Edisi oktober 2014[1]

24

description

Sang Figur Revolusioner, the Joko way. Kali ini kita menyimak kembali, apa yang membuat Jokowi yang begitu sederhana, namun ternyata menjadi orang nomor satu dari 220 jutaan rakyat Indonesia. Revolusi mental yang ia sebarkan lewat budaya kerja..kerja dan kerja yang dikenal dengan istilah blusukan ternyata lebih disukai rakyat. Jika Presiden saja blusukan dengan peluh lelah, kenapa kita masih saja mengeluh dengan melipat tangan? Mari simak kembali dan sambutlah revolusi mental ala Joko Way.

Transcript of Edisi oktober 2014[1]

Page 1: Edisi oktober 2014[1]
Page 2: Edisi oktober 2014[1]

|| www.lilinmagazine.com4

3 | SANG REVOLUSIONER “the Joko way”

6 | MERESAPI ISI PIDATO PERTAMA, PRESIDEN KE-7 REPUBLIK INDONESIA Ir. JOKO WIDODO

10| PENGIKUT KRISTUS BERPOLITIK, I. J. KASIMO, PAHLAWAN NASIONAL NKRI, “SI BAPAK TEBU RAKYAT”

12| DIGEST BOOK MENILIK JALAN TUHAN DALAM NOVEL “PERFECT MESS”,KEPUTUSAN BERDURI, MENJADI INDAH DALAM TANGANNYA14| SIMON KOPICEDA

16 | “KASIH: FUNDASI DALAM MENULIS

18 | “ADA APA DENGAN GAYA BAHASA POLITIK JOKOWI”

21 | BARANG BEKAS DITANGAN MIKAEL JORDAN

22 | SAYA, KAMU, KITA : DUTA NARKOBA

23 | MELEBURLAH DALAM KARYA

M E N U K I T A

Tidak terduga sebelumnya, seorang Jokowi si anak kampong yang menurutnya berwajah “ndeso” akan menjadi orang terdepan diantara 220 juta rakyat Indonesia. Ia telah resmi dilantik 20 Oktober 2014 belum lama ini, didampingi wakilnya Jusuf Kalla.

... .“Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia dan berlayar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri. Saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan Konstitusi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya kita bersama.”

Bagi banyak orang, dunia politik harus dijauhi, dan sebisa mungkin jangan terlibat di dalamnya. Sebab menurut mereka, dunia politik itu kotor. Bahkan dalam lagunya yang berjudul ‘Asik ga asik’ Iwan Fals menyebut dunia politik sebagai dunia hura-hura para binatang,....

Peneliti Hak Azasi Manusia cum jurnalis ‘The Jakarta Post’, Andreas Harsono mengibaratkan buah karya tulisan serupa membangun rumah

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.

Dia berkulit hitam, lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York, dan melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin yang penuh diskriminasi. Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya, “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” Ia menjawab, “Mungkin 1 Dollar.” ...

DENGAN “MENU KITA” kali ini, kita menjadi lebih mudah untuk menyimak dan membaliknya ke halaman-halaman berikutnya.

Jangan lewatkan petikan-petikan reflektif dari teman-teman muda yang telah menyumbangkan tulisannya untuk sama-sama kita renungkan dalam memaknai dan menghadapi peristiwa-peristiwa penting di sekitar kita.

Salam dari kami, Selamat membaca, selamat berbagi...

Page 3: Edisi oktober 2014[1]

Pemimpin Umum : Shemy Saragih Sekretaris Redaksi : Nony Sinaga, SS Lestari Samosir, S.Pd.

Redaksi :Michael Naibaho, A.Md |Roy Hutasoit, SS | Azis Matondang, SS |

Kontributor :Kristinaa Tarigan, S.Isip. | Ediatur Pane, S.Si.|vTheresia Sipanggkar, SPd. | Lia Simangunsong |Denata Rajagukguk | Elhine Lumbantobing |

Website : www.lilinmagazine.comRedaksi : [email protected] oleh : Lilin InstituteMedan 2014 Sumatera Utara, Indonesia

Penelitian dan Pengembangan Zakharia Ginting, SS

S eorang kreatif tentu tidak cukup me-mikirkan dan melakukan satu cara untuk mencapai tujuannya. Demiki-an pula prinsip-prinsip hidup yang

dilakoninya setiap hari selalu mendukung pengembangan pribadi yang lebih kokoh

dalam menyikapi situasi hingga mampu berdiri dan menguasai diri dari tantangan yang selalu menyodorkan diri. Nah berikut ini main map dari pola pikir kreatif ala jenius, semoga Anda dapat mengadopsi trik dan tipsnya sebaik mungkin.

2

Page 4: Edisi oktober 2014[1]

3

Tidak terduga sebelumnya, seroang Jokowi si anak kampong yang menurutnya berwajah “ndeso” akan menjadi orang terdepan diantara

220 juta rakyat Indonesia. Ia telah resmi di-lantik 20 Oktober 2014 belum lama ini, didampingi wakilnya Jusuf Kalla.

Wajah tampan ternyata bukan segala-galanya.Kekayaan dan kepintaran meloby dan munuver juga bukanlah jaminan. Lalu apa yang menjadi “rahasia” seorang seder-hana yang selalu tampil sederhana itu? Ada baiknya kita menemukan karakter unggul dari Jokowi, yang mampu menarik dan me-nampung suara hati dan amanah rakyat, di tengah persaingan yang penuh ambisi dan kompetisi ini.

Untuk pertama kalinya seorang Jokowi mencalonkan dirinya Presiden, setelah dukungan relawan dari Papua hingga Aceh mendeklarasikan harapannya demi Indo-nesia baru. Namun sampai pemilihan Legislatif berlangsung, keputusan terhadap

pencalonan Jokowi masih juga belum je-las, sementara pada kandidat lainnya telah mempromosikan diri di sudut-sudut jalan dan seluruh kotak-kotak televisi, dengan hingar binger iklan dan kampanye terse-lubung.

Jokowi tetap saja santai dalam masa jabatannya sebagai Gubernur DKI waktu itudengan menjalankan tugasnya seperti biasanya.Sekilas, Ia seolah tanpa niat dan visi untuk menjadi Presiden, tidak ada ko-mentar menyahuti yang lainnya. Bahkan relawan dan massa merasa was-was bila-mana nanti ia tidak jadi dicalonkan menjadi Presiden. Namun entah kenapa dukungan terus melesat, bahkan melebihi perkiraan dan hal seperti ini belum pernah terjadi di Indonesia.Jutaan pendukung dari gen-erasi muda memanfaatkan semua peluang yang ada. Dari jejaring sosial twitter, face-book, web, youtube, dan termasuk dengan menciptakan game animasi yang menum-buhkan ketertarikan dan kekaguman bagi sosok Jokowi.

SANG FIGUR REVOLUSIONER“the Joko way”

Page 5: Edisi oktober 2014[1]

|| www.lilinmagazine.com4

Dalam persaingan sengit, Jokowi pun tampil legowo saja, dengan gaya optimis tanpa tanda-tanda kekha-watiran. Padahal, hasil hitung cepat waktu itu menjadi polemik yang meresahkan warga.Pasangan Jokowi-JK telah mendeklrasikan keme-nangannya setelah menda-pat rekapitulasi Quick Qount, sementara itu rivalnya juga Prabowo-Hatta turut men-gadakan konferensi pers yang mengatakan keme-nangannya berdasarkan has-il quick qount yang mereka anggap terpercaya.

Polemik ini pun terus mencuat hingga menjadi gugatan ke Mahkamah Konstitusi.Namun menariknya, sekali lagi, Jokowi tak menunjukkan pesimisme.Ia tetap bertindak wajar-wajar saja. Kala itu para relawan dan tim suksesnya sudah “gerah” dengan rivalnya yang tidak me-nerima kekalahan dan terkesan mencari-cari kesalahan. Entah apa yang dipikirkan Jokowi saat itu, “kita tunggu saja keputusan MK” tuturnya singkat.

Lalu, MK akhirnya menolak gu-gatan karena tidak dipenuhi dengan bukti-bukti yang cukup. Pendukung bersorak ria, namun kembali tekanan menghadang detik-detik menuju kursi RI satu itu. Dalam masa penentuan kualisi, rivalnya berhasil meng-gandeng lebih banyak partai sehingga terkesan, bahwa DPR dan MPR berasal dari pihak ri-valnya.Bahkan ada isu untuk menggulingkan Jokowi-JK pada masa pelantikannya.Isu ini be-redar dan meningkatkan suhu politik yang kian memanas.Lagi-lagi, Jokowi tampak biasa saja. Dengan gaya khas tenang namun tegas ia menatap

ke depan, mempersiapkan di-rinya, nanti menunggu tang-gal mainnya. Bahkan beberapa hari sebelum pelantikannya, ia tampak mengunjungi rivalnya Prabowo. Sontak kejadian terse-but kembali menggundang kekaguman pada kualitas Joko-wi. Luar biasa, ia memperlaku-kan rivalnya itu dengan begitu baik hingga ahkirnya Prabowo bersedia hadir pada pelantikan-nya di gedung MPR, Senayan Jakarta.

Sungguh mental pemimpin yang satu itu sangat berbeda dengan tokoh-tokoh publik yang sebelumnya tampil hada-pan saentero Indonesia. Opti-mis dan siap bekerja dan bek-erja. Akhirnya nama kabinetnya pun diresmikan sebagai Kabit Kerja 2014-2019 dengan for-masi 34 menteri. Sekali ia telah merevolusi tradisi-tradisi men-teri sebelumnya, dalam kabinet ini ia mewajibkan para praktisi politik mengundurkan diri dari jabatan partai sehingga bisa fo-cus untuk bekerja keras mewu-judkan visi mulianya. Sederha-na namun terbukti nyata, bukan retorika atau teori belaka,

ia benar benar menjadikannya sebagai tindakan kerja di lapa-ngan yang sesungguhnya.

Jokowi telah menunjukkan revolusi mental dari jajaran-nya, saatnya kita para intelek muda, menyerap semua tel-adan revolusionernya hingga kita pun bisa turut berpartisi-pasi dalam mendukung tindak juangnya mewujudkan “mental mandiri yang berbudaya dan bermartabat. Perlu sama-sama kita sadari, Jokowi bukanlah seorang sosok yang mengum-bar agama dalam pembicaraan publiknya, namun karakternya sungguh menunjukkan keseja-tian seorang penganut agama yang sungguh dekat dengan penciptanya. Ini pun menjadi cerminan bagi kita yang merasa ajara agama atau bahkan me-nyebut tingkat keTuhanan kita lebih benar atau tepat, saatnya kita buktikan, bahwa Tuhan mau kita semua sejahtera, Tuhan mau semua kita maksi-mal menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk sama-sama memperbaiki tatanan kehidu-pan bersama di hadapan Tuhan Allah Semesta. Semoga.!

Page 6: Edisi oktober 2014[1]

|| www.lilinmagazine.com6

Presiden Joko Widodo yang akrap disapa Jokowi akhirnya resmi di-lantik, 20 Oktober 2014, di Ruang Sidang Paripurna I, Gedung MPR

RI, Senyan Jakarta. Hari itu menjadi hari penuh syukur dan menjadi sejarah baru bagi 220-an juta rakyat Indonesia, se-orang sosok bersahaja pilihan rakyat, di-lantik dengan cukup mengharukan. Meski sebelumnya sempat diisukan akan ada penjegalan proses pelantikan oleh pihak “oposisi”, gaya santai dan percaya diri jokowi tampak biasa-biasa saja hingga benar-benar tampil di hadapan MPR keti-ka mengangkat Sumpah Jabatan pelanti-kannya dengan wakil Presiden Drs. Jusuf Kalla. Hal yang sungguh menarik untuk dicer-mati, betapa Jokowi telah membuktikan ketulusan dan kesungguhannya me-nyikapi setiap elemen bangsa, mampu

menyatukan kelompok-kelompok. Ke-hadiran “rival”nya dalam pemilihan lalu yang sempat menunjukkan tanda-tanda panas, ternyata mereda dengan kehad-iran Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, pada pelantikan berbahagia itu. Tidak hanya itu, kualisi Merah Putih yang dari semula menunjukkan kekuatannya untuk mengimbangi pemerintahan, tampaknya “melembutkan hati” dengan menyerukan semua kualisinya menyaksikan dan men-dukung pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.Mengawali masa jabatanya, Presiden Jokowi, di hadapan seluruh warga Indo-nesia dan puluhan pemimpin negara as-ing menyaksikan dan menyimak Pidato Perdana, Presiden NKRI, 2014-2019. Ada baiknya kita simak kembali, petikan pida-tonya.

MERESAPI ISI PIDATO PERTAMA, PRESIDEN KE-7 REPUBLIK INDONESIA Ir. JOKO WIDODO

Page 7: Edisi oktober 2014[1]

|| www.lilinmagazine.com7

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Salam Damai Sejahtera untuk kita semua,Om Swastiastu,Namo Buddhaya

Yang saya hormati, para Pimpinan dan seluruh anggota MPR,Yang saya hormati, Wakil Presiden Republik Indonesia,Yang saya hormati, Bapak Prof Dr. BJ Habibie, Presiden Republik Indonesia ke 3, Ibu Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia ke-5, Bapak Try Sutrisno, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Hamzah Haz, Wakil Presiden Repub-lik Indonesia ke-9,Yang saya hormati, Bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Prof Dr Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-11,Yang saya hormati, para pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara,Yang saya hormati dan saya muliakan, kepala negara dan pemerintahan serta utu-san khusus dari negara-negara sahabat,Para tamu, undangan yang saya hormati,Saudara-saudara sebangsa, setanah air,Hadirin yang saya muliakan,

Baru saja kami mengucapkan sumpah, sumpah itu memiliki makna spritual yang

dalam, yang menegaskan komitmen untuk bekerja keras mencapai kehendak kita bersa-ma sebagai bangsa yang besar.

Kini saatnya, kita menyatukan hati dan tangan. Kini saatnya, bersama-sama melanjutkan ujian sejarah berikutnya yang maha berat, yakni mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Saya yakin tugas sejarah yang berat itu akan bisa kita pikul bersama dengan persatuan, gotong royong dan kerja keras. Persatuan dan gotong royong adalah syarat bagi kita un-tuk menjadi bangsa besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan dan keterpecahan. Dan, kita tidak pernah betul-betul merdeka tanpa kerja keras.

Pemerintahan yang saya pimpin akan bekerja untuk memastikan setiap rakyat di seluruh pelosok tanah air, merasakan kehadiran pelayanan pemerintahan. Saya juga mengajak seluruh lembaga Negara untuk bekerja dengan semangat yang sama dalam menjalan-kan tugas dan fungsinya masing-masing. Saya yakin, Negara ini akan semakin kuat dan berwibawa jika semua lembaga negara bekerja memanggul mandat yang telah diberikan oleh Konstitusi.

Kepada para nelayan, buruh, petani, pedagang bakso, pedagang asongan, sopir, akademi-si, guru, TNI, POLRI, pengusaha dan kalangan profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu membahu, bergotong rotong. Inilah, momen sejarah bagi kita semua untuk bergerak bersama untuk bekerja…bekerja… dan bekerja

Page 8: Edisi oktober 2014[1]

|| www.lilinmagazine.com

Hadirin yang Mulia,Kita juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri. Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendi-ri. Bangsa besar yang kreatif yang bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi peradaban global.

Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk.

Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di Laut jus-tru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali memba-hana.Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Kerja besar membangun bangsa tidak mungkin dilakukan sendiri oleh Presiden, Wakil Presiden ataupun jajaran Pemerintahan yang saya pimpin, tetapi membutuhkan to-pangan kekuatan kolektif yang merupakan kesatuan seluruh bangsa.

Lima tahun ke depan menjadi momentum pertaruhan kita sebagai bangsa merdeka. Oleh sebab itu, kerja, kerja, dan kerja adalah yang utama. Saya yakin, dengan kerja keras dan gotong royong, kita akan akan mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan ke-merdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Yang Mulia kepala negara dan pemerinta-han serta utusan khusus dari negara-negara sahabat.

Saya ingin menegaskan, di bawah pemerintahan saya, Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sebagai negara kepulauan, dan sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, akan terus menjalankan poli-tik luar negeri bebas-aktif, yang diabdikan untuk kepentingan nasional, dan ikut serta dalam menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya, atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dan atas nama bangsa Indonesia menyampai-kan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Prof. Dr. Boediono yang telah memimpin penyelenggaraan pemerintahan selama lima tahun terakhir.

Hadirian yang saya muliakan,

8

Page 9: Edisi oktober 2014[1]

Mengakhiri pidato ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu hal yang pernah disampaikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno, bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai, kita harus memiliki jiwa cakrawarti samudera; jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung.

“Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia dan berla-yar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri. Saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan Konstitusi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya kita bersama.”

Merdeka !!!, Merdeka !!! Merdeka !!!Wassalamu’alaikum Warahmatullahi WabarakatuhSemoga Tuhan memberkati,Om Shanti Shanti Shanti Om,Namo Buddhaya

9

Page 10: Edisi oktober 2014[1]

|| www.lilinmagazine.com10

Bagi banyak orang, dunia politik harus dijauhi dan sebisa mungkin jangan terlibat di dalamnya. Sebab

menurut mereka, dunia politik itu kotor. Bahkan dalam sebuah lagu gubahan Iwan Fals, “Asik gak Asik”, disebutkan bahwa politik itu sebagai dunia hura-hura para binatang”. Nah tentunya konteks dan persfektif saat itu mempengaruhi maksud penggubah lagu. Berbeda dengan ihwal umum, sosok yang satu ini meyakini, bahwa politik adalah pengabdian yang dilakoninya selama hidupnya. Bahkan pemilik harian kompas, Jacob Oetama menyebutnya salah satu tokoh yang menjunjung tinggi motto salus populi supremalex, yang berarti kepentingan rakyat adalah hukum tertinggi. Sebuah adgium klasik yang menjadi cerminan etika berpolitik secara ideal.

Politik Bermartabat Tak bisa dipungkiri bahwa dalam politik ditemui banyak intrik dan strategi untuk mencapai kepentingan. Namun bukan berarti ber-politik tak bisa berjalan dalam kebenaran. Sesungguhnya, yang membuat seorang politisi terjerumus dalam kubangan ‘permainan’ kotor han-yalah kepentingan pribadi atau golongan yang cenderung mengarah pada uang dan kekuasaan. Bila alasan mendasar ma-suk dalam dunia politik didorong oleh keinginan kuat untuk mengabdi, maka bu-kan mustahil, nama kita akan semerbak mewangi. Bukankah dengan dikenang sebagai seorang yang memberi inspira-si, merupakan sumber berkat bagi orang lain?

Sosok kesatria yang terlupakan ini memberi bukti bahwa politisi bukan melu-lu akrab dengan intrik, sengkuni, maupun korupsi. Politisi juga bisa menjadi sumber inpirasi. Tak tanggung-tanggung, buku bi-ografinya pun diberi judul Politik Bermar-tabat. Dialah Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono. Atau yang lebih dike-nal dengan nama singkat : I. J. Kasimo. Politisi ini salah seorang pendiri Partai Katolik Republik Indonesia. Selain itu, ia juga pernah menjabat menteri Muda Ke-makmuran dalam Kabinet Amir Sjarifud-din pada tahun 1947-1949, Menteri Per-sediaan Makanan Rakyat dalam Kabinet Hatta I dan Hatta II, dan dalam kabinet peralihan atau Kabinet Soe- santo Tirto-prodjo ia juga menjabat sebagai menteri. Perjalanan hidupnya penuh per-juangan. Pada tahun 1931 Kasimo di-angkat menjadi anggota Volskraad. Dalam dewan ini ia menyampaikan pidato “bahwa bangsa Indonesia berhak untuk memerintah diri sendiri, lepas dari kekua-saan Belanda. Dalam rangka itu pula ia mendukung Petisi Sutarjo (tahun 1936) dan Aksi Indonesia Berparlemen yang di-cetuskan GAPI (tahun 1939). Dari Desember 1945 sampai 1960 ia memimpin Partai Katolik Republik In-donesia (PKRI). Pada waktu Belanda me lancarkan Agresi Militer kedua, Kasimo

PENGIKUT KRISTUS BERPOLITIK,I. J. KASIMO, PAHLAWAN NASIONAL NKRI,

“SI BAPAK TEBU RAKYAT”Oleh Mikael Naibaho *

Page 11: Edisi oktober 2014[1]

|| www.lilinmagazine.com11

ikut bergerilya. Ia ba-nyak berkomunikasi de ngan Pemerintah Darurat RI (PDRI) di Sumatera, meny-ampaikan perkembangan perjuangan di Jawa. Ia juga menjalin kerjasama dengan Markas Besar Komando Djawa (MBKD). Dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat, Kasimo mengirim surat ter-buka kepada Partai Katolik Belanda yang sangat ber-pengaruh dalam Parlemen Belanda. Surat terbuka itu berhasil mengubah sikap partai tersebut, sehingga Parlemen Belanda meny-etujui usul Elsworth Bunker mengenai penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda tentang sta-tus Irian Barat.

Kesatria Yang Terlupakan

Mungkin bagi keban-yakan masyarakat Indone-sia, namanya masih asing dan tidak terlalu dikenal. Ia anak seorang prajurit keraton Yogyakarta yang menjadi Katolik di bawah asuhan Pater van Lith, SJ. IJ. Kasimo muda banyak mengabdikan diri dan kary-anya di bidang pendidikan. Selain pendidikan, pernah juga bekerja sebagai man-dor perkebunan karet . Na-mun karena keberanian-nya membela buruh-buruh yang ditindas, IJ. Kasimo akhirnya dipindah kembali menjadi guru pertanian.

Spirit Politik dari Ajaran Sosial Gereja

Kedalamannya akan penghayatan iman Kato-lik dalam hidup nyata di masyarakat dan bang-sanya sangat dipengaruhi oleh pemahaman IJ. Kasi-mo tentang Ajaran Sosial Gereja. Inspirasi dari ASG yang menekankan ke-merdekaan, persamaan hak dan persatuan bang-sa mendorong IJ. Kasimo untuk mulai aktif di berba-gai organisasi pergerakan dan politik. Peranan I.J. Kasimo dalam perjuangan kebangsaan dimulai dari kegigihannya membela dan memperjuangkan hak-hak kemerdekaan di dalam Volksraad (Dewan Rakyat) dari tahun 1931-1943. Pi-dato terkenalnya di Volk-sraad adalah ketika dia menyerukan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia dalam sidang Volksraad 19 Juli 1932.“Tuan Ketua! Dengan ini saya menyatakan bahwa suku-suku bangsa Indone-sia yang berada dibawah kekuasaan Negeri Be-landa, menurut kodratnya mempunyai hak serta ke-wajiban untuk membina eksistensinya sendiri seba-gai bangsa, dan karenanya berhak memperjuangkan pengaturan negara sendi-ri sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan bangsa sesuai dengan kebutuhan nasional, yaitu sesempurna mungkin Ini

berarti bahwaNegeri Be-landa sebagai negara ber-budaya terpanggil untu ikut mengembangkan seluruh rakyat, dan khususnya se-bagai negara penjajah, mempunyai kewajiban un-tuk membimbing dan mer-ampungkan pendidikan rakyat, sehingga dengan demikian dapat dicapai kesejahteraan rakyat In-donesia, untuk kemudian dapat diberikan hak untuk mengatur dan akhirnya memerintah sendiri.” IJ. Kasimo adalah potret bagaimana iman ber-suara dan mungkin meru-pakan sebuah “sketsa” Gereja yang bersuara. Dia adalah potret bagaimana iman itu menggema dalam hidup dan memberanikan diri berpijak pada “yang be-nar”.

Bapak Tebu Rakyat

Di luar bidang politik, Kasi-mo mempunyai perha-tian yang besar terhadap masalah pertanian. Pada tahun 1948 ia menyu-sun rencana yang dikenal sebagai ;”Kasimo Plan”. Tujuannya ialah mening-katnya produksi pangan dengan cara melakukan in-tensifikasi dan eksentifikasi pertanian. Pada waktu me-megang jabatan sebagai Kepala Jawatan Pertanian Pusat tahun 1951-1954, ia mengeluarkan peraturan mengenai pertanian tebu. Intinya ialah tebu ditanam

Page 12: Edisi oktober 2014[1]

12

oleh rakyat dan dijual kepada pabrik gula berdasarkan kontrak. Pada masa-masa se-belumnya, tanah rakyat disewa oleh pabrik gula dan rakyat disuruh menanaminya den-gan menerima upah. Peraturan ini cukup menguntungkan rakyat dan karena itu Kasimo digelari Bapak Tebu Rakyat.Penghargaan Nasional dan Internasional

Karena perjuangannya, Kasimo mendapat anugerah Bintang Ordo Gre-gorius Agung dari Paus Yohanes Paulus II dan diangkat menjadi Kesatria Koman-dator Golongan Sipil dari Ordo Gregorius Agung. Sedangkan Upacara penganugera-han gelar pahlawan nasional dilakukan di Istana Negara oleh Presiden Susilo Bam-bang Yudhoyono, Selasa 8 November 2011 ini sebagai rangkaian dari perayaan

Hari Pahlawan 2011. Atas jasa dan per-juangannya terhadap bangsa dan negara, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 113/TK/2011 tanggal 7 November 2011

Komentar Tokoh Nasional Indonesia

Bagi saya, itu pelajaran yang tidak akan terlupakan. Beliau sama sekali tidak pernah melihat masalah dari sudut kepent-ingan golongan Katolik semata atau sek-tarian. Senantiasa nilai-nilai universal yang kita perjuangkan, demokrasi, hak asasi manusia, the rule of law, dan sebagainya, termasuk tentu saja pluralisme.”- Adnan Buyung Nasution

“Selain seorang politikus dan pejabat yang tekun menjalankan tugas, ia pun seorang pejuang kemerdekaan. [Ia] tidak segan memberi pengorbanan, ikut bergerilya membela kemerdekaan Tanah Air. Dengan uraian singkat di atas, jelaslah tidak sedikit jasanya Saudara Kasimo untuk kepentin-gan bangsa dan negara.”- Mohammad Hatta, proklamator Kemerdekaan RI

* Penulis adalah pemerhati kebijakan publik tinggal di Kalimantan

Page 13: Edisi oktober 2014[1]

DIGEST BOOK

Novel ini berisikan tentang dua orang wanita yang sama-sama dilema akan ke-hadiran seorang anak dalam hidupnya.

Karenina Sukmadi, gadis SMA yang masih muda dan hidupnya penuh dengan kebebasan harus menanggung malu atas perbuatan terlarang yang dilakukannya pada waktu menghadiri pesta temannya malam itu. Ia tidak menyang-ka bahwa pria yang sudah menodainya tidak ingin bertanggung jawab atas calon bayi yang telah dikandung Karenina, malah menyuruh gadis itu untuk mengaborsi bayi tersebut agar masa depan keduanya tetap aman. Sedangkan seorang wanita muda, Sabina Dinata, yang se-lalu menginginkan seorang anak di dalam ke-hidupannya ternyata dulu juga pernah terlibat dengan aborsi. Disatu sisi, ia mengharapkan se-orang anak di dalam kehidupannya tetapi disisi lain ia merasa tidak layak karena perasaan ber-salah yang telah dilakukannya dimasa lalu se-lalu mengintimidasi dirinya atas pembunuhan bayi yang diberi nama Naomi tersebut. Karena masa lalu itu, Sabina dipindahkan keluarganya menuju negeri Kangguru, Australia. Disitulah, Sabina dipertemukan Tuhan oleh jodohnya, Gerry, salah satu senior sewaktu ia bersekolah dulu. Sabina tidak menyangka bahwa Gerry adalah pria yang benar-benar mau menerima dirinya apa adanya dan tetap mengasihinya. Namun disuatu waktu Gerry yang dianggap tidak memiliki kendala apa-apa, justru ia ada-lah penyebab dari semua masalah itu, masalah yang membuat mereka tidak memiliki anak.

Bagaimana akhirnya? Akankah aborsi itu tetap dilakukan oleh Karenina? Akankah Sabina memiliki seorang anak di dalam kehidupannya? Akankah seorang anak mampu mengubah ke-hidupan mereka berdua?

Nah, intisari yang bisa kita ambil dari novel Perfect Mess ini adalah kita bisa mengambil pelajaran yang berharga di dalam setiap tokoh sebagaimana karakter Karenina, gadis remaja yang masih berstatus SMA harus menjalani kehamilan yang tidak diinginkannya dan ia harus berhadapan dengan kata aborsi yang semakin membuat dirinya kalut dan bin-gung. Atau dengan Sabina Dinata yang masih berkubang di dalam masa lalunya dan kerindu-annya untuk memiliki seorang anak serta Ger-ry yang dianggap baik-baik saja justru dialah penyebab dari semua ini. Masalah memang menghadang kehidupan mereka bertiga, tapi satu yang pasti setiap masalah memiliki solusi karena terkadang sesuatu yang baik seringkali di awalnya sangat menyakitkan. Pada akhirnya Karenina memutuskan untuk tidak mengaborsi cabang bayi yang akan dilahirkannya nanti. Ia seperti mendapat sebuah jawaban dari Tuhan bahwa anaknya yang akan lahir nanti akan ia berikan kepada keluarga yang tidak mempun-yai anak tersebut, kepada seorang wanita muda yang pernah melakukan aborsi dalam masa la-lunya, Sabina Dinata dan Gerry, suaminya. Sa-bina Dinata tidak menyangka bahwa ia akan segera menimang seorang anak dari gadis re-maja seperti Karenina, anak yang selama ini di-rindukannya meskipun ia tahu bahwa anak itu tidak akan pernah lahir dari rahimnya. Keluarga besar dari Karenina dan Sabina Dinata juga su-dah sepakat untuk mengadopsi bayi dari Ka-renina tersebut. Seperti kata-kata bijak, hidup harus berjalan, begitulah hidup yang harus dilanjutkan oleh Karenina. Ia memutuskan un-tuk ikut tes masuk UCLA dan belajar sungguh-sungguh agar dapat lolos ke Universitas impi-annya tersebut. Sedangkan Sabina Dinata, ia melanjutkan hidupnya sebagai seorang ibu

MENILIK JALAN TUHAN DALAM NOVEL “PERFECT MESS”,KEPUTUSAN BERDURI,

MENJADI INDAH DALAM TANGANNYA

Oleh Elhine Lumbantobing

13

Page 14: Edisi oktober 2014[1]

bersama bayi yang telah hadir dalam keluarg-anya, bayi yang diberi nama Anya, begitu cantik dan peaceful. Meskipun suatu saat nanti Karenina merasa rindu pada Anya, bayi yang dilahirkannya, tapi satu hal yang harus dipegang olehnya dan Sabina Dinata adalah bahwa Karenina tidak boleh lagi meminta kembali anaknya tersebut karena Sabina Dinata dan Gerry sudah mengadopsinya secara sah. Meskipun sedih, tapi Karenina baha-gia bahwa Anya sudah berada di dalam keluarga yang akan terus merawatnya dengan kasih say-ang dan tulus dalam menjaganya. Terkadang di dalam sebuah permasalahan juga dibutuhkan suatu pengorbanan yang sangat be-sar untuk menanti hasil yang baik. Seperti pelan-gi yang mucul di langit sehabis hujan, begitulah

berkat yang akan kita nanti ketika kita mampu melewati setiap tantangan di dalam kehidupan kita.

Tetap percaya, dalam Tuhan segala sesuatu men-jadi indah pada waktunya.

Judul Buku : Perfect MessPengarang : Rina SuryakusumaPenerbit : PT. Gramedia Pustaka

Utama, JakartaTahun : Cetakan ke-1 tahun 2014Jumlah Halaman : 240 halamanPanjang Buku : 20 cm

14|| www.lilinmagazine.com

I am a flower quickly fading,here today and gone tomorrow,a wave tossed in the ocean,a vapor in the wind.Still You hear me when I’m calling,Lord, You catch me when I’m falling.And You’ve told me who I am,Saya bagai bunga yang cepat memudar,mekar hari ini dan besoknya berlalu,bagai gelombang ombak menderu di lautan,seperti uap di udara,masih saja, Engkau mendengar, ketika aku memanggil.Tuhan, Engkau menangkapku ketika terjatuh,Dan engkau tetap mengatakan siapakah akuAku milikMu

Dikutip dari lagu“Who am I” by Casting Cworn

Page 15: Edisi oktober 2014[1]

Simon, nama yang akrab kita kenal dalam kitab perjanjian baru, seperti Simon Petrus dan Simon dari Kirene, tapi yang satu ini

beda. Ini adalah Simon dari Batak, lengkapnya bermarga Simorangkir. Pria muda ini cukup aktif dalam membangun komunitas penggerak so-sial. Dengan itu pula ia selalu mencari peluang untuk bisa menimba ilmu dalam membangun karakter dan pengetahuan dalam organisasi dan kepemimpinan. Banyak sudah prestasi dan pengalaman yang sudah dimilikinya terutama ketika kuliah di Universitas Sumatera Utara, Ju-rusan Sastra Cina. Simon juga terdaftar seba-gai anggota aktif pada organisasi kepemimpi-nan IMPERATIF (Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif ), bahkan turut menjadi badan pengurus meski dalam keskesibukannya di pelayanan sosial lainnya.

“KOPECIDA” DAN INDONESIAN YOUTH CONFERENCE

Semakin hari, jiwa sosialnya pun semakin peka dan tumbuh matang. Banyak hal mauuon to-koh telah memberinya pengalaman dan in-spirasi untuk berbuat banyak bagi orang lain. Demi mewujudkan kecintaanya pada aktifi-tas sosial, baru-baru ini Simon membangun se-buah komunitas yang dinamai KOPECIDA yakni Komunitas Pemuda Cinta Damai Anak Indone-sia. Menurut Simon, komunitas ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan keragaman dan toleransi beragama terutama bagi anak-anak usia dini. Sebelumnya projek sosial ini dibentuk sebagai salah satu syarat dalam seleksi Indone-sian Youth Conference yang akan dilaksanakan 4-9 November ini. Dari 700 pelamar, Simon termasuk satu-satunya dari Sumut untuk ber-gabung bersama 67 peserta lainnya pada fo-rum pemimpin muda setanah air itu.

Komunitas ini beraksi dengan mengajarkan kecintaan membaca bagi anak-anak sejak usia dini, tentu dengan bacaan-bacaan pilihan yang menekankan kebersamaan tanpa pan-dang ras, agama ataupun status sosial. Simon

merasa prihatin, di saat ini banyak kesempatan yang terlewatkan untuk mengajarkan anak-anak tentang arti pentingnya kesatuan dalam perbedaan yang menjadi ciri khas indonesia. Anak-anak di sekolah formal atau non formal, kerap kali lebih cenderung mengenalkan atau mengajarkan budaya asing. Oleh sebab itu Si-mon merasa perlu meningkatkan upaya-upaya menjaga generasi bangsa dari kencenderungan budaya dan ideologi bangsa asing yang tidak selalu relevan dalam masyarakat Indonesia. Mengenai metodenya, Simon dengan bebera-pa relawan lainnya akan menggunakan cara sederhana agar mudah dicerna anak-anak. Semisal dengan bercerita atau story telling, permainan dan menggambar serta menyanyi.

Simon juga menam- b a h a k a n , bahwa para Duta d a l a m Indonesia Youth C o n -ference menda- patkan bimbingan skill u n t u k m e n s u k s e s - k a n projek terse- b u t hingga men- c a p a i sasaran dan t u -juannya.

DUTA SUMATERA UTARA MENUJU “INDONESIAN YOUTH CONFERENCE”

15

|| www.lilinmagazine.com

SIMON PANGIHUTAN SIMORANGKIR

Page 16: Edisi oktober 2014[1]

Peneliti Hak Azasi Ma-nusia cum jurnalis ‘The Jakarta Post’, Andreas

Harsono mengibaratkan buah karya tulisan serupa memban-gun rumah. Dalam bukunya ‘A9ama Saya adalah Jurnal-isme’, ia menyebut tantangan dalam menulis buku tentu berseberangan upaya menulis sebuah artikel ringkas. Menulis buku, sebagaimana memban-gun gedung bertingkat, tentu membutuhkan banyak material pendukung alih-alih menulis satu artikel. Termasuk juga waktu dalam memadu gaga-san-gagasan dengan rajut kata yang benar dan menarik.

Akan tetapi, karya tulis artikel ringkas tidak bisa dikatakan suatu tindak yang remeh dibandingkan buku. Menu-rut Andreas, sebuah rumah kecil (memisalkan karya tulis pendek) bisa saja indah dan bernilai jika memiliki tatanan interior yang kuat di dalamnya. “Tulisan pendek seperti ‘Death of Sukardal’ karya Goenawan Mohammad bisa lebih bertena-ga,” tulis Harsono. Saya sendiri lebih memilih ‘Sopir’ rajutan Goenawan Mohammad seba-gai teladan tulisan ringkas yang sarat makna dan ilham itu.

Terlepas dari apa hasil akhir petualangan kita dalam menu-

lis, petuah Andreas tentang membangun rumah itu sung-guh mengena. Dan mengingat-kan pada nasihat Yesus kepada para Rasul ketika mengajarkan kebijaksanaan melalui perump-amaan membangun rumah. Orang yang bijaksana digam-barkan mendirikan rumahnya di atas batu, sedangkan orang yang bodoh mendirikannya di atas pasir atau tanah tanpa dasar (lih. Matius 7:24-27 dan Lukas 6:47-49).

Lahirnya sebuah karya tulis adalah proses yang agung. Ia ada untuk disebar bagi sesama insan. Berbagi ilham atau pengetahuan tanpa mengu-rangi hikmat yang ada pada penulisnya. Seturut kata bijak dari bapak bangsa Amerika Serikat, Thomas Jefferson “Dia yang menerima ide ini dari saya menerima perintah, tanpa mengurangi apa yang saya miliki. Seperti seseorang yang menyalakan lilinnya dari lilin saya menerima cahaya tanpa menggelapkan saya”.

Tentu ada energi istimewa setiap kali kita memulai, bertahan, memperbaiki dan mengakhiri sebuah karya tulis. Dengan demikian karya tulis juga sebuah penemuan. Sama seperti pengalaman Thomas Alva Edison kala menemu-kan bola lampu. Katakanlah Edison hanya gagal 1.000 kali sebelum benar-benar berhasil menemukan bola lampu yang

aman bagi publik. Mendengar kalimat ‘bangkit setelah gagal 1.000 kali’ masih membuat saya bergidik.

Adalah ‘kasih’ yang menjadi energi tersebut. Adalah ‘kasih’ yang terus membakar seman-gat siapapun insan yang berke-inginan membuat perubahan lebih baik bagi sesamanya. Bagi sekitarnya. Ia adalah batu ko-koh yang menjadi fondasi dari impian terbaik kita. Demikian juga pada gagasan yang kita tuang dalam tulisan.

Maka, tanpa mengindahkan sebesar apa tulisan yang hen-dak kita rajut. Dengan ibarat gedung ataupun rumah ke-cil. Teguhlah pada ‘kasih’ yang menjadi fondasi dalam untaian aksara tersebut. Sehingga dari tulisan tersebut, insan pem-baca dapat tergugah emosi, mendengar hujan, mengenang kembali hangatnya keluarga, memandang masa depan yang sama kagumnya dengan me-mandang langit biru.

Semangat dalam tulisan ini, karenanya, tidak akan pernah padam setelah anda memba-canya. Temukan gagasan dan bangunlah ia di atas ‘kasih’.

oleh Ananta Bangun *

|| www.lilinmagazine.com16

J U R T U LK a s i h : Fondasi Dalam Membangun Tulisan

* Penulis adalah trainer bidang kepenulisan dan teknologi informasi, tinggal di Medan. Untuk info lebih lanjut silahkan email ke [email protected], atau melalui redaksi, [email protected].

Page 17: Edisi oktober 2014[1]

JANGAN KETINGGALAN, HUBUNGI SEGERAAA....

17

Page 18: Edisi oktober 2014[1]

Secara sederhana, bahasa dapat di-artikan sebagai alat untuk meny-ampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berit-eraksi atau alat untuk berkomu-

nikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Salah satu sifat bahasa adalah bersifat dina-mis yang berarti bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang da-pat terjadi sewaktu-waktu.Bahasa juga dikenal memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi fatik yang artinya bahasa berfungsi untuk menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Fungsi yang lain dapat pula sebagai refer-ensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang mela-hirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.Beberapa keterangan diatas menunjukkan bahwa bahasa secara tidak langsung memi-liki nyawa untuk membuat sebuah pandan-gan, menciptakan opini yang selanjutnya

memiliki kekuatan untuk berkembang sendi-ri maupun dikembangkan oleh orang-orang yang menggunakan bahasa sebagai jalan un-tuk meraih sesuatu tujuan. Kekuatan bahasa yang dimaksud diatas adalah ketika sebuah kata, ucapan, kalimat ataupun slogan-slogan yang memang sengaja dibuat untuk mem-pengaruhi pandangan orang atau kelompok orang dalam satu masyarakat dihembuskan untuk menciptakan sebuah paham atau pan-dangan yang diharapkan oleh si empunya kepentingan. Salah satu contoh yang paling nyata ada-lah penggunaan bahasa oleh elit-elit politik dalam rangka membentuk opini masyarakat dalam melihat dan menyikapi ketokohan se-seorang yang sedang diproyeksikan untuk sebuah posisi. Seperti contoh, penggunaan bahasa dengan segala kekuatan dan roh ba-hasa itu sendiri oleh tim pemenangan calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden be-berapa waktu lalu. Pemilihan kata yang digunakan sebagai slo-gan untuk menarik simpati masyarakat telah diproyeksikan oleh tim ini sebagai kekua-tan baru dalam dunia politik. Program kerja, pandangan politik, harapan bahkan buaian kepada rakyat benar-benar dikemas dalam bahsa-bahasa yang sangat enak untuk dis-

Oleh Zakharia Ginting, S.S. *

ada apa dengan bahasa politik jokowi-jk

|| www.lilinmagazine.com18

Page 19: Edisi oktober 2014[1]

antap oleh masyarakat. Lebih jauh lagi, tim pemenangan ini tidak serta merta secara sem-barangan menciptakan slogan-slogan politik yang akhirnya dijadikan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai wajah kampanye mereka, tim ini bahkan melakukan riset-riset khusus untuk melihat dan mengklasifikasi kelas-kelas sosial masyarakat Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memilih slogan yang cocok dan mudah diterima oleh masyarakat.

Menyadari masyarakat Indonesia sebagian besar adalah masyarakat kelas ekonomi me-nengan ke bawah, maka slogan-slogan yang digunakan tim ini pun dikenal lebih rendah dan tidak memerlukan pemahaman men-dalam untuk mencari pengertiannya. Hal ini sangat berbeda dengan slogan-slogan yang digunakan oleh pasangan Prabowo-Hatta se-bagai senjata kampanye. Pasangan Prabowo-Hatta lebih memilih menggunakan bahasa-bahasa retorika yang memang indah dan enak didengar tetapi tidak begitu berterima di kalangan masyarakat menengah ke bawah Indonesia.

Kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah sebuah contoh fenomena kemenangan ba-hasa sebagai sebuah kekuatan baru di ranah politik, dimana potensi dan kebesaran keto-

kohan keduanya dapat benar-benar merasuk ke dalam sendi-sendi masyarakat Indonesia yang akhirnya memberikan keyakinan bahwa keduanya akan mewakili rakyat.

Berikut adalah beberapa slogan-slogan keme-nangan Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla:Pemimpin Rakyat Lahir dari Rakyat.Slogan ini begitu kental memperlihatkan bahwa Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah rakyat, sama seperti kita dan rakyat yang lainnya. Efek yang ingin dimunculkan dari slogan ini adalah membentuk opini pub-lik terhadap ketokohan keduanya seba-gai tokoh yang lahir dari rakyat dan pasti memahami rakyat dan segala kebutuhan-nya dan akan tetap menjadi seperti rakyat. Efek yang lain adalah menciptakan eupho-ria yang baru bagi rakyat bahwa telah tiba saatnya seorang pemimpin rakyat akan lahir dari rakyat itu sendiri. Gaung ini be-nar-benar dimanfaatkan oleh seluruh tim pemenangan untuk memproyeksikan keto-kohan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai se-buah wujud kemenangan rakyat atas keme-nangan mereka.Sesuai dengan salah satu fungsi bahasa, slogan-slogan kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla benar-benar ditem-patkan untuk menunjukkan bahwa kedu-

19

Page 20: Edisi oktober 2014[1]

anya sanggup untuk bersatu dengan semua golongan masyarakat, hal ini sesuai dengan fungsi fatik sebuah bahasa yaitu berfungsi sebagai alat untuk menjalin hubungan, me-melihara, memperlihatkan perasaan bersa-habat atau solidaritas sosial.

Slogan lain yang juga memiliki gaung sangat besar yang digunakan Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah:Jokowi-JK adalah Kita.

Slogan ini digunakan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai senjata kampanye menjelang Pemili-han Presiden 2014 beberapa waktu lalu. Sama seperti slogan sebelumnya, slogan ini juga berbicara tentang rakyat yang diwakili dengan KITA sebagai kata ganti orang pertama jamak. Kita dalam slogan ini bermakna inklusif yang artinya mencakup si pembicara dan penden-gar, dan juga dimungkinkan oleh keterikatan pihak lain.

Penggunaan kata Kita untuk mewakili Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah untuk memperli-hatkan kepada masyarakat bahwa keduanya adalah Kita, yaitu masyarakat dan rakyat itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa diantara masyarakat dan calon pemimpinnya tidak berada pada dua garis berbeda melainkan berdiri berdampingan tanpa ada kelas pem-beda. Opini inilah yang akhirnya berhembus di masyarakat yang mengatakan bahwa Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah model pemimpin terbaik Indonesia saat ini. Dalam hal ini kita sekali lagi dapat melihat bahwa kekuatan poli-

tik sesungguhnya adalah terletak pada peng-gunaan bahasa yang dijadikan oleh seseorang dalam membentuk opini masyarakat yang se-lanjutnya digiring melalui program-program sebagai penarik minat.

Pemilu Presiden 2014 yang lalu telah memper-lihatkan kepada kita bahwa kemenangan pa-sangan Joko Widodo-Jusuf kalla adalah pen-garuh besar kekuatan bahasa sebagai poros baru pilar demokrasi sebagai slogan kampanye yang dengan sebaik-baiknya telah digunakan oleh Tim Pemenangan keduanya, sekaligus membantahkan pengaruh kekuatan gaya ba-hasa retorika klasik a-la Aristoteles, setidaknya untuk Lima tahun kedepan. Dengan kata lain, kita dapat menakar relevansi penggunaan ba-hasa dan gaya bahasa Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan nilai 52 Persen Indonesia adalah pem-buktian terhadap kekuatan bahasa Indonesia itu sendiri. Kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah kemenangan Bahasa Indonesia.

Akhir kata, saya mengatakan bahwa bangsa ini hanya akan dapat berdiri kokoh ketika kita semua menyadari kekuatan Bahasa Kita, Baha-sa Indonesia sebagai sebuah tali pengikat ke-bangsaan yang tidak kalah penting dibanding semua pilar-pilar kebangsaan yang lain.

Cintai dan Banggakanlah Bahasa Indonesia…

* Penulis adalah pemerhati Bahasa Politik

|| www.lilinmagazine.com

20

Page 21: Edisi oktober 2014[1]

Dia berkulit hitam, lahir di daerah ku-muh Brooklyn, New York, dan me-lewati kehidupannya dalam ling-

kungan miskin yang penuh diskriminasi. Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya, “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” Ia menjawab, “Mungkin 1 Dollar.” “Bisakah dijual seharga 2 Dollar? Jika berhasil, berarti engkau tel-ah membantu ayah dan ibumu.”“Saya akan mencobanya,” Ia lalu mem-bawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah danmenjual selama lebih dari enam jam. Akhirnya ia berhasil menjual 2 Dollar dan berlari pulang. Tak lama kemudian, ayahnya kembali me-nyerahkan sepotong pakaian bekas ke-padanya, “Coba engkau jual seharga 20 Dollar.”“Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling hanya 2 Dollar.”Ayahnya berkata, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu?”

Akhirnya, ia mendapatkan ide, dengan meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada paka-ian itu, lalu ia menjualnya di sekolah anak orang kaya, dan laku 25 Dollar,Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, “Apakah eng-kau mampu menjualnya dengan harga 200 Dollar?”

Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun Kebetulan aktris film populer“Charlie Angels,” Farrah Fawcett berada di New York. Sehabis konferensi pers, ia pun me-nerobos penjagaan pihak keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tandatangan di pakaian bekasnya. dan

kemudian pakaian tersebut terjual 1.500 Dollar.Malamnya. Ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai paka-ian ini apa yang engkau pahami?”Ia menjawab, “Selama kita mau berpikir, pasti ada caranya.”Ayahnya menggelengkan kepala, “Eng-kau tidak salah! Tapi bukan itu mak-sudnya, ayah hanya ingin memberita-hukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa diting-katkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia? Mungkin kita berkulit gelap-dan miskin, tapi apa bedanya?”

Sejak itu, ia belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebihkeras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal kes-eluruh dunia.Ia adalah Michael Jordan, sang legendaris pebasket NBA.

Berikut adalah salah satu kutipannya yang terkenal, “I can accept failure, eve-ryone fails at something. But I can’t ac-cept not trying. (Saya dapat menerima kegagalan, setiap orang pernah gagal. Tapi, saya tak dapat menerima untuk tidak mencoba)“

“BARANG BEKAS DI TANGAN “MIKAEL JORDAN”

21

SPIRIT MAJU

Page 22: Edisi oktober 2014[1]

Oleh Kristiana Tarigan, S.Isip. *

Saya Kamu KITA, Duta Anti Narkoba !!!

|| www.lilinmagazine.com

+ PERSUASIF

22

Kejahatan narkoba zaman ini, makin menjadi-jadi saja. Popularitasnya pun mendu-

nia, hingga mensejajarkannya dengan fenomena kriminal lainn-ya yang juga sedang populer sep-erti : terorisme dan korupsi. Ya, ketiga jenis kejahatan ini menjadi primadona penyebab keresahan masyarakat zaman ini. dan men-jadi teror di tengah masyarakat. Kejahatan narkoba men-yangkut peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba. Dalam peredaran gelap narkoba, yang berperan adalah produsen dan para distributornya (bandar dan pengedar. Sementara, di sisi lain ada pihak penyalahguna yang menjadi konsumennya. Jumlah penyalahguna narkoba di Indone-sia saat ini sekitar 2,2% atau seki-tar 4 juta orang. Nah, itu salah satu penyebab mengapa kejaha-tan narkoba bisa terus berkem-bang, karena ada kaitan antar supplay dan demand. Peredaran gelap narkoba (supplay) bisa terus tumbuh subur karena adanya per-mintaan (demand) dari para pen-yalahguna. Cara efektif member-antasnya adalah dengan menekan jumlah demand melalui rehabili-tasi penyalahguna. Kejahatan narkoba ada-lah sebuah kejahatan yang sangat serius karena kejahatan narkoba adalah jaringan kejahatan lintas negara. Proses produksi dan dis-tribusi gelap narkoba menyangkut sebuah jaringan pasar gelap lin-tas negara dan sangat terorgani-

sir. Sehingga pemberantasannya butuh strategi dan kerja sama dari semua pihak. Tidak semudah memecahkan sebuah kasus pem-bunuh atau pencurian barang se-seorang, karena Ini adalah sebuah jaringan “pembunuh” massal yang bahkan bisa melenyapkan generasi bangsa (lost generar-tion). Pertanyaan yang sering muncul dalam benak masyarakat adalah kalau polisi sudah banyak (sekali), lembaga peradilan juga sudah (lama) ada, undang-undang telah dibuat, dan beberapa tahun ini BNN yang katanya “spesia-lis” masalah narkoba juga sudah mulai beraksi, trus pemerintah pun “katanya” serius ; mengapa pengedar narkoba terus mera-jalela dan penyalahguna narkoba semakin bertambah?Kembali pada masalah seriusnya kejahatan narkoba, Indonesia pun kini menjadi pasar potensial per-edaran gelap narkoba dan bahkan produsen gelap narkoba. Kejaha-tan ini sangat terorganisir dan pin-tar bersembunyi. Pemerintah juga sangat geram dengan kejahatan narkoba dan tetap bekerja. Na-mun, Pemerintah saja tentu tidak sanggup sehingga perlu kekuatan 240juta lebih warga Indonesia untuk turut berpartisipasi. Apa yang bisa saya dan anda lakukan? Menyikapi hal tersebut, ada 3 langkah sederhana yang bisa kita lakukan, yaitu : Per-tama, lakukan tindakan untuk me-nekan demand (penyalahgunaan

narkoba) dengan mengetahui apa itu narkoba dan bahayanya. Ban-yak informasi yang bisa diperoleh dari berbagai media dan peng-etahuan adalah salah satu kunci penting mencegah penyalahgu-naan narkoba. Kemudian, den-gan pengetahuan tersebut jauhi penyalahgunaan narkoba. Selan-jutnya, informasikan kepada kelu-arga, teman dan lingkungan men-genai bahaya narkoba. Kedua, lakukan tindakan sederhana un-tuk pemberantasan narkoba yaitu dengan melapor kepada penegak hukum (BNN dan Polisi setempat) jika mengetahui tindak peredaran gelap narkoba di sekitar tempat tinggal kita. Ketiga, lakukan tinda-kan penyelamatan penyalahguna narkoba yaitu dengan menasehati penyalahguna narkoba untuk ber-henti lalu membawanya kepada BNN untuk menjalani rehabilitasi. Dengan 3 langkah seder-hana tersebut, saya, Anda, dan KITA bersama 240juta lebih rakyat Indonesia pasti bisa mengalahkan penjajahan kejahatan narkoba. Saya, Anda, dan KITA adalah duta Anti Narkoba. Setiap orang adalah duta anti narkoba dan setiap saat kita berada dalam misi perang melawan narkoba. Jadi, mari ber-gabung!

(* Penulis adalah Staf Penyuluh Seksi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kab. Karo)

Page 23: Edisi oktober 2014[1]

“Larutlah Dalam Karya”

i-motivasi

23 || www.lilinmagazine.com

Hαkekαt semυα benίh αdαlαh υntυk menghίlαng dαn mαtί, lebυr dαlαm tαnαh υntυk menjαdί sebυαh kehίdυpαn

bαrυ; Rαgί jυgα hαrυs lαrυt kehίlαngαn dίrίnyα υntυk memekαrkαn αdonαn; Gαrαm pυn hαrυs lebυr dαn kehίlαngαn ίdentίtαsnyα αgαr merαsυk dαlαm jίwα setίαp mαnυsία memberί “rαsα” dί setίαp kehίdυpαn…

Identίtαs kίtα sυdαh sαngαt jelαs: Kίtα αdαlαh benίh-benih, rαgί-ragi, dαn gαrαm-garam yαng dίpαnggίl υntυk melαyαnί secαrα tαk kelίhαtαn; bυkαn dengαn tίndαkαn-tindakan yαng spectαkυler, dengαn spαndυk-spanduk dαn pαkαίαn-pakaian serαgαm pαmer dίrί sebαgαί penyυmbαng dαnα υntυk orαng mίskίn.Jαlαn kίtα αdαlαh jαlαn kerendαhαn hαtί dαn kαsίh. Bυkαnkαh kαsίh ίtυ tίdαk memegαhkαη dίrί?

Lαkυkαnlαh setίαp kebαίkαn sebαgαί kebαίkαn dαn kαsίh sebαgαί tίndαkαn kαsίh, bυkαn demί αpα-apa lαίnnyα.

Sepertί tίαp benίn αdαlαh αwαl dαrί segαlαnyα, bυkαn αkhίr…; Kίtα αdαlαh yαng αwαl dαrί setίαp kebαίkαn, bυkαn αkhίr. Segαlα sesυαtυ yαng αkhίr αdαlαh bαgί kemυlίααn TUHAN, bυkαn kemυlίααn dίrί kίtα. Tυgαs kίtα αdαlαh memυlαί, merίntίs, mengαwαlί setίαp kehendαk bαίk; dαn bίαrlαh TUHAN yαng menyelesαίkαnnyα melαlυί bαnyαk tαngαn orαng lαίn…

Semogα segαlα sesuαtυ yαng kίtα lαkυkαn secαrα tersembυnyί selαlυ menghίdυpkαn, menyegαrkαη, membαhαrυί, mengυbαh lebίh bαίk, dαn memberί ‘rαsα’ sυkαcίtα dαn dαmαί bαgί bαnyαk orαng….

Mαrίlαh menjαdί benίh-benίh bαgi setίαp hαl yαng bαίk; mαrίlαh menjαdί rαgί dαlαm henίng nαmυn selαlυ mαksίmαl dαlαm kαryα;

Mαrί menjαdί gαrαm…sesederhαnα gαrαm yαng lαrυt dαn memberί rαsα nίkmαt setίαp mαkαnαn…

Jadilah sedemikian seturut kehendak Tuhan. . .

Ediatur Pane, S.Si.Alumni USU

Page 24: Edisi oktober 2014[1]

h

|| www.lilinmagazine.com