Edit Kurang SDLC

25
EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI TRANSAKSI PUSKESMAS DI KABUPATEN BANTAENG PROPINSI SULAWESI SELATAN EVALUATIVE STUDY ON INFORMATION SYSTEM AT HEALTH CENTRE IN BANTAENG DISTRICT, SOUTH SULAWESI Sudarianto, Haryanto, Anis Fuad Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta Minat Sistem Informasi Manajemen Kesehatan, Program Pascasarjana IKM, UGM, Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang: Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari empat strategi utama pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan telah mencoba menerapkan sistem informasi di Puskesmas yang berbasis elektronik dengan nama Sistem Informasi Transaksi Puskesmas (Sitrapus) di Kabupaten Bantaeng sejak tahun 2006. Akan tetapi belum pernah dilakukan evaluasi mengenai keefektifan program tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng dari aspek proses

description

koj

Transcript of Edit Kurang SDLC

EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI TRANSAKSI PUSKESMASDI KABUPATEN BANTAENG PROPINSI SULAWESI SELATANEVALUATIVE STUDY ON INFORMATION SYSTEM AT HEALTH CENTRE IN BANTAENG DISTRICT, SOUTH SULAWESISudarianto, Haryanto, Anis FuadDinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, YogyakartaMinat Sistem Informasi Manajemen Kesehatan,Program Pascasarjana IKM, UGM, Yogyakarta

ABSTRAKLatar belakang: Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari empat strategi utama pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan telah mencoba menerapkan sistem informasi di Puskesmas yang berbasis elektronik dengan nama Sistem Informasi Transaksi Puskesmas (Sitrapus) di Kabupaten Bantaeng sejak tahun 2006. Akan tetapi belum pernah dilakukan evaluasi mengenai keefektifan program tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng dari aspek proses pengembangan, output sistem, hambatan dan dukungan penerapannya. Metode: Penelitian ini dilakukan secara kualitatif pada Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi sebagai metode pengumpulan data. Hasil: Dari segi proses pengembangan Sitrapus belum melibatkan operator secara mendalam dalam perancangan sistem, pengoperasian Sitrapus belum tersosialisasi dengan baik sehingga pengguna masih merasa terbebani, belum ada struktur organisasi yang khusus menangani sistem informasi, masih kurangnya pembinaan, dan belum adanya technical support yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan Sitrapus. Output Sitrapus menghasilkan laporan tentang penyakit tetapi belum akurat, belum relevan dengan kebutuhan organisasi karena hanya tentang penyakit, tetapi dapat mempermudah pekerjaan karena lebih cepatnya pencarian data. Hasil Sitrapus dimanfaatkan di Puskesmas sebagai dasar untuk menghitung retribusi, sedangkan akses data ke kabupaten belum tepat waktu. Simpulan: Penerapan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng belum optimal karena proses penerapannya belum berjalan sesuai dengan kaidah siklus pengembangan sistem dan outputnya hanya mengenai informasi penyakit.Kata kunci: evaluasi sistem informasi, sistem informasi transaksi Puskesmas

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari empat strategi utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Informasi kesehatan yang disajikan harus akurat, tepat waktu dan lengkapsehingga mampu menjadi bagian utama daripengambilan keputusan yang tepat dengan mendayagunakan teknologi informasi dantelekomunikasi. Perkembangan teknologi informasidan telekomunikasi menyebabkan perubahanperubahanperan dari sistem teknologi informasidalam membantu operasi organisasi menjadi lebihefisien. Sistem informasi merupakan bagian darisistem organisasi yang dapat memanfaatkaninformasi untuk memenuhi kebutuhan danmemecahkan problem yang dihadapi.Dalam perkembangan teknologi informasi,beberapa Dinas Kesehatan di Indonesiamengembangkan sistem informasinya sendiri. DinasKesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yangmenerapkan sistem informasi kesehatan berbasiskomputer dengan harapan data dan informasi yangdihasilkan dapat terintegrasi dari Puskesmas sampaike Dinas Kesehatan. Alasan utama menggunakanteknologi informasi di bidang kesehatan adalah agarmampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara lebih efisien, meningkatkanefektivitas dan produktivitas kerja, serta menguatkanfungsi strategik organisasi kesehatan denganmemanfaatkan teknologi informasi secara efektif.Sistem Informasi Transaksi Puskesmas(Sitrapus) adalah nama aplikasi perekaman datatransaksi rawat jalan di Puskesmas yang disiapkanoleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.Aplikasi ini diharapkan dapat menghasilkan databaseyang dapat diolah menjadi suatu informasisebagai pendukung dalam pengambilan keputusan.Selain itu, database tersebut dapat dikirim ke DinasKesehatan Kabupaten atau provinsi untuk digabungdengan database Puskesmas lainnya.Dalam rangka memastikan keefektifanpenerapan dan dampak positif yang diberikan olehSitrapus di Kabupaten Bantaeng dalammenghasilkan suatu informasi yang akurat, tepatwaktu, relevan dan ekonomis, maka evaluasiterhadap sistem tersebut merupakan hal pentingyang harus dilakukan. Sistem yang baru maupunsistem lama, harus dievaluasi secara berkala untukmenentukan apakah sistem tersebut berfungsiseperti yang diharapkan atau tidak.Dengan mengacu terhadap sistem yang telah ada maka kami akan membahas Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Transaksi Puskesmas Di Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan Dengan Menggunakan Metode Sdlc (System Development Life Cycle)

Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan SDLC (System Development Life Cycle)?2. Bagaimana yang dimaksud Study Awal dalam Sitrapus?3. Bagaimana yang dimaksud Analisis Kebutuhan dalam Sitrapus?4. Bagaimana yang dimaksud Perancangan dalam Sitrapus?5. Bagaimana yang dimaksud Implementasi dalam Sitrapus?6. Bagaimana yang dimaksud Uji Integrasi dalam Sitrapus?7. Bagaimana yang dimaksud Evaluasi dalam Sitrapus?8. Bagaimana yang dimaksud Pemeliharaan dalam Sitrapus?

Tujuan :1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan SDLC (System Development Life Cycle).2. Untuk menegtahui yang dimaksud Study Awal dalam Sitrapus.3. Untuk menegtahui yang dimaksud Analisis Kebutuhan dalam Sitrapus.4. Untuk menegtahui yang dimaksud Perancangan dalam Sitrapus.5. Untuk menegtahui yang dimaksud Implementasi dalam Sitrapus.6. Untuk menegtahui yang dimaksud Uji Integrasi dalamSitrapus.7. Untuk menegtahui yang dimaksud Evaluasi dalam Sitrapus.8. Untuk menegtahui yang dimaksud Pemeliharaan dalam Sitrapus.

BAB IIPEMBAHASAN

1. SDLC System Development Life Cycle merupakan suatu metodologi yang digunakan dalam pengembangan SIM (Al-Sahrani, 2006). Dalam kajian SIM SDLC merupakan salah satu model berupa siklus hidup untuk pengembangan SIM. Model SDLC merupakan salah satu model pengembangan SIM. Langkah-langkah dalam pembuatan model SDLC sebagai berikut: a) Pengumpulan data dengan melakukan observasi. b) Pengumpulan data dengan wawancara kepada para responden. c) Meninjau ulang aliran informasi yang ada di dalam SIM. d) Mengidentifikasi permasalahan dan persyaratan sistem. e) Menemukan solusi-solusi penelitian. Dalam pengumpulan data kita akan dapat memahami batasan-batasan sistem baru. Dalam meninjau ulang aliran informasi yang ada di sistem, akan memberikan pemahaman kita terhadap prosedur-prosedur sistem baru yang dirancang oleh peneliti. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dan persyaratan sistem serta menemukan solusi-solusi penelitian yang akan memberikan pemahaman kepada kita tentang fungsi-fungsi sistem baru. Dengan memahami batasan-batasan sistem baru, prosedur-prosedur sistem

2. Studi Awal (Pendahuluan)Dalam studi pendahuluan ini yang akan dibahas yaitu evaluasi dari keefektifan penggunaan program dari sistem informasi Puskesmas. Dimana Program ini baru diterapkan pada bulan Desember 2006. Dan pengevaluasian dilakukan setelah program diterapkan selama 3 tahun ini. Kefektifan progam yang telah diterapkan dapat dinilai dari bagaimana perancangan Sistem Informasinya, bagaimana pengoprasian Sistem Informasinya, bagaimana pengorganisasian pelaksanaan Sistem Informasi, bagaimana pemantauaan dan pembinaan dalam penggunaan programnya, dan bagaimana pemeliharaan program Sistem Informasi tersebut.Sistem Informasi Transaksi Puskesmas (Sitrapus) adalah nama aplikasi perekaman data transaksi rawat jalan di Puskesmas yang disiapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Aplikasi ini diharapkan dapat menghasilkan database yang dapat diolah menjadi suatu informasi sebagai pendukung dalam pengambilan keputusan.Selain itu, database tersebut dapat dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau provinsi untuk digabung dengan database Puskesmas lainnya. Dalam rangka memastikan keefektifan penerapan dan dampak positif yang diberikan oleh Sitrapus di Kabupaten Bantaeng dalam menghasilkan suatu informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan ekonomis, maka evaluasi terhadap sistem tersebut merupakan hal penting yang harus dilakukan. Sistem yang baru maupun sistem lama, harus dievaluasi secara berkala untuk menentukan apakah sistem tersebut berfungsi seperti yang diharapkan atau tidak.

3. Analisis KebutuhanPada tahapan ini dianalisis kebutuhan dari system atau aplikasi yang dibangun. Dengan adanya analisis kebutuhan akan memudahkan di dalam pembuatan aplikasi atau system yang dibangun. Dalam tahapan ini dilakukan wawancara atau observasi untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.Analisis Kebutuhan yang dibutuhkan, antara lain :1. Input Sitrapus, yang meliputi :A. TenagaTingkat pendidikan penanggungjawab data Puskesmas di kabupaten Bantaeng terdiri dari 4 orang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), 4 orang Ahli Madia Keperawatan (AMK), 1 orang Ahli Madia Keperawatan Gigi (AMKG), dan 1 orang Ahli Madia Kesehatan Lingkungan (AMKL). B. SaranaSemua Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng telah memiliki masing-masing 1 komputer untuk digunakan sebagai sarana pengelolaan Sitrapus.C. DanaAlokasi anggaran untuk penerapan Sitrapus terdiri dari beberapa sumber, yaitu PI, Binkesmas, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng2. Modul-modul dataSesuai dengan dokumen perencanaan Sitrapus, ada 11 modul yang akan dikembangkan, yaitu : A. Data pencatatan penyakitB. Data kematianC. Data kelahiranD. Data persalinanE. Data pemulihanF. Data giziG. Data pengukuranH. Data saranaI. Data perlengkapanJ. Data tenagaK. Data keuangan

4. Perancangan Sitrapus. Perancangan sistem adalah suatu fase dimana diperlukan keahlian perencanaan untuk elemen-elemen komputer yang akan menggunakan sistem baru. Sesuai dengan dokumen perencanaan Sitrapus, ada 11 modul yang akan dikembangkan, yaitu : a. Pencatatan penyakitb. Kematianc. Kelahirand. Persalinane. Pemulihan f. Gizig. Pengukuran h. Saranai. Perlengkapanj. Tenagak. Keuangan. Namun baru modul penyakit yang berhasil dirancang dan diterapkan. Dari hasil temuan di lapangan, terungkap bahwa dalam proses perancangan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng, telah melibatkan pihak-pihak yang terkait, terutama ketiga pihak yaitu Kepala Puskesmas, Pengelola Data Dinas Kesehatan Propinsi dan Pengelola Data Dinas Kesehatan Kabupaten. Namun keterlibatan beberapa pihak dalam perancangan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng tersebut hanya sebatas mengikuti pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. dimana teori lain mengatakan bahwa keterlibatan secara mendalam pada perancangan sistem adalah seperti menentukan model, output, input dan database yang diharapkan. Maka dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perancangan Sitrapus di Kabupaten Bantaeng belum sesuai dengan makna keterlibatan yang semestinya berdasarkan teori, sehingga pengguna tidak mampu mengendalikan perubahan yang dapat dihasilkan oleh Sitrapus. Padahal dengan keterlibatan semua pihak, baik dari pengguna, manajemen (pimpinan), dan pembuat sistem (tenaga ahli) secara mendalam diharapkan sistem informasi yang dirancang akan berjalan baik dan efektif.

5. Tahap ImplementasiTahap implementasi merupakan suatu tahap dimana dilakukannya penerapan atau pelaksanaan program Sistem Informasi. Dalam jurnal tersebut, program Sistem Informasi yang digunakan yaitu Sitrapus (Sistem Informasi Transaksi Puskesmas).Pada pengoperasian sitrapus di puskesmas, dimulai dari registrasi, pemeriksaan pasien, dan pengentrian data. Di Kabupaten Bantaeng, pengoperasian sitrapus masih menggunakan buku bantu yaitu pada bagian registrasi dan juga pemeriksaan atau pelayanan dilakukan dengan mengisi ke dalam buku register dan kartu diagnosis yang kemudian dientri oleh petugas lain pada komputer. Petugas entri data dalam melaksanakan tugasnya harus menunggu selesainya penerimaan pasien, karena data yang akan dientri adalah buku register yang digunakan oleh petugas registrasi dan kartu kontrol pasien dari ruangan pemeriksaan. Pengentrian data pada umumnya dilakukan dengan mengisi langsung format isian, sehingga masih sering terjadi kesalahan jika terjadi salah input. Menurut teori bahwa salah satu masalah yang dapat menyebabkan kegagalan sistem informasi adalah pengoperasian sistem yang tidak berjalan dengan baik, informasi tidak tersedia dengan efisien karena operasi komputer yang menangani proses terhambat. 4 Hal ini terjadi di Kabupaten Bantaeng karena petugas entri data harus bekerja pada saat petugas yang lainnya beristirahat dan ketika komputer tidak digunakan untuk kegiatan lainnya. Model ini kemungkinan akan mendapat kesulitan jika diterapkan pada wilayah Puskesmas yang mempunyai pasien banyak.6. Uji Integrasi dan Pengujian SistemTahapan uji integrasi dan pengujian system merupakan penggabungan system yang telah di buat dengan system yang sudah ada dan melakukan pengujian system apakah system tersebut sudah benar dan sesuai kebutuhan.Berikut adalah uji integrasi penerapan system informasi transaksi puskesmas dari system yang lama dan system yang baru

Proses pengoperasian Sitrapus di Puskesmas dimulai dari registrasi, pemeriksaan pasien, sampai pasien pulang.Alur pasien sebelum penerapan sitaprus adalah sebagai berikut.Setiap pasien mendaftar, kemudian diregistrasi pada buku secara manual dan memberikan kartu control dengan menggunakan nomor satu keluarga.Kartu control tersebut dibawa keruang pemeriksaan yang digunakan oleh dokter untuk menulis diagnosis penyakit pasien dengan ICD 9 kemudian keruang pelayanan untuk mendapatkan pengobatan, selanjutnya pasien langsung pulang.Pengelola data setiap bulan merekap buku register pasien dan data penyakit dari kartu kontrol yang kemudian dibuat laporan LB 1.Sedangkan berikut ini adalah Alur pasien setelah penerapan Sitrapus. Dapat dilihat pada Pengoperasian Sitrapus di Kabupaten Bantaeng masih menggunakan buku bantu yaitu pada bagian registrasi dan pemeriksaan/pelayanan dilakukan dengan mengisi kedalam buku register dan kartu diagnosis yang kemudian dientri oleh petugas lain pada komputer. Petugas entri data dalam melaksanakan tugasnya harus menunggu selesainya penerimaan pasien, karena data yang akan dientri adalah buku register yang digunakan oleh petugas registrasi dan kartu control pasien dari ruangan pemeriksaan. Proses pengentrian data ini pada umumnya dilakukan dengan mengisi langsung format isian, sehingga masih sering terjadi kesalahan jika terjadi salah menginput data. Menurut teori bahwa salah satu masalah yang dapat menyebabkan kegagalan system informasi adalah pengoperasian sistem yang tidak berjalan dengan baik, informasi tidak tersedia dengan efisien karena operasi komputer yang menangani proses terhambat. Hal ini terjadi di Kabupaten Bantaeng karena petugas entri data harus bekerja pada saat petugas yang lainnya beristirahat dan ketika komputer tidak digunakan untuk kegiatan lainnya. Model ini kemungkinan akan mendapat kesulitan jika diterapkan pada wilayah Puskesmas yang mempunyai pasien banyak.

7. EvaluasiEvaluasi pengembangan sistem informasi dilakukan untuk memastikan pelaksanaan pengembangan sistem sesuai dengan rencana yang ditetapkan baik dari segi waktu, biaya dan teknis. program Sitrapus dilakukan evaluasi setelah tiga tahun.Hasil evaluasi berdasarkan proses penerapan Sitrapus yaitu : a. Perancangan Sitrapus belum melibatkan pengguna secara mendalam b. Pengoperasian Sitrapus belum tersosialisasi dengan baik pada setiap bagian yang terlibat sehingga merasa terbebani dengan adanya penerapan Sitrapusc. Pengorganisasian Sitrapus belum terstruktur sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing pengguna, d. Pembinaan tidak berkesinambungan, e. Pemeliharaan Sitrapus, belum tersedia technical support yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan Sitrapus, f. Pengembangan Sitrapus tidak berdasarkan dengan kaidah siklus hidup pengembangan sistem.

Hasil evaluasi berdasarkan Output penerapan Sitrapus yaitu: a. Sitrapus telah menghasilkan beberapa laporan tentang penyakitb. Sitrapus tidak akurat dalam proses menghasilkan informasi penyakit dan demografi dengan masih adanya kesalahan-kesalahan pada laporan yang dihasilkanc. Hasil Sitrapus belum relevan dengan kebutuhan pengguna karena belum mencakup seluruh program di Puskesmasd. Petugas pendaftaran dan poliklinik merasa terbebani dengan adanya Sitrapus, tetapi pengelola data merasa puas karena dapat mempermudah pekerjaan dan proses pencarian data cepate. Hasil Sitrapus telah dimanfaatkan di Puskesmas untuk dasar menghitung retribusi, dasar penyusunan profil kesehatan, bahan untuk mendeteksi penyakit dan KLB sedangkan di Dinas Kesehatan Kabupaten belum memanfaatkan.Kekurangan dalam penerapan sistem Sitrapus diakibatkan adanya faktor penghambat yaitu kurangnya dukungan internal organisasi, kurangnya komputer di Puskesmas, beban ganda bagi petugas yang menyebabkan penerapan SITRAPUS belum optimal. Sedangkan dukungannya mulai dari Pusat Data Depkes RI, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng yang mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan SITRAPUS

8. Pemeliharaan SistemSetelah sistem diiplementasi dengan berhasil, sistem akan dioperasikan dan dilakukan perawatan. Sistem perlu dirawat karena beberapa hal, yaitu :a. Sistem mengandung kesalahan yang belum diperbaiki, sehingga kesalahan sistem perlu diperbaiki.b. Sistem mengalami perubahan karena peemintaan baru dari pemakaian sistem.c. Sistem mengalami perubahan karena perubahan lingkungan luar.Biaya perwatan sistem sering diabaikan karena biaya perawatan sistem merupakan biaya yang cukup besar.jadi sebisa mungkin kita harus merawatnya denga teliti agar suatu sistem dapat bertahan dengan lama.Pada penerapan sitrapus (Sistem Transaksi Puskesmas) tanggung jawab terhadap kerusakan software dan komputer dalam rangka pengelolaan Sitrapus diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng. Kebutuhan tenaga dan biaya yang besar dalam pengembangan dan pemeliharaan Sitrapus, serta sarananya. Sampai saat ini belum ada petugas yang berkompeten untuk technical support yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan Sitrapus, sehingga memerlukan tenaga yang mampu ditugaskan sebagai technical support dengan mengikutkan pelatihan terlebih dahulu. Pemeliharaan selalu dilakukan agar terjadi penyempurnaan proses, selalu menganalisis kebutuhan informasi yang dihasilkan sistem tersebut dan meminimalkan gangguan kontrol dan ganguan operasi.

KESIMPULAN

Proses penerapan Sitrapus dimulai dari perancangan Sitrapus belum melibatkan pengguna secara mendalam, dilanjutkan dengan pengoperasian Sitrapus belum tersosialisasi dengan baik pada setiap bagian yang terlibat sehingga merasa terbebani dengan adanya penerapan Sitrapus dan pengorganisasian Sitrapus belum terstruktur sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing pengguna, juga pembinaan tidak berkesinambungan, kemudian pemeliharaan Sitrapus, belum tersedia technical support yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan Sitrapus, hingga pengembangan Sitrapus tidak berdasarkan dengan kaidah siklus hidup pengembangan sistem. Output penerapan Sitrapus yaitu Sitrapus telah menghasilkan beberapa laporan tentang penyakit, selain itu Sitrapus tidak akurat dalam proses menghasilkan informasi penyakit dan demografi dengan masih adanya kesalahan-kesalahan pada laporan yang dihasilkan, juga hasil Sitrapus belum relevan dengan kebutuhan pengguna karena belum mencakup seluruh program di Puskesmas, petugas pendaftaran dan poliklinik merasa terbebani dengan adanya Sitrapus, tetapi pengelola data merasa puas karena dapat mempermudah pekerjaan dan proses pencarian data cepat dan hasil Sitrapus telah dimanfaatkan di Puskesmas untuk dasar menghitung retribusi, dasar penyusunan profil kesehatan, bahan untukmendeteksi penyakit dan KLB sedangkan di Dinas Kesehatan Kabupaten belum memanfaatkan. Faktor penghambat penerapan SITRAPUS yaitu kurangnya dukungan internal organisasi, kurangnya komputer di Puskesmas, beban ganda bagi petugas yang menyebabkan penerapan SITRAPUS belum optimal. Sedangkan dukungannya mulai dari Pusat Data Depkes RI, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng yang mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan SITRAPUS

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. 2002.2. Winarno W.W. 2004. Sistem Informasi Manajemen. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.3. Whitten JL, Bentley LD, Dittman K.C. 2004.Metode Desain dan Analisis Sistem. Edisi Keenam. Penerbit Andi. Yogyakarta.4. Laudon KC and Laudon J.P. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Andi Yogyakarta.5. Muninjaya, GAA. 2004.Manajemen Kesehatan. EGC, Jakarta. 6. Yusof MM, Paul R. J. & Stergioulas L. K. 2006. Towards a Framework for Health Information System Evaluation. Proceeding of the 39th Hawaii International Conference on System Sciences, UK. 7. Wijono D. Manajemen Kepemimpinan Organisasi Kesehatan. Airlangga University Press. Surabaya.1997. 46 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 1 Maret 2010 Sudarianto, dkk.: Evaluasi Penerapan Sistem Informasi .8. Sutabri. 2004. Analisa Sistem Informasi. Penerbit Andi. Yogyakarta. 9. Wigertz. O, Tell. E, Moidu. K, Singh. A.K. 1992. Impact on Management and Delivery of Primary Health Care by a Computer-based Information System. from : [Accessed 8 Pebruari 2007]10. Davis G. B. 1999. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen: Struktur dan Pengembangannya. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.11. Anderson J.G., Aydin C.E., Jay S.J. eds. 1994. Evaluating Health Care Informaton System: Methods and Aplication. Thousand Oaks: Sage Publications. London.12. Kristanto A. 2003. Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya. Gava Media. Yogyakarta.