Edisi September 2016 Hari Aksara...

12
Edisi September 2016 Hari Aksara Internasional Menumpas Buta Aksara Mengentaskan Kemiskinan Setelah Punya Kamar Sendiri Kesiapsiagaan Bencana Badai dan Angin Topan Arsitektur Rumah Adat Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian Day Habitat Charity Golf

Transcript of Edisi September 2016 Hari Aksara...

Page 1: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Edisi September 2016

Hari Aksara Internasional

Menumpas Buta Aksara Mengentaskan Kemiskinan

Setelah Punya Kamar Sendiri

Kesiapsiagaan Bencana Badai dan Angin Topan

Arsitektur Rumah Adat Betawi : Rumah Tipe Panggung

Membaca Masa LaluMenulis Masa Depan

World Humanitarian Day

Habitat Charity Golf

Page 2: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

S

Menumpas Buta Aksara Mengentaskan Kemiskinan

Dari Redaksi

etiap tanggal 8 September dunia memperingati Hari Aksara Internasional (HAI). Pada tahun ini UNESCO menetapkan tema Reading the Past, Writing the Future (Membaca MasaLalu, Menulis Masa Depan). Perayaan HAI dilandasi akan semangat pemberantasan buta aksara. Indonesia pun tidak mau ketinggalan. Mengingat angka buta

aksara di Indonesia tergolong tinggi. Sejauh ini, usaha untuk memberantas buta aksara sudah menunjukkan hasil yang positif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengklaim bahwa pada tahun 2005 persentase penduduk buta aksara di Indonesia mencapai 9,55%. Namun, angka tersebut menurun pada tahun 2014, menjadi sekitar 3,76% atau sekitar 6.007.486 orang. Meskipun upaya pemberantasan buta aksara terus dilakukan, tapi upaya ini tak lepas dari kendala. Seperti, faktor kemiskinan, fasilitas sekolah yang tidak layak dan tidak terjangkau, serta kurangnya motivasi belajar. Kendala-kendala ini harus menjadi perhatian dari kita semua, sebagai warga negara Indonesia. Habitat for Humanity Indonesia juga tidak ketinggalan dalam upaya memerangi buta aksara ini. Banyak hal yang telah dilakukan. Selain membangun rumah layak huni, HFH Indonesia juga memberikan perhatian pada sarana dan prasarana pendidikan. Di berbagai daerah pelayanan HFH Indonesia dibagun/renovasi PAUD dan sekolah, termasuk fasilitas perpustakaan. Pembangunan ini dimaksudkan supaya dapat membantu dalam proses pemberantasan buta aksara. Pendidikan adalah salah satu sarana untuk melepaskan kita dari jerat kemiskinan. Bagi Agustinus Wibowo dalam bukunya Garis Batas, “Orang yang berpendidikan akan selalu berpikiran rasional dan selalu berusaha maju,” (2013, hlm. 60). Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban kita semua untuk memajukan bangsa ini lewat pendidikan. Upaya yang selama ini dilakukan oleh HFH Indonesia masih perlu banyak dukungan. Oleh karena itu, perlu upaya yang lebih keras untuk menumpas buta aksara dengan mendukung dan bekerjasama dengan HFH Indonesia. Selamat Hari Aksara Internasional.

Page 3: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

M

160 Penggiat Golf Menggalang Dana Membangun 41 Rumah Layak Huni

elanjutkan keberhasilan dalam lima kegiatan sebelumnya, Habitat for Humanity Indonesia didukung oleh

Majalah OBGolf kembali menyelenggarakan kegiatan olah raga golf untuk kemanusiaan yang bertajuk Habitat Charity Golf 2016 Putt ‘N’ Give (5/9/16). Kegiatan yang memadukan unsur kompetisi, olah raga, dan kegembiraan ini bertujuan menggalang dana untuk membangun rumah layak huni bagi keluarga berpenghasilan rendah di tanah air. Sebanyak 35 perusahaan ternama turut mendukung event ini. Mereka antara lain adalah CFM, Astra International Tbk, HSBC, dan Tower Bersama Group; dengan melibatkan 160 pemain golf. Melalui dukungan tersebut, 41 keluarga prasejahtera bisa mewujudkan impiannya untuk

tinggal di rumah yang layak huni dan kokoh. Direktur Nasional HFH Indonesia, James Tumbuan menjelaskan, bahwa “Olah raga golf adalah sarana yang tepat untuk menunjukkan kepedulian secara nyata kepada keluarga-keluarga yang terpaksa tinggal di rumah tidak layak huni dan nyaris ambruk.” Dijelaskan pula, sejak dilaksanakan pada tahun 2010 dan telah menjadi agenda tahunan rutin, Habitat Charity Golf telah membangun lebih dari 176 rumah yang layak, kokoh, dan aman bagi keluarga-keluarga kurang mampu. Mereka tinggal di wilayah Jabodetabek, Batam, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Jimmy Masrin, selaku perintis dan penggerak Habitat Charity Golf menyambut gembira komitmen pemain dan penggiat golf yang mendukung terselenggaranya kejuaraan golf untuk kemanusiaan tahun 2016 ini. “tournament ini sudah kali keenam. Artinya pemain dan penggiat golf dengan latar belakang professional dan eksekutif telah melihat konsistensi serta keberhasilan program amal kemanusiaan yang digerakkan oleh kejuaraan ini,” kata Jimmy Masrin.

Habitat Charity Golf Event

Sumber Foto : Dimas /HFH Indonesia

Page 4: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Habitat Charity Golf Photo Event

Sumber Foto : Dimas /HFH Indonesia

Page 5: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Kebersamaan Dalam Gerak Kemanusiaan

uluhan relawan dari b e r b a g a i l e m b a g a k e m a n u s i a a n d a n sekolah, membangun 5

rumah layak huni di Kampung Kameng, Desa Kedung Dalem, Mauk, Tangerang, Banten (3/9/16). Mereka tergabung dalam sebuah kegiatan untuk memeringati hari Kemanusiaan Sedunia. “Kegiatan ini merefleksikan sebuah kebersamaan dalam gerak kemanusiaan. Perlu ada gerakan bersama seperti ini, untuk semakin memajukan kebersamaan dalam hidup di dunia ini. Dengan membangun rumah layak huni, kita diajak untuk membangun dasar kebersamaan, yakni belarasa bersama dengan banyak pihak untuk mewujudkan kasih kepada yang membutuhkan,” tutur Rm. Suyadi selaku Direktur Yayasan Karina. Kegiatan ini adalah hasil kolaborasi HFH Indonesia dengan Humanitarian Forum Indonesia, UN OCHA, dan beberapa lembaga kemanusiaan serta sekolah. Lembaga tersebut seperti: PLAN, Yayasan Karina, Wahana Visi Indonesia, Save the Children, Sekolah Pelita Harapan Lippo Cikarang, LPBI NU, Ichthus School, dan Disaster Resource Partnership. Dalam kegiatan kali ini, dianggkat tema One Humanity atau Satu Kemanusiaan dalamkegiatan Building for One Humanity. Aksi ini sebagai wujud nyata dari berbagai lembaga kemanusiaan untuk mewujudkan

kesatuan dan kasih dengan membangun rumah layak huni bagi keluarga prasejahtera. Mengapa membangun rumah? Bagi HFH Indonesia rumah adalah kebutuhan pokok bagi manusia, dimana keluarga menemukan beribu kebahagiaan dan kehangatan. “Karena itu membangun rumah, bukan hanya membangun tempat untuk berlindung namun membangun rumah adalah membangun masa depan dan harapan,” tutur James Tumbuan, Direktur Nasional HFH. Acara ini juga diikuti oleh dua mantan Putri Indonesia, yakni Artika Sari Dewi dan Wulandari yang sekaligus Brand Ambassador HFH Indonesia. Mereka mengajak beberapa model binaan mereka untuk terlibat dalam aksi kemanusiaan, supaya lebih mengenal arti berbagi kepada sesama. Selain membangun rumah, juga ada edukasi bagi anak-anak, berupa permainan pengenalan bencana alam, serta dongen boneka dari Save The Children dan PLAN. Anak-anak juga dikenalkan dengan kebiasaan membaca oleh WVI dengan mobil perpustakaannya. “Animo anak-anak dalam mengikuti permainan pengenalan bencana alam serta membaca sangat besar, kami senang dengan mereka. Ini adalah awal yang baik untuk mengedukasi anak-anak dalam pengenalan bencana alam,” ujar Dian salah satu perwakilan dari PLAN.

Event World Humanitarian Day Event

Sumber Foto : Dimas /HFH Indonesia Sumber Foto : Punjung /HFH Indonesia

P

Page 6: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

World Humanitarian Day Photo Event

Sumber Foto : Punjung /HFH Indonesia

Page 7: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Membaca Masa Lalu

Menulis Masa Depan

udul di atas adalah tema Hari Aksara Internasional yang diperingati tiap

tanggal 8 September. Melek huruf atau disebut melek aksara adalah keniscayaan yang mesti diutamakan dari apapun dalam kehidupan. Sebab tanpa aksara, peradaban adalah mimpi. Aksara merajut hidup ke arah yang lebih baik. Berawal dari aksara, menuju pada kata dan kalimat, selanjutnya melejit pada kemajuan peradaban manusia. Sedangkan antonim dari melek aksara/huruf adalah buta huruf/aksara, yang bisa dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang yang tidak mampu membaca dan menulis. Padahal, membaca dan menulis merupakan jendela untuk melihat dunia. Artinya, jika orang melek huruf, dia akan melihat dunia baru dengan segala perkembangannya, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Ke a k s a r a a n b u k a n sekadar prioritas pendidikan,

melainkan investasi yang sangat penting bagi masa depan yang berkesinambungan. Namun realita yang terjadi masih perlu diperjuangkan. Berdasarkan data sebaran penduduk DKI Jakarta usia 15-59 masih terdapat 48.794 orang yang buta aksara (Harian Nasional, Sabtu-Minggu, 10-11 September 2016, Nomor 977 Tahun IV). Ini masih DKI Jakarta, belum daerah lainnya, yang tentunya akan lebih besar jumlahnya. Buta aksara adalah salah satu sumber dimana orang miskin sulit keluar dari kurungan kemiskinan. Hal ini pun diamini oleh Presiden Jokowi yang menyatakan bahwa, faktor penyebab kemiskinan terbesar adalah angka buta huruf di Indonesia yang mencapai sekitar 15,15 % dari total keseluruhan. (www.merdeka.com 18 April 2015). Melalui peringatan Hari Aksara Internasional 2016 ini, kita diajak untuk merefleksikan tema yang diusung UNESCO. “Membaca Masa Lalu” adalah,

melihat kembali apa yang sebenarnya belum tercapai. Apabila perhatian masa lalu tertuju pada kemiskinan yang masih tinggi, maka perlu dicari akarnya. Dan akar dari kemiskinan adalah buta huruf. Saat orang terbelenggu kemiskinan, pendidikan adalah suatu yang mewah yang tidak mungkin bisa dijangkau. Maka bukan sekedar menyukseskan wajib belajar 9 tahun, tapi bagaimana menumbuhkan semangat untuk belajar bagi semua kalangan. Oleh karena itu perlu ada aksi “Menulis Masa Depan”. Menulis berarti melakukan s u a t u t i n d a k a n , y a k n i upaya dalam memeratakan pendidikan, yang akhirnya membawa pada melek huruf bagi seluruh warga Indonesia. Hal ini bisa dimulai dengan saling memberikan semangat,hingga membangun kesadaran bahwa melek huruf itu adalah sarana untuk memutus rantai kemiskinan.

HabinionEvent

J

Sumber Foto : Punjung /HFH Indonesia

Page 8: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Setelah Punya Kamar Sendiri....

P engalaman tidur berjejal dengan anak, istri, dan orang tua, tinggal kenangan bagi Mujono (41). Warga Dusun Srunggo 1, Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul Yogyakarta ini terpaksa tidur bersama karena hanya punya 1 kamar.

“Hawa di kamar sangat sumpek. Apabila salah satu anggota keluarga sakit flu, maka dengan cepat akan menular,” kata Mujiono. Begitu pula dengan debu karena lantai dari tanah membuat sesak nafas. Apabila malam tiba udara sangat dingin, sebab dinding bambu telah banyak yang berlubang. Hal ini juga berdampak bagi pendidikan anaknya. Sebelum rumahnya dibangun pada bulan Oktober 2014, Diyah (6) tidak bisa belajar dengan baik. Dia tidak punya tempat yang nyaman untuk belajar. “Saya kasihan ama Diyah, sebenarnya dia anak yang pintar. Karena tidak ada tempat untuk belajar prestasinya tidak menonjol,” Ujar Mujono. Pelajar kelas 2 SDN Srunggo 1 mengalami perubahan yang luar biasa sejak rumahnya dibangun HFH Indonesia dan punya kamar sendiri. “Matematika dan agama mendapat nilai 100, dan saya juara 1,” kata Diyah dengan bangga. Hal ini pun tidak hanya berdampak bagi Diyah. Namun juga bagi anak-anak tetangga yang senang belajar dengan Diyah. Mereka belajar bersama setiap sore, karena tempatnya kini lebih nyaman. Kehidupan Mujono kini semakin lebih baik. Dia bisa lega karena telah memiliki rumah yang bagus, bersih, sehat, dan memiliki kamar. Mujono dan istrinya kini lebih fokus untuk bekerja lebih giat. Mujono pun bersemangat untuk mengembangkan ternak ikan di depan rumahnya. “Saya sekarang lebih lega, lebih fokus untuk beternak ikan demi masa depan anak saya,” tegasnya.

Habipartner

Sumber Foto : Punjung /HFH Indonesia

Page 9: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

KesiapsiagaanBencana Badai danAngin Topan

Penyebab: Angin Topan atau badai besar adalah angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih. Angin Topan bisa mempunyai kekuatan hembusan angin sampai 200 km per jam yang dibarengi oleh hujan yang sangat lebat sehingga menyebabkan badai di daerah pesisir dan gelombang besar yang sangat kuat di laut. Di pusat badai, mata angin ribut yang bertekanan rendah membentuk kubah air yang tinggi. Ketika seluruh badai bergerak ke daratan, ia mendorong kubah air, sehingga menyebabkan banjir di daratan.

Dampak kekuatan angin dan hujan:

Tanda-tanda terjadinya angin ribut:

Bersambung…

Habipartner

JendelaTanggap Bencana

1. Penurunan suhu dan tekanan udara yang drastis dan tiba-tiba2. Terlihat gumpalan awan gelap, besar dan tinggi3. Petir dan guruh terlihat dari jauh4. Terdengar suara gemuruh/guntur dari kejauhan5. Peringatan dari BMG yang disampaikan melalui media televisi, radio atau surat kabar

1. Menyebabkan kerusakan atau kehancuran bangunan2. Mengangkat dan memindahkan benda-benda yang tidak stabil3. Merusak jaringan listrik4. Menyebabkan erosi di daerah pesisir5. Menyebabkan banjir6. Membahayakan keselamatan

Sumber Foto : Internet

Oleh : Yohanes Juliasman, Manajer DRR HFH Indonesia

Page 10: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Arsitektur Rumah Adat Betawi

Rumah Tipe Panggung Tipe Panggung merupakan rumah adat Betawi yang terletak di daerah pesisir pantai. Bentuk rumah Panggung ini berbahan kayu. Bentuk rumah Panggung tercipta sebagai antisipasi atau pengamanan terhadap air laut pasang. Pada awalnya masyarakat Betawi di daerah pesisir hanya menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan di laut saja. Jadi bentuk dari rumah panggung tersebut mengikuti pola hidup warga sebagai nelayan. Selain itu, dalam sejarahnya sebagian ibu kota Jakarta juga dibangun di atas daerah rawa, sehingga bentuk rumah Panggung ini dinilai paling aman. Ada keuntungan ekologis dari rumah tipe Panggung, yaitu tanah di bagian bawah bangunan akan berfungsi sebagai tempat untuk resapan air. Pada saat air pasang atau banjir, air akan menggenang di bawah rumah tersebut sampai kemudian pada akhirnya dapat surut dan terserap ke dalam tanah. Dan sementara itu, tempat tinggal keluarga masih akan tetap aman dan para anggota keluarga masih tetap bisa menjalankan aktivitas mereka.

Habihome

Page 11: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Arsitektur Rumah Adat Betawi

Ocehansi Ijo

Uang Jelek Ada seorang Sufi yang mendapat penghasilan dari menjual segala macam barang bekas. Nampak seolah-olah orang itu “kurang berakal”, sebab banyak orang seringkali membayarnya dengan uang jelek, atau malah uang palsu dan ia menerimanya tanpa kata-kata penolakan. Atau orang-orang akan mengatakan sudah membayar meski mereka belum membayar, dan ia menerima begitu saja. Ketika ia sudah meninggal, ia memandang ke surga dan berkata, “Ya Tuhan! Saya sudah menerima banyak uang jelek dari orang-orang, tetapi tidak pernah sekali pun saya menyalahkan mereka di dalam hati saya. Saya selalu mengandaikan dan menganggap bahwa mereka tidak sadar akan hal itu sehingga tidak berguna untuk dipermasalahkan. Saya sendiri adalah selembar uang jelek, dalam banyak keputusan saya sering salah sehingga menyebabkan keuntungan bagi orang serakah atau merugikan orang susah. Namun begitu ya Tuhan, saya mohon Tuhan tidak mempermasalahkan." Dan suatu suara terdengar berkata, “Bagaimana mungkin menghakimi orang yang tidak pernah menghakimi orang lain”._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Tentang Cinta

Banyak orang dapat melakukan perbuatan cinta; Tetapi jarang orang yang dapat memiliki pemikiran cinta.

Page 12: Edisi September 2016 Hari Aksara Internasionalhabitatindonesia.org/wp-content/uploads/2017/01/Habitalk...Betawi : Rumah Tipe Panggung Membaca Masa Lalu Menulis Masa Depan World Humanitarian

Terima Kasih kepada para Mitra yang telah Mendukung Program dan Kegiatan

Terima kasih Atas Dukungan dan Partisipasi dalam Habitat Charity Golf 2016