penyakit penyerta seperti

osteoartritis, diabetes mellitus, myalgia, atralgia. Pada penelitian kali ini, penyakit penyerta

yang paling banyak dijumpai adalah osteoartritis.

40

Page 41: Edit Miniriset2

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat kemandirian lansia usia 60-69 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Kembangbahu pada kategori independent sebesar 66,7%.

2. Tingkat kemandirian lansia usia 70-79 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Kembangbahu pada kategori dependent ringan sebesar 60,7%.

3. Tingkat kemandirian lansia usia >79 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Kembangbahu pada kategori dependent sedang sebesar 25%.

4. Tidak didapatkan hubungan antara tingkat kemandirian dengan usia.

5. Osteoartritis merupakan penyakit penyerta yang paling banyak mempengaruhi

tingkat kemandirian pasien lansia dengan hipertensi.

B. Saran

1. Tenaga Kesehatan

a. Lebih aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan pada masyarakat

terutama lansia.

b. Lebih sering berinteraksi dengan masyarakat untuk menindak lanjuti suatu

penyakit yang dialami oleh komunitas masyarakat tertentu.

2. Puskesmas

a. Perlu dilakukan penyuluhan, penempelan poster, serta pembagian brosur

mengenai penyakit hipertensi & osteoartritis.

b. Melakukan interaksi yang proaktif dengan masyarakat di dusun yang berkaitan

dengan kesehatan lansia.

41

Page 42: Edit Miniriset2

DAFTAR PUSTAKA

1. Hypertensi disease in http://www.nejm.com2. Hypertensi disease in http://www.bmj.com3. Hypertensi disease in  http://www.medlineplus.com3. Hypertensi Disease. Available from http://www.emedicine.com/topic1027 [updated 2006

Mar 30; cited 2008 Apr 16]

4. Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.

5. Wahyudi,Nugroho.2008.Keperawatan Geontik & Geriatric.Jakarta:EGC

6. Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Jakarta:FKUI

7. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume 1.Jakarta:EGC

8. Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

42